USAHA YANG MEMBUAHKAN HASIL
![]() |
Peternakan penghasil telur wajib memiliki sertifikat NKV, dimana di dalamnya terdapat bagian dari penerapan biosekuriti. (Sumber: veterinariadigital.com) |
Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), yakni kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan.
Hewan Produktif, Manusia Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh, Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di Lampung sedang menyosialisasikan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.
Kusno Waluyo, seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan konsep biosekuriti tiga zona. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena ia sendiri memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup memuaskan, namun Kusno masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.
“Akhirnya saya mengikuti program FAO yang ada di sini, saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.
Namun begitu, ia enggan bercerita mengenai modal yang dikeluarkan dalam pembangunan fasilitas biosekuriti miliknya. Tetapi dengan sejumlah uang yang digelontorkan, menurutnya hasil yang diperoleh benar-benar menguntungkan.
Kusno mengungkapkan, salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah saat ayam di kandangnya menginjak usia sekitar 29 minggu, produksi telurnya stabil di angka 90% lebih. Selain itu dalam data juga disebutkan bahwa tingkat kematian ayam di peternakannya sangat rendah, hanya 1% dari 30.000 ekor populasi.
“Di farm sini per hari enggak melulu ada yang mati mas, enggak seperti sebelumnya,” ucap dia.
Faktanya, sebenarnya konsep biosekuriti tiga zona yang ramai digalakkan bersama FAO merupakan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.
MEMAHAMI PERAN KRUSIAL BIOSEKURITI
![]() |
Penerapan biosekuriti merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa ternak. (Foto: Istimewa) |
Baik peternak skala besar maupun skala kecil, seharusnya bisa menerapkan biosekuriti secara sederhana. Guru Besar SKHB IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, mengemukakan bahwa semakin sederhana suatu farm, konsep biosekuriti yang diterapkan bisa disederhanakan pula.
“Kita punya konsep biosekuriti tiga zona yang sudah lama dipopulerkan oleh FAO, konsep ini harusnya bisa diaplikasikan peternak, dan seharusnya mereka tahu kalau konsep ini bisa disesuaikan dengan budget, hitung-hitung investasi lah,” katanya.
Prof Wayan yang sudah berpengalaman sebagai konsultan perunggasan mengatakan bahwa konsep biosekuriti tiga zona merupakan salah satu cara efektif meningkatkan performa.
Sehingga menurutnya, yang mahal bukanlah biaya dari pengaplikasian biosekuritinya melainkan komitmen dari peternak untuk mau merubah cara beternak dan konsisten dalam menjalankan aplikasi biosekuriti di kandangnya.
“Asal konsep yang diberikan dijalankan, komitmen dari seluruh karyawan tentang kesehatan hewan kuat, bisa kok pasti. Sudah begitu, investasi yang dikeluarkan juga enggak mahal dan bisa berlangsung lama, ini juga akan menghemat budget dari sektor obat-obatan,” jelas dia.
Peternak Bisa Jadi Agen Perubahan
Nyatanya tidak semua peternak saklek dan betah dengan manajemen beternak yang “begitu-begitu saja”. Bambang Sutrisno contohnya, ia merupakan salah satu peternak layer binaan FAO di Desa Kopeng, Semarang, yang mengimplementasikan biosekuriti tiga zona.
“Saya dapat informasi dari peternak lain, dinas, sama FAO sendiri yang waktu itu sedang kampanye... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.
BIOSEKURITI, MUDAH DIUCAPKAN SULIT DITERAPKAN
Namun begitu, yang perlu digarisbawahi adalah biosekuriti merupakan suatu hal yang wajib dikerjakan. Suka atau tidak, biosekuriti menjadi salah satu instrumen pendukung kesuksesan dalam usaha budi daya peternakan.
Menyamakan Persepsi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Prof Drh Michael Haryadi Wibowo, pernah berujar bahwa biosekuriti didefinisikan sebagai segala macam upaya untuk mencegah masuk dan keluarnya bibit penyakit ke dalam suatu area peternakan, agar ternak yang dipelihara di dalamnya bebas dari ancaman infeksi penyakit.
Biosekuriti juga berfungsi agar suatu penyakit tidak menulari peternakan lain dan lingkungan sekitar, juga tidak menularkan penyakit kepada manusia di dalamnya.
“Jadi apapun upaya pencegahan seperti misalnya vaksinasi ternak atau disinfeksi, melarang orang asing keluar masuk peternakan, semua itu masuk ke dalam definisi biosekuriti. Jadi memang wajib, sudah jadi makanan sehari-hari,” tutur Prof Michael.
Ia melanjutkan bahwasanya dalam benak peternak, biosekuriti itu membuat gerbang besar, semprotan otomatis, ruang mandi, fumigasi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi salah kaprah di kalangan peternak sampai hari ini.
“Kalau bentuk dan upayanya itu baru yang disesuaikan dengan budget, misalnya mau pakai vaksin ND namun budget terbatas, kan varian produknya banyak, yang murah sampai mahal bisa kita pakai. Yang penting itu jangan sampai enggak divaksin. Disinfektan juga banyak, dari yang pabrikan sampai yang racikan, bisa dipakai buat kandang. Yang penting dilakukan, murah atau mahalnya tergantung peternak, tapi yang penting adalah aplikasinya,” tambahnya.
Jadi menurut Michael apapun yang peternak lakukan selama dasar ilmiahnya benar, sumber dan aplikasinya benar, maka upaya itu boleh dilakukan. Karena ia memahami bahwa tidak semua peternak mampu bermewah-mewahan dalam mengaplikasikan biosekuriti di peternakannya.
Butuh Komitmen dan Konsistensi
Dosen FKH UGM dan konsultan kesehatan unggas, Prof Charles Rangga Tabbu, mengatakan bahwa biasanya kendala dari penerapan biosekuriti di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.
BIOSEKURITI KETAT AYAMKU KUAT
Bila terjadi diskusi mengenai biosekuriti, sering kali dilontarkan pertanyaan, apa manfaatnya biosekuriti? Mengapa perlu dilakukan tindakan biosekuriti? Apa yang dimaksud dengan biosekuriti yang ketat? Bagaimana prosedur ideal biosekuriti?
Bila terjadi penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius, idealnya pendekatan penanganan kasus dititikberatkan pada evaluasi biosekuriti. Perlu ditemukan apakah terdapat kekurangan pada tindakan biosekuriti yang telah dilakukan.
Pendekatan analisis biosekuriti misalnya dilakukan pada kasus penyakit gumboro. Pada ayam pedaging, gumboro biasanya menyerang pada titik kritis umur 2-3 minggu. Pada periode ini, titer antibodi asal induk umumnya sudah rendah, sehingga ayam menjadi rentan terhadap virus gumboro asal lapang. Peternak umumnya melakukan satu kali vaksinasi gumboro pada umur 14 hari. Hal ini menjadikan kekebalan yang digertak oleh vaksin dapat tercapai optimal mulai umur 28 dan puncaknya pada umur 35 hari. Oleh sebab itu, bila tindakan biosekuriti kurang optimal, virus gumboro asal lapang dapat menimbulkan penyakit sejak umur 2 minggu. Kasus penyakit akan muncul lebih awal pada anak ayam dengan titer antibodi asal induk yang rendah.
Pada peternakan ayam petelur dengan populasi yang padat, pelaksanaan biosekuriti sangat penting dilakukan. Contoh penyakit yang paling dihindari adalah Mareks. Meskipun anak ayam petelur telah diberikan vaksinasi mareks pada umur satu hari di tempat penetasan, masih diperlukan waktu sampai umur 3 minggu hingga kekebalan terhadap tantangan virus mareks menjadi optimal. Bila proses sanitasi dan disinfeksi kandang starter tidak optimal, infeksi virus mareks dapat terjadi seawal mungkin sebelum kekebalan asal vaksin muncul.
Perlunya biosekuriti yang ketat dikaitkan dengan karakteristik peternakan ayam komersial di Indonesia, yaitu belum adanya perwilayahan dalam budi daya peternakan untuk sektor 1, 2, dan 3. Hal ini dikuatkan dengan lokasi peternakan yang berdekatan dan cenderung berkelompok pada suatu wilayah tertentu. Umur ayam yang sangat bervariasi dalam suatu peternakan, kualitas tata laksana kandang yang kurang, distribusi sapronak dan pronak yang belum memadai, serta jumlah operator yang tinggi.
Mengingat hal tersebut di atas maka berbagai ancaman penyakit yang berasal dari virus, bakteri, parasit, maupun jamur harus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2024.
MENGHAMBAT PENYAKIT BAKTERIAL SEBELUM TERLAMBAT
![]() |
Menjaga kesehatan ternak demi menuai performa yang produktif wajib hukumnya. (Foto: Freepik.com/Istimewa) |
Karena Bakteri Jadi Merugi
Kesuksesan mengontrol bakteri patogen, menghindari kontaminasi, mencegah multifikasi, dan menyebabkan penyakit menurut Ensminger (2004), adalah salah satu kunci sukses menjaga performa dan produksi ternak. Namun tidak semua peternak mampu melakukannya. Cerita datang dari Junaidi, peternak asal Tanah Tinggi, Tangerang. Pernah ia mengalami kerugian akibat wabah penyakit chronic respiratory disease (CRD) kompleks beberapa tahun lalu.
Awal mula menjadi peternak broiler ia mengira bahwa memelihara ayam itu mudah, hanya tinggal memberi pakan dan menunggu saja, walaupun kenyataannya tidak. Dirinya baru mengetahui bahwa ayamnya terserang colibacillosis ketika ada staf technical service dari perusahaan obat mendatangi kandangnya.
“Saya enggak tahu-menahu awalnya, yang saya tahu penyakit ayam ya kalau enggak tetelo, flu burung,” tukas Junaidi. Ia kemudian perlahan belajar mengenai manajemen pemeliharaan yang baik dan benar dari berbagai sumber. Ketika diserang colibacillosis, kerugian ekonomi yang diderita Junaidi mencapai 50% dari total ayamnya.
Sementara kata Product & Registration Manager PT Sanbe Farma, Drh Dewi Nawang Palupi, bahwa infeksi bakteri sangat berbahaya dan merugikan. Penyakit bakterial seperti colibacillosis ditentukan oleh manajemen kebersihan kandang. Terlebih jika manajemen kebersihan kandang buruk dan tidak menerapkan sanitasi dalam kandang dan air minum.
“Kematian sekitar 1-2% dan bisa berlangsung lama bila tidak ditangani dengan baik. Jika terjadi di minggu pertama masa pemeliharaan, kematian bisa mencapai 10-15%. Jika kematian sampai 50% mungkin ada campur tangan penyakit lain (komplikasi),” katanya.
Walaupun begitu, ia menjelaskan bahwa colibacillosis sesungguhnya bukan penyakit yang serta-merta menyerang begitu saja. Kemungkinan jika ada kandang yang terserang colibacillosis itu hanya dampak sampingan saja.
“E. coli itu bakteri komensal di usus dan organ pencernaan, jadi kalau tiba-tiba berubah jadi patogen pasti karena penyebab lain. Ini yang harus diwaspadai, sampingannya saja bisa berakibat begitu, apalagi bakteri patogen yang memang dapat menyebabkan penyakit secara langsung,” jelas dia.
Potensi Zoonotik
Selain kerugian pada hewan, yang tidak boleh dilupakan juga adalah beberapa penyakit infeksi bakterial pada unggas juga dapat menular ke manusia. Sebut saja penyakit salmonellosis, kadang banyak dilupakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. bisa menular kepada manusia dan penyebabkan penyakit pencernaan.
Bakteri Salmonella sp. sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4971/2012 tentang Zoonosis Prioritas, bahwa salmonellosis menempati urutan kelima dan merupakan zoonosis yang banyak menyebabkan kasus pada manusia, salah satunya bersifat foodborne yaitu ditularkan melalui makanan.
Menurut pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dr Drh Denny Widaya Lukman, beberapa zoonosis yang bersifat foodborne pada produk unggas (karkas dan telur) di antaranya diakibatkan oleh Salmonella enterica serotype (serovar) enteritidis (S. enteritidis), Salmonella typhimurium, Salmonella infantis, Salmonella reading, Salmonella blockey, Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, dan E. coli.
Denny menjelaskan, insidensi salmonellosis non-tifoid di dunia diperkirakan sekitar 1,3 miliar kasus dan 3 juta kematian setiap tahunnya. “Nah, kadang kita hanya berkonsentrasi di hulu saja, lupa akan hilir. Ini padahal juga kerugian yang diakibatkan oleh infeksi bakterial,” kata Denny.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa cara penularan Salmonella ke manusia umumnya melalui konsumsi makanan yang tercemar (jalur fekal-oral). Beberapa Salmonella memiliki sumber (reservoir) spesifik dan makanan tertentu sebagai media penularnya, misal Salmonella enteridis (SE) terkait dengan unggas dan produknya.
Secara gamblang Denny menjelaskan bahwa bakteri SE ditularkan dari induk ke telur secara transovarial, sehingga bakteri tersebut dapat ditemukan dalam isi telur dengan kondisi kerabang telur utuh. SE berkoloni di ovarium ayam petelur. Jika bakteri ini telah menginfeksi kelompok atau peternakan ayam maka sulit diberantas karena keberadaan bakteri ini dipelihara di lingkungan, pakan, dan rodensia di peternakan.
“Tidak usah jauh-jauh kita bicara mengenai ekspor produk unggas Indonesia dan flu burung. Produk kita sudah bebas dari yang tadi saya sebutkan semuanya belum? Jika sudah, apakah konsistensinya terjaga? Jangan sampai karena fokus di hulu kita lupa juga dengan sektor hilir,” tegasnya.
Pencegahan Sejak Dini
Banyak cara yang bisa dilakukan agar ayam selamat dari ancaman infeksi bakteri patogen. Sebenarnya, ayam memiliki sistem kekebalan sendiri di dalam tubuhnya. Oleh karenanya, harus dimaksimalkan hal tersebut. Bisa dibilang 70% dari sistem kekebalan tubuh ayam dibentuk pada minggu pertama (periode brooding). Karena itu, periode brooding merupakan masa yang menentukan tingkat keberhasilan pembentukkan sistem kekebalan tubuh ayam.
Marketing Manager PT Elanco Animal Health Indonesia, Drh M. Aura Maulana, mengingatkan bahwa, “Pada fase brooding, sel-sel ayam mengalami proliferasi atau perbanyakan. Semua sel tanpa terkecuali termasuk juga sistem imunitas. Maka kalau brooding bagus, nanti hasilnya pasti oke,” ujar Aura.
Pada masa brooding juga terjadi peralihan antara kekebalan pasif ke kekebalan aktif. Kekebalan pasif berasal dari penyerapan kantung kuning telur selama periode pengeraman dan beberapa hari setelah menetas. Kekebalan pasif mungkin cukup efektif untuk mencegah infeksi pada anak ayam, namun jangka waktunya pendek dan tingkat protektivitasnya akan terus menurun sejalan dengan waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan kekebalan pengganti yaitu kekebalan aktif.
Hubungan antara penggertakan kekebalan aktif dan perkembangan organ kekebalan mendasari diperlukannya vaksinasi sebagai tindakan efektif menggertak kekebalan aktif. Rangsangan yang diberikan vaksin akan mempercepat pematangan sel-sel pertahanan tubuh milik anak ayam, sehingga merangsang terbentuknya kekebalan aktif lokal maupun seluruh tubuh.
Oleh karena itu, beberapa vaksinasi dilakukan pada periode awal misalnya ND (4 hari), IB (4 hari), Gumboro (7 atau 14 hari), serta AI (10 hari). Diharapkan ketika antibodi maternal sudah tidak protektif, antibodi aktif hasil gertakan vaksinasi sudah mampu melindungi ayam dari infeksi lapang.
Vaksinasi penyakit bakterial pada ayam broiler mungkin jarang atau tidak dilakukan sama sekali terkait dengan masa pemeliharaan yang singkat juga pertimbangan cost. Namun pada ayam layer, vaksinasi menjadi penting karena pemeliharaannya panjang. Banyak beredar program vaksinasi penyakit bakterial yang baik harus dapat memberikan protektivitas yang baik, serta disesuaikan dengan keadaan lapangan, juga pertimbangan biaya.
Selain itu, perkuat aspek higiene, sanitasi, dan disinfeksi. Apabila dilakukan dengan baik dan benar dapat mengurangi penularan penyakit, sehingga penggunaan antibiotik dapat dikurangi. ***
TATA LAKSANA PERALATAN DAN AKTIVITAS BROODING AYAM PEDAGING
Baik tidaknya performa ayam di masa selanjutnya sering kali ditentukan dari bagaimana pemeliharaan di masa brooding. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peternak ialah kesalahan manajemen pada periode ini dan akibatnya sulit dipulihkan kembali, berdampak negatif terhadap performa periode pemeliharaan berikutnya (grower/finisher).
Persiapan sebelum Chick-in
Berikut peralatan dan aktivitas yang perlu dilakukan pada masa brooding, antara lain:
• Biosekuriti ketat. Biosekuriti adalah kunci menekan penularan berbagai penyakit dari ayam periode sebelumnya, dimana untuk mewujudkannya dapat melakukan tindakan/perlakuan selama pre chick-in yang dimulai dari tahap persiapan kandang yang optimal seperti pengangkatan kotoran ayam, penyikatan hingga ke sela-sela kandang, perbaikan kerusakan kandang dan disinfeksi kandang. Disinfeksi tempat minum dan pakan sebelum digunakan kembali dan masa istirahat kandang yang cukup sebelum chick-in (minimal 14 hari setelah disinfeksi).
• Persiapan dan perlengkapan kandang. Pemilihan bahan litter (sekam padi/jerami/serutan kayu halus/kertas), penyediaan tempat pakan (feeder chick/nampan), tempat minum DOC dan indukan pemanas gas. Sekam padi bahan yang umum dipakai sebagai litter dan ditabur di lantai dengan ketebalan 8-12 cm. Sebelum masuk kandang, sekam padi perlu dikeringkan dan difumigasi dulu atau disemprot dengan disinfektan agar mematikan kuman penyakit mungkin ada. Usahakan agar jumlah peralatan sesuai standar kebutuhan DOC agar tidak terjadi persaingan antar DOC, baik dalam hal pakan, air minum, dan ruang gerak.
Adapun kebutuhan peralatan dan perlengkapan periode brooding per 1.000 DOC, bersumber dari Manajemen Brooding Medion (2010), di antaranya chick guard (1.000 ekor, diameter 4-5 meter, satu buah), kemudian indukan pemanas gas (1.000 ekor, satu buah), tempat pakan/nampan/feeder chick (50-63 ekor, sebanyak 16-20 buah), tempat minum (satu galon, untuk kapasitas 80-120 ekor, sebanyak 10-12 buah), dan lampu pijar (75 watt, sebanyak satu buah).
• Menyalakan alat pemanas. Alat pemanas sebaiknya dinyalakan satu hari sebelum DOC tiba, dengan tujuan agar suhu di sekitar lingkungan sudah hangat dan merata. Suhu yang diperlukan untuk DOC bisa diukur dengan menggunakan termometer yang diletakkan 5 cm di atas permukaan sekam di pinggir chick guard. Melansir dari Sukses Beternak Ayam Broiler (2006), kebutuhan suhu pada masa brooding yakni: umur DOC 0-3 hari (32-35° C), 4-7 hari (29-34° C), 8-14 hari (27-31° C), dan 15-21 hari (25-27° C).
• Menyiapkan tempat minum. Tempat minum diisi air gula merah/aren dengan takaran 50-60 gram gula aren/liter air untuk 6-8 jam pertama, dengan tujuan agar DOC memperoleh energi baru setelah transportasi dari penetasan menuju peternakan.
Chick-in
• Penimbangan dan penghitungan DOC. Saat chick-in, pertama kali lakukan penimbangan (timbang DOC bersama-sama boksnya lalu dikurangi berat boks kosong) dan penghitungan jumlah DOC. Sambil memindahkan DOC ke chick guard, lakukan penyeleksian DOC dengan mengisolasi yang lesu, bulu kusam, kerdil, dan mata keruh, karena akan menurunkan uniformity dan menjadi sumber penyakit.
Frekuensi Pemberian Pakan Masa Brooding
Umur (Hari) |
Frekuensi Pemberian Pakan (kali) |
Waktu Pemberian (Jam) |
||||||||
1-3 |
9 |
6 |
8 |
10 |
12 |
14 |
16 |
19 |
21 |
23 |
4-6 |
8 |
6 |
8 |
10 |
12 |
14 |
16 |
19 |
21 |
- |
7-10 |
7 |
7 |
10 |
13 |
15 |
17 |
19 |
21 |
- |
- |
11-14 |
5 |
7 |
10 |
13 |
16 |
19 |
- |
- |
- |
- |
Sumber:
Manajemen Brooding (2010).
MENJAGA AGAR PENYAKIT TIDAK KEMBALI
Tony Unandar selaku konsultan perunggasan melihat selama ini penyakit unggas yang terjadi di lapangan masih itu-itu saja, berbeda musim memang penyakitnya juga berbeda, tetapi penyakit yang muncul tetap sama.
“Kalau bisa dibilang kita masih berkutat dengan yang lama dan monoton begitu-begitu saja dan faktor yang sangat genting untuk diperbaiki adalah pola pemeliharaan dari peternak kita,” kata Tony.
Jikalau tidak ada upaya perbaikan dalam hal ini sesegera mungkin, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang akan terjadi, tetapi tingkat keparahannya maupun jenis penyakit baru akan bertambah di masa depan.
“Saya beri contoh yang simpel, pernah lihat panen di kandang semuanya langsung diangkut? Enggak kan? Jangankan di peternakan kecil, yang besar juga ada yang begitu. Padahal bagusnya all in all out. Lalu kira-kira berapa persen peternakan di Indonesia ini yang biosekuritinya baik? Mayoritas jelek atau baik? Saya tanya begitu saja kita langsung tersenyum kecut,” ucap Tony kepada Infovet.
Tony juga berujar bahwa sebaik-baiknya obat baru yang ditemukan, sebaik-baiknya riset di bidang penyakit hewan, dan secanggih-canggihnya teknologi berkembang, bila tidak dibarengi dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.
UPAYA MENGATASI KASUS KERDIL PADA UNGGAS
![]() |
Penanganan DOC yang kurang optimal pada periode awal akan memengaruhi pertumbuhan bobot ayam pada periode berikutnya. Foto: (ANTARA/HO-WAP) |
• Jika terjadi sebanyak 5-10% dari populasi, termasuk kategori ringan.
• Jika kejadian mencapai > 10-30% dari populasi, termasuk kategori buruk.
• Jika kejadian mencapai > 30% dari populasi, termasuk dalam kategori bencana besar.
Kasus ayam kerdil sendiri di lapangan sering kali terbagi menjadi dua kategori, yaitu jika dalam waktu lima minggu bobot ayam kurang dari 200 gram setiap ekornya maka dikategorikan sebagai kasus “runting”. Namun jika kekurangan bobotnya antara 200 gram sampai 1 kg maka dikategorikan sebagai kasus “stunting”.
Perhatikan Manajemen Brooding
Menurut salah seorang konsultan perunggasan, Carlim, kejadian pada broiler kebanyakan 50% adalah stunting. “Kalau dulu waktu saya masih pegang broiler itu kalau brooding enggak benar, sehabis diangkat itu brooder pasti langsung kelihatan, keciri pokoknya. Makanya saya bilang ‘ritual’ brooding itu sangat sakral, kalau enggak bisa lewati itu dengan baik pasti hancur,” kata Carlim.
Pasalnya lanjut dia, pada masa ini sering disebut dengan masa kritis karena terjadi pertumbuhan yang pesat, dimana terjadi pembelahan (hiperplasia) dan pembesaran (hipertropi) sel-sel tubuh ayam. Perkembangan organ yang terjadi meliputi sistem kekebalan, pencernaan, pernapasan, maupun termoregulasi.
Ketersediaan ransum saat chick-in dan tercapainya feed intake berpengaruh terhadap besar dan panjangnya usus, pengaturan suhu tubuh anak ayam, dan tingkat kepadatan. Penanganan DOC yang kurang optimal pada periode ini akan memengaruhi pertumbuhan bobot ayam pada periode berikutnya.
Kualitas Pakan Harus Jempolan
Pertumbuhan ayam sangat cepat tentu dipengaruhi kecukupan dan kandungan nutrisi ransum. Hal yang kadang terlewat dari pantauan adalah mengontrol keberadaan jamur atau toksinnya. Kualitas ransum dapat berkurang akibat adanya jamur dan mikotoksin.
Jika terdapat jamur di dalam kandungan ransum, nilai nutrisi yang berada di dalam ransum akan turun, sehingga nilai nutrisi yang diberikan kepada ayam tidak optimal. Selain itu, jangan lupa bahwa jamur juga akan menghasilkan metabolit sekunder yakni mikotoksin yang akan mengiritasi saluran pencernaan, sehingga penyerapan nutrisi terganggu. Lama penyimpanan ransum juga berpengaruh pada kandungan nutrisi. Vitamin dalam ransum akan menurun seiring masa penyimpanan.
Selain kualitas ransum, kuantitas/kecukupan asupan ransum dan minum juga berpengaruh pada pertumbuhan ayam. Kekurangan ransum dan air minum akan menyebabkan kompetisi antar ayam. Dampaknya, jumlah ransum yang masuk ke tubuh ayam kurang dan membuat pertumbuhan bobot badannya tidak seragam.
Masalah ransum inilah yang paling sensitif dan kerap kali disalahkan para peternak, pabrik pakan pun sering menjadi sasaran. Menjawab hal tersebut Nutrisionis dan Formulator PT Agrosari Nusantara, Intan Mustika Herfiana, mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu yang klise.
“Saya mengerti sekali masalah ini, tapi sebagaimana kita ketahui kalau semua pabrik pakan pasti sudah menguji kualitas pakan yang diproduksi, enggak mungkin kalau jelek akan dijual. Kalau masalah nutrisinya kurang, karena pakan juga ada grade-nya, kalau pakannya yang paling rendah grade-nya masa mau bagus? Ada faktor lain yang harus diusut dan ditelusuri,” tuturnya kepada Infovet.
Oleh karenanya, Ika-sapaannya, mengimbau peternak agar tidak buru-buru menyalahkan pakan yang digunakan apabila terjadi sindroma kekerdilan. Sebaiknya peternak menguji ulang pakan yang digunakan, baik dari segi nutrisi dan kualitasnya.
“Ini sulit diubah, mindset peternak sudah terbiasa begitu, kalau sudah begitu terus mau pakai pakan merek apapun kalau tiba-tiba drop performanya sama saja bohong,” ucapnya.
Meminimalisir Stres dan Imunosupresi
Stres adalah kondisi yang harus dihindari. Namun, hewan tidak bisa begitu saja terhindar dari stres, hal ini berkaitan dengan proses pemeliharaan. Dalam kondisi stres ayam akan memproduksi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dalam jumlah berlebihan, sehingga akan menghambat proses metabolisme tubuh dan penurunan penyerapan nutrisi ransum.
Dalam hal ini ayam akan tetap banyak makan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan bobot badan yang optimal. Stres juga membuat ayam mengalami imunosupresi, sudah penyerapan nutrisi berkurang, konsumsi pakan menurun ditambah imunosupresi, ayam akan semakin rentan tidak hanya terhadap kekerdilan, tetapi juga penyakit infeksius.
Dalam suatu webinar, Drh Jumintarto dari PT Kertamulya Saripakan, pernah menyampaikan bahwa untuk mengecek kondisi ayam di kandang dalam keadaan stres atau tidak, yang paling terlihat adalah pada bulu bagian sayap.
“Ayam yang berada dalam kondisi yang baik, pertumbuhan bulu di sayapnya akan terlihat rapih, teratur, konformasinya jelas dan enak dilihat. Tetapi kalau dia stres, bulu akan terlihat kusut, tidak teratur, sedikit mengalami penjarangan (kebotakan), dan batangnya mudah patah,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa apabila gejala seperti itu terlihat, maka seorang dokter hewan harus dapat mengidentifikasi kesalahan dalam manajemen pemeliharaan. Segera setelah ditemukan, dilakukan perbaikan secara menyeluruh untuk menyelamatkan flock tersebut dari stres.
Selain beberapa faktor di atas, kualitas DOC juga memegang peranan penting. Layaknya pakan, DOC juga memiliki grade tertentu. Biasanya grade terbawah memiliki kualitas kurang baik ketimbang grade di atasnya.
Jauhkan Ayam dari Infeksi
Seperti yang sudah disebutkan, beberapa agen infeksius turut berperan penting dalam kasus kekerdilan, antara lain reovirus, entero-like virus, dan picornavirus. Sementara agen bakterial yang terlibat dalam kasus ini umumnya yang menginfeksi saluran pencernaan, seperti E. coli (colibacillosis) maupun clostridium perfringens (necrotic enteritis).
Keberagaman dan kompleksitas agen penyebab sindrom kekerdilan ini menyebabkan kesulitan dalam melakukan diagnosis secara pasti, ditambah dengan gejala klinis yang diperparah oleh faktor eksternal, misalnya stres akibat brooding yang kurang optimal.
Oleh karena itu, dalam menjauhkan ayam dari penyakit infeksius diperlukan pengaplikasian biosekuriti yang baik di peternakan. Praktik biosekuriti yang wajib dilakukan yakni mengendalikan lalu lintas kendaraan dan sarana peternakan yang keluar/masuk kandang. Kemudian pengaturan kunjungan operator maupun manajer kandang, contohnya kunjungan dilakukan dari ayam sehat kemudian ke ayam yang sakit. Intinya terapkan biosekuriti secara baik dan benar, agar ayam dan manusia terhindar dari berbagai jenis penyakit infeksius yang membahayakan. ***
DISTANAK PROVINSI SULUT TANGGAP CEPAT KEMATIAN BABI DI MINAHASA UTARA
![]() |
Tim Distanak Melakukan Penyemprotan Disinfektan (Sumber : Tribun Minut) |
Menanggapi kasus kematian 24 ekor babi beberapa waktu yang lalu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Pemprov Sulut bersikap tanggap dengan turun langsung ke peternakan di Minahasa Utara Jumat (21/7). Tampak tim turun dengan APD lengkap. Mereka memeriksa keadaan kandang serta babi.
Selain melakukan pengambilan sampel organ untuk menemukan penyebab kematian babi, tim tersebut juga melakukan penyemprotan disinfektan di sekitar area peternakan. Tidak berhenti sampai disitu, tim juga bertemu dengan pemilik peternakan dan melakukan sosialisasi tentang penyakit pada babi dan biosekuriti.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Sulut Nova Pangemanan mengatakan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi kepada warga tentang pentingnya biosekuriti. Nova menuturkan, hal terpenting bagi peternak saat ini adalah meningkatkan serta pengaplikasian biosekuriti. Sebut dia, virus yang dapat menyerang babi saat ini cukup marak. Selain ASF, ada pula beberapa virus lainnya yang dapat menyebabkan kematian babi.
"Jadi aspek kebersihan dan biosekuriti ini sangat penting, melalui penerapan biosekuriti yang baik dalam peternakan babi, dapat menurunkan risiko babi terserang penyakit" kata dia. (INF)
KEBERHASILAN APLIKASI BIOSEKURITI
Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), di antaranya kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit diimplementasikan.
Hewan Tetap Produktif, Manusia Tetap Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di sana sedang menggalakkan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.
Kusno Waluyo seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan aplikasi biosekuriti. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena Kusno memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup baik, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.
“Akhirnya saya ikuti program FAO di sini, katanya ini bagus, maka saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.
Menurut Kusno salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (CR)
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Dalam dunia peternakan bebek, proses penetasan telur menjadi salah satu kunci utama keberhasilan produksi Day Old Duck (DOD). Terdapat dua c...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
-
Menjadi salah satu terobosan dalam dunia peternakan bebek, bebek hibrida adalah hasil perkawinan silang antara bebek Peking jantan dan bebek...
-
Hijauan kering dan jerami kering Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipan...