Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BRIN BERSAMA INFOVET GELAR WEBINAR RISNOV TERNAK #2

Webinar Risnov Ternak #2. (Foto-foto: Dok. Infovet)

“Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan” menjadi tema dalam webinar Risnov Ternak #2 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Peternakan bersama Majalah Infovet, Kamis (21/3/2024).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk berbagi informasi perkembangan riset dan inovasi bidang peternakan (risnov ternak), dengan menghadirkan narasumber di antaranya Hidayaturohman dari Jatinom Grup Blitar sekaligus Pengurus Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia. Kemudian Prof Dr Ir Arnold P. Sinurat MS (Pakar Nutrisi Unggas BRIN) dan Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal BRIN). Webinar dipandu oleh moderator Dr Hardi Julendra dari BRIN.

Para narasumber dan MC dari BRIN.

Webinar diikuti oleh 300 orang melalui zoom dan lebih dari 20 orang melalui kanal YouTube Majalah Infovet, terdiri dari kalangan peneliti, akademisi, industri pakan, obat hewan, peternak, pemerintah, serta stakeholder lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Acara diawali dengan sambutan kepala OR Pertanian dan Pangan BRIN, Dr Puji Lestari, dan Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Dr Tri Puji Priyatno.

Pada kesempatan tersebut, Hidayat yang membahas materi “Peternak Ayam Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan Menghadapi Gejolak Perunggasan” mengemukakan apa yang menjadi harapan peternak dalam menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas ternak, salah satunya menyoal pakan seperti harga jagung dan bahan baku lainnya yang diharapkan bisa berimbang.

“Kalau jagung impor memang harganya murah, namun ongkos transportasinya cukup besar. Oleh karena itu, bahan pakan sumber energi lainnya seperti ketela, sorgum, dan sebagainya bisa dimanfaatkan,” katanya.

Pakan memang mempunyai kontribusi biaya tertinggi dalam usaha ayam petelur. Jumlah pakan/bahan pakan yang dibutuhkan terus meningkat menyebabkan harga pakan melambung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan peningkatan efisiensi. Hal itu seperti dikatakan oleh Prof Arnold.

Adapun strategi nutrisi yang ditawarkan olehnya untuk meningkatkan efisiensi (ekonomis dan teknis) di antaranya dengan menggunakan bahan pakan yang tersedia dan lebih ekonomis dengan menerapkan prinsip-prinsip formulasi pakan yang benar, menerapkan teknologi seperti penggunaan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam bahan pakan, dapat menggunakan bahan pakan berserat seperti BIS lebih banyak dalam pakan.

Webinar Risnov Ternak #2.

“Kemudian dengan menggunakan salah satu produk hasil teknologi dalam negeri yang sudah dihasilkan adalah enzim BS4,” jelasnya. Enzim pemecah serat tersebut dihasilkan dengan membiakkan Eupenicilium javanicum pada substrat bungkil kelapa. Di isolasi dari biji sawit, dimaksudkan untuk meningkatkan kecernaan gizi produk ikutan industri sawit (solid, BIS).

Selain pakan, dalam meningkatkan jumlah produktivitas telur secara nasional, potensi ternak ayam lokal juga bisa dimanfaatkan. Seperti disampaikan Tike Sartika, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bisa di branding sebagai telur omega tinggi, warna kuning telurnya juga lebih oranye sehingga termasuk dalam kategori pasar niche market. (INF)

Rekaman webinar dapat dilihat di YouTube Majalah Infovet berikut ini.

KOTORAN UNGGAS DIGUNAKAN UNTUK MENGHASILKAN TENAGA

Lebih dari setengah juta ton kotoran unggas digunakan oleh perusahaan energi terbarukan di Inggris untuk menghasilkan listrik. Melton Renewable Energy mengoperasikan 5 lokasi biomassa, termasuk satu di jantung perusahaan peternakan unggas, Thetford, East Anglia. Setiap minggunya, 11.000 ton limbah unggas dikirimkan.

Eddie Wilkinson, CEO Melton Renewable Energy, mengatakan di seluruh lokasi perusahaan dihasilkan sekitar 750,000 megawatt-jam per tahun, yang dapat memberi daya pada 250,000 rumah setiap tahunnya. Jika perusahaan tidak menggunakan biomassa, maka harus menggunakan turbin gas. Jejak karbon turbin gas adalah sekitar 400 g karbon per kw jam dibandingkan dengan 120 g biomassa.

“Kami bukan negara yang nol karbon, tapi kami rendah karbon. Manfaat lainnya bagi kami adalah bahan bakar kami secara efektif bersifat netral terhadap daratan. Kami tidak menebang pohon, itu berasal dari limbah pertanian yang berasal dari residu, kami mengambil masalah yang menjadi masalah bagi industri dan pertanian secara umum dan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif,” kata Eddie. (Via Poultryworld)

4000 HEWAN PENULAR RABIES TELAH DIVAKSIN SELAMA 2024 DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Petugas Dinas Peternakan Kabupaten TTU Melakukan Vaksinasi HPR 
(Sumber : Istimewa)

Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara telah memvaksinasi sebanyak 4000 ekor Hewan Penular Rabies (HPR) pada tahun 2024. Jumlah tersebut didata sejak Bulan Januari hingga Selasa, 19 Maret 2024. Pelaksanaan vaksinasi pada tahun 2024 ini telah dilakukan di 7 kecamatan dan 32 Desa di Kabupaten TTU, Provinsi NTT.

Dikutip dari Pos-Kupang.com pada (20/3) yang lalu, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi mengatakan, sasaran vaksinasi HPR pada 7 kecamatan ini mencakup Kecamatan Kota Kefamenanu, Mutis, Miomaffo Timur, Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Miomaffo Tengah dan Kecamatan Musi.

Ia menambahkan, pada tahun 2023 lalu, pihaknya melakukan vaksinasi HPR pada 6 kecamatan di Kabupaten TTU. Lima kecamatan ini yakni; Kecamatan Insana, Noemuti Timur, Noemuti, dan Miomaffo Barat. Dengan demikian, sebanyak 12 kecamatan telah menjadi sasaran vaksinasi HPR.

Menurutnya, satu tim akan menangani vaksinasi di satu desa hingga tuntas. Dengan demikian, setiap hari akan dilakukan vaksinasi HPR di 8 desa di Kabupaten TTU.

"Jadi satu kecamatan itu, semua tim masuk vaksinasi di situ sampai selesai baru pindah ke kecamatan lain,"ujarnya.

Ia mengimbau kepada para pemilik hewan peliharaan anjing agar tidak takut memvaksinasi hewan mereka. Pasalnya, di lapangan ada sejumlah masyarakat yang takut memvaksinasi hewan peliharaan mereka.

Mereka takut jika hewan peliharaan akan mati jika divaksinasi. Hal ini merupakan sebuah kekhawatiran yang keliru. Justeru, kata Trimeldus, Hewan Anjing ini divaksin agar tahan terhadap penyakit.

Para pemilik hewan peliharaan Anjing, lanjutnya, agar membantu menangkap atau mengandangkan anjingnya agar petugas bisa memvaksinasi HPR tersebut.

"Termasuk kepada aparat desa/kelurahan di Kabupaten TTU agar mohon kerja samanya mempersiapkan masyarakat sehingga kami dari Dinas Peternakan bisa menjangkau lebih banyak hewan peliharaan Anjing bisa divaksin lebih banyak,"pungkasnya. (INF)


PONDOK PESANTREN INI BISA MANDIRI BERKAT USAHA PETERNAKAN

Suasana di Kandang Sapi Milik Ponpes Assalam
(Sumber : Istimewa)

Sejak pertama berdiri, Pondok Pesantren Assalam Kutai Barat sudah mengembangkan bisnis peternakan lewat penggemukan sapi. Walaupun masih menggunakan pola sederhana, kini mereka sudah mampu memasok kebutuhan sapi kurban internal pesantren dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dengan total sekitar seribu santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam rutin menyembelih 40-50 ekor sapi setiap tahunnya untuk kebutuhan kurban. Oleh sebab itu, sejak berdiri 32 tahun lalu, sudah diinisiasi dengan usaha peternakan lewat penggemukan sapi mandiri.

“Sistemnya belum sematang sekarang. Bisa dibilang sejak 1992-2018 itu pondok belum punya kandang sendiri, belum punya lahan untuk pakan. Jadi sistemnya gaduh, pondok yang punya modal dan sapi dititipkan untuk dirawat oleh masyarakat. Nanti dipanen untuk dijual dan kebutuhan pondok,” beber Manajer Operasional Unit Usaha Ponpes Assalam Adam Ridho Muzakki.

Skalanya diakui tidak besar, kurang dari 20 sapi. Selain itu, juga ada kambing yang ikut dikembangkan dengan pola serupa. Masuk 2018, dimulai inisiasi membangun kandang pribadi, lokasinya tak jauh dari ponpes.

Dengan kapasitas 20 sapi. Tidak lagi menggunakan sistem gaduh, sapi dibeli mulai bibit dan digemukkan di kandang. Pondok mempekerjakan empat orang untuk operasional.Seiring waktu, usaha terus berkembang.

“Ponpes Assalam mendapat kesempatan menjadi mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Dari situ, mulai lebih matang untuk usaha peternakannya. Mulai fokus ke sapi, sekarang sudah ada kandang yang lumayan di daerah Rejo Basuki, Barong Tongkok. Di atas lahan milik pondok seluas satu hektare, kapasitas kandang itu 80-100 sapi,” lanjut Ridho.

Di lahan yang sama, dibangun juga rumah untuk penjaga lahan. Ada pula lahan khusus untuk ditanami rumput guna kebutuhan pakan seluas 2 hektare. Benar-benar fokus dan serius mengembangkan kemandirian pesantren lewat peternakan.

Dijelaskan Ridho, jika pasar terbesar usaha peternakan itu, yakni saat momen Iduladha. Seiring tahun, masyarakat sekitar pondok juga sudah mengenal jika pondok memiliki usaha peternakan khususnya sapi. Sehingga, tak jarang yang mencari sapi kurban datang langsung ke pondok atau ke kandang.

Diakui Ridho jika sampai saat ini, usaha tersebut memang fokus untuk memenuhi kebutuhan internal pondok terutama saat Iduladha. Barulah diperjualbelikan.

“Kebutuhan pondok banyak, apalagi kalau kurban itu harga tinggi. Kualitas sapi untuk dibeli dalam jumlah banyak juga terbatas karena permintaan juga tinggi. Jadi, untuk meminimalkan pengeluaran pondok beli sapi di luar, kami ternak sendiri. Kualitas terjamin dan harga sapi bersaing,” jelasnya.

Setiap tahun, mereka memiliki pelanggan tetap. Selain masyarakat sekitar, juga beberapa perusahaan sekitar. “Ada yang rutin beli 9-10 ekor sapi. Selain untuk kurban, masyarakat yang sudah tahu, juga ada yang datang ke kandang di luar momen kurban untuk beli sapi. Umumnya untuk acara,” sebutnya.

Perlahan tapi pasti. Walau kapasitas produksi masih di bawah 100 ekor sapi per tahun, namun perkembangan itu tetap ada. Apalagi, permintaan sapi kurban selalu meningkat setiap tahun.

“Di Kutai Barat ini jumlah penduduk sedikit, bisa dibilang rumah potong hewan (RPH) itu hampir enggak ada. Masyarakat yang jual daging ya jagal sendiri, jadi ke depan harapannya kami bisa punya RPH juga. Bagian dari pengembangan usaha,” lanjut dia.

Selain RPH, harapan besar yang tersimpan yakni memiliki unit usaha turunan.

“Selama ini, jual sapi hidup kan lebih murah ketimbang sudah jadi daging. Jadi mau ke arah sana. Tapi, terdekat mau wujudkan RPH dulu. Kami sudah dapat pembekalan terkait, bagaimana penggemukan sapi dan pemotongan steril dan terstandar,” jelas Ridho.

Berharap bisa melebarkan usaha, misal membuat olahan sapi siap saji. 

“Kaya buat rendang, usaha pembuatan pentol daging atau bakso. Jadi, produk turunan itu bisa meningkatkan ekonomi pesantren lebih lagi. Alhamdulillah, sejauh ini dari peternakan sudah sangat cukup membantu perekonomian pesantren secara mandiri,” tutupnya. (INF)

SLUDGE BIOGAS, NILAI TAMBAH USAHA PETERNAKAN AYAM

Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. (Foto: Istimewa)

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Nutrisi utama yang terkandung di dalam jamur ini beragam, di antaranya karbohidrat (selulosa, hemiselulosa dan lignin), protein, lemak, mineral, dan vitamin.

Jamur tiram putih termasuk dalam komoditas pangan, dengan kandungan protein tinggi yang aman untuk dikonsumsi dan tidak beracun. Selain aman, jelasnya jamur tiram merupakan salah satu bahan makanan yang bernutrisi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi lainnya antara lain bahan organik, lemak, dan serat kasar.

Di laman resmi Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkap hasil penelitian Suwito (2006), menyatakan bahwa manfaat yang dimiliki jamur tiram putih adalah sebagai antibakteri dan antitumor. Itu sebabnya jamur tiram putih banyak dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit, mulai dari diabetes, lever, dan lainnya.

Proses tanam jamur tiram putih selama ini umumnya para petani hanya menggunakan media tanam berupa serbuk kayu dan serbuk kulit kelapa yang dicampur dengan pupuk. Ada juga petani jamur yang memanfaatkan pupuk kandang sebagai campuran.

Kotoran unggas, terutama ayam, kini bukan sekadar menjadi pupuk tambahan. Setelah melalui proses tertentu, limbah unggas bisa dimanfaatkan sebagai media tanam jamur tiram putih. Limbah unggas ini menjadi alternatif media tanam bagi jamur tiram. Hasilnya, jamur tiram putih tumbuh jauh lebih berkualitas dibanding menggunakan media tanam biasanya berupa serbuk kayu.

Pengolahan kotoran unggas sebagai media tanam ini sudah dilakukan melalui penelitian di Fakultas Peternakan UGM beberapa tahun lalu. Para peneliti kampus ini melakukan terobosan mengubah limbah unggas atau sludge biogas dari kotoran ayam menjadi media tanam bagi jamur tiram putih berkualitas.

Adalah Prof Dr Ambar Pertiwiningrum dari Departemen Teknologi Hasil Ternak Fapet UGM yang melakukan penelitian ini. “Kami sudah lama melakukan penelitian tentang pengolahan lain dari limbah untuk dapat menghasilkan nilai tambah bagi para petani, khusunya petani jamur,” ujarnya kepada Infovet.

Tinggi Protein
Jamur tiram putih menjadi pilihan dalam penelitian ini, mengingat tingkat konsumsi jamur di dalam negeri jumlahnya cukup besar. Hasil olahan jamur tiram putih tergolong jenis sayuran yang digemari masyarakat. Kini hasil olahannya juga makin bervariasi, bukan hanya dijadikan sayur untuk lauk, tetapi juga diolah menjadi olahan kering sebagai camilan.

Menurut Ambar, kandungan gizi jamur tiram putih cukup tinggi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, protein pada jamur tiram setiap 100 gram kandungan sebesar 27% atau lebih tinggi dibanding protein pada kedelai tempe sebesar 18,3% setiap 100 gram. “Serat jamur sangat baik untuk pencernaan, kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6% sehingga cocok untuk tubuh,” ungkapnya.

Maka itu, perlu memperoleh komposisi yang baik untuk dapat menggantikan bahan penyusun media jamur, yang selama ini digunakan para petani yakni bekatul. Menurut Ambar, limbah kandang ayam ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan penyusun media jamur, pengganti dedak yang harganya cukup mahal dan berkompetisi untuk pakan ternak.

Temuan lain dari hasil penelitian yang dilakukan Ambar, kualitas media jamur tiram putih dengan penggunaan sludge biogas 100% bisa menjadikan hasil yang terbaik. Sebab meningkatkan kadar C-organik, kadar Nitrogen (N), kadar P (P2O5), dan kadar K (K2O). Artinya, limbah unggas kini tidak lagi menjadi sampah, tetapi justru dapat meningkatkan kesehatan dan perekonomian masyarakat.

Perlu Perlakuan Khusus 
Untuk memanfaatkan limbah ternak unggas menjadi media tanam jamur tiram putih, tidak serta merta digunakan layaknya para petani menggunakannya sebagai pupuk kandang selama ini. Ada perlakuan khusus atau proses yang dilalui agar menghasilkan media tanam dan hasil panen jamur yang bagus.

Peneliti senior ini menjelaskan, sludge ekskreta ayam yang keluar dari bak penampungan dikeringkan terlebih dahulu selama 2-3 hari hingga teksturnya menyerupai tanah dengan kadar air sekitar 10%.

Saat penelitian dilakukan, sludge ekskreta ayam yang telah kering diambil sekitar 4.000 g, kemudian dihaluskan dengan menggunakan mesin grinder. Sludge ekskreta ayam yang telah halus dibungkus dengan kertas koran lalu dioven dalam suhu 55° C selama 3-5 hari, kemudian dipindahkan ke tempat untuk selanjutnya disterilisasi pada suhu 121° C dengan tekanan 15 psi.

Selain membuat media jamur sebagai substitusi dedak oleh limbah biogas kotoran ayam, Ambar juga menggunakan limbah cangkang telur yang dapat digunakan sebagai pengganti kapur yang lebih ramah lingkungan.

Dalam penggunaannya pada media tanam, menurut Ambar, komposisi limbah unggas dapat dilakukan tanpa penambahan dedak maupun dilakukan dengan penambahan bahan lain. “Keduanya memang berperan sebagai sumber protein pada jamur tiram pada media tanam jamur,” jelasnya.

Ia menambahkan, selama ini sludge sebagai luaran dari hasil proses pembuatan biogas masih sangat minim pemanfaatannya. Bahkan hanya menjadi tumpukan limbah buangan biogas di dekat digester, tanpa makna dan bernilai.

“Umumnya sludge digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman di lahan pekarangan atau area pertanian skala kecil. Kini, dengan pemanfaatan sludge biogas sebagai bahan substitusi dedak pada media jamur tiram putih, dapat meningkatkan nilai guna dari sludge yang dihasilkan dan nilai tambah bagi pengembangan produk jamur tiram putih. Artinya, sludge biogas kini punya value added,” kata Ambar.

Indonesia memiliki potensi sludge biogas melimpah yang dapat diolah optimal dan lebih bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan, perekonomian masyarakat, serta pelestarian lingkungan.

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, terutama kecukupan gizi protein hewani dan juga sumber pendapatan masyarakat pedesaan. Inilah terobosan mengubah limbah menjadi bermanfaat dan bernilai.

Murah Biaya Tanam
Penggunaan sludge biogas sebagai media tanam jamur tiram putih ini memiliki nilai ekonomi yang lebih menguntungkan, jika diterapkan oleh para petani jamur. Nilai ekonomi yang dapat dihitung jika hanya dengan memanfaatkan limbah unggas ini hanya mampu mensubstitusi peran dedak sebesar 15% pada setiap media.

Jika diasumsikan harga dedak Rp 8.000/kg, maka hanya dapat dimanfaatkan hanya dalam 6-7 media dan dalam satu kali produksi, biasanya para petani jamur akan memproduksi minimalnya 500 baglog (media tanam jamur).

Menurut Ambar, jika dihitung nilai ekonominya, total biaya yang dapat dihemat jika menggunakan limbah unggas untuk pengganti dedak, maka 500 baglog dapat menghemat biaya dedak sebesar Rp 600 ribuan. “Dengan catatan 1 kilogram dedak dapat digunakan pada 6 baglog dalam berat 1 kg pada masing-masing baglog,” ujarnya.

Sedikit membedah faedah limbah unggas. Selama ini, publik umumnya mengenal kotoran ayam merupakan bahan baku penting dalam pembuatan kompos jamur dan komposter karena merupakan sumber nitrogen terbesar. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kualitas tetap konsisten dan setinggi mungkin. Namun kualitas kotoran ayam tidak begitu penting bagi peternak, baginya hanya merupakan limbah.

Mayoritas komposter menggunakan kotoran ayam kering. Jenis yang paling cocok adalah pupuk kandang dari ayam pedaging. Ini mengandung persentase kotoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan lain seperti serbuk gergaji.

Kandungan kalsiumnya yang tinggi dalam kotoran ayam dapat meningkatkan kesehatan tanaman secara keseluruhan. Hal itu juga sangat dapat mengurangi pembusukan ujung bunga selama musim tanam. Selain itu, kotoran ayam juga dapat mengusir banyak binatang yang menganggu tanaman seperti tupai, tikus, dan lainnya.

Dengan sebegitu banyak kandungan di limbah unggas, yang menjadi salah satu penggugah Ambar melakukan penelitian untuk dijadikan media tanam jamur tiram putih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar Animal Products Technology UGM ini sudah beberapa tahun lalu dilakukan.

Sekarang, ilmu terapannya sudah dimanfaatkan oleh para petani jamur di beberapa wilayah Jawa Tengah. Meski untuk menerapkan hasil temuan ini lumayan rigit, namun untuk mencapai hasil yang maksimal dari budi daya jamur tiram putih para petani kini sudah banyak yang menikmati hasilnya. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

DAFTAR SEGERA WEBINAR GRATIS: PETELUR MANDIRI HARAPAN DAN TANTANGAN

Daftar segera, gratis! Webinar Nasional Risnov Ternak #6 "Petelur Mandiri: Harapan dan Tantangan".

Terselenggara atas kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan majalah peternakan Infovet, pada:

  • Kamis, 21 Maret 2024.
  • 09.00 - 12.00 WIB.

Sambutan dari BRIN:

  1. Dr Puji Lestari (Kepala OR Pertanian dan Pangan).
  2. Ir Tri Puji Priyatno, MAgrSc, PhD (Kepala Pusat Riset Peternakan).

Narasumber:

  1. Bapak Hidayaturrohman (Jatinom Group Blitar dan Pengurus PINSAR Indonesia).
  2. Prof Dr Ir Arnold Parlindungan Sinurat, MS (Pakar Nutrisi Unggas, BRIN).
  3. Dr Ir Tike Sartika (Pemulia Ayam Lokal, BRIN).

Moderator: Dr Hardi Julendra, SPt, MSc.

Gratis, pendaftaran melalui tautan berikut: https://bit.ly/webinarINFOVET_BRIN

AGAR CACINGAN TIDAK MEMBUDAYA

Diare pada ayam bisa jadi gejala awal cacingan. (Foto: Istimewa)

Tidak mudah memang mengendalikan penyakit parasitik seperti cacingan. Hingga kini masalah tersebut masih menghantui peternak di Indonesia. Bagaimanakah sebaiknya mengupayakan hal ini?

Sebagaimana disebutkan pada artikel sebelumnya mengenai ciri-ciri ayam yang mengalami cacingan dan jenis-jenis cacing yang menginfeksi, sebagai peternak harus memahami faktor penyebab ayam terinfeksi cacing. Beberapa di antaranya:

• Kandang kurang bersih. Telur cacing dikeluarkan bersama feses ayam, jika kondisi litter di kandang ayam kotor dan dipenuhi feses, serta jarang dikontrol untuk diganti, jangan terkejut apabila ayam menunjukkan gejala klinis atau mengalami cacingan. Penyakit ini bisa menular secara mudah melalui feses di kandang. Apabila tidak segera dibersihkan dan litter kandang jarang dikontrol, telur cacing dapat dengan mudah menginfeksi semua ayam di kandang.

• Kualitas pakan. Saat mendapati gejala klinis pada ayam yang mengarah pada cacingan, bisa saja salah satu penyebabnya adalah karena pakan yang diberikan tidak berkualitas. Pastikan hanya memberikan makanan dalam kondisi bagus pada ayam. Minimal tidak memberikan pakan yang kadaluarsa atau pakan yang tidak jelas. Pada pakan ayam kadaluarsa biasanya mengandung parasit dan telur cacing. Saat dikonsumsi ayam, akan mendatangkan berbagai gangguan kesehatan, apalagi di tengah kesulitan bahan baku pakan seperti saat ini.

• Suhu dan lingkungan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cacing parasit menyukai kondisi lingkungan dan suhu tertentu. Oleh karena itu, penting bagi pemilik ternak untuk mengatur suhu udara dan memberikan lingkungan baik bagi ayam peliharaan.

• Keberadaan vektor. Beberapa jenis serangga seperti kumbang franky, lalat, nyamuk, dan lain sebagainya telah terbukti menjadi vektor alami dari penyebab cacingan. Ayam memiliki risiko tinggi terkena penyakit cacingan apabila populasi lalat meningkat atau disebut dengan musim lalat. Terlebih ketika musim hujan dengan curah hujan yang tinggi dan tingkat kelembapan kandang meningkat.
Larva lalat dewasa menjadi inang bagi parasit cacing pita yang menyebabkan penyakit cacingan pada ayam. Selain itu, larva lalat dewasa juga menjadi vektor mekanik bagi cacing gilig dengan membawa telur cacing tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karenanya, pengendalian vektor merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian cacing.

Lebih Baik Mencegah
Jika ayam terkena penyakit cacingan, maka harus segera ditangani dengan menggunakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

CHINA MENGHAPUS TARIF ANTI-DUMPING PADA UNGGAS BRASIL

China telah menghapus proses anti-dumping terhadap unggas Brazil yang menaikkan tarif impor hingga 34,2%. Selain itu, pemerintah China juga telah mengizinkan 12 pabrik ayam baru asal Brazil untuk diekspor.

Hal ini disepakati setelah negosiasi antara Brazil dan pemerintah China serta sektor swasta, dan juga terjadi pada saat kedua negara merayakan 50 tahun hubungan perdagangan. Brasil sudah, dan tetap, menjadi pemasok utama daging ayam segar ke pasar China.

Dengan berakhirnya tarif anti-dumping, Asosiasi Protein Hewani Brasil (ABPA) menyoroti bahwa eksportir Brasil akan kembali bersaing secara setara dengan eksportir lainnya. (Via Poultryworld)

PETERNAK SAPI PERAH LATVIA MENGHADAPI HARGA SUSU MENTAH YANG PALING RENDAH

Meskipun harga susu mentah di Uni Eropa telah sedikit pulih dalam beberapa minggu terakhir, para peternak sapi perah di Latvia masih berada di ambang kebangkrutan.

Pada bulan Januari 2024, harga rata-rata susu mentah grosir di Latvia adalah yang terendah di Eropa. Petani Latvia menjual susu seharga €38,47 per 100 kg, hampir 20% lebih rendah dari perkiraan harga rata-rata pertanian di Eropa sebesar €45,94.

Bahkan di negara-negara tetangga Baltik, gambarannya lebih cerah. Juru bicara Asosiasi Industri Peternakan Latvia (LSA) melaporkan bahwa para peternak mendapat €43 untuk 100 kg susu mentah di Lituania dan Estonia. Perbedaannya bahkan lebih drastis di Polandia, dimana harga rata-rata di tingkat peternak mencapai €47,43 pada bulan Januari.

Secara absolut, peternak susu di Latvia memperoleh pendapatan €66 juta lebih sedikit dari penjualan susu ke pengolah susu dibandingkan di Estonia dan €87 juta lebih sedikit dibandingkan di Polandia, Janis Miezitis, ketua LSA, berkomentar.

SERTIFIKAT DIGITAL MEMFASILITASI EKSPOR UNGGAS BRASIL KE UE

Ekspor daging unggas Brazil ke UE kini bisa menggunakan Digital Certificate of Origin. Dokumen tersebut menyelesaikan dalam beberapa menit sebuah operasi yang, hingga saat ini, memerlukan waktu hingga 9 hari untuk diselesaikan mulai dari permintaan hingga penerbitan dokumen.

Hal baru ini memberikan pengurangan biaya dan keamanan hukum yang lebih besar bagi eksportir dan telah berhasil diterapkan sejak minggu lalu. Ekspor pertama yang menggunakan sertifikat digital dilakukan melalui pelabuhan Rotterdam di Belanda.

Surat keterangan asal adalah dokumen wajib bagi ekspor Brasil untuk mendapatkan keuntungan dari kuota tarif Eropa, yang ditetapkan dalam lingkup Organisasi Perdagangan Dunia. Praktik ini dimulai di Inggris tahun lalu dan kini berlaku di 27 negara blok Eropa. (Via Poultryworld)

INFESTASI CACING YANG BIKIN MERINDING

Ascaridia galli. (Foto: Istimewa)

Orang awam mungkin mengetahui cacing sebagai salah satu mahluk penggembur tanah atau umpan memancing. Namun tidak semua cacing menguntungkan, ada beberapa jenis cacing yang justru merugikan bagi manusia dan hewan ternak.

Cacing yang akan dibahas dalam artikel ini merupakan cacing yang bersifat parasitik, terutama pada unggas. Cacingan merupakan penyakit akibat infeksi/infestasi cacing parasit di dalam tubuh makhluk hidup.

Cacing parasit banyak menginfeksi saluran pencernaan ternak, tak terkecuali unggas. Parasit ini sering menimbulkan banyak keluhan terutama dari peternak layer maupun breeding farm. Keluhan awal yang terjadi umumnya penurunan nafsu makan, diare berkepanjangan, keseragaman bobot badan yang tidak baik, bobot badan berada di bawah standar, penurunan produksi telur disertai daya tetas telur yang berkurang.

Selain itu, cacingan dapat menginduksi penyakit-penyakit pencernaan seperti necrotic enteritis (NE) dan yang paling berbahaya adalah menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (imunosupresi) yang berujung pada kematian.

Mengidentifikasi Cacing Parasit
Menurut Dosen Mata Kuliah Endoparasit SKHB IPB University, Drh Risa Tiuria, dikatakan bahwa jenis cacing yang sering menginfeksi ayam terdiri dari dua jenis, yaitu jenis cacing gelang (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Parasit cacing gelang sangat sering dijumpai pada breeding farm yang menggunakan sistem closed house dan pemeliharaan postal yang memakai litter. Hal ini dikarenakan kondisi pada litter sangat mendukung siklus perkembangan cacing dan tingginya kemungkinan ayam memakan telur cacing yang ada pada litter. Jenis cacing gelang yang kerap dijumpai menginfeksi ayam di lapangan adalah:

• Cacing Ascaris sp. Cacing ini paling sering dijumpai, berbentuk seperti spageti dengan panjang sekitar 5-12 cm dan dapat ditemukan di sepanjang usus halus. Cacing ini memiliki lama siklus hidup dari telur yang termakan hingga bertelur kembali berkisar 5-8 minggu. Larva dari cacing ini menyebabkan pendarahan pada usus halus, sehingga meningkatkan risiko infeksi sekunder dari bakteri Clostridium perfringens yang dapat menyebabkan NE.

• Cacing Capillaria sp. Cacing ini berbentuk seperti benang halus, biasanya cacing ini ada pada kerongkongan dan/atau tembolok. Cacing ini dapat menembus mukosa saluran pencernaan bagian atas sehingga menyebabkan peradangan pada tembolok dan dinding kerongkongan. Hal ini akan menyebabkan ayam mengalami kesulitan makan yang mengakibatkan penurunan nafsu makan.

• Cacing Heterakis gallinarum. Cacing Heterakis berbentuk seperti benang halus dan dapat ditemukan pada sekum. Cacing ini menyebabkan peradangan pada sekum yang ditandai dengan berkurangnya lipatan-lipatan mukosa pada sekum. Cacing ini juga merupakan vektor penyebaran dari penyakit histomoniasis atau black head disease.

Sedangkan jenis cacing pita yang umum ditemukan pada ayam adalah cacing pita dari jenis... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024. (CR)

POLANDIA MULAI MENGEKSPOR UNGGAS KE FILIPINA

Polandia telah mengirimkan kontainer unggas pertama ke Filipina, dan pengiriman diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Sementara itu, para peternak menuntut tuntutan mereka untuk melindungi pasar dalam negeri dari impor yang murah.

Filipina adalah pasar besar dengan populasi 115 juta orang, Dariusz Goszczyński, presiden Dewan Unggas Nasional Polandia, mengatakan. Ekspor tersebut mendapat lampu hijau sebagai bagian dari perjanjian yang dicapai pada tahun 2023. Dunia usaha Polandia memiliki harapan yang sama bahwa pasokan ke pasar baru dapat lebih meningkatkan kinerja operasional industri pada tahun 2024 dan seterusnya.

Yang mengejutkan, epidemi flu burung global merupakan faktor yang membuka jalan bagi unggas Polandia untuk masuk ke negara Asia. “Kita harus ingat bahwa Brazil dan Amerika Serikat aktif di pasar ini, jadi kita mempunyai pesaing yang serius di luar sana. Namun Filipina memutuskan untuk menghubungi Polandia ketika AS mempunyai masalah besar dengan flu burung dan sangat membatasi ekspor,” ungkap Goszczyński. (Via Poultryworld)

TURUNKAN TIM KE LAPANGAN, KEMENTAN RESPONS CEPAT LAPORAN ANTRAKS DI YOGYAKARTA

Tim saat mengambil sampel di peternakan warga karena adanya laporan kasus antraks. (Foto: Istimewa)

Merespons laporan kasus antraks di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 8 Maret 2024, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), langsung menurunkan tim ke lapangan.

“Tim kami dari Balai Besar Veteriner Wates telah melakukan investigasi dan pengujian laboratorium dengan hasil positif antraks dari sampel darah sapi dan tanah yang berasal dari Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul dan sampel tanah dari Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman,” ujar Dirjen PKH, Kementan, Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Untuk mencegah tambahan kasus, ia sampaikan bahwa Kementan segera mengirimkan bantuan berupa vaksin sebanyak 1.000 dosis, 100 botol antibiotik, dan 1.000 botol vitamin untuk diberikan ke ternak di wilayah terdampak di DIY.

"Bantuan tersebut akan disalurkan untuk penanganan kejadian antraks yang dilaporkan dari Sleman, Gunung Kidul, dan wilayah terancam lainnya," ucapnya.

Sementara terkait adanya kasus antraks, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menerangkan bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit hewan yang dapat menular ke manusia (zoonosis).

"Saya minta masyarakat tetap waspada dan tidak menjual atau memotong hewan sakit, apalagi mengonsumsinya," imbuhnya. Sebab, adanya kasus pada masyarakat disebabkan karena mereka mengonsumsi ternak yang sakit dan dicurigai antraks.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa timnya bersama dinas setempat telah melakukan dekontaminasi dan disinfeksi pada lingkungan yang tercemar, yaitu lokasi penyembelihan, kandang dan area penguburan ternak, pengobatan antibiotik dan roboransia, serta KIE bersama dengan UPT Puskesmas. Sedangkan vaksinasi akan segera dilakukan setelah pengobatan.

“Tim kami akan terus melakukan penanganan di lapang dan dalam waktu dekat kita akan adakan pertemuan lintas sektor termasuk kesehatan yang dikoordinir oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY,” pungkasnya. (INF)

PELONGGARAN STANDAR KESEJAHTERAAN UNGGAS DI INGGRIS MENUAI HUJAN KRITIK

Klaim bahwa Inggris tidak akan melonggarkan legislasi kesejahteraan hewan pasca-Brexit telah dihadapi dengan hujan kritik dari para kampanye kesejahteraan setelah terungkap bahwa Komite Kesejahteraan Hewan pemerintah telah mengusulkan proposal untuk melegalkan pengangkutan ayam dengan (cara mengangkat) kaki mereka.

Praktik yang saat ini ilegal, meskipun sering diabaikan, Komite Kesejahteraan Hewan telah membuat rekomendasi meskipun mengakui ini sebagai "kompromi kesejahteraan" yang dapat menyebabkan "nyeri, ketidaknyamanan dan kesulitan bernapas", menyebabkan stres dan cedera seperti patah tulang dan dislokasi.

Di bawah Regulasi Transportasi Eropa 1/2005, sangat dilarang untuk mengangkat ayam dengan kaki mereka di peternakan dan selama pemuatan dan pembongkaran: “Dilarang untuk... mengangkat atau menyeret hewan dengan kepala, telinga, tanduk, kaki, ekor atau bulu, atau menangani mereka sedemikian rupa sehingga menyebabkan mereka rasa sakit atau penderitaan yang tidak perlu.”

Usulan Komite Kesejahteraan Hewan adalah agar legislasi Eropa diubah selama periode 5 tahun sehingga "secara legal diizinkan untuk mengangkat ayam dan kalkun yang beratnya kurang dari 10kg, dengan 2 kaki".

Para kampanye mengatakan legislasi ini terus-menerus diabaikan, menyebabkan penderitaan hewan yang luas. Kode Praktik Defra saat ini untuk Kesejahteraan Ayam Daging dan Ayam Pembibitan Daging (Kode Broiler) dan Kode Praktik untuk Kesejahteraan Ayam Petelur dan Pullets (Kode Ayam Petelur) memungkinkan penangkapan kaki, bertentangan dengan hukum.

Perseteruan ini muncul kurang dari sebulan setelah sekretaris lingkungan hidup Inggris, Steve Barclay, mengatakan, “Kami berkomitmen untuk mempertahankan standar kesejahteraan hewan dan makanan yang tinggi. Sejak meninggalkan UE kami telah menetapkan kontrol kuat atas impor, dan kami menggunakan kebebasan Brexit untuk memperkuat standar kesejahteraan lebih lanjut dengan melarang ekspor hewan hidup untuk disembelih.”

Yayasan Hukum Hewan telah mengeluarkan surat tindakan pra-sidang kepada Departemen Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan (Defra) yang menjelaskan kasus hukumnya bahwa Kode Praktik saat ini mendukung praktik penanganan ilegal dan perlu diubah. The Humane League UK juga menulis kepada Komite Kesejahteraan Hewan mengkritik laporan tersebut.

Serena Conforti, petugas advokasi Yayasan Hukum Hewan, mengatakan rekomendasi Komite Kesejahteraan Hewan adalah saran terbuka pertama untuk menghapus perlindungan kesejahteraan hewan UE sejak Inggris meninggalkan UE pada tahun 2020. (Via Poultryworld)

KULIT AYAM, DITAKUTI TAPI TETAP GURIH DAN MENYEHATKAN

Meskipun memiliki sejumlah khasiat positif, mengonsumsi kulit ayam harus tetap bijak. (Foto: Shutterstock)

Salah satu tips agar tak terpicu banyak penyakit akibat konsumsi olahan kulit ayam yang gurih, makanlah dalam batas yang moderat dan jangan sering. Apapun yang berlebihan, pasti berisiko.

Kalau melihat kulit ayam yang masih mentah, rasanya ogah untuk menyentuhnya. Tetapi jika sudah digoreng krispi berbalut tepung, lidah ogah berhenti mengunyah. Mungkin Anda pernah mengalaminya. Kulit ayam goreng krispi bukan cuma disukai anak-anak, orang dewasapun banyak yang menggemarinya.

Olahan yang satu ini hingga sekarang masih pro dan kontra di masyarakat. Ada yang beranggapan olahan kulit ayam sangat berbahaya bagi kesehatan karena mengandung kolesterol tinggi dan tidak layak untuk dikonsumsi orang dewasa. Tetapi ada juga yang berpendapat olahan kulit ayam krispi aman-aman saja dikonsumi selama tubuh dalam kondisi sehat.

Sebagian besar penelitian menyebutkan bahwa kulit ayam tidak baik dikonsumsi bahkan dianjurkan untuk dibuang saja. Salah satu artikel yang ditulis Portal Gizi FK UNDIP, menyebutkan hal ini dikarenakan tingginya kandungan lemak pada kulit ayam, yakni antara 20-30%. Angka ini termasuk cukup besar dibandingkan kandungan proteinnya yang hanya sebesar 12,5% saja.

Kulit ayam memang mengandung banyak lemak. Namun, dalam penelitian selanjutnya disebutkan bahwa lemak dalam kulit ayam lebih banyak terkandung dalam jenis lemak baik (lemak tak jenuh) dibandingkan lemak jahat (lemak jenuh).

Dikutip laman PH Labs, salah satu alasan mengapa kulit ayam tidak disukai adalah kandungan lemaknya (memiliki 40 gram lemak total dalam porsi 3,5 ons). Namun sebagian besar lemak ini adalah lemak tak jenuh, yang sebenarnya dapat mendukung kesehatan jantung karena dikaitkan dengan penurunan kolesterol dan tekanan darah.

Lemak ayam juga mengandung asam oleat yang sehat dan lemak jenuhnya mendukung sistem kekebalan tubuh dan produksi hormon. Selain lemak sehat, dalam 3,5 ons kulit ayam juga mengandung 20 gram protein bersama dengan sedikit zat besi, potasium, dan kalsium. Sebagai bonus, kulit ayam juga tidak mengandung karbohidrat atau gula.

Dietisien di Rumah Sakit Umum Pemerintah Fatmawati (RSUP Fatmawati), Akromah SGz RD, mengatakan bahwa hampir semua olahan kulit hewani memiliki kandungan lemak, termasuk kulit ayam dan kulit sapi. Dietsien ini menyebutkan sebagai contoh kulit sapi merupakan sumber protein hewani yang cukup tinggi kandungannya. Dalam 100 gram kulit sapi, memiliki kandungan protein 10 gr. Sementara kandungan lemaknya tak terlalu tinggi.

“Masih aman-aman saja untuk dikonsumsi dalam porsi yang wajar. Prinsipnya sumber pangan hewani itu mengandung kolesterol. Termasuk kulit sapi dan kulit ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Ahli gizi ini menyebut wajar saja jika ada orang yang takut mengonsumsi olahan kulit, karena ketidaktahuan mereka akan kandungan gizinya. Yang terbayang hanya kandungan kolesterol yang menghantui. “Sekali lagi, selama porsinya wajar, tidak berlebihan, tidak masalah,” ujarnya mengingatkan.

Penuh Nutrisi
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ada dua jenis kolesterol di dalam tubuh manusia, yakni LDL (Low Density Lipoprotein) atau yang biasa disebut sebagai kolesterol jahat dan HDL (High Density Lipoprotein) atau yang biasa disebut kolesterol baik. Nah, kondisi tubuh akan tidak bagus jika prosentase koleterol LDL lebih banyak di dalam tubuh dibandingan kolesterol HDL.

Menurut ahli nutrisi ini, kedua jenis koleterol tersebut (HDL dan LDL) sama-sama dibutuhkan oleh tubuh. Namun kondisi tubuh akan baik jika perbandingan antara keduanya sesuai kebutuhan di dalam tubuh. Namun demikian, kalau kosumsi sumber lemak hewani terlalu banyak, maka jumlah kolesterol jahatnya pun akan banyak juga.

Dalam salah satu artikel situs Science Direct menyebutkan, kulit ayam memiliki sejumlah kandungan yang kompleks, di antaranya air: 44.9 gr (g), kalori 440 kkal, protein 9,58 gr, lemak total 44,2 gr, karbohidrat 0,79 gr, kalsium 6 miligram (mg), besi 0,37 mg, magnesium 8 mg, fosfor 95 mg, kalium 119 mg, natrium 51 mg, seng 0,65 mg, tembaga 0,038 mg, mangan 0,014 mg, tiamin 0,04 mg, riboflavin 0,032 mg, niasin 2,56 mg, asam pantotenat 0,61 mg, vitamin b-6 0,116 mg, kolin 28,3 mg, betain 8,3 mg, dan vitamin e (alfa-tokoferol) 0,27 mg.

Selain itu, kulit ayam diyakini mengandung sejumlah kecil vitamin A yang berperan penting untuk kesehatan mata, pertumbuhan sel, dan sistem imun. Situs Science Direct juga mengulas sejumlah manfaat dari mengonsumsi kulit ayam.

Pertama, menyuplai lemak sehat. Berat 1 ons kulit ayam mengandung 8 gram lemak tak jenuh dan 3 gram lemak jenuh. Oleh karena itu, konsumsi kulit ayam dengan cara dan porsi yang tepat sesungguhnya memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh.

Kedua, tidak mengganggu program diet. Total kalori seporsi ayam dengan kulitnya hanya di angka 50 kkal. Sedangkan, lemak jenuhnya ada di takaran 2,5 gram. Oleh sebab itu, mengonsumsi seporsi ayam beserta kulitnya dengan kuantitas yang tepat tidak akan mengganggu program diet. Anda tetap bisa menikmati kulit ayam tanpa rasa khawatir.

Ketiga, menurunkan risiko kanker dan penyakit jantung. Kandungan lemak tak jenuhnya dianggap sebagai salah satu manfaat kulit ayam untuk mencegah munculnya kanker dan penyakit jantung. Kandungan lemak tak jenuh tersebut terbukti baik untuk bagian kardio dan metabolisme tubuh. Namun, disarankan untuk melakukan pengolahan tanpa minyak, agar lemak tak jenuhnya tetap terjaga.

Keempat, melengkapi cita rasa makanan. Kaldu ayam yang diproses dengan bagian kulit akan terasa jauh lebih gurih dibandingkan dengan masakan yang dibuat hanya dengan dagingnya saja. Bukan hanya itu, gorengan ayam ternyata lebih juicy saat dipadukan dengan bagian kulitnya.

Ingat, Jangan Berlebihan!
Meskipun memiliki sejumlah khasiat positif, mengonsumsi kulit ayam harus tetap bijak. Tidak boleh terlalu banyak dan sering. Sebab, tubuh juga membutuhkan asupan gizi dari makanan lainnya. Dalam banyak literatur kesehatan sering dijelaskan ada sejumlah risiko jika terlalu banyak mengonsumsi olahan kulit ayam.

Pertama, menyebabkan peningkatan kadar kolesterol. Terlalu banyak atau sering mengonsumsi kulit ayam dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah. Jika kadar kolesterol LDL meningkat, maka risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke dapat meningkat.

Kedua,meningkatkan risiko obesitas. Konsumsi kulit ayam dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penumpukan lemak pada tubuh. Hal ini dapat berdampak pada naiknya berat badan.

Ketiga,menyebabkan tekanan darah tinggi. Konsumsi kulit ayam secara berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Keempat, dapat memicu risiko kanker. Konsumsi kulit ayam yang mengandung lemak jenuh dikhawatirkan akan meningkatkan risiko terjadinya kanker, terutama kanker payudara, usus besar, dan prostat.

Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi kulit ayam dalam jumlah yang moderat dan tidak terlalu sering. Sekali-kali boleh saja. Tetapi akan lebih baik memilih bagian ayam yang lebih sehat, seperti daging ayam tanpa kulit atau telur ayam, agar mendapatkan manfaat nutrisi tanpa menimbulkan dampak buruk kesehatan. “Intinya, jangan berlebihan dalam mengonsumsi,” kata Akromah.

Daging dan telur ayam merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Beberapa manfaat dari protein hewani di antaranya untuk pertumbuhan dan regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan pembentukan energi tubuh, meningkatkan ketahanan tubuh, dan meningkatkan massa otot. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

BAGAIMANA PROGRES TRANSISI TELUR CAGE FREE DI ASIA?

Di tengah meningkatnya kekhawatiran konsumen terhadap kesejahteraan hewan dan peningkatan komitmen dari perusahaan untuk memproduksi telur cage free, peluncuran Asia Cage-Free Benchmark pertama adalah seruan untuk keterlibatan yang lebih dalam dari pemerintah di Asia. Laporan tersebut menilai kemajuan pemerintah di seluruh wilayah dalam mendukung pergeseran industri menuju peternakan cage free.

Open Wing Alliance, koalisi global dari 100 organisasi yang mencakup 72 negara di 6 benua, mengumumkan peluncuran laporan Benchmark di mana 17 negara di Asia Timur, Asia Selatan dan Barat, dan Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru (SEAANZ) dievaluasi berdasarkan 3 pilar utama – mengakhiri penggunaan kandang, kerangka kebijakan, dan standar kesejahteraan – dengan skor maksimum 140 poin.

Selandia Baru berada di peringkat pertama dalam Benchmark dengan skor 86 poin. Israel berada di urutan kedua dengan skor 78, diikuti oleh Australia dengan 62 dan Bhutan dengan 44. Sebaliknya, Bangladesh, Malaysia, dan Vietnam berada di peringkat terendah dalam Benchmark dengan 4 poin, di belakang Singapura dengan 6 poin, Nepal dengan 6,5 poin, dan Jepang dengan 8 poin.

Jonathon Tree, direktur kampanye dan urusan internasional, Environment & Animal Society of Taiwan (EAST), sebuah organisasi anggota Open Wing Alliance, mengatakan sangat penting bagi pemerintah Asia untuk secara aktif mendukung transisi menuju peternakan cage free untuk memastikan pergeseran yang mulus bagi konsumen dan pemangku kepentingan industri. Dia menambahkan, “Dengan memberikan kejelasan regulasi untuk pembeli korporat, industri dapat bergerak menuju standar kesejahteraan hewan yang lebih tinggi.”

Sebuah studi tahun 2022 menemukan bahwa rata-rata 86% konsumen di 8 negara di Asia Pasifik menyatakan kekhawatiran yang signifikan terhadap kesejahteraan hewan ternak. Selain itu, perusahaan dari pemimpin global seperti Nestlé, Unilever, Burger King, KFC, dan Marriott, hingga perusahaan Asia regional seperti Minor Foods dan Jollibee Foods Corporation telah berkomitmen untuk mengeliminasi kandang baterai demi praktik telur cage free. (Via Poultryworld)

CACING SI MALING NUTRISI

Siklus hidup Ascaridia sp. Periode Prepaten sekitar 45 hari. (Bautista-Vanegas et al., 2023)

Cacing merupakan parasit atau organisme yang mendapatkan makanan dan menggantungkan hidupnya bersama atau berada dalam hospes atau induk semangnya. Parasit selalu mendapatkan keuntungan dari hubungan hidup dengan hospesnya. Parasit dikategorikan obligat apabila seluruh siklus hidupnya tergantung oleh hospesnya dan dikategorikan sebagai fakultatif apabila siklus hidupnya dapat bersama hospes atau hidup bebas.

Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes biasa dikenal sebagai endoparasit, sementara parasit yang hidup di luar atau pada permukaan tubuh hospesnya dikenal sebagai ektoparasit. Yang menarik dari parasit adalah siklus hidup kompleksnya yang biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk siklus hidup yang akan memberikan pengaruh berbeda terhadap lingkungan maupun hospesnya.

Perhatian peternak terhadap parasit cacing kerap kurang dibanding perhatiannya terhadap penyakit yang disebabkan virus maupun bakteri, meskipun sering kali faktor penyakit parasit merupakan faktor pendukung utama atas terjadinya kasus yang disebabkan virus maupun bakteri. Hal yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak karena anggapan parasit merupakan penyakit yang mudah untuk ditanggulangi dan diobati, serta dengan manajemen yang ketat dan intensif akan mudah menghindari kasus penyakit parasit. Hal lain yang menyebabkan kurangnya perhatian peternak adalah penyakit ini jarang menimbulkan kematian tinggi, hanya terbatas pada penurunan tingkat pertumbuhan dan produksi telur.

Cacing, sebagai parasit sering kali ditemukan pada berbagai tipe skala peternakan ayam. Cacing pada ayam secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu cacing gilig (nematoda) dan cacing pita (cestoda). Cacing hidup pada saluran pencernaan ayam dan menular antar ayam melalui telur-telur yang dikeluarkan bersama feses.

Ada dua jenis siklus hidup cacing, siklus hidup langsung dan tidak langsung. Pada cacing dengan siklus hidup langsung hanya membutuhkan satu spesies hospes untuk memenuhi siklus hidupnya secara lengkap, meskipun pada beberapa stadium siklus hidup berada di luar tubuh hospesnya. Sedangkan pada cacing dengan siklus hidup tidak langsung, memerlukan dua spesies hospes yang berbeda untuk memenuhi seluruh siklus hidupnya secara lengkap, yaitu hospes tetap dan sementara. Cacing dengan siklus hidup tidak langsung berada pada stadium belum dewasa di hospes sementara dan memerlukan perpindahan pada hospes tetap agar siklus hidupnya berubah menjadi dewasa.

Periode grower ayam pada umumnya merupakan masa yang rawan infeksi cacing. Infeksi umumnya menimbulkan gejala klinis di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar
PT Romindo Primavetcom
Jl. Dr Saharjo, No. 264 Jakarta
HP: 0812-8644-9471

POLANDIA: MELONJAKNYA HARGA PRODUK SUSU, INVESTASI TERUS BERJALAN

Meskipun kinerja keuangan sektor susu Polandia masih berada di bawah tekanan, perusahaan-perusahaan menunjukkan kesediaan untuk berinvestasi dalam operasi mereka.

Selama tiga kuartal pertama tahun 2023, sektor susu di Polandia menghasilkan pendapatan bersih sebesar PLN 38,3 miliar (US$9,62 miliar), turun 10,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan ekspor turun 6,9% menjadi PLN 6,8 miliar (US$1,71 miliar).

Kinerja keuangan sektor ini beragam, dengan biaya pengiriman susu ke pabrik susu berjumlah PLN 11,6 miliar (US$2,91 miliar), naik 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, harga pembelian rata-rata turun 8,3% menjadi PLN 2,07 (US$0,52) per liter, menurut laporan Kamar Susu.

Hebatnya, memburuknya kinerja keuangan tidak menyurutkan semangat perusahaan susu untuk menjalankan rencana investasi mereka. Dalam tiga kuartal pertama tahun 2023, bisnis susu Polandia menginvestasikan PLN 563,9 juta (US$141,6 juta), hampir sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

KEMENTAN LAKUKAN PERCEPATAN VAKSINASI PMK JELANG RAMADAN

Tim vaksinator memberikan vaksinasi PMK pada sapi. (Foto: Istimewa)

Sebagai upaya mencegah munculnya kembali penyakit mulut dan kuku (PMK) jelang Ramadan, Kementerian Pertanian (Kementan) didukung FAO ECTAD Indonesia melakukan percepatan vaksinasi PMK.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di delapan kabupaten pada lima provinsi, yaitu Kabupaten Indragiri Hulu di Riau, Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat, Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan, Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pati, Rembang, dan Wonogiri di Jawa Tengah.

“Akselerasi vaksinasi ini kita lakukan di daerah padat ternak, daerah yang merupakan produsen ternak, dan juga tinggi lalu lintas ternaknya” ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Nasrullah, dalam siaran resminya di Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Lebih lanjut dijelaskan, vaksinasi tidak hanya dilakukan di daerah-daerah tersebut, namun dilaksanakan juga di wilayah lainnya di daerah tertular PMK.

Dalam program percepatan vaksinasi ini, pihaknya meminta dinas kabupaten menyiapkan tim vaksinator di setiap lokasi target untuk memetakan target wilayah vaksinasi, hewan, dan jumlah ternak yang akan divaksin, hingga merencanakan kegiatan edukasi ke peternak.

“Saya berharap bahwa dari kegiatan ini dinas dan tim vaksinator, serta semua pihak yang dilibatkan untuk berkomitmen bersama dalam memacu vaksinasi PMK di Lapangan,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Tim Pusat Darurat FAO ECTAD di Indonesia, Luuk Schoonman, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung program pemerintah dalam pengendalian PMK. Dengan dukungan pemerintah Australia yang telah mengalokasikan anggaran khusus untuk hal tersebut termasuk dukungan percepatan vaksinasi.

Menurut Luuk, vaksinasi merupakan salah satu kunci pengendalian PMK dan diperlukan kolaborasi untuk mempercepat vaksinasi di berbagai wilayah di Indonesia.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Kesehatan Hewan, Kementan, Nuryani Zainuddin, menyampaikan bahwa hingga saat ini kasus PMK masih terus dilaporkan dari beberapa provinsi. Munculnya PMK menandakan bahwa virus masih terus bersirkulasi sehingga potensi penularannya tetap mungkin terjadi.

“PMK disebabkan oleh virus yang sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, sehingga langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah pencegahan dengan vaksinasi secara periodik, yaitu setiap enam bulan” kata Nuryani.

Ia menambahkan bahwa hasil pemetaan untuk kegiatan percepatan yang dilakukan dalam lima hari tersebut dengan total target vaksinasi diperkirakan akan mencapai 73.247 ekor dengan target jenis hewan sapi, kambing, dan domba.

Kegiatan percepatan vaksinasi direncanakan akan terus dilakukan secara bertahap di wilayah potensial hingga menjelang Idul Adha. Hal tersebut penting menurutnya, mengingat 1-3 bulan menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, lalu lintas ternak sapi, kambing, dan domba akan tinggi untuk persiapan kebutuhan daging di hari raya tersebut.

“Kami tidak ingin ada lonjakan kasus PMK yang dapat menyebabkan kerugian bagi peternak akibat ternak sakit menjelang masa panen di hari raya, sehingga penting bagi kami untuk terus mengampanyekan vaksinasi dan mendorong dinas bersama tim vaksinator untuk terus meningkatkan capaian vaksinasi,” pungkasnya. (INF)

EKSPANSI BISNIS TELUR NOBLE FOODS

Bisnis telur cage free terbesar di Inggris akan memperluas bisnis makanan konsumennya dengan investasi jutaan pound ke dalam situs manufaktur bernilai tambah. Noble Foods telah mengumumkan bahwa musim panas ini mereka akan membuka pintu ke situs kuliner inovatif di Leicestershire, East Midlands, menandai langkah lebih lanjut di luar bisnis telur cangkang tradisional mereka. Perusahaan ini juga baru-baru ini melakukan akuisisi di sektor pakan hewan dan pertanian.

Situs seluas 10.000 meter persegi ini berpotensi menggunakan lebih dari 1,6 juta telur per minggu dan akan ditujukan untuk sektor ritel, restoran cepat saji, dan grosir dengan makanan seperti omelet, dan frittata yang dibuat di situs tersebut. Hingga 150 pekerjaan akan diciptakan dalam fase pembukaan di pabrik.

Will Cadbury, pemimpin bisnis bernilai tambah Noble Foods, mengatakan pertumbuhan ini sejalan dengan misi perusahaan untuk membuat telur lebih mudah diakses secara lebih luas, melayani semua kesempatan makan dan preferensi konsumen. “Kami sudah tahu bahwa telur adalah salah satu makanan paling serbaguna dan bergizi, dengan output karbon terendah dari semua protein hewan. Ini sejalan dengan baik dengan tujuan kami untuk ‘memberi nutrisi kepada orang, hewan, dan planet dengan cara yang lebih baik’, dan investasi kami akan benar-benar membantu mempercepat itu dengan menyediakan lebih banyak telur untuk lebih banyak orang pada lebih banyak kesempatan.”

David Parker, chef pengembangan komersial di Noble Foods, akan memainkan peran kunci dalam mendorong usaha bernilai tambah ke depan. “Investasi ini adalah tambahan luar biasa untuk kemampuan kami dan akan membuka lebih banyak peluang untuk produk telur masak di pasar ritel dan OOH. Kami beruntung menyediakan salah satu makanan yang paling padat nutrisi dari alam yang cocok di semua kesempatan makan. Dengan menggabungkan tren makanan, bersama dengan keahlian kategori dan pemasaran, kami sedang bersiap untuk meluncurkan solusi makanan dan camilan baru yang menarik untuk pasar konsumen Inggris.” (Via Poultryworld)

PELAN NAMUN PASTI, CACING MERUGIKAN

Cacing gilig yang sering menyerang ayam. (Sumber: layinghens.hendrix-genetics.com)

Cacing adalah salah satu penyakit yang masih sering menyerang ayam petelur maupun pedaging. Tidak begitu mematikan, tetapi kerugian yang ditimbulkan tidaklah sedikit. Terlebih lagi, kondisi saat ini harga pakan naik signifikan.

Serangan cacing bisanya terjadi perlahan, bahkan kadang tidak teridentifikasi. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, penurunan produksi telur maupun pertumbuhan bisa sangat signifikan. Saat serangan awal biasanya ayam tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Konsumsi ransum juga dirasakan masih sama. Penurunan berat atau besar telur biasanya belum teridentifikasi, kecuali dilakukan pengamatan data recording dengan lebih jeli. Bahkan kadang kala kasus cacing ini tidak terpantau, meskipun produksi telur sudah turun secara signifikan karena konsentrasi peternak maupun tenaga kesehatan lebih besar pada kasus bakterial atau viral.

Cacing yang Sering Menyerang
Cacing yang sering menyerang ayam di antaranya adalah cacing gilig dan cacing pita. Ada sebuah analisis (meta-analysis) dari peneliti Anwar Shifaw et al. (2021), dipublikasikan oleh Poultry Science terkait jenis cacing yang sering menyerang ayam. Dari sebanyak 2.985 artikel yang dipublikasikan selama tahun 1948 sampai 2019, menunjukkan data jenis cacing yang menyerang ayam adalah Ascaridia galli (35,9%), Heterakis gallinarum (28,5%), Capillaria spp. (5,90%), dan Raillietina spp. (19%).

Lalu bagaimana data yang ada di Indonesia? Data identifikasi cacing yang sering menyerang ayam petelur di salah satu sentra peternakan ayam petelur, Udanawu Blitar, pernah dilakukan oleh peneliti dari Universitas Airlangga (Klalissa dkk, 2023). Hasilnya menunjukkan bahwa dari 96 sampel yang diambil, terdeteksi ada 81,25% sampel positif terserang cacing. Setelah diidentifikasi lebih lanjut, sebanyak... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2024.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development,
PT Mensana Aneka Satwa

POTENSI DAN KEBUTUHAN DOKTER HEWAN DI INDONESIA SAAT INI


Profesi Dokter Hewan di Indonesia masih banyak dibutuhkan hingga saat ini. Berbagai bidang pekerjaan membutuhkan dokter hewan baik sebagai Pegawai Negeri ( ASN) di kementrian pertanian, Kementrian Kesehatan, Kementrian Lingkungan Hidup Kementrian Perikanan dan Kelautan Kepolisian dan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, Pegawai Swasta dibidang Pabrik Obat Hewan, Pabrik Makanan Ternak. Disamping itu juga dapat bekerja di Peternakan Ayam, Peternakan Sapi Perah, Sapi Potong, Peternakan hewan eksotik, satwa liar dan di Kebun Binatang.

Total jumlah Dokter Hewan yang terdata di PDHI kurang lebih 13.500 orang. Dokter Hewan tersebar di 56 Cabang di wilayah Indonesia dengan Komposisi 50 % ASN, 40 % Swasta dan 10 % Praktek Mandiri sebagai Praktisi. Pertambahan Dokter Hewan setiap tahun kurang lebih 1000 Dokter Hewan yang berasal dari Universitas Gadjah Mada, SKHB IPB, Universitas Airlangga, Universitas Hasanudin, Universitas Udayana, Universitas Nusa Cendana, Universitas Wijaya Kusuma, Universitas Padjadjaran, Universitas Syiah Kuala, dan Universitas Brawijaya. Data dari Direktorat Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian RI menyebutkan saat ini Indonesia memiliki 1.691 Puskeswan yang tersebar di sejumlah daerah. Sementara ini terdata hanya 21 persen kecamatan yang menyediakan fasilitas Puskeswan aktif. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64 Tahun 2007, wilayah kerja Puskeswan meliputi 1 sampai 3 kecamatan. Dengan jumlah kecamatan di Indonesia sebanyak 7.094, dan rata-rata satu Puskeswan melakukan pelayanan untuk dua kecamatan, maka jumlah ideal Puskeswan di Indonesia adalah sebanyak 3.547 unit. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu tambahan sebanyak 1.800-an unit Puskeswan di seluruh Indonesia. Ini baru berbicara tentang puskeswan, salah satu sektor pelayanan kesehatan hewan milik pemerintah, belum berbicara tentang kebutuhan dokter hewan untuk kepentingan keamanan pangan asal hewan, konservasi satwa liar, pemeliharaan hewan kesayangan, laboratorium dan sebagainya.

Total Kebutuhan Dokter Hewan di Indonesia menurut perhitungan adalah 50.000 Dokter Hewan untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia dari tingkat Nasional hingga tingkat Kabupaten. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu panambahan dokter hewan setiap tahun minimal 5.000 dokter hewan. Sehingga dalam waktu 5 sampai 10 Tahun jumlah dokter hewan bisa terpenuhi. Untuk memenuhi jumlah kelulusan minimal 5000 per tahun diperlukan Fakultas Kedokteran hewan minimal 20 Universitas di Indonesia, Hingga saat ini Jumlah Universitas yang telah memiliki Fakultas dan Program Studi Kedokteran Hewan berjumlah 12 Universitas. Universitas yang baru membuka Prodi Kedokteran hewan tahun 2023 adalah Universitas Riau di Pekanbaru.

Sumber : Data seleksi nasional berdasarkan tes (SNBT) dan seleksi Nasional berdasarkan Prestasi (SNBP) Perguruan Tinggi Negeri. https://sidata-ptn-snpmb.bppp.kemendikbud.go.id.

Dari tahun ke tahun, persaingan pendaftar UTBK SNBT di bidang kedokteran hewan terbilang ketat. Tingkat persaingan dapat diukur dari daya tampung dan peminat jurusan yang dituju. Peminat bidang ini sangat banyak dibandingkan dengan daya tampung yang ada. Ini menandakan bahwa semakin tahun jurusan kedokteran hewan semakin menjadi incaran. Kedokteran hewan memainkan peran integral dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan, serta melibatkan sejumlah prospek karir yang luas dan menarik bagi para profesionalnya. Dalam dunia yang semakin peduli terhadap hewan, dokter hewan tidak hanya berfokus pada perawatan hewan peliharaan, tetapi juga terlibat dalam aspek-aspek kesehatan ternak, kesehatan masyarakat, konservasi satwa liar, juga berperan penting dalam penelitian, pangan hewan, dan bahkan industri farmasi hewan.

Data jumlah penerimaan mahasiswa SNBT dan SNBP Kedokteran Hewan tahun 2020-2022. Sumber = kemdikbud.go.id

Dari data diatas diketahui bahwa data tampung dari ke-9 Universitas yang memiliki jurusan Kedokteran Hewan dari tahun ke tahun terjadi penurunan, artinya terjadi peningkatan peminat tanpa dibarengi dengan peningkatan daya tampung. Rata-rata data tampung pada tahun 2020 adalah 13,1%, tahun 2021 adalah 10,84% dan tahun 2022 adalah 8,5%. Ini menunjukkan bahwa demand/permintaan terhadap jurusan kedokteran hewan sangat tinggi. Contohnya Prodi KH di Universitas Riau yang baru buka pada tahun 2023 ini, daya tampungnya hanya 40 orang namun peminatnya 712 orang, artinya ratio persaingan 1:18. Angka yang sangat besar untuk sebuah prodi baru di tahun pertama berdirinya. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, daya tampung 175 mahasiswa, dengan peminat sebanyak 800 orang. Sementara di Universitas Nusa Tenggara Barat daya tampung 100-150 mahasiswa dengan peminat 350 orang.

Bila melihat dari sisi wilayah perlu dibangun Fakultas Kedokteran Hewan di wilayah Pulau Kalimantan dan Pulau Papua. Saat ini jumlah FKH di Pulau Sumatera ada 2 FKH yaitu FKH UNSYIAH dan Prodi KH di FK Universitas Riau, Di Pulau Jawa ada 6 FKH yaitu SKHB IPB, UGM, UWKS, UNAIR, UNPAD dan UB. Di Pulau Bali ada FKH UDAYANA, Di Pulau NTT ada FKH UNDANA, di Pulau NTB ada UNDIKMA, dan di Pulau Sulawesi ada FKH UNHAS. Pada Tahun 2024 telah diberikan rekomendasi oleh PBPDHI kepada Universitas Negeri Padang di Kota Bukit Tinggi dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat di Kota Payakumbuh yang kedua nya ada di Sumatera Barat. PBPDHI sangat mengharapkan berbagai Universitas yang ada untuk mendirikan Prodi Kedokteran Hewan seperti Universitas Lampung, Universitas Mulawarman, Universitas Cendrawasih, Universitas Jember, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas dan Universitas Samratulangi.

Salah satu syarat pendirian Prodi Kedokteran Hewan adalah memiliki Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sebelum menjadi Fakultas, Kedokteran Hewan dapat menjadi Prodi/Program Studi di bawah Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dengan alasan bahwa sarana laboratorium dan sarana pembelajaran memiliki kesamaan sehingga mempermudah proses pembelajaran. Setiap pendirian prodi Kedokteran Hewan wajib mendapatkan rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia, serta wajib memenuhi persyaratan ketentuan yang telah di tetapkan melalui SK bersama PDHI dan AFKHI.

Kita berharap semoga harapan ini dapat segera terwujud sehingga jumlah Kebutuhan Dokter Hewan di Indonesia bisa terpenuhi, untuk menjamin Kesehatan masyarakat melalui Kesehatan hewan dan dapat terjamin makanan hasil ternak seperti daging, susu dan telur untuk menyehatkan masyarakat. Terima kasih.

Penulis:

Ketua Umum PB PDHI

Dr drh M Munawaroh MM

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer