-->

HALALBIHALAL PB PDHI, SILATURAHMI SAMBIL BERKOLABORASI PERKUAT PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN

Foto bersama halalbihalal PB PDHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Minggu (13/4/2025), bertempat di Arion Suites Hotel Kemang, Jakarta Selatan, Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), menggelar halalbihalal sekaligus silaturahmi antar pengurus, pemerintah, swasta, organisasi, dan para akademisi yang terkait di industri peternakan dan kesehatan hewan.

"Hari ini menjadi hari yang paling bahagia karena kita bisa bersilaturahmi, saling memberikan maaf antar kita semuanya," ujar Ketua Umum PB PDHI, Drh M. Munawaroh.

Di tengah tingginya tantangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan, ia mengajak pemangku kepentingan dan para stakeholder terkait untuk terus bergandengan tangan menciptakan peternakan yang aman dari ancaman penyakit guna mewujudkan ketahanan pangan asal produk peternakan.

"Permasalahan penyakit makin hari makin bertambah, kita masih terus berjuang bersama Kementerian Pertanian dalam mengendalikan penyakit mulut dan kuku (PMK), kemudian penyakit lumpy skin disease (LSD) juga belom selesai. Negara kita luas, ini menjadi potensi besar bagi peran dokter hewan kita," katanya.

Namun demikian, lanjut Munawaroh, terbatasnya tenaga dokter hewan yang menyebar di seluruh wilayah Tanah Air turut menjadi kendala dalam penanganan sektor kesehatan hewan.

"Jumlah dokter hewan masih terbatas, di PDHI hanya terdaftar 15 ribu orang, harus ditambah lagi dan diperkuat kualitasnya. Ke depan akan ada tambahan delapan program studi fakultas kedokteran hewan di beberapa universitas, semoga kualitas dokter hewan yang dihasilkan bisa lebih baik. Kita dorong, karena yang akan menangani kesehatan hewan di Indonesia itu dokter hewan," ucapnya.

"Selain itu, kita juga terus upayakan undang undang yang akan menjadikan payung hukum dalam penyelenggaraan dan pelayanan dokter hewan, kita terus lakukan audiensi bersama pemerintah dan DPR. PDHI terus berjuang, bahkan nanti melalui kepemimpinan baru semakin hari harus semakin maju. Kami ingin dokter hewan memiliki kompetensi yang terus meningkat, kita lakukan pembinaan supaya tidak tertinggal dengan negara negara lain."

Momen bersalam-salaman acara halalbihalal PB PDHI.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Hewan, Drh Imron Suandy, yang mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa momentum silaturahmi ini bisa menjadi ajang untuk memperkuat organisasi profesi dan pemerintah.

"Kami sangat apresiasi ke PDHI yang terus ikut berkontribusi dalam membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan. Peran kolaboratif antara pemerintah, organisasi profesi, akademisi, dan masyarakat harus terus kita pertahankan. Kita memiliki budaya gotong royong atau guyub, itu terus kita perkuat untuk mengatasi dan mengendalikan penyakit hewan menular strategis," kata Imron.

Lebih lanjut disampaikan, pemerintah membuka diri dan menerima setiap masukkan untuk membantu menjaga keamanan ternak dan mewujudkan ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045.

"Harapannya itu bisa terwujud, karena kita memiliki status kesehatan yang sama dengan negara negara lain. Oleh karena itu, seluruh sumber daya yang kita miliki kita upayakan untuk menggairahkan sektor peternakan dan kesehatan hewan supaya investasi di dalamnya makin berkembang," tukasnya.

Sementara itu, ditambahkan oleh Dewan Pembina PB PDHI, Prof Wiku, yang menyampaikan, "Intinya, panggung untuk dokter hewan sudah tersedia, kita harus akur dan bekerja sama dalam manangani dan mengendalikan kesehatan hewan agar ketahanan pangan dapat terwujud. Mari kita cegah tantangan penyakit bersama-sama, saya yakin PDHI mampu mengatasi dengan kompetensinya, makin kompak dan kolaboratif untuk meraih prestasi bersama." (RBS)

KERAGUAN JADI CINTA: TRANSFORMASI VINA SEBAGAI PETERNAK MUDA

melvina aprillia
Melvina Aprillia

Menjelang sore sekitar pukul 15:00 WIB, angin sejuk menyelimuti kawasan farm Cijangkar Makmur Suka Tungki di Kampung Ciherang, Sukabumi. Vina melanjutkan rutinitasnya di kandang ayam yang mulai ia kelola sejak 2021.

Pemilik nama lengkap Melvina Aprillia yang akrab disapa Vina ini pulang ke rumah saat hari mulai gelap. Untuk recharge semangatnya kembali, di malam hari Vina gemar menonton serial maupun film yang telah ia download dari aplikasi layanan streaming berbasis langganan seperti Netflix maupun Disney+ Hotstar.

“Karena di sini koneksi internet kadang tersendat, jadi solusinya men-download beberapa judul film yang akan saya tonton,” ujar Vina diselingi tawa. Kepada Infovet, Vina tak segan mengekspresikan rasa cinta pada profesinya kini sebagai peternak ayam petelur.

Pada 2019, Vina menyelesaikan pendidikan Fashion Business di Instituto Marangoni, London. Wanita muda kelahiran 23 April 1997, sempat bekerja menjadi fashion assistant di perusahaan.

Sang ayah yang dikenal menggeluti usaha peternakan ayam broiler sejak 2007 menawarkan Vina untuk mengelola peternakan ayam petelur di Sukabumi. Lahan serta izin kepengurusan embangunan peternakan Cijangkar Makmur Suka Tungki diproses mulai dari 2019.

Mulanya keraguan menggelayuti hati Vina, apakah dirinya mampu bekerja di kandang ayam. “Melalui diskusi dengan papa dan kakak, saya merenungi dan terpikirkan lewat jalan mengelola peternakan ini sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain,” urainya.

Bertekad memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin, Vina memutuskan bekerja fulltime di kandang dan dibantu satu manager farm pada 2021. “Saya pernah mengalami fase shock setelah bekerja di kandang, jam 5 sore pasti menangis. Puji Tuhan saya memiliki kakak-kakak yang sangat supportive, meyakinkan saya pasti bisa melalui rintangan,” imbuh Vina.

Masih jelas terekam dalam ingatan Vina, pada Juni 2021 ia merasakan kegembiraan saat ayam-ayam di peternakannya bertelur. Dari momen tersebut, ia semakin bersemangat mempelajari seluk beluk budi daya ayam.

Mudah Beradaptasi

Karakter Vina yang mudah beradaptasi, membuatnya cepat memahami tata kelola peternakan ayam ditambah rutin berkomunikasi dengan para supplier pakan dan obat hewan.

Relasi dari berbagai perusahaan pakan dan obat hewan tersebut berperan dalam membantu Vina. “Ini berkat papa yang buka jaringan dan mengundang technical sales, dokter hewan untuk datang ke farm, dan mengadakan seminar edukasi kepada kami,” jelas Vina.

Menurutnya, beternak ayam itu seru. Ia sangat excited mendalami ilmu manajemen kandang, baik itu konsep dan penerapan biosekuriti, menentukan pakan yang bagus, langkah menjaga kesehatan ayam, hingga memelihara DOC sampai dewasa agar produksi maksimal.

“Bukan peternakan saja yang berkembang, diri saya pun ikut berkembang. Bertemu rekan sesama peternak juga memberi saya insight baru,” kata Vina.

Komunikasi Membawa Pengaruh Besar

Vina dan tim
Vina dan tim melepas penat dengan bertamasya ke Dufan.

Tak dipungkiri, Vina juga sempat menemui kendala komunikasi dengan SDM yang bekerja di farm. “Omongan saya memang keras dan enggak menye-menye. Awal-awal dihadapkan di lokasi Jawa Barat yang mayoritas karyawan saya bertutur kata halus, jujur kaget. Semakin ke sini saya bisa lebih mengontrol diri sampai mengikuti alur mereka,” ungkapnya.

Komunikasi ternyata membawa pengaruh sebesar itu, lanjut Vina. Mayoritas karyawan Vina saat ini di antaranya banyak yang berpengalaman mengurus peternakan ayam.

Namun tidak dipungkiri, Vina masih perlu melatih beberapa SDM yang memiliki jobdesk input data agar menggunakan perangkat laptop.

Minim Antibiotik, Manfaatkan Herbal

PT Cijangkar Makmur Suka Tungki melakukan kegiatan usaha memproduksi telur ayam negeri berkualitas tinggi, melalui jaringan agen.

“Sejalan dengan prinsip serta komitmen saya yakni menjual telur yang bersih dan segar dari kandang. Telur-telur ini akan dikonsumsi masyarakat termasuk kerabat dan teman, jadi harus melewati quality control,” tegas Vina.

Ia menambahkan, dirinya tidak mau membohongi publik. Menurutnya, sebagai pebisnis harus mementingkan aspek manusiawi.

Selain memperketat biosekuriti guna mencegah virus penyakit masuk, Vina mengatakan lebih banyak memanfaatkan pemberian vitamin herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam.

“Program vaksin rutin berjalan. Kalau enggak ada outbreak penyakit berat, tidak perlu antibiotik sedemikian rupa,” sambungnya.

Tambah Populasi hingga Meracik Pakan

Dengan SDM kurang lebih 100 orang, Vina berharap dalam beberapa tahun ke depan dapat meramu pakan sendiri (self-mixing), menyiapkan lahan ketersediaan jagung, hingga mendistribusikan telur sampai ke end-user.

Vina yang pernah menekuni pekerjaan sebagai penata rias atau sering disebut Makeup Artist ini juga berkeinginan menambah populasi ayam hingga 1 juta ekor.

Agustus 2021, Vina mendirikan Eggcited yaitu sister company Cijangkar Makmur yang menjual telur ayam ke pasar-pasar serta memasok telur untuk usaha bakery di area Tangerang Selatan dan sekitarnya. (NDV)

MENCERMATI LAGI PERKEMBANGAN AI

Virus AI telah berulang kali mengalami mutasi, menjadi tantangan bagi sektor peternakan. (Sumber: finddx)

Tahun kemarin kasus AmPV dan CRD banyak dilaporkan yang kemungkinan besar masih banyak dialami oleh para peternak sampai saat ini. Kendati demikian, peternak tetap perlu waspada dengan adanya berita outbreak Avian influenza (AI) di Selandia Baru pada Desember 2024, yang diindikasikan HPAI dengan varian H7N6.

Migrasi burung dari daerah setempat yang terjadi outbreak AI saat memasuki musim dingin dan bermigrasi ke tempat yang hangat menjadi salah satu pemicu daerah yang disinggahi akan terdampak penyakit AI. Dimana penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksius pada unggas yang bersifat zoonotik dan menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi.

Penyakit AI disebabkan oleh virus yang tergolong dalam family Orthomyxoviridae tipe A, virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan antigenitas dari glikoprotein hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang diekspresikan pada permukaan partikel virus. Virus AI mempunyai 18 subtipe HA dan 11 subtipe NA (Tong et al., 2012; Tong et al., 2013; Wu et al., 2014; Heider et al., 2015).

Berdasarkan patogenisitasnya, virus AI dibedakan menjadi highly pathogenic avian influenza (HPAI) menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi dan sering menimbulkan wabah dan low pathogenic avian influenza (LPAI) menyebabkan gejala ringan atau tidak memiliki gejala pada unggas yang terinfeksi.

Unggas dapat menunjukkan gejala klinis maupun tidak menunjukkan gejala (subklinis). Gejala-gejala seperti penurunan produksi telur, hemoragis pada permukaan serosa dan mukosa organ visceral, terutama hemoragis pada jaringan lemak koroner dan otot jantung (epikardium) dapat mengarahkan diagnosis disebabkan oleh virus AI (Swayne, 2008).

Gejala penyakit berupa penurunan produksi telur yang tidak menimbulkan kematian besar sering kali diabaikan peternak karena tidak menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti. Meskipun demikian keberadaan peternakan tersebut dapat membahayakan bagi unggas di daerah sekitarnya karena dapat merupakan sumber penularan infeksi AI bagi ayam lainnya dan kemungkinan juga pada manusia terutama petugas kandang yang bekerja di peternakan tersebut.

Team Veterinary Representatif PT Romindo dalam tiga bulan terakhir telah menangani kasus AI sebanyak sembilan kasus. Kasus yang dilaporkan menunjukkan penurunan produksi telur tidak drastis, tetapi diikuti kematian yang terus-menerus dengan presentasi tidak besar dalam 1.000 ekor ayam terdapat kematian lima ekor. Melalui pemeriksaan di BBVet Maros dari 30 sampel yang diperiksa menunjukkan 96,6% hasil positif terhadap AI H5 clade 2.3.2.

Bagaimana mencermati kondisi di lapangan terhadap perkembangan AI sehingga peternak bisa terhindar oleh kerugian-kerugian yang diakibatkannya? Seperti diketahui bersama bahwa virus AI telah berulang kali mengalami mutasi. Hal ini tentu menjadi tantangan bersama bagi pihak yang intens berkecimpung di dunia peternakan, terutama dalam pengendalian penyakit, baik pada penerapan biosekuriti maupun program vaksinasi.

Menurut WOAH (2018), melakukan kegiatan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

KEMENTAN DAN AL-AIN FARMS TEKEN KERJA SAMA DORONG INVESTASI SUSU

Investasi produksi susu menjadi bagian dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Al-Ain Farms for Livestock Production dari Persatuan Emirat Arab (PEA) terkait investasi produksi susu di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini menjadi bagian dari rangkaian kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA yang ditandatangani pada 9 April 2025 di Abu Dhabi, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke PEA.

Kesepakatan investasi produksi susu di Indonesia tertuang dalam Memorandum Saling Pengertian antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dengan Al-Ain Farms for Livestock Production PEA.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyambut positif setiap komitmen investasi dan menegaskan bahwa Kementan akan mengawal penuh prosesnya agar dapat segera direalisasikan.

“Jika ingin menarik investor, maka yang utama adalah kenyamanan. Pemerintah hadir untuk mengawal agar proses investasi tidak berbelit,” ujar Mentan Amran beberapa waktu lalu saat menerima kunjungan investor di Jakarta.

Lebih lanjut, ia menegaskan pihaknya akan berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mempercepat proses implementasi investasi di lapangan. 

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyampaikan bahwa kerja sama dengan Al-Ain Farms ini difokuskan pada pengembangan sektor susu nasional, termasuk peningkatan produksi dan kualitas susu, serta penguatan ekosistem industri peternakan yang berkelanjutan.

“Kami menyambut baik minat investasi dari Al-Ain Farms yang akan menjadi bagian dari upaya mempercepat swasembada susu. Kerja sama ini juga diharapkan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan peternak lokal melalui kemitraan,” ujar Agung di kantornya, Kamis (10/4/2025).

Ia menambahkan, selain peningkatan terhadap kuantitas dan kualitas susu, kerja sama ini juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Dalam nota kesepahaman tersebut, Kementan menyatakan dukungannya terhadap rencana investasi Al Ain Farms, salah satunya melalui program pengembangan sapi perah di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Selain itu, pemerintah juga menawarkan kemudahan akses lahan dan juga insentif diberikan, termasuk pembebasan bea masuk impor ternak dan peralatan industri, skema pembiayaan berbunga rendah, program asuransi peternakan, serta koordinasi lintas sektor demi memastikan keberhasilan implementasi di lapangan.

“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan menjadi contoh model investasi strategis yang dapat direplikasi di wilayah lain dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” pungkasnya. (INF)

PENGURUS AINI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK

Acara pelantikan Pengurus Pusat AINI secara daring. (Foto: Istimewa)

Selasa (8/4/2025), telah dilaksanakan pelantikan Pengurus Pusat Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) masa bakti 2025-2029 berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum AINI No. 001/SK/KU/I/2025. Pelantikan dilaksanakan secara daring.

Pembacaan surat keputusan AINI tentang Pengangkatan Pengurus Pusat AINI periode 2025-2029, dibacakan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) AINI, Prof Nahrowi.

Acara yang sekaligus menjadi ajang halalbihalal tersebut, mengukuhkan Prof Bambang Suwignyo dari Fapet UGM sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) AINI periode 2025-2029, kemudian menunjuk Prof Anuraga Jayanegara dari Fapet IPB sebagai Wakil Ketua Umum, dan Dr Rusmana Wijaya Setia Ningrat dari Fapet UNAND sebagai Sekretaris Jenderal.

Bambang Suwignyo dalam sambutannya menyampaikan harapannya kepada para pengurus AINI yang baru saja dilantik untuk mematuhi dan melaksanankan AD/ART AINI serta keputusan hasil Kongres AINI VI pada 23 Oktober 2024.

“Selamat bekerja, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan, kekuatan dan petunjuk-NYA kepada kita semua dalam membina kehidupan organisasi AINI dengan sebaik-baiknya,” katanya. (INF)

BENARKAH KONSUMSI ROKOK MASYARAKAT KELAS BAWAH MELEBIHI KONSUMSI TELUR?

Daging dan telur ayam, sumber protein hewani. (Foto: Istimewa)

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menyebutkan jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang. Sekitar 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun. Di sisi lain, mereka hanya sedikit mengonsumsi telur dan daging ayam.

Tulisan ini tidak bertujuan menghakimi para perokok, tetapi didasarkan untuk mengungkap fakta dan data bahwa uang masyarakat Indonesia yang dibelikan “candu” berupa rokok jauh lebih besar dibandingkan untuk kebutuhan konsumsi telur maupun daging ayam.

Yang membuat miris, jumlah perokok yang cukup besar berasal dari kalangan masyarakat yang notabene termasuk kelompok masyarakat miskin. Kok, bisa?

Data Badan Pusat Statistik (BPS), per 2023, proporsi perokok Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah sebanyak 28,62%. Jumlah tersebut diproyeksi akan terus bertumbuh.

Mengutip dari GoodStats, World Health Organization (WHO) membuat proyeksi ini berdasarkan data prevalensi merokok yang tersedia di 165 negara. WHO menyebutkan bahwa jumlah perokok di Indonesia diprediksi mencapai 38,7% dari total penduduk pada 2025. Adapun angka tersebut hanya menghitung jumlah perokok berusia 15 tahun ke atas.

Data ini mengungkapkan, Indonesia menduduki urutan kelima negara dengan proporsi perokok terbanyak di dunia, di bawah Nauru, Myanmar, Serbia, dan Bulgaria. Namun WHO hanya menghitung data perokok yang menggunakan produk dengan kandungan tembakau, baik yang berasap atau tidak, dengan frekuensi pemakaian setiap hari atau hanya kadang-kadang.

Di sisi lain, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai sekitar 70 juta orang dan 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun.

Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Sekarang bandingkan dengan tingkat konsumsi makanan sehat, seperti konsumsi telur dan daging ayam. Berdasarkan data BPS Maret 2024 (data terakhir yang dirilis BPS, red), terdapat perbandingan yang membuat prihatin antara konsumsi telur dan daging ayam dengan konsumsi rokok.

Menurut data BPS tersebut, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di dalam negeri, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

Pertama adalah beras yang memberi sumbangan terbesar, yakni 21,84% di perkotaan dan 25,93% di perdesaan. Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua, yakni 11,56% di perkotaan dan 10,90% di perdesaan. Sementara untuk komoditas daging ayam ras hanya 4,25% di perkotaan dan 2,86% di perdesaan, serta telur ayam ras sebesar 4,21% di perkotaan dan 3,36% di perdesaan.

Candu Rokok Sudah “Bersemayam”
Dari sisi gizi, data BPS di atas sungguh miris. Bagaimana bisa kelompok masyarakat miskin justru lebih mementingkan “membakar uang” (baca: merokok) ketimbang memberi makanan bergizi untuk keluarganya?

Fenomena konsumsi rokok jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging ayam mendapat perhatian dari para pakar. Pakar gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD, menyebutkan bahwa fenomena semacam ini sulit diterima akal sehat. Kebutuhan asupan gizi untuk keluarga dikalahkan kebutuhan rokok yang hanya jadi candu.

“Bisa dibayangkan kalau dalam sehari orang menghabiskan Rp 20 ribu untuk membeli rokok, maka dalam sebulan Rp 600 ribu dibakar begitu saja. Kalau dibelikan telur, dengan asmusi Rp 30 ribu, maka sebulan dia bisa beli 20 kilogram telur. Keluarga sehat, gizi terpenuhi, rumah juga bersih tanpa asap rokok,” jelas Yuny.

Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini berpendapat, perputaran uang untuk membeli rokok hanya akan berputar pada pabrik rokok dan cukai ke negara saja. Mereka yang menikmati keuntungan sangat besar, sementara para perokok mendapat titipan zat berbahaya yang bersarang di dalam tubuhnya.

Berbeda dengan itu, untuk konsumsi telur atau daging ayam perputaran uangnya sangat luas. Mulai dari petani jagung dan bahan pakan lain, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha restoran, usaha pemotongan hewan beserta jalur pasar yang mereka lewati melibatkan banyak pelaku usaha.

“Artinya kalau semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk telur atau daging ayam akan mempunyai daya ungkit bagi usaha yang terlibat dan akan membuka lapangan kerja yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan uang yang berputar untuk membeli rokok,” ungkapnya.

Yuny tak sependapat dengan anggapan peningkatan daya beli rokok masyarakat berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan. “Sederhananya, masyarakat yang konsumsi rokok atau yang makan telur yang akan meningkatkan produktivitas? Jadi tidak ada hubungannya antara biaya pulsa yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan,” tambahnya.

Ia berargumen, kalangan perokok sangat sulit untuk mengurangi jatah rokoknya, apalagi untuk berhenti total. Karena candu rokok sudah “bersemayam” dalam tubuh, maka ada orang yang berpinsip “tidak apa tidak sarapan, asal tiap pagi bisa merokok.”

Bahkan sampai yang tidak punya uang sekalipun, para perokok berat akan mencari jalan lain untuk bisa mendapatkan rokok, entah dengan meminta ke teman, utang ke warung, bahkan ada yang nekat mengambil tanpa izin alias mencuri.

“Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan kebiasaan sebagian masyarakat kita yang memang lebih memilih untuk tetap merokok, bagaimanapun kondisinya,” ucap dia.

Risiko SIDS
Sebagai peringatan untuk orang tua yang perokok, meski sudah sering diperingatkan, merokok di dalam rumah yang terdapat anak kecil sangat besar risikonya. Kementerian Kesehatan dalam rilisnya menyebutkan, pada anak-anak paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndromes (SIDS) hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak merokok.

Risiko SIDS ini bisa berakibat fungsi paru menurun, penyakit pernapasan, kanker, gangguan ginjal, hingga infeksi telinga. “Kebiasaan merokok juga menyebabkan stunting. Karena nilai nutrisi keluarga itu bisa teralihkan akibat pembelian rokok oleh bapaknya,” tulisnya dalam rilis tersebut.

Anak-anak mempunyai hak untuk tumbuh di lingkungan yang bebas dari dampak berbahaya tembakau. Upaya tanpa henti dari industri tembakau untuk memikat generasi muda pada produk mereka merupakan serangan langsung terhadap hal ini.

Keluarga dengan kepala rumah tangga perokok aktif, pemenuhan kebutuhan nutrisi cenderung harus berlomba dengan pemenuhan konsumsi rokok. Sering kali kebutuhan nutrisi menjadi tersingkir, mengingat harga rokok saat ini mahal dan kebutuhan beberapa bahan makanan pokok dan lauk pauk juga bisa naik turun.

Secara perhitungan bila harga rokok mahal tentu akan dapat mengurangi pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi makanan sehat. Padahal tubuh membutuhkan asupan nutrisi seimbang guna mempertahankan imunitas, kesehatan, dan kebugaran.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berkurang pada anak dapat menganggu tumbuh kembangnya. Jika itu terganggu, bisa mengakibatkan stunting. Selain itu juga dapat mengganggu kesehatan anggota keluarga yang lain.

Dampak lebih lanjut adalah ketika anak-anak mengalami gangguan tumbuh kembang, tentu berdampak pada masa depan mereka. Kualitas generasi penerus salah satunya berasal dari nutrisi seimbang. Bila tumbuh kembang terganggu, kualitas generasi penerus menjadi turun. Kemampuan intelektual, kemampuan kerja, dan produktivitas menjadi faktor penting yang perlu dikawatirkan, ketika asupan nutrisi kurang.

Selanjutnya, kondisi ini dapat mendorong munculnya kasus-kasus kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan. Dampak kurangnya asupan nutrisi juga dapat menyebabkan tingginya risiko kematian pada bayi dan anak.

Kepala rumah tangga yang seorang perokok, kesehatannya juga sedikit demi sedikit akan digerogoti oleh racun rokok. Bila akhirnya sakit, akan menjadi beban keluarganya yang tentunya mengancam perekonomian hingga pemenuhan asupan makan bernutrisi untuk keluarga. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

AYAM BERAK KAPUR (BERAK PUTIH), PENYEBAB DAN OBATNYA

ayam berak kapur

Penyakit Pullorum di Indonesia dikenal juga dengan nama penyakit ayam berak kapur dan penyakit ayam berak putih.

Penyakit ini menular dan bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Produksi telur menurun, daya tunas menurun, kematian embrio, kematian anak ayam sampai umur 3 minggu. Bahkan pada anak ayam umur 1-10 hari mortalitas sangat tinggi.

Meski tidak menyebabkan kematian pada ayam dewasa, namun ayam dewasa akan menularkannya ke ayam lain dan ke anak ayam.

Pada dasarnya penyakit pullorum bisa menyerang ayam di segala umur. Namun lebih banyak menyerang anak ayam umur minggu kedua dan ketiga, dengan morbiditas lebih dari 40% dan mortalitas 85-100%.

Penyebab penyakit ayam berak kapur adalah bakteri Salmonella pullorum. Bakteri tersebut mampu bertahan di tanah selama hingga satu tahun. Resistensi terhadap lingkungan baik secara fisik maupun kimiawi tinggi. Meski demikian bakteri tersebut tidak tahan terhadap panas.

Seperti namanya gejala penyakit ini umumnya berupa diare dengan feses berwarna putih atau coklat kehijauan. Gejala lain adalah mata menutup seperti mengantuk, nafsu makan berkurang, sayap menggantung, lumpuh, jengger kebiruan, gangguan pernafasan, dan ayam bergerombol di satu tempat.

Gejala tersebut lebih sulit terlihat pada ayam dewasa. Pada layer gejala yang cukup jelas adalah produksi telur yang menurun.

Gejala pada ayam dewasa yang tidak tampak dengan jelas memungkinkan terjadinya keterlambatan penanganan. Akibatnya ayam menjadi carrier (pembawa penyakit) dan menularkannya pada ayam lain.

Penyakit ayam berak putih bisa menular secara vertikal atau kongenital, dari induk ayam ke anak ayam melalui telur. Juga secara horisontal antara ayam yang sakit dengan ayam sehat atau ayam carrier.

Penularan juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui peralatan kandang, litter, pakan, minum, dan pakaian ABK. Sedangkan dalam mesin tetas  penularan terjadi secara aerogen melalui bulu, debu dan lainnya.

Obat ayam berak kapur berupa penyuntikan antibiotik yang diberikan oleh dokter hewan, namun hanya efektif untuk mencegah kematian anak ayam. Tidak bisa menghilangkan penyakitnya.

Pencegahan bisa dilakukan dengan treatment tertentu pada kandang sebelum digunakan. Jaga kebersihan litter, jaga ventilasi agar tetap baik, bebaskan peternakan dari hewan-hewan  yang dapat menjadi carrier pullorum. Bersihkan selalu tempat makanan jangan ada sisa makanan, bersihkan juga area sekitar kandang dengan rutin.

Hanya gunakan telur tetas dan DOC dari pembibitan yang bebas pullorum. Ayam yang sudah parah disarankan untuk dimusnahkan dengan dikubur atau dibakar untuk menghindari adanya carrier. Ayam yang mati hendaknya juga dibakar atau dikubur.

PENYEBAB TELUR AYAM KECIL

telur ayam kecil

Untuk penyebab pastinya perlu dikonsultasikan dengan dokter hewan. Kami disini hanya memberikan informasi beberapa hal yang bisa menyebabkan ukuran telur ayam menjadi kecil.

Penyebab pertama adalah ayam terserang penyakit seperti Newcastle Disease (ND) dan Egg Drop Syndrome (EDS). Keduanya menyebabkan ukuran telur mengecil.

Penyakit ND belum ada obatnya. Yang bisa dilakukan adalah merangsang nafsu makan ayam dan mengupayakan agar kondisi ayam segera membaik. EDS pun sama belum ada obatnya.

Meski demikian kedua penyakit tersebut bisa dicegah dengan vaksinasi dan penerapan biosekuriti yang ketat.

Penyebab kedua adalah berat badan ayam di bawah normal. Hal itu bisa menyebabkan ukuran telur juga mengecil. Berat badan ayam harus sesuai standar saat memasuki masa produksi, jika tidak maka bisa berpengaruh pada ukuran telur yang dihasilkan.

Penyebab berat badan ayam di bawah normal bisa karena kualitas pakan yang kurang bagus atau konsumsi pakan ayam (feed intake) rendah.

Ayam yang beratnya di bawah normal perlu dipisahkan dan diberikan treatment. Diperbaiki kualitas pakannya atau konsumsi pakannya atau keduanya kalau perlu. Sehingga diharapkan beratnya normal kembali.

Perbaikan feed intake juga dilakukan sesuai sebabnya. Misalnya karena ayam stres atau terserang penyakit tertentu.

Penyebab ketiga adalah kualitas pakan yang jelek. Akibatnya kebutuhan nutrisi ayam tidak terpenuhi sehingga mempengaruhi kualitas telur termasuk ukurannya. Solusinya tentu segera perbaiki kualitas pakan.

Penyebab keempat adalah ayam mengalami kematangan seksual terlalu dini, belum cukup umur. Biasanya ayam yang demikian berat badannya masih di bawa standar. Akibatnya juga bisa menyebabkan ukuran telur yang dihasilkan lebih kecil.

PENYAKIT AYAM EGG DROP SYNDROME

Egg drop syndrome 1976 (EDS 76) atau biasa disebut juga egg drop syndrome adalah penyakit ayam yang ditemukan oleh Van Eck di Belanda pada tahun 1976.

Penyakit ini mengakibatkan menurunnya produksi telur dan kulit telur menjadi tipis atau lunak kerabangnya. EDS 76 disebabkan oleh Adenovirus dari famili Adenoviridae yang diduga berasal dari Adenovirus itik.

Unggas adalah spesies hewan yang rentan terhadap EDS. Penularan pada ayam terutama terjadi pada ayam dewasa umur 26-55 minggu. Ditambah lagi GP broiler dengan warna telur coklat lebih gampang tertular dibanding dengan yang warna telurnya putih.

EDS cenderung bersifat sporadis. Virus masuk ke tubuh ayam yang pada akhirnya bereplikasi di dalam oviduct yang menyebabkan perubahan pada kerabang telur.

Penularannya bisa secara vertikal dari induk ke anak ayam melalui telur. Juga bisa secara horisontal, yang lebih lambat prosesnya. Juga penularan bisa terjadi karena kontaminasi melalui makanan, minuman dan semen.

Gejala yang ditimbulkan oleh EDS lebih tampak pada ayam umur 25-35 minggu. Yaitu menurunnya produksi telur hingga 50% selama beberapa minggu dan telur yang dihasilkan jelek kualitasnya. Warna kulit telur bisa hilang atau berkurang. Ukuran telur menjadi kecil sekali. Kulitnya tipis, lunak, atau tanpa kulit.

Dari gejalanya EDS dapat disalahartikan dengan penyakit lain. Misalnya New Castle Disease karena produksi telur turun dan cangkang telur lunak. Juga dengan Infectious Bronchitis karena ukuran telur menjadi kecil dan bentuknya tidak normal.

Egg drop syndrome tidak ada pengobatannya. Jika ada kejadian EDS peternak diharapkan untuk melaporkannya pada Dinas terkait.

Untuk pencegahannya bisa dilakukan vaksinasi pada ayam yaitu 3-4 minggu sebelum masa bertelur. Hanya gunakan DOC yang bebas dari virus EDS 76. Juga area peternakan bebas dari angsa dan itik dan sumber air minum untuk ayam sebaiknya eksklusif tidak bercampur dengan hewan lain terutama angsa dan itik. Tentunya juga menjaga biosekuriti.

AVIAX 5%

The newest ionophore against Eimeria maxima. An excellent option for anticoccidial rotation programs.



TRYPTOPHAN PADA LAYER: MENGURANGI STRES DAN AGRESIVITAS, TINGKATKAN PRODUKSI TELUR

L-Tryptophan termasuk dalam golongan asam amino esensial, dimana tubuh ayam tidak dapat memproduksi sendiri sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh, salah satunya melalui konsumsi pakan.




MONIMAX (MONENSIN + NICARBAZINE)

Monimax (Monensin + Nicarbazine)
Reveal your hidden potential



BERANTAS AI HINGGA TUNTAS

Afluvet Hilow H5N1 + H9N2: Early, high, and cross protection
Harbindo AI PLUS: Long lasting immunity
Harbindo ND + AI H5N1: Premium adjuvant
Harbindo AI H5N1: Zero shedding



JELANG LEBARAN, KEMENTAN PASTIKAN PENGENDALIAN PMK TETAP BERJALAN

Pemeriksaan sapi oleh petugas di lapangan. (Foto: Istimewa)

Menjelang perayaan Idul Fitri, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) tetap optimal di seluruh Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, meminta jajarannya tetap siaga.

Menurut Amran, timnya bergerak cepat dalam menangani penyebaran PMK. Pada saat tren kasus meningkat di awal tahun, Kementan mengalokasikan anggaran Rp 100 miliar untuk alokasi 4 juta dosis vaksin mengatasi wabah PMK.

“Begitu ada PMK, Rp 100 miliar langsung kami geser dan jutaan vaksin itu telah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia. Alhamdulillah tren kasus PMK saat ini sudah melandai,” ungkap Mentan Amran, dalam keterangan persnya Rabu (26/3/2025).

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, menyatakan untuk memastikan pengendalian tetap optimal, timnya melakukan pemantauan harian rutin melalui portal Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu (iSIKHNAS) untuk mengantisipasi lonjakan lalu lintas ternak di berbagai daerah menjelang Idul Fitri 1446 H.

Ia menambahkan, ternak yang baru tiba di lokasi tujuan biasanya mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat kelelahan selama perjalanan. Kondisi ini membuat ternak rentan terserang penyakit, termasuk PMK.

“Ternak sakit yang tidak segera ditangani dapat menulari ternak lain dan merugikan peternak. Kami mengimbau peternak dan pelaku usaha untuk segera menghubungi petugas kesehatan hewan setempat jika menemukan ternak sakit, agar bisa segera ditangani,” kata Agung.

Untuk memastikan kasus PMK terus melandai, Kementan meningkatkan kapasitas epidemiologi petugas kesehatan hewan agar mampu melakukan deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian PMK berbasis risiko. “Dengan sumber daya yang terbatas, strategi ini memungkinkan daerah untuk menerapkan kebijakan yang tepat guna mengantisipasi penyebaran PMK,” ucapnya.

Sebagai langkah pencegahan, Kementan telah melaksanakan Bulan Vaksinasi PMK pada Januari-Maret dan akan melanjutkan vaksinasi ulangan pada Juli-September. Hingga saat ini, capaian vaksinasi nasional yang bersumber dari APBN telah mencapai 1.078.189 dosis atau 68,10% dari distribusi 1.583.200 dosis. Sementara itu, vaksinasi yang bersumber dari APBD, hibah, CSR, feedlot, dan mandiri telah mencapai 607.462 dosis, sehingga total vaksinasi secara nasional mencapai 1.688.651 dosis.

“Angka ini masih terus bergerak karena petugas terus melakukan vaksinasi dan pelaporan melalui iSIKHNAS. Kami berharap bisa mencapai minimal 70%,” tambah Agung.

Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy, menyatakan bahwa pihaknya telah mendistribusikan obat-obatan dan logistik pendukung ke berbagai daerah dalam mempercepat pengendalian PMK. Bantuan mencakup antibiotik, vitamin, analgesik, disinfektan, dan peralatan medis lainnya.

Berdasarkan evaluasi nasional per 24 Maret 2025, pelaksanaan vaksinasi PMK terus menunjukkan progres positif. Sebagian besar provinsi telah mencapai target vaksinasi di atas 60%, dengan beberapa daerah mencatatkan capaian di atas 80%.

“Kami pastikan ternak yang sakit tertangani dengan baik dan vaksinasi berjalan optimal guna mencegah penyebaran lebih luas,” ujar Imron.

Selain vaksinasi, pengendalian PMK juga dilakukan melalui pengawasan ketat lalu lintas hewan dan produk hewan, penerapan biosekuriti, penyediaan pakan berkualitas, serta pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin. “Semua aspek harus diperhatikan secara berkelanjutan,” tegasnya.

Upaya strategis pemerintah dalam pengendalian PMK bertujuan untuk menjamin ketersediaan ternak yang aman dan sehat menjelang Idul Fitri 2025. Sistem pengawasan lalu lintas ternak yang ketat serta penggunaan aplikasi pemantauan yang diawasi Pejabat Otoritas Veteriner (POV) menjadi langkah utama mencegah penyebaran PMK antar wilayah.

“Kami mengharapkan dukungan dari semua pihak, termasuk peternak, pelaku usaha peternakan, dan masyarakat, agar upaya ini berhasil. Pastikan ternak sudah divaksin PMK dan memiliki sertifikat veteriner sebelum dilalulintaskan,” pungkasnya. (INF)

YEAMOS: PROFESSIONAL ENHANCED TOXIN BINDER INGREDIENT

YeaMOS: Professional Enhanced Toxin Binder Ingredient

• Adsorption and degradation of mycotoxins
• Ansure animal health and feed safety
• Reduce cost and improve mixing uniformity



INDUSTRI TELUR POLANDIA BANGKIT KEMBALI MESKI FLU BURUNG MELANDA

Pada Januari 2025, jumlah ayam petelur yang menetas di Polandia lebih tinggi dari tahun sebelumnya, ungkap Paweł Podstawka, presiden Federasi Nasional Peternak Unggas dan Produsen Telur. Pergeseran positif ini tercatat untuk pertama kalinya dalam hampir 2 tahun meski flu burung melanda seluruh negeri.

Podstawka melaporkan bahwa 3,2 juta ayam petelur menetas di peternakan unggas di Polandia pada Januari 2025, naik 8,6% dibandingkan dengan Januari 2024, saat angkanya mencapai 2,9 juta. Selama beberapa tahun terakhir, dinamika produksi mengalami penurunan yang cukup stabil. Sebagai perbandingan, pada Januari 2023, 3,3 juta ayam petelur menetas dan pada Januari 2022, 3,8 juta ekor.

Menurut Podstawka, tren penurunan berbalik pada bulan Januari untuk pertama kalinya sejak 2023. "Kami memiliki sinyal yang menunjukkan peningkatan jumlah ayam petelur di peternakan Polandia, yang memberikan peluang peningkatan pasokan telur," kata Podstawka, yang berharap bahwa peningkatan produksi akan membantu mengendalikan inflasi.

Namun, mungkin terlalu dini untuk merayakan berakhirnya krisis. Selama beberapa bulan terakhir, 6 juta ekor unggas dimusnahkan di Polandia, termasuk hampir 3 juta ekor ayam petelur, menurut perkiraannya. Pertumbuhan baru-baru ini dapat menjadi reaksi industri terhadap penurunan tajam populasi ayam petelur. Selain itu, mengingat kerugian yang sangat besar, mungkin perlu beberapa bulan bagi industri untuk kembali ke jumlah ayam petelur sebelum wabah baru-baru ini, kata Podstawka.

USDA NAIKKAN PERKIRAAN STOK GANDUM DI TENGAH PENURUNAN EKSPOR UE & KETEGANGAN PERDAGANGAN

Departemen Pertanian AS (USDA) telah menaikkan perkiraannya untuk stok gandum global pada musim 2024-25. Menurut laporan WASDE terbaru, alasan utama penyesuaian ini adalah panen gandum yang lebih besar di Australia, Argentina, dan Ukraina.

Produksi gandum global telah meningkat sebesar 3,4 juta ton menjadi 797,2 juta ton. Produksi gandum Australia telah direvisi naik sebesar 2,1 juta ton menjadi 34,1 juta ton, menjadikannya panen gandum terbesar ketiga di negara itu.

Panen gandum Argentina sekarang diperkirakan mencapai 18,5 juta ton, 0,8 juta ton lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya pada bulan Februari. Produksi gandum Ukraina diproyeksikan mencapai 23,4 juta ton, meningkat 0,5 juta ton. Selain itu, stok awal yang lebih tinggi, seperti yang ada di Turki, telah berkontribusi pada peningkatan keseluruhan pasokan gandum.

Perdagangan gandum global diperkirakan turun 0,9 juta ton, menjadi 208,1 juta ton. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya ekspor dari UE, Rusia, dan AS. Ekspor gandum UE untuk musim saat ini diproyeksikan sebesar 27 juta ton, level terendah sejak 2018-19. Menurut USDA, ekspor UE telah turun sekitar 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Alasan utama penurunan ini adalah panen yang buruk di Prancis, produsen gandum terbesar UE. Namun, negara-negara UE lainnya seperti Rumania dan Bulgaria telah meningkatkan pangsa ekspor UE mereka.

USDA memperkirakan perdagangan gandum global akan menurun. Perkiraan ini belum memperhitungkan tarif AS atas produk Kanada dan Meksiko, karena tarif tersebut telah ditangguhkan untuk sebagian besar produk pertanian hingga 2 April.

Perkiraan terbaru memperhitungkan tarif AS atas produk Tiongkok dan tarif pembalasan Tiongkok atas AS. Karena bea masuk Tiongkok, AS kini menghadapi tarif 15% untuk ekspor gandum, jagung, dan unggas, serta tarif 10% untuk kedelai, daging babi, daging sapi, dan buah.

USDA telah menurunkan perkiraan ekspor gandum untuk AS dan juga memperkirakan Tiongkok akan mengimpor 1,5 juta ton lebih sedikit gandum. Perkiraan impor gandum Tiongkok telah direvisi turun menjadi 6,5 juta ton, yang kurang dari setengah impornya pada tahun 2023-24.

Konsumsi gandum global diperkirakan akan meningkat sebesar 2,9 juta ton menjadi 806,7 juta ton. Meskipun demikian, stok akhir gandum global untuk tahun 2024-25 diproyeksikan akan meningkat sebesar 2,5 juta ton menjadi 260,1 juta ton. Meskipun ini lebih tinggi dari perkiraan Februari, ini tetap menjadi stok akhir global terendah sejak 2016-17.

PRODUKSI PAKAN RUSIA MENINGKAT PADA TAHUN 2024

Pada tahun 2024, produksi pakan Rusia naik menjadi 36,4 juta ton, menandai peningkatan 3,3% dari tahun sebelumnya, menurut layanan statistik negara Rusia, Rosstat. Pertumbuhan produksi berlanjut hingga kuartal keempat tahun 2024, dengan output mencapai 9,2 juta ton, mencerminkan peningkatan 3,3% dari tahun ke tahun. Namun, tidak ada data terpisah untuk pakan unggas, babi, atau ternak yang diberikan.

Seiring dengan peningkatan produksi, harga pakan juga mengalami pertumbuhan yang stabil. Feedlot, lembaga pemikir yang berbasis di Moskow, melaporkan kenaikan 9% dalam harga pakan rata-rata pada tahun 2024, mencapai Rub 23,5 ($0,26) per kg. Harga premix juga naik 9%, mencapai Rub 176 ($1,91) per kg. Sementara itu, harga konsentrat protein dan vitamin melonjak 68% menjadi Rub 47,2 ($0,51) per kg.

Di antara komponen pakan utama, harga tepung daging dan tulang meningkat 9%, mencapai Rub 55,4 ($0,60) per kg, dan harga tepung ikan melonjak 15%, mencapai Rub 142 ($1,54) per kg.

Perusahaan penggemukan memperkirakan bahwa produksi pakan Rusia akan mencapai 40 juta ton pada tahun 2025, mengutip proyeksi dari Persatuan Produsen Pakan Rusia.

KRISIS PAKAN DI IRAN: MASALAH PAJAK DAN PEMADAMAN LISTRIK MENGHAMBAT PRODUKSI PABRIK PAKAN

Kebijakan pajak yang tidak konsisten ditambah dengan pemadaman listrik yang terus-menerus telah menghambat produksi pabrik pakan di Iran, yang telah mencapai tingkat yang sangat rendah, menurut Mohammad Masoudi, CEO Union of Livestock, Poultry, and Aquatic Feed Cooperatives.

Sebagian besar pakan di Iran diproduksi oleh peternak unggas di dalam negeri, sebuah praktik yang telah menyebar luas karena para peternak berusaha untuk menurunkan biaya produksi, jelas Masoudi.

“Peternakan unggas dibebaskan dari beberapa pajak karena dianggap sebagai bagian dari sektor pertanian. Di sisi lain, pabrik pakan diklasifikasikan sebagai bagian dari sektor industri dan tidak menikmati keuntungan pajak yang sama,” ungkap Masoudi.

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Iran telah membuat peternakan unggas memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan negara yang luas, tetapi peraturan ini juga telah memicu arus keluar investasi dari industri pakan.

Masoudi mengungkapkan bahwa industri pakan Iran mengalami pemanfaatan kapasitas yang sangat rendah. Sebanyak 866 pabrik pakan yang beroperasi di negara itu memproduksi sekitar 12 juta ton pakan tahun lalu, sementara total kapasitasnya mendekati 32 juta ton.

Produksi di pabrik pakan juga semakin terhambat oleh pemadaman listrik bergilir, yang terkait dengan krisis energi yang sedang berlangsung di Iran.

Perekonomian Iran telah menghadapi pemadaman listrik yang sering terjadi, terutama dalam beberapa bulan terakhir, karena negara itu menghadapi musim dingin yang keras dan berjuang untuk memenuhi permintaan energi. Pemerintah telah menerapkan pemadaman listrik bergilir untuk menghemat bahan bakar dan mengurangi ketergantungan pada mazut, minyak yang mengandung banyak polutan.

TIONGKOK MENINGKATKAN TINDAKAN PROTEKSIONIS TERHADAP PEMASOK UTAMA, TERMASUK BRASIL

Tiongkok telah meningkatkan tindakan proteksionis terhadap beberapa pemasok utamanya, termasuk Brasil, dalam beberapa waktu terakhir.

Setidaknya 4 perkembangan utama mendukung penilaian ini, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan eksportir Brasil, karena Tiongkok tetap menjadi pembeli daging dan biji-bijian Brasil terbesar.

Pada minggu kedua Januari, Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok (GACC) memblokir ekspor kedelai dari beberapa unit dari 5 perusahaan dagang utama yang beroperasi di Brasil. Embargo, yang terjadi antara 8 dan 14 Januari, memengaruhi perusahaan-perusahaan seperti Cargill, ADM, China da Terra Roxa, Olam Brasil, dan C.Vale.

Cargill, ADM, dan Olam berada di antara 10 pedagang biji-bijian terbesar secara global, masing-masing menempati posisi ke-1, ke-3, dan ke-9 pada tahun 2023. Bersama-sama, mereka menangani lebih dari $310 miliar tahun itu. Menurut komunikasi resmi, otoritas Tiongkok menemukan kiriman yang terkontaminasi bahan kimia, hama, atau serangga. Perusahaan yang terkena dampak belum mengomentari masalah tersebut.

RUSIA MEMPERLUAS EKSPOR PAKAN TERNAK KE ASIA TENGAH

Sibagro, salah satu perusahaan pertanian terkemuka di Rusia, telah meluncurkan rencana untuk memperluas ekspor pakan ternak dari pabrik pakan ternak Bogdanovisheskiy yang baru saja diakuisisi ke sejumlah republik di Asia Tengah.

Perusahaan ini sedang berupaya untuk meningkatkan produksi pabrik pakan ternak dari 330.000 ton menjadi 396.000 ton per tahun.

Sibagro telah mengekspor pakan ternak ke Kazakhstan dan Kirgistan, keduanya merupakan anggota Uni Ekonomi Eurasia, blok ekonomi yang dipimpin Rusia. Perluasan pabrik pakan ternak Bogdanovisheskiy akan membuka jalan bagi perusahaan untuk memulai penjualan ke Uzbekistan dan Tajikistan.

Di masa mendatang, Sibagro juga berencana untuk meluncurkan ekspor ke Mongolia dan Tiongkok.

Vladimir Stogniy, direktur Pabrik Pakan Bogdanovisheskiy, menyatakan bahwa pabrik pakan tersebut, salah satu yang terbesar di wilayah Rusia ini, memiliki peralatan canggih, yang memungkinkannya untuk memproduksi pakan dengan kualitas yang sangat diapresiasi oleh mitra asing.

PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK) TERDETEKSI DI SEBUAH PETERNAKAN SAPI BESAR DI HUNGARIA

Pihak berwenang di Hungaria telah mengonfirmasi kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sebuah peternakan dengan 1.400 sapi di Kisbajcs, sebuah kota di barat laut negara itu dekat perbatasan dengan Slovakia. Ini adalah kasus pertama PMK yang dilaporkan di negara itu dalam lebih dari 50 tahun, kata Kantor Keamanan Rantai Pangan Nasional (Nébih).

“Sebuah peternakan dengan 1.400 sapi menunjukkan gejala klasik Penyakit Mulut dan Kuku pada awal Maret,” menurut pernyataan Nébih. Setelah uji laboratorium mengonfirmasi keberadaan penyakit tersebut, kepala dokter hewan Hungaria memerintahkan penutupan peternakan, pemusnahan ternak, dan penyelidikan epidemiologi.

“Pemusnahan ternak dan pendeteksian sumber infeksi sedang berlangsung,” imbuh Nébih, seraya mencatat, “Untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, langkah-langkah resmi yang sangat ketat telah diberlakukan, termasuk larangan pergerakan spesies yang rentan dan produk-produknya.”

JERMAN DINYATAKAN BEBAS PMK

Pada 12 Maret 2025, Jerman telah memperoleh kembali statusnya 'bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tanpa vaksinasi' untuk sebagian besar negara, dengan hanya zona penahanan kecil di Brandenburg yang masih dibatasi.

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) kini secara resmi mengakui sebagian besar Jerman sebagai "bebas penyakit mulut dan kuku (PMK) tanpa vaksinasi". Keputusan ini didasarkan pada permintaan dari Kementerian Pangan dan Pertanian Federal Jerman (BMEL) untuk menetapkan zona penahanan di sekitar wabah PMK di Brandenburg, yang kini telah disetujui oleh WOAH.

Zona penahanan akan terus menerapkan langkah-langkah pengendalian PMK saat ini hingga setidaknya 11 April 2025. Ini termasuk pemantauan hewan yang rentan terhadap PMK. Wabah tersebut masih terbatas pada satu kasus pada kerbau di Brandenburg, yang secara resmi dikonfirmasi pada 10 Januari 2025. Menurut BMEL, berbagai upaya sedang dilakukan untuk mendapatkan kembali status bebas PMK untuk zona penahanan yang tersisa, yang memiliki radius 6 km.

Dalam surat kabar pertanian terkemuka Jerman Top Agrar, menteri pertanian federal Jerman Cem Özdemir mengomentari keputusan tersebut, “Status bebas yang diperoleh kembali mengirimkan sinyal yang jelas kepada mitra dagang kami. Konfirmasi resmi oleh WOAH merupakan dasar penting untuk diskusi kami dengan negara ketiga dan menguntungkan ekspor.”

AUSTRALIA TETAP MENJADI PRODUSEN SUSU YANG KOMPETITIF DARI SEGI BIAYA

Australia tetap menjadi salah satu produsen susu yang paling kompetitif dari segi biaya di antara kawasan pengekspor susu utama, meskipun biaya produksi susu global meningkat selama 5 tahun terakhir, menurut laporan Rabobank.

Laporan, ‘The cost of milk: dissecting milk production costs’, menyoroti peningkatan 14% dalam biaya produksi susu total rata-rata di 8 kawasan pengekspor utama – Argentina, Australia, Tiongkok, Irlandia, Selandia Baru, Belanda, California, dan Upper Midwest AS – yang setara dengan tambahan US$0,06 per liter antara tahun 2019 dan 2024. Lebih dari 70% dari peningkatan ini terjadi sejak tahun 2021.

Australia tetap menjadi salah satu produsen dengan biaya terendah, kedua setelah Selandia Baru, meskipun terjadi peningkatan biaya tenaga kerja yang signifikan. Negara ini juga secara konsisten mencapai margin harga susu kotor yang kuat sejak tahun 2019, bersama dengan Selandia Baru dan Belanda.

Analis pertanian senior Rabobank Emma Higgins mencatat bahwa kenaikan biaya produksi susu telah meluas. “Sebagian besar tekanan biaya berasal dari biaya operasional di lahan peternakan, bukan biaya tambahan seperti pembayaran utang, pajak, dan depresiasi.”

Higgins menjelaskan bahwa lonjakan biaya terbaru, yang dimulai pada tahun 2021, didorong oleh kombinasi faktor yang unik, termasuk gangguan rantai pasokan, biaya pengiriman yang tinggi, cuaca ekstrem, perang Ukraina, kenaikan harga energi, dan kenaikan biaya pakan dan pupuk. Pergeseran kebijakan moneter yang menanggapi inflasi akibat Covid semakin memperparah tantangan ini.

Pada tahun 2024, biaya mulai mereda di semua 8 wilayah, sehingga biaya produksi kembali sesuai dengan level tahun 2019. “Biaya pakan menjadi pendorong utama kenaikan biaya, dengan rata-rata tagihan pakan di 8 wilayah meningkat 19% sejak 2019,” kata Higgins.

Namun, peningkatan hasil panen dan kondisi cuaca yang baik pada tahun 2024 telah menyebabkan penurunan tagihan pakan, sementara biaya pupuk juga menurun karena pasokan yang stabil. Suku bunga yang lebih rendah di banyak wilayah semakin mengurangi tekanan keuangan.

Higgins menunjukkan bahwa struktur biaya bervariasi menurut wilayah. Sistem berbasis padang rumput di Australia, Selandia Baru, Belanda, dan Irlandia biasanya memiliki biaya pakan yang lebih rendah sebagai persentase dari total biaya. Sebaliknya, sistem intensif, seperti di Tiongkok dan AS, lebih mengandalkan pakan impor, sehingga biaya pakan menjadi bagian yang lebih besar dari keseluruhan biaya.

Biaya tenaga kerja telah melonjak di Australia, naik lebih dari 50% dalam mata uang lokal sejak 2021, kenaikan tertinggi di antara 8 wilayah. Sementara itu, Selandia Baru, Australia, dan Argentina menghadapi tekanan terbesar dari suku bunga yang tinggi. Meskipun Tiongkok tetap menjadi produsen susu berbiaya tertinggi, negara tersebut telah meningkatkan daya saing biayanya dalam beberapa tahun terakhir.

“Biaya pakan ternak mencakup lebih dari 60% dari total biaya produksi susu Tiongkok karena sangat bergantung pada pakan ternak impor. Namun, harga pakan ternak yang lebih rendah pada tahun 2023 dan 2024 – didorong oleh penurunan harga jagung dan kedelai hingga dua digit – telah membantu menurunkan biaya produksi,” kata Higgins.

Sejak 2019, Selandia Baru, Australia, dan Belanda secara konsisten menghasilkan arus kas tertinggi berdasarkan margin harga susu kotor (harga susu dikurangi biaya operasional). Wilayah-wilayah ini telah mempertahankan margin positif melalui siklus pasar dengan volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lain.

Higgins menekankan bahwa pasar susu akan terus mengalami volatilitas biaya dan harga. “Ketidakstabilan geopolitik, risiko inflasi, ketidakpastian ekonomi, variabilitas iklim, dan potensi penurunan perdagangan internasional akan membentuk masa depan sektor ini.”

Tiongkok diperkirakan akan tetap menjadi importir susu dalam jangka menengah. Namun, seiring dengan meningkatnya daya saing biaya dan meningkatnya pasokan susu dalam negeri, eksportir yang mengandalkan permintaan kuat dari Tiongkok mungkin menghadapi volatilitas harga yang lebih besar. Harga dasar Tiongkok yang lebih rendah dapat memengaruhi arbitrase harga impor, sehingga meningkatkan ketidakpastian keuangan bagi para peternak susu yang memasok eksportir ini.

VIETNAM: INDUSTRI PAKAN BERADA DI JALUR PERTUMBUHAN

Selama beberapa tahun terakhir, industri pakan Vietnam mengalami lonjakan investasi pada kapasitas baru, sebagaimana terungkap dalam laporan terbaru dari Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.

Pada tahun 2019, terdapat 261 pabrik yang beroperasi di negara tersebut dengan kapasitas gabungan sebesar 18,9 juta ton. Jumlah pabrik melonjak menjadi 294 pada tahun 2023, dan kapasitas gabungannya melampaui 20 juta ton, demikian laporan Kementerian.

Namun, negara tersebut masih sangat bergantung pada impor pakan. Menurut Kementerian, permintaan aktual di pasar kini mendekati 33 juta ton per tahun. Diperkirakan negara tersebut menghabiskan sekitar USD 3 miliar untuk membeli pakan dan bahan baku pakan dari luar negeri.

Pemerintah berharap ketergantungan impor akan berkurang dalam beberapa tahun mendatang. Berdasarkan Program Pengembangan Industri Pengolahan Pakan Ternak hingga 2030, produksi pakan industri dijadwalkan mencapai 24 hingga 25 juta ton pada 2025 dan 33 juta ton pada 2030.

Namun, masih belum terlihat apakah kesenjangan antara produksi dan permintaan akan menyempit, karena konsumsi pakan juga cenderung meningkat. Kementerian memperkirakan bahwa tingkat yang dicapai pada 2030 akan cukup untuk memenuhi hanya sekitar 70% dari permintaan domestik.

Selain itu, Kementerian mengindikasikan bahwa pangsa pakan yang diproduksi secara industri naik menjadi 75%, menandai transisi industri secara bertahap, karena pangsa peternakan yang mencampur pakan sendiri cenderung menurun.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer