-->

KEMENTAN DAN AL-AIN FARMS TEKEN KERJA SAMA DORONG INVESTASI SUSU

Investasi produksi susu menjadi bagian dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Al-Ain Farms for Livestock Production dari Persatuan Emirat Arab (PEA) terkait investasi produksi susu di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini menjadi bagian dari rangkaian kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA yang ditandatangani pada 9 April 2025 di Abu Dhabi, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke PEA.

Kesepakatan investasi produksi susu di Indonesia tertuang dalam Memorandum Saling Pengertian antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dengan Al-Ain Farms for Livestock Production PEA.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyambut positif setiap komitmen investasi dan menegaskan bahwa Kementan akan mengawal penuh prosesnya agar dapat segera direalisasikan.

“Jika ingin menarik investor, maka yang utama adalah kenyamanan. Pemerintah hadir untuk mengawal agar proses investasi tidak berbelit,” ujar Mentan Amran beberapa waktu lalu saat menerima kunjungan investor di Jakarta.

Lebih lanjut, ia menegaskan pihaknya akan berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mempercepat proses implementasi investasi di lapangan. 

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyampaikan bahwa kerja sama dengan Al-Ain Farms ini difokuskan pada pengembangan sektor susu nasional, termasuk peningkatan produksi dan kualitas susu, serta penguatan ekosistem industri peternakan yang berkelanjutan.

“Kami menyambut baik minat investasi dari Al-Ain Farms yang akan menjadi bagian dari upaya mempercepat swasembada susu. Kerja sama ini juga diharapkan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan peternak lokal melalui kemitraan,” ujar Agung di kantornya, Kamis (10/4/2025).

Ia menambahkan, selain peningkatan terhadap kuantitas dan kualitas susu, kerja sama ini juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Dalam nota kesepahaman tersebut, Kementan menyatakan dukungannya terhadap rencana investasi Al Ain Farms, salah satunya melalui program pengembangan sapi perah di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Selain itu, pemerintah juga menawarkan kemudahan akses lahan dan juga insentif diberikan, termasuk pembebasan bea masuk impor ternak dan peralatan industri, skema pembiayaan berbunga rendah, program asuransi peternakan, serta koordinasi lintas sektor demi memastikan keberhasilan implementasi di lapangan.

“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan menjadi contoh model investasi strategis yang dapat direplikasi di wilayah lain dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” pungkasnya. (INF)

PERKUAT POPULASI, 1.250 SAPI PERAH KEMBALI DIDATANGKAN

Kedatangan 1.250 ekor sapi perah dengan usia kebuntingan 3-5 bulan di Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 1.250 ekor sapi perah asal Australia jenis Frisian Holstein (FH) dengan usia kebuntingan 3-5 bulan tiba di Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi, pada Minggu (9/3/2025).

Kedatangan sapi perah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mendorong investasi untuk memperkuat populasi sapi perah nasional dan meningkatkan produksi susu segar.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan berbasis produk susu.

“Penambahan sapi perah ini adalah langkah konkret untuk meningkatkan produksi susu nasional dan mendukung program pangan bergizi bagi masyarakat. Dengan bertambahnya populasi sapi perah berkualitas, diharapkan dapat meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor produk olahan susu,” ujar Agung dalam sambungan online secara langsung.

Kedatangan sapi ini juga sejalan dengan peta pengembangan sapi perah nasional yang melibatkan pemerintah dan sektor swasta. Dua perusahaan peternakan sapi perah swasta berkontribusi dalam importasi ini, yaitu PT Bumi Rojokoyo Banyuwangi yang mendatangkan 550 ekor sapi, sehingga total populasi sapi perah mereka mencapai 2.500 ekor, serta PT Bumi Ki Ronggo Joyo Bondowoso yang menambah 700 ekor sapi, menjadikan total populasi mereka mencapai 3.000 ekor.

Peningkatan populasi sapi perah ini diharapkan dapat memperkuat pasokan susu segar bagi industri pengolahan susu (IPS) serta mendukung keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, kualitas susu yang dihasilkan juga diharapkan meningkat, mengingat sapi yang didatangkan merupakan bibit unggul dengan produktivitas tinggi.

Sementara itu, Direkur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Imron Suandy, memastikan seluruh sapi perah yang diimpor telah melewati prosedur karantina dan pemeriksaan kesehatan ketat sebelum dan setelah tiba di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kesehatan ternak sebelum didistribusikan ke peternakan mitra.

Importasi sapi perah masih akan berlanjut, pada Juni 2025 mendatang, importasi bibit sapi perah tahap ketiga akan kembali dilakukan dengan jumlah yang sama, yakni 1.250 ekor. (INF)

PENGUSAHA VIETNAM KUNJUNGI MENTAN, SIAP BERINVESTASI DI PETERNAKAN SAPI

Pertemuan Mentan dengan Madam Thai Huong di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menerima kunjungan dari Chairman TH Group Vietnam, Madam Thai Huong, dalam rangka menjajaki peluang investasi di sektor industri susu Indonesia. Pertemuan berlangsung pada Kamis (13/2/2025), di Jakarta.

Mentan Amran menegaskan bahwa Indonesia memiliki kebutuhan susu dan daging sapi yang cukup besar. Saat ini, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan nasional, dengan defisit mencapai 4,9 juta ton. Angka ini semakin meningkat dengan adanya program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah baru, yang menambah kebutuhan sebesar 3,6 juta ton susu segar.

“Indonesia harus bisa meningkatkan kapasitas produksi susu dan daging sapi, yaitu sekitar 4,9 juta ton untuk susu segar dan 0,83 juta ton untuk daging sapi. Dengan tambahan kebutuhan dari program Makan Bergizi Gratis, kekurangan produksi menjadi 8,5 juta ton untuk susu segar dan 0,88 juta ton untuk daging sapi,” kata Amran.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen mendukung investasi luar negeri di sektor susu, khususnya dengan mitra terpercaya seperti TH Group Vietnam. Mentan Amran menegaskan bahwa pemerintah siap memberikan berbagai insentif kebijakan, mulai dari pembebasan bea impor untuk ternak dan peralatan industri susu, hingga skema pendanaan dengan bunga kompetitif dan asuransi usaha peternakan.

Sebagai bentuk fasilitasi, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan tiga lokasi strategis untuk investasi peternakan susu skala besar, yaitu Wajo-Sidrap Sulawesi Selatan, Barito Utara-Barito Selatan Kalimantan Tengah, dan Poso (Lembah Napu) Sulawesi Tengah.

Selain penyediaan lahan, pemerintah juga memastikan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, listrik, air bersih, serta layanan kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di kawasan peternakan.

“Keberhasilan investasi industri susu tidak hanya bergantung pada lahan, tetapi juga infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen membangun akses jalan yang lebih baik, memastikan pasokan listrik stabil, serta menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di sektor ini,” jelas Amran.

Pemerintah saat ini terus mendorong masuknya investasi luar negeri untuk peternakan sapi. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu langkah strategis mewujudkan swasembada pangan. Tahun ini Kementan menargetkan bisa mendatangkan 200 ribu ekor sapi perah dan 200 ribu ekor pedaging.

Mentan pun berharap kerja sama investasi antara Indonesia dan TH Group Vietnam dapat segera terealisasi, sehingga mampu meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan memperkuat ketahanan pangan nasional. (INF)

IMPLEMENTASI ANIMAL WELFARE PADA PETERNAKAN SAPI PERAH

Joko Susilo saat mengontrol peternakan sapi perah. (Foto-foto: Infovet/Joko)

Menurut UU No. 18/ 2009 menyebutkan bahwa kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan menjadi hal yang harus dipenuhi agar peternakan sapi perah menghasilkan produksi optimal.

Ada lima prinsip dari kesejahteraan hewan (5 freedom) yang meliputi bebas rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut dan stres, serta bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah (animal behavior). Hal ini sangat relevan dengan semboyan dokter hewan Indonesia “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang memiliki arti mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan.

Prinsip animal welfare tersebut harus diimplementasikan pada peternakan sapi perah rakyat, mengingat masih banyak praktik budi daya sapi perah yang belum memenuhi unsur-unsur tersebut. 

• Bebas dari Lapar dan Haus
Hasil utama peternakan sapi perah adalah produksi susu dan pedet, dengan hasil sampingan lain seperti daging dan kotoran kandang. Sebagaimana yang pernah penulis jelaskan bahwa peternakan sapi perah berprinsip pada more feed more milk. Kondisi sapi perah rakyat memang tidak sampai pada kondisi kelaparan, namun asupan bahan kering pakan belum optimal. Dry matter intake (DMI) merupakan hal yang sangat dominan terhadap produksi susu. DMI adalah asupan bahan kering pakan (konsentrat, rumput, dan pakan tambahan lain) dari berat badan sapi (BB). Beberapa rumus umum DMI yang dipakai peternak sapi perah adalah (2,5% + 10% produksi susu) yang diharapkan dari total BB. Sapi BB 400 kg untuk mendapatkan 20 liter susu/hari dengan rumus tersebut membutuhkan DMI (2,5%) + (10% x 20) dari 400 kg. Maka DMI-nya adalah 2,5% + 2%, yaitu 4,5 % dari 400 kg atau 18 kg. Rumus lainnya yang sering digunakan, nutrisi sapi perah didapatkan dari konsentrat sebanyak (2% dari BB) + hijauan (10% dari BB).

Selain itu, prinsip lainnya yakni menyediakan air yang cukup untuk ternak sangat penting bagi kesehatan dan produksi. Kehilangan 10% cairan tubuh berakibat fatal bagi kebanyakan ternak domestik. Air menyumbang lebih dari 98% dari semua molekul dalam tubuh. Air bermanfaat untuk regulasi suhu tubuh, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, pencernaan, pelumasan sendi, dan penglihatan.

Kebutuhan air ternak sangat bervariasi tergantung jenisnya. Konsumsi air dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk usia, tingkat pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas, jenis pakan, asupan pakan, dan suhu lingkungan. Ternak mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhannya dari sumur, sumber mata air, air permukaan, dan kadar air yang ditemukan di bahan pakan.

Kebutuhan air minum pada sapi perah secara umum 10% dari berat badan ditambah dengan 5 liter setiap produksi susu 1 liter. Contoh sapi berat 400 kg dengan produksi susu 20 liter membutuhkan (10% x 400) + (5 x 20) = 140 liter air minum.

Fakta-fakta yang ada di peternak, tempat pakan tersedia namun masih ditemukan waktu kosong tanpa pakan. Data menyebutkan asupan bahan kering pakan sapi perah berkisar 2-3% dan masuk dalam kategori untuk sapi laktasi rendah atau masa kering. Begitu juga pada tempat minum walau sudah didisain secara otomatis dan adlibitum, namun terkendala dengan masalah suplai dan kebersihan tempatnya. Musim kemarau di beberapa peternak sapi perah menunjukan minimnya suplai air minum dan sanitasi. Tempat minum yang kotor atau macet menjadi pemicu minimnya asupan air minum.

Kondisi tidak nyaman dalam kandang yang kotor, becek, dan licin.

Bebas dari Rasa Tidak Nyaman 
Sapi perah akan berproduksi tinggi jika diperlakukan dengan baik sehingga merasa nyaman. Kondisi nyaman akan didapatkan pada kondisi kandang yang ternaungi, sirkulasi udara baik, sanitasi dan disinfeksi rutin, kandang bersih dan kering, tersedia ruangan cukup untuk sapi berdiri, makan, minum, duduk, dan berbaring, serta exercise.

Sapi perah di Indonesia masih banyak yang belum terpenuhi kondisi nyaman. Kandang yang kotor, sanitasi buruk, lantai licin, lantai tajam dan berlubang masih banyak dijumpai. Kandang yang kotor membuat badan dan ambing sapi menjadi kotor yang berisiko menimbulkan mastitis. Kandang kotor memicu kualitas susu menurun karena total plate count lebih dari 1 juta/ml susu.

Sementara kandang berhimpitan dengan lebar < 1,5 meter dan panjang < 2 meter menyebabkan sapi tidak nyaman untuk aktivitas fisik. Kondisi atap kandang yang bocor, kotoran menumpuk, dan saluran pembuangan kotoran macet sehingga kandang tergenang oleh kotoran dan air kencing sangat membuat sapi tidak nyaman.

• Bebas dari Rasa Sakit dan Penyakit 
Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi susu. Beberapa agen non-infeksius yang dialami sapi seperti terkilir, terluka, kepincangan, asidosis, pembengkakan, dan abses masih sering dijumpai.

Hal tersebut disebabkan karena benda-benda tajam di lantai kandang, kandang dalam kondisi licin, gang way yang sempit, dan banyaknya lalat di sekitar kandang. Kondisi demikian membuat sapi mengalami kesakitan sehingga berpengaruh pada nafsu makan dan produksi susu.

Selain itu juga sergapan agen penyakit infeksius yang nyata menyebabkan penurunan produksi susu seperti penyakit mulut dan kuku, lumpy skin disease, demam tiga hari, mastitis, dan parasit darah. Beberapa penyakit bakterial juga masih ditemukan seperti brucellosis, leptospirosis, colibacillosis, salmonellosis sangat mengganggu produksi.

• Bebas dari Rasa Takut dan Stres 
Produksi sapi perah akan bagus jika terhindar dari rasa takut dan stres. Sapi sering merasa takut karena beberapa penyebab, salah satunya manajemen populasi. Sapi dengan ukuran kecil akan merasa takut jika dicampur atau dipelihara berdampingan dengan sapi berukuran lebih besar. Sapi merasa takut untuk mengambil pakan, takut dengan tanduk sapi lain, dan merasa inferior.

Selain itu, sapi juga mudah mengalami stres pada kondisi berisik dan gaduh, lingkungan kotor, cuaca ekstrem, hujan deras, suara petir, atau angin kencang. Demikian juga pada sapi-sapi yang ter-display lama di pasar hewan, kondisi panas, kehujanan, minim pakan dan minum juga bisa memicu stres, selain transportasi jarak jauh yang tidak nyaman, area naik turun, berisiko luka traumatik di badan, di kaki karena perjalanan dan bisa berakibat penyakit pernapasan kompleks seperti shipping fever.

Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi.

• Bebas Mengekspresikan Tingkah Laku Alamiah (Animal Behavior
Sapi perah yang dipelihara secara lepas (freestall) atau pemeliharan di ranch mendapatkan hak untuk bebas mengekspresikan perilaku alaminya dibandingkan dengan sapi perah yang dipelihara secara ditambat. Sapi-sapi akan merasa nyaman, bahagia, terlihat sehat, dan ekspresif.

Sapi perah yang dipelihara secara lepas dengan sistem pakan total mixed ration (TMR) akan mendapatkan asupan bahan kering pakan yang memadai. Sapi juga mendapatkan kesempatan mengambil minum yang tersedia secara adlibitum. Sapi ini memiliki kandang dengan space yang cukup, dengan tempat istirahat yang kering, bersih, dan nyaman untuk proses nggayemi (remastikasi). Kondisi tersebut sangat mendukung sapi untuk berproduksi maskimal.

Sapi perah yang dipelihara secara freestall atau pemeliharan di ranch juga sangat ekspresif dalam menunjukan gejala birahi. Ekspresi birahi sapi terlihat menaiki sapi lain di awal birahi dan diam dinaiki sapi lain pada akhir birahi, hal ini tidak terjadi pada sapi yang diperlihara secara tambat. Ekspresi birahi ini sangat mendukung perfoma reproduksi sapi yaitu peningkatan angka kebuntingan, service per conception rendah, jarak antar kelahiran lebih pendek, dan ketersediaan replacement stock lebih cepat. ***

Ditulis oleh:
Dr Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet Daerah Lampung

PERLAKUAN SUSU SEGAR AGAR RASA TAK PUDAR

Susu segar, sumber protein bagi tubuh. (Foto: Getty Images/iStockphoto/oykuozgu)

Susu segar, sumber protein hewani ini harus segera diolah setelah diperah. Jika tidak, tak hanya rasa yang berubah, tetapi kualitas susu juga menurun. Ada dua perlakuan yang bisa dilakukan agar susu segar tidak pudar rasa dan awetnya.

Cuaca di sekitaran Kampung Kandang, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, pagi itu masih diwarnai rintik hujan. Meski hujan tak sederas malam sebelumnya, namun udara masih terasa dingin. Kesibukan di Kandang Sapi Perah Mahesa Perkasa Farm sudah mulai terlihat, para pekerja sedang melayani beberapa pembeli susu segar.

Kebanyakan perempuan yang membeli susu segar di peternakan ini. Hampir setiap hari kesibukan seperti ini terlihat di sini. “Kebanyakan mereka untuk dijual lagi atau untuk bahan pembuatan kue. Ada juga yang sengaja beli buat kebutuhan keluarga,” tutur pengelola Mahesa Perkasa Farm, Joko Arianto, kepada Infovet

Menurut Joko, dalam sehari peternakannya menyiapkan sedikitnya 100 liter susu segar untuk kebutuhan pelanggan. Selain produksi susu segar, Mahesa Perkasa Farm juga menyediakan sapi potong jenis sapi Bali. Dimana pada hari-hari biasa hanya separuh kandang yang dihuni sapi, sekitar 50 ekor. Namun saat menjelang Hari Raya Idul Adha, jumlahnya bisa mencapai lima kali lipat untuk memenuhi permintaan para pekurban.

“Kalau yang rutin ada pelanggan di sini, ya susu segar,” ujar Joko. Susu yang dijual hari itu, merupakan hasil perahan hari itu juga. Menurut sarjana peternakan ini, susu segar khususnya yang baru saja diperah dari sapi akan sangat cepat basi. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang cepat agar susu segar punya daya simpan yang lebih lama.

Ada beberapa cara penyimpanan dengan baik yang bisa dilakukan. Joko menyarankan cara pertama untuk menjaga kesegaran susu adalah menyimpannya di lemari pendingin atau kulkas. Agar benar-benar awet, menyimpan susu segar diusahakan pada suhu di bawah 5°. Sebab, secara alami susu begitu keluar dari ambing hewan sudah mengandung antara ribuan bakteri per mili, namun hal itu normal.

Ambing hewan adalah kelenjar dalam payudara yang mengeluarkan air susu. Begitu susu segar kontak dengan udara, mesin perah, saringan, serta tangan manusia, itu akan meningkat bakterinya. Untuk menekan bakteri tidak berkali lipat, maka perlu didinginkan.

“Kalau kami di peternakan jarang sekali menyimpan susu segar. Soalnya begitu sudah diperah dari kandang, para loper sudah menunggu dan langsung dibawa untuk segera mereka olah untuk dijual kembali,” kata Joko.

Menurutnya, “umur” susu segar sapi hanya beberapa jam saja sejak diperah dari ambing. Maka itu, harus segera diolah begitu sudah berpindah ke tempat lain. Paling tidak, diproses pasteurisasi dengan dimasak. Tujuannya agar bisa lebih awet jika disimpan.

“Ini kita asumsikan kalau susu segar itu didapat dari peternakan rakyat. Berbeda dengan peternakan skala industri, mereka punya teknologi yang memadai untuk menyimpan susu menjadi lebih lama waktu simpannya,” urainya.

Dipanaskan, Lalu Simpan
Cara mengonsumi susu segar jika diperoleh dari kandang peternakan sapi perah bukan industri, tidak terlalu sulit. Sebelum dikonsumsi agar aman untuk diminum, susu segar juga perlu dipanaskan lebih dahulu atau dipasteurisasi. Cukup panaskan susu dengan suhu 75° C selama beberapa menit saja, agar susunya tidak rusak. Jika sudah, sebaiknya susu harus langsung diminum.

Namun jika tak habis, bisa juga disimpan di lemari pendingin. Susu yang sudah dipasteurisasi dan disimpan di lemari pendingin, bisa bertahan lebih kurang tiga hari. “Satu minggu juga ada yang bisa, tapi supaya aman lebih baik maksimal tiga hari. Simpan di botol atau tumblr tertutup di kulkas,” jelas Joko.

Satu hal yang paling penting, lanjut dia, jangan menyimpan susu segar yang belum dipasteurisasi di tempat bersuhu ruangan. Di suhu ruang terbuka, bakteri dalam susu akan mudah bertambah dan mudah terkontaminasi bakteri lainnya.

Jika ingin menyimpan susu lebih lama, bisa juga dibekukan dalam freezer. Membekukan susu tidak akan mengurangi zat gizinya. Masukkan susu ke dalam wadah tertutup seperti botol atau tumblr, lalu simpan ke dalam freezer. Susu bisa bertahan sekitar 3-6 bulan dalam keadaan seperti ini.

“Kalau besoknya mau diminum, turunkan dulu ke kulkas biasa. Jangan ke suhu ruang. Sehingga pas besok pagi mau diminum, susu yang di dalam kulkas itu sudah cair kembali. enggak boleh di suhu ruang karena bakteri nanti akan sangat cepat naiknya,” tambahnya.

Bisa Awet dalam Hitungan Bulan
Cukup banyak referensi untuk menyimpan susu segar agar tetap awet. Mengutip laman Good Housekeeping, sebenarnya ada cara untuk membuat susu lebih tahan lama, yakni dengan cara dibekukan. Food and Drug Administration (FDA) dari Amerika Serikat merekomendasikan mengonsumsi susu dalam waktu tiga bulan dibekukan dengan cara penyimpanan yang benar.

Pertama, tuang susu ke dalam plastik sebelum dibekukan. Sebelum membekukan susu, periksa terlebih dahulu tanggal kadaluarsa yang ada pada susu. Jika tanggalnya belum lewat, bisa gunakan susu tersebut. Berbeda dengan air, susu akan mengembang saat beku. Menyimpan susu di dalam botol kaca dan karton, memiliki kemungkinan pecah dan membuat freezer menjadi berantakan nantinya.

Anda bisa membekukan susu yang berada dalam botol galon plastik. Namun yang direkomendasikan adalah tuang susu ke dalam 2-3 plastik yang aman untuk dibekukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses pencairan susu.

Hanya saja, susu diketahui dapat menyerap aroma makanan apapun yang disimpan di dekatnya walaupun tempat penyimpanan berbahan tebal. Susu beku paling baik untuk dikonsumsi dalam waktu satu bulan. Ada baiknya juga simpan susu jauh dari ikan beku, daging, dan makanan beraroma tajam lainnya.

Kedua, cairkan susu dengan menaruhnya ke dalam mangkuk berisikan air dingin. Memindahkan susu dari freezer ke dalam kulkas semalaman memang bisa dilakukan. Namun jika memperhitungkan waktu, terdapat satu cara yang bisa dilakukan. Anda bisa isi sebuah mangkuk besar dengan air dingin. Selanjutnya, taruh plastik yang berisikan susu beku ke dalam mangkuk. Jika suhu air telah berubah, segera ganti kembali dengan air dingin.

Jangan pernah cairkan susu beku pada suhu ruangan. Hal tersebut berisiko merusak susu yang dengan susah payah diawetkan. Susu beku harus segera dikonsumsi dalam dua sampai tiga hari setelah mencair.

Ketiga, susu mengalami perubahan setelah dibekukan. Tidak seluruh susu dapat membeku secara merata. Misalnya, susu berbahan dasar nabati seperti susu almond, oat, kedelai, dan rami. Jenis susu tersebut diketahui akan menjadi kasar setelah dibekukan karena adanya pemisahan lemak. Beda halnya dengan susu sapi atau kambing. Kedua susu tersebut mungkin akan mengalami pemisahan. Namun karena mereka rendah lemak, susu skim dan susu bebas lemak dapat beku dengan baik. Kendati susu beku mempertahankan seluruh nutrisi aslinya, namun pemisahan lemak dapat memberi tekstur kasar saat susu dicairkan.

Perlakuan Susu UHT
Lain susu segar, lain pula perlakuannya untuk susu UHT (Ultra High Temperature). Susu UHT adalah jenis susu yang diproses dengan pemanasan tinggi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya. Proses ini membuat susu UHT memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan susu biasa, bahkan tanpa harus disimpan di kulkas sebelum dibuka.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penyimpanan susu UHT. Di antaranya susu UHT yang masih tersegel tidak perlu disimpan di kulkas. Ini karena proses pemanasan tinggi telah memastikan susu tersebut steril dan aman dari kontaminasi bakteri. Cukup disimpan di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung. Umur simpan susu UHT yang belum dibuka biasanya berkisar antara enam hingga sembilan bulan.

Kemudian jika kemasan susu UHT sudah dibuka, kondisi penyimpanannya berubah. Susu yang sudah terbuka harus disimpan di dalam kulkas untuk menjaga kesegaran dan mencegah pertumbuhan bakteri, juga menjaga kualitas rasa dan nutrisinya. Susu UHT yang sudah terbuka sebaiknya dikonsumsi dalam waktu tiga hingga lima hari. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SEBANYAK 50 EKOR SAPI PERAH IMPOR TIBA DI TANAH AIR

Sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia yang tiba di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia tiba di Indonesia, menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan dan diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu yang digaungkan pemerintah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menegaskan bahwa kedatangan sapi perah bunting ini merupakan bagian dari rencana blueprint Kementerian Pertanian untuk mendorong peran investor dalam meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan.

“Kedatangan sapi perah bunting ini merupakan wujud komitmen nyata sektor swasta untuk berperan dalam percepatan investasi di Indonesia. Kami mengapresiasi PT Juang Jaya Abdi Alam yang telah memulai investasi strategis ini,” kata Agung saat menyaksikan kedatangan sapi perah di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Ia menambahkan, impor akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi investor lain untuk turut berkontribusi dalam pembangunan subsektor peternakan.

Sapi perah dalam keadaan bunting antara 3 hingga 7 bulan ini rencananya akan ditempatkan di Lampung untuk mendukung penyediaan susu di provinsi tersebut. “Harapannya selain menghasilkan pedet, sapi-sapi ini juga akan mulai memproduksi susu untuk kebutuhan lokal pada pertengahan tahun depan,” ucap Agung.

Selain sapi perah bunting, pada kesempatan yang sama juga didatangkan 600 ekor bibit domba dan kambing perah, yang terdiri dari 400 ekor domba Droper dan 200 ekor kambing perah jenis Saanen. Bibit ternak ini milik PT Samana Agri Yasa dan rencananya akan dikirim ke instalasi karantina di Cilacap, Jawa Tengah.

Kedatangan sapi perah bunting, domba, dan kambing perah ini merupakan langkah dalam mempercepat investasi sapi perah nasional, sekaligus mendukung program MBG. (INF)

KOMISI IV DPR RI DUKUNG ADANYA PERPRES UNTUK KEMAJUAN PETERNAK

Komisi IV DPR RI saat kunjungan kerja ke KPSBU Lembang. (Foto: Istimewa)

Komisi IV DPR RI menyatakan dukungan penuh terhadap penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) yang bertujuan memperkuat subsektor peternakan nasional, khususnya peternakan sapi perah.

Dukungan tersebut disampaikan dalam kunjungan kerja ke Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Kamis (21/11/2024). "Kami di Komisi IV akan mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan regulasi yang mendukung keberlanjutan peternakan dan berpihak pada peternak,” ujar Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto.

Ia juga menegaskan, peningkatan nutrisi masyarakat berbasis protein hewani menjadi program yang sangat penting. “Seperti susu gratis untuk anak-anak sekolah dapat menjadi solusi untuk mencegah stunting sekaligus meningkatkan kualitas pangan berbasis protein hewani,” katanya.

Menurutnya, program pengembangan peternakan sapi perah berpotensi besar mendorong pertumbuhan subsektor ini dari hulu ke hilir. Namun, ia juga mengingatkan adanya tantangan yang perlu diatasi, mulai dari perubahan iklim dan lingkungan, fluktuasi harga pakan, hingga regenerasi peternak.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, memaparkan bahwa produksi susu lokal saat ini baru bisa memenuhi 19-20% kebutuhan nasional. Kondisi ini, lanjut dia, tidak seharusnya menjadi alasan bagi industri pengolahan susu (IPS) untuk tidak menyerap produksi peternak lokal.

“Kami sedang menyusun peraturan yang mewajibkan IPS menyerap susu lokal, sesuai arahan Menteri Pertanian dan Menteri Sekretaris Negara. Harapannya, regulasi ini bisa mengembalikan ketentuan seperti sebelum 1998, dimana penyerapannya diatur lebih ketat,” kata Agung.

Ia mengungkapkan, perlunya sinergi antara pemerintah, DPR, dan pelaku industri untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor ini. “Melalui regulasi kita ingin mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi, menyambut baik rencana penerbitan Perpres tersebut. Menurutnya, kebijakan ini menjadi solusi atas berbagai isu yang dihadapi peternak, seperti rendahnya penyerapan susu oleh industri dan persoalan harga jual.

“Alhamdulillah, pemerintah cepat tanggap. Dengan regulasi ini IPS wajib menyerap susu peternak lokal, sehingga peternak tidak lagi menghadapi kesulitan menjual hasil produksinya,” kata Dedi.

Ia pun optimis regulasi akan berdampak positif pada keberlanjutan sektor peternakan sapi perah. “Jika regulasi ini diterapkan, peternak pasti lebih bersemangat. Produksi susu pun akan meningkat, sehingga mendukung program gizi nasional,” ucapnya.

Diharapkan kunjungan kerja tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor demi keberlanjutan peternakan sapi perah. Dengan dukungan regulasi dan akses teknologi, sektor ini diharapkan mampu berkontribusi lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. (INF)

AKSI PROTES, MENTAN PERTEMUKAN PETERNAK DAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU

Konferensi pers Mentan Amran usai pertemukan peternak dan industri pengolahan susu di kantornya. (Foto: Istimewa)

Aksi protes peternak dan pengepul kepada industri pengolahan susu akhirnya berujung damai. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mempertemukan peternak sapi perah, pengepul, dan industri pengolahan susu. Dalam mediasi tersebut, semua pihak bersepakat bekerja sama agar produksi susu dalam negeri dapat terserap.

“Kami sudah mempertemukan industri, peternak, dan pengepul. Semuanya sudah sepakat untuk berdamai,” ujar Amran, saat konferensi pers usai pertemuan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (11/11/2024).

Sebagai langkah konkret, Kementan akan mengubah regulasi untuk mewajibkan industri susu menyerap susu dari peternak lokal. “Seluruh industri wajib menyerap susu peternak. Kami sudah sepakati, tandatangani, dan kirim surat ke dinas peternakan provinsi dan kabupaten untuk ditindaklanjuti,” ucapnya.

Dengan adanya kebijakan ini, industri pengolahan susu nasional harus bisa meyerap semua susu peternak, kecuali susu memang mengalami kerusakan. Amran meyakini, kebijakan ini akan berdampak pada meningkatnya gairah para peternak sapi perah dalam berproduksi.

“Kami harapkan industri bersama pemerintah turun tangan untuk membina para peternak dan membantu meningkatkan kualitas susu dalam negeri. Ini sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang meminta pemerintah untuk hadir di tengah-tengah industri dan peternak bisa tumbuh bersama,” ungkapnya.

Pihaknya pun berjanji akan melakukan evaluasi ketat terhadap pelaksanaan kebijakan ini. Untuk sementara, lima perusahaan pengolahan susu ditahan izin impornya untuk memastikan mereka memenuhi kewajiban menyerap produksi peternak.

“Saya yakin industri akan mematuhi kebijakan kami. Tapi jika mereka menolak, kami akan cabut izin impor mereka selamanya. Ini ketegasan kami pemerintah untuk melindungi peternak,” tegas Amran.

Kebijakan Kementan tersebut akan diikuti Peraturan Presiden (Perpres) yang mewajibkan industri menyerap produksi susu dalam negeri. Aturan ini diharapkan dapat membalikkan kebijakan yang berlaku sejak krisis ekonomi tahun 1997/1998, saat Inpres No. 2/1985 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional dicabut karena mengikuti letter of intent antara Pemerintah RI dengan IMF. Sejak saat itu, ketergantungan pada impor meningkat drastis, dari 40% pada 1997 menjadi 80% saat ini.

Mensesneg Prasetyo Hadi, yang turut hadir dalam pertemuan, turut menyampaikan apresiasinya kepada Kementan yang sigap mencari solusi.

“Inilah yang menurut saya harus kita galakkan, meskipun ada permasalahan kita mencari solusi bersama-sama, tumbuh bersama teman-teman industri dan peternak susu. Menurut saya ini energi positif, karena industri ini vital, semua membutuhkan asupan gizi termasuk susu,” kata Prasetyo.

Sementara menurut salah satu pengepul susu asal Pasuruan, Bayu Aji Handayanto, yang turut melakukan aksi membuang susu kemarin, sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah menggelar mediasi.

"Semua berjalan lancar. Saya mewakili peternak sapi perah merasa terharu. Kami seperti mendapat sosok bapak baru, inspirasi kami kini didengar oleh Bapak Menteri Pertanian, Mensesneg, dan Wamentan yang telah merespons cepat," katanya.

Ia menambahkan bahwa selama ini tuntutan peternak hanya satu, namun dalam pertemuan mediasi mereka mendapat banyak perhatian dari pemerintah. Salah satu langkah yang sangat diapresiasi adalah akan dimasukkannya susu ke dalam daftar Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Bapokting), yang menurutnya akan memberi perlindungan lebih bagi peternak lokal. (INF)

DPN BERI PENGHARGAAN “BAPAK PETERNAKAN SAPI PERAH DAN KOPERASI SUSU”

Foto bersama pemberian penghargaan kepada Alm. Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin SH oleh Dewan Persusuan Nasional di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM. (Foto: Dok. Infovet)

Dewan Persusuan Nasional (DPN) memberikan penghargaan gelar “Bapak Peternakan Sapi Perah dan Koperasi Susu” kepada Alm. Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin SH, dalam rangka penghormatan dan mengenang jasanya mengembangkan industri susu di Tanah Air agar bisa bangkit dari keterpurukan.

Ketua DPN, Teguh Boediyana, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pihaknya sudah mencermati perjalanan peternakan sapi perah rakyat dan koperasi susu di Tanah Air sejak zaman Belanda. Meski saat itu sudah eksis, tetapi perkembangan yang signifikan terjadi pada 1978.

“Bisa dikatakan sebagai tonggak kemajuan peternakan sapi perah rakyat dan koperasi susu yang bermula ketika Pak Bustanil Arifin diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Muda Urusan Koperasi dan tetap merangkap sebagai Kabulog,” ujar Teguh.

Ia bercerita bagaimana Bustanil mengembangkan industri sapi perah dan koperasi susu yang dipelajarinya dari kesuksesan koperasi susu di India. Untuk menunjang program tersebut, Bustanil menerbitkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Pengembangan Persusuan Nasional.

“Langkah kebijakan pertama dari Pak Bustanil di awal 1978 itu dan menjadi dasar kuat perkembangan peternakan sapi perah dan koperasi susu di Indonesia adalah suatu keberanian politik yang luar biasa. Beliau ‘memaksa’ Industri Pengolahan Susu (IPS) saat itu untuk menyerap susu yang dihasilkan peternak rakyat dengan harga Rp 150-180 per liternya. Sebelumnya beberapa IPS yang menyerap susu peternak dalam jumlah sangat kecil dengan harga Rp 60 per liternya,” kenang Teguh.

Dengan adanya kebijakan itu, lanjut Teguh, adanya kepastian pasar dan harga yang layak menjadi panacea dan dengan sangat cepat mampu menggerakkan peternak sapi perah rakyat bangkit dan membenahi usahanya.

Ia juga menambahkan, pengembangan peternakan sapi perah dan wadah koperasi susu semakin diperkuat dengan payung hukum yang semakin kokoh. pada 1985, untuk menjamin perkembangan peternakan sapi perah dan persusuan, khususnya sapi perah rakyat dan koperasi susu, diterbitkan Inpres No. 2/1985 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional.

Dalam Inpres tersebut secara jelas tersurat bahwa pengembangan persusuan ditujukan untuk meningkatkan dan memanfaatkan potensi susu dalam negeri sehingga terjadi peningkatan produksi susu untuk mememnuhi permintaan dalam negeri, mengurangi impor, meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani/peternak.

“Namun krisis moneter yang terjadi di sekitar pada 1997 menjadi titik balik yang tragis. Melalui Inpres No. 4/1998, Inpres No. 2/1985 dicabut dan tidak diberlakukan lagi. Peternak sapi perah dan koperasi susu tak lagi punya payung hokum, dimana sebelumnya pemerintah dapat mengintervensi gesekan antara koperasi dengan IPS,” ungkapnya.

“Sejak 1998, peternak sapi perah dan koperasi susu memasuki kancah liberalisasi tanpa proteksi. Meskipun pihak IPS menjamin untuk menyerap susu segar, tetapi posisi tawar peternak sapi perah/koperasi yang menggantungkan pasar produksinya sebagai bahan baku kepada IPS menjadi lemah.”

Saat ini perkembangan produksi susu segar relatif stagnan di bawah 20% dari kebutuhan nasional. Jumlah koperasi primer susu juga menyusut dan tercatat tinggal 65 buah. Dari koperasi yang ada itu hanya beberapa yang mengelola susu segar dalam jumlah besar.

“Semoga dengan penghargaan ini bisa menjadi motivasi bagi industri susu untuk kembali menggeliat seperti sebelum terjadinya krisis moneter, dimana industri dan koperasi susu mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan susu nasional,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rochadi Tawaf yang juga pengurus DPN sekaligus Dewan Pakar PPSKI. Ia menyatakan untuk kembali memperkuat wadah koperasi susu dan menjadikan susu sebagai konsumsi bagi anak-anak sekolah, seperti yang telah dikiprahkan oleh Bustanil Arifin.

“Koperasi susu kita saat ini sudah turun jauh sekali, saat ini hanya sekitar 50-an dari 200-an koperasi susu sebelumnya. Oleh karena itu seperti yang tadi saya sampaikan, penguatan koperasi susu itu yang sangat penting,” kata Rochadi ditemui Infovet.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sulistyo, perwakilan peternak rakyat sapi perah dari GKSI Jawa Timur, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Butanil Arifin adalah sebuah realita, mengingat koperasi susu menjadi hal yang sangat penting untuk memperkuat perekonomian, utamanya dari sektor sapi perah. (RBS)

INVESTOR ASAL VIETNAM DIAJAK MENTAN TINJAU LAHAN

Mentan saat membawa investor dari Vietnam meninjau lokasi di Sulteng. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) membawa investor dari Vietnam untuk berinvestasi sektor peternakan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menjelaskan investasi tersebut berbentuk pembangunan industri sapi perah dan industri pengolahan susu.

“Investornya alhamdulillah mereka tertarik berinvestasi di Kabupaten Poso. Kami mendapatkan arahan dari presiden untuk kita membangun peternakan, dairy cattle untuk produksi susu di sini,” terang Mentan Amran saat meninjau lahan investasi di Napu, Poso, Rabu (25/9/2024).

Investasi ini merupakan tindak lanjut kerja sama dari hasil lawatan Mentan Amran saat ke Vietnam beberapa waktu lalu. “Ini (investor) merupakan perusahaan terbesar dalam memproduksi susu, kalau investasinya lancar, tiga sampai lima tahun target produksinya 1,8 juta ton,” katanya.

Saat ini Indonesia masih memenuhi kebutuhan susu dalam negeri dengan memasukkan produk susu dari luar negeri sebanyak 3,7 juta ton. Mentan berharap, pemerintah daerah dan pengambil kebijakan terkait menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk mendukung program tersebut. Sehingga perlu dilakukan akselerasi agar investor tidak pindah ke lain hati.

“Kepada masyarakat Poso, masyarakat Sulawesi Tengah agar mengawal dengan baik. Perusahaan ini sudah memiliki cabang di Amerika, New Zeland, Rusia, Australia, perusahaan ini perlu kita sambut dengan baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Vietnam, Denny Abdi, menyebutkan bahwa investasi perusahaan Vietnam untuk membangun Indonesia emas yang dicita-citakan bergantung kepada lahan yang dipersiapkan.

“Lahan yang available ada sekitar enam ribu hektare, kemudian bisa diperluas menjadi 60 ribu hektare. Bahkan bisa diperluas menjadi 100 ribu hektare. Dengan 100 ribu hektare dapat memproduksi 1,8 juta ton dengan nilai investasi mendekati satu miliar dolar,” tutur Denny.

Camat Lore Timur, Poso, Ferdianto Tarakolo, menyambut baik gagasan investasi dan mengucapkan apresiasinya, serta berkomitmen mendukung program ini ke depannya.

“Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah untuk mengunjungi wilayah kami yang mempunyai potensi pengembangan sapi perah, dengan langkah awal menggunakan lahan HPL. Sebagai pemerintah daerah dan mewakili masyarakat kami merespons positif rencana ini karena akan membuka lapangan pekerjaan dan memperbaiki gizi,” katanya. (INF)

KEMENTAN: GERAKAN MINUM SUSU DI BANYUMAS BERJALAN LANCAR

Siswa-siswi SD sedang minum susu. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), memastikan kelancaran program Gerakan Minum Susu bagi siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Program yang dimulai sejak Senin (5/8/2024), bertujuan meningkatkan gizi anak-anak sekolah melalui peningkatan konsumsi susu. Hal tersebut disampaikan Dirjen PKH, Agung Suganda, saat meninjau pelaksanaan program di SDN Kalisube, Senin (12/8). Ia menegaskan pentingnya program ini sebagai komitmen pemerintah memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak dini.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian dan juga didukung Pj Bupati Banyumas, program ini bertujuan memastikan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kami percaya bahwa peningkatan konsumsi susu akan berdampak positif terhadap perkembangan fisik, mental, dan kecerdasan anak-anak,” kata Agung.

Ia juga mengimbau pentingnya kerja sama dari semua pihak untuk kelancaran program ini. “Kami ajak seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah, tenaga pendidik, hingga orang tua siswa untuk mendukung program ini agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi setiap anak,” imbuhnya.

Selama minggu pertama pelaksanaan program tersebut sebanyak 6.454 botol susu segar yang telah dipasteurisasi berukuran 200 ml telah didistribusikan. Dari jumlah tersebut sebanyak 5.728 botol (88,8%) habis, sementara 672 botol (10,4%) tidak habis diminum, dan 54 botol (0,8%) tidak diminum karena alasan alergi atau ketidakhadiran siswa.

Menanggapi hal itu, Ditjen PKH terus memantau dan memberikan edukasi agar siswa menghabiskan susu secara bertahap. Dinas Kesehatan bersama Puskesmas setempat juga melakukan monitoring berkala pasca minum susu.

Sekretaris Daerah Banyumas, Agus Nur Hadie, turut mengungkapkan optimistisme bahwa program ini akan memberikan manfaat signifikan bagi perkembangan anak-anak di Banyumas. “Dari Gerakan Minum Susu ini, kita berharap anak-anak menjadi lebih cerdas, memiliki ketahanan tubuh yang kuat, dan menjadi semakin sehat,” katanya.

Sementara Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Nasrullah, menambahkan bahwa pelaksanaan Gerakan Minum Susu ini turut mendukung ketahanan pangan nasional dan mendorong peningkatan produksi susu dalam negeri.

“Program ini tidak hanya meningkatkan gizi anak, tetapi juga sebagai langkah strategis mendukung ketahanan pangan nasional. Ini juga membuka peluang bagi peternakan lokal untuk berkembang,” ucap Nasrullah.

Untuk memastikan manfaat dari program tersebut, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman tengah mengumpulkan data untuk melakukan evaluasi dampak melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin dalam darah siswa di empat sekolah yang terlibat. Evaluasi ini akan dilakukan tiga kali selama pelaksanaan program.

Dengan pemantauan dan evaluasi ketat, Ditjen PKH berharap dapat berhasil meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak SD di Banyumas, serta menjadi model bagi daerah lain di Indonesia. (INF)

MENTAN AMRAN AJAK VIETNAM BERINVESTASI DI INDONESIA

Foto bersama saat kunjungan Mentan Amran ke Vietnam. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, berhasil menarik minat Vietnam untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya di peternakan sapi. Dalam kunjungan resminya ke Vietnam Rabu, (25/7/2024), Amran bertemu dengan Wakil Menteri Pertanian Vietnam dan sejumlah pengusaha.

Saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas ternak sapi, agar dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk program pemerintahan berikutnya, yaitu penyediaan makan siang bergizi dan minum susu gratis bagi anak sekolah.

“Kami bekerja secara intensif untuk meningkatkan produksi daging sapi dan susu domestik melalui pengembangan industri perbibitan sapi dan meningkatkan kapasitas peternak,” kata Amran pada kesempatan tersebut.

Amran menyebut bahwa Indonesia dan Vietnam telah memiliki MoU bidang pertanian yang telah ditandatangani pada 19 Mei lalu. Salah satu fokus utama dari kerja sama tersebut adalah promosi investasi dan perdagangan di sektor pertanian antara kedua negara.

“Saya meyakini bahwa pemerintah kedua negara akan mendorong dan memfasilitasi kerja sama investasi dan perdagangan Indonesia-Vietnam,” ungkapnya. 

Amran juga menambahkan, Indonesia bercita-cita menjadi pemasok pangan global pada tahun 2033 mendatang. Untuk mencapai tujuan tersebut, peningkatan produksi pangan sangat penting.

Sementara Wakil Menteri Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Vietnam, Phung Dec Tien, menyambut baik kedatangan Indonesia. Secara khusus, ia menghargai perhatian besar Indonesia terhadap sektor pertanian, termasuk upaya menyediakan kebutuhan susu dalam negerinya.

Menurut Phung Dec, pengembangan peternakan sapi perah di Vietnam juga sempat dihadapkan banyak tantangan di masa lalu. “Tapi dengan pengembangan industri perbibitan dan penggunaan teknologi yang tepat, pengembangan peternakan sapi perah kami bisa berkembang dengan baik,” katanya.

Dia pun optimistis kerja sama antara Indonesia dan Vietnam di peternakan sapi perah akan berdampak positif pada produksi dan konsumsi susu di Indonesia. “Susu sangat baik bagi nutrisi anak-anak, sehingga fisik mereka akan bisa berkembang dengan baik,” ucapnya.

Adapun salah satu pengusaha yang ditemui Amran adalah Pendiri dan Ketua TH Group, Madam Thai Huong. Pengusaha terkenal ini sangat berpengaruh di Vietnam dan menunjukkan ketertarikannya berinvestasi di Indonesia.

Madam Thai Huong membuka peluang tersebut, terutama di bidang peternakan sapi perah dan industri susu. Ia bahkan menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Indonesia terpilih yang telah memberikan perhatian besar terhadap kesehatan dan kebutuhan nutrisi anak-anak di Indonesia.

“Saya merasa sangat tersentuh. Saya sudah sampaikan kepada Duta Besar bahwa kita harus membantu Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan program tersebut,” tuturnya.

Dengan semangat kerja sama dan inovasi, Madam Thai Huong dan TH Group menyatakan siap mendukung upaya peningkatan kesehatan dan gizi anak-anak di Indonesia. “Kami akan secepatnya berkunjung ke Indonesia dan mengajak tim untuk melakukan survei Lokasi,” tukasnya. (INF)

PENGEMBANGAN TERNAK PERAH UNTUK PENUHI KEBUTUHAN SUSU

Webinar Risnov Ternak #4. (Foto: Dok. Infovet)

“Konsumsi Susu Meningkat, Pengembangan Ternak Perah Terhambat?”, menjadi tema yang diangkat dalam webinar Risnov Ternak #4, Kamis (27/6/2024), yang merupakan kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Majalah Infovet.

“Tema yang diangkat sangat pas sekali dengan fakta di lapangan, dimana tantangan penyakit PMK membuat produksi dan populasi sapi perah menurun, namun permintaan susu kini meningkat sekitar 5 persen pertahun,” ujar Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Dedi Setiadi, yang menjadi pembicara.

Dari data yang ia paparkan, produksi susu pada 2022 (sebelum PMK) mencapai 1.780.000 kg/hari, perlahan menurun menjadi 1.391.000 kg/hari pada 2023, dan 1.219.652 kg/hari pada 2024, berkurang hingga 171.000 kg/hari.

Hal yang sama juga terjadi pada populasi sapi perah, dimana pada 2022 (sebelum PMK) jumlah populasi sebanyak 239.196 ekor, menjadi 226.829 ekor pada 2023, dan turun kembali menjadi 204.741 ekor di 2024, berkurang sebanyak 22.088 ekor.

Selain itu lanjut Dedi, adapun persoalan hijauan pakan ternak (HPT), hingga ketersediaan bibit unggul yang juga masih menjadi tantangan. Dijelaskan dedi dari segi pakan, terjadi kekurangan lahan penanaman HPT, ketersediaan bahan baku yang terbatas, harga bahan baku fluktuatif, sampai persaingan dengan sektor ternak lain.

“Oleh karena itu diperlukan regulasi tentang penggunan lahan Perhutani dan Perkebunan untuk penanaman HPT. Ini sudah sering saya sampaikan. Selain itu, diperlukan bibit rumput unggul dan pengelolaan HPT oleh BUMN bisa menjadi solusi,” paparnya.

Sementara dari segi bibit, terbatasnya ketersediaan bibit sapi perah berkualitas dan masalah pemotongan sapi produktif masih kerap terjadi. “Perbanyak balai pembibitan milik pemerintah dan ketersediaan semen beku bibit unggul. Atau bisa melalui kebijakan impor bibit sapi untuk penambahan populasi sapi perah berkualitas, juga penyelenggaraan kontes ternak agar semakin menggairahkan peternak dalam menghasilkan bibit sapi berkualitas,” ungkap Dedi.

Sebab menurutnya, peluang bisnis peternakan sapi perah masih cukup tinggi. Apalagi kini masyarakat mulai meningkatkan kesadaran minum susu hingga rencana program minum susu gratis dari presiden terpilih.

“Sekitar 16 juta liter susu diperlukan untuk program susu gratis, ini membutuhkan effort yang tinggi dari seluruh stakeholder. Diharapkan ini menjadi perkembangan industri sapi perah yang lebih baik,” tukasnya.

Agar kebutuhan susu secara nasional terpenuhi, BRIN juga menyoroti budi daya pengembangan kambing perah yang dinilai potensial dan lebih murah. “Budi daya kambing perah sangat potensial, karena kemampuannya beradaptasi dengan pakan lokal yang sangat bervariasi,” kata Peneliti dari BRIN, Dwi Yuliastiani. 

Dijelaskan, budi daya kambing tidak hanya mengandalkan HPT, tetapi dengan pakan lokal hasil samping tanaman pangan, buah, umbi, hingga hasil samping perkebunan bisa digunakan. “Harus tetap diperhatikan pemberiannya, karena dengan manajemen pakan yang tepat maka akan didapat produksi dan kualitas susu yang baik,” sebutnya. (RBS)

MENYIAPKAN KONSENTRAT BERKUALITAS UNTUK SAPI PERAH

Ternak sapi perah memerlukan asupan pakan yang baik, berkualitas dan tersedia sepanjang tahun. (Foto: Dok. Fapet UGM)

Untuk dapat mengoptimalkan produktivitas ternak sapi perah, pakan konsentrat sapi perah harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang baik, serta berasal dari bahan baku pakan yang tepat, sehingga tidak hanya terjaga performa ternaknya, peternak pun dapat meraih margin keuntungan yang nyata dari budi daya sapi perah.

Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. Adapun konsentrat, merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan/atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.

Dalam memilih bahan baku pakan dalam penyusunan konsentrat harus memperhatikan beberapa persyaratan, seperti memiliki kandungan nutrien yang baik, tersedia dalam jumlah banyak dan mudah diperoleh, harga relatif murah, serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan penyusun konsentrat untuk sapi perah berasal dari bahan pakan sumber energi, yakni berasal dari pakan butiran (serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro, serta bahan pakan sumber protein yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil samping industri-agro.

Kelebihan dan kekurangan berbagai bahan baku pakan sumber energi. (Sumber: Hernaman, 2021)

Kelebihan dan kekurangan berbagai bahan baku pakan sumber protein. (Sumber: Hernaman, 2021)

Maksimum penggunaan berbagai bahan baku dalam konsentrat. (Sumber: Hernaman, 2021)

Dalam sebuah pendampingan manajemen pakan untuk peternak sapi, pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Dr Iman Hernaman IPU, menjelaskan tentang penggunaan bahan baku pakan untuk ternak sapi perah yang tidak boleh berasal dari hewan, seperti meat bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging.

Hal itu mengacu pada regulasi yang ada, yakni Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang syarat dan tata cara pendaftaran pakan. Pada Pasal 8 ayat 4 dalam Permentan disebutkan, untuk pakan konsentrat ternak ruminansia tidak diperbolehkan menggunakan bahan baku pakan asal hewan ruminansia seperti tepung daging dan tulang.

Di samping itu, penggunaan bahan baku pakan juga harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan baku digunakan, karena agar dapat mengoptimalkan manfaat nutrisi yang terkandung di dalamnya, hal itu juga untuk mengantisipasi adanya zat anti-nutrisi yang ada. Zat anti-nutrisi adalah senyawa yang terdapat dalam pakan, yang sistem kerjanya adalah mengganggu metabolisme nutrien. Oleh karena itu, para ahli telah merekomendasikan penggunaan maksimum berbagai bahan baku pakan dalam penyusunan ransum.

Pembuatan konsentrat pada sapi perah dibedakan atas umur dan statusnya, hal itu untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisinya, sehingga pemberian pakan dapat berjalan optimal dan ekonomis. Jenis-jenis konsentrat itu di antaranya:

• Konsentrat dara, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari enam bulan sampai dengan umur 12 bulan dan/atau sudah dikawinkan.

• Konsentrat laktasi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan.

• Konsentrat produksi tinggi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai sapi bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan, dengan produksi susu rata-rata lebih dari 15 liter/hari.

• Konsentrat kering bunting, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah dua bulan sebelum beranak kedua dan seterusnya setelah periode laktasi selama 10 bulan.

• Konsentrat pemula-1, yakni pakan konsentrat untuk pedet yang baru lahir sampai dengan umur tiga minggu.

• Konsentrat pemula-2, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari tiga minggu sampai dengan enam bulan.

• Konsentrat pejantan, yakni pakan konsentrat yang diperuntukkan untuk sapi pejantan.

Cara Pemberian Konsentrat
Untuk metode pemberian konsentrat pada sapi perah, Iman Hernaman menyarankan pemberiannya berkisar pada 1-2% dari bobot sapi, dengan waktu dua kali sehari yakni pagi dan sore. Adapun perbandingan komposisi jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi perah atas dasar bahan kering yang disarankan adalah 60% hijauan dan 40% konsentrat, serta komposisi tersebut tergantung kualitas hijauan. Sebaiknya pemberian pakan konsentrat sebelum pakan hijauan dan diberikannya ada jeda. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen. Konsentrat juga sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, dengan penyediaan air tidak dibatasi.

Hal lain yang harus diperhatikan yakni pemberian konsentrat harus diberikan secara bertahap selama enam minggu pertama laktasi dan konsentrat dapat diberikan pada sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan produksi susunya, atau dengan perbandingan 1:2.

Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter. Selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.

Adapun metode tahapan pemberian konsentrat untuk hasil terbaik, maka sebaiknya mengacu pada Permentan No. 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang pedoman pemberian pakan sapi perah, yang diklasifikasikan dalam tujuh periode, yakni:

• Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter, selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.

• Periode pedet pra-sapih (umur delapan hari sampai tiga bulan). Diberikan susu atau susu pengganti sebanyak 4-8 liter/hari dengan pengaturan berkurang secara bertahap sampai dengan tidak diberikan susu pada umur tiga bulan, pada umur satu bulan mulai diberikan serat berkualitas secukupnya, seperti rumput star grass atau rumput lapangan, diberikan pakan padat dalam bentuk calf starter (konsentrat pedet) berkualitas dengan kandungan protein kasar (PK) 18-19%, dan total digesti nutrien (TDN) 80-85% dengan jumlah pemberian mulai 100 gram dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 1,5 kg/ekor/hari, serta diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).

• Periode pedet lepas sapih (umur di atas 3-12 bulan). Diberikan pakan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN 75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan, diberikan hijauan pakan berkualitas sebanyak 7 kg/ekor/hari dan ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan (atau 10% dari berat badan), dan diberikan air minum tidak terbatas.

• Periode dara siap kawin (umur 12-15 bulan). Diberikan hijauan pakan sebanyak 25-35 kg/ekor/hari, diberikan konsentrat berkualitas minimum PK 15%, dan TDN 75% dengan jumlah 2-3 kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat di bawah PK 15%, diberikan penambahan sumber pakan lain sebagai protein seperti ampas tahu dan bungkil kedelai, serta diberikan air minum secara adlibitum.

• Periode dara bunting (setelah umur 15 bulan sampai beranak pertama 24 bulan). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan dan konsentrat berkualitas PK 16%, serta TDN 75% sebanyak 2-3 kg/hari dan diberikan air minum secara adlibitum.

• Periode laktasi (setelah beranak sampai dengan kering kandang). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari asidosis, diberikan konsentrat sesuai periode laktasi (produksi susu) dengan PK 16-18%, dan TDN 70-75% sebanyak 1,5-3% dari berat badan, serta pemberian air minum tidak terbatas.

• Periode bunting kering/kering kandang (setelah tidak diperah sampai beranak). Diberikan hijauan pakan berkualitas dalam jumlah adlibitum, diberikan konsentrat minimum PK 14% dan TDN 65% sebanyak 2 kg/ekor/hari sampai dengan dua minggu sebelum beranak, serta mulai ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi konsentrat sesuai estimasi produksi sapi laktasi awal dan diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum). ***


Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer