-->

SULITNYA MENCARI DOC PS AYAM KAMPUNG UNGGULAN

Minat masyarakat untuk usaha ternak ayam kampung makin meningkat. (Foto: Istimewa)

Ada peluang pasar yang sangat terbuka di dalam usaha breeding ayam kampung unggulan. Umumnya, para breeder tak mau menjual day old chicken parents stock (DOC PS) ayam kampung unggulan. Apa alasan mereka enggan menjual DOC calon indukan?

Minat masyarakat untuk memulai usaha ternak ayam kampung makin ke sini makin meningkat. Setidaknya itu terlihat dari makin banyaknya para peternak penyedia bibit ayam kampung yang diposting di channel YouTube. Tak sedikit para peternak membuat channel sendiri untuk menawarkan inspirasi usaha ternak ayam.

Konten berbagi tips mulai dari cara beternak pembesaran ayam kampung, cara mengantisipasi penyakit ayam, cara memasarkan hasil panen ayam, hingga pengolahan pakan alterbatif sangat menginspirasi para nestizen.

Dari pantauan Infovet, rata-rata konten video yang baru diposting satu bulan di beberapa pos channel di YouTube sudah dkunjungi sampai ribuan netizen. Lini komentar menjadi media diskusi yang efektif antara peternak dan netizen. Dari sinilah transaksi jual beli bibit ayam kampung banyak terjadi.

Di beberapa daerah, beternak ayam kampung saat ini menjadi fenomena ekonomi tersendiri. Umumnya, masyarakat masih beternak dalam skala kecil, di bawah 1.000 ekor. Memanfaatkan sisa lahan atau pekarangan samping atau belakang rumah. Menjadikan sebagai usaha sampingan, tapi hasilnya bisa melebihi pendapatan pekerjaan utama mereka.

Beternak pembesaran, dari bibit ayam umur sehari dipelihara hingga masa panen, menjadi pilihan kebanyakan para peternak pemula. Selain lebih mudah, tak terlalu membutuhkan keahlian khusus.

Ada juga peternak pemula yang ingin memulai menjadi breeder ayam kampung unggulan. Hanya saja, di daerah tidak mudah untuk mendapatkan DOC parents stock untuk jenis ayam kampung unggulan. Lebih dari dua tahun dia menekuni usaha pembesaran ayam kampung unggulan, kini ingin mencoba beralih ke breeding.

Imam Rianto, peternak ayam kampung skala rumahan di Desa Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, mencoba mencari informasi para peternak yang menyediakan DOC parents stock ayam kampung, namun sulit menemukan. Di tempat dia membeli bibit ayam pun tak menjualnya. Para peternak penyedia hanya menjual DOC untuk kebutuhan pembesaran atau pedaging.

“Nah, itu yang sampai sekarang saya masih belum nemu peternak yang mau jual DOC parent stock ayam kampung. Umumnya mereka jual DOC yang hanya untuk yang pedaging saja,” tuturnya kepada Infovet.

Menurut Imam, kesulitan mendapatkan DOC parents stock ayam kampung unggulan juga dialami rekan-rekan sesama peternak di derahnya. Meski sudah mencoba hubungi peternak di kota lain, para breeder tak ada yang menjualnya.

“Ini tantangan sekaligus peluang buat saya, karena mereka yang fokus di usaha breeding ayam kampung unggulan masih terbilang langka di sini. Kalau untuk DOC parents stock  ayam broiler sih banyak yang jual. Harganya memang lebih mahal ketimbang DOC biasa,” katanya.

Untuk memastikan kondisi ini, Infovet juga mencari informasi langsung dengan menghubungi beberapa peternak besar yang menyediakan DOC. Hasilnya, dari tiga peternak yang dihubungi ternyata memang tidak menyediakan DOC parents stock ayam kampung unggulan. Mereka hanya menyediakan DOC ayam kampung untuk pedaging.

Hanya ada satu peternak yang menyediakan indukan ayam KUB. Cara membelinya harus satu paket, berisi satu indukan pejantan dan lima indukan betina umur sekitar lima bulan. Harga per paket mencapai Rp 750 ribu. Dalam sebulan pemeliharaan tambahan, sudah bisa menghasilkan telur fertil atau siap tetas.

“Di daerah sini kalau DOC parents stock enggak jual, Pak. Saya cuma jual DOC ayam KUB untuk pedaging saja. Tapi kalau ada yang mau beli indukan masih bisa dilayani, tapi sangat terbatas, karena stoknya cuma sedikit,” ujar Dani, peternak penyedia bibit ayam KUB di Kota Pemalang, kepada Infovet.

Minat Jadi Peternak
Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, membuka usaha merupakan salah satu jalan terbaik untuk bisa tetap berpenghasilan. Banyaknya postingan konten video di channel YouTube tentang berbagai inspirasi usaha cukup membantu dan memandu para peternak pemula.

Bagi pemula, beternak ayam kampung tampaknya menjadi pilihan. Selain tak terlalu sulit, untuk usaha skala rumahan tak membutuhkan lahan yang luas. Cukup memanfaatkan sisa lahan belakang rumah pun jadi.

Maraknya usaha peternakan ayam kampung unggulan skala rumahan berdampak positif bagi para penyedia bibit. “Memang usaha ayam kampung unggulan seperti ayam Joper atau ayam Ulu, ayam KUB, sekarang peminatnya terus bertambah,” ujar Riko Saputro, peternak di Blitar, Jawa Timur, kepada Infovet.

Menurut Riko, ada sejumlah kelebihan dari ayam kampung jenis unggulan. Dari sisi pemeliharaan pada umur  50-60 hari ayam ini bisa dipanen. Masing-masing jenis ayam ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, dibanding dengan broiler, pemeliharaan ayam hasil silangan seperti Joper dan Ulu relatif lebih mudah.

Salah satu kelebihannya dari sisi daging, ayam Ulu termasuk gurih saat dimasak, sehingga banyak disukai orang. Kelebihan lainnya adalah dagingnya lebih banyak dan memiliki rasa seperti ayam kampung. Walaupun harganya lebih mahal, minat terhadap ayam jenis ini terus meningkat.

Ayam jenis ini juga dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan daging ayam kampung. Tapi karena masih tergolong baru, jenis ayam ini masih belum banyak diternakkan. “Karena itu, permintaan pasar cukup besar,” ujar Riko.

Menurutnya, selain ayam Joper dan Ulu, membuka usaha ayam Arab saat ini mulai menjadi tren di kalangan peternak skala kecil. Tetapi rupanya masih belum banyak informasi yang tersedia mengenai budi daya ayam Arab. Karena itu, tak heran jika banyak peternak pemula merasa bingung akan seluk-beluk usaha perternakan ayam Arab tersebut.

“Perusahaan kami merupakan salah satu tempat yang mampu membantu suplai DOC ayam Arab hingga kuantitas besar ke seluruh Indonesia,” ujarnya. Pengusaha muda ini juga memastikan sanggup membantu memberikan perkiraan modal usaha, keuntungan, serta tips dalam membudidayakan ayam Arab petelur hingga menghasilkan nilai jual yang bermanfaat.

Pasar Terbuka 
Minimnya penyedia DOC parents stock ayam kampung atau DOC bakal indukan, sudah pasti menjadi peluang besar bagi para pemilik modal. Pasarnya sangat terbuka luas. Betapa tidak, cobalah simak data yang disuguhkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Data BPS per Maret 2024, menyebutkan bahwa produksi per tahun ayam broiler mencapai 3.168.325.176 (3,1 miliar) ekor, sedangkan produksi ayam kampung baru 308.601.685 (308, 6 juta) ekor per tahun.

Yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan para breeder enggan menjual DOC parents stock ayam kampung? Rupanya ada jawaban yang dinilai masuk akal oleh sebagian breeder ayam kampung unggulan.

“Saya ini breeder, kalau saya jual DOC calon indukan juga, waduh bisa jadi pesaing berat saya di sini. Makanya, ini umum, jarang sekali breeder mau jual DOC calon indukan atau parents stock,” ujar Dani.

Nah, bagi pemilik modal yang ingin terjun ke bisnis peternakan sebagai penyedia bibit ayam, masih banyak celah lain yang bisa dikembangkan. Untuk pemula, bisa memulai dari skala kecil lebih dulu. Sambil mempelajari bagaimana beternak ayam yang baik, perlu juga lakukan survei potensi pasarnya.

Selain itu, juga disarankan untuk banyak belajar dari para peternak berpengalaman. Jejaring sesama peternak ayam kampung perlu dimiliki, karena akan banyak membantu jalannya usaha. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MEMELIHARA AYAM KUB MENGUNTUNGKAN? INI FAKTA DAN STRATEGINYA

Memelihara ayam KUB di Indonesia terus meningkat. (Foto: Istimewa)

Memelihara ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan) semakin diminati peternak di berbagai daerah. Ayam hasil rekayasa genetik dari Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) ini dikenal memiliki banyak keunggulan dibanding ayam kampung biasa. Tapi pertanyaannya, apakah betul memelihara ayam KUB cepat memberikan keuntungan?

Ayam KUB dan Keunggulannya
Beberapa informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan bahwa ayam KUB merupakan ayam lokal hasil pemuliaan yang dikembangkan oleh Balitbangtan dengan tujuan meningkatkan produktivitas ayam kampung. Memiliki keunggulan utama di antaranya cepat bertelur mulai usia lima bulan, produktivitas telur tinggi bisa mencapai 180-200 butir/tahun, rasa daging seperti ayam kampung tetapi pertumbuhan lebih cepat, dan tingkat kematian rendah, cocok untuk peternakan skala kecil (rumahan) maupun besar.

Perbandingan Ayam KUB dan Ayam Kampung.

Aspek

Ayam KUB

Ayam Kampung

Umur Bertelur

5-5,5 bulan

6-7 bulan

Produksi Telur

160-180 butir/tahun

60-100 butir/tahun

Konversi Pakan

Lebih efisien

Kurang efisien

Daya Tahan

Cukup tinggi

Tinggi

Harga Jual Telur

Rp 1.800-2.200/butir

Rp 2.000-2.500/butir

Berbagai sumber.

Karena keunggulan inilah ayam KUB dianggap sebagai solusi modern bagi peternak ayam kampung. Adapun kelebihan lainnya yakni dari sisi efisiensi biaya produksi. Dari estimasi kasar untuk memulai usaha 100 ekor ayam KUB petelur, peternak pemula bisa mengawalinya dengan membeli bibit (DOC) ayam KUB (Rp 2,5 juta); persiapan kandang dan peralatan (Rp 3 juta); pakan tiga bulan awal (Rp 3,5 juta); vaksin dan obat-obatan (Rp 500 ribu). Namun begitu, angka di atas bisa lebih murah tergantung daerah dan kesiapan jika kandang sudah tersedia atau menggunakan bahan lokal.

Dari situ keuntungan bisa diperoleh ketika ayam KUB mulai bertelur saat usia 5-6 bulan. Dalam satu tahun seekor ayam KUB bisa menghasilkan rata-rata 180-200 butir telur. Jika diambil contoh dari 100 ekor ayam KUB produksi telurnya 100 ekor x 180 telur = 18.000 butir/tahun, harga jual rata-rata telur ayam kampung Rp 2.000/butir, sehingga omzet per tahun bisa mencapai Rp 36 juta. Dikurangi biaya pakan dan operasional tahunan sekitar Rp 15-18 juta, maka peternak bisa memperoleh laba bersih hingga Rp 15-20 juta/tahun bahkan lebih jika pemasaran dilakukan dengan baik atau menjual bibit DOC.

Dengan manajemen yang baik, BEP bisa dicapai dalam waktu 7-8 bulan, bahkan lebih cepat jika peternak menjual telur secara langsung ke konsumen, menjual ayam afkir (usia 1-1,5 tahun) sebagai ayam potong, dan bisa menghasilkan bibit DOC dari indukan sendiri. Ini artinya, memelihara ayam KUB tergolong menguntungkan.

Sementara untuk simulasi beternak 100 ekor ayam KUB betina membutuhkan modal awal sekitar Rp 4,8 juta dengan rincian bibit ayam KUB umur 1 bulan Rp 10.000 x 100 = Rp 1 juta, pakan tiga bulan (1 kg/ekor/bulan, harga Rp 7.000/kg) 300 kg x Rp 7.000 = Rp 2,1 juta, kandang sederhana dan peralatan Rp 1,5 juta, serta obat/vaksin Rp 200 ribu. Adapun pendapatan dari panen telur per tahun 100 ekor x 160 telur = 16.000 butir, harga jual rata-rata Rp 2.000/butir = Rp 32 juta/tahun. Keuntungan kotor tahunan Rp 32 juta dikurangi modal Rp 4,8 juta = Rp 27.200.000.

Angka tersebut di atas belum termasuk biaya operasional tambahan, tenaga kerja, atau risiko penyakit. Namun secara kasar, dalam waktu enam bulan peternak sudah bisa mulai balik modal dan meraih keuntungan bersih secara berkelanjutan.

Tips Memelihara Ayam KUB
Agar sukses dalam memelihara ayam KUB, berikut ada beberapa langkah-langkah panduan praktis untuk memulai usaha ayam KUB dari awal:

• Tentukan tujuan peternakan: Apakah ingin fokus ke petelur, pedaging, atau pembibitan (DOC). Menentukan tujuan sejak awal akan membantu dalam menyusun rencana pakan, pemilihan kandang, dan target pasar.

• Siapkan lokasi kandang: Pastikan lokasi memiliki sirkulasi udara yang baik, jauh dari pemukiman padat, serta memiliki akses air bersih. Buat kandang dengan sistem terbuka atau semi intensif untuk memaksimalkan kenyamanan ayam.

• Beli bibit yang berkualitas: Pilih bibit Ayam KUB dari sumber terpercaya, misalnya Balitbangtan, UPT Dinas Peternakan, atau peternak mitra yang tersertifikasi.

• Manajemen pakan yang efisien: Gunakan kombinasi pakan pabrikan dan pakan lokal seperti dedak, jagung giling, ampas tahu, dan daun pepaya untuk menekan biaya.

• Perhatikan kesehatan dan vaksinasi: Buat jadwal vaksinasi sejak awal (misalnya untuk vaksinasi ND, AI, gumboro) serta siapkan obat-obatan umum untuk diare, pilek, atau luka.

• Monitoring dan catat data harian: Catat jumlah telur, konsumsi pakan, dan kondisi ayam setiap hari. Data ini sangat penting untuk evaluasi dan pengambilan keputusan.

• Pasarkan hasil ternak secara cerdas: Manfaatkan grup di media sosial, lingkungan sekitar, ataupun komunitas peternak lokal untuk menjual telur, DOC, maupun ayam afkir. Buat nama brand kecil untuk meningkatkan kepercayaan.

Walau demikian, ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai di antaranya harga pakan yang fluktuatif, kebutuhan perkandangan, hingga serangan penyakit seperti Newcastle disease (ND). Namun dengan menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik dan menjaga kebersihan kandang, serta vaksinasi yang tepat, hal tersebut bisa diminimalisir.

Keuntungan memelihara ayam KUB telah dirasakan oleh Sumarno, salah satu peternak ayam KUB di Sleman, DIY. Ia mengaku bisa balik modal dalam waktu enam bulan pemeliharaan.

“Dulu saya coba 50 ekor ayam KUB, sekarang sudah 300 ekor. Dalam waktu enam bulan saja saya sudah bisa balik modal. Yang penting disiplin kasih pakan dan jaga kebersihan kandang,” katanya.

Memelihara ayam KUB bisa cepat menguntungkan terutama jika dikelola dengan baik dan efisien. Dalam waktu 6-7 bulan, peternak sudah bisa menikmati hasil panen telurnya. Kombinasi antara produktivitas tinggi, efisiensi pakan, dan harga jual yang menarik menjadikan ayam KUB pilihan cerdas di tengah permintaan pasar akan produk ayam kampung yang sehat dan alami.

Gambaran peternak ayam KUB lainnya yakni Arif Santoso di Boyolali, Jawa Tengah, yang memelihara 500 ekor ayam KUB petelur semi-intensif dengan sumber pakan kombinasi pabrikan dan dedaunan lokal mencapai hasil yang menggiurkan. Produksi telur per bulan sekitar 7.000 butir dengan harga jual rata-rata Rp 2.000/butir. Omzet bulanan yang diperoleh mencapai sekitar Rp 14 juta. Laba bersih setelah dikurangi biaya-biaya operasional antara Rp 6-7 juta/bulan.

Kunci keberhasilan menurut Arif, “Yang penting konsisten. Kandang bersih, ayam sehat, pakan cukup, dan pemasaran harus kreatif. Saya juga sering ikut pelatihan dari dinas peternakan.”

Peluang Masih Terbuka
Permintaan ayam kampung di Indonesia terus meningkat karena masyarakat semakin sadar akan kualitas gizi dan rasa daging yang alami. Ayam KUB yang memiliki karakter ayam kampung menjadi solusi cerdas untuk memenuhi permintaan tersebut.

Pasar potensial untuk produk ayam KUB berasal dari telur yang banyak diminati untuk konsumsi rumah tangga dan terapi herbal, dagingnya yang juga banyak digemari baik untuk hidangan restoran, katering, dan hajatan, hingga DOC-nya yang juga banyak dicari oleh peternak pemula.

Selain pasar lokal, beberapa wilayah di Indonesia bagian timur bahkan kekurangan suplai ayam kampung dengan genetik unggul. Ini menjadi peluang besar jika peternak siap memperluas distribusi.

Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan setempat harus terus mendorong program pembibitan ayam KUB sebagai solusi ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi pedesaan. Beberapa bentuk dukungan seperti pelatihan dan pendampingan peternak, bantuan bibit dan pakan awal, kemitraan dengan koperasi peternakan, serta program kredit usaha rakyat (KUR) khusus peternakan bisa lebih digencarkan. Peternak yang aktif mengikuti program tersebut berpeluang mendapatkan fasilitas dan akses pasar yang lebih luas.

Sebab, ayam KUB bukan hanya unggul dalam hal produksi, tetapi juga memiliki daya tahan dan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, peternak juga bisa memanfaatkan hal lainnya seperti membuat pupuk organik dari kotoran ayam, mengolah telur retak menjadi telur asin atau telur herbal, hingga menjual pakan fermentasi buatan sendiri kepada peternak lain. Upaya tersebut dilakukan agar peternakan tidak hanya mengandalkan satu sumber pendapatan saja, tetapi menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan.

Bagi yang ingin memulai usaha peternakan dengan modal relatif ringan tapi hasil cukup menjanjikan, beternak ayam KUB bisa menjadi pilihan karena peluang pasarnya masih terbuka lebar. Asal, dikelola dengan manajemen yang baik, pakan yang efisien, dan strategi pemasaran yang aktif. ***

Ditulis oleh:
Sudjono, pengamat peternakan 
Dirangkum kembali oleh Tim Redaksi Infovet

GOTONG-ROYONG MENJAGA SALURAN CERNA AYAM YANG SEHAT

Performa produksi unggas sangat ditentukan kesehatan organ pencernaannya. (Foto: Istimewa)

Saluran cerna merupakan sistem tubuh yang berperan penting dalam performa unggas komersil. Saluran cerna terdiri dari paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ampela, usus kecil, usus buntu, usus besar, dan kloaka. Makanan yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap dan menjadi nutrisi bagi peningkatan bobot tubuh dan perkembangan saluran reproduksi yang nantinya merupakan penghasil telur.

Performa produksi ke depan akan sangat ditentukan kesehatan oleh organ pencernaan tersebut. Oleh karena itu, gotong-royong untuk mengupayakan kesehatan saluran cerna penting untuk dilakukan.

Secara umum faktor yang dapat mengganggu kesehatan saluran cerna dapat dibedakan menjadi faktor infeksius dan non-infeksius.

Non-Infeksius
Faktor non-infeksius adalah faktor di luar agen penyakit yang dapat mengganggu kesehatan saluran cerna unggas. Umumnya faktor ini terkait erat dengan manajemen pemeliharaan, seperti:

• Kualitas pakan dan air: Kecukupan nutrisi akan membantu saluran pencernaan ayam mengalami perkembangan bobot dan ukuran yang baik. Bertambahnya jumlah vili usus dapat meningkatkan luas permukaan usus yang berfungsi untuk penyerapan zat-zat makanan dan ini baik untuk kesehatan ayam. Selain itu, kualitas air yang dikonsumsi juga berperan dalam menjaga kesehatan unggas. Air minum yang baik tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mengandung logam berat berbahaya (Pb, Hg, As, dan lainnya), pH berkisar 6,0-8,0 dan tidak mengandung bakteri patogen.

• Stres: Dapat memengaruhi kesehatan pencernaan unggas sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan dan feses berair. Banyak hal dapat menimbulkan stres pada unggas, seperti kandang terlalu padat, kadar amonia tinggi, cuaca ekstrem, pergantian pakan, transportasi, dan adanya infeksi penyakit. Selain itu, stres pada ayam dapat menyebabkan pelemahan sistem imun. Sistem imun berperan dalam mengenal, menghancurkan, dan menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh.

Pencegahan utama untuk melindungi saluran cerna dari berbagai penyakit infeksius adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (SANBIO-MENSANA/ADV)

MENJAGA SALURAN PENCERNAAN TERNAK TETAP SEHAT

Ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Di tengah kondisi ketidakpastian harga bahan baku pakan seperti jagung, bungkil kedelai, dan produk bahan baku impor atau lokal lainnya berdampak terhadap fluktuasi dan peningkatan harga pakan di pasaran.

Hal tersebut didukung dengan Keputusan Badan Pangan Nasional yang secara resmi menetapkan harga pembelian pemerintah untuk jagung di tingkat petani sebesar Rp 5.500/kg, melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No. 18/2025. Ini merupakan tantangan bagi peternak dan nutrisionis dalam mencari alternatif sumber energi bahan baku pengganti jagung agar harga formulasi pakan masih terjangkau.

Michael H. Kogut dan Glenn Zhang, dalam bukunya berjudul “The Microbiomes of Humans, Animals, Plants, and the Environment” menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir, pakan yang dikonsumsi oleh hewan sangat memengaruhi kondisi mikrobiota usus, fisiologi, kekebalan tubuh, dan kesehatan saluran pencernaan.

Sementara itu, J. Pratt • J. Hromadkova • L. L. Guan dari Department of Agricultural, Food and Nutritional Science, University of Alberta, Edmonton, AB, Canada melakukan penelitian tentang “Mikrobiota Usus dan Gut Brain Axis pada Anak Sapi yang Baru Lahir” tentang jenis probiotik (psikobiotik) yang memengaruhi fungsi kognitif dan tumbuh kembang melalui sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), efek imun langsung, dan berbagai jalur saraf, hormonal, dan metabolik yang terkait dengan mikrobiota usus.

Evaluasi Faktor yang Pengaruhi Kesehatan Saluran Pencernaan
Presisi dalam pemilihan kualitas nutrisi pakan dan komposisi formulasi bahan baku pakan sangat penting untuk menunjang kesehatan saluran pencernaan. Pemilihan bahan baku pakan dapat dimulai dari menganalisis kandungan nutrisinya melalui analisis proksimat, saat ini sudah banyak tools pendukung seperti NIRs (Near-infrared spectroscopy) untuk melakukan analisis nutrisi bahan baku secara cepat.

Pemeriksaan antinutrisi pada... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

SOLUSI KESEHATAN SALURAN PENCERNAAN: FITOGENIK SEBAGAI BILE SALT HIDROLASE INHIBITOR

Infeksi saluran pencernaan (enteric diseases) telah menjadi masalah kesehatan dan juga ekonomi dalam industri peternakan, yang menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan, peningkatan mortalitas, dan biaya produksi. Berbagai bakteri patogen seperti Clostridium spp, Escherichia coli, Salmonella spp, merupakan penyebab utama infeksi saluran pencernaan unggas yang kerap ditemui.




MEMBUAT PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Hindari ayam dari kondisi stres. (Sumber: Poultryworld.net)

Agar nutrisi yang terkandung di dalam pakan dapat diserap sempurna, dibutuhkan sistem pencernaan yang bekerja optimal. Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilaip pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dalam aspek pemeliharaan ayam banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak di masa kini. Masalah pada saluran pencernaan kerap terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius, atau bahkan kombinasi keduanya.

Seperti yang pernah dialami oleh Supendi Agustiyanto, peternak broiler kemitraan asal Rumpin Kabupaten Bogor. Ketika kebijakan pakan non-AGP mulai diberlakukan dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena juga diperparah dengan cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat antidiare, namun bukannya sembuh malah diare berdarah gitu. Kemudian saya langsung telepon TS obat untuk konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Supendi.

Saat itu ayamnya sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badan masih di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih dalam dan melakukan pembenahan, utamanya dalam manajemen pemeliharaan.

Membenahi Manajemen
Disampaikan oleh Nutrisionis CV Kawa Jaya Sakti, William Widjaya, bahwa pemikiran peternak harus diubah di zaman sekarang, utamanya soal pakan. Dengan kondisi seperti saat ini, banyak perusahaan pakan mencari alternatif pengganti AGP untuk membantu peternak dalam menjaga performa ayam di kandang.

“Mereka masih menganggap pakan merek A, B, dan lain sebagainya sudah enggak sebagus dulu. Padahal tiap formula berbeda, tinggal bagaimana peternaknya,” kata dia.

Lebih lanjut disampaikan, saat ini AGP sudah dilarang penggunannya, berarti peternak harus mengupayakan peningkatan dari segi pemeliharaan, misal dengan menggunakan kandang sistem semi tertutup atau full tertutup (closed house).

Hal senada juga disampailan oleh Drh Agustin Polana, seorang praktisi perunggasan. “Pemerintah sudah mengesahkan bahwa AGP tidak boleh, sekarang ayo kita benahi yang lain. Pakan bukan satu-satunya yang memengaruhi performa saluran pencernaan, masih ada yang lainnya. Intinya, kita percayakan nutrisi pada yang ahli.”

Banyak Penyebabnya
Selain pakan, ada beberapa faktor lain yang wajib diperhatikan agar saluran pencernaan sehat dan bekerja secara optimal. Pertama, akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (CR)

GANGGUAN EKUILIBRIUM GASTROINTESTINAL: DYSBIOSIS DAN GUT HEALTH

Gambaran patologi-anatomis problem dysbiosis lapangan sangatlah bervariasi, tergantung faktor penyebab yang umumnya lebih dari satu. Mulai dari perubahan dinding dan permukaan jaringan usus, kondisi lendir alias mukus yang ada, serta kondisi isi lumen usus. Oleh sebab itu, dalam menegakkan diagnosis lapangan terkait dengan dysbiosis haruslah dengan sistematika yang tepat dan secara holistik.

Oleh: Tony Unandar
Private Poultry Farm Consultant - Jakarta

Terminologi dysbiosis (dysbacteriosis) secara praktis mulai dikenal dan popular di tengah hingar-bingarnya kebijakan pelarangan penggunaan AGP (antibiotic growth promotor) dalam pakan ternak di banyak negara, termasuk Indonesia. Adalah Ducatelle et al., 2015; yang pertama kali mengemukakan pandangannya bahwa dysbiosis akan menjadi tantangan terselubung yang dahsyat dan tidak bisa dianggap enteng bagi aspek efisiensi industri perunggasan modern. Tulisan singkat ini selain berisi observasi dan diskresi penulis dalam mengulik kasus yang disebabkan multifaktor ini di lapangan, juga disertai pemahaman lebih lanjut melalui publikasi ilmiah yang tergolong paling gres.

Kesehatan Usus
Hippocrates (460-370 sebelum Masehi), bapak kedokteran purba pernah mengemukakan suatu dalil bahwa semua penyakit dimulai atau berasal dari saluran cerna, khususnya usus.  Pasca pakan non-AGP, dalil ini seolah memberikan inspirasi segar bagi beberapa peneliti perunggasan universal, dimana kondisi saluran cerna yang sehat (gut health) adalah dasar atau pondasi utama bagi kesehatan ayam modern, krusial untuk reaksi imunitas tubuh dan performa yang optimal, serta ekuilibrium fungsi-fungsi fisio-endokrin yang ujung-ujungnya adalah profit yang maksimal secara ekonomis (Shehata et al., 2022).

Untuk pertama kalinya pada 2016, kesehatan usus alias kesehatan saluran cerna didefinisikan sebagai suatu kondisi absennya pelbagai bentuk gangguan ataupun penyakit pada saluran cerna, sehingga kompetensi induk semang/hospes dalam mengekspresikan fungsi-fungsi fisiologisnya dapat terjadi secara optimal yang selanjutnya mampu meredam dengan baik dampak stresor yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Kogut, 2016).

Pada tahap lanjut, kesehatan usus didefinisikan sebagai suatu keadaan ideal yang stabil (steady state), dimana interaksi antara mikrobiom (mikrobiota usus) dan saluran usus berada dalam keadaan ekuilibrium yang simbiotik, dalam arti antara kesejahteraan hospes dan performa tidak lagi dibatasi oleh hal-hal terkait dengan disfungsi saluran usus itu sendiri (Celi et al., 2016).

Dari beberapa deskripsi di atas jelas bahwa secara holistik kesehatan usus terjadi akibat interaksi yang kompleks dan ekuilibrium dari pelbagai komponen, yaitu mikrobiota usus yang homeostatik (eubiosis), status umum hospes (dalam hal ini ayam) yang prima, dan kondisi lingkungan (environmental factors) yang ideal untuk menjaga kelangsungan kondisi homeostatik yang berkesinambungan (Wickramasuriya et al., 2022; Salahi et al., 2025).

Eubiosis dan Dysbiosis (Dysbacteriosis)
Dalam kondisi normal, tiap individu (ayam) yang sehat terdapat komunikasi dan regulasi dua arah yang intens antara... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (TOE)

URGENSI MENYEIMBANGKAN SALURAN PENCERNAAN

Ancaman umum penyakit infeksius pada saluran pencernaan ayam. (Sumber: Istimewa)

Saluran pencernaan adalah suatu sistem organ yang mendukung suatu kehidupan mahluk hidup, termasuk unggas. Selain fungsinya yang vital untuk menunjang kehidupan, saluran pencernaan bisa menjadi malapetaka bagi ternak bila kesehatannya tidak terjaga dengan baik.

Kegiatan makan dan minum tentu dilakukan oleh mahluk hidup termasuk ayam dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup. Selain menunjang kehidupan, saluran pencernaan juga berkaitan dengan performa dan produksi ayam.

Oleh karenanya, kondisi saluran pencernaan yang sehat dibutuhkan untuk dapat mencerna nutrisi yang ada dalam pakan. Jika saluran pencernaan ayam mengalami gangguan, maka hal ini akan berisiko pada kesehatan dan performa tubuh ayam. Perlu diketahui manajemen yang tepat dan solusi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan demi mencapai performa optimal.

Fungsi Penting Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan merupakan organ yang berperan dalam menerima, mencerna, dan menyerap nutrisi dari pakan, serta mengeluarkan sisa ransum yang tidak terserap. Kesehatan saluran pencernaan yang baik akan memberikan dampak signifikan pada pemanfaatan nutrisi dalam pakan bagi tubuh ayam. Hal tersebut dijabarkan oleh Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi.

Ia menjelaskan, saluran pencernaan memiliki vili usus yang panjang dan berbentuk menyerupai jari-jari di seluruh bagian usus, yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan (nutrisi) yang menjulur dari dasar usus ke arah lumen usus tempat makanan akan dicerna dan diserap. Vili yang semakin panjang atau lebar akan meningkatkan area penyerapan nutrisi pada usus sehingga penyerapan nutrisi lebih optimal.

Saluran pencernaan ayam dimulai dari paruh dan terakhir di kloaka. Organ pada sistem pencernaan yaitu paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ampela (gizzard), usus halus, usus buntu, usus besar, dan kloaka. Saluran pencernaan juga dilengkapi dengan beberapa organ aksesori seperti  hati, getah empedu, dan pankreas.

Selain itu, pada saluran pencernaan terdapat jaringan GALT (gut associated lymphoid tissue). GALT merupakan bagian dari jaringan limfoid yang berfungsi sebagai tempat respons kekebalan mukosa untuk menghasilkan antibodi dan menerima rangsangan respons imun mukosal. Jaringan limfoid tersebut tersebar dalam epitel, lamina propia, lempeng peyer’s patches, dan caeca tonsil.

Di dalam saluran usus hiduplah mikroflora, keseimbangan dari populasinya sangat penting untuk menjaga fungsi normal dari usus. Kesehatan usus bergantung pada keseimbangan antara kondisi ayam, mikroflora usus, lingkungan usus, dan komponen pakan. Jika ada gangguan, maka proses pencernaan dan penyerapan nutrisi tidak akan optimal dan terjadi malabsorpsi sehingga akan digunakan untuk pertumbuhan berlebih bagi populasi bakteri.

“Inilah mengapa salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan usus yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025. (CR)

MENJAGA KESEIMBANGAN SALURAN CERNA

Berbagai faktor terkait pakan dan agen penyakit dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi kesehatan dan produksi unggas. (Foto: Cobb)

Saluran pencernaan ayam memiliki saluran permukaan yang paling terbuka dan terus-menerus terpapar berbagai macam zat yang berpotensi membahayakan kesehatan saluran cerna. Saluran pencernaan bertindak sebagai penghalang selektif antara jaringan unggas dan lingkungan luminalnya. Penghalang ini terdiri dari komponen fisik, kimia, imunologi, dan mikrobiologi.

Berbagai faktor yang terkait dengan pakan dan agen penyakit menular dapat berdampak negatif pada keseimbangan mikroflora usus serta memengaruhi status kesehatan dan produksi unggas. Adanya aturan yang melarang penggunaan antibiotic growth promotor (AGP) kemungkinan akan mengubah profil mikroba lingkungan saluran pencernaan pada unggas komersial.

Mikroflora di dalam saluran pencernaan merupakan campuran bakteri, jamur, dan protozoa, namun bakteri merupakan mikroorganisme yang dominan (Gabriel et al., 2006). Mikroflora saluran cerna secara umum dapat dibagi menjadi kelompok yang berpotensi patogen atau non-patogen (menguntungkan). Beberapa organisme non-patogen mempunyai efek menguntungkan seperti produksi vitamin, stimulasi sistem kekebalan tubuh melalui mekanisme non-patogenik, dan penghambatan pertumbuhan kelompok mikroba berbahaya (Jeurissen et al., 2002).

Sementara itu, mikroba yang patogen membuat kerugian antara lain terlibat persaingan dengan mikroba non-patogen untuk mendapatkan nutrisi, stimulasi pergantian sel epitel secara cepat, sekresi senyawa beracun, dan induksi respons inflamasi yang berlangsung di saluran pencernaan karena spesies bakteri yang berbeda mempunyai preferensi substrat dan kebutuhan pertumbuhan yang berbeda. Komposisi kimia dari pencernaan sebagian besar menentukan komposisi komunitas mikroba dalam saluran pencernaan (Apajalahti et al., 2004).

Bahan baku pakan ayam yang mengandung berbagai jenis bahan baku seperti jagung, sorgum, barley, oat, atau rye mempunyai berbagai dampak terhadap perkembangan bakteri. Bahan baku berbahan dasar jagung dan sorgum meningkatkan jumlah Enterococcus, sedangkan pakan berbahan dasar barley meningkatkan jumlah Lactobacillus, kemudian untuk pakan berbahan dasar oat meningkatkan pertumbuhan Escherichia dan Lactococcus, serta bahan pakan berbahan dasar gandum meningkatkan jumlah Streptococcus pada ayam. (Apajalahti, 2004).

Seperti disebutkan di atas bahwa profil mikroba usus dapat dipengaruhi bentuk pakan dan perubahan komposisi bahan baku yang dapat mengubah komunitas mikroba. Komposisi bahan baku dan mikroflora serta interaksinya dapat memengaruhi perkembangan usus, permukaan mukosa, dan jumlah lendir usus.

Bahan pakan yang dimakan ayam dapat mengandung unsur hara, non-unsur hara, serta organisme bermanfaat dan berpotensi membahayakan. Saluran pencernaan harus secara selektif membiarkan nutrisi melewati dinding usus ke dalam tubuh sekaligus mencegah komponen makanan yang merusak melewati penghalang usus (Korver, 2006).

Meskipun terdapat berbagai macam senyawa antinutrisi yang terdapat dalam berbagai bahan pakan termasuk sereal, kelompok utamanya adalah polisakarida non-pati (NSP). Semua sereal yang digunakan dalam pakan unggas mengandung berbagai tingkat NSP seperti β-glucan dan arabinoxylans (Iji, 1999). Sifat umum dari berbagai NSP adalah tidak bisa tercerna enzim endogen dan kecenderungannya untuk menciptakan lingkungan kental di dalam lumen usus, yang mengakibatkan ekskresi kotoran yang lengket (Choct dan Annison, 1992a,b).

Viskositas usus yang tinggi terbukti menyebabkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom

KECACINGAN PADA AYAM: INFEKSI, DIAGNOSIS, DAN PENANGANANNYA

Gambar beserta ukuran nematoda dan cacing pita yang menginfeksi ayam. (Sumber: Lilian Mahrous, dkk Egypt)

Sekitar 100 spesies cacing telah diakui pada ayam liar dan domestik di Amerika Serikat. Nematoda (cacing gelang) adalah yang paling signifikan dalam jumlah spesies dan dampak ekonominya. Banyak studi lapangan menunjukkan bahwa unggas yang dipelihara dalam kondisi liar/bebas mungkin sangat mudah terinfeksi parasit ini.

Oleh karena itu, langkah-langkah pengendalian seperti mencegah infeksi atau pengobatan dengan kemoterapi dapat mengembalikan dampak negatif sehingga terjadi penambahan berat badan dan peningkatan produksi telur yang awalnya terganggu. Dalam survei, ayam-ayam yang dipelihara secara liar di negara lain insiden infeksi >80% tidak jarang terjadi.

Adapun ukuran dan bentuk spesies nematoda sangat bervariasi. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing unggas yang paling penting. Baik dalam jumlah spesies maupun jumlah kerusakan yang terjadi, mereka jauh melebihi trematoda dan cestoda.

Nematoda atau cacing gelang biasanya berbentuk gelendong dengan ujung anterior dan posterior dilemahkan,  penutup tubuh atau kutikula, sering ditandai dengan alur melintang. Nematoda unggas memiliki jenis perkembangan langsung atau tidak langsung, sekitar setengahnya tidak memerlukan inang perantara invertebrata, sedangkan yang lain bergantung pada inang perantara seperti serangga dan siput untuk perkembangan tahap awal. 

Nematoda biasanya melewati empat tahap perkembangan sebelum mencapai tahap kelima atau terakhir. Tahap berturut-turut didahului dengan pengelupasan kulit (molting). Pada beberapa nematoda, kulit atau kutikula yang longgar dipertahankan untuk waktu singkat sebagai penutup/pelindung, di sisi lain terkelupas sekaligus.

Infeksi cacing/kecacingan dari golongan nematoda seperti Ascaridia galli (cacing gelang), Heterakis gallinarum (cacing rambut), Capillaria sp. maupun dari golongan cestoda seperti Raillietina sp. (cacing pita) kadang banyak dilupakan para peternak ayam dalam hal control atau monitoring gangguan pada ayam.

Padahal terdapat lebih dari 100 spesies cacing gelang dikenal di negara lain seperti di Amerika yang pada umumnya menginfeksi ayam liar maupun ayam peliharaan, yang mana hal tersebut berdampak sangat nyata pada kerugian ekonomis seperti adanya pengurangan berat badan dan gangguan pada produksi telur. (MSD Veterinary Manual, Sept 2024).

Ada suatu kejadian yang perlu penulis bagikan kepada para peternak yang menjadi pengalaman berharga, dimana ada seorang peternak mengeluhkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat  
Praktisi peternakan

MUSUH DALAM SELIMUT: MENGAPA CACINGAN BISA MENJADI ANCAMAN SERIUS?

Problem infeksi cacing berdampak terhadap penurunan pertumbuhan dan produksi telur. (Foto: Unsplash)

Problem cacing pada ayam bisa berdampak besar pada kesehatan dan produktivitas, terutama dalam sistem pemeliharaan cage free atau free range, dimana paparan terhadap telur dan larva cacing lebih tinggi.

Menurut S. Steenfeldt, S. Knorr and M. Hammershoj dari Aarhus University, Denmark, pada jurnal berjudul "Nutrition and Feeding Strategies in Extended Egg Production in Different Production System" mengatakan bahwa ayam petelur yang memiliki akses keluar ruangan dengan sistem pemeliharaan cage free atau free range memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi karena adanya tantangan penyakit di lapangan, peningkatan aktivitas fisik, dan variasi suhu. Studi ini menyoroti potensi untuk mengoptimalkan strategi pemberian pakan guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan hewan dalam produksi telur.

Beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam di antaranya Ascaridia galli atau cacing gilig yang menginfeksi melalui pakan atau lingkungan yang terkontaminasi telur cacing, kemudian Heterakis gallinarum atau cacing gilig di sekum dan Capillaria spp. atau cacing rambut yang menginfeksi melalui telur dan inang perantara seperti cacing tanah yang termakan oleh ayam, serta Raillitetina spp. atau cacing pita yang menginfeksi melalui inang perantara seperti semut dan serangga kecil.

Dampak Kesehatan dan Ekonomi
Problem infeksi cacing pada ayam kerap menyerang pada ayam petelur komersial dan ayam breeder. Problem infeksi cacing jarang dijumpai pada ayam broiler, hal ini dikarenakan siklus hidup broiler yang singkat antara 35-40 hari, sementara proses pendewasaan beberapa strain cacing seperti Ascaridia galli memerlukan waktu 28-30 hari hingga dapat menimbulkan efek pendarahan pada usus ayam.

Problem infeksi cacing berdampak terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

MENELISIK PROBLEM GASTROINTESTINAL: INFEKSI CACING RAILLIETINA SPP. (RAILLIETINOSIS)

Secara umum, kasus raillietinosis pada ayam modern dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan keseragaman bobot badan ayam, anemia, dan pemborosan pakan (FCR aktual lebih tinggi dari FCR standar). (Foto: Dok. Tony)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Problem parasit cacing pada peternakan ayam modern ibarat musuh dalam selimut, terutama pada peternakan yang tidak menerapkan kontrol insekta dengan baik. Berlangsung secara senyap dan tidak mengakibatkan mortalitas ayam yang tinggi, namun dampak ekonominya tidak bisa dianggap enteng. Selain itu, infeksi cacing pita dari jenis Raillietina spp. (raillietinosis) ternyata dapat membawa efek domino yang sangat kompleks di lapangan. Tulisan singkat ini selain mengisahkan pengalaman penulis dalam menangani kasus infeksi Raillietina spp. di lapangan, juga disertai latar belakang pemahaman lebih lanjut via publikasi ilmiah yang adekuat.

Tentang Cacing Pita
Infeksi cacing pita pada ayam modern merupakan suatu penyakit endoparasit dengan salah satu agen penyebabnya dari genus raillietina, kelas cestoda, dan filum platyhelminthes. Cacing ini umumnya bersifat hermaprodit dengan bentuk tubuh pipih, memanjang seperti pita dan bersegmen, tidak memiliki rongga tubuh dan tidak punya saluran cerna (Lund et al., 2017).

Cacing pita jenis ini pada ayam biasanya mempunyai panjang berkisar 30-50 cm. Mempunyai sebuah kepala yang disebut skoleks (scolex) dan diikuti sebuah leher (neck). Bagian selanjutnya dari tubuhnya adalah strobila yang mengandung sejumlah segmen (proglotit) yang berkembang memanjang dari leher. Setiap segmen mengandung satu set organ reproduksi, yaitu jantan dan betina. Antar spesies dari genus raillietina mempunyai jumlah segmen yang tidak sama alias berbeda pada strobilanya (Kenneth, 2013; Zirintunda et al., 2022).

Ketika segmen yang terjauh dari leher sudah matang, maka akan terlepas dari tubuhnya (strobila). Segmen yang matang dan sudah relatif berat ini mengandung banyak telur yang sudah dibuahi (embryophore) dan siap dikeluarkan ke lingkungan kandang via feses ayam yang merupakan hospes definitifnya (Reid et al., 1938).

Dalam beberapa dekade terakhir tercatat ada tiga spesies dari genus raillietina yang menyebabkan problem kerugian ekonomi yang signifikan pada industri perunggasan secara kosmopolitan, termasuk di Indonesia. Ketiga spesies tersebut adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025. (toe)

KOLABORASI PT GANEETA FORMULA NUSANTARA DAN BIOCHEM

Gangguan saluran pernapasan kerap menjadi tantangan utama dalam pemeliharaan ayam broiler maupun layer. Gangguan ini tidak hanya terkait patogen penyakit, tetapi juga bergantung pada faktor manajemen dan lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan dan performa hewan.

Melalui latar belakang tersebut, PT Ganeeta Formula Nusantara selaku distributor dan Biochem selaku produsen, menggelar launching perdana produk BronchoVest di Hotel Santika BSD, Tangerang Selatan, Selasa (18/3), dan Hotel Santika Blitar, Jawa Timur, Kamis (20/3).

BronchoVest merupakan produk essential oil dengan formulasi water-based tanpa residu minyak dan bebas alkohol dengan kombinasi natural eucalyptus oil, natural mint oil, dan menthol crystals yang efektif mengatasi gangguan pada saluran pernapasan dan stres.



DIRJEN PKH PANTAU SERAPAN AYAM OLEH PERUSAHAAN

Dirjen PKH saat memantau ayam milik peternak di Bogor. (Foto: Istimewa)

Pemerintah memantau langsung serapan ayam hidup ukuran besar dari peternak mandiri oleh sejumlah perusahaan integrator dan produsen pakan. Pemantauan dilakukan di dua lokasi di Kabupaten Bogor pada Kamis (24/4/2025), oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda.

“Langkah ini merupakan bagian dari upaya stabilisasi harga di tingkat peternak sekaligus bentuk tanggung jawab sosial perusahaan,” kata Agung di lokasi.

Dalam kunjungannya, ia menyaksikan transaksi pembelian ayam hidup oleh PT Malindo Feedmill dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). PT Malindo membeli 5.448 ekor ayam dari Kandang Jati, peternak mandiri di Kecamatan Tajurhalang, dengan bobot rata-rata 2,7-2,8 kg/ekor dengan harga yang disepakati sebesar Rp 17.000/kg. Sementara CPI melakukan pembelian 1.700 ekor ayam hidup dari peternak mandiri lainnya dengan bobot rata-rata 1,9 kg/ekor dengan harga yang sama.

Agung juga menambahkan bahwa perusahaan integrator lain yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan hal yang sama menyerap ayam hidup dari peternak mandiri. Japfa telah melakukan pembelian 5.000 ekor ayam hidup dengan rataan bobot badan 2,2-2,6 kg/ekor di dua lokasi, yaitu Cigudeg dan Serang.

“Kami ingin memastikan tidak ada ayam besar yang tidak terserap pasar, terutama saat pasokan sedang tinggi,” ucapnya. Pihaknya pun akan terus mendorong sinergi antara perusahaan besar dan peternak rakyat agar harga ayam hidup tetap stabil dan peternak tidak lagi merugi, serta tercipta rantai pasok yang sehat dan berkeadilan.

Pemilik Kandang Jati, Agus, menyampaikan apresiasinya atas dukungan pemerintah dalam menstabilkan harga ayam tingkat peternak. “Terima kasih dan apresiasi kepada Ditjen PKH atas respon cepat dalam mengatasi situasi. Terima kasih telah menyerap ayam-ayam jumbo kami dengan harga layak,” katanya. (INF)

MENCEGAH INFEKSI DINI SAAT INKUBASI TELUR TETAS

Ilustrasi anak ayam menetas. (Foto: Pixabay)

Tindakan mencegah adalah lebih baik daripada menyembuhkan infeksi. Pencegahan merupakan salah satu langkah dalam melakukan mitigasi risiko jangan sampai ada kerugian besar yang terjadi di belakang hari.

Antisipasi sebelum terjadi infeksi yang menyebabkan kerugian adalah tindakan yang jauh lebih baik, menghilangkan kontaminasi yang kemungkinan terjadi saat melakukan inkubasi telur tetas. Agen penyebab penyakit bisa terbawa masuk ke dalam mesin tetas melalui telur tetas terkontaminasi dari sumber vertikal maupun horizontal, saat telur keluar dari induk maupun pada proses handling dari kandang ke mesin tetas.

Breeding farm maupun perusahaan pembibitan unggas dalam proses produksinya tidak terlepas dalam satu rangkaian siklus produksi yang disebut penetasan, melakukan inkubasi telur tetas terpilih dengan mesin tetas atau inkubator. Peternak kecil yang sekarang berkembang sudah banyak yang menggunakan mesin inkubator untuk menyediakan atau menjual bibit unggas. Sering kali  terlupakan bahwa pada proses produksi bibit yaitu saat inkubasi, ternyata tidak hanya bakal embrio dalam telur tetas yang berkembang menjadi DOC/DOD, namun kuman, virus, dan fungi juga terinkubasi.

Saat DOC/DOD muncul dalam mesin tetas, jutaan mikroorganisme juga ada dalam mesin tetas. Mikroorganisme ada yang bersifat patogen ikut terbawa DOC/DOD ke dalam kandang pembesaran yang bisa mengancam perkembangan DOC/DOD saat dalam brooder atau kandang pembesaran.

Dalam siklus produksi bibit, DOC/DOD keluar dari kerabang telur, telur tetas baru masuk dalam mesin tetas. Proses penetasan berlanjut dan berulang. Jeda waktu sebenarnya diperlukan untuk membersihkan dan mendisinfeksi mesin tetas sebelum dipakai kembali untuk menetaskan telur tetas. Sebab daya tetas bisa turun karena banyak tumpukan koloni mikroorganisme di berbagai bagian mesin tetas. Mikroorganis ini bisa masuk melalui pori kerabang telur dan menginfeksi calon embrio. Embrio bisa mati sejak dini sebelum berubah dan berkembang menjadi DOC/DOD. Daya tetas yang diharapkan tinggi bisa... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2025.

Ditulis oleh: 
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Ahli Pertama
Balai Veteriner Jayapura

PENYESUAIAN NUTRISI UNTUK MENANGANI KECACINGAN PADA UNGGAS

Kecacingan atau yang disebut juga helminthiasis adalah kondisi dimana terjadi investasi cacing parasit di dalam tubuh. Umumnya kejadian kecacingan pada unggas ditemukan dalam saluran pencernaan, namun beberapa kasus bisa menyerang organ lain.

Cacing parasit telah diketahui sebagai penyebab utama pada masalah kesehatan dan penurunan produktivitas seperti memburuknya FCR, penurunan produksi telur, dan kematian. Selain itu, helminthiasis juga dikaitkan dengan diare, kerusakan usus, penurunan nafsu makan, lemas, lumpuh (paralisis), dan pertumbuhan bulu yang buruk (Jegede et al., 2015; Ngongeh et al., 2014; Uhuo et al., 2013; Baboolal et al., 2012; Afolabi et al., 2016).







MONIMAX®, KOKSIDIOSTAT TERKINI DI INDONESIA

Koksidiosis adalah penyakit yang cukup lama dikenal dalam sektor perunggasan dan merupakan penyakit terpenting yang disebabkan oleh parasit (genus Eimeria) namun sulit untuk dikendalikan. Hal ini mengakibatkan kerugian besar di industri ayam pedaging secara global, dengan perkiraan lebih dari $15 miliar. Di Indonesia sendiri, kerugiannya melebihi $500 juta/tahun.

Efektivitas pengendalian koksidiosis merupakan hal mutlak dalam meningkatkan profitabilitas. Dimana pengendalian yang tidak optimal bisa berefek buruk pada pencapaian berat badan dan tingginya rasio konversi pakan di sektor perunggasan. Penyakit ini juga memicu naiknya penggunaan antibiotik untuk pengobatan kasus pencernaan seperti Dysbacteriosis dan Necrotic enteritis.

Monimax® adalah pilihan koksidostat yang tepat, yang merupakan kombinasi dari monensin dan nicarbazin, serta telah teregistrasi di Indonesia. Monimax® dapat digunakan pada pakan ayam pedaging dan pullet (ayam dara petelur). Tentu saja kehadiran Monimax® menjadi angin segar bagi industri perunggasan saat ini.




PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DI INDONESIA

Potensi virus mudah mengalami mutasi. (Foto: Damian Dovarganes-Associated Press)

Avian influenza (AI) disebabkan oleh virus ssRNA yang tergolong famili Orthomyxoviridae. Virus ini dikenal mudah mengalami mutasi karena tidak memiliki mekanisme proof reading (kemampuan untuk memperbaiki kesalahan cetak materi genetik saat perbanyakan di dalam sel tubuh unggas) sehingga kesalahan cetak dapat terjadi.

Kesalahan cetak dapat berupa substitusi, delesi, dan insersi asam amino dalam materi genetik. Secara kompleks proses ini sering dikenal dengan antigenic shifting atau antigenic drifting. Perubahan materi genetik dapat berbahaya jika terjadi pada protein yang berperan penting dalam proses infeksi (protein Hemagglutinin dan Neuraminidase).

Selain potensi virus yang mudah mengalami mutasi, kontrol lalu lintas yang kurang ketat antar daerah juga sering kali berperan dalam introduksi masuknya virus baru di Indonesia. Kedua hal inilah yang berpengaruh besar dalam variasi virus AI yang beredar di Indonesia.

Secara umum AI dibagi menjadi subtipe berdasarkan protein Hemagglutinin (H) dan Neuraminidase (N). Walaupun demikian karena begitu banyaknya variasi yang terjadi, kini pengklasifikasian diperkecil lagi menjadi clade dan subclade. Pada 2003, AI yang merebak di Indonesia termasuk dalam subtipe H5N1 clade 2.1. Virus ini menyebabkan mortalitas yang sangat tinggi pada ayam dan kerugian yang besar bagi peternak. Namun, virus ini belum terdeteksi lagi sejak 2019 hingga sekarang.

Pada 2012, terjadi kasus AI yang ditandai dengan infeksi pada bebek. Dimana bebek merupakan unggas yang dianggap lebih kuat daripada unggas komersil justru menjadi hospes pertama yang terinfeksi sebelum kemudian menyebar pada unggas komersil. Virus yang teridentifikasi pada tahun tersebut adalah AI subtipe H5N1 clade 2.3.2. Virus ini diduga masuk melalui introduksi dari luar Indonesia dan termasuk dalam patotipe high pathogenic avian influenza (HPAI). Sejak saat itu hingga kini, variasi dalam tingkat subclade terus terjadi.

Selanjutnya pada 2016, dunia peternakan Indonesia kembali dihebohkan dengan penyakit yang menyebabkan turunnya produksi telur dari 90% menjadi 30% hingga sering disebut sebagai penyakit 90-30. Kasus ini kemudian teridentifikasi disebabkan oleh virus AI subtipe H9N2 lineage Y280 yang merupakan virus AI low pathogenic (LPAI) dan tidak menyebabkan kematian tinggi pada ayam. Virus AI H9N2 ini menginfeksi ke dalam sel telur sehingga sel telur akan dihancurkan oleh sel kebal yang ada dalam tubuh ayam itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan pembentukan telur terganggu yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produksi.

Tidak berhenti sampai di situ, pada 2022 ditemukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2025. (SANBIO)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer