-->

KONGRES NASIONAL PERTAMA ASOSIASI HOLSTEIN INDONESIA

AHI kembali berdiri, laksanakan kongres nasional. (Foto: Istimewa)

Bandung (10/9/2025), dalam upaya peningkatan produksi SSDN dan terbentuknya bangsa sapi Holstein, Asosiasi Holstein Indonesia (AHI) kembali berdiri dengan melaksanakan kongres untuk mengupayakan peningkatan produksi dan produktivitas susu dalam negeri.

Sebab pada cetak biru persusuan nasional, target konsumsi susu dalam negeri pada 2026 akan terpenuhi sekitar 60%, dengan asumsi kemampuan produktivitas sapi perah sekitar 20 liter/hari, konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun, populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor, dan populasi betina laktasi menjadi 50% dari populasi betina produktif.

“Namun, saat ini konsumsi susu nasional baru mencapai 16,5 kg/kapita, kemampuan rata-rata produksi sekitar 14 liter/ekor/hari, dan populasinya berkisar 485.809 ekor. Pada saat ini ternyata kontribusi produksi SSDN belum beranjak sesuai target yang dibuat, bahkan cenderung menurun dari base line 22%, masih di bawah 20% untuk memenuhi kebutuhan nasional,” tulis Sekretaris AHI, Arya Wicaksana, dalam keterangan resminya.

Menurut data Kementerian Perindustrian (2022), kebutuhan susu dalam enam tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata 6% per tahun, sedangkan produksi SSDN hanya tumbuh 1% saja.

“Artinya, diprediksi akan terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara produksi SSDN dengan importasi susu jika tidak dilakukan intervensi peningkatan produksi dan produktivitasnya,” tambahnya.

Melihat fenomena itu, didukung iklim usaha dan kebijakan pemerintah, tokoh inisiator Dr Ir Rochadi Tawaf MS sebagai akademisi, Ir Iman Karmawan MM sebagai praktisi, dan Arya Wicaksana SE sebagai peternak, menginisiasi kembali berdirinya AHI.

Pada 1989, PPSKI pernah bekerja sama dengan US Holstein membentuk AHI, demikian pula Dinas Peternakan Jawa Barat bekerja sama dengan JICA Jepang membentuk IDHIA (1997-2002). Namun kegiatan tersebut terhenti aktivitasnya, sehingga lembaga ini harus dihidupkan kembali. Karena memiliki tujuan mulia yaitu melakukan standarisasi produksi dan meningkatkan mutu genetik sapi perah Holstein yang sesuai kondisi ekosistem iklim dan budaya Indonesia.

Dijelaskan, dalam rangka merealisasikan tujuannya, AHI bekerja sama dengan perusahaan peternakan sapi perah skala menengah dan besar, yang memiliki kelompok peternak binaan. Kerja sama ini produknya berupa sapi-sapi bakalan hasil inovasi teknologi rekayasa genetik.

“AHI dan perusahaan peternakan sapi perah merupakan mitra balai perbibitan sapi perah milik pemerintah. Adapun tugas pokok dan fungsi AHI yaitu mengawal, mengembangkan dan melakukan standariasi, serta sertifikasi sapi perah Holstein Indonesia dalam bentuk bibit sebar kepada peternak,” imbuh dia.

Kongres AHI bertajuk “Membentuk Sapi Perah Holstein Indonesia untuk Membangun Persusuan Nasional”, dilaksanakan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dihadiri peserta sebanyak 55 orang yang terdiri dari pendiri AHI, peternak dan perusahaan sapi perah, koperasi susu, perguruan tinggi, lembaga perbibitan pemerintah, dinas-dinas peternakan, asosiasi peternakan, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam kongres tersebut ditetapkan tata tertib dan agenda kongres pertama AHI, penandatanganan akta pendirian, menetapkan AD/ART, dan menetapkan program kerja, sekaligus membentuk dan melantik pengurus AHI periode 2025-2029: Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Direktur Utama), Arya Wicaksana SE (Sekretaris), Ir Iman Karmawam MM (Bendahara), Afghan SPt (Direktur Pelaksana). Dewan Pengawas: Teguh Boediyana (Ketua), Drh Desi, Dedi Setiadi, dan Aun Gunawan (Anggota). (INF)

DAFTAR SEKARANG! SEMINAR SEPUTAR SAPI PERAH, TINGKATKAN GIZI MASYARAKAT


Kegiatan ini kolaborasi antara Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta didukung oleh Majalah Infovet, bertajuk “Akselerasi Usaha Sapi Perah, Tingkatkan Gizi Masyarakat”.

Kegiatan ini sangat cocok diikuti oleh para peternak sapi, akademisi/peneliti, pelaku usaha, konsultan, dan pemerintah, untuk menambah wawasan persapiperahan Tanah Air.

Catat tanggal dan waktunya:
• Senin, 29 September 2025

• Pukul 09:00-13:00 WIB (Hybrid)
Offline: Innovation Convention Center (ICC) BRIN, Cibinong, Bogor
Online: Zoom

Pembicara:
Keynote Speaker: Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Drh Agung Suganda MSc

• Prof Budi Tangendjaja: Pengembangan Usaha Sapi Perah Berkelanjutan melalui Optimalisasi Pakan

• Dr Drh Kurnia Achyadi MS: Manajemen Kesehatan Reproduksi Sapi Perah Pasca Out Break Penyakit Mulut dan Kuku

• Dadang Suryana (Direktur PT Sumber Citarasa Alam): Kiat Sukses Pengembangan Usaha Sapi Perah Hulu Hilir

• Dr. Santiananda Arta Asmarasari Spt MSi (Peneliti BRIN): Pemanfaatan Teknologi Seleksi Berbasis Marka Molekuler untuk Perbaikan Genetik Sapi Perah

Investasi: FREE
Offline: 100 orang
Zoom: 500 orang

Kesempatan terbatas, daftar sekarang!
https://bit.ly/SeminarSAPI_ASOHI

Informasi lebih lanjut, hubungi:
0877-7829-6375 (Mariyam)

Scan barcode di sudut kiri bawah flyer 

ASPEK-ASPEK MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH

Manajemen reproduksi sapi perah mencakup aspek-aspek penting berikut ini:

Deteksi birahi (heat detection), adalah fondasi keberhasilan reproduksi. Sapi perah memiliki periode birahi yang relatif singkat (rata-rata 8-18 jam) dengan gejala yang bervariasi.

Gejala primernya sapi mau dinaiki sapi lain ("standing heat") yang merupakan indikator paling akurat. Gejala sekundernya gelisah, vulva bengkak dan merah, keluar lendir transparan dari vulva, penurunan produksi susu sementara, nafsu makan berkurang, dan saling menaiki sapi lain.

Metode deteksinya dengan observasi visual. Peternak atau pekerja harus mengamati sapi secara teratur, minimal 2-3 kali sehari (pagi, siang, sore/malam) selama 20-30 menit per sesi, terutama pada saat sapi lebih tenang.

Menggunakan alat bantu krayon/stik birahi, dioleskan di pangkal ekor, akan luntur jika sapi dinaiki. Patch deteksi birahi (pressure-activated patches), ditempelkan di punggung, akan berubah warna jika ada tekanan dari sapi lain yang menaiki.

Juga sistem otomatis (aktivitas monitor). Sensor yang dipasang di kalung atau kaki sapi yang mendeteksi peningkatan aktivitas berjalan atau berdiri sebagai indikator birahi. Ini sangat akurat dan mengurangi ketergantungan pada observasi manual.

Tingkat keterampilan inseminator, inseminator yang terampil adalah kunci sukses IB. keterampilannya meliputi pengetahuan anatomi reproduksi sapi yaitu memahami posisi rahim, serviks, dan ovarium. Teknik memasukkan semen, mampu memasukkan gun IB melalui serviks dengan lembut dan benar.

Deposisi semen yang tepat, meletakkan semen di bagian anterior korpus uteri (tubuh rahim) atau awal kornu uteri (tanduk rahim) yang ipsilateral (searah dengan ovarium yang berovulasi). Memahami cara thawing (pencairan) semen beku yang benar (suhu dan waktu yang tepat) untuk menjaga viabilitas spermatozoa. Menjaga kebersihan alat-alat inseminasi untuk mencegah infeksi.

Penentuan waktu Inseminasi Buatan (IB) yang optimal. Konsep umum yang sering digunakan adalah "AM/PM rule".

Yaitu jika sapi menunjukkan birahi di pagi hari (AM), inseminasi dilakukan pada sore hari (PM) di hari yang sama. Jika sapi menunjukkan birahi di sore hari (PM), inseminasi dilakukan pada pagi hari (AM) keesokan harinya.

Prinsipnya adalah menginseminasi sapi 10-14 jam setelah sapi pertama kali menunjukkan gejala birahi berdiri (standing heat), karena ovulasi (pelepasan sel telur) terjadi sekitar 24-32 jam setelah awal birahi.

Ada juga aspek lain yang juga penting dalam manajemen reproduksi. Pencatatan data yang akurat, penting untuk mencatat tanggal melahirkan, tanggal birahi, tanggal inseminasi, jenis semen, hasil kebuntingan, dan masalah reproduksi. Data ini digunakan untuk evaluasi performa dan pengambilan keputusan.

Pemeriksaan kebuntingan dini dilakukan 30-45 hari setelah IB melalui palpasi rektal atau USG untuk mengidentifikasi sapi yang tidak bunting sehingga dapat segera diinseminasi ulang.

Program sinkronisasi birahi digunakan untuk menginduksi birahi pada sekelompok sapi pada waktu yang bersamaan, mempermudah manajemen IB dan mengurangi ketergantungan pada deteksi birahi alami.

Pemeriksaan kesehatan reproduksi rutin dilakukan oleh dokter hewan untuk mendiagnosis dan mengobati masalah reproduksi seperti infeksi rahim, kista ovarium, atau anestrus (tidak birahi).

Manajemen periode transisi. Periode sebelum dan sesudah melahirkan (sekitar 3 minggu sebelum hingga 3 minggu setelah) sangat krusial. Nutrisi yang tepat dan minimnya stres pada periode ini sangat mempengaruhi kesehatan reproduksi pasca-melahirkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA PERFORMA REPRODUKSI SAPI PERAH

Rendahnya performa reproduksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seringkali gabungan dari beberapa masalah.

Nutrisi yang tidak adekuat. Energi negatif terutama di awal laktasi, sapi kekurangan energi untuk mempertahankan produksi susu dan mulai berovulasi kembali. Defisiensi mineral/vitamin yaitu kekurangan selenium, tembaga, fosfor, vitamin A, atau vitamin E dapat mengganggu fungsi ovarium dan kesuburan. Manajemen deteksi birahi yang buruk, peternak tidak dapat mendeteksi tanda-tanda birahi dengan akurat atau melewatkan waktu optimal untuk inseminasi, ini adalah penyebab umum lama kosong yang panjang.

Inseminasi yang tidak tepat. Inseminasi terlalu cepat atau terlalu lambat dari puncak birahi. Kurangnya keterampilan inseminator dalam menyimpan semen, handling, atau deposisi semen. Cekaman panas (heat stress) secara signifikan menurunkan ekspresi birahi, kualitas oosit, dan tingkat kebuntingan.

Penyakit Reproduksi:

  • Metritis/Endometritis: Infeksi rahim pasca-melahirkan yang dapat menyebabkan peradangan kronis dan mengganggu kebuntingan.
  • Ovarium Kista: Gangguan hormonal yang menyebabkan folikel tidak berovulasi atau korpus luteum tidak mengalami regresi.
  • Brucellosis, Leptospirosis, BVD: Penyakit infeksius yang dapat menyebabkan keguguran, infertilitas, atau kelahiran prematur.
  • Kondisi Tubuh yang Buruk (Body Condition Score/BCS): Sapi yang terlalu kurus atau terlalu gemuk cenderung memiliki masalah reproduksi.
  • Genetik: Beberapa sapi secara genetik memang memiliki kesuburan yang rendah.

TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN DALAM PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Produksi susu sapi perah modern banyak mengadopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kesehatan hewan.

Pemerahan Otomatis (Automatic Milking Systems/Robotic Milking): Robot yang dapat memerah sapi secara otomatis, mendeteksi birahi, menganalisis kualitas susu, dan memantau kesehatan sapi.

Identifikasi dan Pemantauan Sapi Otomatis: Menggunakan tag RFID (Radio Frequency Identification) atau sensor pada kalung/kaki sapi untuk memantau aktivitas, konsumsi pakan, suhu tubuh, dan pola pergerakan (indikator birahi atau penyakit).

Analisis Susu In-line: Sensor yang terintegrasi pada sistem pemerahan untuk menganalisis komponen susu (lemak, protein, laktosa), jumlah sel somatik (indikator mastitis), dan bahkan mendeteksi ketosis.

Sistem Pakan TMR (Total Mixed Ration): Penggunaan mesin pencampur pakan untuk memastikan sapi mendapatkan ransum yang homogen dan seimbang nutrisinya.

Software Manajemen Peternakan: Aplikasi komputer untuk mencatat data individu sapi (produksi susu, reproduksi, kesehatan, silsilah), menganalisis performa, dan membuat keputusan manajemen.

Ventilasi dan Pendinginan Kandang Otomatis: Sistem kipas, sprayer, atau fogger yang diatur otomatis berdasarkan suhu dan kelembaban untuk mengurangi cekaman panas pada sapi.

Teknologi reproduksi ada beberapa macam. Inseminasi Buatan (IB), metode utama untuk membiakkan sapi secara selektif. Sinkronisasi Birahi, penggunaan hormon untuk mengatur siklus estrus sapi sehingga dapat diinseminasi secara bersamaan.

Determinasi Jenis Kelamin Semen (Sexed Semen), semen yang telah diproses untuk menghasilkan anak sapi jantan atau betina sesuai keinginan. Embrio Transfer (ET), memindahkan embrio dari sapi donor unggul ke sapi resipien untuk mempercepat peningkatan genetik.

PARAMETER MANAJEMEN REPRODUKSI SAPI PERAH YANG BAIK

Manajemen reproduksi yang baik sangat vital karena sapi harus beranak secara teratur untuk dapat terus memproduksi susu. Parameter kunci meliputi:

Lama Kosong (Days Open): Periode dari melahirkan hingga sapi bunting kembali. Idealnya sekitar 85-110 hari. Lama kosong yang terlalu panjang berarti sapi tidak akan mulai siklus laktasi berikutnya dalam waktu yang tepat, sehingga terjadi penurunan produksi susu kumulatif.

Service Per Conception (S/C): Jumlah inseminasi per kebuntingan. Idealnya kurang dari 2. Angka S/C yang tinggi menunjukkan masalah kesuburan atau deteksi birahi yang buruk.

Calving Interval (Interval Beranak): Waktu antara dua kelahiran berturut-turut. Idealnya sekitar 12-13 bulan (sekitar 365-400 hari). Interval yang lebih panjang menunjukkan sapi tidak bunting kembali dengan cepat.

Conception Rate (Angka Kebuntingan): Persentase sapi yang bunting dari seluruh sapi yang diinseminasi. Target yang baik adalah > 40%.

Pregnancy Rate (Angka Kebuntingan Kumulatif): Jumlah sapi yang bunting dibagi dengan jumlah sapi yang berpotensi bunting dalam periode waktu tertentu. Ini adalah indikator performa reproduksi yang komprehensif.

Detection Rate (Angka Deteksi Birahi): Persentase sapi yang birahi terdeteksi dan diinseminasi. Idealnya > 70%. Deteksi birahi yang akurat dan tepat waktu sangat penting.

Heat-to-Service Interval: Waktu dari awal birahi hingga sapi diinseminasi. Inseminasi pada waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan kebuntingan.

PENYAKIT YANG BERDAMPAK PADA PRODUKSI SUSU

Banyak penyakit yang merugikan dan berdampak pada produksi susu, seringkali diawali dengan penurunan nafsu makan dan gangguan metabolisme. Berikut contohnya.

Mastitis (radang ambing) adalah penyakit paling umum dan merugikan pada sapi perah. Infeksi pada ambing menyebabkan peradangan, nyeri, dan penurunan kualitas serta kuantitas susu. Sapi seringkali menunjukkan demam dan penurunan nafsu makan.

Ketosis merupakan gangguan metabolik yang terjadi ketika sapi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi yang sangat tinggi di awal laktasi (peak lactation), sehingga tubuh memecah cadangan lemak. Ini menyebabkan penurunan nafsu makan yang parah, depresi, dan penurunan produksi susu.

Asidosis rumen (acidosis) terjadi akibat konsumsi pakan karbohidrat tinggi yang cepat difermentasi atau perubahan pakan yang mendadak. Menyebabkan pH rumen turun drastis, menurunkan nafsu makan, kembung, diare, dan dapat menyebabkan laminitis (radang kuku).

Displaced abomasum adalah pergeseran posisi abomasum (salah satu lambung sapi) yang sering terjadi pasca-melahirkan. Menyebabkan penurunan nafsu makan drastis, nyeri, dan penurunan produksi susu.

Milk fever (hipokalsemia) adalah kekurangan kalsium parah yang sering terjadi di sekitar periode melahirkan. Menyebabkan sapi lesu, tidak mau makan, bahkan lumpuh. Produksi susu akan sangat terpengaruh atau bahkan terhenti.

Laminitis merupakan peradangan pada lamina kuku yang menyebabkan sapi pincang. Meskipun tidak langsung mengganggu metabolisme, rasa sakit akibat laminitis membuat sapi enggan bergerak, mengurangi waktu makan, dan pada akhirnya menurunkan produksi susu.

Penyakit infeksius lainnya seperti Bovine Viral Diarrhea (BVD), Johne's Disease, Paratuberculosis, atau penyakit parasit (cacingan, koksidiosis) dapat menyebabkan penurunan nafsu makan kronis, gangguan pencernaan, dan akhirnya menurunkan produksi susu secara signifikan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah sangat kompleks dan saling berkaitan. Genetik, pakan/nutrisi, dan manajemen kesehatan merupakan faktor-faktor utama.

Potensi genetik seekor sapi untuk memproduksi susu sangat bervariasi. Sapi dari ras-ras tertentu (misalnya Holstein, Friesian) memiliki potensi genetik yang lebih tinggi untuk produksi susu dibandingkan ras lainnya. Seleksi genetik yang tepat dan program pemuliaan dapat secara signifikan meningkatkan rata-rata produksi susu dalam suatu populasi.

Pakan dan nutrisi adalah faktor paling kritis dan seringkali menjadi pembatas produksi. Sapi perah membutuhkan asupan nutrisi yang memadai dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, dan yang terpenting, produksi susu. Kualitas dan kuantitas pakan (hijauan dan konsentrat) serta ketersediaan air bersih sangat mempengaruhi. Kekurangan energi, protein, vitamin, atau mineral akan langsung menurunkan produksi susu.

Sapi yang sehat akan berproduksi optimal. Penyakit, terutama yang bersifat infeksius seperti mastitis (radang ambing), brucellosis, atau penyakit metabolik seperti asidosis atau ketosis, dapat menurunkan produksi susu secara drastis, bahkan menyebabkan produksi terhenti. Program vaksinasi, biosekuriti, dan penanganan penyakit yang cepat dan tepat sangat penting.

Selain itu juga ada faktor lingkungan, Suhu, kelembaban, dan ventilasi kandang yang tidak nyaman dapat menyebabkan cekaman panas (heat stress) yang menurunkan nafsu makan dan produksi susu. Manajemen laktasi meliputi frekuensi pemerahan, teknik pemerahan yang benar, dan waktu laktasi (puncak laktasi, akhir laktasi) juga mempengaruhi. Manajemen reproduksi bertujuan agar sapi beranak secara teratur sehingga akan memiliki siklus laktasi yang berkelanjutan.


LEBIH DARI 1.500 SAPI PERAH IMPOR DATANG LAGI

Sapi perah bunting kembali didatangkan untuk perkuat populasi dan mendukung produktivitas peternak lokal. (Foto: Istimewa)

Dalam dua hari, lebih dari 1.500 ekor sapi perah bunting kembali didatangkan dari Australia ke Indonesia untuk memperkuat populasi sapi perah dan mendukung produktivitas peternak lokal.

Sebanyak 1.088 ekor sapi perah tiba di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo, Sabtu (28/6/2025). Pemasukan ini difasilitasi PT Santosa Agrindo Lestari (Santori), anak perusahaan JAPFA, bekerja sama dengan PT Greenfields Dairy Indonesia, PT Karya Suci Pratama, PT Irfai Berkah Sejahtera, PT Arla Food, serta Koperasi Suka Makmur.

Sehari sebelumnya, 485 ekor sapi perah juga telah masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, oleh PT Kironggo Joyo. Total, dalam waktu dua hari, jumlah sapi perah impor yang masuk mencapai 1.573 ekor.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Suganda, mengatakan bahwa langkah ini selaras dengan program pemerintah dalam mempercepat peningkatan populasi dan produksi susu nasional, khususnya melalui Program Percepatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN).

“Pemerintah menargetkan peningkatan populasi sapi perah sebanyak satu juta ekor hingga 2029. Ini adalah bagian penting dari strategi mencapai ketahanan pangan dan mendukung program Makan Bergizi Gratis,” ujar Agung dalam keterangan resminya, Sabtu (28/6/2025).

Saat ini, produksi susu segar dalam negeri baru mampu memenuhi sekitar 21% dari kebutuhan nasional yang mencapai 4,6 juta ton/tahun. Kehadiran sapi impor ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas peternak lokal dan mendorong kemandirian produksi susu di dalam negeri.

Adapun jenis sapi yang diimpor merupakan persilangan antara Holstein dan Jersey yang memiliki keunggulan genetik berupa produktivitas susu tinggi, masa laktasi panjang, interval kelahiran yang singkat, serta lebih adaptif terhadap iklim tropis Indonesia. Selain itu, ukuran tubuh yang lebih kecil dinilai sesuai untuk dikelola oleh peternak skala kecil dan menengah.

Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Imron Suandy, menegaskan bahwa seluruh sapi impor telah melalui protokol kesehatan hewan sejak sebelum pengiriman hingga tiba di Indonesia. Pemerintah memastikan hewan yang masuk dalam kondisi sehat, bebas penyakit hewan menular strategis, dan telah disertai dokumen lengkap sesuai standar internasional.

“Bersama dengan Badan Karantina Hewan, tindakan karantina dan pemeriksaan kesehatan hewan kami lakukan secara menyeluruh. Ini bagian dari komitmen menjaga kesehatan hewan sekaligus menjamin keamanan pangan asal hewan,” kata Imron.

Ia menambahkan, pengawasan juga dilakukan selama proses distribusi sapi ke para perusahaan joint shipment dan peternak mitra Greenfields di Jawa Timur.

CEO Greenfields, Akhil Chandra, menjelaskan bahwa sapi-sapi tersebut akan didistribusikan kepada 120 peternak mitra yang tersebar di Kabupaten Malang, Blitar, Pasuruan, dan Kota Batu, Jawa Timur.

“Kami juga akan menyerap seluruh hasil susu dari peternak mitra dan memberikan dukungan teknis berkelanjutan agar para peternak dapat meningkatkan produktivitas secara optimal,” katanya. (INF)

MEMPERINGATI HARI SUSU NUSANTARA, DPN SAMPAIKAN BEBERAPA USULAN

Hari Susu Nusantara diperingati setiap 1 Juni. (Foto: Istimewa)

Memperingati Hari Susu Nusantara pada 1 Juni 2025, Dewan Persusuan Nasional (DPN) melihat bahwa tujuan peringatan tersebut adalah untuk memacu perkembangan dan pertumbuan persusuan nasional berbasis peternakan sapi perah rakyat tampaknya masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Ketua Umum DPN, Teguh Boediyana, dalam keterangan resminya pada peringatan tersebut, menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang menyebabkan minimnya perkembangan dan pertumbuhan industri susu lokal.

Pertama, usaha peternakan sapi perah rakyat masih ditopang oleh usaha peternakan yang  tipologi usahanya sebagai sambilan. “Dalam arti, usahanya belum menjadi sebagai sumber pendapatan utama dari peternak,” sebutnya.

Kedua, usaha peternakan sapi perah rakyat sampai saat ini hanya mampu memenuhi kurang dari 20% dari kebutuhan susu nasional.

Ketiga, saat ini industri pengolahan susu dan juga usaha peternakan skala besar makin tumbuh dan berkembang sangat pesat. “Bahkan dapat dikatakan bahwa industri pengolahan susu mendominasi dan menguasai sektor persusuan nasional dan ketergantungan peternakan sapi perah rakyat pada industri pengolahan susu semakin besar,” imbuhnya.

Melihat kenyataan tersebut, pihaknya pun menyampaikan beberapa usulan kepada pemerintah, yakni meneguhkan komitmen untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah rakyat, sehingga dapat menjadi cabang utama dari para peternak dan menjadi basis kehidupan ekonomi mereka.

“Kemudian segera merealisasikan terbitnya Peraturan Presiden tentang persusuan nasional untuk menciptakan keseimbangan antara industri pengolahan susu dengan peternakan sapi perah rakyat yang berazaskan keadilan dan pemerataan kesempatan berusaha,” harapnya.

Adapun usulan lain yaitu meminta Presiden Prabowo Subianto segera merealisasikan janji politiknya untuk pembagian susu gratis bagi anak-anak sekolah yang nantinya dapat menjadi basis usaha peternakan sapi perah rakyat dan mengurangi ketergantungan pemasaran susu segar ke industri pengolahan susu. Program ini dapat menjadi pelengkap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini sudah berjalan.

Serta segera merealisasikan rencana impor 1,5 juta sapi perah untuk penambahan populasi dan peningkatan skala pemilikan sapi perah oleh peternak rakyat yang saat ini hanya memiliki sapi rata rata 2-4 ekor. (INF)

KEMENTAN DAN AL-AIN FARMS TEKEN KERJA SAMA DORONG INVESTASI SUSU

Investasi produksi susu menjadi bagian dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Al-Ain Farms for Livestock Production dari Persatuan Emirat Arab (PEA) terkait investasi produksi susu di Indonesia.

Penandatanganan MoU ini menjadi bagian dari rangkaian kerja sama bilateral antara Indonesia dan PEA yang ditandatangani pada 9 April 2025 di Abu Dhabi, sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden RI ke PEA.

Kesepakatan investasi produksi susu di Indonesia tertuang dalam Memorandum Saling Pengertian antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dengan Al-Ain Farms for Livestock Production PEA.

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyambut positif setiap komitmen investasi dan menegaskan bahwa Kementan akan mengawal penuh prosesnya agar dapat segera direalisasikan.

“Jika ingin menarik investor, maka yang utama adalah kenyamanan. Pemerintah hadir untuk mengawal agar proses investasi tidak berbelit,” ujar Mentan Amran beberapa waktu lalu saat menerima kunjungan investor di Jakarta.

Lebih lanjut, ia menegaskan pihaknya akan berkoordinasi erat dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mempercepat proses implementasi investasi di lapangan. 

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menyampaikan bahwa kerja sama dengan Al-Ain Farms ini difokuskan pada pengembangan sektor susu nasional, termasuk peningkatan produksi dan kualitas susu, serta penguatan ekosistem industri peternakan yang berkelanjutan.

“Kami menyambut baik minat investasi dari Al-Ain Farms yang akan menjadi bagian dari upaya mempercepat swasembada susu. Kerja sama ini juga diharapkan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan peternak lokal melalui kemitraan,” ujar Agung di kantornya, Kamis (10/4/2025).

Ia menambahkan, selain peningkatan terhadap kuantitas dan kualitas susu, kerja sama ini juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Dalam nota kesepahaman tersebut, Kementan menyatakan dukungannya terhadap rencana investasi Al Ain Farms, salah satunya melalui program pengembangan sapi perah di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Selain itu, pemerintah juga menawarkan kemudahan akses lahan dan juga insentif diberikan, termasuk pembebasan bea masuk impor ternak dan peralatan industri, skema pembiayaan berbunga rendah, program asuransi peternakan, serta koordinasi lintas sektor demi memastikan keberhasilan implementasi di lapangan.

“Kami percaya bahwa kerja sama ini akan menjadi contoh model investasi strategis yang dapat direplikasi di wilayah lain dalam mendukung ketahanan pangan nasional,” pungkasnya. (INF)

PERKUAT POPULASI, 1.250 SAPI PERAH KEMBALI DIDATANGKAN

Kedatangan 1.250 ekor sapi perah dengan usia kebuntingan 3-5 bulan di Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 1.250 ekor sapi perah asal Australia jenis Frisian Holstein (FH) dengan usia kebuntingan 3-5 bulan tiba di Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi, pada Minggu (9/3/2025).

Kedatangan sapi perah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah mendorong investasi untuk memperkuat populasi sapi perah nasional dan meningkatkan produksi susu segar.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan berbasis produk susu.

“Penambahan sapi perah ini adalah langkah konkret untuk meningkatkan produksi susu nasional dan mendukung program pangan bergizi bagi masyarakat. Dengan bertambahnya populasi sapi perah berkualitas, diharapkan dapat meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor produk olahan susu,” ujar Agung dalam sambungan online secara langsung.

Kedatangan sapi ini juga sejalan dengan peta pengembangan sapi perah nasional yang melibatkan pemerintah dan sektor swasta. Dua perusahaan peternakan sapi perah swasta berkontribusi dalam importasi ini, yaitu PT Bumi Rojokoyo Banyuwangi yang mendatangkan 550 ekor sapi, sehingga total populasi sapi perah mereka mencapai 2.500 ekor, serta PT Bumi Ki Ronggo Joyo Bondowoso yang menambah 700 ekor sapi, menjadikan total populasi mereka mencapai 3.000 ekor.

Peningkatan populasi sapi perah ini diharapkan dapat memperkuat pasokan susu segar bagi industri pengolahan susu (IPS) serta mendukung keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, kualitas susu yang dihasilkan juga diharapkan meningkat, mengingat sapi yang didatangkan merupakan bibit unggul dengan produktivitas tinggi.

Sementara itu, Direkur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Imron Suandy, memastikan seluruh sapi perah yang diimpor telah melewati prosedur karantina dan pemeriksaan kesehatan ketat sebelum dan setelah tiba di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kesehatan ternak sebelum didistribusikan ke peternakan mitra.

Importasi sapi perah masih akan berlanjut, pada Juni 2025 mendatang, importasi bibit sapi perah tahap ketiga akan kembali dilakukan dengan jumlah yang sama, yakni 1.250 ekor. (INF)

PENGUSAHA VIETNAM KUNJUNGI MENTAN, SIAP BERINVESTASI DI PETERNAKAN SAPI

Pertemuan Mentan dengan Madam Thai Huong di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menerima kunjungan dari Chairman TH Group Vietnam, Madam Thai Huong, dalam rangka menjajaki peluang investasi di sektor industri susu Indonesia. Pertemuan berlangsung pada Kamis (13/2/2025), di Jakarta.

Mentan Amran menegaskan bahwa Indonesia memiliki kebutuhan susu dan daging sapi yang cukup besar. Saat ini, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20% dari kebutuhan nasional, dengan defisit mencapai 4,9 juta ton. Angka ini semakin meningkat dengan adanya program Makan Bergizi Gratis dari pemerintah baru, yang menambah kebutuhan sebesar 3,6 juta ton susu segar.

“Indonesia harus bisa meningkatkan kapasitas produksi susu dan daging sapi, yaitu sekitar 4,9 juta ton untuk susu segar dan 0,83 juta ton untuk daging sapi. Dengan tambahan kebutuhan dari program Makan Bergizi Gratis, kekurangan produksi menjadi 8,5 juta ton untuk susu segar dan 0,88 juta ton untuk daging sapi,” kata Amran.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah berkomitmen mendukung investasi luar negeri di sektor susu, khususnya dengan mitra terpercaya seperti TH Group Vietnam. Mentan Amran menegaskan bahwa pemerintah siap memberikan berbagai insentif kebijakan, mulai dari pembebasan bea impor untuk ternak dan peralatan industri susu, hingga skema pendanaan dengan bunga kompetitif dan asuransi usaha peternakan.

Sebagai bentuk fasilitasi, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan tiga lokasi strategis untuk investasi peternakan susu skala besar, yaitu Wajo-Sidrap Sulawesi Selatan, Barito Utara-Barito Selatan Kalimantan Tengah, dan Poso (Lembah Napu) Sulawesi Tengah.

Selain penyediaan lahan, pemerintah juga memastikan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, listrik, air bersih, serta layanan kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di kawasan peternakan.

“Keberhasilan investasi industri susu tidak hanya bergantung pada lahan, tetapi juga infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen membangun akses jalan yang lebih baik, memastikan pasokan listrik stabil, serta menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi pekerja di sektor ini,” jelas Amran.

Pemerintah saat ini terus mendorong masuknya investasi luar negeri untuk peternakan sapi. Upaya ini dilakukan sebagai salah satu langkah strategis mewujudkan swasembada pangan. Tahun ini Kementan menargetkan bisa mendatangkan 200 ribu ekor sapi perah dan 200 ribu ekor pedaging.

Mentan pun berharap kerja sama investasi antara Indonesia dan TH Group Vietnam dapat segera terealisasi, sehingga mampu meningkatkan produksi susu segar dalam negeri dan memperkuat ketahanan pangan nasional. (INF)

KOMITMEN NESTLE INDONESIA DALAM MENGEMBANGKAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

Seremoni Peresmian Acara 
Foto : Nestle
PT Nestlé Indonesia bersama dengan Pesantren Syubanul Wathon berkolaborasi untuk meresmikan program pengembangan peternakan sapi perah rakyat di Grabag, Magelang, Jawa Tengah pada 24 Januari 2025. Kemitraan ini diwujudkan melalui beberapa inisiatif, antara lain perbaikan kandang sapi, pengembangan fasilitas biogas dan slurry, dan penyerahan dua ekor sapi. Selama lebih dari 52 tahun beroperasi di Indonesia, PT Nestlé Indonesia konsisten berkomitmen menciptakan manfaat bersama bagi individu, keluarga, komunitas, dan lingkungan sekitar.

Kemitraan bersama peternak sapi perah rakyat telah dimulai pada 1975 di Jawa Timur. Kini, kemitraan ini terus dikembangkan hingga Jawa Tengah, salah satunya melalui kolaborasi strategis dengan mitra komunitas pesantren Syubbanul Wathon yang merupakan bagian dari Keluarga Besar Syubanul Wathon.

Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu menyampaikan, "Sebagai bagian dari komitmen PT Nestlé Indonesia dalam mewujudkan Creating Shared Value, kami turut berupaya membantu mengembangkan komunitas yang tangguh dan makmur. Salah satunya melalui kemitraan dengan peternak sapi perah rakyat untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar. Kami berharap kemitraan ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi komunitas serta ekosistem, khususnya untuk peningkatan pengembangan ekonomi di Jawa Tengah dan sekitarnya, sekaligus menginsipirasi generasi muda untuk dapat mempertimbangkan wirausaha peternakan sapi perah sebagai bisnis UMKM."

Salah satu jurusan yang terdapat pada Pesantren Syubbanul Wathon ialah Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) yang mengolah susu segar untuk dihasilkan menjadi beberapa produk, seperti yogurt. Untuk mendapatkan susu segar yang akan diolah, Pondok Pesantren Syubbanul Wathon bekerja sama dengan peternak sapi perah setempat. Kemitraan bersama PT Nestlé Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar.

Direktur Human Resources PT Nestlé Indonesia Fahrul Irvanto juga turut menyampaikan, "Kami percaya bahwa generasi muda berkualitas adalah tulang punggung masa depan Indonesia. Kami berkomitmen untuk membantu membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih sukses di masa depan. Melalui pengembangan peternakan sapi perah rakyat, kami berharap siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam industri pengolahan susu segar. Lebih jauh, kerja sama ini juga diharapkan dapat menginspirasi komunitas muda di sekitar dan membuka lapangan kerja baru."

Suparji, salah satu peternak sapi perah rakyat di Grabag sebagai salah satu penerima manfaat, mengapresiasi kontribusi yang dilakukan PT Nestlé Indonesia dalam membantu pengembangan peternakan sapi perah rakyat. “Alhamdulillah, saya dapat merasakan manfaat langsung dari fasilitas yang diberikan. Selain itu, saya juga mendapatkan banyak ilmu dari tim PT Nestlé Indonesia. Saya berharap ke depannya usaha peternakan saya dapat semakin berkembang dan tentunya menghasilkan produk susu berkualitas.”

Pengembangan fasilitas sapi perah rakyat di Grabag, Magelang, Jawa Tengah merupakan realisasi dari penandatanganan Nota Kesepahaman untuk program kemitraan bersama Pondok Pesantren Syubbanul Wathon. Peresmian secara simbolis dilakukan oleh Direktur Human Resources PT Nestlé Indonesia Fahrul Irvanto, Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu, dan Pengasuh Pondok Pesantren Syubbanul Wathon KH Yusuf Chudlori.

Kemitraan PT Nestlé Indonesia dengan peternak sapi perah rakyat telah dimulai dengan salah satu koperasi susu segar di Pujon, Malang, Jawa Timur. Hingga sekarang, kemitraan ini telah melibatkan lebih dari 27.000 peternak sapi perah rakyat dan 32 koperasi susu yang berada di Jawa Timur. Sejak 2022, PT Nestlé Indonesia kembali memperluas kerja sama dengan peternak sapi perah rakyat di Jawa Tengah, di mana hasil susu segar tersebut diserap oleh Pabrik Bandaraya di Batang, Jawa Tengah. (INF)

 

 

IMPLEMENTASI ANIMAL WELFARE PADA PETERNAKAN SAPI PERAH

Joko Susilo saat mengontrol peternakan sapi perah. (Foto-foto: Infovet/Joko)

Menurut UU No. 18/ 2009 menyebutkan bahwa kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan menjadi hal yang harus dipenuhi agar peternakan sapi perah menghasilkan produksi optimal.

Ada lima prinsip dari kesejahteraan hewan (5 freedom) yang meliputi bebas rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari rasa takut dan stres, serta bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah (animal behavior). Hal ini sangat relevan dengan semboyan dokter hewan Indonesia “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang memiliki arti mengabdi untuk kesejahteraan manusia melalui dunia hewan.

Prinsip animal welfare tersebut harus diimplementasikan pada peternakan sapi perah rakyat, mengingat masih banyak praktik budi daya sapi perah yang belum memenuhi unsur-unsur tersebut. 

• Bebas dari Lapar dan Haus
Hasil utama peternakan sapi perah adalah produksi susu dan pedet, dengan hasil sampingan lain seperti daging dan kotoran kandang. Sebagaimana yang pernah penulis jelaskan bahwa peternakan sapi perah berprinsip pada more feed more milk. Kondisi sapi perah rakyat memang tidak sampai pada kondisi kelaparan, namun asupan bahan kering pakan belum optimal. Dry matter intake (DMI) merupakan hal yang sangat dominan terhadap produksi susu. DMI adalah asupan bahan kering pakan (konsentrat, rumput, dan pakan tambahan lain) dari berat badan sapi (BB). Beberapa rumus umum DMI yang dipakai peternak sapi perah adalah (2,5% + 10% produksi susu) yang diharapkan dari total BB. Sapi BB 400 kg untuk mendapatkan 20 liter susu/hari dengan rumus tersebut membutuhkan DMI (2,5%) + (10% x 20) dari 400 kg. Maka DMI-nya adalah 2,5% + 2%, yaitu 4,5 % dari 400 kg atau 18 kg. Rumus lainnya yang sering digunakan, nutrisi sapi perah didapatkan dari konsentrat sebanyak (2% dari BB) + hijauan (10% dari BB).

Selain itu, prinsip lainnya yakni menyediakan air yang cukup untuk ternak sangat penting bagi kesehatan dan produksi. Kehilangan 10% cairan tubuh berakibat fatal bagi kebanyakan ternak domestik. Air menyumbang lebih dari 98% dari semua molekul dalam tubuh. Air bermanfaat untuk regulasi suhu tubuh, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, pencernaan, pelumasan sendi, dan penglihatan.

Kebutuhan air ternak sangat bervariasi tergantung jenisnya. Konsumsi air dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk usia, tingkat pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas, jenis pakan, asupan pakan, dan suhu lingkungan. Ternak mendapatkan air untuk memenuhi kebutuhannya dari sumur, sumber mata air, air permukaan, dan kadar air yang ditemukan di bahan pakan.

Kebutuhan air minum pada sapi perah secara umum 10% dari berat badan ditambah dengan 5 liter setiap produksi susu 1 liter. Contoh sapi berat 400 kg dengan produksi susu 20 liter membutuhkan (10% x 400) + (5 x 20) = 140 liter air minum.

Fakta-fakta yang ada di peternak, tempat pakan tersedia namun masih ditemukan waktu kosong tanpa pakan. Data menyebutkan asupan bahan kering pakan sapi perah berkisar 2-3% dan masuk dalam kategori untuk sapi laktasi rendah atau masa kering. Begitu juga pada tempat minum walau sudah didisain secara otomatis dan adlibitum, namun terkendala dengan masalah suplai dan kebersihan tempatnya. Musim kemarau di beberapa peternak sapi perah menunjukan minimnya suplai air minum dan sanitasi. Tempat minum yang kotor atau macet menjadi pemicu minimnya asupan air minum.

Kondisi tidak nyaman dalam kandang yang kotor, becek, dan licin.

Bebas dari Rasa Tidak Nyaman 
Sapi perah akan berproduksi tinggi jika diperlakukan dengan baik sehingga merasa nyaman. Kondisi nyaman akan didapatkan pada kondisi kandang yang ternaungi, sirkulasi udara baik, sanitasi dan disinfeksi rutin, kandang bersih dan kering, tersedia ruangan cukup untuk sapi berdiri, makan, minum, duduk, dan berbaring, serta exercise.

Sapi perah di Indonesia masih banyak yang belum terpenuhi kondisi nyaman. Kandang yang kotor, sanitasi buruk, lantai licin, lantai tajam dan berlubang masih banyak dijumpai. Kandang yang kotor membuat badan dan ambing sapi menjadi kotor yang berisiko menimbulkan mastitis. Kandang kotor memicu kualitas susu menurun karena total plate count lebih dari 1 juta/ml susu.

Sementara kandang berhimpitan dengan lebar < 1,5 meter dan panjang < 2 meter menyebabkan sapi tidak nyaman untuk aktivitas fisik. Kondisi atap kandang yang bocor, kotoran menumpuk, dan saluran pembuangan kotoran macet sehingga kandang tergenang oleh kotoran dan air kencing sangat membuat sapi tidak nyaman.

• Bebas dari Rasa Sakit dan Penyakit 
Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi susu. Beberapa agen non-infeksius yang dialami sapi seperti terkilir, terluka, kepincangan, asidosis, pembengkakan, dan abses masih sering dijumpai.

Hal tersebut disebabkan karena benda-benda tajam di lantai kandang, kandang dalam kondisi licin, gang way yang sempit, dan banyaknya lalat di sekitar kandang. Kondisi demikian membuat sapi mengalami kesakitan sehingga berpengaruh pada nafsu makan dan produksi susu.

Selain itu juga sergapan agen penyakit infeksius yang nyata menyebabkan penurunan produksi susu seperti penyakit mulut dan kuku, lumpy skin disease, demam tiga hari, mastitis, dan parasit darah. Beberapa penyakit bakterial juga masih ditemukan seperti brucellosis, leptospirosis, colibacillosis, salmonellosis sangat mengganggu produksi.

• Bebas dari Rasa Takut dan Stres 
Produksi sapi perah akan bagus jika terhindar dari rasa takut dan stres. Sapi sering merasa takut karena beberapa penyebab, salah satunya manajemen populasi. Sapi dengan ukuran kecil akan merasa takut jika dicampur atau dipelihara berdampingan dengan sapi berukuran lebih besar. Sapi merasa takut untuk mengambil pakan, takut dengan tanduk sapi lain, dan merasa inferior.

Selain itu, sapi juga mudah mengalami stres pada kondisi berisik dan gaduh, lingkungan kotor, cuaca ekstrem, hujan deras, suara petir, atau angin kencang. Demikian juga pada sapi-sapi yang ter-display lama di pasar hewan, kondisi panas, kehujanan, minim pakan dan minum juga bisa memicu stres, selain transportasi jarak jauh yang tidak nyaman, area naik turun, berisiko luka traumatik di badan, di kaki karena perjalanan dan bisa berakibat penyakit pernapasan kompleks seperti shipping fever.

Rasa sakit dan penyakit menjadi faktor yang secara langsung berpengaruh negatif pada produksi.

• Bebas Mengekspresikan Tingkah Laku Alamiah (Animal Behavior
Sapi perah yang dipelihara secara lepas (freestall) atau pemeliharan di ranch mendapatkan hak untuk bebas mengekspresikan perilaku alaminya dibandingkan dengan sapi perah yang dipelihara secara ditambat. Sapi-sapi akan merasa nyaman, bahagia, terlihat sehat, dan ekspresif.

Sapi perah yang dipelihara secara lepas dengan sistem pakan total mixed ration (TMR) akan mendapatkan asupan bahan kering pakan yang memadai. Sapi juga mendapatkan kesempatan mengambil minum yang tersedia secara adlibitum. Sapi ini memiliki kandang dengan space yang cukup, dengan tempat istirahat yang kering, bersih, dan nyaman untuk proses nggayemi (remastikasi). Kondisi tersebut sangat mendukung sapi untuk berproduksi maskimal.

Sapi perah yang dipelihara secara freestall atau pemeliharan di ranch juga sangat ekspresif dalam menunjukan gejala birahi. Ekspresi birahi sapi terlihat menaiki sapi lain di awal birahi dan diam dinaiki sapi lain pada akhir birahi, hal ini tidak terjadi pada sapi yang diperlihara secara tambat. Ekspresi birahi ini sangat mendukung perfoma reproduksi sapi yaitu peningkatan angka kebuntingan, service per conception rendah, jarak antar kelahiran lebih pendek, dan ketersediaan replacement stock lebih cepat. ***

Ditulis oleh:
Dr Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet Daerah Lampung

INVESTOR VIETNAM SIAP MEMBANGUN PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN POSO

Vietnam TH Group Berencana Berinvestasi di Sektor Peternakan Sapi Perah Skala Besar
di Kabupaten Poso, Sulteng (Foto : Istimewa)


Kabar baik datang dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Melalui Deputi Bidang Pemanfaatan Tanah dan Kerja Sama Usaha Badan Bank Tanah Kabupaten Poso, Hakiki Sudrajat mengungkapkan, Vietnam TH Group akan membangun kawasan peternakan sapi perah terpadu di atas lahan seluas 15.000 hektare (ha) di Lembah Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Itu saya dengar rencananya 15.000 hektare mereka, dengan jumlah sapi 200.000 ekor," kata Hakiki dalam media gathering, Sabtu (18/1).

Untuk meyukseskan pembangunan tersebut, Hakiki bilang TH Group akan melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Maret 2025 mendatang.

"Terakhir, katanya mau (tanda tangan) MoU, mudah-mudahan rencananya bulan Maret ini, 3.000 hektare akan direalisasi mengenai skema yang bisa dijadikan basis perjanjian dengan Vietnam," jelas Hakiki.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Perencanaan Startegis dan Pengadaan Tanah Badan Bank Tanah, Perdananto Ariwibowo menyebut total luas tanah di Poso mencapai 6.647 ha.Ari mengimbau kepada masyarakat Poso untuk memanfaatkan lahan performa agraria tersebut dengan menanam rumput gajah. 

"Kan (sapi) butuh makan, pakannya dari rumput gajah, itu pekerjaan masyarkat sekitar," tutup Ari.(INF)

PERLAKUAN SUSU SEGAR AGAR RASA TAK PUDAR

Susu segar, sumber protein bagi tubuh. (Foto: Getty Images/iStockphoto/oykuozgu)

Susu segar, sumber protein hewani ini harus segera diolah setelah diperah. Jika tidak, tak hanya rasa yang berubah, tetapi kualitas susu juga menurun. Ada dua perlakuan yang bisa dilakukan agar susu segar tidak pudar rasa dan awetnya.

Cuaca di sekitaran Kampung Kandang, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, pagi itu masih diwarnai rintik hujan. Meski hujan tak sederas malam sebelumnya, namun udara masih terasa dingin. Kesibukan di Kandang Sapi Perah Mahesa Perkasa Farm sudah mulai terlihat, para pekerja sedang melayani beberapa pembeli susu segar.

Kebanyakan perempuan yang membeli susu segar di peternakan ini. Hampir setiap hari kesibukan seperti ini terlihat di sini. “Kebanyakan mereka untuk dijual lagi atau untuk bahan pembuatan kue. Ada juga yang sengaja beli buat kebutuhan keluarga,” tutur pengelola Mahesa Perkasa Farm, Joko Arianto, kepada Infovet

Menurut Joko, dalam sehari peternakannya menyiapkan sedikitnya 100 liter susu segar untuk kebutuhan pelanggan. Selain produksi susu segar, Mahesa Perkasa Farm juga menyediakan sapi potong jenis sapi Bali. Dimana pada hari-hari biasa hanya separuh kandang yang dihuni sapi, sekitar 50 ekor. Namun saat menjelang Hari Raya Idul Adha, jumlahnya bisa mencapai lima kali lipat untuk memenuhi permintaan para pekurban.

“Kalau yang rutin ada pelanggan di sini, ya susu segar,” ujar Joko. Susu yang dijual hari itu, merupakan hasil perahan hari itu juga. Menurut sarjana peternakan ini, susu segar khususnya yang baru saja diperah dari sapi akan sangat cepat basi. Maka dari itu, diperlukan penanganan yang cepat agar susu segar punya daya simpan yang lebih lama.

Ada beberapa cara penyimpanan dengan baik yang bisa dilakukan. Joko menyarankan cara pertama untuk menjaga kesegaran susu adalah menyimpannya di lemari pendingin atau kulkas. Agar benar-benar awet, menyimpan susu segar diusahakan pada suhu di bawah 5°. Sebab, secara alami susu begitu keluar dari ambing hewan sudah mengandung antara ribuan bakteri per mili, namun hal itu normal.

Ambing hewan adalah kelenjar dalam payudara yang mengeluarkan air susu. Begitu susu segar kontak dengan udara, mesin perah, saringan, serta tangan manusia, itu akan meningkat bakterinya. Untuk menekan bakteri tidak berkali lipat, maka perlu didinginkan.

“Kalau kami di peternakan jarang sekali menyimpan susu segar. Soalnya begitu sudah diperah dari kandang, para loper sudah menunggu dan langsung dibawa untuk segera mereka olah untuk dijual kembali,” kata Joko.

Menurutnya, “umur” susu segar sapi hanya beberapa jam saja sejak diperah dari ambing. Maka itu, harus segera diolah begitu sudah berpindah ke tempat lain. Paling tidak, diproses pasteurisasi dengan dimasak. Tujuannya agar bisa lebih awet jika disimpan.

“Ini kita asumsikan kalau susu segar itu didapat dari peternakan rakyat. Berbeda dengan peternakan skala industri, mereka punya teknologi yang memadai untuk menyimpan susu menjadi lebih lama waktu simpannya,” urainya.

Dipanaskan, Lalu Simpan
Cara mengonsumi susu segar jika diperoleh dari kandang peternakan sapi perah bukan industri, tidak terlalu sulit. Sebelum dikonsumsi agar aman untuk diminum, susu segar juga perlu dipanaskan lebih dahulu atau dipasteurisasi. Cukup panaskan susu dengan suhu 75° C selama beberapa menit saja, agar susunya tidak rusak. Jika sudah, sebaiknya susu harus langsung diminum.

Namun jika tak habis, bisa juga disimpan di lemari pendingin. Susu yang sudah dipasteurisasi dan disimpan di lemari pendingin, bisa bertahan lebih kurang tiga hari. “Satu minggu juga ada yang bisa, tapi supaya aman lebih baik maksimal tiga hari. Simpan di botol atau tumblr tertutup di kulkas,” jelas Joko.

Satu hal yang paling penting, lanjut dia, jangan menyimpan susu segar yang belum dipasteurisasi di tempat bersuhu ruangan. Di suhu ruang terbuka, bakteri dalam susu akan mudah bertambah dan mudah terkontaminasi bakteri lainnya.

Jika ingin menyimpan susu lebih lama, bisa juga dibekukan dalam freezer. Membekukan susu tidak akan mengurangi zat gizinya. Masukkan susu ke dalam wadah tertutup seperti botol atau tumblr, lalu simpan ke dalam freezer. Susu bisa bertahan sekitar 3-6 bulan dalam keadaan seperti ini.

“Kalau besoknya mau diminum, turunkan dulu ke kulkas biasa. Jangan ke suhu ruang. Sehingga pas besok pagi mau diminum, susu yang di dalam kulkas itu sudah cair kembali. enggak boleh di suhu ruang karena bakteri nanti akan sangat cepat naiknya,” tambahnya.

Bisa Awet dalam Hitungan Bulan
Cukup banyak referensi untuk menyimpan susu segar agar tetap awet. Mengutip laman Good Housekeeping, sebenarnya ada cara untuk membuat susu lebih tahan lama, yakni dengan cara dibekukan. Food and Drug Administration (FDA) dari Amerika Serikat merekomendasikan mengonsumsi susu dalam waktu tiga bulan dibekukan dengan cara penyimpanan yang benar.

Pertama, tuang susu ke dalam plastik sebelum dibekukan. Sebelum membekukan susu, periksa terlebih dahulu tanggal kadaluarsa yang ada pada susu. Jika tanggalnya belum lewat, bisa gunakan susu tersebut. Berbeda dengan air, susu akan mengembang saat beku. Menyimpan susu di dalam botol kaca dan karton, memiliki kemungkinan pecah dan membuat freezer menjadi berantakan nantinya.

Anda bisa membekukan susu yang berada dalam botol galon plastik. Namun yang direkomendasikan adalah tuang susu ke dalam 2-3 plastik yang aman untuk dibekukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses pencairan susu.

Hanya saja, susu diketahui dapat menyerap aroma makanan apapun yang disimpan di dekatnya walaupun tempat penyimpanan berbahan tebal. Susu beku paling baik untuk dikonsumsi dalam waktu satu bulan. Ada baiknya juga simpan susu jauh dari ikan beku, daging, dan makanan beraroma tajam lainnya.

Kedua, cairkan susu dengan menaruhnya ke dalam mangkuk berisikan air dingin. Memindahkan susu dari freezer ke dalam kulkas semalaman memang bisa dilakukan. Namun jika memperhitungkan waktu, terdapat satu cara yang bisa dilakukan. Anda bisa isi sebuah mangkuk besar dengan air dingin. Selanjutnya, taruh plastik yang berisikan susu beku ke dalam mangkuk. Jika suhu air telah berubah, segera ganti kembali dengan air dingin.

Jangan pernah cairkan susu beku pada suhu ruangan. Hal tersebut berisiko merusak susu yang dengan susah payah diawetkan. Susu beku harus segera dikonsumsi dalam dua sampai tiga hari setelah mencair.

Ketiga, susu mengalami perubahan setelah dibekukan. Tidak seluruh susu dapat membeku secara merata. Misalnya, susu berbahan dasar nabati seperti susu almond, oat, kedelai, dan rami. Jenis susu tersebut diketahui akan menjadi kasar setelah dibekukan karena adanya pemisahan lemak. Beda halnya dengan susu sapi atau kambing. Kedua susu tersebut mungkin akan mengalami pemisahan. Namun karena mereka rendah lemak, susu skim dan susu bebas lemak dapat beku dengan baik. Kendati susu beku mempertahankan seluruh nutrisi aslinya, namun pemisahan lemak dapat memberi tekstur kasar saat susu dicairkan.

Perlakuan Susu UHT
Lain susu segar, lain pula perlakuannya untuk susu UHT (Ultra High Temperature). Susu UHT adalah jenis susu yang diproses dengan pemanasan tinggi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya. Proses ini membuat susu UHT memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan susu biasa, bahkan tanpa harus disimpan di kulkas sebelum dibuka.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penyimpanan susu UHT. Di antaranya susu UHT yang masih tersegel tidak perlu disimpan di kulkas. Ini karena proses pemanasan tinggi telah memastikan susu tersebut steril dan aman dari kontaminasi bakteri. Cukup disimpan di tempat yang sejuk dan kering, jauh dari sinar matahari langsung. Umur simpan susu UHT yang belum dibuka biasanya berkisar antara enam hingga sembilan bulan.

Kemudian jika kemasan susu UHT sudah dibuka, kondisi penyimpanannya berubah. Susu yang sudah terbuka harus disimpan di dalam kulkas untuk menjaga kesegaran dan mencegah pertumbuhan bakteri, juga menjaga kualitas rasa dan nutrisinya. Susu UHT yang sudah terbuka sebaiknya dikonsumsi dalam waktu tiga hingga lima hari. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SEBANYAK 50 EKOR SAPI PERAH IMPOR TIBA DI TANAH AIR

Sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia yang tiba di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia tiba di Indonesia, menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan dan diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu yang digaungkan pemerintah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menegaskan bahwa kedatangan sapi perah bunting ini merupakan bagian dari rencana blueprint Kementerian Pertanian untuk mendorong peran investor dalam meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan.

“Kedatangan sapi perah bunting ini merupakan wujud komitmen nyata sektor swasta untuk berperan dalam percepatan investasi di Indonesia. Kami mengapresiasi PT Juang Jaya Abdi Alam yang telah memulai investasi strategis ini,” kata Agung saat menyaksikan kedatangan sapi perah di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Ia menambahkan, impor akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi investor lain untuk turut berkontribusi dalam pembangunan subsektor peternakan.

Sapi perah dalam keadaan bunting antara 3 hingga 7 bulan ini rencananya akan ditempatkan di Lampung untuk mendukung penyediaan susu di provinsi tersebut. “Harapannya selain menghasilkan pedet, sapi-sapi ini juga akan mulai memproduksi susu untuk kebutuhan lokal pada pertengahan tahun depan,” ucap Agung.

Selain sapi perah bunting, pada kesempatan yang sama juga didatangkan 600 ekor bibit domba dan kambing perah, yang terdiri dari 400 ekor domba Droper dan 200 ekor kambing perah jenis Saanen. Bibit ternak ini milik PT Samana Agri Yasa dan rencananya akan dikirim ke instalasi karantina di Cilacap, Jawa Tengah.

Kedatangan sapi perah bunting, domba, dan kambing perah ini merupakan langkah dalam mempercepat investasi sapi perah nasional, sekaligus mendukung program MBG. (INF)

PELATIHAN FORMULASI PAKAN SAPI PERAH ALA CENTRAS IPB UNIVERSITY

Para Peserta Pelatihan Formulasi Pakan Sapi Perah
(Foto : CR)

CENTRAS (Center for Tropical Animal Studies) IPB University mengadakan pelatihan bertajuk "Formulation, Production, and Rapid Test of Dairy Cattle Feed Quality", yang dilaksanakan pada Rabu-Kamis (20-21/11) di Ibis Styles Bogor Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, dan kunjungan pada Jumat (22/11) di Nutricell Pacific, Tangerang Selatan. 

Tujuan dari kegiatan tersebut yakni untuk menggali lebih dalam mengenai pentingnya formulasi pakan yang tepat, proses produksi yang efisien, serta penerapan uji cepat untuk memastikan kualitas pakan yang optimal. Selain itu acara tersebut juga dimaksudkan untuk  memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi para peternak, pengusaha pakan, dan praktisi di bidang ini.

Ketua CENTRAS IPB University Prof Nahrowi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah wujud nyata komitmen CENTRAS dalam mencari solusi atas berbagai tantangan di sektor peternakan sapi perah khususnya dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas. 

Peternakan sapi perah di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan yang kompleks. Yang palingh mendasar adalah produktivitas dan kualitas susu sapi perah yang masih rendah. Ia menyebut ada beberapa faktor salah satunya adalah kualitas pakan yang belum bagus. 

"Peternak kita terutama skala kecil banyak menghabiskan waktu untuk mencari hijauan pakan. Ini paradigma yang harus kita ubah, supaya waktunya itu dihabiskan di kandang untuk memantau sapi-sapinya," tutur Nahrowi.

Dirinya juga menyoroti mengenai isu kebutuhan susu nasional terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan adanya program pemerintah seperti makan bergizi gratis dimana minum susu menjadi salah satu yang digaungkan.

"Ironisnya ketergantungan kita pada impor susu juga terus meningkat karena produksi kita tidak cukup, terlebih setelah terjadi wabah PMK. Alhasil ini tantangan besar yang memerlukan perubahan mendasar khususnya dalam pendekatan budidaya dan pakan ternak sapi perah," jelas Prof Nahrowi.

Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nur Saptahidhayat yang juga memberikan sambutannya melalui daring mengatakan bahwa isu di sektor sapi perah sejatinya semakin menarik, apalagi beberapa waktu lalu sempat terjadi demonstrasi yang bahkan sampai ada kegiatan mandi susu.

"Ini menggambarkan bahwasanya permasalahan di sapi perah ini ternyata tidak sesederhana itu, tidak hanya masalah produksi distribusi dan penyerapan pun juga bermasalah. Demonstrasi justru membuka wawasan semua pimpinan nasional, bahkan sampai ada pertemuan yang baru pertama kali pertemuan membahas sapi perah yang bahkan dihadiri oleh Mensesneg, Menko, dan juga kedepan akan ada diskusi bersama Menhan. Ini memang agak diluar apa yang pernah ia bayangkan," tuturnya. 

Ia menegaskan permasalahan persusuan menjadi permasalahan nasional yang menjadi fokus para petinggi negara, karena bersamaan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak terlepas dari peran sapi perah yaitu dalam rangka menyediakan susu. 

"Semua lini menjadi penting terkait dengan pengembangan sapi perah, salah satu lini yang tidak kalah penting adalah penyediaan pakan, menjadi satu hal yang mutlak. Dimana-mana kita selalu mendiskusikan tentang sapi terutama sapi perah dan yang menjadi topik paling hangat adalah terkait dengan pakan," pungkas Sapta.

KOMISI IV DPR RI DUKUNG ADANYA PERPRES UNTUK KEMAJUAN PETERNAK

Komisi IV DPR RI saat kunjungan kerja ke KPSBU Lembang. (Foto: Istimewa)

Komisi IV DPR RI menyatakan dukungan penuh terhadap penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) yang bertujuan memperkuat subsektor peternakan nasional, khususnya peternakan sapi perah.

Dukungan tersebut disampaikan dalam kunjungan kerja ke Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Kamis (21/11/2024). "Kami di Komisi IV akan mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan regulasi yang mendukung keberlanjutan peternakan dan berpihak pada peternak,” ujar Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto.

Ia juga menegaskan, peningkatan nutrisi masyarakat berbasis protein hewani menjadi program yang sangat penting. “Seperti susu gratis untuk anak-anak sekolah dapat menjadi solusi untuk mencegah stunting sekaligus meningkatkan kualitas pangan berbasis protein hewani,” katanya.

Menurutnya, program pengembangan peternakan sapi perah berpotensi besar mendorong pertumbuhan subsektor ini dari hulu ke hilir. Namun, ia juga mengingatkan adanya tantangan yang perlu diatasi, mulai dari perubahan iklim dan lingkungan, fluktuasi harga pakan, hingga regenerasi peternak.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, memaparkan bahwa produksi susu lokal saat ini baru bisa memenuhi 19-20% kebutuhan nasional. Kondisi ini, lanjut dia, tidak seharusnya menjadi alasan bagi industri pengolahan susu (IPS) untuk tidak menyerap produksi peternak lokal.

“Kami sedang menyusun peraturan yang mewajibkan IPS menyerap susu lokal, sesuai arahan Menteri Pertanian dan Menteri Sekretaris Negara. Harapannya, regulasi ini bisa mengembalikan ketentuan seperti sebelum 1998, dimana penyerapannya diatur lebih ketat,” kata Agung.

Ia mengungkapkan, perlunya sinergi antara pemerintah, DPR, dan pelaku industri untuk menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan sektor ini. “Melalui regulasi kita ingin mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi, menyambut baik rencana penerbitan Perpres tersebut. Menurutnya, kebijakan ini menjadi solusi atas berbagai isu yang dihadapi peternak, seperti rendahnya penyerapan susu oleh industri dan persoalan harga jual.

“Alhamdulillah, pemerintah cepat tanggap. Dengan regulasi ini IPS wajib menyerap susu peternak lokal, sehingga peternak tidak lagi menghadapi kesulitan menjual hasil produksinya,” kata Dedi.

Ia pun optimis regulasi akan berdampak positif pada keberlanjutan sektor peternakan sapi perah. “Jika regulasi ini diterapkan, peternak pasti lebih bersemangat. Produksi susu pun akan meningkat, sehingga mendukung program gizi nasional,” ucapnya.

Diharapkan kunjungan kerja tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat koordinasi lintas sektor demi keberlanjutan peternakan sapi perah. Dengan dukungan regulasi dan akses teknologi, sektor ini diharapkan mampu berkontribusi lebih besar terhadap pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer