Para peserta antusias menyimak pemaparan pembicara pertama, Amin Suyono dari Cobb Vantress (Foto: Dok. De Heus) |
PT Rukun Mitra Bersama mengadakan seminar dan diskusi mengangkat tema “Maximum Genetic Development With A Closed House System”, Kamis 17 Oktober 2024 di Sleman, Yogyakarta. Kegiatan ini dihadiri 35 peserta internal.
Informasi yang dihimpun Redaksi Infovet, acara tersebut mengundang
tiga pembicara kompeten antara lain Amin Suyono SPt (Key Account Manager Cobb
Vantress), Sofin Faiz SPt (Fancom B.V Representative Indonesia) dan Taufik
Nugroho SPt (Technical Sales De Heus Indonesia).
Membuka
sesi presentasinya, Amin Suyono mengemukakan salah satu bagian sapronak
pembentuk HPP adalah DOC.
"DOC
hubungannya dengan kebutuhan impor GPS dan ketersediaan PS di beberapa
perusahaan untuk memunculkan FS berkualias," kata Amin.
Ia
menambahkan harga livebird saat ini
fluktuatif hingga di bawah HPP, mendorong beberapa perusahaan mencari
alternatif efisiensi untuk mendapatkan HPP yang baik.
Amin
menjelaskan DOC genetik
Cobb terdahulu memerlukan
suhu brooding yang mencapai 33°C-34°C untuk memaksimalkan target berat badan
saat 7 Hari 4,5x berat DOC. Pembaharuan genetik Cobb 500 terbaru adalah
penurunan suhu untuk fase brooding di 31°C-32°C.
Hal
tersebut turut merangsang kebutuhan wind
speed pada kandang broiler yang dapat dimaksimalkan hingga 3-3,75 m/s pada ayam besar (4-5 minggu), dikarenakan
peningkatan kecepatan pertumbuhan yang membutuhkan sirkulasi udara yang proper
dan baik.
“Hal yang sering dilakukan dalam kandang
namun kurang diperhatikan
yaitu persiapan kandang seperti preheating 24 sampai 48 jam sebelum chick-in. Tujuannya tidak hanya menghangatkan ruang saja,
akan tetapi alas (sekam) hingga ke lantai,” jelas Amin.
Sensor
suhu pada DOC terletak ditelapak kaki, sehingga perlu untuk preheating
tersebut. Pengecekan suhu pada kloaka (std 40°C - 40.5°C) untuk menentukan
target suhu awal saat brooding juga jarang dilakukan sampling.
Standardisasi
yang disampaikan Amin sejalan
dengan kebutuhan kandang yang mumpuni seperti insulasi kandang yang rapat, kokoh dan tahan lama. Juga
pentingnya sistem ventilasi
yang baik dan mumpuni. “Handling
ayam harus sesuai dengan
SOP, lighting program dan watering system kita lebih perhatikan,”
tandasnya.
Sistem Ventilasi Berteknologi Tinggi
Kebutuhan
masyarakat akan
daging ayam yang sehat dan terjaga kualitasnya sangat diperlukan, terlebih untuk
menopang ketahanan pangan Indonesia.
Sofin Faiz
menyinggung indeks
kebutuhan daging ayam per kapita
menurut salah satu badan
survei masih 11 /tahun, dinilai sangat jauh
dibandingkan dengan Filipina yaitu 14 kg/tahun dan Malaysia 43 kg/tahun.
Perusahaan Fancom B.V yang berkantor pusat di
Belanda, kini sedang menggalakkan sistem ventilasi di Indonesia
berbasis Minimum Transtition Tunnel (MTT) yang banyak digunakan di negara eropa.
Penggunaan
sistem MTT dipercaya dapat memaksimalkan tujuan kandang closed house yaitu memaksimalkan potensi genetik ayam, hingga
mendapatkan hasil yang bagus.
“Sistem ini tentunya sudah dihitung dan
disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia,” ungkap pria
yang akrab disapa Faiz ini.
Sejalan
dengan Cobb bahwa sistem
MTT dapat menyesuaikan kondisi ventilasi saat periode brooding atau suhu diluar kandang
lebih rendah dari target dalam kandang (minimum ventilasi). Saat pergantian
dari minimum ke maksimum ventilasi
(transition ventilasi) dan ketika
ayam membutuhkan angin yang cepat (tunnel ventilasi) untuk mendinginkan tubuh.
Tiga sistem tersebut sangat dibutuhkan, apalagi
dengan keadaan iklim tropis yang
memiliki kelembaban tinggi dan cuaca yang cukup panas.
“Kuncinya adalah sistem tersebut menyesuaikan
dengan target suhu yang dirasakan oleh ayam. Bukan hanya target suhu ruangan, karena sistem ini memiliki
beberapa
sensor yang berteknologi tinggi serta controller touch screen
yang membantu operator
kandang mengobservasi kondisi ayamnya,” terang Faiz.
Lanjut Faiz, beberapa kandang yang semi-closed
house biasanya akan kesulitan untuk
mendapatkan wind speed yang maksimal
3 m/s. Beberapa
modifikasi seperti
penambahan deflector per 3 meter/6 meter, menjadi saran yang baik untuk
mencapai target tersebut.
Selain itu kipas yang kurang terstandard atau tidak
ada keterangan spesifikasi juga mempengaruhi kondisi kandang, dikarenakan daya hisap yang kurang
maksimal.
Sementara itu,
Taufik Nugroho menyebutkan De heus yang saat ini memiliki 5 feedmill yaitu di Bekasi,
Bogor, Pasuruan, Mojokerto dan Purwodadi memiliki komitmen untuk menyediakan
pakan berkualitas dan support maksimal untuk pelanggan.
Foto bersama pembicara dan peserta (Foto: Dok. De Heus) |
Sebagai partner independen peternak, pihaknya memberikan sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan dalam kandang dan dalam kantong.
Kualitas
yang terus dijaga sehingga antara pabrik, inti, plasma dapat bertumbuh
baik bersama sesuai dengan slogan De Heus yaitu
Powering Progress yang berarti win win
solution.
“Acara kali ini adalah wujud dari
komitmen tersebut untuk memenuhi kebutuhan lapangan dan menjalin hubungan yang lebih intim antara De Heus, PT Rukun Mitra Bersama, Cobb dan
Fancom,” pungkasnya. (NDV)