-->

KOLABORASI USSEC DAN FAPET UNSOED, GELAR WORKSHOP PENTINGNYA NUTRISI PADA TERNAK

Workshop USSEC bersama Fapet Unsoed. (Foto: Istimewa)

United State Soybean Export Council (USSEC) bersama Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Fapet Unsoed), menggelar workshop selama dua hari pada 14-15 Agustus 2024, bertempat di Ruang Aula Lantai 3 Gedung Pendidikan Fapet Unsoed.

Workshop dengan tema “Fundamentals Animal Nutrition and Feed Formulation” menghadirkan narasumber di antaranya Engr Conrado U. Bulanhagui ME (Independent Consultant dari Filipina) Prof Budi Tangendjaja PhD (peneliti utama dalam bidang pakan dan nutrisi ternak) Ibnu E. Wiyono (Country Director Indonesia USSEC), Nanik Setiyaningsih SPt MSi, Ir Alfred Kompudu SPt MM IPM ASEAN Eng (Technical Consultant USSEC), serta Ir Yahya M. Sofwan SPt MP IPM (Technical Consultant Animal Protein USSEC).

Dekan Peternakan Fapet Unsoed, Prof Dr Ir Triana Setyawardani SPt MP IPU ASEAN Eng, mengungkapkan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini ialah untuk mengedukasi mahasiswa perihal pentingnya nutrisi pada sektor peternakan.

Ia menambahkan bahwa tahun ini menjadi tahun yang istimewa bagi Fapet Unsoed dapat menjadi bagian dalam menyelenggarakan kegiatan workshop bersama USSEC. “Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi USSEC dengan Fapet Unsoed. Diharapkan kegiatan ini akan berlanjut pada kerja sama antara USSEC dan Fapet Unsoed,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan, workshop ini mengharapkan agar mahasiswa dapat menyerap ilmu yang diperoleh selama kegiatan, mengingat materi yang diberikan belum ada di dalam dunia usaha dan dunia industri, terutama untuk mahasiswa menambah wawasan dan ilmu sebagai bekal di masa yang akan datang.

“Semoga materinya bermanfaat untuk membekali mahasiswa sebagai bekal di masa depan dan bisa mereka gunakan ketika mereka kerja,” terangnya.

Sementara itu Ir Yahya menuturkan, “Fapet Unsoed tahun ini menjadi bagian dari perguruan tinggi lain yang berkesempatan menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan workshop. Ada dua perguruan tinggi yang kebagian sebagai penyelenggara, yaitu Fapet Unsoed sama salah satu perguruan tinggi di jawa timur.”

Pada kesempatan itu, narasumber pertama yakni Nanik Setiyaningsih membawakan materi “Feed Raw Material Quality Control”, dilanjutkan Prof Budi dengan materi “The Principles of Feed Formulation”. Pada sesi berikutnya paparan dilanjutkan secara pararel, Prof Budi melanjutkan paparan di Ruang Aula dengan peserta mahasiswa, sedangkan kelompok dosen mengikuti paparan dari Conrado U. Bulanhagui dengan tema “The Principles of Good Feed Manufaturing”.

Pada hari terakhir workshop, lima narasumber menyampaikan materi secara estafet yang diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penutupan workshop, yang dilanjutkan sesi foto bersama. (fapet.unsoed.ac.id/INF)

PENTINGNYA KUALITAS BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KUALITAS PAKAN

Foto Bersama Peserta Seminar
(Foto : Istimewa)


Sudah menjadi rahasia umum bahwa pakan menjadi salah satu komponen biaya terbesar dalam suatu usaha peternakan. Soyvbean meal alias bungkil kedelai yang banyak digunakan dalam formulasi ransum sebagai sumber protein, merupakan salah satu bahan baku pakan yang hampir tak tergantikan layaknya jagung. Fluktuasi harga kualitasnya pun  masih menjadi isu yang kerap dibahas oleh para pelaku industri. 

Dari background tersebut, United States Soybean Export Council (USSEC) bersama Gabungan Produsen Makanan ternak (GPMT) membahasnya dalamn sebuah seminar. Seminar dengan tema  “Soybean Meal Cost Evaluation tersebut digelar di Hotel Grand Zuri BSD pada Selasa (30/7) yang lalu. Empat Orang narasumber didapuk menjadi pembicara dalam seminar yang dihadiri oleh para pelaku dalam industri pakan tersebut. 

Kualitas Bahan Baku Menentukan Kualitas Produk Akhir

Prof Budi Tangendjaja selaku Technical Consultant USSEC Indonesia memaparkan pentingnya konsistensi dari kualitas suatu bahan pakan. Bahan baku impor kadang memiliki kandungan berbeda. Hal tersebut itu dikarenakan banyak faktor mulai dari produsen yang berbeda. Menurutnya akan lebih baik membeli bahan baku dari satu produsen yang dapat mensuplai dengan jumlah besar dalam satu tempat yang sama. Karena konsistensi bukan hanya dilihat dari kandungannya, tetapi dipengaruhi asal kedelainya, cara penyimpanan, cara distribusi. 

“Konsistensi dari kualitas bahan baku pakan itu penting. Ada banyak nutrien yang dibutuhkan dalam suatu formulasi ransum, oleh karena itu memilih bahan baku jangan hanya memperhatikan satu parameter saja, seperti misalnya protein. Harga protein ini biasanya mahal, tetapi melihat energi itu lebih penting, pertimbangkan juga serat. Serat yang tinggi itu indikasi energi rendah, sulit dicerna seringkali mengurangi efisiensi pakan. Jangan sampai pakan yang kita pakai ini kandungan gizinya rendah dengan biaya yang tinggi,” Budi menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama, Neneth Reas selaku Regional Technical Director USSEC-SEA, ia menjelaskan terkait teknologi canggih yang digunakan dalam suatu rantai processing bahan baku pakan, misalnya kedelai. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas seluruh rantai pasok mulai dari penanaman hingga pengolahan semuanya menggunakan teknologi canggih.

“Semua aspek diperhatikan, pemilihan bibit yang tahan terhadap hama, penyakit dan herbisida. Apliklasi teknologi seperti GPS, drone dan sensor untuk memantau kondisi lahan secara real-time, data yang didapat mempermudah pemupukan, irigasi, dan aplikasi pestisida yang aman. Big data pun dipergunakan untuk memantau cuaca dan mempermudah pengambilan keputusan karena disertai data. Begitupun pada proses pengolahan mulai dari penghancuran dan penggilingan menggunakan alat yang canggih. Yang lebih penting semua proses ini sudah mematuhi protokol yang ada,” ujar Neneth.

Berkualitas Dalam Segala Aspek

Jessica Swan, Senior Merchandiser AG Processing Inc. mengklaim bahwa idealnya kedelai  ditanam berasal pada tanah yang subur dan dikelola dengan baik manajemennya dari segi penanaman hingga pemanenan. Di Amerika Serikat sendiri terdapat peraturan yang melarang  pekerja dibawah umur ataupun perbudakan, yang menjadi concern isu sosial.  ia juga menjelaskan segi isu lingkungan dimana budidaya kedelai di Amerika wajib memiliki sertifikat ramah lingkungan.

"Masyarakat peduli akan isu sosial - lingkungan, kami berusaha meningkatkan kualitas kami bahkan sampai menyentuh ke isu tersebut. Bahkan kami telah memperoleh sertifikasi SSAP (US Soy Sustainability Assurance Protocol ), selain itu telah menjadi komitmen bagi kami untuk mengurangi jejak karbon sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan,” jelasnya.

Diperkuat oleh pernyataan Ibnu Edy Wiyono, Country Representative USSEC yang menjelaskan bahwa SSAP (U.S. Soy Sustainability Assurance Protocol) adalah protokol yang bertujuan untuk memastikan bahwa kedelai yang diproduksi oleh petani AS memenuhi standar sustainability.

SSAP berisi detail terkait berbagai aspek mulai dari kesuburan tanah, penggunaan air, upaya pengurangan emisi gas karbon, meminimalisir penggunaan bahan kimia, dan juga isu sosial seperti mempertimbangkan kesejahteraan pekerja dan tidak mempekerjakan anak dibawah umur.

"Sertifikat ini memberikan kepastian bagi semua pihak,  produsen bukan hanya memenuhi kebutuhan pasar tetapi juga melindungi sumber daya alam, mengurangi emisi, dan mendukung kesejahteraan sosial. SSAP juga memastikan kualitas produk yang tinggi. Dengan memenuhi standar SSAP yang ketat, kedelai AS menjadi lebih kompetitif di pasar global dan memenuhi persyaratan regulasi internasional. (INF)



KOLABORASI USSEC DAN INFOVET DI INDO LIVESTOCK 2024

Foto bersama panitia dan peserta seminar. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Sustainability in Indonesia Poultry Industry Value Chain: Opportunities & Challenges” menjadi tema dalam seminar USSEC yang bekerja sama dengan Majalah Infovet dalam rangkaian pameran Indo Livestock Expo & Forum pada 17-19 Juli 2024, di JCC Senayan.

Mengambil tempat di ruang Theater 2 JCC Senayan, peserta dan pengunjung memadati ruangan seminar yang dilaksanakan pada Jumat (19/7). 

Dipandu oleh Technical Consultant USSEC, Alfred Kompudu, acara menghadirkan narasumber di antaranya Technical Consultant USSEC Prof Budi Tangendjaja, Sr Research Specialist Bank Mandiri Andre Simangunsong, dan VP ESG PT FKS Multiagro Beatrice Susanto.

Dari kiri: Alfred Kompudu, Beatrice Susanto, Andre Simangunsong, dan Prof Budi Tangendjaja.

Sambutan dari Pemimpin Redaksi Majalah Infovet, Ir Bambang Suharno, mengawali jalannya acara yang langsung dilanjutkan dengan pemaparan narasumber. Terkait tema yang diangkat, Prof Budi mengemukakan bahwa jika berbicara mengenai sustainability menurut FAO pada prinsipnya terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni Planet, People, dan Profit.

Dijelaskan Prof Budi, saat ini masyarakat banyak dituntut untuk bisa bertanggung jawab terhadap planet yang menjadi tempat tinggal manusia, guna menjaga keberlanjutan dalam hidup.

“Seperti contoh saya amati di Belanda, kalau kotoran dari peternakan ayam atau sapinya kelewat banyak, bisa berpotensi merusak lingkungan sehingga menjadi enggak berkelanjutan, ini didenda dan jadinya harus dibatasi. Nah, di Indonesia belum banyak bisa melakukan ini,” kata Prof Budi.

Lebih lanjut dipapakan, “Adapun terkait profit misalnya, apabila saya memelihara ayam tapi kalau tidak mendapat untung tentu itu tidak sustainable, itu tidak bisa berkelanjutan. Jadi salah satu patokan sustainability itu usahanya juga harus untung,” kata Prof Budi.

Contoh lainnya terkait people/manusia, juga berkaitan dengan peternakan ayam yang didemo akibat polusi bau yang menyebar ke lingkungan sekitar yang bisa membuat menjadi tidak berkelanjutan.

 “Nah tiga hal itulah yang harus diikuti jika berbicara mengenai sustainability, harus bicara kepada manusianya, bicara keuntungan bisnisnya, dan harus bicara soal lingkungan, supaya usaha kita juga bisa tetap berjalan,” imbuhnya.

Dalam paparannya tersebut, sustainability adalah dimana manusia dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, kemudian tindakan langsung untuk melestarikan, melindungi, dan meningkatkan sumber daya alam, lalu melindungi dan meningkatkan penghidupan pedesaan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial, serta ketahanan manusia, komunitas, dan ekosistemnya, melalui mekanisme tata kelola yang bertanggung jawab dan efektif.

Peserta memadati ruangan seminar.

Dari sisi pelaku usaha, Beatrice Susanto juga sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Budi mengenai sustainability. Pihaknya juga sangat concern terhadap hal tersebut. “Kami sendiri juga sudah mempunyai divisi untuk mengatasi keberlanjutan usaha. Ini sangat penting buat kami, makannya masuk dalam strategi bisnis kami,” katanya.

Beberapa hal juga dilakukan FKS Multiagro dengan berbagi ilmu dan memberikan pembinaan kepada para petani/peternak untuk lebih aware kepada lingkungan. “Isu lingkungan juga menjadi perhatian, kami punya target bisa menurunkan angka emisi karbon sampai 20% dengan melakukan berbagai efisiensi dan berbagai upaya atau program-program untuk melestarikan lingkungan,” ungkapnya.

Foto bersama peserta yang berkesempatan mendapat cendera mata.

Hal senada juga disampaikan oleh Andre Simangunsong, untuk menjadi agen of change dalam mendorong sustainability, termasuk di industri peternakan.

“Dari kami juga sangat concern dengan hal itu, dengan mengajak peternak memerhatikan bagaimana manajemen pemeliharaan, kepadatan, pengelolaan limbah, hingga biosekuritinya. Dari sisi sustainability ini sangat penting,” ujarnya.

Ia juga menambahkan turut memonitor perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dan akan bekerja sama dengan pihaknya terkait sustainability. “Salah satunya yang terkait dengan jejak karbon yang dihasilkan. Intinya jangan pernah takut untuk memulai sustainability, karena itu juga merupakan efisiensi dari keberlanjutan usaha,” tukasnya. (RBS)

KONFERENSI USSEC: MEMAJUKAN NUTRISI TERNAK YANG BERKELANJUTAN DAN MENGUNTUNGKAN DI ASIA TENGGARA

 


FEED TECHNOLOGY & ANIMAL NUTRITION CONFERENCE

The latest innovations and pioneering technologies for sustainable animal nutrition are presented at the Animal Feed and Nutrition Technology Conference (FTANC) to be held in Indonesia. The focus of the discussion is on the latest technology and studies that support the use and advantages of soybeans in feed, highlighting the comparative value of US soybeans with other origin products in terms of consistency, DAA, Metabolic Energy, protein solubility. etc.

Join Us For The U.S Soybean Export Counsil Southeast Asia's Flagship Technical Program in Bali

The Westin Resort Nusa Dua Bali, Indonesia

May 29-31, 2024

For further information you can visit: https://cvent.me/MwrKgk or scan the QR code on the flayer



SOSIALISASI NKV PADA BUDIDAYA PERUNGGASAN PADA PETERNAK LAYER DI PROVINSI BANTEN

Sosialisasi Sertifikasi NKV Pada Pelaku Usaha Peternakan Unggas Petelur
(Foto : CR)

PINSAR Indonesia bersama Dinas Pertanian Provinsi Banten dan USSEC Indonesia mengadakan acara sosialisasi sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada unit usaha Budidaya Unggas Petelur (BUP) di Provinsi Banten, Selasa (3/10) yang lalu di Restoran Kemangi, Alam Sutera, Tangerang. 

Kegiatan tersebut bertujuan agar peternak dapat semakin memahami dan termotivasi untuk segera memiliki sertifikat NKV sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Permentan No 11 Tahun 2020, kata Ricky Bangsaratoe selaku Ketua Bidang Promosi Pinsar Indonesia dalam sambutannya.

"Kami mendukung program pemerintah dalam rangka pemenuhan produk asal hewan yang Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH), semoga kegiatan ini semakin memotivasi kita untuk memiliki sertifkat NKV," tutur dia.

Dalam kesempatan tersebut Alfred Kompudu selaku Animal Protein Technical Consultant USSEC Indonesia memberikan gambaran melalui presentasinya terkait kaitan nutrisi dan pentingnya biosekuriti pada peternakan khususnya unggas.

Ia banyak menginggung mengenai kebutuhan nutrisi yang wajib tercukupi apabila ayam ingin memiliki performa dan produktivitas yang maksimal. Selain nutrisi, dirinya juga banyak menerangkan masalah biosekuriti yang masih dianggap hanya sekedar prosesi "semprot - semprot" oleh peternak. 

"Prinsip utamanya bukan cuma semprot-semprot, tetapi meminimalisir risiko masuknya penyakit melalui orang, benda, dan hewan lain yang dapat menularkan penyakit di farm. Semua upaya harus dilakukan untuk aplikasi biosekuriti ini," tutur Alfred.

Aspek biosekuriti kata Alfred merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh peternak dalam mendapatkan sertifkat NKV. pasalnya aplikasi biosekuriti yang baik merupakan pengejawantahan komitmen peternak bahwa mereka menaplikasikan biosekuriti yang baik di farm

Ia juga menyinggung bahwa program yang dulu ia aplikasikan yakni biosekuriti tiga zona banyak berbuah manis karena dapat meningkatkan nilai tambah bagi peternak. Pasalnya setelah memiliki sertifikat NKV pendapatan peternak cenderung meningkat dan "bisa tidur lebih nyenyak" karena jarang terjadi kasus penyakit di farm.

Dirinya juga mengatakan bahwa pada saat memulai program tersebut di Lampung banyak peternak yang enggan mengaplikasikan biosekuriti tiga zona, namun setelah melihat salah satu peternak yang memperoleh sertifikat NKV, banyak peternak yang mau mengikuti dan menjalankannya.

"Di Lampung tahun 2019 itu 14 BUP mendapatkan sertifikat NKV, pecah rekor MURI. Kemudian di Jawa Tengah tahun 2020, sebanyak 21 BUP mendapatkan sertifikat NKV, rekornya pecah lagi. Saya harap Banten bisa memecahkan rekor lagi nantinya," tutur Alfred.

Provinsi Banten sendiri hingga saat ini baru ada 8 BUP yang mendapatkan sertifikat NKV, hal tersebut disampaikan oleh Drh Ari Mardiana selaku Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Pertanian Provinsi Banten. 

Dalam pemaparannya Ari juga menjelaskan kepada peternak tatacara pendaftaran sertifikat NKV serta tahapan - tahapan yang akan dilalui dalam setiap prosesnya. Dimana dalam NKV pada BUP hal yang paling diutamakan adalah penerapan biosekuriti.

"Prinsip dasarnya adalah penerapan higiene dan sanitasi di peternakan, kalau nanti auditor telah menetapkan semuanya sesuai dengan checklist yang dipersyaratkan maka sertifikat akan langsung dikeluarkan," tutur Ari.

Ia juga mengatakan bahwa peternak tidak usah takut akan biaya yang dikeluarkan, karena dalam seluruh proses yang akan dilaksanakan nanti, peternak tidak dikenakan biaya alias gratis. 

"Jadi NKV itu gratis, yang jadi komponen biaya itu adalah misalnya perbaikan - perbaikan atau penerapan biosekuriti di farm masing - masing, kan memang itu butuh cost, misalnya pengadaan tempat sampah, perbaikan toilet, pencelupan kaki, nah disitu yang jadi biaya," tutupnya. (CR)


SEMINAR NASIONAL MENYONGSONG HATN DAN WED 2023

Prof Budi saat memaparkan materinya. (Foto: Dok. Infovet)

Menyongsong peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2023, Pinsar Indonesia bersama Majalah Infovet, dan didukung USSEC, Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, serta stakeholder perunggasan menggelar Seminar Nasional “Pullet yang Bagus untuk Produksi yang Optimal”.

Acara dilaksanakan secara hibrid di Aula Majapahit Unisba, Kamis (7/9/2023). Rektor Unisba Blitar, Dr Drs Soebiantoro MSi, dalam sambutannya mengatakan sangat mendukung  dan mengapresiasi acara yang berlangsung di kampusnya.

“Kami sangat berbangga hati melalui seminar ini kita bisa mendapat apa yang bisa kita andalkan dalam pemeliharaan pullet. Seperti bagaimana memperhatikan brooding, kerangkanya, kesehatannya, vaksinasi, dan lainnya. Bilamana ini terlewatkan, pullet menjadi tidak berkualitas,” katanya.

Sebab dengan pullet yang berkualitas, lanjutnya, akan mampu menunjang produktivitas unggas. Hal ini akan berujung pada produksi telur yang optimal sebagai sumber protein hewani yang menyehatkan.

Hal itu juga seperti disampaikan Technical Consultant Nutrition and Feed Technology USSEC, Prof Budi Tangendjaja, yang menjadi pembicara. “Telur adalah makanan yang sempurna bagi manusia dari segi gizi, asam amino, vitamin, dan lainnya. Makan dua butir telur sehari sangat baik untuk tubuh,” kata Prof Budi.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan produksi telur yang optimal dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik sejak pullet masuk kandang, seperti pakan, air minum, dan kandang yang memadai, agar keseragaman tercapai dan pertumbuhan organ, tulang, serta kerangka tubuh unggas mumpuni.

Ia menekankan kepada peternak untuk selalu memperhatikan manajemen pakan (pemberian, ukuran partikel pakan), serta kandungan gizi dalam pakan, sebab hal ini menjadi sangat penting bagi tiap fase pertumbuhan ayam. Selain itu, juga perhatikan kualitas air minum, ada atau tidaknya penyakit pencernaan (koksi, NE), vaksinasi, kepadatan kandang, tingkat stres (pindah kandang, potong paruh, cuaca, dan sebagainya), yang dapat memengaruhi kesehatan dan tingkat keseragam ayam.

“Jadi sangat penting sekali ini, sebab kualitas pullet menentukan produksi telur berikutnya, selain peran manajemen pemeliharaan, pakan yang sesuai kebutuhan, dan pemberiannya yang disesuaikan dengan kondisi lapangan,” tukasnya.

Sebagai informasi, seminar kali ini merupakan rangkaian acara HATN dan WED 2023 yang puncak acaranya akan diselenggarkan pada 15 Oktober 2023 di Blitar, Jawa Timur.

“Akan ada rangkaian acara lainnya, kami harapkan semua bisa hadir merayakan dan meramaikan HATN dan WED yang menjadi wadah promosi secara masif akan pentingnya konsumsi daging dan telur ayam. Semoga HATN yang sudah berlangsung selama 13 tahun ini memberikan dampak besar bagi masyarakat,” kata Ketua Pinsar Jawa Timur, Hidayatur Rahman. (RBS)

RAMAH TAMAH MENJELANG WORKSHOP DI UNTIDAR


Dr Usman paling kanan bersama Infovet (tengah), Prof Budi (no 3) Yahya (no 4), Ibnu (no 6) dan Conrado (no7)

Magelang, Infovet.
Menjelang acara workshop Fundamental Animal Nutrition & Feed Formulation (FANFF) di Universitas Tidar (Untidar) Magelang beberapa waktu lalu, Pemimpin Redaksi majalah Infovet Bambang Suharno  menyempatkan diri untuk “berdiskusi” dengan Dekan Fakultas Pertanian Untidar Dr Usman Siswanto di ruang kerjanya. Obrolan singkat dan ramah tamah menjelang workshop ini dihadiri juga oleh Pimpinan USSEC Indonesia Ibnu Edy Wiyono beserta narasumber workshop yaitu Prof Budi Tangendjaja, Yahya Munirudin dan Mr Conrado Bulanhagi.

Dekan sangat mengapresiasi masukan-masukan untuk pengembangan kampus ke depan dan berharap dapat terus terjalin sinergi untuk kemajuan peternakan. Beberapa hari setelah acara pun, Dekan masih proaktif menjalin komunikasi dengan Infovet. Dalam pesan singkatnya melalui Whatsapp ia menyampaikan kembali ucapan terima kasih atas input dari Infovet yang progresif.

“Kami menyadari bahwa Untidar perlu berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk  dengan kampus UGM, UNS, UNSOED, dan UNDIP sebagai perguruan tinggi senior yang mengelilingi Untidar. Mereka memiliki reputasi di bidang pengajaran, penelitian, dan publikasi,” ujar Usman, Dekan Fakultas Pertanian Untidar yang membawahi program studi peternakan.

Ia menambahkan, pihaknya perlu membangun kerja sama agar potensi yang dimiliki berupa biodiversitas tanaman, ternak dan ikan, atmosfer budaya dan seni, kearifan lokal, army city, dan kuliner mampu dikonversi menjadi keunggulan Untidar.

“Kami sedang bekerja sama dengan Akmil dalam mengelola sapi perah. Spektrum kerja sama ini perlu diperluas. Kehadiran USSEC dengan personel yang memiliki kepakaran di bidangnya tentu menguatkan Untidar untuk terus berinovasi agar akselerasi perkembangannya semakin nyata. Bulan lalu kami menerima tamu dari Cambridge University. Mereka tertarik mendokumentasikan pengetahuan lokal dalam proses pengobatan. Ini akan kami tindak lanjuti,” jelasnya.

“Mohon dukungannya Pak Bambang dari aspek publikasi dan matur nuwun sudah berkenan sharing gagasan,”pungkasnya.

Siap pak  Dekan, terima kasih atas sambutannya yang sangat baik dan selamat atas terselenggaranya workshop dan berbagai aktivitas kerjasama lainnya, semoga Untidar terus berkembang. ***

DUKUNG PENINGKATAN KAPASITAS MAHASISWA, USSEC GOES TO CAMPUS

Peserta dan nasrum Untidar 
Dalam rangka meningkatkan kapasitas mahasiswa peternakan khususnya dalam bidang ilmu nutrisi dan formulasi pakan, United Soybean Export Council (USSEC)  menyelenggarakan workshop bertajuk Fundamental Animal Nutrition  and Feed Formulation di dua kampus yaitu Fakultas Peternakan Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar dan Fakultas Pertanian-Jurusan Peternakan Universitas Tidar (Untidar) Magelang. 

Acara berlangsung Rabu 22 Februari di Unisba dan 24 Februari di Untidar dengan narasumber Prof. Budi Tangendjaja (Technical Consultant Animal Nutrition, USSEC Indonesia), Ir. Yahya Munirudin., S.Pt., M.P, IPM (Technical Consultant Animal Protein, USSEC Indonesia), Ibnu Edy Wiyono, S.E., MSE (Country Director Indonesia USSEC) serta Engr. Conrado U Bulanhagui (Mechanical Engineer, Private Consultant- Philippine). Acara ini bekerjasama dengan kampus tuan rumah serta Majalah Infovet dan GITA Event Organizer

Adapun peserta yang diundang terbatas 50 orang yaitu mahasiswa tingkat akhir di kampus tersebut serta mahasiswa undangan dari kampus sekitar, yaitu Polbangtan Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Sekolah Tinggi Peternakan Karanganyar, Fak Peternakan UGM.

Peserta dan narsum Unisba

Ibnu Edy Wiyono atas nama USSEC mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian USSEC terhadap kemampuan mahasiswa dalam menghadapi masalah-masalah di lapangan dengan ilmu yang aplikatif. Ilmu yang diberikan melalui workshop ini diharapkan menjadi bekal untuk para mahasiswa yang akan terjun di dunia kerja dan dunia wirausaha di sector peternakan, khususnya peternakan unggas. 

Materi yang disampaikan selama sehari penuh dirancang untuk memberikan pengetahuan dasar produksi dan aplikasi pakan ternak dari tahap pemilihan bahan baku pakan berkualitas, menyusun formulasi pakan berdasarkan kualitas bahan baku yang tersedia, mencampur bahan baku pakan tersebut secara merata berdasarkan formulasi yang telah disusun, dan pemberian pakan yang telah diproduksi kepada ayam secara tepat dan benar untuk mencapai tingkat produksi daging dan telur ayam yang optimal. Meskipun waktunya singkat, peserta dapat menyerap berbagai tips praktis mengelola masalah nutrisi dan pakan di lapangan.  Beberapa kasus peternakan secara umum juga didiskusikan dalam forum ini.

Dari kiri: Yahya M, Conrado, Budi Tangendjaja, Ibnu EW, 
Hidayat(Ketua Yayasan Unisba),
 Nita Opi (Dekan Fapet Unisba)
Beberapa ilmu praktis yang didapat dari workshop ini antara lain tentang konsep dan penerapan Good Feed Manufacturing Practices (cara pembuatan pakan yang baik), teknik quality control bahan baku pakan yang praktis dan sederhana, kasus-kasus pencampuran bahan baku pakan dengan bahan lain yang tidak ada/rendah nutrisinya serta cara mendeteksinya, analisa hasil produksi ternak secara cepat dan berbagai ilmu lainnya.

Wakil Rektor III Unisba Dr. H. Supriyono, M.Ed saat membuka acara workshop menyampaikan terima kasih kepada USSEC atas kolaborasinya. Pihaknya sangat terbuka untuk melanjutkan kerjasama ke depan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa menghadapi dunia kerja dan usaha. Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Peternakan Unisba Nita Opi Ari Kustanti saat menutup acara . Ia berharap acara seperti ini dapat berlanjut di masa mendatang.

Adapun Dekan Fakultas Pertanian Untidar Ir. Usman Siswanto, M.Sc. Ph.D dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi kepada USSEC yang mendatangkan pakar dari dalam dan luar negeri untuk memberi bekal kepala mahasiswa tingkat akhir. Ia berharap para mahasiswa dari Untidar dan kampus lainnya memanfaatkan kesempatan yang baik  ini untuk menambah wawasan ilmu khususnya di bidang nutrisi dan pakan. Pihaknya berharap setelah lulus banyak sarjana yang siap berwirausaha di bidangnya.

Para mahasiswa umumnya sangat antusias dengan acara ini, terbukti dari banyaknya mahasiswa yang berminat ikut sehingga dengan kebijakan jumlah peserta workshop harus dibatasi, panitia menyeleksi peserta yang benar-benar serius akan hadir sampai selesai dan telah memenuhi syarat sebagai mahasiswa tingkat akhir. (Bams)***


NSM GANDENG USSEC SEMINAR TENTANG BUNGKIL KEDELAI

INFOVET: Jakarta, 23/2/23. Northern Soy Marketing (NSM), sebuah perkumpulan yang dibentuk oleh petani kedelai dari Minnesota, Nebraska, South Dakota, North Dakota dan Wisconsin, menggelar Seminar bertajuk “Essential Amino Acids in Soybean Meal” dengan menggandeng U.S. Soybean Export Council (USSEC). 

Seminar ini menghadirkan dua ahli Nutrisi Ternak dan Agronomi Kedelai yaitu Dr. Robert Swick dari dan Dr. Seth Naeve. Berlangsung pada Kamis, 23 Februari 2023ini digelar di Sheraton Grand Gandaria City Hotel. DR Alfred Kompudu dari FAO Indonesia bertindak sebagai penerjemah.. 

Hasil uji dari sampel kedele berbagai Negara oleh Dr. Seth Naeve menyimpulkan bahwa bungkil kedele dari AS bekerja lebih baik dari yang diharapkan berdasarkan tingkat proteinnya. Sedangkan Dr. Robert Swick yang lebih menekankan pada bahasan “Cara Memilih Sumber Protein untuk Unggas” menyampaikan bahwa bungkil kedele (SBM) memasok 25% energy pada pakan Broiler dimana SBM memasok Asam Amino dan Sukrosa yang lebih tinggi disbanding dari sumber bijian yang lain. “Dan SBM dari AS memiliki Sukrosa yang lebih tinggi disbanding dari Brasil dan Argentina.” Jelas Swick, pakar asal Austrailia itu.. 

Seminar dihadiri undangan terbatas dari kalang industri peternakan, khususnya peternakan unggas, feed miller, dan beberapa lembaga pilar peternakan terkait.***(DS)

TAKUT MAKAN TELUR DAN AYAM KARENA PAKAN PABRIKAN

Daging dan telur ayam sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. (Foto: Istimewa)

Pakan pabrikan untuk ternak unggas bersumber dari bahan yang sehat dan sudah melalui proses sangat ketat serta terjamin keamanannya. Aman bagi unggas, aman pula bagi orang yang mengonsumsi telur dan daging ayam.

Masih rendahnya konsumsi telur dan daging ayam di Indonesia memang terkendala banyak persoalan. Yang selama ini masih menjadi “hantu” bagi sebagian masyarakat dalam mengonsumsi daging dan telur ayam adalah berkembangnya berbagai mitos. Mulai dari mitos bakal bisulan pada anak-anak, hingga mitos ibu hamil hindari makan telur karena dikhawatirkan kulit bayinya akan belang-belang semacam panu saat lahir.

Ternyata, bukan hanya mitos-mitos yang terus berhembus saja yang menjadikan sebagian orang enggan makan telur dan daging ayam. Pemahaman tentang ayam pedaging (broiler) dipenuhi dengan pakan pabrikan yang mengandung obat-obatan juga banyak terdengar di tengah masyarakat.

Memang aroma pakan ayam pabrikan menyengat dan khas. Seperti ada aroma obat-obatan yang kurang nyaman saat tercium hidung. Aroma inilah yang dianggap sebagian orang, bahwa pakan mengandung obat-obatan. Artinya, daging ayam broiler dan telur yang dihasilkan juga dianggap mengandung obat-obatan.

Kalau tak ada edukasi yang baik dan tepat, bisa jadi isu ini makin membuat orang khawatir makan daging dan telur ayam. Orang yang semula sedikit mengonsumsi telur akan berhenti total makan produk asal unggas itu.

Lantas, seberapa aman sebenarnya pakan pabrikan yang diberikan kepada ayam, sehingga produk daging dan telurnya juga aman untuk dikonsumsi manusia?

“Pakan untuk ayam akhirnya jadi telur dan daging berasal dari bahan baku pakan yang aman untuk dikonsumsi. Semua bahan yang ada dicampur sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan ayam petelur maupun pedaging,” ujar Animal Protein Technical Consultant, U.S. Soybean Export Council, Yahya Munirudin, dalam webinar Healthy Family with Chicken Meat and Egg di Jakarta.

Menurut Yahya, secara umum bahan baku pakan ayam berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan tumbuhan. Untuk bahan pakan yang bersumber dari hewan antara lain tepung ikan, tepung tulang dan lainnya. Sedangkan untuk bahan pakan yang bersumber dari tumbuhan seperti kedelai, jagung, umbi-umbian, bekatul dan lainnya.

Sebagai pelengkap, pakan ayam juga ditambahkan vitamin dan zat pengawet pakan, yang semuanya aman. “Untuk menghasilkan kualitas pakan yang baik, bahan pakan diseleksi dengan ketat. Bahan baku yang mengalami kerusakan, misalnya jagung yang sudah berjamur, sudah pasti ditolak masuk ke pabrik pakan,” jelas Yahya.

Ketatnya seleksi bahan pakan untuk ayam menjadi jaminan keamanan bagi produk daging dan telur ayam yang akan dikonsumsi. Industri pakan ayam memiliki alat pendeteksi berteknologi tinggi untuk memastikan bahan pakan yang akan diolah memiliki kualitas yang baik atau sebaliknya.

Aman dari Obat-obatan
Menurut Yahya, dalam proses pengolahan, industri pakan juga melakukan perlakuan khusus terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pakan olahan. Sebagai contoh, sebelum diolah menjadi pakan jadi, kedelai dimatangkan terlebih dahulu, seperti melalui proses roasting. “Proses ini bertujuan untuk menonaktifkan zat antinutrisi yang ada pada kedelai,” ujarnya.

Dari sisi bahan pembuatan pakan sudah aman. Namun bagaimana dengan obat-obatan dalam proses pembuatan pakan? Pertanyaan ini juga masih menggelayut di benak sebagian masyarakat. Terjaminnya kualitas bahan pembuatan pakan ayam pabrikan, sebanding dengan harga produknya yang dianggap mahal oleh para peternak.

Dijelaskan Yahya, dari sisi proses pembuatan pakan, pabrikan tidak menggunakan obat-obatan sebagai bahan campuran. Tentang hal ini sudah diatur larangannya oleh pemerintah dalam penggunaan obat-obatan yang bisa berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsiya. Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan, sejak 1 Januari 2018, pemerintah melarang penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam pakan.

“Bahan pakan diawasi dengan ketat sebelum diproses menjadi pakan. Quality control pakan pada industri dilakukan sejak pemasukan bahan pakan sampai menjadi produk akhir pakan,” papar Yahya.

Untuk penggunaan obat-obatan hanya diberikan kepada ayam jika sakit. Tentu saja harus seusai aturan pakai. Maka pada kemasan obat biasanya disertakan peringatan “Harus dengan resep dokter hewan”.

“Untuk penggunaan obat-obatan pengawasannya sudah cukup ketat, jadi tidak bisa sembarangan. Dan setiap pabrik obat hewan pasti ada dokter hewannya, sebagai penanggung jawab produk obatnya,” ucap dia.

Nutrisi Hebat di Telur dan Daging Ayam
Menyimak dari proses dan sumber bahan pakan unggas di atas, dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi hasil akhir ternak unggas berupa daging dan telur ayam yang menggunakan pakan pabrikan tetap menyehatkan. Tak perlu khawatir tentang kandungan nutrisinya.

Sudah cukup banyak edukasi yang disampaikan melalui media maupun lewat beragam kegiatan offline tentang manfaat mengonsumsi telur dan daging ayam. Sudah saatnya masyarakat mengabaikan berbagai mitos buruk yang berkembang tentang sumber protein tersebut.

Perlu dipahami bahwa satu butir telur atau sepotong daging ayam, memiliki kandungan gizi luar biasa yang sangat dibutuhkan tubuh. Dalam lembaran informasi gizi yang diterbitkan U.S. Soybean Export Council, ada data yang menarik untuk disimak.

Satu porsi telur (100 g) memiliki kandungan vitamin D, memenuhi sekitar 10-60% dari nilai Recommended Dietary Allowances (RDA) negara-negara di Asia Tenggara. Sementara daging ayam juga kaya akan Vitamin D, dengan setiap 100 g dada ayam diperkirakan memiliki 0,29 g vitamin D.

Vitamin D mempromosikan pengaturan jumlah kalsium dan fosfat yang diserap tubuh dan mendukung perkembangan tulang yang sehat. Selain itu, vitamin D mendukung fungsi normal sistem kekebalan tubuh, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Oleh karena itu, individu didorong untuk mengeksplorasi kemungkinan peningkatan asupan vitamin D melalui konsumsi daging dan telur.

Sementara dalam 100 g dada ayam mengandung 13,3 mg vitamin B3 dan 0,6 mg vitamin B6. Di sisi lain, satu porsi telur (100 g) memiliki 0,01 mg vitamin B3 dan 0,2mg vitamin B6. Direkomendasikan Nilai Nutrient Intake (RNI) untuk vitamin B3 adalah 16 mg untuk sebagian besar negara Asia Tenggara, sedangkan nilai untuk vitamin B6 berkisar 1,2-1,7 mg. Oleh karena itu, kandungan vitamin B3 dan B6 yang tinggi terdapat pada telur dan daging (unggas) dapat dengan mudah memenuhi nilai RDA/RNI sebagian besar negara di kawasan ini.

Vitamin B3 berfungsi dalam berbagai sistem enzim intraseluler, termasuk yang terlibat dalam energi produksi. Sedangkan vitamin B6 memainkan peran penting dalam fungsi sekitar 100 enzim yang mengkatalisis reaksi kimia penting dalam tubuh manusia. Ini juga membantu dalam sintesis neurotransmiter dan penting dalam sintesis heme iron.

Lembaran informasi tersebut juga menyebutkan, vitamin B12 penting untuk sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan komponen inti sel, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia yang tepat. Vitamin B12 ditemukan secara alami dalam makanan yang berasal dari hewan.

Oleh karena itu, vegan mungkin perlu melengkapi diet mereka dengan vitamin ini atau mengonsumsi makanan yang diperkaya vitamin B12, atau makanan fermentasi yang merupakan sumber vitamin B12. Untuk non-vegan, individu didorong untuk memenuhi nilai RDA/RNI mereka (dari 1-4 g untuk negara regional) dari konsumsi sumber protein hewani seperti unggas (0,4 g/100 g) dan kuning telur (0,9 g/100 g).

Bagaimana dengan zat besi yang terkandung di dalam telur dan daging ayam? Zat besi adalah salah satu mineral kunci yang memainkan peran penting dalam kesehatan manusia. Kekurangan zat besi menyebabkan beberapa hambatan dalam fungsi normal tubuh. Secara khusus, kekurangan zat besi pada anak dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental.

Ada dua jenis besi, non-heme dan heme. Besi non-heme yang hadir terutama dalam sayuran silangan, kacang-kacangan dan produk susu, memiliki daya serap dan bioavailabilitas lebih rendah berkisar antara 2-20%.

Terlebih lagi, penyerapan zat besi non-heme dari sumber nabati berpotensi lebih lanjut terhambat jika produk makanan sendiri mengandung fitat. Di sisi lain, zat besi heme, yang ditemukan dalam produk daging, memiliki kadar yang jauh lebih tinggi bioavailabilitas dan penyerapan oleh tubuh manusia. (AK)

LANJUTAN KONFERENSI USSEC MENGENAI NUTRISI DAN PAKAN UNGGAS

Diskusi panel antara narasumber dengan peserta. (Foto: Dok. Infovet)

Kamis (12/5/2022), USSEC hybrid eventBroiler Nutrition and Feed Technology Conference” kembali dilanjutkan secara live di Menara 165 Jakarta dan daring yang difasilitasi GITA Event Organizer (EO).

Pada sesi pertama konferensi menghadirkan pembicara dari Auburn University US, Wilmer Pacheco, yang memberikan dua materi sekaligus diantaranya mengenai Particel Size for Feeding Broiler dan Hygiene in Feed Production.

Dalam pemaparannya, Wilmer merekomendasikan ukuran partikel untuk pakan starter 0,9-1,0 mm, serta pakan grower dan finisher sebesar 1,2 mm. “Sebab ukuran partikel dapat memengaruhi FCR dan luas permukaan pakan turut berpengaruh terhadap kecernaan dan efisiensi pakan,” jelasnya.

Dia pun juga menjelaskan tentang pentingnya kebersihan produksi pakan untuk mengontrol mikroba yang merugikan. “Dengan cara disain feedmill yang baik, kontrol kualitas dari bahan, kontrol burung dan hewan pengerat, kontrol kepadatan, sanitasi peralatan dan penyimpanan dalam pabrik dan kandang,” kata Wilmer.

Adapun pembicara lainnya yakni Poultry Nutrition Specialist Aviagen, Ruben Kriseldi, yang membahas mengenai Interactive Effects of Branched-chain Amino Acids in Broiler Production. Ia menekankan, asam amino bercabang mempunyai peranan penting karena berfungsi dalam sintesis protein tubuh, pertumbuhan bulu dan tulang, juga transpor glukosa serta metabolisme lemak.

Diskusi panel antara narasumber dengan peserta. (Foto: Dok. Infovet)

Sementara pada sesi kedua, turut ditampilkan narasumber President RO Feed Association, Iani Adrian Chihaia, yang mengupas informasi mengenai Formulating Feed for Poultry: Ecomonic and Enviromental Objective, dilanjutkan pemaparan Technical Service Manager Evonik, Richad Lim, mengenai Improving and Maintaining a Healthy Poultry Gut in the AGP Free Era dan Senior Technical Advisor USSEC, Richard Han, soal Overview Broiler Production in China.

Disetiap penghujung sesi presentasi digelar diskusi panel antara narasumber dengan peserta yang terlihat antusias. Konferensi hari terakhir ini pun dihadiri oleh lebih dari 100 orang peserta. (RBS)

USSEC GELAR KONFERENSI SOAL NUTRISI DAN PAKAN UNGGAS BERSAMA GITA EO

Broiler Nutrition and Feed Technology Conference yang berlangsung secara hybrid. (Foto: Dok. Infovet)

US Soybean Export Council (USSEC) difasilitasi oleh GITA Event Organizer (EO) menyelenggarakan “Broiler Nutrition and Feed Technology Conference” pada 11-12 Mei 2022, yang berlangsung secara hybrid di Menara 165 Jakarta dan daring.

Pada hari pertama, konferensi dihadiri lebih dari 150 orang dengan menampilkan enam pembicara yang andal di bidangnya. Dipandu oleh Country Director Indonesia USSEC, Ibnu Edy Wiyono, acara diawali dengan pemberian sambutan dari Agicultural Consellor FAS U.S Embassy Jakarta Indonesia, Rey Santella.

“Kita sangat mendukung kegiatan konferensi ini, khususnya mengenai nutrisi dan teknologi pakan untuk unggas. Semoga konferensi ini memberi banyak informasi bagi semua,” kata Rey.

Kegiatan yang dimulai pukul 08:00 WIB dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama pemaparan diawali oleh Regional Director USSEC SEA & Oceania, Timothy Loh, yang membahas mengenai US Soy Sustainability and Sustainable Sourcing. Dilanjutkan oleh Nutrisionist Cobb Asia Pasific, Suttisak Boonyoung, dengan materi Broiler Nutrition Past and Current.

Kemudian dari Auburn University US, Wilmer Pacheco, yang membawakan materi Critical of Early Feeding on Broiler dan Senior Technical Service Manager Animal Nutrition Evonik (SEA) Pte. Ltd, Mubarak Ali, mengenai Digitalization Next Stage of Optimization in Broiler Production.

Pada sesi kedua, President RO Feed Association, Iani Adrian Chihaia, menjadi narasumber berikutnya yang membawakan materi Soy Industry 4.0 in Europe: Value Added Soy Products. Dilanjutkan dengan penampilan Technical Consultant Animal Nutrition USSEC Indonesia, Budi Tangendjaja perihal In Line Quality Control in Feed Manufacturing dan Suttisak Boonyoung mengenai Fiber in Broiler Nutrition and Health.

Pada tiap akhir sesi diadakan tanya jawab yang berjalan sangat dinamis. Kegiatan konferensi ini masih berlanjut pada Kamis (12/5/2022), dengan narasumber lainnya. (RBS)

INDONESIA LAYER FEED NUTRITION CONFERENCE DIGELAR SECARA VIRTUAL

Indonesia Layer Nutrition and Feed Technology Conferece digelar secara virtual

Indonesia Layer Feed Nutrition Conference digelar secara virtual pada Rabu, 9 Juni 2021. Acara tahunan yang digagas oleh US Soybean Export Council tersebut merupakan gelaran rutin yang digelar tiap tahunnya bergantian dengan Broiler Feed Nutrition Conference (USSEC), namum karena pandemi Covid-19 acara tersebut digelar secara virtual, kata Timothy Loh Regional Director USSEC South East Asia & Oceania.

Dalam sambutannya Timothy juga menyampaikan urgensi krisis pakan bagi ternak dalam masa pandemi yang masih belum selesai. Hal ini dikarenakan beberapa negara melakukan pembatasan kegiatan ekspor dan impornya. Namun begitu Timothy berjanji kepada para customernya di Indonesia bahwa USSEC berkomitmen untuk tetap melayani dan menjadi partner terbaik meskipun pandemi masih melanda, sehingga mereka tidak perlu khawatir.

Sesi pembuka presentasi disampaikan oleh Henry Hendrix, General Manager Hendrix Genetics. Dalam presentasinya Henry menyampaikan berbagai perkembangan terbaru mengenai genetik layer modern.Misalnya layer modern memiliki performa produksi yang baik ketimbang layer di tahun 90-an dimana pada layer modern, produksi telurnya masih tinggi pada usia 100 minggu-an. Berdasarkan data yang dijabarkan Henry, layer modern dapat bertelur sebanyak 505 butir dalam satu siklus hidup selama lebih dari 100 minggu, jauh berbeda pada tahun 90-an yang hanya dapat menghasilkan 260-an butir telur pada masa pemeliharaan yang hanya sampai 80-90 minggu.

Prof. Budi Tangendjaja hadir sebagai presenter kedua, dalam gilirannya ia menjabarkan performa produksi dan karakteristik layer di Indonesia. Di sini Prof. Budi menjabarkan berdasarkan data dan pengalamannya di lapangan selama menjadi konsultan. Sebagai contoh ia menjelaskan bahwa karakteristik peternakan layer di Indonesia masih didominasi peternak yang memelihara ayamnya secara tradisional. 

"Pemeliharaan masih sederhana, kandang masih tradisional, masih menganggap pakan dengan kadar protein tinggi adalah yang terbaik. Ini masih menjadi karakteristik peternak kita, jadi menurut saya peternak seperti menyia-nyiakan potensi genetik yang dimiliki layer modern. Makanya saya selalu ajak mereka untuk membenahi manajemen pemeliharaan, terutama di sisi pakan," tutur dia.

Namun begitu meskipun masih di dominasi peternakan tradisional, Budi mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara penghasil telur terbesar di Asia bahkan dunia. Hal ini menurut Budi bukanlah tanpa dasar, Indonesia berada di peringkat 9 penghasil telur dunia menurut data FAO.

"Kita punya potensi, di Indonesia punya jagung, DOC layer jantan di sini laku, ayam afkir di sini laku, manure juga laku, peternak di sini banyak tertolong akibat kondisi - kondisi tadi, tinggal manajemennya saja diperbaiki dan jangan lupa peran pemerintah juga harus diperkuat dengan menghasilkan kebijakan yang produktif untuk dunia perunggasan di sini," pungkasnya. 

Perhelatan ini sejatinya digelar selama dua hari, yakni pada 9-10 Juni 2021. Pembicara yang terlibat di dalamnya pun bukan kaleng - kaleng, mereka adalah para ahli dan expert di bidang ayam petelur dan berpengalaman selama puluhan tahun di bidangnya. (CR)


Menunggu Rekomendasi Terbaru Pakan Broiler Modern: "Tepat dan Semakin Menguntungkan"

Suasana seminar USSEC. (Foto:Infovet/Untung)

Sudah hampir lebih dari 20 tahun, tidak adanya rekomendasi tentang komposisi pakan (ransum) untuk ayam broiler. Rekomendasi terakhir yang sampai saat ini masih banyak menjadi acuan dan bahkan menjadi pedoman adalah hasil National Research Council (NRC) tahun 1994 silam.

Sedangkan beleid tentang hal itu keluar untuk pertama kali pada tahun 1957. Selama ini sebenarnya ada beberapa institusi yang menghasilkan dan mengeluarkannya. Sebut saja, pabrik asam amino, perusahaan bibit ayam, konsultan independen dan NRC. Lembaga NRC adalah yang saat ini paling banyak ditunggu-tunggu.

Jika beberapa waktu yang lalu sampai 2018 ini, referensi sebagai pedoman untuk menyusun ransum pakan oleh pihak pabrikan hampir selalu mengacu terhadap rekomendasi NRC tahun 1998. Maka menurut Budi Tangendjaja, Peneliti Balitnak, kemungkinan besar akhir 2018 atau setidaknya pada awal 2019, NRC akan segera mengeluarkannya. Sebab saat ini ayam broiler modern sudah saatnya juga memiliki dan memakai komposisi ransum yang termutakhir. Demikian inti paparannya saat tampil dalam Konferensi Teknologi Pakan dan Nutrisi Broiler Indonesia, yang dilaksanakan 11-12 Desember 2018, di Hotel Hyatt Regency Yogyakarta.


Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada para pakar pakan ternak, khususnya konsultan dari USSEC (US Soybean Export Council)Dalam panel diskusi itu dibahas tentang perkembangan dan kemajuan teknologi pakan broiler. Acara yang diselenggarakan oleh USSEC itu diikuti hampir 100 orang, yaitu para nutrisionis lapangan (pengelola farm komersial) hingga nutrisionis feedmill, akademisi dan para peneliti pakan ternak.

Budi Tangendjaja juga menguraikan tentang sejarah ramuan pakan unggas. Ia yang juga Konsultan USSEC Indonesia, mengungkapkan bahwa ayam broiler sangat cepat mengalami perubahan kemajuan. Otomatis, ransumnya harus mengikuti. Memang benar, meskipun faktor dominan terhadap pertumbuhan berat badan ayam broiler adalah "genetik".

"Namun demikian, aspek pakan juga tak bisa bersikap konservatif, artinya harus berada tepat dbelakang perkembangan kemajuan genetik," jelasnya.

Menurut dia, kebutuhan asam amino jenis Lysin pada ayam broiler modern sangat penting. Ini dibuktikan dengan proporsi asam amino itu dalam ransum pakan berpengaruh kuat terhadap kecepatan pertumbuhan.

"Selain itu, pertumbuhan yang cepat mempunyai korelasi positif terhadap efisiensi produksi. Oleh karena itu, di massa milenial ini, broiler modern mutlak butuh ransum baru yang dapat mengikuti kecepatan pertumbuhannya," pungkasnya. (iyo)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer