-->

IMPOR DAGING ILEGAL BESAR-BESARAN MERESAHKAN SEKTOR BABI INGGRIS

Asosiasi Babi Nasional Inggris (NPA) telah mendesak pemerintah untuk bertindak secara komprehensif dan tanpa penundaan, atas temuan yang menghancurkan dari penyelidikan yang dipimpin oleh anggota parlemen mengenai aliran impor daging ilegal yang hampir tak terbatas ke Inggris.

Sebuah laporan parlemen menyoroti bahwa impor ilegal berisiko tinggi menyebarkan penyakit hewan yang berbahaya seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Demam Babi Afrika (ASF), yang keduanya dapat menyebar lintas batas melalui daging dan produk susu yang terkontaminasi.

Komite Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan (EFRA) Dewan Rakyat di parlemen Inggris menyimpulkan bahwa, jumlah daging dan produk susu yang mengkhawatirkan kini diimpor secara ilegal ke Inggris Raya, baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual.

Dalam kunjungan komite sebelumnya ke pelabuhan Dover, seorang pekerja memberi tahu mereka bahwa mereka menemukan seekor babi utuh yang dimasukkan ke dalam koper; kakinya dipotong dengan parah agar bisa muat di dalamnya. Menurut laporan tersebut, tidak ada pencegahan yang efektif terhadap penyelundupan daging.

REFLEKSI DALAM PENGALAMAN LAPANGAN: BIOSEKURITI VS VAKSINASI

Secara filosofis walaupun teknologi sediaan vaksin terus berkembang, namun biosekuriti tetap menjadi fondasi utama dalam strategi pencegahan dan kontrol penyakit infeksius pada peternakan ayam modern. Pada praktik lapangan, program vaksinasi dan biosekuriti adalah dua pilar yang saling melengkapi.

Oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant, Jakarta)

Pada peternakan ayam modern, komponen biosekuriti dan vaksinasi keduanya mempunyai filosofi yang sama, yaitu berbasis pada nilai pencegahan kasus penyakit infeksius serta tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan menjadi dua pilar utama yang menopang manajemen kesehatan ayam modern yang saling melengkapi. Mengabaikan salah satu komponen akan berdampak pada tidak optimalnya strategi jangka pendek maupun jangka panjang dalam menata kesehatan ayam dari waktu ke waktu.

Tulisan ini merupakan hasil refleksi pengalaman lapangan penulis dan bertujuan untuk memberikan pencerahan baru bagi peternak maupun kolega praktisi lapangan dalam mengimplementasikan kedua komponen tersebut secara optimal.

Latar Belakang Filosofis
Untuk memahami lebih dalam peranan biosekuriti dan vaksinasi dalam praktik peternakan ayam modern, maka sebaiknya dipahami dahulu dasar filosofis masing-masing komponen tersebut secara umum:

a. Biosekuriti
Filosofinya berakar pada pencegahan risiko biologis dari aktivitas agen infeksius. Biosekuriti menekankan pengendalian dan pengawasan agar agen infeksius berbahaya seperti virus, bakteri, dan parasit tidak menyebar ke populasi ayam yang suseptibel dan/atau lingkungan farm (Barcèlo dan Marco, 1998; Amass dan Clark, 1999). Pendekatannya bersifat proaktif serta berfokus pada pencegahan ancaman sebelum terjadi ledakan kasus alias menghadang terpaan agen infeksius. Lebih lanjut, biosekuriti dalam peternakan ayam modern berpijak pada filosofi “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Tujuannya adalah menghalangi masuk dan menyebarnya agen penyakit ke dalam populasi ayam melalui:

• Kontrol lalu lintas manusia, kendaraan, dan peralatan.
• Sanitasi kandang (termasuk lingkungan kandang), pakan, dan air.
• Pengendalian vektor (serangga, tikus, burung liar).
• Pembuatan zonasi (area bersih vs area kotor) dalam lingkup peternakan.

Jadi, secara filosofis biosekuriti dianggap sebagai pertahanan pertama dalam pencegahan dan kontrol penyakit infeksius. Ia menekankan tanggung jawab kolektif antara peternak dan pekerja untuk menjaga sistem produksi dari serangan luar (bibit penyakit).

b. Vaksinasi
Filosofinya adalah membangun kekebalan individu atau suatu populasi ayam tertentu melalui stimulasi sistem imun oleh suatu sediaan vaksin. Akhir dari suatu implementasi program vaksinasi berlandaskan prinsip perlindungan kolektif (herd immunity), dimana semakin banyak individu yang divaksin, semakin kecil risiko penyebaran penyakit. Vaksinasi dalam peternakan ayam modern berangkat dari filosofi “membangun perisai dari dalam”. Karena meskipun implementasi biosekuriti sangat ketat, namun mustahil 100% dapat mencegah paparan agen penyakit, maka vaksinasi:

• Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit penting seperti ND, IBD, AI, IB, ILT, coryza, dan lainnya.
• Mengurangi morbiditas, mortalitas, dan kerugian pada performa produksi.
• Mengurang shedding agen penyebab dalam suatu populasi ayam.
• Mendukung terbentuknya imunitas kelompok atau herd immunity di populasi ayam yang ada.

Jadi, filosofi vaksinasi bukan sekadar perlindungan individu, tapi jaminan keberlanjutan produksi dan keamanan pangan (food security).

Korelasi Filosofis di Lapangan
Di lapangan, biosekuriti dan vaksinasi bukan pilihan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2025. (toe)

KOTORAN UNGGAS DIUBAH MENJADI PAKAN PUYUH KAYA PROTEIN

Para peneliti di Rusia telah mengembangkan metode berbasis probiotik untuk mengubah kotoran unggas menjadi aditif pakan yang aman dan kaya protein. Uji coba awal pada puyuh menunjukkan peningkatan kualitas daging, menawarkan alternatif yang hemat biaya untuk komponen pakan impor. Inovasi ini dapat meningkatkan keberlanjutan sekaligus mengatasi tantangan pengelolaan limbah di sektor perunggasan.

Pendekatan ini telah terbukti bermanfaat dalam sebuah percobaan pada puyuh. Menurut para peneliti, aditif tersebut meningkatkan cita rasa daging puyuh, membuat aromanya lebih kaya dan dagingnya lebih juicy.

Dengan teknologi yang dikembangkan, para ilmuwan menggunakan bakteri Bacillus pembentuk spora pada kotoran unggas yang telah didesinfeksi. Bakteri ini, yang telah digunakan dalam berbagai probiotik pakan, menunjukkan potensi dalam berbagai penelitian untuk menekan mikroflora patogen di usus unggas dan memulihkan pencernaan normal.

Menurut para ilmuwan, kotoran unggas kering setelah pengeringan microwave khusus mengandung 23-28% protein dan banyak asam amino esensial. "Bahan ini aman untuk pakan dan dapat menggantikan komponen protein yang mahal," kata mereka, menekankan bahwa aditif tersebut tidak memberikan bau atau rasa asing pada daging.

Para ilmuwan terutama mendesak produsen pakan puyuh untuk mempertimbangkan peluang yang ditawarkan oleh aditif pakan baru ini.

"Daging puyuh mengandung lebih banyak protein dan lebih sedikit lemak daripada daging ayam, yang membuatnya populer di kalangan pendukung pola makan sehat. Masalah utama industri ini adalah kualitas pakan secara langsung memengaruhi rasa dan aroma daging," kata para ilmuwan. "Pakan konvensional tidak selalu memberikan sifat organoleptik yang dibutuhkan produk. Selain itu, produsen sering menggunakan aditif impor yang mahal, yang memengaruhi biaya produksi."

Para ilmuwan juga menunjukkan bahwa adopsi teknologi baru yang meluas dapat secara signifikan meningkatkan pengelolaan limbah di industri unggas Rusia. Dengan memanfaatkan limbah unggas sebagai komponen pakan, industri ini dapat mengurangi ketergantungannya pada aditif kimia dan bahan impor yang mahal, sehingga meningkatkan keberlanjutan dan mengurangi biaya produksi.

PAKTA KEDELAI BRASIL DIBATALKAN, DAMPAK PERDAGANGAN DIANGGAP TERBATAS

Regulator antimonopoli Brasil, Cade, telah menangguhkan Moratorium Kedelai, sebuah pakta yang melarang pembelian kedelai dari wilayah Amazon yang baru saja mengalami deforestasi. Langkah ini, yang dibingkai sebagai isu antimonopoli, telah memicu perpecahan tajam antara petani, kelompok industri, dan aktivis lingkungan. Meskipun dampak perdagangannya mungkin terbatas, risiko reputasi bagi agribisnis Brasil cukup signifikan.

Dewan Administratif untuk Pertahanan Ekonomi (Cade, otoritas antimonopoli Brasil) telah memerintahkan, sebagai tindakan pencegahan, penghentian apa yang disebut Moratorium Kedelai.

Perjanjian swasta, yang dibentuk pada tahun 2006 oleh para pedagang biji-bijian besar, melarang pembelian kedelai yang diproduksi di wilayah Amazon yang telah mengalami deforestasi setelah Juli 2008.

Dalam catatan teknis yang dirilis minggu ini, Cade menuduh 30 perusahaan eksportir kedelai membentuk kartel dan juga mengutip Asosiasi Industri Minyak Nabati Brasil (Abiove) dan Asosiasi Eksportir Sereal Nasional (Anec).

Investigasi dimulai setelah pengajuan representasi oleh Komite Pertanian Kongres, yang didukung oleh Asosiasi Produsen Kedelai dan Jagung Mato Grosso (Aprosoja-MT) dan Konfederasi Pertanian Nasional (CNA) pada bulan Februari.

Kasus ini sekarang akan ditinjau oleh Tribunal Cade, tanpa batas waktu yang ditentukan. Keputusan ini memberi perusahaan waktu 10 hari untuk menarik diri dari moratorium. Kegagalan untuk mematuhi dapat mengakibatkan denda harian sebesar R$250.000.

Berakhirnya moratorium memperdalam perpecahan dalam pemerintahan Presiden Lula. Kementerian Pertanian menentang pakta tersebut, sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Keuangan mendukung untuk mempertahankan moratorium tersebut.

Aprisoja-MT menggambarkan langkah ini sebagai perkembangan signifikan dalam upaya mempertahankan persaingan bebas.

Abiove dan Anec, bagaimanapun, mengatakan mereka menerima keputusan tersebut dengan kejutan dan kekhawatiran, dan berjanji untuk mengajukan banding dan bekerja sama dengan Cade.

Jika berakhirnya Moratorium Kedelai dikonfirmasi, dampak langsung terhadap volume ekspor kedelai Brasil diperkirakan akan terbatas, karena sebagian besar tanaman diproduksi di Cerrado, bukan di Amazon. Namun, masalahnya bukan hanya geografis, pembeli internasional terutama di Uni Eropa dan Inggris, dapat memberlakukan pembatasan atau boikot perdagangan.

Namun, dalam jangka pendek, dampaknya mungkin tetap terbatas, karena Tiongkok dan negara tujuan Asia lainnya memiliki persyaratan lingkungan yang lebih longgar.

Selain itu, penangguhan ini dapat merusak citra produksi Brasil, termasuk sektor unggas, babi, dan sapi. Moratorium Kedelai berfungsi sebagai bentuk perlindungan bagi rantai pasokan ini, yang bertujuan untuk mengurangi risiko reputasi yang terkait dengan deforestasi untuk ekspor protein hewani.

PAMERAN LIVESTOCK MALAYSIA 2025: SUKSES DIGELAR DENGAN SEMANGAT INOVASI DAN KOLABORASI

Opening ceremony Livestock Malaysia 2025. (Foto-foto: livestockmalaysia.com)

Kuala Lumpur, 27-29 Agustus 2025. Ajang dua tahunan Livestock Malaysia Expo & Forum kembali digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) pada 27-29 Agustus 2025. Dengan menghadirkan lebih dari 200 merek internasional dari lebih 30 negara, serta diperkirakan menarik lebih dari 6.000 pelaku industri, pameran ini sukses menjadi panggung besar inovasi, teknologi, dan jejaring global di sektor peternakan.

Tahun ini, tema besar yang diusung adalah "Breakthroughs in Feed, Farming and Food Security", yang menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dunia.

Semangat Pembukaan yang Penuh Optimisme
Opening ceremony yang berlangsung di Plenary Hall KLCC pada 27 Agustus pagi dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia, YB Dato’ Sri Arthur Joseph Kurup. Dalam sambutannya, Arthur menekankan bahwa Malaysia kini berkomitmen melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju industri peternakan berteknologi tinggi.

Beberapa prioritas yang menjadi sorotan pemerintah Malaysia antara lain penguatan produksi pakan lokal agar tidak bergantung sepenuhnya pada impor, pengembangan protein alternatif berbasis sumber daya lokal seperti kelapa sawit, penerapan pertanian presisi dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi, penguatan biosekuriti dan kesehatan hewan dalam menghadapi risiko penyakit menular lintas batas, serta peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung keberlanjutan industri.

Visi ini menurutnya hanya bisa tercapai jika seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta asosiasi, bekerja sama secara erat di tingkat nasional maupun regional.

Indonesia Hadir dengan Delegasi Kuat
Indonesia tidak ketinggalan dalam ajang bergengsi ini. Yayasan Pengembangan Pangan Indonesia (YAPPI) (sebelumnya bernama Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia) mengirimkan delegasi yang cukup beragam, terdiri dari tokoh-tokoh akademisi, asosiasi, dan praktisi bisnis.

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr Drh Desianto Budi Utomo (Ketua Umum GPMT/Gabungan Perusahaan MakananTernak), Prof Dr Muladno (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2016), Drh Dedy Kusmanagandi (pengusaha obat hewan, penasihat ADHPI), Setya Winarno (Ketua Harian GOPAN/Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional), Winarno (Dosen Fakultas Peternakan IPB University), serta Bambang Suharno (Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Penasihat Forum Media Peternakan).

Kehadiran mereka dalam opening ceremony mendapat sambutan hangat dari panitia penyelenggara maupun delegasi negara lain.

Pertemuan-Pertemuan Strategis
Selain menghadiri pameran dan forum, delegasi Indonesia juga memanfaatkan momentum ini untuk menjalin komunikasi strategis. Beberapa agenda penting yang berhasil dijalankan antara lain:

• Pertemuan dengan Korea Feed Ingredient Association (KFIA). Dialog ini membuka peluang kerja sama dalam pengembangan bahan baku pakan, riset bersama, hingga kemungkinan transfer teknologi pengolahan feed ingredient.

• Diskusi dengan Informa Markets. Informa sebagai penyelenggara pameran global membicarakan peluang kolaborasi ke depan, termasuk kemungkinan memperkuat jejaring antara Livestock Malaysia dengan event peternakan di Indonesia.

• Kunjungan ke Fakultas Kedokteran Hewan Universiti Putra Malaysia (FKH UPM). Pertemuan dengan akademisi UPM menjadi ajang pertukaran gagasan dalam bidang pendidikan dan penelitian veteriner. Diskusi mencakup peluang student exchange, joint research, hingga penguatan kurikulum kesehatan hewan.

• Pertemuan informal dengan berbagai delegasi. Mulai dari pelaku industri farmasi veteriner, asosiasi peternak regional, hingga perusahaan teknologi peternakan. Meski sifatnya tidak formal, diskusi-diskusi ini berpotensi menjadi pintu awal kolaborasi nyata.

• Ramah tamah dengan tamu VIP, antara lain dengan wakil Menteri Pertanian dan Pangan Malaysia dan sejumlah pemimpin asosiasi.

Berfoto bersama Wakil Menteri Pertanian Malaysia, Arthur Joseph Kurup (duduk: dua dari kanan). (Foto: Istimewa)

Pameran Tampil dengan Wajah Baru
Berbeda dengan edisi sebelumnya, Livestock Malaysia 2025 lebih menonjolkan integrasi teknologi digital. Booth-booth peserta banyak menampilkan aplikasi smart farming, mulai dari sensor monitoring kesehatan hewan, robot pakan otomatis, hingga aplikasi berbasis AI untuk prediksi produktivitas ternak.

Tak kalah menarik, sejumlah perusahaan juga memperkenalkan produk nutrisi pakan berbasis sumber daya lokal dan alternatif protein yang ramah lingkungan. Topik ini sangat relevan dengan isu global mengenai keberlanjutan (sustainability) dan jejak karbon industri peternakan.

Selain pameran, sesi seminar teknis dan forum internasional juga dipadati peserta. Tema yang paling diminati mencakup: Strategi menghadapi penyakit hewan lintas batas (transboundary animal diseases); Optimalisasi nutrisi pakan dengan teknologi fermentasi; Inovasi vaksin dan obat hewan untuk menghadapi ancaman ASF (African Swine Fever) dan AI (avian influenza); Penggunaan big data dalam manajemen peternakan unggas.

Salah satu sudut pameran yang digelar di Kuala Lumpur Convention Centre.

Mengapa Indonesia Perlu Serius?
Keterlibatan Indonesia dalam ajang ini bukan sekadar seremoni. Ada beberapa alas an mengapa Livestock Malaysia 2025 relevan bagi industri peternakan Tanah Air:

• Kebutuhan transfer teknologi: Industri peternakan Indonesia menghadapi tantangan serupa dengan Malaysia, terutama terkait pakan, biosekuriti, dan ketahanan pangan. Belajar dari inovasi negara lain bisa mempercepat adopsi teknologi.

• Peluang pasar regional: ASEAN adalah pasar protein hewani yang sangat besar. Kolaborasi antar negara akan memperkuat daya saing produk Indonesia di kawasan.

• Diplomasi asosiasi dan akademisi: Kehadiran tokoh-tokoh dari GPMT, GOPAN, ADHPI, dan akademisi IPB menunjukkan bahwa Indonesia bisa hadir sebagai mitra sejajar, bukan hanya sebagai penonton.

• Membangun jejaring jangka panjang: Pertemuan dengan KFIA, Informa, maupun UPM membuka jalur baru bagi kerja sama riset, investasi, hingga peluang bisnis yang konkret.

Harapan ke Depan
Dari hasil liputan Infovet, para anggota delegasi Indonesia sepakat bahwa keterlibatan aktif dalam forum internasional seperti ini harus terus ditingkatkan. Tidak hanya menghadiri, tetapi juga perlu mulai tampil sebagai pembicara, penyelenggara side event, serta sebagai exhibitor yang menunjukkan inovasi dari Indonesia.

Prof Muladno menekankan bahwa industri peternakan Indonesia memiliki potensi besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun SDM. Namun, tanpa keterbukaan dan kolaborasi internasional, potensi itu sulit diwujudkan. Peternak rakyat juga perlu diajak untuk aktif menghadiri pameran-pameran internasional agar terbuka wawasan untuk lebih berkembang.

Sedangkan Desianto Budi Utomo, selaku Ketua Delegasi, memberikan apresiasi kepada penyelenggara pameran yang telah menerima delegasi Indonesia dengan baik. Pihaknya siap berkolaborasi dalam kegiatan internasional lainnya.

“Livestock Malaysia 2025 dan pameran internasional sejenis lainnya dapat berperan menjadi titik temu bagi para pelaku industri peternakan internasional, pemerintah dan stakeholder lainnya. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, pameran membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan, mengadopsi teknologi baru, dan memperluas jejaring global,” tegas Desianto.

Sementara itu, Drh Dedy Kusmanagandi mengingatkan bahwa industri obat hewan dan kesehatan hewan harus mendapat perhatian serius, karena sudah eksis di pasar internasional, di sisi lain tantangan penyakit hewan semakin kompleks.

Adapun Setya Winarno, selaku anggota delegasi sekaligus Ketua Harian GOPAN, menyampaikan bahwa pameran ini bukan hanya ajang pamer produk, melainkan juga jendela untuk melihat masa depan industri peternakan global. ***

Artikel ini disusun oleh Redaksi Infovet berdasarkan liputan langsung
di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, 27-29 Agustus 2025

MESIR MENINDAK TEGAS PENIPUAN PAKAN UNTUK MELINDUNGI PETERNAK

Kementerian Pertanian Mesir telah meluncurkan kampanye anti-penipuan besar-besaran yang menyasar pasar pakan. Inisiatif ini muncul di tengah meningkatnya keluhan dari peternak tentang produk yang dipalsukan dan melonjaknya harga. Pihak berwenang mengatakan tindakan keras ini bertujuan untuk memulihkan ketertiban, melindungi kesehatan ternak, dan mendukung rantai pasok pangan negara.

“Mengingat maraknya praktik ilegal di pasar, seperti perdagangan pakan yang dipalsukan atau yang sumbernya tidak diketahui, terdapat kebutuhan mendesak untuk intervensi negara yang tegas,” demikian pernyataan Kementerian dalam laman Facebook-nya.

Kementerian menambahkan bahwa upaya ini merupakan bagian dari rencana komprehensif pemerintah yang bertujuan untuk memulihkan disiplin di pasar pakan dan mendukung peternak yang menghadapi tantangan akibat kenaikan harga dan buruknya kualitas pakan ternak.

Kampanye ini diluncurkan sebagai tanggapan atas keluhan yang terus-menerus dari peternak unggas tentang kualitas pakan yang rendah dan tidak konsisten di pasar lokal.

PAKAN TERNAK YANG TERKONTAMINASI DITUDING SEBAGAI PENYEBAB WABAH BOTULISME DI INGGRIS

Ratusan sapi telah mati atau dimusnahkan menyusul kasus botulisme yang terjadi di seluruh Inggris dalam beberapa minggu terakhir.

Badan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan (APHA) dan Badan Standar Pangan (FSA) sedang menyelidiki kasus-kasus di Essex, Northamptonshire, dan Shopshire, yang diyakini terkait dengan pakan ternak yang terkontaminasi.

Jodie Wild, kepala insiden FSA, mengatakan bahwa pakan ternak yang terkontaminasi telah ditarik dari penjualan, “Kami bekerja sama dengan mitra pemerintah dan otoritas lokal dalam menanggapi wabah botulisme pada sapi yang diduga terkait dengan pakan ternak. Kami mengambil tindakan untuk melindungi rantai pasokan pangan dan pakan ternak serta mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan hewan serta masyarakat.”

“Sebuah produk pakan ternak telah ditarik dari pasar sebagai tindakan pencegahan. Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan cepat lebih lanjut untuk melindungi kesehatan hewan,” ujarnya.

Meskipun saat ini tidak ada indikasi risiko langsung terhadap kesehatan manusia, APHA menyatakan telah mengetahui beberapa kasus yang diduga.

“Laboratorium Regional APHA terlibat dalam investigasi di peternakan dan laboratorium terkait kematian ternak yang tampaknya terkait dengan dugaan kontaminasi pakan,” ujar seorang juru bicara.

INFOVET DAN PLI GELAR WEBINAR, KUPAS ARAH INDUSTRI PETERNAKAN DI TENGAH GEJOLAK GLOBAL

Infovet bersama Poultry and Livestock Innovation menyelenggarakan webinar bertajuk Membaca Arah Industri Peternakan di Tengah Gejolak Global dan Regional. Webinar yang dilaksanakan pada 2 Oktober 2025 tersebut dihadiri oleh para peternak, organisasi peternakan, perusahaan industri peternakan, akademisi dan perwakilan pemerintahan.

“Kita bersyukur bahwa hari ini kita bisa menyelenggarakan webinar dengan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana terjadi gejolak global dan regional,” kata Bambang Suharno, Direktur Utama PT Gallus Indonesia Utama saat membuka webinar.

“Seperti yang kita ketahui, dunia sedang menghadapi berbagai dinamika ketegangan geopolitik, perubahan iklim hingga disrupsi teknologi yang semuanya berpengaruh kepada dinamika bisnis di peternakan. Di sisi lain, kebutuhan akan pangan hewani yang aman, sehat, dan berkelanjutan terus meningkat. Karena itu penting untuk mendiskusikan bagaimana masa depan peternakan. Tentu saja dengan harapan bahwa peternakan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewan.”

Pemateri pertama adalah Ibnu Edy Wiyono, Indonesia Country Director US Soybean Export Council. Ibnu mengawali materinya dengan membicarakan perkembangan sektor peternakan Indonesia secara makro.

“Untuk bisa melihat arah ke depan dari industri peternakan Indonesia saya sebagai orang ekonomi melihat ada apa dengan pasar input. Kemudian apa yang akan terjadi atau sedang terjadi atau yang pernah kita alami di pasar output,” jelas Ibnu.

Ibnu mengajak untuk berpikir backward dan forward. Industri peternakan membutuhkan input, sehingga apa yang terjadi di sektor input akan berpengaruh ke industri peternakan. Apa yang terjadi di market juga akan berpengaruh ke industri peternakan.

Kemudian sedikit memaparkan mengenai perkembangan biofuel policy mandate di Amerika Serikat. Bagaimana dampaknya terhadap bungkil kedelai yang salah satu bahan baku pakan utama di sektor peternakan.

Pemateri terakhir adalah Mohammad Ichwan Sofwan, General Manager PT Songolas Exhibition Services, perusahaan yang menjadi organizer Jakarta Pet Expo 2025.

“Tahun ini Jakarta Pet Expo diadakan untuk yang kedua kalinya. Bedanya tahun ini kami memiliki sebuah segmen baru yang kami sebut sebagai poultry and livestock innovation,” Ichwan mengatakan.

Menurut Ichwan tahun ini pihaknya bekerjasama dengan PT Gallus Indonesia Utama. Pameran yang akan berlasung pada 26-29 November tersebut memiliki beberapa program unggulan diantaranya adalah CEO business forum, business matchmaking, dan hosted buyers untuk industri livestock. (NDV)

BRIN, ASOHI DAN INFOVET GELAR SEMINAR PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH

Foto bersama pembicara dan peserta seminar. (Foto: Istimewa)

Pusat Riset Peternakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) dan Majalah Infovet mengadakan “Akselerasi Usaha Sapi Perah, Tingkatkan Gizi Masyarakat”. Seminar, yang juga dilakukan secara daring, berlangsung pada Senin, 29 September 2025, bertempat di ICC BRIN, Bogor.

Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari, dalam sambutannya mengatakan, “Produksi susu sapi di Indonesia masih sangat rendah, mayoritas masih impor. Sementara pemerintah memiliki program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak bangsa. Juga untuk pengendalian stunting. Sehingga kebutuhan akan protein hewani adalah sangat penting.”

Irawati melanjutkan selain rendahnya produksi susu sapi tantangan lain yang dihadapi adalah ketersediaan susu, daya beli masyarakat, jalur distribusi, hingga penyakit sapi perah. Ia berharap semua stakeholder bersama pemerintah, pelaku usaha, dan peternak bersatu untuk bisa bersama-sama meningkatkan produksi susu.

Upaya Peningkatan Konsumsi dan Produksi Susu

Peningkatan produksi susu dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang dilaksanakan melalui Program Percepatan Peningkatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN). Susu dan produk olahannya adalah asupan penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi esensial untuk tumbuh kembang generasi masa depan bangsa.

Menuju Indonesia emas pada tahun 2045, Indonesia harus memiliki human capital index (HCI) tinggi yang menjadi indikator potensi ekonomi dan daya saing warga negara suatu negara, dengan pertimbangan faktor pendidikan dan kesehatan.

Belajar dari keberhasilan banyak negara yang telah melaksanakan program susu gratis, seperti Skandinavia (Swedia dan Finlandia), Jepang, dan Amerika. Kebiasaan minum susu berdampak positif pada peningkatan gizi, mengurangi angka stunting, mendukung perkembangan kognitif, dan capaian akademik anak-anak.

Di Indonesia, tingkat konsumsi susu baru mencapai 16,6 kg/kapita/tahun, masih sangat jauh dari standar FAO yang mencapai 30 kg/kapita/tahun. Selain itu, jumlah masyarakat yang rutin minum susu tiap hari hanya sekitar 16%.

Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi susu dan produk olahannya menunjukkan tren positif yang disebabkan oleh peningkatan jumlah kelas ekonomi menengah atas, perubahan gaya hidup masyarakat, dan perkembangan pesat industri kuliner.

Rendahnya tingkat konsumsi susu masyarakat tidak terlepas dari keterbatasan akses, daya beli, dan ketersediaan susu segar yang mencukupi. Saat ini 80% kebutuhan susu nasional dipenuhi dari impor.

Kemampuan industri susu nasional yang hanya dapat mensuplai 20% kebutuhan susu segar dalam negeri (SSDN), tidak terlepas dari sedikitnya populasi dan rendahnya produktivitas sapi perah. Saat ini populasi sapi perah hanya sekitar 507 ribu ekor dengan produktivitas rata-rata 10-15 liter per ekor per hari, jauh di bawah potensi genetik maupun standar produktivitas global yang bisa mencapai 25-30 liter per ekor per hari.

Berbagai upaya peningkatan produktivitas juga sudah dilakukan dengan berbagai program modernisasi industri sapi perah, perbaikan kualitas pakan, perbibitan yang bermutu, dan perlindungan terhadap penyakit.

Pemberian cinderamata dari Ketua ASOHI kepada perwakilan BRIN Puji Lestari SP, MSi, PhD dan perwakilan Ditjen PKH

Rekomendasi Pengembangan Peternakan Sapi Perah

Prof Budi Tangendjaja, Ketua Dewan Pakar ASOHI, yang membawakan materi Pengembangan Usaha Sapi Perah Berkelanjutan melalui Optimalisasi Pakan, memberikan beberapa rekomendasi.

Ia menyarankan pemerintah bersama stakeholders melakukan studi secara detail untuk membuat roadmap industri susu. Kedua, lokasi peternakan dan pengembangan hijauan untuk pakan harus dicarikan lahan tersendiri yang sesuai.

Jumlah bahan pakan lokal yang dapat digunakan harus diidentifikasi dengan baik. Juga seberapa banyak kebutuhan impor bahan pakan.

Terakhir Budi mengatakan, “Semua membutuhkan waktu yang lama, peternakan sapi perah modern tidak dapat diwujudkan secara instan. Untuk itu negara seperti Thailand dan perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan dapat dijadikan benchmark.”

Narasumber lain adalah Drh R Kurnia Achjadi MS, anggota Dewan Pakar ASOHI dengan materi Manajemen Kesehatan Reproduksi Sapi Perah Pasca Out Break Penyakit Mulut dan Kuku. Dadang Suryana, dari PT Sumber Cita Rasa Alam, dengan materi Kiat Sukses Pengembangan Usaha Sapi Perah Hulu Hilir. Serta Dr Santiananda Arta Asmarasari SPt, MSi, peneliti BRIN, yang memaparkan materi Pemanfaatan Teknologi Seleksi Berbasis Marka Molekuler untuk Perbaikan Genetik Sapi Perah. (NDV)

ANTARA VAKSINASI DAN BIOSEKURITI

Vaksinasi menjadi salah satu komponen penting dalam strategi biosekuriti, terutama dalam konteks peternakan atau lingkungan yang rentan penyakit. (Foto: Toa55/iStock)

Vaksinasi dan biosekuriti adalah dua konsep yang saling berkaitan dalam menjaga kesehatan dan keamanan lingkungan tempat unggas dipelihara.

Adapun vaksinasi adalah tindakan memberikan vaksin untuk memicu kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu, sementara biosekuriti adalah serangkaian tindakan untuk mencegah masuknya penyakit dan mengendalikan penyebarannya. Keduanya saling melengkapi dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Vaksinasi dapat menjadi salah satu komponen penting dalam strategi biosekuriti, terutama dalam konteks peternakan atau lingkungan yang rentan terhadap penyakit. Sedangkan penerapan biosekuriti yang baik dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi efektivitas vaksinasi, misalnya dengan mengurangi risiko paparan patogen yang berlebihan. 

Adapun penerapan biosekuriti mencakup sanitasi kandang, pengendalian lalu lintas orang, karantina unggas sakit, dan vaksinasi untuk penyakit tertentu. Biosekuriti memastikan bahwa penyakit tidak menyebar luas di peternakan.

Kekebalan sering juga disebut imunitas, yakni kemampuan untuk mempertahankan diri, menahan, mencegah, dan menanggulangi agen-agen penyakit yang dapat menimbulkan kerugian. Unggas seperti halnya makhluk hidup lainnya mempunyai sistem kekebalan yang dilakukan oleh sel-sel khusus, di antara sel-sel yang memegang peranan penting secara langsung maupun tidak dalam proses kekebalan adalah sel-sel limfosit dan  sel-sel lain yang dibentuk olehnya.

Kekebalan pada unggas ada dua macam, yaitu antibodi dan imunitas sel. Organ pembentuk kekebalan pada unggas ada empat, yaitu bursa fabricius (sel B), kelenjar timus (sel T), GALT (gut-associated-lymphoid-tissue), dan jaringan limfoid (sumsum tulang belakang, limpa, kelenjar harderian, ceacal tonsil). Limfosit-B yang dihasilkan oleh bursa fabricius dan turunannya memproduksi protein yang dapat larut dalam aliran darah, yang disebut antibodi, dan akan berperan pada proses kekebalan. Antibodi spesifik dibentuk akibat stimulasi vaksin atau agen-agen penyakit yang spesifik pula, atau dengan kata lain antibodi yang dibentuk oleh vaksin penyakit A misalnya, maka antibodi yang terbentuk khusus untuk menanggulangi penyakit A saja, demikian juga vaksin B, C, dan seterusnya. Sehingga setiap penyakit yang ingin dibentuk kekebalannya harus divaksin sesuai jenis penyakitnya.

Antibodi ada yang dilepaskan ke dalam plasma darah (serum) dan menyebar mengikuti aliran darah, disebut dengan antibodi sirkuler. Sedang antibodi yang berada pada berbagai sekresi tubuh seperti mukus yang dihasilkan oleh saluran pernapasan dan pencernaan, persendian kaki dan sayap unggas, disebut antibodi lokal.

Hasil tes antibodi (titer) merupakan indikator atas status kekebalan yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit atau vaksin. Antibodi lokal yang ditemukan dalam sekresi tubuh (mukus) sangat penting walau tidak dapat diukur melalui tes darah, karena mereka merupakan penjaga... Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi September 2025.

Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Departemen Manager
PT Romindo Primavetcom
HP: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net

TELUR PUYUH: ANTARA ISU KOLESTEROL & OTAK ENCER ANAK

Kandungan nutrisi telur puyuh sangat baik bagi tubuh. (Foto: Freepik)

Isu telur puyuh menjadi penyebab penyakit tinggi kolesterol sudah lama terdengar. Kalangan orang dewasa pun kerap menghindari konsumsi telur unggas ini gara-gara isu tersebut. Ternyata, hasil penelitian resmi menyatakan sebaliknya.

Malam itu, Sulastri tampak girang begitu melihat nilai ulangan harian anaknya, Zaky Rustadi, yang duduk di kelas 6 sekolah dasar. Nilai ulangan matematika buah hatinya hampir sempurna, 96. Tak hanya matematika, beberapa mata pelajaran lainnya juga nilainya membuat sang ibu bangga.

Pedagang kue basah di Kampung Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, ini menuturkan, kecerdasan anaknya tersebut sudah terlihat sejak masuk sekolah dasar. Nilai rapornya tak ada yang mengecewakan. “Kecuali nilai Mata Pelajaran Bahasa Sunda saja yang kurang bagus, maklum kami ini bukan orang Sunda,” ujar Sulastri yang suaminya bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Kecerdasan Zaky, bisa jadi ada faktor keturunan orang tuanya yang seorang peneliti. Namun menurut sang ibu, anaknya diberikan asupan gizi yang cukup. “Kebetulan anak saya dari dulu suka banget makan telur puyuh. Hampir seminggu dua atau tiga kali dia mintanya pasti lauk telur puyuh,” ungkapnya.

Lantaran sang anak suka mengonsumsi telur puyuh, ibu muda ini pun rajin membaca artikel seputar gizi. Meski tak tahu persis seperti apa kandungan gizi pada telur puyuh, namun ia yakin sangat bagus untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak bagi anak.

Ahli gizi dari Univeritas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Taufik Maryusman SGz MGizi MPd, menyebutkan telur puyuh memiliki sejumlah kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh. Menurutnya, telur puyuh memang tidak sefamiliar telur ayam yang lebih banyak dikonsumsi. “Padahal manfaatnya tidak kalah banyak dan bermanfaat bagi tubuh,” kata Taufik.

Ada beberapa kandungan nutrisi telur puyuh yang cukup baik untuk diketahui oleh orang tua, agar anak-anaknya juga gemar mengonsumsi. Pertama, sama seperti telur ayam, telur puyuh tinggi protein. Satu porsi telur puyuh (isi lima butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam. Protein diperlukan tubuh untuk dijadikan sumber energi, menjaga stamina, memelihara kesehatan kulit dan rambut, serta membangun dan menguatkan massa otot, baik dikonsumsi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Kedua, telur mini yang dihasilkan burung puyuh ini juga kaya vitamin A dan kolin. Setiap porsi telur puyuh menawarkan 119 mg kolin dan 244 IU vitamin A. Artinya, seporsi telur puyuh (setara lima butir) mampu menyajikan sekitar 22-28% kebutuhan kolin harian dan 8-10% asupan vitamin A dalam sehari. Kedua nutrisi ini bekerja sama menjaga kerja sistem imun tubuh untuk mencegah risiko penyakit dan infeksi, khususnya mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin A dan kolin juga berfungsi memelihara fungsi sistem saraf dan indra penglihatan.

Ketiga, telur burung puyuh mengandung lebih banyak selenium (26%) dan zat besi (9%) daripada telur ayam. Selenium bermanfaat memelihara fungsi kognitif otak, meningkatkan metabolisme hormon tiroid, dan memperbaiki kerusakan DNA. Sedangkan zat besi berfungsi memproduksi sel darah merah sehat untuk mencegah anemia.

Hasil Pengujian Laboratorium
Telur puyuh tak hanya baik dikonsumsi anak-anak, namun juga orang dewasa. Bisa diolah menjadi aneka makanan sebagai lauk maupun camilan bergizi. Sebenarnya, kandungan gizi dalam telur puyuh tak jauh beda dengan telur ayam, dalam timbangan berat yang sama.

Hanya saja, dari dulu hingga sekarang, ketakutan orang mengonsumsi telur puyuh cukup tinggi karena dianggap mengandung kolesterol, terutama bagi orang dewasa. Tak sedikit informasi di berbagai media online maupun media sosial menggambarkan betapa “bahayanya” kandungan kolesterol dalam telur puyuh.

“Ini yang harus diluruskan, masyarakat perlu diedukasi dengan baik bahwa kandungan kolesterol telur puyuh tidak seperti yang dikhawatirkan orang,” ungkap Slamet Wuryadi, pemilik CV Slamet Quail Farm, PT Pondok Puyuh Indonesia, Pondok Wirausaha CFE-SQF, kepada Infovet.

Slamet merupakan peternak burung puyuh yang sudah berkali-kali mendapat penghargaan dari Pemerintah. Ia mengaku sudah melakukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke beberapa lembaga riset gizi yang memiliki kredibilitas tingkat nasional, seperti Sucofindo, Laboratorium Penelitian dan Pengujian terpadu UGM.

Pada 2018, dosen tamu di Institut Pertanian Bogor (IPB) University ini mengajukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM. Hasil ujinya menunjukkan kandungan kolesterol telur puyuh hanya 252,75 mg/100 gr. Sedangkan kandungan lemak total hanya 30,30% bb.

Melebihi Ikan Salmon
Slamet mengaku sedih dan kecewa dengan santernya berita dan stigma buruk mengenai gizi daging dan telur puyuh di masyarakat. Padahal menurutnya, baik daging maupun telur puyuh terbukti secara penelitian ilmiah sangat baik untuk kesehatan dibanding sumber protein sejenis dari telur unggas lainnya, bahkan ikan salmon sekalipun.

“Kalau dihitung secara ekonomis dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 900 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500. Artinya, konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam,” ujarnya.

Menurut Slamet, dibutuhkan edukasi yang baik dan berkelanjutan untuk meluruskan infomasi soal kandungan gizi, khususnya kolestrol telur puyuh kepada masyarakat yang selama ini disebut memiliki kandungan kolestrol sangat tinggi.

“Penelitian yang dilakukan Balai Pelatihan Ternak (Balitnak) kandungan kolesterol puyuh hanya 213 mg per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mg per 100 gram, dan BPPTP Ristek 318,4 mg per 100 gram. Jadi kalau ada anggapan kolesterolnya tinggi, bahkan tidak boleh dikonsumsi, itu salah besar. Karena kolesterolnya paling rendah dibanding telur unggas lainnya,” tegasnya.

Selain itu lanjut dia, kandungan protein pada daging puyuh 22,13% dan lemak 0,47%. Sedangkan telur puyuh mencapai 10,5% dan lemak 4,9%. “Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi. Selama ini masyarakat ditakut-takuti oleh data yang disajikan salah satu rumah sakit luar negeri yang ternyata hoaks,” ucap Slamet.

Sementara itu, dari data laboratorium IPB University, ternyata telur puyuh mengandung protein sebesar 10,5%, sedangkan lemaknya hanya 4,9%. Begitupun dengan daging puyuh, kandungan protein sebesar 22,13%, sedangkan lemaknya hanya 0,45%.

Jangan Berlebihan
Menurut data dari American Heart Asociation yang dirilis pada 2002, telur puyuh terdiri atas putih telur (albumin) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9%, serta kerabang dan membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya11,1%. Sementara itu, kuning telur puyuh mengandung 15,7-16,6% protein, 31,8-35,5% lemak, 0,2-1,0% karbohidrat, dan 1,1% abu. Telur puyuh juga mengandung vitamin A sebesar 543 ug (per 100g).

Lalu, bagaimana perbandingan kandungan nutrisi telur puyuh dengan telur ayam? Dilansir dari Very Well Fit, setiap 50 gram atau sekitar 1 butir telur ayam berukuran besar mengandung 6 gram protein dan 78 kalori. Sedangkan, satu porsi telur puyuh (lima butir) mengandung 6 gram protein dan 71 kalori.

Bila mengonsumsi satu porsi telur puyuh, ini artinya mendapatkan asupan protein yang sama dengan ketika makan sebutir telur ayam. Kandungan kalorinya pun hanya terpaut 7 kalori saja, sehingga tak jauh berbeda.

Bukan hanya jumlah kalorinya saja yang mirip, kandungan vitamin dan mineral pada dua jenis telur ini pun cenderung sama.

Dari sisi kandungan kolesterol, mungkin selama ini banyak masyarakat menghindari makan telur puyuh karena katanya bisa membuat kolesterol naik. Alhasil, memilih makan telur ayam saja yang lebih aman kandungan kolesterolnya. Benarkah begitu?

Faktanya, seperti yang ditulis di Very Well Fit, setiap lima butir alias seporsi telur puyuh mengandung 5 gram lemak total, yang terdiri dari 1,6 gram lemak jenuh. Sementara itu, sebutir telur ayam ukuran besar (50 gram) mengandung 5 gram lemak total, dengan 1,5 gram lemak jenuh.

Meskipun perbedaannya tampak sedikit, kandungan lemak jenuh dalam telur puyuh tetap saja lebih tinggi daripada telur ayam. Hati-hati, lemak jenuh ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

Tak cukup lima butir, biasanya dengan lebih banyak menambahkan telur puyuh ke dalam setiap masakan keluarga, misalnya saat membuat semur atau sate telur. Karena ukurannya kecil, mungkin tidak sadar konsumsi banyak telur puyuh dalam sehari. Nah, hal inilah yang dapat memicu kolesterol tinggi jika tidak segera dikendalikan porsinya. Jadi, asal tidak berlebihan, konsumsi telur puyuh tetap aman. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

DAFTARKAN SEGERA! LAUNCHING POULTRY & LIVESTOCK INNOVATION


Saatnya pelaku industri peternakan membuka wawasan baru. Di tengah gejolak global dan regional, kemana arah industri peternakan ke depan?

Temukan jawabannya di live webinar GRATIS: “Membaca Arah Industri Peternakan di Tengah Gejolak Global dan Regional”

• Speaker: Ibnu Edy Wiyono, Country Director USSEC (United States Soybean Export Council)

• Moderator: Setya Winarno, Ketua Harian GOPAN

Kamis, 2 Oktober 2025
10:00-12:00 WIB
Online - Live Webinar

Klik: https://forms.gle/yBudrKyYxgzpv96n6
atau hubungi:
Ms. Mariyam (+62 877-7829-6375)
Mr. Iwan (+62 816-1959-183)

Jangan lewatkan kesempatan untuk memahami tren, tantangan, dan peluang di industri peternakan bersama para ahlinya.

KONGRES NASIONAL PERTAMA ASOSIASI HOLSTEIN INDONESIA

AHI kembali berdiri, laksanakan kongres nasional. (Foto: Istimewa)

Bandung (10/9/2025), dalam upaya peningkatan produksi SSDN dan terbentuknya bangsa sapi Holstein, Asosiasi Holstein Indonesia (AHI) kembali berdiri dengan melaksanakan kongres untuk mengupayakan peningkatan produksi dan produktivitas susu dalam negeri.

Sebab pada cetak biru persusuan nasional, target konsumsi susu dalam negeri pada 2026 akan terpenuhi sekitar 60%, dengan asumsi kemampuan produktivitas sapi perah sekitar 20 liter/hari, konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun, populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor, dan populasi betina laktasi menjadi 50% dari populasi betina produktif.

“Namun, saat ini konsumsi susu nasional baru mencapai 16,5 kg/kapita, kemampuan rata-rata produksi sekitar 14 liter/ekor/hari, dan populasinya berkisar 485.809 ekor. Pada saat ini ternyata kontribusi produksi SSDN belum beranjak sesuai target yang dibuat, bahkan cenderung menurun dari base line 22%, masih di bawah 20% untuk memenuhi kebutuhan nasional,” tulis Sekretaris AHI, Arya Wicaksana, dalam keterangan resminya.

Menurut data Kementerian Perindustrian (2022), kebutuhan susu dalam enam tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata 6% per tahun, sedangkan produksi SSDN hanya tumbuh 1% saja.

“Artinya, diprediksi akan terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara produksi SSDN dengan importasi susu jika tidak dilakukan intervensi peningkatan produksi dan produktivitasnya,” tambahnya.

Melihat fenomena itu, didukung iklim usaha dan kebijakan pemerintah, tokoh inisiator Dr Ir Rochadi Tawaf MS sebagai akademisi, Ir Iman Karmawan MM sebagai praktisi, dan Arya Wicaksana SE sebagai peternak, menginisiasi kembali berdirinya AHI.

Pada 1989, PPSKI pernah bekerja sama dengan US Holstein membentuk AHI, demikian pula Dinas Peternakan Jawa Barat bekerja sama dengan JICA Jepang membentuk IDHIA (1997-2002). Namun kegiatan tersebut terhenti aktivitasnya, sehingga lembaga ini harus dihidupkan kembali. Karena memiliki tujuan mulia yaitu melakukan standarisasi produksi dan meningkatkan mutu genetik sapi perah Holstein yang sesuai kondisi ekosistem iklim dan budaya Indonesia.

Dijelaskan, dalam rangka merealisasikan tujuannya, AHI bekerja sama dengan perusahaan peternakan sapi perah skala menengah dan besar, yang memiliki kelompok peternak binaan. Kerja sama ini produknya berupa sapi-sapi bakalan hasil inovasi teknologi rekayasa genetik.

“AHI dan perusahaan peternakan sapi perah merupakan mitra balai perbibitan sapi perah milik pemerintah. Adapun tugas pokok dan fungsi AHI yaitu mengawal, mengembangkan dan melakukan standariasi, serta sertifikasi sapi perah Holstein Indonesia dalam bentuk bibit sebar kepada peternak,” imbuh dia.

Kongres AHI bertajuk “Membentuk Sapi Perah Holstein Indonesia untuk Membangun Persusuan Nasional”, dilaksanakan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dihadiri peserta sebanyak 55 orang yang terdiri dari pendiri AHI, peternak dan perusahaan sapi perah, koperasi susu, perguruan tinggi, lembaga perbibitan pemerintah, dinas-dinas peternakan, asosiasi peternakan, mahasiswa, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam kongres tersebut ditetapkan tata tertib dan agenda kongres pertama AHI, penandatanganan akta pendirian, menetapkan AD/ART, dan menetapkan program kerja, sekaligus membentuk dan melantik pengurus AHI periode 2025-2029: Dr Ir Rochadi Tawaf MS (Direktur Utama), Arya Wicaksana SE (Sekretaris), Ir Iman Karmawam MM (Bendahara), Afghan SPt (Direktur Pelaksana). Dewan Pengawas: Teguh Boediyana (Ketua), Drh Desi, Dedi Setiadi, dan Aun Gunawan (Anggota). (INF)

DAFTAR SEKARANG! SEMINAR SEPUTAR SAPI PERAH, TINGKATKAN GIZI MASYARAKAT


Kegiatan ini kolaborasi antara Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta didukung oleh Majalah Infovet, bertajuk “Akselerasi Usaha Sapi Perah, Tingkatkan Gizi Masyarakat”.

Kegiatan ini sangat cocok diikuti oleh para peternak sapi, akademisi/peneliti, pelaku usaha, konsultan, dan pemerintah, untuk menambah wawasan persapiperahan Tanah Air.

Catat tanggal dan waktunya:
• Senin, 29 September 2025

• Pukul 09:00-13:00 WIB (Hybrid)
Offline: Innovation Convention Center (ICC) BRIN, Cibinong, Bogor
Online: Zoom

Pembicara:
Keynote Speaker: Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Drh Agung Suganda MSc

• Prof Budi Tangendjaja: Pengembangan Usaha Sapi Perah Berkelanjutan melalui Optimalisasi Pakan

• Dr Drh Kurnia Achyadi MS: Manajemen Kesehatan Reproduksi Sapi Perah Pasca Out Break Penyakit Mulut dan Kuku

• Dadang Suryana (Direktur PT Sumber Citarasa Alam): Kiat Sukses Pengembangan Usaha Sapi Perah Hulu Hilir

• Dr. Santiananda Arta Asmarasari Spt MSi (Peneliti BRIN): Pemanfaatan Teknologi Seleksi Berbasis Marka Molekuler untuk Perbaikan Genetik Sapi Perah

Investasi: FREE
Offline: 100 orang
Zoom: 500 orang

Kesempatan terbatas, daftar sekarang!
https://bit.ly/SeminarSAPI_ASOHI

Informasi lebih lanjut, hubungi:
0877-7829-6375 (Mariyam)

Scan barcode di sudut kiri bawah flyer 

INOVETION RESMI DILUNCURKAN: ERA BARU REKOGNISI INOVATOR DAN INVENTOR BIDANG VETERINER INDONESIA

Para penerima Golden Inovetion Badge (Foto: Istimewa)

Dunia kedokteran hewan Indonesia memasuki babak baru dengan diluncurkannya INOVETION (Indonesia Veterinary Innovation). Sebuah program rekognisi untuk para inovator dan inventor baik dokter hewan maupun non dokter hewan, atas kiprahnya dalam berinovasi dan menghasilkan penemuan dibidang veteriner atau yang mendukung bidang veteriner.

Grand launching yang berlangsung pada Jumat, 19 September 2025 di ICE-BSD, Tangerang, sebagai bagian dari rangkaian ILDEX 2025, menandai dimulainya era baru dalam mengangkat dan mengapresiasi karya-karya inovatif yang berkontribusi bagi kemajuan veteriner Indonesia.

Program yang digagas oleh drh Gunadi Setiadarma dan drh Deddy F Kurniawan, MVet dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FKH IPB ini hadir dengan misi mulia: memberikan pengakuan kepada para inovator dann inventor yang telah menghasilkan karya konkret untuk dikenal oleh publik secara terbuka agar kemanfaatannya bisa tersebar lebih luas. Karya yang dimaksud adalah ide yang sudah terbukti maupun produk konkret baik alat maupun barang lainnya.

Rekognisi yang diberikan oleh Inovetion berupa penyematan Golden Inovetion Badge kepada orang-orang yang memiliki kelayakan dalam beberapa kriteria. Pertama, inovasi dan penemuannya sudah dilakukan dengan dasar keahlian dan ilmiah yang kuat. Kedua, inovasi dan penemuannya memiliki potensi untuk menjadi produk publik dan memiliki potensi bisnis secara luas. Ketiga, inovasi dan penemuannya memiliki muatan konsep kebaruan dan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Ke depan, Inovetion akan dikembangkan sebagai promotor dan media penghubung antara inovator, inventor dan investor. Inovetion akan menjadi agenda tahunan untuk menyemangati para inovator dan inventor di bidang veteriner sekaligus menghubungan para ilmuwan dan kreator dengan dunia industri,” jelas Deddy. “Inovetion juga memiliki beberapa program lanjutan, yaitu company profiling, investment pitch dan corporate development.”

Pada tahun perdana ini, 16 inovator dan inventor terpilih mendapatkan rekognisi dan disematkan Golden Inovetion Badge serta mendapatkan sertifikat:

  1. Dr drh Agung Suganda, MSi - Dirjen PKH Kementan RI
    Inovasi: Dairy Veterinary Investment, pelopor dan pendorong program investasi peternakan khususnya bidang persapian di Indonesia.
  2. Drh Fitri Nursanti, MM, MSc - ILDEX Indonesia
    Inovasi: ILDEX Indonesia, Expo Peternakan terbesar di Indonesia.
  3. Prof Dr Agr Ir Sigit Prastowo, SPt, MSi IPU ASEAN - MOOSA Genetics
    Inovasi: IGBV - Indonesia Genomic Breeding Value, sistem valuasi sapi perah presisi berbasis uji molekuler pertama di Indonesia.
  4. Prof Dr Drh Huda Shalahudin Darusman, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kit Alzheimer, kit ELISA untuk deteksi penyakit Alzheimer pertama di Indonesia.
  5. Dr drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi, SVMBS - SKHB IPB
    Inovasi: Mikroenkapsulasi sel leydig untuk terapi kejantan pria.
  6. drh Aris Ahmad Jaya - PT AbCo Indonesia
    Inovasi: AbCo Training and Consulting, dokter hewan pelopor perusahaan training softskill di Indonesia.
  7. drh Luski Febrian, MM - PT. BIOFAL
    Inovasi: BIOFAL-Vet, pelopor instalasi pengolahan air limbah khusus untuk klinik hewan dan SPPG.
  8. drh Muchlido Apriliast
    Inovasi: Rumah Susu Indonesia, pelopor pabrik susu pasteurisasi terintegrasi skala komersial menengah di Indonesia.
  9. Prof Dr drh Agik Suprayogi, MSc - SKHB IPB
    Inovasi: KATULAC, produk pakan tambahan dari daun katuk terdepolarisasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi perah.
  10. Prof Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr - Fapet IPB
    Inovasi: Sorinfer, produk pakan ternak dari daun indigofera yang kaya nutrisi.
  11. Dr Iyep Komala, SPt, MSi - Fapet IPB
    Inovasi: D-RUMINANSIA, Smart Microclimate Control untuk ruminansia.
  12. Dr drh Anita Esfandiari, MSi - SKHB IPB
    Inovasi: Kapsul Antibodi Enterotoksigenik untuk mencegah diare pedet.
  13. drh Hendra Budi Setiawan - Founder & CEO, Halovet
    Inovasi: HaloVet, pelopor start-up edukasi digital kedokteran hewan.
  14. drh Wywy Goulda - Founder March Animal Clinic, Jakarta
    Inovasi: Pet Blood Bank Indonesia, bank darah hewan pertama di Indonesia yang menyediakan stok darah untuk kebutuhan transfusi darurat.
  15. Dr drh Muhammad Agil, MSc, Dipl, ACCM - SKHB IPB
    Inovasi: Biobank Badak Sumatera
  16. Prof Dr drh Amrozi, PhD - FKH IPB
    Inovasi: Smart Halter, pengembangan teknik diagnosa berbasis teknologi IT untuk deteksi kolik pada kuda.

(NDV)

MENDALAMI VARIASI GENETIK VIRUS AI BERSAMA ADHPI

Foto Bersama Para Peserta Seminar 
(Foto : CR)


Pada hari kedua pameran ILDEX 2025, tepatnya 18 September 2025 Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia menggelar seminar teknis perunggasan. Tema yang diangkat yakni "Molecular Basis for Antigenic Variation in H5N1 and It's Impact on Control By Vaccination". Yang bertindak sebagai pembicara yakni Dr Teguh Prajitno selaku peneliti yang juga merupakan Strategic Business Unit Animal Health & Livestock Equipment PT JAPFA.

Dalam sambutan pembukaan, Ketua Panitia Drh Baskoro Tri Caroko menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara tersebut. Ia juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kesuksesan acara tersebut.

Menurutnya mewabahnya penyakit Avian Influenza (AI) alias Flu Burung merupakan tonggak sejarah yang tak bisa dilupakan dan merupakan cikal bakal berdirinya ADHPI di kemudian hari.

"Tidak bisa dipungkiri, ketika wabah AI melanda Indonesia pada 2003-2004 lalu, kita semua kelimpungan, akan tetapi kita semua membuktikan bahwa dokter hewan di perunggasan dapat bekerja sama, berkolaborasi sebagai sebuah tim yang bertugas untuk menyelamatkan negara dari wabah AI, ini tentunya penting bagi ketahanan pangan kita," tutur Baskoro.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum ADHPI Drh Dalmi Triyono mengatakan bahwa AI merupakan penyakit hewan menular strategis yang bersifat zoonotik dan penting untuk dipantau perkembangannya. Oleh karena itu anggota ADHPI diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam pengendalian AI.

Dalam seminar tersebut Dr Teguh menjabarkan A to Z mengenai perkembangan terkini AI di Indonesia dan seluruh dunia. Mulai dari sejarah wabah AI di Indonesia, aneka ragam genetik virus yang berkembang di Indonesia dan dunia, serta berbagai anomali dan mutasi genetik virus AI kekinian yang dapat menginfeksi tidak hanya unggas dan manusia, tetapi juga sapi, harimau, mink, dan hewan lain.

Ia juga menekankan akan pentingnya upaya pengendalian dan pencegahan AI, karena AI tidak hanya bicara vaksinasi dan biosekuriti saja, tetapi juga political will serta strategi yang tepat dalam mengendalikannya. (CR)

SUDAH SIAPKAH INDONESIA MENYAMBUT ERA TELUR CAGE FREE?

Ayam Yang Dipelihara Dengan Sistem cage free Dinilai Lebih Berperikehewanan
(Foto : Istimewa)


Telur merupakan sumber protein hewani termurah yang dapat diperoleh masyarakat Indonesia. Namun bagaimana jika telur yang dikonsumsi berasal dari ayam yang tidak dikandangkan alias cage free?. Seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat akan konsumsi telur cage free di seluruh dunia, Indonesia seakan tidak mau ketinggalan. Hal tersebut terlihat pada booth Indonesian Cage Free Association (ICFA) yang hadir pada perhelatan ILDEX 2025 pada 17 - 19 September lalu. 

Berdasarkan penuturan Yovela Sukamto Program Associate ICFA yang ditemui infovet, ICFA merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang peternakan ayam tanpa kandang alias cage free. Tujuan hadirnya ICFA mengajak kepada peternak Indonesia untuk beralih ke sistem cage free.

"Kami tidak memaksa atau anti terhadap sistem konvensional, kami hanya hadir sebagai alternatif untuk peternak yang menginginkan nilai tambah bagi produknya serta menjawab kebutuhan masyarakat mengenai telur ayam cage free," tuturnya. 

Program - program yang dijalankan oleh ICFA diantaranya adalah Training nasional beternak bebas sangkar, pendampingan sertifikasi kesejahteraan hewan, business matchmaking, seminar, serta kegiatan lain yang mengarah kepada peternakan ayam cage free.

"Untuk bergabung syaratnya cuma 3, memiliki visi yang sama, berpartisipasi aktif, dan saling transparansi antar anggota. Kami terbuka bagi peternak baru maupun peternak yang ingin beralih sistem dari konvensional ke cage free. Nanti akan kami adakan pelatihannya, survey, serta diskusi mengenai apapun yang dibutuhkan dalam sistem ini," kata Yovela.

Hingga saat ini lanjut Yovela, ICFA sudah memiliki anggota sebanyak 27 peternak yang terdiri atas peternakan mandiri maupun perusahaan yang menghasilkan produk telur cage free. Kesemuanya tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. 

Terkait hambatan, menurut Yovela hambatan yang masih dihadapi yakni sedikitnya demand akan telur cage free di Indonesia. Selain itu menurut Yovela, telur cage free harganya memang lebih mahal, menbgutungkan bagi produsen namun kurang bersahabat dikantong konsumen. Namun begitu Yovela optimis seiring berkembangnya waktu dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan animal welfare, pasar untuk telur cage free dengan sendirinya akan terbentuk. (CR) 

TIPS BASIC USAHA PENGGEMUKAN SAPI IDUL ADHA UNTUK PEMULA

Sebagai pemula, memulai usaha penggemukan sapi cukup baik dilakukan dengan menyasar pasar Idul Adha. Dimana permintaan sedang tinggi, namun di sisi lain kompetisi juga tinggi.

Setidaknya sebelum mulai riset pasar terlebih dahulu. Target pasarnya agar lebih mudah pilih masyarakat sekitar saja dahulu.

Cari tahu sapi jenis apa yang diminati pasar, jangan sampai salah. Misalnya masyarakat lebih meminati sapi Bali, maka menjualnya juga sapi Bali. Jangan jual sapi jenis lain karena kemungkinan tidak begitu laku.

Pelajari juga harga jual sapinya di pasaran. Lalu berapa harga kulakannya. Hitung dengan baik misal harga kulakan 10 juta per ekor, harga jual 20 juta, penggemukan setidaknya butuh waktu 6-7 bulan. Hitung apakah harga jual setelah dipotong biaya operasional, kulakan, dan lain-lain masih ada labanya yang layak.

Pelihara sapi yang jumlahnya sesuai dengan daya serap pasar yang bisa dijangkau. Karena jika jumlah sapi yang dijual melebihi permintaan pasar, bisa rugi, menjual setelah Idul Adha akan lebih sulit.

Kalau memungkinkan cari pembeli sejak awal, jangan menunggu mendekati Idul Adha. Buat kesepakatan yang nyaman dan menguntungkan untuk kedua belah pihak.

Tidak kalah penting adalah permodalan. Sebisa mungkin modal jangan hasil dari berhutang yang pembayarannya harus dicicil dan berbunga. Contohnya hutang bank. Karena akan memberatkan, angsuran harus dibayar tepat waktu sedangkan pemasukan belum ada.

Tips di atas adalah dasar-dasarnya saja. Untuk detailnya disarankan agar berdiskusi dan belajar dari pengusaha penggemukan sapi yang sudah berpengalaman.

PERINGATI HUT KE -10, NUTRICELL RAYAKAN DENGAN EKSPOR PRODUK KE AMERIKA

Prosesi Simbolik Pelepasan Ekspor Nutricell Ke Amerika Serikat
(Foto : CR)


Perhelatan ILDEX 2025 di ICE Tangerang bukan hanya ajang pameran semata. PT Nutricell Pacific misalnya, selain berpartisipasi dalam pameran tersebut, mereka juga menambah meriah suasana dengan melakukan seremoni pelepasan ekspor ke Amerika Serikat. Acara tersebut terjadi pada hari pertama ILDEX yakni 17 September 2025 yang tentunya membuat pameran semakin meriah. 

Sejumlah pejabat seperti Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Wakil Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan hewan terlihat menghadiri acara pelepasan kegiatan ekspor ke Amerika Serikat tersebut.

Kebanggaan Indonesia 

Dalam sambutannya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Prof Rachmat Pambudy menyatakan kebanggannya serta apresiasi setinggi - tingginya kepada Nutricell.  Ia mengatakan bahwa Nutricell merupakan salah satu perusahaan di bidang obat hewan yang frekuensinya cukup sering dalam melakukan ekspor. 

"Saya hitung - hitung sudah lebih dari 2 kali Nutricell melakukan ekspor, kali ini rasanya sangat melegakan sekaligus menggembirakan. Pasalnya, ditengah keadaan ekonomi yang masih bergejolak sertai isu perang tarif Amerika, Nutricell tetap tak bergeming untuk membuktikan bahwa mereka tetap bisa mengharumkan nama bangsa di bidang obat hewan," tutur Rachmat. 

Ia berharapNutricell tidak boleh berpuas diri dan turut mendo'akan agar Nutricell tidak berhenti berinovasi dan tetap konsisten dan berkomitmen dalam mengharumkan nama bangsa melalui kegiatan ekspor. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Drh Agung Suganda juga menyatakan kekagumannya pada Nutricell. Menurutnya Nutricell membuktikan bahwa produk kesehatan asal Indonesia adalah produk yang berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat menembus pasar Internasional. 

"Tentunya upaya ini bukan hanya terjadi dalam satu - dua bulan, atau tahun. Nutricell berhasil konsisten dengan inovasinya serta kualitasnya sehingga pasar Amerika Serikat yang banyak orang impikan dapat mereka tembus. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Nutricell, semoga dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk terus berupaya melakukan penetrasi pasar internasional," kata Agung. 

Kado Spesial di Ulang Tahun Ke-10

Sejak beroprasi pada September 2015 lalu, tahun 2025 merupakan tahun ke-10 Nutricell beroperasi. Dengan segala hambatan yang melintang, nyatanya Nutricell masih dapat survive bahkan mengharumkan nama bangsa melalui produk - produknya. 

Suaedi Sunanto selaku CEO Nutricell mengatakan bahwa ini adalah kado dari Nutricell untuk Indonesia. Ia menyatakan bahwa ini merupakan peristiwa yang spesial bagi dirinya dan perusahaan yang ia pimpin. 

"Momennya pas, ILDEX, HUT ke -10, kami persembahkan ini untuk Indonesia. Kami telah membuktikan bahwa kami mampu bersaing bahkan hingga negeri Paman Sam. Kedepannya kami mohon do'a restu agar kami dapat kembali mengharumkan nama bangsa melalui ekspor," kata Suaedi. 

Ia juga mengatakan bahwa produk yang diekspor ke Amerika Serikat pada hari itu memiliki total nilai mencapai 170.000 USD atau sekitar 2,8 Miliar Rupiah. Jumlah produk yang diekspor terdiri atas dua jenis produk yakni Nutrifat Ca-84 dan Toxicell - Plus. Keduanya merupakan produk feed suplement untuk hewan ternak.

Nutrifat Ca-84 merupakan suplemen nutrisi ternak yang berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak untuk meningkatkan performa produksi. Sedangkan Toxicell - Plus merupakan suplemen pengikat dan penetral mikotoksin yang berperan penting dalam keamanan pakan serta menjaga kesehatan hewan ternak dari ancaman cemaran mikotoksin.

"Kami juga berterima kasih kepada seluruh jajaran yang telah membantu kami dalam mencapai keberhasilan ini. Tentunya ini adalah kerja sama yang apik antara pemerintah dan swasta. Kami juga akan terus berusaha melangkah, menjajaki pasar di negara lain, dan tentunya mengekspor produk ke sana," tutup Suaedi. (CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer