Kuala Lumpur, 27-29 Agustus 2025. Ajang dua tahunan Livestock Malaysia Expo & Forum kembali digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC) pada 27-29 Agustus 2025. Dengan menghadirkan lebih dari 200 merek internasional dari lebih 30 negara, serta diperkirakan menarik lebih dari 6.000 pelaku industri, pameran ini sukses menjadi panggung besar inovasi, teknologi, dan jejaring global di sektor peternakan.
Tahun ini, tema besar yang diusung adalah "Breakthroughs in Feed, Farming and Food Security", yang menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dunia.
Semangat Pembukaan yang Penuh Optimisme
Opening ceremony yang berlangsung di Plenary Hall KLCC pada 27 Agustus pagi dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia, YB Dato’ Sri Arthur Kurup. Dalam sambutannya, Arthur menekankan bahwa Malaysia kini berkomitmen melakukan transformasi dari pertanian tradisional menuju industri peternakan berteknologi tinggi.
Beberapa prioritas yang menjadi sorotan pemerintah Malaysia antara lain penguatan produksi pakan lokal agar tidak bergantung sepenuhnya pada impor, pengembangan protein alternatif berbasis sumber daya lokal seperti kelapa sawit, penerapan pertanian presisi dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi, penguatan biosekuriti dan kesehatan hewan dalam menghadapi risiko penyakit menular lintas batas, serta peningkatan kapasitas SDM untuk mendukung keberlanjutan industri.
Visi ini menurutnya hanya bisa tercapai jika seluruh pemangku kepentingan, yakni pemerintah, akademisi, pelaku usaha, serta asosiasi, bekerja sama secara erat di tingkat nasional maupun regional.
Indonesia Hadir dengan Delegasi Kuat
Indonesia tidak ketinggalan dalam ajang bergengsi ini. Yayasan Pengembangan Pangan Indonesia (YAPPI) (sebelumnya bernama Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia) mengirimkan delegasi yang cukup beragam, terdiri dari tokoh-tokoh akademisi, asosiasi, dan praktisi bisnis.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr Drh Desianto Budi Utomo (Ketua Umum GPMT/Gabungan Perusahaan MakananTernak), Prof Dr Muladno (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015-2016), Drh Dedy Kusmanagandi (pengusaha obat hewan, penasihat ADHPI), Setya Winarno (Ketua Harian GOPAN/Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional), Winarno (Dosen Fakultas Peternakan IPB University), serta Bambang Suharno (Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Penasihat Forum Media Peternakan).
Kehadiran mereka dalam opening ceremony mendapat sambutan hangat dari panitia penyelenggara maupun delegasi negara lain.
Pertemuan-Pertemuan Strategis
Selain menghadiri pameran dan forum, delegasi Indonesia juga memanfaatkan momentum ini untuk menjalin komunikasi strategis. Beberapa agenda penting yang berhasil dijalankan antara lain:
• Pertemuan dengan Korea Feed Ingredient Association (KFIA). Dialog ini membuka peluang kerja sama dalam pengembangan bahan baku pakan, riset bersama, hingga kemungkinan transfer teknologi pengolahan feed ingredient.
• Diskusi dengan Informa Markets. Informa sebagai penyelenggara pameran global membicarakan peluang kolaborasi ke depan, termasuk kemungkinan memperkuat jejaring antara Livestock Malaysia dengan event peternakan di Indonesia.
• Kunjungan ke Fakultas Kedokteran Hewan Universiti Putra Malaysia (FKH UPM). Pertemuan dengan akademisi UPM menjadi ajang pertukaran gagasan dalam bidang pendidikan dan penelitian veteriner. Diskusi mencakup peluang student exchange, joint research, hingga penguatan kurikulum kesehatan hewan.
• Pertemuan informal dengan berbagai delegasi. Mulai dari pelaku industri farmasi veteriner, asosiasi peternak regional, hingga perusahaan teknologi peternakan. Meski sifatnya tidak formal, diskusi-diskusi ini berpotensi menjadi pintu awal kolaborasi nyata.
• Ramah tamah dengan tamu VIP, antara lain dengan wakil Menteri Pertanian dan Pangan Malaysia dan sejumlah pemimpin asosiasi.
Pameran Tampil dengan Wajah Baru
Berbeda dengan edisi sebelumnya, Livestock Malaysia 2025 lebih menonjolkan integrasi teknologi digital. Booth-booth peserta banyak menampilkan aplikasi smart farming, mulai dari sensor monitoring kesehatan hewan, robot pakan otomatis, hingga aplikasi berbasis AI untuk prediksi produktivitas ternak.
Tak kalah menarik, sejumlah perusahaan juga memperkenalkan produk nutrisi pakan berbasis sumber daya lokal dan alternatif protein yang ramah lingkungan. Topik ini sangat relevan dengan isu global mengenai keberlanjutan (sustainability) dan jejak karbon industri peternakan.
Selain pameran, sesi seminar teknis dan forum internasional juga dipadati peserta. Tema yang paling diminati mencakup: Strategi menghadapi penyakit hewan lintas batas (transboundary animal diseases); Optimalisasi nutrisi pakan dengan teknologi fermentasi; Inovasi vaksin dan obat hewan untuk menghadapi ancaman ASF (African Swine Fever) dan AI (avian influenza); Penggunaan big data dalam manajemen peternakan unggas.
Mengapa Indonesia Perlu Serius?
Keterlibatan Indonesia dalam ajang ini bukan sekadar seremoni. Ada beberapa alas an mengapa Livestock Malaysia 2025 relevan bagi industri peternakan Tanah Air:
• Kebutuhan transfer teknologi: Industri peternakan Indonesia menghadapi tantangan serupa dengan Malaysia, terutama terkait pakan, biosekuriti, dan ketahanan pangan. Belajar dari inovasi negara lain bisa mempercepat adopsi teknologi.
• Peluang pasar regional: ASEAN adalah pasar protein hewani yang sangat besar. Kolaborasi antar negara akan memperkuat daya saing produk Indonesia di kawasan.
• Diplomasi asosiasi dan akademisi: Kehadiran tokoh-tokoh dari GPMT, GOPAN, ADHPI, dan akademisi IPB menunjukkan bahwa Indonesia bisa hadir sebagai mitra sejajar, bukan hanya sebagai penonton.
• Membangun jejaring jangka panjang: Pertemuan dengan KFIA, Informa, maupun UPM membuka jalur baru bagi kerja sama riset, investasi, hingga peluang bisnis yang konkret.
Harapan ke Depan
Dari hasil liputan Infovet, para anggota delegasi Indonesia sepakat bahwa keterlibatan aktif dalam forum internasional seperti ini harus terus ditingkatkan. Tidak hanya menghadiri, tetapi juga perlu mulai tampil sebagai pembicara, penyelenggara side event, serta sebagai exhibitor yang menunjukkan inovasi dari Indonesia.
Prof Muladno menekankan bahwa industri peternakan Indonesia memiliki potensi besar, baik dari sisi sumber daya alam maupun SDM. Namun, tanpa keterbukaan dan kolaborasi internasional, potensi itu sulit diwujudkan. Peternak rakyat juga perlu diajak untuk aktif menghadiri pameran-pameran internasional agar terbuka wawasan untuk lebih berkembang.
Sedangkan Desianto Budi Utomo, selaku Ketua Delegasi, memberikan apresiasi kepada penyelenggara pameran yang telah menerima delegasi Indonesia dengan baik. Pihaknya siap berkolaborasi dalam kegiatan internasional lainnya.
“Livestock Malaysia 2025 dan pameran internasional sejenis lainnya dapat berperan menjadi titik temu bagi para pelaku industri peternakan internasional, pemerintah dan stakeholder lainnya. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, pameran membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan, mengadopsi teknologi baru, dan memperluas jejaring global,” tegas Desianto.
Sementara itu, Drh Dedy Kusmanagandi mengingatkan bahwa industri obat hewan dan kesehatan hewan harus mendapat perhatian serius, karena sudah eksis di pasar internasional, di sisi lain tantangan penyakit hewan semakin kompleks.
Adapun Setya Winarno, selaku anggota delegasi sekaligus Ketua Harian GOPAN, menyampaikan bahwa pameran ini bukan hanya ajang pamer produk, melainkan juga jendela untuk melihat masa depan industri peternakan global. ***
Artikel ini disusun oleh Redaksi Infovet berdasarkan liputan langsung
di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, 27-29 Agustus 2025
0 Comments:
Posting Komentar