-->

Featured Posts

SEMINAR NASIONAL DAN RUA MIPI DIGELAR DI BOGOR

Seminar Nasional dan RUA MIPI yang digelar secara hybrid di Bogor. (Foto: Dok. Infovet)

Bertempat di IPB International Convention Center dan melalui daring, Perkumpulan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI)/World Poultry Science Association (WPSA Indonesia), menggelar acara Seminar Nasional dan Rapat Umum Anggota (RUA), Kamis (16/1/2025).

“Kita ucap syukur khususnya hari ini kita bisa menyelenggarakan dua event sekaligus, yakni seminar nasional dan RUA yang merupakan amanat dalam AD/ART MIPI yang seharusnya kita lakukan paling tidak satu tahun sekali,” ujar Presiden MIPI-WPSA Indonesia, Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS, dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, sesuai visi-misi MIPI yakni bekerja untuk memberi makan dunia serta menjadi organisasi profesi yang berperan aktif di sektor perunggasan nasional, sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana masih terdapat masalah stunting yang mendorong pemerintah membuat program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya asupan gizi terkait kesehatan mental dan fisik sangat berkorelasi dengan konsumsi protein hewani salah satunya daging dan telur.

“Produk unggas merupakan sumber protein berkualitas tinggi yang mudah didapat dan harganya terjangkau,” ucapnya.

“Oleh karena itu, seminar kali ini yang mengangkat tema Bersama MIPI Kita Tingkatkan Kualitas Masyarakat Indonesia dengan Mengonsumsi Protein Asal Unggas, sangat relevan untuk menjawab tantangan dan menjadi peluang perkembangan industri unggas yang lebih baik.”

Melalui kegiatan ini, Prof Arnold berharap MIPI berupaya meningkatkan kualitas SDM bidang perunggasan serta berbagi ilmu pengetahuan agar terjadi peningkatan produktivitas perunggasan yang efisien dan menghasilkan produk yang berkualitas.

Dalam sesi pertama seminar turut menghadirkan pembicara VP Feed Technology PT Charoen Pokphand Indonesia, Dr Nasril Surbakti PhD, yang membahas seputar perkembangan unggas melalui seleksi genetiknya dan pentingnya memperhatikan pemberian nutrisi pakan yang seimbang pada unggas.

“Sebab pakan merupakan cost yang paling besar dalam produksi, sekitar 65-75%, maka dari itu kita harus upayakan agar bagaimana pakan ini bisa kita buat seefisien mungkin,” ujarnya. Untuk menghasilkan produksi yang diharapkan, penting untuk memperhatikan penggunaan protein dalam pakan yang tepat dan sesuai kebutuhan ternak.

Sementara itu, Global Business Development Head Poulta Inc, Eng. Allah Nawaz, yang menyampaikan soal teknologi di bidang perunggasan, menyebut bahwa kunci dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi adalah dengan mengoptimalkan pemberian nutrisi pakan yang tepat, menjaga lingkungan kandang terkendali, hingga menerapkan peringatan dini terhadap penyakit untuk meminimalisir kematian ternak.

Pada sesi berikutnya, narasumber lain yang juga dihadirkan di antaranya Dr Maria Ulfah Spt MSc Agr (Ketua MIPI Komda Jabar, DKI Jakarta, dan Banten) serta Ahmad Komara (Director Supply Chain QA & Regulatory Affair PT So Good Food-Japfa Groups). (RBS)

KEMERIAHAN PERINGATAN HUT PDHI KE - 72 DAN PENGANUGERAHAN PDHI AWARD

Pemotongan Tumpeng Secara Simbolis Memperingati HUT PDHI Ke-72
(Foto : CR)

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) melaksanakan peringatan hari ulang tahun yang ke-72 pada Sabtu, 11 Januari 2025, di Merlynn Park Hotel, Jakarta Pusat. Kegiatan puncak perayaan HUT ini tambah semarak dengan diberikannya Penganugerahan PDHI Award. 

Acara tersebut dihadiri oleh anggota PDHI dari seluruh Indonesia. Tujuan dari penganugerahan ini yakni memberikan apresiasi kepada dokter hewan serta insan selain dokter hewan yang telah berkontribusi besar dalam dunia kedokteran hewan, kesehatan, serta kesejahteraan hewan di Indonesia.

Membuka acara dengan sambutannya, Ketua Umum PDHI, drh Muhammad Munawaroh menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh anggota yang telah berperan dalam memajukan profesi kedokteran hewan di tanah air. Ia mengungkapkan bahwa selama 72 tahun, PDHI telah berkembang pesat dan berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan hewan, melindungi kesejahteraan hewan, serta menjaga kesehatan masyarakat melalui pencegahan penyakit zoonosis.

"Saya berharap di usianya yang ke -72 PDHI semakin solid, saya juga berharap jumlah dokter hewan di Indonesia akan terus bertambah agar dapat memenuhi kebutuhan di seluruh Indonesia. Saat ini jumlahnya sangat sedikit, tidak sampai 1% dari jumlah penduduk, sehingga semoga kedepannya universitas-universitas yang belum memiliki program studi kedokteran hewan segera membuka program tersebut,” ujarnya.

Dr. Munawaroh juga menambahkan bahwa PDHI berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dokter hewan dan peran mereka dalam menjaga kesehatan hewan, lingkungan, dan manusia. PDHI juga bertekad untuk mendukung pengembangan riset dan inovasi di bidang kedokteran hewan. Ia juga sedikit menyinggung perihal UU Kedokteran Hewan yang masih dalam tahap pembahasan di DPR, menurutnya UU tersebut penting dalam memperkuat profesi dokter hewan di Indonesia.

Apresiasi dari Dirjen PKH

Dalam kesempatan yang sama, Dr drh Agung Suganda, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada PDHI yang selalu aktif sebagai mitra dalam mendukung pembangunan subsektor peternakan dan kesehatan hewan. Ia mengingatkan bahwa keberadaan dokter hewan sangat vital, terutama dengan perubahan iklim global dan cuaca ekstrem yang telah memicu peningkatan penyakit hewan serta munculnya penyakit baru, yang menjadi tantangan yang harus dihadapi.

“Melalui HUT PDHI ini, saya berharap kita dapat merefleksikan pencapaian yang telah diraih dan merencanakan langkah-langkah strategis untuk terus memajukan profesi dokter hewan di Indonesia. Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, organisasi, masyarakat, dan profesi lainnya sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi hewan, yang tentu akan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia,” tambahnya.

Testimoni Tokoh Penting

Acara ini turut dihadiri oleh pejabat pemerintah, termasuk Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, Rahmat Shah selaku Ketua Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia, serta Ketua Yayasan Arsari, Hashim Djojohadikusumo, yang merupakan adik dari Presiden Indonesia Prabowo Subianto.

Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, menegaskan pentingnya peran dokter hewan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani dan mencegah penyakit hewan di Indonesia. Meskipun jumlah tenaga kesehatan hewan masih jauh dari ideal, Viva Yoga mengajak para dokter hewan untuk tetap optimis dalam mendukung program makan bergizi gratis.

“Sayangnya, dari ribuan perguruan tinggi, hanya 14 yang memiliki Fakultas Kedokteran Hewan (FKH),” ujar alumni FKH Universitas Udayana ini. Ia menambahkan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan tambahan 50.000 dokter hewan untuk mendukung berbagai program kesehatan hewan dan ketahanan pangan.

Viva Yoga juga mengungkapkan bahwa DPR tengah memperjuangkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendidikan dan Pelayanan Kedokteran Hewan yang telah masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas). Ia optimistis RUU tersebut dapat disahkan dalam waktu satu tahun jika mendapat dukungan mayoritas fraksi di DPR.

“Ini demi kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara,” tegasnya.

Dalam mendukung program makan bergizi gratis, Viva Yoga menekankan pentingnya peran dokter hewan dalam memastikan ketersediaan protein hewani yang berkualitas dan aman, serta mengurangi ketergantungan pada impor protein hewani.

Hashim Djojohadikusumo yang hadir dan menerima penghargaan dalam kategori Outstanding Contributor Non-Vet, menyampaikan kekagumannya terhadap pada dokter hewan Indonesia. 

“Saya sangat surprise dengan acara ini karena banyak penerima penghargaan berasal dari praktisi satwa liar. Pemberian penghargaan ini memperkuat pemahaman saya akan tupoksi dokter hewan dalam menjaga keamanan pangan, yang sejalan dengan program unggulan Presiden Prabowo Subianto, yaitu makan bergizi dan minum susu gratis untuk siswa sekolah,” ujarnya. (CR)


TAHAP AWAL, 124 RIBU DOSIS VAKSIN PMK DISALURKAN

Vaksin PMK yang akan disalurkan. (Foto: Istimewa)

Untuk menanggulangi kenaikan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada Desember 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) mengalokasikan pengadaan vaksin PMK buatan lokal yang diproduksi Balai Besar Veteriner Farma (Pusvetma).

“Sebanyak 124.225 dosis vaksin telah didistribusikan ke tujuh provinsi dan unit perbibitan, termasuk Jawa Barat (20.000 dosis), Sumatra Barat (20.000 dosis), Sumatra Selatan (10.000 dosis), Sulawesi Barat (10.000 dosis), Jawa Tengah (40.000 dosis), Bali (17.000 dosis), Bangka Belitung (4.000 dosis), dan unit perbibitan ternak (3.225 dosis),” ujar Dirjen PKH, Agung Suganda, usai mengikuti Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Palembang, Senin (13/1/2024).

Ia menjelaskan bahwa Pusvetma sebagai laboratorium rujukan PMK nasional telah menjadi produsen utama vaksin milik pemerintah. Sebelumnya pada Desember 2024, vaksin hibah sebanyak 51.200 dosis telah disalurkan ke delapan provinsi, selain 65.000 dosis vaksinasi mandiri yang dilakukan di berbagai wilayah. Pada 2025, Kementan menyiapkan 4 juta dosis vaksin PMK yang akan didistribusikan secara bertahap ke 25 provinsi dengan kasus PMK. 

Distribusi vaksin dilakukan secara bertahap sesuai permintaan dinas provinsi. Kementan menargetkan 400.000 dosis didistribusikan pada Januari, kemudian 1,2 juta dosis pada Februari, dan 400.000 dosis lagi pada Maret. Sedangkan alokasi 2 juta dosis lagi direncanakan untuk vaksinasi periode kedua pada Juli-September 2025.

Kepala Pusvetma, Edy Budi Susila, menambahkan bahwa pendistribusian vaksin diharapkan dapat segera diaplikasikan untuk menekan angka PMK di Indonesia.

“Pusvetma siap memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjamin kualitas vaksin telah sesuai dengan standar nasional sehingga dijamin aman dan memiliki efikasi sebagaimana yang dipersyaratkan,” kata Edy. (INF)

JENIS SAPI HOLSTEIN BARU MENGHASILKAN SUSU DENGAN LEMAK LEBIH TINGGI

Dibandingkan dengan 5 tahun lalu, sapi Holstein kini menghasilkan susu dengan kandungan lemak yang jauh lebih tinggi daripada pendahulunya sementara volume susunya meningkat setiap tahun melalui perbaikan genetik dan nutrisi. Ia juga bertubuh lebih pendek. Karenanya banyak peternak sapi perah yang memelihara sapi Jersey kini beralih ke sapi Holstein.

“Selama sekitar 30 tahun, kami para breeder berfokus pada kandungan protein yang lebih tinggi karena itulah yang diinginkan konsumen,” jelas Tim Abbott, yang bersama istrinya Sharyn, memiliki Borderview Genetics di Vermont. “Namun, kini ada permintaan yang kuat untuk keju berlemak tinggi, yogurt, dan es krim premium. Kini, memasukkan lemak susu ke dalam makanan kita tidak lagi dianggap hal yang buruk. Jadi, dalam waktu sekitar 5 tahun, persentase lemak susu Holstein rata-rata telah tumbuh dari 3-3,5% menjadi sekitar 4%.”

Emily Bosch, manajer komunikasi senior di Holstein Association USA, tidak memperkirakan kenaikan ini akan berhenti. "Tren genetika untuk produksi susu, lemak, dan protein sangat menguntungkan bagi sapi Holstein, jadi kami perkirakan peningkatan ini akan terus berlanjut di masa mendatang," katanya.

Kevin Jorgensen, analis senior sapi Holstein di Select Sires di Ohio, setuju bahwa sapi Holstein belum mencapai titik jenuh lemak susu. "Tentu saja, kita akan melihat peningkatan tambahan," katanya. "Penekanan yang diberikan pada hal ini tidak berkurang. Beberapa klien yang bekerja sama dengan saya percaya bahwa hal itu bisa jauh lebih tinggi pada akhir dekade ini melalui genetika dan nutrisi."

Namun, pada saat yang sama, Abbott mencatat bahwa sapi yang menghasilkan persentase lemak susu yang lebih tinggi umumnya menghasilkan lebih sedikit susu daripada sapi dengan persentase lemak yang lebih rendah. Genetika tampaknya bekerja berlawanan satu sama lain, dengan energi sapi pada dasarnya digunakan untuk menghasilkan susu berlemak tinggi alih-alih lebih banyak susu.

Ukuran Sapi Holstein

Banyak breeder dan peternak Holstein lebih menyukai sapi berukuran sedang tetapi juga sapi yang menghasilkan banyak susu. Namun, beberapa tahun yang lalu, saat sapi Holstein dibiakkan untuk menghasilkan lebih banyak susu, tubuh mereka menjadi lebih besar dan tinggi. Pada dekade pertama abad ini, situasinya mulai sedikit tidak terkendali. Sapi Holstein yang bertubuh tinggi menyebabkan masalah dalam sistem pemerahan robotik, dan dalam sistem pemerahan tradisional, sapi betina ini menjadi terlalu besar untuk masuk ke kandang yang lebih kecil.

Abbot menjelaskan bahwa 20 tahun yang lalu, beberapa produsen mencoba memecahkan masalah tersebut dengan mengawinkan persilangan Holstein-Jersey: sapi yang lebih kecil dengan produksi susu yang layak dan persentase lemak susu yang baik. Namun sejak saat itu, peternak Holstein telah berupaya untuk mengatasi masalah tersebut.

"Kami masih ingin mereka memiliki kerangka tubuh yang lebar," kata Abbott, "Karena jika tubuh mereka terlalu kecil, mereka kehilangan kapasitas untuk mengubah makanan ternak menjadi susu dalam jumlah besar. Semua evaluasi genetik sekarang berfokus pada perawakan yang lebih pendek. Genetika yang tinggi masih ada, tetapi orang-orang menjauhinya."

MINAT PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP BIG DATA TUMBUH PESAT

Foto: Agromek.com

Teknologi baru yang tengah dikembangkan untuk peternak sapi perah sangat dipengaruhi oleh minat yang meningkat terhadap big data dan kecerdasan buatan. Ini adalah konsensus sejumlah peserta pameran di pameran Agromek baru-baru ini di Denmark.

Saat ini, peternak sapi perah dapat menghabiskan waktu berjam-jam di ponsel mereka untuk menganalisis berbagai set data yang direkam oleh teknologi terkini, tetapi mereka tampaknya menginginkan lebih dan lebih lagi. Agromek bertindak sebagai landasan peluncuran sejumlah produk baru yang diharapkan dapat membantu peternak meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan produktivitas sapi mereka. Teknologi pintar jelas terlihat sebagai pendorong penjualan utama dari beberapa produk baru ini, sementara pendekatan yang sederhana terhadap penggunaannya juga merupakan faktor utama.

Data Rumen

Desmond Savage, direktur perusahaan Irlandia Moonsyst, mempromosikan 'fitbit for cows' terbarunya. Ia mengembangkan bolus pintar yang mengirimkan berbagai macam data real time dari rumen sapi ke peternak. Berbekal data ini, peternak dapat mendeteksi panas secara akurat, memantau kondisi kesehatan, dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Sistem Moonsyst didukung oleh perangkat lunak berbasis cloud yang dapat diakses melalui telepon dan PC.

“Kini tersedia banyak teknologi bagi para peternak sapi perah untuk membantu mereka mengelola ternak mereka dengan lebih efisien. Dan tampaknya permintaan akan teknologi ini tidak ada habisnya,” kata Savage. “Permintaan para peternak berubah dengan cepat selama bertahun-tahun, dan dulu mereka menghabiskan waktu berjam-jam di kandang untuk melihat sapi-sapi, kini mereka dapat duduk dengan nyaman di ruang keluarga dan membiarkan teknologi bekerja.”

Dia mengatakan bahwa perangkat lunak dalam bolus perusahaan tersebut menggunakan kecerdasan buatan untuk memprediksi kesehatan dan peristiwa panas yang terkait dengan hewan. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan, prediksi yang dihasilkan akan semakin akurat, membantu peternak dalam mengelola ternak 24/7.

Bolus adalah perangkat bebas perawatan yang akan tetap berada di dalam rumen hewan selama masa hidupnya. Setiap bolus memiliki ID unik yang dapat dikaitkan dengan hewan tersebut. Terbuat dari resin anti asam yang melindungi komponen elektronik dan tidak membahayakan bagian dalam hewan, bolus ini dilengkapi dengan baterai yang memiliki masa pakai lebih dari 6 tahun.

“Berbekal data dari bolus kami, keputusan seperti memilih sapi untuk dibiakkan, atau pakan apa yang akan digunakan, menjadi jauh lebih mudah. Mungkin penting bagi setiap peternak sapi perah yang ingin tetap menjalankan bisnis di dunia modern saat ini untuk merangkul teknologi dan memanfaatkannya sepenuhnya,” katanya.

Mengobati Mastitis dengan Laser

Perusahaan Denmark Neeo Bovis meluncurkan alat barunya yang dapat mengobati berbagai bentuk mastitis dengan laser, sehingga mengurangi kebutuhan antibiotik pada ternak. Cahaya laser menembus jauh ke dalam jaringan ambing, hingga ke sel-sel individual yang memanfaatkan energi dari cahaya laser dan mengaktifkan mekanisme perbaikan alami sapi. Menurut perusahaan, hal ini menghasilkan proses penyembuhan yang lebih baik dan penguatan sistem kekebalan tubuh.

Magnus Timmermann, seorang instruktur di Neeo Bovis, mengatakan, “Perawatan laser kami lembut, tidak invasif, dan tidak menyakitkan. Kami menawarkan metode yang aman dan efektif untuk memperkuat potensi penyembuhan sapi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya secara umum. Kami menemukan bahwa sapi menunjukkan kesejahteraan sejak awal perawatan. Di antara hal-hal lain, sapi dapat merasakan redanya nyeri sejak awal.”

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa dengan perawatan laser selama 15 detik per puting, mastitis akut dapat diobati dalam waktu 3 hari dan mastitis seluler dalam waktu 5-7 hari. Alat laser genggam dapat disewa dari Neeo Bovis dengan tarif bulanan, yang pada gilirannya menghemat biaya perawatan antibiotik dalam kawanan.

Timmermann berkata, “Teknologi ini berkembang dari meningkatnya permintaan dari para peternak untuk menemukan solusi untuk mengobati mastitis yang tidak melibatkan antibiotik dan semua peraturan yang menyertainya. Teknologi kami bekerja dengan cepat dan sangat menghemat waktu dan biaya. Sebagian besar peternak sapi perah tidak lagi takut dengan teknologi dan benar-benar cukup menerima untuk menggunakannya dan mudah-mudahan mendapatkan manfaat darinya.”

Mengevaluasi Genetika

Penekanan utama di stan VikingGenetics adalah pada teknologi tanda telinga (ear tag) yang memantau perilaku anak sapi hingga menjadi sapi perah. Perusahaan tersebut juga telah meluncurkan CFIT secara komersial, yang menggunakan kamera 3D dan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi sapi, memperkirakan beratnya, dan menghitung jumlah makanan yang mereka konsumsi. Data ini, pada gilirannya, dapat membantu mengevaluasi genetika mana yang paling efisien dalam mengubah makanan menjadi produksi susu.

Ivan Bom Rasmusson dari perusahaan tersebut mengatakan, “Kecepatan pengembangan teknologi selama beberapa tahun terakhir sungguh menakjubkan. Data yang diperoleh dari teknologi kami membantu para peternak membuat keputusan yang tepat tentang pola pemberian pakan dan genetika mana yang akan digunakan dalam program pembiakan di masa mendatang. Data dari tanda telinga pada anak sapi juga membantu siklus pemeliharaan dan pemberian pakan di masa mendatang, yang pada akhirnya menghasilkan peta riwayat data hewan tersebut saat ia berada di kawanan perah. Teknologi berkembang pesat dan pasti akan semakin spesifik dan berguna dalam pertanian di masa mendatang.”

MOU IPB UNIVERSITY DENGAN USDEC DAN NMDA: LANGKAH STRATEGIS TRANSFORMASI PETERNAKAN SAPI PERAH

Momen usai penandatanganan MoU antara IPB University, USDEC dan New Mexico Department Agricultural (Foto: NDV)

IPB University menggelar Kick Off Program US Indonesia Dairy Farmer Partnership (USIDP) pada Selasa, 7 Januari 2025 di IPB International Convention Center, Bogor. 

Rangkaian acara ditandai dengan seremoni penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara IPB University, US Dairy Export Council (USDEC) dan New Mexico Department of Agriculture (NMDA) tentang USIDP Education Program.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria SP MSi dalam sambutannya menuturkan program ini adalah langkah strategis untuk mendukung program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah. 

“Program ini juga merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas peternak sapi perah nasional melalui pelatihan dan pendampingan intensif,” lanjut Arif.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Drh Imron Suandy menegaskan kerjasama ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan produksi susu nasional.

“Produksi susu domestik kita baru mampu memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan nasional. Sisanya, kita masih bergantung pada impor. Program ini adalah terobosan penting untuk meningkatkan kapasitas peternak lokal dalam menghasilkan susu yang lebih berkualitas,” kata Imron.

“Kerja sama ini tidak hanya mendukung upaya kita dalam memenuhi kebutuhan susu nasional, tetapi juga membantu memberdayakan peternak rakyat yang selama ini menjadi tulang punggung sektor peternakan kita,” ujar Imron.

“Kami berharap program ini menjadi model kolaborasi yang dapat mempercepat transformasi sektor peternakan kita,” tambahnya.

Foto bersama jajaran tamu undangan Kick Off Program US Indonesia Dairy Farmers Partnership

Jonathan Gardner, Senior VP of Market Access & Regulatory Affairs USDEC mengungkapkan, program ini tidak hanya terbuka bagi peternak muda tapi juga pemilik peternakan sapi perah skala kecil dan menengah. Program ini memiliki kegiatan utama pelatihan berbasis digital bagi peternak sapi perah di Indonesia.

Setelah penandatanganan MoU, agenda acara berikutnya adalah Seminar Nasional bertajuk “Indonesian Dairy Farming Scale Up Strategy” yang menghadirkan para narasumber ahli antara lain Prof Dr Ir Epi Taufik SPt MVPH MSi IPM (Guru Besar Bidang Ilmu dan Teknologi Susu - IPB University), Dr Drh Langgeng Priyanto MSi (Praktisi Ahli Reproduksi Sapi) dan Dr Robert Hagevoort MS Ph D (Professor and Extension Dairy Specialist - New Mexico State University). Dimoderatori oleh CEO Dairy Pro Indonesia, Drh Deddy Fachruddin Kurniawan MVet. (NDV) 


40 TRAINER SIAP TINGKATKAN KOMPETENSI 100 PETERNAK SAPI PERAH INDONESIA

Epi Taufik, Deddy Fachruddin, Langgeng Priyanto

Sebanyak 40 orang dari Indonesia direkrut sebagai trainer dalam pelatihan yang akan diberikan kepada 100 peternak sapi perah seluruh Indonesia. 

Program pelatihan bernama U.S.Indonesia Dairy Farmer Partnership (USIDP) ini diinisiasi oleh US Dairy Export Council (USDEC), New Mexico Department of Agriculture (NMDA), New Mexico State University, serta mitra terkemuka dari Indonesia – Global Dairy Alami, Cimory, dan Ultrajaya. 

Prof Dr Ir Epi Taufik SPt MVPH MSi IPM (Guru Besar Bidang Ilmu dan Teknologi Susu - IPB University), Drh Deddy Fachruddin Kurniawan MVet (CEO Dairy Pro Indonesia) dan  Dr Drh Langgeng Priyanto MSi (Praktisi Ahli Reproduksi Sapi) dipercaya sebagai pemateri dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) program tersebut.

Ditemui Redaksi Infovet usai Seminar Nasional “Indonesian Dairy Farming Scale Up Strategy” dan Kick Off Program US Indonesia Dairy Farmer Partnership (USIDP), Deddy menuturkan program ini bertujuan utama meningkatkan pengetahuan mengenai Dairy Farming Best Practices dan meningkatkan produksi susu peternak sapi perah Indonesia. 

“Program ini berbeda dengan pelatihan lainnya karena metodenya menarik ditekankan pada standarisasi materi dan berbasis digital,” ujar Deddy, Selasa (7/1/2025) di IPB International Convention Center, Bogor. 

Lebih lanjut dijelaskan Deddy, pelatihan ini gratis untuk peternak dan diarahkan untuk mendaftar ke situs https://usidp.id/ dengan menggunakan gadget. 

Para peternak yang telah mendaftar akan memiliki akun dan password kemudian diarahkan untuk pre-test. Selanjutnya dapat mengakses dan menyaksikan video-video tutorial berstandar dengan durasi 7-10 menit.

“Setelah pre-test, peternak juga melewati tahap post-test kemudian dievaluasi. Mereka dapat melihat nilai yang dicapai karena sistemnya seperti rapor di sekolah dan peternak yang mencapai high score akan mendapat penghargaan,” jelas Deddy.  

Program pelatihan ini menyediakan 60 topik yang kemudian diurai dalam 18 video materi tentang Manajemen Peternakan, Nutrisi Hewan Perah, Meningkatkan Kualitas dan Hasil Susu, serta Kesehatan Hewan. 

Para trainer disebutkan Deddy, diantaranya adalah mereka yang berprofesi sebagai dosen, praktisi/swasta dan juga tenaga ahli dari instansi/dinas peternakan. Pelatihan dilaksanakan di empat kota yaitu Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Malang menjadi awal dari program di tahun-tahun berikutnya. (NDV)

PAKAN TERNAK DARI RUMPUT – ALTERNATIF UNTUK BUNGKIL KEDELAI IMPOR

Foto: Anette Tjomsland, Nibio.no

Biorefinasi rumput dapat menyediakan pakan protein produksi dalam negeri bagi Eropa yang sebanding dengan kedelai impor dari Brasil. Hingga saat ini, rumput terutama digunakan langsung sebagai pakan ternak untuk sapi dan ruminansia lainnya, karena lambung mereka yang memiliki banyak kompartemen dapat dengan mudah memecah serat tanaman.

Proses biorefinasi memungkinkan bahan tanaman melepaskan nutrisi berharga dari sel tanaman bersama dengan fraksi cair. Hal ini memungkinkan protein rumput terkonsentrasi menjadi pakan protein yang dapat dicerna bahkan untuk hewan dengan lambung sederhana seperti unggas, babi, dan ikan.

Lebih dari 50% produksi pertanian di Norwegia adalah rumput dan Norwegian Institute of Bioeconomy Research (NIBIO) baru-baru ini membuka pabrik pertama di negara itu untuk biorefinasi hijau di pertanian eksperimental Tuv di Steinkjer.

Audun Korsaeth, Direktur Divisi Produksi Pangan dan Masyarakat di NIBIO, mengatakan bahwa pabrik tersebut juga dapat memanfaatkan rumput laut yang ditemukan di sepanjang pantai Norwegia, sehingga dapat digunakan sepanjang tahun.

“Lebih dari 50% produksi pertanian di Norwegia adalah rumput. Pada saat yang sama, kami memiliki banyak rumput laut di sepanjang pantai Norwegia, dengan kandungan protein hingga 30%. Kami membayangkan pengembangan pabrik di sepanjang 2 jalur ini,” katanya.

Gjermund Bahr, Penasihat Senior di Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Biomarin di NIBIO, mengatakan, “Ada kebutuhan besar untuk bahan pakan baru di masa depan, baik dalam industri budidaya ikan maupun dalam produksi ayam dan ternak lainnya.”

Pabrik percontohan telah dikembangkan bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Aarhus, yang telah mendirikan pabrik demonstrasi dan berkontribusi dalam pengembangan 2 pabrik komersial di Denmark. Uji coba pakan ternak untuk ayam dan babi yang terbuat dari rumput Denmark telah memberikan beberapa hasil yang menarik.

Dalam uji coba pemberian pakan pada babi, konsentrat berbasis rumput dengan 47% protein kasar menunjukkan bahwa takaran hingga 15% dapat ditambahkan dalam pakan babi tanpa masalah kualitas daging.

Peneliti Lene Stodkilde-Jorgensen, dari Universitas Aarhus, menambahkan, “Dalam uji coba yang lebih baru, kami telah mengonfirmasi bahwa kedelai dapat diganti tanpa masalah.”

NIBIO juga melakukan uji coba pemberian pakan pada ayam dan sapi dengan mitra melalui proyek “One Crop Two Diet”.

Penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum produksi pakan dari biorefinery hijau dapat menjadi layak secara ekonomi. Protein rumput di Denmark masih 2 hingga 3 kali lebih mahal daripada kedelai impor.

“Dalam hal pakan konsentrat, kami kekurangan protein, terutama untuk ayam. Tantangannya adalah pabrik pakan membutuhkan volume besar dengan kualitas yang konsisten, dan kami perlu memproduksi pakan yang layak secara ekonomi untuk digunakan oleh petani,” simpul Kari Ljokjel, salah satu peserta dalam proyek “One Crop Two Diet”.

PASAR SUSU GLOBAL, SAAT INI DAN MASA DEPAN

Tim susu global RaboResearch baru-baru ini menghadiri dan memberikan presentasi di World Dairy Expo yang diadakan di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat. Acara pada bulan Oktober tersebut mempertemukan tim analis susu dari seluruh dunia untuk membahas industri susu global, dengan topik yang berfokus pada faktor-faktor yang memengaruhi pasar dan harga susu.

Dalam presentasinya, Mary Ledman, ahli strategi global di tim susu RaboResearch, mengawali dengan mengatakan, “Banyak hal berubah. Kami melihat harga susu dari peternakan di Tiongkok turun dan harga susu dari peternakan di wilayah ekspor naik. Karena harga susu Tiongkok menjadi lebih kompetitif, Tiongkok tidak perlu lagi mengimpor produk dan hal itu berdampak pada Selandia Baru.”

Ledman menyoroti transformasi yang telah dialami Tiongkok dalam 5 tahun terakhir karena pemerintah Tiongkok secara sadar memperluas industri susu mereka dan meningkatkan produksi susu, yang telah menjadi transformasional. Negara tersebut telah berubah dari swasembada 70% menjadi swasembada 85%, hal ini berdampak besar pada pasar susu global.

Ledman melanjutkan dengan mengamati pasar global dan tahun-tahun mendatang, "Siapa yang akan memasok susu untuk memenuhi permintaan global yang meningkat dari tahun 2020 dan 2030 seiring dengan peningkatan populasi global?" Ia mencatat bahwa Amerika Selatan dan AS akan hanya mengimbangi penurunan produksi susu di Oseania dan Eropa.

Amerika Serikat

Telah terjadi pertumbuhan yang stabil dalam produksi AS, tetapi selama beberapa tahun terakhir produksi susu telah mengalami stagnasi. "AS masih merupakan tempat yang baik untuk memproduksi susu," kata analis senior Lucas Fuess. "Prospeknya lebih baik dan ada titik terang di cakrawala."

"Jika melihat pertumbuhan jangka panjang di AS, ini terutama akan didasarkan pada hasil," ia menyoroti, menambahkan bahwa AS siap untuk terus meningkatkan produksi susu. Fuess melihat AS sebagai negara yang kompetitif dengan beberapa tantangan di beberapa wilayah, misalnya biaya pakan, cuaca, dan air. Namun, sektor susu AS masih tumbuh dan memanfaatkan permintaan produk susu yang terus meningkat secara global. Kembalinya profitabilitas dalam waktu dekat akan mengarah pada kembalinya pertumbuhan produksi, katanya.

Eropa

Analis Danielle Duijndam menunjukkan peningkatan produksi susu di Eropa sejak 2011 dan seterusnya, dengan pertumbuhan yang terutama terlihat di negara-negara Eropa utara – Belanda, Jerman, Belgia, dan Denmark. Penghapusan sistem kuota susu telah memengaruhi pertumbuhan di Eropa sejak 2015. Polandia dan Irlandia menonjol dengan pertumbuhan yang signifikan, katanya, namun mencatat bahwa diperkirakan produksi susu Eropa akan menurun di masa mendatang. Ia menyebutkan tantangan seperti tenaga kerja, suksesi pertanian, dan Green Deal sebagai isu yang akan memengaruhi produksi susu. “Kita dapat mengharapkan dampak yang lebih besar pada kawanan sapi perah dan produksi susu karena target dan peraturan yang lebih ketat,” katanya.

Menyinggung beberapa negara UE, ia menyebutkan bahwa produksi Polandia diperkirakan akan meningkat karena kondisi cuaca yang baik dan transisi dari pertanian pekarangan ke pertanian yang lebih profesional yang akan meningkatkan produktivitas per sapi. Belanda menghadapi peraturan ketat mengenai nitrogen dan kualitas air, serta skema pembelian pemerintah untuk mengurangi jumlah ternak. Semua masalah ini, katanya, akan mendorong produksi di Eropa. Duijndam mencatat bahwa terlepas dari semua masalah ini, para peternak susu di Eropa memiliki masa depan yang cerah.

Australia

Berbicara tentang susu Australia, analis senior Michael Harvey menekankan penurunan besar produksi saat ini di seluruh negeri. Terjadi pula pergeseran besar karena alasan seperti perubahan iklim, dan negara tersebut telah mengalami migrasi signifikan dari produksi susu ke tanaman permanen seperti kacang almond, buah jeruk, dan sejenisnya. Australia saat ini masih mengekspor sekitar 30% dari produksi susunya ke kawasan Asia-Pasifik, tetapi mengimpor sejumlah besar produk susu dari pasar global, terutama keju untuk sektor jasa makanan. Kekeringan merupakan masalah utama di Australia, yang berdampak domino pada pertumbuhan pakan ternak, dan berkurangnya air untuk mengairi tanaman.

Dari segi jumlah, negara tersebut mengalami penurunan dari 9 juta metrik ton menjadi 8 juta pasokan susu. Kekeringan dan ketersediaan tenaga kerja telah menjadi tantangan bagi sektor tersebut baru-baru ini, tetapi masalah tersebut kini mulai stabil.

"Kami mungkin melihat pertumbuhan 1% pada musim saat ini, tetapi jika terjadi kekeringan lagi, pasokan susu kami akan terpengaruh secara signifikan. Namun, bukan itu yang kami harapkan saat ini," kata Harvey.

Mengenai pasar yang sedang berkembang, ia mengatakan bahwa keju menjadi fokus di Asia Tenggara dan Tiongkok. "Kami jelas telah menjauh dari produksi bahan-bahan seperti susu skim bubuk, mentega, dan susu bubuk murni," lanjutnya.

Ada pula langkah strategis untuk memfokuskan industri pada keju dan whey dengan memperhatikan pasar keju domestik, tetapi juga dengan mempertimbangkan pasar keju yang sedang berkembang di Asia Tenggara dan Tiongkok. "Saat ini, marginnya bagus untuk peternak kami," tambahnya.

Selandia Baru

"Susu merupakan sektor yang sangat penting di Selandia Baru," kata analis senior Emma Higgins. Ia menunjukkan bahwa sektor ini sebagian besar merupakan sistem berbasis rumput, yang menurutnya membuat faktor pendorong di sektor Selandia Baru berbeda.

Salah satunya adalah cuaca, yang sangat bervariasi – cuaca serta harga susu dan rasio harga susu terhadap biaya produksi. Ia menekankan bahwa faktor pendorong utama pertumbuhan industri adalah peraturan lingkungan dan akses terhadap air. Cuaca telah berperan dalam penurunan produksi susu dari tahun ke tahun dalam beberapa tahun terakhir.

“Dalam hal produktivitas, kami menghasilkan sekitar 400 kg padatan susu per sapi, dan kami memproduksi sekitar 4.300 liter per sapi – jadi ada peluang nyata untuk tumbuh.” Ia yakin kemungkinan akan ada lebih sedikit sapi karena regulasi lingkungan dan konsolidasi dalam industri susu Selandia Baru.

Brasil dan Argentina

Presentasi analis senior Andres Padilla difokuskan pada Brasil dan Argentina. Mengenai Brasil, Padilla mengawali dengan mengatakan, "Kami adalah negara adikuasa dalam agribisnis dengan peningkatan volume ekspor kedelai, jagung, daging sapi dan unggas, gula dan etanol – tetapi bukan susu."

Alasan utamanya, kata Padilla, adalah regulasi – hambatan impor. Ia memberi contoh: untuk mengimpor produk susu ke Brasil dari AS, pajak sebesar 27% harus dibayarkan, sedangkan tidak ada pajak yang harus dibayarkan saat mengimpor dari Argentina. Ini berarti bahwa Brasil adalah pengimpor bersih produk susu, mengimpor sebagian besar produk susunya dari negara tetangga Argentina dan Uruguay.

Ia juga mencatat bahwa telah terjadi perubahan dalam basis produksi, "Kami memproduksi sepertiga dari susu yang diproduksi AS, tetapi kami memiliki sekitar 10 kali lebih banyak peternakan sapi perah. Itu mulai berubah, karena peternakan sapi perah rata-rata mulai membesar, produktivitas meningkat, dan itu berarti kami akan melihat pertumbuhan tambahan dalam produksi susu kami di tahun-tahun mendatang, dengan peternak yang lebih efisien."

Padilla menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak investasi dalam genetika dan skala untuk dapat tumbuh lebih cepat dan menjadi lebih kompetitif.

Argentina memiliki potensi besar untuk menjadi pengekspor produk susu yang jauh lebih besar, dengan menguasai 5% perdagangan susu global, tambahnya. Namun, berbagai masalah seperti ekonomi, inflasi, kurangnya logistik, dan ketidakstabilan menyebabkan investasi dalam susu berkurang. Namun, kebijakan yang lebih baik kini telah diterapkan untuk membantu para peternak.

Tiongkok

Analis susu Michelle Huang bergabung dalam panel untuk berbicara tentang Tiongkok, konsumen susu dan produk susu terbesar di dunia. Ia mencatat bahwa impor negara tersebut telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

“Kami memperkirakan volume impor Tiongkok akan turun sebesar 12% tahun ini, dengan tren ini berlanjut hingga tahun depan. Penurunan volume impor sebagian besar disebabkan oleh kelebihan pasokan, sementara permintaan domestik untuk produk susu lemah.” Dalam beberapa tahun terakhir, imbuhnya, pemerintah mendorong peningkatan produksi susu hingga 11 juta metrik ton, mencapai total 42 juta metrik ton tahun lalu – sekitar 5% dari volume produksi susu global.

Permintaan produk susu saat ini sedang lemah dan terus menurun. Telah terjadi konsolidasi peternakan sapi perah Tiongkok dengan lebih sedikit peternakan kecil. Produksi susu diperkirakan akan melambat, dengan sedikit penurunan tahun depan, dan penurunan produksi susu juga diperkirakan terjadi. Dalam jangka panjang, Tiongkok akan terus menjadi importir produk susu, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada periode puncak tahun 2021.

Produksi juga akan melambat karena peternakan sapi perah skala besar merasakan tekanan dan karena permintaan yang lesu memengaruhi pengolah susu. Biaya pakan di Tiongkok mencapai sekitar 70% dari total biaya produksinya. “Tahun ini dan tahun depan akan ada pemulihan permintaan Tiongkok. Saya juga ingin menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok telah melewati puncaknya – dalam dekade terakhir kami melihat pertumbuhan tahunan sebesar 6% dalam produk susu Tiongkok, tetapi dalam beberapa tahun ke depan, kami hanya mengharapkan pertumbuhan sebesar 2% dalam volume.”

Ia menambahkan, “Kami akan beralih dari pertumbuhan volume ke pertumbuhan nilai di masa mendatang – misalnya mentega dan keju akan mengungguli susu cair, dan manfaat bernilai tambah seperti manfaat nutrisi akan mendorong pertumbuhan industri susu Tiongkok di masa mendatang.” (via Poultryworld)

AUDIENSI PPLI DENGAN WKU KADIN BAHAS PERBAIKAN INFRASTRUKTUR RANTAI DINGIN

Kegiatan audiensi PPLI dengan WKU Bidang Peternakan Kadin di Ruang Sinar Mas, Menara Kadin, Jakarta. (Foto: INF)

Kepala Bidang Logistik Pendingin Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI), Tejo Mulyono menuturkan jumlah kontainer pendingin di Indonesia tidak lebih dari 10 ribu. Perkiraan angka tersebut seiring dengan kebutuhan untuk mengamankan bahan baku pangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MGB) yang telah berjalan. 

Dalam kegiatan audiensi dengan Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Peternakan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Kamis, 2 Januari 2025 di Menara Kadin Jakarta, Tejo menambahkan PPLI mempunyai Cold Chain atau truk pendingin berjalan yang merupakan transportasi pengiriman yang banyak dibutuhkan untuk komoditas pangan. 

Perusahaan logistik dan transportasi memainkan peran penting dalam program MBG. Peningkatan volume pengiriman makanan, menciptakan lonjakan permintaan bagi perusahaan logistik terutama yang memiliki spesialisasi cold chain logistics. Karena makanan bergizi seperti produk susu, daging segar, atau buah-buahan membutuhkan penanganan dan penyimpanan dalam suhu khusus.

Menurut Tejo, tantangan dari sisi pelaku usaha cold chain logistics dalam perannya untuk mensukseskan program MBG yakni ketika menjangkau wilayah-wilayah perairan di Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus ke depannya.

Drh Cecep Muhammad Wahyudin SH MH selaku WKU Kadin Bidang Peternakan mengemukakan bahwa selama ini terjadi 28% kerusakan bahan pangan yang diakibatkan karena belum maksimalnya penggunaan rantai dingin.

Food losses dalam produk pangan peternakan, perikanan dan hortikultura dapat diminimalisir apabila kita memperbaiki infrastruktur rantai dingin,” ungkap Cecep. 

Lanjut dia, saat ini kapasitas terpasang cold storage di RPA adalah 160.000 ton, sedangkan produksinya telah mencapai 300.000 ton/bulan. Produk yang tidak tertampung berakhir membanjiri pasar dan membuat harga menjadi turun sebab secara dasar hukum ekonomi, harga akan turun apabila barang banyak.

“Pangan sumber protein khususnya ayam terkesan oversupply, padahal apabila kita telisik lebih lanjut penyebabnya adalah kurang baiknya infrastruktur rantai dingin yang kita miliki. Untuk itu, Kadin mengundang para pengusaha logistik, khususnya rantai dingin untuk mencari solusi bersama,” jelasnya. 

Sebelum mencapai swasembada pangan harus ada peningkatkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Para pengusaha logistik berperan penting dalam pelaksanaannya. 

WKU Kadin Bidang Peternakan dibentuk khusus untuk menjadi garda terdepan untuk mensukseskan program pemerintahan. Sebagaimana diketahui bahwa 54,6% PDB Nasional berasal dari konsumsi rumah tangga dan 46,7% diantaranya adalah belanja rumah tangga untuk pangan, maka peluang sektor ini sangat menjanjikan. (NDV)

FLU BURUNG: PENGUJIAN SUSU DI SELURUH AS UNTUK MENGHENTIKAN H5N1

Flu burung H5N1 pada sapi perah terus menjadi berita utama, dengan Departemen Pertanian AS belum lama mengumumkan pengujian susu mentah akan dimulai di seluruh AS.

Pada tanggal 6 Desember, USDA mengumumkan Perintah Federal Baru akan mewajibkan pengujian susu nasional dan mendukung pejabat negara bagian dan regulator susu untuk melindungi peternakan, pekerja peternakan, dan masyarakat dari flu burung H5N1.

Sekretaris pertanian Tom Vilsack menambahkan, “Strategi pengujian susu baru ini akan dibangun berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan hingga saat ini dan akan memberikan peta jalan bagi negara bagian untuk melindungi kesehatan ternak sapi perah mereka. Hal ini akan memberikan peternak dan pekerja peternakan keyakinan yang lebih baik terhadap keselamatan hewan mereka dan kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri, dan hal ini akan menempatkan kita pada jalur untuk mengendalikan dan menghentikan penyebaran virus secara nasional dengan cepat.”

Dengan ini, USDA semakin memperluas langkah-langkah biosekuriti. Perintah Federal ini memiliki 3 persyaratan baru:

  • Perintah ini mewajibkan pembagian sampel susu mentah, atas permintaan, dari setiap entitas yang bertanggung jawab atas peternakan sapi perah, pengangkut susu curah, stasiun pemindahan susu curah, atau fasilitas pemrosesan susu yang mengirim atau menyimpan susu yang ditujukan untuk pasteurisasi.
  • Pemilik ternak dengan sapi yang positif harus memberikan informasi epidemiologi yang memungkinkan kegiatan seperti pelacakan kontak dan pengawasan penyakit.
  • Perintah ini mewajibkan laboratorium swasta dan dokter hewan negara bagian untuk melaporkan hasil positif kepada USDA yang berasal dari pengujian yang dilakukan pada sampel susu mentah yang diambil sebagai bagian dari NMTS (National Milk Testing Strategy).

Putaran pertama pengujian berdasarkan Perintah Federal dan NMTS dijadwalkan akan dimulai pada minggu tanggal 16 Desember 2024, meskipun beberapa negara bagian telah melakukan pengujian yang sesuai dengan NMTS.

Perintah Federal Baru ini digabungkan dengan Perintah Federal USDA tanggal 24 April, yang mewajibkan pengujian wajib terhadap sapi perah sebelum dipindahkan ke negara bagian lain. Negara bagian pertama yang akan dimasukkan ke dalam program pengujian awal adalah California, Colorado, Michigan, Mississippi, Oregon, dan Pennsylvania.

Flu burung yang sangat patogen (HPAI) H5N1 pada sapi perah pertama kali terdeteksi pada Maret 2024. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, lebih dari 700 kawanan sapi perah telah terinfeksi di seluruh AS sejak Maret.

GERCEP TANGANI PMK, VAKSINASI MASSAL DIGELAR SERENTAK

Vaksinasi PMK pada ternak milik warga. (Foto Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), berkolaborasi dengan dinas peternakan provinsi, serta dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota, bersama Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI), pada 28-29 Desember 2024, telah melakukan distribusi dan vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) ke berbagai wilayah di Indonesia.

Kepala Balai Besar Veteriner Farma (BBVF) Pusvetma Surabaya, Edy Budi Susila, yang langsung mengkoordinasikan kegiatan di lokasi peternakan sapi Kabupaten Situbondo, menjelaskan bahwa vaksin PMK yang didistribusikan adalah produksi BBVF Pusvetma Kementan dan telah teruji serta mendapat persetujuan penggunaan oleh Ditjen PKH dalam pengendalian PMK.

“Vaksin diterima oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo didampingi pejabat otoritas veteriner (POV) kabupaten, petugas dinas provinsi, Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, dan Ketua DPD APPSI Jatim untuk didistribusikan ke petugas kesehatan hewan dan langsung disuntikkan pada hewan sehat untuk menjaga dan membatasi penyebaran PMK,” ujar Edy sambil melakukan vaksinasi pada beberapa ternak.

Ia menambahkan, distribusi vaksin PMK mencapai 2.000 botol atau 50.000 dosis yang disebar ke berbagai wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bogor, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Lampung. Untuk Jawa Timur, distribusi vaksin sejumlah 12.500 dosis diserahkan ke Dinas Kabupaten Kediri, Blitar, Tulungagung, Jombang, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, dan Jember.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNAK) Makmun, yang didampingi Kepala BBIB Singosari Akbar, langsung mengawal distribusi vaksin di wilayah Kediri. Disampaikan bahwa bantuan vaksin ini merupakan komitmen nyata dari pemerintah untuk melakukan pengendalian PMK di lapangan. Selain vaksin, Kementan juga menyediakan bantuan berupa obat-obatan, antibiotik, dan disinfektan untuk membantu peternak mengatasi potensi penyakit lainnya.

Sebelumnya, Dirjen PKH, Agung Suganda, mengingatkan perlunya meningkatkan kesiapsiagaan terkait potensi meningkatnya penyakit hewan. Menurutnya, kesehatan ternak merupakan faktor penting dalam mendukung peningkatan produksi ternak nasional.

“Vaksinasi adalah langkah preventif yang sangat penting untuk menjaga kesehatan ternak dan mencegah penularan penyakit, termasuk PMK. Pengendalian penyakit hewan sangat diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan hewani dan memperkuat subsektor peternakan di Indonesia,” katanya di Jakarta, Jumat (27/12/2024).

Sinergi antara pemerintah, produsen obat hewan, dan stakeholder terkait lainnya, lanjut Agung, menjadi kunci dalam mengatasi wabah PMK. Dengan kerja sama yang solid, diharapkan penyebaran PMK dapat dikendalikan, sehingga subsektor peternakan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. (INF)

PMK KEMBALI MEWABAH, ASOHI GALANG BANTUAN OBAT HEWAN

Ilustrasi PMK. (Foto: ANTARA)

Sehubungan dengan adanya informasi meningkatnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali mewabah awal Desember 2024, Kementerian Pertanian melakukan koordinasi dengan Asosasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) dalam rangka penyediaan obat hewan melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR).

Dalam surat keterangan resminya, ASOHI menyampaikan permohonan bantuan obat-obatan terkait keperluan darurat untuk menunjang sarana dan prasarana biosekuriti yang ketat agar wabah PMK tidak menyebar luas di daerah yang terdampak, meliputi Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

Untuk itu ASOHI mengajak kepada para anggotanya untuk berpartisipasi dalam penggalangan bantuan berupa disinfektan, vitamin injeksi, obat luka, antibiotika injeksi, analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin, serta obat-obatan lainnya untuk hewan besar yang dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan PMK.

“Obat-obatan yang disumbangkan harus sudah memiliki nomor registrasi dari Kementerian Pertanian dengan spesifikasi obat hewan yang dibutuhkan,” sebut ASOHI dalam surat resminya.

Adapun spesifikasi obat hewan dalam rangka kedaruratan PMK, di antaranya:
1. Desinfektan Cair
• Komposisi minimal mengandung zat aktif glutaraldehyde/formaldehide/sodium hypocloride/didecyl dimethyl ammonium chloride/alkyl dimethyl benzil ammonium chloride/hypochloride acid/sodium hydroxide/sodium carbonate/sodium dicloroisocianurate/potasium peroksi monosulfate/pentopotassium bis (peroksomonosulfat) bis (sulfat)/sodium chloride/hypochlorous acid/HOCl/iodine;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan disinfektan.

2. Disinfektan padat
• Komposisi minimal mengandung zat aktif glutaraldehyde/formaldehide/sodium hypocloride/didecyl dimethyl ammonium chloride/ alkyl dimethyl benzil ammonium chloride/hypochloride acid/sodium hydroxide/sodium carbonate/sodium dicloroisocianurate/potasium peroksi monosulfate/pentopotassium bis (peroksomonosulfat) bis (sulfat)/sodium chloride/hypochlorous acid/HOCl/iodine;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan disinfektan.

3. Vitamin B komplek
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi minimal paling kurang mengandung zat aktif vitamin B1, B2, B5, B12, nicotinamide, dan d-pathenol;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan vitamin B komplek.

4. Multivitamin
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi minimal paling kurang mengandung zat aktif vitamin A, D3, dan E;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan multivitamin.

5. Antibiotic long acting broad spectrum
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi obat mengandung antibiotik yang memiliki indikasi mengatasi infeksi sekunder yang ditimbulkan akibat PMK, seperti antibiotik golongan tetracyclin (antara lain oxytetracycline minimal 200 mg/mL dan lain-lain), golongan quinolon (antara lain enrofloxasin minimal 100mg/ml, dan lain-lain), golongan betalaktam (antara lain amoxicilin minimal 100mg/ml, cepalosporin minimal 100mg/ml dan lain- lain), dan lain-lain;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan antibiotic long acting broad spectrum.

6. Analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Obat hewan yang memiliki indikasi analgesik/antipiretik/antiinflamasi/antihistamin dan/atau lebih dari satu indikasi tersebut, seperti dipyron, diphenhydramine, meloxicam, flunixin, dan lain-lain;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin.

7. Penguat otot (ATP)
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi mempunyai indikasi penguat otot, seperti bio ATP (bio ATP dan kombinasinya), biophosphan, atau senyawa sejenis yang terdaftar di obat hewan;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan penguat otot (ATP).

Bantuan tersebut dikumpulkan mulai 27 Desember 2024 melalui ASOHI Daerah terkait dan untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi ASOHI Pusat: Koordinator ASOHI Pusat, Rezki Eko Nugroho (+62 812-9776-5559). (INF)

PT SUPER UNGGAS JAYA SUKSES MELEBARKAN SAYAP KE TIMOR LESTE

Jumat (22/11), menjadi hari yang bersejarah bagi PT Super Unggas Jaya (Suja) karena mereka resmi melebarkan sayap pemasarannya ke negara tetangga yakni Timor Leste. Seremonial pelepasan ekspor berlangsung di rumah pemotongan ayam milik perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.






YEAVITA: PROBIOTIC OF SACCHAROMYCES CEREVISIAE

Probiotic of Saccharomyces cerevisiae to imporve the feed digestability and reduce watery stool occurrence.



PRINSIP NUTRISI YANG PRESISI PADA PAKAN RENDAH PROTEIN

Perkembangan genetik hewan ternak saat ini harus didukung oleh pemenuhan kebutuhan nutrisinya, agar potensi maksimal ternak dapat dihasilkan.

Berbagai breed hewan ternak yang dihasilkan selalu dilengkapi panduan atau rekomendasi kebutuhan nutrisi yang dikeluarkan oleh perusahaan breeding. Panduan inilah yang selanjutnya diikuti nutrisionis dan formulator dalam membuat pakan.




MONIMAX (MONENSIN + NICARBAZINE)

Monimax (Monensin + Nicarbazine)
Reveal your hidden potential



WASPADALAH! KONTEN VIDEO MAKAN AYAM YANG MENYESATKAN

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Video singkat tentang konsumsi ayam ras berdampak pada pria jadi lemah gemulai seperti perempuan sedang viral di media sosial. Kontennya meresahkan masyarakat dan merugikan dunia peternakan ayam ras.

Dunia peternakan ayam kembali dihebohkan oleh unggahan di media sosial yang menyebutkan makan daging ayam dianggap berbahaya karena kandungan lisin dan metionin sitentik. Konten video berdurasi kurang dari satu menit itu jelas-jelas berisi kampanye negatif.

Iwan Benny Purwowidodo, “aktor” dalam konten video tersebut menjelaskan secara ngawur dan menyesatkan. Dia mengaku sebagai sarjana peternakan, namun justru salah dalam menjelaskan tentang ayam broiler. Artinya, orang ini tidak paham dengan dunia peternakan, khususnya ayam.

Kampanye negatif Iwan memicu reaksi banyak kalangan, terutama para pelaku bisnis di peternakan ayam dan penelitinya. Masyarakat awam yang menonton video pendek ini dikhawatirkan akan terpengaruh dengan konten yang dianggap berbahaya.

“Video ini harus segara di-counter. Kalau tidak bisa membuat masyaraat bingung dan merugikan dunia peternakan ayam,” ujar Prof Dr Ir Budi Tangendjaja, peneliti senior bidang peternakan sekaligus pakar di bidang pakan ternak, kepada Infovet.

Menurut Budi, jika masyarakat “termakan” dengan apa yang disampaikan dalam konten video ini, maka bisa takut makan daging ayam sebagai sumber protein hewani. Ujung-ujungnya, bisa merugikan para peternak. Bahkan bisa merugikan negara, karena peternakan merupakan salah satu pilar ekonomi nasional.

Budi Tangendjaja

Banyak versi reaksi yang beredar di masyarakat terkait munculnya video ini. Ada yang menduga ini hanya “ngawur yang kebangetan” pengisi konten videonya karena dangkal ilmu. Ada juga yang menduga ini beraroma politis terkait program makan gratis dari pemerintah. Konten video ini dianggap untuk menggiring opini, agar lauk dalam program makan gratis tidak menggunakan daging ayam, tapi diganti dengan lauk lain.

“Dulu juga pernah ada kampanye yang menyesatkan macam ini, katanya ayam disuntik hormon dan berdampak laki-laki jadi kayak perempuan, dan isu negatif lainnya. Jadi memang sering orang bikin kampanye sesat soal telur dan daging ayam,” ungkap Budi.

Menurutnya, sejak dulu orang makan daging dan telur ayam ras sering diributkan, mulai dari isu suntik hormon, ada antibiotik, dan lainnya. Banyak kampanye negatif yang berseliweran yang dilakukan orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada perkembangan genetik ayam selama 100 tahun lebih.

“Mereka tidak paham bahwa ilmu genetik dan ilmu nutrisi itu terus berkembang dan berubah. Mereka hanya mengira ayam cepat besar dan banyak telur itu gara-gara disuntik hormon. Akibatnya, muncullah kampanye negatif bahwa pakan ayam itu jelek dan dianggap berbahaya,” ujarnya.

Di sinilah perlunya mendidik konsumen agar paham bahwa ayam dan telur itu adalah makanan sehat, bernutrisi tinggi, dan harga terjangkau. Konsumen perlu diberi pemahaman agar tidak terpengaruh dengan kampanye negatif yang berseliweran di banyak platform media sosial.

Dokter Perlu Diedukasi
Menurut Budi, ketidaktahuan perkembangan dunia peternakan ayam ras tak hanya dialami oleh masyarakat awam. Tetapi, di kalangan orang berpendidikan tinggi dan aktif di dunia kesehatan pun banyak yang belum paham.

“Yang memprihatikan, masih banyak juga dokter yang terpengaruh dan berpikiran keliru tentang daging dan telur ayam. Masih ada dokter-dokter yang mengatakan bahwa ayam broiler itu jelek dan jangan dimakan,” ujarnya.

Para dokter manusia ini tidak mengerti apa yang terjadi pada perkembangan dunia peternakan ayam dan dengan mudah terpengaruh oleh kampanye negatif. Celakanya, para dokter kerap memberikan informasi yang salah kepada pasiennya. Mereka melarang pasiennya untuk tidak mengonsumsi daging ayam broiler, namun tidak memiliki dasarnya.

“Dokter-dokter ini harus dididik agar tahu apa yang terjadi pada ayam broiler yang sudah berkembang sejak 100 tahun lalu, bagaimana ilmu genetika berkembang, dan bagaimana nutrisi yang terkandung pada pakan, sehingga menghasilkan ayam yang ada sekarang ini,” ungkapnya.

Pasalnya, omongan dokter sangat berpengaruh pada pasiennya dan juga pada masyarakat. Maka, dokter manusia perlu diberikan pemahaman bahwa ayam broiler tidak ada hubungannya dengan suntik hormon dan suntik antibiotik. Jadi salah besar jika ada yang menyebut konsumsi daging ayam broiler bisa berkibat laki-laki menjadi gemulai seperti perempuan.

“Jadi harus dijelaskan bahwa ayam broiler cepat tumbuh besar karena murni gara-gara genetika, yaitu melalui proses seleksi dan pengetahuan nutrisi yang makin berkembang, sehingga kita bisa memberikan pakan pada ayam dengan nutrisi yang benar,” ungkapnya.

Lisin dan metionin yang diceritakan oleh Iwan Benny Purwowidodo dalam konten video di media sosial itu dijelaskan secara ngawur, makanya jadi kampanye negatif. Menurut Budi, penggunaan lisin dan metionin sudah puluhan tahun. Pemakaian metionin sudah dijalankan sejak 1950-an. Untuk memberikan pakan ayam itu dibutuhkan 20 jenis asam amino yang esesnial dan non-esensial. Asam amino itu yang dipakai untuk membentuk telur dan daging ayam. Asam amino itu harus diperoleh dari makanan.

“Kebutuhan protein yang begitu banyak dalam pakan, maka dengan penemuan asam amino sintetik, baik itu lisin dan metionin, bisa mengurangi protein di dalam pakan ayam. Sehingga lebih efisien,” terangnya.

Nutrisi Pakan Ayam
Sebagai pakar perunggasan, wajar jika Budi geram dengan konten video kampanye negatif tentang ayam. Sebab, yang bicara di video tersebut mengaku sebagai sarjana peternakan, tapi sama sekali tidak paham dengan daging ayam.

“Kalau memang benar dia sarjana peternakan, mestinya tahu dong tentang perkembangan ternak ayam. Ini malah bikin konten video yang ngawur,” ucapnya.

Budi mengakui, masih banyak orang-orang yang kuliah di fakultas peternakan tetapi tidak mempelajari secara mendalam. Mereka hanya belajar “kulit-kulitnya” saja. Akibatnya, saat menjelaskan tentang daging ayam jadi keliru. Itulah fakta yang terjadi.

Pakan ayam yang diproduksi pabrikan banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan ayam. Tidak ada hubungannya dengan estrogen yang dimakan oleh manusia, lalu dianggap berdampak pada gemulainya laki-laki seperti perempuan. Maka itu, menurut Budi, konten video kampanye negatif yang viral ini benar-benar teori yang tidak jelas dan tidak berdasar.

Peneliti senior ini mengimbau agar masyarakat jangan terpengaruh dengan pernyatan yang ada dalam video kampanye negatif yang tersebar di media sosial. Daging ayam dan telur adalah makanan sehat dan sangat baik untuk kesehatan manusia.

“Maka itu, ini ada maksud apa di balik pembuatan konten video soal ayam broiler dan disebar di media sosial. Padahal, ayam ras ini kan sudah berkembang sejak tahun 1950, kok masih muncul pemikiran-pemikiran yang negatif seperti ini, ini aneh,” ungkapnya.

Yang harus dilakukan masyarakat dalam menyikapi seringnya muncul kampanye negatif di media sosial seputar ayam broiler, masyarakat harus dididik dan diberikan informasi yang tepat. Termasuk dokter-dokter manusia, harus diberikan pemahaman tentang perkembangan peternakan ayam broiler.

Pendamping ASI
Viralnya video yang diunggah Iwan Benny Purwowidodo di media sosial tersebut juga mengundang reaksi dari pakar nutrisi dr RR. Ratih Dewanti Sari dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya, daging ayam ras dan telur merupakan sumber protein hewani yang sehat dan dibutuhkan tubuh. Dengan harga yang terjangkau, kebutuhan nutrisi masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Telur dan daging ayam sangat baik dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan, maupun anak balita dalam mencegah terjadinya stunting.

Ratih Dewanti Sari

Ahli nutrisi ini menyebut, kampanye negatif tentang konsumsi daging ayam ras dan telur sudah sering terjadi. Bisa berdampak buruk, jika tidak segera dinetralisir. “Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Menurutnya, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu (ASI) sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Sedangkan daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa mengonsumsi daging dan telur ayam ras jelas sangat baik bagi tubuh, tak perlu takut dan terpengaruh dengan banyaknya konten video yang berisi kampanye ngawur soal dua protein hewani tersebut. Selama konsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan, tetap sehat. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

POTRET DINAMIKA PENYAKIT UNGGAS 2024

Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. (Foto: Andrew Skowron/Open Cages/thehumaneleague)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, di 2024 industri perunggasan Indonesia menghadapi sejumlah tantangan terkait penyakit yang dapat mengancam aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan peternak. Penyakit, merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi peternak. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Penyakit yang Mendominasi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Melalui Global Protection Services (GPS), Ceva rutin melakukan monitoring dan surveilans untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang paling mendominasi sektor perunggasan. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS. Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2024. Dimana Ceva rutin mengunggahnya di website mereka secara berkala setiap bulan sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum untuk mengaksesnya.
 
Di 2024 dicatat beberapa penyakit unggas yang menjadi ancaman utama bagi industri ini. Berdasarkan laporan dari Ceva, penyakit yang paling banyak dilaporkan meliputi CRD kompleks, CRD, infectious bronchitis (IB), newcastle disease (ND), heatstroke, coccidiosis, AI H9, coryza, gumboro, dan mycotoxicosis. Penyakit-penyakit ini mencakup sekitar 72% dari keseluruhan laporan penyakit unggas yang diterima Ceva sepanjang 2024. Untuk broiler, CRD kompleks, IB, dan coccidiosis mendominasi laporan, sementara pada layer penyakit seperti CRD, ND, dan coryza sering dilaporkan.

Ia melanjutkan, penyebaran penyakit unggas dapat dipengaruhi berbagai faktor. Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan virus atau bakteri sering terjadi secara bersamaan, memicu komplikasi yang lebih parah. Di antaranya infeksi saluran pernapasan yang melibatkan beberapa virus dan bakteri dapat memperburuk kondisi ayam, sehingga penting bagi peternak melakukan vaksinasi lengkap guna menjaga integritas saluran pernapasan ayam.

Selain itu, manajemen yang kurang tepat seperti ketidakmampuan dalam mengantisipasi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer