-->

PETERNAKAN DOMBA MODERN ALA PESANTREN INSAN KAMIL

Penandatanganan MoU perihal investasi antara Pesantren Insan Kamil dengan PT Digital Syariah Technology dan Sharia Digital Technologies FZ LLC-Dubai GreenX.
(Foto : Antara)


Pondok Pesantren Insan Kamil Trayang, Ngronggot, Kabupaten Nganjuk resmi meluncurkan Start Up Pengembangan Ekonomi Masyarakat Klaster Peternakan Domba modern yang diberi nama 'Dombastis' pada Ahad (22/09/2024) sore.

Pengasuh Pesantren Insan Kamil, Gus Kamal Musthofa menjelaskan program tersebut merupakan salah satu pengembangan ekonomi masyarakat bersama beberapa mitra di antaranya Bank Jatim, PT Digital Syariah Technology dan Jama'ah Ternak Lembaga Perkonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Nganjuk. 


Tujuan utama dari di rintisnya Dombastis adalah pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk peningkatan inklusi keuangan syariah, serta fasilitasi keuangan mikro dan usaha bagi masyarakat.


"Pesantren Insan Kamil berkomitmen untuk dapat membangun perekonomian umat yang tumbuh dan berkesinambungan bersama Bank Jatim serta mampu memberikan dampak ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitarnya,” ungkap alumnus Pascasarjana Universitas Pangeran Diponegoro Nganjuk.


Dijelaskan Gus Kamal, pihak pesantren memilih peternakan domba sebab mencontoh Nabi Muhammad SAW. Dombastis memadukan konsep perbaikan genetik, gembala moderen dan pemanfaatan limbah kandang untuk pertanian.


"Hingga kini total populasi domba di peternakan dombastis ialah 423 ekor," jelas Gus Kamal.

 

Dirinya menjelaskan terdapat dua model bisnis Dombatis. Pertama, Dombastis membangun kandang jamaah menitipkan domba dan bergiliran merawat. Setiap anggota menitipkan maksimal 20 ekor domba dan fase bisnisnya berupa produksi domba bunting dan anak domba, biayanya dari keuangan yayasan dan investor.


Kedua, kandang dibuat di tempat jama’ah atau mitra. Domba bunting dipasok dari Dombastis dan jamaah merawat serta  membesarkan anak domba hingga umur 4 bulan kemudian anakan tersebut akan dibeli Dombastis.

 

"Indukannya impor dan ada sertifikatnya yaitu jenis Dorper Australia. Sementara betinanya Cross Texel," paparnya.


Gus Kamal melanjutkan, terdapat beberapa kriteria menjadi juragan domba mitra Dombastis yakni alumnus atau utusan pesantren, warga Nganjuk, serius ingin beternak domba, belum pernah kredit bank, punya lahan untuk kambing dan siap mengikuti bimtek selama 3 bulan.

 

“Apabila berminat silahkan menghubungi nomor 087787502950,” pungkasnya.

 

Di akhir sesi, Pondok Pesantren Insan Kamil menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) perihal investasi dengan PT Digital Syariah Technology dan Sharia Digital Technologies FZ LLC-Dubai GreenX.

 

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Pengasuh Pesantren Insan Kamil Gus Kamal Musthofa, Direktur PT Digital Syariah Technology Hambali dan CEO Sharia Digital Technologies Mr. Khalifa Al Jaziri AlShehhi.

 

Agenda ini dihadiri pula oleh Pj Gubernur Jawa Timur yang diwakili Kepala Dinas PMD Provinsi Jatim Budi Sarwoto, Pj Bupati Nganjuk yang diwakili Moh Yasin, Rais PCNU Nganjuk KH Ali Musthofa Said, Ketua PCNU Nganjuk KH Hasyim Afandi dan tamu undangan lainnya. (INF)


PONDOK PESANTREN INI BISA MANDIRI BERKAT USAHA PETERNAKAN

Suasana di Kandang Sapi Milik Ponpes Assalam
(Sumber : Istimewa)

Sejak pertama berdiri, Pondok Pesantren Assalam Kutai Barat sudah mengembangkan bisnis peternakan lewat penggemukan sapi. Walaupun masih menggunakan pola sederhana, kini mereka sudah mampu memasok kebutuhan sapi kurban internal pesantren dan kebutuhan masyarakat sekitar.

Dengan total sekitar seribu santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam rutin menyembelih 40-50 ekor sapi setiap tahunnya untuk kebutuhan kurban. Oleh sebab itu, sejak berdiri 32 tahun lalu, sudah diinisiasi dengan usaha peternakan lewat penggemukan sapi mandiri.

“Sistemnya belum sematang sekarang. Bisa dibilang sejak 1992-2018 itu pondok belum punya kandang sendiri, belum punya lahan untuk pakan. Jadi sistemnya gaduh, pondok yang punya modal dan sapi dititipkan untuk dirawat oleh masyarakat. Nanti dipanen untuk dijual dan kebutuhan pondok,” beber Manajer Operasional Unit Usaha Ponpes Assalam Adam Ridho Muzakki.

Skalanya diakui tidak besar, kurang dari 20 sapi. Selain itu, juga ada kambing yang ikut dikembangkan dengan pola serupa. Masuk 2018, dimulai inisiasi membangun kandang pribadi, lokasinya tak jauh dari ponpes.

Dengan kapasitas 20 sapi. Tidak lagi menggunakan sistem gaduh, sapi dibeli mulai bibit dan digemukkan di kandang. Pondok mempekerjakan empat orang untuk operasional.Seiring waktu, usaha terus berkembang.

“Ponpes Assalam mendapat kesempatan menjadi mitra binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim. Dari situ, mulai lebih matang untuk usaha peternakannya. Mulai fokus ke sapi, sekarang sudah ada kandang yang lumayan di daerah Rejo Basuki, Barong Tongkok. Di atas lahan milik pondok seluas satu hektare, kapasitas kandang itu 80-100 sapi,” lanjut Ridho.

Di lahan yang sama, dibangun juga rumah untuk penjaga lahan. Ada pula lahan khusus untuk ditanami rumput guna kebutuhan pakan seluas 2 hektare. Benar-benar fokus dan serius mengembangkan kemandirian pesantren lewat peternakan.

Dijelaskan Ridho, jika pasar terbesar usaha peternakan itu, yakni saat momen Iduladha. Seiring tahun, masyarakat sekitar pondok juga sudah mengenal jika pondok memiliki usaha peternakan khususnya sapi. Sehingga, tak jarang yang mencari sapi kurban datang langsung ke pondok atau ke kandang.

Diakui Ridho jika sampai saat ini, usaha tersebut memang fokus untuk memenuhi kebutuhan internal pondok terutama saat Iduladha. Barulah diperjualbelikan.

“Kebutuhan pondok banyak, apalagi kalau kurban itu harga tinggi. Kualitas sapi untuk dibeli dalam jumlah banyak juga terbatas karena permintaan juga tinggi. Jadi, untuk meminimalkan pengeluaran pondok beli sapi di luar, kami ternak sendiri. Kualitas terjamin dan harga sapi bersaing,” jelasnya.

Setiap tahun, mereka memiliki pelanggan tetap. Selain masyarakat sekitar, juga beberapa perusahaan sekitar. “Ada yang rutin beli 9-10 ekor sapi. Selain untuk kurban, masyarakat yang sudah tahu, juga ada yang datang ke kandang di luar momen kurban untuk beli sapi. Umumnya untuk acara,” sebutnya.

Perlahan tapi pasti. Walau kapasitas produksi masih di bawah 100 ekor sapi per tahun, namun perkembangan itu tetap ada. Apalagi, permintaan sapi kurban selalu meningkat setiap tahun.

“Di Kutai Barat ini jumlah penduduk sedikit, bisa dibilang rumah potong hewan (RPH) itu hampir enggak ada. Masyarakat yang jual daging ya jagal sendiri, jadi ke depan harapannya kami bisa punya RPH juga. Bagian dari pengembangan usaha,” lanjut dia.

Selain RPH, harapan besar yang tersimpan yakni memiliki unit usaha turunan.

“Selama ini, jual sapi hidup kan lebih murah ketimbang sudah jadi daging. Jadi mau ke arah sana. Tapi, terdekat mau wujudkan RPH dulu. Kami sudah dapat pembekalan terkait, bagaimana penggemukan sapi dan pemotongan steril dan terstandar,” jelas Ridho.

Berharap bisa melebarkan usaha, misal membuat olahan sapi siap saji. 

“Kaya buat rendang, usaha pembuatan pentol daging atau bakso. Jadi, produk turunan itu bisa meningkatkan ekonomi pesantren lebih lagi. Alhamdulillah, sejauh ini dari peternakan sudah sangat cukup membantu perekonomian pesantren secara mandiri,” tutupnya. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer