-->

KOLABORASI PT GANEETA FORMULA NUSANTARA DAN BIOCHEM

Gangguan saluran pernapasan kerap menjadi tantangan utama dalam pemeliharaan ayam broiler maupun layer. Gangguan ini tidak hanya terkait patogen penyakit, tetapi juga bergantung pada faktor manajemen dan lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan dan performa hewan.

Melalui latar belakang tersebut, PT Ganeeta Formula Nusantara selaku distributor dan Biochem selaku produsen, menggelar launching perdana produk BronchoVest di Hotel Santika BSD, Tangerang Selatan, Selasa (18/3), dan Hotel Santika Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/3).

BronchoVest merupakan produk essential oil dengan formulasi water-based tanpa residu minyak dan bebas alkohol dengan kombinasi natural eucalyptus oil, natural mint oil, dan menthol crystals yang efektif mengatasi gangguan pada saluran pernapasan dan stres.



DIRJEN PKH PANTAU SERAPAN AYAM OLEH PERUSAHAAN

Dirjen PKH saat memantau ayam milik peternak di Bogor. (Foto: Istimewa)

Pemerintah memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak mandiri oleh sejumlah perusahaan integrator dan produsen pakan. Pemantauan dilakukan di dua lokasi di Kabupaten Bogor pada Kamis (24/4/2025), oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda.

“Langkah ini merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga di tingkat peternak sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Agung di lokasi.

Dalam kunjungannya, ia menyaksikan transaksi pembelian ayam hidup oleh PT Malindo Feedmill dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). PT Malindo membeli 5.448 ekor ayam dari Kandang Jati, peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang, dengan bobot rata-rata 2,7-2,8 kg/ekor dengan harga yang disepakati sebesar Rp 17.000/kg. Sementara CPI melakukan pembelian 1.700 ekor ayam hidup dari peternak mandiri lainnya dengan bobot rata-rata 1,9 kg/ekor dengan harga yang sama.

Agung juga menambahkan bahwa perusahaan integrator lain yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan hal yang sama menyerap ayam hidup dari peternak mandiri. Japfa telah melakukan pembelian 5.000 ekor ayam hidup dengan rataan bobot badan 2,2-2,6 kg/ekor di dua lokasi, yaitu Cigudeg dan Serang.

“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ucapnya. Pihaknya pun akan terus mendorong sinergi antara perusahaan besar dan peternak rakyat agar harga ayam hidup tetap stabil dan peternak tidak lagi merugi, serta tercipta rantai pasok yang sehat dan berkeadilan.

Pemilik Kandang Jati, Agus, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga ayam tingkat peternak. “Terima kasih dan apresiasi kepada Ditjen PKH atas respon cepat dalam mengatasi situasi. Terima kasih telah menyerap ayam-ayam jumbo kami dengan harga layak,” katanya. (INF)

BENARKAH KONSUMSI ROKOK MASYARAKAT KELAS BAWAH MELEBIHI KONSUMSI TELUR?

Daging dan telur ayam, sumber protein hewani. (Foto: Istimewa)

Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menyebutkan jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang. Sekitar 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun. Di sisi lain, mereka hanya sedikit mengonsumsi telur dan daging ayam.

Tulisan ini tidak bertujuan menghakimi para perokok, tetapi didasarkan untuk mengungkap fakta dan data bahwa uang masyarakat Indonesia yang dibelikan “candu” berupa rokok jauh lebih besar dibandingkan untuk kebutuhan konsumsi telur maupun daging ayam.

Yang membuat miris, jumlah perokok yang cukup besar berasal dari kalangan masyarakat yang notabene termasuk kelompok masyarakat miskin. Kok, bisa?

Data Badan Pusat Statistik (BPS), per 2023, proporsi perokok Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah sebanyak 28,62%. Jumlah tersebut diproyeksi akan terus bertumbuh.

Mengutip dari GoodStats, World Health Organization (WHO) membuat proyeksi ini berdasarkan data prevalensi merokok yang tersedia di 165 negara. WHO menyebutkan bahwa jumlah perokok di Indonesia diprediksi mencapai 38,7% dari total penduduk pada 2025. Adapun angka tersebut hanya menghitung jumlah perokok berusia 15 tahun ke atas.

Data ini mengungkapkan, Indonesia menduduki urutan kelima negara dengan proporsi perokok terbanyak di dunia, di bawah Nauru, Myanmar, Serbia, dan Bulgaria. Namun WHO hanya menghitung data perokok yang menggunakan produk dengan kandungan tembakau, baik yang berasap atau tidak, dengan frekuensi pemakaian setiap hari atau hanya kadang-kadang.

Di sisi lain, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai sekitar 70 juta orang dan 7,4% di antaranya masih berusia 10-18 tahun.

Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3% (2016) menjadi 19,2% (2019). Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5%), diikuti usia 10-14 tahun (18,4%).

Sekarang bandingkan dengan tingkat konsumsi makanan sehat, seperti konsumsi telur dan daging ayam. Berdasarkan data BPS Maret 2024 (data terakhir yang dirilis BPS, red), terdapat perbandingan yang membuat prihatin antara konsumsi telur dan daging ayam dengan konsumsi rokok.

Menurut data BPS tersebut, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di dalam negeri, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

Pertama adalah beras yang memberi sumbangan terbesar, yakni 21,84% di perkotaan dan 25,93% di perdesaan. Kemudian rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua, yakni 11,56% di perkotaan dan 10,90% di perdesaan. Sementara untuk komoditas daging ayam ras hanya 4,25% di perkotaan dan 2,86% di perdesaan, serta telur ayam ras sebesar 4,21% di perkotaan dan 3,36% di perdesaan.

Candu Rokok Sudah “Bersemayam”
Dari sisi gizi, data BPS di atas sungguh miris. Bagaimana bisa kelompok masyarakat miskin justru lebih mementingkan “membakar uang” (baca: merokok) ketimbang memberi makanan bergizi untuk keluarganya?

Fenomena konsumsi rokok jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging ayam mendapat perhatian dari para pakar. Pakar gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD, menyebutkan bahwa fenomena semacam ini sulit diterima akal sehat. Kebutuhan asupan gizi untuk keluarga dikalahkan kebutuhan rokok yang hanya jadi candu.

“Bisa dibayangkan kalau dalam sehari orang menghabiskan Rp 20 ribu untuk membeli rokok, maka dalam sebulan Rp 600 ribu dibakar begitu saja. Kalau dibelikan telur, dengan asmusi Rp 30 ribu, maka sebulan dia bisa beli 20 kilogram telur. Keluarga sehat, gizi terpenuhi, rumah juga bersih tanpa asap rokok,” jelas Yuny.

Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini berpendapat, perputaran uang untuk membeli rokok hanya akan berputar pada pabrik rokok dan cukai ke negara saja. Mereka yang menikmati keuntungan sangat besar, sementara para perokok mendapat titipan zat berbahaya yang bersarang di dalam tubuhnya.

Berbeda dengan itu, untuk konsumsi telur atau daging ayam perputaran uangnya sangat luas. Mulai dari petani jagung dan bahan pakan lain, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha restoran, usaha pemotongan hewan beserta jalur pasar yang mereka lewati melibatkan banyak pelaku usaha.

“Artinya kalau semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk telur atau daging ayam akan mempunyai daya ungkit bagi usaha yang terlibat dan akan membuka lapangan kerja yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan uang yang berputar untuk membeli rokok,” ungkapnya.

Yuny tak sependapat dengan anggapan peningkatan daya beli rokok masyarakat berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan. “Sederhananya, masyarakat yang konsumsi rokok atau yang makan telur yang akan meningkatkan produktivitas? Jadi tidak ada hubungannya antara biaya pulsa yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan,” tambahnya.

Ia berargumen, kalangan perokok sangat sulit untuk mengurangi jatah rokoknya, apalagi untuk berhenti total. Karena candu rokok sudah “bersemayam” dalam tubuh, maka ada orang yang berpinsip “tidak apa tidak sarapan, asal tiap pagi bisa merokok.”

Bahkan sampai yang tidak punya uang sekalipun, para perokok berat akan mencari jalan lain untuk bisa mendapatkan rokok, entah dengan meminta ke teman, utang ke warung, bahkan ada yang nekat mengambil tanpa izin alias mencuri.

“Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan kebiasaan sebagian masyarakat kita yang memang lebih memilih untuk tetap merokok, bagaimanapun kondisinya,” ucap dia.

Risiko SIDS
Sebagai peringatan untuk orang tua yang perokok, meski sudah sering diperingatkan, merokok di dalam rumah yang terdapat anak kecil sangat besar risikonya. Kementerian Kesehatan dalam rilisnya menyebutkan, pada anak-anak paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko Sudden Infant Death Syndromes (SIDS) hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak merokok.

Risiko SIDS ini bisa berakibat fungsi paru menurun, penyakit pernapasan, kanker, gangguan ginjal, hingga infeksi telinga. “Kebiasaan merokok juga menyebabkan stunting. Karena nilai nutrisi keluarga itu bisa teralihkan akibat pembelian rokok oleh bapaknya,” tulisnya dalam rilis tersebut.

Anak-anak mempunyai hak untuk tumbuh di lingkungan yang bebas dari dampak berbahaya tembakau. Upaya tanpa henti dari industri tembakau untuk memikat generasi muda pada produk mereka merupakan serangan langsung terhadap hal ini.

Keluarga dengan kepala rumah tangga perokok aktif, pemenuhan kebutuhan nutrisi cenderung harus berlomba dengan pemenuhan konsumsi rokok. Sering kali kebutuhan nutrisi menjadi tersingkir, mengingat harga rokok saat ini mahal dan kebutuhan beberapa bahan makanan pokok dan lauk pauk juga bisa naik turun.

Secara perhitungan bila harga rokok mahal tentu akan dapat mengurangi pengeluaran yang ditujukan untuk konsumsi makanan sehat. Padahal tubuh membutuhkan asupan nutrisi seimbang guna mempertahankan imunitas, kesehatan, dan kebugaran.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berkurang pada anak dapat menganggu tumbuh kembangnya. Jika itu terganggu, bisa mengakibatkan stunting. Selain itu juga dapat mengganggu kesehatan anggota keluarga yang lain.

Dampak lebih lanjut adalah ketika anak-anak mengalami gangguan tumbuh kembang, tentu berdampak pada masa depan mereka. Kualitas generasi penerus salah satunya berasal dari nutrisi seimbang. Bila tumbuh kembang terganggu, kualitas generasi penerus menjadi turun. Kemampuan intelektual, kemampuan kerja, dan produktivitas menjadi faktor penting yang perlu dikawatirkan, ketika asupan nutrisi kurang.

Selanjutnya, kondisi ini dapat mendorong munculnya kasus-kasus kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan. Dampak kurangnya asupan nutrisi juga dapat menyebabkan tingginya risiko kematian pada bayi dan anak.

Kepala rumah tangga yang seorang perokok, kesehatannya juga sedikit demi sedikit akan digerogoti oleh racun rokok. Bila akhirnya sakit, akan menjadi beban keluarganya yang tentunya mengancam perekonomian hingga pemenuhan asupan makan bernutrisi untuk keluarga. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SALMONELOSIS DAN BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIKA

Infeksi salmonela pada unggas menyebabkan kerugian. (Foto: Istimewa)

Dalam budi daya peternakan unggas tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya infeksi, baik itu viral, bakterial, maupun parasit. Salah satu infeksi pada unggas yang bisa muncul adalah salmonelosis.

Salmonelosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, yang bisa terjadi pada ternak dan manusia. Ditandai dengan terjadinya peradangan pada usus dengan gejala berupa diare, kelemahan fisik, dan bisa mengakibatkan terjadinya kematian pada ternak ataupun manusia bila tidak segera dilakukan pengobatan yang tepat.

Salmonelosis bisa terjadi pada ternak ayam dan dikenal dengan nama populer berak kapur karena gejala klinisnya pada ayam yang terserang, tinjanya berwarna putih seperti kapur. Tinja umumnya lembek dan mengeras seperti kapur saat sudah mengering dan lengket pada lantai kandang.

Kemudian bulu ayam di bawah ekor di seputar kloaka sering ditemukan basah dan kotor berwarna putih akibat lengketnya tinja yang agak encer seperti pasta. Ayam yang sakit mudah teramati dari bawah ekornya yang kotor dan bulu di bawah ekornya kerap melengket. Tinja juga mudah teramati menempel pada pilar-pilar kandang ayam. Pilar kandang tampak menjadi tebal dan berwarna putih.

Agen Penyebab
Salmonelosis pada unggas disebabkan oleh bakteri Salmonella enteritica subs enterica serovar Typhimurium atau dikenal dengan nama Salmonella typhimurium. Bakteri ini juga banyak sekali serovarnya dan merupakan salah satu penyebab food borne disease, penyakit infeksius yang menular ke manusia dari makanan bersumber produk hewan. Tidak kurang dari 15% kasus salmonelosis pada manusia disebabkan oleh Salmonella typhimurium (Scallan E, 2011).

Kasus salmonelosis di Amerika Serikat pada manusia yang pernah tercatat dari 1 juta orang alami diare ada sebanyak 20.000 orang dan 400 orang meninggal setiap tahunnya akibat salmonelosis. Kerugian akibat salmonelosis mencapai angka USD 3,3-4,4 juta.

Permasalahan dalam global health untuk salmonelosis adalah kecenderungan timbulnya resistansi Salmonella spp. terhadap antibiotika pada hewan maupun manusia. Pemakaian antibiotika yang sembarangan mengakibatkan semakin banyak serovar baru ditemukan untuk Salmonella spp. Telah timbul resistansi yang menyebabkan semakin sulitnya pengobatan infeksi salmonelosis dan diperlukan upaya mencari antibiotika yang sesuai untuk pengobatan infeksi Salmonella spp pada manusia akibat salmonelosis.

Pullorum dan Epidemiologisnya
Berak kapur atau pullorum menyerang semua jenis unggas. Infeksi bisa terjadi pada saat ayam mulai... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Ahli Pertama
Balai Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Purna Tugas di Kota Banjarbaru

DAMPAK DAN UPAYA MEREDAM STRES PANAS PADA AYAM

Mekanisme unggas melepaskan panas. (Foto: Istimewa)

Unggas termasuk ayam petelur, pedaging, dan pejantan merupakan hewan berdarah panas (homoiterm). Pada saat dewasa unggas akan mampu mempertahankan suhu tubuhnya terhadap lingkungan. Saat suhu lingkungan tinggi, unggas akan berusaha menurunkan suhu tubuhnya, pun demikian sebaliknya saat suhu lingkungan rendah (dingin) tubuh unggas akan berusaha menaikkan suhu tubuhnya. Suhu tubuh unggas yang ideal berkisar 40,6-41,7° C.

Suhu Lingkungan Semakin Panas
Tahun 2024 secara resmi tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Ini juga menjadi tahun pertama dalam sejarah dimana suhu rata-rata bumi melampaui 1,5° C di atas tingkat praindustri (Kompas.com).

Selama tahun kemarin berbagai rekor global lainnya juga terpecahkan. Peneliti mencatat peningkatan signifikan pada kadar gas rumah kaca di atmosfer, suhu udara, serta suhu permukaan laut. Suhu rata-rata global di 2024 mencapai 15,10° C, yakni 1,6° C lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada periode referensi praindustri (1850-1900). Angka ini juga 0,72° C lebih tinggi dibandingkan suhu rata-rata bumi dari 1991-2020. Sejak 1967, suhu rata-rata global terus meningkat, memuncak pada rekor panas di 2024.

Bagaimana suhu di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat hasil pengamatan periode 22-29 September 2023, suhu maksimum harian di beberapa wilayah Indonesia mencapai 35-38° C pada siang hari.

Dampak Peningkatan Suhu terhadap Unggas
Unggas (ayam) adalah hewan berdarah panas yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada saat suhu lingkungan meningkat maka ayam akan berusaha beradaptasi dan menjaga suhu tubuhnya tetap ideal. Tentu ini membutuhkan effort besar, yang sedikit banyak berpengaruh terhadap produktivitas maupun performa ayam.

Dampak paling fatal adalah kematian (sudden death). Hal ini terjadi pada saat ayam sudah tidak bisa mempertahankan suhu tubuhnya. Saat suhu lingkungan tinggi, kelembapan tinggi, dan tidak ada pergerakan angin (kecepatan angin) maka ayam akan mengalami stres panas (heat stress). 

Upaya Unggas Mempertahankan Suhu Tubuh Ideal
Suhu yang dirasakan tubuh ayam (suhu efektif) sangat dipengaruhi suhu lingkungan, kelembapan udara, dan kecepatan angin. Ketiga faktor ini... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt 
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MEREDAKAN STRES PADA UNGGAS

Tubuh unggas yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. (Foto: Istimewa)

Unggas sering mengalami stres akibat meningkatnya suhu ruangan kandang yang dapat menjadi masalah terutama pada pemeliharaan unggas di daerah tropis. Stres panas ini akibat unggas mengalami kesulitan dalam membuang panas tubuhnya ke lingkungan, karena unggas tergolong hewan homeotermik (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat dan hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu (Budianto et al., 2017).

Pada unggas yang berusia tua, heat stress menimbulkan efek yang lebih besar ketimbang unggas yang masih muda, hal ini terjadi karena unggas tua telah memiliki bulu yang sempurna sehingga mempersulit laju pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, tubuh yang lebih besar memengaruhi jumlah panas tubuh yang dihasilkan. Kondisi stres karena temperatur dingin maupun panas akan mengakibatkan peningkatan proses metabolik tubuh sehingga akan memengaruhi aktivitas hormonalnya, khususnya pada kondisi yang sangat ekstrem (Hayashi et al., 1992).

Cara pemberian pakan baik secara forced-fed maupun adlibitum-fed, akan memberikan pengaruh potensial adanya stres pada unggas. Unggas yang stres akan memproduksi hormon kortikosteron. Hormon yang berasal dari kelenjar adrenal tersebut merupakan obat alami bagi ayam untuk mengurangi rasa stres.

Tetapi ada efek samping yang bisa mengancam kesehatan unggas itu sendiri. Dimana unggas akan melepaskan glukosa ke dalam sistem peredaran darah saat merasa stres yang akan menurunkan cadangan gula di dalam otot dan hati ayam, sehingga terjadi perubahan sistem hormon. Perubahan hormon juga mampu meningkatkan produksi zat radikal bebas di dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke dalam tubuh ayam ikut terganggu.

Pada kondisi stres, usus juga bisa mengalami perubahan tingkat pH dan memicu ketidakseimbangan mikroorganisme sehingga unggas mudah terserang berbagai penyakit pencernaan.

Stres akan memicu perubahan perilaku, produktivitas menurun, serta imunitas melemah dan akibatnya unggas rentan terserang berbagai macam penyakit. Mengenali gejala stres pada ayam dari perilaku yang tak biasa, seperti ayam mondar-mandir tanpa arah, gelisah, tidak nyaman, hingga peningkatan agresi. Ayam yang stres dapat memicu kanibalisme dan melukai ayam lainnya.

Ada beberapa gejala klinis pada unggas yang sedang stres, antara lain feses berair dan lembek, sesak napas, ayam sering menyendiri, produksi telur menurun signifikan, bentuk telur tidak normal, bulu mudah rontok, dan nafsu makan menurun.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari stres pada unggas antara lain:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manganer
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

MENGATASI HEAT STRESS PADA UNGGAS DENGAN ASAM AMINO

Heat stress adalah kondisi dimana terjadi masalah pada termoregulasi dikala unggas menerima atau memproduksi panas yang lebih tinggi dibandingkan yang bisa dikeluarkan. Ini berarti terjadi keseimbangan negatif (negative balance) antara jumlah energi yang mengalir dari tubuh hewan ke lingkungan (Lara and Rostagno, 2013).








PT SUPER UNGGAS JAYA SUKSES MELEBARKAN SAYAP KE TIMOR LESTE

Jumat (22/11), menjadi hari yang bersejarah bagi PT Super Unggas Jaya (Suja) karena mereka resmi melebarkan sayap pemasarannya ke negara tetangga yakni Timor Leste. Seremonial pelepasan ekspor berlangsung di rumah pemotongan ayam milik perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.






YEAVITA: PROBIOTIC OF SACCHAROMYCES CEREVISIAE

Probiotic of Saccharomyces cerevisiae to imporve the feed digestability and reduce watery stool occurrence.



WASPADALAH! KONTEN VIDEO MAKAN AYAM YANG MENYESATKAN

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Video singkat tentang konsumsi ayam ras berdampak pada pria jadi lemah gemulai seperti perempuan sedang viral di media sosial. Kontennya meresahkan masyarakat dan merugikan dunia peternakan ayam ras.

Dunia peternakan ayam kembali dihebohkan oleh unggahan di media sosial yang menyebutkan makan daging ayam dianggap berbahaya karena kandungan lisin dan metionin sitentik. Konten video berdurasi kurang dari satu menit itu jelas-jelas berisi kampanye negatif.

Iwan Benny Purwowidodo, “aktor” dalam konten video tersebut menjelaskan secara ngawur dan menyesatkan. Dia mengaku sebagai sarjana peternakan, namun justru salah dalam menjelaskan tentang ayam broiler. Artinya, orang ini tidak paham dengan dunia peternakan, khususnya ayam.

Kampanye negatif Iwan memicu reaksi banyak kalangan, terutama para pelaku bisnis di peternakan ayam dan penelitinya. Masyarakat awam yang menonton video pendek ini dikhawatirkan akan terpengaruh dengan konten yang dianggap berbahaya.

“Video ini harus segara di-counter. Kalau tidak bisa membuat masyaraat bingung dan merugikan dunia peternakan ayam,” ujar Prof Dr Ir Budi Tangendjaja, peneliti senior bidang peternakan sekaligus pakar di bidang pakan ternak, kepada Infovet.

Menurut Budi, jika masyarakat “termakan” dengan apa yang disampaikan dalam konten video ini, maka bisa takut makan daging ayam sebagai sumber protein hewani. Ujung-ujungnya, bisa merugikan para peternak. Bahkan bisa merugikan negara, karena peternakan merupakan salah satu pilar ekonomi nasional.

Budi Tangendjaja

Banyak versi reaksi yang beredar di masyarakat terkait munculnya video ini. Ada yang menduga ini hanya “ngawur yang kebangetan” pengisi konten videonya karena dangkal ilmu. Ada juga yang menduga ini beraroma politis terkait program makan gratis dari pemerintah. Konten video ini dianggap untuk menggiring opini, agar lauk dalam program makan gratis tidak menggunakan daging ayam, tapi diganti dengan lauk lain.

“Dulu juga pernah ada kampanye yang menyesatkan macam ini, katanya ayam disuntik hormon dan berdampak laki-laki jadi kayak perempuan, dan isu negatif lainnya. Jadi memang sering orang bikin kampanye sesat soal telur dan daging ayam,” ungkap Budi.

Menurutnya, sejak dulu orang makan daging dan telur ayam ras sering diributkan, mulai dari isu suntik hormon, ada antibiotik, dan lainnya. Banyak kampanye negatif yang berseliweran yang dilakukan orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada perkembangan genetik ayam selama 100 tahun lebih.

“Mereka tidak paham bahwa ilmu genetik dan ilmu nutrisi itu terus berkembang dan berubah. Mereka hanya mengira ayam cepat besar dan banyak telur itu gara-gara disuntik hormon. Akibatnya, muncullah kampanye negatif bahwa pakan ayam itu jelek dan dianggap berbahaya,” ujarnya.

Di sinilah perlunya mendidik konsumen agar paham bahwa ayam dan telur itu adalah makanan sehat, bernutrisi tinggi, dan harga terjangkau. Konsumen perlu diberi pemahaman agar tidak terpengaruh dengan kampanye negatif yang berseliweran di banyak platform media sosial.

Dokter Perlu Diedukasi
Menurut Budi, ketidaktahuan perkembangan dunia peternakan ayam ras tak hanya dialami oleh masyarakat awam. Tetapi, di kalangan orang berpendidikan tinggi dan aktif di dunia kesehatan pun banyak yang belum paham.

“Yang memprihatikan, masih banyak juga dokter yang terpengaruh dan berpikiran keliru tentang daging dan telur ayam. Masih ada dokter-dokter yang mengatakan bahwa ayam broiler itu jelek dan jangan dimakan,” ujarnya.

Para dokter manusia ini tidak mengerti apa yang terjadi pada perkembangan dunia peternakan ayam dan dengan mudah terpengaruh oleh kampanye negatif. Celakanya, para dokter kerap memberikan informasi yang salah kepada pasiennya. Mereka melarang pasiennya untuk tidak mengonsumsi daging ayam broiler, namun tidak memiliki dasarnya.

“Dokter-dokter ini harus dididik agar tahu apa yang terjadi pada ayam broiler yang sudah berkembang sejak 100 tahun lalu, bagaimana ilmu genetika berkembang, dan bagaimana nutrisi yang terkandung pada pakan, sehingga menghasilkan ayam yang ada sekarang ini,” ungkapnya.

Pasalnya, omongan dokter sangat berpengaruh pada pasiennya dan juga pada masyarakat. Maka, dokter manusia perlu diberikan pemahaman bahwa ayam broiler tidak ada hubungannya dengan suntik hormon dan suntik antibiotik. Jadi salah besar jika ada yang menyebut konsumsi daging ayam broiler bisa berkibat laki-laki menjadi gemulai seperti perempuan.

“Jadi harus dijelaskan bahwa ayam broiler cepat tumbuh besar karena murni gara-gara genetika, yaitu melalui proses seleksi dan pengetahuan nutrisi yang makin berkembang, sehingga kita bisa memberikan pakan pada ayam dengan nutrisi yang benar,” ungkapnya.

Lisin dan metionin yang diceritakan oleh Iwan Benny Purwowidodo dalam konten video di media sosial itu dijelaskan secara ngawur, makanya jadi kampanye negatif. Menurut Budi, penggunaan lisin dan metionin sudah puluhan tahun. Pemakaian metionin sudah dijalankan sejak 1950-an. Untuk memberikan pakan ayam itu dibutuhkan 20 jenis asam amino yang esesnial dan non-esensial. Asam amino itu yang dipakai untuk membentuk telur dan daging ayam. Asam amino itu harus diperoleh dari makanan.

“Kebutuhan protein yang begitu banyak dalam pakan, maka dengan penemuan asam amino sintetik, baik itu lisin dan metionin, bisa mengurangi protein di dalam pakan ayam. Sehingga lebih efisien,” terangnya.

Nutrisi Pakan Ayam
Sebagai pakar perunggasan, wajar jika Budi geram dengan konten video kampanye negatif tentang ayam. Sebab, yang bicara di video tersebut mengaku sebagai sarjana peternakan, tapi sama sekali tidak paham dengan daging ayam.

“Kalau memang benar dia sarjana peternakan, mestinya tahu dong tentang perkembangan ternak ayam. Ini malah bikin konten video yang ngawur,” ucapnya.

Budi mengakui, masih banyak orang-orang yang kuliah di fakultas peternakan tetapi tidak mempelajari secara mendalam. Mereka hanya belajar “kulit-kulitnya” saja. Akibatnya, saat menjelaskan tentang daging ayam jadi keliru. Itulah fakta yang terjadi.

Pakan ayam yang diproduksi pabrikan banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan ayam. Tidak ada hubungannya dengan estrogen yang dimakan oleh manusia, lalu dianggap berdampak pada gemulainya laki-laki seperti perempuan. Maka itu, menurut Budi, konten video kampanye negatif yang viral ini benar-benar teori yang tidak jelas dan tidak berdasar.

Peneliti senior ini mengimbau agar masyarakat jangan terpengaruh dengan pernyatan yang ada dalam video kampanye negatif yang tersebar di media sosial. Daging ayam dan telur adalah makanan sehat dan sangat baik untuk kesehatan manusia.

“Maka itu, ini ada maksud apa di balik pembuatan konten video soal ayam broiler dan disebar di media sosial. Padahal, ayam ras ini kan sudah berkembang sejak tahun 1950, kok masih muncul pemikiran-pemikiran yang negatif seperti ini, ini aneh,” ungkapnya.

Yang harus dilakukan masyarakat dalam menyikapi seringnya muncul kampanye negatif di media sosial seputar ayam broiler, masyarakat harus dididik dan diberikan informasi yang tepat. Termasuk dokter-dokter manusia, harus diberikan pemahaman tentang perkembangan peternakan ayam broiler.

Pendamping ASI
Viralnya video yang diunggah Iwan Benny Purwowidodo di media sosial tersebut juga mengundang reaksi dari pakar nutrisi dr RR. Ratih Dewanti Sari dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah. Menurutnya, daging ayam ras dan telur merupakan sumber protein hewani yang sehat dan dibutuhkan tubuh. Dengan harga yang terjangkau, kebutuhan nutrisi masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Telur dan daging ayam sangat baik dikonsumsi kaum ibu hamil dan menyusui. Selain murah, kandungan gizi dalam sebutir telur sangat bermanfaat bagi pertumbuhan janin di dalam kandungan, maupun anak balita dalam mencegah terjadinya stunting.

Ratih Dewanti Sari

Ahli nutrisi ini menyebut, kampanye negatif tentang konsumsi daging ayam ras dan telur sudah sering terjadi. Bisa berdampak buruk, jika tidak segera dinetralisir. “Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Menurutnya, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai makanan pendamping air susu ibu (ASI) sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya mengonsumsi makanan padat.

Sedangkan daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa mengonsumsi daging dan telur ayam ras jelas sangat baik bagi tubuh, tak perlu takut dan terpengaruh dengan banyaknya konten video yang berisi kampanye ngawur soal dua protein hewani tersebut. Selama konsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan, tetap sehat. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

POTRET DINAMIKA PENYAKIT UNGGAS 2024

Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. (Foto: Andrew Skowron/Open Cages/thehumaneleague)

Seperti tahun-tahun sebelumnya, di 2024 industri perunggasan Indonesia menghadapi sejumlah tantangan terkait penyakit yang dapat mengancam aspek kesehatan hewan dan kesejahteraan peternak. Penyakit, merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi peternak. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Penyakit yang Mendominasi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam memprediksi dinamika penyakit unggas, perlu pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Melalui Global Protection Services (GPS), Ceva rutin melakukan monitoring dan surveilans untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang paling mendominasi sektor perunggasan. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS. Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2024. Dimana Ceva rutin mengunggahnya di website mereka secara berkala setiap bulan sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum untuk mengaksesnya.
 
Di 2024 dicatat beberapa penyakit unggas yang menjadi ancaman utama bagi industri ini. Berdasarkan laporan dari Ceva, penyakit yang paling banyak dilaporkan meliputi CRD kompleks, CRD, infectious bronchitis (IB), newcastle disease (ND), heatstroke, coccidiosis, AI H9, coryza, gumboro, dan mycotoxicosis. Penyakit-penyakit ini mencakup sekitar 72% dari keseluruhan laporan penyakit unggas yang diterima Ceva sepanjang 2024. Untuk broiler, CRD kompleks, IB, dan coccidiosis mendominasi laporan, sementara pada layer penyakit seperti CRD, ND, dan coryza sering dilaporkan.

Ia melanjutkan, penyebaran penyakit unggas dapat dipengaruhi berbagai faktor. Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan virus atau bakteri sering terjadi secara bersamaan, memicu komplikasi yang lebih parah. Di antaranya infeksi saluran pernapasan yang melibatkan beberapa virus dan bakteri dapat memperburuk kondisi ayam, sehingga penting bagi peternak melakukan vaksinasi lengkap guna menjaga integritas saluran pernapasan ayam.

Selain itu, manajemen yang kurang tepat seperti ketidakmampuan dalam mengantisipasi... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MAKAN DAGING AYAM BISA PENGARUHI HORMON LAKI-LAKI? INI FAKTANYA

Ilustrasi daging ayam. (Foto: Istimewa)

Belakangan ini beredar video yang menyebutkan bahwa pemberian nutrisi seperti lisin dan metionin pada pakan ayam bisa meningkatkan hormon estrogen pada ayam dan memengaruhi hormon anak laki-laki yang mengonsumsi daging ayam. Namun, kabar tersebut tidaklah benar dan tidak didukung bukti ilmiah.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin, dalam keterangan resminya menyatakan bahwa lisin dan metionin adalah zat penting yang diberikan pada ayam untuk membantu pertumbuhan dan produksi, seperti pembentukan otot dan kesehatan tubuh. Menurutnya, zat ini tidak ada hubungannya dengan peningkatan hormon estrogen pada ayam.

Ia menjelaskan, estrogen adalah hormon alami yang memang ada pada ayam betina, terutama untuk membantu proses bertelur. Namun, pada ayam pedaging (broiler) yang banyak dikonsumsi biasanya dipanen saat usianya masih muda, yaitu sekitar 4-6 minggu. Pada usia tersebut, kadar hormon estrogen di tubuh ayam masih sangat rendah.

“Daging ayam yang kita makan mengandung hormon estrogen yang sangat kecil, tidak cukup untuk memengaruhi kesehatan atau hormon manusia, termasuk anak laki-laki,” kata Nuryani di Kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Hal senada juga diungkapkan oleh pakar kesehatan masyarakat veteriner Denny Widaya Lukman, bersama ahli unggas Antimon Ilyas, dan pakar fisiologi biokimia Ronald Tarigan. Ketiganya menegaskan bahwa pemberian lisin dan metionin pada ayam tidak menyebabkan peningkatan kadar hormon estrogen.

Sementara itu menurut Guru Besar SKHB IPB University, Prof Wayan Teguh Wibawan, juga menanggapi demikian. "Itu ngarang dan tidak saintifik," sebutnya.

Oleh karena itu, pihak pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang belum terbukti.

“Semua proses produksi ayam termasuk pemberian pakan, diawasi dengan ketat untuk memastikan keamanan pangan. Jadi, daging ayam yang beredar di pasaran aman untuk dikonsumsi,” tambah Nuryani.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa pemberian lisin dan metionin pada pakan ayam tidak meningkatkan hormon estrogen pada ayam. Kabar bahwa daging ayam memengaruhi hormon anak laki-laki hanyalah hoaks yang tidak didukung fakta ilmiah.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi daging ayam sebagai sumber protein yang sehat," tukasnya. (INF)

EVALUASI DAN PREDIKSI PENYAKIT UNGGAS

Grafik 1. Evaluasi kejadian penyakit selama 2024 yang dirangkum dari laporan tim Romindo di seluruh Indonesia.

Tahun 2024 adalah tahun yang penuh warna dimana merupakan tahun politik, diawali dengan gegap-gempitanya Pilpres yang akhirnya melahirkan pemimpin baru di Indonesia. Kebijakan untuk menjadi negara yang berswasembada pangan dan makan siang gratis menjadi jargon utama dalam kampanye yang harus ditindaklanjuti setelah memenangkan gelaran Pilpres.

Pekerjaan Rumah besarnya adalah mampukah kebijakan tersebut terlaksana di tengah masih carut marutnya kebijakan harga live bird dan telur yang dirasakan para peternak yang telah menjadi pahlawan gizi?

Belum lagi tantangan lapangan berupa penyakit yang tiada henti mendera. Bobot badan yang menjadi target terasa sulit untuk dicapai karena challenge lapangan berupa penyakit dan iklim. Begitu juga tantangan pada produksi telur, yang apabila digambarkan naik turun seperti gelombang (lihat Grafik 1).

Di segmen broiler, pada April sampai November banyak dilaporkan kasus yang disebabkan oleh virus, antara lain avian metapneumovirus (AmPV), newcastle disease (ND), dan IBD. Sedangkan kasus bakterial yang marak terjadi adalah kolibasilosis, chronic respiratory disease (CRD), dan coryza.

Adanya fenomena El Nino juga meningkatkan kasus heat stress seperti yang dilaporkan oleh tim Romindo di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga sedikit banyak menunjang peningkatan produk Selisseo 0,1% sebagai solusi heat stress dengan kandungan pure organic selenium 100% dan mampu disimpan di jaringan sebagai cadangan saat dibutuhkan untuk penguraian, penangkapan, dan eliminasi radikal bebas akibat produksi dari heat stress.

Kemudian kasus IBD yang masih banyak terjadi pada broiler perlu evaluasi mendalam sehingga tidak menimbulkan kerugian pada peternak yang sering di dera fluktuasi harga jual. Pemakaian vaksin IBD seawal mungkin yang dilakukan di hatchery mampu mengoptimalkan performa genetik yang terus berkembang dengan menggunakan vaksin BDA Blen. Serta untuk kasus ND menurut analisis penulis yang masih perlu dievaluasi adalah pemberian tambahan vaksinasi ND kill di hatchery dengan Gallimune ND.

Sedangkan pada segmen layer, kasus-kasus bakterial sepanjang 2024 yang dilaporkan antara lain CRD, CRD kompleks, kolibasilosis, fatty liver dan coryza. Menariknya di sini adalah kasus yang disebabkan Mycoplasma sinoviae (MS) yang merebak di lapangan dengan dicirikan adanya gambaran kualitas kerabang kurang baik seperti adanya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manganer
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

PERKEMBANGAN PENYAKIT VIRAL DI LINGKUNGAN KANDANG DAN CARA PENCEGAHANNYA

Ilustrasi ternak ayam broiler. (Foto: Konrad Lozinski/thehumaneleague)

Unggas seperti ayam menjaga suhu tubuhnya pada rentang normal dengan melakukan homeostatis secara terus-menerus sebagai makhluk homoioterm. Walaupun demikian, tubuh ayam memiliki kondisi yang unik dengan tidak memiliki kelenjar keringat serta tubuhnya dipenuhi bulu yang berakibat mereka tidak bisa melepaskan panas seperti makhluk lain yang memiliki kelenjar keringat.

Ayam melepaskan panas dengan cara radiasi (melebarkan sayap), konduksi (kontak langsung dengan benda padat lain bersuhu lebih rendah), koveksi (melalui udara atau air), dan evaporasi (panting).

Namun demikian pada kandang komersil yang suhunya sangat tergantung pada kondisi luar dan terbatasnya gerak akibat kepadatan kandang, pelepasan suhu ini menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, apabila kondisi cuaca cepat berubah (panas dan dingin terjadi ekstrem), terutama pada musim pancaroba seperti sekarang ini, maka ayam dapat lebih mudah stres.

Selain dari fisik ayam sendiri, kondisi pancaroba juga dapat memengaruhi hal-hal lain yang mendukung perkembangan agen penyakit seperti bakteri dan jamur akibat kelembapan yang tinggi. Suhu lingkungan yang ekstrem dari musim kemarau ke musim hujan berperan penting terhadap timbulnya penyakit, sehingga perlunya langka preventif untuk pencegahan penyakit pada ayam.

Hal-hal tersebut muncul dari tahun ke tahun dan menjadi poin penting untuk diperhatikan dalam membudidayakan ayam yang sehat dan bebas penyakit.

Kunci keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari upaya kontrol penyakit. Kontrol penyakit ternak dilakukan untuk efisiensi biaya, baik untuk pengobatan maupun kerugian akibat penurunan produksi.

Manajemen perkandangan dan kontrol populasi, program vaksinasi, pemberian antibiotik dan vitamin, manajamen pemberian pakan dan pengelolaan gudang pakan, serta disinfeksi, merupakan langkah penting untuk diterapkan guna menurunkan angka kejadian penyakit.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam penanganan kasus penyakit ayam adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2024. 

USAHA YANG MEMBUAHKAN HASIL

Peternakan penghasil telur wajib memiliki sertifikat NKV, dimana di dalamnya terdapat bagian dari penerapan biosekuriti. (Sumber: veterinariadigital.com)

Ada peribahasa yang berbunyi "Apapun yang kamu perbuat maka ia akan kembali kepadamu." Dalam semua aspek tentu hal ini akan berlaku, termasuk biosekuriti. Banyak hal baik yang didapat dari aplikasi biosekuriti yang konsisten dan berkesinambungan.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit agar tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, apapun caranya. Dalam aplikasinya terserah kepada masing-masing peternak. Namun karena alasan budget rata-rata peternak abai terhadap aspek biosekuriti.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan.

Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh, Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.

Kusno Waluyo, seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan konsep biosekuriti tiga zona. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup memuaskan, namun Kusno masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Namun begitu, ia enggan bercerita mengenai modal yang dikeluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya. Tetapi dengan sejumlah uang yang digelontorkan, menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.

Kusno mengungkapkan, salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah saat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu, produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi.

“Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati mas, enggak seperti sebelumnya,” ucap dia.

Faktanya, sebenarnya konsep biosekuriti tiga zona yang ramai digalakkan bersama FAO merupakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MEMAHAMI PERAN KRUSIAL BIOSEKURITI

Penerapan biosekuriti merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa ternak. (Foto: Istimewa)

Banyak peternak memandang bahwa biosekuriti adalah barang mahal. Padahal harga yang dibayar merupakan investasi jangka panjang dalam perbaikan manajemen peternakannya.

Biosekuriti Murah, Komitmennya Berubah Mahal
Baik peternak skala besar maupun skala kecil, seharusnya bisa menerapkan biosekuriti secara sederhana. Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, mengemukakan bahwa semakin sederhana suatu farm, konsep biosekuriti yang diterapkan bisa disederhanakan pula.

“Kita punya konsep biosekuriti tiga zona yang sudah lama dipopulerkan oleh FAO, konsep ini harusnya bisa diaplikasikan peternak, dan seharusnya mereka tahu kalau konsep ini bisa disesuaikan dengan budget, hitung-hitung investasi lah,” katanya.

Prof Wayan yang sudah berpengalaman sebagai konsultan perunggasan mengatakan bahwa konsep biosekuriti tiga zona merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa.

Sehingga menurutnya, yang mahal bukanlah biaya dari pengaplikasian biosekuritinya melainkan komitmen dari peternak untuk mau merubah cara beternak dan konsisten dalam menjalankan aplikasi biosekuriti di kandangnya.

“Asal konsep yang diberikan dijalankan, komitmen dari seluruh karyawan tentang kesehatan hewan kuat, bisa kok pasti. Sudah begitu, investasi yang dikeluarkan juga enggak mahal dan bisa berlangsung lama, ini juga akan menghemat budget dari sektor obat-obatan,” jelas dia.

Peternak Bisa Jadi Agen Perubahan
Nyatanya tidak semua peternak saklek dan betah dengan manajemen beternak yang “begitu-begitu saja”. Bambang Sutrisno contohnya, ia merupakan salah satu peternak layer binaan FAO di Desa Kopeng, Semarang, yang mengimplementasikan biosekuriti tiga zona.

“Saya dapat informasi dari peternak lain, dinas, sama FAO sendiri yang waktu itu sedang kampanye... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BIOSEKURITI, MUDAH DIUCAPKAN SULIT DITERAPKAN

Celup kaki, tindakan biosekuriti paling sederhana. (Sumber: feedsandpullets.co.uk)

Biosekuriti, suatu kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk diterapkan. Pada kenyataannya, di Indonesia banyak peternak yang menyesuaikan praktik biosekuriti sesuai budget yang dimiliki alias seadanya.

Tentu hal tersebut bukan salah peternak, karena banyak juga permasalahan lain yang semakin memusingkan peternak, terutama peternak mandiri di era ini. Terlebih dengan disrupsi yang terjadi dan efek buruk menahun yang disebabkan fluktuasi harga sapronak, livebird, dan telur.

Namun begitu, yang perlu digarisbawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan. Suka atau tidak, biosekuriti menjadi salah satu instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan.

Menyamakan Persepsi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof Drh Michael Haryadi Wibowo, pernah berujar bahwa biosekuriti didefinisikan sebagai segala macam upaya untuk mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke dalam suatu area peternakan, agar ternak yang dipelihara di dalamnya bebas dari ancaman infeksi penyakit.

Biosekuriti juga berfungsi agar suatu penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia di dalamnya.

“Jadi apapun upaya pencegahan seperti misalnya vaksinasi ternak atau disinfeksi, melarang orang asing keluar masuk peternakan, semua itu masuk ke dalam definisi biosekuriti. Jadi memang wajib, sudah jadi makanan sehari-hari,” tutur Prof Michael.

Ia melanjutkan bahwasanya dalam benak peternak, biosekuriti itu membuat gerbang besar, semprotan otomatis, ruang mandi, fumigasi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah kaprah di kalangan peternak sampai hari ini.

“Kalau bentuk dan upayanya itu baru yang disesuaikan dengan budget, misalnya mau pakai vaksin ND namun budget terbatas, kan varian produknya banyak, yang murah sampai mahal bisa kita pakai. Yang penting itu jangan sampai enggak divaksin. Disinfektan juga banyak, dari yang pabrikan sampai yang racikan, bisa dipakai buat kandang. Yang penting dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya,” tambahnya.

Jadi menurut Michael apapun yang peternak lakukan selama dasar ilmiahnya benar, sumber dan aplikasinya benar, maka upaya itu boleh dilakukan. Karena ia memahami bahwa tidak semua peternak mampu bermewah-mewahan dalam mengaplikasikan biosekuriti di peternakannya.

Butuh Komitmen dan Konsistensi
Dosen FKH UGM dan konsultan kesehatan unggas, Prof Charles Rangga Tabbu, mengatakan bahwa biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BIOSEKURITI KETAT AYAMKU KUAT

Ilustrasi ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Dalam sebuah diskusi yang memperbincangkan bagaimana upaya memperkecil terjadinya kasus penyakit dan mempertahankan titer antibodi yang terbentuk tetap tinggi, serta mengurangi kejadian superinfeksi dimana titer antibodi terlihat tinggi tetapi ayam tidak masalah.

Dalam diskusi tersebut, fokus diskusi selalu tertuju pada diagnosis penyakit, kerugian yang disebabkan oleh penyakit, jenis vaksin yang sesuai dan program vaksinasi yang ideal. Ternyata, topik diskusi mengenai biosekuriti merupakan topik yang kurang menarik untuk diperbincangkan. Umumnya peternak sudah merasa cukup bila telah melakukan vaksinasi dan/atau pemberian obat maupun vitamin.

Bila terjadi diskusi mengenai biosekuriti, sering kali dilontarkan pertanyaan, apa manfaatnya biosekuriti? Mengapa perlu dilakukan tindakan biosekuriti? Apa yang dimaksud dengan biosekuriti yang ketat? Bagaimana prosedur ideal biosekuriti?

Bila terjadi penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius, idealnya pendekatan penanganan kasus dititikberatkan pada evaluasi biosekuriti. Perlu ditemukan apakah terdapat kekurangan pada tindakan biosekuriti yang telah dilakukan.

Pendekatan analisis biosekuriti misalnya dilakukan pada kasus penyakit gumboro. Pada ayam pedaging, gumboro biasanya menyerang pada titik kritis umur 2-3 minggu. Pada periode ini, titer antibodi asal induk umumnya sudah rendah, sehingga ayam menjadi rentan terhadap virus gumboro asal lapang. Peternak umumnya melakukan satu kali vaksinasi gumboro pada umur 14 hari. Hal ini menjadikan kekebalan yang digertak oleh vaksin dapat tercapai optimal mulai umur 28 dan puncaknya pada umur 35 hari. Oleh sebab itu, bila tindakan biosekuriti kurang optimal, virus gumboro asal lapang dapat menimbulkan penyakit sejak umur 2 minggu. Kasus penyakit akan muncul lebih awal pada anak ayam dengan titer antibodi asal induk yang rendah.

Pada peternakan ayam petelur dengan populasi yang padat, pelaksanaan biosekuriti sangat penting dilakukan. Contoh penyakit yang paling dihindari adalah Mareks. Meskipun anak ayam petelur telah diberikan vaksinasi mareks pada umur satu hari di tempat penetasan, masih diperlukan waktu sampai umur 3 minggu hingga kekebalan terhadap tantangan virus mareks menjadi optimal. Bila proses sanitasi dan disinfeksi kandang starter tidak optimal, infeksi virus mareks dapat terjadi seawal mungkin sebelum kekebalan asal vaksin muncul.

Perlunya biosekuriti yang ketat dikaitkan dengan karakteristik peternakan ayam komersial di Indonesia, yaitu belum adanya perwilayahan dalam budi daya peternakan untuk sektor 1, 2, dan 3. Hal ini dikuatkan dengan lokasi peternakan yang berdekatan dan cenderung berkelompok pada suatu wilayah tertentu. Umur ayam yang sangat bervariasi dalam suatu peternakan, kualitas tata laksana kandang yang kurang, distribusi sapronak dan pronak yang belum memadai, serta jumlah operator yang tinggi.

Mengingat hal tersebut di atas maka berbagai ancaman penyakit yang berasal dari virus, bakteri, parasit, maupun jamur harus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manganer
PT Romindo Primavetcom
0812-8644-9471

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer