-->

SERVANT LEADERSHIP SOLUSI PEMBERDAYAAN EKONOMI PERUNGGASAN

Pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan adalah aransemen wajib bagi semua elemen orkestra. (Foto: Istimewa)

Di Indonesia pada 2019, kelompok usaha menengah berkontribusi 37% dari konsumsi nasional. Akibat pandemi COVID-19, pada 2023 menurun menjadi 21%, hingga tersisa 16%. Bangkrutnya kelompok usaha menengah menyebabkan tsunami PHK karyawan, akibatnya pengangguran bertambah, kemiskinan meningkat, daya beli turun, menimbulkan gejolak sosial, rawan pangan, dan gangguan keamanan.

Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat terutama kalangan akar rumput sebagai konsumen terbesar, akibatnya demand telur dan ayam melemah signifikan.

Pandemi mengingatkan pada cerita pewayangan “Semar Mbangun Khayangan”. Diawali pertemuan Pandawa Lima bersaudara di istana negeri Amarta. Hadir Baladewa yang bermaksud minta pusaka Jamus Kalimasada sebagai tumbal mengatasi pandemi di negeri tetangga. Selanjutnya datang Gareng, Petruk, Bagong mewakili Semar dari desa di wilayah Amarta. Mereka melaporkan pandemi serupa dan memohon agar Pandawa bersaudara berkenan hadir ke desa beserta pusaka Jamus Kalimasada untuk kepentingan rakyatnya, dengan harapan pemulihan kondisi berjalan lancar, berhasil, dan sukses.

Akibat dua kepentingan serupa tersebut, timbul perdebatan seru antara Baladewa mewakili luar negeri dan Petruk mewakili Semar dari desa di negeri sendiri. Situasi memanas dan bertambah sengit, karena Baladewa sengaja mengeluarkan kata-kata kasar, menghina Semar sebagai gedibal pitulikur, miskin, bagaikan cebol meraih bintang, orang rendahan yang tak tahu diri, sehingga punokawan tersinggung. Demi menjaga harga diri sebagai lelaki dan nama baik Semar, mereka nekat melawan dan tak peduli meskipun Baladewa terkenal sakti mandraguna.

Singkat cerita, dengan kesaktian sebagai dewa ngejawantah Semar berhasil membekuk oknum kreator pandemi di desanya, mengungkap fakta dan membasmi sifat tamak, rakus, serakah, sumber angkara murka. Berkat dukungan Pandawa Lima dan tata kelola desa sesuai Jamus Kalimasada, Semar kembali membangun semangat agar giat berkarya, bekerja sama dan saling menjaga, sehingga tak ada lagi pengangguran, kemiskinan, kelaparan. Sandang, pangan, papan tercukupi, rakyat berpenghasilan dan berdaya beli, diperlakukan adil, hidup mulia, sejahtera, dan bahagia bagaikan di surga (khayangan).

Semar Mbangun Khayangan adalah cerita pewayangan yang heroik dan sarat makna. Dalam kehidupan nyata, sifat tamak, rakus, dan serakah terbukti selalu menimbulkan kekacauan, kerusakan, serta sangat merugikan manusia lainnya. Manusia terbaik itu bukan karena mereka lebih berkuasa, bergelimang harta, pandai tipu daya, ahli rekayasa, atau mahir berpura-pura. Manusia terbaik itu adalah mereka yang ikhlas menjalani takdir, pandai menjaga lisan, dan rendah hati, sehingga hidupnya selalu membawa manfaat bagi manusia lainnya.

Bagaimana dengan ilustrasi kondisi bisnis sektor perunggasan sampai triwulan terakhir di 2024? Sektor perunggasan ibarat orkestra kolosal, menggunakan berbagai jenis alat musik yang melibatkan banyak pemain profesional pada setiap jenis alat musik yang dimainkan. Setiap pemain andal dan kompeten memainkan alat musik masing-masing. Setiap pemain memiliki peran penting, terkait dan saling memengaruhi, mengisi dan menguatkan. Agar menghasilkan harmonisasi semua elemen harus berpadu dalam aransemen yang sama sehingga pertunjukan terasa indah, megah, dan menghibur.

Jika tidak pernah komunikasi, tidak ada komitmen lagu, tanpa aransemen, dan tidak pernah latihan bersama, bagaimana ketika dipentaskan? Apakah bisa membuat para pemirsa terhibur? Apa yang bisa diharapkan dari pentas orkestra yang tidak pernah dipersiapkan untuk menghibur para pemirsanya? Apa yang bakal terjadi ketika pentas dimulai? Diawali suara tak beraturan dan bunyi yang mengagetkan, selanjutnya panggung menjadi sumber kegaduhan, tidak enak dilihat, tidak nyaman didengar, tidak menghibur, mengecewakan para pemirsanya, dan pasti sangat merugikan produsernya.

Tetapi membuat grand design pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan memang tidak gampang, lebih rumit dari ilustrasi di atas. Karena harus diawali revolusi mindset. Pemberdayaan ekonomi bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok sendiri. Bukan kampanye cari muka, pencitraan ekonomi, atau mencari dukungan suara. Pemberdayaan ekonomi pada sektor perunggasan sejatinya adalah aransemen untuk berbagi peran demi menjaga kestabilan (supply and demand), saling mengisi dan menguatkan, agar sektor perunggasan lebih harmonis, sustainable, dan berkesinambungan.

Pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan adalah aransemen wajib bagi semua elemen orkestra. Dibutuhkan regulasi agar kolaborasi dan sinergitas yang dibangun menghasilkan harmonisasi indah dan membahagiakan. Semua eleman harus menyesuaikan, perlu instal dengan mindset baru, serta menghilangkan penghambatnya berupa sifat tamak, rakus, serakah yang hanya mementingkan diri sendiri, keluarga, atau kelompoknya. Diganti dengan kepemimpinan yang melayani, berani dan baik hati, peduli untuk membela kepentingan rakyat demi kemajuan sektor perunggasan, perbaikan visibilitas usaha, dan keamanan investasi bisnis di masa depan.

Diawali bersyukur atas karunia nikmat yang telah diterima sebagai bangsa berpenduduk 270 juta jiwa, tinggal di negara kepulauan, memiliki pemandangan indah, tanah subur, dan sumber daya melimpah. Semestinya Indonesia lebih percaya diri menentukan masa depan bangsa dan pemulihan ekonomi. Dengan persepsi sama dan komitmen untuk kemajuan bangsa, melalui pengembangan pariwisata, perbaikan tata kelola sektor pertanian, peternakan dan kelautan, serta perbaikan tata niaga hilirisasi secara holistik untuk kestabilan (supply and demand) demi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia.

Semoga pemimpin terpilih pada pemerintahan baru memiliki Servant Leadership, kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab untuk memberdayakan kaum lemah, memperhatikan mereka yang tertindas, terbelakang dan di bawah garis kemiskinan, serta mendorong kelompok usaha menengah dengan cara bijaksana, supaya terbuka peluang kerja bagi akar rumput. Tidak ada lagi pengangguran, kemiskinan atau kelaparan, dan atas berkah rahmat Allah SWT didorong keinginan luhur terwujud kesejahteraan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan kebijakan ekonomi yang berpihak pada kepentingan rakyat dan regulasi yang kondusif bagi pertumbuhan usaha menengah dan UMKM, efektif mendorong pertambahan jumlah perputaran uang pada kalangan akar rumput serta berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya beli masyarakat. Sehingga strategi peningkatan daya beli masyarakat melalui cara tersebut konstruktif membangun pilar ekonomi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi biaya produksi, dan customer segmentation sebagai roadmap pemulihan kondisi ekonomi nasional untuk Indonesia maju dan terbebas dari krisis.

Pemberdayaan ekonomi komunitas akar rumput sejatinya adalah implementasi kepatuhan terhadap perintah untuk memberdayakan kaum lemah, yang terbelakang dan tertindas, sehingga kebaikan yang dilakukan menolong siapapun tanpa melihat latar belakang agama, suku, atau organisasi sebagaimana amanat QS Al Maun. Sehingga Allah SWT pasti menepati janji dan tidak akan menterlantarkan siapapun yang menebar kebaikan di muka bumi ini.

Tak ada gading yang tak retak dan seputih-putih bulu kelinci pasti ada hitamnya. Kita sebagai manusia tidak lepas dari salah, khilaf, dan dosa. Untuk itu mari segenap elemen orkestra bisnis perunggasan bersama melakukan mindset change dengan sifat kepemimpinan yang melayani, berani dan baik hati, membela kepentingan rakyat, sehingga tercipta ekosistem bisnis sektor perunggasan yang kondusif, marketable, sustainable, dan lebih profitable. Selamat menyongsong tahun baru 2025 dengan mindset baru, semoga lebih bersemangat dan sukses selalu. ***


Ditulis oleh:
Drh Baskoro Tri Caroko
Poultry Farm Consultant

''THINK GLOBALLY, ACT LOCALLY'' TERHADAP PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

(Foto: Istimewa)

Bersyukur bisa hadir pada lokakarya Foresight yang diadakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO), pada 15-16 Juli 2024, di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta Pusat, bersama seorang kolega lain, mewakili Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI).

Pada lokakarya tersebut membahas tema meningkatnya ancaman perubahan iklim yang mengganggu produksi peternakan dan memicu penyakit zoonosis baru untuk mengidentifikasi tantangan masa depan subsektor peternakan di Indonesia, tema yang menarik bagi saya sebagai praktisi perunggasan.

Membaca undangan Ditjen PKH yang dikirimkan ketua ADHPI, Drh Dalmi Triyono, menerangkan bahwa kerangka acuan yang digunakan dalam lokakarya tersebut adalah Inisiatif Kebijakan dan Perencanaan Masa Depan Peternakan (Futures Livestock Policy and Planning (FLPP) Initiative) Mitigasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Penyakit Zoonosis yang Muncul dan Muncul Kembali di Indonesia.

Dijelaskan dalam beberapa dekade mendatang, negara-negara berkembang seperti Indonesia akan mengalami lonjakan permintaan makanan sumber protein hewani karena pertumbuhan penduduk, meningkatnya pendapatan, dan urbanisasi. Peningkatan permintaan akan mendorong investasi besar dalam peternakan dan rantai nilai terkait, yang sangat berdampak pada mata pencaharian, kesehatan masyarakat, dan lingkungan.

Ketika sektor peternakan berubah, interaksi baru antara manusia, hewan, dan satwa liar akan muncul, berpotensi mengarah pada ancaman kesehatan masyarakat baru. Ancaman ini mencakup penyakit zoonosis yang muncul dengan potensi pandemi, bahaya keamanan pangan, dan penyebaran patogen resistan antimikroba.

Dalam lokakarya tersebut, metode foresight akan disusun untuk mengikuti Model Foresight Generik seperti yang digariskan oleh Joseph Voros.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Drh Syamsul Ma’arif MSi, sebelum membuka lokakarya secara resmi, turut memberi apresiasi positif, bersyukur, dan mendorong solusi perubahan iklim serta pencegahan zoonosis dengan pendekatan One Health.

Pada hari pertama fokus pada “Input” mengumpulkan informasi tentang keadaan sektor peternakan Indonesia saat ini, termasuk tren, tantangan, dan peluang. Kemudian “Analisis” untuk identifikasi pola dan mencari pendorong utama perubahan. Diawali pemaparan tentang tren perubahan iklim 15-20 tahun ke depan disampaikan oleh Kadarsih MSi dari BMKG, dilanjutkan Drh Didi Prigastono dari industri perunggasan, Josep lay dari industri penggemukan sapi potong, dan Drh Dedy Fachrudin mewakili industri sapi perah. Semua peserta terlibat dalam “Interpretasi” untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kekuatan mendasar yang membentuk sektor ini.

Terhadap perubahan tersebut para narasumber menyikapi dengan cara berbeda, sehingga menjadi sebuah kombinasi yang melengkapi dan saling menguatkan, dengan perubahan iklim tersebut agar lebih memperhatikan biosecurity, food security, dan social security.

Pada hari kedua, fokus beralih ke “Prospection” mengeksplorasi skenario masa depan potensial untuk sektor peternakan Indonesia. Peserta menggunakan alat dan teknik Foresight untuk membayangkan masa depan alternatif, dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti perubahan iklim, kemunculan penyakit, dan preferensi konsumen. “Output” dari latihan ini akan diterjemahkan ke dalam rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti untuk kebijakan dan perencanaan.

Penulis (paling tengah) mewakili ADHPI saat lokakarya Foresight yang diadakan Ditjen PKH dan FAO di Jakarta. (Foto: Dok. Pribadi)

Tetapi dalam diskusi kecil kelompok, kami merasa ada yang kurang pas, karena aktualisasi bayangan perubahan yang kami presentasikan tersebut terlampau ekstrem. Kami khawatir menimbulkan gejolak, apalagi kondisi mental masyarakat saat ini sangat rapuh akibat perubahan yang terjadi, berpotensi menyebabkan gejolak sosial, sehingga bernegara bisa berubah ekstrem menjadi sosialis atau kapitalis.

Sehingga pada akhir sesi kami sampaikan bahwa menyikapi perubahan yang bakal terjadi di masa depan, sebaiknya “Berpikir Global tetapi Bertindak Lokal” (Think Globally, Act Locally) memahami masalah secara global, menyadari bahwa Indonesia juga terdampak akibat perubahan, tetapi mencari solusinya dengan tetap memperhatikan kepentingan dalam negeri dan kearifan sumber daya lokal agar kita tetap memiliki jati diri sebagai bangsa yang beradab, berbudaya, menjunjung tinggi perikemanusiaan, keadilan, dan persatuan untuk kesejahteraan rakyat dan kejayaan Indonesia. Berbeda dari konsep sosialis maupun kapitalis, maka gagasan itu kami namakan Sosio Capita Humanis.

Masih banyak yang ingin kami diskusikan, bersama tim dengan latar belakang berbeda, membahas strategi masa depan untuk kepentingan peternakan di Indonesia adalah sangat mengasyikan, tetapi karena terbatasnya waktu, lokakarya harus disudahi, dan ditutup resmi oleh Drh Imron Suandi MVPH selaku Direktur Kesehatan Hewan yang baru.

Semoga hasil pemikiran peserta dalam lokakarya tersebut bermanfaat sebagai kontribusi pada rencana strategis peternakan nasional yang tangguh menghadapi perubahan iklim, mencegah zoonozis, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045. ***

Ditulis oleh:
Drh H. Baskoro Tri Caroko
Koordinator ADHPI Area Jabodetabek Banten

MEMAJUKAN WIRAUSAHA PERUNGGASAN DI INDONESIA

Pengembangan kewirausahaan perunggasan dihadapkan pada fakta bahwa dunia senantiasa berubah, atau dikenal sebagai Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA). (Foto: Istimewa)

Industri perunggasan menjadi salah satu wahana yang tepat untuk dikembangkan oleh para pelaku wirausaha Indonesia, karena besarnya potensi perunggasan yang dimiliki. Karakter khusus harus ditanamkan sejak dini sehingga generasi muda Indonesia dapat memanfaatkan setiap peluang bisnis perunggasan Indonesia, agar perunggasan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Indonesia memiliki populasi penduduk yang sangat besar dan hal itu menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi protein hewani. Peluang tersebut didukung pula oleh kekayaan alam yang besar, iklim yang mendukung, ketersediaan teknologi, serta bahan baku yang bisa menjadi nilai tambah dalam suatu proses produksi.

Semua kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut menjadi tantangan pengembangan wirausaha di bidang perunggasan dalam rangka menyuplai kebutuhan protein hewani bagi warga Indonesia. Terlebih lagi saat ini perunggasan menyumbang kontribusi atas 2/3 dari kebutuhan protein hewani nasional dan berkontribusi atas 80,77% terhadap total produksi ternak nasional. Sektor perunggasan juga mampu menyerap sekitar 10% dari tenaga kerja nasional, dengan omzet mencapai 700 triliun per tahun (Ditjen PKH, 2024). Sementara di sisi lain, angka konsumsi protein hewani asal unggas masih sangat kecil dibanding negara-negara tetangga di ASEAN.

Peluang itu dapat dimanfaatkan oleh para wirausaha di bidang perunggasan untuk dapat berkreasi memanfaatkannya. Kewirausahaan pada prinsipnya merupakan suatu kemampuan untuk memberi nilai tambah suatu produk di pasaran, yang tentunya menggunakan berbagai cara. Kewirausahaan dikaitkan dengan pembentukan bisnis baru yang menghasilkan keuntungan, nilai, dan produk baru atau jasa yang unik serta kreatif.

Jadi, kewirausahaan merupakan proses menciptakan hal baru atau membuat sesuatu yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Dengan demikian, seorang wirausaha adalah seseorang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang, mengelola sumber daya yang dibutuhkan, serta mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan sukses secara berkelanjutan.

Adapun usaha atau perusahaan, merupakan suatu bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan di suatu daerah dalam suatu negara.

Di era yang penuh tantangan global ini pengembangan kewirausahaan di suatu negara dihadapkan oleh fakta bahwa dunia senantiasa berubah, atau dikenal sebagai Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA World). Hal itu disebabkan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di antaranya selera pasar, kebijakan pemerintah, perkembangan politik, krisis ekonomi, perkembangan teknologi, dan kesehatan masyarakat.

Volatility, merupakan perubahan yang berlangsung dengan sangat cepat di era disrupsi dan digital ini. Produk live cycle yang sebelumnya mencapai 15-20 tahun, kini pada era sekarang hanya berlangsung selama 1-5 tahun saja. Seorang wirausaha harus selalu beradaptasi dengan adanya berbagai perubahan yang dihadapi.

Uncertainty, seorang wirausaha selalu dihadapkan pada ketidakpastian, baik pada saat ini ataupun masa depan. Cukup atau tidak cukup atas informasi yang memadai, perusahaan atau seorang wirausaha harus tetap mengambil keputusan. Dengan demikian untuk dapat bertahan, seorang wirausaha harus selalu siap dengan berbagai kepastian.

Complexity, banyak informasi dan faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan, namun tidak mungkin semua faktor tersebut dapat dipertimbangkan. Sehingga perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang penting saja untuk pengambilan keputusannya.

Ambiguity, sering kali informasi yang didapatkan tidak jelas, tidak lengkap, tidak akurat, atau bahkan saling bertentangan, sehingga sulit untuk dapat ditarik kesimpulan. Oleh karena itu, keputusan dapat saja berubah sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

Jadi walaupun pengembangan perunggasan Indonesia terbuka lebar, namun peluang dan tantangan dalam lingkungan perunggasan tersebut akan senantiasa terus-menerus mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan strategi dalam pengambilan keputusan. Di sinilah peran penting seorang wirausaha perunggasan untuk dapat memanfaatkan peluang bisnis perunggasan di tengah keberadaan perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang ada di Tanah Air.

Di Indonesia jumlah wirausaha perunggasan, apalagi wirausaha muda masih sangat sedikit. Hal itu disebabkan beberapa faktor seperti pola pikir yang tidak tepat, tidak memahami bagaimana memulai sebuah wirausaha perunggasan, modal belum mencukupi, ingin sukses secara instan, khawatir akan ketidakpastian, serta ketakutan setelah mendengar cerita kegagalan, dan sebagainya.

Menurut Isra Noor (2023), untuk memulai suatu wirausaha perunggasan harus dimulai dari apa yang dimiliki, harus berani memulainya, dan tidak membiarkan kesempatan lewat. Ada banyak cara untuk memulai usaha, bisa dari ide yang sederhana, ide dari pendidikan, pekerjaan, hobi, keahlian, ataupun keprihatinan. Hukum memulai usaha sama halnya dengan hukum gaya gesek suatu benda. Benda yang diam akan memiliki gaya gesek yang relatif besar dibandingkan dengan benda yang bergerak. Dan gaya gesek terbesar terjadi pada saat benda akan bergerak. Demikian juga ketika akan memulai usaha, maka hambatan terbesar adalah ketika akan memulainya.

Di industri perunggasan nasional, tantangan utama yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang wirausaha adalah perihal margin keuntungan, outbreak penyakit, masuknya produk impor, masih rendahnya minat para pelaku usaha secara profesional, dan aspek permodalan. Semua tantangan tersebut harus dicermati sebagai bekal dalam melangkah menjadi seorang wirausaha perunggasan yang sukses.

Peran Pendidikan 
Akan lebih baik manakala pendidikan seputar kewirausahaan dapat dilakukan sejak dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Penanaman nilai-nilai jiwa kewirausahaan sangat perlu untuk ditanamkan sejak dini karena karakteristik wirausaha sesungguhnya bukan hanya harus dimiliki oleh para pelaku wirausaha, namun merupakan suatu keterampilan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda di era disrupsi ini.

Keterampilan hidup yang semestinya dimiliki oleh generasi muda Indonesia sejak dini yakni keterampilan tentang cara komunikasi, kolaborasi, kreativitas, pemikiran kritis, karakter, dan jaringan. Keterampilan-keterampilan seperti itu sebaiknya tidak sekadar diajarkan melalui kurikulum di sekolah atau kampus, namun juga diaplikasikan secara terintregrasi dalam kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran pada umumnya, misalnya pada organisasi siswa atau mahasiswa, serta kegiatan siswa atau mahasiswa.

Seorang wirausaha perunggasan harus bisa memiliki setidaknya beberapa karakter, yakni gigih atau tekun, kreatif, inovatif, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu berkomunikasi, berani mengambil risiko, percaya diri, mampu membangun jaringan, dan memiliki etika yang baik (Nababan, 2021). Karakter berikutnya adalah jujur, disiplin, tanggung jawab, berpikir kritis, serta mampu memandang jauh ke depan dan jangka panjang.

Untuk dapat menjadi wirausaha perunggasan sukses, maka strategi efektif agar dapat mengembangkan usaha yakni pentingnya upaya meniru dengan lebih baik dari yang ditiru (benchmarking), produk harus unik, berbeda dan sulit ditiru (diferensiasi), adanya kemitraan (partnership), adanya jaringan kerja (networking), adanya nilai tambah (added value), adanya alih daya dari luar (outsourcing), serta tak kalah pentingnya adalah pemberdayaan (Ali Agus, 2018).

Manakalah jiwa dan karakter wirausaha perunggasan sudah dapat ditanamkan sejak dini, maka akan ada banyak peluang perunggasan yang dimanfaatkan sebagai objek kewirausahaan. Dan hal yang harus ditekankan adalah para generasi muda didorong untuk berani keluar dari zona nyaman untuk menjadi seorang wirausaha yang inovatif dan kreatif. Dengan meningkatnya para wirausaha muda di bidang perunggasan, hal itu tidak saja dapat meningkatkan kemajuan dan kemandirian industri perunggasan nasional, namun juga menjadi faktor penggerak nyata dalam sistem perekonomian nasional. ***


Ditulis oleh:
Andang S. Indartono SPt
Koordinator Indonesia Livestock Alliance (ILA)

POTENSI DAN KEBUTUHAN DOKTER HEWAN DI INDONESIA SAAT INI


Profesi Dokter Hewan di Indonesia masih banyak dibutuhkan hingga saat ini. Berbagai bidang pekerjaan membutuhkan dokter hewan baik sebagai Pegawai Negeri ( ASN) di kementrian pertanian, Kementrian Kesehatan, Kementrian Lingkungan Hidup Kementrian Perikanan dan Kelautan Kepolisian dan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, Pegawai Swasta dibidang Pabrik Obat Hewan, Pabrik Makanan Ternak. Disamping itu juga dapat bekerja di Peternakan Ayam, Peternakan Sapi Perah, Sapi Potong, Peternakan hewan eksotik, satwa liar dan di Kebun Binatang.

Total jumlah Dokter Hewan yang terdata di PDHI kurang lebih 13.500 orang. Dokter Hewan tersebar di 56 Cabang di wilayah Indonesia dengan Komposisi 50 % ASN, 40 % Swasta dan 10 % Praktek Mandiri sebagai Praktisi. Pertambahan Dokter Hewan setiap tahun kurang lebih 1000 Dokter Hewan yang berasal dari Universitas Gadjah Mada, SKHB IPB, Universitas Airlangga, Universitas Hasanudin, Universitas Udayana, Universitas Nusa Cendana, Universitas Wijaya Kusuma, Universitas Padjadjaran, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Brawijaya. Data dari Direktorat Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI menyebutkan saat ini Indonesia memiliki 1.691 Puskeswan yang tersebar di sejumlah daerah. Sementara ini terdata hanya 21 persen kecamatan yang menyediakan fasilitas Puskeswan aktif. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64 Tahun 2007, wilayah kerja Puskeswan meliputi 1 sampai 3 kecamatan. Dengan jumlah kecamatan di Indonesia sebanyak 7.094, dan rata-rata satu Puskeswan melakukan pelayanan untuk dua kecamatan, maka jumlah ideal Puskeswan di Indonesia adalah sebanyak 3.547 unit. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu tambahan sebanyak 1.800-an unit Puskeswan di seluruh Indonesia. Ini baru berbicara tentang puskeswan, salah satu sektor pelayanan kesehatan hewan milik pemerintah, belum berbicara tentang kebutuhan dokter hewan untuk kepentingan keamanan pangan asal hewan, konservasi satwa liar, pemeliharaan hewan kesayangan, laboratorium dan sebagainya.

Total Kebutuhan Dokter Hewan di Indonesia menurut perhitungan adalah 50.000 Dokter Hewan untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia dari tingkat Nasional hingga tingkat Kabupaten. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu panambahan dokter hewan setiap tahun minimal 5.000 dokter hewan. Sehingga dalam waktu 5 sampai 10 Tahun jumlah dokter hewan bisa terpenuhi. Untuk memenuhi jumlah kelulusan minimal 5000 per tahun diperlukan Fakultas Kedokteran hewan minimal 20 Universitas di Indonesia, Hingga saat ini Jumlah Universitas yang telah memiliki Fakultas dan Program Studi Kedokteran Hewan berjumlah 12 Universitas. Universitas yang baru membuka Prodi Kedokteran hewan tahun 2023 adalah Universitas Riau di Pekanbaru.

Sumber : Data seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) dan seleksi Nasional berdasarkan Prestasi (SNBP) Perguruan Tinggi Negeri. https://sidata-ptn-snpmb.bppp.kemendikbud.go.id.

Dari tahun ke tahun, persaingan pendaftar UTBK SNBT di bidang kedokteran hewan terbilang ketat. Tingkat persaingan dapat diukur dari daya tampung dan peminat jurusan yang dituju. Peminat bidang ini sangat banyak dibandingkan dengan daya tampung yang ada. Ini menandakan bahwa semakin tahun jurusan kedokteran hewan semakin menjadi incaran. Kedokteran hewan memainkan peran integral dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan, serta melibatkan sejumlah prospek karir yang luas dan menarik bagi para profesionalnya. Dalam dunia yang semakin peduli terhadap hewan, dokter hewan tidak hanya berfokus pada perawatan hewan peliharaan, tetapi juga terlibat dalam aspek-aspek kesehatan ternak, kesehatan masyarakat, konservasi satwa liar, juga berperan penting dalam penelitian, pangan hewan, dan bahkan industri farmasi hewan.

Data jumlah penerimaan mahasiswa SNBT dan SNBP Kedokteran Hewan tahun 2020-2022. Sumber = kemdikbud.go.id

Dari data diatas diketahui bahwa data tampung dari ke-9 Universitas yang memiliki jurusan Kedokteran Hewan dari tahun ke tahun terjadi penurunan, artinya terjadi peningkatan peminat tanpa dibarengi dengan peningkatan daya tampung. Rata-rata data tampung pada tahun 2020 adalah 13,1%, tahun 2021 adalah 10,84% dan tahun 2022 adalah 8,5%. Ini menunjukkan bahwa demand/permintaan terhadap jurusan kedokteran hewan sangat tinggi. Contohnya Prodi KH di Universitas Riau yang baru buka pada tahun 2023 ini, daya tampungnya hanya 40 orang namun peminatnya 712 orang, artinya ratio persaingan 1:18. Angka yang sangat besar untuk sebuah prodi baru di tahun pertama berdirinya. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, daya tampung 175 mahasiswa, dengan peminat sebanyak 800 orang. Sementara di Universitas Nusa Tenggara Barat daya tampung 100-150 mahasiswa dengan peminat 350 orang.

Bila melihat dari sisi wilayah perlu dibangun Fakultas Kedokteran Hewan di wilayah Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Saat ini jumlah FKH di Pulau Sumatera ada 2 FKH yaitu FKH UNSYIAH dan Prodi KH di FK Universitas Riau, Di Pulau Jawa ada 6 FKH yaitu SKHB IPB, UGM, UWKS, UNAIR, UNPAD dan UB. Di Pulau Bali ada FKH UDAYANA, Di Pulau NTT ada FKH UNDANA, di Pulau NTB ada UNDIKMA, dan di Pulau Sulawesi ada FKH UNHAS. Pada Tahun 2024 telah diberikan rekomendasi oleh PBPDHI kepada Universitas Negeri Padang di Kota Bukit Tinggi dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat di Kota Payakumbuh yang kedua nya ada di Sumatera Barat. PBPDHI sangat mengharapkan berbagai Universitas yang ada untuk mendirikan Prodi Kedokteran Hewan seperti Universitas Lampung, Universitas Mulawarman, Universitas Cendrawasih, Universitas Jember, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas dan Universitas Samratulangi.

Salah satu syarat pendirian Prodi Kedokteran Hewan adalah memiliki Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sebelum menjadi Fakultas, Kedokteran Hewan dapat menjadi Prodi/Program Studi di bawah Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dengan alasan bahwa sarana laboratorium dan sarana pembelajaran memiliki kesamaan sehingga mempermudah proses pembelajaran. Setiap pendirian prodi Kedokteran Hewan wajib mendapatkan rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia, serta wajib memenuhi persyaratan ketentuan yang telah di tetapkan melalui SK bersama PDHI dan AFKHI.

Kita berharap semoga harapan ini dapat segera terwujud sehingga jumlah Kebutuhan Dokter Hewan di Indonesia bisa terpenuhi, untuk menjamin Kesehatan masyarakat melalui Kesehatan hewan dan dapat terjamin makanan hasil ternak seperti daging, susu dan telur untuk menyehatkan masyarakat. Terima kasih.

Penulis:

Ketua Umum PB PDHI

Dr drh M Munawaroh MM

MANFAAT DATA SCIENCE DI BISNIS PERUNGGASAN

Data sience dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam mengambil keputusan di kemudian hari, sehingga performa produksi bisa lebih optimal. (Foto: Istimewa)

Industri perunggasan merupakan lini bisnis paling maju di antara bisnis peternakan lainnya, lengkap dengan berbagai adopsi teknologi di dalamnya. Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak celah-celah yang harus diantisipasi. Untuk itu penggunaan data science menjadi hal penting, sehingga peluang kebocoran bisa tertutupi.

Data science merupakan suatu multidisiplin ilmu yang mempelajari pemrograman, visualisasi data, statistik, dan domain bisnis itu sendiri. Jadi ketika peternak melakukan riset secara manual dan ada sentuhan statistiknya, maka itu masih masuk ke ranah tradisional riset. Namun ketika sudah dimasukkan tentang computer science akan berkembang menjadi software development dan gabungan antara keduanya akan menghasilkan mesin learning. Jadi, intinya data science ini adalah gabungan antara ketiganya, yakni lini bisnisnya seperti apa dalam hal ini kita di perunggasan, dipadukan ke computer science, IT, dan statistic mathematic-nya.

Data science telah sejak lama digunakan secara luas di berbagai bidang bisnis, namun sifatnya spesifik dan harus mengerti betul berbagai ilmunya. Data science harus mencakup qualitative analysis, unstructured data, multidisciplinary, dan data product. CEO & Co-Founder BroilerX, Prastyo Ruandhito, dalam sebuah seminar nasional beberapa waktu lalu pernah mengatakan, dalam sebuah pemeliharaan ayam ras tentu sudah ada berbagai indikator-indikator tertentu yang telah dikeluarkan perusahaan pembibitan, seperti temperatur, kelembapan, kadar amonia, riwayat penyakit, dan lain-lain.

Sebagai peternak tentu berusaha semaksimal mungkin kondisi dalam kandang bisa atau mendekati acuan yang telah ada. Dari berbagai indikator inilah yang bisa dicatat dan dikumpulkan, sehingga kelak dapat diolah dan menjadi data science pada bisnis perunggasan tersebut. Dari data-data ini dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam mengambil keputusan di kemudian hari, sehingga performa produksi bisa lebih optimal.

Dalam tataran praktik di lapangan, sebanyak 80% pekerjaan data science adalah mengumpulkan data mentah di lapangan, seperti indikator lingkungan, indikator harian meliputi FI, FCR, mortalitas, dan sebagainya. Dari data lapangan ini akan menghasilkan data mentah (raw data), kemudian akan diproses (data processing) yang menghasilkan clean data. Dari sini data akan dieksplor lebih jauh melalui proses exploratory analysis data. Dalam proses ini data akan dibuat sedemikian rupa sesuai kebutuhan penggunanya, sehingga menghasilkan model dan algoritmanya seperti apa. Serangkaian proses tersebut akan menghasilkan data produk yang dapat menjadi bahan laporan serta pedoman untuk mengambil sebuah keputusan di lapangan.

Data mentah dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari ERP dan Apps Data Base, survei pasar, catatan pembelian dan penjualan perusahaan, rekap data organisasi perunggasan, online marketplace, rekap indikator pemeliharaan, dan lainnya. Namun, karena bersifat data mentah dan berasal dari berbagai sumber, maka penting untuk mengolah data yang telah dikumpulkan. Jadi misalnya diperoleh berbagai data mentah harga ayam hidup (LB) dari asosiasi, Badan Pangan Nasional, info pedagang, dan sebagainya, dari situ biasanya kami mengolah dengan bantuan berbagai aplikasi pengolahan data, seperti Google Big Query, MySQL, Hadoop, mongoDB, dan masih banyak lainnya. Setelah diolah, akan didapatkan hasil yang lengkap, komprehensif, dan mudah dipahami, sehingga kita bisa mengikuti pergerakan harga LB dan mendapatkan insight dari sudut pandang data yang tersaji dengan tepat.

Terkait model data yang dihasilkan, hal itu dapat berupa estimasi, forecasting, klasifikasi, clustering, dan asosiasi. Misalnya untuk data forecasting atau memperkirakan tentang kondisi harga LB satu bulan ke depan, bisa diperkirakan secara akurat dengan data science ini. Model data tersebut harus dengan kebutuhan setiap pelaku usaha perunggasan, sehingga harapannya dapat menjadi data yang utuh untuk melakukan analisis.

Membantu Meningkatkan Efisiensi Produksi
Dalam konteks perunggasan, penerapan data science dapat meningkatkan efisiensi produksi, pemantauan kesehatan ternak, hingga prediksi dan penentuan strategi pemasaran. Untuk dapat menghasilkan data science yang baik, maka data mentah yang telah dikumpulkan harus dianalisis terlebih dahulu. Hal ini untuk mengetahui apakah data tersebut dapat menjadi data yang berarti. Kemudian, dari data yang telah dikumpulkan harus diakurasi dan diseleksi terlebih dahulu, dengan dikembalikan lagi ke user untuk mengetahui bagaimana tingkat validitas datanya.

Data science yang baik itu harus relevan dengan tujuan dan analisis yang akan diambil. Kemudian agar data tersebut mempunyai tingkat akurasi yang baik dan minim kesalahan, sehingga perlu terus dilakukan koreksi secara berkala. Selain itu, secara kuantitas juga harus memadai dan tidak cuma beberapa saja. Dan yang tidak kalah penting adalah datanya dari fakta terbaru, konsisten, berintegritas, dan bisa ditelusuri. Sebagai contoh data science yang berkualitas adalah yang saat ini tengah dikembangkan dalam ekosistem BroilerX, dengan menerapkan Enterprise Resource Planning (ERP) dan berbagai data sensor dari internet of thing (IoT), sehingga pihak pengelola dapat memastikan tingkat akurasinya memiliki kualitas tinggi. Data science tersebut selanjutnya bisa digunakan untuk berbagai analisis bisnis unggas ke depan.

Di tingkat nasional, tantangan pemanfaatan data science adalah pada tingkat akurasi datanya, dimana harus mengklasifikasikan data-data tersebut dari sumbernya. Seandainya semua data di industri perunggasan bisa terbuka, maka akan lebih mudah dalam mengolah dan menganalisis data-data tersebut. Untuk itu sangat dibutuhkan adanya validasi lagi dari user, misalkan melalui tim sales atau lapangan untuk dapat menjadi data intelijen yang bisa mengumpulkan data, seperti populasi dan sebagainya.

Ke depan persoalan keakuratan data ini harus dapat lebih disempurnakan. Hal itu sangat diperlukan adanya kolaborasi dan elaborasi antara berbagai pihak, tidak hanya dari praktisi atau pelaku bisnis perunggasan, tentu harus melibatkan para pemangku kepentingan perunggasan yang lain, seperti perguruan tinggi, perusahaan, maupun pemerintah. ***

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono SPt
Koordinator Indonesia Livestock Alliance (ILA)

NUTRIEN PAKAN DAN KESEJAHTERAAN TERNAK

Ilustrasi animal welfare. (Sumber: gallantintl.com)

Sebagin besar orang mengetahui bahwa pakan berdampak terhadap penggunaan 60-70% biaya produksi dalam industri peternakan. Kualitas pakan sangat berpengaruh terhadap potensi genetik ternak, sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai. Namun, belum banyak orang menyadari bahwa pakan juga berkaitan erat dengan kesejahteraan hewan/ternak (animal welfare).

Sebelum berbicara banyak tentang hubungan antara nutrien pakan dengan kesejahteraan ternak, terdapat analogi sederhana sehingga memudahkan dalam mencerna tema tulisan ini. Apa yang Anda rasakan ketika lapar, namun ketersediaan pangan terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan? Atau sesekali Anda pernah mengalami diare akibat kontaminasi racun atau bakteri patogen pada pangan yang dikonsumsi? Bukankah itu menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas atau pekerjaan yang Anda lakukan?

Kebutuhan paling mendasar manusia adalah kecukupan nutrien pangan. Kondisi kelaparan akan berdampak terhadap kekurangan energi, gerak pun akhirnya menjadi terbatas sehingga produktivitas menurun. Kekurangan nutrien atau gizi pada ibu hamil dan balita berdampak terhadap pertumbuhan yang lambat (stunting) serta kesehatan pada anak. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (2020), kasus stunting pada balita di Indonesia mencapai 27,67%. Sama halnya pada ternak, ketersediaan pakan yang berkualitas sangat berdampak terhadap pertumbuhan, produktivitas, reproduksi, kesehatan dan perilaku alamiah. Oleh sebab itu, nutrien pakan memiliki pengaruh besar dalam pencapaian kesejahteraan ternak. 

Hubungan Nutrien Pakan dengan Kesejahteraan Hewan
Berdasarkan Farm Animal Welfare Council, Inggris (1992), kesejahteraan hewan dapat dicapai dengan penerapan lima prinsip kebebasan atau sering disebut five freedom.

Pertama, bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst). Sering kita jumpai di peternakan rakyat, kebanyakan ternak hanya diberi pakan rumput dengan kandungan nutrien yang rendah. Tantangan negara tropis seperti Indonesia adalah kandungan serat yang tinggi dalam hijauan pakan, sehingga membuat kecernaannya mencari rendah. Kondisi ini tentu akan menyebabkan kekurangan pasokan nutrien pada ternak yang berdampak terhadap kelaparan. Ditambah lagi ketersediaan air minum yang masih kurang diperhatikan. Banyak peternak hanya memberikan air minum ketika pagi dan sore atau kesediaan yang tidak ad libitum. Hal tersebut membuat tingkat kehausan tinggi pada ternak, terlebih pada ternak yang memiliki produktivitas susu yang tinggi (fase laktasi) atau berada di lingkungan panas, sehingga membutuhkan air yang banyak. Dampak jangka panjang, kekurangan nutrien dan air minum akan berakibat malnutrien. Sering kita jumpai ternak dalam kondisi kurus, dehidrasi dan memprihatinkan yang merupakan dampak dari kurangnya asupan nutrien pakan.

Kedua, bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort). Rasa tidak nyaman biasanya muncul akibat kondisi tidak normal pada tubuh ternak. Pemberian pakan yang mudah terdegradasi pada ternak ruminansia (pakan konsentrat) tanpa imbangan serat yang cukup akan menghasilkan produksi gas (volatile fatty acids) yang tinggi dalam rumen. Produksi gas yang terlalu tinggi menyebabkan penurunan pH rumen yang sangat drastis (pH di bawah 5 dalam waktu 3 jam), sehingga terjadi acidosis. Kejadian acidosis membuat rasa sakit akibat peradangan pada dinding rumen. Permasalahan tersebut mengakibatkan penurunan proses absorbsi nutrien oleh dinding rumen yang akhirnya juga berdampak terhadap produktivitas ternak.

Pada ternak layer, defisiensi kalsium yang digunakan untuk memproduksi telur akan berdampak terhadap kondisi tulang. Layer dalam kondisi produksi puncak (minggu ke-35) membutuhkan 4.000 mg kalsium, biasanya 500 mg tidak dicerna dan akan dibuang dalam feses, 400 mg akan dibuang melalui urin dan 100 mg digunakan untuk cadangan tulang. Total 3.000 mg kalsium digunakan untuk pembentukan telur, 2.000 mg digunakan untuk membangun kerabang telur, sisanya digunakan untuk pembentukan kuning (yolk) dan putih (albumen) telur. Layer akan menggunakan kalsium tulang apabila terjadi kekurangan. Terdapat 1.000 mg kalsium pada tulang dan hanya 100 mg yang dapat digunakan per hari. Penggunaan kalsium tulang secara terus-menerus akan berakibat pada kerapuhan tulang bahkan kelumpuhan, sehingga menyebabkan ternak merasa tidak nyaman.

Ketiga, bebas dari rasa sakit, cedera atau penyakit (freedom from pain, injury or disease). Pakan yang mengandung berbagai cemaran senyawa berbahaya seperti mikotoksin, bakteri patogen dan senyawa beracun lainnya akan menimbulkan rasa sakit dan berdampak terhadap kesehatan ternak. Cemaran mikotoksin dan bakteri patogen menyebabkan peradangan pada usus, sehingga menyebabkan rasa sakit. Selain itu, kondisi ini akan berdampak terhadap pertumbuhan vili usus yang terhambat. Alhasil absorpsi nutrien pakan tidak dapat optimal.

Mikotoksin atau endotoksin dapat menyebabkan kebocoran atau penurunan integritas usus (leaky gut) akibat gangguan pada tight junction, multi-protein yang berperan dalam pengikatan antar epitel sel dan mencegah bakteri patogen serta racun masuk dalam tubuh. Kebocoran pada usus berdampak terhadap peningkatan inflamasi, gangguan absorbsi nutrien pakan dan kesehatan ternak. (Sumber: thewellnessjunction.com)

Selain itu, senyawa mikotoksin dan lipopolisakasida atau dikenal endotoksin (dinding sel bakteri patogen) dapat diserap melaui vili dan dikenal sebagai senyawa xenobiotic atau racun, kemudian dibawa menuju hati yang merupakan tempat detoksifikasi. Senyawa mikotoksin sangat reaktif terhadap DNA (deoxyribonucleic acid), sehingga dapat menyebabkan toksisitas dan potensi kanker. Endotoksin dapat meningkatkan luka atau peradangan pada hati. Level penyerapan senyawa xenobiotic yang tinggi atau terus-menerus akan menyebabkan pembengkakan hati, sehingga proses metabolisme terganggu.

Mikotoksin (aflatoksin B1) yang masuk dalam tubuh akan menuju hati. Aflatoksin B1 akan mengalami biotranformasi menjadi senyawa yang lebih aktif, serta dapat mengikat protein dan DNA, sehingga menyebabkan toksisitas, bahkan kanker apabila terjadi mutasi. (Sumber: diadaptasi dari Diaz dan Murcia., 2011 dan Dhanasekaran, 2011)

Keempat, bebas untuk memunculkan prilaku normal ternak (freedom to express normal behaviour). Sering kali pakan ternak ruminansia hanya berkonsentrasi pada bahan pakan dengan energi tinggi dan mudah terdegradasi dalam rumen untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Namun kekurangan serat dalam pakan akan berdampak terhadap penurunan perilaku remastikasi. Remastikasi adalah prilaku normal ternak ruminansia dan bermanfaat untuk menghasilkan saliva dengan kandungan senyawa bikarbonat (pH 8,4) yang berperan sebagai bufer untuk menjaga kestabilan pH rumen. Oleh sebab itu, pemberian pakan ternak ruminansia tentu harus memperhatikan ketersediaan serat sehingga perilaku normal ternak tetap dapat diekspresikan.

Kelima, bebas dari ketakutan dan stres (freedom from fear and distress). Pemberian pakan yang terbatas akan memunculkan kondisi stres pada ternak, selain itu pengalaman konsumsi pakan yang menyebabkan penyakit atau kondisi tidak nyaman akan terekam dalam memori ternak dan berakibat pada ketakutan. Perubahan pakan (baik bentuk maupun kandungan nutrien) sering kali berdampak pada stres ternak, sehingga menyebabkan penurunan konsumsi pakan.

Konsep pemenuhan nutrien yang tepat (precision nutrition) pada ternak tidak hanya dibutuhkan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi secara efisien, namun juga untuk mencapai kesejahteraan ternak. Isu feed additive untuk meningkatkan imunitas, kesehatan, kinerja saluran cerna dan produktivitas ternak juga memiliki andil besar dalam mencapai kesejahteraan ternak, terlebih setelah adanya larangan penggunaan antibiotik pada pakan ternak oleh pemerintah (Peraturan Menteri Pertanian No. 14/2017). Oleh sebab itu, orientasi pemberian pakan pada ternak saat ini harus berubah, tidak hanya sekedar mengejar produktivitas semata, akan tetapi harus memperhatikan dan mengedepankan keselamatan serta perilaku ternak. Munculnya ekspresi perilaku alamiah ternak, menjadi parameter mendasar bahwa lingkungan (termasuk pakan) sudah mendukung dalam mencapai kesejahteraan ternak.

Mengapa Menerapkan Kesejahteraan Ternak dalam Industri Peternakan?
Beberapa dasawarsa ini, isu kesejahteraan ternak mendapatkan perhatian lebih oleh berbagai pihak. Negara maju seperti Autralia, Eropa, dan Amerika sangat ketat dalam penerapan sistem tersebut. Penerapan kesejateraan hewan dalam industri peternakan akan memberikan dampak positif bagi industri meliputi: 1) Peningkatan keuntungan karena produktivitas ternak tercapai secara optimal. 2) Pengembangan pasar penjualan produk asal ternak yang dihasilkan dari peternakan yang menerapkan sistem kesejahteraan hewan. 3) Menjadi produsen pilihan konsumen yang peduli terhadap isu kesejahteraan hewan, keamanan dan kualitas pangan, kesehatan manusia, serta lingkungan.

Di Indonesia, Undang-Undang No. 18/2009 Pasal 1 ayat 42 menjadi dasar hukum kesejahteraan hewan. Akan tetapi kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu kesejahteraan hewan masih menjadi tantangan yang besar. Kesejahteraan ternak atau hewan sebenarnya sesuatu yang sangat mungkin untuk dipahami dan diterapkan, asalkan kita mau merefleksikan lima prinsip kebebasan tersebut pada diri kita sendiri, sebagai sesama makhluk Tuhan.

Pada dasarnya, pemenuhan hak asasi pada ternak maupun manusia tidak terlalu berbeda, hanya penerapannya yang masih sulit. Sebagai manusia kita lebih sering menuntut hak daripada melakukan kewajiban. Begitu juga sebagai peternak, kita lebih sering menuntut produktivitas ternak yang tinggi, namun sering melupakan kewajiban kita untuk menyejahterakan ternak. Sepertinya memang benar, saat ini ternak adalah mesin penghasil produk pangan yang dituntut untuk terus berproduksi. ***


Ditulis oleh:
Muhsin Al Anas
Dosen Fakultas Peternakan UGM

PERAN PRODUK MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN PERUSAHAAN OBAT HEWAN DI INDONESIA

Dedy Kusmanagandi (Foto: Istimewa)

Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, apalagi jika menyangkut bisnis, termasuk bisnis pangan dimana perunggasan termasuk di dalamnya. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam bisnis perunggasan dan telah sukses selama 20 tahun bahkan 30 tahun lebih, dapat tumbang hanya dalam dua atau tiga tahun terakhir karena perubahan drastis yang terjadi. Ekosistem bisnis yang berubah telah menyebabkan pasar yang tidak ramah. Kondisi pasca pandemi menyebabkan permintaan menurun, pendapatan berkurang, daya beli jatuh, sehingga menyebabkan harga pasar produk yang dijual terpuruk. Realitas yang terjadi pada harga ayam broiler yang jatuh secara berkepanjangan dan harga telur ayam ras yang berada di bawah biaya produksi yang terjadi sampai dua kuartal, menyebabkan banyak peternakan ayam ras harus gulung tikar.

Tidak mudah menafsirkan peluang dan masa depan bisnis yang berkaitan dengan peternakan ayam ras di Indonesia. Namun, memang konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap protein hewani asal unggas masih terlampau rendah dibanding negara-negara jiran, sehingga permintaan diprediksi akan terus meningkat, sepanjang pertumbuhan ekonomi negara positif dan pemerataan kesejahteraan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah dapat terjaga keseimbangannya. Karena itu, usaha perunggasan akan tetap tumbuh setidaknya dalam peningkatan populasi ternak dan produksi hasil ternak. Oleh sebab itu, perusahaan obat hewan sebagai komponen penting dalam industri perunggasan akan tetap diperlukan.

Kendati begitu, perusahaan obat hewan seperti apa yang mampu sukses dalam “era disrupsi” adalah jawaban penting dari pertanyaan semua CEO dan manajer perusahaan obat hewan di Indonesia. Secara umum ciri-ciri perusahaan yang sukses di abad ke-21 adalah perusahaan yang mampu terus berinovasi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, konsumsi, distribusi, dan berbagai aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak kreatif dan mampu berinovasi akan mengalami kerusakan, bahkan mungkin lenyap tergilas putaran roda zaman. Perusahaan yang tidak mampu mengikuti perubahan, cepat atau lambat akan mengalami penurunan sampai suatu titik dimana perdarahan dalam keuangan perusahaannya tidak memungkinkan lagi untuk beraktivitas.

Product Management 
Salah satu arsitek dan inovator perusahaan obat hewan yang memegang kunci penting adalah sumber daya manusia yang ada dalam gugus “product management”. Pengelola produk atau product management merupakan penentu kebijakan portofolio produk perusahaan mulai dari tahapan riset, perencanaan, produksi, promosi, hingga analisis prospek pemasaran produk, serta monitoring dan evaluasinya. Dalam praktik operasionalnya, pengelolaan produk ini sering bersanding atau berada di bawah koordinasi divisi pemasaran.

Dalam siatuasi pasar dibanjiri produk yang sama, bahkan sama persis komposisi utamanya, seperti yang terjadi saat ini di pasar obat hewan Indonesia yang dikenal dengan istilah “economics of relative plenty”, persaingan antar produsen sangat ketat dan kompetisi sangat tajam, maka peranan product management sangat penting untuk “keluar” dari zona merah buyer market yang sesak dengan perang harga. Kemampuan product manager membawa perusahaan hijrah menuju suasana pasar “blue ocean”, yaitu segmen pasar yang bebas dari “me too product”, dimana konsumen memiliki preferensi untuk memilih produk yang memiliki keunggulan otentik dan estetik. Keunggulan produk ini lahir karena inovasi yang seharusnya dapat di-launching setiap tahun karena ekosistem internal perusahaan memungkinkan. Oleh karena itu, maka produk manajemen harus memiliki beberapa syarat dan kriteria, di antaranya:

Struktur dan Sistem
Struktur organisasi produk manajemen harus memiliki otoritas dan kewenangan yang cukup untuk melakukan kebebasan dalam berkreasi, meneliti, mengamati, memiliki fasilitas, dan anggaran yang memadai untuk mengakses berbagai sumber ilmu pengetahuan maupun teknologi, pusat riset dan inovasi, jurnal sains, ataupun berbagai penerbitan yang relevan dengan industri dan bisnis obat hewan. Jika tidak memiliki tenaga ahli tetap yang mumpuni, maka sangat perlu mengikat expert atau adviser yang terus update mengikuti perkembangan teknologi farmasi veteriner dan kesehatan hewan. Product management juga berfungsi sebagai badan intelijen pemasaran yang melaporkan produk kompetitor, ancaman promosi, kondisi harga, serta tren produk baru, dan pelayanan teknis kesehatan yang memuaskan pelanggan. Oleh karena itu, sistem kerja product management harus memiliki keterpaduan, keserasian, dan harmonisasi dengan gugus pemasaran di lapangan, R&D, serta PPIC (Product Planning and Inventory Control/Perencanaan Produksi dan Kontrol Inventori).

Inovasi 
Inovasi yang merupakan domain manajemen produk adalah menetapkan portofolio produk. Keberagaman produk yang sesuai dengan berbagai kondisi segmen pasar membutuhkan informasi berbasis hasil riset. Sumber daya yang dimiliki perusahaan kemudian harus disandingkan dengan ide, kreativitas, dan metodologi yang tepat. Untuk menghadirkan inovasi yang tepat dan mampu mengantarkan keberhasilkan perusahaan dalam pemasaran produk memang tidak mudah. Berbagai instrumen seperti sumber daya manusia, metodologi, serta proses elaborasi ide dan kreativitas perlu dimaksimalkan. Perlu pemilihan metodologi yang tepat untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan kekuatan internal dan peluang dari situasi eksternal.

Design Thinking
Adalah proses berulang guna memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita. Pada saat yang sama, design thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja, serta kumpulan metode langsung.

Design thinking berfokus pada minat yang tinggi dalam mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan produk atau layanan. Hal ini akan membantu mengamati dan mengembangkan empati dengan target pengguna. Design thinking membantu manajemen dalam proses bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan mempertanyakan keterkaitannya.

Design thinking sangat berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan re-framing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, serta mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototipe dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat sketsa, membuat prototipe, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide. Metode yang lebih akurat dalam design thinking ini dibantu oleh algoritma atau artificial inteligent yang sudah memperoleh input data dan informasi lengkap. Namun demikian, tetap saja yang menentukan keberhasilannya adalah product manager yang expert dalam masalah teknis produk beserta alternatifnya.

Portofolio Produk 
Menghadirkan unsur kebaruan pada produk sangatlah esensial. Unsur kebaruan menjadi karakteristik utama dari sebuah inovasi. Bila perusahaan selalu mampu menghadirkan kebaruan sesuai dengan eranya maka inovasi yang dihadirkan sudah selangkah lebih maju dan berpeluang besar mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, produk manajemen harus peka terhadap era dan life cycle produk dan perubahannya agar bisa menghadirkan inovasi yang berdampak pada segmen yang diraih perusahaan. Manajemen harus memiliki kemauan, kemampuan, dan sumber daya untuk terus berinovasi dalam segala aspek.

Generic Lifecycle 
Produk-produk berbasis sulfa yang memiliki efek samping merugikan sudah mulai ditinggalkan. Demikian juga dengan produk-produk antibiotik yang sudah tidak mampu menaklukan bakteri yang kebal akan punah bahkan dilarang penggunaannya. Nasib yang sama akan dialami pula oleh produk-produk yang tidak sinergis atau antagonis dengan koksidiostat yang diperbolehkan oleh peraturan perundangan terbaru yang diberlakukan. Dengan demikian maka siklus hidup sebuah produk generik selain ditentukan oleh potensi yang dimilikinya juga ditentukan oleh peraturan perundangan yang dinamis berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan berupa efektivitas, efek samping, residu, serta kemanfaatan lain yang disandingkan dengan dampak negatif penggunaannya. Maka dari itu, produk manajemen harus peka dan memonitor situasi ini sebelum terjadi dampak yang merugikan perusahaan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Sejatinya product management adalah divisi ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah perusahaan dan arsitek desain sumber pendapatan perusahaan. Oleh sebab itu, pola pikirnya harus merupakan sinergi antara sains teknologi dan bisnis. Jangan pernah berhenti mencari ilmu, jangan pernah berkeluh kesah dalam menambah pengetahuan. Seluruh fakultas peternakan dan kedokteran hewan di Indonesia telah menjadi Kampus Merdeka dan merdeka belajar bagi siapa saja dan terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah ilmu pengetahuan. Pusat Riset Veteriner, Balai Besar Veteriner, dan Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan sangat mendukung industri obat hewan. Asosiasi profesi farmasi veteriner adalah tempat diskusi yang mengasyikan untuk menghasilkan obat hewan yang hebat. Namun, jangan pernah menghasilkan produk yang hebat tapi tidak terbeli konsumen, jangan pernah membuat produk untuk produksi telur tapi harga per dosisnya lebih mahal dari harga telur, dan yang terpenting jangan pernah membuat obat hewan yang tidak bermanfaat. ***

Ditulis oleh:
Dedy Kusmanagandi
Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI)

RESENSI BUKU: ANTARA CITA-CITA DAN REALITA


Buku setebal 517 halaman akhirnya sampai di ruang kerja saya. Judulnya “Faterna; Antara Cita-Cita dan Realita. Sebuah Catatan Bersama Alumni Fakultas Peternakan Universitas Mataram”. Pengirimnya adalah editor buku tersebut, Bambang Mulyantono yang dikenal dengan nama Bamton. Ia adalah alumni Faterna Unram angkatan 1986 yang juga dikenal sebagai penulis handal.

Melihat buku setebal itu, saya langsung komentar, "ini buku yang sangat berbobot". Maksudnya bobotnya lumayan berat saking tebalnya hehe. Tatkala saya baca isinya, memang ini buku yang langka, dan menjadi berbobot isinya, karena sejauh ini saya belum pernah membaca buku yang ditulis ramai ramai oleh para alumni Fakultas Peternakan di kampus lain, dengan kualitas yang sedemikian  bagus.

Pastinya buku kumpulan artikel sangat perlu seorang editor berpengalaman. Apalagi yang menulis dari banyak kalangan yang sebagian, mungkin sebagian besar tidak terbiasa menulis artikel populer. Dalam hal ini Bamton, sang editor , pastinya punya peran yang besar mengarahkan penulis dan mengedit artikel menjadi sajian tulisan yang mudah dicerna, ada yang mengharukan, ada yang unik, bahkan yang bikin tertawa. Semua diolah menjadi rangkaian cerita para alumni mengasyikan.

Bamton menginformasikan, buku ini adalah buku kedua yang digagasnya dengan mengajak rekan-rekan sealumni untuk menulis secara bersama-sama. Buku pertama berjudul "FATERNA Seribu Cemara Sejuta Rasa" menceritakan tentang apa saja yang dikerjakan di masa-masa kuliah. Sayang sekali buku pertama ini  hanya disambut oleh 11 alumni dari Angkatan masuk 1986 saja. Ditambah 2 Catatan Dosen. Untuk menggenapi halaman sehingga 'layak terbit' sebagai sebuah buku, maka kepada rekan alumni yang biasa menulis, Bamton mempersilahkan untuk menulis 4, 3, dan 2 judul tulisan.

Begitu buku pertama terbit dan dibagikan kepada dosen-dosen yang sudah pensiun maupun yang masih aktif di kampus, dan bahkan sejumlah teman seangkatan, kakak tingkat atau adik tingkat yang menjadi dosen dan pejabat di kampus, apresiasi muncul dari para pembaca. Buku beredar dan menjadi bahan obrolan para alumni, sepertinya  ini menjadi media bernostalgia bagi mereka.

"Aku juga pingin nulis!" kata mereka menanggapi terbitnya buku Seribu Cemara Sejuta Rasa.

Maka mengalirlah proses penerbitan buku kedua ini.

Prosesnya diawali dengan zoom meeting yang diikuti penulis buku pertama dan calon penulis buku kedua,  termasuk dosen dan adik kelas yang menjadi dekan. Dalam rapat ini  konsep buku kedua disepakati bulat mengambil judul FATERNA Antara Cita-Cita dan Realita, mengisahkan 'keseruan' dilema antara semangat meraih cita-cita ketika masa-masa kuliah dan realitanya meniti karir di dunia kerja.

Penulis pada buku kedua ini adalah 28 orang alumni, 3 orang Profesor yang masih aktif mengajar memberi Catatan Dosen, plus Sambutan Rektor Universitas Mataram, Sambutan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, serta Sambutan Dekan Fakultas Peternakan UNRAM. Mereka berasal dari beragam profesi antara lain pelaku usaha peternakan/non peternakan, dosen, aktivis NGO serta alumni yang di dunia seni sinematografi, videografi dan lainnya.

Dari tulisan mereka terungkap mata kuliah di fakultas peternakan itu lengkap mempelajari banyak hal yang bermanfaat untuk berkarir dan berbisnis di bidang apapun. Banyak alumni yang sengaja atau tidak sengaja mengabdi di bidang non peternakan, namun faktanya mereka mampu mengukir kesuksesan. Ilmu dan semangat belajar dari kampus membuat alumni mampu menggali ilmu di dunia nyata dan disertai semangat sebagai alumni Unram, mereka berhasil dalam berbagai bidang kehidupan.

Salah seorang alumni menulis, setelah lulus baru menyadari mata kuliah di fakultas peternakan itu lengkap mempelajari banyak hal biologi, sosiologi, botani/agrostologi. Bahkan biologinya lebih dirinci lagi; fisiologi, imunologi, reproduksi, meskipun utamanya perihal hewan, namun prinsip-prinsip dasar pada makhluk hidup seperti pada manusia juga dipelajari.

Ilmu pertanian juga cukup dalam dipelajari ketika mengambil mata kuliah wajib Agrostologi, ilmu rumput-rumputan dan leguminosa. Mahasiswa harus mengumpulkan minimal seratus jenis rumput dan leguminosa dalam herbarium layaknya seorang botanis lengkap diberi nama latin dan identitas lainnya serta harus hafal. 

Selain analisa laboratorium, ilmu sosiologi pedesaan juga dipelajari. Tidak heran jika, lulusan Peternakan bisa berkarya di berbagai bidang.

Buku ini menjadi penting bagi para alumni Unram , juga bagi para orang tua dan pelajar yang sedang bingung menetapkan fakultas pilihan untuk masa depan. Selamat dan sukses untuk Bamton dan para penulis buku  “Faterna; Antara Cita-Cita dan Realita”.***

Bams***


MEMUTUS “LINGKARAN SIPUT” PERUNGGASAN

Bambang Suharno
Gejolak perunggasan nyaris tak kunjung berhenti, meskipun sudah  banyak upaya untuk mengatasinya. Bahkan sejak sebelum pandemi, peternak unggas khususnya peternak broiler nyaris belum sempat menikmati yang namanya laba usaha. Gejolak yang dihadapi peternak mandiri semakin besar. Jika pada era 90-an peternak berteriak karena rugi beberapa periode produksi, kini yang terjadi mereka mengalami kerugian lebih dari setahun, sehingga jumlah pelaku usaha mandiri/rakyat disinyalir semakin sedikit.

Kejadian ini sudah pernah diramalkan Dr Drh Soehadji (Dirjen Peternakan 1986-1994). Ia menyebut, masalah gejolak harga di perunggasan ini adalah masalah klasik yang berputar dan berulang yang digambarkan sebagai “lingkaran siput”. Dimulai dari harga melonjak karena kekurangan pasokan, disusul penambahan populasi oleh pelaku usaha, lalu terjadi kelebihan pasokan (oversupply) yang membuat harga jatuh. Selanjutnya dilakukan pengurangan investasi secara alami, yang kemudian menyebabkan harga naik lagi dan seterusnya berputar berulang-ulang, makin membesar dan membesar, seperti lingkaran siput.

Bisa kita bayangkan, pada 1990-an, populasi ayam sekitar 800 juta ekor, tahun ini diperkirakan lebih 3 miliar ekor. Gejolak akibat fluktuasi harga pastinya jauh lebih dashyat dibanding fluktuasi pada 1990-an. Apalagi jika kondisi harga jatuh berlangsung berbulan-bulan. Total kerugian yang diderita peternak dan perusahaan sarana produksi ternak mencapai puluhan triliun rupiah.

Siput dalam terminologi yang digunakan Soehadji bukan hanya bermakna gejolak yang semakin membesar, tapi juga sebagai singkatan dari “Selalu Itu Permasalahannya Untuk Tuduh-tuduhan.” Soehadji melihat permasalahan yang disampaikan peternak dan pihak lainnya dari tahun ke tahun itu-itu saja alias nyaris sama, antara lain perlunya perlindungan untuk peternak mandiri/rakyat, perbaikan tata niaga ayam, serta data perunggasan yang perlu diperbaiki agar akurat untuk mengambil keputusan.

Apa yang disampaikan Soehadji tentang “selalu itu permasalahannya” masih relevan hingga sekarang. Dalam siaran pers yang dirilis Sekretariat Bersama Asosiasi Perunggasan pada Maret 2023, disebutkan beberapa tuntutan yang diajukan antara lain perbaikan data perunggasan, keberpihakan pemerintah terhadap peternak mandiri/rakyat, serta perbaikan tata niaga perunggasan agar mereka bisa menjalankan usaha secara normal.

Bedanya dulu tuntutan lebih sering ditujukan ke Kementerian Pertanian (Kementan), kini karena banyak lembaga mengurus perunggasan, yang dituntut selain Kementan, juga Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Selain itu juga turut ditambah permintaan peternak ke Komnas HAM agar memanggil kementerian tersebut untuk menelusuri apakah ada pelanggaran HAM dalam kebijakan perunggasan.

Jika selama 30 tahun peternak menuntut hal yang sama, kita bisa menyimpulkan bahwa masalah yang sama belum dapat diatasi meskipun pemerintah sudah berganti pemimpin dan undang-undang juga sudah direvisi.

Memutus Lingkaran Siput
Pada negara yang pasarnya didominasi penjualan live bird (ayam hidup), campur tangan pemerintah sangat diperlukan. Hal ini karena produk peternakan mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply-demand menjadi faktor penting penentu untung dan rugi peternak. Oleh karena itu, perlu manajemen pasokan di hulu dan pengurangan penjualan ayam hidup di bagian hilir. Jika dua hal ini saja bisa dikelola dengan baik, setidaknya gejolak akan berkurang.

Integrator 100%
Perihal manajemen pasokan yang artinya mengatur jumlah impor GPS (Grand Parent Stock) agar sesuai perkembangan permintaan pasar, telah dibahas di berbagai forum. Ada yang pro terhadap pengaturan kuota, ada juga yang menuntut pembebasan kuota impor. Intinya mau dibebaskan atau dengan model kuota, tetap perlu ada mekanisme kontrol agar pasokan sesuai pergerakan permintaan. Selain itu perlu juga ada jaminan bahwa peternak mandiri selalu mendapatkan pasokan bibit sesuai kebutuhan.

Ada suara dari beberapa pihak agar integrator berhenti melakukan budi daya sehingga pasar ayam hidup menjadi hak peternak mandiri/rakyat. Secara umum pengertian integrator adalah usaha dari hulu (pembibitan) hingga hilir (pasca panen). Ini artinya integrator beserta grup kemitraannya mestinya tidak menjual ayam hidup. Kalau perusahaan yang disebut integrator masih menjual ayam hidup, maka perusahaan itu belum disebut integrator. Istilah ini menjadi salah kaprah. Jika integrator tidak boleh budi daya artinya mereka juga tidak bisa disebut integrator. Demikian juga yang saat ini disebut integrator, jika mayoritas ayamnya dijual dalam bentuk live bird, juga bisa disebut sebagai integrator “setengah matang.” Faktanya memang mereka sudah terlanjur disebut sebagai integrator.

Jika pemerintah mewajibkan perusahaan yang sekarang disebut integrator itu menjadi integrator 100%, maka penjualan ayam hidup otomatis hanya milik peternak mandiri/rakyat. Setidaknya dengan cara ini tidak ada “pertandingan tinju yang beda kelas di ring yang sama.”

Patut dicatat, dari 3 miliar ekor ayam yang diproduksi Indonesia, yang dijual sebagai ayam beku diperkirakan baru sekitar 20% saja. Ini membuktikan yang disebut integrator itu masih menjadi integrator semu, belum 100%.

Ekspor dan Kampanye Gizi
Selama ini program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi oversupply adalah dengan melakukan pemangkasan telur tetas, afkir dini PS (Parent Stock) dan upaya pemangkasan produksi yang lain. Sementara itu menjaga keseimbangan pasokan dalam negeri dengan melakukan ekspor belum secara nyata dilakukan. Ada program gerakan tiga kali ekspor oleh Kementan tapi fokusnya lebih ke peningkatan devisa negara, bukan stabilisasi harga.

Ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Perancis beberapa tahun lalu, tatkala oversupply produksi susu sapi akibat embargo ke Rusia, pemerintah setempat membeli susu milik peternak dan melakukan ekspor ke negara berkembang, baik sebagai bantuan kemanusian maupun aktivitas lainnya.

Sementara itu, pemerintah juga perlu memanfaatkan dana APBN untuk kampanye konsumsi ayam dan telur. Masih ada ruang untuk meningkatkan konsumsi ayam dan telur sebesar dua kali lipat dari sekarang, karena kita melihat konsumsi rokok masyarakat Indonesia sangat tinggi, sekitar 4.000 batang rokok/orang/tahun, sementara konsumsi ayam hanya 13 kg/kapita/tahun dan konsumsi telur hanya 150 butir/kapita/tahun. Jika konsumsi naik dua kali lipat saja, bisnis perunggasan akan menciptakan jutaan tenaga kerja baru sekaligus usaha perunggasan akan semakin bergairah.

Pada 2011 lalu Menteri Pertanian, Suswono, mencanangkan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang diinisiasi oleh 14 asosiasi perunggasan. Pencanangan ini sebagai upaya mempercepat peningkatkan konsumsi ayam dan telur. Sayangnya, kegiatan kampanye ayam dan telur ini dijalankan sendiri oleh para peternak dan asosiasi perunggasan. Belum ada dukungan nyata dari pemerintah untuk mendongkrak konsumsi ayam dan telur agar tidak terpaut jauh dengan konsumsi negara tetangga. Padahal Kementerian Perikanan dan Kelautan memiliki program gemar makan ikan (Gemarikan), dengan tim yang lengkap dari pemerintah pusat hingga daerah, sehingga konsumsi ikan secara nyata mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding konsumsi ayam dan telur.

Kemitraan, Jembatan Menuju Mandiri
Pola kemitraan sudah dikembangkan sejak era 80-an, tujuannya agar peternak kecil bermitra setelah semakin besar bisa berdiri sendiri. Ini tujuan ideal, yang ternyata dalam implementasi bisnis terjadi kebalikannya. Peternak mandiri yang tidak kuat akhirnya berhenti atau melanjutkan sebagai mitra perusahaan lain. Jika itu yang terus terjadi berarti pola kemitraan yang berkembang tidak sesuai tujuan awal dikembangkannya kemitraan, dan jumlah peternak mandiri semakin sedikit.

Program untuk menjadikan lebih banyak peternak tangguh dan mandiri layak kita gaungkan, agar peta bisnis perunggasan menjadi lebih sehat dan kondusif. Jika itu dilakukan, lingkaran siput sudah terputus dan tak ada lagi ungkapan “selalu itu permasalahannya untuk tuduh-tuduhan.” ***

Ditulis oleh: 
Bambang Suharno, GITA Consultant, Pengamat Peternakan

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer