-->

Featured Posts

ENISTAN 2024, SUKSES DIGELAR DI INDONESIA

Foto Bersama Para Peserta ENISTAN 2024
(Foto : CR)
Industri makanan hewan kesayangan (pet food) terus mengalami permintaan, terlebih selama periode lockdown selama pandemi Covid-19. Peristiwa pandemi tersebut membuat masyarakat mulai mengembangkan hobi baru, salah satunya adalah mengadopsi hewan peliharaan. Tentunya dengan semakin meningkatnya minat memelihara hewan tentunya juga akan berbanding lurus dengan kebutuhan dari hewan peliharaan tersebut.

Di ASEAN sendiri, Indonesia adalah importir pet food terbesar setelah Malaysia dan Filipina, hanya Thailand dan Vietnam saja yang neraca perdagangannya positif (surplus). Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI (11/11/2021), pada tahun 2021 pemenuhan kebutuhan pakan sebesar 60 persen adalah impor.

Meskipun di Indonesia sendiri pet food masih banyak diimpor dari luar negeri bukan berarti produsen makanan hewan di Indonesia tidak menggeliat, beberapa produsen pakan ternak telah melirik ceruk dalam bisnis ini yang cukup menguntungkan.

Sebuah konferensi bernama Equipment & Ingredient Solutions to Animal Nutrition Conference (ENISTAN) digelar pada Selasa 16 Juli 2024, acara tersebut diprakarsai oleh North American Renderes Association (NARA) dan Lamb Consultacny. Acara tersebut dihadiri perusahaan yang bergerak di industri pakan, baik pakan aquafeed maupun pakan petfood.

Prospek Bisnis Pet Food di Indonesia

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Ternak (GPMT), Deny Mulyono sebagai salah satu pembicara menyebut bahwa industri pet food merupakan salah satu industri yang cukup[ menjanjikan di masa depan untuk Indonesia.

Ia menyebut sebuah data survey yang dilakukan oleh Rakuten pada 2018 dimana Indonesia menempati posisi pertama dengan penduduk yang memiliki hewan peliharaan kucing terbesar di Asia.

Fakta bahwa Indonesia menduduki posisi pertama dengan hewan peliharaan kucing terbanyak se-Asia disebabkan karena Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia sehingga populasi kucing di negara ini jauh lebih besar dibandingkan dengan populasi anjing

“Besarnya angka ini tentu berdampak secara signifikan terhadap industri pet economy di Indonesia. Dari seluruh kategori layanan industri pet care di Indonesia, pet food menguasai pangsa pasar,” tutur dia.

Ia melanjutkan, pasar pet food di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang pesat saat ini, khususnya industri pakan kucing. Tingkat pembelian pet food terlihat selalu meningkat walaupun pada awal kemunculan pandemi sempat terjadi penurunan jumlah volume pembelian.

Namun, pada 2021 lalu terjadi peningkatan volume pembelian hingga 17% atau 932.2 juta kg. Pemilik hewan peliharaan diperkirakan menghabiskan uang sekitar 1 jutaan per bulannya untuk membeli pet food, dimana saat ini pet food di Indonesia didominasi merek asing.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Syahroni Djaidi selaku Ketua Perhimpunan Pengusaha Makanan Hewan Kesayangan Indonesia. Dirinya melihat kesenjangan yang cukup lebar antara produksi dan kebutuhan pasar pet food. Hal ini juga ditambah dengan kebutuhan pakan yang semakin meningkat seiring bertambah populasi kucing dan anjing.

“Dari kondisi neraca perdagangan eksisting yang defisit dan kebutuhan pakan hewan yang bertambah tiap tahun, menunjukan peluang untuk memperkuat agroindustri pet food nasional, baik dengan mendorong penggunaan produk lokal yang ada atau membuat produk baru”, tutur dia.

Djaidi melanjutkan, pengembangan produk pet food lokal menghadapi tantangan dari sisi konsumen, sisi produsen dan kompetisi pasar. Dari sisi konsumen, pengembangan produk baru untuk segmen tertentu menghadapi sejumlah risiko, yaitu risiko fungsional, risiko physical , risiko sensory, dan risiko sosial.

Risiko fungsional terkait dengan fungsi kandungan gizi misalkan apakah produk berdampak pada kesehatan, kelincahan dan beberapa produk ditujukan untuk peningkatan kecerdasan hewan.

Risiko physical terkait dengan dampak fisik dari makanan misalkan apakah produk baru dapat menyebabkan bulu rontok, obesitas dan malas bergerak. Risiko sensory bisa saja terkait dengan menyebakan tidak mau makan, menimbulkan tubuh atau kotoran hewan lebih berbau. Risiko sosial terkait dengan risiko pemilik atau pemelihara dalam suatu komunitas, misalkan produk lokal akan dibandingkan dengan produk yang lain dan dianggap berdampak sosial dalam pergaulan di komunitas.

Dari sisi produsen tidak hanya pada aspek produksi dimana harus lebih efisien dengan mempertimbangkan skala produksi (economic of scale) tetapi juga mempertimbangkan aspek pemasaran. Aspek pasar bisa berupa edukasi produk baru, branding, pemilihan saluran distribusi/ mitra, promosi dan meyakinkan konsumen untuk memilih produk baru tersebut.

Tantangan berikutnya adalah kompetisi pasar. Kompetisi pet food, khususnya kucing dan anjing sudah pada kondisi pasar mature. Persaingan untuk segmen menengah ke atas sangat ketat dan didominasi oleh perusahaan global. Berdasarkan data dari Euromonitor (2022), tiga pemain teratas di sektor makanan kucing di Indonesia adalah Mars Inc, Colgate-Palmolive Co, dan Nestlé SA, mewakili 75,5 persen pangsa pasar pada tahun 2021.

Kesempatan Dalam Berjejaring

Melihat kesempatan tersebut Feng Li yang mewakili North American Renderes Association (NARA) menyampaikan bahwa sebetulnya Indonesia masih bisa berbicara banyak dalam industri pet food. Bukan hanya sebagai importir pet food, Feng Li menilai bahwa Indonesia memiliki kesempatan sebagai negara produsen pet food di kawasan ASEAN.

“Untuk itulah kami hadir dalam menyelenggarakan konferensi ini. Kami membawa berbagai mitra bisnis kami baik dari segi bahan baku, mesin, dan bahkan teknologi terkini yang digunakan dalam industri pet food. Beberapa diantaranya bahkan telah menjadi supplier bagi produsen pet food terkemuka di dunia,” tuturnya.

Oleh karenanya output yang Feng Li harapkan dari acara ini yakni terjadi sebuah simbiosis mutualisme dalam antar stakeholder untuk membangun industri pet food di Indonesia. Hal tersebut dirasa mungkin, karena memang pasar yang tersedia di Indonesia sangat menjanjikan. (CR)

 

 

 

 

 

 

 

KOLABORASI USSEC DAN INFOVET DI INDO LIVESTOCK 2024

Foto bersama panitia dan peserta seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sustainability in Indonesia Poultry Industry Value Chain: Opportunities & Challenges” menjadi tema dalam seminar USSEC yang bekerja sama dengan Majalah Infovet dalam rangkaian pameran Indo Livestock Expo & Forum pada 17-19 Juli 2024, di JCC Senayan.

Mengambil tempat di ruang Theater 2 JCC Senayan, peserta dan pengunjung memadati ruangan seminar yang dilaksanakan pada Jumat (19/7). 

Dipandu oleh Technical Consultant USSEC, Alfred Kompudu, acara menghadirkan narasumber di antaranya Technical Consultant USSEC Prof Budi Tangendjaja, Sr Research Specialist Bank Mandiri Andre Simangunsong, dan VP ESG PT FKS Multiagro Beatrice Susanto.

Dari kiri: Alfred Kompudu, Beatrice Susanto, Andre Simangunsong, dan Prof Budi Tangendjaja.

Sambutan dari Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno, mengawali jalannya acara yang langsung dilanjutkan dengan pemaparan narasumber. Terkait tema yang diangkat, Prof Budi mengemukakan bahwa jika berbicara mengenai sustainability menurut FAO pada prinsipnya terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni Planet, People, dan Profit.

Dijelaskan Prof Budi, saat ini masyarakat banyak dituntut untuk bisa bertanggung jawab terhadap planet yang menjadi tempat tinggal manusia, guna menjaga keberlanjutan dalam hidup.

“Seperti contoh saya amati di Belanda, kalau kotoran dari peternakan ayam atau sapinya kelewat banyak, bisa berpotensi merusak lingkungan sehingga menjadi enggak berkelanjutan, ini didenda dan jadinya harus dibatasi. Nah, di Indonesia belum banyak bisa melakukan ini,” kata Prof Budi.

Lebih lanjut dipapakan, “Adapun terkait profit misalnya, apabila saya memelihara ayam tapi kalau tidak mendapat untung tentu itu tidak sustainable, itu tidak bisa berkelanjutan. Jadi salah satu patokan sustainability itu usahanya juga harus untung,” kata Prof Budi.

Contoh lainnya terkait people/manusia, juga berkaitan dengan peternakan ayam yang didemo akibat polusi bau yang menyebar ke lingkungan sekitar yang bisa membuat menjadi tidak berkelanjutan.

 “Nah tiga hal itulah yang harus diikuti jika berbicara mengenai sustainability, harus bicara kepada manusianya, bicara keuntungan bisnisnya, dan harus bicara soal lingkungan, supaya usaha kita juga bisa tetap berjalan,” imbuhnya.

Dalam paparannya tersebut, sustainability adalah dimana manusia dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, kemudian tindakan langsung untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam, lalu melindungi dan meningkatkan penghidupan pedesaan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial, serta ketahanan manusia, komunitas, dan ekosistemnya, melalui mekanisme tata kelola yang bertanggung jawab dan efektif.

Peserta memadati ruangan seminar.

Dari sisi pelaku usaha, Beatrice Susanto juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Budi mengenai sustainability. Pihaknya juga sangat concern terhadap hal tersebut. “Kami sendiri juga sudah mempunyai divisi untuk mengatasi keberlanjutan usaha. Ini sangat penting buat kami, makannya masuk dalam strategi bisnis kami,” katanya.

Beberapa hal juga dilakukan FKS Multiagro dengan berbagi ilmu dan memberikan pembinaan kepada para petani/peternak untuk lebih aware kepada lingkungan. “Isu lingkungan juga menjadi perhatian, kami punya target bisa menurunkan angka emisi karbon sampai 20% dengan melakukan berbagai efisiensi dan berbagai upaya atau program-program untuk melestarikan lingkungan,” ungkapnya.

Foto bersama peserta yang berkesempatan mendapat cendera mata.

Hal senada juga disampaikan oleh Andre Simangunsong, untuk menjadi agen of change dalam mendorong sustainability, termasuk di industri peternakan.

“Dari kami juga sangat concern dengan hal itu, dengan mengajak peternak memerhatikan bagaimana manajemen pemeliharaan, kepadatan, pengelolaan limbah, hingga biosekuritinya. Dari sisi sustainability ini sangat penting,” ujarnya.

Ia juga menambahkan turut memonitor perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dan akan bekerja sama dengan pihaknya terkait sustainability. “Salah satunya yang terkait dengan jejak karbon yang dihasilkan. Intinya jangan pernah takut untuk memulai sustainability, karena itu juga merupakan efisiensi dari keberlanjutan usaha,” tukasnya. (RBS)

JURUS AMPUH ADISSEO DALAM MENGOPTIMALKAN KECERNAAN LEMAK DALAM PAKAN

Fra® Lecimax, Jurus Ampuh Adisseo Efisiensikan Nutrisi

Bersamaan dengan digelarnya Indo Livestock 2024, Adisseo Indonesia menggelar seminar bertajuk "Optimizing Fat Digestibility for Better Productivity and Feed Cost" pada Rabu, 17 Juli 2024, di Artotel Senayan, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh para ahli, praktisi, dan pelaku industri pakan ternak yang antusias membahas strategi dan teknologi terbaru dalam meningkatkan pencernaan lemak untuk produktivitas yang lebih baik serta efisiensi biaya pakan.

Narasumber yang menjadi pembicara dalam acara tersebut yakni Dr Claire Xu selaku Regional Category Manager Feed Digestibility Adisseo Asia Pacific dan Christy De Wild Proudct Manager Lysolechitins Adisseo Global. 

Emulsifier Membantu Optimalisasi dan Kecernaan Lemak Dalam Pakan

Dr Claire Xu selaku pembicara pertama menjelaskan mengenai lemak dan kegunaannya dalam suatu formulasi pakan. Dimana dalam suatu formulasi pakan, selain berkontribusi dalam ketersediaan energi metabolisme di dalamnya, lemak juga berfungsi sebagai penyerap dan pembawa vitamin, cadangan energi, isolator termal, hingga produksi hormon reproduksi. 

Dirinya juga banyak menjelaskan mengenai berbagai jenis dan struktur kimia lemak, beserta bahan baku pakan yang merupakan sumber lemak yang lazim digunakan dalam formulasi pakan saat ini. Ia juga menyebut bahwa kandungan lemak dalam pakan ternak merupakan komponen yang penting dan harus diatur dengan hati-hati untuk memastikan keseimbangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan spesifik ternak.

Faktanya menurut Claire, sekitar 15% lemak yang ada dalam formulasi pakan tidak tercerna oleh ternak, padahal kontribusi lemak dalam memberikan energi metabolisme cukup siginifikan. Ia juga menjelaskan faktor - faktor yang berkaitan dengan hal tersebut. 

"Hewan muda tidak dapat mencerna lemak dengan sempurna karena tidak memiliki garam empedu dan enzim lipase yang cukup, sementara Hewan dewasa seperti ayam petelur tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang tinggi selama puncak produksi, dan kapasitas pencernaan menurun seiring bertambahnya usia," tutur dia.

Dalam membantu ternak agar dapat memaksimalkan kecernaan lemak, emulsifier merupakan salah satu solusinya. Emulsifier dalam pakan ternak adalah imbuhan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pencampuran dan stabilitas campuran antara lemak dan air dalam pakan.

Fra® Lecimax Emulsifier Terbaik Untuk Meningkatakan kecernaan Lemak

Lebih lanjut mengenai emulsifier, dalam industri pakan ternak, biasanya produsen pakan menggunakan lecithin sebagai emulsifier sebagai imbuhan pakan di dalam formulasinya. Namun begitu Lecithin nyatanya dapat diupgrade dalam bentuk lisolechitin. Perbedaan antara lecithin dan lisolechitin diungkapakn oleh Christy De Wild dalam presentasi kedua. 

"Lecithin adalah campuran dari fosfolipid, terutama fosfatidilkolin, serta trigliserida, dan asam lemak. Sedangkan lisolechitin adalah bentuk yang lebih terhidrolisis dari lecithin, dimana satu asam lemak dihilangkan dari molekul fosfolipid, sehingga meningkatkan kelarutan dalam air," kata Christy.

Adisseo sendiri sebagai salah satu pemimpin dibidang nutrisi pakan memiliki produk lisolechitin dengan nama Fra® Lecimax. Seperti yang disebutkan tadi Fra® Lecimax berbeda dengan lechitin konvensional karena Fra® Lecimax  meningkatkan emulsifikasi lemak dan minyak, serta meningkatkan potensi enzimatik. 

"Secara umum Fra® Lecimax membantu mencampur lemak dengan air dalam pakan, sehingga memudahkan pencernaan lemak oleh enzim di saluran pencernaan ternak. Hal tersebut karena secara struktur kimiawi, Fra® Lecimax hanya memiliki satu gugus asam lemak pada ekornya, sementara lechitin konvensional memiliki dua," tutur Christy.

Dengan membantu emulsifikasi lemak, Fra® Lecimax juga meningkatkan penyerapan nutrisi yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Christy melanjutkan, Fra® Lecimax membuat pembentukan misel campuran dengan ukuran yang lebih kecil sehingga nutrien yang ada lebih mudah diserap, dan meningkatkan permeabilitas usus. 

Untuk ternak sendiri Fra® Lecimax terbukti meningkatkan efisiensi konversi pakan menjadi energi dan nutrisi, yang dapat mendukung pertumbuhan dan produktivitas ternak. Selain itu Fra® Lecimax meningkatkan kesehatan saluran cerna dengan mempromosikan mikroflora usus yang sehat, yang penting untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi yang optimal. 

"Jika saluran pencernaan sehat, peningkatkan performa ternak secara keseluruhan akan terjadi, termasuk pertumbuhan, produksi susu atau telur, dan kesehatan umum ternak," tukas Christy. 

Fra® Lecimax sendiri dapat digunakan dalam formulasi pakan untuk berbagai jenis ternak termasuk unggas, babi, dan ruminansia. saking fleksibelnya, Fra® Lecimaxdapat ditambahkan ke pakan dalam bentuk cair atau kering, tergantung pada kebutuhan spesifik dan formulasi pakan.

Secara keseluruhan, Fra® Lecimax dari Adisseo adalah solusi yang efektif untuk meningkatkan pencernaan dan penyerapan lemak, mendukung kesehatan ternak, dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan peternakan.

Dalam kesempatan yang sama Drh Ester Rumanti selaku Business to Farm Director Ganeeta Formula Nusantara yang merupakan Grup dari PT Cita Indonesia yang merupakan distributor dari Fra® Lecimax  juga menyeriusi isu efisiensi dan optimalisasi pakan ternak.

"Ini adalah salah satu solusi dari kami agar produsen pakan dapat lebih mengefisienkan cost produksi serta menjamin peternak bahwa produk yang dihasilkan berkualitas. Tentunya kami juga berkewajiban menjaga kondusifitas antar stakeholder dalam industri ini," tutur dia.

Country Manager Adisseo Indonesia Drh Akhmad Fuadi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa Fra® Lecimax  telah menjadi solusi jitu dalam mengefisienkan cost produksi pakan di berbagai belahan dunia.

"Kami berharap agar Fra® Lecimax juga dapat menyelesaikan dan menjadi solusi yang  di Indonesia. Agar menjadi lebih efisien, dengan kualitas pakan yang tetap terjaga," tuturnya. (ADV)


AIR: UNSUR HAYATI AYAM MODERN

Sumber-sumber air permukaan seperti empang atau danau bekas galian pasir yang banyak ditumbuhi oleh gulma atau alga sangat tidak layak untuk menjadi sumber air minum bagi peternakan ayam modern. Selain pH, kandungan bahan organik dan mikroba yang di luar batas toleransi akan mengganggu kesehatan ayam serta dapat mereduksi performa total ayam.

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta)

Air sangat fundamental sebagai komponen berbagai fungsi fisiologis tubuh dan kinerja produktivitas ayam modern. Di tengah merebaknya gonjang-ganjing perubahan cuaca akibat pemanasan universal (global warming) dan/atau fenomena El Nino, kelangkaan ketersediaan air sebagai salah satu unsur nutrisi menjadi fakta yang tidaklah samar-samar lagi. Sejatinya ayam modern memperoleh air berkualitas secara ad libitum agar mampu mengekspresikan potensi genetiknya secara optimal, namun fakta lapangan kadang kala berbeda. Tulisan singkat ini berjuang meneropong dinamika air pada ayam modern, termasuk dampak fisiologisnya.

Air dan Ayam Modern
Di Inggris, ketersediaan air minum yang cukup tidak hanya untuk mengoptimalkan ekspresi potensi genetik ayam, tetapi juga penting untuk menjamin kesejahteraan ayam itu sendiri, seperti yang diatur dalam Code of Recommendations for the Welfare of Livestock (PB7275). Dengan mengadopsi hal tersebut, maka pemberian air minum bagi peternakan ayam modern perhari sejatinya bersifat ad libitum alias diberikan secukupnya (El-Sabry et al., 2018; 2021; Abbas et al., 2022; Morgado et al., 2022).

Namun pada praktiknya, di lapangan dikenal pembatasan pemberian air minum (water restriction) untuk tujuan tertentu, terutama jika ada keterbatasan sumber-sumber air di peternakan yang bersangkutan.

Jika water restriction dilakukan secara berlebihan, maka ayam akan mengalami kondisi dehidrasi. Ada beberapa gambaran klinis awal yang dapat diamati pada ayam yang mengalami problem dehidrasi, yaitu:

• Bobot badan umumnya tereduksi dan ayam tampak lesu.

• Warna bulu kadang kala tidak homogen, tidak cerah (kusam), kasar, dan cenderung keriting.

• Sisik kaki kering dan cenderung berbentuk cembung atau cekung, tidak rata dan tidak mengilat.

• Turgor (elastisitas) kulit hilang dan kulit cenderung melekat pada jaringan di bawahnya.

• Ayam malas bergerak, mata cekung, dan kelopak mata rata-rata tertutup.

Di sisi lain dalam kondisi tertentu, pemberian air minum secara ad libitum cenderung mempermudah terjadinya wet dropping atau wet litter akibat meningkatnya water intake. Kondisi-kondisi tertentu itu misalnya kadar garam (NaCl) terlalu tinggi dalam air minum atau pakan, kepadatan nutrisi yang tinggi dalam pakan, pada kejadian heat stress yang subkronis sampai kronis, atau bahkan pada kebanyakan pakan pasca non-AGP (antibiotic growth promotor) juga menampilkan problem wet dropping, karena terjadinya dysbiosis secara subkronis bahkan kronis (Leeson et al., 2000; Viola et al., 2009).

Pasca pakan non-AGP di beberapa negara Eropa, Collett (2012), melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi gangguan saluran pencernaan dengan gejala klinis wet dropping yang selanjutnya dapat mengakibatkan peningkatan prevalensi gangguan pernapasan dan lesi pada telapak kaki.

Larbier & Leclerq pada (1992), mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk dinamika air dalam tubuh ayam pada kondisi normal (zone of thermal-neutrality) seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024. (toe)

BABINSA KORAMIL DILIBATKAN DALAM PENDATAAN PMK PADA TERNAK KAMBING

Babinsa Koramil Ketika Mengecek Sebuah Peternakan Kambing
(Foto : Istimewa)

Babinsa Koramil 0321-05/ RM Serda Candra Pebrianto didampingi petugas dinas terkait peternakan dan kesehatan hewan, beserta masyarakat peternak kambing melaksanakan Kegiatan Pendataan PMK sekaligus melakukan pengecekan kesehatan hewan ternak Kambing di Kepenghuluan Bangko Sempurna Kecamatan Bangko Pusako, Rabu (24/7/2024).

Pada saat mengunjungi salah satu peternakan kambing milik warga, Serda Candra tak bosan bosannya mengingatkan kepada peternak untuk senantiasa melakukan pemeriksaan terhadap ternaknya masing-masing.

Danramil 05/ RM Kapten Arh Iswandi didampingi Battuut Serma Paijo dan Serda candra menuturkan kegiatan ini di lakukan sebagai upaya antisipasi serta membantu kesehatan hewan ternak terkait wabah PMK terutama yang memiliki hewan ternak, Kambing, sapi atau lembu maupun Kerbau

"Kita turun ke wilayah binaan serta melihat secara langsung hewan dan kita pastikan kesehatan hewan ternak yang kemungkinan adanya ciri-ciri hewan tersebut terjangkit wabah PMK, atau tidak,” katanya.

Pihaknya kata Danramil rutin melakukan himbauan kepada peternak untuk dapat menjaga kebersihan kandang dan lingkungan serta harus dapat mengenali gejala dan ciri-ciri hewan ternak yang tertular wabah PMK.

“Kepada warga supaya tidak perlu takut melaporkan ke petugas, jika didapati kesehatan hewan ternaknya dengan ciri-ciri keluar air liur berlebihan, lepuh, luka pada kuku dan kuku terlepas, lepuh di mulut, lapor ke instansi terkait," ujar Kapten Arh Iswandi.

Dari hasil pedataan, belum ada ditemukan PMK pada hewan ternak di Kepenghuluan Bangko sempurna Kecamatan Bangko Pusako, ungkap Kapten Arh Iswand. (INF)

PEMPROV SULSEL BATALKAN ALOKASI BANTUAN TERNAK AYAM UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN

Beternak Ayam Dapat Membantu Masyarakat Mengentaskan Kemiskinan
(Foto : Istimewa)

Program bantuan peternakan ayam untuk Rumah Tangga Miskin (RTM) sebesar Rp19 miliar batal dilaksanakan tahun ini oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Alasannya, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) melakukan recofusing untuk kebutuhan mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov).

Kepala Bidang (Kabid) Perbibitan dan Produksi Dinas Peternakan Sulsel, Ahmad Masykuri mengatakan pihaknya sudah melakukan pemutakhiran data yang bakal menjadi daerah sasaran bantuan peternakan ayam untuk RTM itu.

Ia menjelaskan, ada 1500 RTM untuk warga di 15 kabupaten di Sulsel. Yakni, Kabupaten Jeneponto, Pangkep, Pinrang Bantaeng, Bone, Enrekang, Barru, Luwu, Maros, Soppeng, Takalar, Toraja Utara, Palopo Luwu Utara dan Tana toraja.

Perencanaan itu, kata dia, merupakan solusi dalam rangka menekan angka kemiskinan ekstrem di Sulsel. Program ini setiap tahun dilaksanakan lantaran dianggap penting oleh Dinas Peternakan Sulsel.

“Jadi awalnya ayam itu akan diberikan 30 ekor dan skalanya 3 ekor jantan dan 27 ekor betina kemudian disertakan dengan kandang serta penteasan telur yang akan dikelola secara berkelompok,” tutur Ahmad Masykuri saat diwawancara Rakyat Sulsel, Selasa (23/7)

Tak hanya pada proses pengembangabiakan ayam, kata dia, proses ekonomi lainnya juga dapat dirasakan masyarakat. Seperti penjualan telur, atau pupuk kandang hasil dari peternakan ayam tersebut. Meski begitu, sambung Ahmad, pihaknya kembali merencakan program tersebut di APBD selanjutnya.

Diketahui, Pemprov Sulsel melakukan recofusing anggaran di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk Dinas Peternakan sebesar Rp42 miliar. Salah satu program terdampak yakni RTM sebesar Rp19 miliar.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Nurlina Saking mengatakan rencana bantuan peternakan ayam itu sebelumnya diproyeksikan bisa menggenjot penghasilan penerima bantuan itu lebih dari Rp1 Juta per bulan dari hasil peternakan.

Keterkaitan dengan beberapa hasil yang bisa menjadi ekonomi itu juga sejalan dengan program pertanian organik, “ jadi itu juga bisa menjadi sumber pupuk organik,” kuncinya. (INF)

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM UNTUK PERFORMA MAKSIMUM

Distribusi dan kuantitas air harus cukup untuk ayam. (Foto: Shutterstock)

Dalam kesehariannya ayam di kandang bukan hanya makan, tetapi juga minum. Tidak bisa dipungkiri bahwa air minum adalah salah satu komponen penting dalam budi daya. Oleh karenanya dibutuhkan trik tertentu dalam menjaga kualitas dan kuantitas air minum.

Sejak dulu air adalah sumber kehidupan, bayangkan jika dalam sehari saja manusia tidak minum, tentunya akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan, hal yang sama akan berlaku pada hewan ternak, termasuk ayam.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu air juga berperan sebagai media pengangkut, baik untuk zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf, maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas air minum harus terjaga agar selalu baik. Namun sebenarnya seberapa banyak ayam minum dalam sehari? Pada tabel di bawah ini disajikan konsumsi air minum ayam di berbagai fase produksi.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Per Hari (Liter/1.000 ekor) pada Suhu 21° C

Umur (Minggu)

Kebutuhan Air Minum (Liter)

1

65

2

120

3

180

4

245

5

290

6

330

(Sumber: Poultryhub.com, 2017)

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan, bisa juga sebagai indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, dan kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Kuantitas dan Sumber Air Minum
Biasanya di musim kemarau peternak acap kali menghadapi masalah yang sama terkait dengan air minum, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

SEKOLAH VOKASI IKUT SERTA MERIAHKAN INDO LIVESTOCK 2024

Berbagai Produk di Booth Sekolah Vokasi di Indo Livestock 2024
(Foto : istimewa)

Deretan produk susu pasteurisasi, pupuk organik, dan sabun minyak tampak apik berjejer ditampilkan siswa SMK Pemda Puncak, Ponorogo, Jawa Timur. Kehadiran para siswa ini adalah dalam rangka Ajang Indo Livestock 2024 Expo dan Forum di Jakarta Convention Center (JCC), yang digelar 17-19 Juli 2024.

Kepada Infovet, Kepala SMK 1 Pemda Pudak Ponorogo, Didik Eko Suryanto mengungkapkan produk susu pasteurisasi, namanya susuko, susu adalah susu, ko itu dari kata cow atau sapi jadi susu sapi murni dari Ponorogo, Jawa Timur. "Produk lainnya, pupuk organik zero waste baik padat dan cair serta ada sabun dari minyak yang berkhasiat untuk bisa memperbaiki kulit," ujarnya.

Didik mengatakan, susu tersebut bebas zat kimia dan bahan pengawet. Sementara untuk pupuk, lanjut dia, berasal dari kotoran sapi, di mana di daerahnya populasi sapi terdapat 15 ribu ekor.

"Per harinya jadi ada sekitar 300 ton kotoran sapi yang belum diolah dan dibuang ke sungai semuanya. Akhirnya kita punya inisiasi, kita buat sekolah gratis berkualitas dengan cara mengolah limbah," kata Didik menjelaskan. SMK 1 Pemda Ponorogo, salah satu sekolah swasta rintisan yang berlokasi di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 

Menariknya, sekolah tersebut menggratiskan biaya pendidikan bagi para siswanya dan menggantinya dengan metode pembayaran menggunakan kotoran sapi. 

"Di sana banyak anak-anak putus sekolah, setelah anak itu SMP atau MTs itu mereka putus sekolah, jadi mereka tdk mau sekolah. Mereka mending ke ladang mencari rumput dibanding sekolah," katanya.

Dalam kesempatan itu, Didik bersyukur dan menyampaikan terima kasih kepada Kemendikbudristek yang telah memfasitasi sekolahnya mengikuti pameran tersebut. Bahkan, dalam pameran tersebut, pihaknya telah mendapat peminat dari dunia usaha dan industri. 

"Alhamdulillah banyak peminatnya, artinya banyak yang tertarik di pengembangan pupuknya, ada beberapa perusahaan minta untuk suplay bahan baku pupuk kita. Sementara terkait susu, marak tentang program Pak Prabowo Subianto yakni minum susu gratis, jadi kita tangkap potensi itu," ujarnya.

Bukan hanya SMK 1 Pemda Ponorogo, di ajang Indo Livestock 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), turut juga Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 61 Jakarta. Para siswa ini menghadirkan tiga jenis biota laut ini merupakan budidaya dalam keseharian pembelajaran sekolah yang berlokasi di Kepulauan Seribu, Jakarta. Para siswa ternyata memang sudah rutin untuk mengurusi berbagai jenis ikan hias.

Siswa Kelas XI SMKN 61 Jakarta, Muhammad Ainul Yakin menjelaskan bagaimana budidaya ikan hias sejatinya menyimpan potensi besar. Ainul bercerita, bahwa sekolah membekali dirinya dengan pengetahuan tentang budidaya ikan, mulai dari ikan hias sampai ikan konsumsi. Tahapannya pun secara lengkap dihadirkan dalam pembelajaran, mulai dari pembibitan, pengembak biakan, hingga rantai penjualan ikan ke industri. 

“Jadi disekolah ada sebuah laboratorium dimana kita diajarkan soal budidaya. Bukan cuma guru, juga ada mentor ahli dari industri yang beberapa kali mengajar,” kata Ainul saat ditemui dalam pameran Indo Livestock 2024 Expo dan Forum di Jakarta. Berdasar pengalaman Ainul, budidaya ikan pun memiliki tingkat kesulitan beragam, berdasar jenis ikannya. Perawatan yang paling sulit, ada pada kuda laut. 

"Perawatan kuda laut menjadi yang paling menantang karena membutuhkan pakan organik yang berasal dari zooplankton. Meski begitu, kuda laut menjadi salah satu jenis yang memiliki permintaan distribusi industri paling banyak," ujarnya Ainul pun mengaku tertarik untuk berkecimpung di dunia budidaya. Ia yakin bisa mengikuti jejak salah satu alumni SMKN 61 yang kini telah sukses berkiprah di bidang budidaya ikan hingga ke Jepang. (INF)

 

SULAWESI SELATAN MULAI MENYIAPKAN KAMPUNG TERNAK DI ENAM KABUPATEN

Kampung Ternak Diharapkan Bisa Menjadi Solusi Untuk Meningkatkan Produksi Ternak
(Foto : Istimewa)


Sebagai salah satu program Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai dikembangkan pada enam kabupaten. Keenam kabupaten yang menjadi lokasi pengembangan Kampung Ternak, yaitu Barru, Bone, Bulukumba, Maros, Soppeng, dan Wajo.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Nurlina Saking mengatakan, Kampung Ternak adalah upaya meningkatkan kesejahteraan peternak. Sementara itu, Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi, Ahmad Masykuri menjelaskan konsep Kampung Ternak yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel.

Ahmad Masykuri mengatakan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel memberikan enam ekor sapi betina untuk dibudidayakan.Selain itu, fasilitas kandang dan bibit rumput juga disiapkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel.Ia menjelaskan, pemberian ternak sapi beserta kandang dan bantuan bibit rumput adalah upaya mengubah pola budidaya peternakan.

"Pola budidaya yang harus diubah. Ini terkait kesehatan dan sistem produksi," kata Ahmad Masykuri.

Ia menjelaskan, budidaya Kampung Ternak akan menggunakan inseminasi buatan. Selain itu, konsep kampung ternak juga akan memiliki fungsi sebagai showroom ternak. Sehingga, transaksi jual beli hewan ternak akan berlangsung di Kampung Ternak.

Pada kesempatan yang sama, Ahmad Masykuri menjelaskan, Kampung Ternak memakai sistem bagi hasil. Menurutnya, sistem bagi hasil memacu para peternak untuk bekerja maksimal.Sistem bagi hasil juga akan ditentukan berdasarkan taksasi harga dari hasil budidaya ternak. Taksasi akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel akan memintanya petunjuk kepada DJKN terkait sistem taksasi pada bagi hasil Kampung Ternak. (INF)

EKSISTENSI FAPET UB DI INDOLIVESTOCK 2024

Kontingen Fapet UB di Indolivestock 2024
(Sumber : Istimewa)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) menunjukkan eksistensinya dalam mengikuti pameran peternakan terbesar berskala Internasional di Indonesia yakni Indo Livestock 2024 Expo & Forum pada (17/7-19/7/2024) di Jakarta Convention Center (JCC),

Tahun ini Fakultas Peternakan UB memamerkan beberapa produk seperti Madu, UB Feed, UB Herbal Untuk pakan ternak, DOC Lokal Super dengan bekerjasama Berlin Farm dan Buku yang ditulis langsung oleh Dosen Fapet UB dengan penerbit UB Press.

“Dengan adanya pameran terbesar (Indolivestock) 2024, kami menargetkan kerjasama dengan perusahaan besar yang ikut berpartisipasi” Ujar Dekan FAPET UB Prof. M. Halim.

Ia menambahkan bahwa merupakan Indolivestock, pemeran peternakan terbesar di Indonesia ini merupakan ajang untuk saling sharing antara Industri, Peternak Lokal dan Para Akademisi dibidang Peternakan.

Ribuan Pengunjung berdatangan di JCC pada 3 hari dengan agenda pameran, workshop dan seminar. Kegiatan diikuti oleh ratusan Perusahaan berskala internasional teruma booth yang paling besar adalah PT. Charoen Pokphand Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang berkerjasama dengan Fapet UB.

Booth Fapet dihadiri banyak para alumni yang sudah bekerja di perusahaan – perusahaan besar di Indonesia salah satunya di BUMN (Berdikari). Dengan pertemuan antar alumni dan pengunjung lain untuk saling sharing dan membahas topik – topik menarik terkait perkembangan bidang peternakan. (INF)

DALAM BEBERAPA HARI DUA PETERNAKAN AYAM KEBAKARAN, PULUHAN RIBU AYAM JADI KORBAN

Kebakaran Menghanguskan Peternakan Ayam di Beberapa Titik di Pulau Jawa
(Sumber : Istimewa)

Sebuah peternakan ayam yang berlokasi di Desa Karangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, ludes terbakar, Senin (22/7/2024) subuh. Sebanyak 40.000 ayam yang berada di peternakan tersebut mati terbakar. Di peternakan tersebut setidaknya ada lima blok kandang ayam yang mengalami kebakaran.

Penjaga peternakan ayam itu, Yogi Susanto, mengatakan api pertama kali terlihat pada Senin sekitar pukul 03.15 WIB. Saat itu, dirinya yang baru keluar dari tempat mes melihat api yang sudah mulai membara.

“Sumber api dari mana, saya tidak tahu. Saat itu saya hendak memberi vitamin ke ayam,” jelas dia.

Yogi menuturkan peternakan ayam ini memiliki delapan blok kandang. Untuk yang terbakar hanya lima kandang. Sedangkan ayam yang mati dalam musibah ini mencapai 40.000 ekor.

Koordinator Tim Damkar Kabupaten Madiun, Anton Ali Wardhana, mengatakan pihaknya mengerahkan empat unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang membara membakar kendang ayam tersebut. Dia menuturkan proses pemadaman api membutuhkan waktu sekitar lebih dari dua jam.

“Kami baru menerima laporan sekitar pukul 04.41 WIB,” ujarnya.

Setelah mendapatkan laporan itu, petugas langsung mendatangi lokasi dan memadamkan api yang sudah melalap lima blok kandang ayam. Pemadaman baru berhasil dilakukan sekitar pukul 07.18 WIB.

Setelah api sudah padam, kata Anton, petugas kemudian melakukan pembasahan dan menyisir lokasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan supaya api benar-benar padam dan tidak menyambar area lain.

Kerugian dari musibah ini, Anton memperkirakan mencapai Rp3 miliar. Terkait penyebab kebakaran, petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan.

“Untuk sementara diketahui bahwa titik api bersumber dari blok pertama,” ujarnya.

Kebakaran juga terjadi pada sebuah peternakan ayam skala besar di Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung habis terbakar, Senin (24/7/2024). Seluruh bangunan peternakan lantai 3 ini habis beserta isinya. Asap tebal menyulitkan petugas pemadam kebakaran untuk menguasai api. 

Petugas Damkar akhirnya fokus memadamkan api dari sisi selatan agar tidak terkepung asap. Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Damkar dan Penyelamatan, Artista Nindya Putra, mengatakan sumber api dari lantai 3.

"Kesaksian para karyawan, ada percikan api di lantai 3 kemudian membesar," jelas Genot, panggilan akrabnya.

Bangunan peternakan ini menggunakan rangka baja dengan dinding dan atap galvalum. Peternakan ini merupakan peternakan kemitraan milik Saiful warga Pulosari, bekerja sama dengan salah satu produsen pakan ternak. Menurut Genot, sebenarnya peternakan ini sudah dilengkapi alat pemadam kebakaran yang memadai. Ada sumber air dan alat penyemprot,  juga alat pemadam kebakaran ringan (Apar). Namun diduga karyawan yang ada di peternakan ini kurang berlatih cara memadamkan api.

"Seharusnya dengan kelengkapan yang ada, api bisa dipadamkan saat pertama muncul," katanya.

Di dalam peternakan ini sekurangnya ada 60.000 ayam yang mati karena hangus terbakar. (INF)


AYAM BERAK HIJAU, PENYEBAB DAN PENANGANANNYA

Ayam berak hijau dan cair dapat menjadi indikasi bahwa ayam mengalami stres (termasuk heat stress), gangguan nutrisi, atau sakit.

Salah satu penyakit yang menyerang ayam dengan gejala berak hijau adalah kolera, yang juga sering disebut dengan penyakit berak hijau. Kolera menyerang semua umur dan bisa berjangkit karena kandang ayam kotor dan lembab, cuaca ekstrim, dsb.

Penyakit ini termasuk mudah menular baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Jadi penularan bisa terjadu melalui pakan, minum, peralatan, hingga hewan liar.

Jika ayam dicurigai terkena kolera maka hubungi dokter hewan secepatnya untuk mendapatkan penanganan medis. Isolasi ayam yang bergejala, jika ayam mati kubur sejauh-jauhnya dari kandang.

Kemudian ikuti langkah-langkah pengobatan yang disarankan dokter hewan agar pengobatan dilakukan secara tuntas. Kalau tidak maka ayam yang sembuh bisa menjadi carrier.

Biosekuriti harus diterapkan dengan lebih baik, kebersihan benar-benar dijaga, dan berantas hewan pembawa penyakit seperti tikus dan lalat. Prosedur istirahat kandang termasuk disinfeksi kandang harus benar-benar dipatuhi.

Biosekuriti sangat penting dan perlu diterapkan dengan ketat. Agar penyakit tidak mudah masuk dan menular ke kandang.

Jika ternyata ayam terkena heat stress maka segera benahi ventilasi kandang. Cek apakah ABK sudah membuka/tutup tirai dengan benar. Cek apakah kipas bekerja dengan baik, sudah cukup jumlahnya, sudah sesuai target kinerjanya. Cek semua peralatan terkait suhu dan kelembaban apakah bekerja dengan baik.

Jika ayam kekurangan nutrisi segera perbaiki dengan memberikan pakan bernutrisi lengkap seimbang sesuai kebutuhan dan fase pertumbuhan ayam. Penyimpanan pakan juga harus dilakukan dengan baik agar tidak mengalami kerusakan yang tentunya akan menurunkan kualitas pakan.

Jika ayam terkena penyakit lain maka yang terbaik adalah segera hubungi dokter hewan. Mendiagnosa dan mengobati sendiri ayam yang sakit memang terkesan lebih murah. Tapi kemungkinan gagalnya cukup tinggi dan bisa mengorbankan profit apalagi jika peternakannya mempunyai skala yang cukup besar.

MENGENAL DAMPAK PREGNANCY TOXAEMIA PADA DOMBA DAN KAMBING

Induk bunting harus mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh serta untuk menjamin perkembangan janin. (Foto: Dok. Joko)

Peternakan kambing memiliki peran penting dalam perekonomian peternak Indonesia untuk diambil daging, susu, dan breeding. Kendala penyakit dan kematian kambing-domba semakin hari semakin menunjukan tanda dan gejala bervariasi, yang terkadang belum ditemukan secara pasti penyebabnya.

Kondisi ini menimbulkan dampak kerugian ekonomi terhadap usaha peternakan di masyarakat. Kematian misterius ini banyak terjadi pada semua fase, yaitu fase cempe, fase bunting, fase laktasi, ataupun fase produksi daging.

Penyakit-penyakit misterius diduga terkait dengan agen infeksius, penyakit metabolik, penyakit yang muncul akibat perubahan kondisi lingkungan dan perubahan pakan yang ekstrem, hingga keseimbangan energi yang negatif. Semua faktor tersebut harus diamati dan didalami dengan cermat agar kejadiannya tidak selalu berulang setiap musim.

Kebuntingan merupakan harapan dan investasi pada peternakan. Induk bunting harus mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh serta untuk menjamin perkembangan janin. Kebutuhan asupan bahan kering harus diperhatikan mengingat selain untuk kebutuhan hidup utama induk, kebutuhan untuk laktasi hingga kebutuhan untuk perkembangan janin single, double, hingga triple, dan seterusnya.

Dukungan nutrisi sangat penting selama masa kebuntingan untuk menjaga kebuntingan yang sehat. Pada akhir kebuntingan, kebutuhan energi domba betina yang mengandung anak kembar dan kembar tiga masing-masing meningkat sebesar 180% dan 240%. Kesehatan induk dan janin bergantung pada asupan vitamin dan mineral yang cukup.

Asupan bahan kering untuk indukan bervariasi antara 4-6%/kg berat badan induk. Kebutuhan energi dihitung dari berat badan induk ditambah dengan asumsi berat badan cempe ketika lahir, umur kebuntingan, serta jumlah cempe yang akan dilahirkan pada periode kebuntingan tersebut.

Sebagai contoh induk dengan berat 50 kg yang diperiksa dengan ultrasonografi (USG) memiliki tiga ekor cempe yang akan dilahirkan, dengan prediksi kelahiran 3 kg, maka mulai usia kebuntingan 91-100 hari hingga kelahiran membutuhkan energi tambahan 0.6-7.6 kg/induk/hari. Tambahan energi pada umur kebuntingan, berat, dan jumlah cempe yang dilahirkan tersaji dalam tabel berikut: Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet daerah Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

PAMERAN INDO LIVESTOCK 2024 RESMI DISELENGGARAKAN HARI INI

Pembukaan pameran Indo Livestock 2024, di JCC Senayan Jakarta. (Foto-foto: Dok. Infovet)

PT Napindo Media Ashatama (Napindo) dengan bangga kembali menyelenggarakan pameran dan forum internasional yakni Indo Livestock berbarengan dengan Indo Feed, Indo Fisheries, Indo Dairy, Indo Agrotech, dan Indo Vet, pada 17-19 Juli 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Kolaborasi enam pagelaran tahun ini mencapai 12 paviliun negara, di antaranya Indonesia, Belanda, China, Eropa, India, Italia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Spanyol, Taiwan, dan Vietnam.

"Kami berharap kolaborasi enam pameran ini bisa memberikan banyak manfaat dan memberikan banyak kesempatan untuk bertemu dengan mitra-mitra bisnis yang potensial," ujar Managing Director PT Napindo, Arya Seta Wiriadipoera, dalam pembukaan Indo Livestock, Rabu (17/7/2024).

Pada kesempatan tersebut, ia juga turut memberikan apresiasi kepada seluruh stakeholder dan pemerintah yang turut serta mendukung terselenggaranya pameran kali ini.

"Penghargaan tertinggi kami sampaikan kepada kementerian dan seluruh pihak yang turut mendukung penyelenggaraan pameran tahun ini. Diharapkan pameran ini menjadi sarana yang tepat untuk memajukan sektor pertanian, peternakan, dan akuakultur melalui sinergi yang tercipta demi meningkatkan perekonomian dan ketahanan pangan di Indonesia," ucapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Deputi II Bidang Pangan, Agribisnis, dan Koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera.

"Sinergi seluruh pihak ini menjadi momentum yang sangat baik, dimana pameran ini menggabungkan semuanya. Ini tentu harapannya menjadi titik temu berbagai pihak untuk sharing experience yang bisa kita maksimalkan di sini," kata Dida.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, yang hadir mewakili Menteri Pertanian, sekaligus membuka acara secara resmi mengungkapkan, momentum pameran ini bisa dijadikan sarana untuk berbagi informasi kepada seluruh pihak jika ingin mengembangkan produk-produk yang diperlukan.

"Saya berharap para investor dan para pelaku usaha mari sama-sama kita wujudkan ketahanan pangan kita. Kami sangat apresiasi kepada Napindo dan seluruh pihak yang benar-benar bergandengan tangan untuk menjawab tantangan tersebut," tukasnya.

Dirjen PKH, Nasrullah, saat mengunjungi booth-booth yang tampil di pameran Indo Livestock.

Selama tiga hari ke depan, sekitar 18.000 pengunjung ditargetkan hadir pada pameran tahun ini. Adapun ratusan peserta pameran dari puluhan negara akan menunjukkan inovasi dan solusinya di bidang peternakan, pakan ternak, pengolahan susu, pertanian, kesehatan hewan, serta alat-alat peternakan, kedokteran hewan, perikanan, dan akuakultur.

Khusus untuk Paviliun Indonesia, tuan rumah menghadirkan enam paviliun, yaitu Paviliun Dairy oleh Kementerian Pertanian, Paviliun Indonesian Seafood oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Paviliun Closed Loop oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Paviliun Kementerian Perindustrian, Paviliun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta Paviliun PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia).

Selain pameran, pengunjung juga dapat menikmati berbagai program unggulan lainnya, seperti seminar dan technical product presentation dari para peserta pameran, juga sosialisasi SDTI (Susu, Daging, Telur, dan Ikan) melalu berbagai program seperti Bazaar UMKM, Gelar Buah Nusantara 2024, demo cooking, talkshow, dan kegiatan anak dalam rangkaian SDTI Fun sebagai gerakan sosialisasi konsumsi protein hewani. (RBS)

METODE BRINING: SISA DARAH HILANG & DAGING LEBIH BERAROMA

Metode brining daging merupakan metode mengolah makanan dengan cara merendam daging ke dalam air garam. (Foto: chefsteps.com)

Metode ini sangat sederhana. Siapapun bisa melakukannya. Hanya butuh waktu tak lebih dari 15 menit, sisa darah yang menempel pada tulang ayam dan daging sapi pun akan hilang. Daging juga lebih beraroma.

Nafsu makan Supardi mendadak hilang, begitu akan menyantap daging ayam dalam mangkuk sup yang ia pesan masih terlihat ada darah. Darah ayam masih terlihat merah segar di bagian sendi tulang. Daging ayamnya pun masih terlihat putih, sedikit juicy.

Siang itu, wartawan media online di Jakarta ini akan makan siang di warung makan pinggir jalan dekat kantornya. Biasanya ia makan siang dengan menu favoritnya, pecel ayam dengan sambal khas Lamongan. Tapi hari itu, Supriadi ingin menikmati menu yang berbeda, sup ayam.

“Sumpah bener deh, gegara pengalaman waktu itu, sempat berbulan-bulan saya enggak mau makan sup ayam. Berasa trauma, lihat darah ayam di mangkuk” tuturnya kepada Infovet.

Pengalaman serupa ternyata juga pernah dialami Dwi Oktaviani, guru sekolah dasar di Kota Pemalang, Jawa Tengah. Guru yang juga pintar masak ini terpaksa menghentikan santap siangnya saat menghadiri acara di sekolahnya.

Sup daging ayam yang ia makan terlihat masih ada darahnya di bagian tulang. Daging dalam sup tersebut juga masih sedikit bau amis. “Padahal sudah mau masuk ke mulut, langsung saya masukan lagi ke mangkuk. Saya langsung berhenti makan,” tuturnya sambil tertawa geli.

Dwi menceritakan, rupanya bukan hanya dia yang kehilangan selera makan saat acara tersebut. Beberapa teman guru juga tak jadi melanjutkan makan siangnya, gegara ada menu “horor” tersebut.

Menurutnya, katering yang menyediakan menu makan siang dalam acara di sekolahnya ceroboh. Kemungkinan lalai dalam mengolah daging ayam dengan baik, agar tidak ada sisa darah yang menempel pada tulang dan bau amis.

“Karena saya juga hobi masak, saya punya cara agar daging ayam yang diolah tidak ada sisa darah yang masih menempel. Bau amisnya juga bisa hilang,” ujar Dwi.

Kepada Infovet, ibu muda ini membagikan teknik mengolah daging ayam dan sapi agar tak menyisakan darah dan bau amis. Hal yang paling penting adalah di saat membersihkan daging ayam sebelum diolah. Setiap kali akan mengolah daging ayam, ada perlakuan khusus yang dilakukan Dwi.

“Sebelum dimasak, saya biasakan rendam daging ayam yang masih mentah ke dalam air yang dikasih garam. Rendam cukup 15 menit saja,” ungkapnya.

Setelah direndam, cuci kembali daging ayamnya. Buang air rendaman tadi. Dengan teknik ini, seluruh sisa darah yang masih menempel di tulang atau daging akan menyatu dengan air garam. Daging menjadi bersih dan bau amis pun hilang.

Daging Jadi Empuk
Dwi juga mengungkapkan, bahwa perlakuan yang sama bisa dilakukan saat membersihkan daging sapi atau kambing. Rendaman dengan air garam bukan hanya menghilangkan sisa-sisa darah, namun juga membuat tekstur daging menjadi lebih empuk saat dimasak.

“Nah, sekarang kan masih musim liburan anak sekolah, kadang saya simpan daging dalam freezer setelah direndam dulu dengan air garam tadi. Jadi, meskipun ditinggal liburan selama seminggu, dagingnya tetap bagus,” jelas Dwi.

Teknik membersihkan daging yang diresepkan oleh Dwi Okraviani, ternyata juga lazim dilakukan di luar negeri. Sebuah artikel tentang seputar dapur yang dilansir dari The Kitchn, menuliskan hal yang sama. Dalam laman tersebut menyebutnya metode brining.

Metode brining daging merupakan metode mengolah makanan dengan cara merendam daging ke dalam air garam ataupun dengan membalurkan garam kasar pada permukaan daging.

Teknik brining daging bisa dilakukan terhadap berbagai jenis daging, baik itu ayam, sapi, kambing, sampai ikan. Untuk melakukan metode brining daging, hanya diperlukan waktu 15 menit saja.

Untuk satu porsi daging ayam atau sapi yang berukuran kecil, bisa dilakukan proses brining daging hanya dalam waktu 15 menit saja. Dengan merendam daging ke dalam larutan brining atau air garam, maka daging menjadi lebih empuk dan beraroma.

Cairkan Daging Beku
Masih dari referensi laman The Kitchn, untuk potongan daging yang kecil, maka proses brining daging tidak disarankan untuk dilakukan terlalu lama. Sedangkan untuk porsi daging utuh (besar), bisa dilakukan brining daging selama dua jam, tidak perlu lebih. Melakukan proses brining daging lebih dari dua jam hanya akan membuat daging menjadi sangat lembek dan tidak enak disantap.

Metode brining juga baik dilakukan untuk mencairkan daging beku yang berasal dari freezer. Untuk dapat menghemat waktu, Anda bisa mencairkan daging yang baru keluar dari freezer langsung ke dalam larutan brining.

Mem-brining daging yang baru keluar dari freezer nyatanya merupakan salah satu cara mencairkan daging secara cepat, tulis artikel di The Kitchn. Karena prinsip mencairkan daging yang beku di dalam air dingin sama dengan metode mencairkan daging dalam larutan air garam, hanya berbeda jenis airnya saja. Saat daging sedang dicairkan dalam proses brining, saat itu pula daging menyerap air garam sehingga lebih mudah empuk dan beraroma.

Selain teknik merendam dengan air garam, ada juga teknik yang disebut metode dry brining. Yakni metode membalurkan permukaan daging ke permukaan garam kasar.

Nah, tempat terbaik untuk melakukan metode dry brining ini adalah dengan membalurkan garam langsung pada dagingnya. Khususnya pada daging ayam, dibalurkan garam kasar di atas permukaan dagingnya langsung, sehingga yang perlu dilakukan adalah memisahkan daging ayam dengan kulitnya.

Jika melakukan metode dry brining dengan kondisi kulit ayam yang masih menempel pada daging, maka proses brining akan memakan durasi yang cukup lama hingga bumbu menyerap ke dalam daging.

Bersihkan Sayuran
Metode brining sebenernya tidak cuma baik untuk membersihkan daging. Menurut Dwi Oktaviani, teknik brining juga bisa dilakukan saat mencuci sayuran. Sayuran yang baru saja dibeli di pasar sangat memungkinkan banyak kuman dan kotoran yang menempel.

Jika hanya disiram dengan air biasa, kemungkinan besar kuman dan kotoran masih menempel di sayuran. Meskipun sudah terlihat bersih. “Akan lebih aman waktu mencuci sayuran juga dengan direndam air garam. Cukup 5 atau 10 menit saja,” ujar Dwi.

Menurut Dwi, hal itu bisa dibuktikan sendiri saat mencuci sayuran. Air garam yang sudah digunakan untuk merendam sayuran pasti akan telihat keruh dan terdapat bintik-bintik kecil di dalam air. Setelah di rendam air garam, sayuran tetap harus dibilas sebelum dimasak.

Dalam berbagai literasi kesehatan menyebutkan bahwa merendam sayuran dalam larutan garam selama 20 menit dapat menghilangkan sebagian besar residu dari pestisida yang ada pada sayur. Utamanya untuk membersihkan residu tanah, debu, atau kotoran yang tersisa dari proses pertanian, serta pestisida yang digunakan.

Intinya, teknik brining ini sangat penting untuk membunuh bakteri, mikroba, dan zat patogenik lainnya yang melekat di sayuran. Untuk kebaikan kesehatan, lakukanlah teknik sederhana ini sebelum memasak. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer