Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini IPB | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

IPB GELAR KULIAH UMUM TROPICAL FEED PRODUCTION

Kuliah Umum Seri I tentang Tropical Feed Production yang diselenggarakan IPB. (Foto: Infovet/Sadarman)

Produksi pakan ternak di daerah tropis menjadi bahasan menarik jika dikaitkan dengan upaya menambah populasi ternak. Penambahan populasi sejalan dengan peningkatan jumlah pakan yang akan dikonsumsi. Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB, Prof Dr Ir Nahrowi dalam Kuliah Umum Seri I tentang Tropical Feed Production, Selasa (3/8/2021), secara daring yang diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB.

Lebih lanjut dipaparkan Nahrowi, Indonesia mempunyai beranekaragam bahan pakan yang bisa dikonsumsi ternak secara langsung maupun melalui preservasi terlebih dahulu.

“Kita punya banyak pilihan bahan pakan lokal, misalnya produk samping perkebunan dan pengolahan produk utama dari kelapa sawit, ada onggok sebagai produk samping dari pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dan masih banyak lagi,” kata Nahrowi.

Bahan-bahan pakan lokal tersebut bisa diberikan langsung, namun tidak sedikit juga yang perlu diolah dahulu sebelum diberikan pada ternak, misalnya pemberian bungkil inti sawit pada ternak. Menurut Prof Nahrowi, bungkil inti sawit merupakan produk samping dari pengolahan buah kelapa sawit.

“Produk samping ini mengandung protein cukup tinggi, ada mannan di dalamnya yang dapat difungsikan untuk berbagai macam keperluan, namun perlu diingat bungkil inti sawit masih banyak mengandung tempurung, sehingga perlu dilakukan pemisahan, salah satunya melalui proses pengayakan,” jelasnya.

Kandungan mannan dalam bungkil inti sawit disebut Nahrowi dapat berperan sebagai anti-nutrisi, sehingga pemberiannya untuk unggas perlu dikaji lebih jauh. Dijelaskan, mannan pada dasarnya dikelompokan dalam anti-nutrisi, namun fungsi mannan juga perlu dikaji dengan baik.

“Mannan itu masuk dalam kelompok polisakarida dan sering disebut polisakarida mannan, zat aktif ini dapat meningkatkan respon kekebalan dan mampu menghambat kolonisasi bakteri yang merugikan ternak, sehingga mannan akan menjadi non-nutrien yang diperhitungkan di masa mendatang,” ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Dr Rahmat Hidayat dari Fapet Unpad, memaparkan produksi pakan lokal untuk ruminansia yang utamanya adalah rumput atau hijauan, sehingga produksinya perlu ditingkatkan. Peningkatan produksi hijauan pakan harus dibarengi penambahan lahan, sebab permasalahannya banyak alih fungsi lahan yang dijadikan perumahan atau perkebunan.

Untuk mengatasi hal itu, eksplorasi sumber bahan pakan baru adalah solusinya. “Banyak sumber bahan pakan baru yang bisa diberikan pada sapi, baik dari produk samping kelapa sawit dan pabrikannya, maupun dari produk samping industri lainnya. Intinya bisa dikonsumsi ternak dan tidak menimbulkan keracunan,” kata Rahmat.

Oleh karena bahan pakan ternak di daerah tropis sangat beragam, semuanya dapat diberikan pada ternak, namun perlu dipreservasi terlebih dahulu karena ada beberapa yang memiliki kandungan anti-nutrisi ataupun bentuk dari bahan pakan lokal itu sendiri. Preservasi dan pengayaan diperlukan, terutama untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan tersebut, juga untuk meningkatkan utilitasnya. (Sadarman)

PENERAPAN SISTEM PELACAKAN PADA INDUSTRI SAPI PEDAGING

Tri Nugrahwanto dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi”. (Foto: Istimewa)

Di Indonesia, rantai pasok dan teknologi untuk melacak sapi pedaging impor Australia mengalami perkembangan, terutama di sektor usaha penggemukan (feedlot), pasca terjadinya penghentian ekspor sapi hidup Australia ke Indonesia pada 2011 silam.

Rantai pasok (supply chain) dibentuk sebagai suatu jaringan untuk mempermudah melakukan sistem pelacakan sapi-sapi yang diimpor dari Australia. Pelacakan tersebut dilakukan oleh feedlot dengan penerapan standar kesejahteraan hewan (animal welfare) sejak un-loading sapi di pelabuhan sampai sapi dipotong di rumah pemotongan hewan ruminansia (RPH-R).

Hal itu seperti disampaikan Supply Chain Manager PT Tanjung Unggul Mandiri, Tri Nugrahwanto, dalam Training Online bertajuk “Ketertelusuran (Traceability) pada Rantai Pasok Sapi Potong Berbasis Teknologi Informasi” yang dilaksanakan pada Sabtu (19/9/2020).

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menghadirkan pula narasumber penting lain yakni Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof Dr Kudang Boro Seminar.

Dalam paparannya, Tri mengatakan keterlacakan sapi pedaging akan mudah dilakukan melalui sistem pencatatan (recording) ternak digital. Jika melihat bagaimana Australia mengelola sapi-sapinya, sistem pelacakan ternak di Australia sudah terstandarisasi secara baku dan wajib dilaksanakan oleh semua peternak. Sedangkan di Indonesia masih ala kadarnya karena tidak ada sistem pencatatan (recording) digital ternak yang baku dan valid. 

“Sistem recording ternak sapi digital secara nasional dapat untuk mengetahui tingkat ketersediaan dan ketahananan pangan, serta mengangkat potensi ekonomi peternak,” kata Tri.

Ia menambahkan, salah satu unsur recording sapi pada perusahaan feedlot adalah identifikasi individual sapi yang digunakan dalam bentuk ear tags (tag manual) dan RFID (elektronik tag). (IN)

PENTINGNYA SISTEM LOGISTIK HALAL PRODUK HASIL TERNAK

Training online mengenai logistik halal pada produk hasil ternak yang dilaksanakan FLPI dan Fapet IPB. (Foto: Istimewa)

Sistem logistik produk hasil ternak merupakan jasa atau layanan usaha yang terkait dengan penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan dan penyajian. Jasa logistik seperti itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2019 yang merupakan turunan dari UU No. 33/2014 tentang jaminan produk halal (JPH), harus memiliki sertifikat halal. 

Sertifikasi jasa Logistik halal dimaksudkan untuk menjaga status kehalalan produk dalam ruang lingkup aktivitas logistik, yakni logistics cycle seperti serving customers, product selection and procurement, inventory management, storage and distribution, serving customers. Adapun fasilitas yang kontak langsung dengan produk harus bersifat bebas babi dan bebas produk non-halal.

Hal itu disampaikan Senior Advisor LPPOM MUI sekaligus Dosen Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dr Ir Muslich MSi dalam Training Online tentang logistik halal pada produk hasil ternak. Acara berlangsung pada Rabu (19/8/2020), diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB.

Lebih lanjut Muslich menjelaskan, dalam melakukan aktivitas logistik harus bebas babi, maksudnya adalah fasilitas tidak pernah kontak dengan bahan turunan babi (Porcine-Derived Material/PDM).

“Jika pernah kontak dengan PDM, maka harus dicuci tujuh kali dengan air dan salah satunya menggunakan tanah, debu atau cleaning agent hingga warna, bau dan rasanya. Setelah pencucian ini fasilitas tidak boleh lagi kontak dengan PDM,” kata Muslich.

Dalam hal fasilitas penyimpanan dingin untuk daging dan produk olahannya, hal itu harus bersifat khusus (dedicated). Fasilitas penyimpanan dingin dan suhu biasa untuk produk selain daging dan produk olahannya boleh digunakan untuk menyimpan bahan atau produk halal dan produk yang tidak disertifikasi selama dapat menjamin bahwa tidak ada kontaminasi produk non-halal. 

“Produk yang ditangani juga harus diidentifikasi dengan jelas agar dapat ditangani sesuai standar, seperti identifikasi produk yang jelas halal seperti aneka produk buah dan sayur, serta produk yang telah bersertifikat halal,” jelasnya. 

Ia menandaskan, untuk menjaga logistik halal, perusahaan harus pula mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin terjaganya status halal produk di setiap tahapan proses bisnis, sejak dari transportasi dan penerimaan, penanganan (handling), penyimpanan, saat proses berjalan, hingga transportasi produk.

“Prosedur tertulis juga harus dimiliki dalam hal ketertelusuran produk, penanganan produk yang tidak sesuai kriteria, training dan audit internal, serta kaji ulang manajemen,” pungkasnya. (IN)

GURU BESAR FAPET IPB: PERAN RPHU PENTING HASILKAN DAGING ASUH

Rumah pemotongan hewan unggas. (Foto: Ist)

Rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) merupakan suatu bangunan yang desain dengan syarat tertentu dan digunakan sebagai tempat pemotongan unggas bagi konsumsi masyarakat.

“Peran RPHU sangat penting, yakni penyedia daging unggas berkualitas, aman, sehat utuh dan halal (ASUH), berdaya saing dan kompetitif,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB), Prof Dr Ir Niken Ulupi MS, dalam Online Training bertajuk “Manajemen dan Sistem Manajemen Mutu RPHU” pada 22-23 Juli 2020. 

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB selama dua hari dengan menghadirkan narasumber penting lain yakni Deputy General Manager Production PT Charoen Pokphand Indonesia-Food Division, Alamsyah.

Niken menyebutkan, peran RPHU makin nyata terlebih jika melihat fakta produksi ayam broiler (2019) sebesar 3.829.633 ton atau 319.139 ton/bulan, sementara kebutuhan konsumsi daging ayam sebanyak 3.251.750 ton atau 270.979 ton/bulan. Terdapat surplus produksi 17.77%  atau 48.157 ton/bulan.

“Dampak surplus produksi dan kebijakan pemerintah yakni harga ayam turun dan tidak stabil, penurunan kualitas di pasar tradisional dan bermunculan usaha RPHU,” ucapnya.

Tidak hanya sebagai tempat pemotongan unggas, Niken menjelaskan fungsi RPHU juga sebagai tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit, tempat pemeriksaan ante dan post mortem, serta tempat mencegah dan pemberantasan penyakit zoonosis atau penyakit ternak yang bisa menular ke manusia.

RPHU yang berdaya saing dapat diartikan sebagai suatu usaha pemotongan unggas yang mempunyai kesanggupan, kemampuan dan kekuatan untuk bersaing dengan usaha sejenis yang lain. Untuk mencapai hal itu, sangat diperlukan langkah memaksimalkan peranan RPHU sebagai penyedia daging unggas yang asuh, mengontrol dan meningkatkan pelaksanaan manajemen RPHU, peningkatan sarana dan prasarana proses produksi dan kualitas produk, serta pengembangan inovasi produk, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusianya. (IN)

REMBUK ONLINE SOAL JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN SOLUSINYA

Jagung untuk pakan ternak. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sebanyak 250 orang peserta dari berbagai kalangan sebidang ilmu menghadiri rembuk online terkait Permasalahan Jagung untuk Pakan Ternak dan Strategi Solusinya. Acara yang digelar melalui daring ini diselenggarakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Rabu (22/7/2020).

Rembuk kali ini menghadirkan pembicara Direktur Pakan Makmun Junaiddin, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen INTP IPB Prof Dr Ir Nahrowi dan dimoderatori Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan Dr Anuraga Jayanegara.

Ketua Departemen INTP, Dr Sri Suharti, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas keikutsertaan peserta. “Ini rembuk online yang keempat ini membahas jagung sebagai pakan ternak, dibahas tentan gstrategi dan solusinya atas permasalahan yang terus ada dari waktu ke waktu,” kata Sri.

Permasalahan jagung sebagai bahan pakan ternak terbilang klasik namun terus mengusik para peternak. Hal mendasar terkait ketersediaannya yang kerap langka atau sulit didapatkan di pasaran hingga berdampak pada melonjaknya harga pakan di tingkat peternak.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu diskusi bersama dengan pengambil kebijakan, pebisnis dan akademisi terkait strategi dan solusi ke depannya dalam pemanfaatan jagung sebagai pakan ternak.

“Sampai saat ini jagung untuk bahan pakan ternak masih menjadi komponen terbesar yang dibutuhkan pabrik pakan skala besar, peternak ayam mandiri (self-mixing) dan pabrik pakan skala menengah hingga kecil,” kata Makmun Junaiddin.

Ia menyebut peningkatan permintaan jagung nasional sejalan dengan peningkatan populasi unggas, bahkan pemanfaatannya juga untuk ternak besar dan kecil. Diperlukan strategi untuk mengurangi importasi jagung, baik sebagai pangan maupun pakan ternak.

Terkait strategi dan solusi jagung sebagai pakan ternak, ditambahkan Prof Dr Ir Nahrowi, mengajukan dua alternatif bahan pakan pengganti jagung yang merupakan produk sampingan dari industri pabrik kelapa sawit, yakni bungkil inti sawit dan turunannya, serta produk samping industri pengolahan ubi kayu.

“Dua-duanya berpotensi sebagai pengganti jagung jika sudah diolah sedemikian rupa, meminimalkan faktor pembatasnya serta direkayasa sedemikian rupa, baik dengan menggunakan enzim atau produk lainnya yang aman bagi ternak,” kata Nahrowi yang juga Ketua Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI).

Dia mengungkapkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika ditekuni dengan baik. Hal ini telah dibuktikan dengan mengaplikasikan kedua jenis bahan pakan tadi pada broiler dan layer, keduanya sama-sama memberikan hasil terbaik dalam skala penelitian.

Kendati demikian, disambung Desianto Budi Utomo, bahwa tetap akan terjadi kenaikan terhadap kebutuhan jagung nasional, baik untuk pangan maupun pakan ternak.

“Kita memprediksikan misalnya produksi pakan pada 2017 sebesar 18,5 juta ton, maka jagung yang dibutuhkan hanya untuk pakan ternak saja sekira 9,25 juta ton, sedangkan kebutuhan jagung peternak self-mixing masih sekitar 3,60 juta (rata-rata 300 ribu ton/bulan). Sehingga dapat dikatakan bahwa kita masih membutuhkan jagung sebagai bahan pakan ternak sepanjang 2017 sekira 12,9juta ton dengan rata-rata sekitar 1,10 juta ton/bulan,” kata Desianto.

Ia juga menyebut pertahunnya terus terjadi kenaikan kebutuhan jagung nasional karena selain untuk pakan ternak, di beberapa daerah juga masih memanfaatkan jagung sebagai pangan pokok pengganti beras.

Untuk itu solusi yang dapat diambil dan dikaji lebih lanjut adalah mencari alternatif pengganti yang kandungan protein dan energinya sama dengan jagung, harga murah dan aman bagi ternak. Kemudian pemanfaatan lahan untuk jagung varietas unggul dan tahan terhadap hama penyakit. (Sadarman)

SATWA HARAPAN, BISNIS EFISIEN YANG MENJANJIKAN

Ulat hongkong, satwa harapan yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. (Foto: Ist)

Ternak konvensional yang ada saat ini seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, babi, hanya sebagian kecil dari sumber daya hayati fauna yang ada. Masih ada banyak satwa lain yang memiliki potensi tinggi sebagai sumber protein bagi manusia, baik dari mamalia, burung, reptilia, avertebrata maupun serangga.

Hal itu dikatakan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Asnasth M. Fuah dalam presentasinya bertajuk “Satwa Harapan Pilihan Usaha Menjanjikan yang Efisien” dalam sebuah  pelatihan melalui online yang diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada Sabtu (27/6/2020). Hadir pula narasumber lain yakni Dr Yuni Cahya Endrawati (Dosen Fapet IPB) dan Koes Hendra Agus Setiawan (Founder PT Sugeng Jaya Group).

Asnath memaparkan, satwa harapan memiliki sejumlah keunggulan yakni efisiensi lahan dan ruang, efisiensi modal, mudah beradaptasi dan ramah lingkungan, relatif tahan penyakit, siklus hidup yang pendek dan nilai ekonomi yang tinggi.

Ia mencontohkan satwa harapan dengan budidaya jangkrik yang memiliki kadar protein 54-58%, kapasitas produksi telur pada luas lahan sekitar kurang dari  100 m2 atau setara dengan 20 kotak pemeliharaan mencapai 6-8kg/hari, dapat dipanen mencapai 200-250 kg/bulan dengan harga jual Rp 30.000-35.000/kg.

Contoh lainnya adalah budidaya lebah madu apis, yang memerlukan kawasan tanaman pakan yang mengandung nektar. Produksi madu 2 kg/stup/periode panen, dalam setahun bisa 3-4 periode panen. “Keunggulan lain budidaya lebah madu apis yakni integrasinya dengan kopi. Meningkatkan produksi madu dan kopi, lebah sebagai polinatornya,” jelas Asnath.

Satwa harapan lain yang berpotensi besar untuk dikembangkan, lanjut dia, antara lain budidaya lebah trigona, ulat hongkong, lebah propolis, ulat sutera bombyx mori, ulat sutera alam Indonesia attacus atlas, ulat sutera alam samia cynthia ricini, semut rangrang dan black soldier flies (BSF).

Agar dapat berkembang secara berkelanjutan, Asnath menegaskan tentang strategi yang dapat dilakukan, yakni adanya ketersediaan pakan dan bibit secara cukup dan berkelanjutan, penguatan kapasitas organisasi, sumber daya manusia dan kemitraan, pembenahan infrastruktur, sistem distribusi dan tata niaga, penguatan teknologi budidaya dan pasca panen, serta dukungan kebijakan menyangkut regulasi tata ruang dan kawasan budidaya. (IN)

MANAJEMEN RANTAI PASOK DAN KEAMANAN PANGAN DI SAAT PANDEMI COVID-19

Daging, produk pangan hasil ternak. (Foto: Istimewa)

Rantai pasok merupakan rangkaian aliran barang, informasi dan proses yang digunakan untuk mengirim produk atau jasa dari lokasi sumber pemasok ke lokasi tujuan pelanggan.

Dimulai dari titik produsen ini bahan pangan akan bergerak menuju berbagai metode pengolahan. Pergerakan bahan pangan ini difasilitasi unit usaha logistik dan transportasi, yang akan menjamin bahwa produk pangan akan sampai kepada konsumen dengan tepat waktu dan berkualitas. 

Hal itu dijelaskan oleh Pengajar Fakultas Peternakan IPB, Dr Epi Taufik, dalam Pelatihan Online "Logistik Rantai Dingin pada Produk Hasil Ternak" yang diselenggarakan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB. Acara berlangsung pada 20-21 Mei 2020 juga menghadirkan narasumber dari kalangan praktisi atau swasta, yakni Direktur Operasional PT Adib Logistics, Irene Natasha. 

Dijelaskan Epi, perbedaan mendasar antara rantai pasok pangan dengan rantai pasok lainnya adalah perubahan yang terus-menerus dan signifikan terhadap kualitas produk pangan di seluruh rantai pasok hingga pada titik akhir produk tersebut dikonsumsi. Adapun berdasarkan jenis proses produksi dan distribusi dari produk nabati dan hewani, rantai pasok pangan dibedakan atas dua tipe, yakni rantai pasok produk pangan segar dan rantai pasok produk pangan olahan.

Rantai pasok produk pangan segar seperti daging, sayuran, bunga, buah-buahan, secara umum rantai pasoknya meliputi peternak atau petani, pengumpul, grosir, importir, eksportir, pengecer dan toko-toko khusus. Pada dasarnya seluruh tahapan rantai pasok tersebut memiliki karakteristik khusus, produk yang dibudidayakan atau diproduksi dari sebuah farm atau pedesaan. Proses utamanya adalah penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan perdagangan produk.

Adapun rantai pasok produk pangan olahan seperti makanan ringan, makanan sajian, atau produk makanan kaleng.

"Pada rantai pasok ini, produk pertanian dan perikanan digunakan sebagai bahan baku dalam menghasilkan produk-produk pangan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Dalam banyak hal, proses pengawetan dan pendinginan melalui sistem rantai pendingin akan memperpanjang masa guna (shelf life) dari produk pangan yang dihasilkan," ujar Epi.

Kesuksesan rantai pasok pangan, lanjut dia, sangat tergantung pada interaksi yang kuat dan efektif antara pemasok bahan ramuan, penyedia bahan kemas utama (contact packaging providers), pengemas ulang (re-packers), pabrik maklon (co-manufacturers), pedagang perantara dan pemasok lainnya. (IN)

REKTOR IPB: PROGRAM PMS KUNCI KEMAJUAN PERTANIAN INDONESIA

Rektor IPB saat memberikan cinderamata kepada Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo pada acara diskusi soal pertanian di IPB. (Foto: Humas kementan)

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mendukung penuh penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai jalan keluar atas minimnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian. Program PMS, kata Arif, bisa menjadi kunci majunya pertanian Indonesia yang berjalan secara mandiri dan modern.

“Memang seharusnya program PMS Kementan itu ada dimana-mana karena kalau bicara pertanian tidak boleh berada di menara gading yang terlalu asik dengan teori dan diskusi. Akan tetapi, anak-anak kita juga harus belajar konsep, teori dan definisi praktek di lapangan,” ujar Arif dalam Fokus Grup Diskusi yang diselenggarakan Aliansi Kebangsaan di Auditorium Andi Hakim IPB Dramaga, Bogor, Selasa (25/2/2020).

Ia menambahkan, para petani muda ke depan harus mampu membaca perubahan cuaca dan menyelesaikan tantangan hama. Petani muda wajib mengerti penanganan dampak bencana alam dan memulihkan kembali area lahan pertanian secara utuh.

“Yang akan kita hadapi ke depan adalah masalah perubahan cuaca dan juga tantangan hama, serta penanganan bencana alam. Jadi, masalah tersebut harus kita pelajari bersama, sehingga begitu mereka lulus sarjana, mereka tahu apa-apa saja yang harus dilakukan,” ucap dia.

Arif menilai, program PMS mampu menurunkan angka pengangguran karena terus mencetak generasi muda sebagai entrepreneur unggul yang menguasai bidang pertanian. “Data yang ada sekarang ini minat anak pada dunia bisnis mencapai 69%. Nah nanti kita arahkan ke usaha bidang pangan. Apalagi pertanian itu adalah sesuatu yang abadi, sesuatu yang semua orang pasti butuh makan,” ungka dia.

Di samping itu, Rektor IPB ini mengaku tertarik dengan kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan pusat data Agriculture War Room (AWR) yang dibangun Kementan secara singkat. Dari aspek intelektual, kedua terobosan ini patut diapresiasi karena erat kaitannya dengan dunia teknologi yang sedang dikembangkan kampus IPB.

Sementara Ketua Umum Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, mendukung penuh upaya Kementan dalam menerapkan teknologi dan mekanisasi pertanian Indonesia. Teknologi, kata dia, menjadi sangat penting karena faktor diterminan bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa agar mampu bersaing di tingkat global.

“Teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup suatu bangsa. Dalam hal ini pemanfaatan teknologi di bidang pangan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan juga dunia,” katanya. (Rilis Kementan/INF)

KUNJUNGAN SEKOLAH VOKASI IPB KE PT WONOKOYO

Rombongan mahasiswa Sekolah Vokasi IPB mengunjungi PT Wonokoyo (Foto: Dok. Wonokoyo)

Sabtu, 11 Januari 2020 Wonokoyo kedatangan tamu rombongan dari Sekolah Vokasi IPB. Kunjungan inii menjadi ajang silaturahmi dan membuka kerjasama dengan Wonokoyo, sekaligus memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang sistem pemeliharaan ayam di farm. Untuk farm yang dikunjungi rombongan adalah Farm Pakis Malang unit Commercial Farm PT Wonokoyo.

Drh Tety Barunawati MSi selaku dosen pendamping mengungkapkan, kunjungan ini sekaligus membuka pintu kerjasama antara pihak universitas dengan perusahaan. Beliau berharap ke depannya dapat melakukan kerjasama lagi dengan perusahaan dalam bentuk yang lain.

Kunjungan yang dimulai dari pagi hingga siang ini memperoleh respon positif dari mahasiswa. Mereka mengaku senang dapat berkunjung ke farm Wonokoyo.

Para mahasiswa pun senang dapat mengetahui secara langsung mengenai tata cara pemeliharaan ayam broiler, serta manajemen kandang open house maupun closed house. (Sumber: www.wonokoyo.co.id)

KEMENTAN DAN IPB BANGUN KOLABORASI UNTUK PERTANIAN 4.0



Mentan menerima kunjungan Rektor IPB beserta jajaran timnya. (Foto: Humas Kementan)

Kementerian Pertanian (Kementan) berkolaborasi dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) beserta jajarannya untuk bangun pertanian menuju era 4.0. Dalam kunjungannya, rektor IPB beserta tim diterima langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo untuk membicarakan perihal kolaborasi yang akan dilakukan antara IPB dan Kementan dalam waktu dekat.

Mentan mengungkapkan bahwa kementerian sangat membutuhkan peran serta kampus dalam memberikan saran untuk perkembangan pertanian kedepannya.

“Saya butuh bapak Rektor, saya butuh teman teman dari IPB semua. Jangan tinggalkan saya disini. Pak Rektor dan teman teman IPB tentu lebih tahu secara akademik perihal pertanian dari yang saya pahami. Saya mau kerja Pak, tentu saya harus punya sandaran,” ungkap Syahrul saat menerima Tim IPB sewaktu berkunjung ke Kantor Pusat Kementan, Senin (11/11/19).

Mentan turut mengungkapkan perasaan senangnya melihat kedatangan langsung Rektor IPB beserta Tim yang tujuannya untuk membicarakan kolaborasi program Kementan yang bisa disinergikan dengan program IPB.

Saat ini, hasil dilapangan akan menjadi skala prioritas yang penting. "Hasil yang didapatkan dari kinerja yang dilakukan juga harus cepat apalagi di era 4.0 ini," lanjut Syahrul. 

Syahrul juga meminta seluruh jajarannya untuk selalu belajar melihat kondisi lapangan negara maju saat ini seperti apa, bagaimana perkembangan di negara lain saat ini, serta melihat level pertanian negara saat ini sehingga Kementan bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.

Dalam waktu yang sama, Rektor IPB Prof Dr Arif Satria SP MSi mengatakan, Mentan sangat luar biasa menyambut baik sekali kedatangannya bersama tim karena memang Mentan punya keinginan besar agar polose-polose ke depan yang ditampilkan Kementan itu punya basis sainstifik yang demikian kuat.

“Oleh karena itu institusi IPB diharapkan bisa mensupport polose-polose dan program pemerintah. Tadi sudah saya sampaikan juga bahwa kedepan adalah era dimana data itu menjadi kekuatan dan kebetulan ini sinergis dengan apa yang dilakukan Pak Menteri bahwa kita sama-sama bicara akurasi data penting untuk mengambil keputusan yang tepat,” ucap Arif.

Disamping itu, Arif mengatakan jika saat ini IPB memiliki program untuk mencetak technopreneur serta mencetak sociopreneur dengan pemanfaatan dimana hasil dilapangan akan semakin terjamin .

Technopreneur adalah pelaku usaha, sosiopreneur adalah orang orang yang memanfaatkan inovasi untuk pendampingan apalagi di era 4.0 dimana teknologi berbasis artificial intelegent dan blockgent ini sudah luar biasa. Nah, kita akan perkuat dan semoga akselerasi penerapan 4.0 ini bisa kita lakukan dan pada saat yang sama sehingga proses percepatan transformasi masyarakat di pedesaan supaya mereka siap dengan teknologi baru ini,” terang Arif.

Arif menambahkan, tim IPB beserta jajarannya dalam waktu dekat akan mensupport warroom yang segera dibentuk Kementan.

“Dalam waktu dekat, IPB akan mensupport Warroom jadi pusat pengendalian data pertanian nasional dan Pak menteri minta agar penguatan IT serta penguatan substansi aspek digitalisasi itu menjadi penting,” tandasnya. (Rilis)



RAHASIA MENYIMPAN DAGING AGAR AWET DAN SEGAR

Menyimpan daging di freezer dengan cara yang tepat akan mempertahankan kualitas daging dengan baik. (Sumber: Istimewa)

Perayaan hari raya Idul Adha sebentar lagi tiba. Bagi umat Islam, hari raya ini bukan sekadar perayaan biasa. Ada momentum sakral yang ditunggu banyak orang, khususnya bagi mereka kaum yang tidak mampu. Di hari yang dikenal dengan sebutan Idul Kurban ini, prosesi pemotongan hewan kurban berupa sapi, kerbau, onta, kambing atau domba dilakukan hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Baik pekurban maupun penerima daging kurban sama-sama bisa menikmati daging di hari raya ini. Pesta bakar sate atau olahan lain daging pun lazim dilakukan pada malam harinya, setelah seharian melakukan pemotongan dan pembagian daging kurban. Aroma kepulan asap bakaran sate menyeruak hampir di setiap teras rumah warga. Kondisi semacam ini sudah dimaklumi semua orang.

Pesta setahun sekali ini memang sering dinantikan. Namun tak sedikit pula yang enggan langsung mengolah daging kurban pada hari itu juga. Mereka lebih memilih menyimpan daging kurban terlebih dahulu, untuk diolah pada hari berikutnya. Menyimpan daging kurban tidak terlalu sulit, namun tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Kalau tak tahu cara menyimpan yang tepat, daging bisa tak sedap lagi saat akan dimasak. 

Oleh karena itu, jika disimpan di dalam kulkas, Anda harus tahu cara menyimpan yang benar. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga kualitas sembari meningkatkan masa simpan daging. “Menyimpan di dalam lemari es, merupakan salah satu cara menyimpan yang baik untuk daging. Semua daging hewan yang sudah dipotong, dagingnya harus dipertahankan dengan rantai dingin, di bawah empat derajat celcius,” kata ahli gizi dari Universitas Gadjahmada (UGM), Dr Ir Edi Suryanto, kepada Infovet.

Jangan Asal Simpan
Ada empat cara yang disarankan untuk menyimpan daging di kulkas agar tetap sehat dan awet, diantaranya:
1. Lakukan pengecekan kondisi kulkas atau freezer. Sebelum meletakkan daging kurban, penting untuk melakukan pengcekan kondisi kulkas atau freezer dengan memperhatikan kondisi kebersihan tempat penyimpanan. Pengecekan dilakukan dengan melihat kondisi rak kulkas atau freezer secara fisik, baik pada tempat yang terlihat atau di sela rak. Jika perlu, bersihkan dengan cairan pembersih terlebih dahulu sebelum menyimpan daging. Hal ini penting agar bakteri yang mungkin ada pada rak kulkas dan freezer tidak mengontaminasi daging. Selain itu, suhu kulkas dan freezer juga perlu diperhatikan. Suhu memiliki peran penting untuk menjaga kualitas dan keamanan daging selama disimpan. Pastikan suhu freezer berada di bawah 10°C dan kulkas di bawah 4°C. Suhu penyimpanan yang tidak tepat akan membuat daging mudah rusak saat disimpan.

2. Siapkan wadah sebelum daging disimpan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan wadah yang harus bersih dan kedap udara atau tertutup. Hal ini penting agar daging tetap bersih dan cairan dari daging mentah tidak mengontaminasi bahan makanan lain saat penyimpanan. Selain wadah, memotong daging sebaiknya dilakukan saat masih segar.Lebih baik lagi jika daging dipotong-potong dan membaginya dalam wadah-wadah untuk ukuran satu saji atau satu kali masak, sehingga daging yang diambil adalah daging yang diperlukan saja dan daging lainnnya bisa tetap terjaga kualitasnya. Selain itu, jangan cuci daging sebelum disimpan. Kebanyakan orang menganggap mencuci daging akan membuatnya bersih. Faktanya, Anda tak perlu mencuci daging saat akan disimpan di kulkas. Selain tidak dianjurkan mencuci daging, hal ini justru membuat kadar air dalam daging meningkat dan menyebabkan paparan dengan mikroba yang lebih besar.

3. Perlunya mencatat tanggal atau memberi label. Setelah menyimpan daging di kulkas, cara menyimpan daging di kulkas yang penting dilakukan adalah memberi label atau tanggal penyimpanan daging. Hal ini bertujuan agar kita bisa mengontrol dengan tepat mulai kapan waktu penyimpanan daging dan apa jenis daging yang disimpan. Mencatat waktu penyimpanan juga akan memudahkan mengontrol masa simpan. Pada suhu standar kulkas, daging merah seperti daging sapi, kambing, domba, bisa disimpan 4-5 hari.Pada suhu freezer, daging merah bisa disimpan hingga 4-12 bulan.

4. Menjaga kualitas daging saat akan digunakan. Cara menyimpan daging di kulkas yang terakhir adalah memerhatikan kapan akan digunakan daging tersebut. Jika akan digunakannya dalam 1-2 hari, maka menyimpan daging, sesuai porsi yang dibutuhkan, dalam kulkas bisa jadi pilihan yang tepat.

Perlakuan Sebelum Dimasak
Jika ingin menggunakan daging yang telah disimpan dalam freezer, maka lakukan persiapan dengan mencairkan daging tersebut dalam kulkas selama setengah sehari. Hal ini penting agar daging beku yang tetap terjaga kualitasnya ketika dicairkan. Jangan mencairkan daging beku di suhu ruang karena rentan terkontaminasi bakteri. Selain itu, jangan pula membekukan kembali daging yang telah dicairkan sebelumnya.

Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan, harus ada perlakuan beda dalam mengolah daging beku, sebelum sampai ke meja makan. Ali Khomsan menyarankan, proses pencairan daging beku dapat dilakukan dengan beberapa cara. Yakni bisa disimpan di ruang suhu kamar, maka daging beku akan kembali menjadi daging segar untuk siap diolah. Kemudian ada juga pencairan daging beku dengan cara direndam dalam air biasa, sehingga lama-kelamaan bekuan-bekuan esnya akan meleleh. 

Selama ini, masih ada masyarakat yang melakukan pencairan daging beku langsung dengan merendam atau menyiramkan air panas. Memang, cara ini mempercepat waktu melelehkan bekuan es pada daging. Namun, cara ini sangat tidak disarankan. 

“Sebaiknya pencairan daging beku tidak dengan merendam pada air panas, karena performa dan tekstur dagingnya menjadi beda. Pencairan yang baik secara bertahap, melalui rendaman air biasa atau di ruang suhu kamar,” ujarnya. 

Jika pencairan dilakukan dengan cara memanaskan daging beku, maka akan merusak performa dan tekstur daging. Selain itu, kandungan gizi pada daging akan mengalami  penurunan drastis. (Abdul Kholis)

ADHPI Silaturahmi dengan Ketua Umum PB PDHI

Foto bersama kegiatan silaturahmi dan sumbang saran yang digelar ADHPI, Kamis (20/12). (Foto: Infovet/Sadarman)

Selang lima hari pelantikan Pengurus Besar Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) langsung menggelar acara pertemuan silaturahmi dan sumbang saran bersama Ketua Umum PB PDHI baru.

Acara yang diselenggarakan di Science Park, Taman Kencana, Institut Pertanian Bogor, Kamis (20/12), dihadiri pengurus PDHI dan segenap anggota ADHPI.

Ketua ADHPI, Drh Kamaluddin Zarkasie, menyambut baik kedatangan ketua umum PB PDHI. Ia meminta, dikepengurusan periode 2018-2022, PDHI mampu mewujudkan keinginan anggotanya, yakni menjadikan organisasi sebagai wadah berbagi informasi dan pengetahuan seputar kedokteran hewan.

“Hal mendasar yang perlu dibenahi sebenarnya adalah menata kembali anggota yang aktif dan yang tidak, lalu rangkul mereka dan fasilitasi mereka dengan pembuatan KTA (kartu tanda anggota),” tutur Kamaluddin di forum tersebut.

Di samping itu, dia juga menginginkan adanya sinergi antara ADHPI dengan PDHI. “Dunia perunggasan banyak menyerap tenaga kerja berbasis ilmu dokter hewan. Budidaya perunggasan rentan dengan beragam kasus penyakit, sehingga untuk meminimalkan kasus, peran dokter hewan diperlukan,” pintanya.

Sementara tampil sebagai moderator, Drh Dedy Kusmanagandi menyatakan, masih banyak hal yang perlu dikomunikasikan, terutama terkait KTA dan hal lainnya yang menjadikan momen ini tepat sasaran, bersilaturahmi sembari mendengarkan rencana PDHI ke depan dan keberlanjutan ADHPI di bawah kepengurusan PB PDHI yang baru.

Ketua Umum PB PDHI, Drh Muhammad Munawaroh, menyambut baik pertemuan tersebut. Ia menyatakan, dikepengurusannya saat ini membutuhkan dukungan semua pihak yang berada di bawah naungannya. Munawaroh pun telah merancang beberapa program untuk memberi kemudahan dan mengedukasi para anggotanya.

“Kita akan selenggarakan seminar-seminar terkait keilmuan, misal kasus-kasus penyakit viral, yang memerlukan pemikiran dokter hewan,” ucap Munawaroh.

Rancangan lainnya, lanjut Munawaroh, akan memastikan pembuatan dan penertiban mengenai KTA. “Sudah 15.000 anggota terdata, mereka akan dibuatkan KTA,” ucapnya. KTA nantinya berbasis online, dokter hewan yang ingin mendapat KTA harus meng-input sendiri data di web aplikasi, mendaftar dan meng-upload berkas.

Sementara terkait peran ADHPI di dunia perunggasan, dalam forum ini disebutkan, masih terkendala dengan beberapa kebijakan, seperti masih belum jelasnya program pemerintah mengenai sistem kesehatan hewan nasional.

“Diagnosa penyakit itu ranahnya dokter hewan, pemerintah mempunyai satu balai khusus yang menangani penyakit hewan, namun di dua tahun terakhir pemerintah hanya fokus pada program Upsus Siwab, kesehatan hewannya diabaikan, sehingga munculah kasus-kasus penyakit, seperti IBH dan penyakit hewan lainnya,” ucap Kamaluddin Zarkasie.

Ia berharap, pemerintah perlu memandang kepentingan yang sama terhadap sistem kesehatan hewan nasional, apalagi penyakit-penyakit strategis, terutama penyakit unggas. “Jika pemerintah bisa konsen, terutama pada penyakit-penyakit strategis, ADHPI juga dapat ambil bagian, sehingga kasus-kasus penyakit dapat diminamilisir,” pungkasnya. (Sadarman)

LPPM IPB Akan Kembangkan Sekolah Peternakan Rakyat di Australia

Tim LPPM IPB berkunjung ke Konsulat Jenderal RI di Darwin, Australia (Foto: Humas IPB/Tribunnews)


Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) berkunjung ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin Australia.

Mereka terdiri Kepala LPPM Dr Aji Hermawan, Wakil Kepala LPPM Bidang Pengabdian kepada Masyarakat Prof Sugeng Heri Suseno, Sekretaris LPPM Prof M Faiz Syuaib dan Ketua Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Prof Muladno.

Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama internasional antara IPB dengan beberapa instansi di Australia.

Konsulat Jenderal (Konjen) RI di Darwin diharapkan mampu menjembatani IPB dengan pihak lain di Australia untuk program pengembangan SPR dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya.

“Konsep SPR merupakan akar rumput kegiatan ekonomi dalam pengembangan bidang peternakan. Konsep SPR ini sangat cocok untuk ditawarkan ke pihak-pihak yang berkepentingan yang ada di Darwin Australia. Sehingga dapat membantu meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Konsul RI di Darwin siap membantu dan melayani tim LPPM IPB,” ujar Dicky D Soerjanatamihardja selaku Consul/Head of Post RI di Darwin saat menyambut kedatangan Tim LPPM IPB.

Sementara itu, Dr Aji mengatakan bahwa LPPM IPB tidak hanya menawarkan konsep SPR saja, akan tetapi terus mencoba mengembangkan konsep lain diantaranya Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) dan IPB Goes to Field.

Dr Aji Hermawan juga berharap ada Stasiun Lapang Agrokreatif LPPM IPB sebagai lokasi magang mahasiswa IPB di Darwin Australia. (Sumber: TribunnewsBogor.com)







200 Peserta Ikuti Kuliah Umum Kemin Industry

Suasana kuliah umum Kemin Industry di IPB (Foto: Tribunnews.com)

Kuliah Umum Kemin Industry bertemakan bertemakan “Recent Issue in Feed Technology and Animal Nutrition for Healthy and Safe Animal Product” berlangsung di Auditorium Janes Hummuntal Hutasoit (JHH) Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (19/9/2018).

Wakil Dekan Fakultas Pertanian IPB, Dr Rudy Afnan di hadapan 200 peserta didik menyatakan industri pakan ternak di Indonesia saat ini terkendala minimnya bahan baku jagung ternak.

Seperti dikutip dari dari tribunnews.com, Kamis (20/9/2018), Rudy menambahkan selama ini bahan baku pakan ternak yakni jagung ternak hanya terdapat di beberapa wilayah di Indonesia. Persediaan jagung tersebut pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut.

Swasembada jagung ternak hanya ada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Barat. Sementara sentra produksi pakan ternak ada di Sumatera Utara. Biaya distribusi dari Sumut juga lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya mengimpor bahan baku dari luar negeri.

"Jika biaya angkut mahal, biasanya 20 persen dari total biaya dibebankan pada konsumen," tegasnya.

Sementara itu, kebijakan larangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) untuk pakan ternak di Indonesia oleh pemerintah beberapa waktu lalu, kata Rudy, memang harus didukung. Perlu dipikirkan penyediaan bahan pengganti AGP, yang selama ini belum bisa diproduksi dalam skala besar.

“Bahan pengganti AGP sebenarnya bisa dengan single factor yakni herbal maupun probiotik. Namun, seperti yang dilakukan di IPB, baru mampu dibuat dalam skala laboratorium. Kemin Industry juga melakukan seperti kami, hanya bedanya Kemin sudah mampu memproduksi dalam skala industri,”tukasnya.

Dalam kesempatan itu, Rudy juga mengapresiasi Japfa Foundation sebagai fasilitator yang menghadirkan para pakar dari Kemin Industry dalam kuliah umum yang diikuti 200 peserta.

Sementara Head Of Japfa Foundation, Andi Prasetyo, menjelaskan Japfa Foundation sebagai organisasi yang aktif menyuarakan pentingnya pendidikan ternak dan agrikultur, ikut berperan sebagai fasilitator antara Kemin Industry dan IPB.

“Dukungan terhadap kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari komitmen dan perhatian Japfa Foundation terhadap pendidikan ternak dan agrikultur di Indonesia,”ujarnya. ***


Ekspor Jagung Berimbas Harga Pakan Naik?

Ilustrasi jagung (Foto: Pexels)


Pelepasan ekspor jagung sebesar 11.500 ton dari Sumbawa ke Filipina oleh pemerintah pada Maret lalu, beserta kebijakannya dinilai kurang tepat. Menurut Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas, kebijakan tersebut justru menciptakan efek domino pada tidak meratanya harga jagung yang kemudian berimbas pada kenaikan harga pakan ternak, kenaikan harga telur dan ayam ras.

"Karena pabrik pakan ternak itu sekitar 69 persen ada di Pulau Jawa. Sehingga jagung-jagung yang luar Jawa, ini agak kesulitan juga terserap di industri pakan ternak yang ada di Jawa," ujar Guru Besar IPB ini, seperti dikutip dari laman bisnis.com, Senin (27/8).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total produksi jagung di Indonesia per 2015 berada di angka 19,61 juta ton. Sebanyak 54,12% atau sekitar 10,61 juta ton diproduksi di Pulau Jawa. Sisanya tersebar di berbagai pulau lain.

Hampir 40% sentra produksi jagung berada di luar Pulau Jawa. Sementara itu, mayoritas konsumen jagung yang merupakan perusahaan pakan ternak berada di Pulau Jawa.

Dwi menambahkan, distribusi semakin menjadi persoalan karena pola pengembangan jagung yang dilakukan Kementerian Pertanian diarahkan di luar Pulau Jawa. Sebenarnya ini dapat dimaklumi, mengingat lahan di Pulau Jawa memang sudah sangat terbatas dan cenderung digunakan untuk penanaman padi.

Sebagai gambaran, terdapat 10 sentra jagung di Indonesia, dengan hanya tiga di antaranya berada di Pulau Jawa. Kesepuluh sentra jagung tersebut, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, NTB, Gorontalo, NTT, dan Sumatra Barat.

Lebih lanjut, Dwi menekankan bahwa sebenarnya tidak tepat satu klaim seolah jagung sudah surplus, lalu diekspor. 

“Ekspor tersebut bahkan sudah terjadi belasan tahun lalu dan biasa dilakukan ketika harga pasar jagung domestik sudah terjun ke bawah US$200 per ton. Rata-rata setiap tahun Indonesia mengekspor jagung di kisaran angka 50.000 ton. Tapi, pilihan ekspor saat ini bukanlah hal yang tepat," jelasnya.

Sekjen Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Soya melihat, ekspor lazim dilakukan mengingat tidak seluruhnya jagung nasional terserap pasar domestik pada saat musim panen raya tiba. Di sisi lain, jagung tidak bisa disimpan lama-lama karena belum ada infrastruktur penyimpanan dan pengeringan yang memadai.

Pada akhirnya, jumlah yang melimpah hingga 60%-70% pada musim panen Oktober-Maret dipilih untuk diekspor, seperti ke Filipina.

Ekspor pada masa itu pun menguntungkan karena harga yang ditawarkan lewat ekspor jauh lebih 
menjanjikan.

Di samping itu, biaya untuk mendistribusikan jagung-jagung tersebut ke luar negeri nyatanya lebih murah dibandingkan dengan menyalurkannya ke pabrik pakan di Pulau Jawa. (bisnis.com)

Kerjasama dengan PT Suryo Agro Pratama dan Infrabanx, IPB Kembangkan Sekolah Peternakan Rakyat

Penandatanganan MoU berlangsung di Ruang Sidang Rektor Kampus IPB (sumber: media.ipb.ac.id)


Bertempat d Ruang Sidang Rektor Kampus IPB Dramaga, Selasa (22/5/2018), diselenggarakan acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara IPB dengan PT Suryo Agro Pratama, serta Infrabanx. Kerjasama ini dalam bidang bidang peningkatan kapasitas peternak, pemanfaatan ilmu dan teknologi, serta penerapan bisnis kolektif melalui Program Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di seluruh Indonesia.

Rektor IPB, Dr Arif Satria berharap dengan adanya kerjasama IPB dan PT Surya Agro Pratama, inovasi kelembagaan yang telah diciptakan oleh tenaga ahli IPB dapat memecahkan problem social capital yang biasanya ada dalam usaha peternakan. Apa yang  dikembangkan dapat  mengarah pada penguatan sistem.

“Ini dapat menjadi kekuatan kita ke depan. Semoga dengan hadirnya Infrabanx akan lebih masif, lebih baik lagi dan dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak,” ujarnya.

Selain itu, SPR dapat menjadi pusat pembelajaran dan penyuluhan yang berbasis pada riset. Kemudian, prinsip social capital dapat terus dikembangkan dan dapat menjadi solusi dari permasalahan, baik di bidang sumberdaya alam, hubungan antar kelompok, hubungan peternak dengan pihak luar atau investor.

Sementara itu, komisaris PT Surya Agro Pratama, Cipto Santosa menyampaikan bahwa perusahaannya bergerak di bidang agroindustri pertanian dengan produk utama olahan daging. PT Surya Agro Pratama telah mengembangkan prinsip tumbuh berkembang bersama masyarakat.

Perusahaan ini telah bermitra dengan masyarakat di wilayah Probolinggo. Ia berharap MoU dengan IPB dapat berkontribusi dalam mendorong swasembada sapi.

"Kami juga bermaksud ikut berkontribusi dalam pembangunan ketahanan pangan khususnya daging sapi dan susu yang saat ini masih ada gap antara kebutuhan dan jumlah yang tersedia secara mandiri," ujar Cipto yang juga merupakan alumni IPB.

Cipto menambahkan, perusahaannya berterimakasih kepada IPB bersedia kerjasama melalui pengembangan SPR, memberikan pencerahan, peningkatan kapasitas peternak melalui SPR yang didukung Infrabanx. Kesepakatan tiga pihak dan kesepahaman pelaku usaha ini diharapkan bisa menelurkan hasil dan proses yang ditargetkan bersama.

Acara penandatanganan MoU ini dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi Prof Dodik Ridho Nurochmat, Wakil Rektor Bidang Inovasi Bisnis dan Kewirausahaan Prof Erika B Laconi, Prof Muladno selaku inovator SPR, dan beberapa tamu undangan lainnya. (Humas IPB/NDV)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer