-->

MUNAS IX ASOHI, HARRIS PRIYADI RESMI JABAT KETUA UMUM PERIODE 2025-2029, GOWINDA SIBIT KETUA BADAN PENGAWAS

Foto bersama Munas IX ASOHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) IX pada Kamis (23/10/2025), di IPB Convention Center (IICC) Bogor, Jawa Barat, dengan mengusung tema “Bersama ASOHI, Sinergi Kuat, Industri Meningkat.”

Munas kali ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat fondasi industri obat hewan yang sehat, mandiri, dan berdaya saing global, sekaligus bersama-sama menyatukan visi dan meneguhkan profesionalisme industri obat hewan nasional.

Sejak berdiri pada 25 Oktober 1979, ASOHI telah menjadi mitra penting pemerintah dalam memajukan kesehatan hewan dan peternakan Indonesia. Kini, memasuki usia ke-46, organisasi ini kian menegaskan perannya sebagai pilar utama pengembangan industri veteriner di Tanah Air melalui tata kelola organisasi yang profesional, etika bisnis yang kuat, dan jejaring nasional yang solid.

“ASOHI telah menempuh perjalanan panjang dalam memperkuat industri obat hewan Indonesia. Melalui Munas IX ini kami ingin memastikan sinergi yang lebih kuat antara pelaku usaha, regulator, akademisi, dan masyarakat profesi,” ujar Ketua Panitia Pelaksana MUNAS IX ASOHI, Drh Almasdi Rahman.

Sementara itu, Ketua Umum ASOHI periode 2015-2021 dan 2021-2025, Drh Irawati Fari, menambahkan bahwa konsistensi menjadi kunci dalam memperkuat sinergi. “Konsistensi adalah kunci keberlanjutan. Selama dua periode kepemimpinan kami terus menjaga agar ASOHI menjadi organisasi yang bukan hanya solid secara internal, tetapi juga relevan terhadap dinamika nasional dan global,” tuturnya.

Menurutnya, industri obat hewan kini tidak lagi berorientasi pada produksi, tetapi juga pada kualitas, keamanan, dan tanggung jawab sosial. “Kita sedang memasuki era baru industri veteriner, dimana keberhasilan tidak diukur hanya dari volume, tetapi dari nilai keberlanjutan, inovasi, dan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan,” tambahnya.

Ia juga menegaskan, keberadaan ASOHI selama 46 tahun adalah bukti nyata kolaborasi lintas sektor yang kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan profesi veteriner.

“ASOHI akan terus menjadi jembatan antara regulasi, inovasi, dan implementasi di lapangan. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, akademisi, dan para pelaku usaha akan memastikan Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara lain dalam tata kelola industri obat hewan yang bermutu dan berdaya saing tinggi,” ucapnya.

Oleh karena itu, dengan terlaksananya Munas IX ASOHI, bukan hanya sekadar momentum pergantian kepengurusan, tetapi wujud komitmen bersama untuk memastikan industri obat hewan Indonesia tumbuh secara berkelanjutan.

"Melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ASOHI. Ini saatnya kita membuka lembaran baru, semoga ke depan ASOHI menjadi asosiasi yang lebih adaptif, inklusif, dan terus memberikan kontribusi secara nyata. Diharapkan kepengurusan yang baru nanti, kita juga menjadi lebih solid dan dapat menjalankan amanah serta program ASOHI lebih baik lagi," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Drh Agung Suganda, mengatakan bahwa ASOHI merupakan mitra strategis pemerintah dalam membantu menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan Indonesia.

"Termasuk dalam melindungi masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis dan resistansi antimikroba (AMR). Saya juga berharap ASOHI menjadi mitra yang dapat membantu menyediakan obat hewan yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Agung.

Agung Suganda meresmikan pembukaan Munas IX ASOHI.

Dengan terlaksananya Munas ASOHI, melalui kepengurusan dan program kerja yang baru, diharapkan dapat terus bersinergi untuk saling bertukar informasi dan menyelesaikan berbagai kendala yang ada di industri obat hewan.

"Saya minta minimal sebulan sekali kita ada forum dengan ASOHI untuk saling bertukar informasi. Karena ASOHI merupakan jembatan penghubung antara pemerintah dan industri obat hewan supaya ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan sinergi yang kuat tentu harus dibarengi dengan kolaborasi yang lebih kuat lagi agar industri tumbuh dan meningkat," tukasnya.

Harris Priyadi Ketua Umum ASOHI Baru, Gowinda Sibit Ketua Badan Pengawas 
Sebagai forum tertinggi organisasi, Munas IX dihadiri oleh pengurus pusat, pengurus daerah dari 16 provinsi, perwakilan anggota, instansi pemerintah, asosiasi lintas sektor, hingga mitra strategis.

Adapun agenda utama meliputi pengesahan laporan pertanggung jawaban pengurus ASOHI 2021-2025; penyempurnaan AD/ART dan kode etik organisasi; penyusunan program kerja 2025-2029, pemilihan ketua umum ASOHI periode 2025-2029, serta pembahasan rekomendasi dan arah kebijakan strategis organisasi.

Dari hasil vote secara luring dan daring, Harris Priyadi resmi terpilih menjadi Ketua Umum ASOHI yang baru periode 2025-2029.

Harris Priyadi (ketiga kiri) resmi terpilih sebagai Ketum ASOHI periode 2025-2029 dan Gowinda Sibit (kedua dari kiri) sebagai Ketua Badan Pengawas.

Adapun Visi yang diusung adalah mewujudkan ASOHI yang lebih inovatif, fasilitatif, dan lebih kuat dengan seluruh pemangku kepentingan untuk kemajuan industri peternakan dan kesehatan hewan Indonesia.

Harris juga mengusung Misi (Catur Krida). Pertama, Bersama ASOHI: Mendorong interaksi dan komunikasi transparan, pelaporan terjadwal kepada anggota, pemanfaatan teknologi informasi, serta database untuk pemutakhiran data industri, lama ASOHI (sosmed).

Kedua, ASOHI Sinergi: Meningkatkan kolaborasi efektif dengan pemerintah dan mitra strategis lokal dan regional, fokus solusi pengembangan industri obat hewan, peternakan, dan kesehatan hewan.

Ketiga, ASOHI Kuat: Menguatkan peran, profesionalitas, dan kemandirian ASOHI Daerah, pembentukan ASOHI Jakarta-Banten, atensi dan kunjungan interaksi pusat dan daerah, serta kaderisasi anggota.

Keempat, Industri Meningkat: Melanjutkan peran aktif ASOHI pada kemajuan industri obat hewan serta peternakan dan kesehatan hewan Indonesia, mendukung kearifan lokal obat hewan, peternakan dan kesehatan hewan, AMR, TKDN, ASUH, serta mengacu pada roadmap pengembangan obat hewan Indonesia.

"Insyaallah saya siap menjalankan amanah dengan baik dan profesional, khususnya terhadap program-program kerja yang sudah kita buat untuk kebaikan bersama. Saya terbuka terhadap saran dan masukan. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," ujar Harris dalam sambutannya usai pemilihan Ketua Umum ASOHI.

Munas kali ini juga menetapkan Drh Gowinda Sibit sebagai Ketua Badan Pengawas ASOHI (BPA) 2025-2029 menggantikan Gani Harijanto Ketua BPA 2021-2025. Pemilihan dan Penetapan BPA dilakukan oleh Presidium Sidang yang dipimpin oleh Tedy Candinegara. Berdasarkan AD/ART hasil Munas,  BPA merupakan badan yg bersifat kolektif kolegial dalam pengambilan keputusan. Pada Munas kali ini, ditetapkan juga 6 anggota BPA 2025-2029 yaitu Gani Harijanto,  Irawati Fari, Rakhmat Nuriyanto,  Fadjar Sumping Tjaturrasa, Peter Yan dan Bambang Suharno. 

Peluncuran Buku Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia.

Selain pemilihan ketua, Munas IX ASOHI juga dilengkapi dengan peluncuran Buku “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia” yang memuat peta jalan pengembangan industri hingga 2035 mendatang, serta menghadirkan ceramah ekonomi dari pakar ekonomi nasional, Sondang Anggraini, yang memaparkan materi mengenai prospek ekonomi makro dan arah kebijakan industri peternakan ke depan. (RBS)

DIRJEN PKH BUKA MUNAS ASOHI KE IX, DORONG SINERGI INDUSTRI OBAT HEWAN LEBIH KUAT

Dirjen PKH DR Drh Agung Suganda, MSi membuka Munas IX ASOHI 2025 dengan pemukulan gong didampingi Ketum, Sekjen ASOHI dan Ketua Panitia. (Foto: Dok. Infovet)

Infovet, Bogor – Musyawarah Nasional (Munas) ke-9 Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi dibuka pada Kamis (23/10/2025) di International Convention Center (IICC) Bogor. Mengusung tema "Bersama ASOHI Sinergi Kuat Industri Meningkat", acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si., yang mewakili Menteri Pertanian RI. Dalam sambutannya, Dirjen PKH Agung Suganda menekankan pentingnya sinergi industri obat hewan yang lebih kuat, mengingat tingginya kontribusi sektor ini terhadap proses produksi peternakan dan Kesehatan hewan dan sebagai penyumbang devisa negara dengan catatan ekspor ke lebih dari 95 negara.

Apresiasi dan Harapan Pemerintah

Dirjen PKH Agung Suganda menyampaikan harapannya agar Munas ke-9 ASOHI ini dapat memilih Ketua Umum baru yang memiliki kemampuan untuk meneruskan dan memperkuat sinergi industri obat hewan. Agung menegaskan bahwa capaian ekspor obat hewan sebesar Rp 5,5 Triliun adalah bukti nyata bahwa industri dalam negeri mampu bersaing di kancah global.

Setelah secara simbolis membuka Munas, Agung Suganda juga berkesempatan melakukan launching buku berjudul “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia”. Buku ini merupakan sumbang pikir strategis dari ASOHI yang didedikasikan untuk Pemerintah dalam rangka memajukan sektor kesehatan hewan nasional.

Agenda Strategis dan Partisipasi Munas

Sementara itu Ketua Umum ASOHI saat ini, Drh. Irawati Fari, dalam sambutannya menyampaikan selamat datang kepada para tamu undangan dan peserta Munas. Ira menjelaskan bahwa Munas ke-9 ini adalah momentum strategis untuk melakukan refleksi, konsolidasi, serta penanda akhir dari kepengurusan sebelumnya sebelum memilih Ketua Umum dan pengurus ASOHI yang baru untuk masa bakti berikutnya.

"Munas ini juga menandai kepengurusan sebelumnya dan memilih ketua umum dan pengurus ASOHI untuk kejayaan asosiasi selanjutnya," tandas Ira, sembari menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada seluruh pengurus pusat dan daerah serta anggota ASOHI atas dukungan selama ini.

Acara Munas diselenggarakan secara hybrid, menggabungkan kehadiran luring dan daring, dengan tak kurang dari 120 peserta yang hadir di Ballroom IICC dan melalui kanal Zoom. Peserta luring dan daring ini berasal dari 17 ASOHI Daerah dari berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

Ketua Panitia Munas, Drh. Almasdi Rachman, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas kehadirannya. Almasdi melaporkan bahwa persiapan dan penyelenggaraan Munas berjalan lancar berkat dukungan penuh dari para sponsor dari dunia usaha peternakan dan kesehatan hewan, anggota ASOHI, serta kerja keras tim panitia.

Pembukaan Munas juga turut dihadiri oleh utusan dari asosiasi-asosiasi pilar utama peternakan dan kesehatan hewan, serta perwakilan dari lembaga-lembaga pemerintahan terkait, hal ini menunjukkan kuatnya dukungan ekosistem terhadap ASOHI.

Sesi Khusus Pra-Munas

Sebelum agenda inti Munas dimulai, Irawati Fari juga menginformasikan bahwa akan diselenggarakan sesi ceramah ekonomi oleh Ir. Sondang Anggraini, MA (Tenaga Ahli Utama Dewan Ekonomi Nasional, Mantan Dubes RI di WTO). Ceramah tersebut akan mengulas topik penting: “Dampak Kebijakan Tarif Presiden AS Donald Trump Terhadap Ekonomi Indonesia, Khususnya Bidang Peternakan/Pertanian”.

Acara yang diawali dengan doa bersama ini diharapkan menjadi titik tolak bagi penguatan industri obat hewan Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan domestik, serta meneruskan tradisi kontribusi positif terhadap pembangunan sektor peternakan dan kesehatan hewan nasional. Munas ke-9 ASOHI akan menjadi penentu arah strategis asosiasi untuk periode kepengurusan selanjutnya.*(DS)

ASOSIASI HOLESTEIN INDONESIA HADIR DI WORLD DAIRY EXPO 2025

Rochadi Tawaf (paling kiri) bersama Linsey Worden (CEO US Holstein), dan Sarah Sarbecker (Director Sales and Market Development US Holstein), serta Arya Wicaksana (Sekjen AHI) dan Iman Karmawan (Bendahara AHI). (Foto: Dok. Rochadi)

Usai menggelar Kongres Nasional pertama Asosiasi Holestein Indonesia (AHI) pada 10 September 2025, dan launching-nya saat pembukaan ILDEX Indonesia 2025, pada 17-19 September 2025, di ICE BSD City, Tangerang, AHI berangkat ke Medison Wisconsin untuk menghadiri World Dairy Expo, 30 September-3 Oktober 2025 atas undangan ST Genetic, suatu perusahaan penghasil semen beku dan embrio transfer terbesar di USA.

Kesempatan ini dimanfaatkan untuk memperkenalkan AHI secara lebih meluas kepada asosiasi sejenis di dunia. Pasalnya, event World Dairy Expo yang diselenggarakan sejak 1967, telah menjadi kiblat perkembangan peternakan sapi perah dunia.

Expo tersebut setiap tahun dihadiri sekitar 60 negara di dunia. Selain kontes ternak, pameran ini juga menyelenggarakan seminar para ahli dan juga pameran produk dan sarana peternakan sapi perah.

Pada kesempatan ini, AHI mengikuti berbagai kegiatan di antaranya melihat persiapan kontes ternak. Sapi-sapi peserta kontes rata-rata berproduksi sekitar 50-60 liter/hari/ekor. Selain itu, mengikuti farm tour ketiga peternakan sapi perah, yakni Geno Source Farm, yang memiliki populasi 5.000 ekor sapi laktasi dengan rataan produksi 43 liter/ekor yang diperah dengan routers milking parlor robotic.

Kemudian ke peternakan Morman Dairy Farm yang memiliki 1.000 ekor sapi laktasi, rataan produksinya 50 liter/ekor/hari. Menggunakan individual robotic milking facility. Serta kunjungan ke Farnear Holstein Farm yang memiliki 600 ekor sapi laktasi dengan rataan produksi 43 liter/ekor/hari, menggunakan individual robotic miliking facility.

Selain itu, AHI juga mengikuti seminar tentang Introducing The Genetic Tools dengan topik-topik terkait Calculating Milking Speed PTAs Using Sensor Data; Genetic Tools for Healthier Calves, hingga Improving The Wheels On The Car-Hoof Health and Mobility.

Salah satu yang juga menjadi tujuan utama hadirnya AHI di expo ini adalah bertemu dengan Presiden Nasional Asosiasi Animal Breeder US (NAAB), Jay L. Weiker, untuk membicarakan rencana kerja sama dalam membentuk sapi Holstein Indonesia berkaitan dengan prosedur dan pencatatan dalam sistem produksi dan breeding.

Hal serupa juga dilakukan dengan pertemuan bersama CEO US Holstein, Linsey Worden, untuk membahas rencana kerja sama riset dan pengembangan organisasi dan penelitian tentang sapi Holstein Indonesia.

Dua pertemuan tersebut membicarakan sejarah US Holstein ke Indonesia pada 1989, berdirinya AHI September 2025, kerja sama membentuk sapi Holstein Indonesia, rencana kegiatan jangka pendek (seminar), hingga pengajuan proposal kegiatan kerja sama pada 2026 mendatang.

Pada kesempatan emas ini, peternak sapi perah di Indonesia harus banyak belajar seiring dengan perkembangan teknologi, seperti sistem Internet of Thing (IOT) dan robotik, digitalisasi manajemen pemeliharan dan sistem pola breeding yang akan menghasilkan bibit sapi perah yang berkualitas.

Selanjutnya,  AHI akan menjalin kerja sama tekonologi dan peningkatan SDM anggotanya untuk belajar di US Holstein. Kerja sama diharapkan dapat segera terwujud dalam rangka membantu pemerintah mempercepat peningkatan produksi susu nasional dan kesejahteraan peternak sapi perah. (Rochadi Tawaf-Direktur Utama AHI/INF) 

BBPMSOH DAN STAKEHOLDER BAHAS SINERGI DAN PELAYANAN PRIMA DI FORUM KOMUNIKASI PELAYANAN PUBLIK

Forum Komunikasi Pelayanan Publik BBPMSOH 2025
Forum Komunikasi Pelayanan Publik, Rabu (15/10) di BBPPMVP, Depok  

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) sebagai satu-satunya lembaga uji mutu dan sertifikasi obat hewan di Indonesia, menyelenggarakan Forum Komunikasi Pelayanan Publik. Acara dilaksanakan pada Rabu, 15 Oktober 2025 di Gedung Semeru, BBPPMVP Bisnis dan Pariwisata, Depok.

Selain offline, kegiatan ini juga diadakan secara online. Kurang lebih 150 undangan hadir yang terdiri dari para pelaku usaha industri obat hewan, Direktur Kesehatan Hewan, akademisi/dosen, serta mahasiswa. 

Kepala BBPMSOH, Drh Hasan Abdullah Sanyata menuturkan saat ini permohonan pendaftaran dan pengujian obat hewan semakin meningkat seiring berkembangnya industri dan perdagangan obat hewan di Indonesia. 

"Hal ini mendorong BBPMSOH untuk terus meningkatkan kualitas layanan juga mengembangkan metode, serta memperbaharui teknologi peralatan pengujian," lanjut Hasan.   

Drh Forlin Tinora selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) menyampaikan Forum Komunikasi Pelayanan Publik ini menjadi wadah strategis bagi stakeholder untuk berdiskusi, bertukar pikiran dan meningkatkan kolaborasi ke depannya 

“Pelayanan publik yang prima dari BBPMSOH merupakan kunci utama kelancaran operasional, serta kepastian hukum bagi pelaku usaha industri obat hewan di Indonesia,” tutur Forlin. 

ASOHI memandang kolaborasi dengan BBPMSOH sebagai suatu hal yang krusial. “Sinergi antara asosiasi pelaku usaha dan regulator Kementerian Pertanian dalam hal ini BBPMSOH, sangat penting untuk memastikan bahwa industri obat hewan berkembang secara sehat,” imbuhnya.

Kegiatan ini menghadirkan Public Policy Analist Ombudsman RI, Kusharyanto sebagai narasumber. Pada sesi berikutnya Drh Cynthia Devy Irawati MM, Kepala Bagian Umum BBPMSOH mempresentasikan materi Standar Pelayanan Publik BBPMSOH. 

Dalam forum ini juga disemarakkan dengan pemberian penghargaan bagi insan industri obat hewan dan instansi.

Para Penerima Penghargaan Terbaik 3 Besar

Kontribusi penerimaan negara terbanyak:

Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi luar biasa dalam mendukung peningkatan penerimaan negara.

  1. PT Medion Farma Jaya
  2. PT Zoetis Animal Health Indonesia
  3. PT Elanco Animal Health Indonesia

Register officer terbaik:

Atas kinerja unggul, profesionalisme, dan dedikasi dalam melaksanakan tugas sebagai register officer terbaik.

  1. Drh Evi Novianti  (Elanco)
  2. Drh Okky Sri (Medion)
  3. Drh Fifit Diah Puspitosari  (DSMM)

Penerimaan sampel terbanyak:

Sebagai penghargaan atas kerja keras, ketekunan, dan kontribusi dalam penerimaan sampel terbanyak.

  1. PT Medion Farma Jaya
  2. PT DSM Nutritional Products Manufacturing Indonesia
  3. PT Nutricell Pacific

Pengawasan obat hewan daerah terbanyak:

Sebagai apresiasi atas komitmen dan kinerja unggul dalam pelaksanaan pengawasan obat hewan di daerah, sehingga berkontribusi besar dalam menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan nasional.

  1. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
  2. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan  Provinsi Kalimantan Timur
  3. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Apresiasi atas kontribusi dan dedikasi konsisten:

Sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dan dedikasi yang konsisten dalam mendukung peningkatan mutu pelayanan pengujian obat hewan di Indonesia.

  1. Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

(NDV)

ASOHI GELAR CEO FORUM 2025

Dirkeswan Drh Hendra Wibawa membuka CEO Forum dengan pemukulan gong didampingi Ketum dan Sekjen ASOHI. (Foto: Dok. Infovet)

Cibubur, Selasa (14/10/2025). Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) sukses menyelenggarakan "CEO Forum 2025 Perusahaan Obat Hewan Anggota ASOHI" di Avanzel Hotel & Convention, Cibubur. Forum ini menjadi penutup rangkaian kegiatan di penghujung kepemimpinan Drh Irawati Fari yang menjabat sebagai Ketua Umum ASOHI selama dua periode (2015-2025).

Dihelat hampir setiap tahun sejak 2019, Forum Bisnis ini bagi Irawati dan tim sebagai salah satu legacy (warisan) yang ditinggalkan bersama jajaran kepengurusannya. Dengan mengusung tema "Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Peternakan melalui Teknologi dan Penyelarasan dengan Kebijakan Ekonomi Nasional" acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Drh Hendra Wibawa MSi PhD, yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Dua narasumber ternama dihadirkan untuk memperkaya wawasan peserta, yaitu Anton J. Supit menyampaikan materi berjudul "Peluang dan Tentangan Usaha Industri Peternakan yang Searah dengan Kebijakan Ekonomi Pemerintah." Sementara itu, Alfonsus Arvy Pradipta Budiarto memaparkan "Peran Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha."

Dalam sambutannya, Irawati menyampaikan kilas balik perjalanan ASOHI. Didirikan resmi pada 25 Oktober 1979, ASOHI lahir dari kepedulian para pelaku industri obat hewan untuk membangun sektor yang sehat, profesional, dan sesuai regulasi.

Sejak 2015, ASOHI telah melengkapi statusnya dengan berbadan hukum sebagai perkumpulan, dan sejak 2019 keuangannya diaudit oleh Auditor Independen dengan hasil Opini Wajar selama enam tahun berturut-turut. Kemudian pada 2022, ASOHI berhasil memiliki kantor operasional sendiri dengan dukungan anggotanya.

Irawati menekankan komitmen ASOHI untuk terus mendukung pemerintah dalam menjaga kesehatan hewan, meningkatkan ketahanan pangan nasional, dan melindungi masyarakat dari obat hewan ilegal atau tidak bermutu. ASOHI juga aktif di tingkat internasional sebagai anggota organisasi global industri kesehatan hewan. "Kini setelah 46 tahun berkiprah, ASOHI telah melaksanakan tiga kali CEO Forum (pada 2019, 2023, dan 2025)," ujar Irawati.

Ia juga memaparkan berbagai kegiatan utama ASOHI, antara lain menjembatani anggota dengan pemerintah, memperkuat ASOHI Daerah, meningkatkan peran di lingkungan global dan regional, membantu pemerintah dalam pengawasan obat hewan, meningkatkan komunikasi dan informasi, serta melakukan Corporate Social Responsibility (CSR).

Acara ini diselenggarakan secara hybrid. Setidaknya 70 peserta hadir secara langsung, sementara kurang lebih 45 peserta lain berpartisipasi melalui kanal Zoom. Irawati berharap ASOHI akan terus menjadi mitra strategis pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mewujudkan industri obat hewan yang tangguh, sehat, dan berdaya saing tinggi. Forum ini menandai akhir dari satu babak kepemimpinan ASOHI, sekaligus harapan untuk kemajuan industri kesehatan hewan Indonesia di masa mendatang. (DS)

MUNAS ASOHI IX SIAP DIGELAR, KEMENTAN DORONG ASOHI TINGKATKAN EKSPOR OBAT HEWAN

Audiensi ASOHI bersama Dirjen PKH Kementan Agung Suganda. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selalu menjalin sinergi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Pengurus ASOHI Pusat melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda di kantor Kementerian Pertanian, Rabu (8/10/2025). Pertemuan tersebut terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX.

Dalam kesempatan tersebut pengurus ASOHI berharap Dirjen PKH Agung Suganda dapat hadir dalam acara Munas IX ASOHI yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025 di IPB Convention Center Botani Square, Bogor, Jawa Barat.

Agung yang pada kesempatan itu didampingi Direktur Kesehatan Hewan Hendra Wibawa dan Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan Arif Wicaksono,  mengungkapkan apresiasinya kepada ASOHI yang terus mendukung subsektor peternakan dan kesehatan hewan terus tumbuh. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa hadir dalam Munas tersebut. “Insyaallah saya akan usahakan hadir,” ujarnya.

ASOHI yang berdiri sejak 25 Oktober 1979, dan menaungi perusahaan-perusahaan produsen, eksportir, importir, distributor, serta pengecer obat hewan, dalam pertemuan tersebut, selain membahas terkait penyelenggaraan Munas IX juga menyampaikan perkembangan industri obat hewan nasional.

Ketua Umum ASOHI, Irawari Fari, mengungkapakan bahwa industri obat hewan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan signifikan dan sukses menembus pasar ekspor, dengan nilai ekspor mencapai Rp 3,7 triliun pada 2024 dan terus meningkat pada 2025.

“Saat ini telah berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari 30 negara,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa obat hewan lokal Indonesia tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global, adapun beberapa pasar ekspor yakni China, Jerman, Mesir, dan Arab Saudi.

ASOHI berharap kerja sama dengan Kementan akan terus berlanjut dan semakin kuat, terutama dalam peningkatan standar mutu obat hewan, penguatan kompetensi pengujian, serta berbagai kegiatan yang mendukung pertumbuhan industri obat hewan dan ketahanan pangan nasional.

Dalam audiensi tersebut, Pemred Infovet, Bambang Suharno, juga turut hadir dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Badan Pengawas ASOHI. (INF)

DIES NATALIS FAPET UNPAD KE-62 SEMAKIN SEMARAK DENGAN REUNI AKBAR PULANG KANDANG 2025


Jatinangor, Oktober 2025. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (Fapet Unpad) tengah bersiap menyambut salah satu momen besar dalam rangkaian Dies Natalis ke-62 tahun ini. Acara reuni akbar bertajuk Pulang Kandang 2025 siap digelar, menghadirkan nostalgia, silaturahmi, serta semangat kontribusi dari keluarga besar Fapet Unpad untuk almamater dan dunia peternakan nasional.

Dengan sapaan khas “Sampurasun, Akang & Eceu!”, panitia mengajak alumni lintas angkatan, mahasiswa, dosen, hingga mitra industri untuk kembali berkumpul di kampus Jatinangor. Tahun ini, Pulang Kandang mengusung tema “Nyukcruk Galur, Nyarandayan”, yang bermakna menelusuri akar sejarah sekaligus memperkuat jejaring kolaborasi lintas generasi.

Rangkaian kegiatan akan diawali melalui Farmtastic Festival 2025 pada 25-26 Oktober 2025 di Lapangan Parkir PPBS Unpad. Dalam festival ini, pengunjung akan disuguhkan berbagai agenda menarik seperti Career Fest, Fapet Fair (bazaar multiproduk), serta Farmtastic Fun Run. Kegiatan ini dirancang tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi sarana membangun jejaring, berbagi pengalaman, dan mempererat ikatan dengan dunia industri.

Puncak kemeriahan Pulang Kandang 2025 akan berlangsung pada Sabtu, 1 November 2025, di Plaza Fakultas Peternakan Unpad. Tiga agenda utama, yakni Ceremonial, Charity, dan Celebration, akan mewarnai pertemuan akbar ini.

Pulang Kandang bukan sekadar ajang temu kangen, melainkan wadah untuk menunjukkan kepedulian nyata alumni terhadap fakultas serta mendorong kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan peternakan nasional.

Dekan Fapet Unpad, Prof Dr Ir Rahmat Hidayat SPt MSi IPM, menyampaikan bahwa Pulang Kandang adalah momentum penting untuk memperkuat kolaborasi dan kontribusi alumni.

“Alumni Fapet Unpad telah berkiprah luas di berbagai sektor. Reuni akbar ini menjadi kesempatan strategis untuk merajut kembali kebersamaan, memperluas kerja sama, dan memperkuat kontribusi alumni bagi kemajuan fakultas dan dunia peternakan Indonesia,” ujar Prof Rahmat.

Ketua Pelaksana Pulang Kandang 2025, Attin Syahnurotin, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi perayaan perjalanan panjang bersama. “Pulang Kandang bukan hanya ajang nostalgia, tetapi juga ruang kolaborasi lintas generasi untuk merancang kontribusi nyata ke depan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua IKA Fapet Unpad, Reka Gayantika, mengajak seluruh alumni untuk aktif berpartisipasi dalam setiap rangkaian acara. “Pulang Kandang adalah rumah bersama. Mari kita rayakan kebersamaan ini dan bangun jejaring yang lebih kuat demi masa depan peternakan Indonesia,” katanya.

Pulang Kandang telah menjadi tradisi penting keluarga besar Fapet Unpad. Dengan target lebih dari 5.000 peserta, kegiatan ini akan mempertemukan alumni dari angkatan 1963 hingga 2021 dalam suasana hangat, penuh inspirasi, dan kolaboratif. Tahun ini, Pulang Kandang juga menegaskan peran keluarga besar Fapet Unpad dalam mendukung fakultas menatap masa depan.

Seluruh rangkaian kegiatan terbuka untuk umum dan dapat diikuti oleh semua elemen masyarakat. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dapat diakses melalui akun Instagram resmi @ikafapetunpad dan @pulangkandangunpad, serta narahubung Bella Viseria (+62821-1890-4022). (INF)

SEMINAR INFOVET-ILDEX: BAHAS MANAJEMEN HOLISTIK PASCA PELARANGAN AGP

Foto bersama usai seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Majalah Infovet kembali menjadi saksi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan industri perunggasan nasional. Pada Rabu (17/9/2025), berlangsung Seminar Nasional bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pelarangan AGP” di Ruang Garuda 5A, ICE BSD. Acara ini dihadiri peternak, perusahaan obat hewan, breeding farm, perusahaan pakan, serta perwakilan berbagai asosiasi peternakan.

Seminar menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya. Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI periode 2010-2015), membahas perubahan signifikan di industri obat hewan sejak pelarangan antibiotic growth promoter (AGP) efektif diberlakukan pada 2018.

“Pasca pelarangan AGP, jenis obat alami dan suplemen penunjang kesehatan hewan cenderung meningkat. Industri beradaptasi dengan inovasi berbasis bahan alami dan teknologi biologis,” ujar Rakhmat.

Sementara itu, Drh Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant), memaparkan materi bertema “Manajemen Holistik: Solusi Efektif untuk Mitigasi dan Rehabilitasi Broiler & Layer.” Ia menekankan bahwa pelarangan AGP bukan akhir dari produktivitas peternakan, melainkan momentum untuk bertransformasi.

Dua narasumber, Rakhmat Nuriyanto (kiri) dan Baskoro Tri Caroko (kanan).

“Kuncinya ada di manajemen holistik. Pendekatan ini mencakup aspek pakan, lingkungan, kesehatan, hingga mental pekerja kandang. Ini sudah terbukti berhasil di lapangan,” ungkapnya.

Beberapa peternak binaan Baskoro dari Pandeglang, Banten, turut hadir dan berbagi pengalaman keberhasilan menerapkan konsep manajemen holistik dalam menghadapi tantangan pasca AGP. Antusiasme peserta juga tampak tinggi, terutama ketika sesi tanya jawab dibuka dan banyak peternak ingin mengetahui cara praktis penerapan di lapangan.

Menutup paparannya, Baskoro menyampaikan ajakan terbuka, “Saya siap membantu peternak yang ingin memahami dan mempraktikkan manajemen holistik. Silakan hubungi Infovet untuk informasi lebih lanjut.”

Suasana seminar Infovet di ILDEX Indonesia 2025.

Seminar ini menjadi bukti bahwa sinergi antara praktisi, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam menciptakan sistem peternakan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan pasca pelarangan AGP. (INF)

NLP DAN INDOGRITECH 2025 SIAP BERIKAN KONTRIBUSI DI SEKTOR PETERNAKAN

Direktur Debindo Global Expo, Rafidi Iqra Muhamad, saat memberikan sambutannya. (Foto: Dok. Infovet)

Kontribusi nyata dalam memenuhi kebutuhan akan ketahanan pangan melalui protein hewani sekaligus menjawab tantangan global sektor peternakan yang terus menuntut inovasi, menjadi latar belakang hadirnya pameran Nusantara Livestock & Poultry Expo (NLP) dan Indogritech 2025.

"Nusantara Livestock & Poultry Expo bersama Indogritech 2025 hadir untuk mempertemukan para ahli, profesional, pemerintah, asosiasi, serta masyarakat, sekaligus mendukung program-program pemerintah dalam memenuhi kecukupan pangan di Indonesia," ujar Direktur Debindo Global Expo, Rafidi Iqra Muhamad, selaku penyelenggara pameran, dalam press conference yang digelar di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Ia meyakini hadirnya event tersebut dapat memberikan warna baru dalam memajukan industri peternakan di Tanah Air, sekaligus menjadi ajang promosi dan membuka peluang bisnis yang sangat luas.

"Dengan dukungan dari pemerintah, akademisi, dan para expert di bidang peternakan, akan bisa memberikan hal yang konkret, ditambah beragam kegiatan seperti workshop, seminar, dan program lainnya akan hadir dalam pameran tersebut," tambahnya.

Selama empat hari, 6-9 November 2025, NLP dan Indogritech 2025 akan hadir di Hall 10 ICE BSD, Tangerang, dengan menampilkan lebih dari 100 brands dan potensi pengunjung sebanyak 15.000. Beberapa agenda utama juga akan dihadirkan, di antaranya Nusantara Food Summit bersama Zulkifli Hasan (Menko Bidang Pangan) dan Amran Sulaiman (Menteri Pertanian), kemudian diskusi panel mengenai Transformasi Peternakan Nasional bersama Agung Suganda (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan/PKH), dan diskusi mengenai Biofuel & Biogas bersama Sudaryono (Wakil Menteri Pertanian).

Hal itupun mendapat support dari para stakeholder peternakan, salah satunya Dirjen PKH, Agung Suganda, dalam video launching NLP dan Indogritech 2025. Ia sampaikan dukungan dan apresiasinya bahwa kegiatan ini akan memberikan peluang bisnis peternakan dari hulu sampai hilir dan menjadi ajang promosi bukan hanya di tingkat nasional, namun juga secara global.

Sementara itu, Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) yang menjadi Co Hosted, melalui Ketua Umumnya, Desianto Budi Utomo, berharap event ini dapat membuka wawasan baru dengan format yang berbeda dari kegiatan lainnya.

"Nusantara Livestock & Poultry Expo menunjukan keberanian dan optimisme luar biasa. Kami bangga, semoga acaranya berjalan sukses dan kami siap men-support secara penuh," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua V Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (GPPU), Dewa Putu Sumerta, yang juga menjadi Co Hosted"Kami merasa bangga dengan akan diselenggarakannya acara ini. Kami akan support terus dan ikut memeriahkan. Semoga ini berlangsung sukses dan lancar, serta dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kita semua," katanya. (RBS)

PAMERAN LIVESTOCK MALAYSIA 2025: SUKSES DIGELAR DENGAN SEMANGAT INOVASI DAN KOLABORASI

Opening ceremony Livestock Malaysia 2025. (Foto-foto: livestockmalaysia.com)

Kuala Lumpur, 27-29 Agustus 2025. Ajang dua tahunan Livestock Malaysia Expo & Forum kembali digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) pada 27-29 Agustus 2025. Dengan menghadirkan lebih dari 200 merek internasional dari lebih 30 negara, serta diperkirakan menarik lebih dari 6.000 pelaku industri, pameran ini sukses menjadi panggung besar inovasi, teknologi, dan jejaring global di sektor peternakan.

Tahun ini, tema besar yang diusung adalah "Breakthroughs in Feed, Farming and Food Security", yang menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dunia.

Semangat Pembukaan yang Penuh Optimisme
Opening ceremony yang berlangsung di Plenary Hall KLCC pada 27 Agustus pagi dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia, YB Dato’ Sri Arthur Joseph Kurup. Dalam sambutannya, Arthur menekankan bahwa Malaysia kini berkomitmen melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju industri peternakan berteknologi tinggi.

Beberapa prioritas yang menjadi sorotan pemerintah Malaysia antara lain penguatan produksi pakan lokal agar tidak bergantung sepenuhnya pada impor, pengembangan protein alternatif berbasis sumber daya lokal seperti kelapa sawit, penerapan pertanian presisi dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi, penguatan biosekuriti dan kesehatan hewan dalam menghadapi risiko penyakit menular lintas batas, serta peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung keberlanjutan industri.

Visi ini menurutnya hanya bisa tercapai jika seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta asosiasi, bekerja sama secara erat di tingkat nasional maupun regional.

Indonesia Hadir dengan Delegasi Kuat
Indonesia tidak ketinggalan dalam ajang bergengsi ini. Yayasan Pengembangan Pangan Indonesia (YAPPI) (sebelumnya bernama Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia) mengirimkan delegasi yang cukup beragam, terdiri dari tokoh-tokoh akademisi, asosiasi, dan praktisi bisnis.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr Drh Desianto Budi Utomo (Ketua Umum GPMT/Gabungan Perusahaan MakananTernak), Prof Dr Muladno (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2016), Drh Dedy Kusmanagandi (pengusaha obat hewan, penasihat ADHPI), Setya Winarno (Ketua Harian GOPAN/Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional), Winarno (Dosen Fakultas Peternakan IPB University), serta Bambang Suharno (Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Penasihat Forum Media Peternakan).

Kehadiran mereka dalam opening ceremony mendapat sambutan hangat dari panitia penyelenggara maupun delegasi negara lain.

Pertemuan-Pertemuan Strategis
Selain menghadiri pameran dan forum, delegasi Indonesia juga memanfaatkan momentum ini untuk menjalin komunikasi strategis. Beberapa agenda penting yang berhasil dijalankan antara lain:

• Pertemuan dengan Korea Feed Ingredient Association (KFIA). Dialog ini membuka peluang kerja sama dalam pengembangan bahan baku pakan, riset bersama, hingga kemungkinan transfer teknologi pengolahan feed ingredient.

• Diskusi dengan Informa Markets. Informa sebagai penyelenggara pameran global membicarakan peluang kolaborasi ke depan, termasuk kemungkinan memperkuat jejaring antara Livestock Malaysia dengan event peternakan di Indonesia.

• Kunjungan ke Fakultas Kedokteran Hewan Universiti Putra Malaysia (FKH UPM). Pertemuan dengan akademisi UPM menjadi ajang pertukaran gagasan dalam bidang pendidikan dan penelitian veteriner. Diskusi mencakup peluang student exchange, joint research, hingga penguatan kurikulum kesehatan hewan.

• Pertemuan informal dengan berbagai delegasi. Mulai dari pelaku industri farmasi veteriner, asosiasi peternak regional, hingga perusahaan teknologi peternakan. Meski sifatnya tidak formal, diskusi-diskusi ini berpotensi menjadi pintu awal kolaborasi nyata.

• Ramah tamah dengan tamu VIP, antara lain dengan wakil Menteri Pertanian dan Pangan Malaysia dan sejumlah pemimpin asosiasi.

Berfoto bersama Wakil Menteri Pertanian Malaysia, Arthur Joseph Kurup (duduk: dua dari kanan). (Foto: Istimewa)

Pameran Tampil dengan Wajah Baru
Berbeda dengan edisi sebelumnya, Livestock Malaysia 2025 lebih menonjolkan integrasi teknologi digital. Booth-booth peserta banyak menampilkan aplikasi smart farming, mulai dari sensor monitoring kesehatan hewan, robot pakan otomatis, hingga aplikasi berbasis AI untuk prediksi produktivitas ternak.

Tak kalah menarik, sejumlah perusahaan juga memperkenalkan produk nutrisi pakan berbasis sumber daya lokal dan alternatif protein yang ramah lingkungan. Topik ini sangat relevan dengan isu global mengenai keberlanjutan (sustainability) dan jejak karbon industri peternakan.

Selain pameran, sesi seminar teknis dan forum internasional juga dipadati peserta. Tema yang paling diminati mencakup: Strategi menghadapi penyakit hewan lintas batas (transboundary animal diseases); Optimalisasi nutrisi pakan dengan teknologi fermentasi; Inovasi vaksin dan obat hewan untuk menghadapi ancaman ASF (African Swine Fever) dan AI (avian influenza); Penggunaan big data dalam manajemen peternakan unggas.

Salah satu sudut pameran yang digelar di Kuala Lumpur Convention Centre.

Mengapa Indonesia Perlu Serius?
Keterlibatan Indonesia dalam ajang ini bukan sekadar seremoni. Ada beberapa alas an mengapa Livestock Malaysia 2025 relevan bagi industri peternakan Tanah Air:

• Kebutuhan transfer teknologi: Industri peternakan Indonesia menghadapi tantangan serupa dengan Malaysia, terutama terkait pakan, biosekuriti, dan ketahanan pangan. Belajar dari inovasi negara lain bisa mempercepat adopsi teknologi.

• Peluang pasar regional: ASEAN adalah pasar protein hewani yang sangat besar. Kolaborasi antar negara akan memperkuat daya saing produk Indonesia di kawasan.

• Diplomasi asosiasi dan akademisi: Kehadiran tokoh-tokoh dari GPMT, GOPAN, ADHPI, dan akademisi IPB menunjukkan bahwa Indonesia bisa hadir sebagai mitra sejajar, bukan hanya sebagai penonton.

• Membangun jejaring jangka panjang: Pertemuan dengan KFIA, Informa, maupun UPM membuka jalur baru bagi kerja sama riset, investasi, hingga peluang bisnis yang konkret.

Harapan ke Depan
Dari hasil liputan Infovet, para anggota delegasi Indonesia sepakat bahwa keterlibatan aktif dalam forum internasional seperti ini harus terus ditingkatkan. Tidak hanya menghadiri, tetapi juga perlu mulai tampil sebagai pembicara, penyelenggara side event, serta sebagai exhibitor yang menunjukkan inovasi dari Indonesia.

Prof Muladno menekankan bahwa industri peternakan Indonesia memiliki potensi besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun SDM. Namun, tanpa keterbukaan dan kolaborasi internasional, potensi itu sulit diwujudkan. Peternak rakyat juga perlu diajak untuk aktif menghadiri pameran-pameran internasional agar terbuka wawasan untuk lebih berkembang.

Sedangkan Desianto Budi Utomo, selaku Ketua Delegasi, memberikan apresiasi kepada penyelenggara pameran yang telah menerima delegasi Indonesia dengan baik. Pihaknya siap berkolaborasi dalam kegiatan internasional lainnya.

“Livestock Malaysia 2025 dan pameran internasional sejenis lainnya dapat berperan menjadi titik temu bagi para pelaku industri peternakan internasional, pemerintah dan stakeholder lainnya. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, pameran membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan, mengadopsi teknologi baru, dan memperluas jejaring global,” tegas Desianto.

Sementara itu, Drh Dedy Kusmanagandi mengingatkan bahwa industri obat hewan dan kesehatan hewan harus mendapat perhatian serius, karena sudah eksis di pasar internasional, di sisi lain tantangan penyakit hewan semakin kompleks.

Adapun Setya Winarno, selaku anggota delegasi sekaligus Ketua Harian GOPAN, menyampaikan bahwa pameran ini bukan hanya ajang pamer produk, melainkan juga jendela untuk melihat masa depan industri peternakan global. ***

Artikel ini disusun oleh Redaksi Infovet berdasarkan liputan langsung
di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, 27-29 Agustus 2025

INFOVET DAN PLI GELAR WEBINAR, KUPAS ARAH INDUSTRI PETERNAKAN DI TENGAH GEJOLAK GLOBAL

Infovet bersama Poultry and Livestock Innovation menyelenggarakan webinar bertajuk Membaca Arah Industri Peternakan di Tengah Gejolak Global dan Regional. Webinar yang dilaksanakan pada 2 Oktober 2025 tersebut dihadiri oleh para peternak, organisasi peternakan, perusahaan industri peternakan, akademisi dan perwakilan pemerintahan.

“Kita bersyukur bahwa hari ini kita bisa menyelenggarakan webinar dengan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana terjadi gejolak global dan regional,” kata Bambang Suharno, Direktur Utama PT Gallus Indonesia Utama saat membuka webinar.

“Seperti yang kita ketahui, dunia sedang menghadapi berbagai dinamika ketegangan geopolitik, perubahan iklim hingga disrupsi teknologi yang semuanya berpengaruh kepada dinamika bisnis di peternakan. Di sisi lain, kebutuhan akan pangan hewani yang aman, sehat, dan berkelanjutan terus meningkat. Karena itu penting untuk mendiskusikan bagaimana masa depan peternakan. Tentu saja dengan harapan bahwa peternakan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewan.”

Pemateri pertama adalah Ibnu Edy Wiyono, Indonesia Country Director US Soybean Export Council. Ibnu mengawali materinya dengan membicarakan perkembangan sektor peternakan Indonesia secara makro.

“Untuk bisa melihat arah ke depan dari industri peternakan Indonesia saya sebagai orang ekonomi melihat ada apa dengan pasar input. Kemudian apa yang akan terjadi atau sedang terjadi atau yang pernah kita alami di pasar output,” jelas Ibnu.

Ibnu mengajak untuk berpikir backward dan forward. Industri peternakan membutuhkan input, sehingga apa yang terjadi di sektor input akan berpengaruh ke industri peternakan. Apa yang terjadi di market juga akan berpengaruh ke industri peternakan.

Kemudian sedikit memaparkan mengenai perkembangan biofuel policy mandate di Amerika Serikat. Bagaimana dampaknya terhadap bungkil kedelai yang salah satu bahan baku pakan utama di sektor peternakan.

Pemateri terakhir adalah Mohammad Ichwan Sofwan, General Manager PT Songolas Exhibition Services, perusahaan yang menjadi organizer Jakarta Pet Expo 2025.

“Tahun ini Jakarta Pet Expo diadakan untuk yang kedua kalinya. Bedanya tahun ini kami memiliki sebuah segmen baru yang kami sebut sebagai poultry and livestock innovation,” Ichwan mengatakan.

Menurut Ichwan tahun ini pihaknya bekerjasama dengan PT Gallus Indonesia Utama. Pameran yang akan berlasung pada 26-29 November tersebut memiliki beberapa program unggulan diantaranya adalah CEO business forum, business matchmaking, dan hosted buyers untuk industri livestock. (NDV)

KONGRES NASIONAL PERTAMA ASOSIASI HOLSTEIN INDONESIA

AHI kembali berdiri, laksanakan kongres nasional. (Foto: Istimewa)

Bandung (10/9/2025), dalam upaya peningkatan produksi SSDN dan terbentuknya bangsa sapi Holstein, Asosiasi Holstein Indonesia (AHI) kembali berdiri dengan melaksanakan kongres untuk mengupayakan peningkatan produksi dan produktivitas susu dalam negeri.

Sebab pada cetak biru persusuan nasional, target konsumsi susu dalam negeri pada 2026 akan terpenuhi sekitar 60%, dengan asumsi kemampuan produktivitas sapi perah sekitar 20 liter/hari, konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun, populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor, dan populasi betina laktasi menjadi 50% dari populasi betina produktif.

“Namun, saat ini konsumsi susu nasional baru mencapai 16,5 kg/kapita, kemampuan rata-rata produksi sekitar 14 liter/ekor/hari, dan populasinya berkisar 485.809 ekor. Pada saat ini ternyata kontribusi produksi SSDN belum beranjak sesuai target yang dibuat, bahkan cenderung menurun dari base line 22%, masih di bawah 20% untuk memenuhi kebutuhan nasional,” tulis Sekretaris AHI, Arya Wicaksana, dalam keterangan resminya.

Menurut data Kementerian Perindustrian (2022), kebutuhan susu dalam enam tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata 6% per tahun, sedangkan produksi SSDN hanya tumbuh 1% saja.

“Artinya, diprediksi akan terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara produksi SSDN dengan importasi susu jika tidak dilakukan intervensi peningkatan produksi dan produktivitasnya,” tambahnya.

Melihat fenomena itu, didukung iklim usaha dan kebijakan pemerintah, tokoh inisiator Dr Ir Rochadi Tawaf MS sebagai akademisi, Ir Iman Karmawan MM sebagai praktisi, dan Arya Wicaksana SE sebagai peternak, menginisiasi kembali berdirinya AHI.

Pada 1989, PPSKI pernah bekerja sama dengan US Holstein membentuk AHI, demikian pula Dinas Peternakan Jawa Barat bekerja sama dengan JICA Jepang membentuk IDHIA (1997-2002). Namun kegiatan tersebut terhenti aktivitasnya, sehingga lembaga ini harus dihidupkan kembali. Karena memiliki tujuan mulia yaitu melakukan standarisasi produksi dan meningkatkan mutu genetik sapi perah Holstein yang sesuai kondisi ekosistem iklim dan budaya Indonesia.

Dijelaskan, dalam rangka merealisasikan tujuannya, AHI bekerja sama dengan perusahaan peternakan sapi perah skala menengah dan besar, yang memiliki kelompok peternak binaan. Kerja sama ini produknya berupa sapi-sapi bakalan hasil inovasi teknologi rekayasa genetik.

“AHI dan perusahaan peternakan sapi perah merupakan mitra balai perbibitan sapi perah milik pemerintah. Adapun tugas pokok dan fungsi AHI yaitu mengawal, mengembangkan dan melakukan standariasi, serta sertifikasi sapi perah Holstein Indonesia dalam bentuk bibit sebar kepada peternak,” imbuh dia.

Kongres AHI bertajuk “Membentuk Sapi Perah Holstein Indonesia untuk Membangun Persusuan Nasional”, dilaksanakan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dihadiri peserta sebanyak 55 orang yang terdiri dari pendiri AHI, peternak dan perusahaan sapi perah, koperasi susu, perguruan tinggi, lembaga perbibitan pemerintah, dinas-dinas peternakan, asosiasi peternakan, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam kongres tersebut ditetapkan tata tertib dan agenda kongres pertama AHI, penandatanganan akta pendirian, menetapkan AD/ART, dan menetapkan program kerja, sekaligus membentuk dan melantik pengurus AHI periode 2025-2029: Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Direktur Utama), Arya Wicaksana SE (Sekretaris), Ir Iman Karmawam MM (Bendahara), Afghan SPt (Direktur Pelaksana). Dewan Pengawas: Teguh Boediyana (Ketua), Drh Desi, Dedi Setiadi, dan Aun Gunawan (Anggota). (INF)

INOVETION RESMI DILUNCURKAN: ERA BARU REKOGNISI INOVATOR DAN INVENTOR BIDANG VETERINER INDONESIA

Para penerima Golden Inovetion Badge (Foto: Istimewa)

Dunia kedokteran hewan Indonesia memasuki babak baru dengan diluncurkannya INOVETION (Indonesia Veterinary Innovation). Sebuah program rekognisi untuk para inovator dan inventor baik dokter hewan maupun non dokter hewan, atas kiprahnya dalam berinovasi dan menghasilkan penemuan dibidang veteriner atau yang mendukung bidang veteriner.

Grand launching yang berlangsung pada Jumat, 19 September 2025 di ICE-BSD, Tangerang, sebagai bagian dari rangkaian ILDEX 2025, menandai dimulainya era baru dalam mengangkat dan mengapresiasi karya-karya inovatif yang berkontribusi bagi kemajuan veteriner Indonesia.

Program yang digagas oleh drh Gunadi Setiadarma dan drh Deddy F Kurniawan, MVet dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKH IPB ini hadir dengan misi mulia: memberikan pengakuan kepada para inovator dann inventor yang telah menghasilkan karya konkret untuk dikenal oleh publik secara terbuka agar kemanfaatannya bisa tersebar lebih luas. Karya yang dimaksud adalah ide yang sudah terbukti maupun produk konkret baik alat maupun barang lainnya.

Rekognisi yang diberikan oleh Inovetion berupa penyematan Golden Inovetion Badge kepada orang-orang yang memiliki kelayakan dalam beberapa kriteria. Pertama, inovasi dan penemuannya sudah dilakukan dengan dasar keahlian dan ilmiah yang kuat. Kedua, inovasi dan penemuannya memiliki potensi untuk menjadi produk publik dan memiliki potensi bisnis secara luas. Ketiga, inovasi dan penemuannya memiliki muatan konsep kebaruan dan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Ke depan, Inovetion akan dikembangkan sebagai promotor dan media penghubung antara inovator, inventor dan investor. Inovetion akan menjadi agenda tahunan untuk menyemangati para inovator dan inventor di bidang veteriner sekaligus menghubungan para ilmuwan dan kreator dengan dunia industri,” jelas Deddy. “Inovetion juga memiliki beberapa program lanjutan, yaitu company profiling, investment pitch dan corporate development.”

Pada tahun perdana ini, 16 inovator dan inventor terpilih mendapatkan rekognisi dan disematkan Golden Inovetion Badge serta mendapatkan sertifikat:

  1. Dr drh Agung Suganda, MSi - Dirjen PKH Kementan RI
    Inovasi: Dairy Veterinary Investment, pelopor dan pendorong program investasi peternakan khususnya bidang persapian di Indonesia.
  2. Drh Fitri Nursanti, MM, MSc - ILDEX Indonesia
    Inovasi: ILDEX Indonesia, Expo Peternakan terbesar di Indonesia.
  3. Prof Dr Agr Ir Sigit Prastowo, SPt, MSi IPU ASEAN - MOOSA Genetics
    Inovasi: IGBV - Indonesia Genomic Breeding Value, sistem valuasi sapi perah presisi berbasis uji molekuler pertama di Indonesia.
  4. Prof Dr Drh Huda Shalahudin Darusman, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kit Alzheimer, kit ELISA untuk deteksi penyakit Alzheimer pertama di Indonesia.
  5. Dr drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi, SVMBS - SKHB IPB
    Inovasi: Mikroenkapsulasi sel leydig untuk terapi kejantan pria.
  6. drh Aris Ahmad Jaya - PT AbCo Indonesia
    Inovasi: AbCo Training and Consulting, dokter hewan pelopor perusahaan training softskill di Indonesia.
  7. drh Luski Febrian, MM - PT. BIOFAL
    Inovasi: BIOFAL-Vet, pelopor instalasi pengolahan air limbah khusus untuk klinik hewan dan SPPG.
  8. drh Muchlido Apriliast
    Inovasi: Rumah Susu Indonesia, pelopor pabrik susu pasteurisasi terintegrasi skala komersial menengah di Indonesia.
  9. Prof Dr drh Agik Suprayogi, MSc - SKHB IPB
    Inovasi: KATULAC, produk pakan tambahan dari daun katuk terdepolarisasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi perah.
  10. Prof Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr - Fapet IPB
    Inovasi: Sorinfer, produk pakan ternak dari daun indigofera yang kaya nutrisi.
  11. Dr Iyep Komala, SPt, MSi - Fapet IPB
    Inovasi: D-RUMINANSIA, Smart Microclimate Control untuk ruminansia.
  12. Dr drh Anita Esfandiari, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kapsul Antibodi Enterotoksigenik untuk mencegah diare pedet.
  13. drh Hendra Budi Setiawan - Founder & CEO, Halovet
    Inovasi: HaloVet, pelopor start-up edukasi digital kedokteran hewan.
  14. drh Wywy Goulda - Founder March Animal Clinic, Jakarta
    Inovasi: Pet Blood Bank Indonesia, bank darah hewan pertama di Indonesia yang menyediakan stok darah untuk kebutuhan transfusi darurat.
  15. Dr drh Muhammad Agil, MSc, Dipl, ACCM - SKHB IPB
    Inovasi: Biobank Badak Sumatera
  16. Prof Dr drh Amrozi, PhD - FKH IPB
    Inovasi: Smart Halter, pengembangan teknik diagnosa berbasis teknologi IT untuk deteksi kolik pada kuda.

(NDV)

UPDATE POPULASI BABI PASCA WABAH ASF

Infovet, Jakarta — Kamis, 18 September 2025. Dalam rangkaian Pameran ILDEX 2025, Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) bersama USSEC, AUSVET, Majalah Infovet, dan sejumlah pemangku kepentingan menggelar Seminar Nasional bertajuk “Pemulihan Usaha Peternakan Babi Pasca Wabah ASF di Indonesia” di Room Kalimaya 2, ICE BSD, Jakarta.

Dalam sambutan pembuka, Ibnu Edy Wiyono (USSEC) menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung terselenggaranya seminar. Ia menekankan pentingnya melakukan pembaruan data populasi babi serta upaya bersama membangkitkan kembali industri babi pasca serangan ASF.

Seminar menghadirkan tiga narasumber utama: Dr. Sauland Sinaga (Ketua Umum AMI) memaparkan “Situasi Terkini Bisnis Peternakan Babi di Indonesia Pasca Wabah ASF”. Kemudian Dr. Basilisa P. Reas (Regional Technical Director-Animal Protein, USSEC) membahas “Farm Biosecurity and Feeding Management in Swine Farming”. Dan Drh. Sonny Handaru (Veterinary Officer, AUSVET) mengulas “Manajemen ASF: Studi Kasus Laos”.

Acara dipandu oleh Ir. Alfred Kompudu, S.Pt, MM, IPM, ASEAN Eng (Technical Consultant USSEC). Tak kurang dari 60 peserta yang terdiri atas peternak, akademisi, praktisi, dan perwakilan perusahaan hadir. Para peserta datang dari berbagai daerah sentra peternakan babi, antara lain Bali, Solo, Karawang, dan Tangerang.

Turut hadir pula sejumlah tokoh penting, seperti Kepala BBPMSOH Dr. drh. Hasan Abdullah Sanjaya beserta tim, staf ahli utusan khusus kepresidenan bidang pangan Rifanzi Rakhmat, perwakilan Direktorat Hilirisasi PKH, nutrisionis senior Sinta Prima Feedmill Chandra Yanuartin, serta pimpinan perusahaan obat hewan dan sarana peternakan lainnya.*(DS)

SEMINAR NASIONAL ISPI: LIVESTOCKPRENEUR STAND OUT

Seminar Nasional ISPI dalam rangkaian ILDEX Indonesia 2025. (Foto: Istimewa)

Bisnis peternakan merupakan jenis usaha yang akan terus berjalan selama manusia masih ada di muka bumi. Hal tersebut sangat beralasan karena produk peternakan sebagai penghasil bahan pangan akan senantiasa dibutuhkan oleh umat manusia.

Pembahasan tersebut mengemuka pada gelaran Seminar Nasional ISPI: Livestockpreneur Stand Out, dalam rangkaian ILDEX Indonesia 2025 di ICE BSD, Kamis (18/9/2025).

Founder and President Chickin Indonesia, Ashab Alkahfi, mengatakan bahwa usaha peternakan ayam memang memiliki risiko tinggi (high risk), namun peluangnya masih sangat besar karena permintaan terhadap daging ayam yang terus tumbuh.

"Konsumsi ayam di Indonesia diperkirakan meningkat didorong oleh percepatan PDB perkapita dengan meningkatnya populasi kelas pekerja, yang mana pembukaan kembali perekonomian akan mendorong pertumbuhan itu," kata pengusaha muda tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh CEO Pramoda Egg & Founder Swasembada, Mahardika Agil Bimasono, bahwa usaha di bidang peternakan khususnya unggas memiliki karakteristik yang khas, seperti populasi/volume besar maka omzetnya pun akan besar, kemudian perputaran uangnya pendek, dan siapa yang cepat memindahkan risiko adalah dia yang akan menjadi pemenang.

"Kalau sebagai pemula, yang perlu dilakukan adalah bagaimana caranya agar produk cepat laku karena (produk) mudah rusak. Nanti kalau sudah besar, pikir cara buat amankan supply chain dan sourcing," ungkapnya.

Di lokasi yang sama, CEO Nusa Farms Indonesia, Wahyu Ramdani, berujar yang ideal dalam membangun bisnis adalah dengan model bisnis yang sesuai passion.

"Sejak kuliah saya senang dengan sapi potong. Jadi sekarang ini bisnisnya juga beternak sapi potong," tutupnya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.