-->

DAFTAR SEGERA! SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2026 – ASOHI


Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) akan kembali menyelenggarakan agenda tahunannya
Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2026 bertajuk “Sinergi Membangun Ketahanan & Keamanan Pangan Berbasis Peternakan yang Maju Berkelanjutan.”

Seminar akan dilaksanakan pada:
Hari         : Selasa, 16 Desember 2025
Pukul : 08:00-15:00 WIB
Lokasi : Menara 165 Cilandak Jakarta Selatan
Pendaftaran : Rp 750.000/peserta

Menghadirkan narasumber:
Ketua Umum GPPU
Ketua Umum GPMT
Ketua Umum PINSAR INDONESIA
Ketua Umum PPSKI
Ketua Umum ASOHI
• Dua narasumber tamu: Nailul Huda & Dr Drh Denny Widaya Lukman
• Moderator: ASOHI

DAFTARKAN SEGERA!

Link pendaftaran https://bit.ly/SBP_2026
Aidah : 0818-0659-7525
No. Rek         : 126.0098041451 Bank Mandiri Cab. Pasar Minggu Pejaten a.n ASOHI  
Kirim bukti transfer : asohipusat@gmail.com

ASOHI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK, SIAP DUKUNG PENGAWASAN OBAT HEWAN YANG LEBIH BAIK

Foto bersama pengurus ASOHI periode 2025-2029, bersama jajaran pemerintah. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Prosesi pelantikan pengurus ASOHI Pusat periode masa bakti 2025-2029, dilaksanakan pada senin (1/12/2025), di Hall D Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta.

Acara diawali dengan prosesi serah terima kepengurusan Ketua Badan Pengawas (BPA) ASOHI periode 2025-2029 dari Gani Harijanto kepada Drh Gowinda Sibit, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029 sekaligus pembacaan Pakta Integritas yang dipimpin oleh Ketua Umum (Ketum) ASOHI 2025-2029, Drh Akhmad Harris Priyadi.

Pembacaan Pakta Integritas dipimpin oleh Ketum ASOHI.

Usai seremonial, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Drh Hendra Wibawa, mewakili Dirjen PKH, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya pelantikan pengurusan ASOHI yang baru.

"Selamat atas pelantikannya, semoga menjadi organisasi yang lebih baik dan terus menjadi mitra pemerintah dalam mendukung program-program strategis," kata Hendra dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, upaya kolaborasi dan kerja sama ini untuk menggalang visi dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan menjadi lebih baik. "Karena bisnis obat hewan ini merupakan pilar utama dalam menjaga kesehatan ternak, sekaligus lingkungan dan masyarakat," ucapnya.

Foto bersama dalam acara pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029. 

Ia juga berharap, ASOHI dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membantu membangun sektor obat hewan di Tanah Air.

"Kebijakan yang adil hadir melalui dialog, oleh karena itu ASOHI kita libatkan dalam berbagai kesempatan untuk ikut berkontribusi mendukung regulasi dalam meningkatkan industri obat hewan maupun menjawab isu-isu strategis salah satunya isu AMR yang saat ini menjadi perhatian global," harapnya.

Serah terima jabatan Ketua BPA yang baru.

Harapan senada juga disampaikan oleh Ketua BPA, Gowinda Sibit, yang menyampaikan bahwa kepengurusan ASOHI yang baru bisa mendukung industri obat hewan yang dinamis, sekaligus mendorong anggota untuk memenuhi ketentuan regulasi dari pemerintah terkait CPOHB, registrasi, distribusi, dan lain sebagainya, serta terus bersinergi bersama pemerintah.

"Ini demi keberlanjutan industri obat hewan yang lebih baik, semoga ketua ASOHI yang baru bisa mengemban tugas mulia ini dan mendapat ridho dalam memajukan industri obat hewan," katanya.

Seremonial penyerahan bendera kepada Ketum ASOHI baru.

Dukung Pengawasan Obat Hewan
Ketum ASOHI, Harris Priyadi, dalam paparannya menyatakan kesiapannya dalam mendukung peningkatan industri, salah satunya melalui pengawasan obat hewan di Indonesia. "Kalau dari peraturan yang ada kita ikut terlibat dalam pengawasan obat hewan di tiap perusahaan," ujarnya.

Selain itu, dari dalam organisasi pihaknya juga terus melakukan konsolidasi dan pembinaan terhadap anggotanya dalam hal pengawasan, di antaranya menyoal permasalahan produk-produk yang tidak/belum teregistrasi, terkait penyimpanan dan peredaran obat hewan yang tidak CDOHB, pemakaian produk obat hewan tidak sesuai label atau produk yang sudah dilarang, kemudian penggunaan obat hewan yang berisiko (resistansi dan residu obat), serta penyimpanan dan peredaran obat keras, maupun penggunaan obat manusia untuk hewan. (RBS)

Susunan Pengurus ASOHI Pusat Periode 2025-2029:
Ketua Umum: Drh Akhmad Harris Priyadi
Wakil Ketua Umum: Drh Almasdi Rahman
Sekretaris Jenderal: Rivo Ayudi Kurnia SPt
Bendahara Umum: Sigit Purwadi
Ketua Bidang Organisasi: Drh Almasdi Rahman
Ketua Bidang Antar Lembaga: Drh Sri Murwati
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri: Drh Khalida Noor
Ketua Bidang Peredaran: Drh Andi Wijanarko

Susunan Badan Pengawas ASOHI Periode 2025-2029:
Ketua: Drh Gowinda Sibit
Sekretaris: Ir Bambang Suharno
Anggota:
Gani Harijanto
Drh Fadjar Sumping Tjaturrasa PhD
Drh Irawati Fari
Drh Rakhmat Nuriyanto MBA
Peter Yan

MUNAS IX ASOHI, HARRIS PRIYADI RESMI JABAT KETUA UMUM PERIODE 2025-2029, GOWINDA SIBIT KETUA BADAN PENGAWAS

Foto bersama Munas IX ASOHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) IX pada Kamis (23/10/2025), di IPB Convention Center (IICC) Bogor, Jawa Barat, dengan mengusung tema “Bersama ASOHI, Sinergi Kuat, Industri Meningkat.”

Munas kali ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat fondasi industri obat hewan yang sehat, mandiri, dan berdaya saing global, sekaligus bersama-sama menyatukan visi dan meneguhkan profesionalisme industri obat hewan nasional.

Sejak berdiri pada 25 Oktober 1979, ASOHI telah menjadi mitra penting pemerintah dalam memajukan kesehatan hewan dan peternakan Indonesia. Kini, memasuki usia ke-46, organisasi ini kian menegaskan perannya sebagai pilar utama pengembangan industri veteriner di Tanah Air melalui tata kelola organisasi yang profesional, etika bisnis yang kuat, dan jejaring nasional yang solid.

“ASOHI telah menempuh perjalanan panjang dalam memperkuat industri obat hewan Indonesia. Melalui Munas IX ini kami ingin memastikan sinergi yang lebih kuat antara pelaku usaha, regulator, akademisi, dan masyarakat profesi,” ujar Ketua Panitia Pelaksana MUNAS IX ASOHI, Drh Almasdi Rahman.

Sementara itu, Ketua Umum ASOHI periode 2015-2021 dan 2021-2025, Drh Irawati Fari, menambahkan bahwa konsistensi menjadi kunci dalam memperkuat sinergi. “Konsistensi adalah kunci keberlanjutan. Selama dua periode kepemimpinan kami terus menjaga agar ASOHI menjadi organisasi yang bukan hanya solid secara internal, tetapi juga relevan terhadap dinamika nasional dan global,” tuturnya.

Menurutnya, industri obat hewan kini tidak lagi berorientasi pada produksi, tetapi juga pada kualitas, keamanan, dan tanggung jawab sosial. “Kita sedang memasuki era baru industri veteriner, dimana keberhasilan tidak diukur hanya dari volume, tetapi dari nilai keberlanjutan, inovasi, dan kontribusi nyata terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan,” tambahnya.

Ia juga menegaskan, keberadaan ASOHI selama 46 tahun adalah bukti nyata kolaborasi lintas sektor yang kuat antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan profesi veteriner.

“ASOHI akan terus menjadi jembatan antara regulasi, inovasi, dan implementasi di lapangan. Sinergi dengan Kementerian Pertanian, akademisi, dan para pelaku usaha akan memastikan Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara lain dalam tata kelola industri obat hewan yang bermutu dan berdaya saing tinggi,” ucapnya.

Oleh karena itu, dengan terlaksananya Munas IX ASOHI, bukan hanya sekadar momentum pergantian kepengurusan, tetapi wujud komitmen bersama untuk memastikan industri obat hewan Indonesia tumbuh secara berkelanjutan.

"Melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung ASOHI. Ini saatnya kita membuka lembaran baru, semoga ke depan ASOHI menjadi asosiasi yang lebih adaptif, inklusif, dan terus memberikan kontribusi secara nyata. Diharapkan kepengurusan yang baru nanti, kita juga menjadi lebih solid dan dapat menjalankan amanah serta program ASOHI lebih baik lagi," harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian yang diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Drh Agung Suganda, mengatakan bahwa ASOHI merupakan mitra strategis pemerintah dalam membantu menjaga kesehatan hewan dan ketahanan pangan Indonesia.

"Termasuk dalam melindungi masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis dan resistansi antimikroba (AMR). Saya juga berharap ASOHI menjadi mitra yang dapat membantu menyediakan obat hewan yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Agung.

Agung Suganda meresmikan pembukaan Munas IX ASOHI.

Dengan terlaksananya Munas ASOHI, melalui kepengurusan dan program kerja yang baru, diharapkan dapat terus bersinergi untuk saling bertukar informasi dan menyelesaikan berbagai kendala yang ada di industri obat hewan.

"Saya minta minimal sebulan sekali kita ada forum dengan ASOHI untuk saling bertukar informasi. Karena ASOHI merupakan jembatan penghubung antara pemerintah dan industri obat hewan supaya ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. Dengan sinergi yang kuat tentu harus dibarengi dengan kolaborasi yang lebih kuat lagi agar industri tumbuh dan meningkat," tukasnya.

Harris Priyadi Ketua Umum ASOHI Baru, Gowinda Sibit Ketua Badan Pengawas 
Sebagai forum tertinggi organisasi, Munas IX dihadiri oleh pengurus pusat, pengurus daerah dari 16 provinsi, perwakilan anggota, instansi pemerintah, asosiasi lintas sektor, hingga mitra strategis.

Adapun agenda utama meliputi pengesahan laporan pertanggung jawaban pengurus ASOHI 2021-2025; penyempurnaan AD/ART dan kode etik organisasi; penyusunan program kerja 2025-2029, pemilihan ketua umum ASOHI periode 2025-2029, serta pembahasan rekomendasi dan arah kebijakan strategis organisasi.

Dari hasil vote secara luring dan daring, Harris Priyadi resmi terpilih menjadi Ketua Umum ASOHI yang baru periode 2025-2029.

Harris Priyadi (ketiga kiri) resmi terpilih sebagai Ketum ASOHI periode 2025-2029 dan Gowinda Sibit (kedua dari kiri) sebagai Ketua Badan Pengawas.

Adapun Visi yang diusung adalah mewujudkan ASOHI yang lebih inovatif, fasilitatif, dan lebih kuat dengan seluruh pemangku kepentingan untuk kemajuan industri peternakan dan kesehatan hewan Indonesia.

Harris juga mengusung Misi (Catur Krida). Pertama, Bersama ASOHI: Mendorong interaksi dan komunikasi transparan, pelaporan terjadwal kepada anggota, pemanfaatan teknologi informasi, serta database untuk pemutakhiran data industri, lama ASOHI (sosmed).

Kedua, ASOHI Sinergi: Meningkatkan kolaborasi efektif dengan pemerintah dan mitra strategis lokal dan regional, fokus solusi pengembangan industri obat hewan, peternakan, dan kesehatan hewan.

Ketiga, ASOHI Kuat: Menguatkan peran, profesionalitas, dan kemandirian ASOHI Daerah, pembentukan ASOHI Jakarta-Banten, atensi dan kunjungan interaksi pusat dan daerah, serta kaderisasi anggota.

Keempat, Industri Meningkat: Melanjutkan peran aktif ASOHI pada kemajuan industri obat hewan serta peternakan dan kesehatan hewan Indonesia, mendukung kearifan lokal obat hewan, peternakan dan kesehatan hewan, AMR, TKDN, ASUH, serta mengacu pada roadmap pengembangan obat hewan Indonesia.

"Insyaallah saya siap menjalankan amanah dengan baik dan profesional, khususnya terhadap program-program kerja yang sudah kita buat untuk kebaikan bersama. Saya terbuka terhadap saran dan masukan. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya," ujar Harris dalam sambutannya usai pemilihan Ketua Umum ASOHI.

Munas kali ini juga menetapkan Drh Gowinda Sibit sebagai Ketua Badan Pengawas ASOHI (BPA) 2025-2029 menggantikan Gani Harijanto Ketua BPA 2021-2025. Pemilihan dan Penetapan BPA dilakukan oleh Presidium Sidang yang dipimpin oleh Tedy Candinegara. Berdasarkan AD/ART hasil Munas,  BPA merupakan badan yg bersifat kolektif kolegial dalam pengambilan keputusan. Pada Munas kali ini, ditetapkan juga 6 anggota BPA 2025-2029 yaitu Gani Harijanto,  Irawati Fari, Rakhmat Nuriyanto,  Fadjar Sumping Tjaturrasa, Peter Yan dan Bambang Suharno. 

Peluncuran Buku Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia.

Selain pemilihan ketua, Munas IX ASOHI juga dilengkapi dengan peluncuran Buku “Roadmap Pengembangan Obat Hewan Indonesia” yang memuat peta jalan pengembangan industri hingga 2035 mendatang, serta menghadirkan ceramah ekonomi dari pakar ekonomi nasional, Sondang Anggraini, yang memaparkan materi mengenai prospek ekonomi makro dan arah kebijakan industri peternakan ke depan. (RBS)

MUNAS ASOHI IX SIAP DIGELAR, KEMENTAN DORONG ASOHI TINGKATKAN EKSPOR OBAT HEWAN

Audiensi ASOHI bersama Dirjen PKH Kementan Agung Suganda. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan selalu menjalin sinergi dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Pengurus ASOHI Pusat melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Agung Suganda di kantor Kementerian Pertanian, Rabu (8/10/2025). Pertemuan tersebut terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX.

Dalam kesempatan tersebut pengurus ASOHI berharap Dirjen PKH Agung Suganda dapat hadir dalam acara Munas IX ASOHI yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025 di IPB Convention Center Botani Square, Bogor, Jawa Barat.

Agung yang pada kesempatan itu didampingi Direktur Kesehatan Hewan Hendra Wibawa dan Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan Arif Wicaksono,  mengungkapkan apresiasinya kepada ASOHI yang terus mendukung subsektor peternakan dan kesehatan hewan terus tumbuh. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa hadir dalam Munas tersebut. “Insyaallah saya akan usahakan hadir,” ujarnya.

ASOHI yang berdiri sejak 25 Oktober 1979, dan menaungi perusahaan-perusahaan produsen, eksportir, importir, distributor, serta pengecer obat hewan, dalam pertemuan tersebut, selain membahas terkait penyelenggaraan Munas IX juga menyampaikan perkembangan industri obat hewan nasional.

Ketua Umum ASOHI, Irawari Fari, mengungkapakan bahwa industri obat hewan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan signifikan dan sukses menembus pasar ekspor, dengan nilai ekspor mencapai Rp 3,7 triliun pada 2024 dan terus meningkat pada 2025.

“Saat ini telah berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari 30 negara,” ujarnya. Ia juga menyebutkan bahwa obat hewan lokal Indonesia tidak hanya untuk pasar dalam negeri, tetapi juga memiliki daya saing di pasar global, adapun beberapa pasar ekspor yakni China, Jerman, Mesir, dan Arab Saudi.

ASOHI berharap kerja sama dengan Kementan akan terus berlanjut dan semakin kuat, terutama dalam peningkatan standar mutu obat hewan, penguatan kompetensi pengujian, serta berbagai kegiatan yang mendukung pertumbuhan industri obat hewan dan ketahanan pangan nasional.

Dalam audiensi tersebut, Pemred Infovet, Bambang Suharno, juga turut hadir dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Badan Pengawas ASOHI. (INF)

SEMINAR INFOVET-ILDEX: BAHAS MANAJEMEN HOLISTIK PASCA PELARANGAN AGP

Foto bersama usai seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Majalah Infovet kembali menjadi saksi pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan industri perunggasan nasional. Pada Rabu (17/9/2025), berlangsung Seminar Nasional bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pelarangan AGP” di Ruang Garuda 5A, ICE BSD. Acara ini dihadiri peternak, perusahaan obat hewan, breeding farm, perusahaan pakan, serta perwakilan berbagai asosiasi peternakan.

Seminar menghadirkan dua narasumber kompeten di bidangnya. Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Umum ASOHI periode 2010-2015), membahas perubahan signifikan di industri obat hewan sejak pelarangan antibiotic growth promoter (AGP) efektif diberlakukan pada 2018.

“Pasca pelarangan AGP, jenis obat alami dan suplemen penunjang kesehatan hewan cenderung meningkat. Industri beradaptasi dengan inovasi berbasis bahan alami dan teknologi biologis,” ujar Rakhmat.

Sementara itu, Drh Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant), memaparkan materi bertema “Manajemen Holistik: Solusi Efektif untuk Mitigasi dan Rehabilitasi Broiler & Layer.” Ia menekankan bahwa pelarangan AGP bukan akhir dari produktivitas peternakan, melainkan momentum untuk bertransformasi.

Dua narasumber, Rakhmat Nuriyanto (kiri) dan Baskoro Tri Caroko (kanan).

“Kuncinya ada di manajemen holistik. Pendekatan ini mencakup aspek pakan, lingkungan, kesehatan, hingga mental pekerja kandang. Ini sudah terbukti berhasil di lapangan,” ungkapnya.

Beberapa peternak binaan Baskoro dari Pandeglang, Banten, turut hadir dan berbagi pengalaman keberhasilan menerapkan konsep manajemen holistik dalam menghadapi tantangan pasca AGP. Antusiasme peserta juga tampak tinggi, terutama ketika sesi tanya jawab dibuka dan banyak peternak ingin mengetahui cara praktis penerapan di lapangan.

Menutup paparannya, Baskoro menyampaikan ajakan terbuka, “Saya siap membantu peternak yang ingin memahami dan mempraktikkan manajemen holistik. Silakan hubungi Infovet untuk informasi lebih lanjut.”

Suasana seminar Infovet di ILDEX Indonesia 2025.

Seminar ini menjadi bukti bahwa sinergi antara praktisi, akademisi, dan pelaku industri menjadi kunci dalam menciptakan sistem peternakan yang sehat, produktif, dan berkelanjutan pasca pelarangan AGP. (INF)

SEGERA DAFTAR & HADIRI SEMINAR NASIONAL INFOVET DI ILDEX 2025


Hadiri Seminar Nasional "Perkembangan Obat Hewan Pasca Pelarangan AGP" yang akan diselenggarakan pada:


Hari/Tanggal: Rabu, 17 September 2025
Waktu: 15:00-16:45 WIB
Tempat: Ruang Garuda 5A, ICE BSD
GRATIS - kapasitas terbatas hanya untuk 50 peserta


Kegiatan akan diisi oleh narasumber yang kompeten di bidangnya:
• Drh. Rakhmat Nuriyanto, MBA (Ketua Umum ASOHI 2010-2015)
“Perkembangan Obat Hewan di Indonesia Pasca Pelarangan AGP”

• Drh. Baskoro Tri Caroko (National Poultry Technical Consultant)
“Manajemen Holistik: Solusi Efektif untuk Mitigasi dan Rehabilitasi Broiler & Layer


Informasi lebih lanjut bisa menghubungi:
Panitia: 0877-7829-6375 (Mariyam)

SEMINAR INFOVET: SOROTI PERKEMBANGAN OBAT HEWAN PASCA PANDEMI & SOFT LAUNCH IOHI 2025

Foto bersama usai seminar Infovet bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pandemi COVID-19”. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Dalam rangka memeriahkan Indo Livestock 2025 Expo & Forum di Grand City Convex, Surabaya, Majalah Infovet menggelar seminar bertajuk “Perkembangan Obat Hewan Pasca Pandemi COVID-19”. Acara berlangsung pada Rabu (2/7/2025), pukul 15:00, di Ruang Teater 2, dan dihadiri oleh para pelaku usaha di bidang obat hewan, pakan, dan peternakan.

Seminar ini juga menjadi momentum soft launching buku Indeks Obat Hewan Indonesia (IOHI) edisi 2025, sebuah publikasi eksklusif yang mendata produk obat hewan terdaftar di Indonesia.

Hadir sebagai narasumber yakni Ketua Umum ASOHI periode 2010-2015, sekaligus Ketua Tim Penyusun IOHI, Drh M. Rakhmat Nuriyanto MM, didampingi oleh pemandu acara selaku Pemimpin Umum/Redaksi Majalah Infovet, Bambang Suharno.

Rakhmat Nuriyanto (kiri) dan Bambang Suharno 

Dalam pengantarnya, Bambang menjelaskan bahwa PT Gallus Indonesia Utama adalah penerbit Majalah Infovet, Info Akuakultur, dan Cat&Dog. Selain itu, Gallus juga memiliki beberapa unit usaha lainnya seperti GITAPustaka, GITA EO, GITA Consultant, dan GITA Studio. GITAPustaka telah menerbitkan berbagai buku, termasuk IOHI yang merupakan satu-satunya buku rujukan tentang obat hewan di Indonesia. Buku ini menyajikan data lengkap obat hewan impor maupun lokal yang telah memiliki nomor registrasi dari Kementerian Pertanian.

Bambang Suharno saat memandu acara seminar

Sementara itu, Rakhmat dalam paparannya mengungkapkan bahwa pasar obat hewan sempat mengalami penurunan selama pandemi, namun kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. “Menariknya, data menunjukkan jumlah obat hewan yang didaftarkan terus meningkat. Ini menandakan persaingan antar perusahaan obat hewan semakin ketat,” ujarnya.

Rakhmat Nuriyanto ketika memaparkan presentasinya

Dalam kesempatan tersebut, juga diperkenalkan format terbaru IOHI yang hadir dalam dua versi, yaitu cetak dan online melalui situs indeksobathewanindonesia.com. Versi online memudahkan pengguna mencari data dengan cepat melalui kotak pencarian. Misalnya, cukup mengetik “vaksin unggas” dan berbagai merek vaksin unggas akan langsung ditampilkan.

GITAPustaka juga memberikan promo khusus selama pameran berlangsung, berupa bonus akses gratis IOHI online bagi pembeli IOHI cetak edisi 2025 hingga buku tersebut resmi terbit.

Seminar ini tidak hanya menjadi ajang berbagi informasi tentang dinamika industri obat hewan di era pasca pandemi, tetapi juga mempertegas peran Infovet sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat peternakan dan kesehatan hewan. (BS)

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXVII, DIGELAR SECARA HYBRID

Simbolis pemukulan gong membuka kegiatan pelatihan PJTOH angkatan XXVII oleh Arief Wicaksono. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan kegiatan rutin tahunan yakni Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) Angkatan XXVII yang berlangsung mulai 15-17 April 2025 secara hybrid, di Bogor, Jawa Barat.

“Pelatihan ini sudah yang ke-27 kalinya kita laksanakan. Pada pelatihan PJTOH kali ini sangat padat acaranya dengan kita menghadirkan 15 narasumber,” ujar Ketua Panitia Pelatihan PJTOH, Drh Forlin Tinora dalam sambutannya, Selasa (15/4/2025).

Mengingat pentingnya peran PJTOH, lanjut Forlin, pada pelatihan kali ini dibagi menjadi tiga kategori, di antaranya materi tentang peraturan dan perundang-undangan obat hewan, pembahasan teknis mengenai sediaan biologic, feed additive, dan feed supplement, serta pembahasan mengenai pentingnya pemahaman organisasi. “Kami harapkan para calon PJTOH benar-benar mengikuti pelatihan dengan baik,” ucapnya.

Peserta pelatihan PJTOH yang hadir secara luring.

Tugas dan peran dokter hewan maupun apoteker sebagai PJTOH di perusahaan obat hewan ataupun pakan ternak menjadi kunci penting. Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, menguraikan beberapa tugas dan tanggung jawab PJTOH di antaranya memberikan informasi tentang peraturan perundangan di bidang obat hewan kepada pimpinan perusahaan, juga memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis sediaan obat hewan yang akan diproduksi/diimpor.

“PJTOH juga menjadi posisi kunci dalam peranannya menolak produksi, penyediaan, bahkan peredaran obat hewan yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Kemudian menolak produksi obat hewan yang belum memperoleh nomor registrasi atau registrasinya sudah mencapai masa kadaluarsa. Ini PJTOH harus memastikan di perusahaan tempatnya bekerja,” jelas Ira.

Lebih lanjut disampaikan, begitu juga ketika PJTOH di pabrik pakan memiliki tugas yang tidak jauh berbeda, yakni menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak, kemudian menyetujui penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dicampur dalam pakan ternak yang memenuhi syarat mutu atau menolaknya apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan.

“Mengingat tugas dan tanggung jawab PJTOH sehingga pelatihan ini menjadi sangat penting dan diharapkan para calon PJTOH mendapatkan pemahaman dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.

Sambutan oleh Ketua ASOHI, Irawati Fari, secara luring.

Harapan senada juga disampaikan oleh Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Direktorat Kesehatan Hewan, Drh Arief Wicaksono, yang mewakili Direktur Kesehatan Hewan, bahwa pentingnya peranan PJTOH sehingga diharapkan para calon PJTOH memiliki kompetensi yang baik di bidangnya.

“Di sini kita bisa saling sharing informasi dan menjadi wahana yang baik untuk menyampaikan banyak hal. Diharapkan ke depannya PJTOH benar-benar memiliki kompetensi dan mampu mengawasi produksi obat hewan sehingga terjaga keamanannya,” tukasnya.

Pada hari pertama pelatihan menghadirkan pembicara di antaranya Prof Budi Tangendjaja (bahasan teknis sediaan feed additive, feed supplement, dan alternatif feed additive pengganti AGP), Drh Arief Wicaksono (sistem kesehatan hewan dan peraturan obat hewan), dan Ketua Komisi Obat Hewan Prof Widya Asmara (bahasan teknis farmasetik, biologik, obat alami, dan herbal).

Foto bersama panitia dan peserta PJTOH.

Pada hari kedua pelatihan PJTOH, peserta kembali mendapat materi dari DIrektur Pakan Ternak Drh Nur Saptahidhayat (peraturan/kebijakan terkait pakan), Tim CPOHB Drh Ketut Karuni N. Natih (bahasan cara pembuatan obat hewan yang baik/CPOHB dan pembuangan limbah obat hewan), Tim BBPMSOH Apt M. Zahid (rantai dingin/cold chain), kemudian terkait badan karantina hewan, peran PPNS dalam penanganan obat hewn ilegal, serta peranan organisasi dalam pembinaan anggota dari ASOHI dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Pada hari terakhir, peserta pelatihan yang ikut secara luring diajak berkunjung ke Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) untuk melihat bagaimana tata cara pengiriman obat hewan yang baik dan pengiriman sampel, hingga visit lab milik BBPMSOH. (INF)

ANNUAL MEETING PT GALLUS: OPTIMALISASI SUMBER DAYA DAN SUKSES DI ERA DIGITAL

Foto bersama Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Bertempat di Gedung Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Selasa (21/1), Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama diselenggarakan dengan mengambil tema “Optimalisasi Sumber Daya Menuju Sukses di Era Digital”.

Direktur Utama PT Gallus, Ir Bambang Suharno, mengawali acara dengan membahas situasi bisnis di 2024, dimana kondisi ekonomi peternakan yang belum membaik dan cenderung stagnan menjadi tantangan bagi perusahaan dalam menapaki bisnis.

“Namun alhamdulillah kita masih bisa mendapat beberapa partner baru dan mencapai hasil yang baik. Kita bersyukur dan berterima kasih kepada rekan-rekan yang sudah berusaha dengan maksimal, semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik dan lebih sukses di era digital ini, kita persiapkan diri,” ujar Bambang.

Oleh karena itu, beberapa strategi pun dipersiapkan untuk menghadapi 2025 yang juga memiliki beragam tantangan dan peluang, di antaranya optimalisasi sumber daya/asset digital, pengembangan sumber daya berbasis digital, hingga mengoptimlisasi integrasi pemasaran dan multi layanan.

Suasana Annual Meeting PT Gallus Indonesia Utama.

Pada kesempatan yang sama, Komisaris PT Gallus, Gani Hariyanto, turut menekankan perusahaan untuk bisa mempertahankan dan meningkatkan apa yang telah diraih. “Kita harus pertahankan kunci keberhasilan kita di tahun kemarin untuk keberhasilan di tahun depan,” katanya.

Lebih lanjut disampaikan, tema yang diangkat tahun ini juga menurutnya sangat relevan dengan kondisi saat ini. “Apa yang kita punya harus kita optimalisasi dan berfokus pada era digital, kita harus masuk ke sana sehingga kita bisa memiliki lebih banyak ide dan inovasi,” ungkapnya.

Pengarahan dari Komisaris PT Gallus, Gani Hariyanto.

Ia pun mengimbau untuk bisa menetapkan sasaran yang tepat melalui usaha, inovasi, dan sinergi dalam menghadapi situasi apapun. “Dengan beragam situasi dan kondisi tantangan di 2025, diharapkan Gallus akan tetap melaju. Kita tinggalkan era kerugian dan melanjutkan dengan era yang selalu meningkat. Kita optimalkan sumber daya yang kita miliki, kita sesuaikan untuk menuju sukses di era digital ini,” harapnya.

Sementara Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, yang turut hadir juga memberikan pandangan yang sama. “Ke depan memang banyak tantangan, kita harus berusaha melawatinya dengan penuh strategi dan taktik untuk menghadapinya. Lakukan inovasi dan efisiensi dengan output yang tetap efektif melalui ide, kerja keras, serta kreativitas dalam memanfaatkan digitalisasi,” tukasnya.

Katua Umum ASOHI, Irawati Fari, saat memberi arahannya.

Annual Meeting yang dimulai sejak pagi hari turut menampilkan pemaparan ASSA oleh Manajer Unit Penerbitan, Ir Darmanung Siswantoro, yang menyampaikan kinerja per unit usaha di antaranya Infovet, GitaPustaka, Gita EO, Gita Consultant, Info Akuakultur, dan Cat&Dog. Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Manajer Divisi EO, Consultant, dan Cat&Dog, Maryam Safitri. Acara juga dilengkapi dengan training karyawan yang disampaikan oleh Bambang Suharno, serta Direktur HRD dan Keuangan PT Gallus Drh Rakhmat Nuriyanto. (RBS)

PMK KEMBALI MEWABAH, ASOHI GALANG BANTUAN OBAT HEWAN

Ilustrasi PMK. (Foto: ANTARA)

Sehubungan dengan adanya informasi meningkatnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali mewabah awal Desember 2024, Kementerian Pertanian melakukan koordinasi dengan Asosasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) dalam rangka penyediaan obat hewan melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR).

Dalam surat keterangan resminya, ASOHI menyampaikan permohonan bantuan obat-obatan terkait keperluan darurat untuk menunjang sarana dan prasarana biosekuriti yang ketat agar wabah PMK tidak menyebar luas di daerah yang terdampak, meliputi Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

Untuk itu ASOHI mengajak kepada para anggotanya untuk berpartisipasi dalam penggalangan bantuan berupa disinfektan, vitamin injeksi, obat luka, antibiotika injeksi, analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin, serta obat-obatan lainnya untuk hewan besar yang dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan PMK.

“Obat-obatan yang disumbangkan harus sudah memiliki nomor registrasi dari Kementerian Pertanian dengan spesifikasi obat hewan yang dibutuhkan,” sebut ASOHI dalam surat resminya.

Adapun spesifikasi obat hewan dalam rangka kedaruratan PMK, di antaranya:
1. Desinfektan Cair
• Komposisi minimal mengandung zat aktif glutaraldehyde/formaldehide/sodium hypocloride/didecyl dimethyl ammonium chloride/alkyl dimethyl benzil ammonium chloride/hypochloride acid/sodium hydroxide/sodium carbonate/sodium dicloroisocianurate/potasium peroksi monosulfate/pentopotassium bis (peroksomonosulfat) bis (sulfat)/sodium chloride/hypochlorous acid/HOCl/iodine;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan disinfektan.

2. Disinfektan padat
• Komposisi minimal mengandung zat aktif glutaraldehyde/formaldehide/sodium hypocloride/didecyl dimethyl ammonium chloride/ alkyl dimethyl benzil ammonium chloride/hypochloride acid/sodium hydroxide/sodium carbonate/sodium dicloroisocianurate/potasium peroksi monosulfate/pentopotassium bis (peroksomonosulfat) bis (sulfat)/sodium chloride/hypochlorous acid/HOCl/iodine;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan disinfektan.

3. Vitamin B komplek
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi minimal paling kurang mengandung zat aktif vitamin B1, B2, B5, B12, nicotinamide, dan d-pathenol;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan vitamin B komplek.

4. Multivitamin
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi minimal paling kurang mengandung zat aktif vitamin A, D3, dan E;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan multivitamin.

5. Antibiotic long acting broad spectrum
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi obat mengandung antibiotik yang memiliki indikasi mengatasi infeksi sekunder yang ditimbulkan akibat PMK, seperti antibiotik golongan tetracyclin (antara lain oxytetracycline minimal 200 mg/mL dan lain-lain), golongan quinolon (antara lain enrofloxasin minimal 100mg/ml, dan lain-lain), golongan betalaktam (antara lain amoxicilin minimal 100mg/ml, cepalosporin minimal 100mg/ml dan lain- lain), dan lain-lain;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan antibiotic long acting broad spectrum.

6. Analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Obat hewan yang memiliki indikasi analgesik/antipiretik/antiinflamasi/antihistamin dan/atau lebih dari satu indikasi tersebut, seperti dipyron, diphenhydramine, meloxicam, flunixin, dan lain-lain;
• Memiliki nomor Pendaftaran Obat Hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antihistamin.

7. Penguat otot (ATP)
• Bentuk sediaan cairan injeksi;
• Komposisi mempunyai indikasi penguat otot, seperti bio ATP (bio ATP dan kombinasinya), biophosphan, atau senyawa sejenis yang terdaftar di obat hewan;
• Memiliki nomor pendaftaran obat hewan yang masih berlaku; dan
• Terdapat leaflet tentang petunjuk penggunaan penguat otot (ATP).

Bantuan tersebut dikumpulkan mulai 27 Desember 2024 melalui ASOHI Daerah terkait dan untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi ASOHI Pusat: Koordinator ASOHI Pusat, Rezki Eko Nugroho (+62 812-9776-5559). (INF)

ASOHI SELENGGARAKAN SEMINAR AMR

Seminar AMR yang digelar ASOHI di Menara 165. (Foto: Dok. Infovet)

"Rencana Kebijakan Pemerintah Terkait Penggunaan Antimikroba di Industri Peternakan" menjadi tema dalam seminar antimicrobial resistance (AMR) yang diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) di Menara 165, Jakarta, Selasa (22/10/2024).

"Hari ini kita dapat berkumpul mengikut seminar Rencana Kebijakan Pemerintah Terkait Penggunaan Antimikroba di Industri Peternakan. Kita lihat obat hewan terutama antimikroba cukup banyak digunakan di peternakan terkait hasil produksi ternak untuk konsumsi, dengan harapan pelaku obat hewan bisa menyediakan produk antimikroba yang aman digunakan dan mengikuti aturan yang berlaku sehingga saat produk peternakan dikonsumsi manusia itu aman," ujar Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

Penggunaan antimikroba yang berlebihan dan tanpa pengawasan dinilai telah memicu risiko munculnya AMR. Resistansi antimikroba pun sudah menjadi isu global dan dibicarakan di berbagai belahan dunia, karena dampak yang ditimbulkannya sangat besar.

"Banyak kasus yang terjadi, salah satunya ketika pasien sudah minum antibiotik berkali-kali lipat atau dengan mengonsumsi obat keras namun masih tidak sembuh, bahkan berakhir kematian," jelasnya.

Begitupun di industri peternakan, dahulu sebelum Indonesia menerapkan pelarangan penggunaan antibiotik sebagai growth promoter (AGP) masih bebas digunakan dan cenderung berlebihan dalam penggunaannya, bahkan tanpa resep. Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah agar penggunaan antibiotik tidak lagi digunakan secara bebas di peternakan, namun harus dengan resep dokter hewan.

"Kalau dahulu antibiotik masih bebas digunakan sebagai AGP atau pemacu pertumbuhan. Namun dengan dijalankannya program pengendalian AMR ini pemerintah mulai mengkaji pelarangan penggunaan antibiotik sebagai AGP pada 2018, obat hewan yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dilarang digunakan di peternakan yang produknya dikonsumsi oleh manusia," ungkap Irawati.

Walau dalam pelaksanaanya belum berjalan dengan baik, ASOHI bersama para stakeholder dan asosiasi terkait pun menginisiasi pertemuan dengan pemerintah agar implementasi dari aturan AMR berjalan sesuai yang diharapkan. Hingga pada akhirnya terbit keputusan pemerintah tentang petunjuk penggunaan obat hewan dalam pakan dan peternakan melalui resep dokter hewan untuk kebutuhan terapi.

"Alhamdulillah sampai sekarang walau masih perlu perbaikan kita sudah berupaya menjalankan sesuai aturan yang berlaku. Semoga dari seminar ini kita dapat menambah wawasan untuk menghasilkan produk ternak yang aman dan sehat dikonsumsi manusia sehingga terhindar dari AMR," pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, turut menghadirkan pembicara di antaranya Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Fakultas Farmasi UI Prof Amarila Malik, Senior Director of Government Engagement Fleming Fund Country Grant to Indonesia Dr Emil Agustiono, dan Ketua Tim Kerja Pengawasan Peredaran Obat Hewan Kelompok Substansi Pengawasan Obat Hewan Ditkeswan Drh Mario Lintang Pratama mewakili Direktur Kesehatan Hewan.

Adanya pelarangan beberapa penggunaan antimikroba sudah melalui beberapa tinjauan. Dijelaskan Mario Lintang bahwa tinjauan dari WHO salah satunya untuk golongan flouroquinolon diimbau untuk tidak digunakan karena berpotensi meningkatkan AMR.

"Tinjauan dari WHO ada beberapa kriteria sampai akhirnya diputuskan imbauan untuk tidak menggunakan golongan flouroquinolon, sebenarnya  sebagai bentuk peringatan. Mengikuti kesuksesan pelarangan colistin, pelarangan ini menjadi tinjauan yang sangat penting," katanya.

Kendati demikian, ada beberapa produk alternatif yang bisa digunakan. Seperti saat AGP dilarang, ada beberapa produk seperti accidifier, probiotik, dan lain sebagainya yang bisa digunakan.

"Walau belum sama seperti saat AGP digunakan, penggunaan alternatif dan perbaikan dalam pemeliharaan salah satunya dengan biosekuriti mampu memberikan hasil yang baik," tukasnya. (RBS)

KEMENTAN DAN SWASTA MENYATUKAN KOMITMEN PERANGI AMR

Lokakarya Kementan Dengan Swasta, Membahas AMR
(Foto : Istimewa)


Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor kesehatan hewan dalam mencapai kesehatan masyarakat dengan tetap memastikan produktivitas perunggasan yang berkelanjutan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) serta dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), menginisiasi lokakarya penting tentang pendekatan Keterlibatan Sektor Swasta/Private Sector Engagement (PSE) dalam pengendalian resistensi antimikroba.

Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Trembesi BSD, Tangerang Selatan (19/08). Dalam lokakarya tersebut dipertemukanlah pemangku kepentingan utama dari sektor pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha perunggasan untuk membahas penyusunan indikator pengendalian AMR di sektor kesehatan hewan melalui penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab dalam peternakan unggas.

Acara ini juga sebagai ajang inisiatif untuk mensinergikan arah kebijakan nasional jelang pemerintahan baru dan dalam rangka menyiapkan rencana aksi nasional Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian AMR periode 2025-2029, dengan fokus pada pengurangan penggunaan antibiotik di peternakan unggas yang akan berdampak pada kesehatan masyarakat.

Lokakarya ini memberikan ruang bagi sektor swasta untuk berkontribusi pada pengembangan regulasi dan kebijakan, yang kemudian menghasilkan komitmen signifikan dari sektor swasta yaitu menyetujui penyelarasan indikator target untuk RAN AMR 2025-2029 serta bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan strategi bersama guna menangani ancaman global "pandemi senyap" yang mendesak akibat AMR.

Komitmen tersebut meliputi dukungan terhadap larangan bertahap penggunaan antibiotik sebagai langkah pencegahan dalam peternakan unggas untuk mengatasi AMR dan mempromosikan praktik peternakan yang berkelanjutan. Selain itu, pertemuan ini juga membahas potensi implikasi dalam menyikapi dinamika perubahan arah kebijakan, memastikan pemerintah dan sektor swasta dapat selalu bersinergi membangun peternakan unggas yang lebih baik dan menjadikan Indonesia teladan bagi negara lain dalam pengendalian AMR bersama.

Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Imron Suandy, menyoroti pentingnya kesehatan hewan dalam kerangka kesehatan untuk semua, sehingga secara nyata berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih sehat.

“Program Penatagunaan Antimikroba yang sukses memerlukan kepemimpinan dan dedikasi yang kuat dari pemerintah dan sektor swasta. Di Indonesia, keterlibatan sektor swasta dalam industri unggas sangat besar, dengan banyak perusahaan aktif di berbagai tahapan rantai nilai unggas. Hari ini menandai awal upaya kolaboratif kami untuk bertindak bersama membangun bangsa, dan kita selalu dijadikan inspirasi bagi negara lain dalam pengendalian AMR di tingkat regional, langkah peran serta sektor usaha bersama dengan pemerintah ini tentu akan menjadi pendekatan yang akan kita bagun bersama ke depannya” kata Imron.

Sejak 2017, Indonesia telah menerapkan Rencana Aksi Nasional untuk Pengendalian Resistensi Antimikroba, yang disahkan melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 7/2021. Rencana ini menekankan pentingnya melibatkan semua pemangku kepentingan utama untuk mencapai target pengendalian AMR, dengan PSE memainkan peran penting dalam mendorong kolaborasi efektif untuk mencapai tujuan kesehatan penting ini.

Country Team Leader FAO ECTAD, Luuk Schoonman, menekankan pentingnya kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta unggas untuk inisiatif ini. 

“Integrasi komitmen ini ke dalam Rencana Aksi Nasional menunjukkan dedikasi kita untuk meningkatkan praktik baik peternakan dan melindungi kesehatan masyarakat. Dukungan penuh FAO akan terus berlanjut sampai kita mencapai perbaikan yang substansial dan berkelanjutan,” kata Schoonman.

Team poultry health JAPFA Breeding Division, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Dalmi Triyono mengatakan bahwa dirinya mendukung strategi pemerintah untuk pengendalian AMR dengan mempromosikan penggunaan antibiotik yang tepat dan bertanggung jawab, dengan mengurangi penggunaan antibiotik untuk pencegahan pada peternakan unggas. 

"Komitmen kami lebih dari sekedar kepatuhan, memastikan praktik kesehatan unggas kami memenuhi standar tinggi dan keberlanjutan. Dengan menerapkan biosekuriti dan manajemen pemeliharaan yang tepat dan berkelanjutan, kami memastikan ternak sehat, produktif dan aman dikonsumsi," tuturnya.

Surveillance Analyst Assistant Manager, PT Medion Farma Jaya, Gian Pertela juga mengutarakan hal serupa dimana Medion juga mendukung setiap rencana pemerintah terkait penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional untuk kesehatan hewan. 

"Komitmen kami terhadap inisiatif ini mencerminkan dukungan terhadap kebijakan kesehatan yang bertanggung jawab dan dedikasi kami untuk berkontribusi pada upaya global melawan resistensi antimikroba, menjaga kesehatan hewan dan manusia, serta memastikan keberlanjutan industri peternakan di masa depan," kata dia.

Setelah lokakarya, sektor swasta, bekerja sama dengan pemerintah, akan menyusun indikator outcome dan output sebagai target untuk program intervensi. Program-program ini akan fokus pada peningkatan deteksi AMR melalui perbaikan sistem monitoring, pengujian laboratorium, dan data sharing, serta meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan Penatagunaan Antimikroba (PGA) melalui pembangunan kapasitas, meningkatkan kesadaran, dan memperkuat komitmen di kedua sektor. Acara ini melanjutkan pertemuan sebelumnya yang diadakan pada 15 Agustus 2024, yang memperkenalkan pentingnya Keterlibatan Sektor Swasta (PSE) dalam pengendalian AMR dan menetapkan indikator target untuk RAN AMR 2025-2029. (CR)

GEBRAKAN AFFAVETI: SINERGISME DOKTER HEWAN DAN APOTEKER DI BIDANG OBAT HEWAN

Seminar sinergisme dokter hewan dan apoteker di bidang obat hewan. (Foto: Dok. Infovet)

Diawali pelantikan pengurus AFFAVETI periode 2024-2029, seminar Gebrakan AFFAVETI "Sinergisme Dokter Hewan dan Apoteker di Bidang Obat Hewan" digelar di Gedung Start Up Center IPB Taman Kencana, Sabtu (24/8/2024).

Sesuai tema yang diangkat, Ketua AFFAVETI, Drh Ni Made Ria Isriyanthi, mengatakan bahwa sinergisme ini menjadi suatu ajang ilmiah untuk bisa berbagi pengetahuan terkait farmasi veteriner ke depan.

"Ini menjadi suatu ajang ilmiah bagaimana kita bisa sharing ke depannya antara dokter hewan dan apoteker," katanya.

Seminar yang dipandu oleh Wakil Ketua I AFFAVETI, Dr Drh Andriyanto MSi, menghadirkan pembicara di antaranya Dr Apt Nunung Yuniarti SF MSi (Fakultas Farmasi, Apotek Veteriner UGM), Drh M. Munawaroh (Ketua PDHI), dan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD.

"Dengan beragam isu yang ada seperti AMR, medicated feed, kemudian adanya cara pembuatan obat hewan yang baik, dan cara distribusi obat hewan yang baik, sehingga memunculkan peran sinergisme antara apoteker dan dokter hewan," ujar Nunung Yuniarti.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa apotek veteriner memiliki peran utama, yakni menjamin ketersediaan obat hewan, menjamin penggunaan obat hewan yang benar dan aman, menjamin distribusi obat hewan yang benar dan aman, serta menyediakan kebutuhan terapi veteriner meliputi pelayanan resep veteriner, alat kesehatan, dan sarana penunjang lainnya.

Pada kegiatan tersebut juga ditampilkan pleno pembukaan Prodi Farmasi Veteriner SKHB IPB yang disampaikan oleh Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, Dr Drh Amrozi, yang mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak di antaranya pemerintah, asosiasi, perusahaan, dan lain sebagainya. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer