-->

CEVA ANIMAL HEALTH

CEVA ANIMAL HEALTH

Boehringer Ingelheim

Boehringer Ingelheim

SIDO AGUNG FEED

SIDO AGUNG FEED

INFOVET EDISI MEI 2023

INFOVET EDISI MEI 2023

Susunan Redaksi

Pemimpin Umum/Redaksi
Ir. Bambang Suharno


Wakil Pemimpin Umum

Drh. Rakhmat Nurijanto, MM


Wakil Pemimpin Redaksi/Pemimpin Usaha
Ir. Darmanung Siswantoro


Redaktur Pelaksana
Ridwan Bayu Seto


Koordinator Peliputan
Nunung Dwi Verawati


Redaksi:
Wawan Kurniawan, SPt

Drh. Cholillurrahman (Jabodetabek)

Drh. Yonathan Rahardjo (Jatim)
Drh. Masdjoko Rudyanto,MS (Bali)
Drh Heru Rachmadi (NTB)
Dr. Sadarman S.Pt, MSi (Riau)
Drh. Sry Deniati (Sulsel)
Drh. Joko Susilo (Lampung)
Drh. Putut Pantoyo (Sumatera Selatan)

Kontributor:
Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu,
Drh. Deddy Kusmanagandi, MM,
Gani Haryanto,
Drh. Ketut T. Sukata, MBA,
Drs. Tony Unandar MS.
Prof. Dr. Drh. CA Nidom MS.


Kabag Produksi & Sirkulasi
M. Fachrur Rozi

Staf Produksi & Sirkulasi:
M. Sofyan

Yayah Muhaeni

Administrasi
Nur Aidah


Keuangan:
Efrida Uli
Monita Susilawati


Staf Pemasaran
:
Yayah Muhaeni


Alamat Redaksi

Ruko Grand Pasar Minggu
Jl. Raya Rawa Bambu No. 88A
Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520
Telp: (021) 7829689, 78841279, Fax: 7820408
e-mail:
Redaksi: majalah.infovet@gmail.com
Pemasaran: marketing.infovet@gmail.com

Rekening:
Bank MANDIRI Cab Ragunan,
No 126.0002074119

Bank BCA KCP Cilandak KKO I. No 733-0301681
a/n PT Gallus Indonesia Utama

Redaksi menerima artikel yang berkaitan dengan kesehatan hewan dan atau peternakan. Redaksi berhak menyunting artikel sepanjang tidak merubah isinya.
Semua artikel yang dimuat menjadi milik redaksi.
Email artikel Anda ke:infovet02@gmail.com

Jumlah Pengunjung

GALLUS Group

Download Gratis Edisi Sisipan Vol 10

Pengikut

Info Agribisnis Klik Di Sini

alterntif text

TRANSLATE

KEARIFAN LOKAL UNTUK MENJAGA KESEHATAN & MENCEGAH PENYAKIT HEWAN

On Mei 26, 2023

Meskipun produk vaksin AI yang beredar masih homolog sekitar 80-90% terhadap clade baru, tetap kewaspadaan agar AI tidak menyerang perlu ditingkatkan. (Sumber: Istimewa)

Avian Influenza (AI) merebak lagi, sejak akhir tahun lalu hingga beberapa bulan di awal tahun ini, sektor perunggasan mancanegara masih disibukkan dengan wabah AI. Pasalnya clade baru dari virus AI H5N1 yakni clade 2.3.4.4.b dinilai meresahkan dan berdampak besar pada sektor ekonomi dan sosial.

Meskipun melalui kajian yang dilakukan berbagai perusahaan dan pakar mengatakan bahwa produk vaksin AI yang beredar masih homolog sekitar 80-90% terhadap clade baru, tetap kewaspadaan agar AI tidak menyerang perlu ditingkatkan.

Kearifan Lokal, Dampak Positif Global
Sejak Antibiotic Growth Promoter (AGP) dilarang digunakan dan kerap menjadi “kambing hitam” turunnya performa ternak unggas dan meningkatnya risiko ayam terserang penyakit infeksi. Sebagaimana diketahui, setiap perusahaan yang berkecimpung di bidang pakan utamanya, kini berlomba mencari pengganti AGP sebagai feed additive. Bermacam cara digunakan agar kesehatan dan performa ayam tetap prima.

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman budaya, salah satu yang berkembang adalah jamu. Masyarakat Indonesia dikenal gemar mengonsumsi jamu sebagai suplemen dalam menjaga kesehatan. Wajib disyukuri karena Indonesia memliki beragam tanaman obat yang sejak zaman nenek moyang telah dikonsumsi secara turun-temurun oleh masyarakat.

Beruntung juga karena tanaman obat yang sangat beragam ini dapat dimanfaatkan sebagai feed additive yang dapat menjaga kesehatan ternak. Seperti halnya yang dilakukan beberapa peternak di Indonesia yang lebih memilih memberikan jejamuan untuk ternaknya.

Kustadi, peternak broiler kemitraan asal Bogor yang rutin memberikan jamu kepada ayam-ayamnya. Ia rutin mencampurkan racikan beberapa jenis herbal kepada ayamnya agar tetap prima. “Kalau chick-in kan biasanya orang pada ngasih air gula ke ayam, kalau saya air gula itu saya campur lagi sama kunyit dan beras kencur,” kata Kustadi.

Kepada Infovet, ia mengaku... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

FAO DAN KEMENTAN UNDANG BARA GELAR WORKSHOP AMR

On Mei 24, 2023

Foto Bersama Para Peserta dan Trainer

Resistensi antimikroba (AMR) tentunya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Isu tersebut bahkan merupakan salah satu topik yang dibahas oleh para pemimpin dunia pada KTT G-20 di bali beberapa waktu yang lalu.

Indonesia sendiri masih berjuang dalam mengendalikan resistensi antimikroba. Dengan tujuan studi banding sekaligus berbagi pengalaman, FAO ECTAD Indonesia bersama Kementan melaksanakan kegiatan workshop mengenai AMR bertemakan MPTF - BARA Traning and Workshop di Hotel Aston Priority, Jakarta Selatan (23/5) lalu. Pesertanya merupakan semua stakeholder baik pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang medis, akuakultur, dan pertanian yang bersinggungan dengan penggunan antimikroba. 

Kasubdit POH Drh Ni Made Ria Isriyanthi yang hadir mewakili Direktur Kesehatan Hewan dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung keberlangsungan acara tersebut. Ia menyebut bahwa pelatihan ini merupakan upaya dari pemerintah dalam mengendalikan resistensi antimikroba.

"Kita berkolaborasi dengan BARA dan FAO juga bukan tanpa alasan, di Bangladesh kampanye AMR ini sangat masif, dan kita bisa mengambil hal - hal positif dari mereka," tutur Ria.

BARA (Bangladesh AMR Response Alliance) sendiri merupakan organisasi independen yang terdiri dari bermacam profesi yang berhubungan dengan medis seprti dokter, dokter hewan dokter gigi, apoteker, dan semua pihak yang berkecimpung di sektor keamanan pangan, akuakultur, dan pertanian secara luas.

Hal tersebut disampaikan oleh Jahidul Hasan selaku fasilitator / trainer dalam acara tersebut Pria yang berprofesi sebagai apoteker tersebut juga merupakan salah satu anggota BARA. Ia mengatakan bahwa BARA terbentuk sejak tahun 2018 atas keresahan mengenai resistensi antimikroba yang terjadi di Bangladesh.

Di negaranya, Jahidul mengatakan bahwa penggunaan antimikroba di berbagai sektor dapat dibilang sangat serampangan. Bahkan ia menyebut bahwa seorang profesor di satu rumah sakit besar di Bangladesh sampai terkaget - kaget bahwa bakteri yang diisolat dari rumah sakit tempatnya bekerja merupakan superbug alias bakteri yang resisten terhadap berbagai macam jenis antibiotik.

"Ini tentu sangat meresahkan, oleh karena itu kami berinisiatif membangun BARA. semua sektor kami rangkul, dokter, dokter gigi, dokter hewan, bahkan dari sektor akuakultur dan pertanian juga boleh, kami tidak membatasi keanggotaan kami, siapapun yang merasa terpanggil akan masalah ini boleh menjadi anggota kami," tuturnya.

Kegiatan yang dilakukan BARA antara lain melakukan penyuluhan, pendampingan, konsultasi, dan pelatihan ke masyarakat, pelajar, mahasiswa, kalangan medis, bahkan petani, peternak, dan pembudidaya ikan. Mereka umumnya melaksanakan kegiatan dengan pendekatan yang persuasif dan menyenangkan sehingga masyarakat menerima kedatangan mereka.

"Kami memulai dari bawah, mengumpulkan data, melihat apa yang terjadi, dan melakukan action sesuai dengan permasalahan yang ada di lapangan. Pemerintah pun ikut andil dalam hal ini, karena kami tahu bahwa data adalah hal yang penting juga bagi mereka dalam mengambil keputusan," kata Jahidul.

Dari data yang terkumpul, BARA kemudian mengolahnya dan menjadikanya aplikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Dari situlah masyarakat dapat mengakses isu tentang AMR, teredukasi, dan lebih menyadari pentingnya isu tersebut.

Dalam kesempatan yang sama Drh Erianto Nugroho selaku perwakilan FAO ECTAD Indonesia mengatakan bahwa program ini sangat bagus dan esensial bagi Indonesia yang tengah berjuang menghadapi AMR. Ia menilai dari sini Indonesia bisa banyak belajar, membagi dan berbagi pengalaman terutama challenge di lapangan terkait pengendalian AMR.

"Bisa saja kita membuat semacam organisasi kaya BARA, orang yang ikut yang benar - benar independen. Tapi sebagus - bagusnya program yang dibuat kalau masyarakatnya tidak aware akan hal ini juga rasanya percuma, jadi fokus utamanya bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat dulu ya mungkin," tutur dia.

Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari dimulai dari 23-26 Mei 2023. Diharapkan dengan selesainya kegiatan ini kapasitas Indonesia dalam mengendalikan AMR semakin meningkat dan lebih baik. (CR)


AWAS! ANTINUTRISI BUAT AYAM SULIT BERISI

On Mei 24, 2023

Pemberian pakan yang tidak mencukupi jumlahnya menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah nutrisi yang dapat dimanfaatkan tubuh ternak. (Foto: RBI)

Dalam pakan berstandar SNI, masalah serapan nutrisi pakan akibat zat antinutrisi sudah diatasi. Namun, bagi peternak yang hendak membuat formulasi pakan campuran mandiri, keberadaan zat antinutrisi patut diwaspadai.

Agar dapat tumbuh berkembang dan menjaga fungsinya dengan baik, tubuh memerlukan beragam zat atau nutrisi yang berguna dalam proses pembentukan sel, jaringan, maupun organ. Hal ini berlaku bagi semua jenis makhluk hidup, termasuk manusia, tanaman dan hewan ternak seperti ayam.

Secara garis besar, nutrisi merupakan sekumpulan zat yang diperoleh ayam dari makanan yang dikonsumsi. Meskipun terdapat banyak unsur terkandung dalam makanan, hanya unsur zat yang bermanfaat bagi fungsi dan perkembangan tubuh yang dapat disebut sebagai zat nutrisi. Disebabkan peran pentingnya, kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan hingga berbagai gangguan fungsi pada tubuh. Bahkan, tidak terpenuhinya nutrisi penting dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian.

Pemberian pakan yang tidak mencukupi jumlahnya menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah nutrisi yang dapat dimanfaatkan tubuh ternak. Untuk mengatasi hal tersebut, peternak dapat menambah jumlah pakan yang diberikan. Namun, selain kurangnya jumlah pakan, penyebab tidak optimalnya pertumbuhan ayam disebabkan jumlah nutrisi yang terkandung dalam pakan itu sendiri yang kurang mencukupi.

Selain jumlah pakan dan zat nutrisi yang tekandung di dalamnya, keberadaan zat antinutrisi dalam bahan pakan juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan sebagai penyebab buruknya performa pakan ternak. Singkatnya, zat antinutrisi merupakan kebalikan dari zat nutrisi yang menjadi bahan bakar metabolisme tubuh dan mendorong pertumbuhan.

Mengetahui peranan nutrisi dan kebutuhannya pada tubuh ayam dapat membantu peternak mengambil tindakan tepat untuk mengantisipasi hingga mengatasi keberadaan zat antinutrisi yang merugikan.

Kebutuhan Nutrisi Ayam
Di antara berbagai macam zat nutrisi, terdapat beberapa nutrisi yang dipandang sebagai kebutuhan mendasar bagi tubuh ayam sehingga sering dijadikan patokan dalam menentukan kualitas pakan. Pertama, zat yang umum disebut sebagai makronutrien, yaitu protein, karbohidrat dan lemak. Kedua, zat nutrisi mikronutrien seperti vitamin dan mineral, di antaranya kalsium, zat besi, fosfor dan mikronutrien lainnya yang penting untuk pemeliharaan fungsi organ dan perkembangan tubuh ayam.

Perbedaan utama antara... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (MFR/RA)

TELUR REBUS, PILIHAN TEPAT UNTUK MPASI

On Mei 23, 2023

Konsumsi telur ayam maupun telur puyuh sama baiknya. (Foto: Shutterstock)

Mitos konsumsi telur ayam tak baik bagi ibu pasca melahirkan masih “berlaku” di sebagian masyarakat pedesaan. Padahal, sumber protein hewani ini kaya manfaat bagi pertumbuhan janin hingga sang bayi lahir.

Usai menjalani masa pesalinan di rumah sakit, setiap pagi Laila Sukma mendapat kunjungan dokter anak di ruang perawatan. Kunjungan dokter dilakukan rutin setiap pagi untuk mengecek kondisi ibu muda yang baru melahirkan anak pertamanya itu.

Dalam setiap kunjungan, dokter selalu mengingatkan agar pasiennya tak melupakan makan telur rebus yang disiapkan dalam menu sarapan. “Telur rebus penting untuk mempercepat penyembuhan luka Ibu, soalnya kan lahirannya sesar. Makan telur bisa membantu luka lebih cepat sembuh,” pesan dokter, seperti ditirukan Laila.

Menurutnya, sang dokter juga berpesan agar konsumsi telur tetap dilanjutkan setelah pulang dari rumah sakit. “Dokter bilang selama masa menyusui, telur ayam yang direbus bagus banget untuk memacu ketersediaan air usu ibu (ASI),” ujarnya kepada Infovet.

Sebagai wanita yang sedang menikmati masa bahagia atas kelahiran anak pertamanya, Laila merasa perlu banyak mencari informasi seputar gizi untuk ibu pasca melahirkan. Wanita ini rajin berburu informasi tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk buah hatinya, jika sudah umurnya sudah cukup untuk makan.

“Saya suka baca-baca info tentang makanan yang bagus buat bayi. Telur ayam rebus banyak direkomendasikan sebagai makanan pendamping ASI. Kalau sekarang kan banyak makanan produk pabrikan, saya nanti maunya bikin sendiri saja. Lebih murah, tapi gizinya terpenuhi,” tuturnya.

Laila memang termasuk ibu yang cerdas dalam memilih makanan. Apa yang dipikirkan olehnya tentang telur adalah benar adanya. Dalam banyak literatur kesehatan, pasca persalinan seorang ibu sedang dalam masa menyusui anaknya, sudah pasti sedang membutuhkan asupan gizi ekstra agar ASI yang dihasilkan memenuhi kebutuhan sang bayi.

Ibu yang masih dalam masa menyusui membutuhkan protein hewani, protein nabati, kalsium, vitamin dan jenis gizi lainnya. Jika asupan gizi komplit tak dipenuhi, maka yang terjadi adalah anak akan menderita gizi buruk dan lambat dalam pertumbuhan atau yang dikenal dengan istilah stunting. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Dalam laman jurnal American Heart Asociation menyebutkan, hal itu dibuktikan oleh penelitian di Afrika yang pernah membandingkan anak yang memiliki pola makan vegan atau sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani dengan anak yang rutin makan protein hewani.

Dari penelitian tersebut, hasilnya anak yang mengonsumsi protein hewani memiliki tubuh lebih tinggi dibanding yang hanya mengonsumsi protein nabati. Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak boleh diberikan sebagai MPASI pada anak.

Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat soal mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi tentang pentingnya konsumsi telur dan daging ayam perlu dilakukan. Kampanye makan telur dan daging ayam juga harus terus digaungkan.

Jurnal American Heart Asociation juga menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Beda Gengsi 
Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Menurut ahli gizi dari Univeritas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Taufik Maryusman SGz MGizi MPd, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai MPASI sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya makan makanan padat. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Sementara telur ayam, selain mudah didapatkan juga merupakan makanan yang mengandung nutrisi komplit untuk bayi hingga orang dewasa. Dalam satu butir telur, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak dan vitamin.

Sebagai catatan, tentunya pemberian MPASI dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan usia bayi. Dimulai dari makanan bertekstur lunak seperti bubur susu, lalu bubur saring, lembek seperti bubur biasa, lalu nasi tim, hingga yang padat seperti nasi biasa atau makanan keluarga.

Masih menurut Taufik, telur ayam bukan satu-satunya sumber protein hewani yang terjangkau dari sisi harga. Ada telur puyuh yang juga dapat menjadi sumber protin yang sama, dengan takaran yang sama pula. Telur puyuh memiliki sejumlah kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh.

Menurutnya, telur puyuh memang tidak sefamiliar telur ayam yang lebih banyak dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa. ”Tetapi manfaatnya tidak ada bedanya dan bermanfaat bagi tubuh,” kata Taufik.

Ada beberapa kandungan nutrisi telur puyuh yang cukup baik untuk diketahui oleh orang tua, agar anak-anaknya juga gemar mengonsumsi. Pertama, sama seperti telur ayam, telur puyuh tinggi protein. Satu porsi telur puyuh (isi lima butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam. Protein diperlukan tubuh untuk dijadikan sumber energi, menjaga stamina, memelihara kesehatan kulit dan rambut, serta membangun dan menguatkan massa otot, baik dikonsumsi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Kedua, telur mini yang dihasilkan burung puyuh juga kaya vitamin A dan kolin. Setiap porsi telur puyuh menawarkan 119 miligram kolin dan 244 IU vitamin A. Artinya, seporsi telur puyuh (setara lima butir) mampu menyajikan sekitar 22-28% kebutuhan kolin harian dan 8-10% asupan vitamin A dalam sehari. Dua nutrisi ini bersamaan menjaga kerja sistem imun tubuh untuk mencegah risiko penyakit dan infeksi, khususnya mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin A dan kolin juga berperan memelihara fungsi sistem saraf dan indra penglihatan.

Ketiga, telur burung puyuh mengandung lebih banyak selenium (26%) dan zat besi (9%) daripada telur ayam. Selenium bermanfaat untuk memelihara fungsi kognitif otak, meningkatkan metabolisme hormon tiroid dan memperbaiki kerusakan DNA. Sementara, zat besi berfungsi memproduksi sel darah merah sehat untuk mencegah anemia. Zat besi juga mungkin berpotensi memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung. Kombinasi zat besi dan selenium dibutuhkan tubuh untuk memetabolisme otot serta memelihara kesehatan pembuluh darah. Jadi, mulailah konsumsi telur puyuh karena cukup baik untuk anak-anak maupun orang dewasa dan bisa diolah menjadi aneka ragam makanan yang lezat.

Dengan kepadatan nutrisi yang terkandung di dalamnya, menurut Taufik, telur puyuh bisa menjadi salah satu pilihan untuk makanan pendamping ASI bagi anak bawah tiga tahun.

Telur Ayam vs Telur Puyuh
Menurut data dari jurnal American Heart Asociation yang dirilis pada 2002, telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Untuk kuning telur puyuh mengandung 15,7-16,6% protein, 31,8-35,5% lemak, 0,2-1,0% karbohidrat dan 1,1% abu. Telur puyuh juga mengandung vitamin A sebesar 543 ug (per 100g).

Lalu, bagaimana perbandingan kandungan nutrisi telur puyuh dengan telur ayam? Setiap 50 gram atau sekitar satu butir telur ayam berukuran besar mengandung 6 gram protein dan 78 kalori. Sedangkan, satu porsi telur puyuh (lima butir) mengandung 6 gram protein dan 71 kalori.

Bila konsumsi satu porsi telur puyuh, ini artinya akan mendapatkan asupan protein yang sama dengan sebutir telur ayam. Kandungan kalorinya pun hanya terpaut tujuh kalori saja, sehingga tak jauh berbeda.

Bukan hanya jumlah kalorinya saja yang mirip, kandungan vitamin dan mineral pada dua jenis telur inipun cenderung sama. Dari sisi kandungan kolesterol, setiap lima butir alias seporsi telur puyuh mengandung 5 gram lemak, yang terdiri dari 1,6 gram lemak jenuh. Sementara, sebutir telur ayam ukuran besar (50 gram) mengandung 5 gram lemak, dengan 1,5 gram lemak jenuh.

Meskipun perbedaannya tampak sedikit, namun kandungan lemak jenuh dalam telur puyuh tetap lebih tinggi dari telur ayam. Oleh karena itu, jangan mengonsumsinya secara berlebihan, makanlah secukupnya. (AK)

UAR GELAR WEBINAR INTERNASIONAL DAN SOSIALISASI VAKSINASI RABIES ORAL

On Mei 23, 2023

UAR Selenggarakan Webinar Rabies

Menyusul diakuinya vaksin peroral pertama untuk anjing yang digunakan untuk melawan rabies, forum United Against Rabies (UaR) menyelenggarakan webinar pada hari selasa (9/5). Untuk pertama kalinya, webinar ini merupakan salah satu bentuk upaya percepatan pemberantasan rabies yang dimediasi oleh anjing sebagai salah satu tujuan forum ini dibentuk pada tahun 2020 oleh kolaborasi “tripartite” FAO, WOAH, dan WHO.

Thomas Muller, kepala laboratorium referensi WOAH dan WHO untuk rabies dari Friedrich-Loeffler-Institute (FLI) Jerman, pada awal sesi di webinar ini mempresentasikan dokumen terbaru tentang vaksinasi oral rabies yang akan diresmikan pada bulan Juli ini.

Pada satu-satunya presentasi di dalam webinar ini, ia menyebutkan bahwa vaksinasi anjing secara massal untuk mempertahankan kekebalan kelompok populasi anjing menggunakan vaksin parenteral dapat menghadapi banyak tantangan, terutama pada negara di mana banyak anjing berkeliaran bebas dan mempunyai sumber daya terbatas.

“Oleh karena itu penggunaan Vaksin rabies oral merupakan tindakan pelengkap yang menjanjikan untuk dapat menjangkau populasi anjing yang berkeliaran”, tambahnya

Tiga panelis lain berbagi pengalaman tentang apa yang sudah mereka lakukan berkaitan dengan program pilot dan studi vaksin oral dari wilayahnya masing-masing.

Beatrice Shikongo, staf lapangan dari bidang kesehatan hewan di wilayah Zambezi – Namibia, membagikan pengalamannya terkait aspek rantai dingin vaksin rabies oral yang dilakukan di negaranya. Ia menegaskan bagaimana vaksin rabies oral dapat dengan mudah digunakan untuk vaksinasi anjing yang agresif.

“Kami bahkan dapat dengan mudah melakukan vaksinasi anjing agresif dengan penanganan yang minimal, atau tanpa penanganan sama sekali”, sebutnya.

Wahid Husein, panelis lainnya dari FAO ECTAD Indonesia, menambahkan bahwa metode vaksinasi rabies oral mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode vaksinasi menggunakan jaring.

“Vaksin rabies oral lebih cocok untuk vaksinasi anjing yang sulit dijangkau dan mengurangi stress pada tim vaksinasi dan hewan”, terangnya. Selain itu, dia juga berbagi pengalamannya terkait aspek keamanan untuk spesies non target, termasuk manusia.

Sedangkan aspek efektivitas dan efisiensi biaya, serta bagaimana penandaan anjing yang sudah divaksin dijelaskan oleh panelis terakhir, Ryan Wallace yang merupakan kepala tim epidemiologi rabies CDC Amerika Serikat.

“Hanya sedikit pertanyaan tentang vaksin rabies oral untuk anjing yang belum terjawab. Sekarang, semua terserah pada masing-masing negara untuk memulai menggunakannya atau tidak”, tambahnya. 

Pada sesi akhir webinar, moderator, Richard Chipman yang merupakan koordinator program manajemen rabies nasional USDA, mendorong sekitar 150 orang peserta yang hadir secara global untuk mengakses daftar pertanyaan yang sering diajukan atau frequently asked questions (FAQs) tentang vaksin rabies oral yang sudah tersedia pada website UAR. (WF)

FAO DAN KEMENTAN PERKUAT KAPASITAS PETUGAS LAPANGAN TANGANI WABAH LSD

On Mei 23, 2023

Webinar LSD

Di Indonesia, penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) telah menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak sejak kemunculannya tahun lalu. Menanggapi hal ini, FAO ECTAD Indonesia bersama Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan FAO RAP, EuFMD, EMPRES dan EMC menyelenggarakan pelatihan daring tentang kesiapsiagaan dan respon lumpy skin disease (LSD) dari tanggal 8 Maret hingga 12 April 2023.

Dalam acara webinar pembukaan pelatihan ini, Direktur Kesehatan Hewan, Drh Nuryani Zainuddin menyebutkan bahwa ada 13 provinsi telah terdampak wabah LSD sejak kemunculannya pada bulan Februari 2022.

Dalam kesempatan yang sama, Team Leader FAO ECTAD Indonesia, Dr. Luuk Schoonman menambahkan, dalam menghadapi situasi darurat LSD di Indonesia, diperlukan peningkatan tanggap darurat, manajemen, serta pelaporan terhadap wabah.

Empat ahli dihadirkan sebagai panelis pada webinar ini – Eeva Tuppurainen (FLI, Jerman), Li Jinming (CAHEC, Cina), Pham Thanh Long (Kementerian Pertanian, Viet Nam), Surendra Karki (FAO, Nepal) – untuk berbagi pengalaman terkait dengan pelaksanaan vaksinasi LSD dan PMK secara bersamaan, selain bagaimana penanganan untuk hewan yang terinfeksi.

Setidaknya, 500 peserta hadir dalam pembukaan pelatihan yang ditujukan untuk dokter hewan guna meningkatkan tindakan pencegahan dan pengendalian serta mitigasi penyakit ini

Di akhir pelatihan, sebanyak 336 peserta aktif mengikuti pelatihan melalui platform Virtual Learning Center ini dan 71% di antaranya mendapatkan sertifikat kelulusan. (WF)

DINAMIKA RANTAI DINGIN PRODUK HASIL UNGGAS

On Mei 22, 2023

 

Webinar  ILC ke 27 diadakan pada Minggu 21 Mei 2023 secara daring.

Mengangkat topik 'Dinamika Rantai Dingin Produk Hasil Unggas 2023' Indonesia Livestock Club (ILC) edisi 27 digelar secara daring, pada minggu (21/5). Hadir sebagai narasumber antara lain Thomas Kristiyanto (Dewan Pengurus Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia, ARPHUIN), Prastyo Ruandhito, SPt (Co-Founder/CEO PT Integrasi Teknologi Unggas/BroilerX), dan Tri Melasari SPt, MSi (Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen PKH, Kementan RI).

Produk hasil unggas berupa daging dan telur, serta produk hasil olahannya termasuk dalam kategori rantai pasok pangan segar dan olahan. Memiliki karakterisik utama produk hasil ternak diantaranya nilai gizi yang tinggi, mudah rusak, umur simpan terbatas, dan bergantung pada cold chain.

Menghadapi produk dengan karakteristik seperti itu, sangat diperlukan adanya rantai nilai (value chain) yang spesifik.

Perbedaan mendasar antara rantai pasok produk hasil unggas sebagai produk pangan dengan rantai pasok lainnya, terletak pada adanya perubahan yang terus-menerus dan signifikan terhadap kualitas produk pangan di seluruh rantai pasok hingga pada titik akhir produk tersebut dikonsumsi.

Thomas Kristiyanto menjelaskan, rumah potong hewan unggas selalu menerapkan sistem rantai dingin dalam proses produksi dan distribusi untuk menjaga tingkat keamanan pangan yang dihasilkan. “Saat ini RPHU di Indonesia berjumlah 355 unit baik yang berskala besar maupun kecil, serta dikelola oleh beragam lembaga baik itu swasta, perorangan, kelompok, ataupun kedinasan,” papar Thomas.

Prastyo Ruandhito dalam kesempatan itu menerangkan dari sisi traceability (ketertelusuran) produk hasil unggas untuk menjaga keamanan pangan, kualitas produk dan menjaga reputasi serta kepercayaan konsumen.

Keamanan pangan saat ini menjadi perhatian masyarakat dunia. Wabah penyakit pada hewan dapat ditularkan ke manusia seperti flu burung, atau keberadaan bahan kimia diatas ambang batas pada pakan atau makanan dapat mengancam kualitas dan keamanan produk pangan. Keputusan untuk menarik dan penarikan produk yang diidentifikasi tidak aman menjadi suatu kebutuhan yang penting untuk melindungi konsumen dari penyakit yang terkandung pada bahan pangan.

"Traceability adalah alat manajemen risiko yang memungkinkan pelaku bisnis atau pihak berwenang untuk menanggapi kebutuhan tersebut. Hal ini menjadi suatu landasan dari berbagai negara dalam hal kebijakan keamanan pangan," tandas Prastyo.

Menurut Prastyo, terlebih kalau melihat aspek keamanan pangan saat ini menjadi perhatian masyarakat dunia. Wabah penyakit pada hewan dapat ditularkan ke manusia seperti flu burung, atau keberadaan bahan kimia diatas ambang batas pada pakan atau makanan dapat mengancam kualitas dan keamanan produk pangan.

Tri Melasari memaparkan tentang strategi pemerintah dalam mendukung peningkatan dan penguatan ekspor produk hasil unggas diupayakan dengan mendorong pelaku usaha ekspor baru dengan penerapan sistem penilaian importasi GPS unggas. Melalui penguatan sistem monitoring dan informasi percepatan ekspor, diplomasi dengan negara tujuan ekspor untuk peningkatan volume ekspor dan pembukaan akses pasar baru dengan melibatkan pihak terkait. Pentingnya optimalisasi produksi, penjaminan keamanan dan mutu serta jaminan halal unggas, sekaligus melakukan promosi luar negeri, bisnis matching, dan harmonisasi persyaratan. (Rilis/INF)

VIRUS AI DAN RISIKO INFEKSI PADA MANUSIA

On Mei 22, 2023

Ancaman virus AI sangat nyata. (Foto: Shutterstock)

Ancaman infeksi Avian Influenza (AI) atau flu burung pada peternakan ayam adalah nyata. Risiko infeksi pada manusia pun tetap terbuka meskipun belum ada infeksi penularan antar manusia. Pengendalian AI harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan di Indonesia dengan mengedepankan keselamatan, kesehatan dan jiwa manusia.

Klasifikasi Virus AI
“Kita tahu bahwa AI termasuk virus influenza. Mempunyai empat tipe, termasuk orthomyxoviridae artinya mengeluarkan ingus dari saluran pernapasan. Jadi kalau itu dihitung kira-kira ada sekitar 150 subtipe influenza yang beredar di dunia,” kata Guru Besar FKH Universitas Airlangga dan pendiri Profesor Nidom Foundation, Prof Chairul Anwar Nidom.

Dari perkembangan-perkembangan yang ada, virus AI mempunyai clade (varian). Clade 2.1 adalah yang pertama kali menginfeksi di Indonesia sekitar 2003-2004. Setelah itu muncul clade 2.3 yang menginfeksi bebek, subclade-nya adalah 2.3.2.1.

“Jadi penamaan-penamaan ini disebabkan karena kesepakatan, clade kalau di COVID itu varian. Kemudian varian-varian itu ada turunannya lagi tatkala dia mengalami perubahan struktur di dalam tubuhnya,” jelasnya.

Pada kesempatan lain, Nidom juga menjelaskan bahwa virus AI adalah virus RNA. Namun berbeda dengan virus RNA yang lain, virus AI terdiri dari delapan fragmen. Karena struktur seperti itulah maka secara alamiah AI bisa mengalami perubahan atau mutasi.

Mutasinya ada dua macam, yaitu mutasi titik (drift) yang terjadi di dalam fragmen itu sendiri yang disebut dengan antigenik. Lalu mutasi fragmen (shift) dimana terjadi pertukaran fragmen dengan virus lain yang kebetulan ada di dalam lingkungan yang sama sehingga membentuk subtipe baru.

Tipe Virus Influenza
Ada empat tipe virus influenza, yaitu tipe A, B, C, D, dimana tipe… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

SILATURAHMI CEO PERUSAHAAN ANGGOTA ASOHI

On Mei 19, 2023

“Bersama ASOHI, selalu ada solusi”

Selasa, 16 Mei 2023. Berlangsung di Peony Ballroom Lt 3 Avenzel Hotel & Convention Cibubur, Jawa Barat, “Silaturahmi CEO Perusahaan Obat Hewan Anggota ASOHI” digelar. Acara keakraban ini selain sebagai wahan temu kangen para CEO Perusahaan Obat Hewan karena telah tiga tahun tak bisa bertatap muka sebab Pandemi Covid-19 sekalian berlebaran di akhir bulan Syawal 1444 H.

Sekretaris Jenderal ASOHI Drh Folin Tinora memandu acara silaturahmi dengan “Dialog Interaktif Kaderisasi Pengurus ASOHI.” ‘Bu Olin’ panggilan untuk Sekjen ASOHI ini mengawali acara dengan tayangan screen quotes “Organisasi terbaik adalah yang bisa mengumpulkan para kadernya dan membuat mereka menjadi sosok yang luar biasa dari yang dulunya tidak ada apa-apanya menjadi sosok yang dikagumi dan memiliki karakter”.

Pengalaman berorganisasi di ASOHI khususnya dan tentu dengan bimbingan para senior, menjadikan para pengurus mendapatkan nilai tambah dan karakter generasi penerus yang berani dan profesional. “Dahulu saya paling tidak 'pe-de' jika harus berbicara di depan forum. Menjadi kian terlatih dan cakap karena dalam organisasi ini harus banyak pelayanan dan berhadapan dengan banyak lembaga.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya juga menyampaikan harapan-harapanya agar pengurus bersama-sama dapat: 1) Menjalankan Program kerja sesuai amanah Munas, 2) Berkomitmen meluangkan waktu dan konsisten berorganisasi. 3) Berpartisipasi aktif sesuai peran dan tanggungjawabnya. 4) Efektif dalam komunikasi dan kordinasi. 5) Menjagai integritas dan 6) Mewujudkan kaderisasi.

Kesan dan Pesan

“ASOHI adalah organisasi yang keanggotaanya sangat kuat, maka pentingnya acara ini sebagai wahana komunikasi antar anggota. Khususnya para CEO diharapkan kian memahami keberadaan ASOHI dan mau terlibat aktif di dalamnya.” Ujar Gani Haryanto.

‘Pak Gani’ sapaan Ketua Badan Pengawas ASOHI itu juga menyampaikan catatan, bahwa kepengurusan ASOHI hingga saat ini setidaknya telah berhasil: 1). Membuat asosiasi ini berbadan hukum. 2) Mandiri secara finansial dan memiliki gedung baru. 3). Mampu menyelenggarakan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya serta adanya kaderisasi berkelanjutan.

“ASOHI berdiri dalam rangka kepentingan pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang mewadahi para pengusaha obat hewan. Asosiasi akan mengikat mereka dalam kesatuan dan persatuan pembangunan itu.” Papar DR Drh H. Sofjan Sudardjat, SKH MS. Salah satu dari lima Pendiri ASOHI yang tersisa dan akrab disapa “Prof Sofjan”, dalam kesan dan pesannya kepada hadirin juga menegaskan, bahwa pengusaha (melalui asosiasi-red) adalah mitra pemerintah dalam pengawasan usaha terkait kesehatan hewan.

CEO PT Pimaimas Citra, Drh Agus Surjanata menitipkan pesan, bahwa kaderisasi dalam suatu organisasi perlu konsistensi, walau tidak mudah. Sedangkan Drh. Gowinda Sibit, CEO PT Tekad Mandiri Citra (TMC) mewanti-wanti agar kaderisasi tetap menghargai peran para senior. Kemudian Drh Edy Purwoko, CEO PT Ceva Animal Health Indonesia menambahkan, kaderisasi dalam organisasi pastinya bisa dilakukan walau fakta persaingan usaha diluar tidak terhindarkan.

Ir Teddy Candinergara, Wakil Ketua-1 ASOHI dalam pesannya menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan aturan bisnis obat hewan. “Disinilah kita perlu kolaborasi dalam bisnis yang dibangun bersama dalam organisasi.” Tegasnya. Pernyataan ini didukung oleh Sekjen, Forlin yang menyampaikan bahwa banyaknya persaingan bisnis justru kian membuka lebar peluang kerjasama antar anggota.

Bahwa tidak semua alur bisnis selalu berjalan mulus diakui Drh Rakhmat Nurijanto, MBA. Anggota Dewan Pengawas ASOHI ini menyampaikan beberapa pengalaman melayani angota yang mengalami kendala misalnya terkait ekspor-impor obat hewan. “Dan kami membuat satu tim inti untuk membedah masalah yang sedang dialami anggota. Selanjutnya dengan networking serta banyak hal yang kami kerjakan akhirnya berhasil memecahkan problemanya.” Maka Rakhmat sampai pada suatu kesimpulan manfaat dan pentingnya kebersamaan dalam satu organisasi, “Bersama ASOHI, selalu ada solusi.”

Manfaat dan keterlibatan dalam acara seperti Silaturami ASOHI juga disampaikan Drh Franky Sihotang mewakili PT Hipra Indonesia ketika Infovet meminta tanggapannya, “senang karena berkesempatan bertemu para senior guru-guru saya”. ****(ADV-DS)

FAKTOR INFEKSI AI BERULANG PADA UNGGAS

On Mei 19, 2023

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab berulangnya infeksi AI pada unggas. (Foto: Shutterstock)

Setidaknya ada empat yang menjadi faktor berulangnya infeksi Avian Influenza (AI) pada unggas. Yaitu dinamika virus AI itu sendiri, genetik ayam, lingkungan dan manajemen.

Dinamika Virus AI
“Kita mulai dari faktor dinamika virus, bahwa virus ini tadi mudah mutasi. Tetapi masalahnya adalah di lapangan itu ada high pathogenic avian influenza (HPAI) dan low pathogenic avian influenza (LPAI),” jelas Guru Besar FKH Universitas Airlangga dan pendiri Profesor Nidom Foundation, Prof Chairul Anwar Nidom, pada webinar mengenai AI beberapa waktu lalu.

HPAI memiliki gejala dan tingkat kematian yang jelas, sedangkan LPAI tidak terlihat gejala klinisnya sehingga bisa terkecoh antara LPAI dengan HPAI. Reseptor LPAI pada ayam hanya pada daerah trakea bawah, saluran pencernaan dan indung telur. Sementara reseptor HPAI sampai pada otak dan semua organ akan diserang.

Ketika ada unggas bersamaan terinfeksi LPAI dan HPAI bisa saja gejala klinisnya tidak terlihat. LPAI bisa meningkatkan infeksi H5N1, terkadang di laboratorium H5N1 tidak terdeteksi. Infeksi campuran antara LPAI, HPAI dan infeksi lain memungkinkan gejala klinis dan laboratoriumnya bisa keliru.

“Kemudian kalau LPAI bersama-sama dengan IB, virus IB meningkatkan gejala klinis H9. IB tidak terlihat tetapi H9 yang akan terlihat ayamnya mengalami depresi, bulu kusut, konjungtivitis dan lain-lain,” jelas Nidom.

Jika ayam terinfeksi LPAI dan ND, maka... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

PEKERJA UNGGAS INGGRIS TERINFEKSI FLU BURUNG

On Mei 18, 2023

Di Inggris, 2 pekerja unggas telah terinfeksi flu burung setelah mereka melakukan kontak dengan unggas yang sakit.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan 2 orang yang hasil tesnya positif diketahui baru-baru ini bekerja di peternakan unggas yang terinfeksi di Inggris.

UKHSA menjalankan program pengujian pekerja yang telah melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi dan juga terlibat dalam pengujian tanpa gejala. Pekerja unggas diminta untuk mengambil usap hidung dan tenggorokan mereka yang diuji keberadaan virus influenza dalam 10 hari setelah terpapar.

Berdasarkan waktu paparan dan hasil tes, satu orang mungkin telah terkontaminasi hidung dan/atau tenggorokan dari virus yang terhirup di peternakan, sementara tidak pasti bagaimana orang kedua bisa terinfeksi.

UKHSA menekankan belum mendeteksi bukti penularan dari manusia ke manusia, dan deteksi ini tidak mengubah tingkat risiko terhadap kesehatan manusia, yang tetap sangat rendah untuk populasi umum.

Profesor Susan Hopkins, kepala penasihat medis UKHSA, “Bukti saat ini menunjukkan bahwa virus flu burung yang kita lihat beredar pada unggas di seluruh dunia tidak menyebar dengan mudah ke manusia. Namun, kita sudah tahu bahwa virus dapat menyebar ke manusia setelah melakukan kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi. Itu sebabnya, melalui program skrining seperti ini, kami memantau orang-orang yang terpapar untuk mempelajari lebih lanjut tentang risiko ini. Secara global, tidak ada bukti penyebaran jenis ini dari orang ke orang, tetapi kami tahu bahwa virus berkembang sepanjang waktu, dan kami tetap waspada terhadap bukti perubahan risiko pada populasi.”

UKHSA telah menekankan pentingnya kepada masyarakat untuk menghindari menyentuh unggas yang sakit atau mati. (via Poultryworld)

PUSAT PENELITIAN UNGGAS BARU DI ONTARIO, KANADA

On Mei 17, 2023

Pemerintah Ontario, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan penelitian dan inovasi di seluruh sektor pertanian pangan, menginvestasikan CAN$13,5 juta (US$10 juta) di pusat penelitian unggas baru di Elora.

Pusat penelitian unggas yang baru adalah kemitraan antara Institut Penelitian Pertanian Ontario, dan 4 dewan pengawas sektor unggas – Peternak Ayam Ontario, Peternak Telur Ontario, Komisi Telur dan Ayam Penetasan Ayam Broiler Ontario dan Peternak Kalkun Ontario – Universitas Guelph, dan pemerintah setempat.

Pekerjaan penelitian yang dilakukan di fasilitas baru ini bertujuan untuk mendukung kesejahteraan hewan, reproduksi, dan nutrisi, serta kualitas dan keamanan daging. Hasil akan dibagikan dengan peternak unggas dan sektor bisnis unggas yang lebih luas untuk mendorong penerapan praktik produksi hewan dan peternakan yang inovatif, lebih aman, lebih sehat, dan lebih efisien.

Pusat baru ini diharapkan akan mulai dibangun pada tahun 2024 dan selesai pada tahun 2026. (via Poultryworld)

SEBUTIR TELUR SEHARI UNTUK MEMERANGI MALNUTRISI DI AFRIKA SELATAN

On Mei 17, 2023

Blessman International di Limpopo, Afrika Selatan, memiliki sejarah yang mengharukan dengan misi yang jelas dan hari ini memberi makan sekitar 60.000 anak melalui 10 pusat distribusi makanan di seluruh negeri. Ini telah menjadi sumber nutrisi utama bagi anak-anak tersebut, dan telur memainkan peran besar.

Sekitar 20 tahun yang lalu, Dr Jim Blessman dan keluarganya meninggalkan kenyamanan karir medis yang sukses di Iowa di AS dan pindah ke bagian terpencil Afrika Selatan ini untuk melakukan tantangan memberi makan dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak lokal secara keseluruhan. Disediakan dalam kemitraan dengan Convoy of Hope dan Meals from the Heartland, makanan sehari-hari awalnya terdiri dari biji-bijian, kedelai, sayuran, dan vitamin.

Menyadari nilai dan tujuan dari misinya, Hy-Line International, bersama dengan Andre van der Merwe, GM di Hy-Line Afrika Selatan, ingin terlibat dan bergabung dengan Blessman dengan tujuan menambahkan 'sebutir telur sehari' dari ayam layer Hy-Line Brown dan Silver Brown ke program pemberian makan. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan teman-teman kami di Hy-Line untuk menyediakan lebih banyak makanan berkualitas tinggi bagi anak-anak di pusat makan kami,” kata Dr Jim Blessman.

Sambil menyediakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ini untuk anak-anak di wilayah tersebut, proyek ini juga akan melakukan studi ilmiah untuk melacak hasil kesehatan sekelompok kecil anak di situs Mokopone terdekat Blessman. Anak-anak yang menderita gizi buruk ini akan diberikan paket sembako dan dua telur per hari. Untuk studi nutrisi ini, tim akan bermitra dengan University of Limpopo, University of Venda dan staf medis University of Iowa untuk mendokumentasikan peningkatan kesehatan dan kognisi secara keseluruhan, dan kemudian melakukan analisis. Diharapkan studi ini akan selesai pada pertengahan 2024. Dengan data ilmiah di tangan, tim akan berusaha untuk meningkatkan program untuk membawa manfaat konsumsi telur ke populasi yang jauh lebih besar dan akhirnya ke program pemberian makan 60.000 anak Blessman yang lebih luas. (via Poultryworld)

SELKO AJAK STAKEHOLDER MELINDUNGI DAN MENJAGA KUALITAS BAHAN BAKU PAKAN

On Mei 16, 2023

Para narasumber yang hadir dalam webinar

Pakan ternak biasanya dibuat dengan menggunakan campuran berbagai macam bahan baku, termasuk bahan baku yang berasal dari tanaman bebijian semisal jagung dan gandum. Kualitas bahan baku yang digunakan tentunya akan menentukan kualitas produk pakan yang diproduksi. 

Kualitas pakan juga tentunya akan berbanding lurus dengan keamanaan pakan alias feed safety. Semakin baik kualitasnya, keamanan dari pakan pasti akan lebih terjamin. Atas dasar tersebut, Selko bersama GMP+ International mengadakan webinar berjudul "Preserve & Protect : Why Grain Preservation Matters". Seminar tersebut berlangsung secara daring pada Rabu (16/5) melalui situs resmi Selko.

Hadir sebagai pembicara yakni Bram Schuit selaku Commercial DirectorGMP+ International, Remco Veelenturf, Manager Scheme & Customer ServiceGMP+ International, serta Pieter Steyn, Commercial Technical Manager - Raw Material QualitySelko.

Sebagai pengantar Bram mengingatkan bahwa keamanan pakan juga sangat erat kaitannya dengan keamanan pangan karena pakan yang dimakan oleh ternak juga akan menentukan status kesehatannya. 

"Jaminan kualitas ini harus dijaga, karena nantinya manusia juga yang akan terkena imbasnya jika mengonsumsi produk hewan dengan kualitas yang buruk akibat kualitas pakan yang buruk," kata Bram.

Ia juga memperkenalkan GMP+ International sebagai salah satu lembaga sertifikasi keamanan pakan terkemuka di dunia dengan lebih dari 300 klien di seluruh dunia. Bram dalam hal ini juga menyebutkan bahwa GMP+ International dalam menjalankan jasa ini mereka menggandeng para ahli dibidangnya, termasuk Nutreco Group.

Sementara itu Remco Veelenturf mengatakan bahwa dalam menjamin kualitas bahan baku, ada tiga komponen yang menjadi poin penting yakni trust, commitment , dan behaviour. Kesemuanya ini tentu saling terkait. 

"Jika kita dapat menyediakan bahan baku berkualitas prima secara kontinu kepada customer dalam jangka waktu yang lama, maka kepercayaan akan tumbuh. Komitmen juga dibutuhkan oleh produsen dan konsumen untuk saling menjaga kepercayaan ini. Selanjutnya ini akan menjadi kebiasaan yang menular kepada stakeholder lainnya," tutur Remco.

Remco juga bilang bahwa pada era disrupsi seperti sekarang, orang tidak memikirkan lagi masalah harga, yang mereka pikirkan adalah ketersediaan atas bahan baku serta kualitas yang baik dan mutu terjamin yang dapat dipercaya dalam waktu yang panjang. 

Dalam kesempatan yang sama, Pieter Steyn menjabarkan berbagai macam solusi yang disediakan oleh Selko dalam menjaga kualitas bahan baku, dan menjalankan program preserve & protect all supply chain

"Selain dalam bentuk produk feed additive yang dapat menjaga kualitas bahan baku, kami juga hadir dengan berbagai solusi berupa jasa seperti fylax preservation, pemeriksaan laboratorium, serta database yang lengkap dari seluruh dunia. Semua itu dapat kami sesuaikan dengan keinginan klien," tuturnya.

Layaknya Remco, Pieter juga bilang bahwa di era disrupsi seperti ini selain menjaga ketersediaan, yang tidak kalah penting untuk dijaga adalah kualitas. Dengan terjaminnya kualitas bahan baku, maka terjamin pula kualitas produk pakan, sehingga berujung pada berkualitasnya produk pangan asal hewan yang berujung pada kesejahteraan umat manusia. (CR)


TINGKATKAN LABA, PANGKAS RANTAI PEMASARAN DAN BANGUN RPHU MANDIRI

On Mei 16, 2023

Semakin panjang rantai distribusi atau pemasaran, semakin besar disparitas harga di tingkat peternak dengan harga di konsumen. (Foto: Dok. Infovet)

Lima tahun mengalami kerugian, para peternak mandiri dan peternak rakyat yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Perunggasan Indonesia menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (13/3).

Demikian dilansir dari nasional.kontan.co.id. Lebih lanjut disebutkan bahwa Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah, Parjuni, menuturkan selama lima tahun ini, perlindungan pemerintah terhadap peternak UMKN tidak ada.

“Sudah lima tahun dari 2017 sampai hari ini. Peternak kecil makin hari makin habis. Ini adalah sisa kekuatan. Kami mengadu di Komnas HAM. Semoga Komnas HAM bisa memberi jalan keluar agar kami bisa bertahan hidup di negeri sendiri. Jangan sampai jadi kacung di negeri sendiri,” kata Parjuni dalam Aksi Damai Peternak Rakyat di Komnas HAM tersebut.

Salah satu langkah mendongkrak harga di tingkat peternak dikeluarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No. 5/2022 pada 5 Oktober 2022. Dalam peraturan tersebut tercantum harga acuan daging ayam ras untuk konsumen sebesar Rp 36.750/kg karkas. Sementara harga acuan ayam hidup (live bird) di tingkat peternak untuk batas atas Rp 24.000/kg dan batas bawah Rp22.000/kg. Demikian informasi dari cnbcindonesia.com, Senin (13/3).

Namun, harga ayam ras pedaging per 13 Maret 2023, masih di bawah harga acuan batas bawah, yaitu Rp 20.470/kg. Hal ini menunjukkan bahwa peternak tidak memiliki posisi kuat dalam penetapan harga. Meskipun berada dalam posisi kurang diuntungkan, tak ada pilihan lain bagi peternak kecuali harus menjual ayamnya. Bahkan dalam beberapa kasus, ayam tetap harus dijual meskipun di bawah harga pokok produksi (HPP) alias jual rugi.

Oleh karena bersifat livestock, menahan ayam bukan menjadi sebuah solusi. Semakin lama dipelihara, biaya operasional pemeliharaan akan bertambah, misalnya dari penambahan biaya pakan dan perawatan.

Memahami Sistem Agribisnis Ayam Pedaging
Berbicara soal keuntungan usaha dalam sistem agribisnis ayam pedaging memang tidak bisa berdiri sendiri. Hal ini disebabkan sistem agribisnis perunggasan terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait. Dalam prosiding Seminar Nasional Teknik Industri UGM, 2016 silam, dengan judul Analisis Rantai Pasok dan Distribusi Ayam Pedaging, Ratna Purwaningsih dkk. mengutip pendapat Saragih dan Tanjung yang mengatakan bahwa sistem agribisnis peternakan dapat dipetakan menjadi beberapa subsistem. Selain itu, terdapat pula beberapa kelompok mata rantai pasok di dalamnya.

Setidaknya, terdapat lima subsistem dalam sistem agribisnis ayam pedaging, yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem budi daya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem jasa penunjang.

Subsistem agribisnis hulu (upstream off-farm) adalah bisnis pendukung usaha budi daya yang menjadi input untuk usaha produksi peternakan. Beberapa pelaku usaha dalam subsistem yaitu perusahaan penyuplai bibit (DOC), penyuplai pakan ternak, penyuplai vaksin dan obat, serta penyuplai peralatan peternakan.

Pada subsistem peternakan (on farm), terdapat tiga pelaku usaha produksi. Ketiganya yaitu perusahaan peternakan besar (company farm), peternak kemitraan atau plasma dan peternak mandiri.

Adapun yang termasuk dalam subsistem pengolahan dalam rantai pasok ayam pedaging adalah rumah pemotongan hewan unggas (RPHU). Sementara subsistem pemasaran mencakup kegiatan distribusi oleh pengepul dan penjualan pada rumah makan, pedagang pengecer dan supermarket. Pada subsistem pemasaran inilah harga ayam pada tingkat konsumen terbentuk.

Subsistem jasa penunjang sendiri terdiri dari beragam fungsi seperti fungsi regulasi oleh dinas terkait, fungsi penelitian oleh Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi, fungsi penyuluhan oleh penyuluh dinas maupun swasta, fungsi informasi oleh media dan komunikasi personal, fungsi pengadaan modal usaha, fungsi pasar dan beragam fungsi lainnya.

Semakin Panjang Rantai Pemasaran, Semakin Besar Disparitas Harga
Menurut Ratna Purwaningsih, pedagang perantara dalam pemasaran ayam antara lain adalah broker, bakul dan lapak. Broker merupakan bakul besar dengan omset tertentu yang mendistribusikan penjualannya pada bakul lain berdasarkan delivery order. Dengan kata lain, broker tidak menjual ayamnya dengan menggunakan transportasi sendiri. Broker menyediakan modal besar untuk membeli ayam dari peternak. Modal tersebut akan kembali setelah bakul melakukan pembayaran order pada broker dari hasil penjualan ayamnya pada lapak.

Adapun bakul adalah pedagang perantara yang mengunakan modal transportasi sendiri untuk mengambil ayam hidup dari peternak (dari kandang atau farm) atau dari broker dalam jumlah yang besar. Sementara lapak adalah pedagang akhir di pasar yang menjual ayam pedaging dalam bentuk karkas pada konsumen. Karkas merupakan bagian bagian daging ayam beserta tulangnya, tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam.

Berdasarkan observasi yang dilakukan Ratna, ada tiga skema pemasaran daging ayam. Namun, skema yang akan dibahas dalam artikel ini adalah skema yang pertama, terdiri dari lima pelaku usaha, yaitu peternak, broker, bakul, lapak (pemotong) dan konsumen. Pada skema ini, peternak menjual ayam hidup pada broker. Kemudian, broker mendistribusikan ayam hidup pada bakul. Selanjutnya, bakul akan menjual kembali ayam hidupnya ke lapak. Di lapak atau pedagang akhir di pasar, ayam akan melewati proses pemotongan dan pembersihan dari darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam. Hasil akhir berupa karkas dijual pada konsumen akhir.

Adapun pembentukan harga yang terjadi yaitu ayam dengan bobot hidup 1,9 kg di tingkat peternak dibeli broker dengan harga Rp 15.000/kg. Selanjutnya, broker menjual ayam tersebut kepada bakul dengan mengambil laba sebesar Rp 200/kg. Dengan begitu, bakul mendapat harga Rp 15.200/kg dari broker. Kemudian bakul menjual ayam ke lapak pemotong dengan harga Rp 16.600/kg. Terdapat selisih harga sebesar Rp 1.400/kg, dengan rincian Rp 300/kg untuk biaya kendaraan dan Rp 1.100/kg untuk laba bakul.

Di lapak pemotongan, ayam dijual kembali dalam bentuk karkas dengan harga Rp 30.000/kg. Rincian penentuan harga tersebut sebagai berikut. Pertama, penentuan harga karkas. Dengan asumsi karkas 72%, harga karkas diperoleh dari membagi harga pembelian ayam dengan persentase karkas, yaitu Rp 16.600 : 0,72. Dengan begitu, diperoleh harga karkas Rp 23.000/kg. Selanjutnya, penentuan harga akhir karkas dengan menambahkan ongkos potong sebesar Rp 1.000/kg, biaya operasional Rp 5.000/kg dan laba untuk lapak pemotongan sebesar Rp 2.000/kg. Jadi, total harga karkas ayam yang dilepas ke pembeli selanjutnya adalah Rp 30.000/kg.

Bisa dibayangkan, bagaimana jika rantai pemasarannya lebih panjang lagi? Tentu saja, harga ke konsumen akan menjadi lebih mahal. Lantas, bagaimana jika harga konsumen dibatasi dengan harga batas atas atau tertinggi? Jawabannya sangat mudah. Jika selisih harga tidak bisa menekan ke atas, ia akan menekan ke bawah. Artinya, harga di tingkat peternak akan mendapat tekanan sampai tingkat paling rendah yang bisa diperoleh pedagang.

Pangkas Rantai Pemasaran, Perbanyak RPHU
Melihat subsistem budi daya yang berada diantara input produksi dan pemasaran memang serba sulit. Di satu sisi, peternak dihadapkan dengan biaya input produksi yang bisa naik setiap saat. Sementara di sisi lain, peternak menghadapi fluktuasi harga yang terkadang membawa untung dan terkadang membuat buntung. Namun, bukan berarti masalah yang ada tanpa solusi.

Dalam presentasinya berjudul Kinerja Bisnis Pembibitan Unggas 2022 dan Prospek Bisnis 2023 di Jawa Timur, Surabaya, Rabu (14/12), Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami, mengatakan bahwa solusi mengatasi persoalan harga yaitu memperpendek rantai distribusi.

Pola utama distribusi ayam ras pedaging di Jawa Timur, yaitu dari produsen ke distributor, kemudian dari distributor ke pedagang eceran dan berakhir di konsumen. Dari produsen dan distributor, ayam masih dalam keadaan hidup (live bird). Sementara pemotongan dilakukan oleh pedagang eceran dan sampai ke konsumen dalam bentuk karkas.

Terdapat juga pola lain yang lebih panjang. Pada pola ini, produsen menjual ayam hidup kepada distributor, lalu distributor ke subdistributor. Kemudian dari subdistributor ke agen, dari agen ke pedagang eceran dan berakhir di konsumen. “Harus sedekat mungkin. Kalau yang paling ideal itu dari farm menuju RPA (rumah pemotongan ayam), lalu ke konsumen,” kata Dawami.

Semakin panjang rantai distribusi atau pemasaran, semakin besar disparitas atau kesenjangan antara harga di tingkat peternak dengan harga di tingkat konsumen. Dengan memperpendek rantai pemasaran, harga di tingkat peternak pun bisa diharapkan lebih menguntungkan.

Jika kondisi ideal dapat dicapai, ada selisih harga yang bisa dinikmati para peternak. Jika awalnya harga ditingkat peternak Rp 15.000/kg, peternak bisa mendapatkan harga Rp 16.600/kg dengan laba Rp 1.100/kg. Lantas, bagaimana jika peternak membangun sendiri usaha RPHU untuk peternakannya? Ada tambahan laba lagi sebesar Rp 2.000/kg.

No Pain, No Gain
Untuk mendapatkan tambahan laba atau keuntungan tentu membutuhkan usaha yang lebih dibanding pasrah pada nasib. Artinya, peternak perlu menyadari kondisi saat ini dan segera beradaptasi dengan kompetisi yang terjadi.

Memperpendek rantai pemasaran bisa mendatangkan laba tambahan bagi peternak. Namun, keterbatasan unit RPHU dapat menjadi kendala. Kecepatan potong RPHU tentu akan berpengaruh pada jadwal panen.

Dalam presentasinya, Achmad Dawami menampilkan data hasil survei yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat RPHU sebanyak 316 unit. Jumlah RPHU yang beroperasi sebanyak 268 unit dan unit yang memiliki NKV sebanyak 139 unit. Berdasarkan data dari 19 RPHU, yang terdiri dari 12 perusahaan pembibit dan tujuh perusahaan lainnya diperoleh informasi kapasitas potong sebanyak 183.188 ekor/jam. Sementara kapasitas cold storage sebanyak 42.352 ton.

Untuk mengatasi kendala keterbatasan RPHU yang ada, peternak dapat mengadakan RPHU sendiri untuk usaha peternakannya. Di setiap skala usaha peternakan, tempat pemotongan ayam memungkinkan untuk dibuat. Tentu saja, dengan skala teknologi yang sesuai dengan kapasitas produksi ayam. Untuk peternakan kecil skala UKM, pemotongan dapat dilakukan manual dengan tenaga manusia. Namun, semakin besar kapasitas produksi, semakin besar pula kebutuhan alat dan teknologi yang dibutuhkan.

Apakah dengan menambah RPHU sudah cukup? Ternyata tidak. Dibutuhkan usaha lain, yaitu kegiatan pemasaran. Wajar, karena untuk mendapatkan laba lebih, peternak harus mengambil alih pekerjaan dari bakul dan lapak pemotongan.

Membangun pasar konsumen yang selama ini dilakukan lapak pemotongan atau RPHU lain, kini harus diambil alih. Peternak perlu menambah modal untuk pengadaan alat dan SDM, sekaligus menambah wawasan tentang kualitas karkas ayam yang dihasikan terkait dengan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).

Di samping itu, peternak juga perlu memahami model pemasaran konvensional dan digital. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya serap pasar. Semakin pendek rantai pemasaran dan distribusi, semakin besar potensi laba yang bisa diperoleh.

Every problem has a solution. You just have to be creative enough to find it,” papar Dawami menyitir perkataan dari Travis Kalanick. Setiap masalah memiliki solusi, hanya perlu cukup kreatif untuk menemukannya. Di akhir presentasinya, Dawami juga menyitir sebuah ayat dalam Al Quran, yaitu Surat Al Insyirah 5 dan 6, yang berbunyi, “Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (RA)

Artikel Populer