|
Irvan bersama tim Belfoods. (Foto: Istimewa) |
“Budaya kerja harus bisa membangun perilaku-perilaku yang tepat dari setiap karyawan yang nantinya akan memberikan solusi atau cara yang produktif dan adaptif untuk perusahan. Dan itu tugas pemimpin untuk bisa membangun budaya kerja yang produktif,” tutur Irvan Cahyana saat diwawancara redaksi Infovet.
Pria kelahiran Ciamis 46 tahun silam ini sekarang menjabat sebagai Direktur Sreeya dan Presiden Direktur Belfoods. Sebelumnya bekerja lebih dari 20 tahun di PT Unilever Indonesia, berganti-ganti di bagian supply chain, marketing, hingga sales.
“Majority experience saya di supply chain dan sales. Pengalaman itu membantu saya berkontribusi di Sreeya dan lebih exciting-nya lagi, sekarang saya berkerja di bidang sekitar pertanian yang relate dengan sekolah saya dulu di IPB,” kata Irvan.
Irvan juga senang tugasnya berkenaan dengan hal penting untuk masyarakat Indonesia, membantu dalam ketahanan pangan. Karena ayam menjadi komoditi penting dan salah satu protein yang lebih disukai, affordable, dan mudah didapatkan.
Perpindahannya ke Sreeya tidak terasa menyulitkan karena sebelumnya ada pengalaman pindahpindah departemen. Termasuk pernah pengalaman kerja di Paris. Menurutnya seperti perpindahan atau perubahan topik saja, dari dahulu mengurusi shampoo, sabun, kecap sekarang ke ayam. Komposisi customer juga ada yang berubah, kalau dulu hanya retail sekarang bertambah dengan food service.
Bagi Irvan industri ayam cukup unik. Harga ayam berubah-ubah cepat dimana pengaruh eksternal lebih besar pengaruhnya dibanding internal perusahaan. Harga ayam tergantung pada supply yaitu tergantung pada harga DOC dan harga pakan. Harga DOC sendiri tergantung pada supply PS dimana PS tergantung dari ketersediaan GPS. Sedangkan harga pakan umumnya tergantung dari harga jagung dan SBM.
“Sreeya pastinya harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah karena semua itu kenyataan yang harus direspon dengan baik,” Irvan menyampaikan.
|
Irvan Cahyana |
Strategi Bisnis
Lebih banyak bergerak di hilir mengharuskan Irvan mengenali dengan baik customer. Selain kontribusi retail yang cukup besar, food service adalah customer yang harus dilayani dengan baik. Food service ini menginginkan standarstandar dan memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi sesuai dengan keinginan masing-masing konsumennya.
Cara produksi juga menurutnya harus lebih efisien mengingat volatilitas harga ayam. Harus bisa diimbangi dengan cost efficiency yang kompetitif dengan industry benchmark, jika bisa lebih rendah maka lebih baik.
Differentiating offer juga dilakukan, diantaranya menawarkan pilihan pada customer pasar modern bahwa selain ayam potong segar juga ada ayam branded seperti ‘Ayam Nanas’ yang menawarkan diferensiasi ayam yang lebih empuk dan rendah lemak.
Untuk processing food ditargetkan mempunyai brand yang kuat dan diterima masyarakat. Memberikan pilihan terbaik untuk konsumen di setiap segmen. Yaitu Royal dan bakso Bonanza untuk segmen premium, Belfoods untuk segmen menengah, dan Uenaaak untuk segmen bawah.
Selanjutnya adalah memperkuat dan memperluas jalur distribusi di seluruh Indonesia. Bekerjasama dengan UMKM, dengan pengusaha lokal yang bisa membantu mendistribusikan produk. Dengan cara tersebut diharapkan akan sama-sama berkembang.
Irvan juga mementingkan operational excellence. Dengan terus memperbaiki operasi sehingga bisa menawarkan produk-produk berkualitas dengan harga terjangkau, dan juga bisa memberikan pilihan ke konsumen.
“Kita terus berusaha yang terbaik agar harga ke konsumen tidak dibebani dengan ketidak-efisienan dalam operasi kita,” tutur Irvan.
Budaya Kerja Produktif
Sebagai leader Irvan mengutamakan pendekatan respect. Ia juga mempunyai prinsip leadership yang menjadi pegangan yaitu I strive, I learn, I share. Saya berusaha keras, saya belajar, kemudian saya berbagi.
Dirinya yakin dengan berusaha keras akan mendapatkan pembelajaran, baik pembelajaran dari usaha yang berhasil maupun yang tidak. Dari pelajaran ke pelajaran itu semua dirangkum, kemudian ia berbagi ilmu dan pengalamannya.
“Pertama saya masuk ke tempat baru atau perusahaan baru adalah menghargai orang yang ada di situ. Dari di situ kemudian saya menjalankan value leadership saya. Habis itu ya go along the way saya terus memperbaiki sesuai dengan finding saat itu yang kita butuhkan,” Irvan menjelaskan.
Dengan menghargai akan lebih mudah membentuk mindset dan budaya kerja yang sesuai. Seterusnya akan menghasilkan action yang lebih bermanfaat, efektif dan efisien.
“Jadi saya perlu tim yang sebenarnya kurang lebih mau punya culture yang produktif di perusahaan ini. Open culture ya. Tim juga senang, kenapa? Karena mereka boleh kasih feedback saya, jadi saya bukan yang tidak bisa disentuh,” tutur Irvan.
“Karena kalau ingin bertumbuh harus mau menerima feedback. Bisa mempercepat proses, kalau saya bisa belajar ke orang lain terus jadi berhasil ngapain harus mengalami dan belajar sendiri? Kalau orang tidak mau menerima feedback, suka lupa bahwa orang lain itu sudah bisa. Merasa diri bisa sehingga potensinya terus terkunci. Akan protektif sehingga jika ada kesalahan tidak mau disalahkan.”
Dijelaskannya pula bahwa terkadang orang lebih suka menginstitusionalkan cara dibanding menginstitusionalkan perilaku dan budaya yang tepat. Mungkin merasa selama ini mengerjakan sesuatu dengan cara tertentu dan baik-baik saja tidak perlu ada yang dirubah. Yang dipegang caranya tapi sebenarnya jaman mungkin berubah dan menuntut perubahan cara kerja. Karena terbaik saat ini belum tentu cukup untuk menjadi terbaik di masa depan, harus adaptif dengan perubahan.
“Yang jelas yang saya pimpin tahu saya punya pengalaman, tapi belum tentu pengalaman saya itu cukup. Saya percaya ide satu orang tentunya tidak lebih baik dibanding ide kolektif,” terang Irvan.
Doa Orangtua
Irvan yakin doa orangtua berpengaruh besar terhadap segala pencapaiannya hingga saat ini dan di masa depan. Atas saran orangtua Irvan masuk ke Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, meski ada keinginan untuk kuliah di jurusan tehnik.
“Saya selalu percaya doa dari orangtua untuk anak itu penting. Saya alhamdulillah kalau ada challenge ataupun kesempatan baik, saya berusaha melibatkan orang tua, apakah itu doanya ataupun apa. Ya kebanyakan minta doa, sih,” terang bapak dua anak ini.
Di waktu senggangnya Irvan gemar membaca buku dan menonton sepakbola. Persib dan Liverpool adalah klub favoritnya. Kadang Irvan juga mengisi sesi sharing untuk lingkungan teman-temannya membahas skill manajemen, leadership, dan berbagai tema lainnya. (NDV)