-->

KOLABORASI USSEC DAN INFOVET DI INDO LIVESTOCK 2024

Foto bersama panitia dan peserta seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sustainability in Indonesia Poultry Industry Value Chain: Opportunities & Challenges” menjadi tema dalam seminar USSEC yang bekerja sama dengan Majalah Infovet dalam rangkaian pameran Indo Livestock Expo & Forum pada 17-19 Juli 2024, di JCC Senayan.

Mengambil tempat di ruang Theater 2 JCC Senayan, peserta dan pengunjung memadati ruangan seminar yang dilaksanakan pada Jumat (19/7). 

Dipandu oleh Technical Consultant USSEC, Alfred Kompudu, acara menghadirkan narasumber di antaranya Technical Consultant USSEC Prof Budi Tangendjaja, Sr Research Specialist Bank Mandiri Andre Simangunsong, dan VP ESG PT FKS Multiagro Beatrice Susanto.

Dari kiri: Alfred Kompudu, Beatrice Susanto, Andre Simangunsong, dan Prof Budi Tangendjaja.

Sambutan dari Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno, mengawali jalannya acara yang langsung dilanjutkan dengan pemaparan narasumber. Terkait tema yang diangkat, Prof Budi mengemukakan bahwa jika berbicara mengenai sustainability menurut FAO pada prinsipnya terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni Planet, People, dan Profit.

Dijelaskan Prof Budi, saat ini masyarakat banyak dituntut untuk bisa bertanggung jawab terhadap planet yang menjadi tempat tinggal manusia, guna menjaga keberlanjutan dalam hidup.

“Seperti contoh saya amati di Belanda, kalau kotoran dari peternakan ayam atau sapinya kelewat banyak, bisa berpotensi merusak lingkungan sehingga menjadi enggak berkelanjutan, ini didenda dan jadinya harus dibatasi. Nah, di Indonesia belum banyak bisa melakukan ini,” kata Prof Budi.

Lebih lanjut dipapakan, “Adapun terkait profit misalnya, apabila saya memelihara ayam tapi kalau tidak mendapat untung tentu itu tidak sustainable, itu tidak bisa berkelanjutan. Jadi salah satu patokan sustainability itu usahanya juga harus untung,” kata Prof Budi.

Contoh lainnya terkait people/manusia, juga berkaitan dengan peternakan ayam yang didemo akibat polusi bau yang menyebar ke lingkungan sekitar yang bisa membuat menjadi tidak berkelanjutan.

 “Nah tiga hal itulah yang harus diikuti jika berbicara mengenai sustainability, harus bicara kepada manusianya, bicara keuntungan bisnisnya, dan harus bicara soal lingkungan, supaya usaha kita juga bisa tetap berjalan,” imbuhnya.

Dalam paparannya tersebut, sustainability adalah dimana manusia dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, kemudian tindakan langsung untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam, lalu melindungi dan meningkatkan penghidupan pedesaan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial, serta ketahanan manusia, komunitas, dan ekosistemnya, melalui mekanisme tata kelola yang bertanggung jawab dan efektif.

Peserta memadati ruangan seminar.

Dari sisi pelaku usaha, Beatrice Susanto juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Budi mengenai sustainability. Pihaknya juga sangat concern terhadap hal tersebut. “Kami sendiri juga sudah mempunyai divisi untuk mengatasi keberlanjutan usaha. Ini sangat penting buat kami, makannya masuk dalam strategi bisnis kami,” katanya.

Beberapa hal juga dilakukan FKS Multiagro dengan berbagi ilmu dan memberikan pembinaan kepada para petani/peternak untuk lebih aware kepada lingkungan. “Isu lingkungan juga menjadi perhatian, kami punya target bisa menurunkan angka emisi karbon sampai 20% dengan melakukan berbagai efisiensi dan berbagai upaya atau program-program untuk melestarikan lingkungan,” ungkapnya.

Foto bersama peserta yang berkesempatan mendapat cendera mata.

Hal senada juga disampaikan oleh Andre Simangunsong, untuk menjadi agen of change dalam mendorong sustainability, termasuk di industri peternakan.

“Dari kami juga sangat concern dengan hal itu, dengan mengajak peternak memerhatikan bagaimana manajemen pemeliharaan, kepadatan, pengelolaan limbah, hingga biosekuritinya. Dari sisi sustainability ini sangat penting,” ujarnya.

Ia juga menambahkan turut memonitor perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dan akan bekerja sama dengan pihaknya terkait sustainability. “Salah satunya yang terkait dengan jejak karbon yang dihasilkan. Intinya jangan pernah takut untuk memulai sustainability, karena itu juga merupakan efisiensi dari keberlanjutan usaha,” tukasnya. (RBS)

AIR: UNSUR HAYATI AYAM MODERN

Sumber-sumber air permukaan seperti empang atau danau bekas galian pasir yang banyak ditumbuhi oleh gulma atau alga sangat tidak layak untuk menjadi sumber air minum bagi peternakan ayam modern. Selain pH, kandungan bahan organik dan mikroba yang di luar batas toleransi akan mengganggu kesehatan ayam serta dapat mereduksi performa total ayam.

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta)

Air sangat fundamental sebagai komponen berbagai fungsi fisiologis tubuh dan kinerja produktivitas ayam modern. Di tengah merebaknya gonjang-ganjing perubahan cuaca akibat pemanasan universal (global warming) dan/atau fenomena El Nino, kelangkaan ketersediaan air sebagai salah satu unsur nutrisi menjadi fakta yang tidaklah samar-samar lagi. Sejatinya ayam modern memperoleh air berkualitas secara ad libitum agar mampu mengekspresikan potensi genetiknya secara optimal, namun fakta lapangan kadang kala berbeda. Tulisan singkat ini berjuang meneropong dinamika air pada ayam modern, termasuk dampak fisiologisnya.

Air dan Ayam Modern
Di Inggris, ketersediaan air minum yang cukup tidak hanya untuk mengoptimalkan ekspresi potensi genetik ayam, tetapi juga penting untuk menjamin kesejahteraan ayam itu sendiri, seperti yang diatur dalam Code of Recommendations for the Welfare of Livestock (PB7275). Dengan mengadopsi hal tersebut, maka pemberian air minum bagi peternakan ayam modern perhari sejatinya bersifat ad libitum alias diberikan secukupnya (El-Sabry et al., 2018; 2021; Abbas et al., 2022; Morgado et al., 2022).

Namun pada praktiknya, di lapangan dikenal pembatasan pemberian air minum (water restriction) untuk tujuan tertentu, terutama jika ada keterbatasan sumber-sumber air di peternakan yang bersangkutan.

Jika water restriction dilakukan secara berlebihan, maka ayam akan mengalami kondisi dehidrasi. Ada beberapa gambaran klinis awal yang dapat diamati pada ayam yang mengalami problem dehidrasi, yaitu:

• Bobot badan umumnya tereduksi dan ayam tampak lesu.

• Warna bulu kadang kala tidak homogen, tidak cerah (kusam), kasar, dan cenderung keriting.

• Sisik kaki kering dan cenderung berbentuk cembung atau cekung, tidak rata dan tidak mengilat.

• Turgor (elastisitas) kulit hilang dan kulit cenderung melekat pada jaringan di bawahnya.

• Ayam malas bergerak, mata cekung, dan kelopak mata rata-rata tertutup.

Di sisi lain dalam kondisi tertentu, pemberian air minum secara ad libitum cenderung mempermudah terjadinya wet dropping atau wet litter akibat meningkatnya water intake. Kondisi-kondisi tertentu itu misalnya kadar garam (NaCl) terlalu tinggi dalam air minum atau pakan, kepadatan nutrisi yang tinggi dalam pakan, pada kejadian heat stress yang subkronis sampai kronis, atau bahkan pada kebanyakan pakan pasca non-AGP (antibiotic growth promotor) juga menampilkan problem wet dropping, karena terjadinya dysbiosis secara subkronis bahkan kronis (Leeson et al., 2000; Viola et al., 2009).

Pasca pakan non-AGP di beberapa negara Eropa, Collett (2012), melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi gangguan saluran pencernaan dengan gejala klinis wet dropping yang selanjutnya dapat mengakibatkan peningkatan prevalensi gangguan pernapasan dan lesi pada telapak kaki.

Larbier & Leclerq pada (1992), mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk dinamika air dalam tubuh ayam pada kondisi normal (zone of thermal-neutrality) seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024. (toe)

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM UNTUK PERFORMA MAKSIMUM

Distribusi dan kuantitas air harus cukup untuk ayam. (Foto: Shutterstock)

Dalam kesehariannya ayam di kandang bukan hanya makan, tetapi juga minum. Tidak bisa dipungkiri bahwa air minum adalah salah satu komponen penting dalam budi daya. Oleh karenanya dibutuhkan trik tertentu dalam menjaga kualitas dan kuantitas air minum.

Sejak dulu air adalah sumber kehidupan, bayangkan jika dalam sehari saja manusia tidak minum, tentunya akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan, hal yang sama akan berlaku pada hewan ternak, termasuk ayam.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu air juga berperan sebagai media pengangkut, baik untuk zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf, maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas air minum harus terjaga agar selalu baik. Namun sebenarnya seberapa banyak ayam minum dalam sehari? Pada tabel di bawah ini disajikan konsumsi air minum ayam di berbagai fase produksi.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Per Hari (Liter/1.000 ekor) pada Suhu 21° C

Umur (Minggu)

Kebutuhan Air Minum (Liter)

1

65

2

120

3

180

4

245

5

290

6

330

(Sumber: Poultryhub.com, 2017)

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan, bisa juga sebagai indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, dan kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Kuantitas dan Sumber Air Minum
Biasanya di musim kemarau peternak acap kali menghadapi masalah yang sama terkait dengan air minum, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

DALAM BEBERAPA HARI DUA PETERNAKAN AYAM KEBAKARAN, PULUHAN RIBU AYAM JADI KORBAN

Kebakaran Menghanguskan Peternakan Ayam di Beberapa Titik di Pulau Jawa
(Sumber : Istimewa)

Sebuah peternakan ayam yang berlokasi di Desa Karangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, ludes terbakar, Senin (22/7/2024) subuh. Sebanyak 40.000 ayam yang berada di peternakan tersebut mati terbakar. Di peternakan tersebut setidaknya ada lima blok kandang ayam yang mengalami kebakaran.

Penjaga peternakan ayam itu, Yogi Susanto, mengatakan api pertama kali terlihat pada Senin sekitar pukul 03.15 WIB. Saat itu, dirinya yang baru keluar dari tempat mes melihat api yang sudah mulai membara.

“Sumber api dari mana, saya tidak tahu. Saat itu saya hendak memberi vitamin ke ayam,” jelas dia.

Yogi menuturkan peternakan ayam ini memiliki delapan blok kandang. Untuk yang terbakar hanya lima kandang. Sedangkan ayam yang mati dalam musibah ini mencapai 40.000 ekor.

Koordinator Tim Damkar Kabupaten Madiun, Anton Ali Wardhana, mengatakan pihaknya mengerahkan empat unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang membara membakar kendang ayam tersebut. Dia menuturkan proses pemadaman api membutuhkan waktu sekitar lebih dari dua jam.

“Kami baru menerima laporan sekitar pukul 04.41 WIB,” ujarnya.

Setelah mendapatkan laporan itu, petugas langsung mendatangi lokasi dan memadamkan api yang sudah melalap lima blok kandang ayam. Pemadaman baru berhasil dilakukan sekitar pukul 07.18 WIB.

Setelah api sudah padam, kata Anton, petugas kemudian melakukan pembasahan dan menyisir lokasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan supaya api benar-benar padam dan tidak menyambar area lain.

Kerugian dari musibah ini, Anton memperkirakan mencapai Rp3 miliar. Terkait penyebab kebakaran, petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan.

“Untuk sementara diketahui bahwa titik api bersumber dari blok pertama,” ujarnya.

Kebakaran juga terjadi pada sebuah peternakan ayam skala besar di Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung habis terbakar, Senin (24/7/2024). Seluruh bangunan peternakan lantai 3 ini habis beserta isinya. Asap tebal menyulitkan petugas pemadam kebakaran untuk menguasai api. 

Petugas Damkar akhirnya fokus memadamkan api dari sisi selatan agar tidak terkepung asap. Kabid Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Damkar dan Penyelamatan, Artista Nindya Putra, mengatakan sumber api dari lantai 3.

"Kesaksian para karyawan, ada percikan api di lantai 3 kemudian membesar," jelas Genot, panggilan akrabnya.

Bangunan peternakan ini menggunakan rangka baja dengan dinding dan atap galvalum. Peternakan ini merupakan peternakan kemitraan milik Saiful warga Pulosari, bekerja sama dengan salah satu produsen pakan ternak. Menurut Genot, sebenarnya peternakan ini sudah dilengkapi alat pemadam kebakaran yang memadai. Ada sumber air dan alat penyemprot,  juga alat pemadam kebakaran ringan (Apar). Namun diduga karyawan yang ada di peternakan ini kurang berlatih cara memadamkan api.

"Seharusnya dengan kelengkapan yang ada, api bisa dipadamkan saat pertama muncul," katanya.

Di dalam peternakan ini sekurangnya ada 60.000 ayam yang mati karena hangus terbakar. (INF)


AIR MINUM AYAM HARUS BERKUALITAS

Lakukan kontrol kualitas fisik terhadap air yang digunakan dalam peternakan. Perhatikan warna dari air yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin, terutama saat terjadi kasus maupun perubahan cuaca. Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, termasuk hewan ternak. Perubahan iklim (global warming) menyebabkan perubahan ketersediaan dan kualitas air minum. Kondisi ini pun menjadi perhatian khusus bagi dunia. Pelaksanaan World Water Forum 10th di Bali pada 18-24 Mei 2024, menjadi salah satu ikhtiar untuk mengatasi kesenjangan penggunaan air di dunia.

Proyeksi Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2050, mencatat krisis air (akibat perubahan iklim) akan meningkatkan kerentanan pada kawasan penyedia pangan (food basket). Akibatnya, lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80% sumber pangan dunia menjadi kelompok yang paling rentan. Pun demikian di peternakan. 

Air pun memegang peranan sangat penting dalam budi daya peternakan. Air menjadi salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan ayam, yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi telur.

Air juga digunakan untuk program sanitasi dalam kandang. Dan saat ini pengaturan sistem ventilasi pada sistem closed house juga sangat dipengaruhi oleh air. Selain jumlah yang cukup, kualitas air juga harus diperhatikan.

Air Harus Berkualitas 
Air minum sangat penting bagi hidup dan produktivitas ternak. Ayam akan mengonsumsi paling sedikit 1,6 kali dari konsumsi ransum. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk ternak harus berkualitas. Ini masih menjadi salah satu permasalahan utama dalam peternakan.

Lantas apa saja yang menjadi syarat air berkualitas? Pada Tabel 1 ditunjukkan parameter air berkualitas yang harus menjadi perhatian peternak. Data ini menjadi pelengkap dari data yang disampaikan pada edisi sebelumnya (Infovet Edisi Oktober 2023).

Tabel 1. Standar Kualitas Air Minum
Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Parameter air minum berkualitas meliputi kondisi fisik, tingkat keasaman (pH), kandungan mineral, dan juga kontaminasi bakteri, terutama coliform (termasuk Eschericia coli). Jika diperlukan lakukan klasifikasi air berdasarkan penggunaannya di dalam peternakan. Tentu yang utama adalah air minum yang akan dikonsumsi oleh ayam. Ini yang harus memiliki tingkat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development PT Mensana

MEMAKSIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM


Nutrisi merupakan unsur yang sangat esensial yang diperoleh dari bahan baku pakan yang dimanfaatkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi hewan. Kelompok nutrisi pada umumnya seperti karbohidrat (energi), protein (asam amino), lemak, mineral, vitamin, dan air. Performa ayam akan terbentuk optimal memerlukan asupan nutrisi yang tepat.

Dalam memberikan asupan pakan ada hal-hal yang harus diperhatikan agar nutrisi yang diberikan  sesuai dengan yang dibutuhkan. Dimana setiap bahan baku yang ada selama ini terbukti kualitasnya bervariasi. Kualitas yang bervariasi merupakan hal nyata terlihat dalam setiap melakukan pemeriksaan bahan baku. Bahan-bahan baku yang di masukkan dalam formulasi pakan juga terdapat zat anti-nutrisi.

Apa itu zat anti-nutrisi? Didefinisikan sebagai komponen biologis yang terdapat dalam pakan atau bahan baku pakan yang dapat mengurangi pemanfaatan nutrisi atau asupan pakan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi pencernaan dan kinerja metabolisme. Tanin, fitat, inhibitor tripsin, NSP, glukosinolat, saponin, β-glukan, adalah beberapa zat anti-nutrisi penting yang ditemukan pada tanaman sebagai sumber bahan baku seperti jagung, gandum, SBM, dan dedak.

Ancaman-ancaman dari zat anti-nutrisi yang terjadi pada bahan baku yang digunakan dalam formulasi pakan antara lain:

• Gangguan kesehatan usus dan ekologinya.
• Peningkatan kerugian endogen.
• Terganggunya fungsi enzim endogen.
• NSP yang memengaruhi pembentukan viskositas (NSP larut) dan mekanisme penjebakan nutrisi atau efek sangkar (NSP tidak larut).
• Fitat yang setiap 1% menurunkan kecernaan pakan dalam kisaran 0,49-0,89% seiring dengan kencernaan nutrisinya.

Jagung merupakan sumber energi utama pakan di Indonesia yang mempunyai nilai rata-rata energi sebesar 3359 kkal/kg, namun memiliki nilai rata-rata yang berbeda di setiap bulannya. Kontribusi jagung terhadap nilai energi pakan minimal 50-65%.

Kemudian soybean meal (SBM) merupakan sumber utama protein atau asam amino untuk pakan yang berkontribusi pada suplai lysine (+70%) dan methionine (+30%). SBM di Indonesia dengan kandungan protein 46% mempunyai nilai serat kasar dan lemak kasar dengan variasi cukup besar yaitu 16% dan 25%.

Sedangkan dedak memiliki nilai nutrisi  sangat bervariasi pada setiap parameter yang dianalisis. Nilai serat kasar dan lemak kasar dedak memiliki variasi yang sangat besar, yakni 62,68% dan 22,78%, meskipun memiliki kadar air yang relatif lebih seragram.

Dengan kondisi bahan baku tersebut di atas dimana memiliki zat anti-nutrisi dan variasi kualitas yang berbeda yang dapat memengaruhi nilai nutrisi yang diharapkan, maka diperlukan imbuhan dalam pakan. Imbuhan yang ditambahkan dalam pakan yang sangat berpengaruh agar memberikan nilai nutrisi yang optimal adalah enzim.

Enzim berfungsi sebagai pencerna serat dan modulator mikroflora saluran cerna, serta meningkatkan ketersediaan potensial nutrien endogen (nutrisi yang tersedia di dalam bahan baku pakan). Enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar berfungsi mempercepat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom

BAGAIMANA MEMANFAATKAN ENZIM DALAM PAKAN?

Gambaran kerja enzim seperti gembok dan kuncinya, sehingga harus cocok. (Sumber: saylordotorg.github.io)

Enzim adalah biokatalis yang dapat mempercepat reaksi kimia. Tanpa adanya enzim, reaksi kimia akan berjalan lambat, tetapi dengan dibantu enzim maka reaksi kimia akan berjalan cepat. Sebagai contoh, perubahan nasi menjadi glukosa dalam sistem pencernaan manusia akan berjalan lambat, tetapi dengan adanya enzim amilase di dalam saluran pencernaan maka pati yang ada dalam nasi akan berubah menjadi glukosa dalam waktu cepat dan akan digunakan sebagai sumber energi dalam kehidupan.

Penggunaan enzim sudah lama dikenal dalam industri pangan maupun obat-obatan, sebagai contoh penggunaan enzim pektinase agar dapat menjernihkan jus buah yang tadinya keruh akibat adanya pektin dalam buah, menjadi molekul rantai pendek (glukoronat) sehingga jus buah menjadi lebih jernih. Dalam bidang pengobatan, tablet enzim diberikan kepada pasien yang menderita gangguan pencernaan karena masalah dalam lambungnya. Pemberian tablet campuran enzim akan membantu meningkatkan kemampuan mencerna makanan di dalam lambungnya.

Penggunaan enzim dalam pakan berkembang pesat dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, diawali dengan penemuan enzim fitase yang dapat mempercepat pemecahan fitat menjadi fosfor inorganik, sehingga ternak dapat memanfaatkan fosfor yang ada di dalam pakan tumbuhan. Sebab jika tidak diberikan enzim fitase, maka fosfor dalam fitat sedikit sekali dapat dipecah oleh enzim yang ada di dalam saluran pencernaan ternak monogastrik.

Pemakaian enzim yang terus meningkat dalam pakan ternak diakibatkan kemajuan teknologi untuk menghasilkan enzim yang makin efisien dan makin murah. Berbagai jenis enzim dikembangkan tidak hanya fitase, tetapi juga enzim lainnya seperti xylanase, beta glukanase, protease, lipase, mananase, amilase, dan sebagainya. Dalam tulisan ini diuaraikan bagaimana memanfaatkan enzim secara optimal sehingga dapat meningkatkan daya guna pakan dan juga mengurangi biaya pakan yang pada akhirnya mengurangi biaya produksi untuk menghasilkan daging maupun telur.

Mekanisme Kerja
Enzim merupakan senyawa protein dengan rantai peptida yang panjang dan bentuknya tiga dimensi. Dalam bentuk tiga dimensi, ada lokasi yang dikenal dengan lokasi aktif (active site) yang ketika enzim ”nempel” dengan substrat yang sesuai maka enzim akan bekerja untuk memecah substrat yang cocok tersebut. Sehingga enzim biasanya digambarkan sebagai gembok dan substrat yang akan dipecah adalah kunci. Kunci hanya bisa membuka gembok manakala sesuai, sehingga enzim hanya dapat bekerja ketika substrat yang menjadi target pemecahan enzim sesuai. Sebagai contoh enzim fitase akan memecah senyawa fitat, tetapi apabila suatu bahan pakan tidak mengandung fitat seperti meat bone meal, maka fitase tidak ada fungsinya atau enzim mananase diberikan pada ransum yang bahan bakunya tidak ada manan tetapi yang tersedia adalah amilum, maka enzim mananase tidak akan mampu memecah amilum yang struktur kimia berbeda dengan manan.

Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan manakala ada suatu tawaran untuk menggunakan enzim, apakah enzim yang ditawarkan akan ”bekerja” pada ransum yang akan dipakai dan bahan baku pakan yang terdapat di dalamnya mempunyai senyawa kimia yang menjadi target penggunaan enzim tersebut. Enzim tidak berlaku umum, tetapi spesifik terhadap substrat yang ada dalam bahan baku pakan.

Di samping jenis enzim dan subsrat yang sesuai, enzim juga akan bekerja ketika... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

PERAN ENZIM PADA AYAM MODERN

Sistem pencernaan pada ayam modern terdiri dari saluran yang memanjang dari rongga mulut sampai kloaka dan komponen pelengkap seperti kelenjar ludah, hati, kelenjar empedu, dan pankreas.

Penambahan enzim-enzim tertentu (exogenous enzymes) dalam pakan ayam modern selain untuk mengoptimalkan kecernaan komponen nutrisi rantai panjang dalam bahan baku pakan, juga untuk mereduksi efek komponen yang mengganggu proses pencernaan dan/atau penyerapan unsur nutrisi pada saluran cerna ayam (anti-nutritive factors). Tulisan singkat ini memberikan gambaran sekilas terkait peranan exogenous enzymes dalam perjuangan optimalisasi performa ayam modern di tengah gonjang-ganjing ketersediaan dan kualitas bahan baku pakan.

Fisiologi Gastrointestinal Ayam
Sebelum masuk ke dalam lambung kelenjar alias proventrikulus via esofagus bawah (kerongkongan bawah), pakan yang dikonsumsi oleh ayam akan disimpan untuk sementara waktu di dalam tembolok atau krop. Krop sendiri merupakan divertikulum (pelebaran) dari kerongkongan yang berfungsi sebagai tempat proses pelunakan awal pakan oleh air minum, air liur yang kaya akan enzim amilase, serta ditopang oleh aktivitas beberapa bakteri komensal.

Di sisi lain, proventrikulus merupakan lambung ayam yang kaya akan sel-sel kelenjar yang menghasilkan asam lambung (HCl) dan enzim pepsin. Berhubung ayam kodratnya tidak mempunyai gigi-geligi dalam rongga mulutnya, maka setelah pakan mengalami proses asidifikasi (pengasaman) dan penguraian awal enzimatis di dalam proventrikulus, selanjutnya akan mengalami proses penghalusan partikel pakan secara mekanik yang terjadi di dalam gizzard atau lambung otot (Sturkie et al., 2015).

Secara mendasar proses pencernaan ayam sebenarnya mirip dengan hewan monogastrik lainnya. Sekresi cairan empedu oleh organ hati yang berfungsi untuk proses emulsifikasi komponen lemak pakan serta sekresi enzim-enzim pankreas seperti amilase, tripsinogen, lipase pankreas, kemotripsinogen, dan prokarboksipeptidase yang selanjutnya akan mengubah pakan menjadi bentukan kime (chyme) yang secara bertahap akan berjalan meninggalkan usus dua belas jari (duodenum) menuju ke usus penyerapan (jejunum).

Beberapa enzim lainnya baik yang disekresikan oleh sel-sel epitelium usus halus maupun berupa metabolit sekunder mikrobiom (microbiome) saluran cerna seperti maltase, isomaltase, sukrase, enterokinase, lipase, dan peptidase juga mempunyai kontribusi yang signifikan dan tidak bisa diabaikan pada tahap akhir proses pencernaan ayam (Oakley et al., 2014; Oakley dan Kogut, 2016).

Ayam mempunyai sepasang usus buntu (ceca) yang merupakan tempat terjadinya proses fermentasi ampas pakan oleh mikrobiom yang menetap di dalamnya (resident microbiome) dan menghasilkan beberapa asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) yang dapat digunakan oleh ayam sebagai sumber energi maupun untuk kesehatan epitelium mukosa saluran cerna itu sendiri (gut health).

Dari penjelasan fisiologis pencernaan ayam di atas, maka tak pelak bahwa kualitas fungsional sistem gastrointestinal (gut health) ayam sangatlah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.


Ditulis oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI-Jakarta)

MENGOPTIMALKAN PENGGUNAAN ENZIM PADA PAKAN

Pakan ternak. (Sumber: neighborwebsj.com)

Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Kurang lebih 60-70% cost yang dikeluarkan dalam suatu budi daya peternakan berasal dari pakan. Pasalnya kini produsen pakan serta peternak dihadapkan oleh masalah harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang memungkinkan turunnya kualitas pakan.

Tentunya insan peternakan di Indonesia sudah tahu betul mengenai problem kenaikan harga dan ketersediaan bahan baku pakan yang selalu fluktuatif. Ditambah lagi kini berbagai problem tersebut diperkeruh dengan adanya faktor pasca pandemi COVID-19, perubahan iklim, krisis moneter dan pangan, serta masalah lainnya.

Dalam kondisi dunia yang tengah mengalami disrupsi dan ketidakpastian iklim bisnis, tentunya para produsen pakan dan peternak self mixing dituntut agar lebih efisien dalam formulasi pakan tanpa mengurangi kualitasnya.

Di tengah permasalahan tersebut hadir sebuah solusi dalam formulasi pakan, yakni dengan menggunakan feed additive dalam bentuk sediaan enzim. Seperti apakah penggunaan enzim dalam formulasi pakan? Bagaimanakah formulasinya? Serta enzim apa saja yang bisa digunakan dalam suatu formulasi?

Enzim Sang Katalisator Reaksi Kimia
Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi, menerangkan kepada Infovet bahwa enzim yakni  senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator bermacam reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Yang dimaksud dengan katalisator yakni zat yang dapat mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah keseimbangan reaksi atau tidak memengaruhi hasil akhir reaksi.

“Oleh karena itu enzim digadang-gadang bahwa dapat menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak yang sudah banyak terbukti aman untuk ternak, manusia yang mengonsumsi hasil ternak, maupun bagi lingkungan,” tutur Nahrowi.

Lebih lanjut dijelaskan, berbagai macam fungsi enzim seperti:

• Memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous sehingga dapat mengganggu kelangsungan sistem pencernaan ternak dan berdampak buruk pada kesehatan serta performa ternak.

• Meningkatkan ketersediaan pati, protein, dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

• Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri (enzim endogenous).

• Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda, dimana sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi.

Prof Nahrowi mengakui dengan penambahan enzim, produsen pakan dan peternak self mixing dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PERAN ENZIM DALAM BERBAGAI SITUASI

Mekanisme kerja enzim. (Sumber: Antonio Blanco, Gustavo Blanco, in Medical Biochemistry, 2017)

Kondisi ketersediaan dan harga bahan baku pakan yang sulit diprediksi sangat memengaruhi pengambilan keputusan dalam menyusun formulasi pakan ayam. Menyusun ransum dengan harga terjangkau dan kualitas yang sesuai kebutuhan ayam menjadi tantangan tersendiri.

Hal tersebut membutuhkan “seni” meracik pakan yang tepat dengan menerapkan teknologi pakan. Salah satuya adalah pemakaian enzim untuk meningkatkan kecernaan nutrisi oleh tubuh ayam. Enzim merupakan jenis protein yang terdapat pada semua organisme hidup, yang memfasilitasi percepatan reaksi kimia. Enzim bekerja pada molekul tertentu (substrat, red) yang akan diubah menjadi molekul berbeda yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Jenis Enzim
Ada dua jenis enzim dalam tubuh ayam, yaitu endogen dan eksogen. Enzim endogen diproduksi oleh berbagai organ pencernaan di dalam tubuh. Lain halnya dengan enzim eksogen yang ditambahkan dari luar tubuh ayam.

Contoh enzim endogen di antaranya amilase dan lipase (lipase asam, netral, dan fosfolipase). Sedangkan enzim eksogen yang sering ditambahkan dalam pakan ayam antara lain fitase, xylanase, glukanase, protease, selulase, dan pektinase. Enzim eksogen ini dapat diberikan secara tunggal maupun enzim campuran (multi-enzim atau koktail enzim).

Penambahan enzim eksogen diharapkan dapat meningkatkan kecernaan dan ketersediaan nutrien bagi ternak. Selain itu, penambahan enzim eksogen juga diharapkan bisa mengurangi biaya pakan, meningkatkan fleksibilitas dalam formulasi pakan, memperbaiki kesehatan usus, dan kotoran menjadi lebih kering.

Enzim eksogen yang baik perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya ketersediaan substrat yang cukup dalam bahan baku pakan, ternak harus mampu memanfaatkan produk hasil kerja enzim, enzim harus berinteraksi secara efektif dan efisien dengan subtrat targetnya, serta yang tidak kalah penting enzim harus stabil selama dan setelah pengolahan pakan sampai di dalam saluran pencernaan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Nurhadi Baskoro Murdonugroho SPt

PODODERMATITIS PADA BROILER

Pododermatitis terjadi pada broiler dan ayam buras. (Foto: Istimewa)

Industri ayam broiler telah tumbuh dengan baik di Indonesia. Kandang-kandang broiler dapat ditemukan dengan mudah di berbagai sentra produksi. Jawa Barat merupakan provinsi dengan populasi broiler terbesar di Indonesia, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur. Populasi broiler di Indonesia pada 2022 mencapai 3.114.028.000 ekor, mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2021 yang berjumlah 2.899.208.000 ekor.

Industri broiler telah mampu mendongkrak perekonian di Indonesia, mulai dari industri hulu, breeding farm, hatchery, pabrik pakan, hingga ke hulu dan meja makan. Broiler telah mampu menyediakan ketersediaan kebutuhan protein bagi masyarakat karena dapat diproduksi dan dipanen dalam waktu yang singkat kurang lebih sebulan.

Tumbuh pesatnya industri broiler juga turut mengangkat bisnis kuliner berbahan daging ayam ras. Tak hanya itu, bagian ceker/kaki ayam pun juga tak luput dari buruan masyarakat. Ceker biasanya digunakan sebagai pelengkap menu sajian kuliner. Bagian tersebut juga memainkan peran penting secara ekonomi.

Terlepas dari ceker sebagai bahan kuliner, kaki ayam merupakan organ tubuh yang penting dalam menunjang mobilitas saat masih hidup. Organ tersebut berfungsi sebagai alat gerak dan menunjang bobot tubuh. Ayam memerlukan kaki yang sehat agar bisa mencapai tempat pakan dan minum, beraktivitas, dan lain sebagainya.

Erosi dan Infeksi pada Tapak Kaki
Broiler dapat mengalami erosi dan infeksi pada telapak kaki akibat berbagai faktor. Kondisi demikian disebut pododermatitis, foot pad pododermatitis (FPD), bumblefoot, atau bubulan, yang mengakibatkan kepincangan saat berjalan, malas berjalan, dan sering kali terlihat duduk di lantai kandang tanpa mau berpindah tempat dengan kondisi bobot badan yang menyusut.

Apabila ayam dengan kondisi tersebut jika diperhatikan telapak kakinya akan terlihat terjadinya edema, pembengkakan telapak kaki, erosi pada telapak kaki, ulcerasi atau perlukaan pada permukaan telapak kaki.

Kasus terjadinya ulcerasi pada bantalan tapak kaki bervariasi dari ringan sampai berat. Pada kasus ringan akan terlihat bantalan telapak kaki ayam bengkak kemerahan yang berlanjut munculnya warna kehitaman berupa titik. Perlukaan pada bantalan kaki yang meluas pada kasus berat bisa mengundang terjadinya infeksi kuman patogen.

Pododermatitis secara ekonomi merugikan peternak karena bobot tubuh ayam bisa menurun tidak sesuai dengan umurnya. Kondisi ini dapat dimaklumi karena broiler menjadi malas bergerak karena nyeri pada telapak kaki yang mengakibatkan konsumsi pakan tidak optimal. Broiler juga enggan mencapai tempat minum. Food conversion ratio (FCR) pada ayam yang mengalami pododermatitis juga meningkat, yang akan memengaruhi meningkatnya FCR populasi.

Kerugian ekonomi dialami peternak karena meningkatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2024.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Ahli Pertama pada
Loka Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Purna tugas di Kota Banjarbaru

MENAIKKAN “DERAJAT” JEROAN JADI CAMILAN ISTIMEWA

Usus ayam bisa dijadikan camilan istimewa dan enak. (Sumber: sweetrip.id)

Jeroan ayam (terutama usus) yang oleh sebagian orang dianggap sepele, bisa diolah jadi camilan istimewa. Bahkan bagi yang mau “berkeringat”, usus ayam bisa jadi ladang usaha yang beromzet jutaan rupiah. Tertarik?

Pagi itu suasana Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, nampak padat para calon penumpang. Jarum jam tangan masih menunjuk pukul 7 lewat 14 menit, Infovet yang akan terbang ke Jakarta masih harus menunggu jadwal penerbangan sekitar 1 jam lebih. Sembari menunggu, Infovet masuk ke salah satu toko oleh-oleh yang berada di lantai dua ruang tunggu.

Beragam macam camilan tersedia di sini. Dari beragam macam roti hingga keripik ada. Dari sekian banyak olahan kuliner, ada satu camilan yang menarik. Kripik usus ayam dengan kemasan lumayan mewah. Harganya sudah pasti mahal. Kemasan 250 gr harganya Rp 77.500.

Entah karena kemasannya yang mewah atau karena lokasi tokonya di bandara yang menjadikan camilan usus ayam krispi ini mahal. Bisa jadi karena dua-duanya. Namun, setelah dicoba, memang rasanya luar biasa nikmat, terasa gurih, tidak ada bau amis, dan benar-benar renyah.

Infovet berkesimpulan, ternyata usus ayam yang banyak disepelekan orang, bahkan sebagian orang merasa jijik dengan jeroan ini, bisa menjadi camilan istimewa dan enak. Kuncinya, kemampuan mengolah dan mengemasnya.

Fakta ini bisa menginspirasi banyak orang yang mau bekerja keras untuk mendulang rupiah dari usaha berbahan baku usus ayam. Setidaknya itulah yang sudah dilakukan Winarti, warga Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat. Bermula dari coba-coba, ibu rumah tangga ini meneruskan olahan usus renyahnya menjadi usaha skala rumahan.

“Awalnya agak ribet ngolah usus ayam jadi camilan. Selain bau anyir waktu mentah, prosesnya agak lama, enggak seperti ngolah daging ayam,” ujar Winarti.

Ia belum lama menjalani usaha usus renyah. Baru setahun lebih dan pemasarannya hanya sebatas tetangga dan teman-temannya. Omzetnya juga masih kecil, karena memang belum ditekuni secara serius. “Belum jadi usaha yang serius, karena lebih sering buat camilan sendiri,” ucapnya.

Di Sawangan, menurutnya, warga yang menekuni usaha camilan usus renyah terbilang banyak. Masing-masing memiliki pelanggan dan jaringan warung tempat menitip produknya, dengan label sesukanya. Meski hanya skala rumahan dan kapasitas produksinya masih di bawah 10 kg per minggu, namun cukup membantu keuangan keluarga.

“Di sini kan dekat sama Pasar Parung. Mungkin usus mentahnya lebih banyak yang ambil ke sana. Kalau saya biasanya pesan sama tukang sayur, jadi enggak perlu ke pasar,” kata dia.

Tak Sulit Mengolahnya
Bagi ibu rumah tangga yang enggan menjadikan ladang usaha, olahan usus renyah bisa dijadikan camilan untuk keluarga. Bisa juga dijadikan lauk. Menurut Winarti, sebenarnya tak terlalu sulit mengolah usus ayam menjadi camilan renyah. Namun perlu kehati-hatian dalam proses pengolahannya.

Mengutip dari jurnal unwdha.ac.id, usus ayam adalah bahan makanan hewani yang banyak mengandung protein. Usus ayam merupakan organ bagian dalam ayam yang berfungsi sebagai organ pencernaan, sehingga banyak bakteri yang bersarang di dalam usus.

Winarti pun berbagi resep dan cara mengolah usus renyah kepada Infovet. Bahan-bahan yang disiapkan antara lain usus ayam, air perasan jeruk nipis, tepung terigu, dan tepung maizena. Sedangkan untuk bumbu disiapkan bawang putih, kemiri, kunyit, ketumbar, kaldu bubuk, garam, dan merica. Takaran bumbu disesuaikan dengan banyaknya usus renyah yang akan dibuat.

Cara membuatnya cuci bersih usus di air mengalir sampai benar-benar bersih. Potong-potong usus kurang lebih 3-4 cm sesuai selera masing-masing. Rendam usus yang sudah dipotong dengan perasan jeruk nipis dan garam secukupnya selama 15 menit agar bau amis menghilang.

Supaya lebih bersih dan benar-benar steril, cuci kembali usus, lalu tiriskan dan lumuri dengan bumbu halus, kemudian diamkan selama 15 menit agar bumbu meresap. Panaskan minyak, lumuri usus dengan campuran tepung sambil ditekan-tekan. Goreng usus sampai kekuningan dengan api kecil supaya hasilnya renyah, kriuk, dan awet, pastikan minyak benar-benar panas saat menggoreng.

“Jangan lupa masukkan usus krispi ke toples kedap udara supaya tetap awet seharian. Mudah kok,” ujar Winarti.

Khasiat Usus Ayam
Bagi sebagian orang, mengonsumsi jeroan ayam memang pantangan, karena memicu asam urat atau penyakit lainnya. Dalam berbagai literatur kesehatan, jeroan ayam mengandung kadar purin yang cukup tinggi, sehingga jumlah konsumsinya harus dibatasi.

Purin merupakan unsur yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah. Jika tidak dikontrol, tingginya purin dapat menyebabkan terbentuknya kristal pada sendi yang merupakan cikal bakal penyakit asam urat.

Wajar jika masih banyak yang takut mengonsumsinya. Namun demikian, jika konsumsinya tak berlebihan dipastikan aman. Bahkan, mengonsumsi jeroan dalam batas yang wajar menyehatkan. Laman Medical News Today, pernah memuat satu artiket berjudul Are Organ Meats Good for You? pada 2020 lalu.

Media online khusus kesehatan berkantor redaksi di Amerika Serikat ini mengulas sejumlah manfaat konsumsi jeroan ayam. Makanan yang sering kali dipandang menjijikan ini ternyata mengandung sejumlah vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh.

Pertama, mengandung vitamin. Jeroan ayam mengandung tinggi vitamin A yang baik bagi sistem kekebalan tubuh, karena dapat merangsang pertumbuhan sel darah putih. Selain itu, jeroan juga mengandung vitamin B12 yang berperan sebagai pendukung kesehatan bagi sistem saraf tubuh.

Kedua, mengandung seng dan zat besi. Tak hanya vitamin A yang dibutuhkan dalam menjaga sistem imunitas tubuh, begitupun seng dan zat besi. Tak hanya mendukung sistem imunitas tubuh terjaga dengan baik, kedua kandungan tersebut juga berperan dalam membantu penyembuhan luka lebih cepat.

Ketiga, mengandung protein. Protein dengan kandungan yang pas terkandung dalam jeroan ayam. Protein merupakan salah satu kandungan terpenting yang harus ada dalam tubuh. Selain membantu tubuh dalam memenuhi kebutuhan energi, protein juga berperan dalam mengisi sel-sel yang nantinya akan membentuk otot dan jaringan pada tubuh.

Keempat, kandungan kalori rendah. Seperti tidak mungkin jika jeroan mengandung kalori yang rendah, bukan? Faktanya, kalori rendah memang terkandung pada bagian usus ayam, jika dibandingkan dengan bagian jeroan yang lain. Tak hanya rendah kalori, bagian usus yang juga mengandung zat penting lainnya, seperti zat besi, vitamin A, fosfor, vitamin B, dan kalsium.

Kelima, mencegah penyakit. Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat, atau kondisi ketika sel darah merah dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Seperti yang telah dijabarkan, jeroan mengandung zat besi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia.

Nah, bagi Anda yang punya keinginan menjadikan jeroan ayam ini untuk ladang usaha, segera memulai. Di luar sana sudah banyak kisah sukses dari usaha olahan usus ayam. Dari yang semula iseng-iseng, akhirnya dijadikan ladang usaha dengan omzet jutaan.

Anda bisa memproduksi usus renyah dengan varian rasa, mulai dari original, pedas, barbeku, dan pilihan rasa lainnya yang menarik pembeli. Buatlah kemasan yang menarik agar pembeli tertarik dan harga jadi lebih tinggi. Dengan desain kemasan yang mewah, camilan jeroan ayam ini bisa jadi produk istimewa. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis
Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

BAGAIMANA MAKSIMALKAN POTENSI GENETIK BROILER?

Ayam modern butuh perawatan ekstra. (Foto: Istimewa)

Ayam ras pedaging/broiler, merupakan ayam yang khusus dikembangkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Kurang lebih 100-an tahun lalu melalui berbagai proses penelitian dan pemuliaan, dihasilkanlah ayam ras broiler dengan performa genetik terbaik. Namun begitu, masih ada saja kendala yang menyebabkan potensi genetiknya tidak maksimal.

Didesain untuk Penuhi Kebutuhan Pasar
Berkat kemajuan bidang teknologi serta seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam broiler mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot badan, sehingga menghasilkan daging yang lebih banyak yang tentunya dapat memenuhi keinginan pasar.

Menurut Drh Dedy Kusmanagandi, yang merupakan praktisi perunggasan, seleksi genetik broiler yang dilakukan selama ini telah meningkatkan produktivitasnya. Pada kurun waktu 1960-1970an, untuk mencapai bobot hidup 1,3 kg membutuhkan masa pemeliharaan selama 84 hari, namun sekarang dengan masa pemeliharaan kurang lebih 38 hari, ayam broiler sudah mampu mencapai bobot hidup 2,5 kg.

“Potensi genetiknya memang memungkinkan untuk seperti itu, namun di lapangan sangat jarang peternak yang dapat mencapai potensi genetik maksimal dari si ayam. Oleh karenanya ini masih menjadi PR bersama, soalnya kalau potensi ini dapat dimaksimalkan, produksi kita akan lebih baik dari sekarang,” tutur Dedy.

Ia juga menyebut bahwa ke depannya kemungkinan besar ayam broiler masih akan menjadi sumber protein hewani primadona, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Pasalnya harga per gram protein broiler dibanding komoditas daging lainnya adalah yang termurah, sehingga hal ini juga akan berdampak pada tingginya permintaan pasar.

Tinggi Performa, Rawan Stres & Penyakit
Dalam urusan performa tidak usah diragukan lagi dari segi pertumbuhan bobot per hari, konversi pakan, maupun parameter pertumbuhan lainnya ayam broiler sangat luar biasa. Kendati demikian, sebagai kompensasinya aspek kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap stres menjadi berkurang.

Hal tersebut disampaikan Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan. Menurutnya, ayam broiler masa kini memanglah sebuah “monster”, hal tersebut karena dalam 30 hari saja ayam dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hampir puluhan kali lipat, sejak DOC hingga fase finisher.

“Betul-betul monster by design, tapi sebenarnya mereka itu sangatlah rapuh. Rawan stres, rawan penyakit, ini sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa tidak ada mahluk hidup yang superior, pasti ada aspek yang dikorbankan. Oleh karena itu, butuh intervensi dari manusia agar potensi genetik dari pertumbuhan mereka optimal,” kata Wayan.

Wayan membeberkan berbagai fakta dan data bahwa performa broiler dengan manajemen seadanya saja akan gagal. Ia mengimbau kepada peternak agar melakukan upaya ekstra dalam aspek manajemen pemeliharaan, karena akan percuma jika potensi genetik tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.

“Mubazir, makanya saya kadang kasihan lihat peternak kita. Ayamnya sudah maju genetiknya, pertumbuhannya sudah hebat, tapi cara kita melihara mereka masih begitu-begitu saja. Ini namanya imbalance, makanya peternak harus mengerti kalau ayam butuh perhatian lebih,” ucapnya.

Pendapat demikian juga diakui oleh salah satu peternak kemitraan di daerah Rumpin, Kabupaten Bogor, Aceng. Kata dia, beternak ayam broiler sepertinya semakin sulit. Apalagi ketika beberapa tahun lalu antibiotic growth promotor (AGP) dilarang digunakan, ia semakin pusing mengakali performa ayam di kandangnya yang kembang-kempis.

“Padahal katanya DOC bagus, pakan bagus, semua bagus, tapi performa enggak stabil. Malah jarang profit. Ini kita bingung mau gimana lagi,” tutur Aceng.

Ia mengakui bahwa penyakit seperti nyekrek alias ngorok kerap menyerang ayamnya tidak hanya di musim kemarau, namun hampir semua musim. Padahal dulu ayamnya jarang terserang penyakit tersebut. Ia juga menyebut sering mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, sehingga FCR menjadi bengkak dan mengalami kerugian.

Ketika ditanya mengenai manajemen biosekuriti, pemeliharaan dan tindakan khusus dalam menyelamatkan performa ayam, Aceng mengaku pernah menerapkan di kandangnya beberapa periode lalu.

“Dulu sebelum pakan mahal dan semua masih belum naik, saya masih rutin menyemprot disinfektan, atau minimal kasih jamu. Sekarang sulit, apa-apa harga sudah pada naik, jadi ya mau enggak mau kita batasi, ini saja kita kurangi populasi yang sebagian kandang kita kontrakan, soalnya enggak mampu pelihara banyak-banyak,” ungkapnya.

Peternak Harus Di-upgrade
Dengan derasnya perkembangan kemajuan genetik broiler, sudah menjadi kewajiban agar pembudidaya juga melakukan upgrading cara pemeliharaan. Harus ada upaya lebih dari peternak agar performa ayam optimal dan keuntungan peternak maksimal.

Hal tersebut disampaikan oleh praktisi perunggasan, Drh Eko Prasetio, bahwa potensi genetik ayam zaman now akan terekspresikan dengan baik apabila kondisi dan faktor-faktor penunjangnya bisa mendekati sesuai yang dibutuhkan ayam. Namun realita yang ada, performa ayam masih di bawah potensi genetik yang sebenarnya. Beberapa hal yang memberikan dampak signifikan dari kondisi tersebut adalah:

• Tata laksana pemeliharaan. Perlakuan yang didapat selama dipelihara sangat berdampak terhadap munculnya potensi genetik yang dimiliki ayam. Termasuk di dalamnya terkait dengan tata laksana berdasarkan jenis kandangnya. Tentunya kandang sistem tertutup dengan tata laksana yang tepat akan sangat mendukung tercapainya potensi genetik broiler modern.

• Lingkungan. Kondisi yang ada dimana ayam tersebut dipelihara sangat berpengaruh. Faktor yang ikut menyumbang pengaruh tersebut di antaranya suhu, kelembapan, ketinggian, tipe kandang, dan tingkat kepadatan.

• Kesehatan ayam. Pada saat kondisi ayam prima, maka konversi energi yang didapatkan oleh pakan akan fokus hanya ke pertumbuhan sehingga akan tumbuh optimal. Sebaliknya ketika terganggu tingkat kesehatannya, maka energi yang didapatkan ayam akan juga digunakan untuk bertahan terhadap serangan penyakit.

• Status nutrisi pakan. Nutrisi tidak hanya sekadar cukup secara jumlah dan jenis, namun juga keseimbangannya. Nutrisi yang seimbang akan sangat berpengaruh terhadap daya tahan dan pertumbuhan broiler modern.

“Ini kesemuanya sangat penting, makanya semua tata laksana ini harus berjalan dengan baik dan seimbang. Aspek di dalamnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ayam. Peternak harus penuhi, mereka harus upgrade cara pemeliharaan ayamnya,” kata Eko.

Ditulis oleh: 
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer