-->

BERSUNGGUH-SUNGGULAH SAAT MASA AWAL PEMELIHARAAN

Ayam pedaging dan petelur modern memiliki potensi genetik yang tinggi dan efisien. (Foto: Istimewa)

Ayam petelur maupun pedaging yang dibudidayakan oleh peternak telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik pertumbuhan, produksi telur, maupun efisiensi ransum. Ahli genetik secara periodik melakukan penelitian dan perbaikan performa ayam modern.

Kenali Potensi Genetik Ayam Modern 
Ayam modern memiliki kemampuan pertumbuhan berat badan yang semakin cepat dan semakin efisien.

Ayam pedaging telah mengalami pertumbuhan signifikan, dari sebelumnya berat badan hanya 2.299 gram pada umur 35 hari, saat ini bertambah kurang lebih 395 gram menjadi 2.694 gram. Jika dirata-rata per tahun pertambahan berat badannya kurang lebih 50 gram selama interval 2015-2023.

Selain itu jika diperhatikan pola pertumbuhannya, ayam pedaging semakin lebih cepat tumbuh pada dua minggu pertama masa hidupnya. Hal ini semakin menegaskan begitu pentingnya mencapai target pertumbuhan pada dua minggu awal kehidupan ayam pedaging. Berat badan pada dua minggu pertama yang tidak tercapai akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian berat badan pada minggu-minggu berikutnya, bahkan sampai saat panen.

Lalu bagaimana dengan tingkat efisiensi ransumnya? Selama 8 tahun kebelakang, tingkat konversi ransum (feed conversion ratio/FCR) semakin lebih baik, yaitu kurang lebih 0,114. Ayam pedaging memiliki kemampuan untuk tumbuh semakin cepat dengan tingkat efisiensi ransum semakin baik.

Ayam petelur pun memiliki perkembangan performa yang sangat signifikan, dimana satu ekor ayam petelur ditargetkan mampu menghasilkan 500 butir telur selama masa hidupnya.
Umur produksi ayam petelur semakin lama, diafkir pada umur 100 minggu dengan jumlah produksi telur semakin lebih banyak dan efisiensi ransum semakin lebih baik. Sebuah potensi genetik yang semakin menguntungkan peternak.

Awal Adalah Utama
Begitu pentingnya tercapai pertumbuhan pada dua minggu pertama masa hidup ayam pedaging. Ayam pedaging akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan umur selanjutnya. Dan pencapaian berat badan pada periode ini akan menjadi modal untuk pertumbuhan selanjutnya. Andaikan pertumbuhan berat badan pada dua minggu ini tidak tercapai, maka pencapaian target berat badan pada minggu berikutnya semakin lebih sulit.

Saat dua minggu pertama semua organ penting bagi ayam pedaging tumbuh secara signifikan, mulai dari organ pencernaan, sistem kekebalan tubuh, kerangka dan sistem pengaturan suhu tubuh (termoregulasi).

Saat lima hari pertama, anak ayam harus mendapatkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support - Research and Development PT Mensana

MEMAHAMI KEBUTUHAN AYAM MODERN

Sukses tidaknya budi daya broiler salah satunya dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan pada fase brooding. (Foto: Dok. Infovet)

Perkembangan pesat di sisi genetik harus dibarengi dengan pengaplikasian yang apik dari berbagai aspek. Hal ini mutlak harus dilakukan oleh setiap pembudidaya agar performa ayamnya maksimal.

Key Account Technical Manager Cobb Asia Pacific, Amin Suyono, menjabarkan mengenai perkembangan genetik ayam broiler sejak 1950-an hingga kini. Dimana dahulu presentase daging dada yang dihasilkan oleh karkas hanya 11,5%, sedangkan sekarang ini presentasenya meningkat 2,5 kali lipatnya.

Meskipun begitu, kata Amin, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk memenuhi potensi genetik yang luar biasa tersebut. Yang apabila ada satu aspek saja gagal, maka potensi tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

“Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus memenuhinya. Karena dalam standar kita, ayam memang diseleksi sedemikian rupa. Oleh karena perkembangan teknologi, maka tata laksana pemeliharaan haruslah tepat,” katanya.

Mulai dari Brooding
Dibutuhkan langkah konkret di lapangan agar performa broiler modern dapat mencapai potensi maksimalnya. Menurut Amin, sukses tidaknya membudidayakan broiler dapat diukur dari seberapa besar keberhasilan peternak pada fase brooding.

“Prinsipnya brooding adalah sprint bukan marathon, jadi dalam sprint start adalah kunci kemenangan. Kita harus fokus pada hal dasar dan menjalankan detail sebaik mungkin,” ungkapnya.

Aspek pertama yang perlu diperhatikan sebelum chick in menurutnya yakni dari segi sanitasi, disinfeksi, dan istirahat kandang. Semuanya berkaitan dengan kesehatan ayam karena sebelum ayam masuk, kandang dikondisikan harus sebersih mungkin dengan tingkat ancaman infeksius terendah.

Sebab, brooding merupakan periode transisi dimana ayam ditaruh di tempat dengan kondisi suhu yang berbeda dari sebelumnya. Apabila suhu brooding tidak tepat, maka intake pakan dan air minum tidak akan maksimal, kata Amin, perlu dilakukan pre-heating pada sekam setidaknya 48 jam sebelum ayam datang.

“Suhu sekam kalau bisa di-setting pada suhu 32-34° C, di situlah zona nyaman ayam yang kami rekomendasikan. Jika sudah nyaman ayam akan beraktivitas (makan dan minum) secara normal,” jelas dia.

Rekomendasi suhu kandang oleh Cobb dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

KONDISI AWAL DAN EKSPRESI GENETIK

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya yang tidak prima. (Foto: pexels.com)

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

Awal yang baik akan memberikan hasil yang baik. Ternyata, pepatah kuno tersebut juga berlaku pada proses pemeliharaan ayam modern. Pasalnya, kesalahan pada penanganan awal telah terbukti akan mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya yang tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. Tulisan ini berdasarkan pengalaman penulis di lapangan dan didukung beberapa hasil penelitian paling mutakhir.

Berdasarkan pengamatan lapangan, ada tiga masalah yang paling sering mengganggu ekspresi potensi genetik ayam modern, yaitu tingginya faktor stres yang ada, peradangan tali pusar (omphalitis), dan dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebihan). Tulisan ini akan difokuskan pada hal-hal yang terkait dengan masalah stres.

Stres dan Penampilan Akhir Ayam
Stres merupakan reaksi fisiologis normal ayam dalam rangka beradaptasi dengan situasi baru, baik terkait dengan lingkungan maupun perlakuan-perlakuan yang diterima oleh ayam. Proses adaptasi ini tentu membutuhkan sejumlah energi tertentu yang akan diperoleh dari sisa kuning telur yang ada, pakan, atau dari cadangan energi lain yang terdapat dalam tubuh ayam dalam bentuk glikogen otot.

Itulah sebabnya dalam kondisi stres yang tinggi, bobot badan ayam sangat sulit mencapai bobot yang sesuai standar, karena sebagian energi digunakan untuk mengeliminasi dampak stres yang terjadi.

Di lain pihak, tingginya faktor stres yang ada, terutama disebabkan oleh proses-proses yang terjadi di lingkungan penetasan, seperti seleksi dan penghitungan DOC, vaksinasi Mareks dan potong paruh (khusus DOC petelur), transportasi, serta kondisi di lingkungan induk buatan, dapat mengakibatkan kondisi umum DOC akan menurun, rendahnya nafsu makan, dan terganggunya penyerapan sisa kuning telur. Selanjutnya, hal ini tentu akan memperparah kondisi ayam secara umum.

Adanya faktor-faktor stres tersebut akan mengakibatkan peningkatan sekresi Adeno Cortico Streroid Hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitari pada otak (Siegel et al., 1999). Salah satu efek utama dari tingginya kadar hormon ini adalah menurunnya laju metabolisme tubuh secara umum, termasuk menurunnya penyerapan sisa kuning telur yang masih ada.
Secara normal, sisa kuning telur yang ada pada DOC akan habis terserap dalam tempo 4-7 hari setelah menetas (hatching). Gangguan pada penyerapan akhir sisa kuning telur ini akan memberikan beberapa efek negatif pada perkembangan ayam selanjutnya, yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024. (toe)

OPTIMALISASI GENETIK AYAM MODERN SEJAK DINI

Berkat kemajuan di bidang teknologi dan seleksi breeding yang baik, ayam ras mengalami perkembangan genetik sangat pesat. (Foto: Istimewa)

Ayam ras jenis pedaging maupun petelur telah mengalami perjalanan sejarah panjang untuk mencapai performa seperti sekarang ini. Lebih dari seabad lalu melalui berbagai proses penelitian dan pemuliaan, dihasilkan ayam ras dengan performa genetik seperti sekarang. Namun begitu, masih ada saja kendala yang menyebabkan potensi genetiknya tidak dapat mencapai performa yang diinginkan.

Didesain untuk Memenuhi Kebutuhan Pasar
Berkat kemajuan di bidang teknologi dan seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun, ayam ras mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot badan, sehingga menghasilkan daging lebih banyak yang dapat memenuhi keinginan pasar.

Begitupun dengan ayam petelur modern yang juga didesain untuk kebutuhan produksi. Dengan potensi menghasilkan telur yang bahkan diklaim mencapai 500 butir dalam waktu 100 minggu.

Menurut Ketua Umum GPPU, Achmad Dawami, seleksi genetik broiler yang dilakukan selama ini telah meningkatkan produktivitas. Pada kurun waktu 1960-1970-an, untuk mencapai bobot hidup 1,3 kg membutuhkan masa pemeliharaan selama 84 hari, namun sekarang dengan masa pemeliharaan kurang lebih 38 hari ayam broiler sudah mampu mencapai bobot hidup 2,5 kg.

“Potensi genetiknya memang memungkinkan untuk seperti itu, namun di lapangan sangat jarang peternak yang dapat mencapai potensi genetik maksimal. Oleh karenanya ini masih menjadi PR bersama, soalnya kalau potensi ini dapat dimaksimalkan, produksi kita akan lebih baik dari sekarang,” tutur Dawami.

Ia juga menyebut ke depannya kemungkinan besar ayam broiler masih akan menjadi sumber protein hewani primadona bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Pasalnya harga per gram protein ayam broiler dibanding komoditas daging lainnya adalah yang termurah, sehingga hal ini juga akan berdampak pada tingginya permintaan pasar.

High Performance, High Maintenance
Memang benar dalam urusan performa ayam broiler tidak usah diragukan lagi dari segi pertumbuhan bobot perhari, konversi pakan, serta parameter pertumbuhan lainnya sangat luar biasa. Namun, sebagai kompensasinya aspek kekebalan tubuh dan kerentanan terhadap stres dari ayam menjadi berkurang.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan. Menurutnya, ayam broiler zaman now memanglah sebuah monster, hal tersebut karena dalam 30 hari saja ayam broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hampir puluhan kali lipat (sejak DOC) hingga fase finisher.

“Betul-betul monster by design, tapi sebenarnya mereka sangatlah rapuh. Rawan stres, rawan penyakit, ini sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa tidak ada makhluk hidup yang superior, pasti ada aspek yang dikorbankan. Butuh intervensi dari manusia agar potensi genetik dari pertumbuhan mereka optimal,” kata Prof Wayan.

Ia menambahkan berbagai fakta dan data bahwa performa broiler yang dipelihara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

DUKUNG PETERNAKAN BROILER DI BINTAN UNTUK PENUHI PASAR EKSPOR SINGAPURA

Peternakan ayam di Pulau Bintan mendapat pembinaan untuk bisa ikut memenuhi permintaan pasar Singapura. (Foto: Istimewa)

Menjawab permintaan pasar ayam broiler di Singapura yang semakin bertambah, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan pembinaan ke peternakan ayam di Pulau Bintan.

Pasar ekspor ke negara tersebut telah dibuka sejak 2023 dan berasal dari dua peternakan di Gunung Kijang milik PT Indojaya Agrinusa, dengan pengiriman mencapai 110.796 ekor. Dalam upaya menambah sumber pasokan ekspor, dilakukan pembinaan terhadap peternakan ayam broiler agar memenuhi persyaratan kesehatan hewan dari Singapura.

Untuk mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Singapura, Singapore Food Agency (SFA) melakukan audit pada Toapaya Asri Farm di Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan pada Selasa (13/8/2024), dengan didampingi oleh tim dari Direktorat Kesehatan Hewan beserta Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Riau, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bintan.

Direktur Kesehatan Hewan, Drh Imron Suandy, menegaskan bahwa pemerintah memberikan penjaminan atas pemenuhan syarat kesehatan bagi ayam broiler hidup yang diekspor dari Indonesia ke Singapura. Ayam yang akan dikirim dipastikan bebas penyakit hewan seperti Avian influenza (AI), salmonella, dan penyakit unggas lainnya.

Penjaminan tersebut dilakukan secara khusus oleh Direktorat Kesehatan Hewan melalui sertifikasi kompartemen bebas AI. Sertifikasi diberikan bagi peternakan yang terbukti melakukan surveilans secara aktif dan kontinu terhadap keberadaan virus AI pada ayam, kandang, dan lingkungan sekitar. Sebagai pembuktian ayam bebas AI, dilakukan pengujian laboratorium yang dilakukan di Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Besar Veteriner Wates.

Selain itu, Singapura juga mempersyaratkan bebas Salmonella enteritidis untuk ayam yang akan diekspor dari Indonesia. Diketahui bahwa bakteri tersebut menular ke manusia melalui makanan dan menyebabkan sakit di saluran pencernaan. Untuk itu, dibutuhkan pengendalian agar ayam tidak mengandung bakteri sampai ke rantai pangan.

Imron menegaskan, untuk mengendalikan penyakit hewan menular pada broiler di Indonesia, peternakan harus menerapkan standar biosekuriti yang ketat. Pembatasan lalu lintas orang, barang, dan hewan, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan peternakan wajib dilakukan untuk mencegah sirkulasi mikroba penyebab penyakit.

Kemudian kebersihan kandang, disinfeksi, vaksinasi, dan pemberian vitamin juga dilakukan sebagai upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan ayam. “Pasar ekspor produk hewan khususnya unggas dari Indonesia semakin meluas, hal ini disebabkan kita telah mampu memenuhi standar kesehatan hewan dunia dan semakin diperhitungkan di pasar internasional,” kata Imron. (INF)

TELUR CEPLOK SARAPAN RUTIN SANG JUARA

Telur ceplok plus sambal kecap yang menggugah selera. (Foto: Istimewa)

Dua butir telur ceplok tiap sarapan menjadi sumber energi mahasiswa ini mengikuti aktivitas di kampus. Selain praktis, harga telur juga terjangkau bagi anak kosan.

Perawakannya tinggi besar dan cenderung pendiam. Mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, ini baru saja memenangkan kompetisi karya tulis ide bisnis berbasis Information Technology (IT). Ia berhasil memperoleh juara pertama lomba tingkat nasional yang diadakan Fakultas Teknologi Informasi dan Sains Data, Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), Solo, Jawa Tengah, bulan lalu.

Namanya Muhammad Faiz Ramadhan. Mahasiswa Fakultas Komputer semester 8 ini sudah dua kali meraih juara satu dan satu kali juara dua tingkat nasional di lomba yang serupa. Ayahnya seorang konsultan di Kementerian Ketenagakerjaan juga kerap mendapat penghargaan. Mungkin karena bakat turunan atau mungkin dasarnya ia anak yang cerdas.

Akan tetapi, kecerdasan anak ini tak lepas dari terpenuhinya gizi setiap hari. Faiz, begitu ia biasa disapa, mengaku tak terlalu suka dengan makanan siap saji. Namun ia juga kurang doyan dengan sayur. Ia mengaku paling suka makan telur ceplok plus sambal kecap.

“Tiap pagi sarapan selalu pakai telur ceplok sama sambel kecap. Praktis bikinnya, karena pagi-pagi harus berangkat kuliah,” ujarkan kepada Infovet.

Dalam sekali sarapan minimal dua telur ceplok ia makan, bahkan kadang sampai tiga butir. Faiz mengaku kadang berasa bosan, tapi dalam seminggu rata-rata lima hari sarapan dengan telur ceplok. “Kalau pas lagi bosan paling ganti tempe atau tahu sama sambel kecap,” ujarnya.

Menurutnya, kesibukan jadwal kuliah di pagi hari membuatnya harus berpikir simpel dalam urusan sarapan. Kebetulan di tempat kosnya ada dapur untuk dipakai bersama mahasiswa lainnya. Cukup lima menit bikin telur ceplok, selesai.

Bukan tanpa alasan Faiz menyukai telur ceplok. Selain alasan hemat, menurutnya kandungan nutrisi dalam satu butir telur mewakili banyak gizi yang dibutuhkan tubuh. Selain memenuhi nutrisi untuk kecerdasan otak, nutrisi dalam telur juga cukup bagus buat daya tahan tubuh.

“Selain murah, ya itu, saya baca di literatur kandungan gizinya sangat banyak dan hampir semua yang dibutuhkan tubuh ada di telur, termasuk untuk kecerdasan otak,” katanya.

Kisah Faiz mengingatkan Infovet terhadap sosok Daffa Maheswara Wiryawan, siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Pondok Pinang, Jakarta, yang juga sering mendapat juara satu tingkat nasional dalam kompetisi robotik. Kisahnya pernah dimuat di Majalah Infovet pada 2017 lalu. Daffa juga penggemar ayam goreng dan telur sambal balado.

Umur Daffa saat itu baru 15 tahun, namun postur tubuhnya tinggi besar. Menunjukkan asupan gizi anak berprestasi ini sangat terpenuhi. Menurut ayahnya, Didik Tri Cahyo, sang anak paling gemar makan ayam goreng dan telur bumbu pedas.

“Anak saya kreatif, karena saya kasih gizi yang cukup baik. Dia doyan banget makan ayam goreng dan telur bumbu pedas. Jarang sekali saya memberi tambahan suplemen atau vitamin,” tutur sang ayah.

Didik menceritakan, hampir setiap hari istrinya menyediakan ayam goreng kesukaan buah hatinya. Terkadang, memasak telur sambal pedas sebagai pelengkap. Tentu saja sayuran tidak dilupakan.

Kenapa ayam dan telur? ”Daging ayam dan telur kan gizinya tinggi dan mudah didapat. Bisa dibeli di pasar atau di tukang sayur yang lewat depan rumah,”katanya.

Bisa jadi asupan gizi dua menu (telur dan daging ayam) inilah yang membuat Faiz dan Daffa memiliki otak yang encer. Dalam berbagai literatur tentang gizi dan kesehatan menyebutkan bahwa ayam dan telur mengandung asam amino esensial yang bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan otak.

Konsumsi Masih Rendah
Rahasia kecerdasan Faiz dan Daffa semestinya bisa menginspirasi masyarakat, khususnya kaum ibu untuk menyediakan menu daging ayam atau telur sebagai menu harian di keluarganya. Kalaupun tak bisa setiap hari, setidaknya tiga kali dalam seminggu.

Dibandingkan dengan harga bahan lauk pauk lainnya, per kilogramnya tidaklah jauh beda. Namun, untuk urusan kandungan nutrisi, tetap saja telur dan daging ayam lebih baik. Dari sisi rasa juga bisa lebih nikmat, tergantung cara mengolahnya.

Tingkat konsumsi telur ayam di Indonesia sampai saat ini memang masih belum menunjukkan angka yang menggembirakan. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata orang Indonesia mengonsumsi sekitar 6,69 kg telur ayam ras/kapita/tahun pada 2023. Level konsumsi tersebut turun 5,5% dibanding 2022 (year-on-year/yoy), tapi masih lebih tinggi dibanding lima tahun lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, orang Indonesia setiap bulannya mengonsumsi telur sebanyak 10,09 butir dengan nilai pengeluaran setara Rp 18.623/bulan/kapita. Telur dimaksud adalah telur ayam ras, telur ayam kampung, telur itik, telur puyuh, telur asin, telur penyu, dan telur angsa. Dikutip dari publikasi BPS, “Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi” berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023, disebutkan bahwa konsumsi telur terbanyak adalah warga DKI Jakarta dengan porsi mencapai 13,64 butir. Dengan nilai pengeluaran untuk konsumsi telur mencapai Rp 24.524/kapita/bulan.

Secara nilai, konsumsi telur terendah terjadi di Gorontalo dengan nilai hanya Rp 9.653/kapita/bulan, sedangkan secara volume terendah dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hanya 3,94 butir/kapita/bulan.

Suntik Hormon?
Banyak faktor memang yang menjadi pemicu rendahnya konsumsi telur dan daging ayam di Indonesia. Tingkat daya beli (kesejahteraan) masyarakat dan masih adanya mitos-mitos yang belum runtuh. Mitos tentang konsumsi telur bisa munculkan bisul pada anak, konsumsi telur dapat menaikkan kolesterol, dan lain sebagainya masih tetap “di hati” sebagian masyarakat.

Masih banyak orang  takut makan telur karena kolesterol. Ada juga yang beranggapan bahwa daging ayam broiler juga mengandung suntikan hormon yang berbahaya jika dikonsumsi. Tapi anehnya, mereka tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jatung, paru-paru, ibu hamil, dan lainnya.

Isu negatif semacam ini memang harus dijernihkan. Anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon sama sekali tidak beralasan. Sebab harga satu dosis hormon sekali suntik bisa mencapai 5 U$D (Rp 65.000), padahal harga ayam di pasar masih berkisar Rp 30.000/ekor. Jelas tidak masuk akal peternak menyuntik ayamnya dengan hormon.

Di sisi lain, mitos masyarakat bahwa telur penyebab bisul juga harus “dianulir”. Kasus ini hanya terjadi pada orang-orang  tertentu yang  menderita alergi telur yang jumlahnya sedikit sekali.

Orang yang tidak memiliki riwayat alergi pada telur tidak perlu khawatir, karena justru telur mengandung protein hewani dengan asam animo yang sangat lengkap dan bermanfaat untuk pertahanan tubuh, perbaikan sel-sel tubuh dan sel-sel otak, sehingga manfaatnya untuk kesehatan dan juga kecerdasan.

Telur mengandung kolesterol baik, bukan kolesterol jahat. Banyak kasus kolesterol di masyarakat pada umumnya bukanlah karena telur maupun komoditi peternakan lainnya, melainkan karena cara masaknya yang menggunakan minyak secara berulang-ulang, hingga menghasilkan kolesterol jahat.

Peneliti Nutrisi Telur asal Amerika Serikat, Dr. Don Mc Namara, dalam sebuah tulisannya pernah menyebutkan bahwa telur dalam menu makanan akan dapat mengurangi risiko sakit jantung, kanker payudara dan usus, penyakit mata, kehilangan massa otot pada manula, membantu menjaga berat badan, serta meningkatkan kecerdasan otak. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MUNAS KE-6, SINGGIH JANURATMOKO KEMBALI PIMPIN PINSAR INDONESIA

Singgih Januratmoko kembali terpilih menjadi Ketua Pinsar Indonesia periode 2024-2029. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR Indonesia) mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-6 di Yogyakarta, Sabtu (10/8/2024), bertajuk "Meneguhkan Kedaulatan Peternak Rakyat Menuju Indonesia Emas".

Pada Munas tersebut, Singgih Januratmoko kembali terpilih menjadi Ketua Umum Pinsar Indonesia periode 2024-2029, didampingi oleh Prof Muladno sebagai Ketua Dewan Pembina, dan Drh Hartono sebagai Ketua Dewan Pengawas.

Dalam pembukaan acara, Ketua Panitia Munas, Ricky Bangsaratoe, menyampaikan apresiasinya kepada para delegasi yang hadir dari 33 provinsi di seluruh Indonesia. Ia menekankan pentingnya acara ini sebagai wadah bagi para peternak unggas rakyat untuk bersatu dan menyuarakan aspirasi mereka.

"Acara ini adalah milik kita, oleh kita, dan untuk peternak unggas rakyat Indonesia," ujar Ricky dengan semangat.

PINSAR Indonesia merupakan organisasi yang mewadahi berbagai pelaku usaha di sektor perunggasan, terutama yang berasal dari kalangan peternak rakyat. Organisasi ini terdiri dari peternak kecil, petani, pedagang, dan berbagai pihak lain yang berperan dalam rantai produksi dan distribusi unggas di Indonesia. Dari produksi ayam pedaging hingga pemasaran produk, PINSAR Indonesia terus berusaha memperkuat industri perunggasan tanah air yang menjadi pilar penting dalam menyediakan sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat.

Munas ke-6 Pinsar Indonesia di Yogyakarta.

Ketua Umum PINSAR Indonesia periode 2024-2029, Singgih Januratmoko, menyampaikan bahwa Munas ke-6 ini memiliki makna yang sangat penting bagi masa depan industri perunggasan nasional, terutama dengan adanya program baru dari pemerintah yang berfokus pada peningkatan gizi anak-anak melalui penyediaan susu dan makanan bergizi gratis di sekolah-sekolah.

Singgih juga mengingatkan bahwa satu dekade terakhir merupakan masa sulit bagi industri perunggasan, terutama bagi peternak ayam ras pedaging. Kelebihan produksi yang berkepanjangan dan menurunnya konsumsi daging ayam di masyarakat membuat banyak usaha peternakan broiler terpuruk.

“Melihat situasi ini kami berharap Munas kali ini dapat menjadi momentum penting bagi kita semua untuk berbenah dan berkontribusi dalam mendukung program pemerintah yang baru,” katanya.

Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan PINSAR Indonesia dapat semakin memperkuat posisinya dalam memajukan sektor perunggasan rakyat, serta berkontribusi dalam pencapaian cita-cita Indonesia Emas 2045. (Sadarman)

MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI: PROBIOTIK BACILLUS LICHENIFORMIS UNTUK MENGURANGI NECROTIC ENTERITIS (NE) DI PETERNAKAN







AIR MINUM BERKUALITAS MENUNJANG PRODUKTIVITAS

Konsumsi air minum dapat menjadi indikasi kesehatan atau baik/buruknya praktik manajemen pemeliharaan. (Foto: Istimewa)

Memasuki musim kemarau, ketersediaan air dan penyediaan air berkualitas kerap bermasalah, padahal ketersediaan air menjadi prioritas pertama bagi peternak setelah kecukupan pakan.

Meskipun potensi air tanah di Indonesia relatif cukup ketersediaannya, dimana sumber air tanah dapat diperoleh dari dua kedalaman, yaitu air tanah dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari permukaan tanah. Air tanah ini sangat mudah dipengaruhi kondisi lingkungan setempat. Hal ini disebabkan karena tidak dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang meresap ke dalam tanah akan langsung menambah air tanah ini.

Sementara untuk air tanah dalam keberadaannya cukup dalam sehingga untuk mendapatkannya harus menggunakan alat bor besar. Air tanah ini berada pada kedalaman antara 40-150 m. Dimana tidak dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat karena dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah ini mengalir dari daerah resapannya di daerah yang bertopografi tinggi.

Peternak di Indonesia umumnya menggunakan sumber airnya dari air tanah yang mempunyai kedalaman 40-60 meter untuk kebutuhan ayamnya. Pilihan peternak ini sangat tepat, karena menurut berbagai sumber yang penulis peroleh bahwa air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup dan sebagai salah satu zat nutrisi dalam tubuh.

Konsumsi air minum dapat menjadi indikasi kesehatan atau baik/buruknya praktik manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera dievaluasi kemungkinan penyebabnya. Beberapa di antaranya yaitu terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum ayam kotor, kualitas air jelek seperti kejernihan dan warna air. Sehingga ketersediaan air berkualitas harus tercukupi di sebuah peternakan karena unggas banyak membutuhkan air, sehingga perlu cadangan air di lokasi peternakan, serta penyimpanan yang tepat sesuai kebutuhan air harian peternakan unggas.

Kebutuhan air yang pertama untuk konsumsi. Konsumsi air yang diperlukan unggas dapat mencapai dua kali lipat dari kebutuhan pakannya atau sekitar 1,8-2 kali (suhu udara 21° C) dari kebutuhan pakan harian. Konsumsi air dapat melebihi bila suhu udara yang terjadi mencapai 30° C.

Kebutuhan kedua untuk penyemprotan/pembersihan kandang (disinfeksi kandang), disinfeksi tempat pakan dan minum, disinfeksi kendaraan peternakan, serta kebutuhan harian karyawan. Sehingga diperlukan air sebanyak dua kali dari konsumsi harian unggas dalam satu peternakan. Unggas mampu bertahan 15-20 hari tanpa pakan, tetapi tanpa air 2-3 hari bisa mati. Begitu pentingnya air, maka perlu diperhatikan kualitas maupun kuantitasnya.
Air memiliki porsi sebesar 50-65% dari massa tubuh unggas dewasa, sedangkan pada DOC  kandungan air mencapai 90% pada masa tubuhnya. Selain sebagai zat nutrisi dalam komponen tubuh, air juga berpengaruh terhadap... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom
Jl. DR Sahardjo No. 264
Tebet, Jakarta Selatan
Phone: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net

PENTINGNYA MENJAGA KUALITAS AIR MINUM

Ayam harus dipastikan mendapatkan air minum berkualitas. (Foto: Istimewa)

Technical and Sales Support Manager Neogen, Anthony Pearson, dalam sebuah seminar pernah berkata bahwa menjaga kualitas elemen air minum menjadi penting apabila berbicara esensi hidup ayam. Sama pentingnya dengan membicarakan pakan, nutrisi, dan kebutuhan oksigen.

“Sesuatu dari luar yang masuk ke dalam tubuh ayam secara sengaja (pakan, air minum, obat-obatan) harus dipastikan aman untuk dikonsumsi oleh ayam, kadang kita suka lengah akan hal ini,” tutur Anthony.

Ia melihat di beberapa negara berkembang khususnya di benua Asia dan Afrika, perhatian pembudidaya terhadap kualitas air masih belum mendalam. Padahal, menurutnya air minum yang dikonsumsi oleh ayam diupayakan sama atau mendekati kualitasnya dengan yang dikonsumsi manusia.

Hal tersebut juga disetujui oleh Tony Unandar selaku private poultry consultant, sekaligus Anggota Dewan Pakar ASOHI. Ketika bicara mengenai mikroba pada sistem air minum dan dampaknya pada kesehatan serta performa ayam, itu sama pentingnya dengan aspek lain seperti pakan dan biosekuriti.

Dia mengungkapkan, akibat pelarangan penggunaan antibiotic growth promoters (AGP) pada pakan, peternak harus lebih memperhatikan kualitas air minum supaya gangguan pada saluran pencernaan jauh berkurang.

Lanjutnya, patogen masuk ke kandang ayam umumnya melalui tiga rute, yakni udara, air, dan pakan. Ketiga hal ini sangat dibutuhkan ayam. Sumber air yang tidak higienis dapat mengandung total coliform, E. coli, dan patogen lainnya yang mengganggu kesehatan ayam.
Bakteri-bakteri bersama alga dalam air akan membentuk koloni yang berwujud biofilm yang semakin lama semakin menebal. Tentunya sangat mengganggu saluran instalasi air minum dan berpotensi menyumbat nipple. Untuk itu monitoring terhadap biofilm harus rutin dilakukan.

“Biofilm sulit diterobos oleh antiseptik biasa. Jika dapat diterobos, berarti antiseptiknya memiliki teknologi dan mekanisme tersendiri. Antiseptik yang mengandung hidrogen peroksida, copper (Cu), dan silver (Ag) menjadi solusi efektif untuk mencegah dan menghancurkan biofilm,” ujar Tony.

Sementara menurut Sales & Marketing Manager dari Intracare BV, Arjan van de Vondervoort, mengungkapkan salah satu cara meningkatkan kebersihan/higiene dan sterilisasi di air minum yang terkontaminasi menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme berbahaya, sehingga dapat menurunkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

KOLABORASI USSEC DAN INFOVET DI INDO LIVESTOCK 2024

Foto bersama panitia dan peserta seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sustainability in Indonesia Poultry Industry Value Chain: Opportunities & Challenges” menjadi tema dalam seminar USSEC yang bekerja sama dengan Majalah Infovet dalam rangkaian pameran Indo Livestock Expo & Forum pada 17-19 Juli 2024, di JCC Senayan.

Mengambil tempat di ruang Theater 2 JCC Senayan, peserta dan pengunjung memadati ruangan seminar yang dilaksanakan pada Jumat (19/7). 

Dipandu oleh Technical Consultant USSEC, Alfred Kompudu, acara menghadirkan narasumber di antaranya Technical Consultant USSEC Prof Budi Tangendjaja, Sr Research Specialist Bank Mandiri Andre Simangunsong, dan VP ESG PT FKS Multiagro Beatrice Susanto.

Dari kiri: Alfred Kompudu, Beatrice Susanto, Andre Simangunsong, dan Prof Budi Tangendjaja.

Sambutan dari Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno, mengawali jalannya acara yang langsung dilanjutkan dengan pemaparan narasumber. Terkait tema yang diangkat, Prof Budi mengemukakan bahwa jika berbicara mengenai sustainability menurut FAO pada prinsipnya terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni Planet, People, dan Profit.

Dijelaskan Prof Budi, saat ini masyarakat banyak dituntut untuk bisa bertanggung jawab terhadap planet yang menjadi tempat tinggal manusia, guna menjaga keberlanjutan dalam hidup.

“Seperti contoh saya amati di Belanda, kalau kotoran dari peternakan ayam atau sapinya kelewat banyak, bisa berpotensi merusak lingkungan sehingga menjadi enggak berkelanjutan, ini didenda dan jadinya harus dibatasi. Nah, di Indonesia belum banyak bisa melakukan ini,” kata Prof Budi.

Lebih lanjut dipapakan, “Adapun terkait profit misalnya, apabila saya memelihara ayam tapi kalau tidak mendapat untung tentu itu tidak sustainable, itu tidak bisa berkelanjutan. Jadi salah satu patokan sustainability itu usahanya juga harus untung,” kata Prof Budi.

Contoh lainnya terkait people/manusia, juga berkaitan dengan peternakan ayam yang didemo akibat polusi bau yang menyebar ke lingkungan sekitar yang bisa membuat menjadi tidak berkelanjutan.

 “Nah tiga hal itulah yang harus diikuti jika berbicara mengenai sustainability, harus bicara kepada manusianya, bicara keuntungan bisnisnya, dan harus bicara soal lingkungan, supaya usaha kita juga bisa tetap berjalan,” imbuhnya.

Dalam paparannya tersebut, sustainability adalah dimana manusia dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, kemudian tindakan langsung untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam, lalu melindungi dan meningkatkan penghidupan pedesaan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial, serta ketahanan manusia, komunitas, dan ekosistemnya, melalui mekanisme tata kelola yang bertanggung jawab dan efektif.

Peserta memadati ruangan seminar.

Dari sisi pelaku usaha, Beatrice Susanto juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Budi mengenai sustainability. Pihaknya juga sangat concern terhadap hal tersebut. “Kami sendiri juga sudah mempunyai divisi untuk mengatasi keberlanjutan usaha. Ini sangat penting buat kami, makannya masuk dalam strategi bisnis kami,” katanya.

Beberapa hal juga dilakukan FKS Multiagro dengan berbagi ilmu dan memberikan pembinaan kepada para petani/peternak untuk lebih aware kepada lingkungan. “Isu lingkungan juga menjadi perhatian, kami punya target bisa menurunkan angka emisi karbon sampai 20% dengan melakukan berbagai efisiensi dan berbagai upaya atau program-program untuk melestarikan lingkungan,” ungkapnya.

Foto bersama peserta yang berkesempatan mendapat cendera mata.

Hal senada juga disampaikan oleh Andre Simangunsong, untuk menjadi agen of change dalam mendorong sustainability, termasuk di industri peternakan.

“Dari kami juga sangat concern dengan hal itu, dengan mengajak peternak memerhatikan bagaimana manajemen pemeliharaan, kepadatan, pengelolaan limbah, hingga biosekuritinya. Dari sisi sustainability ini sangat penting,” ujarnya.

Ia juga menambahkan turut memonitor perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dan akan bekerja sama dengan pihaknya terkait sustainability. “Salah satunya yang terkait dengan jejak karbon yang dihasilkan. Intinya jangan pernah takut untuk memulai sustainability, karena itu juga merupakan efisiensi dari keberlanjutan usaha,” tukasnya. (RBS)

AIR: UNSUR HAYATI AYAM MODERN

Sumber-sumber air permukaan seperti empang atau danau bekas galian pasir yang banyak ditumbuhi oleh gulma atau alga sangat tidak layak untuk menjadi sumber air minum bagi peternakan ayam modern. Selain pH, kandungan bahan organik dan mikroba yang di luar batas toleransi akan mengganggu kesehatan ayam serta dapat mereduksi performa total ayam.

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta)

Air sangat fundamental sebagai komponen berbagai fungsi fisiologis tubuh dan kinerja produktivitas ayam modern. Di tengah merebaknya gonjang-ganjing perubahan cuaca akibat pemanasan universal (global warming) dan/atau fenomena El Nino, kelangkaan ketersediaan air sebagai salah satu unsur nutrisi menjadi fakta yang tidaklah samar-samar lagi. Sejatinya ayam modern memperoleh air berkualitas secara ad libitum agar mampu mengekspresikan potensi genetiknya secara optimal, namun fakta lapangan kadang kala berbeda. Tulisan singkat ini berjuang meneropong dinamika air pada ayam modern, termasuk dampak fisiologisnya.

Air dan Ayam Modern
Di Inggris, ketersediaan air minum yang cukup tidak hanya untuk mengoptimalkan ekspresi potensi genetik ayam, tetapi juga penting untuk menjamin kesejahteraan ayam itu sendiri, seperti yang diatur dalam Code of Recommendations for the Welfare of Livestock (PB7275). Dengan mengadopsi hal tersebut, maka pemberian air minum bagi peternakan ayam modern perhari sejatinya bersifat ad libitum alias diberikan secukupnya (El-Sabry et al., 2018; 2021; Abbas et al., 2022; Morgado et al., 2022).

Namun pada praktiknya, di lapangan dikenal pembatasan pemberian air minum (water restriction) untuk tujuan tertentu, terutama jika ada keterbatasan sumber-sumber air di peternakan yang bersangkutan.

Jika water restriction dilakukan secara berlebihan, maka ayam akan mengalami kondisi dehidrasi. Ada beberapa gambaran klinis awal yang dapat diamati pada ayam yang mengalami problem dehidrasi, yaitu:

• Bobot badan umumnya tereduksi dan ayam tampak lesu.

• Warna bulu kadang kala tidak homogen, tidak cerah (kusam), kasar, dan cenderung keriting.

• Sisik kaki kering dan cenderung berbentuk cembung atau cekung, tidak rata dan tidak mengilat.

• Turgor (elastisitas) kulit hilang dan kulit cenderung melekat pada jaringan di bawahnya.

• Ayam malas bergerak, mata cekung, dan kelopak mata rata-rata tertutup.

Di sisi lain dalam kondisi tertentu, pemberian air minum secara ad libitum cenderung mempermudah terjadinya wet dropping atau wet litter akibat meningkatnya water intake. Kondisi-kondisi tertentu itu misalnya kadar garam (NaCl) terlalu tinggi dalam air minum atau pakan, kepadatan nutrisi yang tinggi dalam pakan, pada kejadian heat stress yang subkronis sampai kronis, atau bahkan pada kebanyakan pakan pasca non-AGP (antibiotic growth promotor) juga menampilkan problem wet dropping, karena terjadinya dysbiosis secara subkronis bahkan kronis (Leeson et al., 2000; Viola et al., 2009).

Pasca pakan non-AGP di beberapa negara Eropa, Collett (2012), melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi gangguan saluran pencernaan dengan gejala klinis wet dropping yang selanjutnya dapat mengakibatkan peningkatan prevalensi gangguan pernapasan dan lesi pada telapak kaki.

Larbier & Leclerq pada (1992), mencoba mendeskripsikan bentuk-bentuk dinamika air dalam tubuh ayam pada kondisi normal (zone of thermal-neutrality) seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024. (toe)

PEMPROV SULSEL BATALKAN ALOKASI BANTUAN TERNAK AYAM UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN

Beternak Ayam Dapat Membantu Masyarakat Mengentaskan Kemiskinan
(Foto : Istimewa)

Program bantuan peternakan ayam untuk Rumah Tangga Miskin (RTM) sebesar Rp19 miliar batal dilaksanakan tahun ini oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Alasannya, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) melakukan recofusing untuk kebutuhan mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov).

Kepala Bidang (Kabid) Perbibitan dan Produksi Dinas Peternakan Sulsel, Ahmad Masykuri mengatakan pihaknya sudah melakukan pemutakhiran data yang bakal menjadi daerah sasaran bantuan peternakan ayam untuk RTM itu.

Ia menjelaskan, ada 1500 RTM untuk warga di 15 kabupaten di Sulsel. Yakni, Kabupaten Jeneponto, Pangkep, Pinrang Bantaeng, Bone, Enrekang, Barru, Luwu, Maros, Soppeng, Takalar, Toraja Utara, Palopo Luwu Utara dan Tana toraja.

Perencanaan itu, kata dia, merupakan solusi dalam rangka menekan angka kemiskinan ekstrem di Sulsel. Program ini setiap tahun dilaksanakan lantaran dianggap penting oleh Dinas Peternakan Sulsel.

“Jadi awalnya ayam itu akan diberikan 30 ekor dan skalanya 3 ekor jantan dan 27 ekor betina kemudian disertakan dengan kandang serta penteasan telur yang akan dikelola secara berkelompok,” tutur Ahmad Masykuri saat diwawancara Rakyat Sulsel, Selasa (23/7)

Tak hanya pada proses pengembangabiakan ayam, kata dia, proses ekonomi lainnya juga dapat dirasakan masyarakat. Seperti penjualan telur, atau pupuk kandang hasil dari peternakan ayam tersebut. Meski begitu, sambung Ahmad, pihaknya kembali merencakan program tersebut di APBD selanjutnya.

Diketahui, Pemprov Sulsel melakukan recofusing anggaran di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk Dinas Peternakan sebesar Rp42 miliar. Salah satu program terdampak yakni RTM sebesar Rp19 miliar.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Nurlina Saking mengatakan rencana bantuan peternakan ayam itu sebelumnya diproyeksikan bisa menggenjot penghasilan penerima bantuan itu lebih dari Rp1 Juta per bulan dari hasil peternakan.

Keterkaitan dengan beberapa hasil yang bisa menjadi ekonomi itu juga sejalan dengan program pertanian organik, “ jadi itu juga bisa menjadi sumber pupuk organik,” kuncinya. (INF)

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM UNTUK PERFORMA MAKSIMUM

Distribusi dan kuantitas air harus cukup untuk ayam. (Foto: Shutterstock)

Dalam kesehariannya ayam di kandang bukan hanya makan, tetapi juga minum. Tidak bisa dipungkiri bahwa air minum adalah salah satu komponen penting dalam budi daya. Oleh karenanya dibutuhkan trik tertentu dalam menjaga kualitas dan kuantitas air minum.

Sejak dulu air adalah sumber kehidupan, bayangkan jika dalam sehari saja manusia tidak minum, tentunya akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan, hal yang sama akan berlaku pada hewan ternak, termasuk ayam.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu air juga berperan sebagai media pengangkut, baik untuk zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf, maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas air minum harus terjaga agar selalu baik. Namun sebenarnya seberapa banyak ayam minum dalam sehari? Pada tabel di bawah ini disajikan konsumsi air minum ayam di berbagai fase produksi.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Per Hari (Liter/1.000 ekor) pada Suhu 21° C

Umur (Minggu)

Kebutuhan Air Minum (Liter)

1

65

2

120

3

180

4

245

5

290

6

330

(Sumber: Poultryhub.com, 2017)

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan, bisa juga sebagai indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, dan kualitas air buruk terutama terlihat dari fisik air dan lain sebagainya.

Masalah Kuantitas dan Sumber Air Minum
Biasanya di musim kemarau peternak acap kali menghadapi masalah yang sama terkait dengan air minum, yakni... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

AIR MINUM AYAM HARUS BERKUALITAS

Lakukan kontrol kualitas fisik terhadap air yang digunakan dalam peternakan. Perhatikan warna dari air yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin, terutama saat terjadi kasus maupun perubahan cuaca. Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, termasuk hewan ternak. Perubahan iklim (global warming) menyebabkan perubahan ketersediaan dan kualitas air minum. Kondisi ini pun menjadi perhatian khusus bagi dunia. Pelaksanaan World Water Forum 10th di Bali pada 18-24 Mei 2024, menjadi salah satu ikhtiar untuk mengatasi kesenjangan penggunaan air di dunia.

Proyeksi Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2050, mencatat krisis air (akibat perubahan iklim) akan meningkatkan kerentanan pada kawasan penyedia pangan (food basket). Akibatnya, lebih dari 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80% sumber pangan dunia menjadi kelompok yang paling rentan. Pun demikian di peternakan. 

Air pun memegang peranan sangat penting dalam budi daya peternakan. Air menjadi salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan ayam, yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun produksi telur.

Air juga digunakan untuk program sanitasi dalam kandang. Dan saat ini pengaturan sistem ventilasi pada sistem closed house juga sangat dipengaruhi oleh air. Selain jumlah yang cukup, kualitas air juga harus diperhatikan.

Air Harus Berkualitas 
Air minum sangat penting bagi hidup dan produktivitas ternak. Ayam akan mengonsumsi paling sedikit 1,6 kali dari konsumsi ransum. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk ternak harus berkualitas. Ini masih menjadi salah satu permasalahan utama dalam peternakan.

Lantas apa saja yang menjadi syarat air berkualitas? Pada Tabel 1 ditunjukkan parameter air berkualitas yang harus menjadi perhatian peternak. Data ini menjadi pelengkap dari data yang disampaikan pada edisi sebelumnya (Infovet Edisi Oktober 2023).

Tabel 1. Standar Kualitas Air Minum
Sumber: Estella Leentfaar, Nutritionist Hendrix Genetics Layers dalam artikel Good quality drinking water.

Parameter air minum berkualitas meliputi kondisi fisik, tingkat keasaman (pH), kandungan mineral, dan juga kontaminasi bakteri, terutama coliform (termasuk Eschericia coli). Jika diperlukan lakukan klasifikasi air berdasarkan penggunaannya di dalam peternakan. Tentu yang utama adalah air minum yang akan dikonsumsi oleh ayam. Ini yang harus memiliki tingkat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development PT Mensana

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer