-->

INDONESIA LAPORKAN PENCAPAIAN PETERNAKAN DI SOM AMAF KE-40

Special Senior Officials Meeting of the 40th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry di Hue, Vietnam. (Foto: Dok. Kementan)

Menjadi bagian dari delegasi Indonesia pada acara sidang Special Senior Officials Meeting of the 40th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (SSOM 40th AMAF) di Hue, Vietnam 5-8 Agustus 2019, Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan pencapaiannya di bidang peternakan dan kesehatan hewan.

Delegasi Indonesia dipimpin Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian bersama anggota delegasi dari Kementerian Pertanian serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam kegiatan tersebut, para pemimpin SOM AMAF dan perwakilan dari kementerian pertanian masing-masing anggota ASEAN mengikuti berbagai agenda sidang yang membahas mengenai ketahanan dan keamanan pangan, perubahan iklim, kerjasama pertanian, sistem informasi lingkup ASEAN, penelitian dan pengembangan komoditas pertanian dan perikanan, serta isu-isu kehutanan termasuk perdagangan produk kehutanan.

Khusus untuk kerjasama ASEAN bidang peternakan dan kesehatan hewan, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, yang merupakan Ketua ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) periode 2019-2020, memberikan pelaporan perkembangan dan pencapaian kerjasama bidang peternakan dan kesehatan hewan.

“ASWGL telah memfinalisasi delapan dokumen standar terkait manual biosekuriti untuk peternakan babi komersial, standar GMP (Good Manufacturing Practice) untuk produk obat hewan, strategi pencegahan dan pengendalian penyakit pada babi (classical swine fever), pedoman vaksin autogenous, serta empat pedoman tatacara beternak yang baik untuk kambing dan domba, sapi perah, sapi potong termasuk kerbau dan bebek,” jelas Fadjar melalui keterangan tertulisnya, Jumat (9/8).

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa masih ada satu dokumen yang saat ini akan segera diselesaikan yaitu terkait manual biosekuriti untuk peternakan ruminansia komersial yang masih dalam tahap finalisasi. Fadjar juga menyampaikan bahwa di bidang kerjasama peternakan dan kesehatan hewan, Kementan mempunyai peran penting di ASEAN, salah satunya peran dalam pengembangan standar tatacara beternak yang baik. Kementan telah menyampaikan komitmennya sebagai proponen program pengembangan kapasitas nasional negara Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam (CLMV) dalam implementasi tatacara beternak yang baik sesuai standar ASEAN.

“Tahun ini Kementan akan memfasilitasi implementasi program di negara-negara CLMV yang merupakan bagian dari Initiative for ASEAN Integration (IAI) Work Plan III melalui pendanaan the ASEAN-Australia Development Cooperation Program (AADCP) Phase II,” pungkasnya. (INF)

IDUL ADHA DAN ZOONOSIS

Ternak kambing untuk kurban. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pada kalender masehi tahun 2019, hari raya Idul Adha 1440 H akan jatuh pada tanggal 11 Agustus 2019. Hari raya Idul Adha menjadi lekat dengan sektor peternakan karena pada hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan kurban yang juga hewan ternak. Dari segi bisnis, peternak ruminansia besar dan kecil memang sudah menunggu-nunggu datangnya hari tersebut. Pada event tahunan ini, peternak dapat mengambil keuntungan yang cukup besar karena harga hewan yang dijual melambung. Selain itu setelah disembelih, daging hewan kurban dibagikan kepada masyarakat secara cuma-cuma.

Ada satu hal yang kadang luput dari pengamatan kita, menjelang Idul Adha biasanya pedagang hewan kurban mulai menjamur di berbagai kota-kota besar. Mereka menjajakan dagangannya terkadang di trotoar, bahu jalan, lapangan, atau lahan yang kosong. Dengan adanya kegiatan ini, kontak antara manusia dengan hewan menjadi lebih intens dari biasanya. Bahkan, beberapa tahun yang lalu Pemda DKI Jakarta sampai mengeluarkan peraturan yang melarang penjualan hewan kurban di tempat umum seperti trotoar dan halte bus. Tidak sampai disitu, sempat pula ada celotehan mantan gubernur DKI pada saat itu yang melarang penyembelihan hewan kurban di tempat umum seperti sekolah, perkantoran dan sebagainya.

Hal tersebut langsung memicu amarah masyarakat, khususnya umat islam di Ibukota, terlebih lagi sang mantan gubernur beragama non-muslim. Lepas dari kontroversi itu semua, dari sisi kesehatan masyarakat veteriner, pendapat sang mantan gubernur memang ada benarnya. Misalnya saja, menjual hewan kurban di trotoar, siapa yang bisa menjamin kalau semua hewan kurban yang dijual disitu semuanya dalam keadaan sehat 100%? Secara klinis mungkin sehat, terlebih lagi dengan adanya dokumen surat kesehatan hewan dari dinas tempat ternak didatangkan. Namun begitu, ada beberapa penyakit hewan yang juga bersifat zoonosis tetapi tidak menimbulkan gejala klinis.

Antraks biasanya yang paling dikhawatirkan menjelang Idul Adha, selain karena mematikan, efek domino dari penyakit tersebut sangat besar terhadap sisi ekonomi dan kepanikan massa. Namun bukan berarti cuma antraks saja yang harus diwaspadai. Beberapa penyakit zoonosis yang “ringan” juga dapat menulari manusia menjelang Idul Adha. Misalnya saja Salmonellosis, bisa saja feses hewan kurban yang dijual di jalan-jalan mengandung bakteri Salmonella dan tanpa sepengetahuan kita dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Belum lagi penyakit-penyakit seperti Scabies dan Orf yang umumnya menyerang kambing, baik penjual maupun pembeli dapat tertular penyakit ini. Tidak habis sampai disitu, setelah hewan disembelih pun kemungkinan tertular penyakit zoonosis masih ada. Bukan hanya pada daging babi, cacing pita juga terdapat pada daging sapi. Cacing pita dari spesies Taenia saginata juga dapat menginfeksi manusia. Limbah dari hasil penyembelihan hewan kurban berupa darah dan feses juga menjadi risiko yang dapat menjadi predisposisi penularan penyakit zoonotik. Oleh karenanya pengolahan limbah yang baik harus diterapkan oleh para penyelenggara kurban serta masyarakat setempat.

Berkaca pada itu semua, dapat disimpulkan bahwa hari raya Idul Adha, bisa diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Karena, selain dapat meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat, juga menjadi ancaman bagi pihak yang lengah dan serampangan dalam menyelenggarakannya.

Masyarakat dari segala kalangan wajib mengetahui dan diberi edukasi mengenai penyelenggaraan ibadah kurban yang baik. Dari mulai cara pemilihan hewan kurban yang baik dan memenuhi syarat kurban, cara penyembelihan yang sesuai syar’i dan memenuhi aspek kesejahteraan hewan (kesrawan), hingga cara mengolah dan mengonsumsi daging kurban yang higienis. Semua itu dibutuhkan kerjasama yang apik dan koordinasi yang baik dari semua stakeholder yang berperan di dalamnya.

Baik dokter hewan, sarjana peternakan, dokter manusia, ahli gizi dan pangan, semua harus bahu-membahu membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya ibadah kurban dari sisi medis dan kesehatan. Bila semua berkolaborasi dan sinkron dalam segala hal terkait ini, penularan zoonosis dapat dikendalikan dan diminimalisir. Jangan lupa, menjaga kesehatan hewan, masyarakat dan lingkungan juga merupakan pengejawantahan dari konsep One Health yang selama ini digaungkan. (CR)

LOWONGAN PEKERJAAN


AKHIRNYA RI BUKA PINTU IMPOR AYAM DARI BRASIL

Ilustrasi daging ayam (Foto: Pixabay)



Indonesia akan membuka kesempatan impor daging ayam dari Brasil. Kebijakan ini diambil untuk menyelesaikan sengketa dagang yang diadukan Brasil ke World Trade Organization (WTO).

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kesempatan impor harus dibuka. Indonesia akan salah jika masih melarang impor daging dari Brasil.

"Intinya impor ke sini, itu harus ada karena tidak mungkin kita menyatakan tidak bisa. Kalau kita melarang, melanggar ketetapan WTO, ya kita pasti salah," jelas Enggartiasto usai rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (7/8/.

Selain itu jika Indonesia masih menutup impor daging ayam dari Brasil, negara tersebut bisa saja menyerang balik ekspor Indonesia, dan langkah ini juga akan diikuti negara-negara lain. Enggar menegaskan, keran impor hanya dibuka jika ada permintaan dari dalam negeri.

"Kita juga harus lihat kalau misalkan ada permintaan dalam negeri atau tidak, tapi kita buka kalau ada yang mau minta silakan saja. Kalau tidak (membuka kesempatan impor), ya mereka punya hak melakukan retaliasi dengan berbagai produk yang sama atau produk lainnya, dan 19 negara lainnya akan ikut serta," katanya.

Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kemendag Antonius Yudi Triantoro menambahkan daging ayam dari Brasil tetap harus halal. Pihak Brasil akan berkerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJH) Kementerian Agama untuk menjamin kehalalan produk daging ayamnya.

Sebelumnya, Indonesia pernah digugat oleh Brasil perihal penolakan impor daging ayam. Brasil membawa permasalahan ini ke WTO pada 2014 lalu dan diputuskan memenangi gugatan pada 2017.
Brasil membuka panel untuk menyelidiki kebijakan Indonesia mengenai impor unggas dari negaranya. Sebagai informasi impor daging ayam asal Brasil tidak bisa masuk Indonesia, karena tidak memiliki sertifikasi sanitasi internasional serta sertifikat halal. (Sumber: finance.detik.com)

RAHASIA MENYIMPAN DAGING AGAR AWET DAN SEGAR

Menyimpan daging di freezer dengan cara yang tepat akan mempertahankan kualitas daging dengan baik. (Sumber: Istimewa)

Perayaan hari raya Idul Adha sebentar lagi tiba. Bagi umat Islam, hari raya ini bukan sekadar perayaan biasa. Ada momentum sakral yang ditunggu banyak orang, khususnya bagi mereka kaum yang tidak mampu. Di hari yang dikenal dengan sebutan Idul Kurban ini, prosesi pemotongan hewan kurban berupa sapi, kerbau, onta, kambing atau domba dilakukan hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Baik pekurban maupun penerima daging kurban sama-sama bisa menikmati daging di hari raya ini. Pesta bakar sate atau olahan lain daging pun lazim dilakukan pada malam harinya, setelah seharian melakukan pemotongan dan pembagian daging kurban. Aroma kepulan asap bakaran sate menyeruak hampir di setiap teras rumah warga. Kondisi semacam ini sudah dimaklumi semua orang.

Pesta setahun sekali ini memang sering dinantikan. Namun tak sedikit pula yang enggan langsung mengolah daging kurban pada hari itu juga. Mereka lebih memilih menyimpan daging kurban terlebih dahulu, untuk diolah pada hari berikutnya. Menyimpan daging kurban tidak terlalu sulit, namun tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Kalau tak tahu cara menyimpan yang tepat, daging bisa tak sedap lagi saat akan dimasak. 

Oleh karena itu, jika disimpan di dalam kulkas, Anda harus tahu cara menyimpan yang benar. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga kualitas sembari meningkatkan masa simpan daging. “Menyimpan di dalam lemari es, merupakan salah satu cara menyimpan yang baik untuk daging. Semua daging hewan yang sudah dipotong, dagingnya harus dipertahankan dengan rantai dingin, di bawah empat derajat celcius,” kata ahli gizi dari Universitas Gadjahmada (UGM), Dr Ir Edi Suryanto, kepada Infovet.

Jangan Asal Simpan
Ada empat cara yang disarankan untuk menyimpan daging di kulkas agar tetap sehat dan awet, diantaranya:
1. Lakukan pengecekan kondisi kulkas atau freezer. Sebelum meletakkan daging kurban, penting untuk melakukan pengcekan kondisi kulkas atau freezer dengan memperhatikan kondisi kebersihan tempat penyimpanan. Pengecekan dilakukan dengan melihat kondisi rak kulkas atau freezer secara fisik, baik pada tempat yang terlihat atau di sela rak. Jika perlu, bersihkan dengan cairan pembersih terlebih dahulu sebelum menyimpan daging. Hal ini penting agar bakteri yang mungkin ada pada rak kulkas dan freezer tidak mengontaminasi daging. Selain itu, suhu kulkas dan freezer juga perlu diperhatikan. Suhu memiliki peran penting untuk menjaga kualitas dan keamanan daging selama disimpan. Pastikan suhu freezer berada di bawah 10°C dan kulkas di bawah 4°C. Suhu penyimpanan yang tidak tepat akan membuat daging mudah rusak saat disimpan.

2. Siapkan wadah sebelum daging disimpan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah yang harus bersih dan kedap udara atau tertutup. Hal ini penting agar daging tetap bersih dan cairan dari daging mentah tidak mengontaminasi bahan makanan lain saat penyimpanan. Selain wadah, memotong daging sebaiknya dilakukan saat masih segar.Lebih baik lagi jika daging dipotong-potong dan membaginya dalam wadah-wadah untuk ukuran satu saji atau satu kali masak, sehingga daging yang diambil adalah daging yang diperlukan saja dan daging lainnnya bisa tetap terjaga kualitasnya. Selain itu, jangan cuci daging sebelum disimpan. Kebanyakan orang menganggap mencuci daging akan membuatnya bersih. Faktanya, Anda tak perlu mencuci daging saat akan disimpan di kulkas. Selain tidak dianjurkan mencuci daging, hal ini justru membuat kadar air dalam daging meningkat dan menyebabkan paparan dengan mikroba yang lebih besar.

3. Perlunya mencatat tanggal atau memberi label. Setelah menyimpan daging di kulkas, cara menyimpan daging di kulkas yang penting dilakukan adalah memberi label atau tanggal penyimpanan daging. Hal ini bertujuan agar kita bisa mengontrol dengan tepat mulai kapan waktu penyimpanan daging dan apa jenis daging yang disimpan. Mencatat waktu penyimpanan juga akan memudahkan mengontrol masa simpan. Pada suhu standar kulkas, daging merah seperti daging sapi, kambing, domba, bisa disimpan 4-5 hari.Pada suhu freezer, daging merah bisa disimpan hingga 4-12 bulan.

4. Menjaga kualitas daging saat akan digunakan. Cara menyimpan daging di kulkas yang terakhir adalah memerhatikan kapan akan digunakan daging tersebut. Jika akan digunakannya dalam 1-2 hari, maka menyimpan daging, sesuai porsi yang dibutuhkan, dalam kulkas bisa jadi pilihan yang tepat.

Perlakuan Sebelum Dimasak
Jika ingin menggunakan daging yang telah disimpan dalam freezer, maka lakukan persiapan dengan mencairkan daging tersebut dalam kulkas selama setengah sehari. Hal ini penting agar daging beku yang tetap terjaga kualitasnya ketika dicairkan. Jangan mencairkan daging beku di suhu ruang karena rentan terkontaminasi bakteri. Selain itu, jangan pula membekukan kembali daging yang telah dicairkan sebelumnya.

Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan, harus ada perlakuan beda dalam mengolah daging beku, sebelum sampai ke meja makan. Ali Khomsan menyarankan, proses pencairan daging beku dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yakni bisa disimpan di ruang suhu kamar, maka daging beku akan kembali menjadi daging segar untuk siap diolah. Kemudian ada juga pencairan daging beku dengan cara direndam dalam air biasa, sehingga lama-kelamaan bekuan-bekuan esnya akan meleleh. 

Selama ini, masih ada masyarakat yang melakukan pencairan daging beku langsung dengan merendam atau menyiramkan air panas. Memang, cara ini mempercepat waktu melelehkan bekuan es pada daging. Namun, cara ini sangat tidak disarankan. 

“Sebaiknya pencairan daging beku tidak dengan merendam pada air panas, karena performa dan tekstur dagingnya menjadi beda. Pencairan yang baik secara bertahap, melalui rendaman air biasa atau di ruang suhu kamar,” ujarnya. 

Jika pencairan dilakukan dengan cara memanaskan daging beku, maka akan merusak performa dan tekstur daging. Selain itu, kandungan gizi pada daging akan mengalami  penurunan drastis. (Abdul Kholis)

PELANTIKAN PENGURUS PDHI CABANG JATENG III PERIODE 2019-2023



Pelantikan pengurus PDHI Cabang Jateng III (Foto: Istimewa)

Bertempat di Aula Politeknik Pembangunan Pertanian Magelang, Minggu (4/8) lalu diadakan pelantikan Pengurus Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Tengah (Jateng) III periode masa bakti 2019-2023.

Pelantikan dilakukan langsung oleh Ketua Umum Pengurus Besar (PB PDHI) PDHI Drh H Muhammad Munawaroh MM. Terpilih sebagai Ketua Cabang PDHI Jateng III Periode 2019-2023 yaitu Drh Esti Dwi Utami MSi.

Berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia No Skep-41/KU-PBPDHI/VII/2019 tentang pengesahan susunan pengurus PDHI Cabang Jateng III periode masa bakti 2019-2023.

Drh Esti Dwi Utami MSi resmi dilantik menjadi ketua PDHI cabang Jateng III yang kedua kalinya bersama 30 pengurus. Pelantikan diawali pembacaan dengan keputusan dari PB PDHI kemudian pengambilan sumpah. PB PDHI Cabang Jateng III membawahi wilayah kerja Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang dan Kota Magelang.

Foto: Istimewa

Dalam sambutannya, Ketua Umum PB PDHI mengatakan jika PDHI sudah harus mengikuti perkembangan jaman dengan dimulainya industi 4.0, sehingga program-program yang berkaitan dengan kesehatan hewan harus selalu terkait dengan industri 4.0.

Lebih lanjut Munawaroh mengatakan jika sudah saatnya PDHI menunjukkan peran sertanya kepada pemerintah daerah dalam hal memberikan kontribusi kepada masyarakat, sebagai contoh mencegah penyakit Zoonosis seperti rabies.

“Industri 4.0 ini terkait dengan beberapa hal yang menyangkut peningkatan kompetensi dokter hewan, kemudian aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan kesehatan hewan, kemudian harapan saya agar PDHI Cabang Jateng III dapat memberikan kegiatan yang berdampak langsung pada masyarakat,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Ketua PB PDHI Cabang Jateng III, Esti Dwi Utami dalam program kerjanya ke depan untuk mendukung Industri 4.0 akan membuat sistem pembuatan kartu digitalisasi secara online.

“PB PDHI Cabang Jateng III saat ini memiliki anggota 200 dokter hewan, yang tersebar di 5 wilayaah. Karenanya untuk mempercepat kepengurusan kartu anggota harus dilakukan secara online. Selain itu, dalam program kerja yang akan dilakukan ke depan adalah dengan kegiatan-kegiatan nyata untuk masyarakat,” tandasnya.

Usai acara pelantikan, dilanjutkan dengan seminar dan workshop pemeriksaan hewan kurban oleh Drh Iskandar Muda MSc. (Sumber: magelangekspres.com/INF)


HARGA JUAL HEWAN KURBAN DI YOGYAKARTA ALAMI KENAIKAN

Hewan kurban (Foto: Kumparan)



Mendekati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 11 Agustus 2019, harga jual hewan kurban di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan sekitar 10 persen dibanding harga jual tahun lalu.

“Harga jual hewan kurban di beberapa pedagang di pasar tiban pada tahun ini mengalami kenaikan sekitar 10 persen. Hal ini bisa berpengaruh pada jumlah penjualan hewan kurban tahun ini,” kata 
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Rabu (7/8).

Menurut dia, jumlah hewan kurban yang dijual di pasar-pasar tiban di Kota Yogyakarta belum terdata secara pasti karena hewan kurban masih terus keluar masuk Kota Yogyakarta.

Sebelumnya, Ketua Pusat Pengadaan Hewan Qurban (PPQ) Angkatan Muda Muhammadiyah Kotagede Budi Setiawan mengatakan, menyediakan hewan kurban berupa sapi dan kambing. Untuk kambing ada berbagai jenis, mulai dari domba, kambing Etawa hingga kambing Merino yang memiliki ukuran tubuh sangat besar.

Kambing didatangkan langsung dari peternak di Parakan Temanggung, sedangkan sapi juga didatangkan langsung dari peternak di Paliyan Gunung Kidul.

Pada tahun ini, PPHQ AMM Kotagede menargetkan mampu menjual 400 ekor kambing dan tujuh atau delapan ekor sapi.

“Harga jual kambing bervariasi antara Rp 1,8 juta hingga Rp 5 juta per ekor. Sedangkan untuk sapi dijual dengan harga Rp 21 juta untuk satu orang atau Rp 3 juta untuk sepertujuh,” katanya.

Sementara itu, di PPHQ Jogja-Qu, harga jual hewan kurban juga hampir sama yaitu Rp 1,7 juta hingga Rp 5 juta per ekor untuk kambing, sedangkan untuk sapi Rp 21 juta sudah termasuk biaya penyembelihan atau pembeli bisa membeli sepertujuh sapi dengan harga Rp 3 juta. (Sumber: antaranews.com)


105 ORANG PETUGAS PEMANTAU HEWAN KURBAN DITERJUNKAN

Pelepasan tim pemantau hewan kurban oleh Dirjen PKH, I Ketut Diarmita (tengah), didampingi Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma'arif (kiri). (Foto: Humas Ditjen PKH)

Dalam rangka menjaminan kesehatan, keamanan dan kelayakan daging pada pemotongan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha 1440 H, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), menurunkan sebanyak 105 orang petugas pemantau hewan kurban ke wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Tim akan menjadi bagian dari ribuan petugas yang diterjunkan untuk pemeriksaan hewan kurban yang berasal dari berbagai instansi, seperti mahasiswa kedokteran hewan, petugas dinas, organisasi profesi dan profesional bidang kesehatan hewan dan masyarakat veteriner di seluruh Indonesia.

Pelepasan tim pemantauan pemotongan hewan kurban dilakukan pada Selasa (6/8), setelah acara pelatihan atau bimbingan teknis bagi para petugas. Acara dihadiri perwakilan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). 

Disampaikan Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, bahwa pentingnya pengawasan lalu lintas ternak dalam menghadapi Hari Raya Kurban, mengingat baru-baru ini merebak kembali kasus Antraks di Kabupaten Gunung Kidul. Petugas bekerjasama dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) diminta memastikan bahwa hewan kurban yang akan dipotong dalam keadaan sehat, sehingga masyarakat tidak khawatir terhadap penyakit hewan yang sifatnya zoonosis.

Ia menambahkan, penjaminan kesehatan hewan penting untuk mencegah menyebarnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain. Oleh karena itu untuk hewan yang ditransportasikan disertai dengan Sertifikat Veteriner/Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) sebagai bukti hewan tersebut sudah diperiksa dokter hewan berwenang di daerah asal dan sehat.

“Jika menemukan adanya gejala penyakit yang mencurigakan, petugas harus memberikan respon cepat berkoordinasi dengan dinas setempat dan balai veteriner. Petugas juga harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa tempat pemotongan hewan kurban harus layak dan higienis,” ucapnya.

Sementara pakar kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet) dari FKH IPB, Hadri Latif, menyampaikan pentingnya penerapan aspek Kesmavet dalam penanganan hewan dan daging kurban. Prinsip-prinsip kesejahteraan hewan, pemeriksaan sebelum pemotongan dan setelah pemotongan, serta higiene dan sanitasi harus dipahami petugas, karena hal ini menentukan kelayakan produk hewan yang akan dikonsumsi. 

Menurutnya, dalam pemeriksaan setelah hewan disembelih pada jeroan kadang ditemukan adanya cacing, baik cacing hati maupun cacing lambung. Jika pada organ hati, terutama di saluran empedu hati ditemukan cacing, maka bagian hati yang mengandung cacing harus disayat dan dimusnahkan. Jika sebagian besar hati yang mengandung cacing menjadi “mengeras” maka keseluruhan organ hati tersebut harus dipisahkan untuk dimusnahkan, karena tidak layak konsumsi. (INF)

MENTAN HARAPKAN PROGRAM DITJEN PKH BERMANFAAT LEBIH UNTUK MASYARAKAT



Kegiatan arahan Mentan untuk pejabat struktural Ditjen PKH (Foto: Humas Kementan)  

Memberikan arahan kepada seluruh pejabat struktural Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengharapkan Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan dapat memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat Indonesia.  

“Saya ingin program Ditjen PKH dan pegawai memberikan nilai tambah untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya,” kata Amran di Gedung C Kementan, Jakarta, Senin (5/8).   

“Program BEKERJA dan SIWAB harus terus dilakukan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat,” tegas Amran, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Infovet.

Menurut Amran, kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan tidak hanya berasal dari daging ayam atau sapi namun banyak pilihan seperti telur, kambing, domba, dan produk peternakan lainnya.

Amran menyampaikan dalam pemenuhan hak atas pangan bagi masyarakat berkualitas gizi baik dengan cara produksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sehingga diperlukan tata kelola peternakan yang sinergi mulai dari aspek hulu, off farm, hilir sampai dengan pemanfaatan produk di tingkat masyarakat.

Lebih lanjut disampaikan, langkah terpenting dari pemerintah saat ini adalah bagaimana membuat daging tersebut mudah diakses oleh masyarakat dan terjangkau harganya.

"Untuk ini sejak tahun 2018 kita melakukan program BEKERJA (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera)," ungkap Amran.

Melalui program ini, pemerintah mendorong masyarakat miskin untuk melakukan usaha budidaya ayam kampung. Terbukti dari pemberian stimulan 50 ekor bibit ayam kampung untuk rumah tangga miskin, pendapatan masyarakat meningkat secara signifikan.

Selain pemberian ayam ini dikaitkan dengan program pemgurangan kemiskinan, pemberian ayam kampung ini juga terkait tradisi budidaya ayam bagi penduduk pedesaan.

Ditjen PKH memiliki kewajiban dalam penyediaan pangan asal hewan termasuk daging yang memiliki gizi (protein) tinggi dengan harga yang terjangkau, mudah diakses, dan dijamin kemanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalannya (ASUH).

IB Ujung Tombak UPSUS SIWAB

Pada kesempatan itu, Amran meminta secara khusus agar Ditjen PKH memperkuat komitmen 5 tahun mendatang dalam perencanaan Kemandirian Pakan sehingga dapat menyediakan pakan secara mandiri, dalam mendukung program BEKERJA.

“Jangan sampai masyarakat menjadi ketergantungan. Oleh karena itu, kita mendorong masyarakat harus bisa produksi pakan sendiri dengan memanfaatkan sumber daya bahan pakan lokal, mandiri bibit, dan diedukasi serta didampingi hingga hilir untuk pengolahan dan pemasaran sehingga produksinya bisa terjual di pasar-pasar modern serta retail-retail besar” jelas Amran.

Selain itu, Amran juga mengingatkan untuk kegiatan Inseminasi Buatan (IB) sebagai ujung tombak UPSUS SIWAB pada Program Ditjen PKH terus ditingkatkan dalam mendongkrak jumlah populasi sapi di Indonesia.

"Saya minta untuk IB tidak boleh turun selama 5 tahun ke depan," pinta Amran. (Rilis/NDV)



SEMINAR INTERNASIONAL PETERNAKAN DIGELAR UNSOED

Foto: unsoed.ac.id


Pertemuan ilmiah "The 1st International Conference on Animal Industry in the Tropics 2019 (The 1st ICAIT 2019)” digelar  Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Acara yang mendatangkan para pembicara berkompeten ini berlangsung pada 6-8 Agustus 2019 di Grand Karlita Hotel, Purwokerto.

Peserta pertemuan ini sebanyak 115 orang, di antaranya 7 orang dari Malaysia, Filipina, Thailand hingga Sudan.

Panitia Bidang Humas ICAIT 2019, Alief Enstein mengemukakan, tema yang diusung  adalah "Animal Farming for Sustainable Rural Development" yatu upaya membangun peternakan berkelanjutan di pedesaan.

Alief mengatakan, seminar internasional pertama yang digelar oleh Fakultas Peternakan Unsoed  itu mendapat tanggapan sangat positif.

 “Sebanyak 115  peserta dari berbagai negara di antaranya 7 orang perwakilan universitas luar negeri dari Malaysia, Filipina, Thailand hingga Sudan,” kata Alief seperti dikutip Infovet dari laman situs gatra.com, Selasa (6/8).

Sementara, Ketua Panitia Seminar Internasional ICAIT 201, Juni Sumarmono PhD, mengatakan sesuai dengan tema, tujuan dari the 1st ICAIT 2019  adalah sebagai media pertukaran informasi mengenai teknologi terkini di bidang peternakan, khususnya daerah tropis.

“Dampak yang diharapkan yakni tersebarluaskannya teknologi bidang peternakan untuk mendukung keberlangsungan industri peternakan di Indonesia, khususnya peternakan di daerah pedesaan,” kata Juni.

Juni menerangkan, pembicara dalam seminar internasional ini antara lain Prof Weerapon Thongma (Maejo UniversityThailand), Dr Maria Chintia Oliveros (University of the Philippines Los Banos), Prof Irwandi Jaswir (International Islamic University Malaysia), Prof Jelan (University Putra Malaysia), Prof Budi Guntoro (Universitas Gadjah Mada), dan Prof Dr Ismoyowati (Unsoed).

Dalam seminar ini, peserta diperkenalkan dengan kekayaan kultural dan potensi peternakan Kabupaten Banyumas melalui kegiatan City Tour.

Pada 8 Agustus atau di hari ketiga diadakan kegiatan field trip. Peserta akan berkeliling di beberapa titik daerah Banyumas di antaranya sentra batik, sentra oleh-oleh Sokaraja, dilanjutkan kunjungan ke Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul-Hijauan Pakan Ternak Baturraden. (gatra/INF)



"KURBAN DAN PETERNAKAN" TIPS PENANGANAN HEWAN DAN DAGING KURBAN


Momen yang ditunggu-tunggu umat muslim serta para peternak sapi, domba maupun kambing akan segera tiba, yakni hari raya Idul Adha 1440 H. Sebab, pada momen tersebut menjadi berkah sekaligus panen tahunan bagi mereka. Hal tersebut merupakan hikmah ketika Allah SWT memerintahkan kepada umat untuk berkurban, bukan semata-mata hanya perkara ibadah, namun juga tentang upaya membangkitkan ekonomi umat.

Potensi perputaran ekonomi umat bernilai besar dalam kegiatan hari raya Idul Adha. Dari aktivitas tersebut, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pada peternakan di desa-desa. Hewan ternak yang berasal dari berbagai wilayah tersebut perlu ditangani dengan tepat, sehingga mendapat hasil yang baik.

Prinsip penanganan penyembelihan kurban sama dengan penanganan daging pada umumnya, yaitu wajib memenuhi kaidah yang ditetapkan pemerintah sebagai penjabaran prinsip halal dan toyib dalam agama, yang biasa disebut konsep aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Namun yang berbeda yaitu pada ketepatan syariat sah-nya kurban, sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai ibadah kurban yang sempurna. Apabila dilihat dan disinergiskan antara keduanya, maka dalam hal ini meliputi pemilihan ternak, handling/penanganan ternak, waktu penyembelihan, proses penyembelihan, pengelolaan daging, sampai proses distribusi ke masyarakat. Keseluruhan proses itu harus dijalankan sesuai hukum syariat kurban serta mengikuti kaidah, sehingga tidak melupakan kesejahteraan hewan (animal welfare).

Mulai dari waktu penyembelihan (10, 11, 12 dan 13 bulan Dzulhijjah), kurban juga harus cukup umur (musinnah), tidak cacat dan tidak sedang dalam keadaan sakit. Salah satu parameter umur musinnah adalah gigi telah berganti, atau biasa diistilahkan dengan poel. Poel pertama kambing/domba berkisar usia 1 tahun (masuk tahun kedua) dan sapi 2 tahun (1,5 sampai 2 tahun). Hewan kurban yang berada di lokasi penyembelihan juga harus diperlakukan dengan baik sejak sebelum pemotongan hingga saat pemotongan. Hewan kurban yang disembelih atas nama Allah SWT dan ditandai dengan terpotongnya tiga saluran (napas, makanan dan darah). Kesalahan yang kerap terjadi pada saat pemotongan, biasanya juru sembelih menginginkan hewan cepat mati, dengan cara memutus spinal chord (sumsum tulang belakang). Memutus/menusuk spinal chord akan menghentikan transmisi syaraf pusat ke jantung, sehingga jantung berhenti memompa darah padahal darah belum keluar sempurna. Menurut Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Nanung Danar Dono Ph.D, bahwa daging dari kambing/sapi yang ditusuk jantung atau spinal chord-nya akan berkualitas buruk, cepat busuk karena banyak sisa darah di dalam daging.

Selain itu, penanganan daging kurban sesuai prinsip ASUH juga sangat penting, dimulai dari petugas yang menangani hewan kurban pasca penyembelihan (pengulitan, parting dan pengeletan/deboning). Petugas harus menjaga kebersihan tangan, tempat dan pakaian. Kemudian petugas harus menyediakan tempat penanganan daging dan jeroan secara terpisah untuk menghindari kontaminasi. Sebab, jeroan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri pengurai yang mempercepat pembusukan, sehingga tidak layak tercampur atau mencemari daging. Hindari pula membersihkan jeroan di sungai, jeroan sebaiknya dicuci pada air bersih mengalir. Sehingga lebih baik menggunakan air keran untuk mencuci dengan cara menyiapkan lubang untuk mengalirkan zat sisa pembuangan jeroan.

Penanganan daging seperti pemotongan daging sebaiknya dilakukan di atas meja atau tempat yang memiliki alas yang mudah dibersihkan (terpal plastik) dan menggunakan alas pengiris (talenan) yang bersih dan kering. Hindari mengiris daging di lantai atau tanah meskipun telah diberi alas, karena rentan terhadap cemaran debu dan kotoran. Daging yang sudah dipotong-potong hindarkan dari proses pencucian, pencucian akan meningkatkan perkembangan bakteri. Pencucian dilakukan hanya pada saat sebelum daging dimasak/diolah. Masukkan daging yang akan dibagikan ke dalam kantong plastik khusus untuk pangan atau kualitas food grade (kantong plastik berstandar pangan). Jeroan dikantongi terpisah dengan daging. Daging secepat mungkin didistribusikan kepada masyarakat. Daging yang diterima masyarakat sebaiknya sesegera mungkin disimpan pada mesin pendingin atau langsung diolah agar tidak mengalami penurunan kualitas atau bahkan membusuk. Namun sebelum disimpan, sebaiknya daging perlu dipotong kembali sesuai tujuan penggunaannya, sehingga jika sudah disimpan dan ingin diolah kembali hanya mengambil bagian tertentu saja tanpa harus menetralkan seluruh bagian daging. Dengan begitu daging akan bertahan lebih lama dan kualitasnya tetap baik.

Pemotongan hewan kurban ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, hal ini dikarenakan semua masyarakat ikut terlibat. Momen Idul Adha juga harus diiringi dengan turut sertanya pemerintah dan masyarakat dalam mengontrol, menjaga dan mengamankan hewan kurban dari risiko penularan penyakit zoonosis dan upaya penyediaan daging kurban yang ASUH. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 114/2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban, hewan kurban yang dijual dan akan dipotong harus memenuhi persyaratan syariat Islam, administrasi dan teknis. ***

Rifqi Dhiemas Aji
Konsultan Teknis Peternakan,
PT Natural Nusantara

EDUKASI MEMILIH DAN MEMPERLAKUKAN HEWAN KURBAN YANG BAIK

Foto: Dok. Kementan


Kegiatan edukasi serta sosialisasi dalam memilih dan memperlakukan hewan kurban yang baik digelar Kementerian Pertanian (Kementan) pada Tani On Stage (TOS) Dago, Bandung, Minggu (4/8).
\
"Daging kurban harus ditangani baik. Sebagai contoh pencacahan daging kurban. Jika penanganannya tidak baik maka akan berpotensi menyumbangkan 10.000-100.000 kuman per menitnya," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Syamsul Ma'arif.

Ditengah antusiasme ratusan masyarakat yang hadir, Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) memberikan pemahaman tentang bagaimana memilih, menangani, motongan, mengemas, menyimpan hingga membagikan daging dan hewan kurban kepada masyarakat.

Ma'arif menyatakan Kementan telah melakukan serangkaian upaya mulai dari penyediaan regulasi, sosialisasi, pembinaan dan juga pemeriksaan serta pengawasan daging dan hewan kurban. Bahkan Kementan sudah membangun fasilitas percontohan pemotongan hewan kurban di 21 lokasi, yaitu Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan NTB.

Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan, dan Kesehatan Hewan di seluruh provinsi, dan saat ini stok hewan kurban lokal dinyatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan.

"Kami perkirakan tahun ini akan terjadi lonjakan permintaan 10 persen lebih tinggi dari 2018, dan kami sudah antisipasi kebutuhan masyarakat ini," kata Ma'arif.

Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Koesmayadie mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen melaksanakan prinsip ASUH hewan kurban tersebut. Provinsi Jawa Barat sudah menyiapkan 880 personil untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging kurban.

"Demi menjaga kualitas hewan kurban, masyarakat sebaiknya membeli hewan kurban yang sudah dikalungkan label "Sehat, Telah Diperiksa" oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat," jelas Koemayadie.

Dosen Fakultas Kesehatan Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Denny Wijaya Lukman secara detail menjelaskan aspek teknis dalam mengidentifikasi daging dan hewan kurban yang baik.

Denny menguraikan, terkait hati hewan yang ditemukan cacing. Menurutnya, kondisi seperti itu daging hewan tersebut masih layak dikonsumsi, akan tetapi organ atau bagian yang terdapat cacing dibersihkan jika dan jika mengeras harus di buang.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri selaku penggagas event TOS ini mengatakan pihaknya akan terus melanjutkan kegiatan edukasi ini, agar memberikan banyak informasi program dan tips pertanian bagi masyarakat.

"Banyak Informasi yang Kementan miliki. Kami siap memberikan edukasi agar makin banyak petani muda dan masyarakat yang mendukung program Kementan," kata Kuntoro. (Rilis/INF)      

PROYEKSI KEBUTUHAN PEMOTONGAN HEWAN KURBAN TAHUN INI

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita meninjau lokasi peternakan sapi (Foto: ditjenpkh.pertanian.go.id)


Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, pada Idul Adha tahun 2019 menyebutkan proyeksi kebutuhan pemotongan hewan kurban diperkirakan mencapai 1.346.712 ekor, terdiri dari 376.487 ekor sapi, 12.958 ekor kerbau, 716.089 ekor kambing, dan 241.178 ekor domba.

"Ini adalah angka estimasi jumlah pemotongan hewan kurban tahun ini. Kita perkirakan ada kenaikan jumlah pemotongan hewan kurban sebesar 10% dari jumlah pemotongan tahun 2018 lalu," ungkap 
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita di Subang, Sabtu (3/8).

Ketut menambahkan, ketersediaan sapi potong dan hewan kurban lainnya jelang hari raya Idul Adha 1440 H mencukupi.

Untuk memastikan ketersediaan dan pemenuhan stok hewan kurban, Ditjen PKH telah melakukan koordinasi dengan Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan seluruh provinsi di Indonesia.

Lebih lanjut, Ketut menyampaikan bahwa berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS total populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 18.120.831 ekor dengan rincian populasi sapi potong sebanyak 16.648.691 ekor, sapi perah 604.467 ekor, dan kerbau 877.673. ekor. Adapun untuk populasi sapi potong dapat dirinci menjadi Sapi Bali sebanyak 32,91%, Onggole 15,15%, Madura 6,79%, Simental 9,08%, Limosin 11,23%, Brahman 4,14%, Brahman Cros 0,36%, Aceh, 6,12%, dan sapi jenis lainnya 14,20%.

Menurut Ketut, beragamnya rumpun sapi potong baik asli maupun lokal merupakan potensi basis yang ke depannya harus ditingkatkan daya saingnya. Sapi potong asli indonesia diantaranya tediri dari: Sapi Bali, Aceh, Madura, dan Sapi Pesisir. Sedangkan sapi yang termasuk dalam rumpun lokal, seperti Sapi Sumba Ongole (SO), Peranakan Ongole (PO), dan rumpun sapi lainnya yang telah beradaptasi dan dikembangkan dengan baik dengan kondisi lokal.

"Keberagaman rumpun sapi potong asli tersebut, menjadi modal dasar bagi Indonesia dalam memproduksi daging sapi untuk kebutuhan masyarakat," ucapnya.

Pemerintah telah mengambil kebijakan dalam pegembangan dan perbaikan mutu genetik ternak sapi potong untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha terhadap ternak sapi potong yang memiliki persentase karkas yang tinggi dan produktifitas yang efisien.

Kebijakan pengembangan ternak sapi potong di Indonesia yang dilakukan antara lain adalah dengan pemurnian genetik ternak sapi potong. Kementan memiliki 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) untuk sapi potong, yakni BPTU Indrapuri di Aceh, BPTU Padang Mangatas di Sumatera Barat, BPTU Sembawa di Sumatera Selatan, dan BPTU Sapi Bali di Bali.

"Untuk mendukung perkembangan sapi potong di Indonesia, Kementan juga memiliki 2 Balai Inseminasi Buatan nasional (BBIB Singosari dan BIB Lembang), dan 1 Balai Embrio Transfer (BET Cipelang)," pungkasnya. (Rilis/INF)

EXPO PETERNAKAN DAN KONTES TERNAK JAWA BARAT 2019


Keberhasilan pembangunan peternakan di Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh pembibitan yang dilaksanakan oleh peternak. Dalam rangka mengapresiasi dan memotivasi peternak untuk menghasilkan bibit ternak dengan pola Good Farming Practices (GFP) maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Expo Peternakan dan Kontes Ternak Jawa Barat di Gedung Olah Raga (GOR) Singalodra Kabupaten Indramayu pada 23-24 Juli 2019 yang lalu.

Adapun tema yang diangkat dalam acara tersebut adalah “Meningkatkan Kualitas Bibit Ternak dan Daya Saing Produk Hasil Peternakan untuk Jabar Juara Lahir Bathin”. Expo Peternakan dan Kontes Ternak Jawa Barat 2019 bertujuan untuk memberikan motivasi kepada peternak untuk selalu menghasilkan bibit unggul dan replacement stock, juga sebagai ajang pelestarian dan pengembangan plasma nutfah asli Jawa Barat (Domba Garut, Ayam Pelung, Sapi Pasundan, Ayam Sentul, Itik Cihateup/Itik Rambon dan Domba Priangan) juga sebagai wahana edukasi dan informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan dunia peternakan di Jawa Barat.
Pemberian Hadiah Kepada Para Pemenang Kontes (Foto : Afdi)

Ada 51 booth yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan rincian 21 booth Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan, 5 booth dari UPT Kementerian Pertanian, 14 booth berasal dari pihak swasta dan 11 booth berasal dari pihak lain. Sedangkan pelaksanaan kontes ternak sendiri melombakan berbagai komoditas ternak dengan rincian sebagai berikut sapi perah hasil IB 3 kategori (dara, bibit sapi perah betina dan induk laktasi II), sapi potong 4 kategori (jantan PO, betina PO, jantan Pasundan, betina Pasundan), Domba Garut 4 kategori (ratu bibit, raja calon pejantan, raja pedaging, petet jantan), Kambing PE 2 kategori (raja pejantan dan ratu bibit), Ayam Sentul 2(ayam jantan dan ayam betina) kategori dan Itik Rambon 2 kategori (itik Jantan dan itik Betina).

Bupati Indramayu, H. Supendi, Msi dalam pembukaan mengatakan bahwa Indramayu beruntung menjadi tuan rumah di perhelatan kali ini. “Dengan adnya kontes ternak, peternak dapat termotivasi agar lebih baik lagi, selain itu dapat mempererat silaturahmi antar peternak,” tuturnya.

Pada hari Kedua, Rabu 24 Juli 2019 yang juga merupakan acara puncak, perwakilan juri Drh. Kurmia Achjadi, MS mengumumkan pemenang kontes ternak dari masing – masing kategori. Pada tahun ini juara umum kontes ternak Jawa Barat Tahun 2019 diraih oleh Kabupaten Bandung Barat sedangkan predikat booth Expo Peternakan terbaik diraih oleh Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor.(Afdi)

PRESIDEN JOKOWI TINJAU PROYEK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI BELGIAN BLUE



Presiden Jokowi meninjau kawasan percontohan pengembangan sapi Belgian Blue (Foto: Humas Kementan)

Presiden Joko Widodo, Rabu (31/7) melakukan kunjungan ke Desa Parsingguran, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Didampingi Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor, Kepala Negara meninjau proyek percontohan pengembangan ternak sapi Belgian Blue.

Ada tiga anak sapi yang didatangkan ke lokasi itu dan Jokowi berjanji akan menambah jumlahnya. Jenis sapi tersebut dapat dikatakan sebagai jenis baru di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi bibit unggul bagi pemenuhan kebutuhan daging nasional di masa mendatang.

Sapi Belgian Blue tersebut memiliki bobot 1,5 ton apabila diternakkan dengan baik. Oleh karena itu, Presiden berencana ika proyek percontohan di Desa Parsingguran ini berhasil, proyek-proyek serupa akan turut dikembangkan di daerah lainnya.

"Sapi ini baru datang 3 hari, dari Menteri Pertanian. Kelihatannya sapinya happy di kawasan ini. Oke, berarti tambah lagi. Karena dari sapi, dari kerbau, nanti kotorannya bisa dipakai untuk pupuk, arahnya organik seperti itu," jelas Jokowi seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Infovet, (Kamis, 1/8).             

Jokowi menambahkan, anak sapi tersebut akan dibesarkan. Jika benar-benar produktif, ada potensi untuk dikembangkan di kawasan lain.

"Karena di Humbang Hasundutan mungkin dikembangkan lagi, bisa di Karo, Tapanuli Utara,” pungkas Jokowi. (Rilis/NDV)

IKUTI WORKSHOP BIOSEKURITI BERSAMA FAO ECTAD INDONESIA


MENGANDUNG BAKTERI BERBAHAYA, BENIH JAGUNG ASAL INDIA DIMUSNAHKAN

Ali Jamil PhD didampingi pejabat dari Direktorat Perbenihan,Ditjen Tanaman Pangan dan instansi terkait di Instalasi Karantina Hewan Bandara Soekarno Hatta (Foto: Humas Kementan)


Sebanyak 3,1 ton benih jagung asal India ini dimusnahkan Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Tanjung Priok. Setelah melewati pemeriksaan laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, benih jagung tersebut positif mengandung bakteri Pantoea ananatis.

Bakteri ini termasuk dalam kategori Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 Golongan 1 artinya bakteri tidak dapat diberi perlakuan, sehingga harus dimusnahkan. "Benih ini sangat berbahaya, bisa mengancam pertumbuhan maupun produksi  jagung nasional kita. Sesuai prosedur kita musnahkan," kata Ali Jamil PhD, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) saat lakukan pemusnahan di Instalasi Karantina Hewan Soekarno Hatta di Tanggerang, Banten, Rabu (31/7).

Pemusnahan benih berbakteri ini dilakukan dengan cara dibakar menggunakan alat bersuhu tinggi, incenerator. "Harus kita pastikan benih ex-impor yang tidak memenuhi quarantine requirements ini musnah. Sangat beresiko, karena ada kemungkinan membawa patogen tular benih atau seed borne disease," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Purwo Widiarto, menyampaikan bahwa  pemeriksaan fisik terhadap benih impor ini dilakukan di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) CDC Banda, Tanjung Priok pada tanggal 1 Juli 2019. 

Komoditas impor ini masuk dalam 3 varietas masing-masing Drogon 66, Bond dan Dragon 77 sementara  pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik PCR. "Terbukti tidak memenuhi persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary, SPS, dengan mengandung bakteri berbahaya benih ini kemudian direkomendasikan untuk dimusnahkan," jelas Purwo.

Berdasarkan data tindakan pengawasan dan penindakan di Karantina Pertanian Tanjung Priok hal yang sama juga dilakukan pemusnahan benih jagung ex India sebanyak 6,1 ton pada Maret 2019 lalu. Sementara tindakan penahanan, penolakan dan pemusnahan periode Januari hingga Juni 2019 diseluruh Karantina Pertanian Indonesia masing-masing adalah penahanan sejumlah 1.201 kali, penolakan sejumlah 644 kali dan pemusnahan sejumlah 688 kali.

Tindakan pemusnahan kali ini turut dihadiri dan disaksikan langsung oleh seluruh jajaran instansi terkait dan pemilik barang, PT Masco Agro Genetics.

Barantan segera melayangkan notifikasi ketidaksesuaian atau notification of non-compliance, NNC kepada otoritas karantina di India selaku NPPO focal.

Hal yang sama juga akan dilakukan negara mitra dagang, jika produk pertanian yang diekspor dengan berbekal PC dari Barantan selaku otoritas Karantina Pertanian namun tidak memenuhi persyaratan SPS, akan ditolak masuk bahkan juga dimusnahkan.

Sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045, penguatan sistem perkarantinaan termasuk laboratorium menjadi fokus kebijakan strategis di Barantan."Sebagai fasilitator perdagangan komoditas pertanian, membangun trust mitra dagang sangat penting. Pemeriksaan karantina yang cepat, tepat dan akurat sangat menentukan agar produk kita dapat diterima di pasar global," tandas Jamil. (Rilis/INF)

TOXIN BINDER DAN PERANANNYA

Kualitas pakan secara fisik ataupun laboratories sangat menentukan seberapa perlu penggunaan toxin binder dan kriteria/jenis penggunaannya sesuai dengan keperluan. (Sumber: zootecnicainternational.com)

Indonesia adalah negara yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, beriklim tropis dengan kelembaban udara yang relatif tinggi dari waktu ke waktu (sehingga sering disebut sebagai negara dengan iklim tropis basah). Indonesia memiliki iklim laut yang sifatnya lembab dan banyak mendatangkan hujan. Pada musim penghujan jelas akan memberikan dampak signifikan terhadap kelembaban lingkungan dibanding saat musim kemarau. Hal ini juga karena Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana sebagian besar tanah daratannya dikelilingi lautan dan samudera. Sehingga potensi pembentukkan uap air jauh lebih tinggi dibanding negara yang daratan lebih besar.

Lembab dan Faktor Resiko Munculnya Jamur
Pola suhu dan kelembaban di Indonesia dalam 24 jam sangat menciri sekali. Dimana pada saat tengah malam menuju ke dini/pagi hari, rendahnya suhu lingkungan biasanya akan diikuti oleh tingginya kelembaban, dan sebaliknya saat tingginya suhu siang hari secara umum kelembaban akan menurun signifikan.

Salah satu keunikan yang terjadi di Indonesia adalah dijumpainya kemarau basah yang berkepanjangan. Tingginya cekaman panas pada musim kemarau akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya penguapan yang berlebihan dan berdampak pada terkumpulnya awan yang mengandung uap air yang pada titik kondensasi tertentu akan berubah menjadi hujan. Sehingga tidak jarang dijumpai kondisi pada saat cuaca panas, namun hujan turun yang menyebabkan kelembaban lingkungan semakin tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pola kelembaban tidak hanya dipengaruhi rendahnya suhu pada malam hari, namunn juga suhu yang relatif tinggi yang berakibat penguapan berlebih pada saat siang hari.

Konsekuensi logis dari kondisi geografis tersebut membuat peternak harus lebih rinci dan detail dalam menjalankan aktivitas budidaya perunggasannya agar bisa meminimalkan efek atau resiko buruk dari kelembaban tinggi yang berdampak pada performa produksi ayam. Bahkan kelembaban relatif lingkungan bisa mencapai 100%. Tidak hanya sekedar dalam memainkan setting kipas dan tirai, upaya menjaga kualitas litter, mencegah adanya kepadatan semu, juga harus fokus terhadap ancaman penurunan kualitas pakan oleh adanya jamur dan mikotoksin. Mengingat efek yang dihasilkan sangat berbahaya dan merugikan, baik yang secara kasat mata mapun yang tidak.

Jamur dan Mikotoksin
Banyak para peternak yang belum bisa membedakan antara keduanya. Ada beberapa diantara peternak yang menganggapnya...

Drh Eko Prasetio
Commercial Broiler Farm Consultant


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2019.

MEMBEBASKAN PAKAN DARI ANCAMAN TOKSIN

Jagung sebagai bahan baku pakan rentan tercemar mikotoksin. (Foto: Infovet/Ridwan)

Toksin, atau lazim disebut dengan mikotoksin dalam dunia peternakan. Permasalahan klasik yang kerap kali mengintai semua unit usaha yang bergerak di bidang perunggasan dari hulu maupun hilir.

Toksin dapat diartikan sebagai senyawa beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme hidup, dalam dunia veteriner disepakati terminologi biotoksin dalam menyebut mikotoksin maupun toksin lainnya, karena toksin diproduksi secara biologis oleh makhluk hidup memalui metabolisme bukan artificial (buatan). 

Dalam industri pakan ternak seringkali didengar istilah mikotoksin (racun yang dihasilkan oleh cendawan/kapang/jamur). Sampai saat ini cemaran dan kontaminasi mikotoksin dalam pakan ternak masih membayangi tiap unit usaha peternakan, tidak hanya di negeri ini tetapi juga di seluruh dunia.

Mikotoksin selalu Menjadi Momok
Dalam dunia peternakan, setidaknya ada tujuh jenis mikotoksin yang menjadi tokoh “protagonis”, ketujuhnya seringkali mengontaminasi pakan dan menyebabkan masalah pada ternak. Terkadang dalam satu kasus, tidak hanya satu mikotoksin yang terdapat dalam sebuah sampel. Peternak pun dibuat kerepotan oleh ulah mereka. Adapun jenis toksin yang penting untuk diketahui diantaranya, Aflatoksin, Ochratoksin, Fumonisin, Zearalenon, Ergot Alkaloid, Deoxynivalenol (DON)/Vomitoksin dan T-2 Toksin.

Menurut Managing Director Biomin Indonesia, Drh Rochmiyati Setiarsih, masalah mikotoksin merupakan masalah klasik yang terus berulang dan sangat sulit diberantas. “Banyak faktor yang memengaruhi kenapa mikotoksin sangat sulit diberantas, misalnya saja dari cara pengolahan jagung yang salah,” tutur wanita yang akrab disapa Yati tersebut.

Di Indonesia kebanyakan petani jagung hanya mengandalkan iklim dalam mengeringkan jagungnya, dengan bantuan sinar matahari/manual biasanya petani menjemur jagung hasil panennya. Mungkin ketika musim panas hasil pengeringan akan baik, namun pada musim basah (penghujan), sinar matahari tentu tidak bisa diandalkan. “Jika pengeringan tidak sempurna, kadar air dalam jagung akan tinggi, sehingga disukai oleh kapang. Lalu kapang akan berkembang di situ dan menghasilkan toksin,” katanya.

Masih masalah iklim menurut Yati, Indonesia yang beriklim tropis merupakan wadah alamiah bagi mikroba termasuk kapang dalam berkembang biak. “Penyimpanan juga harus diperhatikan, salah dalam menyimpan jagung artinya... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2019.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer