Cita-cita Faradilla Attamimi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku sederhana saja, menjadi ibu rumah tangga. Namun ternyata perjalanan hidupnya berkata lain.
Waktu SMA teman-teman saya kebanyakan ingin menjadi dokter, saya ingin beda sendiri. Saya ingin menjadi dokter tapi harus beda dari yang lain, akhirnya saya memilih menjadi dokter hewan,” kenang Faradilla. “Pilihan saya waktu PMDK cuma IPB, saya pede sekali. Saya bilang ke orang-orang nanti kuliahnya di Bogor. Untungnya diterima.”
Keinginannya itu didukung oleh orang tuanya. Dengan syarat Faradilla harus bertanggung jawab dengan pilihannya, totalitas menjalani dan tidak putus di tengah jalan.
Lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) pada 1996, Faradilla juga menjadi juara satu mahasiswa berprestasi FKH. Ia pun dikirim ke Jepang untuk penelitian selama satu tahun. Kembali ke Indonesia, melanjutkan koasistensi kedokteran hewan dan lulus pada 1999. Praktik menjadi dokter hewan di Kebayoran Baru sampai 2003, kemudian melanjutkan S2 di Van Hall Larenstein University of Applied Sciences Belanda mengambil Tropical Animal Production.
Pulang pada awal 2004 dan menikah pada 2005. Kemudian pada 2006, lulus CPNS di Ambon. Tahun depannya pada 2007, ia melanjutkan S3 di University of Hohenheim Jerman mengambil Animal Production in Tropic and Sub Tropic. Lulus S3 di 2011, Faradilla kembali pulang ke Ambon dan meneruskan menjadi PNS.
Menariknya, Faradilla dulu pernah menjadi koresponden Majalah Infovet. Tepatnya ketika masih kuliah di IPB. “Ya Allah pernah masih kuliah tuh sama Pak Bambang ditelepon katanya ada lomba burung berkicau, saya pun pergi meliput. Tapi pas sudah mulai koas apalagi mau ke Jepang mulai berkurang kegiatan saya dengan Infovet, dan waktu sudah di Jepang berhenti,” ceritanya.
Legacy, Bukan Ambisi
Faradilla mengatakan karirnya sebagai PNS tidak seperti spiral yang tumbuh ke atas, tapi melanglang ke mana-mana. Awalnya menjadi PNS di Dinas Pertanian kemudian pindah ke Dinas Kesehatan, dimana di Dinas Kesehatan sempat menjadi Plh lalu Plt Kepala Dinas. Kemudian pada 24 April 2024, dilantik menjadi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku.
“Saya berusaha menjalani hidup sebaik mungkin. Tidak ada ambisi atau target tertentu, dalam arti ke depan harus menjadi apa,” kata ibu dari dua putra ini. “Jadi kalau alhamdulillah sampai sekarang ini dipercaya untuk di Dinas Ketahanan Pangan ya saya menjalani amanah ini sebaik mungkin.”
Di manapun ia ditempatkan Faradilla ingin ada legacy yang ditinggalkan. Misalnya dulu di Dinas Pertanian berhasil membebaskan Maluku dari flu burung, juga membuat naskah akademik untuk pendirian UPT dan laboratorium.
Selain itu, ketika ia di Dinas Kesehatan juga berhasil menyelesaikan berbagai permasalahan yang belum terselesaikan. Faradilla juga membangun Sistem Manajemen Anti Penyuapan dan Sistem Manajemen Administrasi. Kemudian membuat telemedicine sehingga mendapatkan Maluku Innovation Award.
Ketika bertugas di Dinas Ketahanan Pangan, dinas yang dipimpinnya mendapatkan penghargaan dari Bank Indonesia sebagai mitra OPD terbaik.
Sejajar untuk Komunikasi yang Lebih Baik
“Saya selalu berpikir tidak ada yang namanya atasan dan bawahan, kita semua saling support di kantor. Saya tidak akan bisa kerja apa-apa kalau tidak ada mereka. Mereka juga tidak akan mungkin bekerja apa-apa kalau tidak ada yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka untuk ke atasnya. Jadi saya lebih suka membentuk tim supaya bekerjanya bersama.”
“Kalau dengan orang lain misalnya dengan tamu, saya tidak pernah mau berada di atas orang. Maunya sejajar supaya bisa saling terbuka dan saya juga bisa menyerap informasi dari mereka, bukan mereka saja yang menyerap informasi dari saya.”
Di sisi lain ketika berhubungan dengan orang lain, Faradilla tidak mau menempatkan dirinya di bawah, karena menurutnya jika mulai merasa rendah diri dengan orang maka akan cenderung menuruti saja apa yang orang lain mau. Sehingga akhirnya tidak ada komunikasi dua arah.
“Supaya terjadi komunikasi dua arah paling tidak kedua belah pihak harus sejajar. Kalau salah satunya terlalu di atas atau terlalu di bawah maka komunikasi tidak akan terjadi dua arah,” ucapnya.
Karena itu, Faradilla mewajibkan di kantornya setiap minggu setiap bidang harus meeting antara kepala bidang dengan stafnya. Kalaupun tidak ada yang dibicarakan tetap saja harus ada meeting, meskipun sekadar curhat atau duduk sarapan bersama. Sedangkan untuk satu dinas setiap bulan harus ada satu hari dimana semua berkumpul. Semua itu menurutnya supaya bisa lebih dekat satu sama lain.
“Komunikasi selalu harus dua arah, jadi jangan menempatkan diri di atas atau di bawah. Kalau dengan staf pun misalnya lagi ngobrol saya tidak mau menjadi superior,” kata Faradilla. “Suatu waktu di kemudian hari kita bisa sejajar posisinya. Saya selalu merasa jangan deh kita memperlakukan orang di bawah kita karena belum tentu besok itu dia masih tetap di bawah kita. Karena dunia kan berputar. Jadi kita menghargai semua orang itu sama.” (NDV)