-->

30 TAHUN KIPRAH DRH KOKOT FEBRUHADI, TECHNICAL CONSULTANT AGRO PRIMALAB

Kokot Februhadi (tengah) beraktivitas di lapangan.

Menuju Kota Surabaya, Kokot Februhadi meninggalkan kampung halamannya yang berada di Kecamatan Lubuk Sikaping, Sumatera Barat. Berpamitan sekaligus mendapat restu dari orang tua, Kokot memantapkan hatinya untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. 

Kini sudah 30 tahun, Kokot berkiprah di bidang peternakan dan sekarang dipercaya sebagai Technical Consultant Agro Primalab. Yang menjadi distributor produk Datamars Livestock, perusahaan penyedia teknologi dan manajemen peternakan yang berpusat di Switzerland. Kokot saat ini lebih banyak mengurus sapi perah. 

Tantangan tersendiri dirasakan oleh pria kelahiran 6 Februari 1968 ini yang sekarang menghabiskan waktu di peternakan sapi, khususnya di Provinsi Jawa Timur. 

Flashback ke tahun 1994, selepas mendapat gelar dokter hewan, Kokot mengawali karirnya di Cibadak Indah Sari Farm (CISF) kemudian memperoleh panggilan untuk menempati posisi Sales Feed di Guyofeed pada tahun 1995 sampai 2010.

Tahun 2010 hingga 2015, Kokot bekerja untuk Evialis Indonesia di Divisi Quality Control & Laboratorium, serta Technical Support Supervisor. Kokot bergabung ke Invivo Indonesia tahun 2015 sebagai Poultry R&D Specialist and Technical Support Manager dan memegang penuh test farm ayam broiler dan layer.

“Dua test farm ini berfungsi mensupport tim sales di lapangan. Selain itu test farm ini sebagai bench marking produk dari kompetitor, tempat melakukan tes bahan baku pakan maupun premiks sebelum kita distribusikan ke customer, sekaligus tempat melatih para peternak untuk dapat mencapai produksi terbaik. Pelatihan peternak ini sangat penting karena sebagus apapun pakan, peralatan dan genetik ayam, tanpa di-support manajemen yang baik (SDM), hasilnya tentu tidak maksimal,” terang Kokot.  

Ketika Invivio diakuisisi ADM Company di tahun 2018, Kokot tetap memegang penuh tanggung sebagai Poultry R&D Specialist and Technical Support Manager sampai 2020. 

Kemudian momen di mana ADM diakuisisi De Heus, pada 2020 hingga 2023 Kokot dipromosikan sebagai Poultry Trainer Specialist and Technical Support Manager dan Deputy Sales Manager.

Pengalaman dan jam terbang yang banyak sebagai sales, membuat ayah 3 anak ini menjalin networking sangat luas.

“Dimulai dari jualan DOC broiler layer sampai pakan, luar biasa banyak ilmu yang saya peroleh baik melalui pertemuan dengan teman-teman peternak maupun relasi bisnis,” tambahnya.

Menangani persyaratan registrasi produk obat hewan dan pakan juga pernah Kokot lakukan, sehingga ia banyak memiliki jaringan ke Kementerian Pertanian, dinas/instansi peternakan maupun badan karantina.

Di De Heus, Kokot banyak mensupport tim sales di lapangan dan peternak untuk tata laksana manajemen peternakan hingga mencapai performa optimal. Termasuk mengikuti berbagai pelatihan ke Belanda dan Perancis, serta berjumpa tenaga ahli di bidang teknologi peternakan ayam broiler.

Berkunjung ke breeding farm De Haas, Belanda

Monitor Kesehatan Sapi

Bergabung dengan perusahaan Agro Primalab bagi Kokot menambah deretan pengalaman yang telah ia miliki.

“Sewaktu di Guyofeed, saya sebenarnya sudah banyak mempelajari manajemen dalam peternakan sapi perah baik itu bab reproduksi maupun gangguan reproduksi pada sapi. Saat ini di Agro Primalab, ilmu memonitor kesehatan hewan ternak ini lebih banyak saya terapkan,” ungkap Kokot.

Salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas sapi perah adalah dengan menerapkan manajemen pemeliharaan, berupa kegiatan recording atau pencatatan data ternak.

Agro Primalab menyediakan layanan konsultasi sekaligus peralatan seperti Active Tag (chip yang dikalungkan di leher sapi), yang salah satunya memiliki kegunaan mendeteksi posisi sapi digembalakan di mana dalam radius jarak tertentu. Selain itu juga bermanfaat memonitor kesehatan dan pendeteksi birahi. Chip ini terhubung dengan internet yang langsung mengirim notifikasi ke HP peternak tentang kondisi sapi. ”Info ini memungkinkan peternak melakukan IB tepat waktu sehingga angka kebuntingan tinggi,” jelas Kokot.

Inovasi teknologi terkini bisa disinergikan dengan peternak, stakeholder, koperasi yang nantinya untuk pengadaan fasilitas serta tatanan manajemen pemeliharaan yang baik.

Karena tidak lama lagi Program Makan Bergizi dan Minum Susu yang menjadi program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo akan terlaksana, menurut Kokot percepatan produktivitas sapi juga harus mengiringi. Pemerintah juga akan mendatangkan jutaan sapi perah dan indukan sapi pedaging untuk mendongkrak produktivitas.

“Program tersebut menjadi peluang besar bagi semua yang menjalankan profesi di sektor peternakan. Harapan ke depan, ternak sapi menjadi andalan Indonesia dan tidak bergantung lagi pada impor daging sapi dan susu,” ujar Kokot. 

Ia turut menyoroti kasus PMK di Indonesia yang cukup berdampak signifikan dari segi populasi. Penyebab munculnya kembali PMK setelah 32 tahun dinyatakan bebas PMK, adalah kebijakan yang mengakibatkan longgarnya peraturan impor ternak/hasil ternak dari luar negeri.

Dosen Praktisi

Selain aktif dalam perusahaan, beberapa waktu lalu Kokot juga memperoleh undangan untuk mengajar sebagai dosen praktisi di Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.

Pada kesempatan tersebut, Kokot memaparkan materi dan kajian seputar perkembangan feed additive dalam nutrisi unggas serta nutrisi dan pakan ayam organik, herbal, free range dan probiotik.

Penggemar olahraga tenis meja ini kerap menjadi pembicara dalam seminar. Ia dikenal dalam menyampaikan materi sangat mudah dipahami peserta yang mayoritas adalah peternak.

“Ketika dipercaya sebagai pembicara, persiapan data atau materi sebelum dipaparkan mesti matang. Saya yakin dengan penyampaian yang dirangkai menggunakan tata bahasa sederhana dan rapi, juga akan mendapat feedback positif,” jelasnya. 

Kokot senang menyelipkan guyonan dan perumpaan-perumpaan yang tentunya disesuaikan dengan keseharian yang dihadapi peternak di kandang. (NDV)

MEMBANGUN BUDAYA KERJA PRODUKTIF: SOLUSI KEPEMIMPINAN IRVAN DI SREEYA

Irvan bersama tim Belfoods. (Foto: Istimewa)
Irvan bersama tim Belfoods. (Foto: Istimewa)

“Budaya kerja harus bisa membangun perilaku-perilaku yang tepat dari setiap karyawan yang nantinya akan memberikan solusi atau cara yang produktif dan adaptif untuk perusahan. Dan itu tugas pemimpin untuk bisa membangun budaya kerja yang produktif,” tutur Irvan Cahyana saat diwawancara redaksi Infovet.

Pria kelahiran Ciamis 46 tahun silam ini sekarang menjabat sebagai Direktur Sreeya dan Presiden Direktur Belfoods. Sebelumnya bekerja lebih dari 20 tahun di PT Unilever Indonesia, berganti-ganti di bagian supply chain, marketing, hingga sales.

“Majority experience saya di supply chain dan sales. Pengalaman itu membantu saya berkontribusi di Sreeya dan lebih exciting-nya lagi, sekarang saya berkerja di bidang sekitar pertanian yang relate dengan sekolah saya dulu di IPB,” kata Irvan.

Irvan juga senang tugasnya berkenaan dengan hal penting untuk masyarakat Indonesia, membantu dalam ketahanan pangan. Karena ayam menjadi komoditi penting dan salah satu protein yang lebih disukai, affordable, dan mudah didapatkan.

Perpindahannya ke Sreeya tidak terasa menyulitkan karena sebelumnya ada pengalaman pindahpindah departemen. Termasuk pernah pengalaman kerja di Paris. Menurutnya seperti perpindahan atau perubahan topik saja, dari dahulu mengurusi shampoo, sabun, kecap sekarang ke ayam. Komposisi customer juga ada yang berubah, kalau dulu hanya retail sekarang bertambah dengan food service.

Bagi Irvan industri ayam cukup unik. Harga ayam berubah-ubah cepat dimana pengaruh eksternal lebih besar pengaruhnya dibanding internal perusahaan. Harga ayam tergantung pada supply yaitu tergantung pada harga DOC dan harga pakan. Harga DOC sendiri tergantung pada supply PS dimana PS tergantung dari ketersediaan GPS. Sedangkan harga pakan umumnya tergantung dari harga jagung dan SBM.

“Sreeya pastinya harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah karena semua itu kenyataan yang harus direspon dengan baik,” Irvan menyampaikan.

Irvan Cahyana
Irvan Cahyana

Strategi Bisnis

Lebih banyak bergerak di hilir mengharuskan Irvan mengenali dengan baik customer. Selain kontribusi retail yang cukup besar, food service adalah customer yang harus dilayani dengan baik. Food service ini menginginkan standarstandar dan memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi sesuai dengan keinginan masing-masing konsumennya.

Cara produksi juga menurutnya harus lebih efisien mengingat volatilitas harga ayam. Harus bisa diimbangi dengan cost efficiency yang kompetitif dengan industry benchmark, jika bisa lebih rendah maka lebih baik.

Differentiating offer juga dilakukan, diantaranya menawarkan pilihan pada customer pasar modern bahwa selain ayam potong segar juga ada ayam branded seperti ‘Ayam Nanas’ yang menawarkan diferensiasi ayam yang lebih empuk dan rendah lemak.

Untuk processing food ditargetkan mempunyai brand yang kuat dan diterima masyarakat. Memberikan pilihan terbaik untuk konsumen di setiap segmen. Yaitu Royal dan bakso Bonanza untuk segmen premium, Belfoods untuk segmen menengah, dan Uenaaak untuk segmen bawah.

Selanjutnya adalah memperkuat dan memperluas jalur distribusi di seluruh Indonesia. Bekerjasama dengan UMKM, dengan pengusaha lokal yang bisa membantu mendistribusikan produk. Dengan cara tersebut diharapkan akan sama-sama berkembang.

Irvan juga mementingkan operational excellence. Dengan terus memperbaiki operasi sehingga bisa menawarkan produk-produk berkualitas dengan harga terjangkau, dan juga bisa memberikan pilihan ke konsumen.

“Kita terus berusaha yang terbaik agar harga ke konsumen tidak dibebani dengan ketidak-efisienan dalam operasi kita,” tutur Irvan.

Budaya Kerja Produktif

Sebagai leader Irvan mengutamakan pendekatan respect. Ia juga mempunyai prinsip leadership yang menjadi pegangan yaitu I strive, I learn, I share. Saya berusaha keras, saya belajar, kemudian saya berbagi.

Dirinya yakin dengan berusaha keras akan mendapatkan pembelajaran, baik pembelajaran dari usaha yang berhasil maupun yang tidak. Dari pelajaran ke pelajaran itu semua dirangkum, kemudian ia berbagi ilmu dan pengalamannya.

“Pertama saya masuk ke tempat baru atau perusahaan baru adalah menghargai orang yang ada di situ. Dari di situ kemudian saya menjalankan value leadership saya. Habis itu ya go along the way saya terus memperbaiki sesuai dengan finding saat itu yang kita butuhkan,” Irvan menjelaskan.

Dengan menghargai akan lebih mudah membentuk mindset dan budaya kerja yang sesuai. Seterusnya akan menghasilkan action yang lebih bermanfaat, efektif dan efisien.

“Jadi saya perlu tim yang sebenarnya kurang lebih mau punya culture yang produktif di perusahaan ini. Open culture ya. Tim juga senang, kenapa? Karena mereka boleh kasih feedback saya, jadi saya bukan yang tidak bisa disentuh,” tutur Irvan.

“Karena kalau ingin bertumbuh harus mau menerima feedback. Bisa mempercepat proses, kalau saya bisa belajar ke orang lain terus jadi berhasil ngapain harus mengalami dan belajar sendiri? Kalau orang tidak mau menerima feedback, suka lupa bahwa orang lain itu sudah bisa. Merasa diri bisa sehingga potensinya terus terkunci. Akan protektif sehingga jika ada kesalahan tidak mau disalahkan.”

Dijelaskannya pula bahwa terkadang orang lebih suka menginstitusionalkan cara dibanding menginstitusionalkan perilaku dan budaya yang tepat. Mungkin merasa selama ini mengerjakan sesuatu dengan cara tertentu dan baik-baik saja tidak perlu ada yang dirubah. Yang dipegang caranya tapi sebenarnya jaman mungkin berubah dan menuntut perubahan cara kerja. Karena terbaik saat ini belum tentu cukup untuk menjadi terbaik di masa depan, harus adaptif dengan perubahan.

“Yang jelas yang saya pimpin tahu saya punya pengalaman, tapi belum tentu pengalaman saya itu cukup. Saya percaya ide satu orang tentunya tidak lebih baik dibanding ide kolektif,” terang Irvan.

Doa Orangtua

Irvan yakin doa orangtua berpengaruh besar terhadap segala pencapaiannya hingga saat ini dan di masa depan. Atas saran orangtua Irvan masuk ke Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB, meski ada keinginan untuk kuliah di jurusan tehnik.

“Saya selalu percaya doa dari orangtua untuk anak itu penting. Saya alhamdulillah kalau ada challenge ataupun kesempatan baik, saya berusaha melibatkan orang tua, apakah itu doanya ataupun apa. Ya kebanyakan minta doa, sih,” terang bapak dua anak ini.

Di waktu senggangnya Irvan gemar membaca buku dan menonton sepakbola. Persib dan Liverpool adalah klub favoritnya. Kadang Irvan juga mengisi sesi sharing untuk lingkungan teman-temannya membahas skill manajemen, leadership, dan berbagai tema lainnya. (NDV)

MEDIA KIT INFOVET


 




Address:

Grand  Pasar Minggu No. 88A, Jl. Rawa Bambu Jakarta Selatan , Indonesia 12520

Phone. 021-7829689, 78841279,  62813-2497-7287, Marketing: 62818-0659-7525  (Aida)

Email : majalah.infovet@gmail.com; infovet02@gmail.com, Website : www.majalahinfovet.com


DR DRH AKBAR YASIN MP, HARUMKAN NAMA BBIB SINGOSARI DENGAN DEDIKASI

Dr Drh Akbar Yasin MP 

Mengukir prestasi dalam hidup diperlukan kerja keras serta dedikasi. Walau jalan terjal harus dilalui, tidak menyurutkan semangat Dr Drh Akbar Yasin MP untuk mengharumkan nama Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.

Prestasi demi prestasi pun diraih BBIB Singosari, di antaranya penghargaan Perak dalam Anugerah SNI Award 2023 pada 16 November 2023. Kemudian BBIB Singosari juga meraih Juara I Website dan Juara II PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) Kementerian Pertanian (Kementan) di tahun yang sama.

Drh Akbar Yasin MP dilantik pada 13 Januari 2023 sebagai Kepala BBIB Singosari. Pria kelahiran Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat ini berprinsip bekerja memberikan yang terbaik untuk bangsa serta mengedepankan humanisme.

“Sosok pemimpin tidak hanya memiliki kualitas kepemimpinan, tetapi juga harus berjiwa sosial,” kata Akbar saat berbincang bersama Infovet.

Doktor lulusan Universitas Hasanuddin ini menjabarkan bahwa selain pengetahuan yang cukup tentang kepemimpinan antara lain integritas, kejujuran, kedisiplinan, semangat kerja, dan keteladanan, pemimpin juga diharapkan memiliki visi kepemimpinan yang kuat, punya jejaring internal maupun eksternal, hingga bisa mengayomi seluruh pegawai yang dipimpin.

Perjalanan Karir
Dokter hewan adalah profesi yang didambakan Akbar sejak kecil. Pada 1994, ayah tiga anak ini mendapatkan kesempatan masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Siswa Masuk IPB) atau jalur prestasi.

Lulus profesi dokter hewan di 2002, Akbar melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Ekonomi dan Manajamen IPB Jurusan Manajemen Pembangunan Daerah dan lulus pada 2011.

Kemudian ia mengawali karir CPNS di Inspektorat Jenderal, melalui perjalanan yang cukup panjang sampai memperoleh amanah sebagai Kepala BBIB Singosari.

Akbar pernah bertanggung jawab sebagai Kepala Subbagian Fasilitas Anggaran di Biro Perencanaan Kementan, Kasubag Administrasi Anggaran II Biro Perencanaan, Kepala Subbagian Pemantauan dan Evaluasi II Biro Perencanaan, Kepala Subbagian Evaluasi dan Pelaporan II di Biro Perencanaan, Kepala Subbidang Data Statistik Peternakan dan Perkebunan di Pusdatin Kementan, serta Kepala Bagian Anggaran di Biro Perencanaan.

Pria kelahiran 3 November 1975 ini kemudian melanjutkan dengan pendidikan S3 di Universitas Hassanudin Makassar, Jurusan Studi Pembangunan yang diselesaikan pada 2023 dengan lama pendidikan Doktor 2,5 tahun.

Strategi Swasembada Daging
BBIB Singosari punya peran penting dalam mengembangkan sektor peternakan sapi, sebagai upaya mendukung ketahanan pangan Tanah Air.

Lebih lanjut dijelaskan Akbar yaitu mengenai strategi swasembada daging melalui pengembangan semen beku sexing. Arah kebijakan ini adalah turunan dari visi BBIB Singosari yaitu terwujudnya pusat unggulan benih ternak dan layanan BLU inovatif secara berkelanjutan untuk mendukung peternakan Indonesia yang Maju, Mandiri, dan Modern.

Salah satu misi balai untuk mewujudkan visi tersebut adalah meningkatkan sumber daya dan teknologi benih ternak yang modern dan berkelanjutan.

Adapun program prioritas balai antara lain peningkatan produksi semen beku sexing, peningkatan kualitas produk dengan menerapkan standar ISO 17025, ISO 90001, ISO 37001, dan ISO 45001. Digitalisasi pelayanan BBIB Singosari juga menjadi keunggulan, replacement pejantan unggul, dan pemetaan DNA genomik pada pejantan.

“Produksi semen beku sapi lokal secara kuantitas mencukupi kebutuhan nasional seperti sapi Bali, PO, Aceh, Donggala, Madura, Brahman,” imbuhnya.

Menurutnya, BBIB Singosari mengerahkan berbagai upaya dalam mendukung tercapainya swasembada daging sapi di Tanah Air. Khususnya mengembangkan potensi sapi lokal dengan peningkatan produksinya.

“Wabah penyakit mulut dan kuku menjadi pemicu penurunan populasi sapi nasional, terutama pada sapi perah. Melalui penggunaan semen beku sexing sapi perah, diharapkan dapat meningkatkan jumlah angka kelahiran ternak betina yang akan digunakan sebagai akseptor untuk meningkatkan percepatan populasi ternak sapi perah nasional,” terang Akbar.

Balai yang berlokasi di Kecamatan Singosari, Malang ini telah memproduksi lebih dari 50 juta dosis semen beku dan disebarkan ke seluruh Indonesia. Dengan asumsi bahwa nilai keberhasilan inseminasi buatan (IB) 2 dosis per kebuntingan, maka berperan dalam menghasilkan 25 juta pedet.

“Melihat jumlah kelahiran tersebut, kami memiliki peran sentral dalam penambahan jumlah populasi ternak di Indonesia yang diikuti peningkatan kesejahteraan peternak,” ujarnya.

Kancah Internasional
Peran BBIB Singosari di kancah internasional yaitu sebagai implementing agencies di bidang IB untuk negara-negara berkembang dalam lingkup Kerjasama Selatan Selatan Triangular (KSST) sejak 2013 hingga sekarang.

Melatih lebih dari 300 peserta yang berasal dari 22 negara dan mengirimkan tenaga ahli ke delapan negara yaitu Jepang, Prancis, Kazakhstan, Myanmar, Kambodja, Kyrgyzstan, Suriname, dan Timor Leste.

Selain itu, menjalin kerja sama dengan Universitas Brawijaya dan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung terkait pengembangan semen beku sexing pada sapi perah, guna membangkitkan kembali peternakan sapi di Tanah Air.

Dalam masa mendatang, Akbar mengungkapkan akan ada kegiatan pengembangan Singosari Artificial Insemination Technology Center yang masih dalam tahap perencanaan untuk direalisasikan di 2025 mendatang. “Rencana pelaksanaan di 2025 di antaranya pembangunan pusat pengembangan IB, stasiun IB, dan laboratorium modern,” pungkasnya.

Ditulis oleh:
Nunung Dwi Verawati
Redaksi Majalah Infovet

LUKY RUSMAWAN MENGEDEPANKAN PERSONAL APPROACH

Bagi Drh Luky Rusmawan Subekti, selaku Animal Health Director PT Ganeeta Formula Nusantara, bagian dari Grup Cita Indonesia, dalam urusan apapun personal approach atau pendekatan pribadi sangat penting. Bahkan sering kali menentukan berhasil tidaknya dalam menyelesaikan masalah yang sedang ditangani.

Menurut Luky, cukup banyak orang mengabaikan hal tersebut. Karena merasa sudah sesuai prosedur lalu dengan over confident maju menyelesaikan urusan dengan menabrak rambu-rambu pendekatan pribadi.

“Di Cita Indonesia diisi SDM yang mayoritas masih muda, memang pastinya perlu effort membentuk tim yang solid. Ketika pondasi sudah kuat, ya beres,” kata Luky. “Trik saya mengedepankan personal approach, di dalam perusahaan memang ada struktur perusahaan namun saya tidak mau terlalu kaku secara hirarki.”

Ayah tiga anak ini menambahkan, ada masa ketika berada di dalam lingkungan pekerjaan harus bersikap tegas. Hal itu dibarengi dengan membangkitkan semangat di dalam tim. Ia menekankan pada timnya bahwa goal yang utama adalah goal tim, bukan individu dan selalu optimis dalam hal sales bahwa rezeki pasti selalu ada.

Ketika dalam timnya terjadi konflik, dia selalu mencari penjelasan dari kedua pihak. Sehingga permasalahan yang tadinya abu-abu menjadi jelas. Dia juga menghendaki timnya segera menceritakan masalah yang sedang dihadapi, tidak menunggu masalah meruncing dan membesar.

IPB Kampus Impian

Sejak sekolah di SMA PPSP IKIP Bandung (SMA Lab School Bandung), Luky sudah bercita-cita untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dan memang sekolahnya itu mempunyai jalur PMDK ke IPB.

Ketertarikannya pada kedokteran hewan dilatarbelakangi pengalaman sejak kecil. Orang tuanya yang berprofesi sebagai dosen ilmu biologi memelihara kelinci, burung, monyet dan hewan lainnya di rumah mereka yang dekat dengan Lembang. Bahkan ayahnya pernah beternak ayam dan memelihara sapi. Semasa kecil ia sering kali diajak bermain ke peternakan.

Tidak hanya dirinya, kedua kakaknya yang juga masuk IPB pun menyukai dunia pertanian dan peternakan sejak kecil. Putranya yang kedua mengikuti jejaknya sebagai dokter hewan dan bekerja di salah perusahaan industri perunggasan terpadu.

Lulus dari FKH IPB, Luky bekerja sebagai Technical Sales. Saat itulah dia merasakan kebutuhan peternak akan produk berkualitas untuk mengatasi penyakit dan meningkatkan performa ternaknya.

“Saya merasakan kepuasan ketika dapat mengatasi problem peternak dalam masalah penyakit dan manajemen. Peternak memerlukan bimbingan teknis dalam bentuk edukasi dan pendampingan,” cerita ayah berputra dua dan berputri satu ini. “Setelah saya pindah kerja ke beberapa perusahaan multinasional, saya mendapatkan lingkungan kerja dan kultur yang tepat sesuai dengan tujuan perusahaan dalam meningkatkan skill dan pengetahuan peternak.“

Luky Rusmawan bersama keluarga

Memegang teguh prinsip ingin selalu memberikan manfaat pada sekitar dan tidak menyukai konflik yang tidak sehat, Luky kerap melakukan business trip untuk bertemu para customer-nya. Di waktu luang, pria kelahiran Bandung, 27 Januari 1969 ini, menekuni otomotif, menonton sepak bola dan film.

“Salah satu film yang saya suka adalah trilogi Godfather,” ungkap Luky. “Saya suka nonton serial petualangan juga, terakhir yang saya tonton adalah Game of Thrones karena ceritanya sangat menarik. Saya juga kadang nonton di bioskop bersama keluarga.”

Bergabung dengan Cita Indonesia

Luky bergabung dengan Cita Indonesia pada 7 April 2022. “Di Cita Indonesia saya mendapatkan rekan kerja dan perusahaan yang tepat. Karena sesuai dengan tujuan awal saya, yaitu menjadi partner peternak untuk memberikan solusi dalam bisnis secara komprehensif, baik bimbingan teknis juga dalam hal penyediaan produk peternakan yang berkualitas,” terangnya.

Kepada Infovet, Luky mengungkapkan di tengah dinamisnya bisnis peternakan, Cita Indonesia berhasil menjual banyak antibiotik untuk pencegahan mycoplasma dan pest control untuk tikus dan serangga. Cita Indonesia juga memiliki produk herbal untuk maintenance kekebalan dan kesehatan ternak. Mengingat masalah kesehatan hewan selalu berkembang baik dalam hal tantangan penyakit, teknologi, genetika dan manajemen pemeliharaan.

Pada era keterbukaan informasi saat ini memang peternak dimudahkan mengakses informasi, sehingga mereka yang mempunyai keinginan untuk maju akan sangat terbantu. Tetapi Cita Indonesia merasakan bahwa peternak masih memerlukan edukasi melalui diskusi teknis maupun informasi yang tepat guna. Sehingga Cita Indonesia berusaha untuk memberikan layanan teknis dengan pendekatan yang spesifik sesuai kebutuhan customer.

“Dalam hal obat hewan kami menyadari masih ada ketergantungan pada impor, mengingat teknologi yang selalu berkembang di negara maju. Terutama teknologi vaksin yang belum bisa diadopsi perusahaan lokal,” papar Luky. “Sedangkan untuk suplemen meski beberapa bahan baku masih tergantung impor, namun kami berusaha mengembangkan substitusi dan pelengkap berupa produk herbal, seperti kunyit dan temulawak.”

Cita Indonesia telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan yang mempunyai reputasi internasional seperti BASF, Ceva dan Better Pharma. Tahun ini menargetkan pengembangan bisnis di Pulau Jawa dengan menambah personel lapangan di beberapa sentra peternakan, sehingga dapat meningkatkan servis pada pelanggan.

Hal itu dilakukan sambil terus konsisten mendistribusikan produk-produk berkualitas, yang dapat diandalkan peternak untuk mengatasi masalah penyakit dan gangguan vektornya.

Seiring dengan meningkatnya performa genetik dan masalah iklim yang terkadang ekstrem, peternak masih memerlukan edukasi dalam hal pemakaian produk yang tepat guna, untuk mendukung performa optimal dari ternak dan mengurangi stres akibat dampak cuaca.

“Strategi edukasi yang kami lakukan adalah sering menjalin komunikasi dengan customer. Tidak hanya ketika ada kasus, sebelum ada kasus pun kami mengedukasi bagaimana meningkatkan performance. Sehingga kami bisa memberi solusi yang menyeluruh bagi customer,” ujarnya.

Meskipun perkembangan dunia digital sedang pesat-pesatnya, bagi Luky hal itu dimanfaatkan lebih kepada untuk meningkatkan branding perusahaan. Sedangkan customer tidak mau hanya berinteraksi di medsos saja, mereka menginginkan edukasi secara langsung.

Untuk melakukan edukasi tersebut Cita Indonesia juga menggandeng supplier. Melakukan kunjungan langsung ke peternakan dan mengadakan diskusi teknis. “Target ke depan sebisa mungkin mempunyai legacy. Keinginan saya mengembangkan bisnis ini sehingga edukasi ke peternak bisa diteruskan,” tuturnya menutup sesi wawancara dengan Infovet, Selasa (25/10). (NDV)

IVAN ALEX SANJAYA, NAHKODAI PERUSAHAAN LEWATI BERBAGAI RINTANGAN

Ivan Alex Sanjaya

Saat teman-teman di masa perkuliahannya banyak yang berkecimpung di bidang fotografi maupun production house, Ivan yang seorang sarjana multimedia justru memilih terjun ke dalam bisnis peternakan. Ketekunan pemilik nama lengkap Ivan Alex Sanjaya ini berbuah hasil mendirikan PT Cahaya Sakti Kimia.

Proses yang cukup berliku pernah dilalui pria asal Kediri ini. Setelah memperoleh gelar sarjana komputer pada 2008, Ivan sempat menekuni dunia saham.

Memasuki 2010, Ivan mengembangkan bisnis pet food di Jakarta hingga meluas ke beberapa wilayah di Jawa. Takdir mempertemukan Ivan dengan dokter hewan sekaligus Vice President PT Indovetraco Makmur Abadi yang kini menjadi mertuanya.

“Pada 2012, ayah mertua memperkenalkan saya dengan salah satu perusahaan dari China yaitu Mintai. Kondisi bisnis pet food pada tahun itu terbilang kurang bagus, karena kebanyakan produk pet food yang notabene impor sudah banyak juga bermunculan produk sejenis yang diproduksi dalam negeri,” kenang ayah satu putra ini.

Momen tersebut digunakan Ivan untuk gencar mempromosikan produk Mintai berupa feed additive ke Indonesia. “Waktu itu saya juga masih melanjutkan bisnis impor produk pet food,” tambahnya.

Berdasarkan peluang yang kian terbuka lebar, Ivan menekuni bidang livestock dengan menjual berbagai produk dari Mintai, khususnya feed additive. Juga produk lain seperti obat dan vitamin.

Ivan menjelaskan bahwa keterlibatannya dengan Mintai tidak ada format yang berbeda, namun mengemasnya dengan cara yang lebih baru. “Saat saya mulai aktif menjual produk dari Mintai, masih mengikuti format dari Mintai dan tidak ada yang berbeda, hanya saja konsep yang saya bawa lebih segar sehingga produk Mintai dapat diterima dengan baik di Indonesia,” jelasnya.

Terhitung sampai akhir 2018, Ivan tidak saja menjual produk dari Mintai melainkan menjual produk lain yang berasal dari China. Berjalannya waktu dengan mengamati peluang yang semakin luas, pasar yang dia bangun semakin kuat dan banyak peternak yang membeli produk tersebut.

Melihat produknya semakin dikenal, Ivan kemudian melakukan format baru pada 2019, yang akhirnya mendirikan PT Cahaya Sakti Kimia dengan Mintai menjadi principle-nya. “Saya bukan lagi menjualkan produk Mintai, tetapi saya membeli produk Mintai,” ungkapnya.

Cepat dan Progresif
PT Cahaya Sakti Kimia didirikan Ivan pada 2019, bekerja sama dengan lebih banyak suplier. Selain Mintai, PT Cahaya Sakti Kimia mendistribusikan produk dari Spanyol seperti ITPSA dan produk asam amino dari Korea.

Seiring berjalannya waktu, Ivan sebagai Komisaris Utama PT Cahaya Sakti Kimia mengajak partner development berpengalaman untuk membangun manajemen perusahaan. Sebagai leader, dia menyadari dalam mengambangkan perusahaan dibutuhkan tim yang sudah berpengalaman agar pergerakannya lebih cepat dan progresif.

“Kalau saya mau jalan cepat bisa dengan jalan sendiri, tetapi kalau saya mau jalan lebih jauh maka harus bersama orang-orang yang berpengalaman,” tegasnya. Prinsip yang diyakini Ivan dalam mengembangkan bisnisnya tersebut merupakan strategi awal yang diterapkan untuk mengembangkan PT Cahaya Sakti Kimia.

Lewati Rintangan
Kendati PT Cahaya Sakti Kimia berusia masih muda, di masa pandemi COVID-19 menerpa dunia bisnis, Ivan menyatakan perusahaan yang dia rintis mampu melewati rintangan.

“Kami baru berjalan setahun kemudian harus berhadapan dengan situasi pandemi, tetapi dari PT Cahaya Sakti Kimia menggunakan kacamata yang lain. Bisnis kami harus fairnesss dan accountable, baik di dalam maupun di luar, sehingga kami tetap memberikan kenyamanan serta pengalaman yang menyenangkan untuk pelanggan,” ungkapnya.

Ivan juga menerapkan iklim yang nyaman bagi seluruh karyawannya, karena kenyamanan bekerja dapat menentukan tingkat semangat karyawan itu sendiri. Menurut Ivan, lingkungan suportif merupakan hal yang penting untuk menguatkan pondasi perusahaan.

“Kami berbeda dengan principle company yang menjual produk yang memang sudah ada, sedangkan kami menjual berbagai produk yang dibutuhkan oleh customer. Ibaratnya seperti supermarket, jadi produk apa yang customer butuhkan kami bisa adakan barangnya,” terangnya.

Artinya apa yang akan customer butuhkan dan ada dibeli, produk itu akan disiapkan serta dijual PT Cahaya Sakti Kimia. Semua produk yang didistribusikan olehnya, terdapat segmen pasar masing-masing. Hal inilah yang membuat PT Cahaya Sakti Kimia tetap menunjukkan growth positif walaupun di saat pandemi.

Suka Otomotif dan Hewan
Di sela kesibukannya mengembangkan perusahaan, pria kelahiran 16 November 1986 ini memiliki ketertarikan di dunia otomotif, terutama motor. Maka tak heran kalau saat ini Ivan sudah mengoleksi tujuh sepeda motor.

Ivan juga memiliki hewan peliharaan kesayangan kura-kura dan ikan. Katanya, “Anak saya itu suka memelihara hewan di rumah, karena darah kakeknya yang seorang dokter hewan, jadi menurun ke anak saya. Ya saya jadi ikutan anak juga akhirnya, saking banyaknya jenis hewan peliharaan akhirnya saya pindahkan ke gudang.” (NDV)

DEDDY F. KURNIAWAN, ENTREPRENEUR SAPI YANG GEMAR MENEBAR ILMU

Deddy F. Kurniawan

“Keinginan saya saat menjelang kelulusan kuliah, ingin bekerja di tempat atau di perusahaan terbaik di bidang sapi.” Pernyataan ini tercetus dari pria pemilik nama lengkap Drh H Deddy Fachruddin Kurniawan, di tengah-tengah wawancara dengan redaksi Infovet.

Dalam perjalanan menuju kelulusannya menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan IPB, founder Dairy Pro Indonesia dan CEO Sapimoo ini banyak mengikuti program magang di bidang persapian.

Saat itu, bekerja di Greenfields adalah impian setiap dokter hewan. Oleh karenanya dia sangat bersyukur sesudah resmi menyandang gelar dokter hewan, dia langsung diterima sebagai pegawai tetap di perusahaan susu terbesar di Asia Tenggara dan Indonesia itu.

“Berkat doa bapak juga pasti, setelah lulus langsung bekerja,” tutur ayah empat anak ini. Ada sebuah perjalanan hidup yang kemudian diungkapkan Deddy kepada Infovet.

Pria kelahiran Kota Batu, Malang ini mengaku kurang bisa fokus belajar di semester awal mengikuti perkuliahan di kedokteran hewan. “Dulu malah sibuk demo dan aktif di organisasi sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Saya sama sekali enggak belajar meski nilai ujian semester tetap bagus. Sampai akhirnya ada kakak tingkat yang mendatangi saya dan memberi nasihat,” ungkapnya.

Deddy masih mengingat dengan persis kakak kelasnya mengatakan bahwa “Mau tidak mau, suka tidak suka kita pada sesuatu, akan tetapi karena sudah menjadi pilihan kita bagaimanapun harus dipertanggungjawabkan.”

Memasuki semester lima, passion Deddy muncul untuk berkarir di bidang sapi. “Ketika ada orang bertanya kok kenapa sapi, saya jawab ya suka aja sama sapi,” kata Deddy diselingi tawa.

Impian terbesar Deddy adalah suatu hari jika ada orang yang berbicara tentang sapi, harus mengenal namanya sebagai trainer andal dari sisi edukasi. Motto simple action for significant improvement menjadi pegangannya, karena untuk menghasilkan perkembangan yang signifikan diperlukan tindakan sederhana agar mudah dilaksanakan dan justru tidak menjadi hambatan.

Jam Terbang
Berbagai pengalaman dan jam terbang yang dimiliki Deddy mengantarnya menjadi seorang konsultan dengan mendirikan Dairy Pro Indonesia. Sebuah perusahaan konsultan yang mengkhususkan layanan profesional di bidang manajemen dan bisnis peternakan sapi perah.

Cerita-cerita berkesan pun disampaikannya kepada Infovet. Pada 2004-2008, Deddy pernah dipercaya mengelola bagian reproduksi di Livestock Improvement Corporation, New Zealand. Selanjutnya di 2008-2010, Deddy mendapat tawaran menjadi konsultan peternakan sapi di Pakistan. Di sana ia dipercaya sebagai farm manager dan bertanggung jawab merancang konsep perencanaan farm serta melatih tenaga kerja.

Ada pengalaman sewaktu melatih tenaga kerja di Pakistan yang sampai saat ini masih melekat di ingatan Deddy. “Waktu itu staf saya 90% orang Pakistan, 10% dari Filipina. Karena mereka tidak mengerti bahasa Inggris, saya menempuh cara lain untuk dekat dengan mereka. Setiap pagi saya kumpulkan semua, selama kurang lebih 30 menit saya nyerocos saja dalam bahasa Inggris campur bahasa Indonesia, mereka paham atau tidak saya lepas aja,” cerita Deddy.

Selama tiga bulan Deddy melakukan kegiatan tersebut di Pakistan. Sampai Deddy dan stafnya merasakan kedekatan dan mereka memahami apa yang dia ajarkan. Menurut Deddy, keterampilan dan kepandaian saja tidak cukup untuk menjadi leader dan konsultan.

“Selain mumpuni dalam suatu bidang, kita harus secara terus-menerus atau konsisten mengajarkannya kepada orang lain,” tandas Ketua PDHI Jawa Timur ini.

Nothing to Lose 
Dalam berbagi ilmu atau transfer knowledge kepada orang lain, Deddy juga menerapkan prinsip nothing to lose atau tanpa berharap lebih.

“Kewajiban saya menyampaikan ilmu dengan berpegang teguh pada konsistensi. Kalau kita melakukan sekali dua kali tidak kena, karena chemistry terbentuk dengan dilakukan berulang sampai interaksi terjalin natural,” tambah penggemar lagu-lagu Coldplay ini.

Penulis buku “Fundamental Dairy Farming” ini menambahkan, di dalam kehidupan sering ditemui orang dengan bermacam karakter. “Dari berbagai acara seminar maupun kegiatan penyuluhan saya mengetahui pentingnya kontak mata dan intonasi saat berbicara di hadapan peserta. Misalnya, ketika mereka cuek atau kurang fokus, saya mesti bagaimana, dari situlah saya belajar,” jelas dia.

Integrated Business System
Dairy Pro Indonesia didirikan Deddy pada 2012, kini telah berkembang pesat dan dikenal sebagai perusahaan konsultan yang kompeten di bidang penggemukan sapi dan persusuan. Mengusung konsep integrated business system, Dairy Pro mengedepankan farm entrepreneur.

Seperti di negara-negara maju, peternak sapi terlibat pada tahap pengolahan dan pemasaran produk. Peternak sapi menjadi bagian dari pabrik pengolahan dengan mempunyai saham, jadi ketika pabrik pengolahan untung, peternak pun langsung menerima keuntungan juga.

“Indonesia masih berbeda karena masih terdapat pengepul, koperasi dan pabrik yang dimiliki pihak lain. Jadi masih ada saling menggencet, yang menjadi sasaran empuk pasti peternak sehingga kesejahteraan mereka masih jauh dicapai,” ujarnya.

Pada intinya, peternak harus dapat memahami secara teknis serta bisnis. Deddy pun memulai semua dari nol. Mulanya beternak sapi kecil-kecilan, membeli pedet umur satu minggu dan berpindah-pindah tempat karena belum memiliki lahan memadai. Populasi sapi di peternakannya mulai meningkat dengan tetap menjalankan peran sebagai konsultan.

Kini sukses hingga membangun obyek wisata edukasi Kampung Sapi Adventure terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Imbuh Deddy, Dairy Pro fokus dengan sistem SOP, mengukur performa serta pembenahan manajemen. Masa-masa pandemi COVID-19 tidak memengaruhi bisnis konsultan yang dijalankannya. Karena sejak awal dirintis, digital marketing telah dibentuk dan pengembangan website sudah dilakukan.

“Kita sudah fokus di sosial media sejak dulu, jadi di saat pandemi seperti sekarang saya dan tim rutin mengadakan pelatihan secara online dalam kemasan Farminar (Farm Management Online Seminar). Nama ini sudah kita patenkan,” pungkasnya. (NDV)

SELAMAT JALAN PROF SOERIPTO



In Memoriam

Prof Drh Soeripto MVsc PhD dikenal sebagai Peneliti Utama di lembaga penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET UI) Bogor telah wafat meninggalkan para teman sejawatnya para dokter hewan, yang tak habis pikir dan sangat terkejut di pagi hari tanggal 30 November 2020.

Soeripto sejatinya adalah dokter hewan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1974. Meniti karier pertama sebenarnya di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kemudian melanjutkan studi S2-nya di Melbourne University Australia dalam bidang Patologi Veteriner selesai pada 1977.

Setelah menyelesaikan studi S2, Soeripto dikembalikan ke Balai Penelitian Ternak Bogor sebagai Veterinary Services. Bekerja beberapa saat di tempat itu, akhirnya ia memutuskan untuk meneruskan studi S3-nya di universitas yang sama. Kali ini dipilih bidang Bacteriology. Praktis beliau sesudah 5 tahun (masuk program PhD tahun 1982 dan selesai tahun 1987) menyelesaikan studi S3. Bidang yang ditekuninya adalah Bacteriology khususnya Mycoplasma.

Prestasi yang sangat luar biasa dari Soeripto menurut catatan dari lembar SDM Badan Litbang adalah menjadi penerima royalty dari Melbourne University sampai saat ini untuk pengembangan vaksin TS11 pencegahan CRD pada ayam yang beredar di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Hampir seluruh hidupnya didekasikan untuk penelitian. Terbukti ia telah menghasilkan 91 karya tulis, 47 dalam bentuk buku, 3 buah artikel makalah berbahasa inggris, 10 buah artikel berbahasa inggris, 16 buah makalah berbahasa Indonesia dan 15 artikel ilmiah populer majalah peternakan.

Per 1 Desember 2004, Soeripto meraih jabatan Jenjang Fungsional sebagai APU, Ahli Peneliti Utama bidang penyakit unggas.

Berkat segala prestasi dan ketekunannya sebagai peneliti, maka pada 11 Agustus 2009 lalu pemerintah memberikan Profesor Riset kepada Soeripto. Ini juga sebenarnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang jatuh sehari sesudahnya. Soeripto lahir pada 12 Agustus 1946. Judul orasi guru besarnya adalah “Teknologi Vaksin Mutan MTGS 11: Solusi Tepat Program Penyakit Menahun pada Ayam.”

Soeripto adalah sosok yang selalu gembira, optimis dan selalu siap membantu. Dari pengalaman Penulis yang pernah meneliti di Balai Penelitian Veteriner di tahun 1988, beliau sempat memberikan arahan bagaimana mengambil sampel penelitian ayam kampung secara proporsional untuk penyusunan tesis nantinya.

Pria berputra tiga orang dan dianugerahi enam orang cucu ini bersaudara 12 orang sebagai anak keempat warisan orang tua yang tergolong generasi baby boomers, banyak anak. Lulusan SMA Teladan 1 Yogyakarta, sebagai dokter hewan tak lupa menyenangi majalah peternakan dan kesehatan hewan semisal Infovet, Poultry Indonesia, Trobos, Cat&Dog seperti yang Soeripto tulis dalam akun Facebook-nya.

Soeripto resmi purna tugas pada 1 September 2011. Ia dianggap sebagai contoh seorang peneliti yang tekun sampai akhir hayatnya. Tidak menyangka secepat itu dan mendadak sakit di seputar perutnya. Sakit sebentar, dibawa ke RS Senior di Tajur dan langsung menghembuskan napas terakhirnya tanpa meninggalkan pesan apapun. Tentu keluarga terdekat paling merasakan kehilangan sosok seorang ayah, suami dan eyang bagi anak, isteri dan cucunya.

Tapi kita semua dokter hewan, khususnya para peneliti merasa kehilangan seorang tokoh inovatif di bidang vaksin unggas. Semoga akan terus bermunculan sosok Soeripto muda di kalangan veteriner yang terus berinovasi membangun sektor peternakan dan kesehatan hewan Indonesia. Selamat jalan prof, Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. ***

Depok, 30 November 2020
M. Chairul Arifin

RAMADHANA DWI PUTRA MANDIRI: PETERNAK GENERASI KEDUA, FOKUS KEMBANGKAN MINI CLOSED HOUSE

Ramadhana Dwi Putra (Foto: Dok. Pribadi)


Kandang closed house, sudah pasti telinga kita tidak asing lagi dengan model kandang tertutup ini. Lalu bagaimana jika dengan mini closed house?

Kamis, 21 November 2019, Infovet berkesempatan mewawancarai sosok dibalik pengembang sistem kandang mini closed house. Dia adalah Ramadhana Dwi Putra Mandiri, peternak generasi kedua yang mengembangkan farm mini closed house di Tajurhalang dan Ciampea, Bogor.

Tepatnya di 2017, Rama begitu sapaan akrabnya, memulai terjun mengelola peternakan ayam broiler secara totalitas. Dua tahun sebelumnya, putra kedua dari Tri Hardiyanto, mantan Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) ini mengaku masih fase beradaptasi dalam menggeluti bisnis perunggasan. Pada 2016, Rama juga turut mempelajari manajemen dalam mengelola usaha Rumah Pemotongan Ayam (RPA) milik sang ayah.

Inisiatif muncul dari diri sendiri ditambah dengan suntikan semangat dari orang tua, pria kelahiran 14 Maret 1992 ini mantap untuk fokus dan totalitas menggeluti bisnis ternak ayam. Segala kendala yang dia jumpai di kandang, justru semakin membuatnya giat mencari solusi dalam memecahkan permasalahan.

Membangun peternakan dengan sistem kandang mini closed house merupakan salah satu ide yang dia cetuskan di fase sulitnya. “Peternakan mini closed house yang sudah berjalan empat periode ada di Kampung Tajurhalang, Bogor. Saat ini, sedang dalam proses pembangunan di Ciampea,” ungkap sarjana lulusan Teknik Industri Universitas Indonesia ini.

Sistem pakan pada peternakan mini closed house di Ciampea (Foto: Dok. Pribadi)

Kepada Infovet, Rama menjelaskan bahwa setiap kandang mini closed house mampu menampung maksimal 8 ribu ekor. “Idealnya satu kandang mini closed house menampung 7.500 ekor. Kapasitar 8 ribu ekor paling maksimal,” imbuh Rama yang sekarang ini menjabat sebagai Direktur PT Tri Satya Mandiri.

Suami dari Sarah Hayati Ardanti ini menambahkan, peternakan yang sedang dalam proses pembangunan di Ciampea merupakan penyempurnaan dari peternakan yang sudah berjalan.

“Model bangunan kami rekonstruksi ulang kemudian dari segi peralatan ditingkatkan, seperti tempat pakan yang sebelumnya manual dimodifikasi menjadi automatic line feeder. Cara kerjanya, pakan dijatuhkan memanfaatkan gaya gravitasi, sehingga seakan-akan feeder menjadi otomatis,” terang Rama.

Mini closed house menerapkan modifikasi buangan kipas dengan inovasi teknologi chamber yang baru diriset bersama tim Teknik Aerodinamika. Mengingat lokasi peternakannya yang sekarang ini dekat dengan pemukiman warga, bau sering menjadi masalah yang dikomplain masyarakat sekitar.

“Karena itu udara yang menimbulkan debu dan amoniak yang berasal dari kandang dibuang ke arah atas, agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Teknologi yang kami gunakan untuk exhaust system ini menggunakan material impor dan dikombinasi dengan produk lokal,” jelas dia.

Praktis dan Hemat Biaya

Keunggulan lainnya dari model kandang mini closed house yaitu sudah pasti lebih praktis, hemat waktu pemasangan dan hemat biaya. “Jika membangun kandang biasa kan material dibeli dulu kemudian diukur, harus dipotong dan dipasang.

Hal itu sangat memakan waktu, belum lagi uji struktur dan ketepatan yang tidak dilakukan,” ujarnya.

Rama mengatakan, kandang mini closed house telah melalui uji struktur. “Kami sudah menemukan blue print yang tepat, sehingga bisa diproduksi berkali-kali dengan kualitas yang konsisten,” urai pria yang punya hobi otomotif ini.

Saat ini model kandang mini closed house terus dikembangkan Rama bersama timnya di PT Tri Satya Mandiri. Secara teknologi terus ditingkatkan dengan sistem komputerisasi serta menerapkan teknologi mobile system.

“Sejauh ini sudah kami upgrade pada peralatan seperti adaptive climate V tunnel door, lengkapi juga dengan hydrant pemadam kebakaran, kotak P3K, real time temperature monitoring, alat pemantau bobot ayam yang terkoneksi ke komputer dan apps,” jelas Rama.

Menurut dia, biaya pembuatan mini closed house paling tinggi dihabiskan untuk peralatan. Disusul dengan pembiayaan struktur, material, listrik, hingga sistem komputerisasi.

Kendati demikian, kandang model mini closed house ini juga terbilang hemat SDM karena hanya membutuhkan satu karyawan untuk mengelola 7.500 ekor populasi.

Selain itu, lahan yang dibutuhkan juga tidak harus luas. Ditunjang dengan kemudahan syarat dan pra syarat secara regulasi, return of investment pun cenderung cepat. “Satu flock membutuhkan kandang dengan ukuran panjang 65 meter dan lebar 8 meter,” imbuhnya (NDV)

*Artikel selengkapnya di Majalah Infovet cetak edisi 305 – Desember 2019

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer