Strategi vaksinasi massal ini, lanjutnya, dinilai sangat efektif dan penting dalam pencegahan PMK, serta diharapkan dapat menggertak sistem imunitas pada ternak, apalagi saat lalu lintas ternak sedang tinggi seperti menjelang momen kurban.
"Ini kita ambil jaraknya enam bulan, sangat efektif dan sangat memengaruhi kekebalan pada ternak, semoga di November, Desember, hingga Januari (2026) sudah terbangun kekebalannya. Kita terus upayakan untuk mengantisipasi pergerakan ternak pada saat kurban (2026) yang biasanya itu tujuh bulan sebelumnya sudah banyak lalu lintas ternak," tambahnya.
Dengan periode vaksinasi ini, Agung menyebut penurunan kasus PMK bisa diredam secara signifikan. "Karena itu harus terus kita gaungkan agar peternak juga meningkat kesadarannya untuk melakukan vaksinasi dalam menjaga kesehatan ternaknya. Saya harap akhir tahun nanti tidak ada peningkatan kasus PMK," ucapnya.
Selain itu, pemerintah juga tengah mengupayakan pembagian zona pengendalian PMK, di antaranya Zona Pemberantasan di daerah Pula Jawa dan Lampung yang memiliki populasi dan kasus yang tinggi, kemudian Zona Pencegahan di daerah-daerah yang populasi sapi dan kasusnya cukup rendah seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan NTB, serta Zona Bebas PMK di daerah Maluku dan Maluku Utara, Papua, dan NTT yang sampai saat ini tidak terdeteksi PMK dan tanpa program vaksinasi.
"Saat ini kita juga sudah melakukan permohonan dokumen pengakuan kepada badan kesehatan hewan dunia bahwa Indonesia memiliki daerah yang bebas PMK tanpa vaksinasi dan kita usulkan juga dokumen pengakuan Indonesia memiliki program pengendalian PMK yang terkendali, untuk menuju Indonesia bebas PMK di 2035 mendatang. Sebab ini sangat penting agar subsektor peternakan dan kesehatan hewan tumbuh positif dan mengundang banyak investor," ungkap Agung.
Sementara itu ditambahkan oleh perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal, bahwa dengan pencegahan PMK yang terpadu tentu akan memberikan proteksi terhadap kesehatan ternak, masyarakat, dan menjaga nilai perekonomian serta ketahanan dan stabilitas pangan.
"Hal ini tidak hanya baik bagi indonesia, tetapi juga pada dunia. Maka dari itu kita harus terus melakukan kolaborasi dalam mengendalikan PMK di Indonesia," tukasnya.