-->

SEMINAR NASIONAL FAPET UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Foto bersama peserta seminar nasional

Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) menyelenggarakan Seminar Peternakan bertema "Menyiapkan SDM Peternakan Unggul Menuju Indonesia Emas 2045". Kegiatan ini berlangsung di kampus setempat, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), Minggu 6 November 2022.

Seminar tersebut dihadirkan dalam rangka menyambut Milad Jurusan Peternakan yang ke-62. Adapun pemateri yang mengisi seminar ini meliputi, Prof. Dr. Mustanir, M.Sc (Wakil Rektor III USK), dan  Firza Felani, S.H (Owner Kutaraja Jaya Farm) dan acara seminar dimoderatori oleh Said Mirza Pratama, S.Pt, M.Si (Dosen Peternakan USK).

Ketua Jurusan Peternakan USK, Prof. Dr. Ir. Eka Meutia Sari, M.Sc mengatakan, seminar tersebut merupakan agenda rutin tahunan prodi tersebut. Dengan adanya kegiatan itu, diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi mahasiswa juga para dosen.

"Jurusan Peternakan USK terus berupaya menghadirkan suasana akademik yang positif. Dengan demikian, pengetahuan terus bertumbuh dan saling mengisi," sebut Prof Eka.

Selain seminar. Jurusan Peternakan USK juga mengisi miladnya dengan sejumlah kegiatan lain. Seperti pertandingan badminton (12/11) maupun futsal (13/11) antar mahasiswa. Yang paling semarak dan ditunggu tentunya Expo Pet selama dua hari (14-16).

Kemudian dilanjutkan dengan (17/11) bisnis plan, lalu full game llp (26/11) serta closing ceremony di akhir bulan (27/11). Dekan FP USK, Prof. Dr. Ir. Samadi, M.Sc mengapresiasi rangkaian kegiatan yang dipilih Jurusan Peternakan dalam mengisi miladnya.

"Saya melihat agenda milad Jurusan Peternakan cukup positif. Kita berharap, seiring bertambahnya usia, jurusan ini makin maju dengan segala capaian, terutama inovasi," kata Dekan FP USK. (INF)

PB PDHI ADAKAN SEMINAR MITIGASI WABAH LSD

Ketum PDHI bersama para pembicara seminar

Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan penyakit yang baru - baru ini mewabah di Indonesia khususnya di Provinsi Riau. Atas kekhawatiran mewabahnya LSD PB PDHI menggelar seminar nasional terkait mitigasi wabah penyakit LSD secara luring di Hotel Grand Whiz Simatupang maupun daring mellaui aplikasi Zoom Meeting pada Jum'at (1/4) yang lalu. 

Ketua Umum PDHI Drh Muhammad Munawaroh menyatakan keprihatinannya atas datangnya kembali penyakit baru ke Indonesia. melalui webinar ini diharapkan nantinya PDHI dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait mitigasi wabah LSD. 

"Sebagai partner pemerintah kami ingin berbuat lebih, memberikan rekomendasi bagaimana sebaiknya wabah ini ditangani. Sapi dan daging sapi sudah menjadi bagian penting negara ini, dengan adanya LSD ini juga akan berpotensi mengganggu supply dan demand daging sapi. Nah makanya hal ini harus sgera ditangani supaya tidak seperti ASF kemarin," kata Munawaroh dalam sambutannya.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Arif Wicaksono (Kasubdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan), Drh Tri Satya Putri Naipospos (Ketua Umum CIVAS), Prof Widya Asmara (Guru Besar FKH UGM), dan Didiek Purwanto (Ketua Umum GAPUSPINDO). 

Drh Arif Wicaksono yang menjadi narasumber pertama mengatakan bahwa hingga kini LSD yang mewabah di Riau telah menginfeksi 381 ekor sapi secara keseluruhan dan sapi yang mati akibat LSD tercatat sebanyak 3 ekor, dan yang dipotong secara terpaksa sebanyak 14 ekor. 

"Kabupaten Indragiri Hulu merupakan kabupaten yang terbanyak terinfeksi LSD, kami masih melakukan mitigasi, dan sudah melakukan vaksinasi kepada sapi - sapi yang masih belum terinfeksi. Pemerintah sendiri sudah menggelontorkan 450.000 dosis vaksin untuk melakukan vaksinasi di sana," tutur Arif.

Sementara itu Drh Tri Satya Putri Naiposos secara mendalam menjelaskan epidemiologi penyakit ini. Ia bialng bahwa LSD menyebar dari benua Afrika yang juga banyak menyerang ruminansia di sana. Penyebarannya paling banyak dikarenakan oleh kontak langsung dan juga melalui vektor serangga seperti nyamuk, lalat pengisap darah, dan caplak.

"Yang juga perlu kita cermati penyakit ini memang tidak begitu mematikan, namun tetap harus dicegah. Terlebih lagi ini merupakan penyakit eksostik di sini, makanya kita harus banyak belajar dari beberapa negara Afrika. Jangan lupakan satwa liar juga, karena satwa liar di sana (Afrika) secara serologis terdeteksi LSD, makanya kalau perlu satwa liar kita dilakukan itu uji serologis biar kita tahu juga keadaanya," tutur wanita yang akrab disapa Ibu Tata tersebut.

Sementara itu Prof Widya asmara menyatakan bahwa LSD bukanlah penyakit yang zoonotik. Ini juga sekaligus mengonfirmasi berita - berita hoax terkait LSD yang beredar di media sosial dan beberapa portal berita.

"Jadi enggak usah takut makan daging atau olahan daging, ini bukan penyakit yang zoonotik. Jadi jangan sampai masyarakat menerima berita - berita hoax mengenai LSD. Daging hewan yang terinfeksi LSD masih boleh dikonsumsi, hanya masalah etika saja," tutur Prof Widya.

Kesiapan pelaku usaha terkait wabah LSD juga dipaparkan oleh Didiek Purwanto. Menurutnya, pelaku usaha terutama feedlot sudah pasti siap dengan hal ini, namun ia menyatakan keraguannya bahwa akan kesiapan peternak mandiri.

"Saya kemarin ke Jawa Timur nanya ke peternak, mereka nggak tahu itu LSD. Di Riau sendiri bahkan saya tanya kalau peternak malah enggak takut LSD, soalnya enggak bikin sapi mati sekaligus banyak kaya penyakit Jembrana, nah ini harus dibenahi," tutur Didiek. (CR)


SEMNAS X HITPI: TUMBUH & KEMBANGKAN HIJAUAN PAKAN TERNAK FUNGSIONAL

Seminar Nasional X Himpunan Ilmuwan Tanaman Pakan Indonesia (HITPI). (Foto: Infovet/Sadarman)

Hijauan pakan ternak mempunyai banyak fungsi, selain sebagai pakan sumber energi, protein dan mineral bagi ternak, juga dapat berfungsi sebagai estetik. Peran hijauan pakan lainnya yang tidak kalah penting adalah berperan sebagai pakan fungsional.

“Pakan fungsional yaitu bahan pakan (micro ingredients yang terkandung dalam bahan pakan) yang mempunyai fungsi spesifik, sehingga dapat memberikan solusi mengatasi problem pada ternak, misal memberikan manfaat kesehatan (pharmaceutical effect) dan manfaat terhadap lingkungan, selain sebagai sumber pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ternak,” ujar Ketua Pelaksana Seminar Nasional X Himpunan Ilmuwan Tanaman Pakan Indonesia (HITPI), Diana Sawean.

Kegiatan yang diselenggarakan secara daring, Sabtu (6/11/2021) ini mengusung tema “Strategi Pengembangan dan Peran Hijauan Pakan Fungsional dalam Peningkatan Produksi Ternak Indonesia di Masa Hiperendemi”. Direktur Pakan Direktorat Pakan dan Kesehatan Hewan, Agus Sunanto, menambahkan, dalam mengantisipasi isu pakan (feed security), sehubungan ketersediaan hijauan berkualitas karena musim maupun sistem yang ada, keterbatasan lahan dan feed safety sehubungan keamanan penggunaan pakan, sekaligus menjadi kunci sukses beternak, telah dilakukan beberapa langkah. Diantaranya pengembangan hijauan pakan ternak (pemanfaatan bahan pakan lokal, pelepasan varietas hijauan pakan baru “gerbang patas”, pemanfaatan lahan dengan sistem integrasi agroforestry secara umum).

“Serta pengembangan pakan olahan (pengembangan bank pakan awetan dari hijauan dan limbah pertanian). Kemudian pengembangan mutu dan keamanan pakan (regulasi pakan dan pengembangan laboratorium pengujian mutu pakan), ini semua muara akhirnya adalah menghasilkan pangan bermutu untuk dikonsumsi manusia,” papar Agus.

Sementara ditambahkan tiga pembicara lain yakni Asisten Profesor Dr rer nat Nur Rochmah Kumalasari dari IPB University, Dr Kannika Umpuch dari Thailand dan Prof Dr Ir Kustantinah dari UGM, ketiganya mengatakan pentingnya identifikasi wilayah dan eksplorasi keragaman spesies tumbuhan pakan di berbagai landscape dan skrining potensinya sebagai hijauan pakan (palatabilitas, toksisitas dan anti-nutrisi), sekaligus potensinya sebagai pakan fungsional nantinya menjadi bank data hijauan.

Selanjutnya dari hasil penelitian dan hasil skrining beberapa hijauan tropik yang tidak biasa, contohnya beringin, daun nangka, daun mimba dan beberapa lainnya, dapat diberikan ke ternak dan dapat berperan sebagai anti-parasitik, bioanthelmitika (anti-cacing) dan protein protektor yang dapat diamati secara in vitro maupun in vivo. Namun, sebelum penggunaannya harus diketahui kandungan nutrisi dan kecernaannya.

Ketiga pembicara juga menyepakati hijauan pakan dapat berperan sebagai sumber protein dan pakan fungsional yang dapat menyehatkan ternak dan berdampak menghasilkan produk ternak (susu) berkualitas (misal kandungan protein dan CLA-Conjugated Linoleic Acid) yang tinggi.

Menurut hasil penelitianbeberapa ahli, bahan pangan yang tinggi CLA menunjukkan efikasi melawan kanker dan obesitas. Slogan “Your food is your medicine” tidak hanya berlaku untuk manusia saja, namun dapat dipakai untuk ternak, “Animal feed is an animal medicine.” Sehingga dapat disimpulkan, pemberian pakan ternak dengan mengintegrasikan pakan fungsional ke dalam ransum akan sekaligus menjadi “obat” yang berdampak pada kesehatan ternak, juga menghasilkan produk ternak berkualitas tinggi. (Sadarman)

ASOHI JAWA BARAT GELAR SEMINAR NASIONAL MELALUI DARING

Seminar Nasional ASOHI, kupas tuntas mutasi virus patogen pada ungas


Rabu (14/7) ASOHI Jawa Barat mengadakan Seminar Nasional melalui daring Zoom meeting. Topik yang dibahas yakni mutasi virus infeksius pada unggas seperti ND, AI, dan IB beserta permasalahan yang dihadapi oleh peternak khususnya pada masa pandemi Covid-19 dua tahun belakangan. Hadir sebagai pembicara yakni Guru Besar sekaligus pengajar FKH UNAIR, Prof. Suwarno.

Dalam sambutannya Ketua Umum ASOHI Jawa Barat yang juga baru terpilih hari itu drh Nurvidia Machdum berterima kasih kepada para panitia penyelenggara yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menggelar acara tersebut. Dirinya juga mengatakan bahwa seminar nasional ini juga bertujuan untuk menambah informasi dan ilmu khususnya dibidang kesehatan hewan dan informasi terkini terkait virus patogen yang ada pada unggas seperti ND, IB, dan AI.

Terkait keterpilihannya sebagai Ketua ASOHI Jawa Barat ia berharap agar bisa bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan visi dan misi ASOHI. Nurvidia juga memohon dukungan dari para stakeholder lainnya yang berkepentingan agar dirinya dan segenap pengurus ASOHI Jawa Barat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 

Setelahnya Prof. Suwarno memulai presentasinya mengenai mutasi beberapa jenis virus patogen pada unggas. Dalam presentasinya yang berdurasi kurang lebih satu jam, Prof. Suwarno menjabarkan mengenai faktor - faktor yang menyebabkan mutasi, jenis mutasi, cara virus bermutasi, serta dampak dari mutasi virus baik terhadap inang maupun virus itu sendiri. 

Tidak hanya mutasi virus pada unggas, Prof. Suwarno juga menyinggung mutasi virus pada manusia misalnya Covid-19. Menurut beliau virus Covid-19 memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan virus patogen pada unggas yakni Infectious Bronchitis (IB).

"Persamaannya yakni sama - sama dari Coronaviridae, target organ sama (paru - paru), dan memiliki karakteristik genom yang mirip. Namun bedanya adalah inang dan reseptornya, namun begitu keduanya memiliki karakteristik yang hampir serupa," tutur Prof. Suwarno.

Dirinya juga menjabarkan mengenai data - data kekinian terkait mutasi virus patogen pada unggas. Misalnya saja AI yang dalam beberapa tahun ini kurang hits ketimbang kompatriot virus lainnya dimana ND dan IB sedang "galak-galaknya" menginfeksi ayam baik layer maupun broiler.

Pada sesi diskusi, pernyataan menarik terlontar dari Prof. Suwarno, hal ini juga berkaitan dengan wabah Covid-19. Secara teori menurut Prof. Suwarno manusia dapat memanen plasma covalesens Covid-19 melalui ayam petelur. 

Caranya adalah dengan menyuntikkan antigen S milik Covid-19 ke dalam tubuh ayam. Karena perbedaan reseptor, ayam tidak akan menunjukkan gejala klinis dan terinfeksi, tetapi antibodi terhadap Covid-19 akan tetap dibuat dan dapat terkandung pada telur ayam dalam bentuk IgY yang apabila dikonsumsi bisa menjadi semacam produk "telur anti Covid-19".

"Ini baru sebatas teori saja, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut, tapi tidak menutup kemungkinan ini bisa dilakukan. Namanya juga peneliti, teori tentunya harus diaplikasikan toh?," tutur Prof. Suwarno. (CR) 


SEMINAR NASIONAL & PELANTIKAN PENGURUS ASKESMAVETI PERIODE 2018-2022


Pelantikan Pengurus ASKESMAVETI Masa Bakti 2018-2022 oleh Ketum PB PDHI

Bertepatan dengan World Veterinary Day atau Hari Kedokteran Hewan se-Dunia yang jatuh setiap hari Sabtu terakhir di bulan April tiap tahunnya, Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI), melaksananakan Seminar Nasional & Pelantikan pengurusnya untuk periode masa bakti 2018-2022. Seminar Nasional dan Pelantikan tersebut dilangsungkan pada Sabtu 27 April 2019 yang lalu di Gedung Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH), Bogor. 

Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum PB PDHI, Drh Munawaroh. Dalam sambutannya setelah melantik pengurus ASKEMAVETI, ia berharap agar ASKESMAVETI juga mendukung program – program PB PDHI saat ini. “Sebagai salah satu Organisasi non-territorial, ASKESMAVETI juga memiliki peran penting, terutama dalam food hygiene, food safety, dan food security. Selain itu ASKESMAVETI juga banyak bersinggungan dengan isu – isu zoonosis yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Oleh karenanya peran dan eksistensi dokter hewan terutama sangat dibutuhkan disitu. Saya harap seminar ini berjalan dengan sukes, juga pengurus baru yang dilantik dapat menjalankan tugasnya dengan baik,” tutur Munawaroh.

Ketua Umum ASKESMAVETI Drh Sri Hartati dalam pidatonya menyatakan bahwa Kesmavet sebagai salah satu cabang ilmu dari kedokteran hewan berperan juga dalam menyehatkan masyarakat (manusia). “Kita harus ingat bahwa sejatinya tujuan akhir dari kesehatan hewan adalah kesehatan manusia. Selain itu, peranan dokter hewan dalam menjamin tersedianya pangan asal produk hewan yang safety dan secure juga tidak boleh dikesampingkan,” tutur Sri. Ia mengajak serta kepada khususnya anggota ASKEMAVETI dan umumnya kepada dokter hewan, untuk berkontribusi di masyarakat.

Selain pelantikan pengurus, diadakan pula seminar dengan dua pembicara yakni Drh Syamsul Ma’arif (Direktur Kesmavet Kementan), juga Drh Denny Widaya Lukman. Drh Denny Widaya Lukman dalam presentasinya berbicara banyak terkait Kesehatan Masyarakat Veteriner, ruang lingkup, dan aplikasinya. Sementara Drh Syamsul Ma’arif menjabarkan tentang tantangan yang dihadapi oleh para dokter hewan di masa depan khususnya bidang Kesmavet.(CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer