-->

JANGAN BERI RUANG PENYAKIT UNTUK MENYEBAR

Vaksinasi memastikan ayam tetap sehat. (Foto: Istimewa)

Menghadapi tahun depan, pelaku budi daya perunggasan lebih harus lebih aware dengan apa yang akan datang, utamanya terkait penyakit yang pasti menjadi tantangan agar tak menyebabkan kerugian.

Jangan Lengah dengan Penyakit Residivis
Walaupun prediksi belum 100% benar terjadi, tak ada salahnya mempersiapkan “amunisi” sejak dini. Tony Unandar selaku konsultan senior perunggasan, melihat selama ini penyakit unggas yang terjadi di lapangan masih cenderung sama, berbeda musim memang penyakitnya juga berbeda, tetapi penyakit yang muncul hanya itu-itu saja.

“Kalau bisa dibilang kita masih berkutat dengan yang lama dan monoton. Faktor yang sangat urgen untuk diperbaiki adalah pola pemeliharaan dari peternak-peternak kita,” tutur Tony.

Apabila tidak ada upaya perbaikan sesegera mungkin, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang, tetapi tingkat keparahan maupun jenis penyakit baru akan bertambah di masa depan.

Seperti contoh ketika ada peternak yang tidak mengakut semua unggasnya ketika panen, padahal sistem all in all out sangat penting diterapkan untuk memutus siklus rantai penyakit. Kemudian yang juga tak kalah penting adalah penerapan biosekuriti yang baik di peternakan.

Sebab Tony menyebut, sebaik-baiknya obat baru yang ditemukan, maupun riset di bidang penyakit hewan, atau bahkan kecanggihan teknologi yang berkembang, jika tak dibarengi dengan manajemen yang baik dan benar, penyakit akan mudah menyerang dan cenderung berulang.

Ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” harus dipegang teguh oleh peternak, salah satunya melalui program biosekuriti di peternakan. Bukti konkret dari penerapan program tersebut telah membuka mata bagi Kusno Waluyo, salah satu peternak di wilayah Lampung.

Ia merasakan banyak keuntungan dari penerapan biosekuriti yang baik dan benar di peternakannya, salah satunya ternak yang dipelihara Kusno menjadi jarang terserang penyakit. “Yang paling terasa Saya tidur menjadi lebih nyenyak, karena jarang ada laporan masalah penyakit di kandang,” ucapnya dalam sebuah seminar.

Bersinergi dan Kolaborasi
Fakta di lapangan berbicara, tidak semua peternak mengerti masalah penyakit, penanganan, obat-obatan, dan beberapa hal lainnya. Hal itupun terus menjadi perhatian bagi para stakeholder di bidang obat hewan, salah satunya Ceva Animal Health Indonesia yang terus melakukan kolaborasi dengan peternak.

“Khususnya dalam upaya preventif dengan menawarkan program vaksinasi yang komprehensif dan inovatif. Di sektor broiler, Ceva menawarkan paket vaksinasi hatchery lengkap dengan produk dan sumber daya yang kami miliki,” ujar Vet Service Coordinator Ceva, Drh Ismail Kurnia Rambe.

Sementara itu, di sektor layer dan breeder, pihaknya memiliki... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2025. (CR)

BAGAIMANA TANTANGAN PENYAKIT AYAM DI 2026?

HPAI masih akan menjadi gangguan penyakit pada ayam di 2026. (Foto: Istimewa)

Hampir di semua wilayah peternakan, permasalahan yang timbul dari tidak tercapainya performa yang diinginkan selalu berakar kepada masalah yang hampir sama, yakni akibat kegagalan penerapan tata laksana pemeliharaan yang baku, atau karena ayam terjangkit penyakit tertentu. Anehnya akar permasalahan yang terinvertarisir dari tahun ke tahun kurang lebih sama.

Mustahil untuk memprediksi penyakit unggas baru yang spesifik di 2026 dengan pasti, karena penyakit pada dasarnya tidak dapat diprediksi dan muncul sebagai galur baru atau infeksi baru.

Namun, untuk tetap mendapatkan informasi tentang potensi risiko, bisa dipantau melalui Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) dan Layanan Inspeksi Kesehatan Hewan dan Tanaman (APHIS) Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), yang melacak penyakit seperti avian influenza (AI) dan newcastle disease (ND), serta melaporkan ancaman yang muncul dan perubahan patogen yang dapat memengaruhi kesehatan unggas di 2026.

Terbesit pertanyaan, apa bisa diharapkan dari penyakit unggas di tahun-tahun mendatang? Evolusi berkelanjutan dari penyakit-penyakit yang sudah dikenal seperti penyakit AI dan ND akan terus berevolusi, dengan disertai munculnya galur atau variasi baru yang dapat menimbulkan risiko baru bagi unggas.

Dalam laporan disease surveillance terbaru dari beberapa tim veterinary service perusahaan produsen obat dan vaksin unggas di Indonesia melaporkan lima penyakit paling banyak di 2025, di antaranya infectious bronchitis/IB (9%), complex chronic respiratory disease/CCRD (9%), AI H5 (8%), necrotic enteritis/NE (8%), dan avian metapneumovirus/aMPV (8%). Beberapa penyakit lain yang juga dilaporkan yakni ND, coryza, coccidiosis, infectious bursal disease (IBD), infectious body hepatitis (IBH), heat stress, mycotoxin, helminthiasis, infectious laryngotracheitis (ILT), mismanagement, dengan masing-masing berkisar 3-5%. Adapun reo virus, aspergilosis, dan penyakit akibat kualitas pakan berkisar sekitar 1%. (Data berasal dari wilayah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur).

Hasil pengamatan dan analisis sederhana penyakit-penyakit tersebut hadir karena kondisi cuaca yang sampai saat ini masih sulit diprediksi, yang menyebabkan proses cuci kandang dan disinfeksi tidak bisa sempurna karena kondisi keadaan kandang yang tidak ideal.

Kelembapan yang tinggi menyebabkan patogen-patogen pernapasan menjadi lebih dominan. Kasus-kasus pernapasan bisa terjadi bersamaan atau didahului dan bahkan bisa diikuti oleh infeksi pernapasan lainnya, sehingga terjadi ko-infeksi. Baru-baru ini ada laporan bahwa ko-infeksi pernapasan di Indonesia menunjukkan kasus ILT, IB, CRD, AI H9, AI H5, dan aMPV. Patogen pernapasan lainnya bisa menyerang secara bersamaan dalam satu kasus.

Penyakit seperti AI, ND, dan berbagai infeksi bakteri seperti yang disebabkan Salmonella dan E. coli (colibacillosis) akan terus menjadi ancaman di 2026. Penelitian dan pengawasan berkelanjutan sangat penting untuk mengatasi penyakit-penyakit ini, termasuk pengembangan vaksin baru untuk aMPV, serta peningkatan strategi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit NE, sesuai dengan prioritas penelitian industri dan studi yang sedang berlangsung.

Pada 2025, penyakit yang menyerang broiler di dominasi penyakit pernapasan seperti IB, CCRD, ND, HPAI, dan IBD. Tidak jauh berbeda pada ternak layer dengan serangan infeksi pernapasan seperti aMPV, AI H5, IB, coryza, dan mycotoxin.

Berdasarkan data BMKG, kelembapan relatif (RH) rata-rata pada 2025 berkisar antara 65-72%, dengan suhu permukaan 24-27 °C. Analisis curah hujan pada tahun tersebut bervariasi, mulai dari kriteria rendah (18%), sedang (74%), dan tinggi-sangat tinggi (8%).  Kondisi ini membuat tantangan berat di tengah perubahan musim yang ekstrem.  Kegagalan manajemen pemeliharaan dalam mengantisipasi perubahan cuaca dapat menyebabkan munculnya berbagai penyakit tersebut di atas.

Adapun faktor dan tren penyakit di tahun mendatang adalah:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi Perunggasan

REVIEW PENYAKIT UNGGAS 2025

Penyebaran penyakit unggas dapat dipengaruhi berbagai faktor (Foto: Gemini AI)

Tahun 2025 menegaskan kembali bahwa sektor perunggasan Indonesia hidup dalam kompleksitas risiko penyakit, gelombang avian influenza (HPAI) yang terus berulang, penyakit endemis seperti newcastle disease (ND) dan infectious bronchitis (IB) yang menggerus produktivitas, serta masalah lain seperti koksidiosis dan gangguan pernapasan multifaktor yang mengintensifkan kerugian ekonomi.

Penyakit yang Mendominasi
Gambaran ini terbangun dari data sistem surveilans nasional, laporan industri, dan inisiatif One Health yang digulirkan sepanjang 2024-2025. Laporan global WOAH bahkan mencatat bahwa gelombang HPAI yang dimulai Oktober 2024 terus berlangsung hingga pertengahan 2025, dengan jutaan unggas mati atau dimusnahkan pada beberapa wilayah terdampak, angka kejadian global memberikan sinyal bahwa musim HPAI 2024-2025 lebih luas dibanding periode sebelumnya.

Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun demikian, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang akurat agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Melalui Global Protection Services (GPS), Ceva rutin melakukan monitoring dan surveilans untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang paling mendominasi sektor perunggasan. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, di situ ada program Global Protections Services. Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijelaskan, data-data penyakit unggas tersebut secara rutin diunggah Ceva di website-nya secara berkala setiap bulan, sehingga memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, hingga khalayak umum untuk mengaksesnya.

Dari data surveilans tersebut menunjukkan beberapa penyakit yang paling sering dilaporkan per Oktober 2025, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2025. (CR)

SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN ASOHI 2026: SINERGI MEMBANGUN KETAHANAN DAN KEAMANAN PANGAN

Pemukulan gong oleh Dirkeswan Hendra Wibawa didampingi Ketua Umum ASOHI Akhmad Harris Priyadi membuka Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan ASOHI 2026. (Foto: Rubella)

Selasa (16/12/2025), mengambil tempat di Menara 165 Jakarta dan melalui daring, Asosisai Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali menghelat agenda tahunan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2026 "Sinergi Membangun Ketahanan & Keamanan Pangan Berbasis Peternakan yang Maju Berkelanjutan."

Meningkatnya kebutuhan pangan nasional dan tekanan global yang terus berubah, menjadi tantangan bagi bisnis peternakan Tanah Air. Seminar ini menjadi ruang strategis untuk membaca sinyal penting industri, mulai dari proyeksi pertumbuhan, risiko kesehatan ternak, hingga tantangan keamanan pangan yang semakin kompleks.

"Tahun depan masih banyak tantangan. Tentunya ASOHI sebagai pilar peternakan dan kesehatan hewan, kami mendukung usaha bersama untuk menciptakan industri peternakan dan kesehatan hewan yang kuat," ujar Ketua Umum ASOHI, Drh Akhmad Harris Priyadi, dalam sambutannya.

Berbagai tantangan mulai dari urusan produksi, perdagangan global, penyakit, isu antimicrobial resistance (AMR), hingga peluang dari program Makan Bergizi Gratis untuk keberlanjutan industri menyeruak dalam seminar ini.

"Salah satunya terkait isu AMR ini tahun depan harus terus kita lakukan edukasi kepada peternak (soal penggunaan yang sesuai aturan) untuk meminimalisir kejadian AMR," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, yang diwakili Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Drh Hendra Wibawa MSi PhD, menyoroti jalannya program MBG sebagai peluang untuk meningkatkan industri yang berkelanjutan.

"Dengan adanya MBG yang bersumber dari protein nabati dan juga hewani, kita berusaha menjadikan peternakan dan kesehatan hewan maju berkelanjutan bagi masyarakat. Makna berkelanjutan ini sangat penting agar setiap program kita dimulai dan bisa berlanjut, serta manfaatnya bisa dirasakan masyarakat," kata Hendra.

Adapun beberapa upaya dilakukan khususnya dalam mendukung MBG melalui penjaminan kesehatan hewan di antaranya pencegahan, pengendalian, penanganan, hingga pemberantasan penyakit hewan, penguatan fungsi pelayanan kesehatan hewan, peningkatan penyediaan obat hewan dan alat kesehatan hewan yang berkualitas, serta monitoring status dan layanan kesehatan hewan. Hal ini untuk menciptakan tersedianya protein hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Selain itu, ia juga menyinggung soal industri obat hewan yang saat ini masih dihadapkan oleh berbagai masalah seperti pandemi penyakit yang bisa muncul kapan saja, atau penyakit yang muncul akibat pemakaian antibiotik yang tidak sesuai penggunaannya.

"Pengawasan obat hewan terkait penggunaan, peredaran obat hewan termasuk obat hewan ilegal harus kita perketat, tentunya dengan bantuan dari bapak dan ibu semua agar bermafaat bagi masyarakat," ucapnya.

Kendati demikian, jika melihat peluang industri obat hewan ke depan, Hendra optimis sebab ekspor obat hewan tiap tahun trennya mulai meningkat. Dari data yang ia paparkan, tahun ini data realisasi ekspor obat hewan hingga Maret 2025 mencapai nilai 374.989.279,7 USD, dimana angka tersebut lebih besar dibanding total ekspor obat hewan pada 2024.

"Outlook obat hewan ke depan cukup cerah, kita jadikan momentum ini untuk bergerak bersama-sama mewujudkan industri yang lebih kuat dan berpihak kepada rakyat. Semoga masukan dari seminar ini bisa kita jadikan modal utama dalam menghadapi tantangan ke depan," tukasnya.

Foto bersama. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pada kesempatan tersebut, ASOHI juga mengundang narasumber dari bidang peternakan dan pangan yang turut memaparkan tantangan sekaligus peluang bisnis ke depan, di antaranya Ketua Umum GPPU Achmad Dawami, Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo, Ketua Umum ASOHI Akhmad Harris Priyadi, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, perwakilan Pinsar Indonesia Chandra P. Rakhman, Wakil Ketua Bidang Stadarisasi dan Mutu Keamanan Pangan APKEPI Asep Rusmana, serta pemaparan dari ekonom CELIOS Nailul Huda. Seminar pun berjalan dinamis dan menarik antusiasme para peserta dengan beberapa pertanyaan di sesi Q&A.

Dengan melibatkan pelaku usaha, asosiasi, regulator, akademisi, dan investor, seminar ini menjadi forum paling komprehensif untuk membaca peta bisnis peternakan Indonesia sebelum memasuki 2026. ASOHI menempatkan agenda ini bukan sekadar sebagai evaluasi tahunan, melainkan sebagai upaya menyusun arah bersama di tengah pertumbuhan, risiko, dan tuntutan keberlanjutan yang kian menguat. (RBS)

IHWAL PEMELIHARAAN PADA FASE AWAL

Pada pemeliharaan DOC diperlukan suasana kandang  yang hangat, pakan bernutrisi tinggi, minum yang cukup, dan pencahayaan yang tepat. (Foto: Dok. Infovet)

Periode awal pemeliharaan ayam sangat penting, karena pada fase itu terjadi perkembangan organ-organ seperti organ pencernaan, pernapasan, kekebalan, dan kerangka tubuh. Karena sebagai fondasi dasar keberhasilan dalam mencapai produksi telur dan pertumbuhan secara optimal, maka pemeliharaan di awal perlu dipersiapkan sebaik mungkin.

Pembahasan perihal pemeliharaan pada fase awal ini lebih berfokus pada ayam petelur, dimana ternak tersebut dipelihara dalam jangka panjang, dan sekalinya ada kesalahan akan berdampak selamanya.

Pada pemeliharaan DOC diperlukan suasana kandang  yang hangat, pakan bernutrisi tinggi, minum yang cukup, dan pencahayaan yang tepat selama masa brooding. Selain itu, penting untuk memberikan vaksin sesuai jadwal dan menjaga kebersihan kandang untuk mencegah penyakit, karena DOC sangat rentan terhadap suhu dan penyakit pada fase awal kehidupannya.

Dalam mempersiapkan kandang pemeliharaan DOC harus memperhatikan beberapa hal. Meliputi masa istirahat kandang diterapkan minimal 14 hari. Dimulai setelah kandang dibersihkan guna memutus bibit penyakit yang ada di dalam kandang, serta area luar kandang juga harus bersih dari rumput liar dan genangan air. Pastikan kandang bersih dan terdisinfeksi bagian dalam dan luarnya dengan PRISTAM.


Setelah kandang steril, kemudian lakukan persiapan peralatan. Persiapan yang baik, pemeliharaan yang berkualitas, hingga cara kontrol yang tepat merupakan beberapa kunci keberhasilan masa brooding ayam petelur. Jika semua dilakukan secara optimal, anak ayam bisa tumbuh dengan baik pada periode berikutnya dan memproduksi hasil berkualitas. Adapun persiapan peralatan yang perlu dilakukan antara lain:... 
Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025.

Ditulis oleh: 
Drh Damar
PT Romindo Primavetcom

MANAJEMEN BROODING: FONDASI AWAL MENUJU PERFORMA MAKSIMAL

Minggu pertama pemeliharaan adalah fondasi kehidupan yang akan menentukan performa panen. (Foto: Dok. Infovet)

Bayangkan apabila sedang membangun sebuah gedung pencakar langit. Semua arsitek tahu, fondasi adalah kunci. Jika fondasi kuat, bangunan akan berdiri kokoh. Namun jika rapuh, gedung semewah apapun akan mudah retak. Demikian juga pada fase brooding, memiliki filosofi yang sama, yakni 14 hari pertama adalah fondasi kehidupan yang akan menentukan performa panen.

Sayangnya, fase ini sering dianggap sekadar rutinitas. Padahal, kesalahan kecil di minggu pertama bisa membuat ayam kehilangan potensi bobot hingga ratusan gram per ekor di akhir pemeliharaan. Di tengah persaingan ketat dan fluktuasi harga, kesuksesan brooding menjadi senjata utama untuk meraih keuntungan.

Tantangan Nyata di Lapangan
Peternak modern dihadapkan pada dua medan perang, tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal mencakup semua hal yang bisa dikendalikan di farm, mulai dari kualitas pakan, pengaturan suhu, kelembapan, ventilasi, kualitas air, hingga standar pemeliharaan sesuai strain ayam.

Sementara tantangan eksternal datang dari luar, seperti harga ayam hidup yang naik-turun, kebijakan pemerintah, kelangkaan bahan baku, bahkan isu sosial seperti bau dan limbah.
Kuncinya adalah mengoptimalkan apa yang bisa dikendalikan. Jika manajemen brooding rapi sejak awal, ayam akan memiliki daya tahan lebih baik untuk menghadapi tekanan eksternal.

24 Jam Emas: Persiapan Sebelum DOC Masuk
Salah satu kesalahan paling umum di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025.

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo drh MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

MAKSIMALKAN FASE BROODING, PENENTU KEBERHASILAN PEMELIHARAAN

Brooding merupakan masa-masa kritis bagi awal kehidupan ayam, karena itu dibutuhkan perhatian ekstra. (Foto: Istimewa)

Ada satu fase yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan dalam manajemen budi daya broiler, yakni brooding. Meskipun sangat penting, kegagalan pada fase ini masih sering dialami peternak karena menjalankannya dengan setengah hati.

Setelah menetas, anak ayam usia sehari/DOC (day old chick) harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Saat ini, broiler modern dengan segala keunggulan genetiknya merupakan sebuah mesin biologis atau bisa dibilang monster. Betapa tidak, dalam sebulan broiler dapat melipat gandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya dapat termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan perhatian khusus selama masa brooding. Masa brooding mutlak dibutuhkan DOC. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang, sampai mereka mencapai umur serta bobot tertentu dan tidak memerlukan pemanas lagi. Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lainnya. Standarnya berada di kisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk sistem closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian lebih. Seperti yang diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa DOC pada fase ini bobotnya ditargetkan naik sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misal bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

Brooding ini fase yang terjadi adalah perbanyakan sel tubuh (hiperplasia), oleh karena itu jika kita gagal dalam fase perbanyakan sel, terutama sel-sel pembentuk otot, maka nanti pertumbuhannya akan terganggu,” tutur Lilis.

Terkait FCR (feed convertion ratio) dan tingkat kematian, Lilis mengatakan bahwa seharusnya FCR pada fase brooding berkisar antara 0,85 dengan feed intake sekitar 150 gram, dan tingkat kematian 1%. Untuk mencapai standar segitu kita harus memenuhi kebutuhan dasar brooding yang baik,” pungkasnya. Kebutuhan yang dimaksud yakni pakan, air minum, suhu dan cahaya, serta kualitas udara yang baik, untuk menyukseskan program brooding.

Pakan dan Air Minum Cukup dan Sesuai
Sesaat setelah menetas DOC masih membawa sisa kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan energi. Pada fase awal biasanya DOC tidak akan langsung makan, tetapi baru akan “belajar makan”.

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Sumiati, mengatakan bahwa di lapangan biasanya ketika DOC baru chick-in peternak hanya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025. (CR)

MEMPERSIAPKAN FASE BROODING YANG EFEKTIF

DOC membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sebelum berbicara masalah perawatan anak ayam usia minggu pertama, langkah awalnya adalah sebaiknya tentukan dahulu ayam apa yang akan dipelihara.

Saat ini banyak pilihan strain ayam yang bisa dipilih berdasarkan pencapaian performa genetik sebagai acuannya. Bisa dilihat dalam tabel beberapa data genetik yang sudah terpublikasi untuk ayam pedaging (broiler) maupun petelur komersil (layer).

Apabila ingin lebih mengenal potensi genetik dari masing-masing strain, sebaiknya minta manual guide dari penjual. Setelah mengerti dan memahami tentang ayam yang akan dipelihara dan bagaimana cara memeliharanya dengan baik, agar sesuai harapan sebagian besar potensi genetiknya bisa keluar, maka satu tahap secara pemahaman teori sudah terlewati.

Jadilah ahli dalam seni merawat anak ayam, pelajari cara mempersiapkan brooder (induk buatan), merawat anak ayam yang baru datang, mengontrol suhu, memantau perilaku, dan mendapatkan tips penting untuk menjaga kesehatan ayam  di minggu-minggu awal.

Menerima atau mendapatkan anak ayam baru adalah momen yang menggembirakan bagi setiap peternak. Anak ayam umur sehari/DOC (day old chick) membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat.

Brooder untuk Anak Ayam 
Brooder merujuk pada menjaga anak ayam tetap hangat, aman, dan nyaman selama tahap awal kehidupan mereka. Peternak dapat memberikan awal kehidupan terbaik bagi DOC dengan menyiapkan lingkungan yang optimal dan dengan kehati-hatian memenuhi kebutuhannya.

Dengan mengikuti teknik pemeliharaan ayam yang tepat, maka tingkat kematian DOC akan lebih rendah, pertumbuhan yang lebih cepat, dan transisi yang lebih lancar menuju kedewasaan ayam.

Ada dua jenis pemeliharaan anak ayam, yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

KONDISI AWAL, PERFORMA, DAN KAPASITAS ADAPTASI

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima. (Foto: Infovet/Ridwan)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Pemeliharaan awal ayam modern, khususnya pada dua minggu pertama merupakan fase investasi biologis yang krusial (golden period). Masa brooding tidak hanya sekadar adaptasi awal DOC pada kondisi dan situasi yang ada, tetapi juga merupakan blue print genetik ayam modern untuk pertumbuhan dan fungsi semua sistem tubuh, peletup ekspresi potensi genetik atas metabolisme tubuh, dan bahkan menentukan perilaku ayam pada usia lanjut terutama dalam konteks kapasitas adaptasi. Ibarat kebijaksanaan kuno, awal yang baik akan memberikan hasil yang baik, maka kearifan ini juga berlaku pada aktivitas pemeliharaan ayam modern.

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. Jadi, merawat kehidupan awal (early life) ayam modern ibarat merancang kualitas kondisi kehidupan selanjutnya (lifetime programming) yang lebih prima.

Fase Awal Kehidupan
Penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan selama lebih dari dua dekade telah membuktikan bahwa ada hubungan erat dan signifikan antara kondisi awal kehidupan ayam modern dengan penampilan akhirnya (total performance) dan kapasitas adaptasi pada usia selanjutnya.

Keberhasilan merawat atau membentuk awal kehidupan ayam yang optimal juga menentukan pembentukan tiga buah fondasi penting bagi kehidupan ayam selanjutnya, yaitu fondasi fisiologis, imunologis, dan laju metabolisme tubuh yang sangat memengaruhi pertumbuhan muskuloskeletal di kemudian hari.

Fondasi Fisiologis
Kondisi kehidupan awal ayam modern meletakan dasar pertumbuhan organ (secara anatomis dan fisiologis) dan sistem tubuh yang berkualitas, pembentukan mikrobiota saluran cerna yang sehat, serta perkembangan sistem termoregulasi dan metabolisme energi yang optimum.

Sebagai contoh, pada usia tujuh hari pertama panjang usus ayam meningkat kurang lebih 4-5 kali lipat dibandingkan panjang usus DOC waktu tiba di farm komersil. Jumlah dan tinggi villus juga berkembang pesat yang secara bertahap akan mencapai rasio optimum antara ketinggian villus (villus height) dan kedalaman kripta (crypt depth) di atas enam kali. Pertumbuhan awal usus yang optimum jelas sangat menentukan kualitas proses pencernaan dan absorpsi unsur-unsur nutrisi dari lumen usus yang selanjutnya jelas akan menentukan efisiensi pakan (FCR).

Pemberian pakan sedini mungkin segera setelah menetas selain untuk menggertak penyerapan sisa kuning telur secara optimum, juga akan mempercepat maturasi sel-sel enterosit (yang sangat penting untuk absorpsi nutrisi dan fungsi barier) serta pembentukan mikrobiota yang sehat.

Ayam muda (terutama umur satu minggu ke bawah) belum bisa mengatur suhu tubuh secara sempurna. Dengan pemberian pakan sedini mungkin pasca menetas jelas akan memberikan kesempatan bagi ayam untuk menghasilkan energi panas sendiri via metabolisme tubuh. Dengan demikian, ketergantungan pada sumber panas eksternal (heater) tidak terlalu tinggi.

Kesalahan dalam tata laksana suhu indukan buatan (terlalu dingin atau panas) terbukti... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025. (toe)

ASOHI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK, SIAP DUKUNG PENGAWASAN OBAT HEWAN YANG LEBIH BAIK

Foto bersama pengurus ASOHI periode 2025-2029, bersama jajaran pemerintah. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Prosesi pelantikan pengurus ASOHI Pusat periode masa bakti 2025-2029, dilaksanakan pada senin (1/12/2025), di Hall D Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta.

Acara diawali dengan prosesi serah terima kepengurusan Ketua Badan Pengawas (BPA) ASOHI periode 2025-2029 dari Gani Harijanto kepada Drh Gowinda Sibit, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029 sekaligus pembacaan Pakta Integritas yang dipimpin oleh Ketua Umum (Ketum) ASOHI 2025-2029, Drh Akhmad Harris Priyadi.

Pembacaan Pakta Integritas dipimpin oleh Ketum ASOHI.

Usai seremonial, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Drh Hendra Wibawa, mewakili Dirjen PKH, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya pelantikan pengurusan ASOHI yang baru.

"Selamat atas pelantikannya, semoga menjadi organisasi yang lebih baik dan terus menjadi mitra pemerintah dalam mendukung program-program strategis," kata Hendra dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, upaya kolaborasi dan kerja sama ini untuk menggalang visi dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan menjadi lebih baik. "Karena bisnis obat hewan ini merupakan pilar utama dalam menjaga kesehatan ternak, sekaligus lingkungan dan masyarakat," ucapnya.

Foto bersama dalam acara pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029. 

Ia juga berharap, ASOHI dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membantu membangun sektor obat hewan di Tanah Air.

"Kebijakan yang adil hadir melalui dialog, oleh karena itu ASOHI kita libatkan dalam berbagai kesempatan untuk ikut berkontribusi mendukung regulasi dalam meningkatkan industri obat hewan maupun menjawab isu-isu strategis salah satunya isu AMR yang saat ini menjadi perhatian global," harapnya.

Serah terima jabatan Ketua BPA yang baru.

Harapan senada juga disampaikan oleh Ketua BPA, Gowinda Sibit, yang menyampaikan bahwa kepengurusan ASOHI yang baru bisa mendukung industri obat hewan yang dinamis, sekaligus mendorong anggota untuk memenuhi ketentuan regulasi dari pemerintah terkait CPOHB, registrasi, distribusi, dan lain sebagainya, serta terus bersinergi bersama pemerintah.

"Ini demi keberlanjutan industri obat hewan yang lebih baik, semoga ketua ASOHI yang baru bisa mengemban tugas mulia ini dan mendapat ridho dalam memajukan industri obat hewan," katanya.

Seremonial penyerahan bendera kepada Ketum ASOHI baru.

Dukung Pengawasan Obat Hewan
Ketum ASOHI, Harris Priyadi, dalam paparannya menyatakan kesiapannya dalam mendukung peningkatan industri, salah satunya melalui pengawasan obat hewan di Indonesia. "Kalau dari peraturan yang ada kita ikut terlibat dalam pengawasan obat hewan di tiap perusahaan," ujarnya.

Selain itu, dari dalam organisasi pihaknya juga terus melakukan konsolidasi dan pembinaan terhadap anggotanya dalam hal pengawasan, di antaranya menyoal permasalahan produk-produk yang tidak/belum teregistrasi, terkait penyimpanan dan peredaran obat hewan yang tidak CDOHB, pemakaian produk obat hewan tidak sesuai label atau produk yang sudah dilarang, kemudian penggunaan obat hewan yang berisiko (resistansi dan residu obat), serta penyimpanan dan peredaran obat keras, maupun penggunaan obat manusia untuk hewan. (RBS)

Susunan Pengurus ASOHI Pusat Periode 2025-2029:
Ketua Umum: Drh Akhmad Harris Priyadi
Wakil Ketua Umum: Drh Almasdi Rahman
Sekretaris Jenderal: Rivo Ayudi Kurnia SPt
Bendahara Umum: Sigit Purwadi
Ketua Bidang Organisasi: Drh Almasdi Rahman
Ketua Bidang Antar Lembaga: Drh Sri Murwati
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri: Drh Khalida Noor
Ketua Bidang Peredaran: Drh Andi Wijanarko

Susunan Badan Pengawas ASOHI Periode 2025-2029:
Ketua: Drh Gowinda Sibit
Sekretaris: Ir Bambang Suharno
Anggota:
Gani Harijanto
Drh Fadjar Sumping Tjaturrasa PhD
Drh Irawati Fari
Drh Rakhmat Nuriyanto MBA
Peter Yan

MEMPERSIAPKAN FASE BROODING YANG EFEKTIF

DOC membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat. (Foto: Dok. Infovet)

Sebelum berbicara masalah perawatan anak ayam usia minggu pertama, langkah awalnya adalah sebaiknya tentukan dahulu ayam apa yang akan dipelihara.

Saat ini banyak pilihan strain ayam yang bisa dipilih berdasarkan pencapaian performa genetik sebagai acuannya. Bisa dilihat dalam tabel beberapa data genetik yang sudah terpublikasi untuk ayam pedaging (broiler) maupun petelur komersil (layer).

Apabila ingin lebih mengenal potensi genetik dari masing-masing strain, sebaiknya minta manual guide dari penjual. Setelah mengerti dan memahami tentang ayam yang akan dipelihara dan bagaimana cara memeliharanya dengan baik, agar sesuai harapan sebagian besar potensi genetiknya bisa keluar, maka satu tahap secara pemahaman teori sudah terlewati.

Jadilah ahli dalam seni merawat anak ayam, pelajari cara mempersiapkan brooder (induk buatan), merawat anak ayam yang baru datang, mengontrol suhu, memantau perilaku, dan mendapatkan tips penting untuk menjaga kesehatan ayam  di minggu-minggu awal.

Menerima atau mendapatkan anak ayam baru adalah momen yang menggembirakan bagi setiap peternak. Anak ayam umur sehari/DOC (day old chick) membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat.

Brooder untuk Anak Ayam 
Brooder merujuk pada menjaga anak ayam tetap hangat, aman, dan nyaman selama tahap awal kehidupan mereka. Peternak dapat memberikan awal kehidupan terbaik bagi DOC dengan menyiapkan lingkungan yang optimal dan dengan kehati-hatian memenuhi kebutuhannya.

Dengan mengikuti teknik pemeliharaan ayam yang tepat, maka... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

KONDISI AWAL, PERFORMA, DAN KAPASITAS ADAPTASI

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima. (Foto: Dok. Infovet)

Oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Pemeliharaan awal ayam modern, khususnya pada dua minggu pertama merupakan fase investasi biologis yang krusial (golden period). Masa brooding tidak hanya sekadar adaptasi awal DOC pada kondisi dan situasi yang ada, tetapi juga merupakan blue print genetik ayam modern untuk pertumbuhan dan fungsi semua sistem tubuh, peletup ekspresi potensi genetik atas metabolisme tubuh, dan bahkan menentukan perilaku ayam pada usia lanjut terutama dalam konteks kapasitas adaptasi. Ibarat kebijaksanaan kuno, awal yang baik akan memberikan hasil yang baik, maka kearifan ini juga berlaku pada aktivitas pemeliharaan ayam modern.

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. Jadi, merawat kehidupan awal (early life) ayam modern ibarat merancang kualitas kondisi kehidupan selanjutnya (lifetime programming) yang lebih prima.

Fase Awal Kehidupan
Penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan selama lebih dari dua dekade telah membuktikan bahwa ada hubungan erat dan signifikan antara kondisi awal kehidupan ayam modern dengan penampilan akhirnya (total performance) dan kapasitas adaptasi pada usia selanjutnya.

Keberhasilan merawat atau membentuk awal kehidupan ayam yang optimal juga menentukan pembentukan tiga buah fondasi penting bagi kehidupan ayam selanjutnya, yaitu fondasi fisiologis, imunologis, dan laju metabolisme tubuh yang sangat memengaruhi pertumbuhan muskuloskeletal di kemudian hari.

Fondasi Fisiologis
Kondisi kehidupan awal ayam modern meletakan dasar pertumbuhan organ (secara anatomis dan fisiologis) dan sistem tubuh yang berkualitas, pembentukan mikrobiota saluran cerna yang sehat, serta perkembangan sistem termoregulasi dan metabolisme energi yang optimum.

Sebagai contoh, pada usia tujuh hari pertama panjang usus ayam meningkat kurang lebih 4-5 kali lipat dibandingkan panjang usus DOC waktu tiba di farm komersil. Jumlah dan tinggi villus juga berkembang pesat yang secara bertahap akan mencapai rasio optimum antara ketinggian villus (villus height) dan kedalaman kripta (crypt depth) di atas enam kali. Pertumbuhan awal usus yang optimum jelas sangat menentukan kualitas proses pencernaan dan absorpsi unsur-unsur nutrisi dari lumen usus yang selanjutnya jelas akan menentukan efisiensi pakan (FCR).

Pemberian pakan sedini mungkin segera setelah menetas selain untuk menggertak penyerapan sisa kuning telur secara optimum, juga akan mempercepat maturasi sel-sel enterosit (yang sangat penting untuk absorpsi nutrisi dan fungsi barier) serta pembentukan mikrobiota yang sehat.

Ayam muda (terutama umur satu minggu ke bawah) belum bisa mengatur suhu tubuh secara sempurna. Dengan pemberian pakan sedini mungkin pasca menetas jelas akan memberikan kesempatan bagi ayam untuk menghasilkan energi panas sendiri via metabolisme tubuh. Dengan demikian, ketergantungan pada sumber panas eksternal (heater) tidak terlalu tinggi.
Kesalahan dalam tata laksana suhu indukan buatan (terlalu dingin atau panas) terbukti dapat memicu stres metabolik yang sifatnya permanen serta mereduksi pertumbuhan muskuloskeletal pada fase kehidupan berikutnya.

Dari data penelitian ilmiah terakhir, ditemukan indikasi bahwa ayam muda yang kehidupan awalnya berada dalam kondisi nyaman (zone of thermal neutrality) secara signifikan akan menunjukkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025. (toe)

UPAYA MENCEGAH PENYAKIT PERNAPASAN

Terlalu padat dapat meningkatkan kemungkinan infeksi penyakit pernapasan. (Foto: Istimewa)

Mengingat pentingnya sistem dan pencegahan penyakit pernapasan, tentunya tidak boleh dianggap remeh. Apalagi di tengah ketidakpastian harga produk perunggasan saat ini, penting menjaga pernapasan ayam agar peternak bisa “bernapas” lega.

Dalam dunia medis ada tiga organ vital yang dapat menjadi penyebab kematian pada makhluk hidup, yakni otak, jantung, dan paru-paru. Otak berkaitan dengan sistem syaraf, bisa dibilang adalah “server induk” suatu organisme. Jantung, berkaitan dengan sistem sirkulasi dan peredaran darah. Sedangkan paru-paru berkaitan dengan sistem respirasi atau pernapasan.

Jika salah satu di antara ketiga sistem tersebut tidak bekerja dengan baik, maka konsekuensinya adalah kematian. Pada unggas, terutama unggas komersil, sistem pernapasan merupakan sistem yang kerap menjadi masalah dan rentan.

Alasan Penyakit Kerasan
Mengapa penyakit pernapasan sering terjadi dan cenderung berulang? Ayam modern saat ini yang sudah melalui perkembangan genetik, rentan dan membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik, biosekuriti yang terjaga, dan lain sebagainya.

Perkembangan genetik ayam ras yang sangat cepat ini kadang tidak diiringi dengan penerapan cara beternak yang baik. Dapat terlihat dari indeks performa dan hasil panen yang kurang memuaskan, serta mudahnya ayam terserang penyakit yang mengakibatkan mortalitas tinggi dan kerugian besar.

Menurut Prof Thaweesak Songserm, dari Kaetsart University, yang juga seorang konsultan perunggasan, mengemukakan bahwa peternak tradisional di Indonesia, Thailand, dan kawasan Asia Tenggara lainnya hampir memiliki kesamaan, yakni memeliharan ayam dengan ala kadarnya. Padahal biasanya pabrik pakan, technical service perusahaan obat, atau penyuluh lapangan sudah melakukan berbagai upaya dalam mendukung manajemen peternak.

Walaupun ada beberapa peternak yang menjalankan apa yang diberikan, walau tidak sepenuhnya, ia tetap semangat menjalankannya. Bahkan beberapa komplain ia telaah, dan rata-rata manajemen pemeliharaan ternak yang memang kurang baik. Jika sudah begitu hasilnya tidak akan baik dan keuntungan yang didapat tidak maksimal.

Harus Dicegah, Jangan Melulu Diobati
Pada 2003, Indonesia pernah dilanda wabah avian influenza (AI), banyak peternak yang kehilangan ternak ayamnya akibat mortalitas tinggi. Tidak butuh waktu lama, AI pun terus berkembang dengan berbagai macam strain dan clade, begitu juga dengan beberapa penyakit lain. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pencegahan semakin bertambah.

Walau riset dan pengembangan sediaan farmasetik maupun vaksin terus ditingkatkan, dengan kemajuan dunia medis yang semakin canggih, bukan berarti membuat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025. (CR)

TENTANG GANGGUAN PERNAPASAN PADA AYAM

Ilustrasi kondisi kandang ayam yang nyaman. (Foto: Istimewa)

Memahami risiko penyakit pernapasan pada pemeliharaan ayam sangat penting. Karena dengan begitu peternak menjadi mengetahui bahwa bukan hanya berpengaruh kepada kesehatan ayam, tetapi juga pada produktivitasnya.

Penyakit pernapasan adalah salah satu masalah kesehatan paling signifikan bagi populasi ayam di seluruh dunia. Ini bukan hanya masalah kesejahteraan, kesehatan pernapasan yang buruk dapat memiliki konsekuensi yang jauh ke depan yang memengaruhi populasi maupun profitabilitas farm.

Statistik penyakit tersebut pun terbilang cukup mengkhawatirkan. Setiap tahun penyakit pernapasan bertanggung jawab terhadap 20% tingkat kematian di beberapa daerah. Kerugian ekonomi akibat penyakit pernapasan juga cukup besar. Menurut studi dari Inisiatif Kesehatan Unggas, setiap kasus penyakit pernapasan menghabiskan biaya sekitar $3 per ekor ayam. Untuk populasi 10.000 ekor, berarti $30.000 per tahun. Tapi ini bukan hanya tentang angka, kesehatan pernapasan yang buruk dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan dan penurunan produksi telur (The Poultry Pro, 17 Juni 2025).

Memahami dampak penyakit pernapasan pada peternakan ayam menjadi sangat penting untuk menerapkan strategi manajemen yang efektif. Untuk melakukan ini, peternak perlu memantau ayam-ayamnya secara teratur, mencatat angka kematian, produksi telur, dan kesehatan ayam secara keseluruhan. Deteksi awal dan keterlibatan aktif adalah kunci, sebab dengan menangkap masalah pernapasan lebih awal dapat menyelamatkan nyawa, mengurangi biaya, dan meningkatkan produktivitas.

Penyakit pernapasan menjadi salah satu masalah kesehatan paling umum yang memengaruhi ayam di seluruh dunia. Infeksi virus seperti infectious bronchitis (IB) dan avian influenza (AI) adalah penyakit yang utama yang sering menyebar melalui kontak dengan ayam terinfeksi atau peralatan yang terkontaminasi. Sementara infeksi bakteri seperti Mycoplasma gallisepticum (MG) dan E. coli juga berkontribusi pada penyakit pernapasan. Penyakit ini berkembang biak di lingkungan dengan ventilasi yang buruk, kelembapan tinggi, dan kebersihan yang tidak memadai.

Faktor lingkungan memainkan peran penting dalam memicu masalah pernapasan pada ayam. Kualitas udara yang buruk akibat debu, amonia, atau polutan lainnya dapat memperburuk kondisi kesehatan. Misalnya, paparan suhu ekstrem (panas atau dingin) dapat membuat ayam stres yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Praktik manajemen seperti kepadatan populasi berlebihan, nutrisi tidak memadai, dan ketidakcukupan akses air bersih juga ikut berkontribusi terhadap penyakit pernapasan.

Untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, sangat penting menjaga kepadatan jumlah ayam yang optimal, memberikan pakan seimbang, dan memastikan akses mudah ke air segar setiap saat. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan keterlibatan tenaga medis/dokter hewan yang cepat dapat membantu mengidentifikasi dan menangani masalah potensial sebelum berkembang menjadi penyakit pernapasan yang serius.

Identifikasi Tanda Peringatan Awal
Sebagai peternak ayam, kemampuan untuk mengidentifikasi tanda peringatan awal penyakit pernapasan sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi dan mempertahankan kesehatan ayam. Jadi, apa yang harus diperhatikan?... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat  
Praktisi Perunggasan

REALITA PETERNAKAN AYAM MODERN: METAMORFOSA GANGGUAN PERNAPASAN

Kondisi dalam kandang yang kotor, pengap, dan berdebu akan menjadi faktor pencetus gangguan pernapasan pada ayam modern.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Mencermati sejarah kosmopolitan gangguan pernapasan pada ayam modern dan diperkuat refleksi hasil observasi lapangan selama lebih dari empat dekade di lapangan, penulis memberanikan diri membuat tulisan ilmiah popular terkait pergeseran wajah (metamorfosa) gangguan pernapasan pada ayam modern.

Tulisan ini bertujuan agar para peternak dan sejawat praktisi perunggasan tidak lagi terjebak dengan pola-pola lama yang hanya mengandalkan program vaksinasi dan/atau medikasi semata dalam merancang strategi kesehatan ayam selama pemeliharaan, khususnya terkait gangguan pernapasan.

Gangguan Pernapasan Ayam Modern
Efektivitas penanganan gangguan pernapasan pada peternakan ayam modern bisa dipahami dari tiga lapis sudut pandang, yaitu dimensi biologi (agen penyebab), dimensi manajemen (sistem dan lingkungan pemeliharaan ayam), dan dimensi filosofis gangguan pernapasan (beserta makna strategi yang diterapkan).

1. Dimensi Biologi
Problem pernapasan pada ayam modern biasanya mencakup infeksi patogen berupa virus (misalnya ND, IB, AI) atau bakteri (misalnya E. coli, mycoplasma), serta faktor-faktor non-infeksius seperti debu, amonia, atau kondisi akibat ventilasi buruk.

Dengan demikian, pemahaman filosofis dari dimensi biologi ini adalah:
• Sistem pernapasan ayam juga merupakan gerbang kehidupan alias barier mekanik (termasuk komponen innate immunity) bagi ayam modern, maka setiap gangguan yang ada langsung memengaruhi oksigenasi sampai di tingkat jaringan tubuh, laju metabolisme pada tataran sel-sel tubuh, feed intake, hingga performa akhir.

• Suatu gangguan pernapasan pada ayam modern umumnya jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kombinasi atau interaksi antara sesama agen infeksius atau antara faktor non-infeksius dengan agen infeksius, misalnya interaksi virus (ND, IB, AI) membuka jalan bagi infeksi bakteri E. coli, atau kondisi kandang dengan amonia tinggi (> 25 ppm) akan mempermudah infeksi mikoplasma atau bakteri E. coli.

2. Dimensi Manajemen
Dalam konteks peternakan ayam modern, beberapa kondisi manajemen pemeliharaan mempunyai dasar filosofis yang adekuat untuk mencegah dan/atau mereduksi prevalensi gangguan pernapasan di lapangan, misalnya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025. (toe)

BERTAHAN DARI PENYAKIT PERNAPASAN

Sediakan pakan bernutrisi tinggi untuk memperkuat sistem imun ayam sehingga mampu bertahan terhadap serangan penyakit pernapasan. (Foto: Dok. Infovet)

Alat pernapasan merupakan organ tubuh yang mudah terserang penyakit, karena adanya hubungan langsung antara rongga hidung dengan alveoli di dalam paru-paru. Adapun jenis penyakit pernapasan yang dapat terjadi pada peternakan ayam antara lain avian influenza (AI-H5NI), newcastle disease (ND), infectious bronchitis (IB), infectious laryngo-tracheitis (ILT), swollen head syndrome (SHS), chronic respiratory disease (CRD) atau CRD kompleks (CRDK), infectious coryza, kolera unggas, koliseptisemia, dan aspergilosis.

Meskipun telah diketahui bahwa sejumlah agen penyakit secara individual bertanggung jawab atas terjadinya penyakit pernapasan, namun di lapangan kejadiannya biasanya bersifat kompleks. Hal ini terjadi karena berbagai etiologi ikut terlibat di dalamnya, yaitu interaksi antar mikroorganisme (virus, bakteri, mikoplasma), agen imunosupresif, dan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (Kleven dan Glisson, 1997).

Kejadian penyakit pernapasan cenderung meningkat selama curah hujan tinggi, kemarau panjang, maupun saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan atau sebaliknya. Pada umumnya, infeksi virus dan mikoplasma terjadi dalam waktu berdekatan untuk mendapatkan efek yang sinergistik. Ayam yang bebas mikoplasma akan mempunyai gejala klinik yang lebih ringan setelah ditantang virus IB, dibandingkan dengan ayam yang secara kronik sudah terinfeksi mikoplasma (Tabbu, 2002).

Penyakit imunosupresif (gumboro, mikotoksin, leukosis, chicken anemia virus (CAV), Marek) dan infeksi reovirus dapat meningkatkan kepekaan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan.

Dalam diagnosis penyakit pernapasan ayam, selain tanda klinik umum (lesu dan nafsu makan menurun), perlu diperhatikan adanya suara yang abnormal dari pernapasan, misalnya bersin, sesak napas atau ngorok, atau bernapas dengan mulut, serta gejala tidak langsung atau yang tidak ada hubungannya dengan pernapasan seperti mata berair dan gejala syaraf.

Sedangkan pada pemeriksaan patologi anatomi dapat dijumpai adanya kekeruhan/penebalan kantong udara, peradangan pada saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru. Agen infeksi yang sering ditemukan di lapangan adalah yang disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum (MG) dan Mycoplasma synoviae (MS). Tingkat keparahan infeksi MG dan MS pada ayam dapat diperberat oleh adanya infeksi campuran dengan virus-virus respiratorik antara lain IB, ND, Avian metapneumovirus, AI, serta reaksi terhadap vaksin live yang diberikan. Keparahan juga dapat terjadi dengan infeksi sekunder dari bakteri lain seperti E. coli dan Pasteurella spp.

Dengan kondisi lingkungan yang tidak optimal (temperatur dingin, litter lembap dan berdebu, serta level amonia tinggi) dapat meningkatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manager
PT Romindo Primavetcom

SINERGI BIOSEKURITI, VAKSINASI, DAN NUTRISI DI ERA TANPA AGP

Vaksinasi melengkapi perlindungan ayam dari serangan penyakit. (Foto: Sansubba/iStock)

Industri perunggasan modern saat ini menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya kasus antimicrobial resistance (AMR) dan diberlakukannya pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP). Dalam situasi ini, keberhasilan manajemen kesehatan ayam tidak lagi dapat mengandalkan satu pendekatan tunggal, melainkan membutuhkan sinergi antara tiga pilar utama, yaitu biosekuriti, vaksinasi, dan dukungan nutrisi yang presisi.

Biosekuriti berperan sebagai benteng pertama untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen penyakit, vaksinasi menjadi perlindungan spesifik ketika risiko paparan tetap ada, sementara nutrisi yang tepat menjaga sistem imun ayam selalu siap menghadapi tantangan penyakit di lapangan.

Peta Musuh Virus, Bakteri, dan Jamur
Penyakit unggas bisa datang dari berbagai arah. Virus seperti avian influenza (AI), newcastle disease (ND), infectious bursal disease (IBD/gumboro), dan infectious bronchitis (IB) dikenal cepat menular, bermutasi, dan menimbulkan kerugian besar. AI dan ND menyerang system pernapasan dan saraf, IBD melemahkan kekebalan dengan merusak bursa fabricius, sementara IB menurunkan produksi telur secara drastis.

Sementara itu, sergapan bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella spp., Clostridium perfringens, dan Mycoplasma gallisepticum sering memanfaatkan kondisi stres atau kelemahan sistem pertahanan untuk menyerang. E. coli menjadi infeksi sekunder pasca gangguan respirasi, Salmonella mengancam keamanan pangan, sementara C. perfringens memicu necrotic enteritis yang sering berhubungan dengan koksidiosis subklinis.

Selain itu, serangan penyakit juga bisa datang dari kontaminasi jamur dan mikotoksin yang sangat berbahaya. Aspergillus dapat menyerang saluran pernapasan terutama pada DOC melalui spora dari litter atau udara lembap. Mikotoksin seperti aflatoksin, DON, fumonisin, dan T-2 toksin sering menurunkan imunitas, mengganggu organ vital, dan menyebabkan kerugian subklinis yang sulit terdeteksi tanpa monitoring.

Mana Lebih Penting, Biosekuriti atau Vaksinasi?
Biosekuriti adalah benteng utama yang tidak bisa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo DVM MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

BIOSEKURITI DAN VAKSINASI, TUGAS BERBEDA TUJUAN SAMA

Ilustrasi rute infeksi penyakit kepada ayam yang mungkin terjadi. (Foto: Istimewa)

Sebagian besar orang di industri perunggasan tahu bahwa biosekuriti dan vaksinasi adalah alat berharga untuk melindungi unggas dari penyakit virus, bakteri, dan parasit. Dan perlu diingat bahwa keberhasilan keduanya menjadi bagian dari program strategis dan terintegrasi.

Vaksinasi dan biosekuriti harus dianggap sebagai mitra yang tidak terpisahkan untuk pencegahan penyakit yang memadai. Dengan kata lain, vaksinasi tanpa biosekuriti adalah formula lemah untuk perlindungan, sedangkan biosekuriti tanpa vaksinasi adalah proposal yang tidak realistis untuk pencegahan penyakit (Guillermo Zavala, DVM, MAM, PhD, Dipl ACPV, International Avian Health, LLCAthens, Georgia).

Mencegah Patogen Masuk
Dasar pemahaman biosekuriti dapat didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi tujuan utamanya adalah mencegah masuknya unsur patogen yang tidak diinginkan ke dalam fasilitas/farm unggas. Sama pentingnya untuk mencegah keluarnya unsur patogen dari fasilitas yang terkontaminasi.

Melakukan biosekuriti yang tepat harus menghasilkan hilangnya unsur patogen yang tidak diinginkan atau setidaknya mengurangi unsur patogen tersebut ke tingkat yang dapat dikelola melalui vaksinasi dan/atau penundaan paparan pada ayam yang rentan terhadap patogen potensial di lapangan.

Biosekuriti secara ketat mengontrol akses ke peternakan unggas dan mengharuskan pengunjung untuk mengenakan pakaian dan sepatu boots yang disediakan, serta mendisinfeksi alas kaki sebelum memasuki kandang, juga minimalkan lalu lintas kendaraan dengan mengurangi pergerakan kendaraan di peternakan dan mendisinfeksi kendaraan yang mungkin pernah mengunjungi peternakan lain.

Memelihara sistem “semua masuk, semua keluar” dimana ayam dibesarkan bersama dan diangkat sebagai kelompok untuk meminimalkan penyebaran penyakit. Sanitasi dan disinfeksi rutin dengan menerapkan protokol sanitasi dan disinfeksi yang komprehensif, termasuk bak kaki dan pembersihan peralatan yang tepat.

Ada delapan hal yang penting dilaksanakan sebagai bagian dari biosekuritas dalam rangka mengeliminasi kemungkinan patogen masuk ke dalam tubuh ayam dan menginfeksinya: 1) Kolam kaki dengan disinfektan di pintu masuk utama. 2) Penggunaan hand sanitizer untuk staf dan pengunjung. 3) Mandi untuk staf sebelum memasuki dan setelah keluar kandang. 4) Pakaian bersih yang khusus untuk akses kandang. 5) Rendaman ban dan semprotan kendaraan (air + disinfektan) untuk kendaraan yang masuk. 6) Pencucian dan disinfeksi peralatan secara rutin. 7) Mengisolasi, mengobati, dan memantau ayam yang terinfeksi. 8) Pengelolaan bangkai ayam yang terinfeksi (mengubur atau membakar).

Adapun praktik tambahan yang harus dilaksanakan:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer