-->

BRIN, ASOHI DAN INFOVET GELAR SEMINAR PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH

Foto bersama pembicara dan peserta seminar. (Foto: Istimewa)

Pusat Riset Peternakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) dan Majalah Infovet mengadakan “Akselerasi Usaha Sapi Perah, Tingkatkan Gizi Masyarakat”. Seminar, yang juga dilakukan secara daring, berlangsung pada Senin, 29 September 2025, bertempat di ICC BRIN, Bogor.

Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari, dalam sambutannya mengatakan, “Produksi susu sapi di Indonesia masih sangat rendah, mayoritas masih impor. Sementara pemerintah memiliki program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak bangsa. Juga untuk pengendalian stunting. Sehingga kebutuhan akan protein hewani adalah sangat penting.”

Irawati melanjutkan selain rendahnya produksi susu sapi tantangan lain yang dihadapi adalah ketersediaan susu, daya beli masyarakat, jalur distribusi, hingga penyakit sapi perah. Ia berharap semua stakeholder bersama pemerintah, pelaku usaha, dan peternak bersatu untuk bisa bersama-sama meningkatkan produksi susu.

Upaya Peningkatan Konsumsi dan Produksi Susu

Peningkatan produksi susu dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang dilaksanakan melalui Program Percepatan Peningkatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN). Susu dan produk olahannya adalah asupan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi esensial untuk tumbuh kembang generasi masa depan bangsa.

Menuju Indonesia emas pada tahun 2045, Indonesia harus memiliki human capital index (HCI) tinggi yang menjadi indikator potensi ekonomi dan daya saing warga negara suatu negara, dengan pertimbangan faktor pendidikan dan kesehatan.

Belajar dari keberhasilan banyak negara yang telah melaksanakan program susu gratis, seperti Skandinavia (Swedia dan Finlandia), Jepang, dan Amerika. Kebiasaan minum susu berdampak positif pada peningkatan gizi, mengurangi angka stunting, mendukung perkembangan kognitif, dan capaian akademik anak-anak.

Di Indonesia, tingkat konsumsi susu baru mencapai 16,6 kg/kapita/tahun, masih sangat jauh dari standar FAO yang mencapai 30 kg/kapita/tahun. Selain itu, jumlah masyarakat yang rutin minum susu tiap hari hanya sekitar 16%.

Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi susu dan produk olahannya menunjukkan tren positif yang disebabkan oleh peningkatan jumlah kelas ekonomi menengah atas, perubahan gaya hidup masyarakat, dan perkembangan pesat industri kuliner.

Rendahnya tingkat konsumsi susu masyarakat tidak terlepas dari keterbatasan akses, daya beli, dan ketersediaan susu segar yang mencukupi. Saat ini 80% kebutuhan susu nasional dipenuhi dari impor.

Kemampuan industri susu nasional yang hanya dapat mensuplai 20% kebutuhan susu segar dalam negeri (SSDN), tidak terlepas dari sedikitnya populasi dan rendahnya produktivitas sapi perah. Saat ini populasi sapi perah hanya sekitar 507 ribu ekor dengan produktivitas rata-rata 10-15 liter per ekor per hari, jauh di bawah potensi genetik maupun standar produktivitas global yang bisa mencapai 25-30 liter per ekor per hari.

Berbagai upaya peningkatan produktivitas juga sudah dilakukan dengan berbagai program modernisasi industri sapi perah, perbaikan kualitas pakan, perbibitan yang bermutu, dan perlindungan terhadap penyakit.

Pemberian cinderamata dari Ketua ASOHI kepada perwakilan BRIN Puji Lestari SP, MSi, PhD dan perwakilan Ditjen PKH

Rekomendasi Pengembangan Peternakan Sapi Perah

Prof Budi Tangendjaja, Ketua Dewan Pakar ASOHI, yang membawakan materi Pengembangan Usaha Sapi Perah Berkelanjutan melalui Optimalisasi Pakan, memberikan beberapa rekomendasi.

Ia menyarankan pemerintah bersama stakeholders melakukan studi secara detail untuk membuat roadmap industri susu. Kedua, lokasi peternakan dan pengembangan hijauan untuk pakan harus dicarikan lahan tersendiri yang sesuai.

Jumlah bahan pakan lokal yang dapat digunakan harus diidentifikasi dengan baik. Juga seberapa banyak kebutuhan impor bahan pakan.

Terakhir Budi mengatakan, “Semua membutuhkan waktu yang lama, peternakan sapi perah modern tidak dapat diwujudkan secara instan. Untuk itu negara seperti Thailand dan perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan dapat dijadikan benchmark.”

Narasumber lain adalah Drh R Kurnia Achjadi MS, anggota Dewan Pakar ASOHI dengan materi Manajemen Kesehatan Reproduksi Sapi Perah Pasca Out Break Penyakit Mulut dan Kuku. Dadang Suryana, dari PT Sumber Cita Rasa Alam, dengan materi Kiat Sukses Pengembangan Usaha Sapi Perah Hulu Hilir. Serta Dr Santiananda Arta Asmarasari SPt, MSi, peneliti BRIN, yang memaparkan materi Pemanfaatan Teknologi Seleksi Berbasis Marka Molekuler untuk Perbaikan Genetik Sapi Perah. (NDV)

TIPS BASIC USAHA PENGGEMUKAN SAPI IDUL ADHA UNTUK PEMULA

Sebagai pemula, memulai usaha penggemukan sapi cukup baik dilakukan dengan menyasar pasar Idul Adha. Dimana permintaan sedang tinggi, namun di sisi lain kompetisi juga tinggi.

Setidaknya sebelum mulai riset pasar terlebih dahulu. Target pasarnya agar lebih mudah pilih masyarakat sekitar saja dahulu.

Cari tahu sapi jenis apa yang diminati pasar, jangan sampai salah. Misalnya masyarakat lebih meminati sapi Bali, maka menjualnya juga sapi Bali. Jangan jual sapi jenis lain karena kemungkinan tidak begitu laku.

Pelajari juga harga jual sapinya di pasaran. Lalu berapa harga kulakannya. Hitung dengan baik misal harga kulakan 10 juta per ekor, harga jual 20 juta, penggemukan setidaknya butuh waktu 6-7 bulan. Hitung apakah harga jual setelah dipotong biaya operasional, kulakan, dan lain-lain masih ada labanya yang layak.

Pelihara sapi yang jumlahnya sesuai dengan daya serap pasar yang bisa dijangkau. Karena jika jumlah sapi yang dijual melebihi permintaan pasar, bisa rugi, menjual setelah Idul Adha akan lebih sulit.

Kalau memungkinkan cari pembeli sejak awal, jangan menunggu mendekati Idul Adha. Buat kesepakatan yang nyaman dan menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Tidak kalah penting adalah permodalan. Sebisa mungkin modal jangan hasil dari berhutang yang pembayarannya harus dicicil dan berbunga. Contohnya hutang bank. Karena akan memberatkan, angsuran harus dibayar tepat waktu sedangkan pemasukan belum ada.

Tips di atas adalah dasar-dasarnya saja. Untuk detailnya disarankan agar berdiskusi dan belajar dari pengusaha penggemukan sapi yang sudah berpengalaman.

MANFAAT EMBRIO TERNAK (ET)

Dengan embrio ternak (ET), percepatan peningkatan Mutu genetik berlangsung hanya dalam 1 generasi (1 tahun), sedangkan dengan IB/konvensional butuh 5 generasi (15 tahun).

Peningkatan efisiensi produksi ternak juga bisa dicapai dengan produksi embrio baik MOET maupun Invitro. ET dapat memanfaatkan potensi genetik dari induk dan pejantan unggul.

ET dapat digunakan mengembangkan materi genetik unggul dari negara lain dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan mengimpor sapi hidup. Dapat melakukan pengembangan genetik dengan rekayasa genetik dan pengujian melalui anlisis genom. Kembar dalam jumlah banyak/kloning. Embrio dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas selama tersimpan dalam suhu -196oC.

GENETIKA SAPI LOKAL: POTENSI, PELESTARIAN, MASALAH

Upaya pelestarian genetika sapi lokal antara lain pemurnian genetik, peningkatan mutu genetik, pengelolaan pemeliharaan yang baik, dan perbaikan manajemen reproduksi, konservasi, sosialisasi kepada masyarakat. 

Masalah dan potensi genetika sapi lokal di Indonesia antara lain minimnya data sifat-sifat genetik unggul pada sapi lokal, seperti potensi produksi daging dan susu, serta daya tahan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan. Perkawinan silang yang tidak terkontrol dan terpetakan sehingga mulai berkurangnya sapi lokal murni.

Kurangnya pengetahuan peternak di daerah yang minin informasi dan teknologi serta kurangnya sosisalisasi kesadaran terhadap pola perbibitan/ atau pengembangbiakan berbasis genetik.

Sapi lokal Indonesia memiliki potensi genetik tahan terhadap kondisi lingkungan dan pakan yang ekstrim. Keragaman genetik yang dimiliki sapi lokal merupakan potensi besar untuk dikembangkan menjadi sifat-sifat unggul melalui pemuliaan selektif. Sapi lokal memiliki potensi produksi/reproduksi yang tinggi seperti sapi Bali sangat mudah bunting dan beranak dan kualitas daging yang baik. Harga sapi lokal lebih rendah daripada sapi eksotik kecuali di daerah tertentu.

Perlu dilakukan konservasi plasma nutfah seperti BET memiliki berbagai rumpun sapi lokal dan melakukan seleksi baik fenotip maupun genetik sehingga terdapat sapi lokal yang telah memiliki silsilah kekerabatan dan keunggulan. BET melakukan pengembangan untuk sapi lokal baik murni maupun persilangan untuk meningkatkan dan pemurnian kualitas genetik.

Mengembangkan regulasi dan kebijakan yang mendukung pelestarian dan pemanfaatan sapi lokal secara berkelanjutan. Membangun kerjasama antara pemerintah, peneliti, dan peternak dalam upaya pelestarian dan pengembangan sapi lokal. 

MANFAAT GENETIKA UNTUK PERBAIKAN PERFORMA SAPI

Peningkatan produktivitas, seperti produksi susu, produksi daging, efisiensi pakan, penghematan biaya produksi. Peningkatan kualitas produk, seperti susu rendah laktosa, daging tanpa lemak. Peningkatan kesehatan atau tahan terhadap penyakit, kemampuan beradaptasi dilingkungan tertentu, dsb.

Efisiensi reproduksi, meningkatkan angka kelahiran dan menurunkan angka kematian pedet, pengaturan siklus reproduksi dengan perencanaan jarak beranak.

Teknologi reproduksi, misalnya inseminasi buatan untuk meningkatkan mutu genetik dengan memanfaatkan potensi gentik sapi jantan. Transfer embrio untuk memperoleh tingkat kemurnian dan ketepatan potensi genetik secara utuh dari induk dan pejantan. 

Pengurangan dampak lingkungan dan efisiensi sumber daya. Mengurangi emisi rumah kaca dari kotoran ternak karena tidak perlu memelihara banyak ternak dengan produksi rendah.

PERAN TEKNOLOGI REPRODUKSI DALAM PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI LOKAL

Inseminasi Buatan (IB). Dapat memilih pejantan unggul untuk meningkatkan performan dengan persilangan. Membantu mencegah perkawinan sedarah (inbreeding) dan penyebaran penyakit menular seksual pada ternak. Konservasi plasma nutfah dengan uji zuriat pejantan unggul sapi lokal untuk konservasi gentik.

Sexing spermatozoa/semen sexing. Peternak dapat memilih jenis kelamin ternak yang dilahirkan. Contohnya untuk sapi perah digunakan semen sexing XX atau betina, dan untuk sapi potong digunakan semen sexing XY atau jantan.

Transfer Embrio (TE). Anak hasil Transfer embrio mempunyai genetik unggul dari induk dan pejantannya. Pemanfaatan potensi genetik unggul dengan jumlah produksi embrio yang banyak dimana seekor ternak betina hanya bisa beranak 1 atau 1 embrio dalam 1 tahun, dengan produksi embrio untuk TE 1 ekor betina melalui metode super/multipel ovulasi embrio transfer (MOET: produksi embrio didalam tubuh ternak/in vivo) dapat menghasilkan lebih dari 3 embrio pertahun.

Embrio dapat dibekukan atau disimpan dalam suhu -196oC selama bertahun tahun atau bisa dikatakan mampu menyimpan plasma nutfah dalam bentuk embrio dalam jangka waktu lama sampai saat digunakan. Embrio yang disimpan dapat didata sebagai bank genetik plasma nutfah yang sisap digunakan atau dikembangkan dimasa depan dibanding menyimpan sapi hidup yang memelukan biaya tinggi.

Fertilisasi In Vitro (FIV). Metode produksi embrio diluar tubuh induknya atau di laboratorium. Dengan metode FIV ini embrio yang dihasilkan akan lebih banyak jika dibandingkan dengan metode MOET dan waktunya lebih singkat hanya 8 hari sedangkan MOET 21 hari. Dapat digunakan untuk kloning blastomer atau pun rekayasa genetika gengan memasukkan/memotong gen sesuai kebutuhan ternak yang diinginkan. Rekayasa gentika pada embrio dilakukan dengan invitro pada awal mula pembelahan sel setelah fertilisasi/perkawinan.

Kloning. Kloning merupakan teknologi reproduksi yang menghasilkan individu identik secara genetik dari sel tubuh donor. Kloning adalah bagian dari embrio transfer prosesnya dilakukan secara invitro dengan memanfaatkan sel tubuh dari ternak ataupun rangkaian gen untuk memproduksi embrio yang sama persis dalam jumlah banyak. Metode kloning ini banyak jenisnya antara lain cloning dari sel batang individu, kloning sel embrio (blastomer), kloning gen, dll. 

Produksi embrio dengan kloning akan menghasilkan dalm jumlah yang banyak dan seragam secara genetik. Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi ini, peternak dapat meningkatkan mutu genetik dan mengembangkan sapi lokal, baik dari segi produksi (susu, daging), reproduksi, maupun ketahanan terhadap penyakit.

MANFAAT GENETIKA UNTUK MENDAPATKAN ANAKAN SAPI YANG BAIK DARI INDUK YANG TEPAT

Genetika dapat membantu dalam pemilihan potensi unggul dari ternak baik secara perkawinan silang maupun rekayasa genetika. Potensi genetik ini dapat diketahui dengan analisis genom terhadap gen-gen terbaik dari individu ternak.

Sehingga manfaat dari pemilihan berdasarkan potensi gentika akan meningkatkan potensi produksi, mencegah penyakit keturunan. Optimalisi ketahanan tubuh terhadap penyakit, suhu, pakan sehingga tidak menganggu produktifitasnya.

Juga bermanfaat untuk melestarikan plasma nutfah sebagai kekayaan hayati peternakan Indonesia. Contohnya mencegah sapi Bali bertanduk cacat akibat kawin sedarah.\

MANFAAT GENETIKA UNTUK MENGETAHUI POTENSI PRODUKSI DAN POTENSI EKONOMI SAPI

Untuk potensi produksi, peternak dapat memilih ternak sapi sesuai potensinya apakah untuk sapi perah ataukah sapi potong. Potensi genetik produksi susu atau potensi penambahan berat badan (pbb) dapat dilihat dari catatan silsisah induk/bapaknya ataupun analisis genom. Misalnya peternak mencari sapi perah dengan potensi genetik produksi harian 30 liter atau sapi potong dengan potensi genetik pbb harian 1,5kg.

Peternak dapat mengetahui apakah sapi ini memiliki potensi suatu penyakit atau sapi ini tahan penyakit, misalnya penyakit reproduksi yang akan berpengaruh terhadap pengembangbiakan di kemudian hari.

Peternak dapat memilih sistem perkawinan dengan memilih pejantan yang diinginkan melalui inseminasi buatan atau memilih induk dan pejantan yang diinginkan memalui transfer embrio.

Optimalisasi potensi genetik dengan melakukan rekayasa genetik seperti membuang gen penyakit atau menambahkan gen tahan penyakit, atau gen yang dapat meningkatkan produktivitas tapi juga mengurangi konsumsi pakan (lebih efisien).

Potensi ekonomi dari seleksi atau rekayasa genetika yaitu kualitas produk lebih bagus misalnya daging tanpa lemak, susu protein tinggi, susu rendah laktosa, persentase karkas daging di atas 60%, dll. Punya akses pasar yang lebih spesifik dengan harga yang lebih tinggi contoh harga susu murni biasa Rp 10.000,-/liter sedangkan harga susu rendah laktosa Rp 30.000,-/liter.

Jumlah volume/berat lebih sehingga keuntungan lebih tinggi misalnya 1 ekor sapi umur 2 tahun berat 200 kg dengan biaya pemeliharaan harian Rp 40.000,-. Dibanding dengan sapi genetik unggul umur 2 tahun berat 350 kg dengan biaya pemeliharaan harian Rp.45.000,-, bisa dilihat peternak sudah untung.

Peternak bisa memelihara ternak lebih sedikit, biaya lebih sedikit tetapi hasil lebih banyak. Untuk apa memelihara 10 ekor sapi perah dengan jumlah produksi susu harian total 150 liter kalau bisa pelihara 5 ekor dengan jumlah produksi susu harian 150 liter. Ini juga mengurangi jumlah limbah atau dampak lingkungan. Jumlah ternak yang sedikit dengan produksi tinggi juga mengurangi biaya kesehatan ternak/pengobatan sehingga lebih efisien.

KOTA BLITAR MULAI LAKUKAN VAKSINASI PMK, TERNAK SEHAT JADI PRIORITAS

Petugas DKPP Kota Blitar Melakukan Vaksinasi PMK Kepada Sapi Milik Peternak
(Foto : Istimewa)


Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar mulai menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) kepada sapi milik peternak, Senin (20/1/2025). Vaksin PMK diprioritaskan untuk sapi yang benar-benar sehat dan berada di luar kelurahan yang terdapat temuan kasus PMK.

"Hari ini, kami melaksanakan vaksin PMK di dua kelurahan, yaitu, Kelurahan Klampok dan Kelurahan Blitar," kata Kepala DKPP Kota Blitar, Dewi Masitoh.

Petugas DKPP terlihat keliling ke sejumlah peternak sapi di Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Ada tiga petugas yang melaksanakan vaksin PMK di Kelurahan Klampok. Petugas memeriksa kondisi kesehatan sapi terlebih dulu sebelum menyuntikkan vaksin PMK. Setelah disuntik vaksin PMK, petugas memberikan obat cacing untuk sapi peternak.

"Kemarin, kami dapat dropping vaksin PMK dari pemerintah pusat sebanyak 300 dosis. Vaksin itu langsung kami sebar di tiga kecamatan. Akhir Januari ini kami akan dapat kiriman vaksin PMK lagi dari provinsi," ujar Dewi.

Menurut Dewi, kasus PMK di Kota Blitar terus merangkak naik. Saat ini, ada 39 kasus PMK dan 5 ekor sapi di antaranya mati. Kasus sapi mati akibat PMK karena terlambat penanganan. Dewi menjelaskan, kasus PMK kali ini tingkat mortalitas atau kematian pada sapi cukup tinggi dibandingkan kasus PMK sebelumnya.

"Kalau dulu tingkat mortalitas PMK rendah, sekarang tinggi, karena ada pileknya. PMK kali ini agak ganas sedikit," katanya.

Dewi mengatakan, vaksin PMK diprioritaskan untuk sapi yang kondisinya benar-benar sehat. Selain itu, pelaksanaan vaksin PMK juga dilakukan di luar kelurahan yang terdapat temuan kasus PMK. Ada 7 kelurahan yang terdapat temuan kasus PMK, yaitu, Tanggung, Ngadirejo, Gedog, Tanjungsari, Sentul, Tlumpu, dan Blitar.

"Kalau kondisi sapi tidak sehat, risikonya fatal. Selain itu, vaksin dapat dilakukan jarak 3 kilometer dari wilayah yang terdapat kasus PMK," ujarnya.

Peternak sapi di Kelurahan Klampok, Triman mengaku khawatir dengan merebaknya kasus PMK kali ini. Ia merasa was-was sapi miliknya juga ikut terjangkit PMK.

"Sebagai peternak yang sempat khawatir dengan kasus PMK. Untuk pencegahan, saya selalu menjaga kesehatan sapi dan kebersihan kandang," katanya.

Namun begitu, Triman juga bersyukur sapinya sudah mendapatkan suntikan vaksin PMK. Dengan disuntik vaksin PMK, Triman berharap kekebalan tubuh sapi miliknya semakin kuat dari penyakit. (INF)



PASAR HEWAN TERNAK DI BOJONEGORO TUTUP SEMENTARA AKIBAT PMK

Penutupan Pasar Hewan Ternak Dilakukan Untuk Mencegah Penularan PMK
(Foto : Pemkab Bojonegoro, 2025)


Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro memutuskan untuk menutup sementara semua pasar hewan ternak di wilayahnya. Hal ini menyusul melonjaknya jumlah sapi yang terpapar virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Berdasarkan data yang diterima dari Pemkab Bojonegoro, sebanyak 465 ekor sapi terindikasi terinfeksi PMK. Jumlah ini meningkat signifikan dari 280 ekor sapi yang terjangkit pada pekan sebelumnya.

"Dinas Peternakan akan melakukan penutupan sementara transaksi jual beli hewan ternak. Langkah ini akan dimulai pada 22 Januari 2025 hingga 4 Februari 2025," ujar Lutfi Nurrohman, Senin (20/1/2025).

Lutfi yang menjabat sebagai Kabid Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan Disnakkan Bojonegoro menjelaskan, penutupan pasar hewan sementara ini berdasarkan Surat Menteri Pertanian Nomor: B-03 / PK.320/M/01/2025 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus Penyakit Menular Strategis (PHMS), serta surat Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro Nomor: 542/1304/412.222 / 2024 tentang Laporan Kejadian Kasus PMK.

"Pasar Hewan Baureno, Sumberrejo, Balen, dan Padangan ditiadakan selama 14 hari. Selain itu, juga dilakukan penyemprotan disinfektan di seluruh pasar hewan yang ada di Bojonegoro," jelas Lutfi.

Penutupan pasar hewan ini diambil untuk memutus risiko penularan PMK yang dapat menyebar melalui hewan dan media pembawa penyakit. Salah satunya, pasar hewan yang menjadi tempat berkumpulnya ternak dari berbagai daerah.

Di sisi lain, salah satu kepala desa di Kecamatan Temayang juga mengungkapkan, pascabanyaknya sapi yang mati di kampungnya, mereka langsung mengimbau penjual sapi atau blantik, untuk tidak masuk kampung. Ini sebagai langkah pencegahan penularan. Pasalnya, salah satu media pembawa virus PMK adalah manusia.

"Kami sempat imbau ke warga agar penjual sapi atau blantik untuk tidak dulu keluar masuk kandang milik warga untuk cegah penyebaran virus PMK," ujar Kardi. (INF)

RATUSAN EKOR SAPI TERJANGKIT PMK, PEMKAB SITUBONDO BELUM TETAPKAN STATUS DARURAT

Suasana Pasar Hewan Ternak di Situbondo
(Foto : Istimewa)


Situbondo merupakan salah satu Kabupaten yang tidak luput dari serangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Data dari Pemerintah Kabupaten Situbondo mencatat hewan ternak sapi yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mencapai 248 ekor, dengan 53 di antaranya mati. Meski begitu, Pemkab Situbondo belum menetapkan status darurat PMK.

Achmad Junaidi Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Situbondo menjelaskan, penetapan status darurat PMK tersebut merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim).

“Kalau status darurat itu, kami harus mengikuti Pemprov Jatim. Jika di Jawa Timur menyatakan darurat, maka kami tentunya juga ikut status darurat,” kata Junaidi, Senin (20/1/2025).

Kasus PMK di Situbondo, kata Junaidi, belum signifikan dibandingkan dengan jumlah populasi sapi yang mencapai 164.780 ekor.

“Total kasus PMK sejak akhir Desember 2024 hingga 17 Januari 2025 ada 248 ekor sapi yang terpapar virus PMK dengan kematian 53 ekor sapi, jadi masih cukup kecil,” ungkapnya

Meski begitu, pihak Pemkab Situbondo tetap mengupayakan langkah preventif untuk meminimalisir sebaran virus PMK. Contohnya seperti petugas kesehatan hewan setempat terus berupaya melakukan pencegahan dengan vaksinasi PMK melalui tujuh unit pelayanan kesehatan hewan.

Distribusi vaksin dari Kementerian Pertanian pun mulai diterima sejumlah daerah. Junaidi menyebut beberapa hari lalu sudah mendapat kiriman vaksin dan langsung disuntikkan ke sapi-sapi milik peternak.

Total vaksin PMK yang disuntikkan pada sapi di Kabupaten Situbondo mulai akhir Desember 2024 hingga 17 Januari 2025 sebanyak 742 dosis.

Selain itu, untuk menekan penyebaran virus PMK pada hewan ternak sapi, domba dan kambing, Pemkab Situbondo telah menutup sementara tiga tempat pasar hewan selama 21 hari sejak 13 Januari hingga 2 Februari 2025 nanti.

Di sisi lain, Adhy Karyono Penjabat (Pj) Gubernur Jatim menyatakan kasus PMK meningkat jelang akhir 2024 sampai dengan rata-rata lebih dari 250 kasus per hari.

“Jumlah hewan rentan PMK di Jatim sangat besar yakni 9,2 juta ekor dengan rincian sapi 3,4 juta, kambing 5 juta, domba 610 ribu, kerbau 10 ribu dan babi 107 ribu,” katanya ditemui di Grahadi, Selasa (7/1/2025).

Adhy mengatakan, total kebutuhan vaksin di Jatim tahun 2024 adalah 7,2 juta dosis atau setara 70-80 persen dari total hewan rentan.

“Ketersediaan bantuan Kementan 12.500 dosis pada akhir Desember 2024. Belanja Pemprov Jatim 320 ribu dosis saat ini dalam proses pembelian, rencana bantuan dari Kementan 1,4 juta dosis dan diupayakan mengakses anggaran BTT Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kekurangan vaksin dan operasi vaksinasi. Adapun kekurangan vaksin di Jatim sebesar 5,4 juta dosis,” ungkap Adhy. 

DISPERTAN KAUR LAKUKAN VAKSINASI PENYAKIT NGOROK

Pelaksanaan vaksinasi SE di Desa Selasih Kecamatan Kaur Selatan Oleh Petugas
(Foto : Dinas Pertanian Kabupaten Kaur)


Setelah melakukan berbagai upaya akhirnya Dinas Pertanian Kabupaten Kaur mendapatkan pasokan vaksin penyakit sapi ngorok  atau Septicaemia Epizootica (SE) dari Kementrian Pertanian. Dimana jumlah vaksin yang diterima sebanyak 1000 dosis.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kaur Kastilon Sirad melalui Kabid Peternakan Rahmat Fajar  mengatakan vaksin ini akan diberikan kepada hewan ternak yang berada di Kecamatan Kaur Selatan hingga Kecamatan Nasal.

"Alhamdulillah akhirnya kita dapat suplay vaksin  SE  dari kementrian ya untuk jumlahnya cukup lumayan yakni 1000 dosis dan hari ini kita sudah mulai laksanakan vaksinasi,"ungkapnya

Rahkmat Fajar menjelaskan sapi atau kerbau yang dapat diberikan vaksin ini ialah yang sedang tidak sakit serta sudah berusia lebih dari 3 bulan.  Sementara untuk sapi  atau kerbau yang  sedang hamil diperbolehkan untuk diberikan vaksin.

Penyakit sapi ngorok atau   septicaemia epizootica  (SE) merupakan penyakit yang penularannya terhadap hewan ternak  sangat cepat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri pasteurella multocida yang menyerang saluran pernapasan dan akan menyebabkan kematian pada hewan ternak.

Sementara itu Kepala Desa Selasih Iskandar Muda menyabut baik dengan adanya pemberian vaksin sapi ngorok massal ini. Menurutnya ini sangat membantu  para peternak sehingga  hewan ternaknya terhindar dari penyakit sapi ngorok yang sangat merugikan peternak ini.

"Kami sangat berterima kasih kepada dinas terkait yang telah menurunkan tim ke  desa kami untuk memberikan vaksin  karena ini sangat membantu, " ungkapnya

Warga yang memiliki hewan ternak yang belum terserang penyakit sapi ngorok dihimbau untuk bekerja sama dalam mengkondisikan hewan ternaknya agar diberikan vaksinasi. Sehingga pelaksananya vaksin massal dapat  berjalan dengan optimal. (INF)

DIARE GANAS SAPI BISA MENGGANAS

Anak sapi bisa mengalami infeksi persiten BVDV dari induk terinfeksi. (Foto: Dok. Sulaxono)

Penyakit diare ganas pada sapi (DGS) atau bovine viral diarrhea (BVD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus BVD. Penyakit viral ini bisa menyerang pada semua jenis dan ras sapi pada semua tingkatan umur dan jenis kelamin.

Penyakit ini masih menimbulkan wabah pada beberapa daerah di Indonesia, terutama pada saat sapi mengalami stres karena perubahan cuaca atau akibat perjalanan jauh.

Infeksi BVDV menyebabkan kerugian ekonomi akibat kematian dan penurunan harga jual sapi saat terjadi wabah. Penurunan harga terjadi karena kepanikan peternak, ketakutan peternak terhadap kematian sapi, sehingga dimanfaatkan oleh pedagang yang membeli dengan harga murah.

Bila terjadi infeksi BVDV saat sapi betina bunting akan menyebabkan penularan vertikal pada fetus. Kematian bisa terjadi pada fetus atau kecacatan pada pedet. Infeksi BVDV saat sapi betina bunting menyebabkan terjadinya infeksi persisten pada pedet yang lahir.

Virus BVD merupakan pestivirus yang termasuk keluarga flaviviridae. Sapi yang terinfeksi BVDV akan mengalami diare profus atau diare encer, lemas, dan mati. Kematian akan terjadi karena sapi mengalami kekurangan cairan elektrolit akibat diare hebat.

Penyakit cepat menular di antara populasi sapi pada satu area padang penggembalaan. Beberapa sapi akan menunjukkan gejala klinis yang sama yaitu diare profus, diare dengan tinja encer, dan pada tahap akhir diikuti bau busuk, berwarna gelap, bahkan bercampur darah akibat kerusakan lapisan mukosa usus dan kerusakan pada vili-vili usus.

BVDV menimbulkan infeksi persisten pada sapi karena virus dapat menular ke fetus sapi saat induk terinfeksi virus ini dalam kondisi bunting. Fetus sapi terinfeksi melalui plasenta induk dan infeksi pada induk yang bunting berpotensi menimbulkan adanya infeksi persisten pada pedet (Jaruvan K. et al., 2007; Camilia C. M, et al., 2016).

Beberapa hasil penelitian mengungkap bahwa BVDV masih bisa ditemukan pada pedet walaupun sudah mendapatkan kolostrum dari induknya. Virus BVD ditemukan juga pada pedet-pedet yang terlahir dari induk bunting yang terinfeksi. Kondisi ini yang disebut dengan terjadinya infeksi persisten, tertular dari induk ke anaknya.

Infeksi BVDV pada sapi bisa berdampak pada reproduktif sapi, disamping terjadinya kematian pada sapi terserang dan penularan pada sapi lain yang sehat. Infeksi BVDV juga bisa mengakibatkan terjadinya keguguran atau keluron pada sapi bunting. Keluron pada sapi bunting dapat mencapai angka hingga 22% (Brownlie J. et al., 1998). Kerugian ekonomi pada sapi potong akibat infeksi BVDV mencapai angka 18-40% (McGowan M. A. et al., 1995).

Infeksi BVDV bisa mengakibatkan munculnya infeksi skunder bakterial atau terganggunya hasil vaksinasi penyakit lainnya karena sifat imunosupresif seperti penyakit Jembrana. Kegagalan vaksinasi penyakit lain, tidak terbentuknya kekebalan hasil penyakit lainnya akibat dari adanya infeksi BVDV, imunitas vaksinasi penyakit lain bisa gagal karena adanya infeksi BVDV, menekan terbentuknya antibodi hasil vaksinasi.

Kenali Gejala Klinis
Berbeda dengan penyakit Jembrana yang hanya menyerang sapi Bali dan juga sama-sama ditandai dengan terjadinya diare, infeksi BVDV menyerang... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono
Medik Veteriner Pertama, Loka Veteriner Jayapura
&
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Madya, purna tugas di Kota Banjarbaru

KABUPATEN SIGI BUKA SPR BARU UNTUK TINGKATKAN PRDOUKSI TERNAK

Peternak Memberi Makan Sapi - Sapi di SPR Baru Kabupaten Sigi 
(Foto : Istimewa)

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi Sulawesi Tengah (Sulteng), meningkatkan produksi peternakan dengan penambahan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di wilayah itu.

"Dinas Peternakan Sigi tentunya segera melakukan program pembentukan SPR baru dan pembenahan UPT perbibitan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sigi Ihsan di Sigi, Selasa (21/5) yang lalu.

Ia mengemukakan salah satu cara menambah produksi peternakan yaitu pemenuhan sarana pengolahan pakan ternak secara tepat.

"Pemenuhan sarana pengolahan pakan yang sangat dibutuhkan kelompok serta masyarakat peternakan sehingga usaha ternak di Sigi dapat berhasil dan menghasilkan sapi serta kambing berkualitas, " ucapnya.

Kata dia, keberhasilan usaha peternakan di Sigi ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas pakan ternak tersebut.

"Sekitar 85 persen keberhasilan usaha peternakan di pengaruhi oleh ketersediaan pakan serta pembentukan tim reaksi cepat penanggulangan penyakit hewan," ujar dia.

Ia menambahkan saat ini jumlah Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Kabupaten Sigi sebanyak tiga terletak di Marawola, Dolo Selatan dan Palolo.

"SPR di Sigi masih ada tiga yaitu di Dolo Selatan, Marawola dan Palolo. Tahun ini rencana dibuka di Kecamatan Sigi Biromaru, " tuturnya.

Menurut dia, sektor peternakan di Kabupaten Sigi berperan membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Pemerintah daerah setiap tahun memberikan bantuan sosial ternak kepada masyarakat setiap tahun minimal 1.000 ekor ternak terdiri dari 500 ekor sapi, 300 ekor kambing dan 200 babi," kata Ihsan.

Bantuan itu diberikan ke masyarakat sebagai bentuk upaya pemerintah membantu meningkatkan produktivitas peternakan di kabupaten itu

"Ini adalah salah satu upaya dari pemerintah bisa memberikan stimulan kepada masyarakat karena memang warga di Sigi banyak mau beternak sebab potensi sumber daya alam cukup mendukung untuk peternakan," ucapnya. (INF)

ANTRAKS DI DIY LANGSUNG DITANGANI CEPAT AGAR TAK MELUAS

Pemberian vaksinasi pada sapi untuk mencegah antraks. (Foto: Istimewa)

Mencuatnya kasus antraks yang menyerang ternak sapi dan kambing di Kabupaten Sleman dan Gunungkidul Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY), ditangani secara cepat dengan mengintensifkan disinfeksi, vaksinasi, dan pengawasan lalu lintas ternak.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengungkapkan bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Menteri Pertanian untuk segera diambil langkah-langkah preventif agar tidak meluas.

“Inilah kepedulian pemerintah terhadap rakyat. Harapannya yaitu wilayah kasus bisa kita isolir. Pemerintah jangan sampai lengah terhadap vaksinasi antraks. Stok vaksin kita lebih dari cukup dan tidak impor. Kita produksi sendiri,” kata Nasrullah saat memberikan sambutan pada kegiatan vaksinasi untuk pencegahan antraks di Balai Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Selasa (19/3/2024).

Dalam keterangan resminya, Nasrullah menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih baik dari peternak tentang bagaimana menjaga kesehatan ternak dan mencegah agar kasus antraks tidak terulang.

Ia mengimbau jika ternak sakit, segera laporkan kepada petugas, tidak boleh menyembelih di sembarang tempat tanpa izin, serta mengonsumsi  ternak yang sakit apalagi yang telah mati. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun masyarakat.

“Sangat penting bagi peternak untuk memahami bahaya antraks dan langkah-langkah pencegahannya. Edukasi harus rutin diberikan kepada peternak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, perlu diperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan. Aparat Kepolisian juga diharapkan menindak oknum yang menjual ternak sakit atau ternak mati yang diduga antraks.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya pendataan kelompok ternak di Kabupaten Sleman dan turut memantau perdagangan ternak secara ketat. Terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, menjadi fokus utama dalam pemantauan.

“Kami telah melakukan upaya disinfeksi di lingkungan kandang ternak yang positif antraks dan Pemda Sleman terus berupaya memusnahkan daging ternak kena antraks yang telah ditaruh di kulkas-kulkas, kita ambil semua, ini bekerja sama juga dengan TNI dan Polri,” kata Kustini.

Ia juga membeberkan telah dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap 143 ekor sapi dan 224 ekor kambing/domba. Vaksinasi juga terus dilakukan pada zona kuning yaitu di Dusun Nawung, Kalinongko, dan Kalinongko Lor. Semua dilakukan beserta jajaran Pemda Sleman agar penyebaran antraks berhenti.

Pada kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, menjelaskan bahwa antraks yang terjadi di DIY merupakan kasus yang berulang dan ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat terkait bahaya antraks.

“Penyakit antraks sebenarnya adalah penyakit yang mudah ditangani kalau dilakukan vaksinasi secara rutin, yaitu setiap tahun. Selain dengan vaksinasi, pemerintah melalui Balai Besar Veteriner bisa melakukan flooring atau semenisasi untuk daerah yang terkena antraks,” tutur Nuryani.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Hery Sulistio Hermawan, juga menekankan pentingnya koordinasi antar instansi dalam menangani kasus ini. Menurutnya, seluruh wilayah di DIY harus mengambil langkah tegas dan waspada.

“Berawal dari 2 Februari 2024 terjadi utamanya di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, beruntun sampai 7 Maret 2024. Kemudian pada 23 Februari 2024 juga terjadi kasus di Serut. Artinya ada di dua lokasi penyakit antraks. Dua lokasi tersebut saling berdekatan di perbatasan dengan jarak 100-200 meter,” terangnya.

Ia sampaikan telah terjadi kematian dua ekor sapi dan 10 ekor kambing dan saat ini sudah 14 hari sudah tidak ditemukan kasus lagi. Artinya, kematian ternak yang terakhir terkonfirmasi pada 7 Maret 2024.

Update penanganan yaitu telah dilakukan disinfeksi, pengobatan antibiotik, dan vitamin sebanyak 750 ekor terdiri dari 238 sapi dan 519 kambing. Vaksinasi akan dilaksanakan 14 hari setelah ternak diobati. Untuk Klaten yang menjadi daerah terancam, juga telah vaksinasi 242 ekor yaitu terdiri dari 140 sapi, 55 kambing, dan 47 domba,” tukasnya.

Pada acara tersebut, Dirjen PKH Nasrullah juga menyerahkan bantuan Kementerian Pertanian berupa vaksin antraks (2.600 dosis), vitamin (1.500 botol), obat-obatan (600 botol), dan spuit (20.000 set) kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY. (INF)

WABAH PARASIT DARAH SEBABKAN BEBERAPA SAPI MATI DI SINJAI

Ternak Sapi di Sinjai


Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Sinjai, ungkap penyebab lima ekor sapi di Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, mati.

“Sapi menunjukkan tanda-tanda sakit diduga disebabkan oleh parasit darah,” kata Petugas Peternakan Kecamatan Sinjai Timur, Syamsul Bahri.

Syamsul mengatakan parasit darah pada ternak sapi biasa dibawa oleh vektor lalat atau nyamuk pengisap darah.

“Sehingga butuh langkah preventif seperti pengasapan di area kandang, pembatasan lalu lintas ternak,” ujarnya.

Selain itu, peternak juga bisa mencegah parasit darah pada ternak sapi dengan cara meningkatkan daya tahan sapi.

“Meningkatkan daya tahan tubuh diantaranya dapat diupayakan dengan pemberian vitamin,” katanya.

Untuk mengantisipasi kasus tersebut, Dinas Peternakan Sinjai, akan melakukan tindakan pemberian vitamin dan penyuntikan

“Insya Allah besok kita akan ke Desa Kaloling melakukan vaksin dan penyuntikan serta penyemprotan kandang untuk ternak sapi warga,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, lima ekor sapi milik warga Desa Kaloling, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, mati. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Desa Kaloling, Bustan.

Bustan mengatakan sapi itu masing-masing milik Bustan, Kamaruddin, Ismail, Abd Haris dan Alwing. Hari ini kata dia, dua ekor sapi warganya mati.

“Tadi ada lagi dua ekor sapi mati, tiga lainnya mati pada bulan lalu,” katanya, Jumat (23/2/2024).

Atas kejadian tersebut, pemilik sapi rugi hingga puluhan juta rupiah. Lima ekor sapi itu diduga terkena penyakit parasit darah.

“Kebetulan ada dokter disini menurut dokter hewan penyakit parasit darah,” ujarnya.

 Pasalnya, sebelum mati, kelima sapi tersebut mengalami kencing darah.

“Gejalanya itu kencing darah, dua hari kena penyakit langsung mati,” katanya. (INF)









PETERNAKAN SAPI MILIK MILENIAL INI BEROMSET MILIARAN RUPIAH

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani tijau peternakan sapi beromset miliaran rupiah yang digawangi anak muda di Banyuwangi
(Sumber : Istimewa)


Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin pernah membeli sapi dari peternakan “Enzo Farm” Banyuwangi, Jawa Timur untuk dikurbankan pada hari raya Idul Adha. 

Ternyata peternakan ini digawangi oleh anak muda, dan baru didirikan tiga tahun lalu. Meski peternakan itu masih baru, namun peternakan di Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari tersebut telah beromset miliaran rupiah.

Adalah Adam Sugandha, pemuda 28 tahun yang mulai merintis usaha ternak sapi tiga tahun lalu. Berawal dari coba-coba merawat lima ekor sapi pada 2020 lalu, kini Enzo Farm memiliki 50 ekor sapi. Sapi-sapi milik Adam mayoritas merupakan sapi jenis unggul dengan berat mencapai 1.200 kg.

Ada jenis Limosin dan Simental. Kami juga punya Pegon dan Madura untuk konsumen yang menginginkan harga ekonomis,” kata Adam, Sabtu (20/1/2024).

Adam menceritakan, awal membeli sapi saat istrinya mengandung anak pertama di 2020. “Waktu itu istri lagi ngidam ingin beli sapi. Makanya saya beli 5 ekor. Itupun tidak saya rawat sendiri, melainkan dititipkan ke orang lain sembari ingin belajar beternak sapi,” ujarnya.

Setelah mengetahui seluk beluk beternak sapi, enam bulan kemudian Adam memutuskan untuk merawat sendiri sapi miliknya. Adam juga mulai berbisnis jual beli sapi. Selain sapi potong, adam juga jual beli sapi kontes dengan harga fantastis.

“Semakin serius menggeluti, saya semakin hobi. Saya mulai tertarik mengikuti kontes sapi di berbagai daerah. Alhamdulillah sering juara. Dari sanalah, relasi dan jaringan saya bertambah sehingga pasar saya juga semakin luas,” ungkapnya.

Adam menjelaskan sistem yang dia lakukan adalah penggemukan. “Biasanya saya beli yang bobot 400-500 kg, kemudian saya gemukkan sendiri. Saya rawat 1-4 bulan baru dilepas, tergantung permintaan konsumen mau yang bobot berapa,” ujarnya.

Adam menyebut, dalam setahun dirinya mampu menjual sebanyak 300 ekor sapi dengan omzet mencapai Rp5 miliar. Selain Banyuwangi, permintaan datang dari Jakarta, Bogor, Kediri, dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Harganya pun bervariasi antara Rp15 – Rp150 juta.

“Momen Idul Adha itu paling ramai. Seperti tahun lalu, Pak Presiden dan Wapres juga beli sapi dari kami. Milik Pak Jokowi 1,2 ton jenis Simental, sedangkan milik Pak Ma’ruf Amin 1,1 ton jenis Limosin,” ujarnya.

Tak selalu mulus, Adam mengaku pernah mengalami kerugian dalam menjalankan bisnis peternakannya. “Pernah ada yang mati 5 ekor. Per ekornya seharga Rp 30-50 juta,” ungkapnya.

Namun hal itu tidak membuat Adam putus asa. Sebaliknya dia terus menjalankan usahanya dengan sepenuh hati sehingga menghasilkan sapi berkualitas tinggi. (INF)

PJ GUBERNUR BABEL PASTIKAN STOK DAGING SAPI AMAN SELAMA NATARU

Safrizal (kanan), kala berdiskusi dengan seorang peternak


Pj Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Safrizal memastikan stok daging cukup dan harga stabil jelang Natal 2023 dan  Tahun Baru 2024. Hal ini terungkap setelah orang  nomor satu di Babel itu mengunjungi salah satu peternakan sapi di  Petaling, Mendo Barat, Kabupaten Bangka pada Jumat (22/12/2023)

"Saya ke peternakan sapi bali punya Pak Priyono  yang memiliki puluhan sapi yang digemukkan. Masih ada peternakan sapi di tempat lain sehingga stok daging terpenuhi pada akhir tahun ini," kata Safrizal,  Jumat (22/12/2023) di Bangka.

Safrizal menuturkan dalam dialog dengan Priyono terungkap kesulitan mendapatkan  pakan. Pasalnya, konsentrat seperti ampas ubi, onggok, bungkil sawit, dedak padi didatangkan  dari Lampung. Sementara di Babel tidak ada lagi  pabrik ubi karena  sudah ditutup. Masalah lain peternak sapi beralih ke sapi pengembangan (sapi yang dilepas). Sehingga untuk penjual tidak menentu karena sapi ini bukan sapi  penggemukan.

"Setelah mendengar kendala yang dihadapi peternakan sapi, kami  akan kolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternakan sapi," jelas Safrizal. (INF)


MENINJAU INTEGRASI SAPI-SAWIT PT SISKA

Kunjungan Lapang ke PT SISKA, Kalimantan Selatan

Swasembada daging sapi sudah digaungkan sejak tahun 2000. Saat itu pemerintah memperkirakan pada tahun 2005 Indonesia akan mampu mencapai swasembada daging sapi. Namun hingga kini, impian Indonesia belum tercapai dalam hal tersebut. 

Hal tersebut dikatakan oleh Prof Nachrowi, Ketua Centras IPB sekaligus Guru Besar IPB University pada kunjungan bersama para stakeholder (perguruan tinggi, LSM, dan media)Kegiatan tersebut diinisasi oleh Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS) IPB berkolaborasi dengan SISKA Supporting Program (SPP).

Mereka menggelar kegiatan Field Visit integrasi Sawit Sapi di PT. Simbiosis Karya Agroindustri (SISKA), yang berlokasi di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut berlangsung selama Rabu – Kamis, 20 - 21 Desember 2023. Kegiatan tersebut bertema "Revitalisasi Pastura untuk Perbanyakan Sapi Pedaging".

Prof. Nahrowi kemudian mengatakan, bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan wawasan mendalam terkait model bisnis budidaya sapi yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit dengan PT SISKA sebagai salah satu role model.

“Peternak dihadapkan dengan berkurangnya luas dan kualitas lahan untuk budidaya sapi pedaging di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kami melakukan langkah strategis dalam bentuk revitalisasi pastura menjadi kunci penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” kata dia.

Ia mengharapkan agar kegiatan ini dapat menjadi inspirasi dan potensi lokasi riset yang dapat meningkatkan produksi sapi pedaging secara berkelanjutan, sehingga mimpi swasembada daging sapi bisa diwujudkan. 

Selain itu nantinya menurut Nahrowi para dosen dan peneliti diharapkan dapat melakukan replikasi program SISKA dengan menjadi penggerak dan pendorong di daerahnya masing - masing, sehingga menimbulkan harmonisasi dalam program SISKA. 

Nahrowi juga menambahkan bahwa nantinya mahasiwa akan dilibatkan dalam kegiatan tersebut secara mendalam dengan menggelar workshop, pelatihan, maupun magang terkait budidaya sapi terintegrasi sawit. Sehingga nantinya mahasiswa akan lebih tertarik dan memiliki kompetensi ketika nantinya mereka lulus dan bekerja di sektor tersebut. 

Keterlibatan lembaga lain seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga diharapkan dapat memberikan perspektif lain yang dapat bermanfaat dari sisi sosial. Sinergi dan harmonisasi ini tentunya akan menghadirkan banyak manfaat bagi perkembangan industri peternakan sapi serta pemberdayaan masyarakat. (CR)

 

 

 


INFECTIOUS BOVINE RHINITIS MASIH MENJADI ANCAMAN BAGI PETERNAKAN SAPI

Prof Tri Untari Berorasi Dalam Pengukuhannya Sebagai Guru Besar

Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) merupakan salah satu penyakit hewan menular yang mengancam peternakan sapi di Indonesia. Penyakit IBR yang menyerang sistem pernafasan atas pada sapi ini mengakibatkan penurunan produktivitas, reproduktivitas, terjadinya latensi-reaktivasi virus, yang pada akhirnya  berdampak pada kerugian ekonomi dan efek sosial.

“Kejadian IBR di Indonesia yang meningkat perlu tindakan pencegahan dan strategi pengendalian penyebaran penyakit,” tutur Prof.Dr.drh. Tri Untari, M.Si., saat dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Selasa (12/12) di Balai Senat UGM.

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Problematika Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis Pada Sapi Di Indonesia, Tri Untari mengatakan pentingnya deteksi dini untuk pengendalian penyakit dan mencegah penularan. Hal tersebut perlu dilakukan mulai dari hulu sampai hilir.

“Pusat bibit penghasil semen perlu terus dipantau secara rutin untuk mencegah penyebaran IBR,”jelasnya.

Tak hanya itu, Tri Untari menyebutkan program eradikasi IBR juga harus dilakukan secara konsisten. Lalu, peran karantina perlu ditingkatkan kapasitas kemampuan deteksi, terutama dalam pengawasan sapi-sapi impor yang masuk.

Ia menambahkan penerapan vaksin marker Differentiating Infected from Vaccinated Animal (DIVA), perlu dipertimbangkan  sehingga dapat dibedakan sapi yang terinfeksi dan sapi yang divaksin untuk kontrol dan eradikasi. Seperti diketahui negara-negara Eropa telah menggunakan vaksin DIVA sehingga monitoring dengan uji serologis ELISA dapat dibedakan antara antibodi hasil  vaksinasi atau infeksi lapangan. Namun, sapi di Indonesia belum menerapkan vaksin DIVA dengan berbagai pertimbangan.

“Implementasi vaksin tersebut dilakukan  dengan analisis ekonomi veteriner sehingga dapat diperhitungkan keuntungan dan kerugiannnya,”ujarnya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer