Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini daging sapi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PEMANTAUAN PANGAN JELANG LEBARAN, PEJABAT KEMENTAN: CUKUP DAN AMAN

Kementan bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan di pasar untuk memastikan ketersediaan pangan jelang Lebaran. (Foto: Istimewa)

Memasuki 10 hari menjelang Idul Fitri 1445 H, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan untuk memastikan ketersediaan dan pasokan 12 bahan pangan pokok aman dan mencukupi.

Dalam keterangan resminya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersedian daging sapi, maupun daging dan telur ayam ras, karena pemerintah terus melakukan pemantauan di lapangan.

“Berdasarkan pemantauan ketersediaan telur ayam, daging ayam, dan daging sapi cukup tersedia dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Idul Fitri,” kata Nasrullah saat melakukan pemantauan bersama di Pasar Cibinong dan Pasar Induk Kemang, Bogor, Jawa Barat, Senin (1/4/2024).

Ia menambahkan, menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), pemerintah berkomitmen mengintensifkan pemantauan pasokan dan meningkatkan kelancaran distribusi bahan pangan dari daerah sentra produksi ke daerah konsumen. Selain itu juga memberikan informasi tentang kepastian penyediaan pasokan dan sekaligus meningkatkan keamanan pangan untuk mencegah terjadinya peredaran bahan pangan yang tidak memenuhi kaidah keamanan pangan.

Ditemui di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan, mengatakan bahwa kondisi pangan di Bogor dipastikan dalam keadaan aman dan terkendali. “Kami ingin memastikan bahwa kebutuhan pangan jelang Lebaran itu tak terkendala apapun dan masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkannya,” katanya.

Sementara menurut Jamaludin, seorang penjual telur di Pasar Cibinong, menyampaikan bahwa pasokan telur ayam ke lapaknya sampai saat ini berjalan lancar, bahkan stok telur sampai lebaran dalam kondisi aman. “Untuk stok telur ayam masih aman sampai saat ini dan alhamdulillah pembeli terus berdatangan dan bertambah setiap harinya,” kata Jamaludin.

Selain itu, adapun untuk daging sapi juga disebutkan stoknya masih tercukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuda, salah seorang penjual daging sapi. Daging yang ia peroleh berasal dari pemasok dari rumah pemotongan hewan (RPH) Cibinong.

Hal senada juga dikatakan oleh Hermawan, penjual daging ayam broiler yang menyampaikan penjualannya berjalan normal dengan pasokan yang lancar. “Pembeli mau beli ayam berapapun kami siap potong untuk kebutuhan menjelang Idul Fitri, insyaallah aman,” katanya.

Pemantauan bersama tersebut juga dilakukan pada usaha peternakan unggas Kandang Jabrik yang terletak di Desa Tonjong, Tajurhalang, Bogor. Peternakan yang memiliki lahan 5.000 m2 dengan populasi broiler mencapai 27.000 ekor tersebut menjadi salah satu sasaran pemantauan karena perannya dalam produksi unggas di wilayah tersebut. (INF)

TURUNKAN TIM KE LAPANGAN, KEMENTAN RESPONS CEPAT LAPORAN ANTRAKS DI YOGYAKARTA

Tim saat mengambil sampel di peternakan warga karena adanya laporan kasus antraks. (Foto: Istimewa)

Merespons laporan kasus antraks di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 8 Maret 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), langsung menurunkan tim ke lapangan.

“Tim kami dari Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi dan pengujian laboratorium dengan hasil positif antraks dari sampel darah sapi dan tanah yang berasal dari Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul dan sampel tanah dari Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,” ujar Dirjen PKH, Kementan, Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Untuk mencegah tambahan kasus, ia sampaikan bahwa Kementan segera mengirimkan bantuan berupa vaksin sebanyak 1.000 dosis, 100 botol antibiotik, dan 1.000 botol vitamin untuk diberikan ke ternak di wilayah terdampak di DIY.

"Bantuan tersebut akan disalurkan untuk penanganan kejadian antraks yang dilaporkan dari Sleman, Gunung Kidul, dan wilayah terancam lainnya," ucapnya.

Sementara terkait adanya kasus antraks, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menerangkan bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

"Saya minta masyarakat tetap waspada dan tidak menjual atau memotong hewan sakit, apalagi mengonsumsinya," imbuhnya. Sebab, adanya kasus pada masyarakat disebabkan karena mereka mengonsumsi ternak yang sakit dan dicurigai antraks.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa timnya bersama dinas setempat telah melakukan dekontaminasi dan disinfeksi pada lingkungan yang tercemar, yaitu lokasi penyembelihan, kandang dan area penguburan ternak, pengobatan antibiotik dan roboransia, serta KIE bersama dengan UPT Puskesmas. Sedangkan vaksinasi akan segera dilakukan setelah pengobatan.

“Tim kami akan terus melakukan penanganan di lapang dan dalam waktu dekat kita akan adakan pertemuan lintas sektor termasuk kesehatan yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY,” pungkasnya. (INF)

PJ GUBERNUR BABEL PASTIKAN STOK DAGING SAPI AMAN SELAMA NATARU

Safrizal (kanan), kala berdiskusi dengan seorang peternak


Pj Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Safrizal memastikan stok daging cukup dan harga stabil jelang Natal 2023 dan  Tahun Baru 2024. Hal ini terungkap setelah orang  nomor satu di Babel itu mengunjungi salah satu peternakan sapi di  Petaling, Mendo Barat, Kabupaten Bangka pada Jumat (22/12/2023)

"Saya ke peternakan sapi bali punya Pak Priyono  yang memiliki puluhan sapi yang digemukkan. Masih ada peternakan sapi di tempat lain sehingga stok daging terpenuhi pada akhir tahun ini," kata Safrizal,  Jumat (22/12/2023) di Bangka.

Safrizal menuturkan dalam dialog dengan Priyono terungkap kesulitan mendapatkan  pakan. Pasalnya, konsentrat seperti ampas ubi, onggok, bungkil sawit, dedak padi didatangkan  dari Lampung. Sementara di Babel tidak ada lagi  pabrik ubi karena  sudah ditutup. Masalah lain peternak sapi beralih ke sapi pengembangan (sapi yang dilepas). Sehingga untuk penjual tidak menentu karena sapi ini bukan sapi  penggemukan.

"Setelah mendengar kendala yang dihadapi peternakan sapi, kami  akan kolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternakan sapi," jelas Safrizal. (INF)


KINERJA RUMEN DAN KEJADIAN ASIDOSIS

Peternak rakyat memberikan comboran berlebih memicu asidosis. (Foto: Dok. Joko)

Nutrisi ternak harus diberikan secara berimbang, karena kekurangan salah satu komponen tersebut akan mengganggu kerja sistem pencernaan. Ternak ruminansia membutuhkan air, energi, protein, mineral, vitamin, dan serat yang efektif. Beberapa lemak juga dibutuhkan, tetapi jika terlalu banyak mengganggu fermentasi dalam rumen.

Sapi merupakan ternak ruminansia yang berlambung ganda, yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Rumen memiliki kapasitas besar hingga 120 liter, tempat terjadinya proses pemecahan karbohidrat protein oleh mikrobia menjadi substrat yang bisa dicerna. 

Sapi di Asia mengonsumsi air minum sekitar 40 liter per ekor setiap hari hingga 100 liter pada cuaca panas. Air minum bersih dan segar harus tersedia sepanjang waktu, jika konsumsi tidak mencukupi menimbulkan dehidrasi ringan menyebabkan konsumsi nutrisi sedikit dan pertumbuhan tidak maksimal. Kualitas air dipengaruhi oleh garam-garam yang terlarut di dalam air dan ada tidaknya cemaran kuman E. coli dan colifrom. Peternakan sapi harus memastikan persediaan air bersih setiap saat, memiliki persediaan setidaknya untuk dua hari bagi seluruh tempat bak minum kandang dan menguji air minum berkala untuk mengetahui kandungan garam (tidak melebihi 5000 ppm), serta bebas cemaran kuman. Pembersihan bak air dilakukan rutin setiap hari dan diganti dengan air segar dan bebas dari kuman, sampah, dan jamur.

Jika konsumsi air minum tidak cukup, maka komponen nutrisi lainnya tidak akan tercerna sempurna. Sebaliknya jika air tersedia cukup, namun asupan energi tidak tercukupi, maka penambahan protein juga tidak banyak memberikan manfaat. Ketersediaan dan kualitas pasokan air sangat penting. Air tidak dianggap sebagai nutrisi tetapi penting karena sistem pencernaan nutrisi ruminansia terdiri dari 85-90% air. Air diperlukan untuk banyak proses meliputi sebagai substrat fermentasi, untuk mengangkut mineral dan metabolit, untuk kesehatan seluruh sel tubuh, untuk mengeluarkan zat beracun dan tidak diinginkan, serta untuk semua fungsi homeostatis, termasuk keseimbangan darah dan pengaturan suhu.

Rumen merupakan lambung terbesar di antara tiga lainnya, dimana cairan rumen mengandung mikrobia kompleks bakteria, jamur, dan protozoa. Rumen berisi 85-90% air yang terdiri dari mikrobia (bakteri, jamur, dan protozoa). Suhu rumen dijaga agar stabil antara 38-40° C dan sebagian besar adalah anaerob. Derajat keasaman (pH) rumen stabil pada 5.5-6.5 yang efisien untuk proses pencernaan. Mikrobia tersebut berfungsi memproses selulosa dan biji-bijian menjadi volatile fatty acid (VFA) sebagai sumber energi. Mikrobia menggunakan karbohidrat dan nitrogen untuk menjadikan protein untuk reproduksi mikrobia baru. Protein mikrobial ini selanjutnya dicerna masuk ke saluran pencernaan berikutnya.

Mikrobia rumen mendegradasi sumber nitrogen menjadi protein yang dapat digunakan untuk ternak. Mikrobia juga memanfaatkan karbohidrat pada dinding sel tumbuhan (lignin, selulosa, dan hemiselulosa) sebagai sumber energi. Mikrobia mengonversi biji-bijian dan rumput menjadi VFA sebagai sumber energi. VFA mensuplai hampir 70% energi untuk ternak. Tiga jenis VFA yang memiliki peran utama meliputi asam propionik (paling efisien digunakan, dihasilkan oleh pencernaan pati/biji-bijian), asam butirat, dan asam asetat (kurang dimanfaatkan secara efisien, dihasilkan oleh proses pencernaan serat). VFA ini diserap oleh rumen kemudian ditransportasikan menuju hati untuk digunakan dalam beberapa macam fungsi metabolisme. Mikrobia rumen memproduksi kelompok vitamin B yang digunakan ternak untuk metabolisme glukosa menjadi energi. Produksi VFA yang terlalu cepat dari konsumsi biji-bijian (konsentrat) berlebih tanpa diimbangi serat dari rumput, akan menurunkan pH rumen secara cepat, menyebabkan asidosis.

Perbanyakan mikrobia juga terjadi karena mengonsumsi protein yang dihasilkan mikrobia di dalam abomasum. Tingginya populasi mikrobia di dalam rumen menunjukan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

WASPADAI PENYAKIT STRATEGIS PADA RUMINANSIA

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis. (Foto: Istimewa)

Pada momen-momen tertentu seperti Iduladha, perdagangan ternak ruminansia dari daerah sentra ternak ke beberapa daerah cukup tinggi. Ternak ruminansia bisa berada di tempat baru selama beberapa bulan dengan tujuan penambahan bobot badan guna memperoleh harga yang lebih tinggi. Masuknya ternak baru dengan izin masuk sebagai ternak potong berpotensi juga memasukkan penyakit baru dari daerah tertular ke daerah baru yang belum tertular penyakit.

Ternak baru sebagai karier bisa masuk antar pulau ataupun provinsi. Secara klinis, ternak tidak menampakkan penyakit, tetapi dalam fisik tubuhnya terdapat agen penyakit berbahaya yang tidak terdeteksi, hanya sebagian ternak saja yang dilalulintaskan diuji laboratorium. Tidak adanya bahan uji dan desakan waktu, ternak tidak diuji sesuai persyaratan, akibatnya agen penyakit yang tidak terdeteksi dan sapi pembawa agen penyakit lolos ke daerah baru.

Ada juga beberapa oknum pedagang ternak yang biasanya membawa ternak ruminansia saat malam atau siang hari melalui rute yang tidak lazim, sehingga lolos dari pengawasan petugas.

Beberapa daerah asal ternak ruminansia di Indonesia masih endemis atau tertular penyakit strategis, menular, berpotensi mematikan, dan mewabah. Beberapa penyakit baru ternak ruminansia bisa muncul, apalagi saat momen penting, di antaranya jembrana, penyakit mulut dan kuku (PMK), brucellosis, antraks, septicaemia epizootica (SE), maupun surra.

Lalat pengisap darah dapat bertindak sebagai transmitter penyakit menular, menyebarkan virus maupun parasit darah antar ternak. Penyakit jembrana dapat muncul dan menyebar cepat antar populasi sapi Bali, menurunkan harga penjualan sapi, hingga menimbulkan kematian.

Adapun penyakit surra juga bisa menyebar di daerah baru akibat lalat pengisap darah yang ikut terbawa ternak atau lalat yang sudah ada pada sapi di daerah baru.
Terdapat tiga penyakit penting yang bisa muncul akibat perdagangan dan lalu lintas ternak dari daerah endemis. Ketiganya bisa muncul sporadik maupun epidemis, terjadi pada ternak secara terbatas atau meluas melintas daerah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2023.

Ditulis oleh: 
Sulaxono Hadi,
Medik Veteriner Ahli Madya Balai Veteriner Banjarbaru &
Ratna Loventa Sulaxono,
Medik Veteriner Ahli Pertama Loka Veteriner Jayapura

POTENSI SAPI SUMBA ONGOLE

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan. (Foto: Infovet/Joko)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, ketersediaan daging sapi dan kerbau di Indonesia masih mengalami defisit sebesar 258,69 ribu ton. Defisit ini disebabkan rendahnya produksi daging sapi dan kerbau yakni sebesar 436,70 ribu ton dibanding kebutuhan daging sapi dan kerbau sebesar 695,39 ribu ton.

Supply dan demand daging sapi dan kerbau memperlihatkan bahwa secara umum dan hampir menyeluruh di enam pulau besar di Indonesia, kebutuhan (demand) daging sapi dan kerbau lebih tinggi dibandingkan ketersediaannya. Namun di Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara justru mengalami surplus masing-masing sebesar 3,57 ribu ton dan 18,36 ribu ton. Hal ini dapat terjadi mengingat pulau-pulau tersebut merupakan sentra produksi daging sapi dan kerbau di Indonesia. Defisit tertinggi terjadi di pulau dengan penduduk terpadat yaitu Jawa. Produksi daging sapi dan kerbau yang hanya sebesar 258,17 ribu ton ternyata tidak mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 500,43 ribu ton, sehingga terjadi defisit sebesar 242,26 ribu ton. Hal serupa terjadi juga di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Papua. Namun, ternyata surplus yang terjadi di pulau-pulau sentra produksi daging sapi dan kerbau belum dapat memenuhi kebutuhan daging secara nasional.


Sapi lokal untuk bakalan penggemukan semakin langka, setelah sapi PO, Simental, Limousine sekarang banyak peternak penggemukan mencari bakalan dari jenis sapi Bali, Madura, Kupang, dan Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) adalah sapi Ongole asli Indonesia berasal dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan perawakan seperti sapi Ongole (Jawa), warna asli putih, memiliki rangka dan perfoma produksi yang lebih baik dari sapi Ongole. Frame yang tinggi panjang, bertanduk, perototan dan pertulangan kuat. Di daerah asalnya sapi ini dipelihara di lahan penggembalaan (ranch) di area ribuan hektare, pemilik sapi biasanya memiliki puluhan hingga ratusan ekor sapi dan menandai sapinya dengan sobekan di telinga atau cap bakar di paha.

Sapi SO sebagai potensi sapi lokal memiliki beberapa kelebihan, yaitu pemeliharaan ekstensif menggunakan pejantan memiliki produktivitas sangat baik, perfoma reproduksi angka kebuntingan lebih dari 85%. Biaya produksi rendah (low cost) karena di musim penghujan rumput tersedia melimpah dan mendukung biaya produksi pedet rendah. Sapi SO memiliki daya tahan tubuh yang sangat baik. Hingga saat ini sapi tersebut bebas dari beberapa jenis penyakit menular strategis seperti Brucellosis, Antrax, Penyakit Mulut dan Kuku, Lumpy Skin Disease dan penyakit lainnya. Pemeliharaan secara intensif di feedlot menghasilkan pertumbuhan berat badan sangat baik 1,4-2,0 kg/hari  dengan karkas berkelas premium lebih dari 53%.

Kelebihan lainnya pemeliharaan sistem ekstensif di ranch adalah pembentukan rangka yang kuat dan panjang, exercise cukup, mendapatkan vitamin D cukup dari sinar matahari dan mendapatkan sebagian mineral (Ca) dari tanah atau bebatuan di sekitar ranch. Perkawinan dengan kawin alami juga menghasilkan angka kebuntingan dan angka panen pedet cukup tinggi. Hidup di alam terbuka dengan tingkat kelembapan rendah sangat baik untuk kesehatan ternak.

Kelemahan dari sistem ranch pada musim kemarau akan sangat kekurangan air, akibat dari asupan air yang rendah akan terjadi kekurangan rumput, rendahnya perfoma reproduksi dan produksi, meningkatnya kematian pedet karena susu indukan kurang mencukupi. Berkurangnya rumput dan air pada musim kemarau menyebabkan turunnya kondisi fisik sapi, sehingga kejadian penyakit meningkat seperti demam tiga hari (Bovine Epiferal Fever), kekurusan (skinny) dan kelemahan (weakness). Saat musim kemarau terjadi peningkatan kejadian masuknya benda asing (kain, plastik, kayu, lidi, paku, kawat) ke dalam tubuh sapi yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan, jantung, paru paru dan sistem organ lain. Selain itu, tingginya kejadian inbreeding, recording reproduksi dan produksi relatif sulit, susahnya kontrol penyakit parasiter (cacing), sapi kecil akan selalu kalah dalam kompetisi perebutan pakan.

Pemeliharaan sapi SO oleh masyarakat di Sumba Timur masih dikelola secara tradisional bergantung pada alam. Pada musim kemarau tidak ada pakan, hingga saat ini belum ada teknologi pengembangan pakan untuk cadangan pakan ataupun pakan tambahan. Sumber air minum kering di musim kemarau juga belum dilakukan intervensi untuk penyediaannya. Sistem pemeliharaan ternak juga masih sebatas tabungan tahunan ataupun tabungan untuk acara adat setempat. Penjualan sapi-sapi jantan dilakukan untuk penghasilan tahunan, sementara sapi betina jarang dijual kecuali kondisi sangat membutuhkan. Semua sapi dipelihara dengan pola yang sama rata sama rasa, sehingga golden moment sapi-sapi jantan tidak tersentuh maksimal dan pedet sering menjadi objek penderita dalam hal perebutan pakan.

Sumba Ongole Perlu Sentuhan Teknologi dan Manajemen
Pengembangan breeding dialihkan dari ekstensif ke semi intensif. Sapi dipelihara di ranch dan akan dievaluasi produktivitas, reproduksi dan status kesehatannya secara berkala. Sapi-sapi bunting tua di musim kemarau akan dipelihara intensif di kandang dengan asupan nutrisi cukup agar pedet lahir sehat dan cukup air susu induk. Kelahiran pedet hingga masa sapih di musim kemarau dilakukan di dalam kandang. Pedet yang lahir di ranch secara alami memiliki risiko mati lebih tinggi daripada dipelihara intensif. Kondisi cuaca ekstrem di musim kemarau, minimnya ketersediaan suplai air dan rumput berisiko menyebabkan kematian. Di musim hujan, kondisi hujan lebat menyebabkan stres pada pedet memicu masuknya penyakit seperti diare, pernapasan, demam dan permasalahan tali pusar. Pedet jantan akan dipanen setelah masa sapih tiga bulan masuk ke dalam kandang rearing (pembesaran).

Pengembangan peternakan pola pembesaran dan penggemukan sapi jantan menjadi hal yang harus dilakukan. Selama ini perkembangan pedet jantan sangat fluktuatif juga sesuai dengan musim. Pertumbuhan pedet jantan hingga lepas sapih dan masuk ke periode bakalan penggemukan belum bisa terukur dan tertarget. Pedet jantan lepas sapih sebaiknya dipelihara intensif dengan pakan tambahan seperti konsentrat atau pelet dengan target berat badan pada umur 18 bulan mencapai 350 kg. Selanjutnya sapi umur 18 bulan masuk fase penggemukan dengan masa penggemukan 3-6 bulan dengan pemeliharaan dan pakan tambahan seperti konsentrat penggemukan. Sistem penggemukan bakalan sapi SO sudah banyak dilakukan di Jawa dan Lampung dengan hasil perfoma yang memuaskan.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah teknologi pengolahan pakan untuk peningkatan produktivitas ternak. Lahan-lahan yang memiliki tekstur yang cocok akan dilakukan penanaman beberapa jenis hijauan pakan ternak seperti jagung, barley, king grass, odot, pakcong, indigofera dan lainnya. Jenis pakan ternak tersebut selanjutnya diberikan secara langsung melalui proses pencoperan dan juga diproses menjadi silase untuk cadangan pakan musim kemarau. Rumput sabana yang berlebih di musim penghujan dengan ketinggian 60 cm dilakukan pemanenan untuk disimpan dalam bentuk haylage sebagai cadangan pakan saat musim kemarau. Proses pembuatan pakan konsentrat dengan bahan bahan pakan yang tersedia seperti dedak, polard, bran, tetes tebu, premix, mineral, garam dan lainnya. Pakan konsentrat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan sapi pada program rearing dan fattening. ***

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Koresponden Infovet Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

USAHA KULINER DAGING: BEDA GENERASI, BEDA RASA

Dalam usaha apapun, termasuk rumah makan, kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting. (Foto: Detikcom)

Tak mudah untuk mengelola usaha kuliner berbahan daging agar pelanggan tak berpindah ke lain hati. Apalagi jika usaha tersebut merupakan warisan dari orang tua. Bagaimana cara untuk “mengikat” pelanggan agar tak pindah?

Jarum jam dinding di warung makan itu masih menunjukkan angka 5 lewat 30 menit. Namun para penikmat Nasi Grombyang di warung Pak Warso, di kawasan Pelutan, Kota Pemalang, Jawa Tengah, sudah memenuhi ruangan. Sekitar 30 menit lagi memang akan segera berkumandang Azan Magrib, tanda buka puasa.

Meski masih cukup lama, sebagian meja sudah terisi penuh dengan sajian Nasi Grombyang, lengkap dengan sate khas daging sapi berkuah. Sate ini rasanya gurih dan nikmat. Dalam satu porsi Nasi Grombyang berisi nasi dan daging sapi yang dipotong dadu, adapun tambahan sate yang akan menambah kenikmatan bersantap.

Infovet tak ketinggalan untuk berbuka puasa di sini, sembari mengenang masa-masa silam bersantap di warung ini sebelum merantau ke Jakarta. Waktu itu, warung ini masih dikelola langsung oleh pemiliknya, Pak Warso. Ia pula yang memiliki resep khusus dagangannya.

Kini Warung Nasi Grombyang Pak Warso dikelola anak-anaknya. Menurut cerita salah satu anaknya, ayahnya mendirikan warung ini sejak 1980-an. Bermula dari warung tenda, hingga akhirnya memiliki bangunan rumah makan sendiri dengan ukuran cukup luas.

Animo pembeli Nasi Grombyang di warung ini memang sekilas sama dengan dulu. Meski di sepanjang jalan raya tersebut terdapat 10 lebih warung tenda yang menjual makanan yang sama, namun Warung Nasi Grombyang Pak Warso tetap menjadi yang terlaris.

Hanya saja, olahan Nasi Grombyang Pak Warso yang sekarang di mata sebagian pelanggannya sudah berbeda rasa dengan sebelumnya. Hartono, perantauan Jakarta yang kali ini sedang mudik ke kampung halaman mengungkapkan, rasa Nasi Grombyang sekarang sudah agak berubah.

“Dari dagingnya juga sudah enggak sama seperti zamannya Pak Warso dulu. Dulu dagingnya empuk banget dan enggak ada uratnya seperti sekarang. Jadi agak alot,” tuturnya.

Infovet pun merasakan hal sama, olahan daging dalam Grombyang kali ini tidak seempuk dulu. Mungkin karena beda generasi, beda bahan baku, beda teknik mengolahnya, sehingga beda rasa.

Sayangnya, Infovet tak berkesempatan mewawancari salah satu anak pemilik warung makan ini. Mereka tampak sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan silih berganti.

Warisan Usaha 
Menjaga rasa masakan yang diwariskan secara turun temurun bukanlah hal mudah. Meski dengan resep, alat masak dan bahan baku yang sama, namun beda tangan maka beda pula teknik mengolahnya. Alhasil, hasil masakannya juga akan berbeda.

Bisnis di produk makanan berbahan baku daging sapi maupun ayam, membutuhkan konsistensi dalam urusan rasa. Terlebih jika bisnis tersebut akan diwariskan kepada penerusnya sebagai pelanjut usaha. Konsistensi dalam pemilihan bahan, resep perpaduan bumbu dan teknik penyajian menjadi salah satu kunci menjaga pelanggan agar tak berpindah ke lain hati.

Menurut Head Chef di Hotel Royal Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, Bagus Sumargono, untuk pengolahan masakan pada generasi pertama (pemilik usaha pertama), biasanya akan menjaga mutu atau kualitas dan rasa. Dia tahu persis ukuran bahan baku dan bumbunya. Artinya dia memiliki standar dalam mengolah masakannya. Itu sebab rasa dan aromanya tidak berubah dan bahan baku juga akan terjaga, karena orientasinya adalah pembeli.

“Cuma sayangnya, hal-hal seperti itu tidak diturunkan ke generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya juga kurang ada kemauan untuk memperdalam teknik pengolahan yang dilakukan oleh orang tuanya. Apalagi kalau usaha tersebut berbahan daging,” ujar Bagus Sumargono.

Menurut pria yang biasa disapa Chef Margo ini, pola usaha semacam ini biasanya terjadi pada rumah makan yang mengolah Indonesian food. Resep generasi pertama kurang diperhatikan. Akibatnya, begitu usaha rumah makannya beralih ke anaknya, akan terjadi perubahan produk makanannya.

Berbeda dengan rumah makan Chinese food atau rumah makan negara lainnya. Mereka sudah punya resep yang jelas, ukuran bahan baku dan bumbu-bumbu yang ditimbang secara akurat. Sehingga saat usahanya diturunkan, tetap menghasilkan produk olahan yang tetap sama dari sisi rasa, aroma dan selera.

“Kalau di Chinese food mereka biasanya sudah mempunyai kitchen modern, jadi sudah memiliki standar nutrisi, bahan baku dan bumbu diukur sedemikian rupa. Tapi kalau masakan tradisional kita umumnya hanya menggunakan feeling si pembuat masakan tersebut,” tuturnya.

Masakan daging, menurut Chef Margo, walaupun gramasinya sama tetapi kurang satu jenis bumbu atau beda teknik pengolahannya, maka hasil olahannya akan beda juga. Dari sisi bisnis, ini akan memengaruhi konsumen, terutama yang sudah menjadi pelanggan setia. Pelanggan bisa beralih ke rumah makan lain. Kesalahan lain yang umum terjadi adalah karena pemilik rumah makan generasi pertama tidak melakukan transfer skill memasak secara detail.

“Proses masak untuk menu tertentu itu ada tahapannya. Mulai dari pemilihan bahan, proses pengolahan daging, sampai terhidang di meja makan. Tidak bisa hanya mengandalkan feeling saja,” ujarnya.

Agar Tak Pindah ke Lain Hati
Dalam usaha apapun, termasuk rumah makan, kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting. Kepuasan pelanggan berperan mendapatkan keuntungan dari usaha. Kepuasan pelanggan berpengaruh untuk kelangsungan sebuah usaha, apakah bisnis yang dibangun bisa berlangsung lama atau kandas di tengah jalan.

Dalam usaha rumah makan, apabila konsumen mendapat kepuasan dari olahan yang dinikmati, maka kemungkinan besar konsumen akan terus datang dari masa ke masa. Sebaliknya, sajian menu yang disuguhkan ke pembeli sudah “bergeser” rasa, kemungkinan besar pelanggan enggan kembali lagi.

Berikut adalah tips yang bisa dicoba para pemilik usaha rumah makan berbahan daging untuk mempertahankan pelanggan.

Pertama, jaga kualitas olahan. Jika rumah makan yang dikelola merupakan warisan usaha orang tua, satu hal paling penting dijaga adalah kualitas olahan. Kualitas olahan meliputi rasa, aroma dan porsinya. Ingat baik-baik bagaimana teknik orang tua mengolah menu. Jika orang tua sebagai pendiri usaha masih hidup, usahakan agar bisa menjadi tempat untuk bertanya.

Kedua, jika usaha masih dikelola sepenuhnya oleh orang tua sebagai pendiri. Libatkan anak sebagai calon penerus dalam pengelolaan usaha rumah makan, terutama dalam meracik bumbu dan bahan baku. Wariskan ilmu teknik memasaknya sedetail mungkin, agar si penerima waris benar-benar menguasai usaha rumah makan yang dijalani.

Ketiga, pastikan pendiri usaha membuat sistem usaha agar menjadi semacam prosedur tetap (protap) dalam menjalankan usaha. Terlebih protap pengolahan menu, sebagai jualan utamanya. Banyak rumah makan yang disebut-sebut “legendaris” tetapi kemudian bangkrut setelah dikelola generasi berikutnya, lantaran tak dibuatkan sistem usaha ketika masih menikmati masa jaya.

Keempat, berikan perhatian pelanggannya. Hal yang sering dilakukan tentang penawaran yang diberikan, bagaimana penawaran itu dapat menarik para pelanggan, namun tidak memperhatikan apa saja kebutuhan pelanggan. Berikan perhatian khusus terhadap konsumen, contohnya tanyakan bagaimana keadaan pelanggan ataupun memberikan perhatian khusus sebelum dan sesudah melakukan transaksi. Artinya, pemilik usaha rumah makan juga harus pintar-pintar dalam berkomunikasi dengan pelanggan. Latih gaya komunikasi yang “cair” dengan pelanggan agar pelanggan merasa diperhatikan.

Kelima, sesekali berikan tawaran bonus untuk loyalitas konsumen. Tak ada salahnya jika pemilik rumah makan memberikan bonus menu olahan kepada pembeli yang sudah layak disebut sebagai pelanggan. Misalnya, untuk pembelian lebih dari satu porsi menu akan mendapatkan gratis satu porsi.

Jika tips ini diterapkan, kemungkinan pelanggan setia akan pergi sangatlah kecil. (AK)

DIRJEN PKH: PANGAN HEWANI SAAT NATARU AMAN DAN MENCUKUPI

Ketersediaan telur dan daging ayam, maupun sapi/kerbau saat Nataru sangat mencukupi. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) menyampaikan secara nasional ketersediaan dan pasokan pangan asal ternak saat Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru) aman dan mencukupi. Hal tersebut disampaikan Dirjen PKH, Nasrullah, dalam keterangannya Jumat (30/12/2022).

Ia menjelaskan, ketersediaan telur dan daging ayam, maupun sapi/kerbau saat Nataru sangat mencukupi. Berdasarkan prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan asal ternak tersebut secara nasional dan kroscek di lapangan menunjukkan bahwa komoditas terpantau cukup, sehingga masyarakat menurutnya untuk menyambut akhir tahun tidak perlu khawatir kehabisan stok.

Lebih lanjut disampaikan, tahun ini ketersediaan daging broiler mencapai 3,71 juta ton dengan kebutuhan mencapai 3,21 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 0,50 juta ton. “Ketersediaan telur ayam ras tidak jauh berbeda, dimana sebanyak 5,61 juta ton dengan kebutuhannya 5,52 juta ton, terdapat surplus sekitar 0,09 juta ton”, jelas Nasrullah.

Sedangkan ketersediaan daging sapi/kerbau 797.055 ton dengan kebutuhan sebanyak 736.622 ton, terdapat surplus sebesar 60.433 ton. “Data prognosa tersebut bersumber dari Rakornis Kementerian/Lembaga, Kementerian Koordinator Perekonomian, BPS, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Bapanas,” ucapnya.

Ia juga mengemukakan, stok nasional daging sapi hingga 28 Desember 2022 sebesar 127.731 ton, artinya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sampai 60 hari ke depan Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta, stok daging sapi sebanyak 14.600 ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 300 hari.

“Untuk stok nasional daging ayam hingga 28 Desember 2022 sebesar 129.761 ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai 12 hari ke depan, sedangkan untuk DKI Jakarta stok daging ayam sebesar 10.110 ton, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 29 hari,” ungkapnya.

“Stok nasional telur ayam hingga 28 Desember 2022 mencapai 165.463 ton, artinya  mencukupi kebutuhan sampai sembilan hari. Sedangkan untuk DKI Jakarta, stoknya mencapai 15.051 ton, mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama 26 hari.”

Ia sampaikan, kegiatan pemantauan ketersediaan pangan penting dilakukan pada momen Nataru, karena terdapat potensi kenaikan permintaan bahan pangan asal ternak dan mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan pasokan yang akan berdampak pada fluktuasi harga.

“Hal ini tentu untuk menindaklanjuti arahan Bapak Menteri Pertanian yang terus mengingatkan kami agar selalu berkomitmen memenuhi kebutuhan pangan bagi 275 juta rakyat Indonesia yang merupakan prioritas layanan kami. Kami juga lakukan pemetaan stok produk pangan asal ternak untuk mengetahui status ketahanan pangan di daerah. Hal ini juga penting untuk menentukan kebijakan distribusi pasokan pangan ke wilayah yang berstatus aman, sehingga mampu membantu daerah-daerah yang masih mengalami status waspada,” pungkasnya. (INF)

BILL GATES INGIN "HARAMKAN" DAGING SAPI



Bill Gates : Daging Sapi Sintetis Adalah Masa Depan

Pendiri Microsoft dan mantan orang terkaya di dunia Bill Gates tengahgetol berbicara tentang perubahan iklim, berkenaan dengan rilis buku terbarunya yang berjudul How To Avoid a Climate Disaster. Ia mengetengahkan berbagai saran agar dampak perubahan iklim bisa ditekan, salah satunya 'mengharamkan' daging sapi.

Sapi memang termasuk penyumbang gas metana terbesar yang berdampak buruk bagi atmosfer. Secara biologis, menurut Bill Gates sangat sulit untuk menekan angka gas metana itu sehingga mungkin jalannya adalah dengan memakan daging sintetis dari protein sebagai pengganti daging sapi.

"Saya tidak tahu apakah akan ada pendekatan natural soal ini. Saya cemas bahwa daging sintetis akan dibutuhkan untuk persoalan ini," kata sang pendiri Microsoft.

Daging sintetis sudah dikembangkan sejak beberapa lama, namun penerapannya belum luas. Di negara miskin dan berkembang, daging sintetis mungkin belum perlu digalakkan karena masih ada solusi lain, misalnya meningkatkan jumlah daging sapi per emisi karena produktivitas masih rendah.

Sedangkan di Amerika Serikat, meskipun jumlah emisi yang dikeluarkan lebih rendah dari sapi di Afrika, tapi karena produksinya sangat besar maka gas metana yang dikeluarkan pun amat tinggi. Maka solusinya menurut Bill Gates adalah mempopulerkan daging sintetis.

"Saya pikir semua negara kaya harus 100% pindah ke daging sintetis. Anda akan terbiasa dengan perbedaan rasanya dan ada juga klaim bahwa rasanya akan makin baik dari waktu ke waktu," demikian saran Bill Gates. (INF)

Dalam wawancara sebelumnya dengan BBC, Bill Gates menyebut perubahan iklim harus ditangani dengan sangat serius. Bahkan ia menyebut perubahan iklim adalah permasalahan terbesar bagi penduduk Bumi.

"(Masalah perubahan iklim) jauh lebih besar dibandingkan pandemi. Dan hal ini membutuhkan level kerja sama yang belum pernah dilakukan sebelumnya," kata sang pendiri Microsoft yang kini giat menangani berbagai urusan kemanusiaan melalui yayasannya.

Bill Gates menegaskan bahwa memecahkan perubahan iklim akan menjadi hal paling mengagumkan yang pernah dilakukan umat manusia. Dibandingkan dengan tugas itu, mengakhiri pandemi Corona merupakan perkara yang amat mudah. (INF)




PENANGANAN DAGING SEGAR DARI PASAR SAAT WABAH PMK

Cegah penyebaran dan pengendalian PMK di Indonesia dengan mengikuti tips penanganan daging segar secara benar. (Foto: Pinterest)

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) kini tengah mewabah di Indonesia. PMK adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus yang sangat menular dan menyerang hewan berkuku genap/belah seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi.

PMK sebenarnya bukan penyakit baru di Indonesia. Wabah PMK di Indonesia pernah terjadi sejak 1887 silam. Kala itu wabah PMK disebut muncul melalui sapi yang diimpor dari Belanda. Sejak saat itu, Indonesia beberapa kali menghadapi wabah PMK. Program vaksinasi massal untuk memberantas PMK di Indonesia dilakukan sejak 1978-1986. Vaksin yang digunakan adalah vaksin PMK produksi Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) dengan menggunakan isolat virus PMK lokal.

Sejak dilakukan vaksinasi besar-besaran tersebut, kasus PMK dapat dikendalikan. Wabah PMK terakhir yang dihadapi Indonesia terjadi pada 1983 di daerah Blora, Jawa Tengah dan berhasil diberantas melalui program vaksinasi. Pada 1986, Indonesia benar-benar dinyatakan sebagai negara bebas PMK. Status ini kemudian diakui secara internasional oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties/OIE) pada 1990.

Namun kini kasus PMK kembali muncul setelah Indonesia dinyatakan bebas PMK lebih dari tiga dekade lalu. Kasus pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022 dan telah mengalami peningkatan kasus sampai saat ini. Meningkatnya kasus PMK menyebabkan banyak masyarakat mempertanyakan amankah mengonsumsi daging sapi, kambing dan domba pada saat wabah PMK?

Penyakit ini memang tidak menyerang manusia, tetapi menyerang ribuan hewan ternak di sejumlah wilayah Indonesia dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi. Kementerian Pertanian mengungkapkan bahwa PMK tidak membahayakan kesehatan manusia, sehingga daging dan susu tetap aman dikonsumsi selama dimasak dengan benar.

Melansir dari akun Instagram Kementerian Pertanian yang mengunggah mengenai pedoman cara aman mengonsumsi daging segar dan jeroan, guna mencegah penyebaran virus PMK adalah sebagai berikut:

• Daging tidak dicuci sebelum diolah, rebus dahulu selama 30 menit di air mendidih.
Daging yang dibeli dari pasar tradisional atau pasar swalayan yang masih mentah jangan langsung dicuci, karena apabila dicuci maka dikhawatirkan bila daging tersebut mengandung virus PMK, maka virus dalam air cucian akan mencemari lingkungan. Air yang tercemar virus PMK apabila masuk ke tubuh ternak dikhawatirkan ternak tersebut akan tertular PMK. Untuk membunuh virus, daging harus direbus terlebih dahulu. Virus PMK akan mati bila dipanaskan di atas 70° C.

• Jika daging tidak langsung dimasak, maka daging bersama kemasan disimpan pada suhu dingin, minimal 24 jam baru dimasukkan ke freezer.
Pendinginan 2-8° C dilakukan jika daging akan diolah dalam waktu dekat, sedangkan pembekuan 0-20° C jika daging akan disimpan dalam waktu lama. Daging merah mentah  dapat disimpan di kulkas selama 3-4 hari. Jika disimpan di freezer, daging merah mentah bisa bertahan 4-6 bulan. Daging sebaiknya dimasukkan ke dalam plastik transparan yang tergolong food grade dan hindari menyimpan daging dalam kantong plastik berwarna-warni.
Daging dimasukkan ke dalam mesin pendingin secara bertahap, yaitu diletakkan di  kulkas bagian chiller terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian daging dipindahkan ke dalam freezer. Hal ini untuk menghindari temperature shock yang dapat menyebabkan daging alot dan nutrisinya rusak.
Ketika mengeluarkan daging dari kulkas, juga disarankan untuk dilakukan secara bertahap. Pertama, daging dipindahkan dari freezer ke bagian chiller kulkas dan biarkan sampai mencair. Setelah itu daging dikeluarkan dari kulkas dan daging dapat dimasak. Tidak dianjurkan untuk memasukkan kembali ke dalam kulkas daging beku yang sudah dicairkan. Dalam kondisi itu mikrobia semakin banyak dan akan mempercepat proses pembusukan. Saat mengeluarkan dari lemari pendingin perlu dilakukan pengecekan kondisi daging apabila berubah warna kecokelatan dan terlihat tidak segar lagi, daging sebaiknya dibuang dan tidak diolah.
Untuk jeroan sebaiknya dibeli dalam keadaan sudah direbus. Apabila jeroan dibeli dalam keadaan mentah, maka harus direbus dalam air mendidih selama 30 menit terlebih dahulu sebelum disimpan ataupun diolah. Daging dan jeroan harus disimpan terpisah, karena jeroan lebih cepat rusak dibanding daging.

• Rendam bekas kemasan daging dengan detergen/pemutih pakaian/cuka dapur untuk mencegah pencemaran virus ke lingkungan.
Plastik kemasan daging atau jeroan yang dibeli dari pasar ataupun supermarket hendaknya tidak langsung dibuang ke tempat sampah, tetapi harus direndam dulu dalam larutan detergen/pemutih pakaian/cuka dapur dengan tujuan mematikan virus PMK, karena virus PMK akan mati dalam larutan disinfektan dan suasana pH di bawah 6. Apabila kemasan daging yang kemungkinan tercemar virus PMK langsung dibuang, dikhawatirkan akan mencemari lingkungan.

Demikian ulasan mengenai tips penanganan daging segar agar tetap aman dalam mengonsumsi daging sehat di masa wabah PMK. Mari ikut berpartisipasi dalam pencegahan penyebaran dan pengendalian wabah PMK di Indonesia dengan mengikuti tips penanganan daging segar secara benar. ***

Ditulis oleh:
Drh Wriningati MKes
Kepala Bidang Pelayanan Produksi Pusat Veteriner Farma

STOK SAPI POTONG DI LAMPUNG AMAN

Daging Sapi, Mengalami Kenaikan Permintaan Menjelang Idul Fitri

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memastikan stok sapi potong dan daging sapi aman. Warga diminta tidak khawatir dan tetap mendukung produk daging lokal Lampung.

Berdasarkan Data Ketersediaan Komoditas Peternakan Menghadapi Ramadhan dan Idulfitri 1443 H/2022 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, jumlah pasokan sapi siap potong di feedlotter dan kabupaten/kota sebanyak 40.750 ekor. Sementara kebutuhan konsumsi sebanyak 21.304 ekor sehingga surplus sebanyak 17.446 ekor.

Pada April 2022, perkiraan kebutuhan sapi sebanyak 10.702 ekor atau 1.892 ton sementara ketersediaannya ada 12.282 ekor atau 2.172 ton alias surplus 1.580 ekor atau 279 ton. Kemudian pada Mei 2022, perkiraan kebutuhan sapi mencapai 10.602 ekor atau 1.875 ton dengan ketersediaan sebanyak 12.167 ekor atau 2.152 ton, surplus 1.565 ekor atau 277 ton.

"Yang pasti stok daging lokal di Lampung aman dan Lampung tidak menerima impor daging kerbau," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Lili Mawarti, Senin, 18 April 2022.

Guna menjaga kestabilan harga dan pasokan daging di Provinsi Lampung, pihaknya mengaku sudah mengimbau seluruh perusahaan penggemukan sapi potong agar tidak menaikkan harga jual. Tetapi apabila mengalami kenaikkan maka diharapkan dengan harga yang wajar dan mengutamakan kebutuhan daging sapi di Provinsi Lampung dibandingkan daerah lain.

"Data harga rata-rata konsumen komoditas peternakan daging sapi di Provinsi Lampung selama Maret 2022 berdasarkan Petugas PIP di 9 Kabupaten/Kota) yakni Minggu pertama Rp126.600/kg, minggu kedua Rp128.500/kg, minggu ketiga Rp128.900/kg dan minggu keempat Rp130.000/kg," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Anwar Fuadi menambahkan, stok dan kebutuhan daging kerbau di Lampung terbatas.

"Dulu daging kerbau dicari karena lebih murah dibandingkan sapi dan dipakai untuk campuran untuk bakso dan sebagainya, tetapi sekarang harga daging kerbau sudah sama dengan daging sapi, bahkan sekitar Rp150an ribu/kg. Lampung belum merekomendasikan untuk daging kerbau impor masuk," katanya (CR)

PERLAKUAN MENYIMPAN DAGING AGAR TETAP SEGAR

Menyimpan di dalam lemari es merupakan salah satu cara menyimpan yang baik untuk daging. (Foto: Istimewa)

Daging yang akan disimpan di dalam freezer, tak perlu dicuci. Alasannya, hal ini justru membuat kadar air dalam daging akan meningkat dan menyebabkan paparan dengan mikroba yang lebih banyak.

Beberapa waktu lagi umat Islam akan memasuki momentum bulan Ramadan. Menyajikan menu untuk berbuka dan sahur, umumnya ingin ada yang istimewa seperti olahan daging sapi atau kambing.

Hanya saja, di masa pandemi COVID-19 yang belum tahu kapan berakhir, berhemat uang belanja menjadi pertimbangan bagi ibu-ibu rumah tangga. Tidak sedikit orang memilih untuk membeli daging guna kebutuhan beberapa hari ke depan. Bukan tujuan untuk menimbun, melainkan agar lebih hemat dan tak terlalu sering bepergian ke pasar selama masa pandemi.

Menyimpan daging kambing atau daging sapi tidak terlalu sulit, namun tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Kalau tak tahu cara menyimpan yang tepat, daging bisa tak sedap lagi saat akan dimasak.

Oleh karena itu, jika disimpan di dalam kulkas, Anda harus tahu cara menyimpan yang benar. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga kualitas sembari meningkatkan masa simpan daging.

“Menyimpan di dalam lemari es merupakan salah satu cara menyimpan yang baik untuk daging. Semua daging hewan yang sudah dipotong, dagingnya harus dipertahankan dengan rantai dingin, di bawah 4° C,” ujar ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Ir Edi Suryanto MSc IPU kepada Infovet.

Begitu pula saat akan mengolah, harus ada perlakuan beda dalam mengolah daging beku, sebelum sampai ke meja makan. Menurutnya, pencairan daging beku dapat dilakukan dengan beberapa cara agar menghasilkan olahan yang nikmat.

Perhatikan Cara Menyimpan
Edi menjelaskan ada beberapa cara simpan daging di lemari es agar tetap sehat dan awet yang disarankan:

• Lakukan pengecekan kondisi kulkas atau freezer dengan memperhatikan kondisi kebersihan tempat penyimpanan. Pengecekan dilakukan dengan melihat kondisi rak kulkas atau freezer secara fisik, baik pada tempat yang terlihat atau di sela rak. Jika perlu, bersihkan dengan cairan pembersih terlebih dahulu sebelum menyimpan daging. Hal ini penting agar bakteri yang mungkin ada pada rak kulkas dan freezer tidak mengontaminasi daging. Selain itu, suhu kulkas dan freezer juga perlu diperhatikan. Tujuannya untuk menjaga kualitas dan keamanan daging selama disimpan. Pastikan suhu freezer berada di bawah 10° C dan kulkas di bawah 4° C. Suhu penyimpanan yang tidak tepat akan membuat daging mudah rusak saat disimpan.

• Langkah berikutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah. Wadah yang digunakan harus bersih dan kedap udara atau tertutup. Hal ini penting agar daging tetap bersih dan cairan dari daging mentah tidak mengontaminasi bahan makanan lain saat penyimpanan. Usahakan menggunakan wadah yang tertutup rapat. Selain wadah, memotong daging sebaiknya dilakukan saat masih segar. Lebih baik lagi jika daging dipotong-potong dan membaginya dalam beberapa wadah untuk ukuran satu kali masak, sehingga daging yang diambil adalah daging yang diperlukan saja dan daging lainnya bisa tetap terjaga kualitasnya. Dengan demikian tidak bongkar muat wadah saat akan memasak sebagian dagingnya. Selain itu, jangan cuci daging kambing atau sapi sebelum disimpan. Kebanyakan orang menganggap mencuci daging akan membuatnya bersih. Anda tidak dianjurkan mencuci daging sebelum disimpan di dalam freezer, karena hal ini justru membuat kadar air dalam daging meningkat. Dampaknya,  menyebabkan paparan dengan mikroba yang lebih banyak.

• Perlunya mencatat tanggal atau memberi label. Setidaknya Anda harus mengingat kapan menyimpan daging di freezer. Tujuannya agar bisa mengontrol dengan tepat mulai kapan waktu penyimpanan daging dan kapan sebaiknya daging paling lambat diolah. Mencatat waktu penyimpanan juga akan memudahkan mengontrol masa simpan. Pada suhu standar kulkas, daging merah seperti daging sapi, kambing, domba, bisa disimpan 4-5 hari. Pada suhu freezer, daging merah bisa disimpan 4-12 bulan. Namun perlu diingat, semakin lama menyimpan, akan semakin kurang kesegaran dagingnya.

• Menjaga kualitas daging saat akan digunakan. Cara menyimpan daging di kulkas yang terakhir adalah memperhatikan kapan daging akan digunakan. Jika akan dipakai dalam 1-2 hari, maka menyimpan daging sesuai porsi yang dibutuhkan. Kulkas bisa jadi pilihan yang tepat.

Memasak Daging Beku
Jika ingin menggunakan daging yang telah disimpan dalam freezer, maka lakukan persiapan dengan mencairkan daging tersebut dalam kulkas selama setengah sehari. Hal ini penting agar daging beku tetap terjaga kualitasnya ketika dicairkan. Jangan mencairkan daging beku di suhu ruang karena rentan terkontaminasi bakteri. Selain itu, jangan pula membekukan daging yang telah dicairkan sebelumnya.

Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Ali Khomsan, harus ada perlakuan beda dalam mengolah daging beku sebelum sampai menjadi hidangan di meja makan. Ia menyarankan, proses pencairan daging beku dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, bisa disimpan di ruang suhu kamar. Artinya, keluarga daging yang akan diolah dari freezer, lalu simpan di tempat biasa. Dalam beberapa jam, daging beku akan kembali menjadi daging segar untuk siap diolah.

Kedua, ada juga mencairkan daging beku dengan cara direndam di dalam air biasa, sehingga lama-kelamaan bekuan esnya akan meleleh. Selama ini, masih ada masyarakat yang melakukan pencairan daging beku langsung dengan merendam atau menyiramkan air panas. Memang, cara ini mempercepat waktu melelehkan bekuan es pada daging. Namun, cara ini sangat tidak disarankan.

Sebaiknya pencairan daging beku tidak dengan merendam pada air panas, karena performa dan tekstur dagingnya menjadi beda. “Pencairan yang baik itu bertahap, melalui rendaman air biasa atau di ruang suhu kamar. Itu lebih bagus hasilnya,” ujarnya.

Jika pencairan dilakukan dengan cara memanaskan daging beku, maka akan merusak performa dan tekstur daging. Selain itu, kandungan gizi pada daging akan mengalami  penuruann drastis.

Untuk menjaga kualitas daging, masukkan daging ke dalam kantong plastik anti-bocor. Kebocoran pada kantong tersebut dapat membahayakan keamanan makanan dan menyebabkan pertumbuhan bakteri. Rendam kantong berisi daging di dalam air dingin dan ganti airnya setiap 30 menit. Daging beku akan mengurangi suhu air, memperlambat proses pencairan jika air tidak diganti.

Cairkan daging dengan jumlah kecil dalam waktu kurang lebih satu jam. Potongan daging yang lebih besar bisa menghabiskan waktu 2-3 jam. Jika tekstur sudah sama seperti daging segar segera masak daging tersebut. (AK)

BANJIR IMPOR DAGING KERBAU INDIA, KEMANA SAPI LOKAL KITA?

Impor daging kerbau India terjadi di tengah klaim produksi meningkat, konsumsi stagnan dan neraca defisit. (Foto: Istimewa)

Tahun 2021 Indonesia telah mengimpor daging kerbau asal India sebanyak 80.000 ton. Jumlah tersebut terkoreksi dari sebelumnya dimana kuota impor daging kerbau India sepanjang 2016-2020 mencapai 100.000 ton/tahun. Hal ini tidak lepas dari program pemerintah menyediakan daging murah untuk masyarakat.

Direktur Operasional PT Berdikari Persero, Muhammad Hasyim, mengatakan berdasarkan hasil Rakortas (rapat koordinasi terbatas) 2018, Berdikari mendapat penugasan impor daging kerbau sebanyak 20.000 ton atau sekitar 714 kontainer. Memasuki 2019, impor daging sapi Brasil sebanyak 10.000 ton hanya terealisasi 3.500 ton. Pada 2020, impor daging kerbau 50.000 dan sapi Brasil sebanyak 10.000 dengan realisasi impor daging kerbau 24.724 ton dan sapi 1.900 ton.

“Untuk 2021 impor daging kerbau tidak ada penugasan kepada Berdikari, yang ada hanya impor daging dari Brasil sekitar 20.000 ton dan realiasinya saat ini kurang lebih 16.560 ton,” ungkap Hasyim dalam Webinar PATAKA ke-67 “Banjir Kerbau India, Kemana Sapi Lokal Kita?”, Kamis (13/1/2021). 

Ketua Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Didiek Purwanto, mengatakan melalui BUMN Pangan importasi daging kerbau beku India 2016-2021 sebanyak 39.524 ton (2016), tertinggi 93.970 ton (2019), menurun menjadi 73.780 (2021), sedangkan realisasi impor daging Brasil 16.706 ton (2021). Impor dengan harapan mencapai harga Rp 80.000/kg secara nasional. Tetapi realisasinya, harga daging sapi lokal dalam negeri rata-rata Rp 105.000-109.000/kg sepanjang 2019-2021. Dinilai program impor daging kerbau India belum berhasil menurunkan harga daging sapi lokal dalam negeri.

Sementara Ketua Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Purus Subendro, mengatakan kebijakan impor daging kerbau bertujuan mulia menurunkan harga. Namun impor yang semakin meningkat khawatir terjadi banjir daging kerbau India ketika peternakan rakyat mulai bangkit.

Oleh karena itu menurut Direktur Eksekutif PATAKA, Ali Usman, kebijakan impor daging kerbau India harus dievaluasi. “Tataniaga harus dibenah, jangan hanya melihat sisi konsumen, tapi juga sisi produsen peternak rakyat. Biaya pemeliharaan sapi masih tinggi, hingga rantai pasok fasilitas masih minim, sehingga membuat harga daging sapi masih tinggi,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.

Padahal berbagai program pemerintah untuk meningkatkan populasi tetapi defisit daging sapi masih cukup tinggi, sehingga Indonesia masih melakukan impor daging.

Ia mengusulkan, sistem informasi pangan dalam satu data supply-demand daging sapi harus dibangun. Tidak hanya data produksi, tapi angka konsumsi berbagai daerah. Sehingga pemerintah dapat mengetahui jumlah peternak dan ternaknya di tiap daerah, juga data biaya produksi pemeliharaan ternak, pasokan bahan baku pakan, penyediaan bibit, hingga sistem rantai pasok. Sehingga data harga daging bisa dilihat secara transparan oleh konsumen. (INF)

KEMENTAN JANJI PEMENUHAN DAGING JELANG RAMADAN & LEBARAN AMAN

Mentan Syahrul (tengah) dan Dirjen PKH Nasrullah (kiri) saat meninjau Toko Daging Nusantara di Depok, Senin (5/4/2021). (Foto: Humas PKH)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menjamin ketersediaan daging jelang Ramadan dan Idul Fitri 2021 dalam kondisi cukup dan aman.

Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/4/2021), ia menyebut untuk memenuhi kebutuhan daging nasional, pihaknya tidak hanya mengandalkan mekanisme impor, tetapi juga memaksimalkan produksi daging dalam negeri.

“Selama Ramadan biasanya daging menjadi salah satu kebutuhan pangan cukup tinggi permintaannya, kami lakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan itu, baik dalam bentuk daging segar maupun beku, kami akan maksimalkan dari berbagai tempat termasuk produksi dalam negeri,” kata Mentan Syahrul saat meninjau Toko Daging Nusantara GDC, Depok.

Syahrul mengatakan, kunjungannya ke Toko Daging Nusantara ini menjadi salah satu upayanya memastikan pangan masyarakat khususnya daging. Ia mengaku akan meningkatkan sinergi dengan pihak terkait untuk mengamankan ketersediaan maupun distribusi pangan secara umum.

“Pangan itu sangat terkait dengan supply and demand, maka untuk menjaga ini saya akan bekerja sama dengan para pihak terkait, salah satunya Menteri Perdagangan untuk mendekatkan produksi dengan pasar, jika masih terjadi lonjakan tentu kami akan lakukan operasi pasar, hari ini saya juga mengecek ketersediaan daging bersama Ketua Asosiasi Pedagang Daging Skala UKM dan Rumah Tangga (ASPEDATA) ini juga menjadi bagian kami memperkuat upaya pemenuhan pangan,” ungkap dia.

Terkait stok daging, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirjen PKH Kementan), Nasrullah, mengatakan meski pada April 2021 umat muslim di dunia akan menjalankan ibadah puasa, tetapi kondisi permintaan daging masih dalam batas normal, hal ini disebabkan Indonesia masih dalam kondisi pandemi dan aktivitas perekenomian belum sepenuhnya pulih.

“Hasil prognosa kita dengan memperhitungkan kebutuhan normal di April itu sekitar 26.000 ton, kemudian di Mei bertepatan puasa dan lebaran kurang lebih butuh 76.000 ton, ini masih dalam posisi kebutuhan normal. Dengan adanya COVID-19, daya beli turun, serta hotel, restoran dan katering (Horeka) juga belum sepenuhnya normal, tentu angka ini bisa terkoreksi, tapi terus kami update setiap akhir bulan” jelas Nasrullah.

Ia merinci stok daging di Februari dan Maret 2021 dalam kondisi surplus dan angka itu akan memperkuat ketersediaan daging nasional di periode April dan Mei 2021. Jika ditotalkan, stok daging di Maret 2021 ditambah kekuatan produksi dalam negeri, dapat dipastikan pemenuhan daging masyarakat selama Ramadan dan Lebaran dalam posisi aman.

“Di Maret kebutuhan kita 37.000 ton dan ada surplus sekitar 27.000 ton, untuk periode berikutnya stok juga dipenuhi dari sapi bangkalan dan sapi lokal, angkanya kurang lebih 188.000 ekor yang siap dipotong, ini untuk periode April dan Mei, dan stok daging beku yang ada di gudang-gudang pada Maret 2021 ada 24.000 ton, angka suprlus ini untuk memperkuat stok di April, jika di total di Mei nanti InsyaAllah stok daging sapi atau kerbau cukup untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri,” pungkasnya. (INF)

DARURAT SAPI PEDAGING


Presiden Joko Widodo mengingatkan para pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian terkait munculnya ancaman krisis pangan di tengah pandemi COVID-19. Mungkin ini akan menjadi kenyataan jika pemerintah tidak segera menanganinya dengan baik.

Protokol kesehatan di era pandemi ternyata telah berdampak terhadap kegiatan lalu lintas barang dan komoditas antar negara. Akibatnya tentu berdampak pula pada penyediaan pangan, terutama pada komoditas yang masih banyak di impor, diantaranya komoditas pangan strategis dan hasil peternakan, seperti daging sapi, susu, beras, kedelai, bawang putih, jagung, gandum dan lainnya.

Bencana di Australia
Australia sebagai Negara pengekspor sapi terbesar bagi Indonesia, dalam dua tahun terakhir dilanda banjir bandang pada 2019 dan kebakaran hutan di 2020. Dua peristiwa bencana alam tersebut telah memorak-porandakan kegiatan industri peternakan di Negeri Kanguru itu.

Penurunan populasi sapi yang sangat signifan (24,1%) telah terjadi dari populasi sapi sebesar 27,8 Juta ekor di 2002, kini hanya tinggal 21,1 juta ekor. Semua kondisi ini telah mengakibatkan meningkatnya harga sapi impor di Indonesia, karena kelangkaan pasokan dari Australia.

Dalam sejarah importasi sapi Australia di awal 1990-an, baru kali ini terjadi harga sapi impor sekitar Rp 56 ribuan/kg berat hidup (landed cost) lebih mahal daripada harga sapi lokal (sekitar Rp 47 ribuan/kg berat hidup). Kondisi ini membuat para pengusaha feedlot tidak mungkin lagi menggunakan sapi bakalan impor. Bagi perusahaan feedlot yang masih bertahan, mereka mulai beralih dalam penyediaan sapi bakalannya dengan memanfaatkan sapi-sapi lokal. Akibat dari kondisi ini, dikhawatirkan akan terjadi dampak yang serius dan merugikan bagi pengembangan peternakan sapi dalam negeri. Pasalnya, permintaan akan daging sapi selalu lebih tinggi ketimbang kemampuan pasokannya. Sementara itu, pemerintah melalui program yang ada (SIKOMANDAN dan SIWAB) masih memanfaatkan kemampuan penyediaan sapi kepada peternakan rakyat secara konvensioanal. Program ini selama puluhan tahun masih belum mampu membuktikan bahwa peningkatan pasokan akan melebihi dari permintaannya.

Depopulasi
Kondisi saat ini mengingatkan kita pada 2012-2013 lalu, pasca dilakukannya pendataan sapi potong dan kerbau (PSPK) 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kala itu, kebijakan pemerintah menurunkan importasi dari 53% ke 17,5%. Lantaran, hasil PSPK menunjukan bahwa populasi sapi telah memenuhi kondisi swasembada berdasarkan blue print. Namun realita sebaliknya, yaitu terjadi kelangkaan pasokan sapi di pasar yang menyebabkan harga melangit dan berakibat terhadap depopulasi sapi perah mencapai sekitar 30%. Hingga kini, ketergantungan industri persusuan terhadap impor meningkat menjadi sekitar 80%, padahal sebelum krisis ekonomi lalu kontribusi produksi susu dalam negeri pernah mencapai 50%. Jika tidak segera ditangani, diduga akan terjadi kembali depopulasi terhadap sapi di dalam negeri (pedaging maupun perah). Hal ini karena kondisi usaha sapi perah yang faktanya masih belum mampu memberikan kesejahteraan bagi peternak. Sehingga peternak merasa lebih menguntungkan jika sapinya dijual sebagai sapi pedaging, daripada dipelihara sebagai sapi perah.

Darurat Sapi
Keadaan bisnis sapi pedaging, pada dua-tiga tahun ke depan dihadapkan pada kondisi titik nadir, yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan, Australia masih membenahi industrinya untuk meningkatkan populasi ternak sapinya. Idealnya populasi ternak sapi di Australia sekitar 25 juta ekor untuk mampu melakukan ekspor ke Indonesia. Semantara itu impor dari Negara lain seperti Brasil masih belum siap infrastrukturnya. Jika saja dalam dua-tiga tahun ke depan (2021-2023), pemerintah melalui Kementerian Pertanian tidak mengubah strategi mendasarnya dalam pembangunan peternakan sapi, dipastikan akan terjadi pengurasan sapi di dalam negeri dan untuk selamanya negeri ini akan tergantung impor komoditas daging sapi. Pantasnya, kondisi dua-tiga tahun ke depan kita sebut “sebagai darurat sapi pedaging.”

Ubah Strategi 
Perubahan strategi yang dimaksud adalah Pertama, mengubah mindset bahwa untuk meningkatkan permintaan daging sapi dengan mengintroduksi sapi-sapi premium (Belgian Blue/BB dan Glacian Blond/GB) dan importasi daging kerbau yang menyita biaya sangat besar dengan tingkat keberhasilan yang rendah. Kebijakan tersebut segera dialihkan dengan mengoptimalkan peningkatan produktivitas sapi-sapi lokal, melalui intensifikasi pola breeding dan pemanfaatan lahan-lahan terluang.

Kedua, mengubah sentra produksi sapi yang selama ini ditujukan ke wilayah-wilayah konvensional seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan, beralih ke sentra-sentra perkebunan besar di Sumatra, Kalimantan dan Papua, serta lahan-lahan bekas tambang di Kalimantan, juga ke pulau-pulau kosong di wilayah Timur.

Sentra-sentra perkebunan ini menghasilkan limbah atau hasil ikutan industri perkebunan sebagai pakan ternak yang murah harganya. Lahan-lahan perkebunan (sawit, karet dan sebagainya), serta lahan bekas tambang yang luasnya ribuan mungkin juga jutaan hektar, selama ini dibiarkan tidak termanfaatkan secara optimal. Banyak pelajaran yang telah dan tengah dilakukan oleh para pihak, terutama swasta yang melakukan upaya ini, namun minim proteksi dan insentif pemerintah terhadap upaya tersebut. Terutama mengenai berbagai kebijakan kontra produktif bagi pengembangan usaha ternak sapi selama ini. Misalnya, kebijakan importasi daging kerbau, introduksi sapi BB/GB, kebijakan ekspor bungkil sawit ataupun insentif permodalan yang tidak merangsang  terhadap pengembangan peternakan sapi dalam negeri.

Kiranya kebijakan pemerintah menjadikan negeri ini sebagai lumbung ternak Asia di 2045 mendatang tidak akan dapat terwujud, jika tidak melakukan perubahan mendasar kebijakan importasi daging dan intervensi sapi premium, serta pemanfaatan lahan-lahan terluang dan integrasinya dengan perkebunan. ***

Oleh: Rochadi Tawaf
Dewan Pakar PB ISPI dan Komite Pendayagunaan Petani

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer