-->

PENURUNAN PRODUKSI UNGGAS UE

Outlook Jangka Pendek Pertanian UE terbaru mengatakan bahwa tahun lalu terjadi penurunan produksi unggas UE sekitar 1,7%, lebih rendah dari tahun 2021. Hal ini didorong oleh penurunan di negara produsen utama seperti Prancis (-12%) dan Italia (-9%).

Laporan tersebut mencatat kejadian Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang sedang berlangsung, mengatakan umur panjangnya berarti bahwa sekarang diperlakukan sebagai ancaman sepanjang tahun daripada masalah musiman. Meskipun dampak langsungnya terhadap produksi daging unggas terbatas karena produksi dapat pulih dengan cepat, kerusakan ekspor UE yang disebabkan oleh larangan terkait oleh negara ketiga lebih signifikan. (via Poultryworld)

PROSPEK UNGGAS JANGKA PENDEK UE DIDORONG OLEH KONFLIK UKRAINA/RUSIA

Impor dan ekspor daging unggas UE terus terpengaruh oleh perang Ukraina/Rusia, tetapi ada tanda-tanda bahwa produksi dapat pulih akhir tahun ini.

Penangguhan bea impor dan kuota ekspor Ukraina ke UE telah membantu meringankan tekanan ekonomi akibat perang terhadap pertanian Ukraina, bersama dengan Solidarity Lanes dan Black Sea Grain Initiative, yang secara efektif memfasilitasi perdagangan.

Beberapa impor pertanian UE dari Ukraina meningkat secara substansial tahun lalu dan memberikan tekanan pada pasar regional seperti daging unggas dan biji-bijian. Tahun lalu, impor UE tumbuh sekitar 15% (+105.000 ton) karena peningkatan pengiriman dari Ukraina. Ini mungkin lebih rendah tahun ini karena ketidakpastian seputar produksi Ukraina. Pada saat yang sama, volume ekspor UE turun sekitar 9% karena invasi Rusia ke Ukraina. (via Poultryworld)

CERMAT MENENTUKAN BENTUK DAN UKURAN PAKAN AGAR PERFORMA AYAM MENINGKAT

Pengoptimalan pakan yang diberikan untuk ayam merupakan kewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan performa ternak. (Foto: Dok. Infovet)

Bentuk dan ukuran pakan memang bukan segalanya. Namun, ukuran partikel pada pakan ayam merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan efisiensi pakan dan performa ternak.

Secara alami semua makhluk hidup, baik hewan maupun tanaman pasti membutuhkan nutrisi demi bertahan hidup dan berkembang. Dengan begitu, setiap makhluk yang hidup tentu akan mencari makanan dalam bentuk apapun untuk diambil nutrisinya.

Jenis serta bentuk makanan yang diambil berbeda-beda, mengikuti jenis pencernaan makhluk tersebut. Sebagai contoh, meskipun keduanya sama-sama omnivora, pencernaan manusia tidak dapat mencerna biji-bijian seperti halnya sistem pencernaan ayam. Begitu pula sebaliknya, ayam tidak dapat mencerna beberapa zat yang dapat dicerna manusia.

Selain memperhatikan jenis serta kandungan nutrisi dalam pakan, bentuk maupun ukuran partikel pakan juga merupakan salah satu variabel yang berpengaruh dalam perkembangan ayam, khususnya daya cerna pakan pada ayam. Beberapa contoh bentuk pakan ayam yang umum digunakan adalah mash (tepung), crumble (remahan) dan pellet (butiran). Agar pakan yang diberikan dapat menghasilkan performa yang efektif pada ayam, penting untuk memahami pengaruh bentuk dan ukuran pakan terhadap pencernaan ayam.

Memahami Sistem Pencernaan Ayam
Secara garis besar, sistem gastrointestinal atau pencernaan pada ayam terdiri dari beberapa organ dan bagian tubuh. Secara berurutan sistem pencernaan ayam terdiri dari paruh, esofagus, tembolok (crop), proventrikulus, ampela (gizzard), usus halus (duodenum), usus besar (colon) dan berakhir di kloaka. Dari kloaka, sisa makanan yang sudah tercerna dikeluarkan ke lingkungan.

Dalam proses makan, ayam akan mengambil makanan menggunakan paruhnya terlebih dahulu. Seperti pada umumnya unggas, ayam tidak memiliki mulut dan gigi seperti yang terdapat pada mamalia. Meskipun demikian, pada “mulut” ayam terdapat kelenjar yang memproduksi air liur serta enzim pencernaan, seperti amilase, yang memudahkan makanan masuk dan memulai proses awal pencernaan makanan. Setelah itu, makanan ditelan dan melewati esofagus, kemudian disalurkan menuju crop atau tembolok.

Dalam tembolok, makanan disimpan sebelum disalurkan melalui proventrikulus menuju ampela atau gizzard. Tembolok sendiri merupakan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (MFR/RA)

PENGUJIAN VAKSIN FLU BURUNG DIMULAI DI AS

Pemerintah Amerika Serikat telah mulai menguji vaksin flu burung untuk unggas setelah rekor wabah, yang telah menyebabkan lebih dari 58 juta ayam, kalkun dan unggas lainnya dimusnahkan.

Dilakukan oleh Layanan Riset Pertanian Departemen Pertanian AS (USDA), uji coba tersebut merupakan langkah pertama menuju kemungkinan penggunaan pertama vaksin untuk melindungi unggas AS dari virus yang mematikan.

USDA sedang menguji 2 vaksin yang dikembangkan oleh Agricultural Research Service, masing-masing dari Zoetis dan Merck Animal Health. Zoetis sebelumnya memasok vaksinnya ke persediaan USDA pada tahun 2016 setelah wabah besar di AS setahun sebelumnya, tetapi tidak pernah digunakan.

Data awal dari studi hewan dengan satu dosis vaksin diharapkan akan tersedia pada bulan Mei, dengan para peneliti berharap untuk memiliki studi tantangan vaksin 2 dosis dengan hasil pada bulan Juni.

Jika uji coba berhasil dan USDA memilih untuk melanjutkan pengembangan, dibutuhkan setidaknya 18-24 bulan agar vaksin yang cocok dengan virus saat ini tersedia secara komersial. (via Poultryworld)

TALKSHOW BIOCHEM KUPAS PAKAN DAN MINERAL DALAM PEMELIHARAAN AYAM PETELUR

 

Biochem talkshow diikuti peternak layer, akademisi, hingga mahasiswa.

Pakan merupakan komponen utama dalam pemeliharaan ayam petelur. Alokasi pakan juga memerlukan biaya terbesar.

Jika kualitas, jumlah pemberian maupun manajemen pemberiannya tidak diperhatikan, dapat menyebabkan target performa tidak akan tercapai dan tentunya juga menyebabkan kerugian.

“Saya mengambil istilah garbage in garbage out untuk menggambarkan pemtingnya kualitas pakan. Jadi, ketika pakan yang kita berikan untuk ayam berkualitas baik, maka akan terlihat performa yang ditampilkan ayam pun sangat bagus,” ungkap Iyon Aritonang, Selfmixer Layer dalam acara Biochem Talkshow#1 topik ‘Pakannya Sehat, Ayamnya Kuat, Cuannya Merapat’, Senin (17/4).

Iyon menambahkan peternak juga harus jeli dalam memilih bahan baku pakan. Jika kualitas bahan baku yang digunakan bagus dan memenuhi standar, maka ransum yang dihasilkan pun akan baik kualitasnya. Sehingga performa ayam menjadi optimal.

“Sebaliknya, ketika bahan baku yang digunakan kualitasnya buruk maka ransum yang dihasilkan pun akan buruk kualitasnya,” imbuh Iyon.

Berbagi pengalamannya, Iyon yang berpengalaman kurang lebih 20 tahun dalam mengulik-ulik pakan mengemukakan dalam menyusun formulasi ransum pastinya menemui kendala yang berbeda-beda.

Menurut dia, genetik ayam semakin berkembang dan mengalami perbaikan tentunya ada kompensasi yang harus dibayar.

“Genetik ayam yang didorong dengan produktivitas tinggi, nutrisi yang diberikan juga harus sepadan serta seimbang,” ujar Iyon.

Ransum yang berkualitas adalah ransum yang mempunyai kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ayam. Beda jenis ayam beda pula kebutuhan nutrisinya. Setiap fase pertumbuhannya juga membutuhkan jumlah nutrisi yang berbeda.

Saat ini Iyon membuat 6 formulasi ransum mulai dari fase starter, grower, pre layer, puncak produksi hingga masa afkir. “Kita harus membagi pakan sesuai dengan umur,” tandasnya.

Dalam acara yang sama, Dr Tri Rachmanto Prihambodo selaku Dosen Nutrisi Fakultas Peternakan Unsoed menerangkan seputar kebutuhan mineral.

“Mineral adalah salah satu komponen nutrisi yang berperan dalam pertumbuhan, kesehatan, produksi, hingga bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh ayam,” katanya.

Tri menyebutkan mineral terbagi menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro seperti kalsium (Ca), fosfor (P) dan kalium (K) berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme tubuh.

“Sementara mineral mikro seperti mangan (Mn), tembaga (Cu), zinc (Zn), kobalt (Co), iodine (I) dan selenium (Se) berperan untuk aktivitas enzim serta hormon dalam tubuh,” tambahnya.

Acara talkshow yang dipandu Septiyan Noer Erya MPt, Technical Sales Biochem ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan pembagian doorprize. (NDV)

MEMUTUS “LINGKARAN SIPUT” PERUNGGASAN

Bambang Suharno
Gejolak perunggasan nyaris tak kunjung berhenti, meskipun sudah  banyak upaya untuk mengatasinya. Bahkan sejak sebelum pandemi, peternak unggas khususnya peternak broiler nyaris belum sempat menikmati yang namanya laba usaha. Gejolak yang dihadapi peternak mandiri semakin besar. Jika pada era 90-an peternak berteriak karena rugi beberapa periode produksi, kini yang terjadi mereka mengalami kerugian lebih dari setahun, sehingga jumlah pelaku usaha mandiri/rakyat disinyalir semakin sedikit.

Kejadian ini sudah pernah diramalkan Dr Drh Soehadji (Dirjen Peternakan 1986-1994). Ia menyebut, masalah gejolak harga di perunggasan ini adalah masalah klasik yang berputar dan berulang yang digambarkan sebagai “lingkaran siput”. Dimulai dari harga melonjak karena kekurangan pasokan, disusul penambahan populasi oleh pelaku usaha, lalu terjadi kelebihan pasokan (oversupply) yang membuat harga jatuh. Selanjutnya dilakukan pengurangan investasi secara alami, yang kemudian menyebabkan harga naik lagi dan seterusnya berputar berulang-ulang, makin membesar dan membesar, seperti lingkaran siput.

Bisa kita bayangkan, pada 1990-an, populasi ayam sekitar 800 juta ekor, tahun ini diperkirakan lebih 3 miliar ekor. Gejolak akibat fluktuasi harga pastinya jauh lebih dashyat dibanding fluktuasi pada 1990-an. Apalagi jika kondisi harga jatuh berlangsung berbulan-bulan. Total kerugian yang diderita peternak dan perusahaan sarana produksi ternak mencapai puluhan triliun rupiah.

Siput dalam terminologi yang digunakan Soehadji bukan hanya bermakna gejolak yang semakin membesar, tapi juga sebagai singkatan dari “Selalu Itu Permasalahannya Untuk Tuduh-tuduhan.” Soehadji melihat permasalahan yang disampaikan peternak dan pihak lainnya dari tahun ke tahun itu-itu saja alias nyaris sama, antara lain perlunya perlindungan untuk peternak mandiri/rakyat, perbaikan tata niaga ayam, serta data perunggasan yang perlu diperbaiki agar akurat untuk mengambil keputusan.

Apa yang disampaikan Soehadji tentang “selalu itu permasalahannya” masih relevan hingga sekarang. Dalam siaran pers yang dirilis Sekretariat Bersama Asosiasi Perunggasan pada Maret 2023, disebutkan beberapa tuntutan yang diajukan antara lain perbaikan data perunggasan, keberpihakan pemerintah terhadap peternak mandiri/rakyat, serta perbaikan tata niaga perunggasan agar mereka bisa menjalankan usaha secara normal.

Bedanya dulu tuntutan lebih sering ditujukan ke Kementerian Pertanian (Kementan), kini karena banyak lembaga mengurus perunggasan, yang dituntut selain Kementan, juga Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Selain itu juga turut ditambah permintaan peternak ke Komnas HAM agar memanggil kementerian tersebut untuk menelusuri apakah ada pelanggaran HAM dalam kebijakan perunggasan.

Jika selama 30 tahun peternak menuntut hal yang sama, kita bisa menyimpulkan bahwa masalah yang sama belum dapat diatasi meskipun pemerintah sudah berganti pemimpin dan undang-undang juga sudah direvisi.

Memutus Lingkaran Siput
Pada negara yang pasarnya didominasi penjualan live bird (ayam hidup), campur tangan pemerintah sangat diperlukan. Hal ini karena produk peternakan mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply-demand menjadi faktor penting penentu untung dan rugi peternak. Oleh karena itu, perlu manajemen pasokan di hulu dan pengurangan penjualan ayam hidup di bagian hilir. Jika dua hal ini saja bisa dikelola dengan baik, setidaknya gejolak akan berkurang.

Integrator 100%
Perihal manajemen pasokan yang artinya mengatur jumlah impor GPS (Grand Parent Stock) agar sesuai perkembangan permintaan pasar, telah dibahas di berbagai forum. Ada yang pro terhadap pengaturan kuota, ada juga yang menuntut pembebasan kuota impor. Intinya mau dibebaskan atau dengan model kuota, tetap perlu ada mekanisme kontrol agar pasokan sesuai pergerakan permintaan. Selain itu perlu juga ada jaminan bahwa peternak mandiri selalu mendapatkan pasokan bibit sesuai kebutuhan.

Ada suara dari beberapa pihak agar integrator berhenti melakukan budi daya sehingga pasar ayam hidup menjadi hak peternak mandiri/rakyat. Secara umum pengertian integrator adalah usaha dari hulu (pembibitan) hingga hilir (pasca panen). Ini artinya integrator beserta grup kemitraannya mestinya tidak menjual ayam hidup. Kalau perusahaan yang disebut integrator masih menjual ayam hidup, maka perusahaan itu belum disebut integrator. Istilah ini menjadi salah kaprah. Jika integrator tidak boleh budi daya artinya mereka juga tidak bisa disebut integrator. Demikian juga yang saat ini disebut integrator, jika mayoritas ayamnya dijual dalam bentuk live bird, juga bisa disebut sebagai integrator “setengah matang.” Faktanya memang mereka sudah terlanjur disebut sebagai integrator.

Jika pemerintah mewajibkan perusahaan yang sekarang disebut integrator itu menjadi integrator 100%, maka penjualan ayam hidup otomatis hanya milik peternak mandiri/rakyat. Setidaknya dengan cara ini tidak ada “pertandingan tinju yang beda kelas di ring yang sama.”

Patut dicatat, dari 3 miliar ekor ayam yang diproduksi Indonesia, yang dijual sebagai ayam beku diperkirakan baru sekitar 20% saja. Ini membuktikan yang disebut integrator itu masih menjadi integrator semu, belum 100%.

Ekspor dan Kampanye Gizi
Selama ini program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi oversupply adalah dengan melakukan pemangkasan telur tetas, afkir dini PS (Parent Stock) dan upaya pemangkasan produksi yang lain. Sementara itu menjaga keseimbangan pasokan dalam negeri dengan melakukan ekspor belum secara nyata dilakukan. Ada program gerakan tiga kali ekspor oleh Kementan tapi fokusnya lebih ke peningkatan devisa negara, bukan stabilisasi harga.

Ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Perancis beberapa tahun lalu, tatkala oversupply produksi susu sapi akibat embargo ke Rusia, pemerintah setempat membeli susu milik peternak dan melakukan ekspor ke negara berkembang, baik sebagai bantuan kemanusian maupun aktivitas lainnya.

Sementara itu, pemerintah juga perlu memanfaatkan dana APBN untuk kampanye konsumsi ayam dan telur. Masih ada ruang untuk meningkatkan konsumsi ayam dan telur sebesar dua kali lipat dari sekarang, karena kita melihat konsumsi rokok masyarakat Indonesia sangat tinggi, sekitar 4.000 batang rokok/orang/tahun, sementara konsumsi ayam hanya 13 kg/kapita/tahun dan konsumsi telur hanya 150 butir/kapita/tahun. Jika konsumsi naik dua kali lipat saja, bisnis perunggasan akan menciptakan jutaan tenaga kerja baru sekaligus usaha perunggasan akan semakin bergairah.

Pada 2011 lalu Menteri Pertanian, Suswono, mencanangkan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang diinisiasi oleh 14 asosiasi perunggasan. Pencanangan ini sebagai upaya mempercepat peningkatkan konsumsi ayam dan telur. Sayangnya, kegiatan kampanye ayam dan telur ini dijalankan sendiri oleh para peternak dan asosiasi perunggasan. Belum ada dukungan nyata dari pemerintah untuk mendongkrak konsumsi ayam dan telur agar tidak terpaut jauh dengan konsumsi negara tetangga. Padahal Kementerian Perikanan dan Kelautan memiliki program gemar makan ikan (Gemarikan), dengan tim yang lengkap dari pemerintah pusat hingga daerah, sehingga konsumsi ikan secara nyata mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding konsumsi ayam dan telur.

Kemitraan, Jembatan Menuju Mandiri
Pola kemitraan sudah dikembangkan sejak era 80-an, tujuannya agar peternak kecil bermitra setelah semakin besar bisa berdiri sendiri. Ini tujuan ideal, yang ternyata dalam implementasi bisnis terjadi kebalikannya. Peternak mandiri yang tidak kuat akhirnya berhenti atau melanjutkan sebagai mitra perusahaan lain. Jika itu yang terus terjadi berarti pola kemitraan yang berkembang tidak sesuai tujuan awal dikembangkannya kemitraan, dan jumlah peternak mandiri semakin sedikit.

Program untuk menjadikan lebih banyak peternak tangguh dan mandiri layak kita gaungkan, agar peta bisnis perunggasan menjadi lebih sehat dan kondusif. Jika itu dilakukan, lingkaran siput sudah terputus dan tak ada lagi ungkapan “selalu itu permasalahannya untuk tuduh-tuduhan.” ***

Ditulis oleh: 
Bambang Suharno, GITA Consultant, Pengamat Peternakan

PEMASOK PERALATAN UNGGAS BELANDA MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN RUSIA

Meyn, pemasok solusi pemrosesan unggas yang berbasis di Belanda, telah memberi tahu kliennya tentang rencana untuk menarik diri dari pasar Rusia.

Meyn tidak hanya berhenti menjual produk baru tetapi juga menangguhkan pengiriman suku cadang dan servis peralatan yang sudah terpasang. Meyn belum menentukan alasannya, tetapi diyakini bahwa perusahaan tersebut mengikuti jejak ratusan bisnis barat lainnya yang memilih untuk keluar dari Rusia sebagai tanggapan atas konflik militer di Ukraina.

Langkah tersebut diperkirakan cukup menyakitkan bagi industri perunggasan Rusia. Sebuah sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa 75% peternakan unggas Rusia, yang secara bersama-sama menyumbang 90% dari produksi negara, dijalankan dengan peralatan Meyn.

Pelanggan Rusia mulai mengalami masalah saat mencoba menandatangani kontrak baru dengan Meyn pada Februari 2022, kata sumber lain di industri unggas Rusia.

Antara lain, Meyn mulai meminta informasi tentang penerima manfaat pembeli peralatan dan menuntut pengungkapan laporan keuangan, tetapi bahkan dalam kasus ini dapat menolak untuk menandatangani perjanjian baru. Mengingat hal ini, keputusan untuk meninggalkan Rusia tidak mengejutkan, klaim sumber tersebut.

Meyn diyakini sebagai penyedia teknologi barat terbesar di industri perunggasan yang mengumumkan rencananya untuk membatasi operasinya di Rusia selama setahun terakhir.

Sejak Februari 2022, peternak unggas Rusia telah berulang kali mengakui adanya masalah dalam mengimpor peralatan, tetapi ini terutama terkait dengan dampak tidak langsung dari sanksi terhadap sektor logistik dan perbankan Rusia. (via Poultryworld)

IMBAS PMK, PRODUKSI SUSU DI KOTA BATU TURUN DRASTIS

Salah Satu Peternakan Sapi Perah di Kota Batu, Malang

Potensi peternakan sapi perah di Kota Batu cukup besar. Bahkan di Dusun Brau, Desa Tulungrejo, Bumiaji, jumlah sapi perahnya lebih banyak dibanding jumlah penduduknya. Lalu bagaimana kondisinya sekarang?

Hingga saat ini,  setoran susu dari para peternak sapi perah di Kota Batu ke KUD Kota Batu belum  kembali pulih sempurna pasca terserang wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) beberapa waktu lalu. Sebelum adanya PMK, KUD Kota Batu menerima sekitar 25 ton susu dalam  sehari. Sedangkan baru-baru ini jumlah maksimal yang diterima ialah sekitar 15 ton. Ada penurunan hingga 10 ton.

Ketua KUD Batu Haji Ismail Hasan mengatakan jika penyebab produksi susu belum sepenuhnya pulih ialah populasi sapi yang berkurang dan produksi susu tiap sapi yang belum maksimal.

“Kalau jumlah keseluruhan sapi yang di Batu kan ada sekitar 1.000 hewan ternak yang mati,” katanya.

Menurutnya mayoritas sapi sudah terkena PMK.

“Cuma bedanya mungkin ada yang mati dan ada yang selamat,” terangnya. Ia menjelaskan jika sapi-sapi sebelum terjangkit PMK dapat memproduksi susu sekitar 20-25 liter susu per hari dengan dua kali pemerahan. “Tetapi setelah kena PMK ini bisa keluar 15 liter saja sudah bagus,” terangnya.

Bahkan pernah, ketika PMK masih marak, setoran para peternak ke KUD hanya sekitar tujuh ton.

“Itu pun yang masuk kategori layak hanya sekitar 3 ton,” ungkap Ismail.

Setelah dikumpulkan ke KUD, susu itu dikirim ke pabrik pengolahan susu Nestle yang ada di Pasuruan, Jawa Timur. Namun, tidak semuanya di setor ke pabrik tersebut, karena KUD Batu juga sudah mampu mengolah susu menjadi bermacam-macam produk yang bisa dijual di Kota Batu dan sekitarnya.

Diungkapkannya, sekitar 75-85 persen yang dikirim ke luar dan sisanya dimanfaatkan secara mandiri.

“Ada sekitar tiga ton an yang diolah, ada susu pasteurisasi dengan berbagai macam rasa, yogurt, mentega dan es krim,” jelasnya. Dalam memasarkan produk, saat ini KUD, memiliki sekitar lima outlet.

Dalam kesempatan tersebut Ismail juga berharap agar para pengumpul susu sapi non KUD  bergabung menjadi satu dengan KUD. Karena pengambilan harga pun relatif sama. Pihaknya juga membuka pintu lebar kepada para peternak yang ingin menjadi anggota KUD Batu.

Sementara itu kata dia, hingga kini, sapi-sapi itu masih dalam proses pemulihan.

“Dari kukunya bisa dilihat, bahwa belum sembuh total,” imbuhnya.

Selain itu, dia juga berharap ada bantuan dari dinas untuk menangani masalah cacing. Karena jika pencernaan hewan sapi sehat, akan membuat produksi susu juga iku meningkat.

“Semoga pemerintah membantu menyediakan sapi perah, kalau belum bisa yang dari luar negeri ya bibit sapi perah yang unggul,” terangnya. (INF)

POLBANGTAN BOGOR GELAR BIMTEK DEMI TINGKATKAN PRODUKTIVITAS PETERNAK

Antusiasme Peserta Mengikuti Acara Bimbingan Teknis

Bimbingan teknis peningkatan kapasitas petani dan penyuluh pertanian wilayah koordinasi Polbangtan Bogor, telah dilaksanakan di Balai Latihan Kehutanan, Jampang tengah, Kabupaten Sukabumi pada Minggu (16/4/2023).

Mengusung tema peternakan terpadu, para peserta yang berasal dari peternak, petani, penyuluh, kelompok tani, dan KWT antusias mendengarkan materi dari narasumber mengenai manajemen kandang domba, Kesehatan domba, dan teknologi pengawetan hijauan ternak (silase).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan Penyuluh Pertanian merupakan garda terdepan mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan.

“Kalian (penyuluh pertanian) adalah otaknya petani, pemegang manajemen pertanian di lapangan. Kalian yang menunjukkan mulai dari hulu ke hilir, mulai dari tanam sampai petik hingga jual,” ujar Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan program Bimtek bagi penyuluh merupakan kesempatan yang sangat berharga.

“Melalui Bimtek ini diberikan kesempatan yang lebih luas lagi untuk Penyuluh Pertanian yang telah memiliki pengalaman kerja, untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi, hal ini juga mendukung upaya pemerintah untuk melakukan regenerasi petani sekaligus melahirkan pengusaha muda pertanian yang berdampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat pertanian Indonesia,” tegas Dedi.

Kegiatan bimtek dihadiri secara daring oleh Slamet selaku anggota komisi IV DPR RI, Direktur Polbangtan Bogor, serta dihadiri langsung oleh Yuyus Yustriana, M.P. Sub Koordinator Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.

Slamet sendiri mengucapkan syukur atas terlaksananya kegiatan bimtek di bulan yang baik ini. Ia berharap semua peserta yang terdiri atas petani, peternak, penyuluh, kelompok wanita tani mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh para narasumber sebanyak-banyaknya sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas mereka. (CR)

ANAK MUDA DITUNTUT MAJUKAN SEKTOR PETERNAKAN DAERAH

Provinsi NTT Dikenal Sebagai Salah Satu Lumbung Sapi Indonesia

Saat ini usaha peternakan warga skala kecil dan menengah di hampir setiap perkampungan di Nusa Tenggara Timur tumbuh pesat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, termasuk meningkatkan gizi keluarga.

Pesatnya pertumbuhan usaha peternakan tersebut dapat dijumpahi di hamper semua kampung di Pulau Flores, Adonara, Solor, Lembata hingga Alor dan pulau-ulau sekitarnya. Potensi usaha ini dapat menjadi peluang sampingan para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi.

"Para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi punya peran strategis mendorong usaha peternakan di kampungnya masing-masing sembari mencari formasi kerja sesuai disipling ilmu. Usaha peternakan skala kecil memiliki prospek menjanjikan," ujar Ketua Lembaga Pendamping Masyarakat Nelayan, Tani dan Ternak (LPM NTT) Marianus Wilhelmus Lawe Wahang, saat tampil sebagai pembicara dalam webinar bertajuk Usaha Peternakan Rakyat: Tantangan dan Solusi di Jakarta, belum lama ini.

Marianus, tokoh muda asal NTT yang juga chief engineer (kepala kamar mesin) kapal berbendera asing di Uni Emirat Arab, lebih jauh mengatakan, potensi usaha peternakan skala atau menengah tersebut merupakan peluang baru bagi masyarakat, termasuk kalangan muda untuk membantu pemerintah menggerakkan roda ekonomi di daerah.

"Kita semua tentu mengharapkan peran pemerintah kabupaten melalui dinas dan badan terkait melalui sentuhan insentif. Namun, para pemuda atau rekan-rekan sarjana baru sejenak mengarahkan mata ke usaha tersebut sebelum memperoleh pekerjaan sesuai disiplin ilmu," lanjut Marianus, pria asal Lembata engineer yang pernah bertugas sebagai chief engineer di Pulau Tansmania, Australia.

Menurut Marianus, pemerintah pusat melalui kementerian atau lembaga terkait terus mendorong masyarakat di desa-desa baik secara perorangan maupun dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) melahirkan inisiatif menggerakkan perekonomian keluarga melalui usaha ternak skala kecil.

Saat usaha mulai menampakkan prospek membaik, pemerintah tentu memberikan perhatian berupa insentif melalui komunikasi yang produktif. Karena itu, para lulusan perguruan tinggi yang memiliki punya ilmu dan gagasan yang masih fresh dan bisa melihat peluang usaha ini.

"Usaha peternakan merupakan salah usaha ekonomi mikro masyarakat yang bisa ditekuni para pemuda atau rekan-rekan lulusan perguruan tinggi. Usaha peternakan tersebut sangat prospektif di tengah tantangan pemerintah menghadapi virus korona yang kian mengglobal," ujar Marianus.

Marianus menambahkan, bila para pemuda atau lulusan perguruan terjun langsung atau mendorng semakin banyak masyarakat mengembangkan usaha ternak, hal tersebut juga salah satu bentuk pertanggungjawaban akademik di tingkat praksis.

Pihaknya juga berharap peran pemuda kian dimaksimalkan mengeksplorer ide atau gagasan terkait masa depan nelayan, tani, dan ternak. Gagasan yang pernah digaungkan Presiden Republik Indonesia dan Proklamator Ir Soekarno.

"Bung Karno dalam catatan harian saya pernah mengatakan bahwa soal pangan adalah masalah hidup-mati bangsa. Ini yang tentu menjadi refleksi kolektif setiap anak bangsa, terutama generasi muda tentang masa depan Indonesia yang berdaulat di bidang ekonomi," ujar Marianus.

Selain Marianus, tampil juga dalam webinar yaitu Agriculture Development Expert and Scientist Ir Ratno Soetjiptadie, Ph.D dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur Kanisius Tuaq. Diskusi dipandu Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta Maria Ayunda Hadia. (CR)

BALAI KARANTINA CEK PETERNAKAN BABI AKIBAT LAPORAN ASF DARI SINGAPURA

Babi, Andalan Ekspor Indonesia ke Singapura

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Aris Hadiyono mengatakan tim mereka bersama otoritas terkait akan mengunjungi peternakan babi di Pulau Bulan, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa (25/4/2023). 

Hal ini menindaklanjuti berita bahwa Singapura menghentikan impor babi hidup dari Pulau Bulan, karena pihak Badan Makanan Singapura (SFA) menemukan babi dari Pulau Bulan terinfeksi penyakit babi Afrika (African swine fever/ASF).

Adapun tim yang akan mendatangi Perternakan Babi di Pulau Bulan, yaitu tim dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Kemudian dari Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang.

Aris menyampaikan pihaknya belum dapat memastikan babi dari Pulau Bulan terinfeksi ASF. Karena sejauh ini, baru klaim dari pihak Badan Makanan Singapura (Singapore Food Agency).

“Baru dari pihak Singapuranya, makanya temen-temen mau lihat dulu, bener gag di situ ada ASF, kita kan belum tau, apakah dari pemotongan sana atau pemotongan sini,” katanya.

Menurutnya, peternakan babi di Pulau Bulan memiliki Biosecurity yang cukup ketat. Sehingga perlu dipastikan lagi kebenaran mengenai babi di sana terinfeksi ASF atau tidak.

“Makanya besok mau kita lihat hasilnya,” kata dia. 

Berdasarkan data pada sistem informasi Barantan, IQFAST ekspor babi asal pulau ini untuk tujuan negara Singapura, tercatat sejak Januari-November 2022 mencapai 240.117 ekor babi. Dengan nilai ekonomi mencapai Rp 785 miliar. (INF)

SARJANA PETERNAKAN SABET PREDIKAT GURU BERPRESTASI

Siti Julaikah (Kiri) Berhasil Menyabet Gelar Guru Berprestasi

Siti Julaikah awalnya tidak menyangka bisa meraih predikat guru berprestasi walaupun awalnya memiliki gelar Sarjana Peternakan. Menjadi guru hampir 20 tahun lamanya, banyak suka dukanya menjadi tenaga pendidik di Sekolah Dasar hingga dinobatkan menjadi guru berprestasi tingkat Kota Pekanbaru.

Dengan bermodal ijazah Sarjana Peternakan, Siti Julaikah memulai karir dengan belajar di sebuah yayasan Sempoa. Kemudian yayasan tempat ia belajar bermitra dengan sekolah di Kota Pekanbaru.

"Saya belajar di sebuah yayasan untuk mendapatkan ilmu tambahan, setelah saya belajar di yayasan saya ditunjuk untuk mengajar mata pelajaran Sempoa atau Abacus di kelas 1 sampai kelas 6 di SDN 153 Pekanbaru," jelasnya.

Siti Julaikah menjelaskan, ia menimba ilmu di Fakultas Peternakan Universitas Andalas Sumatera Barat tahun 1998-2003. Dengan modal ijazah sarjana peternakan, ia memberanikan diri untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah dasar dengan status guru honor pada 2003-2013.

Siti Julaikah berpikiran bahwa menjadi seorang guru adalah perbuatan yang mulia dan sebagai sarana penyebarluasan ilmu yang kita raih selama ini. "Mungkin selama ini banyak yang bertanya, kenapa dengan gelar sarjana peternakan bisa menjadi guru? Bisa saja, saya kembali kuliah mengambil jurusan pendidikan dan memiliki Akta mengajar untuk memperoleh sarjana pendidikan agar ijazah kita bisa linear," jelasnya.

Dengan demikian, ia bertekad akan kembali kuliah dengan mengambil jurusan pendidikan agar bisa linear dengan apa yang ia kerjakan.

Siti Julaikah kembali kuliah di Universitas Terbuka selama dua tahun dengan mengambil jurusan pendidikan agar bisa sama apa yang sudah ia raih dan terapkan selama di yayasan Sempoa.

Pada tahun 2013, ia mengikuti tes pengangkatan PNS dan menerima SK PNS setahun sesudahnya. "Profesi itu tidak harus sama dengan gelar sarjana yang kita raih pada saat kuliah, selagi kita masih mau belajar untuk meningkatkan kompetensi diri kita dan terus bekerja keras kita pasti akan meraih hasil yang terbaik. Jadi jangan pilih-pilih pekerjaan," ungkap alumni akta mengajar Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau ini.

Guru Berprestasi

Pemerintah Kota Pekanbaru rutin mengadakan seleksi guru, kepala sekolah dan pengawas berprestasi tingkat kota untuk meningkatkan mutu sekolah dan meningkatkan grade dari tenaga pendidik.

Atas kerja kerasnya selama ini, Siti Julaikah dinobatkan menjadi guru prestasi tingkat Kota Pekanbaru tahun 2022. Untuk mengikuti seleksi itu ia mempersiapkan diri dengan melengkapi beberapa persyaratan, harus memiliki pengalaman organisasi guru selama menjadi guru, serta menjadi fasilitator selama 5 tahun terakhir. Memiliki sertifikat pelatihan, baik pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan mau pun dari pihak luar.

"Saya juga tergabung dengan Program PINTAR Tanoto Foundation sebagai Fasilitator Daerah hampir 5 tahun, banyak sertifikat penghargaan menjadi fasilitator dari tahun 2018 hingga 2022 saya lampirkan untuk persyaratan,” jelasnya.

Ia juga memiliki pengalaman menjadi narasumber serta pengalaman organisasi di luar sekolah.

"Di samping sertifikat fasilitator dan penghargaan dari Dinas, saya juga memenangkan beberapa perlombaan yang diadakan Kementerian dan eksternal lainnya," ungkap alumni S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka Kota Pekanbaru Riau tersebut.

Ada beberapa inovasi yang ia lakukan pada masa pandemi yang juga merupakan persyaratan seleksi guru berprestasi seperti inovasi tentang Penerapan metode simulasi dengan menggunakan media Flippbook Pubhtml5.com untuk meningkatkan minat baca dan motivasi belajar siswa secara daring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II di SD Negeri 153 Pekanbaru. (INF)

Selain itu, ia juga mempresentasikan karya tulis, seperti buku antologi bersama siswa dan guru serta ia juga menulis lembar kerja siswa Budaya Melayu Riau untuk siswa Sekolah Dasar bekerja sama dengan Penerbit Gahara.

Program PINTAR Tanoto Foundation ikut mengantarkan Siti Julaikah meraih guru prestasi.

Dengan diluncurkan Program PINTAR atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran Tanoto Foundation tahun 2018. Fokus kepada peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah.

Siti Julaikah merupakan Fasilitator Daerah Kota Pekanbaru tingkat SD. Selama tahun 2018 fasilitator dilatih oleh Tanoto Foundation bagaimana caranya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca.

"Program PINTAR Tanoto Foundation sangat mendukung prestasi yang saya peroleh, karena mulai dari awal sebelum menjadi Fasilitator dan setelah menjadi

Fasilitator banyak sekali perubahan yang saya rasakan. Contohnya mendapatkan ilmu cara memfasilitasi yang belum pernah saya dapatkan dan mendapatkan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran, budaya baca (bantuan buku bacaan siswa), literasi, numerasi, manajemen berbasis sekolah (MBS), serta paguyuban sekolah, hal ini sangat membantu sekali," jelasnya.

"Kepala sekolah dan guru SDN 153 selalu menyarankan agar selalu mengikuti ajang-ajang tertentu untuk menambah pengalaman dan saya sangat bersyukur kepada Allah SWT bisa menjadi yang terbaik," ungkap Siti yang sekarang sedang belajar menjadi guru penggerak angkatan 8 Program Guru Penggerak Kemendikbudristek.

Siti Julaikah memberikan beberapa tips dan motivasi agar menjadi yang terbaik. Ia Mengharapkan apa yang ia lakukan adalah sebagai guru dan semua yang ia lakukan harus dikerjakan sungguh- sungguh dan ikhlas.

Dalam mengikuti lomba harus tepat waktu baik, pengumpulan berkas portofolio dan saat melakukan tes tertulis dan wawancara serta presentasi hasil karya sebagai guru, baik dalam bentuk penelitian tindakan kelas atau best practise atau karya lainnya. (INF)

BRIMOB CIREBON DUKUNG PROGRAM KETAHANAN PANGAN NASIONAL MELALUI KAMPUNG TANGGUH

Anggota Brimob Yang Diturunkan ke Lapang Untuk Mendukung Program Kampung Tangguh

Dalam Upaya pemerintah mewajibkan untuk membuat kampung tangguh saat dikunjungi terdapat warga desa binaan Brimob Polda Jabar yang sedang memberikan makan hewan ternaknya, hal tersebut bertujuan dalam rangka ketahanan pangan nasional.

Pembentukan kampung tangguh merupakan salah satu program yang dicanangkan Polri yang bekerja sama dengan warga masyarakat salah satu mendukung program pemerintah dalam upaya ketahanan pangan.

Komandan Satuan Brimob Polda Jabar Kombes Pol Yuri Karsono, menyampaikan bahwa pencanangan dan pembentukan kampung tangguh ini bertujuan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Dari pembentukan kampung ini semoga mencapai target yang sesuai dengan apa yang sudah dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia yaitu menguatkan ketahanan pangan nasional yang ada di negara kita saat ini”, jelasnya.

Senada, Komandan Batalyon C Pelopor Satuan Brimob Polda Jabar Kompol Bagus Amrulloh Nurul Immawan juga menyampaikan bahwa program kampung tangguh ini merupakan percontohan kepada desa lainnya dalam pemberdayaan masyarakat mengenai ketahanan pangan. Ini merupakan salah satu program inovatif dari Bapak Kapolri yang secara nasional telah dilaksanakan di tiap – tiap wilayah di Indonesia.

Oleh karena itu Satuan Brimob Polda Jabar sedang giat - giatnya melakukan kerja sama dengan para kelompok petani dan peternak yang ada di Desa Wanasaba Kidul ini dalam mendukung program pemerintah meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kegiatan seperti ini nantinya akan diterapkan kepada desa – desa lainnya sehingga seluruh desa bisa menjadi desa tangguh baik dalam sistem ketahanan pangannya. (INF)

DINAS PETERNAKAN RIAU : SAPI SE JANGAN DIJUAL KE PETERNAK LAIN!

Sapi Yang Terserang Septicemia Epizootica

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau mengimbau para peternak untuk tidak menjual ternak apabila mengalami gejala penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE)

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau Herman melalui Kabid Kesehatan Hewan Faralinda Sari mengatakan, ternak yang terpapar SE jika belum terlalu parah masih bisa diobati. Dan kemungkinan ternak sembuh juga cukup besar.

"Kalau belum parah, ternaknya masih bisa diobati. Dan kemungkinan sembuhnya masih cukup besar," ujarnya.

Disebutkan Faralinda, dar informasi yang pihaknya terima, masyarakat enggan melapor jika ada ternak terpapar SE karena takut tidak bisa segera menjual ternaknya. Padahal, jika jual beli ternak terus dilakukan ditengah kondisi ternak terpapar SE akan merugikan peternak lain.

"Karena itu hendaknya laporkan saja, agar penyebaran penyakit SE ini dapat dihentikan," imbaunya.

Seperti yang baru saja terjadi di Kabupaten Kampar, dimana kembali ditemukan ternak yang terpapar SE tepatnya di daerah Sungai Pagar. Diduga, ternak tersebut terpapar penyakit dari ternak lainnya yang baru saja dibeli dari daerah yang sudah ditemukan penyakit SE.

"Laporan yang kami terima ada dua ternak yang mati karena penyakit SE, namun yang terpapar kemungkinan lebih dari itu," katanya. (INF)

DOSEN IPB BEBERKAN MASALAH SERIUS SEKTOR PETERNAKAN AUSTRALIA

Sapi, Salah Satu Komoditas Peternakan Andalan Australia

Australia merupakan salah satu negara utama dunia penghasil daging dan susu. Tidak heran, jumlah ternak di Australia sangat banyak.

Sebagai gambaran, total sapi di Australia sebanyak 24,4 juta ekor dan jumlah domba mencapai 68 juta ekor. Guru Besar IPB University, Ronny Rachman Noor, dalam sebuah webinar pada (22/4) yang lalu menyebut dengan jumlah ternak sebanyak itu, salah satu masalah serius yang dihadapi dunia peternakan Australia adalah pencurian ternak yang menimbulkan kerugian sangat besar.

“Korban pencurian ternak ini umumnya adalah peternak yang tinggalnya di wilayah terpencil. Dari data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, setiap tahunnya diperkirakan terjadi pencurian ternak sebanyak 31 ribu ekor yang menimbulkan kerugian sebesar AUD50 juta atau setara dengan Rp498.594.250.000,” beber Ronny

ia mencontohkan tingkat pencurian ternak di wilayah negara bagian New South Wales, salah satu sentra peternakan Australia, pada periode 2015 sampai 2020 sebanyak 16.700 domba dan 1.800 sapi.

“Jika kita membayangkan peternakan di Australia, sebaiknya kita tidak membayangkan peternakan seperti di Indonesia yang jumlah ternaknya rata-rata 1-3 ekor saja per peternak dan umumnya dikandangkan,” ungkap dosen IPB University dari Fakultas Peternakan (Fapet) ini.

Dia menuturkan di Australia, ternak sapi dan domba umumnya dipelihara ekstensif di area yang sangat luas dan biasanya cukup terpencil. Kondisi ini memungkinkan pencuri dengan leluasa menjarah ternak.

“Sebenarnya hukum di Australia sudah cukup keras bagi para pencuri ternak ini karena jika pencuri tertangkap dan diproses di pengadilan, maka pelakunya dapat dihukum sampai dengan 14 tahun,” tutur dia.

Misalnya, pada salah satu kejadian, pencuri berhasil menggondol 700 ekor domba senilai AUD140.000 atau senilai Rp1.396.063.900. Dengan skala pencurian sebesar ini, dapat dipastikan pencuri memiliki perencanaan matang dan menggunakan truk pengangkut ternak.

“Kemungkinan mereka juga memiliki informasi yang cukup canggih untuk menentukan waktu pencurian yang tepat sehingga tidak diketahui oleh pemiliknya,” beber dia.

Di samping itu, agar tidak menimbulkan kegaduhan dan suara dari ternak yang dicurinya, sudah dipastikan pencurinya memahami betul cara menangani domba agar ketika dipindahkan ke truk ternak yang dicuri tidak ribut. Roni menyebut pihak kepolisian yang menangani pencurian ternak di Australia mengalami kesulitan karena peternak tidak mengetahui secara pasti kapan ternaknya dicuri.

Selain itu, tidak setiap hari ternak mereka dikumpulkan. Melainkan hanya pada waktu tertentu saja dalam kurun waktu setahun.

“Guna mengatasi semakin meluasnya pencurian ini di Australia, kini dikembangkan nomor telinga ternak yang terhubung dengan Global Positioning System (GPS). Nomor telinga canggih ini dapat melacak pergerakan ternak yang dicuri sekaligus menginformasikan lokasinya dengan menggunakan satelit,” beber Ronny.

Ronny mengatakan dengan menggunakan nomor telinga canggih ini peternak dapat memonitor pergerakan ternaknya. Apabila terjadi pergerakan ternak yang cepat, peternak dapat langsung melaporkannya pada polisi karena kemungkinan terjadi pencurian ternak di peternakannya.

Selanjutnya, polisi dapat menggunakan data GPS tersebut untuk melacak ternak yang dicuri. Teknologi lain yang digunakan oleh Australia untuk mengatasi pencurian ternak adalah pengenalan wajah.

"Yang khusus dikembangkan untuk ternak berbasis teknologi kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ternak secara individu,” ujar Ronny.

Ronny menyebut teknologi pengenalan wajah untuk ternak ini memfokuskan variasi bentuk moncongnya. Hidung sapi memiliki bentuk berbeda-beda satu sama lain, sehingga dapat digunakan sebagai pembeda sebagaimana halnya dengan sidik jari pada manusia.

“Penggunaan teknologi canggih seperti teknologi pengenalan wajah pada ternak memang masih dalam pengembangan. Namun tampaknya ke depan teknologi ini sangat diperlukan karena paling tidak akan mengurangi tingkat pencurian ternak sapi dan domba di Australia yang jumlahnya pada taraf yang sangat mengkhawatirkan,” tutur dia. (CR)

USAHA KULINER DAGING: BEDA GENERASI, BEDA RASA

Dalam usaha apapun, termasuk rumah makan, kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting. (Foto: Detikcom)

Tak mudah untuk mengelola usaha kuliner berbahan daging agar pelanggan tak berpindah ke lain hati. Apalagi jika usaha tersebut merupakan warisan dari orang tua. Bagaimana cara untuk “mengikat” pelanggan agar tak pindah?

Jarum jam dinding di warung makan itu masih menunjukkan angka 5 lewat 30 menit. Namun para penikmat Nasi Grombyang di warung Pak Warso, di kawasan Pelutan, Kota Pemalang, Jawa Tengah, sudah memenuhi ruangan. Sekitar 30 menit lagi memang akan segera berkumandang Azan Magrib, tanda buka puasa.

Meski masih cukup lama, sebagian meja sudah terisi penuh dengan sajian Nasi Grombyang, lengkap dengan sate khas daging sapi berkuah. Sate ini rasanya gurih dan nikmat. Dalam satu porsi Nasi Grombyang berisi nasi dan daging sapi yang dipotong dadu, adapun tambahan sate yang akan menambah kenikmatan bersantap.

Infovet tak ketinggalan untuk berbuka puasa di sini, sembari mengenang masa-masa silam bersantap di warung ini sebelum merantau ke Jakarta. Waktu itu, warung ini masih dikelola langsung oleh pemiliknya, Pak Warso. Ia pula yang memiliki resep khusus dagangannya.

Kini Warung Nasi Grombyang Pak Warso dikelola anak-anaknya. Menurut cerita salah satu anaknya, ayahnya mendirikan warung ini sejak 1980-an. Bermula dari warung tenda, hingga akhirnya memiliki bangunan rumah makan sendiri dengan ukuran cukup luas.

Animo pembeli Nasi Grombyang di warung ini memang sekilas sama dengan dulu. Meski di sepanjang jalan raya tersebut terdapat 10 lebih warung tenda yang menjual makanan yang sama, namun Warung Nasi Grombyang Pak Warso tetap menjadi yang terlaris.

Hanya saja, olahan Nasi Grombyang Pak Warso yang sekarang di mata sebagian pelanggannya sudah berbeda rasa dengan sebelumnya. Hartono, perantauan Jakarta yang kali ini sedang mudik ke kampung halaman mengungkapkan, rasa Nasi Grombyang sekarang sudah agak berubah.

“Dari dagingnya juga sudah enggak sama seperti zamannya Pak Warso dulu. Dulu dagingnya empuk banget dan enggak ada uratnya seperti sekarang. Jadi agak alot,” tuturnya.

Infovet pun merasakan hal sama, olahan daging dalam Grombyang kali ini tidak seempuk dulu. Mungkin karena beda generasi, beda bahan baku, beda teknik mengolahnya, sehingga beda rasa.

Sayangnya, Infovet tak berkesempatan mewawancari salah satu anak pemilik warung makan ini. Mereka tampak sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan silih berganti.

Warisan Usaha 
Menjaga rasa masakan yang diwariskan secara turun temurun bukanlah hal mudah. Meski dengan resep, alat masak dan bahan baku yang sama, namun beda tangan maka beda pula teknik mengolahnya. Alhasil, hasil masakannya juga akan berbeda.

Bisnis di produk makanan berbahan baku daging sapi maupun ayam, membutuhkan konsistensi dalam urusan rasa. Terlebih jika bisnis tersebut akan diwariskan kepada penerusnya sebagai pelanjut usaha. Konsistensi dalam pemilihan bahan, resep perpaduan bumbu dan teknik penyajian menjadi salah satu kunci menjaga pelanggan agar tak berpindah ke lain hati.

Menurut Head Chef di Hotel Royal Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Bagus Sumargono, untuk pengolahan masakan pada generasi pertama (pemilik usaha pertama), biasanya akan menjaga mutu atau kualitas dan rasa. Dia tahu persis ukuran bahan baku dan bumbunya. Artinya dia memiliki standar dalam mengolah masakannya. Itu sebab rasa dan aromanya tidak berubah dan bahan baku juga akan terjaga, karena orientasinya adalah pembeli.

“Cuma sayangnya, hal-hal seperti itu tidak diturunkan ke generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya juga kurang ada kemauan untuk memperdalam teknik pengolahan yang dilakukan oleh orang tuanya. Apalagi kalau usaha tersebut berbahan daging,” ujar Bagus Sumargono.

Menurut pria yang biasa disapa Chef Margo ini, pola usaha semacam ini biasanya terjadi pada rumah makan yang mengolah Indonesian food. Resep generasi pertama kurang diperhatikan. Akibatnya, begitu usaha rumah makannya beralih ke anaknya, akan terjadi perubahan produk makanannya.

Berbeda dengan rumah makan Chinese food atau rumah makan negara lainnya. Mereka sudah punya resep yang jelas, ukuran bahan baku dan bumbu-bumbu yang ditimbang secara akurat. Sehingga saat usahanya diturunkan, tetap menghasilkan produk olahan yang tetap sama dari sisi rasa, aroma dan selera.

“Kalau di Chinese food mereka biasanya sudah mempunyai kitchen modern, jadi sudah memiliki standar nutrisi, bahan baku dan bumbu diukur sedemikian rupa. Tapi kalau masakan tradisional kita umumnya hanya menggunakan feeling si pembuat masakan tersebut,” tuturnya.

Masakan daging, menurut Chef Margo, walaupun gramasinya sama tetapi kurang satu jenis bumbu atau beda teknik pengolahannya, maka hasil olahannya akan beda juga. Dari sisi bisnis, ini akan memengaruhi konsumen, terutama yang sudah menjadi pelanggan setia. Pelanggan bisa beralih ke rumah makan lain. Kesalahan lain yang umum terjadi adalah karena pemilik rumah makan generasi pertama tidak melakukan transfer skill memasak secara detail.

“Proses masak untuk menu tertentu itu ada tahapannya. Mulai dari pemilihan bahan, proses pengolahan daging, sampai terhidang di meja makan. Tidak bisa hanya mengandalkan feeling saja,” ujarnya.

Agar Tak Pindah ke Lain Hati
Dalam usaha apapun, termasuk rumah makan, kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting. Kepuasan pelanggan berperan mendapatkan keuntungan dari usaha. Kepuasan pelanggan berpengaruh untuk kelangsungan sebuah usaha, apakah bisnis yang dibangun bisa berlangsung lama atau kandas di tengah jalan.

Dalam usaha rumah makan, apabila konsumen mendapat kepuasan dari olahan yang dinikmati, maka kemungkinan besar konsumen akan terus datang dari masa ke masa. Sebaliknya, sajian menu yang disuguhkan ke pembeli sudah “bergeser” rasa, kemungkinan besar pelanggan enggan kembali lagi.

Berikut adalah tips yang bisa dicoba para pemilik usaha rumah makan berbahan daging untuk mempertahankan pelanggan.

Pertama, jaga kualitas olahan. Jika rumah makan yang dikelola merupakan warisan usaha orang tua, satu hal paling penting dijaga adalah kualitas olahan. Kualitas olahan meliputi rasa, aroma dan porsinya. Ingat baik-baik bagaimana teknik orang tua mengolah menu. Jika orang tua sebagai pendiri usaha masih hidup, usahakan agar bisa menjadi tempat untuk bertanya.

Kedua, jika usaha masih dikelola sepenuhnya oleh orang tua sebagai pendiri. Libatkan anak sebagai calon penerus dalam pengelolaan usaha rumah makan, terutama dalam meracik bumbu dan bahan baku. Wariskan ilmu teknik memasaknya sedetail mungkin, agar si penerima waris benar-benar menguasai usaha rumah makan yang dijalani.

Ketiga, pastikan pendiri usaha membuat sistem usaha agar menjadi semacam prosedur tetap (protap) dalam menjalankan usaha. Terlebih protap pengolahan menu, sebagai jualan utamanya. Banyak rumah makan yang disebut-sebut “legendaris” tetapi kemudian bangkrut setelah dikelola generasi berikutnya, lantaran tak dibuatkan sistem usaha ketika masih menikmati masa jaya.

Keempat, berikan perhatian pelanggannya. Hal yang sering dilakukan tentang penawaran yang diberikan, bagaimana penawaran itu dapat menarik para pelanggan, namun tidak memperhatikan apa saja kebutuhan pelanggan. Berikan perhatian khusus terhadap konsumen, contohnya tanyakan bagaimana keadaan pelanggan ataupun memberikan perhatian khusus sebelum dan sesudah melakukan transaksi. Artinya, pemilik usaha rumah makan juga harus pintar-pintar dalam berkomunikasi dengan pelanggan. Latih gaya komunikasi yang “cair” dengan pelanggan agar pelanggan merasa diperhatikan.

Kelima, sesekali berikan tawaran bonus untuk loyalitas konsumen. Tak ada salahnya jika pemilik rumah makan memberikan bonus menu olahan kepada pembeli yang sudah layak disebut sebagai pelanggan. Misalnya, untuk pembelian lebih dari satu porsi menu akan mendapatkan gratis satu porsi.

Jika tips ini diterapkan, kemungkinan pelanggan setia akan pergi sangatlah kecil. (AK)

4 KOMPARTEMEN INDUSTRI BABI RUSIA

Di industri babi Rusia, semua peternakan dibagi menjadi 4 kategori, atau kompartemen, tergantung pada tingkat perlindungan biologisnya. Kompartemen 1 dan 2 ditetapkan dengan tingkat perlindungan biologis yang rendah atau buruk, sedangkan kompartemen 3 dengan tingkat perlindungan standar.

Hampir semua peternakan industri Rusia memiliki kompartemen 4, yang menunjukkan bahwa mereka mematuhi peraturan dokter hewan yang paling ketat. Keuntungan utamanya adalah memungkinkan peternakan yang berada di wilayah yang terkena penyakit untuk terus menjual produknya ke luar daerah, bahkan ke luar negeri.

Salah satu alasan untuk merancang sistem ini adalah untuk mencegah peternakan besar menderita kerugian ketika wabah ASF terdaftar di sekitar aset produksi mereka. Dalam hal ini, karantina yang didirikan di wilayah sekitar wilayah yang terkena dampak dapat melumpuhkan pekerjaan peternakan industri. (via Poultryworld)

FLU BURUNG MENDORONG RUSIA UNTUK MENGUBAH SISTEM VETERINARY

Peternak unggas Rusia telah meminta pihak berwenang untuk memperkenalkan sistem kompartementalisasi yang serupa dengan yang ada di peternakan babi yang digunakan untuk memerangi Demam Babi Afrika, kata Sergey Dankvert, kepala badan veteriner Rusia Rosselhoznadzor dalam pertemuan pemerintah.

Dankvert juga mengklaim bahwa standar kesejahteraan hewan yang ketat harus disalahkan di negara-negara barat atas wabah flu burung massal dalam beberapa bulan terakhir.

“Kehilangan [akibat flu burung] yang mereka derita di Eropa, Amerika, bahkan Jepang bisa diprediksi karena mereka memilih untuk tidak memperkuat perlindungan biologis, atau, seperti yang kami sebut, kompartementalisasi, tetapi mengikuti jalur hijau bahwa burung/unggas harus berjalan, hirup udara segar dan jangan hidup di kandang,” kata Dankvert.

Pada tahun 2022, Rusia mencatat 56 wabah flu burung di 15 wilayah. Akibatnya, lembaga kedokteran hewan Rusia harus memusnahkan sekitar 1,5 juta unggas. (via Poultryworld)

CATATAN AWAL TAHUN PERUNGGASAN 2023

Kondisi surplus daging ayam harus ada penyaluran yang tepat. (Foto: Shutterstock)

Bisnis perunggasan masih sangat menjanjikan, terlebih produk protein hewani salah satu penopang utama pembangunan SDM bangsa. Banyaknya tantangan yang tidak dapat diprediksi dan berubah cepat, juga ditambah kompetisi global mengharuskan untuk beradaptasi dalam situasi ini.

Pada peringatan Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2023 lalu pemerintah mengumumkan slogan “Cegah Stunting dengan Protein Hewani”. Perunggasan sangat berkontribusi besar sebagai penopang utama pembangunan SDM bangsa sekaligus berperan memberantas stunting.

Industri Broiler Meranggas
Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng, mengatakan industri broiler sedang meranggas, dimana fluktuasi harga sering menjadi persoalan. Ibarat pohon yang meranggas menggugurkan daunnya untuk beradaptasi dengan iklim.

Namun pertanyaannya mengapa unggas meranggas? Apakah karena kompetisi global dan produk impor dalam konteks ini pakan dan supporting lainnya. Atau bisa juga disebabkan kurangnya efisiensi pakan, mahalnya pakan, banyak kandang masih konvensional dan tata niaga belum ideal.

“Saya mengamati dan mencermati broiler sudah hampir satu dasawarsa persoalannya tidak bergeser dari fluktuasi harga jual live bird di kandang dan itu harganya rendah,” tutur Ali Agus pada webinar Indonesia Livestock Club 24, Minggu 19 Februari 2023.

Isu utama industri broiler adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (NDV)

MEWASPADAI MASUKNYA PESTE DES PETITS RUMINANTS

Klinis infeksi PPRV pada kambing (kiri), koinfeksi dengan ENTV (tengah dan kanan). Koinfeksi yang klinis mirip penyakit Orf dan PMK. (Foto: Istimewa)

Indonesia memiliki populasi ternak kambing dan domba di berbagai provinsi sangat diperlukan, baik sebagai alternatif protein hewani, untuk prosesi keagamaan, bahkan kuliner.

Indonesia pun telah mengekspor kambing ke negara tetangga, Malaysia. Populasi total kambing dan domba masing-masing tercatat sebanyak 19.229.067 ekor dan 17.528.689 ekor  (Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2021). Jawa Tengah dengan populasi kambing sebanyak 3.785.913 ekor dan Jawa Timur sebanyak 3.763.061 ekor, menjadikan dua provinsi tersebut memiliki populasi kambing terbanyak dibanding yang lainnya. Sementara populasi domba terbanyak dipegang Jawa Barat dengan 12.246.608 ekor, disusul Jawa Tengah sebanyak 2.325.820 ekor.

Kambing dan domba merupakan komoditas dunia yang tersebar pada berbagai negara. Dagingnya yang lezat dengan aroma yang khas dan tekstur daging yang lembut banyak disukai berbagai komunitas dan strata masyarakat.

Namun begitu, kambing dan domba merupakan ternak yang rentan pada berbagai penyakit menular yang melintas antar negara dan benua, salah satunya penyakit yang disebabkan virus, yakni Peste des Petits Ruminants (PPR). Penyakit ini disebabkan Morbilivirus (Paramyxovirividae). Penyebaran terjadi secara cepat antar negara. Menyebabkan kerugian ekonomi akibat kematian yang cepat dan mortalitas tinggi. Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia yang peka, demikian juga onta dan satwa ruminansia. Pada sapi dan kerbau Afrika bisa terinfeksi tetapi asimptomatis, tidak menimbulkan gejala klinis (Albina et al., 2012).

Seragan penyakit begitu cepat memuncak dan menurun karena populasi ternak tinggal yang tidak tertular dan karier laten, yang sembuh dari penyakit. Kambing dan domba yang sembuh berpotensi sebagai karier pembawa virus.

Penyakit PPR secara resmi mulai diketahui pada 2016. Virus penyebab penyakit dinamai Small Ruminant Morbillivirus (SRM), namun lebih familiar dengan sebutan PPRV (OIE, 2020). Sejak 2007, penyakit ini menjadi masalah serius dan mematikan pada ternak kambing dan domba di Afrika dan Asia. Penyakit menular ini menyerang saluran pernapasan, bersifat akut-perakut. Untuk Indonesia selama ini belum ada dilaporkan keberadaan kasusnya. Namun penyakit yang berasal dari Benua Afrika ini telah menyebar ke Asia, menyebar hingga kawasan negeri China, Thailand, Vietnam, Myanmar yang berbatasan langsung dengan China. Sebanyak 65 negara tertular PPR, 20 negara berbatasan langsung dengan negara tertular dan 48 negara officiallly free terhadap PPR (WAHID OIE, 2014).

Evolusi Genetik dan Koinfeksi
Virus penyebab PPR telah mengalami... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Balai Veteriner Banjarbaru

PENYAKIT BARU BERMUNCULAN, PERLU TINGKATKAN KEWASPADAAN

Sapi tertular LSD di Provinsi Riau. (Foto: ECTAD Indonesia)

Pasca pandemi COVID-19, globalisasi seakan berjalan kembali setelah hampir dua tahun lalu lintas dunia dihentikan. Dampak negatifnya, dunia peternakan di Indonesia diserang secara bertubi-tubi oleh penyakit lintas batas.

Kewaspadaan dini perlu ditingkatkan kembali mengingat masih banyak penyakit berdampak besar lain yang cepat atau lambat bisa masuk ke Indonesia, salah satunya Avian Influenza (AI) clade baru, juga Rabies yang juga masih ada di sekitar masyarakat. Semuanya adalah penyakit yang memiliki dampak besar, bahkan beberapa diantaranya bersifat zoonotik yang dapat mengancam manusia.

“Re-globalisasi” Pasca COVID-19 dan Munculnya Penyakit Baru
Pandemi COVID-19 telah memberikan keadaan darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berdampak serius bagi masyarakat. Setelah dua tahun terjadi, geliat ekonomi kembali muncul dengan dibukanya lagi akses transportasi dengan pelonggaran pembatasan lalu lintas. Artinya, globalisasi berjalan kembali yang dibarengi dengan segala macam dampaknya. Salah satunya adalah masalah kesehatan global.

Ancaman terhadap kesehatan global tidak hanya terjadi pada sektor kesehatan masyarakat saja, namun juga sektor peternakan dan kesehatan hewan. Penyakit hewan lintas batas atau transboundary animal disease menjadi fokus utama karena potensi penyebarannya yang sangat cepat dan luas, serta menyebabkan dampak sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat yang serius.

Dalam lima tahun terakhir, setidaknya ada tiga penyakit lintas batas yang masuk Indonesia... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Drh Wahid Fakhri Husein 
Praktisi Manajemen Kesehatan Hewan dan One Health

PETERNAK KPUN BAGIKAN AYAM GRATIS DI JAKARTA

 

Peternak mandiri melakukan aksi sembari bagikan ayam secara gratis. (Foto: Istimewa)

Sekitar 50-an peternak ayam yang tergabung dalam Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), Jumat (14/4) berkumpul di depan kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta. Mereka kembali melakukan aksi sembari membagi-bagikan ayam hidup kepada warga yang melintas.

Para peternak broiler masih mengeluhkan harga ayam hidup (live bird) di kandang yang tidak sesuai dengan Harga Acuan Peraturan BAPANAS No.5 Th 2022. Selain itu dalam aksinya, peternak menganggap integrator melemahkan usaha peternak mandiri.

Ketua KPUN, Alvino Antonio dalam keterangan resminya mengemukakan Kementerian Perdagangan harus melakukan intervensi terhadap perusahaan-perusahaan integrator sektor perunggasan yang mengganggu ekosistem industri perunggasan Indonesia.

“Kementerian Perdagangan harus membatasi izin dan peredaran produk unggas yang diproduksi perusahaan integrator, karena memengaruhi keberadaan dan peluang usaha peternak mandiri,” kata Alvino.

Dia menambahkan bahwa perusahaan integrator tidak boleh memasarkan ayam hidup ke pasar-pasar rakyat. “Pasar rakyat harus menjadi wilayah distribusi dari peternak mandiri,” tandasnya.

Pembatasan peredaran ayam hidup ke pasar-pasar rakyat harus dilakukan mengingat Pelaku usaha terintegrasi memiliki posisi dominan dalam industri peternakan ayam di Indonesia. Menurut Alvino, [erusahaan integrator memiliki kemampuan dan fasilitas modal tidak terbatas yang dapat mempengaruhi struktur pasar, harga, stok dan suplai ayam, sehingga dapat menentukan harga jual ayam di pasaran.

Kementerian Perdagangan semestinya memastikan pelaku usaha integrasi hanya menjual ayam dalam bentuk karkas ke pasar modern, hotel-hotel, restoran dan katering dan dalam segmen khusus seperti private company. Sehingga, harga ayam yang dijual bisa lebih murah dibandingkan dengan pelaku usaha non-integrasi.

“Peternak mandiri yang melewati rantai distribusi, bermuara hanya pada pasar tradisonal dan perorangan,” imbuhnya.

Jelang perayaan hari raya Idul Fitri, peternak mandiri berharap dapat menikmati harga jual ayam hidup sesuai dan diatas biaya pokok produksi.

Intervensi Kementerian Perdagangan terhadap perusahaan integrator harus segera dilakukan. Bila tidak, peternak mandiri dan peternak rakyat di Indonesia akan terus berada pada titik terendah kehidupan dan operasional usahanya, meninggalkan banyak hutang, kebangkrutan usaha, hingga harus menghadapi somasi para feedmill dan breeder. (INF)

 

 

PRANCIS PERTAMA DI UE YANG MEMESAN VAKSIN FLU BURUNG

Prancis telah meluncurkan tender untuk 80 juta dosis vaksin flu burung saat negara tersebut bersiap untuk memulai program vaksinasi musim gugur ini. Ini adalah anggota UE pertama yang memulai skema semacam itu.

Dengan jutaan unggas yang dibudidayakan secara komersial terkena flu burung di ribuan tempat di negara penghasil unggas utama di seluruh dunia, seruan untuk solusi semakin keras, dan vaksinasi menjadi skenario yang paling mungkin terjadi. Hingga saat ini, pemerintah ragu-ragu untuk meluncurkan program vaksinasi, terutama karena kemungkinan dampaknya terhadap perdagangan unggas.

Namun negara yang paling parah terkena dampaknya adalah Prancis dengan 68% kasus baru-baru ini. Negara ini tetap menjadi negara yang paling parah terkena flu burung dari semua negara anggota UE, dengan negara tersebut dilaporkan memusnahkan lebih dari 21 juta unggas.

Pre-order yang akan dikonfirmasi jika hasil tes akhir positif, ditujukan untuk vaksinasi itik saja.

Produsen foie gras di Prancis sedang menghadapi bencana. Wabah besar flu burung telah menyebabkan kekurangan serius anak itik untuk siklus produksi baru. Ini menyusul berita bahwa produksi foie gras Prancis turun selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 2022 setelah wabah flu burung menyebabkan jutaan unggas dimusnahkan.

Prancis telah mengamanatkan 2 perusahaan, Ceva Animal Health Prancis dan Boehringher Ingelheim Jerman, untuk mengembangkan vaksin flu burung. Kedua vaksin tersebut terbukti efektif dalam melindungi unggas dari virus itu sendiri dan yang lebih penting juga mencegah unggas menyebarkan virus. (via Poultryworld)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer