-->

RANGKAIAN SEMINAR MENYAMBUT HATN DAN WED 2024

Foto bersama usai seminar di Balai Joglo, Solo. (Foto-foto: Panitia HATN)

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) menggelar rangkaian seminar dalam rangka menyambut Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2024.

Di antaranya seminar bertajuk “Chicken & Egg For Better Life” yang diselenggarakan di Balai Joglo, Kalurahan Joglo, Solo, pada Sabtu (21/9/2024).

Seminar ini termasuk rangkaian kegitan HATN dan WED 2024, yang sebelumnya diawali dengan seminar peternakan di Hotel Megaland yang diikuti ratusan peternak dari Solo Raya.

“Dilanjutkan hari ini (Sabtu) seminar gizi di Kelurahan Joglo dengan peserta ibu-ibu PKK dan juga seminar start-up yang melibatkan 100 mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS),” ujar Ketua PINSAR Surakarta, Agus Eko Sulistyo.

Pembicara dalam semiar gizi.

Ia mengungkapkan bahwa seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan peningkatan gizi masyarakat dan mendukung program pemerintah dalam meredam angka stunting.

“Ini guna mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi protein hewani, dengan harapan agar masyarakat memiliki kesadaran pentingnya makan ayam dan telur,” ungkapnya. Selain juga untuk menghapus isu- isu negatif tentang telur yang mengandung kolesterol dan daging ayam yang katanya disuntik hormon.

Seminar peternakan di Hotel Megaland yang diikuti ratusan peternak.

Ketua Bidang Promosi PINSAR Indonesia, yang juga Ketua Panitia HATN, Ricky Bangsaratoe, turut menyampaikan bahwa seminar tersebut digelar dalam rangka menyambut peringatan HATN dan WED yang rutin tiap tahun dilaksanakan.

“Seminar ini penting meski hanya setahun sekali memberi edukasi kepada masyarakat tentang telur,” kata Ricky.

Rencananya puncak acara HATN dan WED akan dilaksanakan pada Oktober mendatang, di kawasan car free day Jl. Slamet Riyadi Solo. “Diperingati tanggal 13 Oktober di car free day, kalau di kota yang ada car free day-nya,” ucapnya.

Pada kegiatan tersebut, rencananya juga akan diadakan pemecahan rekor MURI yang melibatkan siswa SD dengan membawa makan daging ayam dan telur, menandai kampanye pentingnya gizi dari kedua produk unggas tersebut. (INF)

TELUR CEPLOK SARAPAN RUTIN SANG JUARA

Telur ceplok plus sambal kecap yang menggugah selera. (Foto: Istimewa)

Dua butir telur ceplok tiap sarapan menjadi sumber energi mahasiswa ini mengikuti aktivitas di kampus. Selain praktis, harga telur juga terjangkau bagi anak kosan.

Perawakannya tinggi besar dan cenderung pendiam. Mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, ini baru saja memenangkan kompetisi karya tulis ide bisnis berbasis Information Technology (IT). Ia berhasil memperoleh juara pertama lomba tingkat nasional yang diadakan Fakultas Teknologi Informasi dan Sains Data, Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), Solo, Jawa Tengah, bulan lalu.

Namanya Muhammad Faiz Ramadhan. Mahasiswa Fakultas Komputer semester 8 ini sudah dua kali meraih juara satu dan satu kali juara dua tingkat nasional di lomba yang serupa. Ayahnya seorang konsultan di Kementerian Ketenagakerjaan juga kerap mendapat penghargaan. Mungkin karena bakat turunan atau mungkin dasarnya ia anak yang cerdas.

Akan tetapi, kecerdasan anak ini tak lepas dari terpenuhinya gizi setiap hari. Faiz, begitu ia biasa disapa, mengaku tak terlalu suka dengan makanan siap saji. Namun ia juga kurang doyan dengan sayur. Ia mengaku paling suka makan telur ceplok plus sambal kecap.

“Tiap pagi sarapan selalu pakai telur ceplok sama sambel kecap. Praktis bikinnya, karena pagi-pagi harus berangkat kuliah,” ujarkan kepada Infovet.

Dalam sekali sarapan minimal dua telur ceplok ia makan, bahkan kadang sampai tiga butir. Faiz mengaku kadang berasa bosan, tapi dalam seminggu rata-rata lima hari sarapan dengan telur ceplok. “Kalau pas lagi bosan paling ganti tempe atau tahu sama sambel kecap,” ujarnya.

Menurutnya, kesibukan jadwal kuliah di pagi hari membuatnya harus berpikir simpel dalam urusan sarapan. Kebetulan di tempat kosnya ada dapur untuk dipakai bersama mahasiswa lainnya. Cukup lima menit bikin telur ceplok, selesai.

Bukan tanpa alasan Faiz menyukai telur ceplok. Selain alasan hemat, menurutnya kandungan nutrisi dalam satu butir telur mewakili banyak gizi yang dibutuhkan tubuh. Selain memenuhi nutrisi untuk kecerdasan otak, nutrisi dalam telur juga cukup bagus buat daya tahan tubuh.

“Selain murah, ya itu, saya baca di literatur kandungan gizinya sangat banyak dan hampir semua yang dibutuhkan tubuh ada di telur, termasuk untuk kecerdasan otak,” katanya.

Kisah Faiz mengingatkan Infovet terhadap sosok Daffa Maheswara Wiryawan, siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Pondok Pinang, Jakarta, yang juga sering mendapat juara satu tingkat nasional dalam kompetisi robotik. Kisahnya pernah dimuat di Majalah Infovet pada 2017 lalu. Daffa juga penggemar ayam goreng dan telur sambal balado.

Umur Daffa saat itu baru 15 tahun, namun postur tubuhnya tinggi besar. Menunjukkan asupan gizi anak berprestasi ini sangat terpenuhi. Menurut ayahnya, Didik Tri Cahyo, sang anak paling gemar makan ayam goreng dan telur bumbu pedas.

“Anak saya kreatif, karena saya kasih gizi yang cukup baik. Dia doyan banget makan ayam goreng dan telur bumbu pedas. Jarang sekali saya memberi tambahan suplemen atau vitamin,” tutur sang ayah.

Didik menceritakan, hampir setiap hari istrinya menyediakan ayam goreng kesukaan buah hatinya. Terkadang, memasak telur sambal pedas sebagai pelengkap. Tentu saja sayuran tidak dilupakan.

Kenapa ayam dan telur? ”Daging ayam dan telur kan gizinya tinggi dan mudah didapat. Bisa dibeli di pasar atau di tukang sayur yang lewat depan rumah,”katanya.

Bisa jadi asupan gizi dua menu (telur dan daging ayam) inilah yang membuat Faiz dan Daffa memiliki otak yang encer. Dalam berbagai literatur tentang gizi dan kesehatan menyebutkan bahwa ayam dan telur mengandung asam amino esensial yang bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan otak.

Konsumsi Masih Rendah
Rahasia kecerdasan Faiz dan Daffa semestinya bisa menginspirasi masyarakat, khususnya kaum ibu untuk menyediakan menu daging ayam atau telur sebagai menu harian di keluarganya. Kalaupun tak bisa setiap hari, setidaknya tiga kali dalam seminggu.

Dibandingkan dengan harga bahan lauk pauk lainnya, per kilogramnya tidaklah jauh beda. Namun, untuk urusan kandungan nutrisi, tetap saja telur dan daging ayam lebih baik. Dari sisi rasa juga bisa lebih nikmat, tergantung cara mengolahnya.

Tingkat konsumsi telur ayam di Indonesia sampai saat ini memang masih belum menunjukkan angka yang menggembirakan. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata orang Indonesia mengonsumsi sekitar 6,69 kg telur ayam ras/kapita/tahun pada 2023. Level konsumsi tersebut turun 5,5% dibanding 2022 (year-on-year/yoy), tapi masih lebih tinggi dibanding lima tahun lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, orang Indonesia setiap bulannya mengonsumsi telur sebanyak 10,09 butir dengan nilai pengeluaran setara Rp 18.623/bulan/kapita. Telur dimaksud adalah telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik, telur puyuh, telur asin, telur penyu, dan telur angsa. Dikutip dari publikasi BPS, “Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi” berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023, disebutkan bahwa konsumsi telur terbanyak adalah warga DKI Jakarta dengan porsi mencapai 13,64 butir. Dengan nilai pengeluaran untuk konsumsi telur mencapai Rp 24.524/kapita/bulan.

Secara nilai, konsumsi telur terendah terjadi di Gorontalo dengan nilai hanya Rp 9.653/kapita/bulan, sedangkan secara volume terendah dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hanya 3,94 butir/kapita/bulan.

Suntik Hormon?
Banyak faktor memang yang menjadi pemicu rendahnya konsumsi telur dan daging ayam di Indonesia. Tingkat daya beli (kesejahteraan) masyarakat dan masih adanya mitos-mitos yang belum runtuh. Mitos tentang konsumsi telur bisa munculkan bisul pada anak, konsumsi telur dapat menaikkan kolesterol, dan lain sebagainya masih tetap “di hati” sebagian masyarakat.

Masih banyak orang  takut makan telur karena kolesterol. Ada juga yang beranggapan bahwa daging ayam broiler juga mengandung suntikan hormon yang berbahaya jika dikonsumsi. Tapi anehnya, mereka tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jatung, paru-paru, ibu hamil, dan lainnya.

Isu negatif semacam ini memang harus dijernihkan. Anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon sama sekali tidak beralasan. Sebab harga satu dosis hormon sekali suntik bisa mencapai 5 U$D (Rp 65.000), padahal harga ayam di pasar masih berkisar Rp 30.000/ekor. Jelas tidak masuk akal peternak menyuntik ayamnya dengan hormon.

Di sisi lain, mitos masyarakat bahwa telur penyebab bisul juga harus “dianulir”. Kasus ini hanya terjadi pada orang-orang  tertentu yang  menderita alergi telur yang jumlahnya sedikit sekali.

Orang yang tidak memiliki riwayat alergi pada telur tidak perlu khawatir, karena justru telur mengandung protein hewani dengan asam animo yang sangat lengkap dan bermanfaat untuk pertahanan tubuh, perbaikan sel-sel tubuh dan sel-sel otak, sehingga manfaatnya untuk kesehatan dan juga kecerdasan.

Telur mengandung kolesterol baik, bukan kolesterol jahat. Banyak kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena cara masaknya yang menggunakan minyak secara berulang-ulang, hingga menghasilkan kolesterol jahat.

Peneliti Nutrisi Telur asal Amerika Serikat, Dr. Don Mc Namara, dalam sebuah tulisannya pernah menyebutkan bahwa telur dalam menu makanan akan dapat mengurangi risiko sakit jantung, kanker payudara dan usus, penyakit mata, kehilangan massa otot pada manula, membantu menjaga berat badan, serta meningkatkan kecerdasan otak. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MENGATUR PRODUKSI TELUR TETAP SUBUR

Ternak ayam petelur. (Foto: Dok. Infovet)

Pemerintah menargetkan penurunan angka kasus stunting pada 2024 menjadi 14%, sebuah angka yang sangat optimis untuk bisa tercapai. Langkah-langkah untuk menurunkannya sudah disiapkan dengan memberikan makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Jenis protein hewani yang sangat murah berasal dari unggas, salah satunya adalah telur, dimana mengonsumsi sebutir telur dalam sehari pada anak umur 6-24 bulan mampu menurunkan resiko stunting.

Program penurunan stunting akan sukses apabila kerja sama pemerintah dalam hal ini BKKBN dengan organisasi-organisasi yang berkecimpung di bidang perunggasan sering mengadakan acara sosialisasi program konsumsi telur minimal satu butir per hari. Sehingga kebutuhan secara nasional telur yang saat ini 5,9 juta ton per tahun akan semakin meningkat dan harga telur akan terjaga di atas BEP.

Melihat semangat pemerintah dalam mengatasi permasalahan stunting dengan sosialisasinya, maka peternak ayam pertelur bersemangat pula dalam mengatur agar produksi telurnya tetap subur. Subur di sini dalam artian tetap optimal sesuai standar guiden masing-masing strain yang saat ini dikisaran 470 butir jumlah produksi telur dari umur 18-100 minggu.

Di sini para peternak pasti sudah membuat strategi-strategi untuk menjaga dan meningkatkan produksi telur tetap subur, ditunjang dengan perkembangan genetik yang semakin baik. Penulis mencoba menyampaikan pengalaman di lapangan akan strategi-strategi yang dijalankan peternak dalam menjaga produksinya.

Strategi pertama dan utama bagi peternak adalah keseimbangan nutrisi yang tepat. Di tengah gejolak harga bahan baku pakan yang sulit di dapat dan harga yang mahal, maka perlu strategi dalam memformulasikan pakan agar efisien tetapi ada keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan.

Keseimbangan nutrisi sangat penting apalagi menghadapi tantangan potensi genetik yang semakin berkembang, dimana potensi genetik saat ini menggambarkan tingkat konsumsi semakin sedikit, berat organ cerna semakin turun, tetapi kapasitas produksi telur semakin meningkat. Intervensi nutrisi atau strategi nutrisi harus dilakukan menyesuaikan parameter kebutuhan sesuai standar masing-masing strain.

Keseimbang nutrisi di awali pada fase starter pada umur 0-8 minggu karena nutrisi pada fase ini sangat berperan dalam perkembangan sistem pencernaan, sistem kekebalan, dan sistem perototan. Sistem pencernaan pada awal ayam menetas merupakan transisi enterosit dari yolk sac ke pakan dan perkembangannya lebih cepat dari organ lain karena konsumsi pakan memacu perkembangan struktur dan beratnya. Pakan yang dikonsumsi juga sebagai “antigen” awal mengaktifkan kekebalan dan memacu respon terhadap patogen, serta untuk replikasi dan diferensiasi sel kekebalan, maka dibutuhkan keseimbangan nutrisi di awal pemeliharaan.

Target keseimbangan nutrisi di awal pemeliharaan ayam adalah memaksimalkan pertumbuhan, standar bobot badan tercapai, keseragaman (CV <5%), dan mortalitas minimal sebagai rangka dasar untuk membentuk ayam mencapai produksi telur optimal nantinya saat fase produksi.

Potensi permasalahan pada fase awal pemeliharaan antara lain... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar Kristijanto
Business Manager Feed Additive
PT Romindo Primavetcom
agus.damar@romindo.net
Jl. Dr Sahardjo, No. 264 Jakarta
HP: 081286449471

MEMPERSIAPKAN AYAM PETELUR TETAP PRIMA

Vaksinasi untuk mencegah penyakit. (Foto: Dok. Infovet)

Persiapan menjelang produksi dalam pemeliharaan ayam petelur harus dipersiapkan dengan tepat sehingga produksi telur yang dihasilkan akan optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum masuk masa produksi tersebut.

Selain genetik, nutrisi, dan faktor manajemen, lingkungan juga turut andil dalam memengaruhi performa dan produksi ternak. Performa dan produksi ternak, serta keuntungan finansial adalah aspek yang menjadi parameter kesuksesan dalam beternak. Untuk mencapai parameter keberhasilan tersebut, maka produksi telur yang dilihat dari kuantitas dan kualitasnya harus mampu dicapai dengan maksimal.

Penyakit Bikin Tambah Rumit
Selain faktor non-infeksius seperti yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, faktor infeksius serta lingkungan juga akan sangat krusial untuk diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan.

Penyakit-penyakit infeksius tentu menjadi tantangan bagi peternak dalam membudidayakan ayam petelur, terlebih karena masa pemeliharannya yang panjang. Otomatis rintangan ini harus dapat dihadapi dengan kesiapsiagaan.

Menyoal penyakti infeksius pada ayam petelur, fokus utamanya adalah penyakit yang mampu merusak atau menganggu kinerja sistem reproduksi. Infeksi agen infeksius tersebut menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur.

Beberapa penyakit penyebab penurunan tersebut yakni newcastle disease (ND), avian influenza (AI), infectious bronchitis (IB), dan egg drop syndrome (EDS). Veterinary Service Manager Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar, menuturkan bahwa penurunan produksi telur akibat serangan virus IB bisa mencapai 70%. Hal tersebut berdasarkan data yang timnya kumpulkan selama beberapa tahun di seluruh Indonesia.

Selain IB, penyakit seperti EDS dapat menurunkan produksi telur sekitar 20-40% dan AI bisa mencapai 80%, sedangkan pada kasus ND produksi telur mengalami penurunan bervariasi mulai dari 7-60% (Medion, 2021).

Untuk serangan AI masih didominasi low pathogenic avian influenza (LPAI) yakni subtipe H9N2 yang cenderung menyerang sistem reproduksi dan pada serangan tunggal, hal tersebut disampaikan oleh Technical Education & Consultation Manager PT Medion, Drh Christina Lilis selaku.

“AI H9N2 ini tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi. Pada perkembangannya, virus AI memiliki dua mekanisme dalam mengganggu organ reproduksi ayam, yaitu pembendungan pembuluh darah di ovarium dan rusaknya permukaan ovarium pada saat budding exit atau keluarnya virus dari sel. Kedua mekanisme ini akan mengakibatkan penurunan bahkan menghentikan produksi telur,” tutur Lilis.

Ia melanjutkan, infeksi AI juga memengaruhi kualitas telur. Serangannya menyebabkan telur kehilangan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024. (CR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI TELUR

Keseragaman bobot pullet harus terjaga sampai fase puncak produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Budi daya ayam petelur di Indonesia masih menjanjikan. Karena telur dinilai sebagai salah satu sumber protein hewani yang harganya terjangkau bagi masyarakat. Meskipun begitu, peternak kian dihadapkan tantangan dalam beternak ayam petelur, bagaimana agar tetap profit dan efisien?

Kenyataannya di lapangan masih banyak peternak ayam petelur yang mengeluhkan sulitnya mencapai standar performa ayam sesuai dengan guideline tiap strain-nya. Berbagai permasalahan yang biasa dikemukakan seperti produksi tidak mencapai puncak, produksi kurang persisten (cepat turun), kualitas dan berat telur di bawah standar sehingga mengakibatkan konversi ransum membengkak yang pada akhirnya mengganggu laju pendapatan.

Infovet mencoba menjabarkan beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan dalam beternak ayam petelur. Setidaknya ada beberapa faktor seperti genetik, nutrisi, manajemen pemeliharaan, serta lingkungan.

Memanfaatkan Potensi Genetik Secara Maksimal
Ayam petelur modern merupakan ayam dengan genetik yang terseleksi dengan berbagai teknik pemuliaan. Dimana tiap ras saling mengklaim memiliki potensi yang mampu menghasilkan telur dalam jumlah banyak (hen day tinggi) dengan intensitas waktu yang lama (persistensi produksi telur baik), serta memiliki tingkat konversi pakan yang baik. Hal tersebut disampaikan oleh Director PT ISA Indonesia, Henry Hendrix.

“Kini layer modern bisa berproduksi dengan baik hingga mencapai umur 100 minggu, dimana yang sebelumnya siklus produksi hanya sekitar 80 minggu,” tutur dia dalam sebuah seminar di BSD.

Meskipun telah didesain sedemikian rupa, ayam petelur modern memiliki beberapa sisi kekurangan. Salah satunya yaitu relatif sulit mencapai berat badan standar terutama ketika fase starter dan memasuki awal produksi hingga puncak.

Selain itu, ketertinggalan berat badan tersebut sulit dikompensasi saat fase pemeliharaan berikutnya. Ayam petelur modern saat ini juga lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ransum.

Hal ini disampaikan oleh Senior Specialist Poultry De Heus Indonesia, Jan Van De Brink, dalam suatu webinar. Menurutnya saat ini di lapangan yang sering terjadi adalah over maupun under weight pada pullet yang hendak memasuki fase produksi.

“Keseimbangan dan keseragaman bobot badan menjelang fase produksi ini sangatlah penting. Ini yang kerap banyak gagal terjadi di peternak, kalau tidak kelebihan, ya bobotnya kurang, dan ketika masuk fase produksi jadi kurang optimal,” kata Jan.

Ketika ayam sudah memiliki potensi unggul tetapi tidak didukung lingkungan yang memadai, maka hasilnya tidak akan maksimal. Manajemen yang baik tentu akan menghasilkan produksi telur yang baik atau meningkat. Begitupun sebaliknya, manajemen buruk maka hasilnya tidak akan bagus.

Lebih lanjut Jan mengatakan, pertumbuhan dan fase rearing pada ayam petelur seharusnya tidak selesai di umur 16 minggu, melainkan sampai umur 30 minggu. “Kita harus mempersiapkannya karena ini sangat krusial, kita ingin produk optimal pada saat ayam memulai bertelur hingga fase puncak,” tambahnya.

Sebab apabila ayam sudah mencapai umur 18 minggu, yang bisa diperbaiki… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024. (CR)

TELUR INFERTIL, BISA HEMAT BIAYA JADI TAMBAHAN PAKAN

Telur infertil ternyata bisa dimanfaatkan sebagai tambahan pakan. (Foto: Istimewa)

Banyak cara yang dilakukan peternak ayam, khususnya peternak skala kecil untuk menambahkan nutrisi pada pakan ayam peliharaanya. Ada yang menggunakan aneka rempah, dedaunan, dan lainnya sebagai pakan tambahan. Setiap peternak dipastikan akan berusaha agar pengeluaran biaya pakan lebih hemat.

Pola pemberian pakan tambahan dengan menggunakan bahan-bahan non-pabrikan, lazimnya dilakukan para peternak ayam buras, baik ayam kampung biasa, ayam KUB (Kampung Unggulan Balitnak), ayam Joper, dan varian lainnya. Sementara untuk peternak ayam ras broiler maupun ras petelur, umumnya mereka menggunakan pakan pabrikan.

Jika ada peternak ayam yang memberikan pakan tambahan berupa limbah tahu (ampas tahu), itu sudah banyak yang melakukan. Tapi bagaimana jika pakan tambahan yang diberikan berupa telur ayam yang dihasilkan dari kandang ayam yang sama? Amankah?

“Aman. Dari pengalaman saya selama ini tidak ada masalah. Saya sering memberikan pakan tambahan untuk ayam Joper dan KUB saya pakai telur-telur yang gagal menetas atau infertil,” tutur Zulkarnaen Nasution, peternak ayam kampung mandiri di Kota Asahan, Sumatra Utara, kepada Infovet.

Kendati demikian, dengan diberi pakan telur dari kandang yang sama, apakah tidak memunculkan sifat kanibal pada ayam? Karena ayam memakan bagian yang dikeluarkan dari dirinya sendiri. Menurut zulkarnaen hal itu tidak terjadi. “Saya sudah praktikkan bertahun-tahun dan aman-aman saja,” sebutnya.

Zulkarnaen adalah peternak ayam kampung jenis KUB dan Joper. Usaha peternakannya dimulai sejak empat tahun lalu. Masih tergolong baru, namun omzet dan keuntungan yang dinikmati tergolong besar. Masih sedikitnya peternak yang ada di daerahnya, menjadikan aparatur sipil negara (ASN) ini leluasa mengembangkan usahanya karena minim persaingan.

Usaha ternak yang dijalani Zulkarnaen tergolong mandiri. Ia tak hanya memiliki kandang pembesaran, tetapi juga usaha penetasan. Bahkan, belakangan ia merambah ke penjualan telur yang siap tetas (fertil). Pelanggannya tak hanya berasal dari Kota Asahan, tapi juga dari luar kota.

Di lahan pekarangan yang cukup luas di belakang rumahnya, Zulkarnaen memiliki lebih dari 10 kandang indukan. Satu kotak kandang berisi lima indukan betina dan satu pejantan. “Alhamdulillah, selain panen ayam kampung pedaging, bisa panen telur tetas juga,” ujarnya.

Dengan jumlah indukan 100 ekor, dalam sehari produksi telur fertil antara 50-60 butir. Sebagai peternak yang tak mau merugikan pelanggan atau mitranya, Zulkarnaen memberikan garansi 85% telur menetas. Artinya, jika telur yang diserahkan kepada mitra hanya menetas 75%, maka selisihnya yang 10% akan diganti.

“Jadi, misalnya orang beli 100 butir, maka yang digaransi adalah 85 butir benar-benar dibuahi oleh pejantan. Tentu saja dengan catatan mesin tetasnya bagus dan tidak bermasalah,” ucap dia.

Pakan Tambahan
Sebagian telur tetasnya di masukkan ke dalam mesin tetas dan sebagian lagi dikemas untuk dikirim para pemesannya. Untuk mengirim telur, Zulkarnan ekstra hati-hati dalam pengemasannya. Mengemas telur sangat berbeda dengan mengemas produk lain.

“Harus sangat hati-hati, karena telur mudah pecah. Makanya setiap 100 butir telur yang dikirim, saya kasih lebihan dua butir untuk jaga-jaga jika ada yang pecah selama pengiriman,” ungkapnya.

Sementara untuk yang akan ditetaskan, telur-telur yang sudah dibersihkan masuk ke dalam mesin tetas. Seperti biasa, di hari keempat Zulkarnaen melakukan pengecekan kualitas telur, memastikan semua telur tersebut layak tetas (fertil) atau tidak (infertil).

Dengan menggunakan lampu pijar, telur yang tampak kemerahan dan ada semacam serat berwarna merah (menyerupai bentuk akar tanaman) di dalam telur dimasukkan kembali ke dalam mesin tetas. Telur-telur tersebut dipastikan sebagai telur fertil atau telur yang dibuahi oleh sperma ayam pejantan. Telur ini dipastikan bisa ditetaskan dengan baik.

Sedangkan telur yang tampak terang dan tak terlihat ada serat warna merah, dikeluarkan dari mesin tetas. Beberapa telur yang infertil segera dipisahkan di keranjang. Telur infertil merupakan telur yang tidak dibuahi oleh sperma pejantan dan tidak dapat ditetaskan.

Telur-telur yang gagal tetas akan dipisahkan. Telur infertil yang sudah empat hari masuk ke mesin tetas, belum mengalami perubahan komposisi kuning dan putih telurnya. Artinya telur masih aman untuk dikonsumsi. Sebab itu, banyak para peternak yang tak membuang telur yang baru empat hari berada di dalam mesin tetas.

Zulkarnaen memanfaatkan telur infertil yang sudah empat hari di mesin tetas sebagai sumber protein ayam indukan pejantan. “Ini bisa jadi sumber protein yang bagus untuk ayam pejantan,” katanya.

Selain telur infertil yang masih bagus, Zulkarnaen juga mencampur dengan telur yang sudah bercampur bagian kuning dan putihnya. Cara ini tentu saja akan mengurangi biaya pakan untuk ayam-ayam di kandangnya.

“Saya kan peternak, kalau jumlah telurnya yang infertil terlalu banyak enggak mungkin dimakan semua. Makanya sebagian saya jadikan puding dan dikasih ke ayam pejantan. Ayamnya lebih sehat,” ungkapnya.

Peternak ini mengaku tak tahu persis berapa nilai penghematannya setelah memanfaatkan telur-telur infertil sebagai pakan tambahan indukan pejantan miliknya. Yang pasti, asupan nutrisi untuk pejantan indukan terpenuhi dan ayam-ayamnya tergolong sehat.

“Sampai saat ini saya tidak pernah hitung berapa persentase penghematannya. Yang penting begitu ada telur yang gagal tetas, saya olah jadi puding untuk pakan tambahan ayam indukan,” ujarnya.

Pahami Arti Infertil
Bagi para peternak pemula, sebutan telur fertil dan infertil masih terdengar asing. Pemahaman jenis telur fertil dan infertil ini penting dimiliki oleh para peternak, khususnya peternak pemula, agar terhindar kerugian yang terlalu besar.

Untuk para peternak pemula yang memilih membeli telur fertil, sebaiknya perlu memahami lebih dulu istilah telur fertil dan infertil. Kalau telur fertil mudah dipahami, yakni telur yang dibuahi oleh ayam pejantan dan kemungkinan besar bisa menetas.

Lalu, apa itu telur infertil? Bagi peternak pemula, bisa mengecek laman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Di laman ini dijelaskan secara rinci tentang telur infertil. Secara definisi, telur infertil bisa dikatakan telur yang tidak mengalami pembuahan (fertilisasi) oleh sel sperma dari ayam jantan.

Infertilitas bisa juga disebut sebagai kemandulan, yaitu istilah dapat juga diartikan sebagai kegagalan, tidak berhasil, atau tidak dapat membentuk. Ada dua jenis telur infertil yang dibedakan berdasarkan asal sumber telurnya.

Jenis telur infertil yang pertama yaitu telur infertil bersumber dari ayam ras petelur atau layer komersial hasil budi daya atau telah lazim disebut telur konsumsi. Bukan telur hasil pembibitan, dalam pemeliharaannya tidak dicampur dengan pejantan. Telur ini merupakan telur infertil yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta tidak dicirikan oleh warna cangkang tertentu. Warna cangkang atau kerabang telur dari semua strain ayam layer yang dibudidayakan di Indonesia umumnya cokelat. Warna kerabang sendiri dipengaruhi deposit pigmen induk selama proses pembentukan telur dan ditentukan oleh genetik ayam.

Sedangkan telur infertil jenis kedua yaitu telur infertil hasil dari breeding farm ayam ras. Telur infertil ini adalah telur tetas atau hatching egg (HE) yang tidak dibuahi oleh sel sperma dari ayam jantan. Pembuahan telur HE melalui inseminasi buatan (IB) atau pencampuran dengan pejantan dalam pemeliharaannya. Telur infertil ini merupakan ayam ras yang telah melewati masa inkubasi 18 hari (dalam mesin setter/inkubator).

Dengan menguasai informasi ilmiah ini, para peternak pemula bisa lebih cermat dan hemat dalam pemberian pakan kepada ternak ayamnya. Meski angka penghematannya tak terlalu besar, setidaknya tidak ada kata mubazir dengan memanfaatkan telur infertil untuk pakan tambahan ternak. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

RAHASIA DI BALIK TELUR REBUS TIGA PEREMPAT MATANG

Kandungan nutrisi dalam sebutir telur amat menakjubkan. (Sumber: Istimewa)

Sebuah video pendek berisi konten cara makan telur yang sehat beredar dan menjadi viral di kalangan pengguna media sosial. Konten video berdurasi empat menit itu cukup menginspirasi bagi yang gemar mengonsumsi telur rebus. Video ini juga cukup menggugah bagi orang yang kurang suka mengonsumsi telur.

Tak jelas persis siapa yang menjadi narasumber dalam video tersebut. Namun dari cara penyampaiannya, menunjukkan dia orang yang tahu tentang nutrisi. Narasumber dalam video tersebut menyebutkan, cara merebus telur yang baik adalah pada kondisi tiga perempat matang (tingkat kematangannya 75%), bukan telur sampai terlalu matang.

Kalau telur dipanasi terus-menerus, kuning telur akan berubah menjadi hitam, karena vitamin pada kuning telur sudah rusak. Bagian hitam ini, kata si narasumber tersebut, mengandung kolesterol tinggi dan menjadi penyebab kanker.

“Yang baik warna kuning telur masih terlihat kemerahan. Ini telur yang matang sempurna. Kalau telur ini kita makan akan menghailkan nutrisi yang paling tinggi dan kolesterol paling rendah. Setiap haripun kita boleh makan, jangan takut kolesterol naik,” ujarnya.

Telur memiliki kandungan kolesterol low-density lipoprotein (LDL) dan high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol “baik” sekaligus. Telur yang direbus terlalu matang, maka LDL akan lebih tinggi dan HDL rendah. Sebaliknya, jika telur direbus tiga perempat matang, maka LDL rendah dan HDL tinggi. “Kandungan omeganya juga masih bagus dan proteinnya tinggi,” kata si narasumber.

Dalam video tersebut juga dijelaskan, ada riset di University of Kansas, Amerika Serikat, terhadap orang berumur 70 tahun. Sebelumnya, orang ini memiliki kadar kolesterol sampai 420. Selama enam bulan oleh para dokter yang melakukan riset diminta untuk makan tiga telur rebus setiap hari. Telur yang dikonsumsi direbus tiga perempat matang. Seminggu sekali pasien ini dicek darahnya. Hasilnya kolesterolnya turun menjadi 150.

“Kesimpulan dari riset ini dengan mengonsumsi telur tiga perempat matang malah menurunkan kolesterol, menurunkan asam urat, dan menurunkan trisida pada orang tersebut,” ujar si narasumber dalam video.

Tubuh Butuh HDL dan LDL
Mengonsumsi telur secara terus-menerus setiap hari, apalagi sampai tiga butir per hari tentu akan menimbulkan kebosanan. Salah satu cara untuk menghindari kebosanan adalah dengan diselingi mengonsumsi protein lain, misal dalam seminggu divariasi dengan ikan, daging, atau yang lainnya.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan, menyarankan bagi lansia mengonsumsi tiga butir telur seminggu sudah cukup, karena dampak buruk akan kolesterol yang kurang bersahabat selalu menyertai.

Selain mengonsumsi telur, ada berbagai cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh. “Termasuk menerapkan pola hidup sehat, menghindari stres, hingga mengonsumsi suplemen agar sistem kekebalan tubuh tetap prima,” ujarnya.

Sementara menurut Dietisien dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Fatmawati (RSUP Fatmawati), Akromah, SGz, RD, berpendapat bahwa kedua jenis koleterol (HDL dan LDL) sama-sama dibutuhkan oleh tubuh. Namun, kondisi tubuh akan baik jika perbandingan antara keduanya sesuai kebutuhan. “Kalau konsumsi sumber lemak hewani terlalu banyak, maka jumlah kolesterol jahatnya akan banyak juga,” ujarnya kepada Infovet.

Jika dicermati, kandungan nutrisi dalam sebutir telur amat menakjubkan. Dalam berbagai literatur nustrisi, telur mengandung air, karbohidrat, lemak, protein, bermacam vitamin dan mineral, serta trace element lainnya yang berfungsi mensinergi tubuh sehingga telur disebut sebagai wonderful food.

Dosen Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Dr Ir Manik Eirry Sawitri MS, seperti yang dilansir dari situs resminya, menyebutkan kandungan protein hewani pada telur ternyata bisa berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh.

“Telur disamping padat gizi juga mengandung lemak pada bagian kuningnya (yolk) yang disebut HDL, yang selama ini dikenal sebagai asam lemak baik. Serta omega 3, omega 6, bahkan omega 9 yang terakumulasi pada bagian yolk-nya dan dapat memperbaiki respon imun,” kata ahli gizi itu.

Cara Rebus yang Baik
Kembali ke telur rebus tiga perempat matang. Selain video pendek tadi, cukup banyak literatur lain yang mengulas mengonsumsi telur tiga perempat matang dan setengah matang. Laman Boldsky yang ditulis pada 2014, mengungkapkan bahwa telur rebus setengah matang itu menyehatkan.

Beberapa ahli kesehatan menyebutkan bahwa kuning telur rebus setengah matang memiliki manfaat kesehatan yang tinggi. Mengonsumsi telur setengah matang dipercaya mengurangi risiko kontaminasi makanan akibat bakteri Salmonella.

Meski sehat, para ahli kesehatan tidak menganjurkan wanita hamil dan orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah untuk sering mengonsumsi telur setengah matang karena nutrisi pada orang tersebut harus lebih banyak. Menurut Asosiasi Jantung AS (American Heart Association), telur rebus memiliki 6,3 protein yang mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh. Tapi kandungan kolesterol dan lemaknya seiring kali menurunkan nilai gizinya.

Untuk mendapatkan telur rebus tiga perempat matang yang sempurna, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, didihkan air yang cukup membenamkan seluruh telur. Setelah mendidih masukkan telur secara perlahan, bisa menggunakan centong atau saringan. Apabila telur dari kulkas, masak telur selama 6 menit 30 detik. Jika telur bukan dari kulkas, masak selama enam menit. Gunakan api sedang (tapi tetap mendidih).

Kedua, agar kuning telur berada di tengah, di tiga menit pertama dengan menggunakan sumpit gulingkan telur perlahan-lahan. Pertahankan api terus dalam keadaan mendidih.

Ketiga, matikan api setelah 6 menit 30 detik, tiriskan telur dan segera benamkan di air yang dingin. Telur di dalam cangkang akan menciut dalam sekejap sehingga akan memudahkan mengupas telur. Selanjutnya, telur siap disantap. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MELAWAN TRADISI “NGASREP” DENGAN TELUR

Telur ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. (Foto: Istimewa)

Ngasrep atau hanya makan nasi putih masih menjadi tradisi sebagian orang di desa-desa. Meski edukasi tentang nutrisi digencarkan, namun tak mudah menghilangkan lelakon yang sudah jadi tradisi.

Dina Nuraini merasa khawatir dengan kondisi bayinya yang baru berumur tiga bulan. Maklum sejak lahir, berat badan anaknya hanya bertambah 1 ons. Air susu ibu (ASI) yang diberikan tak terlalu banyak. Meski secara fisik terlihat sehat dan ia termasuk ibu muda, namun produksi ASI-nya tergolong kurang.

Usut punya usut, ternyata warga Kampung Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini sedang menjalani tradisi ngasrep. Tradisi yang hanya mengonsumsi nasi putih tanpa lauk sama sekali. Kalaupun ditambah lauk, porsinya sangat sedikit.

Kepada Infovet Dina menceritakan sudah tiga bulan lebih dirinya hanya makan nasi putih dan jarang sekali mengonsumsi lauk, baik ikan, daging, ataupun sayur-sayuran. Lelakon ngasrep ini ternyata bukan kemauan Dina sendiri. “Ini yang suruh ibu saya, masih ngikutin kebiasaan orang zaman dulu di kampung sini. Katanya sudah tradisi orang-orang di sini sejak dulu,” tuturnya.

Lantaran tak tahan tiap hari ngasrep, Dina mensiasati agar tetap bisa menikmati menu lainnya. Perempuan berusia 29 tahun ini mengaku sering “kucing-kucingan” dengan ibunya soal urusan makanan. Contohnya saat sang ibu tak ada di rumah, Dina kerap mengambil lauk dan memakannya.

Sebab ia mengaku sering lemas dan produksi ASI-nya tak sebanyak ibu-ibu lain yang juga baru melahirkan. Agar bayinya tak menangis karena haus, Dina memberikan susu formula sebagai tambahan. Ini pun juga atas saran dari sang ibu.

Penasaran dengan tradisi ngasrep, Infovet mencoba mengorek informasi dari warga lainnya di kampung tempat tinggal Dina. Ada seorang tukang pijat bayi, Sumiyati (70), yang menceritakan bahwa ngasrep sudah menjadi tradisi di lingkungannya untuk perempuan yang baru melahirkan. “Tapi enggak semua orang mau jalani tradisi ini. Ada juga yang makan bebas, enggak ada pantangan,” ujarnya.

Menurut perempuan yang sudah menekuni profesi tukang pijat bayi selama 10 tahun lebih ini, ngasrep tidak selalu hanya makan nasi putih saja. Tetapi bisa juga diganti dengan singkong atau ubi. Yang pasti tidak memakan lauk. “Orang zaman dulu nyebutnya mutih, makan makanan yang warna putih,” ungkapnya.

Sumiyati mengaku tidak tahu persis sejak kapan tradisi ngasrep berlaku di kampungnya. Ia hanya menyebut sudah turun-temurun. Meski demikian, seiring perkembangan zaman, tradisi ngasrep perlahan makin sedikit yang menjalaninya. Hanya orang-orang yang masih percaya saja yang melakoninya. “Sekarang zamannya beda, orang sekarang pada pinter soal urusan makanan. Tapi masih tetap ada yang jalani tradisi ini,” ucapnya.

Jika ditelisik asal mula tradisi ngasrep yang juga masih terjadi di beberapa daerah, ternyata ini ada kaitannya dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. Banyak literatur yang menuliskan riwayat tradisi ngasrep.

Seperti diketahui, penjajah Belanda dikenal licik dalam mengelabuhi rakyat Indonesia. Konon, tradisi ngasrep merupakan taktik penjajah yang diterapkan kepada rakyat Indonesia. Setiap wanita yang baru melahirkan hanya disuruh makan nasi, singkong, atau ubi saja. Tidak diperbolehkan mengonsumsi sayuran atau makanan lainnya yang bergizi.

Tujuannya jelas, dengan ngasrep maka asupan gizi anak-anak pada masa itu sangat sedikit. Pertumbuhan anak hingga dewasa menjadi kurang dan tubuh menjadi lemah. Dengan begitu, generasi muda Indonesia pada masa itu mudah dikalahkan pasukan penjajah Belanda.

Sayangnya, taktik tersebut malah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat hingga sekarang. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan orang-orang Indonesia zaman dulu yang sedang lelakon untuk ilmu yang berkaitan dengan supranatural. Untuk mencapai puncak kekuatan fisiknya (bisa dibilang sakti) salah satu syaratnya adalah puasa dan berbuka hanya dengan ngasrep. Puasa ngasrep, begitu orang zaman dulu menyebutnya.

Mitos Ngasrep
Yang pasti tradisi ngasrep ini sungguh miris. Di era yang sudah maju dan informasi seputar gizi mudah didapat, mengonsumsi makanan minim gizi masih berlaku bagi sebagian masyarakat. Semestinya masyarakat yang masih bersikeras menjalankan tradisi ini mulai sadar bahwa kebutuhan gizi tidak bisa dianggap sepele.

Apalagi bagi kaum ibu yang baru saja melahirkan, ini akan berbahaya bagi pertumbuhan sang anak yang membutuhkan asupan gizi cukup. Tradisi ngasrep ini tak cuma mengganggu pertumbuhan, namun bisa menimbulkan efek kesehatan bagi anak dan ibunya.

Anak bisa mengalami masalah stunting atau kekerdilan pertumbuhan. Daya tahan atau imun juga akan rendah karena terbatasnya asupan gizi. Sementara ibunya juga akan sedikit produksi ASI-nya.

Ada mitos kuat yang masih berlaku di kampung ini, tentang seorang ibu menjalani tradisi ngasrep. Sumiyati juga sempat menyebutkan dengan ngasrep maka bayinya akan keliatan putih bersih kulitnya.

Selain itu, jika sang ibu mengonsumsi telur dikhawatirkan anak akan bisulan. Begitu juga kalau makan lauk lainnya, seperti daging ayam, daging sapi, ikan, atau lauk lainya, akan berdampak buruk bagi bayinya. Ini benar-benar pemahaman yang sungguh keliru.

Telur dan daging ayam merupakan sumber gizi yang sangat baik dan dibutuhkan bagi kaum ibu yang baru melahirkan atau sedang masa menyusui. Fakta membuktikan, konsumsi telur ayam bagi wanita yang baru melahirkan membuat produksi ASI melimpah.

Konsumsi telur ayam juga sangat diperlukan, khususnya untuk wanita yang baru saja melahirkan melalui bedah sesar. Fungsinya untuk mempercepat penyembuhan bekas luka jahit dan lainnya.

Harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. (Foto: Dok. Infovet)

Mitos Bisul
Mitos tentang konsumsi telur bisa mengakibatkan bisul pada anak-anak juga terkadang diperparah oleh pendapat segelintir dokter anak yang “mengiyakan” mitos tersebut. Dokter anak yang masih menganut pemahaman keliru macam ini sudah selayaknya segera diluruskan.

Menurut dokter spesialis anak, dr Triza Arif Santosa, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya dalam Diskusi secara online tentang “Pentingnya Nutrisi dan Pertumbuhan Anak”.

Ahli gizi ini menjelaskan, pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting. Penelitian dari Washington University, bayi-bayi dengan rentang usia tersebut yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Konsumsi telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat untuk menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12, dan selenium di dalam telur penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di zaman yang sudah maju sekarang ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Sekali lagi, telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga makanan lainnya yang kandungan gizinya sangat minim. Edukasi tentang pentingnya mengonsumsi telur dan daging ayam kepada masyarakat tampaknya masih harus terus digalakkan. Maraknya bergam jenis kuliner berbahan daging ayam dan telur mestinya menjadi media edukasi yang efektif. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet, tinggal di Depok

PAHAMI DISTRIBUSI AGAR BISNIS TELUR TIDAK MERUGI


Telur ayam merupakan salah satu bahan pangan dengan kepadatan nutrisi tinggi dan lengkap karena mengandung protein, vitamin, karbohidrat, dan kalori. Dengan kandungan nutrisi komplit, manfaat yang beragam, sebagai sumber nutrisi penting, serta untuk mengatasi stunting pada anak anak, sudah sewajarnya telur mendapatkan posisi harga yang harmonis dan pantas.

Pada peternakan ayam petelur komersial, waktu pungut telur dilakukan dua kali sehari, yakni pagi dan sore. Telur ditaruh di dalam egg trey plastik, dikumpulkan di dalam gudang telur, tersusun rapi sesuai asal kandangnya. Setelah selesai pencatatan, telur ditimbang dan dikemas menggunakan trey kertas atau peti masing-masing berisi 15 kg telur dan siap didistribusikan.

Selama penyimpanan menunggu terdistribusikan, telur secara alami akan... Simak cerita selengkapnya di kanal YouTube Majalah Infovet:


Agar tidak ketinggalan info konten terbaru, silakan kunjungi:
Subscribe, Like, dan Share. Anda juga bisa memberi komentar dan usulan konten lainnya di kolom komentar.

BLITAR TIMUR DIRIKAN KOPERASI TELUR

Blitar, Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023). "Koperasi Berkah Telur Blitar" resmi berdiri di Desa Jambepawon, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Sedangkan launching peresmian "Koperasi Berkah Telur" ini dilaksanakan di Gedung Serba guna, Desa Jambepawon, di ujung timur utara Blitar

Koperasi yang merupakan badan usaha yang menghimpun para peternak ayam petelur ini selain terdiri para peternak juga para pelaku UMKM berbasis peternakan. Dengan izin No: AHU-0002972.AH.01.29.2023. Kantor Koperasi Berkah Telur ini beralamat di Desa Wonorejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

Ketua Koperasi Berkah Telur, Yesi Yuni Astuti, menyampaikan dalam rilisnya bahwa Koperasi Berkah Telur Blitar adalah kumpulan peternak rakyat dan pelaku UMKM berbasis peternakan yang beranggotakan sebagian besar profesional muda yang sarjana di bidangnya di kawasan Blitar Timur. Anggota yang bergabung terdiri dari peternak ayam petelur, juga ada peternak sapi, peternak kambing/domba, pembudidaya ikan, dan produsen pangan olahan berbasis peternakan. Sedangkan bidang usaha yang ada di Koperasi Berkah ini terdiri dari divisi telur, divisi ruminansia, divisi perikanan, divisi jagung/pakan, dan divisi pangan berbasis olahan peternakan.

"Kawasan Blitar timur mempunyai potensi peternakan yang bagus, akan tetapi letak geografis yang sebagian besar dataran tinggi dan pegunungan, kurang strategis dan jauh dari pusat kota, membuat kawasan Blitar timur sering tertinggal dari simpul-simpul peternakan dari daerah lain, seperti Blitar barat dan Blitar Selatan," kata Yesi.

Sehubungan dengan hal tersebut, Koperasi Berkah Telur Blitar berusaha hadir dan berjuang untuk membantu peternak rakyat yang berada di kawasan Blitar timur agar peternak rakyat di Blitar timur bisa bangkit dan mensejajarkan diri dengan peternak rakyat di daerah lain dan membangkitkan ekonomi kerakyatan sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

Sampai saat ini, area operasional kami meliputi Blitar timur yang terdiri dari tujuh Kecamatan, yaitu Doko, Gandusari, Talun, Wlingi, Kesamben, Selopuro, Selorejo. Dalam mendukung tujuan dan cita-cita koperasi ini, sudah ada lima divisi perekonomian yang menjadi poros penggerak, yaitu divisi telur, divisi ruminansia (sapi, kambing, dan domba), divisi perikanan, divisi jagung/pakan, divisi olahan pangan berbasis peternakan SK Kemenkumham koperasi terbit pertengahan Juli 2023 dan baru bisa diadakan launching-nya di hari ini (2 September 2023) bertempat di Balai Desa Jambepawon Kecamatan. Doko. Dengan demikian koperasi Berkah Telur Blitar menyatakan siap untuk bekerja sama dan bersinergi dengan pemerintah pusat maupun daerah dan semua stakeholder dunia peternakan.

Launching Koperasi Berkah Telur ini juga dihadiri Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso. Ia mengatakan bahwa koperasi merupakan pilar kesejahteraan ekonomis masyarakat, dengan berbasis kekeluargaan. "Saya sangat bangga jika para peternak ayam petelur ini mempunyai lembaga koperasi sendiri yang nantinya mensejahterakan anggotanya," ujar Rakhmat.

Lantas Yesi juga kembali menambahkan harapannya, bahwa berdirinya koperasi ini agar Blitar timur bisa sejajar dgn simpul-simpul peternakan di daerah lain, seperti Blitar barat dan Blitar selatan, serta tak lupa agar semua elemen peternak tetap kompak bersatu dan maju. (DS)

MENINGKATKAN FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG

Indukan dan pejantan dalam kandang koloni. (Foto: Dok. Masadhy)

Ingin beternak ayam kampung secara kontinu tanpa takut kehabisan stok DOC? Membibitkan ayam kampung secara mandiri adalah solusi. Peternak pemula wajib tahu beberapa kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya tetas telur ayam kampung.

Bagi peternak ayam kampung yang ingin mendapatkan penghasilan rutin setiap minggu atau setiap bulan, rotasi budi daya adalah solusi tepat. Dengan melakukan hal tersebut, peternak bisa menghitung berapa ekor ayam yang harus dipelihara agar bisa dipanen dengan rutin.

Masalahnya, tak jarang peternak kesulitan mendapat DOC sesuai waktu yang dijadwalkan dan sesuai jumlah yang diinginkan. Salah satunya disebabkan pembibit yang kehabisan stok karena permintaan DOC sedang banyak. Padahal, sesuai jadwal rutin DOC harus sudah masuk kandang pada saat itu.

Masalah lain adalah syarat jumlah pembelian DOC. Bisa jadi pembibit mensyaratkan jumlah minimal yang harus dibeli, padahal kapasitas kandang atau lahan yang dimiliki terbatas. Faktor jumlah pembelian juga sering kali memengaruhi harga. Pembelian DOC dalam jumlah lebih banyak akan memperoleh harga lebih murah dibanding jumlah yang lebih sedikit.

Beberapa masalah tersebut kadang bisa membuat pusing peternak, apalagi peternak ayam kampung skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas. Peternak tentu ingin tetap memulai dan melanjutkan usaha sesuai kapasitas yang dimiliki sesuai program yang telah direncanakan.

Ada pula cara yang dilakukan untuk mendapatkan DOC dengan harga lebih murah, yaitu membeli telur fertil. Selanjutnya, telur tersebut ditetaskan sendiri dengan mesin tetas. Namun, permasalahan yang muncul tak jauh berbeda, yaitu waktu ketersediaan dan jumlah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, melakukan pembibitan mandiri bisa dijadikan solusi. Peternak bisa menghitung jumlah indukan betina maupun pejantan untuk menghasilkan DOC sesuai kebutuhan. Dengan pembibitan mandiri, peternak tak perlu khawatir waktu ketersediaan, kesesuaian jumlah dengan kebutuhan, dan biaya untuk pengadaan DOC. Dengan kata lain, keberlanjutan usaha beternak berjalan mandiri dan tidak bergantung pihak lain.

Cara ini pula yang dilakukan Mastur Adhy Sudrajat, peternak ayam kampung dari Desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. Berawal dari usaha pembesaran ayam kampung, pria yang biasa dipanggil Masadhy ini memutuskan melakukan pembibitan sendiri. Berberapa tahun melakukan pembibitan mandiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (RA)

TELUR REBUS, PILIHAN TEPAT UNTUK MPASI

Konsumsi telur ayam maupun telur puyuh sama baiknya. (Foto: Shutterstock)

Mitos konsumsi telur ayam tak baik bagi ibu pasca melahirkan masih “berlaku” di sebagian masyarakat pedesaan. Padahal, sumber protein hewani ini kaya manfaat bagi pertumbuhan janin hingga sang bayi lahir.

Usai menjalani masa pesalinan di rumah sakit, setiap pagi Laila Sukma mendapat kunjungan dokter anak di ruang perawatan. Kunjungan dokter dilakukan rutin setiap pagi untuk mengecek kondisi ibu muda yang baru melahirkan anak pertamanya itu.

Dalam setiap kunjungan, dokter selalu mengingatkan agar pasiennya tak melupakan makan telur rebus yang disiapkan dalam menu sarapan. “Telur rebus penting untuk mempercepat penyembuhan luka Ibu, soalnya kan lahirannya sesar. Makan telur bisa membantu luka lebih cepat sembuh,” pesan dokter, seperti ditirukan Laila.

Menurutnya, sang dokter juga berpesan agar konsumsi telur tetap dilanjutkan setelah pulang dari rumah sakit. “Dokter bilang selama masa menyusui, telur ayam yang direbus bagus banget untuk memacu ketersediaan air usu ibu (ASI),” ujarnya kepada Infovet.

Sebagai wanita yang sedang menikmati masa bahagia atas kelahiran anak pertamanya, Laila merasa perlu banyak mencari informasi seputar gizi untuk ibu pasca melahirkan. Wanita ini rajin berburu informasi tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk buah hatinya, jika sudah umurnya sudah cukup untuk makan.

“Saya suka baca-baca info tentang makanan yang bagus buat bayi. Telur ayam rebus banyak direkomendasikan sebagai makanan pendamping ASI. Kalau sekarang kan banyak makanan produk pabrikan, saya nanti maunya bikin sendiri saja. Lebih murah, tapi gizinya terpenuhi,” tuturnya.

Laila memang termasuk ibu yang cerdas dalam memilih makanan. Apa yang dipikirkan olehnya tentang telur adalah benar adanya. Dalam banyak literatur kesehatan, pasca persalinan seorang ibu sedang dalam masa menyusui anaknya, sudah pasti sedang membutuhkan asupan gizi ekstra agar ASI yang dihasilkan memenuhi kebutuhan sang bayi.

Ibu yang masih dalam masa menyusui membutuhkan protein hewani, protein nabati, kalsium, vitamin dan jenis gizi lainnya. Jika asupan gizi komplit tak dipenuhi, maka yang terjadi adalah anak akan menderita gizi buruk dan lambat dalam pertumbuhan atau yang dikenal dengan istilah stunting. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Dalam laman jurnal American Heart Asociation menyebutkan, hal itu dibuktikan oleh penelitian di Afrika yang pernah membandingkan anak yang memiliki pola makan vegan atau sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani dengan anak yang rutin makan protein hewani.

Dari penelitian tersebut, hasilnya anak yang mengonsumsi protein hewani memiliki tubuh lebih tinggi dibanding yang hanya mengonsumsi protein nabati. Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak boleh diberikan sebagai MPASI pada anak.

Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat soal mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi tentang pentingnya konsumsi telur dan daging ayam perlu dilakukan. Kampanye makan telur dan daging ayam juga harus terus digaungkan.

Jurnal American Heart Asociation juga menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Beda Gengsi 
Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Menurut ahli gizi dari Univeritas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Taufik Maryusman SGz MGizi MPd, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai MPASI sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya makan makanan padat. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Sementara telur ayam, selain mudah didapatkan juga merupakan makanan yang mengandung nutrisi komplet untuk bayi hingga orang dewasa. Dalam satu butir telur, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak dan vitamin.

Sebagai catatan, tentunya pemberian MPASI dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan usia bayi. Dimulai dari makanan bertekstur lunak seperti bubur susu, lalu bubur saring, lembek seperti bubur biasa, lalu nasi tim, hingga yang padat seperti nasi biasa atau makanan keluarga.

Masih menurut Taufik, telur ayam bukan satu-satunya sumber protein hewani yang terjangkau dari sisi harga. Ada telur puyuh yang juga dapat menjadi sumber protin yang sama, dengan takaran yang sama pula. Telur puyuh memiliki sejumlah kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh.

Menurutnya, telur puyuh memang tidak sefamiliar telur ayam yang lebih banyak dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa. ”Tetapi manfaatnya tidak ada bedanya dan bermanfaat bagi tubuh,” kata Taufik.

Ada beberapa kandungan nutrisi telur puyuh yang cukup baik untuk diketahui oleh orang tua, agar anak-anaknya juga gemar mengonsumsi. Pertama, sama seperti telur ayam, telur puyuh tinggi protein. Satu porsi telur puyuh (isi lima butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam. Protein diperlukan tubuh untuk dijadikan sumber energi, menjaga stamina, memelihara kesehatan kulit dan rambut, serta membangun dan menguatkan massa otot, baik dikonsumsi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Kedua, telur mini yang dihasilkan burung puyuh juga kaya vitamin A dan kolin. Setiap porsi telur puyuh menawarkan 119 miligram kolin dan 244 IU vitamin A. Artinya, seporsi telur puyuh (setara lima butir) mampu menyajikan sekitar 22-28% kebutuhan kolin harian dan 8-10% asupan vitamin A dalam sehari. Dua nutrisi ini bersamaan menjaga kerja sistem imun tubuh untuk mencegah risiko penyakit dan infeksi, khususnya mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin A dan kolin juga berperan memelihara fungsi sistem saraf dan indra penglihatan.

Ketiga, telur burung puyuh mengandung lebih banyak selenium (26%) dan zat besi (9%) daripada telur ayam. Selenium bermanfaat untuk memelihara fungsi kognitif otak, meningkatkan metabolisme hormon tiroid dan memperbaiki kerusakan DNA. Sementara, zat besi berfungsi memproduksi sel darah merah sehat untuk mencegah anemia. Zat besi juga mungkin berpotensi memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung. Kombinasi zat besi dan selenium dibutuhkan tubuh untuk memetabolisme otot serta memelihara kesehatan pembuluh darah. Jadi, mulailah konsumsi telur puyuh karena cukup baik untuk anak-anak maupun orang dewasa dan bisa diolah menjadi aneka ragam makanan yang lezat.

Dengan kepadatan nutrisi yang terkandung di dalamnya, menurut Taufik, telur puyuh bisa menjadi salah satu pilihan untuk makanan pendamping ASI bagi anak bawah tiga tahun.

Telur Ayam vs Telur Puyuh
Menurut data dari jurnal American Heart Asociation yang dirilis pada 2002, telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Untuk kuning telur puyuh mengandung 15,7-16,6% protein, 31,8-35,5% lemak, 0,2-1,0% karbohidrat dan 1,1% abu. Telur puyuh juga mengandung vitamin A sebesar 543 ug (per 100g).

Lalu, bagaimana perbandingan kandungan nutrisi telur puyuh dengan telur ayam? Setiap 50 gram atau sekitar satu butir telur ayam berukuran besar mengandung 6 gram protein dan 78 kalori. Sedangkan, satu porsi telur puyuh (lima butir) mengandung 6 gram protein dan 71 kalori.

Bila konsumsi satu porsi telur puyuh, ini artinya akan mendapatkan asupan protein yang sama dengan sebutir telur ayam. Kandungan kalorinya pun hanya terpaut tujuh kalori saja, sehingga tak jauh berbeda.

Bukan hanya jumlah kalorinya saja yang mirip, kandungan vitamin dan mineral pada dua jenis telur inipun cenderung sama. Dari sisi kandungan kolesterol, setiap lima butir alias seporsi telur puyuh mengandung 5 gram lemak, yang terdiri dari 1,6 gram lemak jenuh. Sementara, sebutir telur ayam ukuran besar (50 gram) mengandung 5 gram lemak, dengan 1,5 gram lemak jenuh.

Meskipun perbedaannya tampak sedikit, namun kandungan lemak jenuh dalam telur puyuh tetap lebih tinggi dari telur ayam. Oleh karena itu, jangan mengonsumsinya secara berlebihan, makanlah secukupnya. (AK)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer