-->

ASOHI SELENGGARAKAN SEMINAR AMR

Seminar AMR yang digelar ASOHI di Menara 165. (Foto: Dok. Infovet)

"Rencana Kebijakan Pemerintah Terkait Penggunaan Antimikroba di Industri Peternakan" menjadi tema dalam seminar antimicrobial resistance (AMR) yang diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) di Menara 165, Jakarta, Selasa (22/10/2024).

"Hari ini kita dapat berkumpul mengikut seminar Rencana Kebijakan Pemerintah Terkait Penggunaan Antimikroba di Industri Peternakan. Kita lihat obat hewan terutama antimikroba cukup banyak digunakan di peternakan terkait hasil produksi ternak untuk konsumsi, dengan harapan pelaku obat hewan bisa menyediakan produk antimikroba yang aman digunakan dan mengikuti aturan yang berlaku sehingga saat produk peternakan dikonsumsi manusia itu aman," ujar Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

Penggunaan antimikroba yang berlebihan dan tanpa pengawasan dinilai telah memicu risiko munculnya AMR. Resistansi antimikroba pun sudah menjadi isu global dan dibicarakan di berbagai belahan dunia, karena dampak yang ditimbulkannya sangat besar.

"Banyak kasus yang terjadi, salah satunya ketika pasien sudah minum antibiotik berkali-kali lipat atau dengan mengonsumsi obat keras namun masih tidak sembuh, bahkan berakhir kematian," jelasnya.

Begitupun di industri peternakan, dahulu sebelum Indonesia menerapkan pelarangan penggunaan antibiotik sebagai growth promoter (AGP) masih bebas digunakan dan cenderung berlebihan dalam penggunaannya, bahkan tanpa resep. Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah agar penggunaan antibiotik tidak lagi digunakan secara bebas di peternakan, namun harus dengan resep dokter hewan.

"Kalau dahulu antibiotik masih bebas digunakan sebagai AGP atau pemacu pertumbuhan. Namun dengan dijalankannya program pengendalian AMR ini pemerintah mulai mengkaji pelarangan penggunaan antibiotik sebagai AGP pada 2018, obat hewan yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dilarang digunakan di peternakan yang produknya dikonsumsi oleh manusia," ungkap Irawati.

Walau dalam pelaksanaanya belum berjalan dengan baik, ASOHI bersama para stakeholder dan asosiasi terkait pun menginisiasi pertemuan dengan pemerintah agar implementasi dari aturan AMR berjalan sesuai yang diharapkan. Hingga pada akhirnya terbit keputusan pemerintah tentang petunjuk penggunaan obat hewan dalam pakan dan peternakan melalui resep dokter hewan untuk kebutuhan terapi.

"Alhamdulillah sampai sekarang walau masih perlu perbaikan kita sudah berupaya menjalankan sesuai aturan yang berlaku. Semoga dari seminar ini kita dapat menambah wawasan untuk menghasilkan produk ternak yang aman dan sehat dikonsumsi manusia sehingga terhindar dari AMR," pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, turut menghadirkan pembicara di antaranya Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Fakultas Farmasi UI Prof Amarila Malik, Senior Director of Government Engagement Fleming Fund Country Grant to Indonesia Dr Emil Agustiono, dan Ketua Tim Kerja Pengawasan Peredaran Obat Hewan Kelompok Substansi Pengawasan Obat Hewan Ditkeswan Drh Mario Lintang Pratama mewakili Direktur Kesehatan Hewan.

Adanya pelarangan beberapa penggunaan antimikroba sudah melalui beberapa tinjauan. Dijelaskan Mario Lintang bahwa tinjauan dari WHO salah satunya untuk golongan flouroquinolon diimbau untuk tidak digunakan karena berpotensi meningkatkan AMR.

"Tinjauan dari WHO ada beberapa kriteria sampai akhirnya diputuskan imbauan untuk tidak menggunakan golongan flouroquinolon, sebenarnya  sebagai bentuk peringatan. Mengikuti kesuksesan pelarangan colistin, pelarangan ini menjadi tinjauan yang sangat penting," katanya.

Kendati demikian, ada beberapa produk alternatif yang bisa digunakan. Seperti saat AGP dilarang, ada beberapa produk seperti accidifier, probiotik, dan lain sebagainya yang bisa digunakan.

"Walau belum sama seperti saat AGP digunakan, penggunaan alternatif dan perbaikan dalam pemeliharaan salah satunya dengan biosekuriti mampu memberikan hasil yang baik," tukasnya. (RBS)

KEMENTAN DAN SWASTA MENYATUKAN KOMITMEN PERANGI AMR

Lokakarya Kementan Dengan Swasta, Membahas AMR
(Foto : Istimewa)


Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor kesehatan hewan dalam mencapai kesehatan masyarakat dengan tetap memastikan produktivitas perunggasan yang berkelanjutan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) serta dukungan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), menginisiasi lokakarya penting tentang pendekatan Keterlibatan Sektor Swasta/Private Sector Engagement (PSE) dalam pengendalian resistensi antimikroba.

Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Trembesi BSD, Tangerang Selatan (19/08). Dalam lokakarya tersebut dipertemukanlah pemangku kepentingan utama dari sektor pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha perunggasan untuk membahas penyusunan indikator pengendalian AMR di sektor kesehatan hewan melalui penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab dalam peternakan unggas.

Acara ini juga sebagai ajang inisiatif untuk mensinergikan arah kebijakan nasional jelang pemerintahan baru dan dalam rangka menyiapkan rencana aksi nasional Rencana Aksi Nasional (RAN) pengendalian AMR periode 2025-2029, dengan fokus pada pengurangan penggunaan antibiotik di peternakan unggas yang akan berdampak pada kesehatan masyarakat.

Lokakarya ini memberikan ruang bagi sektor swasta untuk berkontribusi pada pengembangan regulasi dan kebijakan, yang kemudian menghasilkan komitmen signifikan dari sektor swasta yaitu menyetujui penyelarasan indikator target untuk RAN AMR 2025-2029 serta bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan strategi bersama guna menangani ancaman global "pandemi senyap" yang mendesak akibat AMR.

Komitmen tersebut meliputi dukungan terhadap larangan bertahap penggunaan antibiotik sebagai langkah pencegahan dalam peternakan unggas untuk mengatasi AMR dan mempromosikan praktik peternakan yang berkelanjutan. Selain itu, pertemuan ini juga membahas potensi implikasi dalam menyikapi dinamika perubahan arah kebijakan, memastikan pemerintah dan sektor swasta dapat selalu bersinergi membangun peternakan unggas yang lebih baik dan menjadikan Indonesia teladan bagi negara lain dalam pengendalian AMR bersama.

Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Imron Suandy, menyoroti pentingnya kesehatan hewan dalam kerangka kesehatan untuk semua, sehingga secara nyata berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih sehat.

“Program Penatagunaan Antimikroba yang sukses memerlukan kepemimpinan dan dedikasi yang kuat dari pemerintah dan sektor swasta. Di Indonesia, keterlibatan sektor swasta dalam industri unggas sangat besar, dengan banyak perusahaan aktif di berbagai tahapan rantai nilai unggas. Hari ini menandai awal upaya kolaboratif kami untuk bertindak bersama membangun bangsa, dan kita selalu dijadikan inspirasi bagi negara lain dalam pengendalian AMR di tingkat regional, langkah peran serta sektor usaha bersama dengan pemerintah ini tentu akan menjadi pendekatan yang akan kita bagun bersama ke depannya” kata Imron.

Sejak 2017, Indonesia telah menerapkan Rencana Aksi Nasional untuk Pengendalian Resistensi Antimikroba, yang disahkan melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 7/2021. Rencana ini menekankan pentingnya melibatkan semua pemangku kepentingan utama untuk mencapai target pengendalian AMR, dengan PSE memainkan peran penting dalam mendorong kolaborasi efektif untuk mencapai tujuan kesehatan penting ini.

Country Team Leader FAO ECTAD, Luuk Schoonman, menekankan pentingnya kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta unggas untuk inisiatif ini. 

“Integrasi komitmen ini ke dalam Rencana Aksi Nasional menunjukkan dedikasi kita untuk meningkatkan praktik baik peternakan dan melindungi kesehatan masyarakat. Dukungan penuh FAO akan terus berlanjut sampai kita mencapai perbaikan yang substansial dan berkelanjutan,” kata Schoonman.

Team poultry health JAPFA Breeding Division, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Dalmi Triyono mengatakan bahwa dirinya mendukung strategi pemerintah untuk pengendalian AMR dengan mempromosikan penggunaan antibiotik yang tepat dan bertanggung jawab, dengan mengurangi penggunaan antibiotik untuk pencegahan pada peternakan unggas. 

"Komitmen kami lebih dari sekedar kepatuhan, memastikan praktik kesehatan unggas kami memenuhi standar tinggi dan keberlanjutan. Dengan menerapkan biosekuriti dan manajemen pemeliharaan yang tepat dan berkelanjutan, kami memastikan ternak sehat, produktif dan aman dikonsumsi," tuturnya.

Surveillance Analyst Assistant Manager, PT Medion Farma Jaya, Gian Pertela juga mengutarakan hal serupa dimana Medion juga mendukung setiap rencana pemerintah terkait penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional untuk kesehatan hewan. 

"Komitmen kami terhadap inisiatif ini mencerminkan dukungan terhadap kebijakan kesehatan yang bertanggung jawab dan dedikasi kami untuk berkontribusi pada upaya global melawan resistensi antimikroba, menjaga kesehatan hewan dan manusia, serta memastikan keberlanjutan industri peternakan di masa depan," kata dia.

Setelah lokakarya, sektor swasta, bekerja sama dengan pemerintah, akan menyusun indikator outcome dan output sebagai target untuk program intervensi. Program-program ini akan fokus pada peningkatan deteksi AMR melalui perbaikan sistem monitoring, pengujian laboratorium, dan data sharing, serta meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan Penatagunaan Antimikroba (PGA) melalui pembangunan kapasitas, meningkatkan kesadaran, dan memperkuat komitmen di kedua sektor. Acara ini melanjutkan pertemuan sebelumnya yang diadakan pada 15 Agustus 2024, yang memperkenalkan pentingnya Keterlibatan Sektor Swasta (PSE) dalam pengendalian AMR dan menetapkan indikator target untuk RAN AMR 2025-2029. (CR)

GEBRAKAN AFFAVETI: SINERGISME DOKTER HEWAN DAN APOTEKER DI BIDANG OBAT HEWAN

Seminar sinergisme dokter hewan dan apoteker di bidang obat hewan. (Foto: Dok. Infovet)

Diawali pelantikan pengurus AFFAVETI periode 2024-2029, seminar Gebrakan AFFAVETI "Sinergisme Dokter Hewan dan Apoteker di Bidang Obat Hewan" digelar di Gedung Start Up Center IPB Taman Kencana, Sabtu (24/8/2024).

Sesuai tema yang diangkat, Ketua AFFAVETI, Drh Ni Made Ria Isriyanthi, mengatakan bahwa sinergisme ini menjadi suatu ajang ilmiah untuk bisa berbagi pengetahuan terkait farmasi veteriner ke depan.

"Ini menjadi suatu ajang ilmiah bagaimana kita bisa sharing ke depannya antara dokter hewan dan apoteker," katanya.

Seminar yang dipandu oleh Wakil Ketua I AFFAVETI, Dr Drh Andriyanto MSi, menghadirkan pembicara di antaranya Dr Apt Nunung Yuniarti SF MSi (Fakultas Farmasi, Apotek Veteriner UGM), Drh M. Munawaroh (Ketua PDHI), dan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD.

"Dengan beragam isu yang ada seperti AMR, medicated feed, kemudian adanya cara pembuatan obat hewan yang baik, dan cara distribusi obat hewan yang baik, sehingga memunculkan peran sinergisme antara apoteker dan dokter hewan," ujar Nunung Yuniarti.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa apotek veteriner memiliki peran utama, yakni menjamin ketersediaan obat hewan, menjamin penggunaan obat hewan yang benar dan aman, menjamin distribusi obat hewan yang benar dan aman, serta menyediakan kebutuhan terapi veteriner meliputi pelayanan resep veteriner, alat kesehatan, dan sarana penunjang lainnya.

Pada kegiatan tersebut juga ditampilkan pleno pembukaan Prodi Farmasi Veteriner SKHB IPB yang disampaikan oleh Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, Dr Drh Amrozi, yang mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak di antaranya pemerintah, asosiasi, perusahaan, dan lain sebagainya. (RBS)

SUGUHAN TERBAIK DARI MENSANA DAN SANBIO DI INDO LIVESTOCK 2024

Mensana dan Sanbio, Tampil Maksimal di Indo Livestock 2024
(Foto : RBS)


Ajang Indo Livestock 2024 yang berlangsung pada 17-19 Juli lalu di Jakarta Convention Center juga menjadi ajang unjuk gigi bagi produsen obat hewan lokal yakni PT Mensana Aneka Satwa dan PT Sanbio Laboratories. Dengan bangga mereka membuktikan eksistensinya di industri obat-obatan dan vaksin  dengan berpartisipasi dan menampilkan berbagai produknya di pameran Indo Livestock 2024.

Konsep yang mereka usung yakni meningkatkan pelayanan para customer di seluruh Indonesia, tidak hanya di bidang perunggasan, tetapi juga semua jenis ternak. Dengan semangat tersebut , Mensana  dan Sanbio  menyambut hangat customer dan pengunjung yang hadir dalam perhelatan Indo Livestock 2024. 

Penetrasi Produk Baru

Ragam Produk Unggulan Mensana 
(Foto : CR)

Selain memamerkan produk - produk andalannya yang berupa obat hewan, imbuhan pakan, premix, dan vaksin, Mensana juga sedang melakukan penetrasi produk baru. Hal tersebut dikemukakan oleh  Drh Sri Murwati selaku Head Regesitration Officer Mensana ketika ditemui di Boothnya. 

"Saat ini Kami semakin variatif dan inovatif dalam hal produk baru. Kini seiring bangkitnya sektor peternakan setelah Covid, kami juga harus mengikuti ritmenya. Misalnya saja kini kami mulai banyak produk - produk injeksi untuk hewan kesayangan dan berbagai jenis hewan ternak besar," tutur dia. 

Ia melanjutkan, Mensana dan Sanbio juga turut melakukan "jemput bola" yakni meminta feedback dari customer akan produk yang mereka butuhkan, spesifikasinya yang seperti apa, dan digunakan untuk hewan apa. 

"Langkah ini tentu saja sangat berimbas positif, kami jadi dapat menyesuaikan kebutuhan customer kami, dan tentu saja spesifikasi yang kami berikan untuk produk kami tanpa mengurangi kwalitasnya," papar Murwati.

Selain itu, Mensana dan Sanbio dalam Indo Livestock 2024 juga mengaku sudah didatangi oleh calon distributor dari Mesir dan Vietnam. Mereka menunjukkan ketertarikan yang besar pada produk - produk Mensana dan Sanbio agar dapat masuk ke negaranya.

"Yang dari Mesir sudah tertarik dengan vaksin terutama gumboro, untuk pasar Asia seperti Vietnam, dan negara ASEAN lain mereka sangat tertarik dengan produk - produk injeksi kita, tentunya ini menjadi peluang yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin," tegas Murwati.

Seminar Teknis Nan Edukatif

Suasana Booth Mensana dan Sanbio, Ramai Dikunjugi
(Foto : CR)

Tidak lupa juga dalam Indo Livestock 2024 Mensana dan Sanbio menggelar dua seminar teknis. Satu diantaranya yakni mengenai penyakit gumboro dimana penyakit tersebut masih menjadi momok bagi peternak di Indonesia bahkan di seluruh dunia. 

Dalam seminar tersebut Prof I Nyoman Mantik Astawa selaku narasumber memaparkan seluk beluk dari A sampai Z mengenai penyakit Gumboro serta kerugian yang diderita. Menurutnya satu - satunya jalan adalah melakukan pencegahan dengan vaksinasi.

Vaksin milik Sanbio sendiri yakni Sanavac Gumbovar telah teruji dan terbukti dapat mencegah Gumboro. Berdasarkan data, Sanavac Gumbovar memberikan perlindungan maksimal terhadap Gumboro, mencegah efek imunosuprsesif, serta menunjukkan titer antibodi dengan proteksi yang tinggi. Selain itu, tidak ada efek negatif berupa penurunan bobot badan atau efek lainnya yang merugikan pada ayam. 

Seminar kedua yakni mengenai Coryza, yang bertindak sebagai narasumber adalah Prof Michael Haryadi Wibowo. Sebagaimana diketahui bersama, Coryza juga masih menjadi langganan penyakit yang kerap mampir di peternakan, oleh karenanya dibutuhkan trik khusus dalam mengendalikannya. 

Prof Michael selain menjelaskan secara seksama mengenai penyakit Coryza juga membeberkan beberapa tips untuk mencegahnya. Selain menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik serta biosekuriti yang ketat, vaksinasi juga menjadi kunci menekan penyebaran Coryza. 

Salah Satu Booth Terbaik di Indo Livestock 2024

Dalam keikutsertaannya di Indo Livestock 2024 kali ini, Mensana dan Sanbio mendapatkan penghargaan dari penyelenggaran berupa 2nd Best Stand performance. Pencapaian itu merupakan salah satu prestisi tersendiri Bagi Mensana dan Sanbio. 

Steffi Ong selaku Chief Executive Officer Sanbio Laboratories menyatakan rasa bangga dan senangnya atas pencapaian tersebut. Ia menilai bahwa apa yang telah dilakukan oleh segenap timnya merupakan cerminan dari etos kerja dan pelayanan yang juga diberikan kepada customer

"Terima kasih sudah memberikan award ini kepada kami, yang terpenting adalah di dalam maupun di luar pameran, Mensana dan Sanbio akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk customer. Mulai dari produk, kualitas, serta pelayanan, kami akan selalu berusaha maksimal," tutur dia.

Ketika ditanya mengenai prospek bisnis obat hewan Steffi sendiri menyatakan optimismenya bahwa kedepannya bisnis obat hewan akan bangkit seiring dengan bangkitnya industri peternakan pasca Covid-19. 

"Kami optimis bukan tanpa dasar, banyak yang bertanya mengenai produk kami dan bahkan order dari dalam maupun luar negeri, bahkan sudah ada yang jelas - jelas menunjukkan ketertarikannya. Oleh karenanya kami akan tetap berada di jalur kami, memberikan yang terbaik untuk semuanya," Ucap Steffi (CR)




PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXVI DIGELAR HYBRID DI SURABAYA

Pelatihan PJTOH angkatan XXVI hari pertama dan kedua yang berlangsung di Surabaya. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PPJTOH) kembali digelar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk angkatan XXVI, dilaksanakan pada 21-22 Mei 2024, di Surabaya secara hybrid diikuti sekitar 90-an peserta.

“Mengingat pentingnya tugas dan tanggung jawab PJTOH, maka ASOHI hampir setiap tahun mengadakan pelatihan ini. Sejak berlakunya pelarangan penggunaan AGP sejak 2018, kesadaran para dokter hewan dan apoteker terhadap pentingnya pelatihan ini semakin meningkat. Semoga dengan kesadaran ini implementasi peraturan bidang obat hewan semakin baik,” ujar Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari.

Pada hari pertama pelatihan menampilkan pembicara Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Drh Ni Made Ria Isriyanthi yang membahas mengenai regulasi obat hewan, izin usaha, pedoman CPOHB, registrasi, penyediaan, peredaran, dan pengawasan obat hewan, serta tugas dan tanggung jawab PJTOH.

Dijelaskan oleh Ria, tugas dan tanggung jawab PJTOH yakni untuk menjaga mutu, khasiat, dan keamanan obat hewan wajib menempatkan dokter hewan dan/atau apoteker sebagai penanggung jawab teknis pada perusahaan obat hewan.

Di antaranya dengan memberikan informasi peraturan perundangan obat hewan kepada direktur perusahaan; memberikan saran dan pertimbangan teknis obat yang berhubungan dengan farmakodinamik, farmokinetik, farmakoterapi, toksikologi, serta imunologi; mempersiapkan kelengkapan dokumen izin usaha dan dokumen pendaftaran; menyetujui penyediaan dan peredaran obat hewan sesuai undang-undang atau menolak apabila tidak sesuai peraturan perundangan obat hewan.

“PJTOH harus menolak penyediaan dan peredaran obat hewan ilegal; bertanggung jawab memberikan pertimbangan teknis; laporan tertulis tentang penyediaan dan peredaran obat hewan kepada Ditjen PKH cq Ditkeswan sesuai ketentuan yang berlaku; serta evaluasi terhadap khasiat, keamanan, dan efek samping obat hewan yang telah dipasarkan di lapangan,” jelas Ria.

“Seorang PJTOH bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan produksi, importir/eksportir, apabila ada obat hewan ilegal dan pemalsuan adalah tanggung jawab seorang PJTOH.”

Selain itu, pemaparan dilanjutkan dengan materi dari narasumber Prof Budi Tangendjaja yang mengupas soal feed additive dan feed supplement, kemudian oleh Badan Karantina mengenai kebijakan karantina hewan, dan oleh Drh Widiarto mengenai peran PPNS dalam penanganan obat hewan ilegal.

Peserta PJTOH yang ikut secara daring. 

Sementara pada hari kedua menampilkan Direktur Pakan Ternak, Drh Nur Saptahidhayat yang membahas mengenai isu resistansi antimikroba (AMR), keamanan pakan, pakan terapi (medicated feed), dan PJTOH pakan.

Dijelaskan bahwa pentingnya PJTOH pakan di antaranya mengendalikan obat dalam pakan, sebab pakan merupakan hal krusial dalam budi daya ternak. “Penggunaan antimikroba harus sesuai dosis, sesuai lama pemberian, mengendalikan penjualan pakan terapi, dan mencegah penggunaan antimikroba sebagai growth promoter,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, PJTOH pakan juga ikut mengawasi penyimpangan penggunaan obat hewan, mengawasi distribusi pakan terapi di lapangan, serta menjaga pabrik sesuai standar cara pembuatan pakan yang baik (CPPB). Hal tersebut menurutnya agar penanggung jawab teknis di suatu perusahaan ikut menjamin pakan yang tersebar aman. Adapun pembahasan lain mengenai regulasi pakan terapi, nomor pendaftaran pakan (NPP).

Pembahasan kemudian dilanjutkan oleh Ketua Komisi Obat Hewan, Prof Widya Asmara, tentang obat hewan biologik, farmasetik, dan obat alami. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Ketua Tim Kerja Pelayanan Pengujian Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH), M. Syaefurrosad, mengenai rantan dingin (cold chain), tata cara pengiriman obat hewan yang baik dan prosedur pengiriman sampel ke BBPMSOH.

Bahasan semakin lengkap dengan hadirnya narasumber dari tim CPOHB, Drh Ketut Karuni, yang membawakan materi CPOHB dan tata cara pembuangan limbah obat, dan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Drh M. Munawaroh, mengenai tata cara pengurusan SIPT, kemudian Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Noffendri Roestam, soal tata cara pengurusan SIPA, serta Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari, tentang peran ASOHI dalam pembinaan anggota dan Sekretaris sekaligus anggota Dewan Kode Etik ASOHI, Peter Yan, soal kode etik AOSHI. (RBS)

ASOHI KEMBALI GELAR SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2024

Foto bersama dalam Seminar Nasional ASOHI Outlook Bisnis Peternakan 2024. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sejak 2014, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) konsisten menyelenggarakan Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan. Tahun ini mengangkat tema "Potret Bisnis Peternakan di Tahun Politik" seminar ini diharapkan menjadi referensi penting bagi kalangan pelaku usaha peternakan dalam menyusun rencana dan melakukan evaluasi bisnis.

Tahun politik diperkirakan akan berdampak pada dinamika kebijakan yang turut memengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat termasuk bidang peternakan.

"Tahun depan tantangannya pasti lebih menarik, karena selain situasi global, kita juga menghadapi situasi politik. Akan sangat challenging," kata Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari. "Kita harapkan pemilu bisa berjalan sukses dan perekonomian kita positif. Intinya harapan kita semua tahun depan industri peternakan akan lebih baik."

Harapan senada juga disampaikan oleh Drh Budi Angkasa, yang hadir mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia juga harapkan ekspor dan investasi di bidang peternakan bisa meningkat.

Pembicara pada sesi pertama.

Usai sambutan, seminar sesi pertama langsung diawali pemaparan oleh tiga pembicara pimpinan asosisasi di antaranya Ketua GPPU Achmad Dawami, Ketua GPMT Desianto Budi Utomo, dan Ketua Harian Pinsar Indonesia Edy Wahyudin, yang masing-masing mengulas potret dan prospek bisnis perunggasan dan pakan ternak di tahun depan. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran pembicara tamu pakar ekonomi Dr Aviliani. Hadirnya pembicara tamu yang ahli ekonomi dan berpengalaman diharapkan memberikan informasi penting bagi para peserta.

Pembicara di sesi kedua.

Pada sesi kedua dilanjutkan pemaparan oleh Ketua AMI Sauland Sinaga, Wakil Sekjen DPP HPDKI Nuryanto, Ketua PPSKI Nanang Purus Subendro, dan Ketua ASOHI Irawati Fari, yang masing-masing juga menyampaikan data prospek bisnis tahun depan. (RBS)

PERAN PRODUK MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN PERUSAHAAN OBAT HEWAN DI INDONESIA

Dedy Kusmanagandi (Foto: Istimewa)

Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, apalagi jika menyangkut bisnis, termasuk bisnis pangan dimana perunggasan termasuk di dalamnya. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam bisnis perunggasan dan telah sukses selama 20 tahun bahkan 30 tahun lebih, dapat tumbang hanya dalam dua atau tiga tahun terakhir karena perubahan drastis yang terjadi. Ekosistem bisnis yang berubah telah menyebabkan pasar yang tidak ramah. Kondisi pasca pandemi menyebabkan permintaan menurun, pendapatan berkurang, daya beli jatuh, sehingga menyebabkan harga pasar produk yang dijual terpuruk. Realitas yang terjadi pada harga ayam broiler yang jatuh secara berkepanjangan dan harga telur ayam ras yang berada di bawah biaya produksi yang terjadi sampai dua kuartal, menyebabkan banyak peternakan ayam ras harus gulung tikar.

Tidak mudah menafsirkan peluang dan masa depan bisnis yang berkaitan dengan peternakan ayam ras di Indonesia. Namun, memang konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap protein hewani asal unggas masih terlampau rendah dibanding negara-negara jiran, sehingga permintaan diprediksi akan terus meningkat, sepanjang pertumbuhan ekonomi negara positif dan pemerataan kesejahteraan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah dapat terjaga keseimbangannya. Karena itu, usaha perunggasan akan tetap tumbuh setidaknya dalam peningkatan populasi ternak dan produksi hasil ternak. Oleh sebab itu, perusahaan obat hewan sebagai komponen penting dalam industri perunggasan akan tetap diperlukan.

Kendati begitu, perusahaan obat hewan seperti apa yang mampu sukses dalam “era disrupsi” adalah jawaban penting dari pertanyaan semua CEO dan manajer perusahaan obat hewan di Indonesia. Secara umum ciri-ciri perusahaan yang sukses di abad ke-21 adalah perusahaan yang mampu terus berinovasi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, konsumsi, distribusi, dan berbagai aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak kreatif dan mampu berinovasi akan mengalami kerusakan, bahkan mungkin lenyap tergilas putaran roda zaman. Perusahaan yang tidak mampu mengikuti perubahan, cepat atau lambat akan mengalami penurunan sampai suatu titik dimana perdarahan dalam keuangan perusahaannya tidak memungkinkan lagi untuk beraktivitas.

Product Management 
Salah satu arsitek dan inovator perusahaan obat hewan yang memegang kunci penting adalah sumber daya manusia yang ada dalam gugus “product management”. Pengelola produk atau product management merupakan penentu kebijakan portofolio produk perusahaan mulai dari tahapan riset, perencanaan, produksi, promosi, hingga analisis prospek pemasaran produk, serta monitoring dan evaluasinya. Dalam praktik operasionalnya, pengelolaan produk ini sering bersanding atau berada di bawah koordinasi divisi pemasaran.

Dalam siatuasi pasar dibanjiri produk yang sama, bahkan sama persis komposisi utamanya, seperti yang terjadi saat ini di pasar obat hewan Indonesia yang dikenal dengan istilah “economics of relative plenty”, persaingan antar produsen sangat ketat dan kompetisi sangat tajam, maka peranan product management sangat penting untuk “keluar” dari zona merah buyer market yang sesak dengan perang harga. Kemampuan product manager membawa perusahaan hijrah menuju suasana pasar “blue ocean”, yaitu segmen pasar yang bebas dari “me too product”, dimana konsumen memiliki preferensi untuk memilih produk yang memiliki keunggulan otentik dan estetik. Keunggulan produk ini lahir karena inovasi yang seharusnya dapat di-launching setiap tahun karena ekosistem internal perusahaan memungkinkan. Oleh karena itu, maka produk manajemen harus memiliki beberapa syarat dan kriteria, di antaranya:

Struktur dan Sistem
Struktur organisasi produk manajemen harus memiliki otoritas dan kewenangan yang cukup untuk melakukan kebebasan dalam berkreasi, meneliti, mengamati, memiliki fasilitas, dan anggaran yang memadai untuk mengakses berbagai sumber ilmu pengetahuan maupun teknologi, pusat riset dan inovasi, jurnal sains, ataupun berbagai penerbitan yang relevan dengan industri dan bisnis obat hewan. Jika tidak memiliki tenaga ahli tetap yang mumpuni, maka sangat perlu mengikat expert atau adviser yang terus update mengikuti perkembangan teknologi farmasi veteriner dan kesehatan hewan. Product management juga berfungsi sebagai badan intelijen pemasaran yang melaporkan produk kompetitor, ancaman promosi, kondisi harga, serta tren produk baru, dan pelayanan teknis kesehatan yang memuaskan pelanggan. Oleh karena itu, sistem kerja product management harus memiliki keterpaduan, keserasian, dan harmonisasi dengan gugus pemasaran di lapangan, R&D, serta PPIC (Product Planning and Inventory Control/Perencanaan Produksi dan Kontrol Inventori).

Inovasi 
Inovasi yang merupakan domain manajemen produk adalah menetapkan portofolio produk. Keberagaman produk yang sesuai dengan berbagai kondisi segmen pasar membutuhkan informasi berbasis hasil riset. Sumber daya yang dimiliki perusahaan kemudian harus disandingkan dengan ide, kreativitas, dan metodologi yang tepat. Untuk menghadirkan inovasi yang tepat dan mampu mengantarkan keberhasilkan perusahaan dalam pemasaran produk memang tidak mudah. Berbagai instrumen seperti sumber daya manusia, metodologi, serta proses elaborasi ide dan kreativitas perlu dimaksimalkan. Perlu pemilihan metodologi yang tepat untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan kekuatan internal dan peluang dari situasi eksternal.

Design Thinking
Adalah proses berulang guna memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita. Pada saat yang sama, design thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja, serta kumpulan metode langsung.

Design thinking berfokus pada minat yang tinggi dalam mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan produk atau layanan. Hal ini akan membantu mengamati dan mengembangkan empati dengan target pengguna. Design thinking membantu manajemen dalam proses bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan mempertanyakan keterkaitannya.

Design thinking sangat berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan re-framing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, serta mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototipe dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat sketsa, membuat prototipe, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide. Metode yang lebih akurat dalam design thinking ini dibantu oleh algoritma atau artificial inteligent yang sudah memperoleh input data dan informasi lengkap. Namun demikian, tetap saja yang menentukan keberhasilannya adalah product manager yang expert dalam masalah teknis produk beserta alternatifnya.

Portofolio Produk 
Menghadirkan unsur kebaruan pada produk sangatlah esensial. Unsur kebaruan menjadi karakteristik utama dari sebuah inovasi. Bila perusahaan selalu mampu menghadirkan kebaruan sesuai dengan eranya maka inovasi yang dihadirkan sudah selangkah lebih maju dan berpeluang besar mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, produk manajemen harus peka terhadap era dan life cycle produk dan perubahannya agar bisa menghadirkan inovasi yang berdampak pada segmen yang diraih perusahaan. Manajemen harus memiliki kemauan, kemampuan, dan sumber daya untuk terus berinovasi dalam segala aspek.

Generic Lifecycle 
Produk-produk berbasis sulfa yang memiliki efek samping merugikan sudah mulai ditinggalkan. Demikian juga dengan produk-produk antibiotik yang sudah tidak mampu menaklukan bakteri yang kebal akan punah bahkan dilarang penggunaannya. Nasib yang sama akan dialami pula oleh produk-produk yang tidak sinergis atau antagonis dengan koksidiostat yang diperbolehkan oleh peraturan perundangan terbaru yang diberlakukan. Dengan demikian maka siklus hidup sebuah produk generik selain ditentukan oleh potensi yang dimilikinya juga ditentukan oleh peraturan perundangan yang dinamis berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan berupa efektivitas, efek samping, residu, serta kemanfaatan lain yang disandingkan dengan dampak negatif penggunaannya. Maka dari itu, produk manajemen harus peka dan memonitor situasi ini sebelum terjadi dampak yang merugikan perusahaan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Sejatinya product management adalah divisi ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah perusahaan dan arsitek desain sumber pendapatan perusahaan. Oleh sebab itu, pola pikirnya harus merupakan sinergi antara sains teknologi dan bisnis. Jangan pernah berhenti mencari ilmu, jangan pernah berkeluh kesah dalam menambah pengetahuan. Seluruh fakultas peternakan dan kedokteran hewan di Indonesia telah menjadi Kampus Merdeka dan merdeka belajar bagi siapa saja dan terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah ilmu pengetahuan. Pusat Riset Veteriner, Balai Besar Veteriner, dan Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan sangat mendukung industri obat hewan. Asosiasi profesi farmasi veteriner adalah tempat diskusi yang mengasyikan untuk menghasilkan obat hewan yang hebat. Namun, jangan pernah menghasilkan produk yang hebat tapi tidak terbeli konsumen, jangan pernah membuat produk untuk produksi telur tapi harga per dosisnya lebih mahal dari harga telur, dan yang terpenting jangan pernah membuat obat hewan yang tidak bermanfaat. ***

Ditulis oleh:
Dedy Kusmanagandi
Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI)

SILATURAHMI CEO PERUSAHAAN ANGGOTA ASOHI

“Bersama ASOHI, selalu ada solusi”

Selasa, 16 Mei 2023. Berlangsung di Peony Ballroom Lt 3 Avenzel Hotel & Convention Cibubur, Jawa Barat, “Silaturahmi CEO Perusahaan Obat Hewan Anggota ASOHI” digelar. Acara keakraban ini selain sebagai wahan temu kangen para CEO Perusahaan Obat Hewan karena telah tiga tahun tak bisa bertatap muka sebab Pandemi Covid-19 sekalian berlebaran di akhir bulan Syawal 1444 H.

Sekretaris Jenderal ASOHI Drh Folin Tinora memandu acara silaturahmi dengan “Dialog Interaktif Kaderisasi Pengurus ASOHI.” ‘Bu Olin’ panggilan untuk Sekjen ASOHI ini mengawali acara dengan tayangan screen quotes “Organisasi terbaik adalah yang bisa mengumpulkan para kadernya dan membuat mereka menjadi sosok yang luar biasa dari yang dulunya tidak ada apa-apanya menjadi sosok yang dikagumi dan memiliki karakter”.

Pengalaman berorganisasi di ASOHI khususnya dan tentu dengan bimbingan para senior, menjadikan para pengurus mendapatkan nilai tambah dan karakter generasi penerus yang berani dan profesional. “Dahulu saya paling tidak 'pe-de' jika harus berbicara di depan forum. Menjadi kian terlatih dan cakap karena dalam organisasi ini harus banyak pelayanan dan berhadapan dengan banyak lembaga.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya juga menyampaikan harapan-harapanya agar pengurus bersama-sama dapat: 1) Menjalankan Program kerja sesuai amanah Munas, 2) Berkomitmen meluangkan waktu dan konsisten berorganisasi. 3) Berpartisipasi aktif sesuai peran dan tanggungjawabnya. 4) Efektif dalam komunikasi dan kordinasi. 5) Menjagai integritas dan 6) Mewujudkan kaderisasi.

Kesan dan Pesan

“ASOHI adalah organisasi yang keanggotaanya sangat kuat, maka pentingnya acara ini sebagai wahana komunikasi antar anggota. Khususnya para CEO diharapkan kian memahami keberadaan ASOHI dan mau terlibat aktif di dalamnya.” Ujar Gani Haryanto.

‘Pak Gani’ sapaan Ketua Badan Pengawas ASOHI itu juga menyampaikan catatan, bahwa kepengurusan ASOHI hingga saat ini setidaknya telah berhasil: 1). Membuat asosiasi ini berbadan hukum. 2) Mandiri secara finansial dan memiliki gedung baru. 3). Mampu menyelenggarakan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya serta adanya kaderisasi berkelanjutan.

“ASOHI berdiri dalam rangka kepentingan pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang mewadahi para pengusaha obat hewan. Asosiasi akan mengikat mereka dalam kesatuan dan persatuan pembangunan itu.” Papar DR Drh H. Sofjan Sudardjat, SKH MS. Salah satu dari lima Pendiri ASOHI yang tersisa dan akrab disapa “Prof Sofjan”, dalam kesan dan pesannya kepada hadirin juga menegaskan, bahwa pengusaha (melalui asosiasi-red) adalah mitra pemerintah dalam pengawasan usaha terkait kesehatan hewan.

CEO PT Pimaimas Citra, Drh Agus Surjanata menitipkan pesan, bahwa kaderisasi dalam suatu organisasi perlu konsistensi, walau tidak mudah. Sedangkan Drh. Gowinda Sibit, CEO PT Tekad Mandiri Citra (TMC) mewanti-wanti agar kaderisasi tetap menghargai peran para senior. Kemudian Drh Edy Purwoko, CEO PT Ceva Animal Health Indonesia menambahkan, kaderisasi dalam organisasi pastinya bisa dilakukan walau fakta persaingan usaha diluar tidak terhindarkan.

Ir Teddy Candinergara, Wakil Ketua-1 ASOHI dalam pesannya menekankan pentingnya konsistensi dalam penerapan aturan bisnis obat hewan. “Disinilah kita perlu kolaborasi dalam bisnis yang dibangun bersama dalam organisasi.” Tegasnya. Pernyataan ini didukung oleh Sekjen, Forlin yang menyampaikan bahwa banyaknya persaingan bisnis justru kian membuka lebar peluang kerjasama antar anggota.

Bahwa tidak semua alur bisnis selalu berjalan mulus diakui Drh Rakhmat Nurijanto, MBA. Anggota Dewan Pengawas ASOHI ini menyampaikan beberapa pengalaman melayani angota yang mengalami kendala misalnya terkait ekspor-impor obat hewan. “Dan kami membuat satu tim inti untuk membedah masalah yang sedang dialami anggota. Selanjutnya dengan networking serta banyak hal yang kami kerjakan akhirnya berhasil memecahkan problemanya.” Maka Rakhmat sampai pada suatu kesimpulan manfaat dan pentingnya kebersamaan dalam satu organisasi, “Bersama ASOHI, selalu ada solusi.”

Manfaat dan keterlibatan dalam acara seperti Silaturami ASOHI juga disampaikan Drh Franky Sihotang mewakili PT Hipra Indonesia ketika Infovet meminta tanggapannya, “senang karena berkesempatan bertemu para senior guru-guru saya”. ****(ADV-DS)

LOWONGAN KERJA SALES MANAGER PT NOVINDO AGRITECH HUTAMA

PT Novindo Agritech Hutama adalah perusahaan importir dan distributor produk kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan, membutuhkan calon pegawai yang kompeten, profesional dan berintegritas. Maka bergabunglah dengan tim kami:

NUTRICELL PACIFIC & KIMIA FARMA JALIN KERJA SAMA DI SEKTOR KESEHATAN HEWAN

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama (kiri) dan CEO Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto (kanan), usai penandatanganan nota kesepahaman. (Foto: Dok. Infovet)

PT Nutricell Pacific yang merupakan perusahaan premix dan solusi untuk nutrisi kesehatan hewan menjalin kerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dalam pengembangan sektor kesehatan hewan.

Chief Executive Officer (CEO) Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto, pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Nutricell Pacific dan Kimia Farma, yang dilaksanakan di kantor PT Kimia Farma, Jl. Veteran No. 9 Gambir, Selasa (14/2/2023), mengungkapkan bahwa kerja sama ini terjalin karena Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi terbesar di Indonesia yang banyak mengembangkan produk-produk alami. Mengingat di industri obat hewan saat ini penggunaan antibiotik, khususnya untuk pertumbuhan telah dilarang karena dampak resistensi antimikroba (AMR) yang ditimbulkan.

“Kami di industri obat hewan saat ini tengah berbenah, usaha ke sana itu menjadi concern kami dan kami lihat Kimia Farma banyak mengembangkan produk alami,” ujar Suaedi.

Ia pun berharap dari kerja sama ini kedua belah pihak dapat mengembangkan produk terbaik untuk mendukung sektor kesehatan hewan di Indonesia. “Semoga realisasi ke depan bisa kita lakukan bersama-sama dalam mengembangkan produk yang berguna,” ucapnya.

Sementara Direktur Utama Kimia Farma, David Utama, menyambut baik kerja sama yang dilakukan. Pihaknya akan turut mendorong pengembangan produk di sektor kesehatan hewan. “Saya sangat berharap realisasi dari kerja sama ini dapat menghasilkan produk yang membanggakan. Kami sangat mendukung dan semoga terlaksana dengan baik, ini menjadi halaman baru yang menyegarkan,” ujar David.

Kolaborasi ini juga merupakan wujud optimalisasi end-to-end business yang dimiliki Kimia Farma. “Kami memiliki fasilitas produksi dan 49 jaringan distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga kesepakatan ini akan menjadi langkah awal untuk pengembangan produk kesehatan hewan,” ungkapnya.

Adapun ruang lingkup nota kesepahaman yang terjalin meliputi pengembangan produk dan layanan kesehatan hewan, aktivitas marketing, serta distribusi produk kesehatan hewan termasuk obat-obatan. Hal ini dinilai akan meningkatkan hilirisasi produk kesehatan hewan dan meningkatkan nilai tambah industri.

Foto bersama usai pelaksanaan penandatanganan kerja sama. (Foto: Dok. Infovet)

Pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT Nutricell Inovasi Strategis yang merupakan anak perusahaan Nutricell Pacific dengan PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) sebagai anak perusahaan Kimia Farma, dengan ruang lingkup kerja sama dalam bentuk sinergi produksi bahan baku obat dalam negeri yang dimiliki KFSP.

“Kolaborasi antara KAEF dan Nutricell merupakan dukungan terhadap program pemerintah dalam pengembangan produk dalam negeri, yang akan berdampak pada peningkatan nilai TKDN, di tengah kebutuhan obat hewan yang masih cukup tinggi melalui impor,” pungkas David. (RBS)

ASOHI UNGKAP PENTINGNYA KETERSEDIAAN OBAT HEWAN DI MASA WABAH PMK

Webinar Memperingati HUT BBPMSOH 

Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPSMOH) Gunung Sindur menggelar webinar “Penanggulangan Wabah PMK di Indonesia” yang dilaksanakan dalam rangka memaknai 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dan 37 Tahun BBPMSOH pada Selasa (16/8). Webinar yang digelar secara virtual memanfaatkan fasilitas zoom meeting menghadirkan nara sumber salah satunya Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari.

Webinar dibuka dengan sambutan dan arahan dari Direktur Kesehatan Hewan Dr drh Nuryani Zainuddin . Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Kepala BBPMSOH Drh Maidaswar MSi yang bertajuk “37 Tahun BBPMSOH Membersamai”.

Pembicara kedua Prof Dr drh I Wayan T Wibawan MS membawakan materi berjudul “Pedoman vaksinasi PMK pada ternak dalam upaya penanggulangan dan pengendalian Penyakit PMK di Indonesia”.  Sementara perwakilan dari Bagian Fitofarmaka IPB University memberikan paparan bertajuk, “Penggunaan obat hewan alami sebagai terapi pendukung dalam penanggulangan penyakit virus di Indonesia.”

Pembicara terakhir Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari membawakan materi bertajuk “Peran Penting ASOHI Untuk Penyediaan Obat Hewan Di Masa Wabah PMK.” Dalam paparannya Irawati menekankan selama wabah Penyakit PMK ini ASOHI secara aktif ikut dalam Pertemuan/Rapat dengan Lembaga Pemerintah ; Kementan, Kemenko Ekonomi, Kemenko Maritim dan Investasi dan Badan Nasional Penaggulangan Bencana. ASOHI terdaftar sebagai anggota SATGAS BNPB Pusat & Propinsi.

Berbagai kegiatan ASOHI  diantaranya melakukan koordinasi kegiatan sehubungan dengan peran ASOHI dalam memberikan donasi dalam kondisi kedaruratan dan koordinasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant. Koordinasi dengan ASOHI Daerah dalam penggalangan donasi Obat Hewan dan penyalurannya kepada pemerintah. Memfasilitasi anggota ASOHI dalam percepatan proses dalam mendapatkan rekomendasi impor untuk Obat Hewan PMK.

“Kami menyarankan donasi langsung dari ASOHI Daerah kepada Pemda setempat yang berlangsung sampai sekarang. Koordinasi dengan produsen dan Importir Obat Hewan dalam rangka kesiapan untuk memenuhi kebutuhan Vaksin dan Obat Hewan. Meyelenggarakan Webinar PMK, 29 Juni 2022. Pembentukan Satgas PMK – ASOHI melalui Surat ASOHI bernomor KP 007/ASH/VI/2022. ASOHI berperan aktif dan cepat memberikan informasi ketersediaan stok, jenis vaksin PMK yang tersedia dan informasi lain yang dibutuhkan Pemerintah untuk penanggulangan PMK. Koordinasi rutin dan intens dengan Satgas PMK Kementan,” terang Irawati.

Irawati melanjutkan, hingga saat ini kegiatan donasi penyediaan Obat Hewan supportive dan disinfectant yang dilakukan oleh ASOHI Pusat dan Daerah telah mencakup 14 Provinsi. Diantaranya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Medan, Bangka Belitung (oleh ASOHI Sumsel), Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah (oleh ASOHI Kalsel), NTB (oleh ASOHI Bali), dan Sulawesi Selatan.

Secara total perkiraan nilai total donasi ASOHI dalam rupiah mencapai Rp. 668.585.000 dengan rincian Desinfektan Rp. 390.645.000, Obat Hewan Rp. 196.500.000, Obat Luka Rp. 26.400.000, dan Lain-Lain Rp. 55.040.000.

Irawati juga menuturkan permasalahan obat hewan yang saat ini menjadi tantangan dalam pengendalian wabah PMK. Diantaranya adalah soal data kebutuhan vaksin dan obat hewan. Kemudian juga soal administrasi Rekomendasi impor, Registrasi & Registrasi ulang yang sedikit banyak menghambat akselerasi penyediaan obat hewan untuk PMK. Belum lagi soal penyediaan & distribusi, penggunaan obat hewan yang teregistrasi, isu AMR, dan prosedur penyediaan  via pemerintah (e-catalog).

Irawati juga menjelaskan tentang adanya informasi di medsos dari Pemerintah untuk menggunakan desinfektan berbahan kimia RT (tidak memiliki nomor registrasi). Banyaknya penggunaan desinfektan yang belum terdaftar, seperti pemutih pakaian, asam sitrat, dan lain-lain yang mana itu dilakukan oleh pemerintah sendiri.

“Lambatnya pengambilan keputusan Pemerintah untuk menentukan jenis vaksin import yang disetujui juga menjadi slah satu tantangan dalam akselerasi pengendalian wabah PMK,” ujar Irawati. (INF)

SAH! ASOHI RESMI MILIKI GEDUNG BARU

Foto bersama pada acara peresmian dan syukuran gedung baru ASOHI. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) resmi memiliki gedung baru yang beralamat di Golden Office Durian, Jl. Durian No. 44 C, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Dalam acara peresmian dan syukuran, Kamis (16/6/2022), Ketua Umum ASOHI, Irawati Fari, menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya gedung baru ini dapat terealisasi berkat dukungan semua pihak.

Foto bersama ucapan terima kasih sponsor.

“Terima kasih kepada semua yang telah memberikan kontribusinya sehingga ASOHI bisa mewujudkan gedung baru ini. Antusiasnya sangat tinggi sekali, khususnya untuk anggota dan pengurus inti ASOHI yang sudah bekerja keras,” kata Irawati dalam sambutannya.

Prosesi pemotongan tumpeng.

Ia menambahkan, “Ini adalah rumah ASOHI, milik semua anggota. Jadi siapapun anggota ASOHI yang ingin memanfaatkan fasilitas di gedung baru ini, kami sangat terbuka. Semoga ke depan pelayanan terhadap pengurus akan lebih maksimal dan prima lagi, serta memberikan manfaat dan berkah bagi semua.”

Simbolis pengguntingan pita.

Apresiasi juga turut disampaikan oleh Ketua Badan Pengawas ASOHI, Gani Harijanto. “Saya ucapkan selamat kepada Ketua Umum ASOHI beserta jajaran pengurus yang telah sukses merealisasikan programnya untuk membeli kantor baru ini,” ujar Gani.

Perkembangan ini, lanjut dia, menunjukan ASOHI semakin produktif dan profesional khususnya dalam berkontribusi memajukan peternakan, perikanan dan kesehatan hewan. “ASOHI harus beperan aktif dalam kesehatan hewan. Saya apresiasi sekali kepada anggota yang saat ini fokus membantu pemerintah dalam penanganan PMK. Dan semoga dengan hadirnya kantor baru ini, ASOHI lebih fokus melayani anggota serta semua pengurus bisa meningkatkan kredibilitasnya. Jadikanlah kantor ASOHI ini rumah bagi anggota,” pungkasnya.

Penandatanganan prasasti kantor ASOHI.

Pada kesempatan tersebut juga turut disampaikan ucapan terima kasih kepada para sponsor diantaranya ASOHI Jawa Barat, ASOHI Jawa Tengah, PT Romindo Primavetcom, PT Mensana Aneka Satwa, PT Medion Farma Jaya, PT Behn Meyer Chemicals, PT Novindo Agritech Hutama, PT Pimaimas Citra, PT Ceva Animal Health Indonesia, PT Hipra Indonesia, PT Intervet Indonesia, Phibro Corporation Limited, PT Tekad Mandiri Citra, PT Zoetis Animal Health Indonesia, PT SHS Internasional, PT Pyridam Veteriner, PT Indovetraco Makmur Abadi, PT Trouw Nutrition Indonesia, PT Anitox Internasional Indonesia, PT Wonderindo Pharmatama dan PT Amlan Perdagangan Internasional.

Peninjauan gedung baru ASOHI.

Acara kemudian dilanjutkan dengan doa dan tausiah, yang disambung dengan prosesi pemotongan tumpeng dan simbolis pengguntingan pita, serta penandatanganan prasasti kantor yang diakhiri dengan peninjauan bersama gedung baru ASOHI. (RBS)

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXIII SUKSES DIGELAR VIRTUAL

Pelatihan PJTOH angkatan XXIII dibuka oleh Dirkeswan Dr Drh Nuryani Zainudin MSi, Rabu (23/3). (Foto: Dok. ASOHI)


JAKARTA, 23-24 Maret 2022. Melalui fasilitas zoom meeting, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) angkatan XXIII mengingat situasi pandemi COVID-19 yang belum usai.

Drh Forlin Tinora selaku Ketua Panitia dalam laporannya menyampaikan, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan, ASOHI bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Hewan secara berkesinambungan melaksanakan Pelatihan PJTOH Bersertifikat dimana saat ini sudah mencapai angkatan XXIII.

Adapun materi pelatihan PJTOH secara garis besar tidak berubah, meliputi tiga bagian yaitu materi tentang perundang-undangan, materi kajian teknis (biologik, farmasetik feed additive, feed supplement, obat alami) dan materi tentang pemahaman organisasi dan etika profesi.

“Untuk ini kami menghadirkan pihak-pihak yang kompeten untuk menjadi narasumber yaitu Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Pakan, BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan), Komisi Obat Hewan (KOH), Tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik), PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), Pusat Karantina Hewan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil), Ketua Umum ASOHI, beserta Ketua Bidang Peredaran Obat Hewan-ASOHI,” jelas Forlin.

Ia menambahkan, hingga tahun ini minat dokter hewan dan apoteker untuk mengikuti acara pelatihan PJTOH masih cukup tinggi. Peserta angkatan XXIII mencapai 100 orang dari perusahaan obat hewan dan pakan dari berbagai daerah. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran perusahaan dan para penanggungjawab teknis obat hewan/calon penanggungjawab teknis obat hewan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, dalam sambutannya menjelaskan tugas dari PJTOH. “Yakni memberikan informasi peraturan perundangan bidang obat hewan; memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis obat hewan yang akan diproduksi/diimpor; menolak produksi, penyediaan, peredaran dan repacking obat hewan ilegal; serta menolak peredaran dan repacking obat hewan yang belum mendapat nomor pendaftaran.”

Sementara PJTOH di pabrik pakan, ia menambahkan, memiliki tugas penting menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak dan menyetujui penggunaan bahan baku obat hewan jadi yang dicampur dalam pakan yang memenuhi syarat mutu atau menolak apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan di bidang obat hewan.

“Selain pelatihan PJTOH tingkat dasar ini, ASOHI merencanakan akan menyelenggarakan Pelatihan PJTOH Tingkat Lanjutan (advance). Pelatihan PJTOH tingkat lanjutan akan membahas topik-topik yang lebih mendalam, sehingga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tingkat dasar ini akan terus berkembang dan bermanfaat sesuai perkembangan zaman,” tukasnya.

Pada hari pertama pelatihan, pembicara pertama diisi oleh Direktur Kesehatan Hewan, Dr Drh Nuryani Zainuddin MSi, yang menyampaikan paparan berjudul Sistem Kesehatan Hewan Nasional. Kemudian dilanjutkan paparan dari Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, yang menyampaikan update seputar peraturan terbaru terkait obat hewan.

Pelatihan PJTOH Angkatan XXIII sangat dirasakan manfaatnya oleh peserta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, khususnya dalam menjalankan tugas sebagai penanggung jawab teknis obat hewan. (WK)

ASOHI GELAR WEBINAR PERESEPAN POPULATIF

Webinar ASOHI, lebih tahu peresepan obat hewan dalam populasi


Kamis (10/3) ASOHI menggelar workshop online mengenai perespan populatif secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Dalam sambutannya Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari menyatakan bahwasanya tujuan diadakannya acara tersebut tentunya untuk menambah pengetahuan para dokter hewan terkait meresepkan obat secara populatif, terutama obat keras semisal antimikroba.

"Perlu saya ingatkan juga bahwa dalam Permentan 14 Tahun 2017 tentang klasifikasi obat hewan disebutkan bahwa penggunaan obat keras harus diresepkan oleh dokter hewan dan diawasi oleh dokter hewan. Makanya dokter hewan dan profesi terkait (apoteker) perlu mengetahui dan menjalankan ini," tutur Irawati.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Drh Nuryani Zainuddin mengapresiasi dan mendukung acara yang diadakan oleh ASOHI tersebut. Selain terakit peraturan pemerintah, menurut Nuryani isu AMR yang telah berhembus secara global juga menjadi perhatian pemerintah, itulah mengapa dalam peresepan obat hewan terutama antimikroba harus diperhatikan peresepannya sesuai peraturan perundangan, agar tidak menimbulkan residu pada produk hewan yang dikonsumsi.

"Semoga acara ini bisa terus digelar dan baik dokter hewan maupun apoteker kedepannya semakin berkompeten dalam melakukan peresepan," kata Nuryani.

Sesi pertama dimulai dengan refreshing kembali ilmu reseptir yang dibawakan oleh Muvita Rina Wati Apt. staff pengajar Fakultas Farmasi UGM. Dalam presentasinya peserta diingatkan kembali mengenai cara menulis resep, singkatan - singkatan yang digunakan dalam bahasa latin, serta etika dan kaidah - kaidah peresepan baik pada kedokteran manusia maupun hewan.

Narasumber kedua dalam acara tersebut yakni Dr Nunung Yuniarti Apt. yang juga berasal dari almamater yang sama. Nunung menjelaskan secara mendetail bagaimana menulis peresepan bagi hewan dalam suatu populasi baik pada pakan maupun air minum. 

"Untuk air minum dokter hewan harus tahu jumlah yang dibutuhkan, karena nanti tidak semua air akan terpakai, sehingga sisanya akan menjadi limbah dan tidak bisa dibuang begitu saja. Jadi harus panjang rencananya sampai ke eliminasi sisa airnya," kata Nunung.

Ia juga menjelaskan hal - hal yang perlu diperhatikan apabila dokter hewan meresepkan obat kepada suatu populasi.

"Dalam satu populasi mungkin tidak semua hewan sakit, ada yang sehat juga, nanti efeknya mungkin berbeda, makanya sebaiknya hewan yang sakit dipisahkan sebelum memberikan obat dalam populasi," tutur dia.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan brainstorming terkait perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, regulasi, dan teknis terkait obat hewan serta realita yang terjadi di lapangan. Diharapkan nantinya akan ada tindak lanjut dari pemerintah dari sektor ini karena hal ini tidak hanya menyangkut aspek kesehatan hewan, tetapi juga menyangkut kesehatan manusia, dan lingkungan (CR).



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer