-->

MEMPERINGATI HARI SUSU NUSANTARA, DPN SAMPAIKAN BEBERAPA USULAN

Hari Susu Nusantara diperingati setiap 1 Juni. (Foto: Istimewa)

Memperingati Hari Susu Nusantara pada 1 Juni 2025, Dewan Persusuan Nasional (DPN) melihat bahwa tujuan peringatan tersebut adalah untuk memacu perkembangan dan pertumbuan persusuan nasional berbasis peternakan sapi perah rakyat tampaknya masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Ketua Umum DPN, Teguh Boediyana, dalam keterangan resminya pada peringatan tersebut, menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang menyebabkan minimnya perkembangan dan pertumbuhan industri susu lokal.

Pertama, usaha peternakan sapi perah rakyat masih ditopang oleh usaha peternakan yang  tipologi usahanya sebagai sambilan. “Dalam arti, usahanya belum menjadi sebagai sumber pendapatan utama dari peternak,” sebutnya.

Kedua, usaha peternakan sapi perah rakyat sampai saat ini hanya mampu memenuhi kurang dari 20% dari kebutuhan susu nasional.

Ketiga, saat ini industri pengolahan susu dan juga usaha peternakan skala besar makin tumbuh dan berkembang sangat pesat. “Bahkan dapat dikatakan bahwa industri pengolahan susu mendominasi dan menguasai sektor persusuan nasional dan ketergantungan peternakan sapi perah rakyat pada industri pengolahan susu semakin besar,” imbuhnya.

Melihat kenyataan tersebut, pihaknya pun menyampaikan beberapa usulan kepada pemerintah, yakni meneguhkan komitmen untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah rakyat, sehingga dapat menjadi cabang utama dari para peternak dan menjadi basis kehidupan ekonomi mereka.

“Kemudian segera merealisasikan terbitnya Peraturan Presiden tentang persusuan nasional untuk menciptakan keseimbangan antara industri pengolahan susu dengan peternakan sapi perah rakyat yang berazaskan keadilan dan pemerataan kesempatan berusaha,” harapnya.

Adapun usulan lain yaitu meminta Presiden Prabowo Subianto segera merealisasikan janji politiknya untuk pembagian susu gratis bagi anak-anak sekolah yang nantinya dapat menjadi basis usaha peternakan sapi perah rakyat dan mengurangi ketergantungan pemasaran susu segar ke industri pengolahan susu. Program ini dapat menjadi pelengkap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini sudah berjalan.

Serta segera merealisasikan rencana impor 1,5 juta sapi perah untuk penambahan populasi dan peningkatan skala pemilikan sapi perah oleh peternak rakyat yang saat ini hanya memiliki sapi rata rata 2-4 ekor. (INF)

PUBLIC EXPOSE TAHUN BUKU 2024 PT MALINDO FEEDMILL TBK

Pada Kamis, 22 Mei 2025, PT Malindo Feedmill Tbk mengadakan public expose tahun buku 2024.

Malindo adalah suatu perusahaan terbatas yang didirikan dengan nama PT Gymtech Feedmill Indonesia pada tahun 1997. Bergerak dalam bidang produksi dan penjualan pakan ternak, pembibitan dan distribusi anak ayam usia sehari ras pedaging, pembibitan dan penjualan anak ayam usia sehari ras parent stock serta peternakan ayam ras pedaging.

Malindo telah memulai bisnis downstream-nya yaitu Pengolahan Makanan di tahun 2013. Bisnis baru yang merupakan sinergi dari bisnis yang telah ada akan membuat Malindo menjadi Perusahaan Terintegrasi.

Pada 2021 Malindo kembali menambah bisnis baru yaitu bisnis restoran cepat saji dengan nama Sunny’Chick, dilanjutkan dengan rumah potong hewan unggas pada tahun 2022. Beberapa tahun terakhir Malindo juga melakukan ekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Singapura dan Oman.

Kinerja Keuangan di Tahun 2024 dan Kuartal I 2025

Berikut adalah kinerja keuangan Malindo di tahun 2024 dibandingkan dengan tahun 2023. Berdasarkan Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Rintis, Jumadi, Rianto dan Rekan:

Jumlah penjualan bersih pada tahun 2024 adalah sebesar Rp 12,5 triliun, meningkat 3,7% atau Rp 444,8 miliar dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp12,1 triliun. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan penjualan ayam pedaging sebesar 13,4% atau Rp 271,5 miliar, peningkatan penjualan anak ayam/itik usia sehari sebesar 21,9% atau Rp 365,5 miliar, penjualan makanan olahan sebesar 10,7% atau Rp 12,5 miliar, dan peningkatan penjualan lain-lain sebesar 28,9% atau Rp 114,9 miliar.

Perolehan laba kotor tahun 2024 meningkat dari 63,9% menjadi Rp1,6 triliun dari Rp 947,9 miliar di tahun sebelumnya. Laba tahun berjalan tahun 2024 sebesar Rp 488,0 miliar, meningkat 672,5% dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 63,1 miliar ditahun 2023.

Jumlah aset pada tahun 2024 adalah sebesar Rp 5,4 triliun, yaitu turun 2,5% atau turun Rp 137,2 miliar dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp 5,5 triliun. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan aset tidak lancar sebesar 6,1% atau Rp 164,0 miliar.

Jumlah liabilitas pada tahun 2024 adalah sebesar Rp 2,2 triliun, yaitu lebih rendah 28,6% atau Rp 862,1 miliar dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp 3,0 triliun. Hal ini terutama oleh adanya penurunan pada liabilitas jangka pendek sebesar 27,6% atau Rp 657,9 miliar dan penurunan liabilitas jangka panjang sebesar 32,0% atau Rp 204,2 miliar.

Penjualan bersih Malindo sebesar Rp 3,171 triliun pada kuartal I 2025 turun sebesar Rp 76,3 miliar atau menurun sebesar 2,3%. Penjualan pakan ternak turun sebesar 9,9% atau sebesar Rp 207,7 miliar, peningkatan penjualan anak ayam/ itik usia sehari sebesar 2,9% atau sebesar Rp 13,6 miliar dari Rp 464,2 miliar menjadi Rp 477,8 miliar di periode Maret 2025. Penjualan ayam pedaging naik sebesar Rp 96,5 miliar atau naik sebesar 17,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan makanan olahan naik 8,3% atau naik sebesar Rp 2,6 miliar, penjualan lain-lain naik 18,6% atau sebesar Rp 12,9 miliar. Secara keseluruhan, penjualan produk mengalami penurunan 2,3%.

Laba kotor pada kuartal I 2025 turun sebesar Rp 50,9 miliar atau turun 35,5% dari Rp 385,6 miliar menjadi Rp 328,0 miliar di Maret 2025

Penurunan laba kotor di atas ikut mendorong penurunan laba bersih dari Rp 87,6 miliar di kuartal I 2025 menjadi turun sebesar Rp 62,9 miliar di akhir Maret 2024 atau turun sebesar Rp 24,8 miliar atau turun 28,3%. Faktor utama penurunan ini adalah harga harga DOC dan broiler yang tidak stabil.

Kendala-kendala yang Dihadapi dan Upaya untuk Mengatasinya

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Malindo dalam menjalankan operasinya:

  • Krisis ekonomi global yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
  • Stabilitas harga jual DOC dan ayam broiler sepanjang tahun.
  • Ketersediaan dan kestabilan harga bahan baku pakan.

Kebijakan strategis yang dilakukan oleh untuk mengatasi kendala-kendala tersebut:

  • Meningkatkan efisiensi produksi dan melakukan penghematan di setiap lini produksi dan operasional.
  • Melakukan manajemen pembelian bahan baku dan penyesuaian harga jual yang tepat.
  • Mendukung program pemerintah untuk menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran khususnya di industri peternakan.
  • Meningkatkan penjualan ekspor.
(INF)

LEP EXPO 2025 RESMI DIGELAR

Pembukaan LEP Expo 2025. (Foto: Dok. Infovet)

Gelaran Livestock Export Program (LEP) Expo ke-5 kembali digelar pada 14-15 Mei 2025 di The Springs Club Summarecon Serpong, Kabupaten Tangerang. Acara serupa terakhir kali dihelat pada 9-10 Juni 2022 lalu.

LEP merupakan program yang didanai bersama oleh Meat and Livestock Australia (MLA) dan LiveCorp. LEP telah memberikan layanan kepada industri peternakan sapi Australia dan Indonesia sejak 2009. Terutama yang bergerak dalam praktik kesejahteraan hewan, peningkatan produktivitas, dan efisiensi rantai pasokan. 

Dalam pidato pembukanya di LEP EXPO 2025, Group Manager Productivity and Animal Wellbeing Meat and Livestock Australia (MLA), David Beatty, berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung berlangsungnya acara tersebut.

David juga mengatakan bahwa acara ini digelar untuk membantu industri peternakan sapi di Indonesia dapat lebih meningkatkan kualitas produk dan layanan yang tersedia. Selain itu, LEP EXPO juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan kesejahteraan hewan dan efisiensi rantai pasokan dalam sistem produksi.

Event ini merupakan sebuah perayaan dari kolaborasi antara Indonesia dengan Australia. Walau kadang industri ini menghadapi tantangan seperti penyakit dan gejolak market, kerja sama antar negara tetap kuat,” ujar David.

Ia melanjutkan bahwa sangat penting bagi industri untuk dapat meningkatkan kualitas di berbagai sektor, seperti sertifikasi halal, perbaikan infrastruktur, dan manajemen rantai pasok yang stabil. “Semoga LEP 2025 juga dapat menghadirkan peluang fantastis bagi peternakan untuk menjaga pasar agar lebih baik dan berkelanjutan,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Minister Consellor Agriculture Australian Embassy For Indonesia yang diwakili oleh Andrew O' Sullivan mengatakan dalam pidatonya bahwa Indonesia adalah mitra penting bagi mereka.

“Kami telah berkomitmen mendukung program presiden Prabowo Subianto, salah satunya melalui funding berupa kursus singkat. Nantinya masyarakat Indonesia akan diajarkan tentang pengelolaan padang rumput, susu, dan pakan untuk memaksimalkan produktivitas sapi perah. Kami juga bekerja sama dalam penanggulangan wabah penyakit sapi yang menimpa Indonesia beberapa tahun belakangan,” tutur Andrew.

Sementara itu, Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan, Makmun, yang juga hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, turut menyampaikan kegembiraan atas terselengaranya LEP Expo 2025. Menurutnya, acara ini dapat menjadi bagian dari pilihan informasi yang lebih baik untuk meningkatkan produksi ternak dan efisiensi rantai pasok sebagai komitmen untuk mengembangkan studi komprehensif tentang peluang investasi ternak di Indonesia.

“Indonesia dan Australia telah lama bermitra dan saling mendukung di sektor peternakan. Oleh karena itu, hal baik ini harus tetap dilanjutkan dan dijaga. Forum ini penting sebagai wadah komunikasi dan hubungan antara pelaku peternakan di Indonesia serta memberikan informasi tentang produk dan layanan peternakan dalam upaya membangun industri peternakan Indonesia yang lebih baik,” tukasnya. (CR)

INDO LIVESTOCK SIAP HADIRKAN INOVASI PETERNAKAN DI SURABAYA

Technical meeting Indo Livestock 2025 Expo & Forum. (Foto: Istimewa)

Indo Livestock 2025 Expo & Forum yang merupakan pameran internasional terkemuka di industri peternakan, pengolahan hasil ternak, dan kesehatan hewan ternak ke-18, akan kembali digelar pada 2-4 Juli 2025 di Grand City Convex (GCC), Surabaya.

Sebagai pionir dalam pameran internasional di industri peternakan, pengolahan hasil ternak, dan kesehatan hewan ternak, Indo Livestock telah menunjukkan konsistensi dan keunggulannya sejak pertama kali diselenggarakan pada 2002.

Mendekati pelaksanaan pameran, PT Napindo Media Ashatama (Napindo) selaku penyelenggara menggelar Technical Meeting Indo Livestock, Indo Feed, Indo Dairy, Indo Agrotech, Indo Vet, dan Indo Fisheries 2025 Expo & Forum pada Kamis (15/5/2025) di Jakarta.

Assistant Project Director Napindo, Lisa Rusli, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut. “Kami mengucapkan terima kasih atas antusiasme dan kehadiran seluruh peserta pameran yang telah datang menghadiri Technical Meeting Indo Livestock pada siang hari ini,” ujarnya.

Lisa sekaligus memaparkan secara rinci aspek teknis pameran, serta menegaskan komitmen Napindo untuk memberikan pelayanan terbaik guna mendukung kesuksesan pameran Indo Livestock 2025 Expo & Forum.

Acara ini juga turut dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Karsan SSos MM dan perwakilan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Pameran juga didukung oleh Kementerian dan Asosiasi, di antaranya Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata, AINI, ASMD, ASOHI, ARPI, FMPI, FP2TPKI, GAPENSISKA, GKSI, GOPAN, GPMT, HNSI, ISPIKANI, MAI, MAKINDO, MIPI-WPSA Indonesia, SCI, Minapoli, dan ASPERAPI.

Lebih dari 300 peserta dari 30 negara akan berpartisipasi selama tiga hari. Begitu pula 15.000 pengunjung yang diharapkan dapat meramaikan pameran dan forum internasional kali ini yang telah dipercaya sebagai platform unggulan untuk menjalin kerja sama dan memperkenalkan inovasi di industri peternakan, pakan ternak, pengolahan susu, pertanian, kesehatan hewan, alat-alat kedokteran hewan, perikanan, dan akuakultur.

Dengan mengikuti pameran ini, pengunjung juga akan mendapatkan informasi dari pakar industri mengenai isu-isu terkini dalam pengembangan bisnis. Tidak hanya itu, selama tiga hari pameran, Indo Livestock 2054 Expo & Forum menghadirkan Forkompedia yang terdiri dari empat sektor seperti Dairypedia (dairy), Fisheriespedia (perikanan), Livestockpedia (peternakan), dan Vetpedia (kesehatan hewan), serta program menarik lainnya seperti Sosialisasi SDTI 2025 berupa bazaar UMKM, talkshow, dan kegiatan anak dalam rangkaian SDTI Fun. (INF)

JELANG IDULADHA, KEMENTAN AMANKAN KESEHATAN HEWAN

Kebutuhan hewan kurban yang meningkat signifikan turut memicu tingginya mobilisasi ternak antar wilayah. (Foto: Istimewa)

Menyambut Hari Raya Iduladha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban guna mencegah penyebaran penyakit hewan menular strategis (PHMS) dan zoonosis. Upaya ini dilakukan melalui koordinasi intensif dengan dinas peternakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menekankan pentingnya pengawasan lalu lintas ternak dan mitigasi risiko di seluruh rantai distribusi hewan kurban. Pengawasan tersebut mencakup peternakan, pasar hewan, tempat penjualan, rumah potong hewan (RPH), hingga lokasi pemotongan non-RPH.

“Kebutuhan hewan kurban yang meningkat signifikan turut memicu tingginya mobilisasi ternak antar wilayah. Jika tidak diantisipasi serius, hal ini dapat membuka celah masuknya penyakit seperti PMK, LSD, hingga antraks,” ujar Agung dalam keterangan resminya, Rabu (7/5/2025).

Salah satu langkah konkret yang diwajibkan adalah vaksinasi penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan kurban di sekitar titik penjualan dalam radius minimal tiga kilometer. Vaksinasi ini harus dilakukan paling lambat enam bulan sebelum penyembelihan.

Kementan juga mengimbau masyarakat untuk segera melapor kepada petugas kesehatan hewan jika menemukan gejala sakit pada hewan kurban. Pemerintah daerah diminta aktif melaporkan hasil pemeriksaan hewan, baik sebelum (antemortem) maupun sesudah pemotongan (postmortem) melalui aplikasi iSIKHNAS. Selain itu, sistem pelaporan darurat juga wajib diaktifkan, didukung dengan penguatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada publik.

“Dengan sinergi semua pihak, kita berharap Iduladha tahun ini bukan hanya khidmat secara spiritual, tetapi juga aman dari sisi kesehatan,” ucapnya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Nuryani Zainuddin, menyoroti pentingnya pelaksanaan pemotongan hewan kurban yang higienis dan memperhatikan kesejahteraan hewan. “Setiap tahapan pemotongan mulai dari pemeriksaan sebelum hingga sesudah penyembelihan harus dilakukan dengan baik dan benar,” jelas Nuryani.

Ia juga mengimbau agar masyarakat memilih hewan kurban yang sehat, cukup umur, dan bebas gejala penyakit. Menurutnya, pelaksanaan kurban yang baik bukan hanya terkait dengan syariat agama, tetapi juga melindungi kesehatan masyarakat.

“Penanganan daging dan jeroan yang tidak higienis bisa menjadi jalur masuk penyakit zoonosis ke manusia. Di sinilah peran edukasi dan kesadaran kolektif sangat penting,” imbuhnya.

Kementan turut mengingatkan bahwa hewan kurban yang tidak terjual tidak boleh dikembalikan ke daerah asal. Hewan tersebut harus dipelihara, dipotong di RPH setempat, atau dijual di wilayah sekitar untuk mencegah penyebaran penyakit lintas wilayah.

Tahun ini, kebutuhan hewan kurban sapi dan kambing/domba diperkirakan mencapai 2.074.269 ekor, naik 1,98% dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, ketersediaan nasional mencapai 3.217.397 ekor, sehingga terdapat surplus sekitar 1,14 juta ekor. Kementan memastikan kecukupan hewan kurban secara nasional dan telah menyiapkan mekanisme distribusi dari daerah surplus ke daerah yang kekurangan. (INF)

ASOHI SUKSES GELAR WORKSHOP CPOHB, PERKUAT STANDAR INDUSTRI OBAT HEWAN NASIONAL

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) telah menyelenggarakan Workshop Pelatihan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) versi terkini pada 29-30 Mei 2025 di Harris Hotel & Convention Festival Citylink, Bandung. Acara yang dihadiri 90 peserta dari berbagai produsen obat hewan, praktisi, dan instansi pemerintah ini berhasil menciptakan ruang diskusi produktif tentang peningkatan standar industri.

Drh Sugiyono, MVet bertindak sebagai moderator utama yang dengan cakap memandu seluruh rangkaian acara selama dua hari. Dalam sambutan pembukaan, Drh Fendy Fadillah Akbar, MSc selaku Ketua Panitia menekankan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan regulasi, sementara Drh Nurvidia Machdum sebagai perwakilan ASOHI menyoroti komitmen asosiasi dalam peningkatan kompetensi anggota. Hadirnya Ibu Linda Al-Amin, ST, MT dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat semakin memperkuat komitmen kolaborasi antara regulator dan pelaku industri.

Hari pertama workshop diisi dengan materi komprehensif dari tiga narasumber kompeten. Drh Liys Desmayanti, MSi dari Kementerian Pertanian memaparkan pedoman CPOHB terkini secara detail, dilanjutkan dengan pembahasan sistem audit internal oleh Dr Drh Andriyanto, MSi yang memberikan insight berharga.

"Diskusi menjadi sangat hidup dan tepat sasaran," ujar salah satu peserta. Sesi semakin aplikatif ketika Apt Bambang Irawan, MSi berbagi pengalaman implementasi CPOHB dari perspektif produsen, memicu diskusi intens tentang tantangan di lapangan.

Pada hari kedua, fokus workshop beralih ke aspek krusial Quality Assurance dan Quality Control (QA/QC) dengan pembahasan mendalam oleh Apt Muhammad Zahid, SSi, MSc. Materi ini menyentuh titik-titik kritis dalam proses produksi yang sering menjadi kendala di lapangan, dengan penekanan pada integrasi sistem QA/QC yang robust dengan prinsip-prinsip CPOHB. Peserta sangat antusias menyimak pemaparan yang disertai contoh kasus nyata dari industri.

Keberhasilan workshop ini tidak hanya terlihat dari antusiasme peserta, tetapi juga dari outcome konkret berupa peningkatan pemahaman tentang standar produksi terkini. ASOHI berkomitmen untuk terus menjadi garda depan dalam pengembangan industri obat hewan nasional melalui berbagai program peningkatan kapasitas. (Rilis)

EXHIBITION LAUNCHING NLP EXPO DAN INDOGRITECH

Berpose bersama dalam kegiatan exhibition launching NLP Expo dan Indogritech. (Foto: Dok. Infovet)

Berlokasi di The Westin Jakarta, Kamis (8/5/2025), Debindo Global Expo resmi melaksanakan exhibition launching untuk penyelenggaraan pameran pertanian dan peternakan, Nusantara Livestock & Poultry Expo (NLP) dan Indogritech (Indonesia Agriculture Technology Expo) yang akan digelar pada 6-9 November 2025, di ICE BSD City.

Direktur Debindo, Rafidi Iqra Muhamad, mengatakan bahwa pameran ini akan menjadi tonggak penting dalam memajukan inovasi dan teknologi di sektor agribisnis dan peternakan di Indonesia.

“Dengan mengangkat tema Shaping a Resiliant Food Estate for Indonesia, pameran ini dirancang sebagai sebuah platform unggulan untuk memamerkan solusi terkini, memperkuat kolaborasi, dan mendorong percepatan transformasi menuju pertanian dan peternakan yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Lebih lanjut disampaikan, dengan dukungan stakeholder pertanian dan peternakan, Indogritech dan NLP Expo hadir untuk ikut mendorong akselerasi program prioritas pemerintah dalam mewujudkan swasembada berkelanjutan, karena pertanian dan peternakan menjadi komoditas utama penghasil sumber daya pangan.

Event ini juga sekaligus menjawab tantangan global di sektor pertanian dan peternakan seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan kebutuhan akan produktivitas yang akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Melalui pameran ini kami akan mempertemukan para inovator, pelaku industri, akademisi, serta pemerintah untuk bersama-sama menciptakan sektor agribisnis dan peternakan yang tangguh serta berdaya saing pada skala internasional,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, yang hadir mewakili Menteri Pertanian, turut mengapresiasi penyelenggaraan pameran tersebut. Pihaknya berharap kegiatan nantinya bisa menjadi ajang promosi dan edukasi.

“Juga menjadi momentum penting yang mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dari sektor pertanian dan sub sektor peternakan dari hulu hingga hilir dalam membangun kolaborasi menuju pertanian modern,” kata Agung.

Sebab, sub peternakan memiliki peran strategis dalam penyediaan protein hewani, penciptaan lapangan kerja, serta penggerak ekonomi rakyat di perdesaan, namun banyaknya tantangan seperti perubahan iklim, penyakit hewan menular, hingga fluktuasi pasar, menuntut dilakukannya inovasi dan transformasi.

“Semoga pameran ini bisa menjadi wadah yang produktif bagi pertukaran pengetahuan, inovasi, teknologi, dan penguatan jaringan bisnis untuk sektor pertanian dan sub sektor peternakan. Kegiatan ini juga mendukung pemerintah dalam mempromosikan potensi produk peternakan dalam membangun bisnis dan kesuksesan yang lebih besar,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, yang menyambut baik NLP Expo dan Indogritech untuk menjadi panggung kolaborasi dalam bertukar wawasan hingga membangun relasi baru. “Kami bangga menjadi bagian dari pameran ini, semoga menjadi ajang penting untuk promosi dan membangun industri yang berdaya saing,” tukasnya.

Launching juga turut dihadiri para perwakilan dari perusahaan, instansi pemerintah, asosiasi, maupun akademisi, di antaranya Bapanas, FMPI, GOPAN, Pinsar Indonesia, GPPU, Gapensiska, Alsintani, perwakilan IPB University, dan lain sebagainya.

Mengambil tempat di Hall 10 ICE BSD City, 6-9 November 2025, NLP Expo dan Indogritech akan menghadirkan lebih dari 100 perusahaan nasional dan multinasional, serta diperkirakan akan ada lebih dari 30.000 pengunjung. (RBS) 

USSEC GELAR WORKSHOP NUTRISI DAN PAKAN TERNAK BERSAMA FAPET UNSRAT

Foto bersama workshop nutrisi dan formulasi pakan di Fapet Unsrat. (Foto-foto: Dok. Panitia)

U.S. Soybean Export Council (USSEC) bersama Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi (Fapet Unsrat), serta bekerja sama dengan GITA EO dan Majalah Infovet, menyelenggarakan workshop Fundamentals of Animal Nutrition & Feed Formulation”, pada 5-6 Mei 2025.

Workshop yang dilaksanakan di Fapet Unsrat diikuti sebanyak 60 mahasiswa, juga diikuti dosen Fapet Unsrat, dan beberapa tamu undangan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai nutrisi hewan dan teknik formulasi pakan berbasis ilmu pengetahuan dan praktik industri terkini.

Florencia N. Sompie (kiri) dan Ibnu Edy Wiyono (kanan) saat memberikan sambutannya.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Peternakan Unsrat, Dr Ir Florencia N. Sompie MP IPU, mengatakan bahwa kesgiatan ini penting dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan terkait nutrisi dan pakan ternak.

“Dengan adanya workshop ini kami berharap dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa di bidang nutrisi dan pakan ternak. Kuota yang terbatas menjadi kesempatan eksklusif bagi peserta terpilih untuk benar-benar menyerap ilmu yang diberikan,” tutur Florencia.

Hal senada juga disampaikan oleh Country Director USSEC Indonesia, Ibnu Edy Wiyono SE MSE, bahwa kegiatan ini memiliki nilai lebih karena mempertemukan dunia akademik dan industri.

“Yang membedakan acara ini adalah kehadiran para akademisi dan pengusaha. Kami berharap mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas wawasan dan membangun koneksi dengan dunia kerja,” ujar Ibnu.

Alfred Kompudu (kiri) dan Budi Tangendjaja (kanan) saat memaparkan materi workshop.

Diharapkan kolaborasi antara universitas dan industri ini dapat terus berlanjut demi pengembangan pendidikan peternakan yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan lapangan.

Selama dua hari, workshop hari pertama menghadirkan pembicara di antaranya Alfred Kompudu (USSEC) membawakan materi “Modern Poultry Production”, Prof Budi Tangendjaja (USSEC) “Nutrient Requirement Modern Poultry dan AMR and Feed Additives”, Achmad Ragil (Charoen Pokphand Indonesia/CPI) “Raw Material Quality Control”.

Suasana Q&A yang berjalan interaktif.

Sementara pada hari kedua menampilkan pembicara Khuzaemah Thamrin (CPI) “Good Manufacturing Practice in Feed Production”, Budi Tangendjaja “The Principles of Feed Formulation”, Achmad Ragil “Poultry Ration Evaluation and Performance Analysis”, dan Ibnu Edy Wiyono “Sustainability in Livestock & Animal Feed Industry”. (INF)

PELATIHAN UPDATE VENTILASI TERKINI DAN STANDARISASI KELISTRIKAN KANDANG CLOSED HOUSE

Pada Selasa, 29 April 2025 Mustika Company mengadakan pelatihan Update Ventilasi Terkini dan Standarisasi Kelistrikan Kandang Closed House. Diadakan di Green Garden Cafe N Resto, Slawi, seminar tersebut menghadirkan Sofin Faiz, representatif Fancom BV di Indonesia, sebagai narasumber.

Sofin membawakan materi Ventilasi Kandang Closed House serta Perawatan dan Tanggap Darurat Kelistrikan Closed House. Dimana mendapat sambutan antusias dari para peserta yang terdiri dari tim Mustika Group Tegal, tim APM (TMC Group) Jateng Utara.

Pelatihan ini diadakan dengan tujuan standarisasi konsep ventilasi yang sudah perlu berubah kepada standarisasi kebutuhan genetik ayam. Juga standarisasi kelistrikan farm meliputi maintenance, langkah prefentif untuk keamanan kandang agar terhindar dari bencana kebakaran.

HARY SUHADA RESMI DILANTIK MENJADI DIRBITPRO

Dr Hary Suhada SPt MSc resmi dilantik sebagai Dirbitpro, Ditjen PKH. (Foto: Ditjen PKH, Kementan)

Dr Hary Suhada SPt MSc resmi dilantik menjadi Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak (Dirbitpro), Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), menggantikan Drh Sintong HMT Hutasoit MSi. Pelantikan dilaksanakan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jumat (2/5/2025).

Amanah baru ini diharapkan dapat membawa kemajuan bagi sektor peternakan di Indonesia dan memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.

Sekilas info mengenai Hary Suhada, yang merupakan pria kelahiran 5 Oktober 1974 di Pondok Tinggi, Sungai Penuh, Jambi. Adapun riwayat pendidikan tinggi yang ia tempuh yakni S1 Universitas Jambi Fakultas Peternakan, Produksi Ternak; S2 Universitas Gadjah Mada Fakultas Peternakan, Pemuliaan ternak; dan S3 Universitas Andalas Fakultas Peternakan, Pemuliaan Ternak (Genetika Molokuler).

Hary mengawali masa kerjanya pada Desember 2001 di BPTU-HPT Padang Mangatas. Kemudian dilanjutkan pada Agustus 2009 hingga Januari 2012, ia menjabat Kepala Sub Bagian Tata Usaha, dan pada Januari 2012 sampai Agustus 2012 diangkat menjadi Kepala Seksi Pelayanan Teknis Produksi di BPTU-HPT Padang Mangatas.

Sebulan kemudian pada September 2012 sampai Mei 2017, Hary mengemban jabatan sebagai Pengevaluasi Rencana dan pada Januari 2018 dipercaya sebagai Penyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran di BPTU-HPT Padang Mangatas. Kemudian, ia dipercaya menjabat sebagai Pengawas Bibit Ternak Madya di BPTU-HPT Padang Mangatas sejak Desember 2020 hingga akhirnya dilantik menjadi Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Denpasar pada 2 Agustus 2022. Dan saat ini beliau resmi dilantik menjadi Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak. (INF)

DIRJEN PKH PANTAU SERAPAN AYAM OLEH PERUSAHAAN

Dirjen PKH saat memantau ayam milik peternak di Bogor. (Foto: Istimewa)

Pemerintah memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak mandiri oleh sejumlah perusahaan integrator dan produsen pakan. Pemantauan dilakukan di dua lokasi di Kabupaten Bogor pada Kamis (24/4/2025), oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda.

“Langkah ini merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga di tingkat peternak sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Agung di lokasi.

Dalam kunjungannya, ia menyaksikan transaksi pembelian ayam hidup oleh PT Malindo Feedmill dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). PT Malindo membeli 5.448 ekor ayam dari Kandang Jati, peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang, dengan bobot rata-rata 2,7-2,8 kg/ekor dengan harga yang disepakati sebesar Rp 17.000/kg. Sementara CPI melakukan pembelian 1.700 ekor ayam hidup dari peternak mandiri lainnya dengan bobot rata-rata 1,9 kg/ekor dengan harga yang sama.

Agung juga menambahkan bahwa perusahaan integrator lain yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan hal yang sama menyerap ayam hidup dari peternak mandiri. Japfa telah melakukan pembelian 5.000 ekor ayam hidup dengan rataan bobot badan 2,2-2,6 kg/ekor di dua lokasi, yaitu Cigudeg dan Serang.

“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ucapnya. Pihaknya pun akan terus mendorong sinergi antara perusahaan besar dan peternak rakyat agar harga ayam hidup tetap stabil dan peternak tidak lagi merugi, serta tercipta rantai pasok yang sehat dan berkeadilan.

Pemilik Kandang Jati, Agus, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga ayam tingkat peternak. “Terima kasih dan apresiasi kepada Ditjen PKH atas respon cepat dalam mengatasi situasi. Terima kasih telah menyerap ayam-ayam jumbo kami dengan harga layak,” katanya. (INF)

SCI MENGADAKAN SEMINAR DAN HALAL BI HALAL UNTUK CUSTOMER

Masih dalam suasana lebaran, PT Sehat Cerah Indonesia (SCI) bersama dengan Subur Group mengadakan halal bi halal sekaligus seminar in house training untuk para customer.

Diadakan di Surabaya, Rabu 16 April 2025, seminar dihadiri para customer, Direktur Subur Group, tim PPL dan tim Veterinarian Malindo.

Bertajuk “Gut Health pada Pemeliharaan Ayam Broiler Modern dan Sanitasi Farm”, seminar menghadirkan Drh Margaretha P Novantiana, Produk Manager SCI, sebagai pembicara.

“ Kita membahas produk Liptosafe Pro sebagai penunjang kesehatan saluran cerna dan performance ayam broiler, serta program biosecurity untuk mencegah infeksi penyakit viral,” kata Nova. “Diharapkan seminar ini bisa memberikan informasi dan panduan mengenai bagaimana langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan saluran cerna ayam broiler, serta pentingnya penerapan biosecurity untuk menghindari terjadinya outbreak di farm.”

WKU BIDANG PETERNAKAN KADIN INDONESIA BAHAS 4 PROGRAM DENGAN MENTERI KOPERASI

Audiensi WKU Bidang Peternakan Kadin Indonesia dengan Menteri Koperasi (Foto: Istimewa)

Pada Kamis 17 April 2025 Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Peternakan Kadin Indonesia, Cecep Muhammad Wahyudin, kembali beraudiensi dengan Menteri Koperasi (Menkop), Budi Arie Setiadi. Audiensi dilakukan di kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, dipimpin langsung oleh Budi.

Hadir juga dalam audiensi stafsus Menkop, Ambar Pertiwiningrum, Deputi Kemenkop, dan salah satu organisasi persatuan Kepala Desa.

Audiensi tersebut merupakan lanjutan dari audiensi sebelumnya dengan agenda besar korporatisasi koperasi peternakan Indonesia.

“Hari ini memang betul melanjutkan audiensi sebelumnya, tetapi kita hari ini lebih kepada teknisnya,” kata Cecep. “Selain dengan Menkop juga sebelumnya kita sudah melakukan audiensi dengan beberapa kementerian. Sehingga ada empat program utama yang akan dikerjakan oleh WKU peternakan di tahun ini.”

Menkop dan Kadin berencana mengembangkan 8.000 desa untuk peternakan ayam petelur dengan masing-masing desa sebanyak 1.000 ekor. Tujuannya adalah penyebaran ayam petelur menjadi merata di seluruh Indonesia.

Pengembangan sapi perah juga akan dilakukan, yaitu dengan inclusive closed loop system. Dimana tiga pihak akan bersama-sama membangun sistem ini yaitu swasta, pemerintah dan masyarakat melalui koperasi.

Sistem rantai pasok yang juga menjadi program utama dalam pengembangan Koperasi Merah Putih, juga akan dikembangkan.

Untuk pemenuhan kebutuhan program ayam petelur dan sapi perah juga akan dilakukan pengembangan pabrik pakan. Rencananya akan melibatkan pihak swasta, baik pelaku industri pakan yang sudah ada maupun yang baru.

“Di audiensi sebelumnya belum digagas Koperasi Merah Putih. Dengan adanya Koperasi Merah Putih ini nanti yang akan menjalankan program adalah koperasi desa,” Cecep menjelaskan. “Tentu disini masih relevan dan masih inline dengan korporatisasi koperasi dimana kita akan membuat sebuah rangkaian bisnis menjadi sebuah integrasi secara horizontal. Dan Kadin akan hadir sebagai agregator yang akan menyambungkan rantai bisnis satu dengan yang lainnya.”

Audiensi juga membahas rantai pasok peternakan ayam petelur. Hasilnya akan dilakukan pemetaan wilayah mana saja yang belum tersentuh distribusi ayam petelur. Sehingga kemungkinan wilayah Indonesia bagian tengah dan timur akan lebih banyak diperhatikan. Rantai bisnis utama, terutama pabrik pakan, juga akan dibangun. Pihak swasta yang memiliki kapasitas tertentu akan dilibatkan. (NDV)

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXVII, DIGELAR SECARA HYBRID

Simbolis pemukulan gong membuka kegiatan pelatihan PJTOH angkatan XXVII oleh Arief Wicaksono. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan kegiatan rutin tahunan yakni Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) Angkatan XXVII yang berlangsung mulai 15-17 April 2025 secara hybrid, di Bogor, Jawa Barat.

“Pelatihan ini sudah yang ke-27 kalinya kita laksanakan. Pada pelatihan PJTOH kali ini sangat padat acaranya dengan kita menghadirkan 15 narasumber,” ujar Ketua Panitia Pelatihan PJTOH, Drh Forlin Tinora dalam sambutannya, Selasa (15/4/2025).

Mengingat pentingnya peran PJTOH, lanjut Forlin, pada pelatihan kali ini dibagi menjadi tiga kategori, di antaranya materi tentang peraturan dan perundang-undangan obat hewan, pembahasan teknis mengenai sediaan biologic, feed additive, dan feed supplement, serta pembahasan mengenai pentingnya pemahaman organisasi. “Kami harapkan para calon PJTOH benar-benar mengikuti pelatihan dengan baik,” ucapnya.

Peserta pelatihan PJTOH yang hadir secara luring.

Tugas dan peran dokter hewan maupun apoteker sebagai PJTOH di perusahaan obat hewan ataupun pakan ternak menjadi kunci penting. Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, menguraikan beberapa tugas dan tanggung jawab PJTOH di antaranya memberikan informasi tentang peraturan perundangan di bidang obat hewan kepada pimpinan perusahaan, juga memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis sediaan obat hewan yang akan diproduksi/diimpor.

“PJTOH juga menjadi posisi kunci dalam peranannya menolak produksi, penyediaan, bahkan peredaran obat hewan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Kemudian menolak produksi obat hewan yang belum memperoleh nomor registrasi atau registrasinya sudah mencapai masa kadaluarsa. Ini PJTOH harus memastikan di perusahaan tempatnya bekerja,” jelas Ira.

Lebih lanjut disampaikan, begitu juga ketika PJTOH di pabrik pakan memiliki tugas yang tidak jauh berbeda, yakni menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak, kemudian menyetujui penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dicampur dalam pakan ternak yang memenuhi syarat mutu atau menolaknya apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.

“Mengingat tugas dan tanggung jawab PJTOH sehingga pelatihan ini menjadi sangat penting dan diharapkan para calon PJTOH mendapatkan pemahaman dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.

Sambutan oleh Ketua ASOHI, Irawati Fari, secara luring.

Harapan senada juga disampaikan oleh Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Direktorat Kesehatan Hewan, Drh Arief Wicaksono, yang mewakili Direktur Kesehatan Hewan, bahwa pentingnya peranan PJTOH sehingga diharapkan para calon PJTOH memiliki kompetensi yang baik di bidangnya.

“Di sini kita bisa saling sharing informasi dan menjadi wahana yang baik untuk menyampaikan banyak hal. Diharapkan ke depannya PJTOH benar-benar memiliki kompetensi dan mampu mengawasi produksi obat hewan sehingga terjaga keamanannya,” tukasnya.

Pada hari pertama pelatihan menghadirkan pembicara di antaranya Prof Budi Tangendjaja (bahasan teknis sediaan feed additive, feed supplement, dan alternatif feed additive pengganti AGP), Drh Arief Wicaksono (sistem kesehatan hewan dan peraturan obat hewan), dan Ketua Komisi Obat Hewan Prof Widya Asmara (bahasan teknis farmasetik, biologik, obat alami, dan herbal).

Foto bersama panitia dan peserta PJTOH.

Pada hari kedua pelatihan PJTOH, peserta kembali mendapat materi dari DIrektur Pakan Ternak Drh Nur Saptahidhayat (peraturan/kebijakan terkait pakan), Tim CPOHB Drh Ketut Karuni N. Natih (bahasan cara pembuatan obat hewan yang baik/CPOHB dan pembuangan limbah obat hewan), Tim BBPMSOH Apt M. Zahid (rantai dingin/cold chain), kemudian terkait badan karantina hewan, peran PPNS dalam penanganan obat hewn ilegal, serta peranan organisasi dalam pembinaan anggota dari ASOHI dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Pada hari terakhir, peserta pelatihan yang ikut secara luring diajak berkunjung ke Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) untuk melihat bagaimana tata cara pengiriman obat hewan yang baik dan pengiriman sampel, hingga visit lab milik BBPMSOH. (INF)

HALALBIHALAL PB PDHI, SILATURAHMI SAMBIL BERKOLABORASI PERKUAT PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN

Foto bersama halalbihalal PB PDHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Minggu (13/4/2025), bertempat di Arion Suites Hotel Kemang, Jakarta Selatan, Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), menggelar halalbihalal sekaligus silaturahmi antar pengurus, pemerintah, swasta, organisasi, dan para akademisi yang terkait di industri peternakan dan kesehatan hewan.

"Hari ini menjadi hari yang paling bahagia karena kita bisa bersilaturahmi, saling memberikan maaf antar kita semuanya," ujar Ketua Umum PB PDHI, Drh M. Munawaroh.

Di tengah tingginya tantangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan, ia mengajak pemangku kepentingan dan para stakeholder terkait untuk terus bergandengan tangan menciptakan peternakan yang aman dari ancaman penyakit guna mewujudkan ketahanan pangan asal produk peternakan.

"Permasalahan penyakit makin hari makin bertambah, kita masih terus berjuang bersama Kementerian Pertanian dalam mengendalikan penyakit mulut dan kuku (PMK), kemudian penyakit lumpy skin disease (LSD) juga belom selesai. Negara kita luas, ini menjadi potensi besar bagi peran dokter hewan kita," katanya.

Namun demikian, lanjut Munawaroh, terbatasnya tenaga dokter hewan yang menyebar di seluruh wilayah Tanah Air turut menjadi kendala dalam penanganan sektor kesehatan hewan.

"Jumlah dokter hewan masih terbatas, di PDHI hanya terdaftar 15 ribu orang, harus ditambah lagi dan diperkuat kualitasnya. Ke depan akan ada tambahan delapan program studi fakultas kedokteran hewan di beberapa universitas, semoga kualitas dokter hewan yang dihasilkan bisa lebih baik. Kita dorong, karena yang akan menangani kesehatan hewan di Indonesia itu dokter hewan," ucapnya.

"Selain itu, kita juga terus upayakan undang undang yang akan menjadikan payung hukum dalam penyelenggaraan dan pelayanan dokter hewan, kita terus lakukan audiensi bersama pemerintah dan DPR. PDHI terus berjuang, bahkan nanti melalui kepemimpinan baru semakin hari harus semakin maju. Kami ingin dokter hewan memiliki kompetensi yang terus meningkat, kita lakukan pembinaan supaya tidak tertinggal dengan negara negara lain."

Momen bersalam-salaman acara halalbihalal PB PDHI.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Hewan, Drh Imron Suandy, yang mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa momentum silaturahmi ini bisa menjadi ajang untuk memperkuat organisasi profesi dan pemerintah.

"Kami sangat apresiasi ke PDHI yang terus ikut berkontribusi dalam membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan. Peran kolaboratif antara pemerintah, organisasi profesi, akademisi, dan masyarakat harus terus kita pertahankan. Kita memiliki budaya gotong royong atau guyub, itu terus kita perkuat untuk mengatasi dan mengendalikan penyakit hewan menular strategis," kata Imron.

Lebih lanjut disampaikan, pemerintah membuka diri dan menerima setiap masukkan untuk membantu menjaga keamanan ternak dan mewujudkan ketahanan pangan menuju Indonesia Emas 2045.

"Harapannya itu bisa terwujud, karena kita memiliki status kesehatan yang sama dengan negara negara lain. Oleh karena itu, seluruh sumber daya yang kita miliki kita upayakan untuk menggairahkan sektor peternakan dan kesehatan hewan supaya investasi di dalamnya makin berkembang," tukasnya.

Sementara itu, ditambahkan oleh Dewan Pembina PB PDHI, Prof Wiku, yang menyampaikan, "Intinya, panggung untuk dokter hewan sudah tersedia, kita harus akur dan bekerja sama dalam manangani dan mengendalikan kesehatan hewan agar ketahanan pangan dapat terwujud. Mari kita cegah tantangan penyakit bersama-sama, saya yakin PDHI mampu mengatasi dengan kompetensinya, makin kompak dan kolaboratif untuk meraih prestasi bersama." (RBS)

KEMENTAN DAN AL-AIN FARMS TEKEN KERJA SAMA DORONG INVESTASI SUSU

Investasi produksi susu menjadi bagian dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Al-Ain Farms for Livestock Production dari Persatuan Emirat Arab (PEA) terkait investasi produksi susu di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini menjadi bagian dari rangkaian kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA yang ditandatangani pada 9 April 2025 di Abu Dhabi, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke PEA.

Kesepakatan investasi produksi susu di Indonesia tertuang dalam Memorandum Saling Pengertian antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dengan Al-Ain Farms for Livestock Production PEA.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyambut positif setiap komitmen investasi dan menegaskan bahwa Kementan akan mengawal penuh prosesnya agar dapat segera direalisasikan.

“Jika ingin menarik investor, maka yang utama adalah kenyamanan. Pemerintah hadir untuk mengawal agar proses investasi tidak berbelit,” ujar Mentan Amran beberapa waktu lalu saat menerima kunjungan investor di Jakarta.

Lebih lanjut, ia menegaskan pihaknya akan berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mempercepat proses implementasi investasi di lapangan. 

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyampaikan bahwa kerja sama dengan Al-Ain Farms ini difokuskan pada pengembangan sektor susu nasional, termasuk peningkatan produksi dan kualitas susu, serta penguatan ekosistem industri peternakan yang berkelanjutan.

“Kami menyambut baik minat investasi dari Al-Ain Farms yang akan menjadi bagian dari upaya mempercepat swasembada susu. Kerja sama ini juga diharapkan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan peternak lokal melalui kemitraan,” ujar Agung di kantornya, Kamis (10/4/2025).

Ia menambahkan, selain peningkatan terhadap kuantitas dan kualitas susu, kerja sama ini juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Dalam nota kesepahaman tersebut, Kementan menyatakan dukungannya terhadap rencana investasi Al Ain Farms, salah satunya melalui program pengembangan sapi perah di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Selain itu, pemerintah juga menawarkan kemudahan akses lahan dan juga insentif diberikan, termasuk pembebasan bea masuk impor ternak dan peralatan industri, skema pembiayaan berbunga rendah, program asuransi peternakan, serta koordinasi lintas sektor demi memastikan keberhasilan implementasi di lapangan.

“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan menjadi contoh model investasi strategis yang dapat direplikasi di wilayah lain dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” pungkasnya. (INF)

PENGURUS AINI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK

Acara pelantikan Pengurus Pusat AINI secara daring. (Foto: Istimewa)

Selasa (8/4/2025), telah dilaksanakan pelantikan Pengurus Pusat Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) masa bakti 2025-2029 berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum AINI No. 001/SK/KU/I/2025. Pelantikan dilaksanakan secara daring.

Pembacaan surat keputusan AINI tentang Pengangkatan Pengurus Pusat AINI periode 2025-2029, dibacakan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) AINI, Prof Nahrowi.

Acara yang sekaligus menjadi ajang halalbihalal tersebut, mengukuhkan Prof Bambang Suwignyo dari Fapet UGM sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) AINI periode 2025-2029, kemudian menunjuk Prof Anuraga Jayanegara dari Fapet IPB sebagai Wakil Ketua Umum, dan Dr Rusmana Wijaya Setia Ningrat dari Fapet UNAND sebagai Sekretaris Jenderal.

Bambang Suwignyo dalam sambutannya menyampaikan harapannya kepada para pengurus AINI yang baru saja dilantik untuk mematuhi dan melaksanankan AD/ART AINI serta keputusan hasil Kongres AINI VI pada 23 Oktober 2024.

“Selamat bekerja, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan, kekuatan dan petunjuk-NYA kepada kita semua dalam membina kehidupan organisasi AINI dengan sebaik-baiknya,” katanya. (INF)

JELANG LEBARAN, KEMENTAN PASTIKAN PENGENDALIAN PMK TETAP BERJALAN

Pemeriksaan sapi oleh petugas di lapangan. (Foto: Istimewa)

Menjelang perayaan Idul Fitri, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) tetap optimal di seluruh Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, meminta jajarannya tetap siaga.

Menurut Amran, timnya bergerak cepat dalam menangani penyebaran PMK. Pada saat tren kasus meningkat di awal tahun, Kementan mengalokasikan anggaran Rp 100 miliar untuk alokasi 4 juta dosis vaksin mengatasi wabah PMK.

“Begitu ada PMK, Rp 100 miliar langsung kami geser dan jutaan vaksin itu telah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia. Alhamdulillah tren kasus PMK saat ini sudah melandai,” ungkap Mentan Amran, dalam keterangan persnya Rabu (26/3/2025).

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Agung Suganda, menyatakan untuk memastikan pengendalian tetap optimal, timnya melakukan pemantauan harian rutin melalui portal Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terpadu (iSIKHNAS) untuk mengantisipasi lonjakan lalu lintas ternak di berbagai daerah menjelang Idul Fitri 1446 H.

Ia menambahkan, ternak yang baru tiba di lokasi tujuan biasanya mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat kelelahan selama perjalanan. Kondisi ini membuat ternak rentan terserang penyakit, termasuk PMK.

“Ternak sakit yang tidak segera ditangani dapat menulari ternak lain dan merugikan peternak. Kami mengimbau peternak dan pelaku usaha untuk segera menghubungi petugas kesehatan hewan setempat jika menemukan ternak sakit, agar bisa segera ditangani,” kata Agung.

Untuk memastikan kasus PMK terus melandai, Kementan meningkatkan kapasitas epidemiologi petugas kesehatan hewan agar mampu melakukan deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian PMK berbasis risiko. “Dengan sumber daya yang terbatas, strategi ini memungkinkan daerah untuk menerapkan kebijakan yang tepat guna mengantisipasi penyebaran PMK,” ucapnya.

Sebagai langkah pencegahan, Kementan telah melaksanakan Bulan Vaksinasi PMK pada Januari-Maret dan akan melanjutkan vaksinasi ulangan pada Juli-September. Hingga saat ini, capaian vaksinasi nasional yang bersumber dari APBN telah mencapai 1.078.189 dosis atau 68,10% dari distribusi 1.583.200 dosis. Sementara itu, vaksinasi yang bersumber dari APBD, hibah, CSR, feedlot, dan mandiri telah mencapai 607.462 dosis, sehingga total vaksinasi secara nasional mencapai 1.688.651 dosis.

“Angka ini masih terus bergerak karena petugas terus melakukan vaksinasi dan pelaporan melalui iSIKHNAS. Kami berharap bisa mencapai minimal 70%,” tambah Agung.

Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy, menyatakan bahwa pihaknya telah mendistribusikan obat-obatan dan logistik pendukung ke berbagai daerah dalam mempercepat pengendalian PMK. Bantuan mencakup antibiotik, vitamin, analgesik, disinfektan, dan peralatan medis lainnya.

Berdasarkan evaluasi nasional per 24 Maret 2025, pelaksanaan vaksinasi PMK terus menunjukkan progres positif. Sebagian besar provinsi telah mencapai target vaksinasi di atas 60%, dengan beberapa daerah mencatatkan capaian di atas 80%.

“Kami pastikan ternak yang sakit tertangani dengan baik dan vaksinasi berjalan optimal guna mencegah penyebaran lebih luas,” ujar Imron.

Selain vaksinasi, pengendalian PMK juga dilakukan melalui pengawasan ketat lalu lintas hewan dan produk hewan, penerapan biosekuriti, penyediaan pakan berkualitas, serta pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin. “Semua aspek harus diperhatikan secara berkelanjutan,” tegasnya.

Upaya strategis pemerintah dalam pengendalian PMK bertujuan untuk menjamin ketersediaan ternak yang aman dan sehat menjelang Idul Fitri 2025. Sistem pengawasan lalu lintas ternak yang ketat serta penggunaan aplikasi pemantauan yang diawasi Pejabat Otoritas Veteriner (POV) menjadi langkah utama mencegah penyebaran PMK antar wilayah.

“Kami mengharapkan dukungan dari semua pihak, termasuk peternak, pelaku usaha peternakan, dan masyarakat, agar upaya ini berhasil. Pastikan ternak sudah divaksin PMK dan memiliki sertifikat veteriner sebelum dilalulintaskan,” pungkasnya. (INF)

BERKAH RAMADAN, ASOHI SALURKAN BANTUAN

Momen foto bersama ASOHI bersama anak-anak Asrama Yatim dan Dhuafa Mizan Amanah. (Foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan kegiatan berbagi berkah pada bulan Ramadan dengan mengunjungi sekaligus memberikan bantuan dan santunan kepada anak-anak yatim piatu, pada Jumat (21/3/2025).

Bantuan dan santunan berupa pemberian telur sebagai sumber protein hewani, makanan ringan, alat tulis, serta uang tunai diberikan kepada sebanyak 33 orang anak-anak panti yang berada di Asrama Yatim dan Dhuafa Mizan Amanah, Jagakarsa, yang lokasinya tidak jauh dari kantor ASOHI.

Pada kesempatan tersebut, bantuan diberikan dari pengurus ASOHI Pusat yang diwakili oleh Wakil Ketua II ASOHI, Drh Harris Priyadi, didampingi oleh Sekretariat ASOHI di antaranya Eka Safitri, Nia, dan Achmad Febriyanto, yang diterima langsung oleh pengurus asrama.

Momen tersebut menjadi penting bagi ASOHI karena bisa berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim dan dhuafa di Mizan Amanah. Kegiatan ini juga menjadi agenda rutin setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur yang dapat terus berlangsung di masa mendatang dan menjadi keberkahan bagi ASOHI. (INF)

WORKSHOP NASIONAL SURVEILANS DAN DIAGNOSTIK PENGENDALIAN SALMONELLA

National Workshop on Surveillance and Diagnostic Salmonella Control. (Foto: Dok. Infovet)

Bertempat di Hotel Tentrem Alam Sutera, Senin (17/3/2025), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) didukung oleh Elanco, dan bekerja sama dengan Infovet, menyelenggarakan National Workshop on Surveillance and Diagnostic Salmonella Control.

Workshop diawali dengan sambutan dari Kepala BBPMSOH Drh Hasan Abdullah Sanyata yang mewakili Direktur Kesehatan Hewan dan Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari, serta dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari instansi pemerintah terkait, perusahaan, dokter hewan, dan peserta lainnya, dengan menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya. Pada sesi seminar, pemaparan disampaikan oleh Drh Nurhayati MSc dari Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) mengenai Sosialisasi Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit Pullorum dan Salmonella Enteritidis.

Dalam paparannya ia menyampaikan beberapa peraturan pemerintah salah satunya Kepdirjen 9488/Kpts/Pk.320/F/08/2024 tentang petunjuk teknis penyakit pullorum yang memberikan pedoman untuk pelaksanaan surveilans bebas penyakit pullorum serta upaya pencegahan dan pengendaliannya di unit usaha pembibitan unggas.

Kemudian Kepdirjen 9487/Kpts/Pk.320/F/08/2024 tentang Salmonella enteridis yang bertujuan sebagai panduan untuk pelaksanaan surveilans tidak ditemukannya agen penyakit Salmonella enteridis di peternakan unggas, meningkatkan upaya pencegahan dan pengendaliannya di unit usaha pembibitan/budi daya unggas, serta menjadi menjadi dasar dalam pemberian Surat Keterangan Tidak Ditemukannya Agen Salmonella enteridis dan panduan bagi BBVet/BVet dalam melaksanakan surveilans.

Sebab saat ini isu keamanan pangan menjadi perbincangan hangat, dimana mewajibkan setiap unit usaha yang akan melakukan ekspor produk peternakan harus bebas dari salmonella. Hal itu juga disampaikan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen PKH, Dr Drh Nuryani Zainuddin MSi, bahwa pasar ekspor mengharuskan pemenuhan standar tinggi keamanan pangan, persyaratan dari organisasi internasional (WOAH, CODEX, dan lainnya) termasuk pengendalian salmonella dan regulasi ketat negara tujuan.

Adapun penjaminan keamanan produk peternakan di Indonesia dengan konsep dasar safe from farm to fork, menuntut para unit usaha termasuk peternak, tempat pemotongan, pengolahan, transportasi, distributor/retailer, harus menerapkan cara produksi/distribusi yang baik (GMP/GFP), menerapkan kesejahteraan hewan, biosekuriti, sertifikasi Nomor Kontrol Veterniner (NKV), registrasi produk, surveilans residu dan cemaran mikroba, pengawasan pemerintah, hingga edukasi keamanan pangan agar produk hasil unggas yang dikonsumsi masyarakat aman, termasuk untuk pasar ekspor.

Nuryani juga mengemukakan, tujuan ekspor produk unggas bisa meningkatkan nilai produk yang dihasilkan, serta menjaga keseimbangan supply-demand (menstabilkan produksi), hingga membantu stabilisasi harga di pasar lokal dan global dengan tujuan meningkatkan pendapatan nasional.

“Menfaat ekspor di antaranya juga menciptakan lapangan kerja, penguatan sektor pertanian dimana meningkatnya efisiensi dan produktivitas, serta mendorong pembangunan infrastruktur, sebab untuk memenuhi persyaratan negara tujuan sering kali perlu mengembangkan fasilitas pengolahan yang lebih baik dengan sistem distribusi yang efisien,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, narasumber lainnya yakni Global Food Safety Consultant Elanco, Dr Med Vet MRCVS Doris Mueller, turut memaparkan materi diagnostik salmonella, di antaranya metodologi pengambilan sampel dan jadwal pemantauan salmonella, keberhasilan program pemantauan salmonella di Eropa, pengujian sampel, metode pengujian alternatif, hingga pemberian vaksinasi salmonella.

Kunjungan ke BBVet Wates. (Foto: Dok. Infovet)

Usai pemaparan materi seminar, workshop dilanjutkan dengan diskusi tanya-jawab antara narasumber dan peserta yang berjalan dinamis, dan diakhiri dengan buka puasa bersama. Workshop yang sama juga akan dilaksanakan pada hari berikutnya dengan mengunjungi BBVet Wates, Yogyakarta. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer