-->

PENGUSAHA VIETNAM KUNJUNGI MENTAN, SIAP BERINVESTASI DI PETERNAKAN SAPI

Pertemuan Mentan dengan Madam Thai Huong di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menerima kunjungan dari Chairman TH Group Vietnam, Madam Thai Huong, dalam rangka menjajaki peluang investasi di sektor industri susu Indonesia. Pertemuan berlangsung pada Kamis (13/2/2025), di Jakarta.

Mentan Amran menegaskan bahwa Indonesia memiliki kebutuhan susu dan daging sapi yang cukup besar. Saat ini, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan nasional, dengan defisit mencapai 4,9 juta ton. Angka ini semakin meningkat dengan adanya program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah baru, yang menambah kebutuhan sebesar 3,6 juta ton susu segar.

“Indonesia harus bisa meningkatkan kapasitas produksi susu dan daging sapi, yaitu sekitar 4,9 juta ton untuk susu segar dan 0,83 juta ton untuk daging sapi. Dengan tambahan kebutuhan dari program Makan Bergizi Gratis, kekurangan produksi menjadi 8,5 juta ton untuk susu segar dan 0,88 juta ton untuk daging sapi,” kata Amran.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen mendukung investasi luar negeri di sektor susu, khususnya dengan mitra terpercaya seperti TH Group Vietnam. Mentan Amran menegaskan bahwa pemerintah siap memberikan berbagai insentif kebijakan, mulai dari pembebasan bea impor untuk ternak dan peralatan industri susu, hingga skema pendanaan dengan bunga kompetitif dan asuransi usaha peternakan.

Sebagai bentuk fasilitasi, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan tiga lokasi strategis untuk investasi peternakan susu skala besar, yaitu Wajo-Sidrap Sulawesi Selatan, Barito Utara-Barito Selatan Kalimantan Tengah, dan Poso (Lembah Napu) Sulawesi Tengah.

Selain penyediaan lahan, pemerintah juga memastikan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, listrik, air bersih, serta layanan kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di kawasan peternakan.

“Keberhasilan investasi industri susu tidak hanya bergantung pada lahan, tetapi juga infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen membangun akses jalan yang lebih baik, memastikan pasokan listrik stabil, serta menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di sektor ini,” jelas Amran.

Pemerintah saat ini terus mendorong masuknya investasi luar negeri untuk peternakan sapi. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu langkah strategis mewujudkan swasembada pangan. Tahun ini Kementan menargetkan bisa mendatangkan 200 ribu ekor sapi perah dan 200 ribu ekor pedaging.

Mentan pun berharap kerja sama investasi antara Indonesia dan TH Group Vietnam dapat segera terealisasi, sehingga mampu meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan memperkuat ketahanan pangan nasional. (INF)

KOMITMEN NESTLE INDONESIA DALAM MENGEMBANGKAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

Seremoni Peresmian Acara 
Foto : Nestle
PT Nestlé Indonesia bersama dengan Pesantren Syubanul Wathon berkolaborasi untuk meresmikan program pengembangan peternakan sapi perah rakyat di Grabag, Magelang, Jawa Tengah pada 24 Januari 2025. Kemitraan ini diwujudkan melalui beberapa inisiatif, antara lain perbaikan kandang sapi, pengembangan fasilitas biogas dan slurry, dan penyerahan dua ekor sapi. Selama lebih dari 52 tahun beroperasi di Indonesia, PT Nestlé Indonesia konsisten berkomitmen menciptakan manfaat bersama bagi individu, keluarga, komunitas, dan lingkungan sekitar.

Kemitraan bersama peternak sapi perah rakyat telah dimulai pada 1975 di Jawa Timur. Kini, kemitraan ini terus dikembangkan hingga Jawa Tengah, salah satunya melalui kolaborasi strategis dengan mitra komunitas pesantren Syubbanul Wathon yang merupakan bagian dari Keluarga Besar Syubanul Wathon.

Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu menyampaikan, "Sebagai bagian dari komitmen PT Nestlé Indonesia dalam mewujudkan Creating Shared Value, kami turut berupaya membantu mengembangkan komunitas yang tangguh dan makmur. Salah satunya melalui kemitraan dengan peternak sapi perah rakyat untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar. Kami berharap kemitraan ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi komunitas serta ekosistem, khususnya untuk peningkatan pengembangan ekonomi di Jawa Tengah dan sekitarnya, sekaligus menginsipirasi generasi muda untuk dapat mempertimbangkan wirausaha peternakan sapi perah sebagai bisnis UMKM."

Salah satu jurusan yang terdapat pada Pesantren Syubbanul Wathon ialah Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) yang mengolah susu segar untuk dihasilkan menjadi beberapa produk, seperti yogurt. Untuk mendapatkan susu segar yang akan diolah, Pondok Pesantren Syubbanul Wathon bekerja sama dengan peternak sapi perah setempat. Kemitraan bersama PT Nestlé Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar.

Direktur Human Resources PT Nestlé Indonesia Fahrul Irvanto juga turut menyampaikan, "Kami percaya bahwa generasi muda berkualitas adalah tulang punggung masa depan Indonesia. Kami berkomitmen untuk membantu membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih sukses di masa depan. Melalui pengembangan peternakan sapi perah rakyat, kami berharap siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam industri pengolahan susu segar. Lebih jauh, kerja sama ini juga diharapkan dapat menginspirasi komunitas muda di sekitar dan membuka lapangan kerja baru."

Suparji, salah satu peternak sapi perah rakyat di Grabag sebagai salah satu penerima manfaat, mengapresiasi kontribusi yang dilakukan PT Nestlé Indonesia dalam membantu pengembangan peternakan sapi perah rakyat. “Alhamdulillah, saya dapat merasakan manfaat langsung dari fasilitas yang diberikan. Selain itu, saya juga mendapatkan banyak ilmu dari tim PT Nestlé Indonesia. Saya berharap ke depannya usaha peternakan saya dapat semakin berkembang dan tentunya menghasilkan produk susu berkualitas.”

Pengembangan fasilitas sapi perah rakyat di Grabag, Magelang, Jawa Tengah merupakan realisasi dari penandatanganan Nota Kesepahaman untuk program kemitraan bersama Pondok Pesantren Syubbanul Wathon. Peresmian secara simbolis dilakukan oleh Direktur Human Resources PT Nestlé Indonesia Fahrul Irvanto, Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu, dan Pengasuh Pondok Pesantren Syubbanul Wathon KH Yusuf Chudlori.

Kemitraan PT Nestlé Indonesia dengan peternak sapi perah rakyat telah dimulai dengan salah satu koperasi susu segar di Pujon, Malang, Jawa Timur. Hingga sekarang, kemitraan ini telah melibatkan lebih dari 27.000 peternak sapi perah rakyat dan 32 koperasi susu yang berada di Jawa Timur. Sejak 2022, PT Nestlé Indonesia kembali memperluas kerja sama dengan peternak sapi perah rakyat di Jawa Tengah, di mana hasil susu segar tersebut diserap oleh Pabrik Bandaraya di Batang, Jawa Tengah. (INF)

 

 

IMPLEMENTASI ANIMAL WELFARE PADA PETERNAKAN SAPI PERAH

Joko Susilo saat mengontrol peternakan sapi perah. (Foto-foto: Infovet/Joko)

Menurut UU No. 18/ 2009 menyebutkan bahwa kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan menjadi hal yang harus dipenuhi agar peternakan sapi perah menghasilkan produksi optimal.

Ada lima prinsip dari kesejahteraan hewan (5 freedom) yang meliputi bebas rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut dan stres, serta bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah (animal behavior). Hal ini sangat relevan dengan semboyan dokter hewan Indonesia “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang memiliki arti mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan.

Prinsip animal welfare tersebut harus diimplementasikan pada peternakan sapi perah rakyat, mengingat masih banyak praktik budi daya sapi perah yang belum memenuhi unsur-unsur tersebut. 

• Bebas dari Lapar dan Haus
Hasil utama peternakan sapi perah adalah produksi susu dan pedet, dengan hasil sampingan lain seperti daging dan kotoran kandang. Sebagaimana yang pernah penulis jelaskan bahwa peternakan sapi perah berprinsip pada more feed more milk. Kondisi sapi perah rakyat memang tidak sampai pada kondisi kelaparan, namun asupan bahan kering pakan belum optimal. Dry matter intake (DMI) merupakan hal yang sangat dominan terhadap produksi susu. DMI adalah asupan bahan kering pakan (konsentrat, rumput, dan pakan tambahan lain) dari berat badan sapi (BB). Beberapa rumus umum DMI yang dipakai peternak sapi perah adalah (2,5% + 10% produksi susu) yang diharapkan dari total BB. Sapi BB 400 kg untuk mendapatkan 20 liter susu/hari dengan rumus tersebut membutuhkan DMI (2,5%) + (10% x 20) dari 400 kg. Maka DMI-nya adalah 2,5% + 2%, yaitu 4,5 % dari 400 kg atau 18 kg. Rumus lainnya yang sering digunakan, nutrisi sapi perah didapatkan dari konsentrat sebanyak (2% dari BB) + hijauan (10% dari BB).

Selain itu, prinsip lainnya yakni menyediakan air yang cukup untuk ternak sangat penting bagi kesehatan dan produksi. Kehilangan 10% cairan tubuh berakibat fatal bagi kebanyakan ternak domestik. Air menyumbang lebih dari 98% dari semua molekul dalam tubuh. Air bermanfaat untuk regulasi suhu tubuh, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, pencernaan, pelumasan sendi, dan penglihatan.

Kebutuhan air ternak sangat bervariasi tergantung jenisnya. Konsumsi air dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk usia, tingkat pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas, jenis pakan, asupan pakan, dan suhu lingkungan. Ternak mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhannya dari sumur, sumber mata air, air permukaan, dan kadar air yang ditemukan di bahan pakan.

Kebutuhan air minum pada sapi perah secara umum 10% dari berat badan ditambah dengan 5 liter setiap produksi susu 1 liter. Contoh sapi berat 400 kg dengan produksi susu 20 liter membutuhkan (10% x 400) + (5 x 20) = 140 liter air minum.

Fakta-fakta yang ada di peternak, tempat pakan tersedia namun masih ditemukan waktu kosong tanpa pakan. Data menyebutkan asupan bahan kering pakan sapi perah berkisar 2-3% dan masuk dalam kategori untuk sapi laktasi rendah atau masa kering. Begitu juga pada tempat minum walau sudah didisain secara otomatis dan adlibitum, namun terkendala dengan masalah suplai dan kebersihan tempatnya. Musim kemarau di beberapa peternak sapi perah menunjukan minimnya suplai air minum dan sanitasi. Tempat minum yang kotor atau macet menjadi pemicu minimnya asupan air minum.

Kondisi tidak nyaman dalam kandang yang kotor, becek, dan licin.

Bebas dari Rasa Tidak Nyaman 
Sapi perah akan berproduksi tinggi jika diperlakukan dengan baik sehingga merasa nyaman. Kondisi nyaman akan didapatkan pada kondisi kandang yang ternaungi, sirkulasi udara baik, sanitasi dan disinfeksi rutin, kandang bersih dan kering, tersedia ruangan cukup untuk sapi berdiri, makan, minum, duduk, dan berbaring, serta exercise.

Sapi perah di Indonesia masih banyak yang belum terpenuhi kondisi nyaman. Kandang yang kotor, sanitasi buruk, lantai licin, lantai tajam dan berlubang masih banyak dijumpai. Kandang yang kotor membuat badan dan ambing sapi menjadi kotor yang berisiko menimbulkan mastitis. Kandang kotor memicu kualitas susu menurun karena total plate count lebih dari 1 juta/ml susu.

Sementara kandang berhimpitan dengan lebar < 1,5 meter dan panjang < 2 meter menyebabkan sapi tidak nyaman untuk aktivitas fisik. Kondisi atap kandang yang bocor, kotoran menumpuk, dan saluran pembuangan kotoran macet sehingga kandang tergenang oleh kotoran dan air kencing sangat membuat sapi tidak nyaman.

• Bebas dari Rasa Sakit dan Penyakit 
Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi susu. Beberapa agen non-infeksius yang dialami sapi seperti terkilir, terluka, kepincangan, asidosis, pembengkakan, dan abses masih sering dijumpai.

Hal tersebut disebabkan karena benda-benda tajam di lantai kandang, kandang dalam kondisi licin, gang way yang sempit, dan banyaknya lalat di sekitar kandang. Kondisi demikian membuat sapi mengalami kesakitan sehingga berpengaruh pada nafsu makan dan produksi susu.

Selain itu juga sergapan agen penyakit infeksius yang nyata menyebabkan penurunan produksi susu seperti penyakit mulut dan kuku, lumpy skin disease, demam tiga hari, mastitis, dan parasit darah. Beberapa penyakit bakterial juga masih ditemukan seperti brucellosis, leptospirosis, colibacillosis, salmonellosis sangat mengganggu produksi.

• Bebas dari Rasa Takut dan Stres 
Produksi sapi perah akan bagus jika terhindar dari rasa takut dan stres. Sapi sering merasa takut karena beberapa penyebab, salah satunya manajemen populasi. Sapi dengan ukuran kecil akan merasa takut jika dicampur atau dipelihara berdampingan dengan sapi berukuran lebih besar. Sapi merasa takut untuk mengambil pakan, takut dengan tanduk sapi lain, dan merasa inferior.

Selain itu, sapi juga mudah mengalami stres pada kondisi berisik dan gaduh, lingkungan kotor, cuaca ekstrem, hujan deras, suara petir, atau angin kencang. Demikian juga pada sapi-sapi yang ter-display lama di pasar hewan, kondisi panas, kehujanan, minim pakan dan minum juga bisa memicu stres, selain transportasi jarak jauh yang tidak nyaman, area naik turun, berisiko luka traumatik di badan, di kaki karena perjalanan dan bisa berakibat penyakit pernapasan kompleks seperti shipping fever.

Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi.

• Bebas Mengekspresikan Tingkah Laku Alamiah (Animal Behavior
Sapi perah yang dipelihara secara lepas (freestall) atau pemeliharan di ranch mendapatkan hak untuk bebas mengekspresikan perilaku alaminya dibandingkan dengan sapi perah yang dipelihara secara ditambat. Sapi-sapi akan merasa nyaman, bahagia, terlihat sehat, dan ekspresif.

Sapi perah yang dipelihara secara lepas dengan sistem pakan total mixed ration (TMR) akan mendapatkan asupan bahan kering pakan yang memadai. Sapi juga mendapatkan kesempatan mengambil minum yang tersedia secara adlibitum. Sapi ini memiliki kandang dengan space yang cukup, dengan tempat istirahat yang kering, bersih, dan nyaman untuk proses nggayemi (remastikasi). Kondisi tersebut sangat mendukung sapi untuk berproduksi maskimal.

Sapi perah yang dipelihara secara freestall atau pemeliharan di ranch juga sangat ekspresif dalam menunjukan gejala birahi. Ekspresi birahi sapi terlihat menaiki sapi lain di awal birahi dan diam dinaiki sapi lain pada akhir birahi, hal ini tidak terjadi pada sapi yang diperlihara secara tambat. Ekspresi birahi ini sangat mendukung perfoma reproduksi sapi yaitu peningkatan angka kebuntingan, service per conception rendah, jarak antar kelahiran lebih pendek, dan ketersediaan replacement stock lebih cepat. ***

Ditulis oleh:
Dr Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet Daerah Lampung

INVESTOR VIETNAM SIAP MEMBANGUN PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN POSO

Vietnam TH Group Berencana Berinvestasi di Sektor Peternakan Sapi Perah Skala Besar
di Kabupaten Poso, Sulteng (Foto : Istimewa)


Kabar baik datang dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Melalui Deputi Bidang Pemanfaatan Tanah dan Kerja Sama Usaha Badan Bank Tanah Kabupaten Poso, Hakiki Sudrajat mengungkapkan, Vietnam TH Group akan membangun kawasan peternakan sapi perah terpadu di atas lahan seluas 15.000 hektare (ha) di Lembah Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Itu saya dengar rencananya 15.000 hektare mereka, dengan jumlah sapi 200.000 ekor," kata Hakiki dalam media gathering, Sabtu (18/1).

Untuk meyukseskan pembangunan tersebut, Hakiki bilang TH Group akan melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Maret 2025 mendatang.

"Terakhir, katanya mau (tanda tangan) MoU, mudah-mudahan rencananya bulan Maret ini, 3.000 hektare akan direalisasi mengenai skema yang bisa dijadikan basis perjanjian dengan Vietnam," jelas Hakiki.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Perencanaan Startegis dan Pengadaan Tanah Badan Bank Tanah, Perdananto Ariwibowo menyebut total luas tanah di Poso mencapai 6.647 ha.Ari mengimbau kepada masyarakat Poso untuk memanfaatkan lahan performa agraria tersebut dengan menanam rumput gajah. 

"Kan (sapi) butuh makan, pakannya dari rumput gajah, itu pekerjaan masyarkat sekitar," tutup Ari.(INF)

PERLAKUAN SUSU SEGAR AGAR RASA TAK PUDAR

Susu segar, sumber protein bagi tubuh. (Foto: Getty Images/iStockphoto/oykuozgu)

Susu segar, sumber protein hewani ini harus segera diolah setelah diperah. Jika tidak, tak hanya rasa yang berubah, tetapi kualitas susu juga menurun. Ada dua perlakuan yang bisa dilakukan agar susu segar tidak pudar rasa dan awetnya.

Cuaca di sekitaran Kampung Kandang, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, pagi itu masih diwarnai rintik hujan. Meski hujan tak sederas malam sebelumnya, namun udara masih terasa dingin. Kesibukan di Kandang Sapi Perah Mahesa Perkasa Farm sudah mulai terlihat, para pekerja sedang melayani beberapa pembeli susu segar.

Kebanyakan perempuan yang membeli susu segar di peternakan ini. Hampir setiap hari kesibukan seperti ini terlihat di sini. “Kebanyakan mereka untuk dijual lagi atau untuk bahan pembuatan kue. Ada juga yang sengaja beli buat kebutuhan keluarga,” tutur pengelola Mahesa Perkasa Farm, Joko Arianto, kepada Infovet

Menurut Joko, dalam sehari peternakannya menyiapkan sedikitnya 100 liter susu segar untuk kebutuhan pelanggan. Selain produksi susu segar, Mahesa Perkasa Farm juga menyediakan sapi potong jenis sapi Bali. Dimana pada hari-hari biasa hanya separuh kandang yang dihuni sapi, sekitar 50 ekor. Namun saat menjelang Hari Raya Idul Adha, jumlahnya bisa mencapai lima kali lipat untuk memenuhi permintaan para pekurban.

“Kalau yang rutin ada pelanggan di sini, ya susu segar,” ujar Joko. Susu yang dijual hari itu, merupakan hasil perahan hari itu juga. Menurut sarjana peternakan ini, susu segar khususnya yang baru saja diperah dari sapi akan sangat cepat basi. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang cepat agar susu segar punya daya simpan yang lebih lama.

Ada beberapa cara penyimpanan dengan baik yang bisa dilakukan. Joko menyarankan cara pertama untuk menjaga kesegaran susu adalah menyimpannya di lemari pendingin atau kulkas. Agar benar-benar awet, menyimpan susu segar diusahakan pada suhu di bawah 5°. Sebab, secara alami susu begitu keluar dari ambing hewan sudah mengandung antara ribuan bakteri per mili, namun hal itu normal.

Ambing hewan adalah kelenjar dalam payudara yang mengeluarkan air susu. Begitu susu segar kontak dengan udara, mesin perah, saringan, serta tangan manusia, itu akan meningkat bakterinya. Untuk menekan bakteri tidak berkali lipat, maka perlu didinginkan.

“Kalau kami di peternakan jarang sekali menyimpan susu segar. Soalnya begitu sudah diperah dari kandang, para loper sudah menunggu dan langsung dibawa untuk segera mereka olah untuk dijual kembali,” kata Joko.

Menurutnya, “umur” susu segar sapi hanya beberapa jam saja sejak diperah dari ambing. Maka itu, harus segera diolah begitu sudah berpindah ke tempat lain. Paling tidak, diproses pasteurisasi dengan dimasak. Tujuannya agar bisa lebih awet jika disimpan.

“Ini kita asumsikan kalau susu segar itu didapat dari peternakan rakyat. Berbeda dengan peternakan skala industri, mereka punya teknologi yang memadai untuk menyimpan susu menjadi lebih lama waktu simpannya,” urainya.

Dipanaskan, Lalu Simpan
Cara mengonsumi susu segar jika diperoleh dari kandang peternakan sapi perah bukan industri, tidak terlalu sulit. Sebelum dikonsumsi agar aman untuk diminum, susu segar juga perlu dipanaskan lebih dahulu atau dipasteurisasi. Cukup panaskan susu dengan suhu 75° C selama beberapa menit saja, agar susunya tidak rusak. Jika sudah, sebaiknya susu harus langsung diminum.

Namun jika tak habis, bisa juga disimpan di lemari pendingin. Susu yang sudah dipasteurisasi dan disimpan di lemari pendingin, bisa bertahan lebih kurang tiga hari. “Satu minggu juga ada yang bisa, tapi supaya aman lebih baik maksimal tiga hari. Simpan di botol atau tumblr tertutup di kulkas,” jelas Joko.

Satu hal yang paling penting, lanjut dia, jangan menyimpan susu segar yang belum dipasteurisasi di tempat bersuhu ruangan. Di suhu ruang terbuka, bakteri dalam susu akan mudah bertambah dan mudah terkontaminasi bakteri lainnya.

Jika ingin menyimpan susu lebih lama, bisa juga dibekukan dalam freezer. Membekukan susu tidak akan mengurangi zat gizinya. Masukkan susu ke dalam wadah tertutup seperti botol atau tumblr, lalu simpan ke dalam freezer. Susu bisa bertahan sekitar 3-6 bulan dalam keadaan seperti ini.

“Kalau besoknya mau diminum, turunkan dulu ke kulkas biasa. Jangan ke suhu ruang. Sehingga pas besok pagi mau diminum, susu yang di dalam kulkas itu sudah cair kembali. enggak boleh di suhu ruang karena bakteri nanti akan sangat cepat naiknya,” tambahnya.

Bisa Awet dalam Hitungan Bulan
Cukup banyak referensi untuk menyimpan susu segar agar tetap awet. Mengutip laman Good Housekeeping, sebenarnya ada cara untuk membuat susu lebih tahan lama, yakni dengan cara dibekukan. Food and Drug Administration (FDA) dari Amerika Serikat merekomendasikan mengonsumsi susu dalam waktu tiga bulan dibekukan dengan cara penyimpanan yang benar.

Pertama, tuang susu ke dalam plastik sebelum dibekukan. Sebelum membekukan susu, periksa terlebih dahulu tanggal kadaluarsa yang ada pada susu. Jika tanggalnya belum lewat, bisa gunakan susu tersebut. Berbeda dengan air, susu akan mengembang saat beku. Menyimpan susu di dalam botol kaca dan karton, memiliki kemungkinan pecah dan membuat freezer menjadi berantakan nantinya.

Anda bisa membekukan susu yang berada dalam botol galon plastik. Namun yang direkomendasikan adalah tuang susu ke dalam 2-3 plastik yang aman untuk dibekukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses pencairan susu.

Hanya saja, susu diketahui dapat menyerap aroma makanan apapun yang disimpan di dekatnya walaupun tempat penyimpanan berbahan tebal. Susu beku paling baik untuk dikonsumsi dalam waktu satu bulan. Ada baiknya juga simpan susu jauh dari ikan beku, daging, dan makanan beraroma tajam lainnya.

Kedua, cairkan susu dengan menaruhnya ke dalam mangkuk berisikan air dingin. Memindahkan susu dari freezer ke dalam kulkas semalaman memang bisa dilakukan. Namun jika memperhitungkan waktu, terdapat satu cara yang bisa dilakukan. Anda bisa isi sebuah mangkuk besar dengan air dingin. Selanjutnya, taruh plastik yang berisikan susu beku ke dalam mangkuk. Jika suhu air telah berubah, segera ganti kembali dengan air dingin.

Jangan pernah cairkan susu beku pada suhu ruangan. Hal tersebut berisiko merusak susu yang dengan susah payah diawetkan. Susu beku harus segera dikonsumsi dalam dua sampai tiga hari setelah mencair.

Ketiga, susu mengalami perubahan setelah dibekukan. Tidak seluruh susu dapat membeku secara merata. Misalnya, susu berbahan dasar nabati seperti susu almond, oat, kedelai, dan rami. Jenis susu tersebut diketahui akan menjadi kasar setelah dibekukan karena adanya pemisahan lemak. Beda halnya dengan susu sapi atau kambing. Kedua susu tersebut mungkin akan mengalami pemisahan. Namun karena mereka rendah lemak, susu skim dan susu bebas lemak dapat beku dengan baik. Kendati susu beku mempertahankan seluruh nutrisi aslinya, namun pemisahan lemak dapat memberi tekstur kasar saat susu dicairkan.

Perlakuan Susu UHT
Lain susu segar, lain pula perlakuannya untuk susu UHT (Ultra High Temperature). Susu UHT adalah jenis susu yang diproses dengan pemanasan tinggi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya. Proses ini membuat susu UHT memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan susu biasa, bahkan tanpa harus disimpan di kulkas sebelum dibuka.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penyimpanan susu UHT. Di antaranya susu UHT yang masih tersegel tidak perlu disimpan di kulkas. Ini karena proses pemanasan tinggi telah memastikan susu tersebut steril dan aman dari kontaminasi bakteri. Cukup disimpan di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung. Umur simpan susu UHT yang belum dibuka biasanya berkisar antara enam hingga sembilan bulan.

Kemudian jika kemasan susu UHT sudah dibuka, kondisi penyimpanannya berubah. Susu yang sudah terbuka harus disimpan di dalam kulkas untuk menjaga kesegaran dan mencegah pertumbuhan bakteri, juga menjaga kualitas rasa dan nutrisinya. Susu UHT yang sudah terbuka sebaiknya dikonsumsi dalam waktu tiga hingga lima hari. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SEBANYAK 50 EKOR SAPI PERAH IMPOR TIBA DI TANAH AIR

Sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia yang tiba di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia tiba di Indonesia, menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan dan diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu yang digaungkan pemerintah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menegaskan bahwa kedatangan sapi perah bunting ini merupakan bagian dari rencana blueprint Kementerian Pertanian untuk mendorong peran investor dalam meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan.

“Kedatangan sapi perah bunting ini merupakan wujud komitmen nyata sektor swasta untuk berperan dalam percepatan investasi di Indonesia. Kami mengapresiasi PT Juang Jaya Abdi Alam yang telah memulai investasi strategis ini,” kata Agung saat menyaksikan kedatangan sapi perah di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Ia menambahkan, impor akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi investor lain untuk turut berkontribusi dalam pembangunan subsektor peternakan.

Sapi perah dalam keadaan bunting antara 3 hingga 7 bulan ini rencananya akan ditempatkan di Lampung untuk mendukung penyediaan susu di provinsi tersebut. “Harapannya selain menghasilkan pedet, sapi-sapi ini juga akan mulai memproduksi susu untuk kebutuhan lokal pada pertengahan tahun depan,” ucap Agung.

Selain sapi perah bunting, pada kesempatan yang sama juga didatangkan 600 ekor bibit domba dan kambing perah, yang terdiri dari 400 ekor domba Droper dan 200 ekor kambing perah jenis Saanen. Bibit ternak ini milik PT Samana Agri Yasa dan rencananya akan dikirim ke instalasi karantina di Cilacap, Jawa Tengah.

Kedatangan sapi perah bunting, domba, dan kambing perah ini merupakan langkah dalam mempercepat investasi sapi perah nasional, sekaligus mendukung program MBG. (INF)

PELATIHAN FORMULASI PAKAN SAPI PERAH ALA CENTRAS IPB UNIVERSITY

Para Peserta Pelatihan Formulasi Pakan Sapi Perah
(Foto : CR)

CENTRAS (Center for Tropical Animal Studies) IPB University mengadakan pelatihan bertajuk "Formulation, Production, and Rapid Test of Dairy Cattle Feed Quality", yang dilaksanakan pada Rabu-Kamis (20-21/11) di Ibis Styles Bogor Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, dan kunjungan pada Jumat (22/11) di Nutricell Pacific, Tangerang Selatan. 

Tujuan dari kegiatan tersebut yakni untuk menggali lebih dalam mengenai pentingnya formulasi pakan yang tepat, proses produksi yang efisien, serta penerapan uji cepat untuk memastikan kualitas pakan yang optimal. Selain itu acara tersebut juga dimaksudkan untuk  memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi para peternak, pengusaha pakan, dan praktisi di bidang ini.

Ketua CENTRAS IPB University Prof Nahrowi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah wujud nyata komitmen CENTRAS dalam mencari solusi atas berbagai tantangan di sektor peternakan sapi perah khususnya dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas. 

Peternakan sapi perah di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan yang kompleks. Yang palingh mendasar adalah produktivitas dan kualitas susu sapi perah yang masih rendah. Ia menyebut ada beberapa faktor salah satunya adalah kualitas pakan yang belum bagus. 

"Peternak kita terutama skala kecil banyak menghabiskan waktu untuk mencari hijauan pakan. Ini paradigma yang harus kita ubah, supaya waktunya itu dihabiskan di kandang untuk memantau sapi-sapinya," tutur Nahrowi.

Dirinya juga menyoroti mengenai isu kebutuhan susu nasional terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan adanya program pemerintah seperti makan bergizi gratis dimana minum susu menjadi salah satu yang digaungkan.

"Ironisnya ketergantungan kita pada impor susu juga terus meningkat karena produksi kita tidak cukup, terlebih setelah terjadi wabah PMK. Alhasil ini tantangan besar yang memerlukan perubahan mendasar khususnya dalam pendekatan budidaya dan pakan ternak sapi perah," jelas Prof Nahrowi.

Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nur Saptahidhayat yang juga memberikan sambutannya melalui daring mengatakan bahwa isu di sektor sapi perah sejatinya semakin menarik, apalagi beberapa waktu lalu sempat terjadi demonstrasi yang bahkan sampai ada kegiatan mandi susu.

"Ini menggambarkan bahwasanya permasalahan di sapi perah ini ternyata tidak sesederhana itu, tidak hanya masalah produksi distribusi dan penyerapan pun juga bermasalah. Demonstrasi justru membuka wawasan semua pimpinan nasional, bahkan sampai ada pertemuan yang baru pertama kali pertemuan membahas sapi perah yang bahkan dihadiri oleh Mensesneg, Menko, dan juga kedepan akan ada diskusi bersama Menhan. Ini memang agak diluar apa yang pernah ia bayangkan," tuturnya. 

Ia menegaskan permasalahan persusuan menjadi permasalahan nasional yang menjadi fokus para petinggi negara, karena bersamaan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak terlepas dari peran sapi perah yaitu dalam rangka menyediakan susu. 

"Semua lini menjadi penting terkait dengan pengembangan sapi perah, salah satu lini yang tidak kalah penting adalah penyediaan pakan, menjadi satu hal yang mutlak. Dimana-mana kita selalu mendiskusikan tentang sapi terutama sapi perah dan yang menjadi topik paling hangat adalah terkait dengan pakan," pungkas Sapta.

KOMISI IV DPR RI DUKUNG ADANYA PERPRES UNTUK KEMAJUAN PETERNAK

Komisi IV DPR RI saat kunjungan kerja ke KPSBU Lembang. (Foto: Istimewa)

Komisi IV DPR RI menyatakan dukungan penuh terhadap penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) yang bertujuan memperkuat subsektor peternakan nasional, khususnya peternakan sapi perah.

Dukungan tersebut disampaikan dalam kunjungan kerja ke Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Kamis (21/11/2024). "Kami di Komisi IV akan mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan regulasi yang mendukung keberlanjutan peternakan dan berpihak pada peternak,” ujar Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto.

Ia juga menegaskan, peningkatan nutrisi masyarakat berbasis protein hewani menjadi program yang sangat penting. “Seperti susu gratis untuk anak-anak sekolah dapat menjadi solusi untuk mencegah stunting sekaligus meningkatkan kualitas pangan berbasis protein hewani,” katanya.

Menurutnya, program pengembangan peternakan sapi perah berpotensi besar mendorong pertumbuhan subsektor ini dari hulu ke hilir. Namun, ia juga mengingatkan adanya tantangan yang perlu diatasi, mulai dari perubahan iklim dan lingkungan, fluktuasi harga pakan, hingga regenerasi peternak.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, memaparkan bahwa produksi susu lokal saat ini baru bisa memenuhi 19-20% kebutuhan nasional. Kondisi ini, lanjut dia, tidak seharusnya menjadi alasan bagi industri pengolahan susu (IPS) untuk tidak menyerap produksi peternak lokal.

“Kami sedang menyusun peraturan yang mewajibkan IPS menyerap susu lokal, sesuai arahan Menteri Pertanian dan Menteri Sekretaris Negara. Harapannya, regulasi ini bisa mengembalikan ketentuan seperti sebelum 1998, dimana penyerapannya diatur lebih ketat,” kata Agung.

Ia mengungkapkan, perlunya sinergi antara pemerintah, DPR, dan pelaku industri untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor ini. “Melalui regulasi kita ingin mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi, menyambut baik rencana penerbitan Perpres tersebut. Menurutnya, kebijakan ini menjadi solusi atas berbagai isu yang dihadapi peternak, seperti rendahnya penyerapan susu oleh industri dan persoalan harga jual.

“Alhamdulillah, pemerintah cepat tanggap. Dengan regulasi ini IPS wajib menyerap susu peternak lokal, sehingga peternak tidak lagi menghadapi kesulitan menjual hasil produksinya,” kata Dedi.

Ia pun optimis regulasi akan berdampak positif pada keberlanjutan sektor peternakan sapi perah. “Jika regulasi ini diterapkan, peternak pasti lebih bersemangat. Produksi susu pun akan meningkat, sehingga mendukung program gizi nasional,” ucapnya.

Diharapkan kunjungan kerja tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor demi keberlanjutan peternakan sapi perah. Dengan dukungan regulasi dan akses teknologi, sektor ini diharapkan mampu berkontribusi lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. (INF)

AKSI PROTES, MENTAN PERTEMUKAN PETERNAK DAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU

Konferensi pers Mentan Amran usai pertemukan peternak dan industri pengolahan susu di kantornya. (Foto: Istimewa)

Aksi protes peternak dan pengepul kepada industri pengolahan susu akhirnya berujung damai. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mempertemukan peternak sapi perah, pengepul, dan industri pengolahan susu. Dalam mediasi tersebut, semua pihak bersepakat bekerja sama agar produksi susu dalam negeri dapat terserap.

“Kami sudah mempertemukan industri, peternak, dan pengepul. Semuanya sudah sepakat untuk berdamai,” ujar Amran, saat konferensi pers usai pertemuan di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (11/11/2024).

Sebagai langkah konkret, Kementan akan mengubah regulasi untuk mewajibkan industri susu menyerap susu dari peternak lokal. “Seluruh industri wajib menyerap susu peternak. Kami sudah sepakati, tandatangani, dan kirim surat ke dinas peternakan provinsi dan kabupaten untuk ditindaklanjuti,” ucapnya.

Dengan adanya kebijakan ini, industri pengolahan susu nasional harus bisa meyerap semua susu peternak, kecuali susu memang mengalami kerusakan. Amran meyakini, kebijakan ini akan berdampak pada meningkatnya gairah para peternak sapi perah dalam berproduksi.

“Kami harapkan industri bersama pemerintah turun tangan untuk membina para peternak dan membantu meningkatkan kualitas susu dalam negeri. Ini sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang meminta pemerintah untuk hadir di tengah-tengah industri dan peternak bisa tumbuh bersama,” ungkapnya.

Pihaknya pun berjanji akan melakukan evaluasi ketat terhadap pelaksanaan kebijakan ini. Untuk sementara, lima perusahaan pengolahan susu ditahan izin impornya untuk memastikan mereka memenuhi kewajiban menyerap produksi peternak.

“Saya yakin industri akan mematuhi kebijakan kami. Tapi jika mereka menolak, kami akan cabut izin impor mereka selamanya. Ini ketegasan kami pemerintah untuk melindungi peternak,” tegas Amran.

Kebijakan Kementan tersebut akan diikuti Peraturan Presiden (Perpres) yang mewajibkan industri menyerap produksi susu dalam negeri. Aturan ini diharapkan dapat membalikkan kebijakan yang berlaku sejak krisis ekonomi tahun 1997/1998, saat Inpres No. 2/1985 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional dicabut karena mengikuti letter of intent antara Pemerintah RI dengan IMF. Sejak saat itu, ketergantungan pada impor meningkat drastis, dari 40% pada 1997 menjadi 80% saat ini.

Mensesneg Prasetyo Hadi, yang turut hadir dalam pertemuan, turut menyampaikan apresiasinya kepada Kementan yang sigap mencari solusi.

“Inilah yang menurut saya harus kita galakkan, meskipun ada permasalahan kita mencari solusi bersama-sama, tumbuh bersama teman-teman industri dan peternak susu. Menurut saya ini energi positif, karena industri ini vital, semua membutuhkan asupan gizi termasuk susu,” kata Prasetyo.

Sementara menurut salah satu pengepul susu asal Pasuruan, Bayu Aji Handayanto, yang turut melakukan aksi membuang susu kemarin, sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah menggelar mediasi.

"Semua berjalan lancar. Saya mewakili peternak sapi perah merasa terharu. Kami seperti mendapat sosok bapak baru, inspirasi kami kini didengar oleh Bapak Menteri Pertanian, Mensesneg, dan Wamentan yang telah merespons cepat," katanya.

Ia menambahkan bahwa selama ini tuntutan peternak hanya satu, namun dalam pertemuan mediasi mereka mendapat banyak perhatian dari pemerintah. Salah satu langkah yang sangat diapresiasi adalah akan dimasukkannya susu ke dalam daftar Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Bapokting), yang menurutnya akan memberi perlindungan lebih bagi peternak lokal. (INF)

DPN BERI PENGHARGAAN “BAPAK PETERNAKAN SAPI PERAH DAN KOPERASI SUSU”

Foto bersama pemberian penghargaan kepada Alm. Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin SH oleh Dewan Persusuan Nasional di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM. (Foto: Dok. Infovet)

Dewan Persusuan Nasional (DPN) memberikan penghargaan gelar “Bapak Peternakan Sapi Perah dan Koperasi Susu” kepada Alm. Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin SH, dalam rangka penghormatan dan mengenang jasanya mengembangkan industri susu di Tanah Air agar bisa bangkit dari keterpurukan.

Ketua DPN, Teguh Boediyana, pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pihaknya sudah mencermati perjalanan peternakan sapi perah rakyat dan koperasi susu di Tanah Air sejak zaman Belanda. Meski saat itu sudah eksis, tetapi perkembangan yang signifikan terjadi pada 1978.

“Bisa dikatakan sebagai tonggak kemajuan peternakan sapi perah rakyat dan koperasi susu yang bermula ketika Pak Bustanil Arifin diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Muda Urusan Koperasi dan tetap merangkap sebagai Kabulog,” ujar Teguh.

Ia bercerita bagaimana Bustanil mengembangkan industri sapi perah dan koperasi susu yang dipelajarinya dari kesuksesan koperasi susu di India. Untuk menunjang program tersebut, Bustanil menerbitkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Pengembangan Persusuan Nasional.

“Langkah kebijakan pertama dari Pak Bustanil di awal 1978 itu dan menjadi dasar kuat perkembangan peternakan sapi perah dan koperasi susu di Indonesia adalah suatu keberanian politik yang luar biasa. Beliau ‘memaksa’ Industri Pengolahan Susu (IPS) saat itu untuk menyerap susu yang dihasilkan peternak rakyat dengan harga Rp 150-180 per liternya. Sebelumnya beberapa IPS yang menyerap susu peternak dalam jumlah sangat kecil dengan harga Rp 60 per liternya,” kenang Teguh.

Dengan adanya kebijakan itu, lanjut Teguh, adanya kepastian pasar dan harga yang layak menjadi panacea dan dengan sangat cepat mampu menggerakkan peternak sapi perah rakyat bangkit dan membenahi usahanya.

Ia juga menambahkan, pengembangan peternakan sapi perah dan wadah koperasi susu semakin diperkuat dengan payung hukum yang semakin kokoh. pada 1985, untuk menjamin perkembangan peternakan sapi perah dan persusuan, khususnya sapi perah rakyat dan koperasi susu, diterbitkan Inpres No. 2/1985 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional.

Dalam Inpres tersebut secara jelas tersurat bahwa pengembangan persusuan ditujukan untuk meningkatkan dan memanfaatkan potensi susu dalam negeri sehingga terjadi peningkatan produksi susu untuk mememnuhi permintaan dalam negeri, mengurangi impor, meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani/peternak.

“Namun krisis moneter yang terjadi di sekitar pada 1997 menjadi titik balik yang tragis. Melalui Inpres No. 4/1998, Inpres No. 2/1985 dicabut dan tidak diberlakukan lagi. Peternak sapi perah dan koperasi susu tak lagi punya payung hokum, dimana sebelumnya pemerintah dapat mengintervensi gesekan antara koperasi dengan IPS,” ungkapnya.

“Sejak 1998, peternak sapi perah dan koperasi susu memasuki kancah liberalisasi tanpa proteksi. Meskipun pihak IPS menjamin untuk menyerap susu segar, tetapi posisi tawar peternak sapi perah/koperasi yang menggantungkan pasar produksinya sebagai bahan baku kepada IPS menjadi lemah.”

Saat ini perkembangan produksi susu segar relatif stagnan di bawah 20% dari kebutuhan nasional. Jumlah koperasi primer susu juga menyusut dan tercatat tinggal 65 buah. Dari koperasi yang ada itu hanya beberapa yang mengelola susu segar dalam jumlah besar.

“Semoga dengan penghargaan ini bisa menjadi motivasi bagi industri susu untuk kembali menggeliat seperti sebelum terjadinya krisis moneter, dimana industri dan koperasi susu mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan susu nasional,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rochadi Tawaf yang juga pengurus DPN sekaligus Dewan Pakar PPSKI. Ia menyatakan untuk kembali memperkuat wadah koperasi susu dan menjadikan susu sebagai konsumsi bagi anak-anak sekolah, seperti yang telah dikiprahkan oleh Bustanil Arifin.

“Koperasi susu kita saat ini sudah turun jauh sekali, saat ini hanya sekitar 50-an dari 200-an koperasi susu sebelumnya. Oleh karena itu seperti yang tadi saya sampaikan, penguatan koperasi susu itu yang sangat penting,” kata Rochadi ditemui Infovet.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sulistyo, perwakilan peternak rakyat sapi perah dari GKSI Jawa Timur, bahwa apa yang telah dilakukan oleh Butanil Arifin adalah sebuah realita, mengingat koperasi susu menjadi hal yang sangat penting untuk memperkuat perekonomian, utamanya dari sektor sapi perah. (RBS)

INVESTOR ASAL VIETNAM DIAJAK MENTAN TINJAU LAHAN

Mentan saat membawa investor dari Vietnam meninjau lokasi di Sulteng. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) membawa investor dari Vietnam untuk berinvestasi sektor peternakan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menjelaskan investasi tersebut berbentuk pembangunan industri sapi perah dan industri pengolahan susu.

“Investornya alhamdulillah mereka tertarik berinvestasi di Kabupaten Poso. Kami mendapatkan arahan dari presiden untuk kita membangun peternakan, dairy cattle untuk produksi susu di sini,” terang Mentan Amran saat meninjau lahan investasi di Napu, Poso, Rabu (25/9/2024).

Investasi ini merupakan tindak lanjut kerja sama dari hasil lawatan Mentan Amran saat ke Vietnam beberapa waktu lalu. “Ini (investor) merupakan perusahaan terbesar dalam memproduksi susu, kalau investasinya lancar, tiga sampai lima tahun target produksinya 1,8 juta ton,” katanya.

Saat ini Indonesia masih memenuhi kebutuhan susu dalam negeri dengan memasukkan produk susu dari luar negeri sebanyak 3,7 juta ton. Mentan berharap, pemerintah daerah dan pengambil kebijakan terkait menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah pusat untuk mendukung program tersebut. Sehingga perlu dilakukan akselerasi agar investor tidak pindah ke lain hati.

“Kepada masyarakat Poso, masyarakat Sulawesi Tengah agar mengawal dengan baik. Perusahaan ini sudah memiliki cabang di Amerika, New Zeland, Rusia, Australia, perusahaan ini perlu kita sambut dengan baik,” imbuhnya.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Vietnam, Denny Abdi, menyebutkan bahwa investasi perusahaan Vietnam untuk membangun Indonesia emas yang dicita-citakan bergantung kepada lahan yang dipersiapkan.

“Lahan yang available ada sekitar enam ribu hektare, kemudian bisa diperluas menjadi 60 ribu hektare. Bahkan bisa diperluas menjadi 100 ribu hektare. Dengan 100 ribu hektare dapat memproduksi 1,8 juta ton dengan nilai investasi mendekati satu miliar dolar,” tutur Denny.

Camat Lore Timur, Poso, Ferdianto Tarakolo, menyambut baik gagasan investasi dan mengucapkan apresiasinya, serta berkomitmen mendukung program ini ke depannya.

“Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah untuk mengunjungi wilayah kami yang mempunyai potensi pengembangan sapi perah, dengan langkah awal menggunakan lahan HPL. Sebagai pemerintah daerah dan mewakili masyarakat kami merespons positif rencana ini karena akan membuka lapangan pekerjaan dan memperbaiki gizi,” katanya. (INF)

PERTEMUAN BILATERAL INDONESIA - BRASIL, INDONESIA DAPAT INVESTASI SENILAI 4,5 T

Amran Sulaiman Bersama Carlos Favaro
(Foto : Kementan)


Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanian Brasil, Carlos Favaro, di Chapada Dos Guimaraes, Brasil. Pada pertemuan tersebut, tim dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI menginisiasi mutual of understanding (MoU) antara PT Asiabeef Biofarma Indonesia (Asiabeef) dengan Agropecuaria 31 (31 Group).


MoU tersebut berisi komitmen kerjasama investasi pengembangan 100.000 ekor ternak sapi perah tropis asal Brasil yang akan dilaksanakan di Indonesia dalam rangka mendukung peningkatan produksi susu dalam negeri. Investasi diperkirakan bernilai Rp4,5 Triliun.

“Kehadiran investor asal Brasil ini dapat turut mendukung upaya kita untuk swasembada daging dan susu,” terang Mentan Amran dalam keterangan pers, Kamis (12/09/2024) malam waktu setempat.

Mentan Amran menyampaikan harapannya, bahwa Indonesia dapat memenuhi kebutuhan protein daging sapi dan susu dari dalam negeri, bukan melalui impor. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut, Indonesia harus bisa mengembangkan peternakan secara masif.

“Semua investasi ini akan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai bidang peternakan,” tambah Mentan Amran.

Pada pertemuan itu, Mentan Brasil Carlos Favaro menyebutkan pihaknya akan secepatnya datang ke Indonesia. Carlos berjanji membawa serta beberapa pengusaha besar di sektor peternakan. Dengan rencana datangnya para pengusaha tersebut ke Indonesia, diharapkan Indonesia – Brasil dapat membuat kesepakatan lanjutan tentang pembangunan sektor peternakan di Indonesia.

Pertemuan Bilateral Indonesia – Brasil ini dilakukan langsung setelah Mentan Amran menghadiri G20 Agriculture Ministerial Meeting (AMM). Pada G20 AMM yang juga diselenggarakan di lokasi yang sama, Mentan Amran menyampaikan pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus mentransformasi sistem pertanian dan pangan secara holistik. Komitmen tersebut berbuah hasil positif.

“Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 2017, 2019, 2020, dan 2021, serta menghasilkan surplus jagung, bawang merah, kelapa sawit, ayam, dan telur dalam beberapa tahun terakhir, memenuhi kebutuhan 281 juta rakyat Indonesia,” terang Mentan Amran.

Langkah strategis dalam Pembangunan sektor pertanian harus segera diambil karena dunia sedang menghadapi ekanan yang semakin besar dengan perkiraan populasi global yang mencapai 8,6 miliar pada tahun 2030.

“Kita harus meningkatkan produksi pangan sambil melestarikan sumber daya alam kita yang semakin menipis,” ujar Mentan Amran.

Menurutnya, Indonesia akan berstrategi dengan menekankan solusi fleksibel dan inovatif untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan, dengan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia, serta teknologi modern.

Mentan Amran pun mengajak seluruh anggota G20 untuk memajukan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan.

“Dengan bekerja sama dan berbagi praktik terbaik, kita dapat mengatasi tantangan, mendorong inklusivitas, dan membangun masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan,” pungkas Mentan Amran. (INF)

INVESTOR TIONGKOK BERMINAT BERINVESTASI DI SEKTOR SAPI PERAH RI

Agung Suganda Saat Menerima Kedatangan Investor Tiongkok
(Foto : Xinhua)


Investor asal China, Hangzhou House of Chamber, berencana menanamkan modal di bidang peternakan sapi perah Indonesia sebagaimana disampaikan dalam pertemuan dengan pejabat di Kementerian Pertanian Republik Indonesia (RI) pada akhir pekan lalu.

Investor China tersebut berencana mengembangkan peternakan dan mendatangkan 30 ribu ekor sapi di tiga wilayah strategis Indonesia, antara lain Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Pemilihan wilayah ini mempertimbangkan ketersediaan lahan yang memadai serta infrastruktur yang mendukung untuk peternakan skala besar. Kementerian Pertanian telah menawarkan 2.600 hektare lahan di Kalimantan Timur sebagai hak guna usaha (HGU).

"Investasi ini diharapkan dapat membawa peningkatan signifikan dalam industri peternakan sapi perah di Indonesia, sekaligus memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan China dalam jangka panjang," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Agung Suganda, dalam keterangan resminya.

Perwakilan Hangzhou House of Chamber berharap investasi tersebut dapat dimulai pada Oktober 2024. Komitmen ini menjadi bagian dari rencana jangka panjang perusahaan itu untuk berkontribusi dalam penyediaan susu nasional di Indonesia, serta memperluas pasar produk olahan susu ke negara-negara di Asia Tenggara.

Kementerian Pertanian menyebut investasi ini akan mendukung peningkatan produksi susu nasional dan berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi. (INF)

KEMENTAN: GERAKAN MINUM SUSU DI BANYUMAS BERJALAN LANCAR

Siswa-siswi SD sedang minum susu. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), memastikan kelancaran program Gerakan Minum Susu bagi siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Program yang dimulai sejak Senin (5/8/2024), bertujuan meningkatkan gizi anak-anak sekolah melalui peningkatan konsumsi susu. Hal tersebut disampaikan Dirjen PKH, Agung Suganda, saat meninjau pelaksanaan program di SDN Kalisube, Senin (12/8). Ia menegaskan pentingnya program ini sebagai komitmen pemerintah memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup sejak dini.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian dan juga didukung Pj Bupati Banyumas, program ini bertujuan memastikan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kami percaya bahwa peningkatan konsumsi susu akan berdampak positif terhadap perkembangan fisik, mental, dan kecerdasan anak-anak,” kata Agung.

Ia juga mengimbau pentingnya kerja sama dari semua pihak untuk kelancaran program ini. “Kami ajak seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah, tenaga pendidik, hingga orang tua siswa untuk mendukung program ini agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi setiap anak,” imbuhnya.

Selama minggu pertama pelaksanaan program tersebut sebanyak 6.454 botol susu segar yang telah dipasteurisasi berukuran 200 ml telah didistribusikan. Dari jumlah tersebut sebanyak 5.728 botol (88,8%) habis, sementara 672 botol (10,4%) tidak habis diminum, dan 54 botol (0,8%) tidak diminum karena alasan alergi atau ketidakhadiran siswa.

Menanggapi hal itu, Ditjen PKH terus memantau dan memberikan edukasi agar siswa menghabiskan susu secara bertahap. Dinas Kesehatan bersama Puskesmas setempat juga melakukan monitoring berkala pasca minum susu.

Sekretaris Daerah Banyumas, Agus Nur Hadie, turut mengungkapkan optimistisme bahwa program ini akan memberikan manfaat signifikan bagi perkembangan anak-anak di Banyumas. “Dari Gerakan Minum Susu ini, kita berharap anak-anak menjadi lebih cerdas, memiliki ketahanan tubuh yang kuat, dan menjadi semakin sehat,” katanya.

Sementara Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional, Nasrullah, menambahkan bahwa pelaksanaan Gerakan Minum Susu ini turut mendukung ketahanan pangan nasional dan mendorong peningkatan produksi susu dalam negeri.

“Program ini tidak hanya meningkatkan gizi anak, tetapi juga sebagai langkah strategis mendukung ketahanan pangan nasional. Ini juga membuka peluang bagi peternakan lokal untuk berkembang,” ucap Nasrullah.

Untuk memastikan manfaat dari program tersebut, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman tengah mengumpulkan data untuk melakukan evaluasi dampak melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kadar hemoglobin dalam darah siswa di empat sekolah yang terlibat. Evaluasi ini akan dilakukan tiga kali selama pelaksanaan program.

Dengan pemantauan dan evaluasi ketat, Ditjen PKH berharap dapat berhasil meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak SD di Banyumas, serta menjadi model bagi daerah lain di Indonesia. (INF)

MIMPI PANJANG INDUSTRI SAPI PERAH DATARAN RENDAH DI INDONESIA

Foto bersama seluruh peserta talkshow (Dok. NDV)

Banyak aspek yang perlu dikaji secara mendalam untuk mewujudkan mimpi swasembada susu dan pengembangan industri sapi perah nasional. Mulai dari aspek breeding, reproduksi, pakan, budidaya, kesehatan hewan, dan lingkungan.

Hal tersebut dikemukakan Dr Ir Arief Arianto MSc, Agr selaku Plt Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sabtu 10 Agustus 2024 dalam talkshow bertajuk ‘Mimpi Panjang Industri Sapi Perah Dataran Rendah di Indonesia’.

Arief Arianto (Dok. NDV)

Arief menjelaskan strategi pengembangan industri sapi perah berbeda dengan pendekatan yang selama ini di lakukan yaitu di dataran tinggi, karena menyesuaikan kondisi optimal untuk kehidupan sapi perah yang kebanyakannya adalah jenis sapi perah subtropis.

Indonesia tidak memiliki sumber daya genetik sapi perah lokal. Sejarah panjang perkembangan industri sapi perah Indonesia diawali dengan introduksi sapi Ayrshire, Jersey, dan Milking Shorthorn pada tahun 1880 dari Australia. Kemudian dilanjutkan dengan introduksi sapi FH dari Belanda pada awal abad ke-XX yang menjadi cikal bakal berkembangnya peternakan sapi perah di Indonesia hingga saat ini. 

Perkembangan sapi perah tidak sepesat sapi potong. “Populasi sapi perah kita saat ini hanya 400.000-500.000 ekor atau sekitar 2,9% dibandingkan populasi sapi potong yang mencapai 17,6 juta ekor,” sebut Arief. 

Menurut data BPS tahun 2023, dalam 20 tahun terakhir ini, populasi sapi perah hanya meningkat 43%, yakni dari 354.253 ekor pada tahun 2020 menjadi 507.075 ekor pada tahun 2023. 

Perkembangan populasi sapi perah yang lambat tidak terlepas dari asumsi bahwa sapi-sapi perah subtropis hanya adaptif di dataran tinggi yang memiliki suhu dan kelembaban rendah, sehingga kebijakan kawasan pengembangannya menjadi terbatas. 

Kedua, ada anggapan mengonsumsi susu bukan merupakan budaya Indonesia, serta sering memberikan image negatif kepada anak bangsa sendiri denga berseloroh bahwa jika anak-anak Indonesia diberi minuman susu pasti akan diare. “Pola pikir demikian harus mulai kita rubah untuk mendorong perkembangan industri susu nasional,” imbaunya.  

Pemahaman ini perlu ditanamkan untuk memperbaiki kualitas SDM Indonesia ke depan. Rendahnya kualitas SDM tidak terlepas dari rendahnya konsumsi protein hewani yang mengandung zat gizi yang lengkap dan penting, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Konsumsi susu nasional saat ini adalah sekitar 16,3 liter/kapita/tahun. Merupakan yang terendah di ASEAN. Konsumsi susu Malaysia mencapai 36,2 liter/kapita/tahun, Myanmar mencapai 26,7 liter/kapita/tahun, Thailand mencapai 22,2 liter/kapita/tahun, dan Filipina mencapai 17,8 liter/kapita/tahun. Oleh karena itu, harus dilakukan terobosan untuk meningkatan produksi dan konsumsi susu nasional, melalui kebijakan dan kegiatan riset yang mendukung perkembangan industri susu dari hulu hingga ke hilir.        

Tentunya akan banyak kendala yang dihadapi untuk mengadaptasikan ternak di luar agroekosistem. Arief mengatakan hal ini menjadi tantangan bagi periset BRIN untuk menemukan inovasi dan menghasilkan teknologi dalam mempertahankan, serta meningkatkan produktivitas sapi perah di dataran rendah. 

“Kami berharap dari talkshow ini, akan dapat merumuskan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk akselerasi perkembangan industri susu nasional yang terpadu mulai dari on farm hingga off farm,” ungkap Arief.

Overview Industri Peternakan Sapi Perah Terintegrasi  

Senada dengan Arief, Plt Kepala Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Prof Dr Drh Herdis MSi mengatakan susu sapi merupakan produk protein hewan yang sangat penting karena mengandung asam amino esensial untuk kecerdasan otak.

Herdis

“Kita ketahui program pemerintah yang akan datang salah satunya adalah mencanangkan susu gratis. Ternyata program susu gratis ini sudah dirintis oleh pemerintah Inggris tahun 1921 dan sekarang sudah dilaksanakan 52 negara,” terang Herdis. 

Herdis dalam paparannya menyajikan data persediaan susu sapi perah nasional yang masih terlihat flat perkembangannya dari ke tahun ke tahun. “Kita lihat bapak ibu hadirin semua, dari tahun 2021 hingga 2022 volumenya masih sekitar setengah jutaan,” sebutnya.

Peternakan susu sapi dari data yang dipaparkan terkumpul di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah hampir 90% dari peternakan susu sapi di Indonesia. 

Herdis menambahkan, Indonesia masih mengimpor dengan presentase 81% dari kebutuhan susu nasional. “Kita lihat dari data yang saya peroleh, terdapat gap 81,2% antara permintaan kebutuhan susu dengan produksi nasional. Hal ini menjadi tantangan kembali, untuk bersama-sama mengurangi gap tersebut,” ujarnya.

Sharing Experiences PT Global Dairy Alami

Rizal Fauzi ST, Agriservices Manager Procurement PT Global Dairy Alami Subang (GDA) sebagai salah satu narasumber mengatakan ketika pebisnis melakukan usaha, tentukan harus memastikan barang tersebut akan laku atau tidak. Maka jika melihat jumlah importasi susu dan produksi susu dalam negeri, hal tersebut adalah peluang bisnis peternakan yang besar.

Rizal Fauzi

PT Global Dairy Alami secara legalitas didirikan pada tahun 2017. Sampai saat ini, populasi sapi di PT GDA mencapai 5.400 dan akhir tahun 2024 diperkirakan populasi penuh. “Jadi mungkin yang akan kami lakukan seleksi demi seleksi, mana sapi yang bisa kita keep, serta mana yang bisa kita berdayakan lagi dengan peternak rakyat,” ungkap Rizal.

Rizal mengklasifikasikan menjadi tiga faktor utama untuk memastikan bisnis GDA berkelanjutan. “Membahas climate requirement, saya rasa semua orang peternakan memahami,” katanya.

Dalam presentasinya, pada sub bahasan Temperature Humidity Index (THI) 67, Rizal mengatakan  nilainya bukan sekedar suhu panas akan tapi kelembabannya tinggi. Melihat iklim di Indonesia, di puncak gunung sekalipun kelembabannya pasti di atas 70%. 

Dijelaskan Rizal, diperlukan langkah merekayasa lingkungan supaya sapi tetap nyaman di tempat panas sekalipun. Terpenting perlu diperhatikan adalah masalah THI bukan masalah suhu, karena kalau soal sekadar panas di-spray air selesai, tapi kalau lembab di-spray air menambah tingkat kepengapan. “Jadi jatuhnya dingin tapi pengap dan sapi sudah tentu kepanasan. Kita juga harus perhatikan waktu istirahat sapi, gimana mau istirahat kalau dia kepanasan,” terangnya.

Imbuh Rizal, biasanya sapi-sapi dapat dibantu dengan penambahan kipas dan lebih penting lagi menurunkan kelembaban dengan mempercepat arah aliran angin. Langkah tersebut untuk menurunkan temperatur di badan sapi tanpa membuat sapi pengap.

“Jadi mau enggak mau ya kita basahin badannya kemudian kita semprot kipas, seperti kita habis mandi dikipasin terus jadi dingin. Tetapi jangan sampai spray saja, jadi badan sapi harus benar-benar basah,” jelasnya. 

Berikutnya ada persoalan utility. Pada kawasan pegunungan electricity and fuel kemudian water source, waste management memang terbatas. 

“Kalau di dataran rendah itu mudah sekali dan yang paling penting adalah pakan dan akses logistiknya,” tambah Riza. 

Berbicara mengenai pakan dan logistik akan terus-menerus menjadi beban selama beroperasi. Apabila masalahnya tidak lekas diselesaikan akan menjadi cost produksi berlebih.

Strategi Besar Pemerintah 

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Dr Drh Agung Suganda MSi dalam kesempatan yang sama memaparkan strategi besar untuk mencapai swasembada susu dan mengembangkan industri sapi perah nasional.

Agung Suganda

Agung mengungkapkan bahwa konsumsi susu per kapita di Indonesia saat ini mencapai 16,1 liter per tahun, angka yang masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Brunei. 

Adapun demikian Agung menekankan tren positif pertumbuhan konsumsi susu rata-rata sebesar 6% per tahun, yang mencerminkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi susu. Selain itu, dengan dicanangkannya Program Minum Susu Gratis bagi 82,9 juta siswa sekolah/pesantren dan ibu hamil, maka konsumsi susu per akpita akan jauh lebih meningkat lagi.

Menanggapi tantangan ini, Ditjen PKH telah merumuskan sejumlah inisiatif strategis untuk meningkatkan produksi susu segar dalam negeri. Fokus utamanya adalah meningkatkan kualitas genetik dan produksi bibit sapi perah, impor sapi perah dari negara-negara maju, pengembangan cluster khusus sapi perah, serta pemanfaatan lahan potensial.

"Dengan strategi-strategi ini, kami berharap tidak hanya meningkatkan produksi susu domestik, namun juga memperkuat kesejahteraan peternak lokal dan menciptakan ekosistem industri susu yang lebih berkelanjutan di Indonesia," ujar Agung.

Pemerintah berencana membangun industri peternakan sapi perah terintegrasi atau Mega Farm di luar pulau Jawa. Proyek ini dirancang untuk mencakup seluruh rantai pasok industri, mulai dari pengembangan lahan hingga pembangunan fasilitas pengolahan susu. Hingga Agustus 2024, sebanyak 63 perusahaan telah berkomitmen untuk terlibat dalam proyek ini melalui pemasokan sapi perah impor dengan total populasi sapi perah mencapai 1,03 juta ekor.

"Ini adalah langkah besar dalam mencapai swasembada susu yang akan meningkatkan daya saing industri peternakan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah," tambahnya.

Selain itu, Ditjen PKH juga mendorong kampanye edukasi konsumsi susu, termasuk melalui program Gerakan Minum Susu bagi anak sekolah dasar di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Program ini melibatkan 5.636 siswa di 36 SD/MI yang bertujuan menanamkan kebiasaan sehat sejak dini serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya susu, dengan harapan dapat mendukung swasembada susu dan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Peternakan BRIN Ir Anneke Anggraeni MSi PhD menyebutkan agribisnis sapi perah nasional merupakan sumber gizi, pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan ketahanan pangan nasional.

Anneke Anggraeni

Lebih lanjut, Anneke mengupas konsep peternakan terpadu untuk meningkatkan produktivitas sapi perah terpadu.

Peternakan sapi perah terpadu (integrated dairy farming) adalah pengembangan peternakan sapi perah terintegrasi dengan sistem pertanian berdasarkan agroekosistem spesifik antara lain pada dataran tinggi, sedang, dan rendah. 

Drs Dedi Setiadi SP dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) menyatakan pihaknya turut bersiap berkontribusi mensukseskan Program Minum Susu Gratis Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran.

Dedi Setiadi

Selain melakukan kampanye kesadaran minum susu segar bagi kesehatan dan mencegah stunting di keluarga, GKSI juga mempunyai pelayanan koperasi anggota peternak. Antara lain penampungan susu, pemasaran susu, simpan pinjam, inseminasi buatan serta kesehatan hewan, layanan antar sembako, sarana prasarana peternakan, menyediakan pakan konsentrat, dan rutin mengadakan kegiatan pelatihan. 

"Model peternakan sapi perah rakyat modern juga telah dikelola dengan manajemen yang baik di Dairy Village, Ciater Subang dengan rataan produksi > 20 lt / ekor/ hari. Pemerahan dengan mesin, bebas pencemaran limbah ternak sekaligus dapat menjadi tempat pelatihan beternak modern,” tutup Dedi. (NDV) 

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer