Pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan adalah aransemen wajib bagi semua elemen orkestra. (Foto: Istimewa) |
Pandemi mengingatkan pada cerita pewayangan “Semar Mbangun Khayangan”. Diawali pertemuan Pandawa Lima bersaudara di istana negeri Amarta. Hadir Baladewa yang bermaksud minta pusaka Jamus Kalimasada sebagai tumbal mengatasi pandemi di negeri tetangga. Selanjutnya datang Gareng, Petruk, Bagong mewakili Semar dari desa di wilayah Amarta. Mereka melaporkan pandemi serupa dan memohon agar Pandawa bersaudara berkenan hadir ke desa beserta pusaka Jamus Kalimasada untuk kepentingan rakyatnya, dengan harapan pemulihan kondisi berjalan lancar, berhasil, dan sukses.
Akibat dua kepentingan serupa tersebut, timbul perdebatan seru antara Baladewa mewakili luar negeri dan Petruk mewakili Semar dari desa di negeri sendiri. Situasi memanas dan bertambah sengit, karena Baladewa sengaja mengeluarkan kata-kata kasar, menghina Semar sebagai gedibal pitulikur, miskin, bagaikan cebol meraih bintang, orang rendahan yang tak tahu diri, sehingga punokawan tersinggung. Demi menjaga harga diri sebagai lelaki dan nama baik Semar, mereka nekat melawan dan tak peduli meskipun Baladewa terkenal sakti mandraguna.
Singkat cerita, dengan kesaktian sebagai dewa ngejawantah Semar berhasil membekuk oknum kreator pandemi di desanya, mengungkap fakta dan membasmi sifat tamak, rakus, serakah, sumber angkara murka. Berkat dukungan Pandawa Lima dan tata kelola desa sesuai Jamus Kalimasada, Semar kembali membangun semangat agar giat berkarya, bekerja sama dan saling menjaga, sehingga tak ada lagi pengangguran, kemiskinan, kelaparan. Sandang, pangan, papan tercukupi, rakyat berpenghasilan dan berdaya beli, diperlakukan adil, hidup mulia, sejahtera, dan bahagia bagaikan di surga (khayangan).
Semar Mbangun Khayangan adalah cerita pewayangan yang heroik dan sarat makna. Dalam kehidupan nyata, sifat tamak, rakus, dan serakah terbukti selalu menimbulkan kekacauan, kerusakan, serta sangat merugikan manusia lainnya. Manusia terbaik itu bukan karena mereka lebih berkuasa, bergelimang harta, pandai tipu daya, ahli rekayasa, atau mahir berpura-pura. Manusia terbaik itu adalah mereka yang ikhlas menjalani takdir, pandai menjaga lisan, dan rendah hati, sehingga hidupnya selalu membawa manfaat bagi manusia lainnya.
Bagaimana dengan ilustrasi kondisi bisnis sektor perunggasan sampai triwulan terakhir di 2024? Sektor perunggasan ibarat orkestra kolosal, menggunakan berbagai jenis alat musik yang melibatkan banyak pemain profesional pada setiap jenis alat musik yang dimainkan. Setiap pemain andal dan kompeten memainkan alat musik masing-masing. Setiap pemain memiliki peran penting, terkait dan saling memengaruhi, mengisi dan menguatkan. Agar menghasilkan harmonisasi semua elemen harus berpadu dalam aransemen yang sama sehingga pertunjukan terasa indah, megah, dan menghibur.
Jika tidak pernah komunikasi, tidak ada komitmen lagu, tanpa aransemen, dan tidak pernah latihan bersama, bagaimana ketika dipentaskan? Apakah bisa membuat para pemirsa terhibur? Apa yang bisa diharapkan dari pentas orkestra yang tidak pernah dipersiapkan untuk menghibur para pemirsanya? Apa yang bakal terjadi ketika pentas dimulai? Diawali suara tak beraturan dan bunyi yang mengagetkan, selanjutnya panggung menjadi sumber kegaduhan, tidak enak dilihat, tidak nyaman didengar, tidak menghibur, mengecewakan para pemirsanya, dan pasti sangat merugikan produsernya.
Tetapi membuat grand design pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan memang tidak gampang, lebih rumit dari ilustrasi di atas. Karena harus diawali revolusi mindset. Pemberdayaan ekonomi bukan untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok sendiri. Bukan kampanye cari muka, pencitraan ekonomi, atau mencari dukungan suara. Pemberdayaan ekonomi pada sektor perunggasan sejatinya adalah aransemen untuk berbagi peran demi menjaga kestabilan (supply and demand), saling mengisi dan menguatkan, agar sektor perunggasan lebih harmonis, sustainable, dan berkesinambungan.
Pemberdayaan ekonomi sektor perunggasan adalah aransemen wajib bagi semua elemen orkestra. Dibutuhkan regulasi agar kolaborasi dan sinergitas yang dibangun menghasilkan harmonisasi indah dan membahagiakan. Semua eleman harus menyesuaikan, perlu instal dengan mindset baru, serta menghilangkan penghambatnya berupa sifat tamak, rakus, serakah yang hanya mementingkan diri sendiri, keluarga, atau kelompoknya. Diganti dengan kepemimpinan yang melayani, berani dan baik hati, peduli untuk membela kepentingan rakyat demi kemajuan sektor perunggasan, perbaikan visibilitas usaha, dan keamanan investasi bisnis di masa depan.
Diawali bersyukur atas karunia nikmat yang telah diterima sebagai bangsa berpenduduk 270 juta jiwa, tinggal di negara kepulauan, memiliki pemandangan indah, tanah subur, dan sumber daya melimpah. Semestinya Indonesia lebih percaya diri menentukan masa depan bangsa dan pemulihan ekonomi. Dengan persepsi sama dan komitmen untuk kemajuan bangsa, melalui pengembangan pariwisata, perbaikan tata kelola sektor pertanian, peternakan dan kelautan, serta perbaikan tata niaga hilirisasi secara holistik untuk kestabilan (supply and demand) demi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia.
Semoga pemimpin terpilih pada pemerintahan baru memiliki Servant Leadership, kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab untuk memberdayakan kaum lemah, memperhatikan mereka yang tertindas, terbelakang dan di bawah garis kemiskinan, serta mendorong kelompok usaha menengah dengan cara bijaksana, supaya terbuka peluang kerja bagi akar rumput. Tidak ada lagi pengangguran, kemiskinan atau kelaparan, dan atas berkah rahmat Allah SWT didorong keinginan luhur terwujud kesejahteraan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan kebijakan ekonomi yang berpihak pada kepentingan rakyat dan regulasi yang kondusif bagi pertumbuhan usaha menengah dan UMKM, efektif mendorong pertambahan jumlah perputaran uang pada kalangan akar rumput serta berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya beli masyarakat. Sehingga strategi peningkatan daya beli masyarakat melalui cara tersebut konstruktif membangun pilar ekonomi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi biaya produksi, dan customer segmentation sebagai roadmap pemulihan kondisi ekonomi nasional untuk Indonesia maju dan terbebas dari krisis.
Pemberdayaan ekonomi komunitas akar rumput sejatinya adalah implementasi kepatuhan terhadap perintah untuk memberdayakan kaum lemah, yang terbelakang dan tertindas, sehingga kebaikan yang dilakukan menolong siapapun tanpa melihat latar belakang agama, suku, atau organisasi sebagaimana amanat QS Al Maun. Sehingga Allah SWT pasti menepati janji dan tidak akan menterlantarkan siapapun yang menebar kebaikan di muka bumi ini.
Tak ada gading yang tak retak dan seputih-putih bulu kelinci pasti ada hitamnya. Kita sebagai manusia tidak lepas dari salah, khilaf, dan dosa. Untuk itu mari segenap elemen orkestra bisnis perunggasan bersama melakukan mindset change dengan sifat kepemimpinan yang melayani, berani dan baik hati, membela kepentingan rakyat, sehingga tercipta ekosistem bisnis sektor perunggasan yang kondusif, marketable, sustainable, dan lebih profitable. Selamat menyongsong tahun baru 2025 dengan mindset baru, semoga lebih bersemangat dan sukses selalu. ***