Arus masuk importasi ayam dari
Brasil diprediksi meningkat pasca kekalahan Indonesia atas gugatan Brasil di
Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) World Trade Organization
(WTO). Kendati demikian, PT Malindo Feedmill Tbk mengaku tidak khawatir soal
potensi ancaman tersebut.
Andreas Hendjana selaku Corporate Secretary PT Malindo Feedmill
Tbk Andre menilai arus importasi ayam dari Brasil belum tentu memiliki dampak
yang signifikan bagi produsen ayam dalam negeri.
Menurut Andre, besar atau
tidaknya dampak yang ditimbulkan sangat bergantung dari kemampuan produk-produk
ayam dalam negeri untuk bersaing dengan produk ayam dari Brasil. Kemampuan ini
dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu harga dan kualitas produk.
Untuk harga, Andre menilai bahwa
perbandingan antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor yang berasal
dari Brasil belum bisa diketahui karena belum ada informasi yang jelas soal
berapa harga jual dari produk ayam Brasil pada nantinya.
Lanjut Andre, pihaknya akan
membiarkan skema pasar yang ada untuk menentukan alur persaingan yang ada dari
segi harga.
“Masalah harga nanti akan
tercipta adjust secara otomatis, menyesuaikan saja antara penawaran dan
permintaan,” ujar Andre, Sabtu (9/8).
Sementara itu dari segi kualitas,
Andre menilai bahwa terdapat banyak faktor selain harga yang bisa mempengaruhi
iklim persaingan di antara produk ayam dalam negeri dengan ayam impor dari
Brasil.
“Contohnya masyarakat Indonesia
lebih suka ayam fresh dibanding frozen,” jelas Andre.
Di samping itu, Andre menyataka
PT Malindo Feedmill Tbk akan terus menjaga kualitas produk agar mampu bersaing
di pasaran.
Dengan sejumlah alasan ini, Andre
mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir atas potensi ancaman yang berasal
dari importasi ayam Brasil.
Selain itu, Andre juga menyatakan
PT Malindo Feedmill Tbk yakin bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah
yang diperlukan untuk melindungi industri peternakan lokal.
PT Malindo Feedmill Tbk
sebelumnya telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebanyak 26% secara tahunan
dari sebesar Rp 3,07 triliun di semester I-2018 menjadi Rp 3,87 triliun di
semester I-2019.
Sebagian besar kontribusi dalam
total pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan pakan, yakni sebesar 65,41%.
Selanjutnya, kontribusi pendapatan terbesar kedua diperoleh dari penjualan anak
ayam/itik berusia satu hari sebesar 18,65%.
Adapun kontribusi penjualan ayam
pedaging dalam total pendapatan yang diperoleh yakni sebesar 11,17%. Hal ini
membuat penjualan ayam menjadi kontributor terbesar ketiga dalam total
pendapatan yang diperoleh PT Malindo Feedmill Tbk.
Sementara itu, sebanyak 4,87% pendapatan
sisanya diperoleh dari penjualan makanan olahan dan lain-lain. (Sumber: kontan.co.id)