-->

BERSUNGGUH-SUNGGULAH SAAT MASA AWAL PEMELIHARAAN

Ayam pedaging dan petelur modern memiliki potensi genetik yang tinggi dan efisien. (Foto: Istimewa)

Ayam petelur maupun pedaging yang dibudidayakan oleh peternak telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik pertumbuhan, produksi telur, maupun efisiensi ransum. Ahli genetik secara periodik melakukan penelitian dan perbaikan performa ayam modern.

Kenali Potensi Genetik Ayam Modern 
Ayam modern memiliki kemampuan pertumbuhan berat badan yang semakin cepat dan semakin efisien.

Ayam pedaging telah mengalami pertumbuhan signifikan, dari sebelumnya berat badan hanya 2.299 gram pada umur 35 hari, saat ini bertambah kurang lebih 395 gram menjadi 2.694 gram. Jika dirata-rata per tahun pertambahan berat badannya kurang lebih 50 gram selama interval 2015-2023.

Selain itu jika diperhatikan pola pertumbuhannya, ayam pedaging semakin lebih cepat tumbuh pada dua minggu pertama masa hidupnya. Hal ini semakin menegaskan begitu pentingnya mencapai target pertumbuhan pada dua minggu awal kehidupan ayam pedaging. Berat badan pada dua minggu pertama yang tidak tercapai akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian berat badan pada minggu-minggu berikutnya, bahkan sampai saat panen.

Lalu bagaimana dengan tingkat efisiensi ransumnya? Selama 8 tahun kebelakang, tingkat konversi ransum (feed conversion ratio/FCR) semakin lebih baik, yaitu kurang lebih 0,114. Ayam pedaging memiliki kemampuan untuk tumbuh semakin cepat dengan tingkat efisiensi ransum semakin baik.

Ayam petelur pun memiliki perkembangan performa yang sangat signifikan, dimana satu ekor ayam petelur ditargetkan mampu menghasilkan 500 butir telur selama masa hidupnya.
Umur produksi ayam petelur semakin lama, diafkir pada umur 100 minggu dengan jumlah produksi telur semakin lebih banyak dan efisiensi ransum semakin lebih baik. Sebuah potensi genetik yang semakin menguntungkan peternak.

Awal Adalah Utama
Begitu pentingnya tercapai pertumbuhan pada dua minggu pertama masa hidup ayam pedaging. Ayam pedaging akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan umur selanjutnya. Dan pencapaian berat badan pada periode ini akan menjadi modal untuk pertumbuhan selanjutnya. Andaikan pertumbuhan berat badan pada dua minggu ini tidak tercapai, maka pencapaian target berat badan pada minggu berikutnya semakin lebih sulit.

Saat dua minggu pertama semua organ penting bagi ayam pedaging tumbuh secara signifikan, mulai dari organ pencernaan, sistem kekebalan tubuh, kerangka dan sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulasi).

Saat lima hari pertama, anak ayam harus mendapatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support - Research and Development PT Mensana

MEMAHAMI KEBUTUHAN AYAM MODERN

Sukses tidaknya budi daya broiler salah satunya dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan pada fase brooding. (Foto: Dok. Infovet)

Perkembangan pesat di sisi genetik harus dibarengi dengan pengaplikasian yang apik dari berbagai aspek. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh setiap pembudidaya agar performa ayamnya maksimal.

Key Account Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, menjabarkan mengenai perkembangan genetik ayam broiler sejak 1950-an hingga kini. Dimana dahulu presentase daging dada yang dihasilkan oleh karkas hanya 11,5%, sedangkan sekarang ini presentasenya meningkat 2,5 kali lipatnya.

Meskipun begitu, kata Amin, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk memenuhi potensi genetik yang luar biasa tersebut. Yang apabila ada satu aspek saja gagal, maka potensi tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus memenuhinya. Karena dalam standar kita, ayam memang diseleksi sedemikian rupa. Oleh karena perkembangan teknologi, maka tata laksana pemeliharaan haruslah tepat,” katanya.

Mulai dari Brooding
Dibutuhkan langkah konkret di lapangan agar performa broiler modern dapat mencapai potensi maksimalnya. Menurut Amin, sukses tidaknya membudidayakan broiler dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan peternak pada fase brooding.

“Prinsipnya brooding adalah sprint bukan marathon, jadi dalam sprint start adalah kunci kemenangan. Kita harus fokus pada hal dasar dan menjalankan detail sebaik mungkin,” ungkapnya.

Aspek pertama yang perlu diperhatikan sebelum chick in menurutnya yakni dari segi sanitasi, disinfeksi, dan istirahat kandang. Semuanya berkaitan dengan kesehatan ayam karena sebelum ayam masuk, kandang dikondisikan harus sebersih mungkin dengan tingkat ancaman infeksius terendah.

Sebab, brooding merupakan periode transisi dimana ayam ditaruh di tempat dengan kondisi suhu yang berbeda dari sebelumnya. Apabila suhu brooding tidak tepat, maka intake pakan dan air minum tidak akan maksimal, kata Amin, perlu dilakukan pre-heating pada sekam setidaknya 48 jam sebelum ayam datang.

“Suhu sekam kalau bisa di-setting pada suhu 32-34° C, di situlah zona nyaman ayam yang kami rekomendasikan. Jika sudah nyaman ayam akan beraktivitas (makan dan minum) secara normal,” jelas dia.

Rekomendasi suhu kandang oleh Cobb dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

KONDISI AWAL DAN EKSPRESI GENETIK

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya yang tidak prima. (Foto: pexels.com)

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

Awal yang baik akan memberikan hasil yang baik. Ternyata, pepatah kuno tersebut juga berlaku pada proses pemeliharaan ayam modern. Pasalnya, kesalahan pada penanganan awal telah terbukti akan mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya yang tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. Tulisan ini berdasarkan pengalaman penulis di lapangan dan didukung beberapa hasil penelitian paling mutakhir.

Berdasarkan pengamatan lapangan, ada tiga masalah yang paling sering mengganggu ekspresi potensi genetik ayam modern, yaitu tingginya faktor stres yang ada, peradangan tali pusar (omphalitis), dan dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebihan). Tulisan ini akan difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan masalah stres.

Stres dan Penampilan Akhir Ayam
Stres merupakan reaksi fisiologis normal ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik terkait dengan lingkungan maupun perlakuan-perlakuan yang diterima oleh ayam. Proses adaptasi ini tentu membutuhkan sejumlah energi tertentu yang akan diperoleh dari sisa kuning telur yang ada, pakan, atau dari cadangan energi lain yang terdapat dalam tubuh ayam dalam bentuk glikogen otot.

Itulah sebabnya dalam kondisi stres yang tinggi, bobot badan ayam sangat sulit mencapai bobot yang sesuai standar, karena sebagian energi digunakan untuk mengeliminasi dampak stres yang terjadi.

Di lain pihak, tingginya faktor stres yang ada, terutama disebabkan oleh proses-proses yang terjadi di lingkungan penetasan, seperti seleksi dan penghitungan DOC, vaksinasi Mareks dan potong paruh (khusus DOC petelur), transportasi, serta kondisi di lingkungan induk buatan, dapat mengakibatkan kondisi umum DOC akan menurun, rendahnya nafsu makan, dan terganggunya penyerapan sisa kuning telur. Selanjutnya, hal ini tentu akan memperparah kondisi ayam secara umum.

Adanya faktor-faktor stres tersebut akan mengakibatkan peningkatan sekresi Adeno Cortico Streroid Hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitari pada otak (Siegel et al., 1999). Salah satu efek utama dari tingginya kadar hormon ini adalah menurunnya laju metabolisme tubuh secara umum, termasuk menurunnya penyerapan sisa kuning telur yang masih ada.
Secara normal, sisa kuning telur yang ada pada DOC akan habis terserap dalam tempo 4-7 hari setelah menetas (hatching). Gangguan pada penyerapan akhir sisa kuning telur ini akan memberikan beberapa efek negatif pada perkembangan ayam selanjutnya, yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024. (toe)

OPTIMALISASI GENETIK AYAM MODERN SEJAK DINI

Berkat kemajuan di bidang teknologi dan seleksi breeding yang baik, ayam ras mengalami perkembangan genetik sangat pesat. (Foto: Istimewa)

Ayam ras jenis pedaging maupun petelur telah mengalami perjalanan sejarah panjang untuk mencapai performa seperti sekarang ini. Lebih dari seabad lalu melalui berbagai proses penelitian dan pemuliaan, dihasilkan ayam ras dengan performa genetik seperti sekarang. Namun begitu, masih ada saja kendala yang menyebabkan potensi genetiknya tidak dapat mencapai performa yang diinginkan.

Didesain untuk Memenuhi Kebutuhan Pasar
Berkat kemajuan di bidang teknologi dan seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam ras mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot badan, sehingga menghasilkan daging lebih banyak yang dapat memenuhi keinginan pasar.

Begitupun dengan ayam petelur modern yang juga didesain untuk kebutuhan produksi. Dengan potensi menghasilkan telur yang bahkan diklaim mencapai 500 butir dalam waktu 100 minggu.

Menurut Ketua Umum GPPU, Achmad Dawami, seleksi genetik broiler yang dilakukan selama ini telah meningkatkan produktivitas. Pada kurun waktu 1960-1970-an, untuk mencapai bobot hidup 1,3 kg membutuhkan masa pemeliharaan selama 84 hari, namun sekarang dengan masa pemeliharaan kurang lebih 38 hari ayam broiler sudah mampu mencapai bobot hidup 2,5 kg.

“Potensi genetiknya memang memungkinkan untuk seperti itu, namun di lapangan sangat jarang peternak yang dapat mencapai potensi genetik maksimal. Oleh karenanya ini masih menjadi PR bersama, soalnya kalau potensi ini dapat dimaksimalkan, produksi kita akan lebih baik dari sekarang,” tutur Dawami.

Ia juga menyebut ke depannya kemungkinan besar ayam broiler masih akan menjadi sumber protein hewani primadona bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Pasalnya harga per gram protein ayam broiler dibanding komoditas daging lainnya adalah yang termurah, sehingga hal ini juga akan berdampak pada tingginya permintaan pasar.

High Performance, High Maintenance
Memang benar dalam urusan performa ayam broiler tidak usah diragukan lagi dari segi pertumbuhan bobot perhari, konversi pakan, serta parameter pertumbuhan lainnya sangat luar biasa. Namun, sebagai kompensasinya aspek kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap stres dari ayam menjadi berkurang.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan. Menurutnya, ayam broiler zaman now memanglah sebuah monster, hal tersebut karena dalam 30 hari saja ayam broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hampir puluhan kali lipat (sejak DOC) hingga fase finisher.

“Betul-betul monster by design, tapi sebenarnya mereka sangatlah rapuh. Rawan stres, rawan penyakit, ini sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa tidak ada makhluk hidup yang superior, pasti ada aspek yang dikorbankan. Butuh intervensi dari manusia agar potensi genetik dari pertumbuhan mereka optimal,” kata Prof Wayan.

Ia menambahkan berbagai fakta dan data bahwa performa broiler yang dipelihara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AIR MINUM BERKUALITAS MENUNJANG PRODUKTIVITAS

Konsumsi air minum dapat menjadi indikasi kesehatan atau baik/buruknya praktik manajemen pemeliharaan. (Foto: Istimewa)

Memasuki musim kemarau, ketersediaan air dan penyediaan air berkualitas kerap bermasalah, padahal ketersediaan air menjadi prioritas pertama bagi peternak setelah kecukupan pakan.

Meskipun potensi air tanah di Indonesia relatif cukup ketersediaannya, dimana sumber air tanah dapat diperoleh dari dua kedalaman, yaitu air tanah dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari permukaan tanah. Air tanah ini sangat mudah dipengaruhi kondisi lingkungan setempat. Hal ini disebabkan karena tidak dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang meresap ke dalam tanah akan langsung menambah air tanah ini.

Sementara untuk air tanah dalam keberadaannya cukup dalam sehingga untuk mendapatkannya harus menggunakan alat bor besar. Air tanah ini berada pada kedalaman antara 40-150 m. Dimana tidak dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat karena dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah ini mengalir dari daerah resapannya di daerah yang bertopografi tinggi.

Peternak di Indonesia umumnya menggunakan sumber airnya dari air tanah yang mempunyai kedalaman 40-60 meter untuk kebutuhan ayamnya. Pilihan peternak ini sangat tepat, karena menurut berbagai sumber yang penulis peroleh bahwa air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup dan sebagai salah satu zat nutrisi dalam tubuh.

Konsumsi air minum dapat menjadi indikasi kesehatan atau baik/buruknya praktik manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera dievaluasi kemungkinan penyebabnya. Beberapa di antaranya yaitu terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum ayam kotor, kualitas air jelek seperti kejernihan dan warna air. Sehingga ketersediaan air berkualitas harus tercukupi di sebuah peternakan karena unggas banyak membutuhkan air, sehingga perlu cadangan air di lokasi peternakan, serta penyimpanan yang tepat sesuai kebutuhan air harian peternakan unggas.

Kebutuhan air yang pertama untuk konsumsi. Konsumsi air yang diperlukan unggas dapat mencapai dua kali lipat dari kebutuhan pakannya atau sekitar 1,8-2 kali (suhu udara 21° C) dari kebutuhan pakan harian. Konsumsi air dapat melebihi bila suhu udara yang terjadi mencapai 30° C.

Kebutuhan kedua untuk penyemprotan/pembersihan kandang (disinfeksi kandang), disinfeksi tempat pakan dan minum, disinfeksi kendaraan peternakan, serta kebutuhan harian karyawan. Sehingga diperlukan air sebanyak dua kali dari konsumsi harian unggas dalam satu peternakan. Unggas mampu bertahan 15-20 hari tanpa pakan, tetapi tanpa air 2-3 hari bisa mati. Begitu pentingnya air, maka perlu diperhatikan kualitas maupun kuantitasnya.
Air memiliki porsi sebesar 50-65% dari massa tubuh unggas dewasa, sedangkan pada DOC  kandungan air mencapai 90% pada masa tubuhnya. Selain sebagai zat nutrisi dalam komponen tubuh, air juga berpengaruh terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom
Jl. DR Sahardjo No. 264
Tebet, Jakarta Selatan
Phone: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net

PENTINGNYA MENJAGA KUALITAS AIR MINUM

Ayam harus dipastikan mendapatkan air minum berkualitas. (Foto: Istimewa)

Technical and Sales Support Manager Neogen, Anthony Pearson, dalam sebuah seminar pernah berkata bahwa menjaga kualitas elemen air minum menjadi penting apabila berbicara esensi hidup ayam. Sama pentingnya dengan membicarakan pakan, nutrisi, dan kebutuhan oksigen.

“Sesuatu dari luar yang masuk ke dalam tubuh ayam secara sengaja (pakan, air minum, obat-obatan) harus dipastikan aman untuk dikonsumsi oleh ayam, kadang kita suka lengah akan hal ini,” tutur Anthony.

Ia melihat di beberapa negara berkembang khususnya di benua Asia dan Afrika, perhatian pembudidaya terhadap kualitas air masih belum mendalam. Padahal, menurutnya air minum yang dikonsumsi oleh ayam diupayakan sama atau mendekati kualitasnya dengan yang dikonsumsi manusia.

Hal tersebut juga disetujui oleh Tony Unandar selaku private poultry consultant, sekaligus Anggota Dewan Pakar ASOHI. Ketika bicara mengenai mikroba pada sistem air minum dan dampaknya pada kesehatan serta performa ayam, itu sama pentingnya dengan aspek lain seperti pakan dan biosekuriti.

Dia mengungkapkan, akibat pelarangan penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) pada pakan, peternak harus lebih memperhatikan kualitas air minum supaya gangguan pada saluran pencernaan jauh berkurang.

Lanjutnya, patogen masuk ke kandang ayam umumnya melalui tiga rute, yakni udara, air, dan pakan. Ketiga hal ini sangat dibutuhkan ayam. Sumber air yang tidak higienis dapat mengandung total coliform, E. coli, dan patogen lainnya yang mengganggu kesehatan ayam.
Bakteri-bakteri bersama alga dalam air akan membentuk koloni yang berwujud biofilm yang semakin lama semakin menebal. Tentunya sangat mengganggu saluran instalasi air minum dan berpotensi menyumbat nipple. Untuk itu monitoring terhadap biofilm harus rutin dilakukan.

“Biofilm sulit diterobos oleh antiseptik biasa. Jika dapat diterobos, berarti antiseptiknya memiliki teknologi dan mekanisme tersendiri. Antiseptik yang mengandung hidrogen peroksida, copper (Cu), dan silver (Ag) menjadi solusi efektif untuk mencegah dan menghancurkan biofilm,” ujar Tony.

Sementara menurut Sales & Marketing Manager dari Intracare BV, Arjan van de Vondervoort, mengungkapkan salah satu cara meningkatkan kebersihan/higiene dan sterilisasi di air minum yang terkontaminasi menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme berbahaya, sehingga dapat menurunkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AIR: UNSUR HAYATI AYAM MODERN

Sumber-sumber air permukaan seperti empang atau danau bekas galian pasir yang banyak ditumbuhi oleh gulma atau alga sangat tidak layak untuk menjadi sumber air minum bagi peternakan ayam modern. Selain pH, kandungan bahan organik dan mikroba yang di luar batas toleransi akan mengganggu kesehatan ayam serta dapat mereduksi performa total ayam.

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta)

Air sangat fundamental sebagai komponen berbagai fungsi fisiologis tubuh dan kinerja produktivitas ayam modern. Di tengah merebaknya gonjang-ganjing perubahan cuaca akibat pemanasan universal (global warming) dan/atau fenomena El Nino, kelangkaan ketersediaan air sebagai salah satu unsur nutrisi menjadi fakta yang tidaklah samar-samar lagi. Sejatinya ayam modern memperoleh air berkualitas secara ad libitum agar mampu mengekspresikan potensi genetiknya secara optimal, namun fakta lapangan kadang kala berbeda. Tulisan singkat ini berjuang meneropong dinamika air pada ayam modern, termasuk dampak fisiologisnya.

Air dan Ayam Modern
Di Inggris, ketersediaan air minum yang cukup tidak hanya untuk mengoptimalkan ekspresi potensi genetik ayam, tetapi juga penting untuk menjamin kesejahteraan ayam itu sendiri, seperti yang diatur dalam Code of Recommendations for the Welfare of Livestock (PB7275). Dengan mengadopsi hal tersebut, maka pemberian air minum bagi peternakan ayam modern perhari sejatinya bersifat ad libitum alias diberikan secukupnya (El-Sabry et al., 2018; 2021; Abbas et al., 2022; Morgado et al., 2022).

Namun pada praktiknya, di lapangan dikenal pembatasan pemberian air minum (water restriction) untuk tujuan tertentu, terutama jika ada keterbatasan sumber-sumber air di peternakan yang bersangkutan.

Jika water restriction dilakukan secara berlebihan, maka ayam akan mengalami kondisi dehidrasi. Ada beberapa gambaran klinis awal yang dapat diamati pada ayam yang mengalami problem dehidrasi, yaitu:

• Bobot badan umumnya tereduksi dan ayam tampak lesu.

• Warna bulu kadang kala tidak homogen, tidak cerah (kusam), kasar, dan cenderung keriting.

• Sisik kaki kering dan cenderung berbentuk cembung atau cekung, tidak rata dan tidak mengilat.

• Turgor (elastisitas) kulit hilang dan kulit cenderung melekat pada jaringan di bawahnya.

• Ayam malas bergerak, mata cekung, dan kelopak mata rata-rata tertutup.

Di sisi lain dalam kondisi tertentu, pemberian air minum secara ad libitum cenderung mempermudah terjadinya wet dropping atau wet litter akibat meningkatnya water intake. Kondisi-kondisi tertentu itu misalnya kadar garam (NaCl) terlalu tinggi dalam air minum atau pakan, kepadatan nutrisi yang tinggi dalam pakan, pada kejadian heat stress yang subkronis sampai kronis, atau bahkan pada kebanyakan pakan pasca non-AGP (antibiotic growth promotor) juga menampilkan problem wet dropping, karena terjadinya dysbiosis secara subkronis bahkan kronis (Leeson et al., 2000; Viola et al., 2009).

Pasca pakan non-AGP di beberapa negara Eropa, Collett (2012), melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi gangguan saluran pencernaan dengan gejala klinis wet dropping yang selanjutnya dapat mengakibatkan peningkatan prevalensi gangguan pernapasan dan lesi pada telapak kaki.

Larbier & Leclerq pada (1992), mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk dinamika air dalam tubuh ayam pada kondisi normal (zone of thermal-neutrality) seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024. (toe)

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM UNTUK PERFORMA MAKSIMUM

Distribusi dan kuantitas air harus cukup untuk ayam. (Foto: Shutterstock)

Dalam kesehariannya ayam di kandang bukan hanya makan, tetapi juga minum. Tidak bisa dipungkiri bahwa air minum adalah salah satu komponen penting dalam budi daya. Oleh karenanya dibutuhkan trik tertentu dalam menjaga kualitas dan kuantitas air minum.

Sejak dulu air adalah sumber kehidupan, bayangkan jika dalam sehari saja manusia tidak minum, tentunya akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan, hal yang sama akan berlaku pada hewan ternak, termasuk ayam.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu air juga berperan sebagai media pengangkut, baik untuk zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf, maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas air minum harus terjaga agar selalu baik. Namun sebenarnya seberapa banyak ayam minum dalam sehari? Pada tabel di bawah ini disajikan konsumsi air minum ayam di berbagai fase produksi.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Per Hari (Liter/1.000 ekor) pada Suhu 21° C

Umur (Minggu)

Kebutuhan Air Minum (Liter)

1

65

2

120

3

180

4

245

5

290

6

330

(Sumber: Poultryhub.com, 2017)

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan, bisa juga sebagai indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, dan kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Kuantitas dan Sumber Air Minum
Biasanya di musim kemarau peternak acap kali menghadapi masalah yang sama terkait dengan air minum, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AIR MINUM AYAM HARUS BERKUALITAS

Lakukan kontrol kualitas fisik terhadap air yang digunakan dalam peternakan. Perhatikan warna dari air yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin, terutama saat terjadi kasus maupun perubahan cuaca. Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, termasuk hewan ternak. Perubahan iklim (global warming) menyebabkan perubahan ketersediaan dan kualitas air minum. Kondisi ini pun menjadi perhatian khusus bagi dunia. Pelaksanaan World Water Forum 10th di Bali pada 18-24 Mei 2024, menjadi salah satu ikhtiar untuk mengatasi kesenjangan penggunaan air di dunia.

Proyeksi Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2050, mencatat krisis air (akibat perubahan iklim) akan meningkatkan kerentanan pada kawasan penyedia pangan (food basket). Akibatnya, lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80% sumber pangan dunia menjadi kelompok yang paling rentan. Pun demikian di peternakan. 

Air pun memegang peranan sangat penting dalam budi daya peternakan. Air menjadi salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan ayam, yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi telur.

Air juga digunakan untuk program sanitasi dalam kandang. Dan saat ini pengaturan sistem ventilasi pada sistem closed house juga sangat dipengaruhi oleh air. Selain jumlah yang cukup, kualitas air juga harus diperhatikan.

Air Harus Berkualitas 
Air minum sangat penting bagi hidup dan produktivitas ternak. Ayam akan mengonsumsi paling sedikit 1,6 kali dari konsumsi ransum. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk ternak harus berkualitas. Ini masih menjadi salah satu permasalahan utama dalam peternakan.

Lantas apa saja yang menjadi syarat air berkualitas? Pada Tabel 1 ditunjukkan parameter air berkualitas yang harus menjadi perhatian peternak. Data ini menjadi pelengkap dari data yang disampaikan pada edisi sebelumnya (Infovet Edisi Oktober 2023).

Tabel 1. Standar Kualitas Air Minum
Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Parameter air minum berkualitas meliputi kondisi fisik, tingkat keasaman (pH), kandungan mineral, dan juga kontaminasi bakteri, terutama coliform (termasuk Eschericia coli). Jika diperlukan lakukan klasifikasi air berdasarkan penggunaannya di dalam peternakan. Tentu yang utama adalah air minum yang akan dikonsumsi oleh ayam. Ini yang harus memiliki tingkat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MEMAKSIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM


Nutrisi merupakan unsur yang sangat esensial yang diperoleh dari bahan baku pakan yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi hewan. Kelompok nutrisi pada umumnya seperti karbohidrat (energi), protein (asam amino), lemak, mineral, vitamin, dan air. Performa ayam akan terbentuk optimal memerlukan asupan nutrisi yang tepat.

Dalam memberikan asupan pakan ada hal-hal yang harus diperhatikan agar nutrisi yang diberikan  sesuai dengan yang dibutuhkan. Dimana setiap bahan baku yang ada selama ini terbukti kualitasnya bervariasi. Kualitas yang bervariasi merupakan hal nyata terlihat dalam setiap melakukan pemeriksaan bahan baku. Bahan-bahan baku yang di masukkan dalam formulasi pakan juga terdapat zat anti-nutrisi.

Apa itu zat anti-nutrisi? Didefinisikan sebagai komponen biologis yang terdapat dalam pakan atau bahan baku pakan yang dapat mengurangi pemanfaatan nutrisi atau asupan pakan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi pencernaan dan kinerja metabolisme. Tanin, fitat, inhibitor tripsin, NSP, glukosinolat, saponin, β-glukan, adalah beberapa zat anti-nutrisi penting yang ditemukan pada tanaman sebagai sumber bahan baku seperti jagung, gandum, SBM, dan dedak.

Ancaman-ancaman dari zat anti-nutrisi yang terjadi pada bahan baku yang digunakan dalam formulasi pakan antara lain:

• Gangguan kesehatan usus dan ekologinya.
• Peningkatan kerugian endogen.
• Terganggunya fungsi enzim endogen.
• NSP yang memengaruhi pembentukan viskositas (NSP larut) dan mekanisme penjebakan nutrisi atau efek sangkar (NSP tidak larut).
• Fitat yang setiap 1% menurunkan kecernaan pakan dalam kisaran 0,49-0,89% seiring dengan kencernaan nutrisinya.

Jagung merupakan sumber energi utama pakan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata energi sebesar 3359 kkal/kg, namun memiliki nilai rata-rata yang berbeda di setiap bulannya. Kontribusi jagung terhadap nilai energi pakan minimal 50-65%.

Kemudian soybean meal (SBM) merupakan sumber utama protein atau asam amino untuk pakan yang berkontribusi pada suplai lysine (+70%) dan methionine (+30%). SBM di Indonesia dengan kandungan protein 46% mempunyai nilai serat kasar dan lemak kasar dengan variasi cukup besar yaitu 16% dan 25%.

Sedangkan dedak memiliki nilai nutrisi  sangat bervariasi pada setiap parameter yang dianalisis. Nilai serat kasar dan lemak kasar dedak memiliki variasi yang sangat besar, yakni 62,68% dan 22,78%, meskipun memiliki kadar air yang relatif lebih seragram.

Dengan kondisi bahan baku tersebut di atas dimana memiliki zat anti-nutrisi dan variasi kualitas yang berbeda yang dapat memengaruhi nilai nutrisi yang diharapkan, maka diperlukan imbuhan dalam pakan. Imbuhan yang ditambahkan dalam pakan yang sangat berpengaruh agar memberikan nilai nutrisi yang optimal adalah enzim.

Enzim berfungsi sebagai pencerna serat dan modulator mikroflora saluran cerna, serta meningkatkan ketersediaan potensial nutrien endogen (nutrisi yang tersedia di dalam bahan baku pakan). Enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar berfungsi mempercepat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom

BAGAIMANA MEMANFAATKAN ENZIM DALAM PAKAN?

Gambaran kerja enzim seperti gembok dan kuncinya, sehingga harus cocok. (Sumber: saylordotorg.github.io)

Enzim adalah biokatalis yang dapat mempercepat reaksi kimia. Tanpa adanya enzim, reaksi kimia akan berjalan lambat, tetapi dengan dibantu enzim maka reaksi kimia akan berjalan cepat. Sebagai contoh, perubahan nasi menjadi glukosa dalam sistem pencernaan manusia akan berjalan lambat, tetapi dengan adanya enzim amilase di dalam saluran pencernaan maka pati yang ada dalam nasi akan berubah menjadi glukosa dalam waktu cepat dan akan digunakan sebagai sumber energi dalam kehidupan.

Penggunaan enzim sudah lama dikenal dalam industri pangan maupun obat-obatan, sebagai contoh penggunaan enzim pektinase agar dapat menjernihkan jus buah yang tadinya keruh akibat adanya pektin dalam buah, menjadi molekul rantai pendek (glukoronat) sehingga jus buah menjadi lebih jernih. Dalam bidang pengobatan, tablet enzim diberikan kepada pasien yang menderita gangguan pencernaan karena masalah dalam lambungnya. Pemberian tablet campuran enzim akan membantu meningkatkan kemampuan mencerna makanan di dalam lambungnya.

Penggunaan enzim dalam pakan berkembang pesat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, diawali dengan penemuan enzim fitase yang dapat mempercepat pemecahan fitat menjadi fosfor inorganik, sehingga ternak dapat memanfaatkan fosfor yang ada di dalam pakan tumbuhan. Sebab jika tidak diberikan enzim fitase, maka fosfor dalam fitat sedikit sekali dapat dipecah oleh enzim yang ada di dalam saluran pencernaan ternak monogastrik.

Pemakaian enzim yang terus meningkat dalam pakan ternak diakibatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan enzim yang makin efisien dan makin murah. Berbagai jenis enzim dikembangkan tidak hanya fitase, tetapi juga enzim lainnya seperti xylanase, beta glukanase, protease, lipase, mananase, amilase, dan sebagainya. Dalam tulisan ini diuaraikan bagaimana memanfaatkan enzim secara optimal sehingga dapat meningkatkan daya guna pakan dan juga mengurangi biaya pakan yang pada akhirnya mengurangi biaya produksi untuk menghasilkan daging maupun telur.

Mekanisme Kerja
Enzim merupakan senyawa protein dengan rantai peptida yang panjang dan bentuknya tiga dimensi. Dalam bentuk tiga dimensi, ada lokasi yang dikenal dengan lokasi aktif (active site) yang ketika enzim ”nempel” dengan substrat yang sesuai maka enzim akan bekerja untuk memecah substrat yang cocok tersebut. Sehingga enzim biasanya digambarkan sebagai gembok dan substrat yang akan dipecah adalah kunci. Kunci hanya bisa membuka gembok manakala sesuai, sehingga enzim hanya dapat bekerja ketika substrat yang menjadi target pemecahan enzim sesuai. Sebagai contoh enzim fitase akan memecah senyawa fitat, tetapi apabila suatu bahan pakan tidak mengandung fitat seperti meat bone meal, maka fitase tidak ada fungsinya atau enzim mananase diberikan pada ransum yang bahan bakunya tidak ada manan tetapi yang tersedia adalah amilum, maka enzim mananase tidak akan mampu memecah amilum yang struktur kimia berbeda dengan manan.

Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan manakala ada suatu tawaran untuk menggunakan enzim, apakah enzim yang ditawarkan akan ”bekerja” pada ransum yang akan dipakai dan bahan baku pakan yang terdapat di dalamnya mempunyai senyawa kimia yang menjadi target penggunaan enzim tersebut. Enzim tidak berlaku umum, tetapi spesifik terhadap substrat yang ada dalam bahan baku pakan.

Di samping jenis enzim dan subsrat yang sesuai, enzim juga akan bekerja ketika... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

PERAN ENZIM PADA AYAM MODERN

Sistem pencernaan pada ayam modern terdiri dari saluran yang memanjang dari rongga mulut sampai kloaka dan komponen pelengkap seperti kelenjar ludah, hati, kelenjar empedu, dan pankreas.

Penambahan enzim-enzim tertentu (exogenous enzymes) dalam pakan ayam modern selain untuk mengoptimalkan kecernaan komponen nutrisi rantai panjang dalam bahan baku pakan, juga untuk mereduksi efek komponen yang mengganggu proses pencernaan dan/atau penyerapan unsur nutrisi pada saluran cerna ayam (anti-nutritive factors). Tulisan singkat ini memberikan gambaran sekilas terkait peranan exogenous enzymes dalam perjuangan optimalisasi performa ayam modern di tengah gonjang-ganjing ketersediaan dan kualitas bahan baku pakan.

Fisiologi Gastrointestinal Ayam
Sebelum masuk ke dalam lambung kelenjar alias proventrikulus via esofagus bawah (kerongkongan bawah), pakan yang dikonsumsi oleh ayam akan disimpan untuk sementara waktu di dalam tembolok atau krop. Krop sendiri merupakan divertikulum (pelebaran) dari kerongkongan yang berfungsi sebagai tempat proses pelunakan awal pakan oleh air minum, air liur yang kaya akan enzim amilase, serta ditopang oleh aktivitas beberapa bakteri komensal.

Di sisi lain, proventrikulus merupakan lambung ayam yang kaya akan sel-sel kelenjar yang menghasilkan asam lambung (HCl) dan enzim pepsin. Berhubung ayam kodratnya tidak mempunyai gigi-geligi dalam rongga mulutnya, maka setelah pakan mengalami proses asidifikasi (pengasaman) dan penguraian awal enzimatis di dalam proventrikulus, selanjutnya akan mengalami proses penghalusan partikel pakan secara mekanik yang terjadi di dalam gizzard atau lambung otot (Sturkie et al., 2015).

Secara mendasar proses pencernaan ayam sebenarnya mirip dengan hewan monogastrik lainnya. Sekresi cairan empedu oleh organ hati yang berfungsi untuk proses emulsifikasi komponen lemak pakan serta sekresi enzim-enzim pankreas seperti amilase, tripsinogen, lipase pankreas, kemotripsinogen, dan prokarboksipeptidase yang selanjutnya akan mengubah pakan menjadi bentukan kime (chyme) yang secara bertahap akan berjalan meninggalkan usus dua belas jari (duodenum) menuju ke usus penyerapan (jejunum).

Beberapa enzim lainnya baik yang disekresikan oleh sel-sel epitelium usus halus maupun berupa metabolit sekunder mikrobiom (microbiome) saluran cerna seperti maltase, isomaltase, sukrase, enterokinase, lipase, dan peptidase juga mempunyai kontribusi yang signifikan dan tidak bisa diabaikan pada tahap akhir proses pencernaan ayam (Oakley et al., 2014; Oakley dan Kogut, 2016).

Ayam mempunyai sepasang usus buntu (ceca) yang merupakan tempat terjadinya proses fermentasi ampas pakan oleh mikrobiom yang menetap di dalamnya (resident microbiome) dan menghasilkan beberapa asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) yang dapat digunakan oleh ayam sebagai sumber energi maupun untuk kesehatan epitelium mukosa saluran cerna itu sendiri (gut health).

Dari penjelasan fisiologis pencernaan ayam di atas, maka tak pelak bahwa kualitas fungsional sistem gastrointestinal (gut health) ayam sangatlah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.


Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI-Jakarta)

MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM PADA PAKAN

Pakan ternak. (Sumber: neighborwebsj.com)

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Kurang lebih 60-70% cost yang dikeluarkan dalam suatu budi daya peternakan berasal dari pakan. Pasalnya kini produsen pakan serta peternak dihadapkan oleh masalah harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang memungkinkan turunnya kualitas pakan.

Tentunya insan peternakan di Indonesia sudah tahu betul mengenai problem kenaikan harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang selalu fluktuatif. Ditambah lagi kini berbagai problem tersebut diperkeruh dengan adanya faktor pasca pandemi COVID-19, perubahan iklim, krisis moneter dan pangan, serta masalah lainnya.

Dalam kondisi dunia yang tengah mengalami disrupsi dan ketidakpastian iklim bisnis, tentunya para produsen pakan dan peternak self mixing dituntut agar lebih efisien dalam formulasi pakan tanpa mengurangi kualitasnya.

Di tengah permasalahan tersebut hadir sebuah solusi dalam formulasi pakan, yakni dengan menggunakan feed additive dalam bentuk sediaan enzim. Seperti apakah penggunaan enzim dalam formulasi pakan? Bagaimanakah formulasinya? Serta enzim apa saja yang bisa digunakan dalam suatu formulasi?

Enzim Sang Katalisator Reaksi Kimia
Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi, menerangkan kepada Infovet bahwa enzim yakni  senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator bermacam reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Yang dimaksud dengan katalisator yakni zat yang dapat mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah keseimbangan reaksi atau tidak memengaruhi hasil akhir reaksi.

“Oleh karena itu enzim digadang-gadang bahwa dapat menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak yang sudah banyak terbukti aman untuk ternak, manusia yang mengonsumsi hasil ternak, maupun bagi lingkungan,” tutur Nahrowi.

Lebih lanjut dijelaskan, berbagai macam fungsi enzim seperti:

• Memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous sehingga dapat mengganggu kelangsungan sistem pencernaan ternak dan berdampak buruk pada kesehatan serta performa ternak.

• Meningkatkan ketersediaan pati, protein, dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

• Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri (enzim endogenous).

• Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda, dimana sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi.

Prof Nahrowi mengakui dengan penambahan enzim, produsen pakan dan peternak self mixing dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

BAGAIMANA MAKSIMALKAN POTENSI GENETIK BROILER?

Ayam modern butuh perawatan ekstra. (Foto: Istimewa)

Ayam ras pedaging/broiler, merupakan ayam yang khusus dikembangkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Kurang lebih 100-an tahun lalu melalui berbagai proses penelitian dan pemuliaan, dihasilkanlah ayam ras broiler dengan performa genetik terbaik. Namun begitu, masih ada saja kendala yang menyebabkan potensi genetiknya tidak maksimal.

Didesain untuk Penuhi Kebutuhan Pasar
Berkat kemajuan bidang teknologi serta seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam broiler mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot badan, sehingga menghasilkan daging yang lebih banyak yang tentunya dapat memenuhi keinginan pasar.

Menurut Drh Dedy Kusmanagandi, yang merupakan praktisi perunggasan, seleksi genetik broiler yang dilakukan selama ini telah meningkatkan produktivitasnya. Pada kurun waktu 1960-1970an, untuk mencapai bobot hidup 1,3 kg membutuhkan masa pemeliharaan selama 84 hari, namun sekarang dengan masa pemeliharaan kurang lebih 38 hari, ayam broiler sudah mampu mencapai bobot hidup 2,5 kg.

“Potensi genetiknya memang memungkinkan untuk seperti itu, namun di lapangan sangat jarang peternak yang dapat mencapai potensi genetik maksimal dari si ayam. Oleh karenanya ini masih menjadi PR bersama, soalnya kalau potensi ini dapat dimaksimalkan, produksi kita akan lebih baik dari sekarang,” tutur Dedy.

Ia juga menyebut bahwa ke depannya kemungkinan besar ayam broiler masih akan menjadi sumber protein hewani primadona, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Pasalnya harga per gram protein broiler dibanding komoditas daging lainnya adalah yang termurah, sehingga hal ini juga akan berdampak pada tingginya permintaan pasar.

Tinggi Performa, Rawan Stres & Penyakit
Dalam urusan performa tidak usah diragukan lagi dari segi pertumbuhan bobot per hari, konversi pakan, maupun parameter pertumbuhan lainnya ayam broiler sangat luar biasa. Kendati demikian, sebagai kompensasinya aspek kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap stres menjadi berkurang.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan. Menurutnya, ayam broiler masa kini memanglah sebuah “monster”, hal tersebut karena dalam 30 hari saja ayam dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hampir puluhan kali lipat, sejak DOC hingga fase finisher.

“Betul-betul monster by design, tapi sebenarnya mereka itu sangatlah rapuh. Rawan stres, rawan penyakit, ini sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa tidak ada mahluk hidup yang superior, pasti ada aspek yang dikorbankan. Oleh karena itu, butuh intervensi dari manusia agar potensi genetik dari pertumbuhan mereka optimal,” kata Wayan.

Wayan membeberkan berbagai fakta dan data bahwa performa broiler dengan manajemen seadanya saja akan gagal. Ia mengimbau kepada peternak agar melakukan upaya ekstra dalam aspek manajemen pemeliharaan, karena akan percuma jika potensi genetik tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Mubazir, makanya saya kadang kasihan lihat peternak kita. Ayamnya sudah maju genetiknya, pertumbuhannya sudah hebat, tapi cara kita melihara mereka masih begitu-begitu saja. Ini namanya imbalance, makanya peternak harus mengerti kalau ayam butuh perhatian lebih,” ucapnya.

Pendapat demikian juga diakui oleh salah satu peternak kemitraan di daerah Rumpin, Kabupaten Bogor, Aceng. Kata dia, beternak ayam broiler sepertinya semakin sulit. Apalagi ketika beberapa tahun lalu antibiotic growth promotor (AGP) dilarang digunakan, ia semakin pusing mengakali performa ayam di kandangnya yang kembang-kempis.

“Padahal katanya DOC bagus, pakan bagus, semua bagus, tapi performa enggak stabil. Malah jarang profit. Ini kita bingung mau gimana lagi,” tutur Aceng.

Ia mengakui bahwa penyakit seperti nyekrek alias ngorok kerap menyerang ayamnya tidak hanya di musim kemarau, namun hampir semua musim. Padahal dulu ayamnya jarang terserang penyakit tersebut. Ia juga menyebut sering mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, sehingga FCR menjadi bengkak dan mengalami kerugian.

Ketika ditanya mengenai manajemen biosekuriti, pemeliharaan dan tindakan khusus dalam menyelamatkan performa ayam, Aceng mengaku pernah menerapkan di kandangnya beberapa periode lalu.

“Dulu sebelum pakan mahal dan semua masih belum naik, saya masih rutin menyemprot disinfektan, atau minimal kasih jamu. Sekarang sulit, apa-apa harga sudah pada naik, jadi ya mau enggak mau kita batasi, ini saja kita kurangi populasi yang sebagian kandang kita kontrakan, soalnya enggak mampu pelihara banyak-banyak,” ungkapnya.

Peternak Harus Di-upgrade
Dengan derasnya perkembangan kemajuan genetik broiler, sudah menjadi kewajiban agar pembudidaya juga melakukan upgrading cara pemeliharaan. Harus ada upaya lebih dari peternak agar performa ayam optimal dan keuntungan peternak maksimal.

Hal tersebut disampaikan oleh praktisi perunggasan, Drh Eko Prasetio, bahwa potensi genetik ayam zaman now akan terekspresikan dengan baik apabila kondisi dan faktor-faktor penunjangnya bisa mendekati sesuai yang dibutuhkan ayam. Namun realita yang ada, performa ayam masih di bawah potensi genetik yang sebenarnya. Beberapa hal yang memberikan dampak signifikan dari kondisi tersebut adalah:

• Tata laksana pemeliharaan. Perlakuan yang didapat selama dipelihara sangat berdampak terhadap munculnya potensi genetik yang dimiliki ayam. Termasuk di dalamnya terkait dengan tata laksana berdasarkan jenis kandangnya. Tentunya kandang sistem tertutup dengan tata laksana yang tepat akan sangat mendukung tercapainya potensi genetik broiler modern.

• Lingkungan. Kondisi yang ada dimana ayam tersebut dipelihara sangat berpengaruh. Faktor yang ikut menyumbang pengaruh tersebut di antaranya suhu, kelembapan, ketinggian, tipe kandang, dan tingkat kepadatan.

• Kesehatan ayam. Pada saat kondisi ayam prima, maka konversi energi yang didapatkan oleh pakan akan fokus hanya ke pertumbuhan sehingga akan tumbuh optimal. Sebaliknya ketika terganggu tingkat kesehatannya, maka energi yang didapatkan ayam akan juga digunakan untuk bertahan terhadap serangan penyakit.

• Status nutrisi pakan. Nutrisi tidak hanya sekadar cukup secara jumlah dan jenis, namun juga keseimbangannya. Nutrisi yang seimbang akan sangat berpengaruh terhadap daya tahan dan pertumbuhan broiler modern.

“Ini kesemuanya sangat penting, makanya semua tata laksana ini harus berjalan dengan baik dan seimbang. Aspek di dalamnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ayam. Peternak harus penuhi, mereka harus upgrade cara pemeliharaan ayamnya,” kata Eko.

Ditulis oleh: 
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ORKESTRA BAGI KOKSIDIA

Bentukan koksidia seperti sporozoit atau merozoit sebelum berhasil menginfeksi dinding usus, maka bentukan koksidia tersebut harus berjuang mengatasi suatu orkestra sistem pertahanan lokal pada jaringan usus (mucosal immunity) yang sangat kompleks, yaitu: 1) Microbiological barrier pada lapisan lendir yang encer atau thin mucus layer. 2) Chemical barrier pada lapisan lendir yang kental alias thick mucus layer. 3) Mechanical barrier berupa deretan sel-sel epitelium mukosa usus plus TJ proteins. 4) Immunological barrier berupa innate immunity dan adaptive immunity.

Perjalanan patogen seperti koksidia dalam mencapai sel atau jaringan target di dalam tubuh induk semang faktanya tidaklah berjalan mulus, harus menghadapi satu orkestra sistem pertahanan tubuh inang yang penuh dengan onak dan duri alias rintangan. Tulisan kali ini tidak saja menjadi pelengkap tulisan sebelumnya (Seni Perang Koksidia) dan membahas tentang orkestra tersebut, tetapi juga meneropong jenis beserta interaksi sejumlah kompartemen atau barier yang membentuk orkestra tersebut, yang harus dilalui oleh bentukan koksidia sebelum dapat menginfeksi dan memperbanyak diri di dalam sel epitelium usus ayam modern.

Orkestra Saluran Cerna
Situasi pada permukaan saluran cerna ayam modern, khususnya usus, ibarat sebuah orkestra yang menghasilkan suatu simfoni yang sangat dinamis dari waktu ke waktu. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkait kehidupan suatu makhluk, terutama pada tataran molekuler, baik biologi molekuler (induk semang = ayam) atau mikrobiologi molekuler (patogen ataupun komensal), maka wawasan terkait pola-pola interaksi antara sistem imunitas tubuh ayam dengan sistem mikrobiota komensal saluran cerna ayam (mikrobiom) dan aktivitas patogen tertentu termasuk koksidia telah menjadi lebih terang benderang (Mc Cracken dan Lorenz, 2001; Lu et al., 2021).

Dalam menghadapi ancaman dari eksternal alias terpaan bibit penyakit, sistem pertahanan mukosa (mucosal immunity) saluran cerna memang sangat unik dan sangat kompleks. Sebanyak lebih dari 70% sel-sel imun ditemukan berlokasi di sekitar saluran cerna ayam (Casteleyn et al., 2010; Abbas et al., 2017). Terdiri atas empat buah kompartemen atau barier (Lu et al., 2021) yang saling terkait satu dengan yang lainnya, yaitu:

• Barier mikrobiologis (microbiota barrier)
• Barier kimiawi (chemical barrier)
• Barier fisik (physical atau mechanical barrier)
• Barier sistem imunitas (immunity barrier)

Barier Mikrobiologis (Microbiota Barrier)
Barier mikrobiologis merupakan barier bagian terluar dari permukaan mukosa saluran cerna ayam modern. Mikrobiota tersebut mendapatkan habitat dan berkolonisasi pada lapisan mukus yang encer (thin mucus layer), menggunakan nutrisi dari dalam lumen usus, serta berinteraksi antar sesama mikrobiota, patogen, dan sel-sel mukosa usus via mekanisme quorum sensing (efek aktivasi atau stimulasi) atau quorum quenching (efek penghambatan atau inhibisi). Interaksi kompleks ini sangatlah dinamis dari waktu ke waktu yang juga dipengaruhi oleh status nutrisi, faktor stres, dan komponen pakan (Hooper et al., 1998; Moncada et al., 2003; Collier et al., 2008; Rajput et al., 2013; Memon et al., 2020).

Pada beberapa penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa infeksi koksidia pada ayam selain sangat dipengaruhi oleh infektivitas koksidia yang ada, juga dipengaruhi oleh komposisi mikrobiota secara langsung ataupun tidak, terutama jika terjadi disbiosis, dimana terganggunya homeostasis atau ekuilibrium permukaan usus ayam (Choi dan Kim, 2022).

Di lain pihak, infeksi koksidia secara signifikan dapat mereduksi… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024

Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer