|
Singgih Januratmoko (Foto: Istimewa) |
Dua
puluh tahun sudah, Singgih Januratmoko secara totalitas sebagai peternak.
Dikenal juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar)
Indonesia periode 2014 - 2019, rekan-rekannya mendorong Fungsionaris Pusat DPP Partai
Golkar ini untuk berkontribusi lebih melalui parlemen.
Pendiri
dan pemilik Janu Putra Group ini dinyatakan berhasil melenggang ke DPR RI untuk
periode 2019-2024 mendatang.
Pria
kelahiran Sleman 7 Januari 1976 ini merupakan orang pertama dari kalangan
peternak unggas rakyat yang akan duduk di DPR, setelah bertarung di Dapil Jawa
Tengah meliputi Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, dan
Kabupaten Sukoharjo.
Infovet
pada Jumat, 15 Februari 2019 lalu berkesempatan berjumpa dengan Singgih di
kawasan Jakarta Utara. Singgih mengatakan, tujuan utamanya menjadi anggota
parlemen adalah memperjuangkan nasib peternak unggas rakyat yang selama ini
menderita akibat harga unggas di peternak yang terus tertekan.
Berbincang
santai, alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini
bercerita awal mula merintis usaha ternak ayam.
Semasa
kuliah, Singgih memang berkeinginan kuat untuk membuka usaha sendiri. Menciptakan
lapangan kerja dan bisa berbagi dengan sesama merupakan tujuan utamanya.
Usai
memperoleh gelar Strata Satu di tahun 1999, Singgih saat itu memulai usaha
peternakan ayam kecil-kecilan. Tanpa disangka usaha ini dapat berkembang pada
saat itu.
“Sebenarnya
dulu bisa dikatakan saya meneruskan usaha ternak ayam layer milik ayah,” kata
pria
kelahiran Sleman, 7 Januari 1976 ini.
Selanjutnya,
Singgih mulai mandiri beternak ayam broiler dengan pola kemitraan perusahaan
(inti) dengan peternak (plasma).
Ketekunannya
membuahkan hasil, hingga sudah memiliki
puluhan kandang breeding farm dan hathcery yang terdapat di Wonosari dan
Purbalingga, di bawah bendera Janu Putra Group.
Janu
Putra Grup didirikan Singgih pada tahun 2002. Dua perusahaannya yaitu PT Janu
Putra Sejahtera (Breeding dan Layer) dan PT Janu Putra Barokah
(Kemitraan) telah berkembang pesat.
Sikapi dengan Tenang
Menurut
Singgih, menjadi peternak ayam, tekun saja tidak cukup jika tidak dibarengi
dengan kesiapan mental dalam menghadapi segala tantangan.
“Terpenting
adalah kesiapan diri untuk bertahan di masa-masa sulit,” ujar suami Sova
Marwati ini.
Masa
sulit yang dimaksud, Singgih mencontohkan ketika ayam terserang penyakit, harga
jual ayam rendah, hingga mahalnya harga pakan.
“Seperti
sekarang nih, Harga Pokok Produksi (HPP) mahal sebisa mungkin menerapkan
strategi supaya efisien semuanya,” tambah dia.
Lebih
lanjut, ayah tiga anak ini mengatakan bahwa kendala teman-teman peternak
sekarang adalah permodalan.
“Banyak
bank yang sekarang ini tidak percaya, karena memang banyak kasus-kasus
terdahulu yang kreditnya macet,” terangnya.
Imbuh
Singgih, tepatnya tahun 2014 sampai tahun 2016 usaha breeding ayam mengalami
masa masa berat dan banyak sekali peternakan closed house yang gulung tikar.
“Banyak
yang akhirnya macet atau tidak terbayar sampai bank enggak percaya lagi,”
katanya.
Selain
persoalan modal, sambung Singgih, duka peternak ketika harga jual jatuh dan
pasti ada rasa was-was dengan resiko penyakit seperti AI, IBH, dan harga jagung
yang jatuh.
Sekilas
flashback di tahun 2017 silam,
sebanyak empat kandang berisi sekitar 30 ribu ekor ayam potong miliknya hangus
terbakar.
“Betul
ada masalah pada listrik waktu itu, namun ya
kami belajar dari kejadian itu untuk lebih hati-hati ke depannya,” ujarnya.
Rintangan
demi rintangan disikapi dengan tenang oleh Singgih. “Lebih banyak suka. Rasanya
luar biasa dapat menikmati kerja keras dari usaha mandiri, kemudian bisa membuka
lapangan kerja sekaligus berbagi ke sesama,” ungkap lulusan Magister Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta ini.
Kampanye Gizi Terus Berlanjut
Bersama
Pinsar, kampanye peduli gizi dengan mempromosikan ayam dan telur terus digelar
di berbagai kota.
Mengaku
senang, Singgih mengemukakan kalangan masyarakat seringkali memberi feedback usai kegiatan Hari Ayam dan
Telur Nasional (HATN).
“Ada
pastinya warga yang memberi tanggapan ke Pinsar dan minta kegiatan promosi ayam
telur rutin dilaksanakan,” katanya.
Selain
feedback dari warga masyarakat,
terdapat juga peternak yang menyampaikan kepada Pinsar bahwa terjadi peningkatan
daya beli ayam dan telur di pasaran.
Target penyelenggaraan HATN, tegas Singgih, bukan saja meningkatkan konsumsi ayam
dan telur, namun juga memberi edukasi kepada masyarakat bahwa daging ayam aman
dikonsumsi serta bebas dari suntikan hormon yang isunya selama ini beredar.
Peternakan Kerakyatan
“Peternak
rakyat jangan sampai hilang dan harus terus berkembang lagi. Perjuangkan teman-teman
yang masih bersemangat beternak mandiri,” tandas Singgih ketika ditanya harapannya
pada masa depan peternakan Tanah Air.
Seiring
dengan alih teknologi, diharapkan para peternak ayam secara perlahan tetapi
pasti memperbaharui kandangnya menjadi closed
house.
Singgih
menambahkan, banyak orang lokal yang pandai membuat kandang ayam tanpa harus
impor dari negara luar. “Kita bangun kandang ayam pakai brand lokal, banyak kok.
Soal kualitas pun sudah layak,” sambungnya.
Penuh
tekad, Singgih akan bekerja sungguh-sungguh untuk menghasilkan karya nyata yang
dapat diterima semua masyarakat, guna meningkatkan derajat hidup rakyat
khususnya petani dan peternak dengan berpegang kepada prinsip keadilan sosial.
(NDV)