-->

YEAVITA: PROBIOTIC OF SACCHAROMYCES CEREVISIAE

Probiotic of Saccharomyces cerevisiae to imporve the feed digestability and reduce watery stool occurrence.



PRINSIP NUTRISI YANG PRESISI PADA PAKAN RENDAH PROTEIN

Perkembangan genetik hewan ternak saat ini harus didukung oleh pemenuhan kebutuhan nutrisinya, agar potensi maksimal ternak dapat dihasilkan.

Berbagai breed hewan ternak yang dihasilkan selalu dilengkapi panduan atau rekomendasi kebutuhan nutrisi yang dikeluarkan oleh perusahaan breeding. Panduan inilah yang selanjutnya diikuti nutrisionis dan formulator dalam membuat pakan.




PAKAN BERKUALITAS JADI IDAMAN

Inspeksi keamanan pakan, dengan menjaga keamanan pakan akan menentukan kualitasnya. (Foto: Istimewa)

Selain menjadi tanggung jawab produsen, keamanan dan kualitas pakan juga harus diupayakan oleh semua mata rantai yang terlibat, tentunya pakan berkualitas merupakan idaman bagi semua stakeholder.

Pengaruh Iklim Terhadap Kualitas Bahan Baku
Kualitas pakan juga bergantung pada lingkungan, hal ini karena lingkungan dapat memengaruhi kualitas dari suatu bahan baku pakan. Contoh keadaan iklim dan musim, dikala musim penghujan tiba, produsen biasanya ketar-ketir dengan kualitas beberapa bahan baku yang cenderung tercemar mikotoksin yang tinggi.

Hal tersebut pernah diungkap oleh Nutrition and Technical Support Section Head PT Charoen Pokphand Indonesia Lampung, Viko Azi Cahya. Ketika kelembapan cenderung tinggi dan terjadi penurunan suhu, hal tersebut akan memengaruhi kadar air suatu bahan pakan. Setiap bahan pakan memiliki standar mutu level kadar air, namun selama penyimpanan, level kadar air bahan pakan tidak selalu konstan.

Air di dalam bahan pakan dan udara saling membentuk keseimbangan, yang disebut juga dengan equilibrium moisture content (EMC). Oleh karena itu selama penyimpanan, agar kadar air selalu terjaga tidak mencapai level yang bisa membuat tumbuhnya mikroorganisme penyebab kerusakan, harus dijaga kelembapan udara di tempat penyimpanannya.

“Oleh karena itu dalam memilih bahan baku misalnya jagung, kita juga mempertimbangkan kadar air yang terkandung di dalamnya, ini akan memengaruhi kualitas dari bahan baku itu sendiri. Formulator dan nutrisionis harus pintar menyiasatinya,” kata Viko.

Memanfaatkan Data, Jaringan, & Teknologi
Sebelum memilih bahan baku pakan terutama bahan baku impor, produsen juga harus mengetahui hal teknis yang terjadi dan dapat memengaruhi kualitas bahan baku. Beberapa perusahaan supplier feed additive biasanya memberikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MENJAGA KEAMANAN & KUALITAS PAKAN

Jagung bahan baku pakan yang rentan tercemar mikotoksin. (Foto: iStock)

Pakan merupakan faktor utama dalam budi daya perunggasan, 70 bahkan 80% biaya budi daya dalam beternak berasal dari pakan. Dalam menghasilkan pakan yang berkualitas tentunya didukung oleh penggunaan bahan baku yang berkualitas dan serangkaian proses tertentu.

Apalagi dikala kondisi seperti sekarang yang bisa dibilang harus lebih efisien dikarenakan kenaikan harga berbagai bahan baku pakan yang secara langsung menaikkan harga pakan. Kualitas pakan adalah harga mati dari para produsen pakan agar produk mereka tetap digemari para penggunannya.

Risiko di Dalam Pakan
Pakan yang baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup kualitas nutrisi, kualitas teknis, keamanan pakan, dan nilai bioekonomis penggunaan pakan. Keamanan pakan adalah bagian dari keamanan pangan, karena pakan merupakan salah satu mata rantai awal dari keseluruhan mata rantai makanan.

Dalam sebuah seminar perunggasan, Tony Unandar selaku konsultan perunggasan pernah berujar bahwa selain udara dan lingkungan, pakan juga dapat menjadi pintu masuk bagi mikroba patogen ke dalam tubuh ayam.

Artinya, pakan yang tercemar oleh mikroba patogen atau kualitasnya buruk akan membawa dampak buruk pula bagi pertumbuhan, kesehatan, dan performa ayam. Alih-alih untung, peternak bisa jadi buntung akibat hal tersebut.

Sementara menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dewi Apri Astuti, kualitas pakan berbanding lurus dengan kualitas bahan bakunya. Dalam menjaga kualitas bahan baku pakan, produsen terkendala dari bahan pakan yang bersifat sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat perubahan kondisi lingkungan. Ada beberapa kerusakan kerap terjadi akibat kesalahan penanganan dan penyimpanan, antara lain:

• Kerusakan fisik: Diakibatkan oleh kesalahan handling saat panen, mesin, atau transportasi. Misalnya kerusakan pada biji jagung (broken kernel). Biasanya kerusakan fisik tidak memengaruhi kualitas, tetapi lebih kepada estetika.

• Kerusakan biologis: Disebabkan oleh serangan hama seperti tikus, burung, kutu, dan lain-lain. Misalnya ketika bungkil kedelai diserang hama kutu, maka nutrisi dari bahan tersebut akan berkurang.

• Kerusakan mikrobiologis: Diakibatkan oleh mikroorganisme seperti jamur dan bakteri, yang dapat menyerap nutrisi dalam bahan pakan dan menghasilkan substansi yang bersifat racun bagi ternak (toksin). Contoh jagung yang terserang jamur, maka jamur tersebut menyerap nutrisi dari jagung dan akan menghasilkan berbagai jenis toksin yang berbahaya bagi ternak mulai dari penurunan produktivitas hingga kematian.

• Kerusakan kimiawi: Biasanya terjadi pada beberapa jenis imbuhan pakan,  yang berubah susunan kimia aktifnya akibat kesalahan penyimpanan (tidak sesuai rekomendasi). Contoh, apabila bahan seperti asam organik yang disimpan tidak sesuai dengan rekomendasi, menyebabkan caking (akibat dari reaksi hidrolisis). Apabila asam organik sudah caking biasanya sangat rentan menguap karena sifat asam organik yang volatil.

“Apalagi di tengah kondisi sekarang ini, selain harga bahan baku yang melonjak, kualitasnya terkadang tidak stabil. Oleh karena itu, sangat penting mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan stabil,” kata Dewi.

Ia memberi contoh, misalnya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

KONTROL KUALITAS PAKAN SECARA MENYELURUH

Pengawasan penyimpanan bahan baku. (Foto: Istimewa)

Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam keberhasilan produksi ternak selain dari genetik dan lingkungan. Pakan juga merupakan komponen terbesar dalam biaya pemeliharaan unggas yang mencakup hampir 70-80% dari seluruh total biaya pemeliharaan.

Tentunya kualitas dan kuantitas pakan menjadi titik kritis yang harus diperhatikan guna mendukung performa yang optimal dari ternak yang dipelihara. Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas baik yang sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Pakan yang berkualitas harus mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak dan memiliki palatabilitas tinggi. Pakan yang baik juga harus memiliki kecernaan yang tinggi guna memastikan nutrisi yang terkandung pada pakan dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh ternak.

Selain itu, pakan yang berkualitas harus terbebas dari racun (toxin) maupun zat anti-nutrisi yang dapat memberikan dampak merugikan dalam mencapai performa optimal. Oleh karena itu, kontrol kualitas pakan menjadi poin penting untuk memastikan bahwa pakan yang dikonsumsi ternak memiliki kualitas yang baik.

Kontrol kualitas atau quality control (QC) pada pakan merupakan proses yang dilakukan guna memastikan pakan yang diberikan telah memenuhi standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Kontrol kualitas pakan harus dilakukan mulai dari penerimaan dan penyimpanan bahan baku, proses pencampuran bahan baku (mixing), dan pemberian pakan itu sendiri. Pada proses tersebut dilakukan berbagai macam pemeriksaan dan juga pengawasan guna memastikan bahwa pakan yang dihasilkan memiliki kualitas yang diharapkan.

Kontrol Kualitas Saat Penerimaan Bahan Baku 
Penerimaan bahan baku merupakan gerbang utama dalam program pengendalian mutu pada pabrik pakan maupun di peternak. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa bahan baku yang diterima memiliki spesifikasi yang sesuai.

Khususnya pada peternak self mixing, kontrol kualitas bahan baku sangat penting untuk memastikan bahan baku yang digunakan sesuai dengan bahan baku yang dimasukan ke dalam perhitungan formulasi.

Pada saat penerimaan bahan baku, sebaiknya dilakukan uji fisik maupun uji kimia. Karakteristik fisik ditentukan agar dalam penerimaan bahan baku dapat diseleksi apakah suatu bahan dapat diterima atau ditolak. Sedangkan uji kimia dapat menghasilkan nilai analitis yang dapat digunakan sebagai dasar dalam memformulasikan pakan.

Uji fisik meliputi uji organoleptik yang merupakan metode pengujian suatu bahan menggunakan panca indera secara kualitatif. Pengujian organoleptik yang diamati adalah warna, tekstur, aroma, dan ada atau tidaknya kontaminan.

Salah satu bahan baku pakan yang dominan digunakan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2024.

Ditulis oleh:
Wardiman SPt
Formulator PT Mensana Aneka Satwa

PENTINGNYA KONTROL KUALITAS PAKAN

Kualitas bahan baku pakan di lapangan bisa berubah-ubah. (Foto: Shutterstock)

Pakan sangat menentukan produktivitas ternak sehingga kontrol kualitas bahan baku pakan sangat penting dilakukan peternak. Diketahui bahwa kualitas bahan baku pakan di lapangan selalu berubah-ubah tergantung wilayah, cuaca, musim, penanganan pasca panen, tempat penyimpanan, dan adanya kecurangan penambahan bahan tertentu dengan tujuan harga murah.

Jika tidak dikontrol kualitasnya, maka akan merugikan peternak. Terlebih biaya pakan mengambil porsi terbesar dalam biaya produksi peternakan. Ketika penulis melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku pakan ternak ditemukan mengandung tambahan bahan tertentu. Adanya bahan tambahan  ini akan mengakibatkan nilai nutrisi tidak sebenarnya. Contohnya bekatul atau dedak yang ditambahkan gilingan sekam. Fungsi sekam yaitu sebagai bahan pengisi atau penambah bobot dari bekatul atau dedak. Namun sayangnya sekam mengandung serat kasar yang tinggi sehingga susah dicerna ternak unggas.

Contoh lain bahan baku pakan yang juga sering dipalsukan adalah tepung ikan dan meat bone meal (MBM). Tepung ikan sering dicampur dengan urea, sedangkan MBM dicampur dengan tepung bulu. Penambahan urea maupun tepung bulu akan meningkatkan kadar protein kasar, namun urea tidak dapat dimanfaatkan tubuh ayam bahkan beracun.

Kontrol kualitas bahan baku utamanya adalah mengendalikan kandungan kualitas yang bervariasi. Variasi bahan baku di antaranya berpengaruh terhadap kandungan protein dan komposisi asam amino. Keduanya (protein dan AA) merupakan komponen nutrisi paling mahal dalam menyusun pakan unggas.

Selanjutnya adalah energi (metabolik) dan fosfor yang memberikan beban biaya termahal dalam formulasi pakan. SBM/bungkil kedelai merupakan sumber protein paling ekonomis diandalkan karena kandungan protein yang tinggi (46-48%) dan komposisi/profil asam amino konsisten. Perbedaan asal sehingga dikenal SBM Brasil, SBM Argentina, SBM USA, SBM India membuktikan variasi nyata yang ada di antara jenis bahan baku tersebut. Dalam operasional sehari-hari penerimaan SBM dari satu asal saja bisa memperlihatkan adanya perbedaan dalam kandungan nutrisinya. Adapun factor-faktor yang berkontribusi terhadap variasi tersebut bisa disebabkan cara prosesing (derajat cooking yang pada kondisi ekstrem menyebabkan under-cooked dan over-cooked).

Produk yang tiba di feedmill bisa saja berasal dari beberapa pabrik yang mempunyai cara pengolahan berbeda. Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah teknik sampling, karena tekstur SBM tidaklah sangat homogen, terkadang ditemukan kontaminan hull atau patahan batang. Mengingat SBM dan jagung merupakan bahan baku sumber protein yang digunakan dalam persentase tinggi, maka perubahan kecil dalam nilai nutrisi kedua bahan baku tersebut yang tidak diantisipasi akan berdampak pada performa unggas.

Kecuali masalah-masalah di atas dalam kontrol bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan memenuhi standar kualitas, maka masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan agar pakan yang dihasilkan berkualitas baik:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom
Jl. DR Sahardjo No. 264
Tebet, Jakarta Selatan
HP: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net

INOVASI KEKINIAN PAKAN TERNAK KAMBING FAPET UNJA

Mengolah Batang Pisang Untuk Alternatif Hijauan
(Foto  : FAPET UNJA)


Tim pengabdian Fakultas Peternakan Universitas Jambi (UNJA) mengimplementasikan teknologi pakan inovatif berupa fermentasi batang pisang sebagai alternatif hijauan untuk ternak sapi, kegiatan ini berlangsung di Desa Kota Baru, Kecamatan Geragai, Tim kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terdiri atas Prof. Dr. Ir. Adriani, Msi., Prof. Ir.Darlis, MS.c, Ph.D, Prof. Dr.Ir. M. Afdal, MS.c. Dr. Ir Mairizal, MP. Dan Jul Andayani, SPt. MP

Prof. Dr. Ir. Adriani, Msi Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pengolahan pakan fermentasi dari batang pisang cavendis yang banyak tersedia didesa Kota Baru sebagai penganti hijauan pakan, sehingga peternak tidak lagi mencari rumput setiap hari. Kegiatan ini merupakan Upaya dari perguruan tinggi dalam melakukan transfer hasil-hasil penelitian yang sudah berhasil dilakukan dan diterapkan dimasyarakat.

“Mitra yang menjadi sasaran kegiatan adalah anggota kelompok tani Suka Maju, mitra kegiatan ini memiliki 82 ekor sapi dan 37 ekor kambing, disisi lain banyak tersedia limbah batang pisang cavendis yang belum dimanfaatkan, bahkan menjadi limbah yang mencemari lingkungan disekitar perkebunan,”ujar Prof. Adriani.

Prof. Adriani juga mengatakan peternak ruminansia (sapi dan kambing) sering kesulitan mendapatkan hijauan pakan karena lahan yang ada sudah menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertanian.

“Para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendis untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia dilokasi kegiatan. Potensi batang pisang cavendis di desa Kota Baru lebih dari 10 ha, kondisi ini menghasilkan batang pisang 555-666 ton permusim atau lebih kurang 8 bulan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan diskusi dan koordinasi dengan mitra dan disepakati usulan kegiatan berupa pelatihan fermentasi batang pisang sebagai pakan ternak ruminansia untuk sapi dan kambing,”ungkap Prof. Adriani.

Prof. Adriani menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah partycipatory rural approach (PRA) yaitu proses pendidikan dan tranfer ilmu pengetahuan melalui cara penyuluhan, pelatihan, praktek pembuatan batang pisang fermentasi dan pemberian batang fermentasi untuk ternak sapi.

“Kegiatan pengabdian dimulai dari koordinasi dengan kelompok tani untuk menyepakati teknis kegiatan, kegiatan penyuluhan dilakukan pada kelompok tani mengenai potensi limbah untuk pakan ternak, dan proses fermentasi batang pisang cavendis. Setelah kegiatan penyuluhan, dilanjutkan dengan praktek pembuatan batang pisang fermentasi. Komposisi pakan yang dibuat terdiri atas batang pisang cavendis yang sudah dicacah sebanyak 90% ditambah dengan dedak sebanyak 10%. sebagai aktivator untuk proses fermentasi digunakan EM4 1%,”tambah Prof. Adriani.

Prof. Adriani juga menceritakan proses persiapan pakan ini dimulai dengan batang pisang tercacah terlebih dahulu dan dilakukan dengan baik lalu dilakukan pengurangan kadar air dengan cara dipress menggunakan mesin press sampai kadar air sekitar 60%. Semua bahan dimasukan kedalam drum dengan cara dipadatkan. Setelah padat dilakukan penutupan dengan rapat untuk menjaga proses fermentasi secara anaerop. Semua bahan diaduk rata, kemudian dilakukan proses fermentasi salama 15-21 hari. Setelah itui pakan batang pisang fermentasi sudah bisa diberikan kepada sapi atau kambing yang sebelumnya diangin-anginkan terlebih dahulu.

“Keuntungan dari pakan fermentasi adalah mengandung bakteri menguraikan dalam pakan, sehingga ternak dapat mencerna makanan dengan lebih mudah dan efektif., membantu meningkatkan nilai nutrisi dalam pakan dan bisa disimpan dalam waktu lama yang bisa digunakan sebagai cadangan penganti hijauan,”kata Prof. Adriani.

Kegiatan pengabdian masyarakat di kelompok tani Suka Maju berlangsung sukses, dengan partisipasi aktif dari peserta dalam penyuluhan, praktik, dan pemberian pakan fermentasi kepada ternak mereka. (INF).

SMOKLIN: ASAP INOVATIF PEMBASMI JAMUR

SMOKLIN Blue adalah fungisida berbasis enilconazole dengan moda asap yang tidak memerlukan fogger. SMOKLIN Blue tersedia dalam kemasan tabung bersumbu yang dapat disulut sehingga sangat praktis dan ekonomis untuk digunakan dalam proses disinfeksi ruangan tertutup seperti inkubator, kandang, feed silo, container, laboratorium, dan ruangan lain dengan ventilasi yang baik.



BBPTU-HPT BATURRADEN RAIH PENGHARGAAN DARI KEMENTERIAN PANRB

Pemberian penghargaan dari Kementerian PANRB kepada BBPTU-HPT Baturraden. (Foto: Istimewa)

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). BBPTU-HPT Baturraden masuk daftar 10 Terbaik Kategori Kementerian dengan predikat Pelayanan Prima.

Penghargaan diterima oleh Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Ali Jamil, dalam acara Gebyar Pelayanan Prima di Jakarta (8/10/2024).

Kegiatan yang mengusung tema “Wujudkan Ekosistem Pelayanan Publik Transformatif, Inovatif, dan Inklusif” ini memberikan apresiasi terhadap peningkatan pelayanan publik, khususnya dalam mendukung keberhasilan Reformasi Birokrasi Berdampak. BBPTU-HPT Baturraden ditetapkan sebagai Lokus Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik (PEKPPP) oleh Kementerian PANRB, sebagai pengakuan atas inovasi dan upaya peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, Menteri PANRB, Abdullah Azwar Anas, menyampaikan harapan bahwa Gebyar Pelayanan Prima dapat memperkuat sinergi antar instansi pemerintah dalam memberikan layanan publik yang lebih baik.

“Bagaimana kita ini mewujudkan reformasi birokrasi berdampak sehingga masyarakat benar-benar merasakan kehadiran pemerintah,” ujar Anas.

Kementerian PANRB memberikan sejumlah penghargaan dalam acara tersebut, yang meliputi 10 Penghargaan Pembinaan Pelayanan Publik Ramah Kelompok Rentan, kemudian sebanyak 21 Penghargaan Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik, serta 75 Penghargaan Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi Pelayanan Publik.

Sementara itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, saat dikonfirmasi terpisah menyampaikan apresiasinya terhadap pencapaian BBPTU-HPT Baturraden.

“Penghargaan ini menjadi bukti komitmen kami untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,” katanya.

Ia juga mengimbau untuk terus bekerja keras dan inovasi berkelanjutan dalam menghadapi tantangan di bidang peternakan.

“Kami berharap penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi seluruh jajaran Ditjen PKH untuk terus melakukan perbaikan dalam pelayanan publik,” tegasnya.

Sebagai informasi, Indeks Pelayanan Publik (IPP) Nasional 2023 mencatat skor 3,78 dari skala 5, menempatkannya dalam kategori “baik.” Sementara itu, Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Nasional mencapai skor 3,53 dari skala 4. (INF)

YEAMOS, PROFESSIONAL ENHANCED TOXIN BINDER INGREDIENT

Mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang terdapat pada pakan dan bahan baku pakan. Saat ini, terdapat sekitar 100 jenis mikotoksin yang diketahui mengontaminasi pakan, terutama berbagai mikotoksin yang dihasilkan oleh Penicillium, Aspergillus dan Fusarium, dimana bahaya utama bagi ternak dan unggas adalah aflatoksin, okratoksin, toksin fumigatus, mikotoksin trichothecene dan zearalenone. Setidaknya 25 persen biji-bijian di dunia terkontaminasi mikotoksin, sehingga menyebabkan kerugian serius bagi industri pakan, peternakan, dan kesehatan manusia.



KOLABORASI USSEC DAN FAPET UNSOED, GELAR WORKSHOP PENTINGNYA NUTRISI PADA TERNAK

Workshop USSEC bersama Fapet Unsoed. (Foto: Istimewa)

United State Soybean Export Council (USSEC) bersama Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Fapet Unsoed), menggelar workshop selama dua hari pada 14-15 Agustus 2024, bertempat di Ruang Aula Lantai 3 Gedung Pendidikan Fapet Unsoed.

Workshop dengan tema “Fundamentals Animal Nutrition and Feed Formulation” menghadirkan narasumber di antaranya Engr Conrado U. Bulanhagui ME (Independent Consultant dari Filipina) Prof Budi Tangendjaja PhD (peneliti utama dalam bidang pakan dan nutrisi ternak) Ibnu E. Wiyono (Country Director Indonesia USSEC), Nanik Setiyaningsih SPt MSi, Ir Alfred Kompudu SPt MM IPM ASEAN Eng (Technical Consultant USSEC), serta Ir Yahya M. Sofwan SPt MP IPM (Technical Consultant Animal Protein USSEC).

Dekan Peternakan Fapet Unsoed, Prof Dr Ir Triana Setyawardani SPt MP IPU ASEAN Eng, mengungkapkan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini ialah untuk mengedukasi mahasiswa perihal pentingnya nutrisi pada sektor peternakan.

Ia menambahkan bahwa tahun ini menjadi tahun yang istimewa bagi Fapet Unsoed dapat menjadi bagian dalam menyelenggarakan kegiatan workshop bersama USSEC. “Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi USSEC dengan Fapet Unsoed. Diharapkan kegiatan ini akan berlanjut pada kerja sama antara USSEC dan Fapet Unsoed,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan, workshop ini mengharapkan agar mahasiswa dapat menyerap ilmu yang diperoleh selama kegiatan, mengingat materi yang diberikan belum ada di dalam dunia usaha dan dunia industri, terutama untuk mahasiswa menambah wawasan dan ilmu sebagai bekal di masa yang akan datang.

“Semoga materinya bermanfaat untuk membekali mahasiswa sebagai bekal di masa depan dan bisa mereka gunakan ketika mereka kerja,” terangnya.

Sementara itu Ir Yahya menuturkan, “Fapet Unsoed tahun ini menjadi bagian dari perguruan tinggi lain yang berkesempatan menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan workshop. Ada dua perguruan tinggi yang kebagian sebagai penyelenggara, yaitu Fapet Unsoed sama salah satu perguruan tinggi di jawa timur.”

Pada kesempatan itu, narasumber pertama yakni Nanik Setiyaningsih membawakan materi “Feed Raw Material Quality Control”, dilanjutkan Prof Budi dengan materi “The Principles of Feed Formulation”. Pada sesi berikutnya paparan dilanjutkan secara pararel, Prof Budi melanjutkan paparan di Ruang Aula dengan peserta mahasiswa, sedangkan kelompok dosen mengikuti paparan dari Conrado U. Bulanhagui dengan tema “The Principles of Good Feed Manufaturing”.

Pada hari terakhir workshop, lima narasumber menyampaikan materi secara estafet yang diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penutupan workshop, yang dilanjutkan sesi foto bersama. (fapet.unsoed.ac.id/INF)

DESIANTO BUDI UTOMO KEMBALI PIMPIN GPMT

Foto Bersama Jajaran Pengurus GPMT Periode 2024-2028
(Foto :CR)


Kongres Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) yang ke - 15 sukses digelar pada 21-22 Agustus 2024 yang lalu di Episode Hotel, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang. Hasil dari kongres tersebut kembali menujuk Drh Desianto Budi Utomo sebagai Ketua Umum GPMT periode 2024 - 2028. 

Dalam pidatonya, Desianto berterima kasih kepada para anggota GPMT yang masih memberinya kepercayaan dalam menjalankan organisasi. Desianto juga mengatakan kedepannya industri peternakan khususnya pakan ternak akan kerap menghadapi berbagai tantangan, dimana tantangan tersebut hanya dapat dihadapi secara bersama - sama dengan kolaborasi antar stakholder yang solid. 

"Untuk mencapai tujuan bersama, kita harus selalu solid dalam bersinergi dan kolaborasi. Kedepannya kami berharap GPMT dapat menjadi mitra strategis bagi asosiasi, pemerintah, maupun stakeholder lain di industri peternakan dalam menghadapi isu dan tantangan kedepan," tuturnya. 

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh Agung Suganda yang mewakili Menteri Pertanian pada hari itu juga memberikan sambutannya. Agung kembali mengingatkan akan pentingnya keberadaan industri pakan dalam membangun peternakan dan menyojong program ketahanan pangan nasional. 

"Keberadaan industri pakan tentunya juga memberikan dampak bagi ketersediaan protein hewani yang akan dikonsumsi masyarakat. Di sini tentu saja GPMT juga ikut andil dalam membangun bangsa melalui tersedianya pakan yang berkualitas dan terjangkau untuk para peternak," kata Agung. 

Agung juga mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah menyiapkan program makan bergizi gratis dimana tidak akan tersedia pangan yang mengandung gizi terutama protein hewani tanpa adanya peran serta GPMT terutama pada industri petrunggasan. 

"Sebagaiamana data yang disebutkan tadi, perunggasan menjadi tulang punggung dalam penyediaan protein hewani, negara kita mayoritas masyarakat mengonsumsi paling banyak telur dan daging ayam. Tentunya budidaya unggas menjadi prioritas, sehingga membutuhkan lebih banyak pakan untuk mencukupi kebutuhan unggas," tukas Agung.

Dirinya juga berharap agar GPMT selalu berusaha meningkatkan kualitas, daya saing, dan efisiensi dalam industri pakan. Ia juga berharap GPMT dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku pakan berbasis lokal ketimbang melakukan impor bahan baku. (CR)

Berikut ini adalah susunan pengurus GPMT periode 2024-2028

Ketua Umum
Desianto B. Utomo (PT. Charoen Pokphand Indonesia)
Ketua
Johan (PT. Japfa Comfeed Indonesia)
Ketua
Tevi Melviana (PT. New Hope Indonesia)
Ketua
Bagus Pekik (PT. De Heus Indonesia)
Ketua
Deny Mulyono (PT. Central Proteina Prima)
Sekretaris Jenderal
Yetti Liza (PT. Malindo Feedmill)
Bendahara
Azrul Arifin (PT. Japfa Comfeed Indonesia)
BADAN PENGURUS PUSAT
Pakan Agro
a. Anang Hermanta (PT. Sinta Prima Feedmill)
b. Sulistiyono (PT CJ Feed and Care Indonesia)
Pakan Akua
a. Andhi Trapsilo (PT. Suri Tani Pemuka)
b. Fauzan (PT. Gold Coin Indonesia)
Bahan Baku
a. Yussar Wirawan (PT. Charoen Pokphand Indonesia)
b. Yenny Wijaya (PT. Sreeya Sewu Indonesia)
c. Umi Fadhilah (PT. New Hope Indonesia)
Organisasi (Internal)
Helsintha (PT. CJ Feed and Care Indonesia)
Hubungan Antar Lembaga (Eksternal)
Firmansyah Sachroni (PT. Cargill Indonesia)
Legal
Wesly Manullang (PT. Charoen Pokphand Indonesia)
Sosial Media
Hendra Lukito (PT. Charoen Pokphand Indonesia)

MENJAGA KEAMANAN PAKAN

Jaminan keamanan pakan harus tercapai, karena hal itu akan menunjang jaminan keamanan pangan, sehingga masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi produk ternak. (Foto: Istimewa)

Pakan merupakan salah satu faktor dasar yang sangat penting dalam usaha peternakan, karena mempunyai pengaruh besar terhadap produktivitas ternak. Pakan dari sudut nutrisi merupakan unsur utama untuk menunjang kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi ternak. Penjagaan keamanan pakan menjadi hal mendasar dalam pemenuhan keamanan produk pangan asal ternak.

Pakan adalah salah satu unsur segitiga emas pilar produksi peternakan, disamping pilar breeding yakni bibit yang berkualitas, serta pilar manajemen yakni pengelolaan dan cara budi daya ternak yang baik.

Pakan bahkan menduduki unsur utama yang memengaruhi biaya produksi peternakan. Menurut hasil survei struktur ongkos usaha peternakan 2017, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), biaya pakan ayam ras pedaging menduduki 56,95%, ayam ras petelur 70,97%, sapi perah 67,08%, sapi pedaging 57,67%, kambing 51,80%, dan domba 51,94%.

Tidak hanya berperan utama dalam proses produksi peternakan, pakan juga menjadi kunci dalam keberlanjutan industri pakan dan peternakan, karena menjadi faktor utama dalam mencapai produktivitas dan jaminan keamanan pakan. Hal itu menjadi modal penting dalam faktor penjagaan keamanan pangan asal ternak beserta olahannya.

Syarat utama penjaminan keamanan pakan yakni bahan baku pakan yang berkualitas, formulasi pakan yang tepat, pemanfaatan teknologi dalam penjaminan mutu, dan penyimpanan serta distribusi untuk mencegah rekontaminasi.

Jika jaminan kualitas pakan dan keamanan pakan dapat terwujud, maka hal itu akan menunjang jaminan keamanan pangan, sehingga masyarakat tidak ragu dalam mengonsumsi produk ternak.

Bahan Baku Pakan
Bahan pakan berkualitas menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Untuk itu sangat diperlukan adannya kontrol kualitas (quality control/QC) untuk memastikan tidak terdapat kontaminasi atau pemalsuan bahan pakan. Melalui QC pula dapat diidentifikasi adanya faktor-faktor pembatas lain dalam penggunaan bahan pakan, seperti besarnya kandungan serat kasar atau kerapatan jenis, kandungan anti-nutrisi, kandungan asam amino esensial, nilai kecernaan, kandungan lemak kasar, keseimbangan mineral di dalamnya, efeknya terhadap daging, telur atau susu yang dihasilkan, palatabilitas, serta harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang akan digunakan (Osfar, 2021).

Penerapan kontrol kualitas yang baik tidak hanya untuk menopang jaminan keamanan pakan, namun lebih dari itu juga dapat diraihnya berbagai manfaat, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
IG: @and4ng
Email: andang@ainionline.org

MEMAKSIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM


Nutrisi merupakan unsur yang sangat esensial yang diperoleh dari bahan baku pakan yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi hewan. Kelompok nutrisi pada umumnya seperti karbohidrat (energi), protein (asam amino), lemak, mineral, vitamin, dan air. Performa ayam akan terbentuk optimal memerlukan asupan nutrisi yang tepat.

Dalam memberikan asupan pakan ada hal-hal yang harus diperhatikan agar nutrisi yang diberikan  sesuai dengan yang dibutuhkan. Dimana setiap bahan baku yang ada selama ini terbukti kualitasnya bervariasi. Kualitas yang bervariasi merupakan hal nyata terlihat dalam setiap melakukan pemeriksaan bahan baku. Bahan-bahan baku yang di masukkan dalam formulasi pakan juga terdapat zat anti-nutrisi.

Apa itu zat anti-nutrisi? Didefinisikan sebagai komponen biologis yang terdapat dalam pakan atau bahan baku pakan yang dapat mengurangi pemanfaatan nutrisi atau asupan pakan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi pencernaan dan kinerja metabolisme. Tanin, fitat, inhibitor tripsin, NSP, glukosinolat, saponin, β-glukan, adalah beberapa zat anti-nutrisi penting yang ditemukan pada tanaman sebagai sumber bahan baku seperti jagung, gandum, SBM, dan dedak.

Ancaman-ancaman dari zat anti-nutrisi yang terjadi pada bahan baku yang digunakan dalam formulasi pakan antara lain:

• Gangguan kesehatan usus dan ekologinya.
• Peningkatan kerugian endogen.
• Terganggunya fungsi enzim endogen.
• NSP yang memengaruhi pembentukan viskositas (NSP larut) dan mekanisme penjebakan nutrisi atau efek sangkar (NSP tidak larut).
• Fitat yang setiap 1% menurunkan kecernaan pakan dalam kisaran 0,49-0,89% seiring dengan kencernaan nutrisinya.

Jagung merupakan sumber energi utama pakan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata energi sebesar 3359 kkal/kg, namun memiliki nilai rata-rata yang berbeda di setiap bulannya. Kontribusi jagung terhadap nilai energi pakan minimal 50-65%.

Kemudian soybean meal (SBM) merupakan sumber utama protein atau asam amino untuk pakan yang berkontribusi pada suplai lysine (+70%) dan methionine (+30%). SBM di Indonesia dengan kandungan protein 46% mempunyai nilai serat kasar dan lemak kasar dengan variasi cukup besar yaitu 16% dan 25%.

Sedangkan dedak memiliki nilai nutrisi  sangat bervariasi pada setiap parameter yang dianalisis. Nilai serat kasar dan lemak kasar dedak memiliki variasi yang sangat besar, yakni 62,68% dan 22,78%, meskipun memiliki kadar air yang relatif lebih seragram.

Dengan kondisi bahan baku tersebut di atas dimana memiliki zat anti-nutrisi dan variasi kualitas yang berbeda yang dapat memengaruhi nilai nutrisi yang diharapkan, maka diperlukan imbuhan dalam pakan. Imbuhan yang ditambahkan dalam pakan yang sangat berpengaruh agar memberikan nilai nutrisi yang optimal adalah enzim.

Enzim berfungsi sebagai pencerna serat dan modulator mikroflora saluran cerna, serta meningkatkan ketersediaan potensial nutrien endogen (nutrisi yang tersedia di dalam bahan baku pakan). Enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar berfungsi mempercepat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom

BAGAIMANA MEMANFAATKAN ENZIM DALAM PAKAN?

Gambaran kerja enzim seperti gembok dan kuncinya, sehingga harus cocok. (Sumber: saylordotorg.github.io)

Enzim adalah biokatalis yang dapat mempercepat reaksi kimia. Tanpa adanya enzim, reaksi kimia akan berjalan lambat, tetapi dengan dibantu enzim maka reaksi kimia akan berjalan cepat. Sebagai contoh, perubahan nasi menjadi glukosa dalam sistem pencernaan manusia akan berjalan lambat, tetapi dengan adanya enzim amilase di dalam saluran pencernaan maka pati yang ada dalam nasi akan berubah menjadi glukosa dalam waktu cepat dan akan digunakan sebagai sumber energi dalam kehidupan.

Penggunaan enzim sudah lama dikenal dalam industri pangan maupun obat-obatan, sebagai contoh penggunaan enzim pektinase agar dapat menjernihkan jus buah yang tadinya keruh akibat adanya pektin dalam buah, menjadi molekul rantai pendek (glukoronat) sehingga jus buah menjadi lebih jernih. Dalam bidang pengobatan, tablet enzim diberikan kepada pasien yang menderita gangguan pencernaan karena masalah dalam lambungnya. Pemberian tablet campuran enzim akan membantu meningkatkan kemampuan mencerna makanan di dalam lambungnya.

Penggunaan enzim dalam pakan berkembang pesat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, diawali dengan penemuan enzim fitase yang dapat mempercepat pemecahan fitat menjadi fosfor inorganik, sehingga ternak dapat memanfaatkan fosfor yang ada di dalam pakan tumbuhan. Sebab jika tidak diberikan enzim fitase, maka fosfor dalam fitat sedikit sekali dapat dipecah oleh enzim yang ada di dalam saluran pencernaan ternak monogastrik.

Pemakaian enzim yang terus meningkat dalam pakan ternak diakibatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan enzim yang makin efisien dan makin murah. Berbagai jenis enzim dikembangkan tidak hanya fitase, tetapi juga enzim lainnya seperti xylanase, beta glukanase, protease, lipase, mananase, amilase, dan sebagainya. Dalam tulisan ini diuaraikan bagaimana memanfaatkan enzim secara optimal sehingga dapat meningkatkan daya guna pakan dan juga mengurangi biaya pakan yang pada akhirnya mengurangi biaya produksi untuk menghasilkan daging maupun telur.

Mekanisme Kerja
Enzim merupakan senyawa protein dengan rantai peptida yang panjang dan bentuknya tiga dimensi. Dalam bentuk tiga dimensi, ada lokasi yang dikenal dengan lokasi aktif (active site) yang ketika enzim ”nempel” dengan substrat yang sesuai maka enzim akan bekerja untuk memecah substrat yang cocok tersebut. Sehingga enzim biasanya digambarkan sebagai gembok dan substrat yang akan dipecah adalah kunci. Kunci hanya bisa membuka gembok manakala sesuai, sehingga enzim hanya dapat bekerja ketika substrat yang menjadi target pemecahan enzim sesuai. Sebagai contoh enzim fitase akan memecah senyawa fitat, tetapi apabila suatu bahan pakan tidak mengandung fitat seperti meat bone meal, maka fitase tidak ada fungsinya atau enzim mananase diberikan pada ransum yang bahan bakunya tidak ada manan tetapi yang tersedia adalah amilum, maka enzim mananase tidak akan mampu memecah amilum yang struktur kimia berbeda dengan manan.

Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan manakala ada suatu tawaran untuk menggunakan enzim, apakah enzim yang ditawarkan akan ”bekerja” pada ransum yang akan dipakai dan bahan baku pakan yang terdapat di dalamnya mempunyai senyawa kimia yang menjadi target penggunaan enzim tersebut. Enzim tidak berlaku umum, tetapi spesifik terhadap substrat yang ada dalam bahan baku pakan.

Di samping jenis enzim dan subsrat yang sesuai, enzim juga akan bekerja ketika... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

PERAN ENZIM PADA AYAM MODERN

Sistem pencernaan pada ayam modern terdiri dari saluran yang memanjang dari rongga mulut sampai kloaka dan komponen pelengkap seperti kelenjar ludah, hati, kelenjar empedu, dan pankreas.

Penambahan enzim-enzim tertentu (exogenous enzymes) dalam pakan ayam modern selain untuk mengoptimalkan kecernaan komponen nutrisi rantai panjang dalam bahan baku pakan, juga untuk mereduksi efek komponen yang mengganggu proses pencernaan dan/atau penyerapan unsur nutrisi pada saluran cerna ayam (anti-nutritive factors). Tulisan singkat ini memberikan gambaran sekilas terkait peranan exogenous enzymes dalam perjuangan optimalisasi performa ayam modern di tengah gonjang-ganjing ketersediaan dan kualitas bahan baku pakan.

Fisiologi Gastrointestinal Ayam
Sebelum masuk ke dalam lambung kelenjar alias proventrikulus via esofagus bawah (kerongkongan bawah), pakan yang dikonsumsi oleh ayam akan disimpan untuk sementara waktu di dalam tembolok atau krop. Krop sendiri merupakan divertikulum (pelebaran) dari kerongkongan yang berfungsi sebagai tempat proses pelunakan awal pakan oleh air minum, air liur yang kaya akan enzim amilase, serta ditopang oleh aktivitas beberapa bakteri komensal.

Di sisi lain, proventrikulus merupakan lambung ayam yang kaya akan sel-sel kelenjar yang menghasilkan asam lambung (HCl) dan enzim pepsin. Berhubung ayam kodratnya tidak mempunyai gigi-geligi dalam rongga mulutnya, maka setelah pakan mengalami proses asidifikasi (pengasaman) dan penguraian awal enzimatis di dalam proventrikulus, selanjutnya akan mengalami proses penghalusan partikel pakan secara mekanik yang terjadi di dalam gizzard atau lambung otot (Sturkie et al., 2015).

Secara mendasar proses pencernaan ayam sebenarnya mirip dengan hewan monogastrik lainnya. Sekresi cairan empedu oleh organ hati yang berfungsi untuk proses emulsifikasi komponen lemak pakan serta sekresi enzim-enzim pankreas seperti amilase, tripsinogen, lipase pankreas, kemotripsinogen, dan prokarboksipeptidase yang selanjutnya akan mengubah pakan menjadi bentukan kime (chyme) yang secara bertahap akan berjalan meninggalkan usus dua belas jari (duodenum) menuju ke usus penyerapan (jejunum).

Beberapa enzim lainnya baik yang disekresikan oleh sel-sel epitelium usus halus maupun berupa metabolit sekunder mikrobiom (microbiome) saluran cerna seperti maltase, isomaltase, sukrase, enterokinase, lipase, dan peptidase juga mempunyai kontribusi yang signifikan dan tidak bisa diabaikan pada tahap akhir proses pencernaan ayam (Oakley et al., 2014; Oakley dan Kogut, 2016).

Ayam mempunyai sepasang usus buntu (ceca) yang merupakan tempat terjadinya proses fermentasi ampas pakan oleh mikrobiom yang menetap di dalamnya (resident microbiome) dan menghasilkan beberapa asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) yang dapat digunakan oleh ayam sebagai sumber energi maupun untuk kesehatan epitelium mukosa saluran cerna itu sendiri (gut health).

Dari penjelasan fisiologis pencernaan ayam di atas, maka tak pelak bahwa kualitas fungsional sistem gastrointestinal (gut health) ayam sangatlah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.


Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI-Jakarta)

MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM PADA PAKAN

Pakan ternak. (Sumber: neighborwebsj.com)

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Kurang lebih 60-70% cost yang dikeluarkan dalam suatu budi daya peternakan berasal dari pakan. Pasalnya kini produsen pakan serta peternak dihadapkan oleh masalah harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang memungkinkan turunnya kualitas pakan.

Tentunya insan peternakan di Indonesia sudah tahu betul mengenai problem kenaikan harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang selalu fluktuatif. Ditambah lagi kini berbagai problem tersebut diperkeruh dengan adanya faktor pasca pandemi COVID-19, perubahan iklim, krisis moneter dan pangan, serta masalah lainnya.

Dalam kondisi dunia yang tengah mengalami disrupsi dan ketidakpastian iklim bisnis, tentunya para produsen pakan dan peternak self mixing dituntut agar lebih efisien dalam formulasi pakan tanpa mengurangi kualitasnya.

Di tengah permasalahan tersebut hadir sebuah solusi dalam formulasi pakan, yakni dengan menggunakan feed additive dalam bentuk sediaan enzim. Seperti apakah penggunaan enzim dalam formulasi pakan? Bagaimanakah formulasinya? Serta enzim apa saja yang bisa digunakan dalam suatu formulasi?

Enzim Sang Katalisator Reaksi Kimia
Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi, menerangkan kepada Infovet bahwa enzim yakni  senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator bermacam reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Yang dimaksud dengan katalisator yakni zat yang dapat mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah keseimbangan reaksi atau tidak memengaruhi hasil akhir reaksi.

“Oleh karena itu enzim digadang-gadang bahwa dapat menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak yang sudah banyak terbukti aman untuk ternak, manusia yang mengonsumsi hasil ternak, maupun bagi lingkungan,” tutur Nahrowi.

Lebih lanjut dijelaskan, berbagai macam fungsi enzim seperti:

• Memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous sehingga dapat mengganggu kelangsungan sistem pencernaan ternak dan berdampak buruk pada kesehatan serta performa ternak.

• Meningkatkan ketersediaan pati, protein, dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

• Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri (enzim endogenous).

• Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda, dimana sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi.

Prof Nahrowi mengakui dengan penambahan enzim, produsen pakan dan peternak self mixing dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PERAN ENZIM DALAM BERBAGAI SITUASI

Mekanisme kerja enzim. (Sumber: Antonio Blanco, Gustavo Blanco, in Medical Biochemistry, 2017)

Kondisi ketersediaan dan harga bahan baku pakan yang sulit diprediksi sangat memengaruhi pengambilan keputusan dalam menyusun formulasi pakan ayam. Menyusun ransum dengan harga terjangkau dan kualitas yang sesuai kebutuhan ayam menjadi tantangan tersendiri.

Hal tersebut membutuhkan “seni” meracik pakan yang tepat dengan menerapkan teknologi pakan. Salah satuya adalah pemakaian enzim untuk meningkatkan kecernaan nutrisi oleh tubuh ayam. Enzim merupakan jenis protein yang terdapat pada semua organisme hidup, yang memfasilitasi percepatan reaksi kimia. Enzim bekerja pada molekul tertentu (substrat, red) yang akan diubah menjadi molekul berbeda yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Jenis Enzim
Ada dua jenis enzim dalam tubuh ayam, yaitu endogen dan eksogen. Enzim endogen diproduksi oleh berbagai organ pencernaan di dalam tubuh. Lain halnya dengan enzim eksogen yang ditambahkan dari luar tubuh ayam.

Contoh enzim endogen di antaranya amilase dan lipase (lipase asam, netral, dan fosfolipase). Sedangkan enzim eksogen yang sering ditambahkan dalam pakan ayam antara lain fitase, xylanase, glukanase, protease, selulase, dan pektinase. Enzim eksogen ini dapat diberikan secara tunggal maupun enzim campuran (multi-enzim atau koktail enzim).

Penambahan enzim eksogen diharapkan dapat meningkatkan kecernaan dan ketersediaan nutrien bagi ternak. Selain itu, penambahan enzim eksogen juga diharapkan bisa mengurangi biaya pakan, meningkatkan fleksibilitas dalam formulasi pakan, memperbaiki kesehatan usus, dan kotoran menjadi lebih kering.

Enzim eksogen yang baik perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya ketersediaan substrat yang cukup dalam bahan baku pakan, ternak harus mampu memanfaatkan produk hasil kerja enzim, enzim harus berinteraksi secara efektif dan efisien dengan subtrat targetnya, serta yang tidak kalah penting enzim harus stabil selama dan setelah pengolahan pakan sampai di dalam saluran pencernaan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Nurhadi Baskoro Murdonugroho SPt

IMBUHAN PAKAN DAN KLASIFIKASINYA

Imbuhan pakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. (Foto: Istimewa)

Imbuhan pakan berbeda dengan pelengkap pakan. Menurut Kepmen No. 240/Kpts/OT.210/4/2003, imbuhan pakan (feed additive) didefinisikan sebagai suatu zat yang secara alami tidak terdapat dalam pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu produksi ternak. Sedangkan pelengkap pakan (feed supplement) adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan.

Jadi pelengkap pakan adalah bahan sumber zat gizi yang ditambahkan ke dalam pakan untuk melengkapi kekurangan zat gizi yang ada di dalam pakan. Sebagai contoh asam amino sintetis seperti DL Metionin, vitamin atau mineral mikro (trace element) yang kesemuanya merupakan zat gizi untuk ternak. Sedangkan imbuhan pakan merupakan bahan tambahan dalam pakan (bukan sumber zat gizi), yang berguna meningkatkan pemanfaatan dan penerimaan pakan oleh ternak atau bermanfaat untuk kesehatan/metabolisme ternak/meningkatkan daya guna pakan. Jadi, imbuhan pakan bukan hanya berfungsi sebagai pemacu produksi ternak.

Klasifikasi Imbuhan Pakan
Menurut fungsinya imbuhan pakan dibagi dalam empat kelompok:

1. Imbuhan yang memengaruhi kestabilan pakan, proses produksi pakan dan sifat-sifat pakan. Imbuhan ini ditujukan untuk mempertahankan pakan lebih awet untuk disimpan/tidak cepat mengalami kerusakan. Contohnya bahan pengawet antijamur dan antioksidan. Bahan lainnya yakni imbuhan yang meningkatkan kapasitas/kemampuan dalam produksi pakan, contoh untuk menghasilkan pellet yang lebih baik ditinjau dari kekuatannya, seringkali pabrik pakan menggunakan bahan pengikat pellet untuk meningkatkan nilai PDI (Pellet Durability Index). Disamping itu untuk mengurangi kesusutan produksi karena rendahnya kadar air dalam pakan, pabrik pakan dapat menambahkan imbuhan lain yang dapat meningkatkan kadar air tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap daya simpan dan bersamaan waktunya mengurangi pemakaian energi karena imbuhan pakan yang ditambahkan mempunyai sifat “pelumas” sehingga proses pemeletan lebih mudah dikerjakan.

2. Imbuhan yang memperbaiki pertumbuhan, efisiensi penggunaan pakan, metabolisme dan penampilan ternak. Dahulu yang termasuk dalam kelompok ini adalah AGP (antibiotic growth promoter) untuk mencegah penyakit bakteri di saluran pencernaan sehingga memperbaiki efisiensi penggunaan pakan. Dengan munculnya aturan pelarangan AGP dalam pakan, maka berbagai alternatif dikembangkan. Disamping itu penggunaan senyawa hormon yang dapat memengaruhi metabolisme dalam tubuh hewan sehingga memengaruhi deposisi protein dan lemak dalam karkas, juga dijual di pasaran dengan tujuan memperbaiki kualitas karkas, seperti mengurangi tebal lemak/meningkatkan otot sehingga karkas lebih memenuhi permintaan konsumen.

3. Imbuhan yang memengaruhi kesehatan ternak. Imbuhan kelompok ini umumnya berupa obat yang digunakan untuk memperbaiki kesehatan ternak, sehingga dapat berproduksi secara optimal. Contoh imbuhan kelompok ini adalah obat koksi dan obat cacing. Penyakit koksi merupakan penyakit umum pada ayam broiler karena bibit penyakitnya (Eimeria sp.) terdapat dimana-mana dan sulit dihilangkan, padahal ayam dipelihara dalam kandang yang tidak dapat steril manakala makan/minum dan pengeluaran kotoran di lokasi yang sama. Oleh karenanya penyakit koksi akan selalu muncul, maka pakan ditambahkan anti-koksi maupun berupa bahan kimia. Selain itu, penambahan obat cacing juga sering dilakukan secara berkala dalam pakan untuk menekan perkembangan parasit ini. Pada pakan untuk pembibitan, obat cacing diberikan terus-menerus agar cacing tidak berkembang dalam usus.

4. Imbuhan yang memengaruhi penerimaan konsumen. Imbuhan jenis ini ditujukan agar konsumen yang mengonsumsi daging, susu, telur mempunyai senyawa yang lebih bermanfaat. Salah satu contoh adalah telur omega yang dihasilkan dari petelur yang pakannya mengandung asam lemak omega 3 tinggi, sehingga omega 3 dapat dipindahkan ke dalam telur dan dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Dalam pemasaran telur juga banyak konsumen yang menghendaki agar kuning telur berwarna kuning cerah sehingga menarik. Untuk menghasilkan telur dengan warna lebih cerah/kuning/sedikit kemerahan, maka di dalam pakan ayam petelur ditambahkan imbuhan pakan alami maupun sintetis yang dapat masuk ke dalam kuning telur sehingga warnanya memikat hati konsumen.

Sifat Imbuhan Pakan
Umumnya imbuhan pakan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

• Jumlahnya kecil. Imbuhan pakan umumnya diberikan dalam jumlah kecil (5 kg/ton pakan). Pemberian yang terlalu banyak akan menggangu formulasi pakan, karena ruangan formula pakan total hanya 100%, sehingga penambahan imbuhan dalam jumlah besar akan mengurangi pemakaian bahan baku pakan yang umumnya diberikan dalam jumlah besar.

• Hasil sintesa kimia/fermentasi/ekstrak bahan alami. Imbuhan pakan banyak dihasilkan dari proses fermentasi untuk menghasilkan bahan aktif seperti enzim atau mikrobanya itu sendiri sebagai probiotik. Beberapa imbuhan pakan merupakan hasil ekstraksi dari tanaman, dimana bahan aktif tanaman digunakan sebagai imbuhan pakan. Beberapa imbuhan pakan merupakan hasil sintesa bahan kimia seperti antioksidan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, imbuhan pakan seharusnya mengandung bahan aktif yang memang memberikan daya guna bagi pakan. Imbuhan pakan yang tidak diketahui bahan aktifnya/komponen utamanya akan sulit didaftarkan dan sulit diterima peternak/pabrik pakan.

Dari Van Der Klis, 2019.

• Bentuknya tepung atau cairan. Karena penggunaan imbuhan pakan adalah dicampur ke dalam ransum, maka untuk memudahkan pencampuran, imbuhan pakan diproduksi dalam bentuk tepung sehingga dapat dicampur dengan premix lain dan dimasukkan ke dalam mixer besar. Kadang kala imbuhan pakan juga diproduksi dalam bentuk cair dan dimasukkan ke dalam mixer dengan cara penyemprotan melalui nozzle.

• Stabil dalam penyimpanan. Untuk dapat digunakan dalam pakan, imbuhan harus mempunyai kestabilan selama penyimpanan sebelum digunakan. Perusahaan imbuhan pakan harus memberikan patokan mengenai penyimpanan.

• Keamanan selama pemakaian. Material Safety Data Sheet (MSDS) harus dikeluarkan oleh pabrik imbuhan pakan karena MSDS memberikan petunjuk mengenai keamanan dan penanggulangan ketika terjadi “kecelakaan” dalam pemakaian/menangani imbuhan pakan tersebut yang ditujukan untuk pekerja.

Keamanan Konsumen
Keamanan pakan merupakan bagian dari keamanan untuk melindungi konsumen, baik pada ternaknya maupun konsumen yang mengonsumsi hasil ternak. Masalah residu akibat ternak diberi pakan yang mengandung imbuhan pakan perlu dibuktikan dengan penelitian. Imbuhan pakan seperti halnya antibiotika bahan aktifnya dapat tersimpan dalam organ ternak, bahkan dapat menimbulkan residu dalam daging, susu maupun telur. Perlu dikemukakan bahwa produk alami dari tanaman juga tidak semuanya aman digunakan. Semua bahan alami dari tanaman juga merupakan bahan kimia yang dapat memengaruhi kesehatan ternak atau manusia yang mengonsumsi hasil ternak. Keamanan imbuhan pakan akan dipengaruhi konsentrasi, lama pemakaian, metabolisme dalam tubuh ternak, bahkan mungkin interaksi dengan bahan lain. Sudah banyak diteliti bahwa suatu senyawa kimia dalam tanaman akan memberi pengaruh positif pada konsentrasi rendah, tetapi ketika konsentrasinya dinaikan menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki.

Untuk mencegah timbulnya efek samping imbuhan pakan pada ternak, maka peraturan pemakaiannya harus diikuti secara ketat. Peraturan biasanya dibuat atas dasar fakta dari penelitian. Di Indonesia peraturan dari Ditjen Produksi Ternak bisa dilihat dalam Ringkasan Imbuhan Pakan edisi II. Apabila ingin mengikuti aturan di Amerika dan Canada bisa dilihat dalam Feed Additive Compendium yang diterbitkan setiap tahun oleh Miller Publ.Co. untuk Eropa, atau Annex. 1 dari Official Journal of the European Economic Community.

Pemakaian Dalam Pakan
Sebelum imbuhan pakan digunakan dalam pembuatan pakan, maka pabrik pakan terlebih dahulu harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu seperti Good Manufacturing Practice (GMP) atau Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) beserta traceability-nya. Pedoman cara pembuatan pakan yang baik sudah diatur dalam Kepmentan No 240/Kpts/OT.210?4/2003. Pada prinsipnya Kepmentan atau GMP mengatur berbagai hal berupa bangunan, higiene dan sanitasi, bahan baku, proses pembuatan pakan, pengendalian mutu, audit dan personalia dalam menghasilkan pakan termasuk konsentrat yang bermutu dan memenuhi standar sesuai tujuannya dan melindungi konsumen dari kerugian. Sayangnya Kepmentan No. 240 kurang merinci mengenai proses produksi yang menggunakan imbuhan pakan.

GMP merupakan keharusan dalam menggunakan imbuhan pakan. (Foto: Istimewa)

Dalam membuat peraturan pemakaian imbuhan pakan, maka beberapa informasi di bawah ini sangat diperlukan:

• Uraian produk
• Metode analisis produk
• Stabilitas penyimpanan maupun dalam proses pembuatan pakan
• Resistensi terhadap bakteri
• Penelitian input-output (balance studies), penyerapan dan metabolisme
• Penelitian residu dalam ternak dan produk metabolitnya
• Mekanisme kerja imbuhan pakan (misalnya menghambat sintesa protein atau pembelahan sel dan lain sebagainya)
• Pengaruhnya terhadap lingkungan
• Dosis pemberian
• Kontraindikasi

Informasi tersebut harus disediakan produsen imbuhan pakan ketika bahan tersebut didaftarkan untuk diedarkan. Bagi perusahaan yang akan memproduksi imbuhan pakan dalam negeri, maka segala informasi harus disiapkan. Informasi di atas harus ditunjang dengan data penelitian yang dibuat sesuai dengan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan. ***


Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer