-->

SUKSES GELAR MUNAS KE-V, HERRY DERMAWAN KEMBALI PIMPIN GOPAN

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, saat mengukuhkan kepengurusan GOPAN periode 2025-2030. (Foto: Dok. Infovet)

Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-V di Bogor pada Rabu (6/8/2025). Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk mengevaluasi perjalanan organisasi sekaligus merumuskan arah perjuangan lima tahun ke depan.

Beberapa agenda utama pun dibahas dalam forum tersebut, antara lain Laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat (DPP); pembahasan dan pengesahan AD/ART; penyusunan dan pengesahan program kerja dan rekomendasi nasional, serta pemilihan Ketua Umum GOPAN periode 2025-2030.

Dalam Munas tersebut, Herry Dermawan kembali dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum GOPAN untuk masa bakti 2025-2030. Dirinya terpilih secara aklamasi dan dipercaya penuh oleh para anggota untuk meneruskan perjuangan organisasi dalam meningkatkan kesejahteraan peternak.

"Saya sampaikan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas kepercayaan yang kembali diberikan kepada saya untuk memimpin GOPAN lima tahun ke depan. Kita harus kembali kepada tujuan awal berdirinya organisasi ini, yaitu meningkatkan kesejahteraan peternak ayam, yang dalam lima tahun terakhir justru mengalami degradasi," ujar Herry dalam sambutannya saat Munas dan Rembuk Peternakan Nasional, Kamis (7/8/2025).

Herry Dermawan. (Foto: Dok. Infovet)

Dalam keterangannya, Herry juga menegaskan bahwa tim formatur yang telah terbentuk akan segera merumuskan strategi dan rekomendasi konkret guna menghadapi tantangan industri perunggasan ke depan.

Ia juga optimis terhadap masa depan peternak nasional, terlebih dengan adanya program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis yang diprediksi bisa meningkatkan permintaan ayam secara signifikan.

“Indonesia ke depan bukan gelap, justru sangat cerah bagi para peternak ayam. Kami berharap pemerintah bisa menggandeng peternak rakyat dalam program-program tersebut, dan GOPAN siap menjadi jembatannya,” ucapnya.

Terkait program kerja, Herry menyampaikan bahwa prioritas jangka pendek GOPAN adalah memperkuat konsolidasi internal dan sistem administrasi organisasi. Selain itu, pihaknya juga akan memperluas jejaring kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, untuk memastikan kesejahteraan peternak dapat terwujud secara berkelanjutan.

"GOPAN akan berperan aktif dalam menangkal masuknya ayam impor ke pasar domestik demi melindungi kepentingan peternak lokal," tegasnya.

Dengan terselenggaranya Munas ke-V, GOPAN meneguhkan komitmennya sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan peternak ayam nasional. Kepemimpinan Herry Dermawan diharapkan dapat membawa semangat baru dan memperkuat konsolidasi organisasi dalam menghadapi dinamika industri perunggasan yang semakin kompleks, serta optimistis bahwa melalui kerja sama yang kuat dan berkelanjutan, cita-cita untuk menjadikan peternak sebagai pilar ketahanan pangan nasional dapat terwujud secara nyata.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, yang turut hadir memberikan apresiasinya kepada GOPAN. Ia menanggapi terpilihnya kembali Herry Dermawan menjadi ketua umum adalah hal yang tepat.

"Sudah sangat tepat Pak Herry menjadi Ketua GOPAN. Kami sangat apresiasi kepada GOPAN yang telah menyelenggarakan Munas dan Rembuk Peternakan Nasional. Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk menyatukan visi dan menyusun rencana bersama dalam menghadapi dinamika industri perunggasan saat ini," katanya. (RBS)

FAKTOR PENURUNAN PRODUKSI TELUR

(Foto: Dok. Sanbio)

Produksi telur merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam usaha peternakan ayam petelur. Namun, tidak jarang peternak menghadapi masalah turunnya produksi telur yang dapat berdampak signifikan terhadap keuntungan usaha.

Penurunan produksi ini bisa bersifat sementara atau berkepanjangan, tergantung dari penyebabnya. Penurunan produksi telur terjadi akibat banyak sebab, mulai dari faktor infeksius ataupun non-infeksius.

Penyebab infeksius dapat terjadi karena virus dan bakteri. Penurunan produksi telur yang diakibatkan oleh faktor infeksius mengganggu keberlangsungan usaha bagi peternak ayam petelur. Penyebaran virus yang cepat tidak jarang dapat menyebabkan kematian tinggi, membuat peternak harus berpikir keras dalam melindungi kesehatan ternak unggasnya.

Beberapa faktor infeksius yang dapat menyebabkan penurunan produksi adalah:

Newcastle disease (ND)
Disebabkan oleh Avian paramyxovirus tipe-1 (APMV-1). Jika sudah terinfeksi akan berpengaruh pada produksi telur, terutama penurunan produksi, kualitas telur jelek, warna abnormal, serta bentuk dan permukaan kerabangnya abnormal.

Infectious bronchitis (IB)
Disebabkan oleh Coronavirus. Ayam  petelur dewasa yang terinfeksi akan mengalami penurunan produksi hingga mencapai 60% dalam kurun waktu 6-7 minggu dan selalu disertai dengan penurunan mutu telur berupa bentuk telur tak teratur, kerabang telur lunak, dan albumin (putih telur) cair.

Avian influenza (AI)
Terutama AI subtipe H9N2 dapat menyebabkan penurunan produksi. Virus AI subtipe H9N2 masuk kedalam low pathogenic avian influenza (LPAI) yang menyebabkan rusaknya saluran reproduksi ayam ditandai dengan ovarium dan oviduk kemerahan, kuning telur tampak seperti brokoli, dan yang sangat nampak terlihat adalah penurunan produksi yang sangat tajam (dapat mencapai 5-10% per hari).

Egg drop syndrome (EDS)
EDS disebabkan oleh Adenovirus tipe I. Ayam yang terinfeksi produksi telur akan memiliki kerabang tipis hingga tanpa kerabang. Pada umumnya terjadi pada awal periode bertelur, sehingga puncak produksi tidak tercapai.

Infectious coryza
Disebabkan oleh bakteri Avibacterium paragallinarum. Ayam yang terinfeksi mengalami gangguan pernapasan atas. Terlihat bengkak pada area wajah ayam dengan keluar eksudat dari hidung, anoreksia. Serta dapat terjadi pada semua umur dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 40%.

Selain penyakit infeksius di atas, penurunan produksi telur dapat terjadi akibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (Muchammad Wildan Firdaus & Aprilia Kusumastuti)

MENCEGAH PENURUNAN PRODUKSI TELUR: STRATEGI CERDAS UNTUK PETERNAK

Ayam petelur modern. (Foto: Istimewa)

Produksi telur yang menurun adalah salah satu tantangan utama dalam peternakan ayam petelur. Penurunan ini dapat berdampak pada keuntungan peternak dan efisiensi produksi. Perlu dipelajari bagaimana profil ayam petelur modern saat ini dengan memahami peforma, berat badan, kebutuhan nutrisi, manajemen, dan standar produksi telur di setiap umurnya.

V. Arantes dari Hy-Line International USA pada Australian Poultry Science Symposium memaparkan tentang “Optimizing Nutrition and Management to Enhance Productivity in Modern Laying Hens: From Rearing to Peak Production” bahwa kemajuan genetika ayam petelur modern telah meningkatkan efisiensi produksi mereka secara signifikan, ditandai dengan peningkatan konversi pakan, produksi telur yang lebih tinggi, dan persistensi bertelur yang lebih lama.

Namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama dalam komposisi manajemen dan nutrisi di lima minggu pertama. Hal ini dikarenakan tren penurunan berat badan pada layer modern, yang membutuhkan manajemen tepat untuk menghindari pertambahan berat badan yang berlebihan, terutama selama fase perkembangan utama. Menetapkan profil berat badan yang optimal, terutama pada minggu kelima sangat penting untuk membuka potensi produktivitas ayam petelur.

Faktor Nutrisi: Fondasi Produksi Telur
Nutrisi yang tidak seimbang adalah penyebab utama turunnya produksi telur. Kalsium dan fosfor pada ayam petelur merupakan nutrisi yang penting untuk pembentukan cangkang telur. Jika pasokan kalsium kurang atau rasio Ca : P tidak seimbang, produksi telur akan mengalami penurunan.

Defisiensi atau kelebihan energi, protein, dan asam amino esensial seperti metionin dan lisin sangat penting untuk produksi telur yang optimal. Kekurangan salah satu dari nutrisi ini dapat menurunkan jumlah produksi telur yang dihasilkan.

Selain itu proses pemilihan bahan baku yang baik dan analisis antinutrisi yang presisi akan mempermudah dalam melakukan pemberian aditif, contohnya penggunaan enzim untuk membantu kecernaan substrat pada bahan baku alternatif, toxin binder untuk mengikat mikotoksin (aflatoksin, DON, fumonisin) pada bahan baku yang menyebabkan stres fisiologi, menurunkan daya tahan tubuh, dan berdampak terhadap produksi telur. Manajemen waktu dan metode pemberian pakan yang tidak tepat bisa menyebabkan fluktuasi konsumsi nutrisi.

Kenyamanan Ayam Jadi Kunci
Manajemen kandang yang kurang optimal dapat menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

AGAR PRODUKSI TELUR TAK MENGENDUR

Peternakan ayam petelur modern. (Foto: Istimewa)

Telur ayam merupakan sumber protein hewani termurah yang terjangkau bagi masyarakat. Patut dibanggakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil telur ayam terbanyak, namun hal tersebut jangan sampai membuat peternak lengah.

Mesin Biologis Canggih
Sejak dikembangkan kurang lebih 100 tahun lalu, kini ayam petelur/layer modern menjelma menjadi mesin biologis penghasil telur yang mumpuni. Bisa dibilang ayam petelur modern merupakan hasil seleksi tradisional dan teknologi genomik canggih, sehingga menghasilkan strain dengan produksi tinggi (300-500 telur/tahun), umur bertelur lebih panjang, dan adaptasi iklim yang baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Technical Service Specialist, Southeast Asia, Hyline-Internasional, Drh Dewa Made Santana, dalam sebuah webinar. Menurut data yang diperoleh, ada perbedaan cukup menonjol antara ayam layer old fashion (sekitar 1992), dengan layer modern dengan data di 2021.

Berdasarkan data yang ada layer “versi lama” hingga umur 80 minggu menghasilkan sebanyak 321 butir telur, sedangkan layer modern sudah bisa memproduksi sebanyak 374 butir. Ada selisih 53 butir atau peningkatan sebanyak 16%. Jika dihitung dari segi berat, ayam petelur lama hanya mampu memproduksi telur sebesar 20,39 kg, sedangkan untuk ayam petelur modern sudah bisa memproduksi sebanyak 23,06 kg.

“Dari data itu saja terdapat selisih 2,67 kg atau ada peningkatan sebesar 13,09%. Belum lagi untuk FCR, kalau ayam lama rata-rata FCR-nya sebesar 2,37, ayam modern sebesar 2,07 terdapat selisih 0,30 atau ada penurunan 12,66%. Ini artinya konsumsi pakannya semakin irit, namun menampilkan produksi yang cukup tinggi,” kata Santana.

Kendati demikian, keunggulan genetik yang luar biasa itu tidak bisa berdiri sendiri, agar produksinya bisa optimal perlu dukungan menyeluruh dari tiap aspek pemeliharaan, seperti ketersediaan nutrisi yang baik dan cukup, manajemen pemeliharaan mumpuni, adanya pelayanan veteriner, serta penerapan biosekuriti yang baik.

“Kalau saya lihat di negara kita, mungkin tidak semua peternak bisa memaksimalkan potensi ini, mungkin hanya beberapa saja. Oleh karena itu, bila termanfaatkan 100%, produksi telur kita bisa lebih baik lagi pastinya,” ucapnya.

Nutrisi Baik, Performa Apik
Berbagai literatur mengatakan bahwa berhasilnya suatu usaha peternakan ditentukan oleh empat faktor, yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (CR)

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB MENURUNNYA PRODUKSI TELUR

Penurunan produksi bisa disebabkan secara tunggal atau kolektif dari beberapa faktor. (Foto: Istimewa)

Sudah merupakan kebiasaan di komunitas peternak ayam petelur jika ada masalah dengan penurunan produksi telur yang tidak biasa, hampir selalu dikaitkan dengan gangguan kesehatan akibat serangan penyakit. Padahal penurunan produksi bisa merupakan penyebab tunggal atau kolektif dari beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi selain infeksi penyakit, adalah karena nutrisi, cahaya, usia, stres, dan kondisi lingkungan. Nutrisi yang tepat, terutama kalsium, protein, dan energi, sangat penting untuk pemeliharaan produksi telur yang konsisten. Kemudian juga pencahayaan, terutama paparan cahaya siang hari yang berperan dalam merangsang siklus reproduksi dan hari yang pendek dapat mengurangi produksi telur.

Selain itu, faktor usia turut memengaruhi produksi telur, dengan penurunan alami seiring bertambahnya usia induk ayam. Serta kondisi stres dan faktor lingkungan seperti suhu dan ventilasi juga berperan serta dalam produksi dan kualitas telur yang dihasilkan.

Pemberian Nutrisi
Ayam betina membutuhkan diet seimbang dengan cukup protein, kalsium, dan energi untuk bertelur. Jangan juga abaikan kebutuhan air minum, karena kebanyakan dari peternak lupa bahwa air juga termasuk nutrisi yang utama. Hampir 80% telur terdiri dari air, bila kebutuhan air minum tidak tercukupi otomatis produksi berjalan tidak tidak optimal. Oleh karena itu, hindari pemberian nutrisi yang tidak memadai.

Kalsium sangat penting untuk pembentukan kerabang telur, bisa dikatakan kalsium merupakan nutrisi spesifik, bila terjadi kekurangan dalam pakan dapat menyebabkan kerabang telur menjadi tipis. Menggunakan pakan layer yang lengkap berarti menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk produksi telur yang optimal. Standar nutrisi untuk ayam petelur adalah ME 2.750-2.800 Kcal dengan protein 17.5-18.00%, kalsium 3.50% dengan feed intake/hari/ekor 115-120 gram (Lohmann Brown Classic Manual Guide).

Pencahayaan
Meningkatnya pemberian intensitas cahaya harian, cenderung meningkatkan produksi telur. Pencahayaan tambahan dapat membantu mempertahankan atau meningkatkan produksi telur ayam pada saat ayam hanya mendapat periode cahaya harian normal yang pendek. Memastikan intensitas dan durasi cahaya yang cukup dapat berdampak positif pada produksi telur.

Pada masa usia produksi ayam petelur secara umum mendapatkan cahaya sebanyak maksimal... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi Perunggasan

AKAR GANGGUAN PRODUKSI TELUR

Peternak layer kini tengah berhadapan dengan ayam yang terus berpenampilan “gaya baru”. (Foto: Istimewa)

Oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Slogan 
more eggs less feed tampaknya sudah melekat dengan karakteristik umum ayam petelur/layer modern. Sadar atau tidak, sekarang para peternak layer tengah berhadapan dengan ayam yang terus berpenampilan “gaya baru”.

Keengganan mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan seiring dengan perkembangan genetik layer modern tersebut tentu akan memengaruhi penampilan (performance) akhir ayam yang dipelihara. Ujungnya, tak hanya menyebabkan keuntungan melayang, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.

Gangguan produksi telur layer modern pada sindroma obesitas yang diikuti “yolk peritonitis” misalnya, adalah contoh paling representatif dan sering terjadi di lapangan.

Latar Belakang
Perkembangan genetik ayam petelur modern dalam lima dekade terakhir memang sangat spektakuler. Jika diikuti perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka layer modern mampu menghasilkan paling tidak 220 butir telur pada era 1960, menjadi 500 butir telur selama 700 hari pada 2019 (Martin, 1960; Anderson, 2019).

Itu saja tidak cukup, bobot telurnya pun lebih besar, yang tadinya berkisar 56-62 gram/butir menjadi 60-68 gram/butir. Perbaikan penampilan fenotipe ini tentu menuntut kualitas pullet yang baik, dimana perkembangan bobot badan (pertumbuhan seimbang antara fleshing dan framing) serta keseragaman ayam selama masa pullet harus seiiring berkembang (Bain et al., 2016; Wang et al., 2017; Underwood et al., 2021).

Dasar Produksi Prima
Salah satu sifat ayam petelur modern yang sangat menonjol adalah progres pembentukan dasar konformasi tubuh yang seimbang (antara kerangka/framing dan perototan/fleshing) yang sangat dominan paling telat sampai ayam berumur enam minggu.

Itulah sebabnya pada saat layer modern berumur empat minggu, maka bobot badan harus mencapai bobot minimal berdasarkan standar strain yang ada dan dengan keseragaman yang harus di atas 80%. Melalui timbang bobot badan dan “grading” seratus persen pada umur empat minggu tersebut, maka peternak hanya mempunyai kurun waktu dua minggu untuk memperbaikinya, karena puncak pertumbuhan hiperplasia untuk organ-organ visceral terjadi antara 4-6 minggu.

Gangguan pertumbuhan pada fase ini berarti menghambat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (toe)

MEMBERANTAS GANGGUAN HAMA YANG MENGURAS KEUNTUNGAN

Peternakan layer rentan terhadap hama tikus. (Foto: Pixabay)

Hewan pengerat kecil yang satu ini sudah sangat familiar dalam aspek kehidupan manusia. Karena sifat alami dan potensinya dalam menyebabkan gangguan, hewan ini selalu menjadi musuh bagi manusia termasuk dalam peternakan unggas.

Tikus merupakan hewan yang kerap dijumpai di berbagai tempat, termasuk di peternakan ayam. Secara alamiah hewan pengerat ini memakan apa saja, seperti tumbuhan, hewan kecil, bahkan sesama tikus (kanibal).

Celakanya, tikus dapat mengonsumsi dan mengontaminasi pakan ternak dan hewan lain, bahkan pangan manusia. Keberadaan tikus di suatu peternakan akan memakan, merusak, dan menimbulkan kerugian mencapai sekitar $25 padi-padian tiap tahun (USDA 2012). Kemampuan beradaptasi dan ketangkasannya membuat hewan ini sulit dibasmi. Tikus mampu berjalan pada permukaan vertikal, berjalan di kabel, berenang, bahkan dengan mudah melompat dengan ketinggian hingga 30 cm dari suatu permukaan yang datar.

Unggul Hampir dalam Segala Hal
Tikus, celurut, maupun mencit sangat potensial dalam berkembang biak. Di bawah kondisi ideal, sepasang tikus bisa menghasilkan 20 juta ekor keturunan dalam waktu tiga tahun. Begitu juga dengan mencit dan celurut yang dapat bereproduksi lebih cepat. Satu ekor mencit atau celurut betina dewasa dapat melahirkan 5-10 kali dalam setahun, yang menghasilkan 5-6 ekor tiap kelahirannya. Masa buntingnya 19-21 hari. Tikus akan dewasa kelamin pada umur 6-10 minggu dan rata-rata tikus betina mampu hidup hingga sembilan bulan. Satu tikus betina bisa memproduksi 22 betina dalam satu tahun (berdasarkan perbandingan jantan dan betina = 50 : 50 keturunan) dimana akan dewasa pada tiga bulan setelah proses kelahiran.

Para perusak kecil ini memiliki penglihatan lemah namun tajam pada indra penciuman, indra perasa, dan indra pendengarannya. Tikus tidak menyukai area terbuka, mereka lebih menyukai kontak terhadap dinding atau objek lain. Tikus juga tidak akan pergi jauh dari sarangnya, maksimal jaraknya 45 m (tikus) dan 9 m (mencit dan celurut).

Selain itu, tikus juga sangat peka terhadap objek yang baru dan akan menghindarinya untuk beberapa hari. Sebaliknya, mencit dan celurut akan lebih cepat menerima objek baru. Hal ini menjadi penting saat akan mendesain perangkap atau umpan.

Mengapa Tikus Harus Dibasmi?
Layaknya hama seperti kutu, benalu, dan lainnya, tikus perlu dikendalikan. Selain menyebabkan gangguan secara ekonomis, juga mengganggu manusia secara psikologis. Menurut Sofwah (2007), beberapa kerugian yang dapat disebabkan oleh tikus di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2025. (CR)

KUPAS TUNTAS PENYAKIT PERNAPASAN DI CHICK DAY 2025

Penyakit merupakan salah satu hambatan dalam budi daya perunggasan. Terlebih lagi penyakit infeksius yang menyerang saluran pernapasan, jika tidak diatasi secara tepat efeknya akan sangat merugikan.




ARGININE DAN TRYPTOPHAN UNTUK PRODUKSI TELUR YANG STABIL DAN OPTIMAL

Produksi telur yang optimal merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam industri peternakan unggas, namun berbagai faktor dapat memengaruhi kemampuan produksi telur. Faktor-faktor tersebut sangatlah kompleks, mulai dari nutrisi, manajemen, hingga kesehatan hewan, semuanya berperan penting dalam menentukan tingkat produksi telur.




NUTRISI YANG PRESISI SEPANJANG MUSIM

Penyediaan bahan baku yang berkualitas mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan tidak dirusak oleh keberadaan jamur yang mudah tumbuh di iklim tropis. (Foto: allaboutfeed.net)

Menyajikan pakan presisi sebagai inovasi yang signifikan dalam industri pakan akan mengubah cara dalam menyediakan pakan yang presisi dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Sebab, hewan memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda setiap musim, misalnya hewan membutuhkan lebih banyak energi dan protein selama musim dingin.

Dengan mengoptimalkan asupan nutrisi, pakan presisi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, mengurangi biaya produksi, dan mengurangi dampak lingkungan. Sistem pemberian pakan yang menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan asupan nutrisi hewan, termasuk penggunaan teknologi seperti sensor, monitor, serta sistem pemberian pakan otomatis dapat mengukur dan menyesuaikan pakan berdasarkan kebutuhan hewan.

Berbagai tantangan dalam menyajikan pakan yang presisi merupakan hal yang perlu diperhitungkan matang-matang agar tidak menjadi bumerang dalam pelaksanaannya. Tantangan iklim/cuaca, dimana Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, maka tingkat kelembapan umumnya relatif mencapai 70-90% dan suhu yang relatif konstan. Standar suhu ruangan yang nyaman umumnya berkisar antara 20-24°C dan kelembapan ruangan yang ideal biasanya berada di antara 40-60%. Kelembapan udara jika melebihi 60%, dapat menyebabkan beberapa dampak negatif, seperti pertumbuhan jamur.

Penyediaan bahan baku yang berkualitas mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan tidak dirusak oleh keberadaan jamur yang mudah tumbuh di iklim tropis menjadi tantangan tersendiri. Ketersediaan bahan baku pakan yang masih tergantung impor juga memengaruhi komposisi formulasi pakan. Bahkan jika ada gejolak kurs Dollar dan Euro seperti saat ini, akan memengaruhi harga bahan baku yang berakibat harga pakan melambung. Sedangkan harga pronak tidak serta-merta naik secara signifikan, yang berujung komposisi dalam formulasi pakan akan berubah menyesuaikan harga yang kompetitif.

Ayam modern yang mempunyai potensi genetik tinggi, seperti pada broiler mempunyai karakteristik tumbuh lebih cepat dan nafsu makan tinggi, sedangkan pada layer mempunyai karakteristik bobot tubuh lebih ringan, dewasa kelamin lebih awal, konsumsi pakan lebih sedikit, dan produktivitas lebih tinggi.

Ayam modern mempunyai aktivitas metabolisme lebih tinggi, kebutuhan nutrien tinggi, dan lebih rentan stres. Dengan kondisi ayam modern yang mempunyai potensi genetik tinggi, perlu diupayakan dengan penyediaan pakan yang presisi.

Faktor-faktor penting untuk penyediaan pakan yang presisi antara lain adanya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departement Manager
PT Romindo Primavetcom
Telp: 0812-8644-9471

MUSIM BERGANTI, NUTRISI HARUS TETAP PRESISI

Ilustrasi kandang ayam layer. (Foto: Dok. Mensana)

Efisiensi saat ini hampir menjadi bahasan di sebagian kalangan masyarakat, termasuk di budi daya perunggasan. Efisiensi menjadi sesuatu yang harus dicapai untuk memastikan profitabilitas usaha unggas yang dijalankan tercapai secara optimal.

Dalam budi daya unggas, efisiensi mengandung arti sebagai upaya untuk mencapai tingkat produktivitas tertinggi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal, baik dari sisi input seperti pakan, tenaga kerja, dan lain-lain, maupun dari output seperti produksi daging ayam dan telur.

Saat ini aspek pakan menjadi titik fokus untuk dilakukan efisiensi, mengingat pakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam budi daya unggas dan nutrisi pakan memegang peranan penting dalam produktivitas ternak. Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan nutrisi ternak dan nutrisi yang disediakan dalam pakan untuk dapat memaksimalkan keuntungan.

Pemberian pakan dengan nutrisi yang presisi merupakan praktik penyesuaian dan pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak berlebihan, dan tidak kekurangan. Untuk mengurangi kesenjangan antara kandungan nutrisi dalam pakan dengan nutrisi yang dibutuhkan ternak, maka perlu dilakukan formulasi pakan yang tepat dan sesuai.

Jika nutrisi yang diberikan berlebihan, nantinya akan terbuang dan tentu dapat membebani biaya pakan karena nutrisi yang dibuang tidak menjadi output produksi yang memiliki nilai jual. Selain itu, nutrisi yang berlebih juga dapat membebani metabolisme tubuh ternak, seperti ketika kandungan protein di pakan yang berlebih akan memicu proses deaminasi yang memerlukan energi dan memicu stres metabolisme, khususnya di wilayah panas karena dapat meningkatkan beban panas tubuh.

Nutrisi yang presisi merupakan dasar kesehatan, produktivitas, dan profitabilitas. Menurut Moss et al. (2021), dalam mengimplementasikan konsep nutrisi yang presisi, diperlukan pemenuhan tiga persyaratan utama yang meliputi karakteristik bahan baku pakan yang digunakan, ketepatan dalam menentukan kebutuhan nutrisi harian ternak dan manajemen yang ketat, serta cermat dalam pemenuhan dua persyaratan tersebut. Genetik, jenis kelamin, usia, dan kondisi lingkungan harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan persyaratan-persyaratan di atas.

Lingkungan terutama cuaca atau musim dapat memengaruhi kedua persyaratan dalam implementasi nutrisi yang presisi. Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Suhu harian di Indonesia dapat melebihi 35° C dengan fluktuasi antara 29-36° C dengan kelembapan 70-80% (Hery, 2010).

Pergantian musim ini menjadi tantangan dalam mempertahankan nutrisi agar tetap presisi. Musim yang berbeda dapat menghasilkan karakteristik bahan baku pakan yang berbeda, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pemantauan kualitas bahan baku pakan pada musim yang berbeda sangat penting dilakukan untuk memastikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.

Ditulis oleh:
Wardiman SPt
Feed Formulator PT Mensana Aneka Satwa

MUSIM BERUBAH, NUTRISI TETAP PRESISI: KUNCI SUKSES DALAM MANAJEMEN PAKAN AYAM

Dengan pendekatan formulasi pakan yang lebih presisi dan disesuaikan dengan perubahan musim, peforma ayam bisa dipastikan optimal sepanjang tahun. (Foto: Istimewa)

Menjaga nutrisi yang presisi dalam pakan ayam komersial sepanjang musim membutuhkan pendekatan yang holistik, mengingat perubahan suhu, kelembapan, dan faktor lingkungan lainnya dapat memengaruhi konsumsi pakan, metabolisme, dan peforma ayam.

Dengan pendekatan formulasi pakan yang lebih presisi dan disesuaikan dengan perubahan musim, peforma ayam bisa dipastikan optimal sepanjang tahun. Menghindari stres panas (heat stress) yang mengakibatkan stres oksidatif sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan produktivitas ayam komersial.

K. C. Mountzouris (*) • V. V. Paraskeuas • E. Griela, dari Laboratory of Nutritional Physiology and Feeding, Department of Animal Science, Agricultural University of Athens, Athens, Greece, pada penelitiannya tentang “Adaptive Poultry Gut Capacity to Resist Oxidative Stress” bahwa stres oksidatif mengakibatkan inflamasi pada mukosa usus dan berpengaruh pada tingkat penyerapan nutrisi pada pakan.

J. M. Díaz Carrasco (*) • L. M. Redondo • N. A. Casanova • M. E. Fernández Miyakawa dari Instituto de Patobiología Veterinaria (IPVET), Instituto Nacional de Tecnología Agropecuaria (INTA) - Consejo Nacional de Investigaciones Científicas y Técnicas (CONICET), Castelar, Buenos Aires, Argentina, pada penelitiannya tentang “The Role of Farm Environment and Management in Shaping the Gut Microbiota of Poultry” salah satunya membahas tentang strategi intervensi manajemen pemeliharaan dan nutrisi terhadap kondisi lingkungan kandang. Pada penelitian ini banyak membahas pengaruh manajemen dan nutrisi dalam mengendalikan mikrobiota yang ada di saluran pencernaan.

Reformulasi Berdasarkan Musim
Pada saat puncak musim kemarau sering sekali kondisi suhu rata-rata saat siang hari lebih dari 33-35° C, hal ini mengakibatkan ayam cenderung banyak minum dibandingkan makan. Pada strategi formulasi pakan, nutrisionis sering menggunakan beberapa bahan baku dengan tingkat kecernaan lebih tinggi untuk mengurangi produksi panas metabolik.

Penggunaan bahan baku yang memiliki “heat increament” atau panas metabolik tinggi seperti jagung, sering... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.

Ditulis oleh:
Drh Henri E. Prasetyo MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionis PT DMC  

SPLIT FEEDING: ASUPAN NUTRISI LEBIH PRESISI

Walaupun spesifikasi pakan dan poin feed sudah ditata dengan baik, namun salah satu problem yang dihadapi kebanyakan para peternak ayam layer modern adalah pertumbuhan bobot badan menjelang puncak produksi yang selalu kebablasan. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan jika ditinjau dari sudut penggunaan pakan pada pasca puncak, keterbatasan daya topang kandang dan tingginya kasus oxidative stress yang ujung-ujungnya pasti mereduksi performa total.

Ditulis oleh:
Tony Unandar
Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta

Dalam dua dekade terakhir, perbaikan genetika ayam petelur modern (modern layer) memang sangat mencengangkan. Bayangkan, sampai umur 100 minggu mampu menghasilkan sekitar 500 butir telur/ekor ayam. Performa produksi yang luar biasa ini, selain sangat tergantung pada kualitas pullet yang masa pertumbuhannya semakin singkat, juga menuntut kondisi lingkungan kandang, program feeding, dan tataran fisiologi ayam yang tetap prima sepanjang masa produksi telur.

Walaupun pengamatan detail lapangan penulis belum tuntas, namun penulis mencoba memperkenalkan konsep split feeding agar pemeliharaan ayam petelur modern dengan asupan nutrisi yang lebih presisi serta semakin efisien di tengah tekanan harga pakan yang terus bergejolak.

Realita Lapangan
Observasi kritis penulis terhadap performa ayam petelur modern pasca pandemi COVID-19 menimbulkan beberapa tanda tanya. Walaupun performa akhir berdasarkan potensi genetik menurut supplier strain ayam petelur modern bisa tercapai dalam kondisi di Indonesia pada beberapa peternakan ayam petelur, namun beberapa fenomena lapangan tampaknya masih perlu dicari solusinya.

Beberapa fenomena konsisten yang sudah dicermati terjadi di lapangan berupa:

• Saat mulai bertelur (first egg) cenderung mundur 1-2 minggu, atau bahkan lebih dari itu. Padahal, sejatinya ayam petelur modern meletakkan telur pertama berkisar umur 15-16 minggu. Demikian juga persentase HD secara mingguan (weekly % HD) > 90% yang seharusnya sudah tercapai pada umur 24-25 minggu, kebanyakan mundur 1-2 minggu.

• Pada paruh pertama masa produksi telur, ayam layer modern cenderung mengalami overweight (kelebihan bobot badan), umumnya berkisar 10-20%. Pada peternakan tertentu bahkan bisa lebih dari 20% dibandingkan dengan bobot badan standar. Dalam kondisi seperti ini tentu terjadi pemborosan pakan dan tereduksinya daya topang kinerja sistem kandang tertutup. Ujung-ujungnya adalah ayam dengan mudah mengalami oxidative stress dan terjungkalnya performa akhir produksi telur.

• Adanya gangguan kualitas kerabang yang signifikan, baik menjelang puncak produksi telur (di beberapa peternakan) dan/atau pasca puncak produksi telur, khususnya ketika ayam berumur di atas 35 minggu (pada peternakan ayam petelur modern umumnya).

• Walaupun sudah dipelihara dalam kandang sistem tertutup, pada beberapa peternakan berat telur rata-rata tidak dapat mencapai berat standar sesuai potensi genetik.

• Adanya kerontokan bulu lebih dini, bahkan pada beberapa peternakan ayam petelur hal itu secara masif sudah mulai terlihat ketika ayam masih berumur 30-an minggu.

• Adanya total deplesi ayam yang relatif tinggi yang umumnya terkait dengan kasus prolaps yang diikuti dengan kanibalisme pada area kloaka.

• Penurunan produksi telur (% HD) yang relatif lebih cepat dibanding standar strain dan/atau adanya drop produksi telur yang tiba-tiba tanpa sebab, terutama ketika ayam sudah berumur di atas 45 minggu.

Tampaknya, beberapa fenomena tersebut di atas ada kaitannya dengan... (toe) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.

PENYAKIT MAREK TIMBULKAN TUMOR PROGRESIF PADA AYAM

Serangan penyakit bentuk mata, menyebabkan iris berwarna kelabu dan terjadi kebutaan pada mata. (Foto: Istimewa)

Tumor tidak hanya ditemukan pada manusia maupun hewan ruminansia, tetapi ternyata tumor juga terjadi pada ayam. Sel-sel liar yang tidak dikehendaki bisa tumbuh progresif dan menyebar ke berbagai bagian tubuh ayam.

Infekasi virus bisa menjadi penyebabnya, salah satu penyakit pada ayam yang ditandai dengan kemunculan tumor di berbagai organ tubuh adalah penyakit Marek. Merupakan penyakit viral yang disebabkan virus herpes alfa, atau sering disebut dengan istilah MDV (Marek’s disease virus) atau GaHV-2 (Gallid alfa herpesvirus 2).

Nama Marek diambil sebagai penghormatan terhadap seorang dokter hewan, patologis dari Hungaria bernama Jozsef Marek yang pertama kali menemukan perubahan makropatologi yang menyebar cepat, berbentuk tumor yang progesif, dan bermetastasis cepat pada berbagai organ tubuh ayam yang sakit dan mati.

Bentuk Klinis Penyakit Marek
Ada enam bentukan klinis dari serangan penyakit Marek, bisa konsisten ditemukan satu bentuk atau campuran, di antaranya:

• Bentuk neural atau saraf akut
Unggas terserang mengalami kelumpuhan pada kaki, bisa hanya pada satu kaki atau kedua kakinya. Satu kaki ayam akan terlihat menyilang ke depan atau ke samping tubuhnya. Serangan terjadi pada saraf kaki menyebabkan saraf terinfiltrasi hebat oleh limfosit dan terjadi pembengkakan sarat kaki. Pada ayam yang belum pernah tervaksin, kematian bisa mencapai 80%. Ayam mengalami dehidrasi, kelaparan, kurus, dan diare, karena kesulitan berjalan untuk mencapai tempat pakan dan minum.

• Bentuk neuro limfomatosis atau bentuk visceral
Terjadi kelumpuhan pada beberapa fungsi organ sistem pencernaan. Bila serangan terjadi pada nervus vagus maka ayam akan kesulitan menelan makanan dan bisa ditemukan tembolok mengalami dilatasi. Tembolok terlihat melebar dan membesar. Serangan pada saraf perifer ayam menyebabkan limfoma, infiltrasi tumor pada kulit unggas dan otot. Tumor bisa ditemukan progesif pada organ dalam seperti hati, jantung, ginjal, dan paru. Akibat pertumbuhan tumor pada organ penting itu, maka fungsi vital organ akan terganggu dan kematian bisa terjadi pada ayam yang terserang Marek bentuk ini.

• Bentuk mata
Infiltrasi progresif limfosit terjadi pada iris mata, menyebabkan iris mata berwarna kelabu, ukuran iris mata menjadi tidak wajar, dan akan timbul kebutaan pada ayam. Akibat kebutaan, ayam akan kesulitan dalam mencapai tempat pakan dan minum, sehingga kekurangan nutrisi terjadi dan penurunan bobot badan secara drastis.

• Bentuk kulit
Bentuk ini... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2025.

Ditulis oleh: 
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Muda, Balai Veteriner Jayapura

LANSIA KONSUMSI KUNING TELUR? AMAN, KOK

Telur, sumber protein yang baik bagi tubuh. (Foto: Shutterstock/Amarita)

Kekhawatiran lansia mengonsumsi telur, wajar terjadi. Banyaknya informasi tak akurat yang berseliweran menjadi penyebabnya. Tapi sesungguhnya, kuning telur tetap aman untuk dimakan semua umur.

Perkara konsumsi kuning telur bagi orang berumur di atas 50 tahun masih menjadi perdebatan. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.

Budi Waseso, pensiunan jenderal polisi bintang tiga, salah satunya. Saat berbincang dengan Infovet dalam sebuah acara, mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) ini bercerita soal makanan kegemarannya. Salah satunya telur ayam.

“Sewaktu masih muda, saya makan telur hampir tiap hari. Sekarang juga masih konsumsi, tapi putihnya saja. Kuningnya saya enggak makan,” ujarnya.

Apa alasannya tak lagi makan kuning telur? “Umur saya kan sudah di atas 50 tahun, yang saya tahu sebaiknya makan bagian putihnya saja. Kuningnya takut kolesterol,” sambungnya.

Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI berpangkat Kolonel ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, Subono hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.

“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya saat bertemu dengan Infovet di rumahnya, di Panglima Polim, Jakarta Selatan.

Kekhawatiran dua narasumber Infovet tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan.

Namun tak demikian bagi yang memliki persepsi berbeda, meski sudah lansia, konsumsi kuning telur tak terlalu memengaruhi kesehatan meskipun rutin mengonsumsinya. Banyak yang membuktikan konsumsi telur seutuhnya tak perlu khawatir dengan serangan kolesterol.

Iman Firdaus, jurnalis senior media online di Jakarta kepada Infovet mengaku tetap konsumsi telur ayam utuh. Bahkan hampir setiap hari stok telur ayam di lemari es selalu tersedia. Alasannya simpel, saat sarapan pagi paling mudah olah telur.

“Waktu pagi kan kadang terbatas, buat sarapan cukup ceplok atau dadar telur sudah cukup. Yang penting sudah ada nasi, ceplok telur enggak sampai 5 menit,” ujar wartawan yang kini usianya memasuki 56 tahun ini.

Nazarudin, pensiunan ASN di Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga menyampaikan kesehariannya mengonsumsi telur. Narasumber Infovet yang kini berumur lebih dari 70 tahun mengaku masih sering makan telur ayam. Menu favoritnya adalah telur dadar. “Buat saya telur itu murah, tapi bisa memenuhi gizi. Soal takut, alhamdulillah saya sih tidak. Yang penting waktu mau makan baca bismallah, insyaallah aman,” tuturnya.

Tergolong HDL
Apakah orang berumur lebih dari 50 tahun perlu khawatir dengan konsumsi kuning telur? Banyak narasi artikel tentang kesehatan yang pro dan kontra. Tak sedikit artikel kesehatan yang ditulis seorang dokter menganjurkan agar kaum lansia menghindari konsumsi kuning telur ayam. Namun tak sedikit yang menjelaskan itu tak masalah.

Dengan beragamnya pendapat kalangan ahli gizi yang didapatkan, Infovet kembali menyimak pendapat pakar gizi dr Triza Arif Santosa yang pernah disampaikan dalam Seminar Nasional: Healthy Family With Chicken Meat & Egg beberapa tahun silam.

Infovet memilih mengutip dari narasumber ini karena kajiannya masuk akal dan diperkuat sejumlah informasi pada jurnal kesehatan skala internasional. Menurut dokter spesialis anak ini, telur mengandung tinggi protein yang fungsinya sebagai zat pembangun jaringan dan massa otot dalam tubuh.

Memang kadar protein yang tinggi itu ada pada bagian putih telur, sedang di bagian kuningnya lebih banyak mengandung mikronutrien dan kolesterol. Kadar kolesterol itu diproduksi di dalam tubuh, yakni di hati. Namun kolesterol yang berasal dari kuning telur dan diproduksi oleh hati akan menghasilkan kolesterol baik atau yang lebih dikenal dengan sebutan HDL (High Density Lipoprotein).

Menurut Triza, dari hasil penelitian justru konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh bisa meningkatkan kolesterol jahat atau dikenal dengan sebutan LDL (Low Density Lipoportein). Ini adalah kolesterol jahat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan strok.

Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain daging merah,  produk susu penuh lemak, mentega, minyak kelapa, dan makanan yang dipanggang. Maka itu, orang dewasa dan lansia sangat dianjurkan untuk mengindari makanan yang mengandung banyak lemak jenuh atau lemak trans. Lemak jenuh jika dikonsumsi di hati akan diproses menjadi kolesterol jahat (LDL).

Kandungan Omega
Apakah orang lansia yang memiliki penyakit gula sebaiknya menghindari konsumsi telur? Triza mengakui ada penelitian yang menyebutkan untuk orang yang sudah lanjut usia dan memiliki penyakit gula (diabetes) dianjurkan untuk konsumsi telur cukup tiga butir per minggu.

“Umumnya orang lansia banyak yang menderita penyakit gula. Penyakit gula inilah yang akan memicu penyakit-penyakit lainnya dan akan mengganggu fungsi liver atau hati. Jadi, bukan karena konsumsi telur,” ujarnya.

Tetapi jika dalam kondisi sehat, maka konsumsi telur 1-2 butir dalam sehari tidak masalah. Tidak menimbulkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Telur mengandung banyak zat yang baik untuk tubuh, seperti omega 3, omega 6, dan lainnya.

Zat-zat yang terkandung di dalam telur bukan termasuk lemak jenuh, sehingga tidak menjadi kolesterol jahat saat diproses dalam tubuh. Tetapi sebaliknya, jika tingkat konsumsi telurnya tinggi, maka akan meningkatkan kolesterol baik (HDL) yang dibutuhkan oleh tubuh.

Menurutnya, tidak salah juga jika ada orang usia di atas 50 tahun hanya konsumsi putih telur. Namun demikian, kuning telur memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, sehingga aman untuk dikonsumsi orang dewasa di atas 50 tahun.

Mengutip artikel pada situs PinsarIndonesia.com, dr Thomas Behrenbeck MD PhD, seorang ahli kardiologi dari Mayo Clinic di Amerika Serikat, mengulas seputar konsumsi telur dari sisi medis.

Ahli jantung ini menyebutkan, telur memang mengandung kadar kolesterol. Namun berapa banyak kadar kolesterol dalam makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah? Jawabannya adalah kadar kolesterol tidak sama untuk setiap orang.

Faktanya, meski mengonsumsi telur dalam jumlah banyak dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, namun secara umum memakan empat butir telur dalam seminggu (termasuk kuning telurnya) tidak akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Telur mengandung kolesterol pada bagian kuningnya. Satu butir telur dengan ukuran yang besar dapat mengandung kolesterol sampai 186 mg, yang semuanya terdapat dalam kuning telur. Jika menyukai telur tapi tidak ingin menambah jumlah kolesterol dalam darah, bisa makan bagian putihnya saja.

Sumber lain yang menguatkan pendapat tersebut berasal dari Journal of American College of Nutrition. Dalam salah satu artikelnya menyebutkan bahwa risiko penyakit kardiovaskuler pada laki-laki dan perempuan tidak ada hubungannya dengan meningkatnya konsumsi telur.

Bahkan sebaliknya, dari temuan mereka setelah menganalisis lebih dari 27.000 subjek, diketahui bahwa mereka yang mengonsumsi telur memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan yang tidak makan telur.

Dengan demikian, jika saat ini sudah memasuki usia lanjut, jangan takut konsumsi telur ayam lengkap dengan kuningnya. Aman, yang terpenting tidak berlebihan. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MENGATASI ANCAMAN KOKSIDIOSIS DENGAN MONIMAX

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit pada unggas yang masih kerap terjadi di lapangan. Selain aplikasi biosekuriti yang menyeluruh, pemilihan anti-koksidia yang tepat juga patut diperhitungkan agar dapat mengendalikannya.




PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TAK SEMBARANGAN, DAGING AYAM AMAN DIMAKAN

Produk pangan asal hewan yang beredar di masyarakat telah melalui sistem pengawasan yang ketat dan aman untuk dikonsumsi. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa ayam dan produk pangan asal hewan lainnya yang beredar di masyarakat telah melalui sistem pengawasan yang ketat dan aman untuk dikonsumsi. Pernyataan ini disampaikan untuk merespons beredarnya informasi menyesatkan mengenai penggunaan antibiotik berbahaya dalam pakan ayam beberapa waktu lalu.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementan, Nuryani Zainuddin, menegaskan bahwa penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter/AGP) telah dilarang di Indonesia sejak 2018, melalui Permentan No. 14/2017.

“Pemberian antibiotik dalam pakan hanya boleh dilakukan untuk tujuan pengobatan, bukan sebagai pemacu pertumbuhan. Itu pun harus melalui resep dokter hewan dan diawasi secara ketat oleh pengawas obat hewan,” jelas Nuryani dalam keterangan resminya, Jumat (20/6/2025).

Menurutnya, pakan yang mengandung antibiotik dalam konteks pengobatan biasa disebut pakan terapi, yang penggunaannya dibatasi dan diatur secara rinci. Mulai dari jenis zat aktif, dosis, hingga masa henti (withdrawal period) untuk memastikan tidak ada residu pada produk hewan yang dikonsumsi masyarakat.

Lebih lanjut dijelaskan, ketentuan penggunaan obat dan pakan ternak telah diatur dalam UU No. 18/2009 jo. UU No. 41/2014, serta PP No. 95/2012. “Aturan ini menjadi fondasi kita dalam menjamin keamanan pangan dan mencegah resistansi antimikroba,” jelasnya.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin. (Foto: Istimewa)

Untuk memperkuat pengawasan, Kementan bersama otoritas veteriner rutin melakukan Program Monitoring Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba (PMSRCM), dengan cara mengambil sampel dari rumah pemotongan hewan, unit usaha pangan, hingga tempat penjualan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya residu antibiotik atau cemaran lainnya dalam produk hewan.

Nuryani juga mengimbau masyarakat untuk memilih produk hewan dari unit usaha yang telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV). NKV sendiri merupakan sertifikat resmi dari otoritas veteriner yang menandakan bahwa unit usaha tersebut telah memenuhi standar higiene dan sanitasi, termasuk penggunaan pakan dan obat hewan yang sesuai.

“Produk dari unit bersertifikat NKV menjamin bahwa hewan yang digunakan sehat dan dipelihara secara baik. Ini adalah indikator penting dalam sistem jaminan keamanan pangan,” tegasnya.

Dalam proses penerbitan NKV, petugas memeriksa aspek kesejahteraan hewan, penggunaan pakan dan obat, serta pelarangan AGP. Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk hewan yang masuk ke pasar berasal dari rantai produksi yang aman, bertanggung jawab, dan transparan.

Ia berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang menyesatkan. “Kami pastikan bahwa produk ayam yang legal beredar di pasaran adalah aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Konsumsi produk asal hewan tetap aman selama masyarakat memilih dengan cermat dan bijak,” tukasnya.

Sebelumnya beredar rekaman talkshow di Radio Elshinta Bandung pada Minggu (15/6/2025), dengan narasi “Makan ayam bisa kena tumor. Stop makan ayam goreng. Inilah bahaya sering konsumsi ayam goreng,” dengan narasumber Dosen Peneliti Teknologi Pakan Universitas Pasundan, Rini Triani Ssi Phd. Dalam rekaman video tersebut dijelaskan bahaya mengonsumsi ayam broiler, karena kata Rini Triani di dalam pakannya mengandung growth promoter/pemacu pertumbuhan yang membuat pertumbuhan ayam menjadi lebih cepat.

Rekaman yang menyebut bahaya makan ayam. Videonya kini telah dihapus. (Foto: Istimewa)

“Banyak yang mengira itu hormon yang ditaro di ayam, kebanyakan enggak karena hormon harganya mahal, yang akhirnya yang ditaro itu antibiotik di pakannya. Dimakan sama ayam, seumur hidupnya dia makan itu, dan itu antibiotik ada di dagingnya, kalau kita makan masuk juga antibiotiknya,” ucapnya dalam video tersebut.

Lebih lanjut disampaikan, katanya banyak yang tidak menyadari karena dampak buruk dari antibiotik akan membuat mikroba baik dalam usus manusia yang mengonsumsi daging ayam akan ikut mati.

“Iya karena antibiotik yang ada di dalam daging ayam. Makannya prevalensi orang yang kena tumor sekarang makin banyak. Maka itu saya ingin share ini, karena saya juga penderita, jadi saya tidak menyadari bahwa saya makan itu selama ini, sering makan ayam goreng,” ucapnya.

Hal itu langsung mendapat respons dari berbagai kalangan di industri perunggasan, banyak yang menilai informasi tersebut keliru dan menyesatkan. Berdasarkan pantauan Infovet, konten tersebut kini telah dihapus, namun rekaman video sudah beredar di berbagai grup terkait dan peternak unggas.

Hal itu juga mendapat perhatian dari Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Daerah Jawa Barat (Jabar). Dalam pembicaraan dengan Infovet, pihak ASOHI Daerah Jabar berencana akan melakukan pertemuan dengan pakar dalam video tersebut untuk meluruskan dan memberikan informasi yang lebih lengkap tentang penggunaan antibiotik di peternakan. (INF)

PENYESUAIAN NUTRISI DAN ASAM AMINO DI MUSIM KEMARAU

Menurut BMKG, Indonesia akan memasuki musim kemarau antara Mei hingga Juni 2025, dan puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus 2025. Namun pada periode tersebut juga diprediksi terjadi hujan dengan sifat normal hingga di atas normal.







DUAL POWER PROBIOTIK NEW GENERATION UNTUK MENINGKATKAN KECERNAAN NUTRISI DAN EFISIENSI PAKAN

Kesehatan usus dan daya cerna nutrisi yang baik berkontribusi besar dan berpotensi tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan, pertambahan berat badan dan efisiensi pakan, serta meningkatkan konsistensi feses yang pada akhirnya memperbaiki kondisi kualitas litter. Hal ini berefek pada kesehatan kaki yang akan mendukung performa produksi. Konsistensi feses yang kering dapat mengurangi tingkat amonia di kandang dan juga memengaruhi kebersihan serta kualitas kerabang telur.



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer