Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Kambing | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEMENTAN LAKUKAN PERCEPATAN VAKSINASI PMK JELANG RAMADAN

Tim vaksinator memberikan vaksinasi PMK pada sapi. (Foto: Istimewa)

Sebagai upaya mencegah munculnya kembali penyakit mulut dan kuku (PMK) jelang Ramadan, Kementerian Pertanian (Kementan) didukung FAO ECTAD Indonesia melakukan percepatan vaksinasi PMK.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di delapan kabupaten pada lima provinsi, yaitu Kabupaten Indragiri Hulu di Riau, Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat, Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan, Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pati, Rembang, dan Wonogiri di Jawa Tengah.

“Akselerasi vaksinasi ini kita lakukan di daerah padat ternak, daerah yang merupakan produsen ternak, dan juga tinggi lalu lintas ternaknya” ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Lebih lanjut dijelaskan, vaksinasi tidak hanya dilakukan di daerah-daerah tersebut, namun dilaksanakan juga di wilayah lainnya di daerah tertular PMK.

Dalam program percepatan vaksinasi ini, pihaknya meminta dinas kabupaten menyiapkan tim vaksinator di setiap lokasi target untuk memetakan target wilayah vaksinasi, hewan, dan jumlah ternak yang akan divaksin, hingga merencanakan kegiatan edukasi ke peternak.

“Saya berharap bahwa dari kegiatan ini dinas dan tim vaksinator, serta semua pihak yang dilibatkan untuk berkomitmen bersama dalam memacu vaksinasi PMK di Lapangan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Tim Pusat Darurat FAO ECTAD di Indonesia, Luuk Schoonman, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung program pemerintah dalam pengendalian PMK. Dengan dukungan pemerintah Australia yang telah mengalokasikan anggaran khusus untuk hal tersebut termasuk dukungan percepatan vaksinasi.

Menurut Luuk, vaksinasi merupakan salah satu kunci pengendalian PMK dan diperlukan kolaborasi untuk mempercepat vaksinasi di berbagai wilayah di Indonesia.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menyampaikan bahwa hingga saat ini kasus PMK masih terus dilaporkan dari beberapa provinsi. Munculnya PMK menandakan bahwa virus masih terus bersirkulasi sehingga potensi penularannya tetap mungkin terjadi.

“PMK disebabkan oleh virus yang sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, sehingga langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah pencegahan dengan vaksinasi secara periodik, yaitu setiap enam bulan” kata Nuryani.

Ia menambahkan bahwa hasil pemetaan untuk kegiatan percepatan yang dilakukan dalam lima hari tersebut dengan total target vaksinasi diperkirakan akan mencapai 73.247 ekor dengan target jenis hewan sapi, kambing, dan domba.

Kegiatan percepatan vaksinasi direncanakan akan terus dilakukan secara bertahap di wilayah potensial hingga menjelang Idul Adha. Hal tersebut penting menurutnya, mengingat 1-3 bulan menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, lalu lintas ternak sapi, kambing, dan domba akan tinggi untuk persiapan kebutuhan daging di hari raya tersebut.

“Kami tidak ingin ada lonjakan kasus PMK yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak akibat ternak sakit menjelang masa panen di hari raya, sehingga penting bagi kami untuk terus mengampanyekan vaksinasi dan mendorong dinas bersama tim vaksinator untuk terus meningkatkan capaian vaksinasi,” pungkasnya. (INF)

MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR PADA KAMBING

Kedatangan kambing baru perlu diamati setiap hari untuk melihat ada atau tidaknya penyakit menular. (Foto: Dok. Sulaxono)

Kambing merupakan ternak yang banyak dikembangkan di dunia, karena hewan tersebut mudah dikembangbiakan, pemeliharaannya gampang, mudah dijual, dan cita rasa dagingnya banyak digemari.

Di Indonesia, berbagai ras kambing pun telah dikembangkan, di antaranya kambing Kacang, Etawa, Peranakan Etawa, Jawa Randu, Kaligesing, Boer, Boerawa, Saanen, dan kambing lainnya. Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan populasi kambing terbesar mencakup lebih dari 3,5 juta ekor kambing, disusul Lampung yang menduduki urutan ketiga. Total populasi kambing di Indonesia pada 2019 mencapai 18.975.955 ekor, sedikit mengalami penurunan dibanding 2015 yang mencapai 19.012.794 ekor (Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2019).

Ternak kambing diperlukan masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti kurban, akikah, maupun keperluan hajatan, hingga kuliner. Beberapa jenis kambing juga dikembangkan untuk produksi susunya. Lalu lintas antar pulau dalam rangka pengembangan dan pemenuhan kebutuhan saat hari raya besar hampir terjadi setiap tahun. Masyarakat bergairah beternak kambing karena harga jualnya naik dan juga terbukanya peluang ekspor.

Dalam budi daya kambing, masalah penyakit sering kali terabaikan. Sebagai ternak ruminansia, kambing juga bisa berperan menularkan berbagai penyakit ke manusia, seperti penyakit antraks, brucellosis, toxoplasmosis, dan scabies. Tingkat kejadian penyakit menular zoonosis ini tiap daerah berbada-beda, tergantung pada manajemen budi daya, komitmen  pengendalian penyakit, dan manajemen bioskuriti.

Apalagi menjelang hari besar keagamaan seperti Iduladha atau untuk kebutuhan akikah, pergerakan kambing yang dilalulintaskan antar pulau, provinsi, maupun antar kota/kabupaten, meningkat drastis. Dalam masa perjalanan jauh, kambing bisa mengalami kelelahan transportasi, stres, dan memunculkan penyakit menular. Pada awalnya di daerah asal, kambing tidak menampakan gejala klinis penyakit menular, namun karena kelelahan, stres, belum beradaptasi, dan perubahan manajemen pemeliharaan, penyakit menular secara klinis bisa muncul di tempat baru setelah beberapa hari, seperti penyakit... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono, Medik Veteriner Ahli Pertama
& Sulaxono Hadi, Medik Veteriner Ahli Madya

MEWASPADAI MASUKNYA PESTE DES PETITS RUMINANTS

Klinis infeksi PPRV pada kambing (kiri), koinfeksi dengan ENTV (tengah dan kanan). Koinfeksi yang klinis mirip penyakit Orf dan PMK. (Foto: Istimewa)

Indonesia memiliki populasi ternak kambing dan domba di berbagai provinsi sangat diperlukan, baik sebagai alternatif protein hewani, untuk prosesi keagamaan, bahkan kuliner.

Indonesia pun telah mengekspor kambing ke negara tetangga, Malaysia. Populasi total kambing dan domba masing-masing tercatat sebanyak 19.229.067 ekor dan 17.528.689 ekor  (Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2021). Jawa Tengah dengan populasi kambing sebanyak 3.785.913 ekor dan Jawa Timur sebanyak 3.763.061 ekor, menjadikan dua provinsi tersebut memiliki populasi kambing terbanyak dibanding yang lainnya. Sementara populasi domba terbanyak dipegang Jawa Barat dengan 12.246.608 ekor, disusul Jawa Tengah sebanyak 2.325.820 ekor.

Kambing dan domba merupakan komoditas dunia yang tersebar pada berbagai negara. Dagingnya yang lezat dengan aroma yang khas dan tekstur daging yang lembut banyak disukai berbagai komunitas dan strata masyarakat.

Namun begitu, kambing dan domba merupakan ternak yang rentan pada berbagai penyakit menular yang melintas antar negara dan benua, salah satunya penyakit yang disebabkan virus, yakni Peste des Petits Ruminants (PPR). Penyakit ini disebabkan Morbilivirus (Paramyxovirividae). Penyebaran terjadi secara cepat antar negara. Menyebabkan kerugian ekonomi akibat kematian yang cepat dan mortalitas tinggi. Kambing dan domba merupakan dua jenis ruminansia yang peka, demikian juga onta dan satwa ruminansia. Pada sapi dan kerbau Afrika bisa terinfeksi tetapi asimptomatis, tidak menimbulkan gejala klinis (Albina et al., 2012).

Seragan penyakit begitu cepat memuncak dan menurun karena populasi ternak tinggal yang tidak tertular dan karier laten, yang sembuh dari penyakit. Kambing dan domba yang sembuh berpotensi sebagai karier pembawa virus.

Penyakit PPR secara resmi mulai diketahui pada 2016. Virus penyebab penyakit dinamai Small Ruminant Morbillivirus (SRM), namun lebih familiar dengan sebutan PPRV (OIE, 2020). Sejak 2007, penyakit ini menjadi masalah serius dan mematikan pada ternak kambing dan domba di Afrika dan Asia. Penyakit menular ini menyerang saluran pernapasan, bersifat akut-perakut. Untuk Indonesia selama ini belum ada dilaporkan keberadaan kasusnya. Namun penyakit yang berasal dari Benua Afrika ini telah menyebar ke Asia, menyebar hingga kawasan negeri China, Thailand, Vietnam, Myanmar yang berbatasan langsung dengan China. Sebanyak 65 negara tertular PPR, 20 negara berbatasan langsung dengan negara tertular dan 48 negara officiallly free terhadap PPR (WAHID OIE, 2014).

Evolusi Genetik dan Koinfeksi
Virus penyebab PPR telah mengalami... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Balai Veteriner Banjarbaru

TIPS PEMELIHARAAN DAN PENGGEMUKAN DOMBA AGAR PETERNAK UNTUNG

Agar cepat gemuk maka harus memberi pakan yang terbaik, berikan domba asupan karbo yang cukup. (Foto: Istimewa)

“Teknik pemeliharaan agar domba cepat gemuk akan berkorelasi pada cara memberi dan meracik pakan yang bergizi untuk hewan,” jelas Husain Fata Mizani, peternak domba dan Manajer BUMMas Jetis Berdaya, pada webinar Desaku BerQurban: Pemeliharaan dan Penggemukan Domba, yang diselenggarakan oleh Desa Berdaya.

“Ada dua pilihan sebenarnya gemuk lemak atau gemuk daging. Yang harus dipahami adalah karbohidrat ketika masuk dalam tubuh itu akan menjadi lemak, sedangkan protein kalau masuk dalam tubuh akan diolah menjadi protein, artinya menjadi daging.”

Pakan Terbaik
Agar cepat gemuk maka harus memberi pakan yang terbaik. Berikan domba asupan karbo yang cukup tinggi. Cukup tinggi bukan berarti tinggi, karena kalau terlalu tinggi ternak akan oksidosis dan itu tidak bagus. Sedangkan kalau asupan proteinnya tinggi bisa terjadi terlalu mahal di pakan.

Jadi disarankan domba diberikan karbohidrat yang cukup banyak dan diimbangi dengan serat yang cukup. Sumber serat bisa berasal dari kangkung kering, rumput dan sumber serat lainnya.

Patokan serat diberikan sebanyak 30%, karbohidrat 40% dan protein 30%. Sebenarnya hitungan protein cukup 12-13% untuk standar domba. Husain mengatakan, dibuat 30% karena tidak menghitung secara laboratorium, maka menggunakan estimasi sederhana.

Domba yang hanya diberi rumput akan susah gemuk. Dalam tiga bulan paling bagus penambahan bobotnya berkisar 1,5-2 kg. Karena kekurangan hijauan menyebabkan nutrisinya tidak seimbang, maka jika hanya mengandalkan hijauan akan sulit mencapai target.

Salah satu sumber karbohidrat yang bisa diberikan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (NDV)

RAPAT KERJA DAN GATHERING PENGURUS DPP HPDKI

Rapat Kerja dan Gathering pengurus DPP HPDKI. (Foto: Istimewa)

Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (DPP HPDKI) menggelar Rapat Kerja dan Gathering di Cabinite Pangalengan Jawa Barat, pada 1-3 Februari 2023. Kegiatan diisi dengan pleno perumusan agenda strategis dan pleno program kerja DPP HPDKI, serta rafting & tracking.

Menurut Ketua Umum DPP HPDKI, Yudi Guntara Noor, program strategis yang akan dilaksanakan di 2023 yaitu korporasi peternakan berbasis klaster melalui Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pertanian dan Red Meat and Cattle Partnership (RMCP), serta peningkatan sumber daya peternak melalui Silaturahmi Nasional (Silatnas).

Disamping itu juga penguatan kelembagaan organisasi melalui kartu digital dan koperasi, serta sistem perbibitan ternak berbasis budaya melalui Piala Presiden 2023. “Piala Presiden merupakan amanah Munas HPDKI yang akan digelar September tahun ini di Bandung bersamaan dengan digelarnya Silatnas (Farmers National Conference) dan Rakernas HPDKI,” ujar Yudi, Kamis (2/2/2023).

Dalam kesempatan ini dilakukan pemaparan kerja sama antara HPDKI dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Juga kerja sama HPDKI dengan RMCP.

Koordinator Ruminansia Potong Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Muhammad Imron, mengatakan kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang memukul industri sapi tanah air mendorong pemerintah membuat kebijakan pengembangan populasi sumber protein lain. “Pemerintah tahun ini membuat program pengembangan komoditas domba, kambing dan unggas sebanyak 10 juta ekor,” ungkap Imron.

Sementara, Team Leader ASG-IARMCP, Irfani Darma, menyampaikan bahwa kerja sama dengan HPDKI sebagai upaya memajukan peternakan nasional sekaligus mendukung agenda pemerintah dalam peningkatan populasi ternak. “Domba dan kambing diharapkan bisa memberikan kontribusi keamanan pangan,” kata Irfani.

Adapun Presiden Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia (Aspaqin), Fahmi Thalib, menjelaskan kebutuhan pasar saat ini cenderung menyukai domba dan kambing dengan berat di kisaran 7-8 kg.

“Menyikapi perkembangan ini, peternak didorong mulai membuat usaha pembibitan domba dan kambing untuk mengantisipasi kebutuhan pasar. Kami pun mendorong kolaborasi antara Aspaqin dan HPDKI guna membuat roadmap pengembangan pembibitan domba dan kambing menyikapi kebutuhan pasar ini,” katanya. (INF)

KANDANG KAMBING PERAH DAN VENTILASINYA

Kambing perah. (Foto: Shutterstock)

“Ada beberapa pilihan jenis kandang kambing perah. Sulit untuk memberikan desain standar karena ada begitu banyak variasi dari peternakan ke peternakan,” kata Brian Dougherty, Field Agricultural Engineer, Iowa State University Extension and Outreach pada webinar Dairy Goat Housing, Ventilation and Milking System.

Menurut Brian, peternak bisa membangun kandang baru atau merenovasi bangunan yang sudah ada. Tidak masalah jenis kandang yang dipilih selama memenuhi kriteria kandang yang baik. Idealnya memenuhi semua kriteria atau setidaknya sebagian besarnya.

Yaitu sesuai dengan rencana manajemen peternakan, menyediakan lingkungan yang bersih dan kering untuk semua kelompok kambing. Menyediakan banyak pakan, air dan udara segar. Ekonomis dan mendukung efisiensi tenaga, ramah lingkungan, aman untuk pekerja dan ternak.

Rencana manajemen pada dasarnya adalah menyiapkan struktur bagaimana ternak akan dikelola. Dengan menentukan kelompok ternak yang akan dimiliki dan berapa jumlahnya. Juga kebutuhan hewan meliputi kenyamanan dan ventilasi, nutrisi dan strategi pemberian pakan, perawatan dan penanganan kesehatan, pergerakan antar kelompok, serta penanganan kotorannya.

Kemudian menentukan kebutuhan dan keinginan dari pengelola peternakan. Rencanakan fitur apa saja yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, dengan skala prioritas mana yang didahulukan sesuai budget yang ada.

Ketika ingin merenovasi bangunan lama menjadi kandang, jika biayanya lebih dari 70% biaya membuat bangunan baru, maka lebih baik membuat kandang baru. Biaya yang tinggi sangat mungkin terjadi karena bangunan lama bisa mempunyai banyak masalah seperti struktur bangunan yang kurang bagus, kelistrikan yang sudah tua, ventilasi yang buruk dan akses air yang tidak bekerja dengan baik. Renovasi sering kali memerlukan kompromi dan dapat mendatangkan tantangan ke depannya.

Pen (kandang petak) harus bisa memberikan lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Mempunyai cukup ruang untuk ternak beristirahat dan beraktivitas dengan area istirahat (resting space) yang bersih dan kering. Tempat pakan diletakkan lebih tinggi dari lantai agar pakan tetap bersih dan mengurangi kontaminasi parasit.

Pentingnya Ventilasi Kandang
Ventilasi adalah penyediaan udara segar ke dalam ruangan, udara segar dibawa ke dalam kandang. Berbeda dengan sirkulasi udara yang sudah ada di dalam kandang biasanya digerakkan oleh kipas.

Ventilasi yang baik penting karena… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2022. (NDV)

MASTITIS PADA KAMBING PERAH

Mastitis, salah satu penyakit yang dapat memengaruhi produksi susu kambing. (Foto: Istimewa)

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang berkembang pesat populasinya di berbagai negara, termasuk Indonesia. Populasi kambing di Indonesia pernah mengalami penurunan pada 2016, tetapi setelah itu populasinya menanjak terus hingga 2019 (Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2019). Untuk memperbaiki mutu genetik kambing yang ada di Indonesia, telah dikembangkan kambing Boer untuk tipe kambing pedaging dan Saanen untuk kambing perah.

Kedua jenis kambing ini berkembang terus di Indonesia mendampingi ras kambing yang sudah ada, seperti Peranakan Etawa (PE), Senduro, Kaligesing, Jawa Randu, kambing kacang dan kambing khas lokal lainnya. Kambing tipe perah Saanen telah menyebar ke berbagai daerah, serta mampu menghasilkan daging dan susu. Masyarakat peternak kambing mudah memasarkan susu kambing karena banyak permintaan walaupun harga relatif lebih tinggi dibanding susu sapi.

Secara global populasi kambing perah meningkat pesat di berbagai benua. Perkembangan populasi kambing perah yang paling pesat terjadi di Afrika, namun populasi terbanyak ada di Benua Asia dengan tingginya presentase produksi susu.

Persentase kenaikan perkembangan kambing perah di Asia sebesar 3,1% dari tahun 1990-2018, produksi susu kambing juga naik sebesar 27,9%. Dibandingkan dengan Afrika, peningkatan populasi kambing perah terjadi sebesar 32,0%, sedangkan produksi susunya meningkat hanya berkisar 15,1% (Miller et al., 2019).

Produksi susu kambing dipengaruhi oleh berbagai faktor, genetik, kualitas dan kuantitas pakan, serta penyakit. Salah satu penyakit yang dapat memengaruhi produksi susu kambing adalah Mastitis, infeksi pada kelenjar mamae yang memproduksi air susu.

Faktor Predisposisi
Susu kambing mengandung protein cukup tinggi, media yang baik untuk pertumbuhan bakteri aerob. Sesaat sebelum melahirkan, ambing kambing dipenuhi air susu cukup banyak, sehingga bila dilihat dari belakang tampak menonjol dan konsistensi terasa berisi cairan. Air susu pertama yang disebut kolostrum terproduksi sesaat setelah anak kambing lahir dan beberapa hari tampak berwarna kuning kental, suatu hal yang normal karena mengandung banyak antibodi yang bermanfaat untuk bekal pertahanan anak kambing yang baru lahir.

Kebiasaan kambing setelah kenyang adalah duduk di lantai. Kondisi lantai yang kotor akan banyak terkontaminasi bakteri. Ujung puting ambing yang terbuka paska menyusui dan ada banyak sisa air susu yang menempel mengundang bakteri untuk tumbuh berkembang dan masuk vertikal ke dalam ambing. Bakteri berkembang dalam ruang ambing yang banyak mengandung air susu dan menginfeksi jaringan ambing. Terjadi peradangan pada jaringan ambing. Produksi air susu terganggu dan induk kambing tidak mau menyusui karena kondisi nyeri akibat peradangan.

Agen Penyebab
Terdapat kuman di lingkungan kandang kambing yang mampu menyebabkan infeksi dan peradangan pada ambing kambing. Bakteri yang terbanyak menyebabkan infeksi adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2022.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya

HATI-HATI! ENTEROTOKSEMIA SEBABKAN KEMATIAN KAMBING DAN DOMBA

Enterotoksemia merupakan penyakit penting karena menimbulkan kerugian besar bagi peternak kambing dan domba di seluruh dunia. (Foto-foto: Istimewa)

Satu bulan terakhir penulis mendapat cukup banyak pertanyaan terkait kematian mendadak pada kambing. Rekan sejawat penulis dari Kabupaten Pesawara Lampung menanyakan kematian seekor cempe Peranakan Etawa bersamaan dengan kondisi induknya yang tiba-tiba ambruk. Beberapa informasi terkait pakan yang diberikan adalah rumput dan ampas tahu.

Adapula peternak kambing perah di Bogor yang memberikan informasi bahwa terjadi kematian beberapa ekor dalam kurun waktu satu minggu. Gejala klinisnya meliputi ternak semula sehat, kemudian menunjukan gejala tidak mau makan, pada cempe terkadang diikuti diare dan mati mendadak.

Gambaran perubahan pasca kematian menunjukan adanya kerapuhan pada hati, ukuran membesar, hati dan paru mengalami adhesi/menempel pada tulang rusuk, keluar cairan bening ataupun cairan kemerahan hingga berbentuk gelatin dari rongga perut, serta menciri pada perdarahan/hemoragik pada lumen usus ataupun pada lapisan serosa.

Kejadian yang sama juga dilaporkan kerabat dokter hewan di Provinsi Jambi, yang membuka usaha breeding kambing Jawarandu. Ia mengeluhkan kejadian kematian kambingnya secara mendadak. Dalam satu minggu telah terjadi kematian dengan gejala klinis seperti di atas sejumlah empat ekor indukan. Masa inkubasi penyakit sangat cepat, dari mulai tidak mau makan, kejang dan kaku otot pada cempe, diare berakhir kematian.

Adapula yang melaporkan kejadian di Kabupaten Purworejo, Jawa tengah. Terjadi peningkatan laporan kasus kambing atau domba sakit dengan gejala klinis sama seperti di Lampung, Bogor dan Jambi. Disampaikan kejadian terjadi di beberapa Kecamatan di Purworejo, dengan mortalitas cukup tinggi serta penanganan dengan antibiotik yang hasilnya belum memuaskan.

Berdasarkan informasi di atas, penulis membaca beberapa referensi jurnal dan buku terkait kematian pada kambing dan domba. Jurnal terbaru 2020 berjudul “The Challenges of Diagnosis and Control of Enterotoxaemia Caused by Clostridium perfringens in Small Ruminants” oleh Rajveer Singh Pawaiya dkk. Hasil kesimpulan sementara bahwa kematian tersebut disebabkan penyakit yang dikenal sebagai enterotoksemia, pulpy kidney disease, atau juga dikenal over eating disease.

Enterotoksemia merupakan peristiwa terjadinya toksifikasi pada alat pencernaan (usus) yang diserap oleh pembuluh darah dan terdistribusi ke seluruh tubuh. Enterotoksemia dapat disebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2022.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung

UP DAN HPDKI KAMPAR GELAR KONTES TERNAK KAMBING 2021

Rektor UP Tuanku Tambusai, Prof Dr H Amir Luthfi, saat memberi sambutan pada Kontes Ternak Kambing 2021. (Foto: Infovet/Sadarman)

Universitas Pahlawan (UP) dan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Kampar menyelenggarakan Kontes Ternak Kambing 2021. Acara dilaksanakan di pelataran parkir UP, Selasa (28/12/2021), mengangkat tema “Upaya Melestarikan Kambing Lokal dan Meningkatkan Nilai Jual untuk Menumbuhkan Gairah Masyarakat Beternak Kambing”.

Ketua HPDKI Kampar, Kurnia Mutaqin, menyampaikan, “Event pertama untuk kontes ternak, meskipun tagline-nya untuk Kabupaten Kampar, namun peserta juga datang dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Riau.”

Sementara Pembina Program Studi Peternakan Fakultas Life Sciences UP, yang juga Wartawan Infovet Daerah Riau, Dr Ir Sadarman SPt MSc IPM, menyebut bahwa kontes ternak pada dasarnya ajang pencarian atau penjaringan kambing berkualitas baik, unggul dari sisi genetik untuk dikembangbiakan peternak.

“Kegiatan yang sangat baik, memberikan nilai positif pada usaha peternakan kambing lokal yang dipelihara peternak, khususnya di Kabupaten Kampar dan peternak lainnya di luar Kabupaten Kampar. Diharapkan dapat meningkatkan nilai jual kambing lokal, sehingga pendapatan peternak juga meningkat,” kata Sadarman yang juga Dosen Tetap Program Studi Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Rektor UP, Prof Dr H Amir Luthfi, menyambut baik atas terlaksananya kontes ternak. Ia sampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang mendukung acara ini.

“Saya memberikan apresiasi positif kepada para penggagas dan panitia pelakasana, baik dari UP maupun HPDKI Kampar. UP akan terus berkomitmen memajukan usaha peternakan, terutama peternak lokal yang harus bisa menghasilkan uang, tidak lagi beternak secara tradisional namun mereka mampu mengubah pola usaha peternakan ke arah modern, sehingga pendapatan mereka bisa meningkat,” kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pada kontes tersebut ditetapkan pemenang dari empat kategori, yaitu jantan lokal, betina lokal, umum dan eksibisi. Dewan juri menetapkan pemenang kategori jantan lokal dari SIS Jaya Farm (I), Aan Farm (II) dan AJR Farm (III). Sementara kategori betina lokal diraih Hanif Farm (I dan II), serta Uwai Makmur Farm (III). Kategori umum dimenangkan Berkah Salo Farm (I), Devan Farm (II) dan Fadila Farm (III). Lalu kategori eksibisi diberikan kepada Fatur Farm (I), Azka Farm (II) dan Lukiy Farm (III). Sedangkan kategori favorit peserta dan pengunjung menetapkan kambing kacang milik Hanif Farm sebagai kambing paling disukai dan berhak membawa pulang hadiah satu ekor domba. (Sadarman)

KERATOKONJUNGTIVITIS PADA KAMBING DAN DOMBA

Keratokonjungtivitis pada ternak kambing dan domba. (Foto: Istimewa)

Keratokonjungtivitis merupakan penyakit mata yang menular cepat pada ternak kambing dan domba yang disebabkan oleh infeksi bakterial yaitu Moraxella bovis, Mycoplasma conjuctivae dan Chlamydia sp. Pada sapi, penyakit ini umum dikenal dengan nama Pink Eye.

Pada kambing dan domba, selain bakteri tersebut sebagai penyebab utama, Moraxella ovis, infeksi virus Herpes I, bisa menjadi penyebab. Infeksi menyebabkan hiperlakrimasi, keluarnya leleran dari sudut mata yang kental putih-kekuningan dan pada tahap akhir menimbulkan kekeruhan pada kornea mata dan kebutaan.

Mata yang terserang bisa unilateral atau bilateral. Infeksi menular cepat pada ruminansia kecil karena kontak dengan ternak tertular, kontak dengan peralatan atau pakan terkontaminasi bakteri dan ditularkan oleh vektor lalat (Musca autumnalis).

Selain itu, stres pada kambing dan domba karena perubahan cuaca, perpindahan tempat dengan manajemen baru, pengangkutan, perlakuan yang kurang memperhatikan kesejahteraan hewan dapat menurunkan daya tahan dan menyebabkan kambing dan domba mudah terinfeksi berbagai penyakit termasuk infeksi bakteri penyebab keratokonjungtivitis.

Angeles J.A. (2020), menyampaikan adanya beberapa faktor risiko pemicu timbulnya keratokonjungtivitis, yaitu iradiasi sinar ultraviolet, debu, iritasi pakan pada mata, kekurangan mineral seperti Cu dan Se, transportasi, penyelenggaraan kontes ternak dan perdagangan.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat diamati adalah munculnya air mata berlebih, hiperlakrimasi, makan yang tidak tenang, sering memiringkan kepala, keluar lendir atau leleran kental dari sudut mata dan mata tampak memerah. Pada tahap berikutnya, mata kambing/domba terlihat memutih, timbul kebutaan pada sebelah mata atau keduanya. Gejala mata memutih terjadi begitu cepat, 48-72 jam setelah gejala klinis pertama muncul. Akibat kekeruhan, kerusakan kornea yang menyebabkan kebutaan, biasanya kambing/domba berjalan tertinggal dan berbeda arah dari kawanannya.

Epidemiologis
Umur ternak mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi. Aguilar XF et al. (2017), dalam studi cross sectional dan kasus kontrol menemukan, infeksi keratokonjungtivitis pada ternak domba daripada kambing dan infeksi lebih banyak ditemukan pada umur muda (0-1 tahun).

Yadav SK (2018), menemukan bahwa infeksi keratokonjungtivitis pada kambing lebih sering ditemukan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2021.

Ditulis oleh: 
Sulaxono Hadi (Medik Veteriner Ahli Madya) &
Ratna Loventa Sulaxono (Medik Veteriner Pertama)

BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DI SEKTOR PETERNAKAN KAMBING & DOMBA

Webinar Bisnis PT VISI, penuh konten bermanfaat dan motivasi


Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih nyatanya banyak mematikan sektor kerja. Banyak masyarakat kehilangan pekerjaan akibat pandemi yang berlarut - larut. Sebuah webinar bertajuk "Menyusun Rencana Bisnis Menjadi Peternak Kambing & Domba Profesional" digelar oleh PT Veteriner Indonesia Sejahtera dan PDHI pada Sabtu (22/5) yang lalu melalui daring Zoom Meeting.

Dalam sambutannya Ketua Umum PB PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengatakan bahwa dokter hewan selaku profesi yang mandiri dan independen harus bisa membuka lapangan kerja dan mengambil kesempatan di setiap kondisi. Terlebih lagi beternak kambing merupakan salah satu pengejawantahan dari bakti dokter hewan dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat.

Senada dengan Munawaroh, Direktur Utama PT Veteriner Indonesia Sejahtera Drh Baskoro Tri Caroko juga berharap dengan diadakannya webinar ini semakin menambah minat dan atensi para dokter hewan untuk membuka usaha di sektor peternakan khususnya domba dan kambing.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Imam Abror founder Kampung Ternak Yogyakarta dan Drh Waryoto Peternak Kambing Perah Gonamania Sukses Makmur Yogyakarta. Keduanya merupakan alumnus Fakultas Kedokterah Hewan Universitas Gajahmada.

Dalam paparannya Drh Imam Abror menyinggung bahwa beternak kambing merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur yang ia sampaikan bahkan beberapa Nabi dalam agama islam pernah menjadi penggembala kambing. 

"Selain berusaha (berdagang produk) kambing merupakan hewan yang disukai para Rasul, banyak hadits terkait kebaikan dari susu dan daging kambing. Jadi, selain berusaha kita niatkan juga menggapai ridho Illahi," tutur Imam. 

Imam juga menjelaskan banyak aspek terkait beternak kambing dan domba mulai dari A sampai Z. Menurut Imam, kendala terbesar dari beternak kambing dan domba di wilyah pedesaan adalah sulitnya akses modal dan pemasaran produk.

Senada dengan Imam Drh Waryoto yang juga telah "kenyang" makan asam garam di dunia peternakan kambing perah pun mengutarakan hal yang sama. Meskipun begitu ada harapan dimana bertambahnya populasi penduduk juga akan terus dibarengi dengan kenaikan konsumsi protein hewani, sehingga bisnis ini masih cerah ke depannya.

Drh Waryoto pun menjelaskan skema peternakan kambing perah dalam skala kecil, mulai dari cara memilih calon indukan, akses permodalan, dan perhitungan bisnisnya. Seminar yang berlangsung dari pukul 09.00 WIB tersebut berkahir pada pukul 12.00 WIB. (CR)

EKSISTENSI PETERNAK KAMBING PERAH KABUPATEN ASAHAN

Para peternak yang tergabung dalam PDKTAh

Kambing perah merupakan ternak yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan yang dimilikinya. Salah satu keunggulan dari susu kambing adalah manfaatnya yang sudah terbukti dalam menjaga kesehatan terutama dalam pemulihan penyakit.

Permintaan susu kambing pun tergolong cukup tinggi. Namun begitu, tingginya permintaan masih sulit terpenuhi oleh peternak kambing perah yang ada sekarang. Potensi ini kemudian dilihat oleh para peternak kambing sebagai prospek yang cerah untuk dikembangkan baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan.

Hal ini jugalah yang mengugah semangat para peternak milenial di Kabupaten Asahan. Para peternak yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang bernama Peternak Domba Kambing Tanjungbalai Asahan (PDKTAh) ini rutin melakukan kongkow sembari berdiskusi terkait perkembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Minggu, 5 Juli 2020, di salah satu peternakan milik anggota PDKTAh di Air Joman, mereka melakukan diskusi rutin. Diskusi yang dilakukan di kandang Jack Farm ini membahas tentang potensi ternak kambing perah. Kegiatan tersebut juga membahas tentang strategi pengembangan ternak kambing perah dan pemasaran susu kambing perah.

“Beternak ini sebenarnya pekerjaan yang harus kita jiwai. Dalam beternak ini, yang kita urus adalah benda hidup yang punya nyawa,” ungkap Zulhendra membuka diskusi.

Zulhendra merupakan salah satu peternak kambing perah senior di Kabupaten Asahan. Zulhendra selalu mendukung dan menyemangati para peternak yang berusia muda di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.

“Saya yakin ternak kambing perah dalam 2 (dua) tahun kedepan akan meriah. Minat masyarakat semakin tinggi untuk mengkonsumsi susu kambing perah. Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan potensi yang ada di depan mata kita,” tambah Zulhendra.

“Beternak kambing perah bisa dibilang cukup sulit tetapi juga cukup mudah. Cukup sulit karena kita harus selalu memperhatikan kesehatan ternak kambing. Cukup mudah karena program-program untuk menjaga kesehatan ternak bisa diterapkan dengan mudah,” ungkap drh. Adil Harahap.

“Susu kambing yang dihasilkan seyogianya harus memenugi standar yang berlaku dan yang terpenting aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH),” tambah drh. Adil Harahap.

“Susu yang aman artinya susu tidak mengandung cemaran atau bahan yang merugikan kesehatan. Susu yang sehat artinya susu memberikan nutrisi sehingga memberikan manfaat bagi kesehatan. Susu yang utuh artinya susu tersebut tidak dicampur atau ditambahkan dengan bahan lain. Susu yang halal artinya susu tersebut halal dikonsumsi sesuai syariat agama Islam,” tambah dokter hewan yang setia memberikan arahan-arahan terkait kesehatan hewan kepada peternak. 

Sebagai informasi, PDKTAh merupakan sebuah perkumpulan peternak domba dan kambing yang berdomisili di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan. PDKTAh ini dibentuk oleh peternak-peternak muda di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan sebagai wahana sharing dan diskusi yang tentunya bermanfaat. Harapan dari para peternak yang tergabung dalam PDKTAh yakni  Kabupaten Asahan bisa menjadi sentra pengembangan kambing perah di Sumatera Utara. (INF)

FAKTOR RISIKO KEMATIAN ANAK KAMBING DAN DOMBA

Banyak faktor yang menyebabkan angka kematian cempe tinggi. (Foto: Dok. pribadi)

Kuliner dengan bahan utama produk olahan kambing atau domba cukup digemari di Indonesia, seperti sate, gulai, tengkleng dan lain sebagainya. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, beberapa tahun terakhir, dikenal menu sate kambing muda berumur kurang dari lima bulan. Konsumsi produk asal kambing dan domba yang semakin digemari masyarakat memberi peluang masyarakat untuk beternak, budidaya dan mengembangkan breeding kambing dan domba, selain kebutuhan nasional yang bersifat rutin seperti Idul Adha. Informasi terkini bahwa terbuka peluang ekspor domba ke Arab Saudi untuk momen Idul Adha dalam jumlah besar.

Keberhasilan pengembangan breeding kambing dan domba dipengaruhi banyak hal, yaitu ketersediaan pakan, bakalan, lingkungan, penyakit, harga, manajemen dan lain sebagainya. Sementara perkembangan populasi sangat dipengaruhi faktor-faktor terkait perfoma reproduksi, yakni angka kebuntingan, jarak kelahiran, jumlah anak tiap kelahiran (litter size), rasio jenis kelamin anak (cempe) dan persentase cempe yang berhasil dilakukan penyapihan.

Banyaknya cempe yang berhasil disapih juga dipengaruhi beberapa faktor. Pada kesempatan ini penulis akan mengupas tentang faktor risiko yang berkaitan dengan kematian anak kambing dan domba. Ini menjadi penelitian menarik yang dilakukan oleh L. Sharif, J. Obeidat dan F. Al-Ani di peternakan kambing dan domba di Yordania pada 2005 silam.

Berdasarkan informasi dalam hasil karya tulisnya, kematian anak domba yang baru lahir (perinatal) di Afrika Selatan (1993) berkisar antara 10-12%, di Australia (1974) sebesar 5-23% yang terjadi pada 80% cempe umur beberapa hari pertama setelah lahir. Penyebab kematian diduga karena faktor iklim, pakan, manajemen, agen penyakit, genetik dan beberapa faktor lain.

Data pada 2001 dari 100 kandang kambing dan domba yang diteliti berjumlah 18.853 ekor dengan rata-rata populasi kandang 45-1.200 ekor, dengan populasi betina dewasa 14.427 ekor, kejadian kematian cempe terjadi pada 50 kandang dengan angka kematian sebesar 1%. Seluruh kandang dibagi menjadi dua kategori, yaitu kandang kasus dengan kepadatan rata-rata 235 ekor dan kandang non-kasus dengan kepadatan 142 ekor. Kejadian kematian umur kurang dari dua hari di kandang kasus mencapai 4% dan kematian hingga umur 28 hari (6%). Pada kandang non-kasus masing-masing angka kematian 0,03% dan 0,4%.

Ini menunjukan bahwa kepadatan kandang... (selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2019)

Drh Joko Susilo MSc APVet
Medik Veteriner, Balai Veteriner Lampung
Koresponden Infovet daerah Lampung

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer