Ternak ayam penghasil telur. (Sumber: Ist) |
Bagi masyarakat yang awam terhadap peternakan tentu terdengar janggal jika ayam harus melakukan puasa, padahal biasanya hal tersebut dilakukan oleh manusia.
Namun suatu kenyataan bahwa dalam pemeliharaan ayam petelur (layer) baik komersial maupun bibit (breeder), program puasa wajib dilakukan untuk mencapai bobot badan ideal yang mendukung pencapaian tujuan akhir yaitu produksi telur atau anak ayam (DOC) maksimal.
Program puasa pada ayam petelur berlaku di seluruh dunia, dan bila tidak diterapkan sudah dapat ditebak produksi telur atau DOC-nya kemungkinan rendah, karena ketika ayam memasuki usia remaja (pullet) bisa mengalami kegemukan yang dapat mempengaruhi kedua hal tadi.
Hal tersebut pun pernah penulis saksikan di salah satu peternakan ayam breeder di Liangangang, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Peternakan tersebut gagal mencapai produksi telur dan DOC, disertai kerusakan pada kaki ternak, fertilitas dan daya tetas rendah karena diberikan pakan sebagaimana mengikuti pemeliharaan unggas pedaging (broiler).
Pemeliharaan broiler sama sekali tidak mengenal program puasa karena masa hidupnya relatif singkat (4-5 minggu) dan tujuan akhirnya adalah produksi daging, sehingga harus diberi pakan yang mengenyangkan bagi ayam.
Metode Pemberian Pakan
Metode pemberian pakan pada ayam petelur komersial maupun bibit relatif beragam dengan tujuan mencapai bobot badan pullet sesuai standar dengan tingkat keseragaman yang sama. Bila tidak tercapai bobot badan ideal dan tingkat keseragaman rendah tentunya akan berpengaruh pada produksi yang kurang optimal dan berimbas pada peternak akibat kerugian yang cukup tinggi dan sulit diperbaiki.
Untuk itu pemberian pakan harus benar-benar diperhatikan. Adapun beberapa metode pemberian pakan yang banyak dikenal dan diterapkan di seluruh dunia antara lain:
a. Metode Skip a Day Feeding. Pemberian pakan dilakukan secara dibatasi, yaitu dengan cara satu hari diberi pakan dan satu hari dipuasakan, lalu satu hari diberi pakan (skip a day), dengan tujuan mengontrol bobot badan ayam pullet. Metode ini diterapkan mulai ayam petelur berumur 4-20 minggu dan bisa pula digunakan jika ketersediaan tempat pakan (feeding space) terbatas, dengan syarat potong paruh (debeaking) benar-benar sempurna untuk mencegah munculnya sifat kanibalisme saat ayam dipuasakan.
b. Metode 4-3 Feeding. Pemberian pakan dapat juga dilakukan dengan metode 4-3, yaitu dalam tiap periode satu minggu, dimana empat hari makan dan tiga hari puasa. Contoh pullet berumur lima minggu, standar pakan per harinya 52 gram maka jumlah pakan satu minggunya 364 gram (52 gram x 7 hari = 364 gram). Jumlah pakan satu minggu dibagi empat hari makan menjadi 91 gram per pullet (364 gram : 4 = 91 gram). Jadi setiap hari makan ayam pullet diberi pakan 91 gram (Minggu, Selasa, Kamis, Sabtu), sedang tiga hari dipuasakan (Senin, Rabu dan Jum’at).
c. Metode 3-1-2-1 Feeding. Pemberian pakan dilakukan dengan cara tiga hari diberi pakan satu hari puasa, dua hari diberi pakan, kemudian satu hari puasa. Contoh pullet berumur 16 minggu, standar pakan per hari 106 gram maka satu minggu 623 gram (89 gram x 7 hari = 623 gram). Jumlah pakan satu minggu dibagi lima hari makan = 124,6 gram (623 gram : 5 hari = 124,6 gram). Jadi pada hari makan (Minggu, Senin, Selasa, Kamis, Jumat) diberikan pakan 124,6 gram, sedang Rabu dan Sabtu dipuasakan. Metode ini dilakukan bila jumlah pakan yang diberikan dengan metode skip a day sudah maksimal dan dilakukan pada periode ayam menjelang bertelur (laying period).
Antisipasi sebelum dan saat diterapkannya program puasa untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan antara lain:
• Jumlah ayam dalam kandang harus pasti, agar jumlah pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan ayam. Pada periode tertentu perlu audit/hitung ulang jumlah ayam, sebaiknya saat seleksi dan grading.
• Jumlah tempat pakan dan minum sesuai dengan standar dengan jumlah ayam yang ada.
• Perlu pemberian vitamin dan anti-stres dalam air minum.
• Ventilasi udara dalam kandang dibuat senyaman mungkin.
• Perlu disiplin anak kandang/karyawan dalam pengisian catatan harian kandang.
• Batas antar kamar (pen) kandang harus rapat sehingga tidak memungkinkan ayam dari pen sebelah masuk ke pen lain, karena akan mengacaukan jumlah ayam.
• Jangan sekali-kali menghentikan pemberian air minum. Berikan air bersih dan higiene.
• Kondisi litter harus kering sehingga tidak memberi kesempatan gas amonia dan gas lainnya mengganggu pernapasan ayam.
• Lampu penerangan kandang dipasang sesuai standar yang telah ditetapkan.
• Kualitas pakan tetap dijaga dan seminimal mungkin tidak ada pakan yang terbuang.
• Bila ada ayam yang menunjukkan sifat kanibalisme, segera pindahkan ayam ke kandang tersendiri.
• Program puasa hanya diterapkan pada ayam remaja, tidak pada ayam yang sedang berproduksi. ***
Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumni Fapet Unpad