-->

DUKUNG PETERNAKAN BROILER DI BINTAN UNTUK PENUHI PASAR EKSPOR SINGAPURA

Peternakan ayam di Pulau Bintan mendapat pembinaan untuk bisa ikut memenuhi permintaan pasar Singapura. (Foto: Istimewa)

Menjawab permintaan pasar ayam broiler di Singapura yang semakin bertambah, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan pembinaan ke peternakan ayam di Pulau Bintan.

Pasar ekspor ke negara tersebut telah dibuka sejak 2023 dan berasal dari dua peternakan di Gunung Kijang milik PT Indojaya Agrinusa, dengan pengiriman mencapai 110.796 ekor. Dalam upaya menambah sumber pasokan ekspor, dilakukan pembinaan terhadap peternakan ayam broiler agar memenuhi persyaratan kesehatan hewan dari Singapura.

Untuk mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Singapura, Singapore Food Agency (SFA) melakukan audit pada Toapaya Asri Farm di Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan pada Selasa (13/8/2024), dengan didampingi oleh tim dari Direktorat Kesehatan Hewan beserta Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Riau, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bintan.

Direktur Kesehatan Hewan, Drh Imron Suandy, menegaskan bahwa pemerintah memberikan penjaminan atas pemenuhan syarat kesehatan bagi ayam broiler hidup yang diekspor dari Indonesia ke Singapura. Ayam yang akan dikirim dipastikan bebas penyakit hewan seperti Avian influenza (AI), salmonella, dan penyakit unggas lainnya.

Penjaminan tersebut dilakukan secara khusus oleh Direktorat Kesehatan Hewan melalui sertifikasi kompartemen bebas AI. Sertifikasi diberikan bagi peternakan yang terbukti melakukan surveilans secara aktif dan kontinu terhadap keberadaan virus AI pada ayam, kandang, dan lingkungan sekitar. Sebagai pembuktian ayam bebas AI, dilakukan pengujian laboratorium yang dilakukan di Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Besar Veteriner Wates.

Selain itu, Singapura juga mempersyaratkan bebas Salmonella enteritidis untuk ayam yang akan diekspor dari Indonesia. Diketahui bahwa bakteri tersebut menular ke manusia melalui makanan dan menyebabkan sakit di saluran pencernaan. Untuk itu, dibutuhkan pengendalian agar ayam tidak mengandung bakteri sampai ke rantai pangan.

Imron menegaskan, untuk mengendalikan penyakit hewan menular pada broiler di Indonesia, peternakan harus menerapkan standar biosekuriti yang ketat. Pembatasan lalu lintas orang, barang, dan hewan, baik ke dalam maupun ke luar lingkungan peternakan wajib dilakukan untuk mencegah sirkulasi mikroba penyebab penyakit.

Kemudian kebersihan kandang, disinfeksi, vaksinasi, dan pemberian vitamin juga dilakukan sebagai upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan ayam. “Pasar ekspor produk hewan khususnya unggas dari Indonesia semakin meluas, hal ini disebabkan kita telah mampu memenuhi standar kesehatan hewan dunia dan semakin diperhitungkan di pasar internasional,” kata Imron. (INF)

LAGI - LAGI NUTRICELL BERHASIL MERAMBAH PASAR INTERNASIONAL

Seremonial Pelepasan Ekspor Nutricell Oleh Wamentan

PT Nutricell Pacific, salah satu pemain utama di bidang peternakan dan Kesehatan Hewan kembali berhasil merambah pasar internasional. Kali ini pasar dari salah satu negara ASEAN, Vietnam dan secara mengejutkan Jepang berhasil mereka rambah. Acara seremonial pelepasan ekspor tersebut digelar di Kantor Nutricell yang berlokasi di Taman Tekno, Tangerang Selatan pada Senin 29 Januari 2024 yang lalu. 

Suaedi Sunanto selaku CEO Nutricell mengatakan bahwa produk yang berhasil diekspor kali ini berupa feed suplement dalam bentuk fat powder ke Jepang, dan produk pet food ke Vietnam. Tak kurang sebanyak 14 ton feed suplement dan sekitar 2000 box pet food berhasil mereka ekspor. Total nilai transaksi pada hari itu mencapai 50 ribu USD.

"Semua ini berkat kerja keras dan kolaborasi yang apik dari kita semua, saya ucapkan terima kasih kepada semuanya atas perjuangannya. Sekali lagi kami membuktikan bahwa produk lokal mampu bersaing di pasar global," tutur Suaedi dalam sambutannya. 

Fat powder sendiri menurut Suaedy merupakan salah satu feed suplement yang digunakan pada sapi perah. Biasanya sapi dengan produktivitas tinggi (lebih dari 30 liter susu / hari) kandungan lemak susunya berkurang. Oleh karenanya dibutuhkan suplementasi agar kadar lemak susunya sesuai standar. 

"Kami membuat fat powder dari bahan lokal asli yakni by product kelapa sawit. Alam menyediakan, teknologi kami menyempurnakan, sehingga didapatlah produk lokal berkualitas yang mampu bersaing dengan produk luar," kata Suaedi. 

Untuk produk pet food Nutricell produk yang diekspor berupa pakan basah dan snack untuk hewan kesayangan. Menurut Suaedi saat ini di Vietnam kebanyakan produk kompetirotnya berasal dari Thailand. Dimana Thailand merupakan produsen pet food terbesar di ASEAN dan kedua di dunia di bawah Amerika Serikat. 

"Kita juga berharap pemerintah juga serius dalam industri pet food ini, karena menurut kami ini masih sangat potensial. Bahkan pertumbuhan industri pet food di Indonesia masih berada diangka dua digit. Tentunya ini bisa menjadi kesempatan kita," tegas Suaedi.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi. Ia menyatakan rasa bangganya kepada Nutricell karena menjadi salah satu perusahaan yang konsisten mengharumkan nama Indonesia melaui upaya ekspor. 

"Kami sangat bangga kepada Nutricell, semoga kedepannya bisa merambah pasar di negara lain, Timur Tengah misalnya. Kami juga di kementan berusaha sekuat tenaga untuk membantu produsen lokal untuk membuka pasar di seluruh dunia, oleh karenanya kerjasama ini harus terus berjalan untuk mengharumkan nama Indonesia," tutup Harvick. (Cr) 


DI PENGHUJUNG TAHUN, INDONESIA EKSPOR LAGI KE SINGAPURA

Sebanyak satu kontainer ayam beku dan satu kontainer produk olahan PT Malindo Food Delight diberangkatkan ke Singapura. (Foto: Istimewa)

PT Malindo Feedmill Tbk mendapat apresiasi oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) karena keberhasilannya kembali menembus pasar Singapura lewat ayam bekunya di penghujung tahun.

Tercatat sebanyak satu kontainer ayam beku dan satu kontainer produk olahan PT Malindo Food Delight dengan nilai sekitar USD 65.000 diberangkatkan dari rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) PT Malindo Feedmill Tbk di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (8/12/2023).

“Kami mengapresiasi keberhasilan PT Malindo Feedmill memasukkan produk ayam bekunya ke Singapura untuk pertama kali. Upaya ini tentu tidak mudah, karena seperti yang kita ketahui Singapura memiliki persyaratan ekspor yang ketat,” kata Dirjen PKH, Nasrullah, melalui siaran resminya.

Sementara dihubungi secara terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Tri Melasari, mengemukakan bahwa upaya pembukaan pasar produk unggas ke Singapura telah dilakukan sejak 2022 dan hal ini juga merupakan salah satu langkah konkret dari peran Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan regional khususnya di ASEAN.

“Berdasarkan data BPS, jumlah volume ekspor produk peternakan ke Singapura pada tahun ini sampai dengan Oktober 2023 mencapai 13.870 ton dengan nilai setara 49 juta USD,” ungkap Melasari.

Ia juga menegaskan keberhasilan ekspor produk peternakan ke Singapura adalah bukti bahwa produk peternakan Indonesia memiliki jaminan keamanan pangan yang berkualitas dan layak menembus di pasar internasional.

Direktur PT Malindo Feedmill Tbk, Rewin Hanrahan, pada kegiatan pelepasan ekspor mengatakan bahwa PT Malindo telah memenuhi persyaratan yang diminta oleh Pemerintah Singapura atau dalam hal ini Singapore Food Agency (SFA). SFA meminta agar produk yang diekspor harus berasal dari farm yang sudah memiliki sertifikat kompartemen bebas avian influenza (AI) dan tidak terdeteksi mengandung beberapa virus atau bakteri seperti salmonella.

“RPHU PT Malindo Feedmill Tbk ini memiliki kapasitas potong 3.000 ekor per jam dan cold storage 500 ton. Selain itu, kami juga memiliki ISO 22000:2018 Food Safety Management System, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) level I dan sertifikat halal,” jelas Rewin.

Dalam kesempatan tersebut, Rewin turut memberikan apresiasinya kepada pemerintah yang terus mendukung dan mendorong PT Malindo untuk bisa ekspor secara berkelanjutan. “Pada awal 2024 nanti, kami menargetkan untuk dapat  mengekspor kembali ayam beku dan produk olahan ke Singapura, serta produk olahan ke Jepang. Diharapkan juga bisa terealisasi ekspor produk olahan ke United Arab Emirates,” pungkasnya. (INF)

MADU PREMIUM BERKUALITAS EKSPOR HADIR DI ILDEX 2023

Madu Lokal Berkualitas Premium Merambah Pasar Ekspor
(Foto : Infovet)

Susu, telur, dan daging mungkin merupakan produk asal hewan yang seringkali diingat oleh masayarakat. Namun begitu ada juga produk asal hewan lainnya yang terkadang luput untuk disebutkan, yakni madu. Madu merupakan subtansi makanan manis dan kental yang dibuat oleh lebah madu dan beberapa serangga lain. Lebah menghasilkan madu dari sekresi gula tumbuhan atau dari sekresi serangga lain. Madu terbentuk melalui regurgitasi, aktivitas enzimatik, dan penguapan air. 

Madu juga dikenal khasiatnya sebagai suplemen makanan untuk menjaga daya tahan tubuh, bahkan dalam agama islam madu juga merupakan salah satu obat yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun begitu, kini banyak pihak - pihak yang tidak bertanggung jawab yang memalsukan dan menjual madu abal - abal sehingga akhirnya merugikan masyarakat. 

PT Beema Boga Arta salah satu produsen madu yang bermarkas di Ciputat dengan bangga unjuk gigi di gelaran ILDEX 2023. Fransisca Natalia Widowati selaku Founder & Director PT Beema Boga Arta mengatakan bahwa dirinya berkecimpung di dunia permaduan sejak 2017 secara tidak sengaja. 

"Saya sedang mencari solusi untuk masalah asam lambung, lalu pergi ke satu area di Jawa Tengah yang merupakan sentra madu. Lalu ada madu yang rasanya enak banget yang berasal dari lebah liar (Apis cerana). selain rasa madunya enak, ternyata berkhasiat untuk asam lambung saya," tutur dia.

Dari situ Fransiska mulai merintis bisnis madunya, dari situ pula ia melihat ketimpangan antara madu lokal dengan impor dimana madu lokal ternyata belum menjadi raja di negeri sendiri. Hal tersebut dibuktikan dari range harga madu lokal yang masih kalah jauh dibanding madu impor, padahal menurutnya madu lokal tidak kalah dari segi rasa, kualitas, dan khasiatnya. 

Seiring berjalannya waktu bisnisnya pun berkembang, kini Fransiska telah memiliki peternakan lebah dan pengolahan madu sendiri. Tidak tanggung - tanggung, madu yang dihasilkannya pun telah mengantongi sertifikat Nomor Kontrol Veteriner. 

"Kami peduli dengan kualitas yang kami miliki, saya ingin produk madu lokal bisa bersaing dengan madu impor. Oleh karena itu saya terapkan Good Manufacturing Practices pada setiap aspek produksi kami," tutur Fransiska.

Kini usahanya berbuah hasil, dengan konsistensi menjaga kualitas, marketing yang inovatif, serta bentuk design packaging yang menarik produk yang ia hasilkan mulai merambah pasar luar negeri beberapa waktu yang lalu.

"Kita sudah ekspor, kemarin baru banget kita ekspor ke Malaysia. Enggak banyak sih, cuma 1 ton saja. Tapi ini menjadi penambah semangat bagi kami dan motivasi agar kami bisa terus berkembang memajukan madu lokal nusantara," tutupnya.

ODICOFF, UPAYA KEMENTAN PROMOSIKAN PRODUK PERTANIAN KE SELURUH DUNIA

Sambutan Mentan pada acara pelepasan ekspor di Tangsel (15/2)
(Sumber : CR)


Ekspor produk feed supplement untuk hewan yang dilepas PT Nutricell pada (15/2) yang lalu merupakan bentuk kerjasama yang apik antara Kementerian Pertanian bersama pihak swasta melalui program ODICOFF (One Day with Indonesian Coffee, Fruits, and Floriculture),  yang diselenggarakan di 10 negara Eropa pada tahun 2021 lalu.

 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan ODICOFF merupakan salah satu upaya Kementan untuk meningkatkan ekspor komoditas pertanian melalui kegiatan promosi dan pameran. Menurutnya, Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh masyarakat dunia yang melirik produk asli Indonesia.

 

"Karena itu kami ucapkan selamat atas terealisasinya ekspor pada hari ini, berarti semua yang telah diupayakan bersama telah membuahkan hasil yang baik. Dengan berbagai upaya ini, termasuk juga program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (GRATIEKS), pertumbuhan nilai ekspor peternakan pada tahun 2024 bisa naik 300 persen menjadi 1,9 miliar dolar AS atau setara Rp 27 triliun ke 100 Negara tujuan," kata SYL saat melepas ekspor pakan ternak hasil produksi salah satu perusahaan swasta di Pergudangan Taman Tekno, Tangerang Selatan.


Ke depan, kata SYL, Indonesia harus mampu menjadi rujukan produk ekspor dunia karena memiliki kualitas tinggi. Apalagi saat ini Kementan sudah menerapkan berbagai kecanggihan teknologi dan mekanisasi dalam setiap budidaya dan produksi.

"Indonesia harus bisa tampil di dunia dengan mengandalkan kemampuan-kemampuan dari hasil komoditi pertanian yang banyak dan di butuhkan oleh dunia, saya kira itu langkah yang kita capai hari ini," katanya.


Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto menyampaikan terimakasih atas arahan dan pendampingan Kementan terhadap jalanya ekspor peternakan di awal tahun 2022. Menurutnya, keberhasilan ekspor ini merupakan terobosan Kementan dalam memberikan fasilitas kepada para pelaku industri untuk memperluas pasar ekspor. Termasuk upaya Kementan pada kegiatan ODICOFF.

 

"Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Menteri (SYL) karena kami selalu pengusaha telah diikutsertakan dalam misi promosi produk obat dan nutrisi hewan ke negara Denmark (Eropa) dan Uni Emirat Arab (Timur Tengah)," kata Suaedi.


Sementara itu Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah yang turut hadir mengatakan bahwa Indonesia berhasil mencatat kerja sama dan kontrak dagang berupa Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Intent (LoI) untuk memasarkan komoditas pertanian Indonesia di tahun 2022 senilai Rp 94,4 miliar.

 

"Terima kasih kepada pelaku usaha peserta ODICOFF lainnya yang telah ikut berpartisipasi dalam acara ODICOFF dan telah turut mendorong pencapaian GRATIEKS," tuturnya kepada Infovet. (CR)



 


PRODUK AYAM OLAHAN INDONESIA HADIR DI BANGLADESH UNTUK PERTAMA KALINYA

Syahrul Yasin Limpo dikala Melepas Ekspor Produk Ayam Olahan di Karawang
(Sumber : CR)

Jum'at (27/8) yang lalu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor perdana produk ayam olahan dari PT Raja Jeva Nisi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Produk tersebut nantinya akan dinikmati masyarakat di Bangladesh.

Disela kunjungannya pria yang akrab disapa SYL tersebut mengutarakan rasa bangganya kepada PT Raja Jeva Nisi yang telah membuktikan bahwa produk perunggasan Indonesia berkualitas dan memiliki daya saing di kancah Internasional. Dirinya juga mengungkapkan bahwa Kementan akan terus berkomitmen dalam mendukung siapa saja pelaku industri perunggasan yang hendak mengekspor produknya ke luar negeri. 

"Kami akan persilakan dan akan kami beri karpet merah kepada Bapak/Ibu sekalian yang memang berkomitmen untuk membantu menyukseskan juga program pemerintah (GRATIEKS). Ini adalah upaya anak bangsa yang harus diapresiasi karena menunjukkan pada dunia bahwa dalam keadaan pandemi sekalipun, bukan menjadi halangan bagi kita untuk ekspor," tutur Mantan Gubernur dua periode tersebut.

Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur PT Raja Jeva Nisi, Ariefin mengatakan bahwasanya ini adalah kali pertama Indonesia mengekspor produk olahan ayam berupa chicken nugget ke Bangladesh. Pada hari itu 3 dari 18 ton produk diberangkatkan ke Bangladesh, sisanya berangsur - angsur dikirim hingga bulan Desember 2021.Bicara nilai Rupiah Ariefin mengatakan bahwa nilai ekspor perusahaan yang dipimpinnya mencapai sekitar Rp 1,1 Miliar. 

"Kelihatannya masih sedikit ya, tapi ini suatu pencapaian yang apik untuk kami, mengingat kami baru berdiri sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam tempo tersebut kami sudah bisa melakukan ekspor. Kalau bisa dibilang penglaris-lah," tutur Ariefin.

Ariefin juga berujar bahwasanya selain Bangladesh kemungkinan dalam waktu dekat ini PT Raja Jeva Nisi juga akan melakukan ekspor ke 3 negara lainnya. Namun begitu ia enggan menyebut negara mana saja yang akan menjadi targetnya.

"Setelah ini ada 3 lagi mungkin, mereka juga sepertinya sudah deal. Tapi nanti-lah kita kasih tahunya, yang jelas dengan adanya ekspor ini tentu membuktikan bahwa kualitas produk kami bukan kaleng - kaleng, semoga bisa terus berkembang kedepannya," tutup Ariefin.

PT Raja Jeva Nisi merupakan group dari perusahaan PT Taat Indah Bersinar. Dari budidaya Grand Parent Stock hingga pengolahan daging unggas untuk menjadi nugget, sosis, spicy wing, karage dan pengolahan yang lain. Saat ini produk dari PT Raja Jeva Nisi telah tersebar di beberapa modern market, marketplace, dan pasar Internasional.

Visi dan misi dari PT Taat Indah Besinar (Group) adalah untuk menjadi perusahaan dalam negeri yang berdaya saing internasional, dan menyinari Indonesia. Dengan slogan: Bangkit, melejit dan menyinari Indonesia melalui produksi protein hewani yang berkualitas untuk kecerdasan bangsa. (CR)

 


INDONESIA JAJAKI EKSPOR PRODUK UNGGAS KE NEGERI TIRAI BAMBU

Indonesia mencoba kemungkinan ekspor produk unggas ke Tiongkok


Kabar bahagia datang dari sektor perunggasan. Melalui pertemuan virtual via daring zoom, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (P2HP) menginisiasi pertemuan antara integrator perunggasan Indonesia dengan perwakilan buyer asal negeri tirai bambu Senin (22/3).

Direktur P2HP Fini Murfiani menjelaskan bahwa sejak lama pihak Indonesia telah melakukan lobi - lobi kepada Tiongkok untuk membuka akses pasar terkait produk perunggasan. Lebih jauh Fini menjelaskan bahwa sudah ada 5 surat resmi G to G kepada pemerintah Tiongkok yang dikirimkan oleh Indonesia.

Fini juga menyebut bahwa KBRI Tiongkok juga telah melakukan komunikasi informal kepada GACC (General Administration Custom of People's Republic of China) / bea cukainya Tiongkok terkait hal ini. Fini juga mengatakan dalam HS Code nomor 020712 dan 020714 Tiongkok terkait produk unggas, Indonesia belum pernah melakukan ekspor produk perunggasan ke Tiongkok. 

"Kami sudah melakukan ini, terakhir surat kami kirimkan di bulan Maret ini, tentunya karena dari sana mereka juga sudah meminta kepada kami karena supply mereka yang juga terbatas. Jadi kami sedang mengupayakan G to G nya, tapi supplier di sana sepertinya sudah tidak sabar untuk melakukan bisnis secara B to B, makanya kita mengupayakan yang terbaik," tutur Fini.

Ivan Lee sebagai perwakilan buyer dari Tiongkok mengatakan bahwa negaranya sangat membutuhkan suplai produk perunggasan berupa Chicken wings, Middle Joint Wings, Chicken Paw, dan Chicken feet. Produk - produk tersebut sangat diminati oleh masyarakat Tiongkok dan konsumsinya cukup besar.

Sebagai catatan, Ivan mengatakan bahwa Tiongkok sesungguhnya mengekspor produk - produk tersebut dari Brazil, Argentina, dan Thailand. Namun ia mendengar kabar adanya kemungkinan suplai dari Brazil akan dihentikan oleh Tiongkok karena isu Covid-19. Selain itu Ivan meyakini bahwa produk Indonesia berkualitas baik.

"Kami tahu bahwa produksi Indonesia sangat besar, makanya kami ingin agar produk Indonesia bisa kami jajaki di sini. Saya yakin meskipun secara G to G sangat rumit, tapi kami bisa upayakan untuk prosesnya, dan kami ingin secepatnya. Tetapi ingat, ini bukan soal kuantitas tapi tetap kualitas kami utamakan," tutur Ivan.

Namun begitu, nampaknya  jalan terjal terkait ekspor produk ini masih akan menanti. Pasalnya hingga kini belum ada kesepakatan G to G antara Indonesia dan Tiongkok. Namun begitu kedua pihak masih saling berdiskusi mencari jalan agar hal ini dapat diwujudkan, hingga berita ini diturunkan, belum ada keputusan dan solusi yang dihasilkan oleh kedua belah pihak. (CR)






TELUR TETAS CJ PIA DIEKSPOR KE MYANMAR


Pelepasan ekspor telur tetas ke Myanmar oleh PT CJ PIA 

Rabu (28/10) yang lalu PT CJ PIA (CJ Group) melakukan seremonial pelepasan ekspor telur tetas miliknya ke Myanmar. Kegitan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, H. Iwan Karmawan dan tamu undangan lainya.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Iwan Karmawan mengungkapkan, jika ekspor telur yang dilakukan oleh CJ PIA tersebut menjadi suatu kebanggan bagi Kabupaten Sukabumi, sebab dari sekian perusahan yang bergerak di produk yang sama, baru CJ PIA yang melakukan ekspor ke luar negeri, yakni Myanmar.

”Disaat pandemi ini, CJ PIA mampu membuktikan bahwa perusahaanya tetap bisa berjalan dengan pembuktian melakukan ekspor. Selain itu juga mampu mendongkar laju pertubuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat,”ungkapnya. Untuk itu pihaknya selalu memacu dan mendorong kepada perusahaan lain agar  bisa melakukan hal yang sama.

”Peternakan tetap eksis walau terguncang kondisi pandemi Covid-19. Ekspor telur tetas ke negara Myanmar merupakan suatu solusi menghadapi kondisi pandemi Covid-19 yang berdampak juga terhadap lumpuhnya perkonomian,”pungkasnya.

Associate Direktur PT. Super Unggas Jaya Dewa putu Sumerta mengatakan, bahwa hari itu sebanyak 58 ribu telur tetas dengan nilai sekitar USD 1,3 juta atau 1,88 miliar rupiah diberangkatkan dari Sukabumi. 

"Ini merupakan pembuktian dari kami, sekaligus kebanggan bagi kami. Memang Covid-19 melumpuhkan ekonomi kita, tetapi kami berhasil membuktikan bahwa selalu ada jalan, dengan ini kami sudah menjawab tantangan pemerintah untuk melakukan ekspor," tutur Dewa.

Dewa melanjutkan bahwa tahun ini ada satu kali ekspor telur tetas. Kedepannya Myanmar berencana meminta dua kali lipat dari jumlah yang diekspor sekarang. Dirinya juga mengakui bahwa telur tetas milik perusahaannya juga tengah dilirik oleh negara tetangga lainnya yaitu Vietnam.

"Semoga saja Vietnam tertarik dan berminat, kita minta dukungannya agar dapat menjawab tantangan ekspor sekaligus mengharumkan sektor peternakan Indonesia," pungkas Dewa (INF/CR)

EKSPOR PETERNAKAN TETAP BERGERAK, CAPAI RP 538 MILIAR

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpor, didampingi Dirjen PKH I Ketut Diarmita, saat melepas ekspor produk olahan ternak tahun lalu. (Foto: Infovet/Ridwan)

Di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, ekspor sub sektor peternakan terus bergerak.

“Pada April 2020 terdapat beberapa perusahaan sektor peternakan yang telah memastikan akan melaksanakan ekspor ke beberapa negara dengan total nilai Rp 538,12 miliar,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, Senin (6/4/2020).

Perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan rencana ekspornya antara lain PT Sinar Indochem dan PT Charoen Pokphand Indonesia yang akan mengekspor pakan ke Timor Leste masing-masing sebanyak 240 ton dan 60 ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,57 miliar.

Selain itu tercatat juga PT Greenfields Indonesia yang akan mengekspor susu dan produk olahan susu ke Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam sebanyak 417 ton dengan nilai mencapai Rp 5,67 miliar. Sementara PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor hatching egg sebanyak 625.000 butir ke Myanmar, serta day old chick (DOC) 18.000 ekor ke Timor Leste, dengan total nilai keduanya Rp 3 miliar.

Adapun perusahan yang memproduksi Sarang Burung Walet (SBW) yaitu PT Ori Ginalnest Indonesia juga akan mengekspor ke Amerika Serikat, China dan Australia sebanyak 780 kg dengan nilai sebesar Rp 24,96 miliar. 

Selain itu, ditambah juga beberapa perusahaan yang bergerak di industri obat hewan akan mengekspor vaksin dan biologik sebanyak 343.582.000 dosis, farmasetik dan premix sebanyak 23.922 ton ke China, Jepang, Australia dan ke lebih dari 30 negara lainnya. Nilai ekspor obat hewan tersebut mencapai Rp 502,66 miliar.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian kita akan terus mendorong dan memfasilitasi ekspor. Berdasarkan data BPS, ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020 meningkat 30% dibandingkan tahun lalu pada bulan yang sama. Pada April ini terdapat beberapa perusahaan yang juga telah memastikan ekspor, diharapkan ini akan terus meningkat,” jelas Ketut. 

Sementara ditambahkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani, walau pandemi COVID-19 menyebar secara masif di dunia, memang membuat beberapa negara terdampak mengeluarkan kebijakan pembatasan keluar-masuknya barang dan manusia, bahkan ada yang mengambil kebijakan lockdown, hal ini membuat aktivitas perdagangan pun mengalami tekanan.

“Namun melihat pencapaian kinerja ekspor sub sektor peternakan di awal tahun dan rencana ekspor pada April ini, sangat optimis ekspor produk sub sektor peternakan dapat bertahan dalam ketidakpastian perekonomian akibat pandemi COVID-19. (RBS)

LANJUTAN EKSPOR CHAROEN POKPHAND INDONESIA, GENAP KE-200

Mentan Syahrul saat melepas keberangkatan ekspor 16 kontainer produk ternak milik CPI. (Foto: Infovet/Ridwan)

Minggu (24/11/2019), bertempat di Kantor Pusat, Jalan Ancol Barat VIII, Ancol, Jakarta Utara, PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) kembali melaksanakan ekspor produk ternak sebanyak 16 kontainer yang ditujukan ke Jepang dan Timor Leste, dengan total nilai Rp 2,5 miliar. Pengiriman kali ini menandakan genapnya ekspor CPI ke-200 kontainer.

Presiden Komisaris CPI, T. Hadi Gunawan, dalam kegiatan tersebut mengatakan, ekspor ini merupakan lanjutan dari ekspor yang sudah dilakukan pada 2017 lalu ke Papua New Guinea dan pada 2018 sebanyak 3 kontainer produk olahan dan griller ayam, 20 kontainer pakan ayam dan 82.000 ekor DOC ke Timor Leste dan produk olahan ayam ke Jepang.

“Pada waktu itu ibarat ekspor tersebut sebagai lilin kecil yang baru nyala dan terus kami upayakan secara konsisten. Saat ini lilin kecil itu telah berubah menjadi obor kecil yang terus menyala dan akan kami kobarkan untuk menjadi obor yang besar,” kata Hadi dalam sambutannya dihadapan ratusan tamu undangan.

Ekspor ini, lanjut dia, akan terus dikembangkan pihaknya ke beberapa negara lain. “Kami ingin terus berkembang bukan hanya ke tiga negara langganan itu saja. Dengan dukungan pemerintah dan stakeholder, kami yakin bisa memperluas pasar seperti ke Singapura, Hongkong, Timur Tengah dan negara lain, sehingga kita dapat mengharumkan nama Indonesia dan menambah devisa negara,” tambah dia.

Sementara, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang turut hadir dan melepas keberangkatan ekspor, menyambut baik hal tersebut dan menegaskan produk ternak Indonesia tidak boleh kalah dari negara lain.

“Kami tidak bisa berjalan sendiri, pemerintah butuh saudara untuk membangun industri peternakan ini, kita jangan mau kalah dengan Malaysia atau Thailand, kita harus lebih maju dan merdeka,” ujar Mentan Syahrul.

Ia pun menegaskan, pengembangan sektor peternakan harus dikerjakan dengan serius demi memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. “Kalau kita tidak serius, bagaimana kita bisa penuhi kebutuhan pangan masyarakat kita? Bagaimana kehidupan mereka nanti? Inilah yang harus memicu adrenalin kita untuk bersama-sama membangun pertanian dan peternakan Indonesia,” pungkasnya.

Sebagai informasi, kali ini CPI menambah rentetan ekspor sebanyak 16 kontainer dengan total produk griller dan olahan ayam 64,77 ton dan pakan berisi 200 ton, yang terbagi menjadi 5 kontainer griller ayam dan 10 kontainer pakan ayam ke Timor Leste, serta 1 kontainer produk olahan ayam ke Jepang. (RBS)

KEMENTAN: EKSPOR PAKAN TERNAK KE TIMOR LESTE MENINGKAT



Seremonial pemotongan pita pelepasan ekspor pakan unggas PT Sinar Indochem (Foto: Humas Kementan)

Direktur Pakan, Sri Widayati hadir dalam pelepasan ekspor perdana pakan unggas produk PT Sinar Indochem sebanyak 200 ton pakan layer ke Negara Timor Leste dari total 300 ton.

“Ekspor pakan ternak ke Timor Leste meningkat, dari sebelumnya pada tahun 2018 sebesar 4,33 ribu ton atau senilai USD 0,785 juta menjadi sebesar 3,2 8 ribu ton atau senilai USD 1,087 juta hanya untuk semester pertama tahun 2019 (Januari-Juli 2019) saja. Ekspor pakan ternak tahun 2019 ini telah melebihi pencapaian volume ekspor tahun sebelumnya,” terang Sri Widayati, Senin (30/9) di Sidoarjo, Jawa Timur.  

Sri Widayati menegaskan bahwa pemerintah akan terus mengawal dalam pengurusan proses persetujuan ekspor secara Government to Government dengan negara-negara yang menjadi target ekspor. “Persetujuan ekspor pakan ke negara Timor Leste tersebut dilakukan setelah sebelumnya diadakan Import Risk Analysis oleh Tim Delegasi Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 26–28 Agustus 2019, yang difasilitasi oleh Kementerian Pertanian,” ungkapnya.

Menurut Sri Widayati, saat ini jumlah pabrik pakan skala besar di Indonesia mencapai 87 pabrik dengan produksi pakan tahun 2018 sebesar 19,4 juta ton dan rencana produksi pakan tahun 2019 akan mencapai sebesar 20,5 Juta ton atau meningkat sebesar 6% dari tahun 2018. “Sampai saat ini jumlah pabrik pakan yang telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Pakan yang Baik (CPPB) dari Kementerian Pertanian sebanyak 70% dari total 87 pabrik pakan yang ada, dimana salah satunya PT. Sinar Indochem, sedangkan sisanya dalam proses audit” jelasnya.

Lanjut Sri Widayati menjelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan jaminan mutu dan keamanan pakan, maka setiap tahun terus dilakukan audit CPPB terhadap pabrik pakan yang baru maupun yang melakukan perpanjangan sertifikat CPPB. Sertifikat ini merupakan upaya penjaminan pemerintah, sekaligus nilai tambah bagi perusahaan dan memberikan kemudahan dalam akses untuk ekspor. Berdasarkan data BPS dan Pusat Data Kementerian Pertanian, total ekspor komoditas peternakan ke Negara Timor Leste tahun 2018 senilai USD 9,53 juta sedangkan data tahun 2019 bulan Januari sampai dengan Juli tercatat senilai USD 6,27 juta.

Pada acara tersebut hadir juga Bupati Kabupaten Sidoarjo Saiful Ilah, yang turut mengapresiasi bertambahnya pelaku ekspor pakan ternak di tengah ketatnya persaingan merebut pasar global. Dia menegaskan, bahwa pihaknya berkomitmen dalam mempermudah perijinan usaha untuk mendukung berkembangnya perekonomian, serta mendorong ekspor produk dari wilayahnya.

Dukungan senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Wemmi Niamawati yang menyampaikan bahwa Provinsi Jatim memiliki 24 unit feedmill dengan total kapasitas 5,7 juta ton per tahun. Saat ini kapasitas tersebut baru berproduksi 4 juta ton per tahun. Artinya Provinsi Jawa Timur masih mampu meningkatkan produksi pakan. Disamping itu Provinsi Jawa Timur juga memiliki 43 unit breeding farm unggas yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota.

“Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen dalam pengawasan mutu pakan yang berkualitas tinggi. Hal ini terbukti dengan pemanfaatan alokasi APBN, APBD maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk melaksanakan peningkatan mutu dan pengawasan keamanan pakan ternak di Provinsi Jawa Timur”, imbuhnya.

Menutup sambutannya, Sri Widayati berpesan bahwa dengan mulai terbukanya akses pasar, diharapkan semua pelaku usaha dapat terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor.

"Saya sangat berharap produk-produk peternakan Indonesia lebih mampu bersaing di jalur perdagangan internasional. Hal ini kiranya sekaligus dapat memotivasi para pelaku usaha lain untuk tetap berupaya melalukan percepatan ekspor komoditas peternakan melalui peningkatan kualitas produksi dan promosi ke negara lain," pungkasnya. (Rilis/INF)


EKSPOR OBAT HEWAN SUMBANG DEVISA RP 26 TRILIUN

Ekspor industri obat hewan menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor peternakan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat rekomendasi ekspor produk peternakan sejak 2015 sampai semester I 2019 telah menyentuh nilai Rp 38,39 triliun. Kontribusi terbesar untuk ekspor peternakan datang dari kelompok obat hewan dengan jumlah transaksi senilai Rp 26 triliun.

“Terdapat lebih dari 90 negara yang menjadi tujuan ekspor utama obat hewan buatan Tanah Air. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor antara lain Belgia, Amerika Serikat, Jepang dan Australia,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan persnya, Senin (19/8/2019). 

Tingginya nilai ekspor obat hewan ini, kata Ketut, sangat menggembirakan bagi dunia usaha bidang obat hewan. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa industri obat hewan mempunyai kontribusi besar dalam peningkatan devisa negara.

“Di era perdagangan bebas dan pesatnya perkembangan teknologi mengharuskan pemerintah semakin kreatif dengan meningkatkan produksi dan ekspor obat hewan,” katanya. 

Sejak diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016 lalu, Kementan terus mendorong peningkatan jumlah produsen obat hewan dalam negeri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal PKH, saat ini terdapat 61 dari 95 produsen obat hewan dalam negeri yang telah memiliki Sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB).

Menurutnya, penerapan CPOHB dan percepatan administrasi pelayanan rekomendasi menjadi upaya yang terus didorong untuk peningkatan ekspor obat hewan. “Sertifikat CPOHB menjadi acuan bahwa obat hewan yang diproduksi terjamin mutu, keamanan dan khasiatnya, sehingga berdaya saing tinggi,” ucap dia.

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong produsen obat hewan agar kreatif mengembangkan produk dari bahan lokal. Penggunaan bahan lokal diharapkan dapat mengurangi bahan baku obat hewan impor.

“Pelaku usaha didorong agar produk prebiotik dapat memanfaatkan bahan tanaman dan herbal, selain itu juga untuk produk immunostimulan, serta vaksin dari mikroorgamisne dan zat penambah yang ada di Indonesia,” tandasnya. (INF)

Tiga Tahun Terakhir Ekspor Peternakan Capai 30 Triliun Rupiah

Peternakan ayam broiler. (Sumber: Kompas)

Capaian ekspor sub sektor peternakan cukup menggembirakan. Berdasarkan data realisasi rekomendasi ekspor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), capaian ekspor peternakan dan kesehatan hewan pada tiga tahun terakhir (2015-2018 semester I) mencapai Rp 30,15 triliun.

“Kontribusi ekspor terbesar pada kelompok obat hewan yang mencapai 21,58 triliun rupiah ke-87 negara, selanjutnya ekspor babi ke Singapura sebesar Rp 3,05 triliun rupiah, susu dan olahannya 2,32 triliun rupiah ke-31 negara, bahan pakan ternak asal tumbuhan sebanyak 2,04 triliun rupiah ke-14 negara, kemudian produk hewan non-pangan, telur ayam tetas, daging dan produk olahannya, pakan ternak, kambing/domba, DOC dan semen beku,” ujar Dirjen PKH, I Ketut Diarmita di Jakarta, Senin (12/11).

Menurutnya, peluang perluasan pasar global komoditas peternakan masih sangat terbuka luas. Adanya permintaan dari negara di daerah Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia sangat berpotensi untuk dilakukan penjajakan. “Keunggulan halal dari kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara muslim lainnya,” ucap Ketut. 

Kendati demikian, lanjut dia, masalah kesehatan hewan dan keamanan produk hewan menjadi isu penting dalam perdagangan internasional dan seringkali menjadi hambatan menembus pasar global. Untuk memanfaatkan peluang ekspor, perlu adanya dukungan, terutama penerapan standar internasional mulai dari hulu ke hilir untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing.

“Kami melalui berbagai kesempatan internasional maupun regional, secara konsisten memberikan informasi terkait jaminan kesehatan hewan dan keamanan pangan untuk produk yang akan di ekspor, guna memperlancar hambatan lalu lintas perdagangan,” katanya.

Saat ini Kementerian Pertanian terus melakukan restrukturisasi di bidang peternakan, salah satunya sektor perunggasan, terutama untuk unggas lokal di sektor III dan IV yang  menjadi sumber utama outbreak penyakit Avian Influenza (AI).

Pihaknya pun terus berupaya membangun kompartemen AI melalui penerapan sistem biosekuriti, yang awalnya hanya 49 titik, saat ini sudah berkembang menjadi 141 titik dan 40 titik lagi masih menunggu proses sertifikasi.

“Kementan terus mendesign kegiatan ini agar peternak lokal dapat menerapkannya, karena kompartemen-kompartemen yang dibangun ini dapat diakui negara lain, dengan terbentuknya kompartemen tersebut, maka Indonesia dapat ekspor, terus ekspor dan ekspor lagi,” ungkap Ketut.

Sementara untuk hal penjaminan keamanan pangan, kata Ketut, saat ini sudah ada 2.132 unit usaha ber-NKV (Nomor Kontrol Veteriner). NKV merupakan bukti tertulis sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan.

Ia juga menambahkan, untuk ekspor obat hewan sudah ada 54 produsen obat hewan yang mengantongi sertifikat CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) dan 21 produsen masih proses sertifikasi. Sedangkan untuk meningkatkan ekspor pakan ternak, sudah 52 pabrik pakan telah memiliki sertifikat CPPB (Cara Pembuatan Ternak yang Baik). (RBS)

Menteri Pertanian Lepas Ekspor Perdana 2.100 Ekor Domba ke Malaysia



Pengembangan ternak domba di Garut (Foto: rri.co.id)

Kabar menggembirakan tatkala Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas ekspor perdana 2.100 ekor domba potong ke Malaysia. Ekspor ini membuktikan bahwa Indonesia mampu swasembada protein.

“Ekspor membuka akses pasar global. Terbukanya pasar juga akan membuat peternak lebih bersemangat untuk beternak dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas ternak potong siap ekspor dan bersaing dengan negara lain,” urai Amran.

Menurut Amran, saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor berbagai komoditas strategis pertanian, termasuk komoditas peternakan.

Ekspor ini, lanjut Amran, diharapkan terus berlanjut secara kontinyu sesuai perjanjian kerja sama antara PT Inkopmar Cahaya Buana selaku pengekspor dengan pihak importir di negara Malaysia.

Amran berharap kebutuhan domba di Negeri Jiran sebanyak 5.000 ekor per bulan dapat dipasok dari Indonesia. Sehingga diharapkan kebutuhan 60 ribu ekor domba per tahun untuk Malaysia dapat terpenuhi.

Capaian ekspor peternakan khususnya ternak kambing atau domba potong di Indonesia cukup fantastis. Pada 2017 tercatat hanya 210 ekor, sedangkan pada ekspor perdana ke Malaysia di 2018 ini sudah mencapai 2.100 ekor.

"Kita telah ekspor daging sapi premium, pakan ternak, telur tetas, DOC dan daging ayam olahan, dan hari ini kita ekspor perdana domba sebanyak 2.100 ekor dengan estimasi nilai sebesar Rp 3,78 miliar. Ternak domba yang diekspor kali ini adalah domba jantan yang diperuntukkan sebagai ternak potong,” ujar Amran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Kendala Ekspor

Pihak pengekspor menyampaikan hambatan terbesar dalam pengiriman adalah kendaraan ternak untuk mengangkutnya.

Pada awalnya, pengiriman akan dilakukan dengan bantuan pihak Malaysia, menggunakan Malaysian Airlines, tetapi Amran langsung berinisiatif menghubungi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar membantu memberikan bantuan kapal angkut.

“Tidak ada kendala lagi. saya langsung menghubungi Menhub, mereka siap bantu” tegas dia.‎

Mendatang, Amran optimis ekspor kambing dan domba Indonesia dapat terus meningkat berdasarkan Statistik Peternakan, populasi kambing dan domba secara nasional pada 2017 sebanyak 35.052.653 ekor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,72 juta ekor berada di Jawa Timur.

Sementara produksi daging kambing dan domba di 2017 mencapai 124.842 ton per tahun, sehingga secara neraca mengalami surplus dibandingkan dengan kebutuhan nasional dengan konsumsi masyarakat terhadap daging kambing dan domba sekitar 13.572 ton per kapita per tahun. (liputan6.com/NDV)



ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer