-->

INDONESIA SIAP PERBESAR PANGSA EKSPOR BABI



Meluasnya persebaran virus flu babi Afrika, Indonesia jajaki peluang perbesar ekspor babi. (Foto: Pixabay)


Seiring meluasnya persebaran virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika di sejumlah negara produsen, Indonesia tengah giat menjajaki peluang untuk memperbesar pangsa pasar ekspor babi. Sejauh ini, kasus kematian akibat virus tersebut belum ditemukan di Indonesia meski telah ditemukan di negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja.

"Peluang untuk memperluas ekspor sangat besar. Kami sedang dalam upaya ke arah itu," kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani, Kamis (22/8).

Fini tak merinci negara mana saja yang masuk dalam daftar penjajakan ekspor. Namun, tak memungkiri terdapat peluang ke negara-negara yang tengah menghadapi koreksi produksi akibat wabah virus flu babi Afrika.

"Produksi babi sendiri tentunya surplus. Negara tujuan ekspor mana pun, selama ada peluang kami akan kejar," sambung Fini.

Pasar utama ekspor babi baik dalam bentuk hidup maupun daging sendiri masih dipegang Singapura. Kementerian Pertanian mencatat nilai ekspor babi ke negara tersebut sejak 2014 sampai semester I/2019 mencapai nilai Rp3,04 triliun.

Sementara nilai total ekspor babi hidup yang telah dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai Rp4,31 triliun (kurs Rp14.000/US$) sepanjang sepanjang 2013-2017.

Berdasarkan dat BPS, rata-rata konsumsi daging babi di Indonesia berkisar di angka 0,22 kg per kapita per tahun selama periode 2013-2017 dengan konsumsi tertinggi pada 2017 di angka 0,26 kg per kapita per tahun.

Terlepas dari statistik tersebut, konsumsi daging babi tak bisa dibilang sedikit. Ketua Gabungan 
Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa menyebutkan konsumsi daging babi juga merupakan bagian dari budaya yang tak terpisah dari masyarakat Bali.

Hal ini terlihat pula pada tren konsumsi di sejumlah provinsi sentra produksi daging babi seperti Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Rencana untuk memperluas pasar ekspor pun disambut baik oleh Hari selaku peternak. Kendati demikian, dia mengharapkan pemerintah dapat memberi bimbingan lebih kepada peternak rakyat agar manfaat perluasan pangsa ekspor tersebut tak hanya dirasakan segelintir pelaku usaha. (Sumber: bisnis.com)


PRESIDEN JOKOWI TINJAU KAPAL TERNAK

Presiden Jokowi saat meninjau Kapal Ternak Camara Nusantara. (Foto: Humas Kementan) 

Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Kapal Ternak Camara Nusantara (CN) 3, Rabu (21/8). Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita mengemukakan, Presiden Jokowi tidak hanya melihat proses loading masuknya ternak sapi ke kapal ternak, namun juga ikut menaiki kapal untuk melihat langsung sapi yang telah memasuki kandang dalam kapal ternak CN 3.

“Kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo melihat kapal ternak, merupakan bukti dukungan dan perhatian beliau yang besar kepada pembangunan peternakan”, ujar Ketut dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Jumat (23/8). 

Pada kunjungan tersebut, Presiden menyampaikan rasa syukurnya bahwa telah tersedia kapal ternak yang melayani pengangkutan ternak sapi dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tujuan pulau Jawa terutama Jakarta dan sekitarnya dalam kondisi muatan penuh. 

Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan harapannya, bahwa ke depan ternak-ternak sapi NTT juga ada yang dikirim dalam bentuk daging beku ke wilayah konsumen.

“Oleh karena itu, kita harus terus bersinergi dan bahu-membahu antara pemerintah dan stakeholder, untuk dapat mewujudkan harapan Bapak Presiden,”ujar Ketut.

Menurut Ketut, sejak diresmikan penggunaan Kapal Khusus Ternak oleh Pemerintah, pada 10 November 2015 hingga pertengahan 2019, jumlah ternak yang telah diangkut menggunakan dengan moda transportasi ini dari wilayah produsen mencapai 147.164 ekor.

“Melalui kapal ternak ini, kita berharap keberadaan ternak dan dinamika ketersediaan ternak di Indonesia dapat terpantau dengan baik, sehingga kebijakan yang diambil pemerintah dalam penyediaan daging sapi menjadi lebih optimal,” ungkapnya.

Lanjut Ketut, pemanfaatan kapal ternak ini dapat dioptimalkan untuk mengisi muatan balik kapal dengan produk yang dibutuhkan di daerah produsen sehingga terjadi peningkatan hubungan perdagangan yang lebih baik antar-daerah. “Hal ini perlu dukungan pemerintah daerah dalam memaksimalkan efektifitas pemanfaatan kapal ternak ini yang pada akhirnya mendukung pembangunan peternakan kedepan yang lebih baik,” ungkap Ketut.

Kualitas Ternak Terjaga

Anis salah satu pengirim ternak sapi pengguna kapal ternak, yang juga berada di lokasi tersebut menyampaikan kebahagiaannya dapat bertemu Presiden Jokowi pada saat proses loading ternak sapinya ke CN 3. Anis merasakan manfaat dengan adanya kapal ternak, yang dapat mengangkut ternak sapi dari Provinsi NTT ke Jakarta, Samarinda dan Banjarmasin.

“Senang pakai kapal ternak karena susut bobot badan sapi sampai tempat tujuan lebih kecil dibanding pakai kargo dan sapinya lebih terjamin selama perjalanan," ungkap Anis.

Menurutnya penurunan bobot badan sapi yang diangkut dengan kapal ternak, berdasarkan pengalamannya selama ini kurang dari 10%, sedangkan kapal kargo lebih dari 10%.“Pengadaan kapal ternak merupakan progam pemerintah yang sangat bagus, solusi bagi kami peternak di NTT,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Benny, pengirim ternak sapi pengguna kapal ternak, saat ditemui di Pasar Ternak Lili Kabupaten Kupang. Benny lebih suka mengirimkan ternak-ternak sapinya menggunakan kapal ternak, karena penurunan bobot badan sapinya lebih rendah dibanding menggunakan kapal kargo. Berdasarkan pengalaman Benny, penurunan bobot badan ternak sapi yang dikirim dengan kapal ternak lebih rendah berkisar 6-8%, dibandingkan dengan kapal kargo yang mencapai 12-15%.

Mendengar lansung apresiasi dari peternak terkait Kapal Ternak, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian Fini Murfiani mengatakan pengiriman sapi melalui fasilitasi kapal khusus ternak membuat kualitas ternak dapat terjaga dari tempat asal hingga ke wilayah tujuan konsumsi. Karena memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan untuk menciptakan kondisi nyaman bagi hewan ternak dalam masa pengangkutan dan pengiriman.

“Dampak kapal ternak ini juga dapat meminimalisasi penyusutan bobot ternak karena sering terjadi kasus kematian karena penanganan hewan ternak yang kurang layak di atas kapal,” kata Fini.

Kepala Dinas Peternakan Propinsi NTT, Danny Suhadi mengungkapkan bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas fasilitasi kapal ternak dari pemerintah pusat untuk mengangkut sapi dari NTT menuju wilayah produsen. Lebih lanjut Danny menjelaskan bahwa 5 kapal ternak yang mengangkut ternak sapi dari NTT adalah kapal CN 1, CN 2, CN 3, CN 4 dan CN6.

”Kelima kapal tersebut utk distribusi ternak sapi NTT ke pulau Jawa terutama Jakarta dan pulau Kalimantan melalui Samarinda dan Banjarmasin dengan muatan atau loading faktor rata-rata mencapai 100% dari kapasitas muatan angkut kapal sebesar 500 ekor per kapal," jelas Danny.(Rilis/INF)

KOLABORASI TERBAIK KANDANG CH-VAKSINASI-BIOSEKURITI

Pemeliharaan ayam dengan kandang sistem closed house. (Sumber: dailymail.co.uk)

Kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan unggas secara alamiah tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi secara step by step, sesuai dengan interaksi antara agen penyakit yang ada dengan ayam di kandang. Lingkungan kandang closed house (CH) sekalipun berpotensi adanya agen penyakit yang juga cukup tinggi jika sanitasi persiapan kandang yang dilakukan tidak sesuai dengan target agen penyakit. Pemahaman atas tulisan ini akan mempermudah peternak melakukan tindakan pencegahan penyakit secara efektif dan strategis, baik melalui biosekuriti dan vaksinasi yang tepat.

Kelebihan Sistem Ventilasi Kandang Closed House
Konsep kandang “sehat” adalah berventilasi, yaitu adanya proses penggantian udara dalam ruang oleh udara segar dari luar, baik secara alami maupun dengan bantuan alat mekanis (kipas angin) yang diperlukan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan oksigen ayam dalam kandang.
2. Membuang gas-gas beracun di dalam ruangan kandang.
3. Membatasi naiknya suhu panas dan kelembaban di dalam kandang.
4. Menciptakan temperatur efektif sesuai kebutuhan ayam/fasenya.

Kelebihan ventilasi kandang CH di atas akan tidak optimal jika manajemen pengendalian agen penyakit tidak dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, karena kemampuan agen penyakit  melakukan invasi  dari suatu agen penyakit dapat mengalami perubahan, tergantung kondisi lingkungannya.

Di lapangan, jika suatu agen penyakit tidak mendapatkan induk semang atau lingkungan yang sesuai, maka lama-kelamaan agen penyakit tersebut...

Drh Sumarno
(Head of AHS Central & Outer Island
PT Sierad Produce, Tbk)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Agustus 2019.

VETVAGANZA 2019 : BUKAN SEKEDAR REUNI


Bertemu dengan kawan lama alias reuni tentunya akan menjadi sesuatu yang menenangkan. Hal inilah yang terjadi di acara Vet Vaganza 2019 lalu di Lapangan IPB Baranang Siang, Bogor (18/8) yang lalu. Acara tersebut merupakan ajang silaturahmi alumni FKH IPB lintas angkatan yang rutin digelar setiap 2 – 3 tahun sekali.

Ketua Panitia drh Dodi Irawan Suparno menghaturkan rasa terimakasihnya kepada semua pihak yang membantu menyukseskan acara ini, ia juga mengapresiasi kepada seluruh angkatan yang telah hadir dalam acara tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKH IPB drh Fitri Nursanti Poernomo juga mengatakan bahwa Vet Vaganza sedianya bukan hanya ajang silaturahmi tetapi juga ajang penggalangan dana beasiswa untuk mahasiswa FKH IPB yang tidak mampu.“ Tradisi ini sudah ada sejak dulu, kami hanya meneruskannya. Nantinya harapan kami tradisi ini harus dilanjutkan,” tutur Fitri. Dalam acara tersebut, diserahkan bantuan beasiswa yang terkumpul dari alumni sebesar 120 juta rupiah.

Donasi Beasiswa IKA FKH IPB untuk Mahasiswa FKH IPB

Turut pula hadir Ketua Umum Himpunan Alumni IPB Ir R. Fathan Kamil, menurutnya ajang seperti ini, selain bermanfaat dan menjalin silaturahmi juga menunjukkan bahwa alumni IPB memiliki ikatan yang solid. Hal senada juga dituturkan oleh Dekan FKH IPB drh Srihadi Agung Priyono.

Selain itu acara juga diramaikan oleh penampilan dari klinik musik FKH IPB. Klinik musik merupakan grup musik yang beranggotakan mahasiswa FKH IPB dan cukup populer pada tahun 80-an. Lagu yang dibawakan oleh klinik musik sangat bernuansa kampus, riang, jenaka dan sesekali bernada mengkritik pemerintahan pada masa itu.

Turut memeriahkan acara juga hadir Rektor IPB University, Dr. Arif Satria. Bukan cuma sekedar hadir, orang no.1 di IPB tersebut juga menyumbang lagu dalam Vet Vaganza 2019. Semua yang hadir pun turut mengapresiasi penampilan “Mr. Rektor”. (CR)

PERPADUAN SISTEM PERTAHANAN BUDIDAYA AYAM

Penggunaan kandang closed house mampu menjamin keamanan dan kenyamanan ayam dari berbagai persoalan (cuaca, suhu, iklim) dan serangan penyakit. (Foto: ANTARA)

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan dua musim, yakni musim hujan dan kemarau, disamping memiliki suhu panas dan kelembaban tinggi, kondisi ini menjadi lahan yang baik bagi perkembangan berbagai macam penyakit ayam, baik yang disebabkan bakteri, virus, parasit ataupun jamur.

Oleh karena itu, peternak ayam di Indonesia perlu lebih jeli dan cerdas dalam mengelola usaha peternakannya dalam menekan resiko serangan berbagai penyakit agar tak menelan kerugian. Untuk meminimalisir serangan penyakit, peternak sejak awal harus sudah menentukan pilihan sistem pertahanan budidaya ayamnya.

Kandang Closed House
Kandang tertutup atau closed house dengan program vaksinasi ketat dan biosekuriti adalah suatu hal penting yang saling berkorelasi dan tidak terpisahkan dalam menekan resiko serangan penyakit terhadap ayam.

Penggunaan kandang closed house mampu menjamin keamanan dan kenyamanan ayam dari berbagai macam persoalan, antara lain cekaman stres (cuaca, suhu, iklim) dan serangan penyakit (meminimalisir kontak dengan organisme lain di sekitar peternakan). Pada closed house, parameter yang memengaruhi pertumbuhan ayam diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan ayam, disamping dapat digunakan untuk meningkatkan produksi dengan efesiensi lahan yang dimiliki.

Bila pada kandang terbuka (open house), ayam yang dapat ditampung... (SA)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

PEMUTAKHIRAN DAN REGISTRASI OBAT HEWAN MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION

Portal OSS Ditjennak Pertanian (Sumber: Subdit POH)


Acara Sosialisasi Bidang Obat Hewan Tahun 2019 yang digelar Subdit Pengawasan Obat Hewan (POH) Direktorat Kesehatan Hewan di Ruang Rapat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Jakarta, Senin (19/8) salah satunya menguraikan tata cara registrasi obat hewan melalui sistem Online Single Submission (OSS).

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) POH, Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD didampingi Dameria Melany MSi Apt menjelaskan registrasi obat hewan diarahkan untuk memasuki portal OSS selanjutnya memasukkan berkas penyampaian serta pemenuhan komitmen paling lama satu bulan.

Sesuai dengan Permentan Nomor 40 Tahun 2019, telah dilakukan pemutakhiran aplikasi terkait pendaftaran obat hewan yang mencakup registrasi baru, registrasi ulang serta pengalihan nomor registrasi.

Tahap berikutnya, evaluasi pemenuhan komitmen oleh Ditjen PKH kemudian akan ada pemberitahuan pemenuhan komiitmen yang bisa dilihat di portal OSS.

Persyaratan registrasi baru untuk produk dalam negeri telah memperoleh persetujuan Penilaian Pendaftaran Obat Hewan  (PPOH) serta sertifikat hasil pengujian dari BPPMSOH.

“Ditambah sertifikat Keamanan lingkungan dari KKHPRG untuk produk GMO, kemudian sertifikat CPOHB paling lambat satu tahun sejak ditetapkan nomor registrasi,” terang Ria dalam paparan presentasinya.

Menjadi pembeda dengan registrasi produk dalam negeri adalah adanya point CoO, CoFS, CoR, Certificate of GMP, dan LoA pada aturan pendaftaran produk obat hewan dari luar negeri.

“Sementara registrasi ulang produk luar negeri harus ada surat pernyataan dari pimpinan perusahaan bahwa obat hewan tidak mengalami perubahan secara teknis dan dilampirkan Letter of Appointment dari principal,” lanjutnya.

Proses pengalihan nomor registrasi obat hewan yang merupakan produk dari luar negeri harus ada melampirkan berkas Letter of Termination dan Letter of Appointment dari principal.  

Portal OSS juga menyedian fitur menu pemutakhiran yang terdiri dari pemutakhiran izin usaha obat hewan serta pemutakhiran data obat hewan. (NDV)


PT CARGILL INDONESIA LUNCURKAN PAKAN BEBAS ANTIBIOTIK

Ivan Hindarko saat memaparkan produk terbaru Cargill, Selasa (20/8/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

PT Cargill Indonesia resmi meluncurkan produk pakan untuk ayam petelur terbarunya yang menawarkan nutrisi tepat sesuai kebutuhan ayam dan bebas dari antibiotik.

Country Director PT Cargill Indonesia, Ivan Hindarko, mengatakan, peluncuran pakan ayam petelur ini merupakan seri tertinggi atau platinum yang digadang-gadang mampu menjadi solusi pakan secara menyeluruh.

“Kami meluncurkan Qmax Series yang merupakan seri tertinggi untuk solusi kebutuhan pakan. Kami hadirkan nutrisi dan teknologi terbaik untuk peternak, agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tentunya efisien bagi peternak,” kata Ivan dalam konferensi pers yang digelar PT Cargill Indonesia, Selasa (20/8/2019), di Jakarta.

Selain memiliki benefit bagi peternak, lanjut Ivan, produk terbarunya ini bebas dari penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan/AGP yang saat ini sudah dilarang oleh pemerintah, namun masih dapat membantu mengurangi permasalahan kesehatan ayam.

“Kami mematuhi aturan dari pemerintah, inilah yang mendorong kami mengembangkan pakan ternak tanpa antibiotik yang masih dapat mengatasi masalah kesehatan ayam sekaligus meningkatkan produktivitas untuk membantu peternak mencapai hasil optimal,” ungkapnya.

Sebab setelah AGP dilarang, peternak dihadapkan dengan persoalan penyakit dan cost pemeliharaan yang meningkat. “Disini kami memberikan efisiensi bagi peternak sekaligus memberikan kualitas telur yang baik bagi konsumen. Itu sesuai dengan spirit kami, yaitu nutrisi lebih baik untuk hidup lebih baik,” ucapnya.

Sementara, Business Development Manager PT Cargill Indonesia, Adi Widyatmoko, menjelaskan secara detail keunggulan Qmax Series, diantaranya seri Rearing meliputi fase starter, grower dan developer, serta seri Laying untuk fase bertelur.

Dijelaskan, untuk rearing merupakan fase penentu penting dalam menghasilkan pullet berkualitas. Disini program pemberian pakan sesuai genetik ayam akan membantu membentuk fungsi organ pencernaan yang bekerja secara optimal dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mengantarkan pullet siap mencapai target produksi. Sementara seri laying diperuntukan bagi ayam yang siap menginjak fase produksi.

“kami percaya akan nutrisi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. Inilah cara kami membantu peternak meningkatkan produktivitas, keberlanjutan dan kesehatan, serta kesejahteraan hewan,” pungkasnya. (RBS)

SOSIALISASI PERMENTAN NOMOR 40 TAHUN 2019



Dirkeswan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa didampingi Kasubdit POH.

Bertempat di ruang rapat lantai 6 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Senin (19/8) digelar Sosialisasi Bidang Obat Hewan Tahun 2019. Acara ini diadakan dalam rangka mensosialisasikan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 40 Tahun 2019 tentang Tata Cara Perizinan Berusaha Sektor Pertanian.

Permentan ini jug berisikan diantaraya pemutakhiran aplikasi terkait pendaftaran obat hewan. Acara ini dihadiri 192 undangan yang terdiri dari pimpinan maupun Registration Officer perusahaan obat hewan (prosuden, eksportir, importir), perwakilan dinas, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), mitra market place, serta pet shop. 

Sosialisasi bidang obat hewan dihadiri 192 undangan. 

Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD mengemukakan acara sosialiasi ini tidak sekadar menjabarkan isi permentan yang baru, namun juga pastinya dilakukan pembinaan.

“Pemerintah berkomitmen sebagai regulator yang juga bersiap mendampingi pelaku usaha obat hewan,” ungkapnya.

Pada kesempatan tersebut, Dirkeswan juga memaparkan data terkini perkembangan obat hewan serta potret kegiatan produksi, ekspor obat hewan, dan impor obat hewan di Indonesia tahun 2019.

Terdapat peningkatan jumlah produsen dan eksportir obat tahun dilihat dari tahun 2015 ke tahun 2018.

“Tahun 2015 terdapat 77 unit usaha eksportir, meningkat 23,4% di tahun 2018 bertambah menjadi 95 unit usaha,” urai Fadjar.

Sementara itu Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengawasan Obat Hewan (POH) Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD mengatakan Permentan Nomor 40 Tahun 2019 merupakan perubahan dari Permentan Nomor 29 Tahun 2018.

Mengenai izin usaha obat hewan mencakup izin importir, ekportir, produsen, distributor, apotek obat hewan, depo, pet shop, poultry shop, dan toko obat hewan.

Tahapannya, pemohon menyampaikan permohonan izin usaha melalui OSS (Online Single Submission). “Pemenuhan komitmen badan usaha ini maksimal 14 hari kerja serta evaluasi komitmen 14 hari kerja,” jelas Ria. (NDV)

EKSPOR OBAT HEWAN SUMBANG DEVISA RP 26 TRILIUN

Ekspor industri obat hewan menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor peternakan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat rekomendasi ekspor produk peternakan sejak 2015 sampai semester I 2019 telah menyentuh nilai Rp 38,39 triliun. Kontribusi terbesar untuk ekspor peternakan datang dari kelompok obat hewan dengan jumlah transaksi senilai Rp 26 triliun.

“Terdapat lebih dari 90 negara yang menjadi tujuan ekspor utama obat hewan buatan Tanah Air. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor antara lain Belgia, Amerika Serikat, Jepang dan Australia,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan persnya, Senin (19/8/2019). 

Tingginya nilai ekspor obat hewan ini, kata Ketut, sangat menggembirakan bagi dunia usaha bidang obat hewan. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa industri obat hewan mempunyai kontribusi besar dalam peningkatan devisa negara.

“Di era perdagangan bebas dan pesatnya perkembangan teknologi mengharuskan pemerintah semakin kreatif dengan meningkatkan produksi dan ekspor obat hewan,” katanya. 

Sejak diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016 lalu, Kementan terus mendorong peningkatan jumlah produsen obat hewan dalam negeri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal PKH, saat ini terdapat 61 dari 95 produsen obat hewan dalam negeri yang telah memiliki Sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB).

Menurutnya, penerapan CPOHB dan percepatan administrasi pelayanan rekomendasi menjadi upaya yang terus didorong untuk peningkatan ekspor obat hewan. “Sertifikat CPOHB menjadi acuan bahwa obat hewan yang diproduksi terjamin mutu, keamanan dan khasiatnya, sehingga berdaya saing tinggi,” ucap dia.

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong produsen obat hewan agar kreatif mengembangkan produk dari bahan lokal. Penggunaan bahan lokal diharapkan dapat mengurangi bahan baku obat hewan impor.

“Pelaku usaha didorong agar produk prebiotik dapat memanfaatkan bahan tanaman dan herbal, selain itu juga untuk produk immunostimulan, serta vaksin dari mikroorgamisne dan zat penambah yang ada di Indonesia,” tandasnya. (INF)

ANTUSIASME TINGGI, PELATIHAN PJTOH KEMBALI DIGELAR


Lagi – lagi apresiasi yang tinggi terlihat dari para peserta dalam kegiatan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Pelatihan yang secara rutin dilangsungkan oleh ASOHI tiap tahunnya tersebut kini sudah mencapai angkatan ke-XVIII dengan peserta 92 orang. Acara tersebut dilangsungkan pada tanggal 6 – 9 Agustus 2019 yang lalu. Tidak sendirian, ASOHI turut pula menggandeng Direktorat Keswan Kementan dalam menyelenggarakan hajatan tersebut.

Ketua Panitia Drh Forlin Tinora dalam sambutannya mengatakan bahwa pelatihan PJTOH bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH). Selain itu acara ini juga merupakan ajang dalam mensertifikasi dokter hewan dan apoteker yang bekerja pada berbagai instansi yang melibatkan unsur obat hewan di dalamnya. “Nantinya selain memiliki kemampuan sebagai PJTOH, peserta juga akan tersertifikasi sebagai bentuk legalitas mereka sebagai petugas penanggung jawab teknis di instansi mereka masing – masing. Dengan lulus dari pelatihan ini, mereka jadi punya nilai tambah dan bargaining yang kuat bahwa mereka telah dibekali kemampuan teknis,” pungkasnya.

Sementara itu, mewakili Ketua Umum ASOH, Drh Andi Wijanarko mengungkapkan bahwa profesi dokter hewan dan apoteker mutlak memiliki skill sebagai penangung jawab teknis. “Dalam perundangan sudah ada perintahnya, oleh karenanya ASOHI sebagai salah satu partner pemerintah wajib membantu pemerintah dalam membekali para dokter hewan dan apoteker dengan skill yang mumpuni,” tukasnya.

Sebanyak 92 Peserta Mengikuti Pelatihan PJTOH Angkatan XVIII (Foto : CR)


Pada kesempatan tersebut hadir pula Kasubdit Pengawas Obat Hewan Drh Ni Made Isriyanthi. Mewakili Dirkeswan yang berhalangan hadir, wanita yang akrab disapa Ibu Ria tersebut turut memberikan apresiasi setinggi – tingginya terhadap acara tersebut. “Pelatihan PJTOH sudah angkatan XVIII dan saya lihat pesertanya semakin ramai. Ini kan merupakan indikasi bahwa kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ditaati oleh seluruh perusahaan obat hewan. Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ini, dan berharap agar semua stakeholder dapat menjadi partner yang baik bagi pemerintah agar kebijakan yang dibuat dapat menjadi win – win solution bagi semuanya,” ungkap Ria.

Materi yang diberikan dalam acara tersebut sangat variatif, para narasumber yang dihadirkan juga merupakan orang – orang yang kompeten dan berdedikasi tinggi di bidangnya. Mulai dari Legislasi, Tupoksi PJTOH, CPOHB, kode etik dokter hewan dan bahkan hal – hal yang bersifat teknis mengenai sediaan obat hewan juga feed additive dibahas dalam pelatihan selama dua hari tersebut.

Pada hari ke-3, peserta pelatihan diajak plesir ke Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Tujuan dari kunjungan tersebut yakni meningkatkan pengetahuan bagi para peserta terhadap Tata Cara Pengiriman Sampel Pengujian Mutu Obat Hewan dan meninjau langsung segala fasilitas yang dimiliki oleh BBPMSOH.

Selain berkunjung, meninjau dan melihat - lihat fasilitas BBPMSOH, peserta juga diberikan materi mengenai pengiriman sampel, dari mulai handling sampai dengan segala macam administrasinya. Pertanyaan - pertanyaan dari peserta pun silih berganti mewarnai sesi diskusi singkat pada kesempatan hari itu.

Salah seorang peserta dari PT Gold Coin, Drh Vicky Diawan menyatakan bahwa kunjungan ke BBPMSOH sangat berkesan baginya. "Selama ini saya enggak tahu gimana fasilitas ini dalamnya, tapi sekarang jadi tahu dan lebih mengerti serta paham bagaimana alur pengujian obat hewan untuk diregistrasikan," pungkasnya. (CR)

20 MAHASISWA INDONESIA PELAJARI PETERNAKAN MODERN DI AUSTRALIA

Mahasiswa yang mengikuti program NTCA Indonesia Australia Pastoral Program (NIAPP). (Foto: Dok. ISPI)

Sebanyak 20 mahasiswa Indonesia akan berangkat ke Australia untuk belajar tentang peternakan sapi modern. Mereka adalah para mahasiswa terpilih dari berbagai penjuru Tanah Air untuk mengikuti program NTCA Indonesia Australia Pastoral Program (NIAPP)  yang telah berjalan sejak 2012 lalu.

Program yang dilaksanakan selama 10 minggu tersebut akan memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman baru bagi para mahasiswa Indonesia. Mereka akan belajar  mengenai pelatihan penggembalaan secara intensif meliputi aspek kesejahteraan dan penanganan hewan ternak, juga belajar langsung di industri peternakan yang telah dijalankan secara modern. 

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) Kemenristekdikti, menilai bahwa program magang di luar negeri ini perlu didukung guna meningkatkan profesionalitas mahasiswa dalam pengelolaan peternakan sapi modern. Hal ini sesuai dengan prinsip penta-helix, khususnya kerjasama perguruan tinggi dengan berbagai sektor untuk melakukan perubahan sosial yang signifikan. Diharapkan setelah kembali ke Indonesia para mahasiswa mampu membawa pengalaman berharga untuk bekal bekerja di masa mendatang.

Sementara, Ketua Umum Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Didiek Purwanto, mengemukakan dengan adanya program ini dapat memberikan pembelajaran praktis dan berdampak pada industri peternakan di Tanah Air. Apalagi, minat generasi muda di sektor peternakan saat ini masih rendah.

“Beternak bukan pilihan menarik untuk menggantungkan hidup, bahkan bagi seorang lulusan sarjana peternakan sekalipun. Mahasiswa peternakan yang lulus kuliah banyak yang malah meniti karir di luar sektor peternakan,” ujar Didik melalui keterangan tertulisnya, Kamis (15/8). 

Ia menambahkan, “Kami juga mengharapkan mereka yang di masa mendatang akan memberikan dampak baik bagi  industri peternakan di Indonesia. Kami sangat senang, 60% lulusan program ini telah bekerja di industri peternakan, 25% masih kuliah, 5% bekerja di luar industri peternakan dan 10% bekerja dan melanjutkan pendidikan di luar negeri.” 

Salah satu peserta program NIAPP, Kezia Nathaniel (19), mahasiswa program studi Ilmu dan Industri Peternakan UGM, mengungkapkan antusiasmenya menjalani program tersebut dan berharap mendapat banyak hal untuk dipelajari. “Semakin banyak pengalaman yang real di lapangan dan bisa diaplikasikan di dunia kerja,” ujarnya.  

Program yang sudah berjalan sejak 2012 merupakan hasil kerja sama antara Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Northern Territory Cattlemens Association (NTCA) Australia dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Hingga saat ini, program NIAPP telah mengirim 89 mahasiswa Indonesia ke Australia Utara. (ISPI/INF)

SHS AJAK PELANGGAN PLESIRAN KE DAPUR MEIJI INDONESIA

Sebanyak 16 orang pelanggan PT SHS Internasional yang terdiri dari peternak dan feedmill datang mengunjungi pabrik PT Meiji Indonesia di Bangil, Pasuruan 14-15 Agustus 2019. Acara tersebut diprakarsai oleh SHS dan Meiji agar pelanggan dapat mengenal dan mengetahui lebih jauh tentang tatacara pembuatan produk, serta kiprah Meiji di Indonesia.

Drh Lusianingsih Winoto, Product Manager PT SHS Internasional dalam sambutannya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi sebesar - besarnya kepada para pelanggan yang telah menyempatkan waktunya dalam kegiatan tersebut. Ia menilai bahwa pelanggan perlu tahu bahwa kualitas yang produk yang didistribusikan oleh PT SHS Internasional "bukan kaleng - kaleng". Selain itu ia juga berterima kasih kepada PT Meiji Indonesia yang telah bersedia dikunjungi oleh para pelanggannya.

Peserta kunjungan ke pabrik PT Meiji (Foto : CR)


Sementara itu, Akhmad Zaki Ghufron selaku General Manager PT Meiji Indonesia menyambut hangat para peserta kunjungan. "Ini sudah keenam kalinya kami didatangi oleh para pelanggan, saya berharap kunjungan kali ini peserta dapat mengetahui isi dapur kami, dan makin yakin bahwa produk - produk yang dibuat oleh Meiji adalah produk yang berkualitas, sesuai dengan CPOHB dan tentunya produk yang bagus," tuturnya.

Sebelum memasuki area produksi dari hulu sampai hilir, peserta kunjungan juga diberikan materi berupa company profile PT Meiji Indonesia, kualitas obat hewan yang baik dan tentunya sedikit pengarahan mengenai alur kunjungan di dalam pabrik.

Salah seorang peserta,Drh Brilliant dari PT Wonokoyo mengungkapkan kekagumannya terhadap pabrik farmasetik milik PT Meiji Indonesia. "Sudah sama seperti masuk ke Laboratorium BSL 3, pakai baju mirip astronot, harus mandi dan yang ada di dalam mulai dari pemilihan bahan baku sampai proses distribusi benar - benar nomor wahid," tuturnya. Ia juga berterima kasih kepada SHS dan Meiji karena mendapatkan pengalaman yang langka tersebut. 

Sebenarnya ada 32 orang peserta yang akan mengunjungi pabrik PT Meiji Indonesia, namun panitia memecahnya menjadi dua kelompok. Sementara 16 orang lainnya diajak jalan - jalan oleh SHS ke Batu Secret Zoo untuk menikmati pariwisata di Kota Batu. Nantinya peserta kunjungan ke pabrik dan ke Kota Batu akan di rolling keesokan harinya. (CR)

MALINDO FEEDMILL TAK KHAWATIR ANCAMAN IMPORTASI AYAM BRASIL


Ilustrasi karung pakan PT Malindo Feedmill. (Foto: Malindo Feedmill)


Arus masuk importasi ayam dari Brasil diprediksi meningkat pasca kekalahan Indonesia atas gugatan Brasil di Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) World Trade Organization (WTO). Kendati demikian, PT Malindo Feedmill Tbk mengaku tidak khawatir soal potensi ancaman tersebut.

Andreas Hendjana selaku Corporate Secretary PT Malindo Feedmill Tbk Andre menilai arus importasi ayam dari Brasil belum tentu memiliki dampak yang signifikan bagi produsen ayam dalam negeri.

Menurut Andre, besar atau tidaknya dampak yang ditimbulkan sangat bergantung dari kemampuan produk-produk ayam dalam negeri untuk bersaing dengan produk ayam dari Brasil. Kemampuan ini dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu harga dan kualitas produk.

Untuk harga, Andre menilai bahwa perbandingan antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor yang berasal dari Brasil belum bisa diketahui karena belum ada informasi yang jelas soal berapa harga jual dari produk ayam Brasil pada nantinya.

Lanjut Andre, pihaknya akan membiarkan skema pasar yang ada untuk menentukan alur persaingan yang ada dari segi harga.

“Masalah harga nanti akan tercipta adjust secara otomatis, menyesuaikan saja antara penawaran dan permintaan,” ujar Andre, Sabtu (9/8).

Sementara itu dari segi kualitas, Andre menilai bahwa terdapat banyak faktor selain harga yang bisa mempengaruhi iklim persaingan di antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor dari Brasil.

“Contohnya masyarakat Indonesia lebih suka ayam fresh dibanding frozen,” jelas Andre.

Di samping itu, Andre menyataka PT Malindo Feedmill Tbk akan terus menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di pasaran.

Dengan sejumlah alasan ini, Andre mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir atas potensi ancaman yang berasal dari importasi ayam Brasil.

Selain itu, Andre juga menyatakan PT Malindo Feedmill Tbk yakin bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi industri peternakan lokal.

PT Malindo Feedmill Tbk sebelumnya telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebanyak 26% secara tahunan dari sebesar Rp 3,07 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 3,87 triliun di semester I-2019.

Sebagian besar kontribusi dalam total pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan pakan, yakni sebesar 65,41%. Selanjutnya, kontribusi pendapatan terbesar kedua diperoleh dari penjualan anak ayam/itik berusia satu hari sebesar 18,65%.

Adapun kontribusi penjualan ayam pedaging dalam total pendapatan yang diperoleh yakni sebesar 11,17%. Hal ini membuat penjualan ayam menjadi kontributor terbesar ketiga dalam total pendapatan yang diperoleh PT Malindo Feedmill Tbk.

Sementara itu, sebanyak 4,87% pendapatan sisanya diperoleh dari penjualan makanan olahan dan lain-lain. (Sumber: kontan.co.id)


FESTIVAL AYAM DAN TELUR 2019, SEDIAKAN PANGAN SEHAT UNTUK KELUARGA

Simbolis konsumsi daging dan telur ayam oleh para pemangku kebijakan dan stakeholder peternakan pada FAT 2019 yang dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/8/2019). (Foto: Infovet/Sadarman)

Secara kualitatif ataupun kuantitatif, konsumsi daging ayam dan telur masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain di Asia. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam dan telur yang sejatinya disebut sebagai sumber bahan pangan kaya protein hewani. Hal ini jelas berdampak pada tingkat kecerdasan generasi muda Indonesia ke depannya, sehingga untuk meminimalkan dampak tersebut, maka diperlukan sosialisasi terkait pentingnya mengonsumsi daging ayam dan telur. 

Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IKA FKH IPB) bersama Pemerintah Kota Bogor dan Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) kembali menyelenggarakan kegiatan Festival Ayam dan Telur (FAT), yang digelar di Lapangan Sempur Kota Bogor, Minggu (4/8/2019). Acara dihadiri Wali Kota Bogor Dr Bima Arya, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Fini murfiani, Ketua FMPI Don P. Utoyo, asosiasi bidang peternakan, lembaga maupun akademisi, dinas/instansi terkait, duta ayam dan telur, serta dr Rizal Alaydrus yang merupakan host acara Dr OZ Indonesia.

Acara bertajuk “Ayam dan Telur Meningkatkan Gizi dan Prestasi Anak Bangsa” diawali dengan senam pagi bersama. Alunan musik senam yang dibumbui jargon-jargon ayam dan telur menambah semarak festival tahunan ini.

Ketua Pelaksana FAT, Suhadi Purnomo, dalam sambutannya mengatakan konsumsi daging ayam dan telur merupakan kewajiban bagi masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat kedua jenis bahan pangan tersebut sarat dengan zat gizi yang tinggi, salah satunya protein yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan anak maupun untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak.

“Setidaknya dua sampai tiga hari dalam seminggu keluarga harus disajikan menu berbahan dasar daging dan telur ayam. Harga kedua bahan pangan tersebut pun murah dan terjangkau, lebih murah dari sebungkus rokok,” kata Suhadi.

Hal senada juga diungkapkan Bima Arya. Menurutnya, anak-anak merupakan aset bangsa, sehingga mereka harus dibekali pangan yang sehat dan bergizi agar tumbuh sempurna, baik dari fisik maupun otaknya. “Jika kita menginginkan anak-anak kita tumbuh dan berkembang menjadi generasi cerdas, maka mulai hari ini kita harus bertekad memberikan makanan yang sehat dan bergizi. Makanan tersebut sejatinya bersumber dari ayam, yakni daging dan telurnya,” tutur Bima Arya.

Pada kesempatan yang sama, Fini Murfiani, mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, mengemukakan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, konsumsi daging ayam dan telur di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan Malaysia, yaitu sekitar 11,5 kg daging ayam dan 7 Kg telur pertahun. “Kita perlu untuk lebih peduli pada gizi keluarga agar konsumsi daging ayam dan telur kita meningkat, sehingga ketakutan kita terhadap kehilangan generasi muda atau lost generation di masa mendatang dapat dihilangkan,” ucap Fini.

Sosialisasi konsumsi daging dan telur ayam pun terus dilakukan dengan beragam cara. Ketua FMPI Don P. Utoyo menyebut, pihak asosiasi terus berupaya mengedukasi masyarakat agar membuka mata terhadap gizi keluarga. “FMPI telah melakukan berbagai hal, termasuk menjalin kerjasama dengan pihak lain, sosialisasi para kepala dan ibu rumah tangga untuk peduli pada gizi anak,” ucap pria yang akrab disapa Pak Don.

Ia menambahkan, peduli gizi itu tidak harus memberikan bahan pangan yang mahal, karena tidak semua yang mahal identik dengan bahan pangan kaya gizi. Ia pun mengimbau, mengonsumsi satu butir telur saja merupakan sebuah kepedulian terhadap gizi. Karena dalam satu butir telur mengandung 6 gram protein dan 0,6 gr karbohidrat (Soeparno).

Interaksi Penunjung
Rizal Alaydrus ditemani Ketua Bidang (Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) Drh Ira Firgorita, bersama Duta Ayam dan Telur Offie Dwi Natalia, mengajak pengunjung berinteraksi mengenai fakta atau mitos terkait daging dan telur ayam.

Menurut Rizal, masih ada anggapan bahwa mengonsumsi telur mentah aman dan menyehatkan bagi tubuh. Kendati demikian, lanjut dokter nutrisi ini, mengonsumsi telur mentah memang bagian dari kebiasaan masyarakat, terutama lelaki, yang dipercaya mempunyai khasiat tinggi.

Kendati begitu jika ditinjau dari sisi nutrisinya, telur mentah memang kaya vitamin namun bukan untuk tujuan mendapatkan proteinnya. Telur yang kaya protein adalah telur yang dikonsumsi dalam kondisi matang (direbus atau digoreng).

“Daging dan telur ayam atau jenis bahan pangan apa saja yang menjadi pilihan untuk diolah dan dimasak kemudian disajikan untuk menu keluarga, yang terpenting adalah bahan pangan yang kaya nutrisi, aman, sehat, utuh dan halal (ASUH),” tukasnya.

Selain interaksi edukatif dengan pengunjung, acara FAT juga dimeriahi vocal grup dari Sekolah Menengah Pertama Bhakti Taruna I Kota Bogor. Mereka tampil membawakan lagu-lagu perjuangan yang senada dengan momen bersejarah, yakni Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 tahun. (Sadarman)

RESPON PETERNAK ATAS ANCAMAN SERBUAN AYAM BRASIL



Ayam potong di pasar (Foto: Google Image)

Arus masuk importasi ayam dari Brasil diprediksi meningkat pasca-kekalahan Indonesia atas gugatan Brasil di Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Menanggapi hal ini, Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) memiliki tiga usulan untuk pemerintah.

Pertama, Gopan berharap pemerintah memperhatikan harga sarana produksi ternak (sapronak) agar memiliki harga yang terjangkau dan tidak memberatkan kelompok peternak-peternak mandiri skala kecil dan menengah.

Sapronak terdiri atas sejumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam pengelolaan produksi peternakan. Dalam konteks peternakan ayam, komponen-komponen sapronak terdiri dari bibit ayam, pakan, serta obat-obatan.

Menurut Sekretaris Jenderal Gopan Sugeng Wahyudi, biaya pakan yang dibutuhkan dalam pengelolaan produksi peternakan saat ini masih terbilang tinggi. Tingginya biaya pakan membuat Harga Pokok Produksi (HPP) dalam pengelola produksi peternakan juga menjadi tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan membuat ayam yang diproduksi oleh peternak mandiri memiliki harga yang tidak kompetitif, apabila dibandingkan dengan harga ayam impor yang masuk dari Brasil nantiya.

Gopan berharap agar pemerintah menyediakan skema pembiayaan dengan bunga yang murah bagi peternak-peternak ayam yang mau meng-upgrade kualitas dan kapasitas kandangnya. Menurut Sugeng, prasarana berupa kandang memiliki peran yang penting dalam menentukan efisiensi biaya pengelolaan produksi peternakan ayam.

“Kandang-kandang ini harus di-upgrade agar produktivitas meningkat. Kalau produktivitas meningkat, biaya-biaya produksinya juga bisa turun,“ terang Sugeng kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).

Sementara itu, Sugeng menilai bahwa kondisi kandang yang dimiliki oleh peternak umumnya kurang memenuhi syarat karena belum menggunakan sistem closed house. Padahal, pembiayaan yang diperlukan untuk meng-upgrade kandang ke dalam bentuk kandang dengan sistem closed-house membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Gopan juga berharap pemerintah bisa mempertahankan pasar-pasar tradisional yang ada sebagai ‘lahan’ bagi peternak rakyat skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sugeng menjelaskan bahwa selama ini saja peternak mandiri sudah mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan besar yang memasarkan produknya di pasar tradisional. Namun demikian, arus importasi ayam yang masuk dari Brasil dinilai berpotensi memperparah kondisi persaingan yang ada di pasar tradisional lantaran dapat memicu peningkatan jumlah suplai produk ayam perusahaan-perusahaan besar di pasar tradisional.

Dalam hal ini, Sugeng menilai perlu ada campur tangan pemerintah untuk melindungi peternak-peternak ayam skala kecil dan menengah. “Perusahaan besar dan perusahaan kecil itu kan pasarnya sama. Maka dari itu saya usulkan harus ada kekhususan bagi peternak rakyat agar mereka bisa tetap eksis,“ sebut Sugeng. (Sumber: kontan.co.id)  

PESERTA PELATIHAN PJTOH SAMBANGI BBPMSOH

Kamis 7 Agustus 2019 yang lalu Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) mendapat kunjungan dari para peserta Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) Angkatan XVIII.

Kunjungan tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan pelatihan PJTOH yang rutin diselenggarakan oleh ASOHI. Tujuan dari kunjungan tersebut yakni meningkatkan pengetahuan bagi para peserta terhadap Tata Cara Pengiriman Sampel Pengujian Mutu Obat Hewan dan meninjau langsung segala fasilitas yang dimiliki oleh BBPMSOH.


Di BBPMSOH peserta diterima oleh Drh. Cynthia Devy Irawati, Kepala Bagian Umum BBPMSOH mewakili Kepala BBPMSOH Drh. Sri Mukartini yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya ia mengucapkan selamat datang dan dengan senang hati menyambut kedatangan peserta semua.

Para Peserta Pelatihan PJTOH Angkatan XVII Ketika Berkunjung ke BBPMSOH
(Foto : CR)


"Untuk kesekian kalinya pelatihan ini dilangsungkan dan saya harap setelah dari sini peserta jadi mengetahui dapur kita, dan bisa mengerti kesibukan disini dalam melayani para perusahaan obat hewan utamanya dalam pengujian produk," ucapnya.

Selain berkunjung, meninjau dan melihat - lihat fasilitas BBPMSOH, peserta juga diberikan materi mengenai pengiriman sampel, dari mulai handling sampai dengan segala macam administrasinya. Pertanyaan - pertanyaan dari peserta pun silih berganti mewarnai sesi diskusi singkat pada kesempatan hari itu.

Salah seorang peserta dari PT Gold Coin, Drh Vicky Diawan menyatakan bahwa kunjungan ke BBPMSOH sangat berkesan baginya. "Selama ini saya enggak tahu gimana fasilitas ini dalamnya, tapi sekarang jadi tahu dan lebih mengerti serta paham bagaimana alur pengujian obat hewan untuk diregistrasikan," pungkasnya. (CR)


KOLABORASI KEMENTAN, FAO DAN AFKHI HASILKAN BUKU BARU


Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Badan Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) Indonesia, dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) menuntaskan buku bertajuk Pengayaan Materi Perkuliahaan One Health, Resistensi dan Penggunaan Antimikroba, dan Rantai Pasar Unggas.

Buku tersebut menjelaskan isu-isu kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat terkait strategi pencegahan serta pengendalian Emerging Infectious Disease (penyakit infeksi baru/berulang-PIB) dengan pendekatan One Health, masalah kesehatan unggas, termasuk rantai produksi dengan potensi terjadinya zoonosis seperti penyakit Avian Influenza (AI) serta isu penting dan perkembangan resistensi antimikroba (AMR).

Menurut Dirjen PKH, I Ketut Diarmita dalam acara peluncuran buku tersebut, Kementerian Pertanian sangat serius dalam penanggulangan zoonosis atau penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia atau sebaliknya.Ketut menganggap langkah Kementan menuangkan pengalaman penanggulangan zoonosis dan AMR serta penanganan kesehatan unggas sangat penting dilakukan, hal ini merupakan kontribusi Kementan untuk kemajuan pendidikan masyarakat luas, dan sumber daya manusia, khususnya di dunia kedokteran hewan di Indonesia.

“Kegiatan di lapangan yang telah dilakukan oleh Kementan dan kementerian terkait lain banyak memberi masukan dan pembelajaran tentang praktik terbaik dalam pencegahan, deteksi, dan respon terhadap ancaman zoonosis, PIB, dan AMR,” ujar Ketut. Lanjut Ketut menambahkan bahwa penyusunan Buku Pengayaan Materi Perkuliahaan One Health, Resistensi dan Penggunaan Antimikroba, dan Rantai Pasar Unggas ini merupakan dukungan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian dalam pengembangan kapasitas SDM sejak sebelum masuk dunia profesional dan upaya keberlanjutan dari hasil kerjasama Kementan dengan FAO dan sebelas lembaga perguruan tinggi di Indonesia.

Sementara itu, perwakilan FAO ECTAD, James McGrane mengatakan bahwa materi-materi pengayaan ini adalah hasil intisari pengalaman dan studi lapangan jangka panjang bersama Kementan di bidang pengendalian penyakit AI atau FB serta kerjasama kuat di sektor perunggasan sejak tahun 2006 yang turut didukung oleh Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID)."FAO mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Ditjen PKH, terutama dalam pengendalian AI/FB yang bersifat zoonosis. Keberhasilan Indonesia mengendalikan AI berdampak positif bagi perkembangan perunggasan," tambahnya. 

Dirjen PKH dan Dekan FKH IPB saat peluncuran buku (Foto : FAO)


Sedangkan, Ketua AFKHI, Srihadi Agungpriyono menyambut gembira selesainya pengayaan materi perkuliahan untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan ini.“Topik-topik terkait One Health, kesehatan unggas, dan AMR telah menjadi rekomendasi Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) untuk dijadikan materi ajar di Fakultas Kedokteran Hewan. Ini membuktikan hadirnya peran Pemerintah, akademisi, pakar kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, serta dunia Internasional yang diwakili oleh FAO dan USAID untuk mewujudkan materi kurikulum kedokteran hewan yang komprehensif dan mutakhir," ungkapnya. 

Menurut Srihadi kerjasama seperti ini merupakan yang pertama di dunia, dimana peran pemerintah, khususnya sektor pertanian dan organisasi internasional seperti FAO langsung terjun mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas lulusan perguruan tinggi. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk upaya dalam mencapai konsep Day 1 Competency yang disarankan oleh OIE.

Buku yang terdiri dari 5 (lima) bab utama, setebal 73 halaman, masing-masing membahas tentang Implementasi One Health dalam Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru; Pengendalian Resistensi Antimikroba dan Penggunaan Antimikroba.Serta Implementasi Kesehatan Unggas dan Rantai Pasar Unggas ini kemudian diserahterimakan secara simbolis oleh Dirjen PKH, Dr. Drh. I Ketut Diarmita, M.P., dan Team Leader FAO ECTAD, Dr. James McGrane kepada ketua AFKHI, Prof. Srihadi Agungpriyono untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar. (FAO)



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer