-->

KEMENTAN JANJI PEMENUHAN DAGING JELANG RAMADAN & LEBARAN AMAN

Mentan Syahrul (tengah) dan Dirjen PKH Nasrullah (kiri) saat meninjau Toko Daging Nusantara di Depok, Senin (5/4/2021). (Foto: Humas PKH)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menjamin ketersediaan daging jelang Ramadan dan Idul Fitri 2021 dalam kondisi cukup dan aman.

Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/4/2021), ia menyebut untuk memenuhi kebutuhan daging nasional, pihaknya tidak hanya mengandalkan mekanisme impor, tetapi juga memaksimalkan produksi daging dalam negeri.

“Selama Ramadan biasanya daging menjadi salah satu kebutuhan pangan cukup tinggi permintaannya, kami lakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan itu, baik dalam bentuk daging segar maupun beku, kami akan maksimalkan dari berbagai tempat termasuk produksi dalam negeri,” kata Mentan Syahrul saat meninjau Toko Daging Nusantara GDC, Depok.

Syahrul mengatakan, kunjungannya ke Toko Daging Nusantara ini menjadi salah satu upayanya memastikan pangan masyarakat khususnya daging. Ia mengaku akan meningkatkan sinergi dengan pihak terkait untuk mengamankan ketersediaan maupun distribusi pangan secara umum.

“Pangan itu sangat terkait dengan supply and demand, maka untuk menjaga ini saya akan bekerja sama dengan para pihak terkait, salah satunya Menteri Perdagangan untuk mendekatkan produksi dengan pasar, jika masih terjadi lonjakan tentu kami akan lakukan operasi pasar, hari ini saya juga mengecek ketersediaan daging bersama Ketua Asosiasi Pedagang Daging Skala UKM dan Rumah Tangga (ASPEDATA) ini juga menjadi bagian kami memperkuat upaya pemenuhan pangan,” ungkap dia.

Terkait stok daging, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirjen PKH Kementan), Nasrullah, mengatakan meski pada April 2021 umat muslim di dunia akan menjalankan ibadah puasa, tetapi kondisi permintaan daging masih dalam batas normal, hal ini disebabkan Indonesia masih dalam kondisi pandemi dan aktivitas perekenomian belum sepenuhnya pulih.

“Hasil prognosa kita dengan memperhitungkan kebutuhan normal di April itu sekitar 26.000 ton, kemudian di Mei bertepatan puasa dan lebaran kurang lebih butuh 76.000 ton, ini masih dalam posisi kebutuhan normal. Dengan adanya COVID-19, daya beli turun, serta hotel, restoran dan katering (Horeka) juga belum sepenuhnya normal, tentu angka ini bisa terkoreksi, tapi terus kami update setiap akhir bulan” jelas Nasrullah.

Ia merinci stok daging di Februari dan Maret 2021 dalam kondisi surplus dan angka itu akan memperkuat ketersediaan daging nasional di periode April dan Mei 2021. Jika ditotalkan, stok daging di Maret 2021 ditambah kekuatan produksi dalam negeri, dapat dipastikan pemenuhan daging masyarakat selama Ramadan dan Lebaran dalam posisi aman.

“Di Maret kebutuhan kita 37.000 ton dan ada surplus sekitar 27.000 ton, untuk periode berikutnya stok juga dipenuhi dari sapi bangkalan dan sapi lokal, angkanya kurang lebih 188.000 ekor yang siap dipotong, ini untuk periode April dan Mei, dan stok daging beku yang ada di gudang-gudang pada Maret 2021 ada 24.000 ton, angka suprlus ini untuk memperkuat stok di April, jika di total di Mei nanti InsyaAllah stok daging sapi atau kerbau cukup untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri,” pungkasnya. (INF)

GAMAVET GELAR WEBINAR DALAM RANGKA LUSTRUM KE-15 FKH UGM

Webinar Gamavet soal update manajemen dan penyakit ternak layer terkini. (Sumber: Istimewa)

Sabtu, 3 April 2021. Para alumni Gadjah Mada Veterinarian (Gamavet) menggelar webinar yang dihadiri 184 peserta dari seluruh pelosok Tanah Air dengan topik “Diskusi Update Manajemen Layer dan Kasus Penyakit pada Layer” dalam rangka menyambut Lustrum ke-15 Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM).

Bertindak sebagai moderator, Ketua III Gamavet, Drh Andi Wijanarko dan dibuka oleh Wadek I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKH UGM, Drh Agung Budiyanto, yang mengharapkan webinar ini menjadi penyegaran keilmuan di bidang kesehatan layer dan agar para alumnus di Gamavet maupun PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) berkontribusi maksimal dalam kesehatan ternak layer.

Sementara Ketua Umum PDHI Drh M. Munawaroh, yang juga Sekretaris Jenderal Gamavet, menyampaikan bahwa produk layer berupa telur konsumsi saat ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, namun tetap perlu dipertahankan dengan manajemen dan kiat pencegahan penyakit terkini.

Hadir sebagai narasumber, vetenarian PT Kerta Mulya Sejahtera-Jakarta, Drh Roniyus H. Teopilus, membahas tentang seluk beluk manajemen layer, dimana dijelaskan periode umur 1-16 minggu adalah masa sulit dan sangat menentukan hasil produksi telur di masa depan.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu diperhatikan secara serius menyangkut seleksi dan culling (saat DOC-in), feed intake, bobot badan, keseragaman dan penyusutan. Pada kandang close house perlu perhatian khusus terhadap kerja dari alarm AC/DC dan kerja genset, karena bila tidak terkontrol sangat membahayakan keselamatan ayam. Juga lighting system dengan menggunakan lampu LED 14 watt perlu beroperasi sesuai SOP, karena berpengaruh pada feed intake ayam. Selain perhatian pada kualitas air minum, kebersihan silo, cooling fan dan rodent control.

Sementara mengenai penyakit dibahas Drh Wintolo, yang merupakan alumnus ’92 FKH UGM. Ia mengemukakan bahwa dari hasil pengamatan di lapangan ternyata terdapat 13 jenis penyakit viral yang selalu mengancam ternak layer.

Sedangkan dikatakan Drh Junaedi seorang praktisi layer yang membahas update penyakit mengungkapkan, berdasarkan pengamatan enam bulan terakhir ditemukan bahwa beberapa penyakit masih mengancam ternak layer, yakni Newcastle Disease (ND), Avian Influenza (AI), Necrotic Enteritis (NE), Kolibasilosis, Aspergilosis, Mikotoksin, Leucocytozoon dan parasit gurem. Namun kasus yang paling menonjol periode November 2020 sampai Februari 2021 ialah penyakit Coryza.

“Dengan pemicu munculnya penyakit-penyakit tersebut antara lain musim penghujan, tata laksana yang buruk dan kualitas bahan baku pakan yang menurun,” katanya. Adapun tindakan yang perlu dilaksanakan ialah identifikasi kasus, isolasi/disinfeksi/penurunan mobilitas, terapeutik-suportif, koleksi sampel dan organ, booster vaksin dan nutrisi. Sedangkan recovery kasus menyangkut monitoring bobot badan, seleksi, nutrisi, suportif, penegakkan diagnosis dan traceability berkaitan dengan audit feedmill.

Hal senada juga disampaikan Guru Besar Mikrobiologi FKH UGM, Prof Michael Hariyadi Wibowo, yang melengkapi temuan lapangan dari sudut ilmu mikrobiologi. Kesimpulan dari pembahasan tersebut bahwa kasus penyakit masih didominasi oleh penyakit imunosupresi dan pengaruh musim penghujan. (SA)

DARURAT SAPI PEDAGING


Presiden Joko Widodo mengingatkan para pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian terkait munculnya ancaman krisis pangan di tengah pandemi COVID-19. Mungkin ini akan menjadi kenyataan jika pemerintah tidak segera menanganinya dengan baik.

Protokol kesehatan di era pandemi ternyata telah berdampak terhadap kegiatan lalu lintas barang dan komoditas antar negara. Akibatnya tentu berdampak pula pada penyediaan pangan, terutama pada komoditas yang masih banyak di impor, diantaranya komoditas pangan strategis dan hasil peternakan, seperti daging sapi, susu, beras, kedelai, bawang putih, jagung, gandum dan lainnya.

Bencana di Australia
Australia sebagai Negara pengekspor sapi terbesar bagi Indonesia, dalam dua tahun terakhir dilanda banjir bandang pada 2019 dan kebakaran hutan di 2020. Dua peristiwa bencana alam tersebut telah memorak-porandakan kegiatan industri peternakan di Negeri Kanguru itu.

Penurunan populasi sapi yang sangat signifan (24,1%) telah terjadi dari populasi sapi sebesar 27,8 Juta ekor di 2002, kini hanya tinggal 21,1 juta ekor. Semua kondisi ini telah mengakibatkan meningkatnya harga sapi impor di Indonesia, karena kelangkaan pasokan dari Australia.

Dalam sejarah importasi sapi Australia di awal 1990-an, baru kali ini terjadi harga sapi impor sekitar Rp 56 ribuan/kg berat hidup (landed cost) lebih mahal daripada harga sapi lokal (sekitar Rp 47 ribuan/kg berat hidup). Kondisi ini membuat para pengusaha feedlot tidak mungkin lagi menggunakan sapi bakalan impor. Bagi perusahaan feedlot yang masih bertahan, mereka mulai beralih dalam penyediaan sapi bakalannya dengan memanfaatkan sapi-sapi lokal. Akibat dari kondisi ini, dikhawatirkan akan terjadi dampak yang serius dan merugikan bagi pengembangan peternakan sapi dalam negeri. Pasalnya, permintaan akan daging sapi selalu lebih tinggi ketimbang kemampuan pasokannya. Sementara itu, pemerintah melalui program yang ada (SIKOMANDAN dan SIWAB) masih memanfaatkan kemampuan penyediaan sapi kepada peternakan rakyat secara konvensioanal. Program ini selama puluhan tahun masih belum mampu membuktikan bahwa peningkatan pasokan akan melebihi dari permintaannya.

Depopulasi
Kondisi saat ini mengingatkan kita pada 2012-2013 lalu, pasca dilakukannya pendataan sapi potong dan kerbau (PSPK) 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kala itu, kebijakan pemerintah menurunkan importasi dari 53% ke 17,5%. Lantaran, hasil PSPK menunjukan bahwa populasi sapi telah memenuhi kondisi swasembada berdasarkan blue print. Namun realita sebaliknya, yaitu terjadi kelangkaan pasokan sapi di pasar yang menyebabkan harga melangit dan berakibat terhadap depopulasi sapi perah mencapai sekitar 30%. Hingga kini, ketergantungan industri persusuan terhadap impor meningkat menjadi sekitar 80%, padahal sebelum krisis ekonomi lalu kontribusi produksi susu dalam negeri pernah mencapai 50%. Jika tidak segera ditangani, diduga akan terjadi kembali depopulasi terhadap sapi di dalam negeri (pedaging maupun perah). Hal ini karena kondisi usaha sapi perah yang faktanya masih belum mampu memberikan kesejahteraan bagi peternak. Sehingga peternak merasa lebih menguntungkan jika sapinya dijual sebagai sapi pedaging, daripada dipelihara sebagai sapi perah.

Darurat Sapi
Keadaan bisnis sapi pedaging, pada dua-tiga tahun ke depan dihadapkan pada kondisi titik nadir, yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan, Australia masih membenahi industrinya untuk meningkatkan populasi ternak sapinya. Idealnya populasi ternak sapi di Australia sekitar 25 juta ekor untuk mampu melakukan ekspor ke Indonesia. Semantara itu impor dari Negara lain seperti Brasil masih belum siap infrastrukturnya. Jika saja dalam dua-tiga tahun ke depan (2021-2023), pemerintah melalui Kementerian Pertanian tidak mengubah strategi mendasarnya dalam pembangunan peternakan sapi, dipastikan akan terjadi pengurasan sapi di dalam negeri dan untuk selamanya negeri ini akan tergantung impor komoditas daging sapi. Pantasnya, kondisi dua-tiga tahun ke depan kita sebut “sebagai darurat sapi pedaging.”

Ubah Strategi 
Perubahan strategi yang dimaksud adalah Pertama, mengubah mindset bahwa untuk meningkatkan permintaan daging sapi dengan mengintroduksi sapi-sapi premium (Belgian Blue/BB dan Glacian Blond/GB) dan importasi daging kerbau yang menyita biaya sangat besar dengan tingkat keberhasilan yang rendah. Kebijakan tersebut segera dialihkan dengan mengoptimalkan peningkatan produktivitas sapi-sapi lokal, melalui intensifikasi pola breeding dan pemanfaatan lahan-lahan terluang.

Kedua, mengubah sentra produksi sapi yang selama ini ditujukan ke wilayah-wilayah konvensional seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan, beralih ke sentra-sentra perkebunan besar di Sumatra, Kalimantan dan Papua, serta lahan-lahan bekas tambang di Kalimantan, juga ke pulau-pulau kosong di wilayah Timur.

Sentra-sentra perkebunan ini menghasilkan limbah atau hasil ikutan industri perkebunan sebagai pakan ternak yang murah harganya. Lahan-lahan perkebunan (sawit, karet dan sebagainya), serta lahan bekas tambang yang luasnya ribuan mungkin juga jutaan hektar, selama ini dibiarkan tidak termanfaatkan secara optimal. Banyak pelajaran yang telah dan tengah dilakukan oleh para pihak, terutama swasta yang melakukan upaya ini, namun minim proteksi dan insentif pemerintah terhadap upaya tersebut. Terutama mengenai berbagai kebijakan kontra produktif bagi pengembangan usaha ternak sapi selama ini. Misalnya, kebijakan importasi daging kerbau, introduksi sapi BB/GB, kebijakan ekspor bungkil sawit ataupun insentif permodalan yang tidak merangsang  terhadap pengembangan peternakan sapi dalam negeri.

Kiranya kebijakan pemerintah menjadikan negeri ini sebagai lumbung ternak Asia di 2045 mendatang tidak akan dapat terwujud, jika tidak melakukan perubahan mendasar kebijakan importasi daging dan intervensi sapi premium, serta pemanfaatan lahan-lahan terluang dan integrasinya dengan perkebunan. ***

Oleh: Rochadi Tawaf
Dewan Pakar PB ISPI dan Komite Pendayagunaan Petani

AYAM BRAHMA SI RAKSASA YANG MANIS

Ayam brahma bertemperamen manis, badanya besar dengan kaki berbulu. Mereka awalnya dibiakkan untuk produksi daging.

Brahma toleran terhadap cuaca dingin dan relatif kuat tetapi tidak terlalu menyukai cuaca panas. Karena kaki mereka yang berbulu, pemeriksaan rutin diperlukan untuk memastikan bahwa kaki mereka dalam keadaan sehat, terutama jika sering hujan atau berlumpur.

  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Manfaat: daging, telur
  • Karakter: tenang, jinak
  • Berat rata-rata: 9,5-12 pound
  • Tinggi rata-rata: 30 inci
  • Umur panen: 8-10 minggu
  • Telur: berwarna coklat, besar, sekitar 150 butir/tahun

Ayam brahma kadang-kadang disebut sebagai raja ayam karena ukurannya yang besar. Warna bulunya bermacam-macam diantaranya keemasan dan putih. Matanya merah.

Meskipun ayam ini besar, mereka lembut dan mudah ditangani. Mereka membutuhkan waktu hingga dua tahun untuk menjadi dewasa. Ayam brahma membutuhkan lingkungan yang kering, tetapi mereka dapat bertahan dengan baik di iklim panas atau dingin.

Selama bertahun-tahun diperdebatkan bahwa nama brahma berasal dari sungai Brahmaputra di India. Namun sekarang sebagian besar breeder setuju bahwa ayam ini dikembangkan di Amerika Serikat dari breed yang didatangkan dari Shanghai pada tahun 1840an.

CEVA BEBERKAN RAHASIA SUKSES KENDALIKAN ND


Chick Day 2021, sukses digelar dengan protokol kesehatan yang ketat

Mengusung tema "Recipe for Succes : Indonesia's Real Case and Value" PT Ceva Animal Health Indonesia sukses menggelar Chick Day 2021 di IPB International Convention Center, Bogor, Rabu (31/3) yang lalu. Selain menggelar secara langsung dengan protokol kesehatan yang ketat, Chick Day 2021 juga ditayangkan secara live streaming melalui daring Zoom Meeting dan Youtube.

Edy Purwoko selaku Country Manager PT Ceva Animal Health Indonesia dalam sambutannya mengutarakan alasannya mengapa penyakit ND menjadi permasalahan yang dibahas dalam Chick Day di tahun ini.
"Sampai sekarang perunggasan diproyeksikan cukup baik meski terganggu pandemi. Makanya kita perlu mempersiapkan diri menghadapi penyakit ND agar performa tetap baik dan ayam tetap sehat, dan mencegah kerugian lebih lanjut karena wabah ND," tutur Edy.
Pembicara yang dihadirkan dalam acara tersebut tentunya juga bukan kaleng - kaleng. Konsultan perunggasan Tony Unandar didapuk menjadi pembicara utama dalam acara yang berlangsung meriah tersebut.
Tony Unandar mengupas penyakit ND dari A sampai Z, dari kulit sampai ke tulang. Semua pembahasan disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan menambah khazanah keilmuwan para peserta tentang virus ND.
"ND ini cerita lama, tapi terus jadi residivis. Padahal zaman sudah maju, teknologi sudah berkembang, tapi kok masih muncul?. Makanya kita harus benar - benar mengenali musuh kita ini, jangan sampai kalah dalam memerangi ND, sebisa mungkin kita cegah penularannya, persempit sheddingnya, dan kita kendalikan," kata Tony kepada Infovet.
Bicara mengenai ND, tentunya penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Oleh karenanya dibutuhkan upaya pencegahan yang apik dalam menampik virus ini. Selain biosekuriti, upaya pencegahan yang dapat dilakukan dalam mencegah infeksi ND adalah melalui vaksinasi. Bagaimana memilih vaksin ND terbaik?, Ayatullah Natsir Poultry Business Unit Manager PT Ceva Indonesia memberikan tips dan triknya dalam memilih vaksin ND terbaik.
"Vaksin ND harus memberikan protektivitas tinggi aman bagi ayam, manusia, dan lingkungan. Dan tentunya vaksinasi yang baik harus dapat mencegah shedding virus itu sendiri. Dalam upaya vaksinasi ND, biasanya agak tricky karena ada intervensi dari maternal antibody. Namun begitu berdasarkan hasil riset kami, akhirnya kami menemukan solusi tepat akan hal itu," tutur Ayatullah.
Vectormune® ND merupakan vaksin vektor pertama di Indonesia yang hadir sebagai solusi permasalahan ND di tanah air. Vectormune® ND merupakan vektor vaksin hasil rekayasa genetik, dimana gen yang berasal dari satu organisme (berperan sebagai donor) disisipkan ke dalam genom organisme lain (berperan sebagai vektor) untuk memberikan respon imun yang protektif terhadap kedua organisme tersebut. Pada vaksin vektor ND, gen ND disisipkan ke dalam genom Herpesvirus of Turkeys (HVT) marek.
Vectomune® ND memberikan perlindungan yang maksimal dibandingkan ND killed karena tidak terganggu oleh adanya maternal antibody, durasi imunitas panjang, perlindungan lebih luas terhadap berbagai tantangan ND dan mampu untuk mengurangi shedding serta, tidak menimbulkan efek samping (reaksi post vaksinasi). Perlindungan ini dikarenakan Vectomune® ND menggertak kekebalan humoral, kekebalan berperantara sel dan kekebalan mukosa.
Di akhir sesi presentasi, Ketua Umum GPPU, Achmad Dawami menjabarkan mengenai konsumsi daging ayam di Indonesia yang masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangganya seperti Malaysia, Brunei, dan lain-lain.
Dawami juga menyoroti tentang panjangnya rantai tataniaga perunggasan yang menyebabkan disparitas harga yang tinggi di pasaran. Dimana menurutnya pembenahan di sektor hilir merupakan hal mutlak yang harus dilakukan agar konsumen mendapatkan harga yang lebih murah dan produk yang lebih berkualitas.
“Kami harap nantinya enggak ada lagi ayam hidup dijual di pasar. Semua harus sudah jual dalam bentuk karkas atau olahan. Seperti di Vietnam, FIlipina, dan lainnya. Ini kan juga mencegah zoonosis seperti misalnya AI. Kita harus bergerak dan menuju ke arah situ,” pungkas Dawami. (CR)




PPA SERI II: STRATEGI PENUMBUHAN SEMANGAT & JIWA KEWIRAUSAHAAN PERUNGGASAN

PoultryPreneur Academy seri II. (Foto: Dok. Infovet)

PoultryPreneur Academy (PPA) bekerja sama dengan Indonesia Livestock Alliance (LLA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) menyelenggarakan webinar seri II tentang Strategi Penumbuhan Semangat & Jiwa Kewirausahaan Perunggasan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (31/3/2021), melalui aplikasi Zoom Meeting.

Di seri II ini, PPA menghadirkan narasumber yang bersentuhan langsung dengan pengusaha perunggasan, diantaranya Ir Audy Joinaldy (Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat), Dr Desianto Budi Utomo (Vice President PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk) dan Ali Mas’adi (CEO PT Widodo Makmur Unggas, Tbk).

Audy Joinaldy yang tampil diawal acara menyatakan bahwa dunia perunggasan masih berpotensi sebagai ladang bisnis atau objek wirausaha ke depannya. Hal ini mengingat bahwa dunia perunggasan produknya cepat didapat, dengan konsumen beragam dari berbagai tingkat umur.

“Daging dan telur itu adalah bahan pangan yang kaya protein dan gizi lainnya, mudah didapat oleh konsumen dengan harga yang tidak terlalu mahal, sehingga sangat mudah dikembangkan menjadi ladang usaha yang dapat menghasilkan uang,” kata Audy.

Ia juga menyebut bahwa untuk memulai usaha, hal yang perlu dipunyai adalah informasi kesiapan pasar menerima produk, saingan usaha dan faktor pendukung lainnya.

“Informasi terkait kesiapan pasar yang akan menerima produk yang akan diproduksi sangat dibutuhkan, sehingga ketika produk ada dan siap dipasarkan, pasar sudah tersedia, sehingga tidak ada kesia-siaan dalam berusaha,” kata pengarang buku Poultry Preneur ini.

Sementara narasumber lain yakni Desianto Budi Utomo, menambahkan bahwa SDM (sumber daya manusia) Indonesia ke depannya tidak lagi berorientasi mendapatkan kerja semata, namun harus memiliki ciri khusus, yaitu dengan mengetengahkan jiwa kewirausahaannya.

“Jiwa wirausaha sangat penting dipunyai pekerja di lini apapun, di hulu ataupun di hilir, mereka harus punya jiwa kewirausahaan, dengannya mereka akan memahami untung-rugi jika melakukan sesuatu dengan jiwa kewirausahaan yang dimiliki,” papar Desianto.

Menurut dia, ke depan semua perusahaan bidang peternakan akan menggali potensi kewirausahaan yang dimiliki para SDM lulusan dari program studi peternakan, sehingga mereka tidak hanya bekerja, namun juga mengaplikasikan jiwa kewirausahaan yang dimiliki.

Hal senada juga disampaikan Ali Mas’adi, bahwa untuk kemajuan usaha perunggasan, SDM bermutu dan andal sangat dibutuhkan. Tidak hanya dari sisi akademiknya, tetapi harus memahami pasar dan bagaimana upaya pengembangan usaha ke depannya.

“Kita berharap agar penghasil lulusan bidang peternakan tidak hanya memerhatikan sisi akademik lulusan, namun skill dari lulusan juga perlu ditingkatkan,” kata Ali.

Ia menambahkan, “Sejauh ini para lulusan peternakan hanya mampu bekerja berdasarkan apa yang diketahuinya, ke depan kita berharap SDM peternakan mampu mengembangkan dirinya dengan menggali apa saja yang belum didapat semasa kuliah, ini sangat dibutuhkan, sehingga SDM peternakan andal tidak hanya sekedar angan-angan, namun dapat diwujudkan dengan adanya kerja sama yang intens dari berbagai pihak terkait.” (Sadarman)

OPTIMALISASI SBM SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN

Optimalsasi SBM untuk pakan ternak. (Sumber: neighborwebsj.com)

Pakan merupakan komponen penting dengan cost tertinggi dalam usaha budi daya peternakan termasuk unggas. Hampir 70% komposisi biaya dalam beternak berasal dari pakan, oleh karena itu sangat penting untuk menekan cost pakan agar budi daya lebih efisien.

Namun begitu, tidak mudah rasanya mengefisienkan harga pakan dikala pandemi COVID-19 kini. Terlebih banyak keluhan dari para produsen pakan terkait kenaikan harga beberapa jenis bahan baku pakan misalnya Soybean Meal (SBM) yang umum digunakan dalam formulasi pakan di Indonesia. Belakangan diketahui bahwa harga SBM di lapangan mengalami kenaikan bahkan hingga 50%.

Memaksimalkan Utilisasi Protein
Prof Komang G Wiryawan, staf pengajar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, mengingatkan akan pentingnya efisiensi dalam suatu formulasi ransum. Menurutnya, pemilihan bahan baku yang digunakan dalam ransum harus mengandung nutrisi yang seimbang dengan nilai energi metabolisme yang cukup untuk ternak pada tiap fasenya. Energi ini dihasilkan oleh berbagai macam komponen, mulai dari protein, karbohidrat, lemak dan lain sebagainya.

Pada ransum unggas yang lazim digunakan sebagai sumber energi biasanya jagung, sedangkan fungsi SBM yakni sebagai sumber protein (asam amino). Namun begitu, protein yang terkandung dalam SBM jika tidak termanfaatkan dengan baik oleh ternak, akan menghasilkan gas yang berbahaya, karena SBM banyak mengandung Non-Starch Polisacharide (NSP) yang tersisa, senyawa itu akan dicerna bakteri, jika bakterinya bersifat patogen maka akan mengancam kesehatan saluran pencernaan ternak.

“Jadi kuncinya bagaimana kita memaksimalkan utilisasi protein yang ada dari bahan baku. Tepung ikan, SBM, itu sumber protein, memang pemakaiannya tidak sebesar jagung, tapi jika tidak tepat penggunaannya bisa menyebabkan masalah juga. Terlalu banyak tidak baik, begitupun jika terlalu sedikit,” tutur Komang.

Biasanya lanjut dia, di dalam suatu bahan baku pakan ada hal yang menghambat utilisasi zat dari bahan baku tersebut. Seperti yang disebutkan di atas, NSP merupakan gugusan karbohidrat yang membuat utilisasi protein dalam SBM kurang maksimal. NSP tidak dapat dicerna secara maksimal oleh unggas, oleh karenanya dibutuhkan alat bantu yang dapat memecahnya agar sumber nutrisi dari NSP dapat dicerna.

“Kita tahu bahwa biasanya digunakan enzim untuk memecah struktur kimia yang rumit. Kita sudah tentu mengenal atau minimal mendengar nama-nama enzim seperti xylanase, protease, beta-mannanase dan lainnya. Nah, fungsinya diantaranya yaitu memecah struktur yang tidak tercerna menjadi bermanfaat bagi ternak,” jelasnya.

Penggunaan Enzim untuk Maksimalkan Nutrisi Pakan
Campur tangan teknologi sudah bukan barang baru dalam dunia formulasi pakan, terutama dalam mengefisienkan suatu ransum. Seperti yang tadi dijelaskan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan nilai nutrisi dari bahan baku adalah penggunaan enzim. Dalam pakan ternak, penggunaan enzim sebenarnya sudah dilakukan sejak lama.

Enzim merupakan senyawa yang berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah keseimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi.

Hal inilah yang digadang-gadang bahwa enzim bisa menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak, sehingga manusia yang mengonsumsi hasil ternak, maupun lingkungan aman.

Meskipun di dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri (endogenous) sesuai kebutuhan, penambahan enzim dalam formulasi pakan kini sudah menjadi suatu hal yang lazim dilakukan para produsen pakan. Enzim di dalam formulasi pakan memiliki beberapa fungsi, menurut Bedford dan Partridge (2011) diantaranya:

• Memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous, sehingga dapat mengganggu pencernaan ternak, contoh tannin, saponin dan lain-lain.

• Meningkatkan ketersediaan pati, protein dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

• Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri.

• Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda, dimana sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi.

Utilisasi SBM dengan Enzim
Hal tersebut juga diamini oleh Technical Director dari Industrial Tecnica Pecuaria, S.A (ITPSA) Spanyol, Dr Josep Mascarell. Menurutnya, berdasarkan hasil riset oleh para ahli, asam amino yang terkandung dalam SBM lebih seimbang dan beberapa diantaranya tidak dapat ditemukan dalam tanaman lain.

Selain itu, Josep menilai bahwa utilisasi dari SBM dalam sebuah formulasi pakan belum termaksimalkan dengan baik. Terlebih lagi di masa sekarang ini, dimana efisiensi adalah sebuah keharusan dan peternak dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dalam budi daya.

“Tantangan di masa kini semakin kompleks, produsen pakan harus berlomba-lomba dalam menciptakan pakan yang murah, efisien, tetapi juga berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan kustomisasi yang tepat dalam formulasi untuk melakukannya,” tutur Josep.

Di kawasan Asia mayoritas formulasi pakan ternak didominasi oleh jagung, tepung gandum, dan SBM sebagai bahan baku utama. Dalam SBM ternyata terdapat kandungan zat anti-nutrisi berupa α-galaktosidase (αGOS). Zat tersebut dapat menyebabkan timbunan gas dalam perut, penurunan absorpsi nutrien, peradangan pada usus dan rasa tidak nyaman pada ternak.

Hal ini tentunya akan membuat ternak stres dan menyebabkan turunnya sistem imun. Energi dari pakan yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk performa dan pertumbuhan justru terbuang untuk menyusun sistem imun yang menurun. Oleh karenanya, dibutuhkan substrat yang dapat menguraikan α-galaktosidase untuk memaksimalkan utilisasi energi dari SBM.

Menurut Josep, di masa kini penggunaan enzim dalam formulasi pakan adalah sebuah keniscayaan. Penambahan enzim eksogen dapat membantu meningkatkan kualitas pakan, meningkatkan kecernaan nutrien (NSP, protein dan lemak), memaksimalkan utilisasi energi pakan dan yang pasti mengurangi biaya alias efisiensi formulasi.

ITPSA telah melakukan riset selama 20 tahun lebih dalam hal ini. Setelah melalui serangkaian riset dihasilkanlah produk enzim serbaguna yang dapat membantu memaksimalkan formulasi pakan terutama yang berbasis jagung, tepung gandum dan SBM.

Berdasarkan hasil trial, formulasi ransum dengan komposisi utama jagung, SBM dan tepung gandum akan lebih termaksimalkan utilisasi proteinnya dengan menambahkan kombinasi enzim α-galaktosidase dan xylanase. Hasilnya pada ternak terlihat pada tabel berikut:

Kenaikan Kecernaan (Broiler) dengan Penggunaan Enzim α-galaktosidase dan Xylanase

Kenaikan Kecernaan (Babi) dengan Penggunaan Enzim α-galaktosidase dan Xylanase


Josep juga mengatakan bahwa enzim yang diberikan harus aman untuk ternak dan manusia, serta harus dapat digunakan dan dikombinasikan dengan berbagai jenis feed additive lainnya.

Dengan menambahkan enzim α-galaktosidase dan xylanase dalam formulasi pakan, tentunya akan dihasilkan performa ternak yang baik, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan tentunya akan lebih menguntungkan dan efisien dalam penggunaan bahan baku. (CR)

AYAM BIRMA SI KECIL BERJAMBUL

Ayam birma adalah bantam sejati, artinya ukuran tubuhnya hanya bantam (kecil), tidak memiliki pasangan ukuran standar. Dengan berat hanya sekitar satu pound, ukurannya memang mungil.

Ayam birma sangat ramah dan mudah dijinakkan. Sempat hampir punah pada awal abad ke-20, tetapi kemudian jumlahnya meningkat lagi.

Ayam ini memiliki kaki berbulu dan jambul bulu dan dapat berjanggut tetapi tidak selalu. Mereka adalah induk yang hebat dan cenderung mengeram.

  • Negara asal: Myanmar (Burma)
  • Manfaat: hewan kesayangan, show, pengeraman
  • Karakter: ramah, jinak
  • Berat rata-rata: 1-1,5 pound
  • Telur: berwarna coklat, sekitar 80-120 butir/tahun
  • Warna bulu: putih

AYAM ASIL SI AGRESIF DARI INDIA

Ayam asil atau aseel adalah unggas buruan tertua di dunia. Mereka memiliki penampilan yang eksotis, garang, dan tubuh yang sangat berotot dan kompak. Meskipun ayam asil ini dikenal cukup agresif terhadap ayam lain, mereka cenderung lebih jinak terhadap pemeliharanya.

  • Negara asal: India
  • Manfaat: daging, show, pengeraman
  • Iklim: lebih menyukai iklim kering
  • Karakter: agresif
  • Berat rata-rata: 4-5,5 pound
  • Umur panen: 6-8 bulan
  • Telur: berwarna krem, kecil, sekitar 40 butir/tahun
  • Warna bulu: hitam merah, gelap, putih, abu-abu, dll. 

AYAM LEGHORN DARI ITALIA KE SELURUH DUNIA

Ayam leghorn diperkenalkan ke Amerika Serikat sekitar tahun 1830. Meskipun leghorn memiliki warna yang bermacam, varietas yang paling ikonik adalah putih. Ayam ini sangat produktif, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan dapat toleran dengan hampir semua iklim.

Sebagian besar ayam leghorn yang ada saat ini adalah tipe industri. Jenis nonindustri bisa didapatkan dari peternak kecil.

  • Negara asal: Italia
  • Manfaat: telur
  • Karakter: sangat aktif
  • Berat rata-rata: 4,5-6 pound
  • Telur: putih, besar, 200-300 butir/tahun.

Leghorn telah berkontribusi pada perkembangan sebagian besar strain ayam petelur. Mereka adalah penjelajah yang baik dan suka berkeliaran. Kakinya bersih tanpa bulu dan matanya merah.

Ayam leghorn juga memiliki daun telinga putih. Yang jantan agak agresif, dan jenis ini secara umum aktif dan berisik.

Idealnya, leghorn membutuhkan kandang besar dan tinggi yang memungkinkan pergerakan tetapi aman. Ada baiknya juga untuk memiliki beberapa pohon dengan cabang tempat ayam hinggap, karena ini juga akan membantu memuaskan keinginan mereka untuk terbang.

Leghorn dinamai menurut kota Livorno di Italia. Ia menemukan jalannya ke Inggris pada akhir abad ke-19, dan di sinilah sebagian besar ras berwarna dikembangkan.

Leghorn adalah salah satu ras yang paling terkenal di dunia, menghasilkan sebagian besar pasokan global telur putih. Leghorn putih yang baik akan bertelur sekitar 300 butir per tahun, yang warna hitam dan coklat bertelur sedikit lebih sedikit hingga 250 butir per tahun.

Ayam leghorn disilangkan dengan Melayu dan Minorcan untuk meningkatkan kualitas dan ukuran telur. Berasal dari Italia, Leghorn kini ditemukan di seluruh dunia.

AYAM WYANDOTTE SI BULU INDAH DARI NEW YORK

Ayam wyandotte dikagumi karena bulunya yang indah, yang terlihat seperti karya seni. Sehingga selain diambil daging dan telurnya, ayam ini juga ditampilkan dalam show.

Berasal dari New York, ayam wyandotte sangat kuat dan bisa hidup dengan baik di area yang kecil.

  • Negara asal: Amerika Serikat
  • Manfaat: telur, daging, show
  • Karakter: ramah, tenang
  • Berat rata-rata: 6,5-8,5 pound
  • Umur panen: 16 minggu
  • Telur: besar, sekitar 200 butir/tahun

Ayam yang dikembangkan pada tahun 1870-an ini merupakan jenis yang baik dipelihara untuk hias, petelur, maupun pedaging. Karakternya jinak, suka berkotek, dan induk yang baik.

Nama wyandotte diambil dari nama suku Indian, Wyandot. Ayam ini pertama kali tercatat di tahun 1873. Kemungkinan merupakan persilangan dari cochin, silver spangled hamburg, dan lainnya.

Pengembangan, perbaikan, dan penyempurnaan lebih lanjut berlanjut hingga 1883. Ayam ini sekarang bisa juga ditemui di luar Amerika misalnya di Inggris.

AYAM CORNISH SI PEDAGING DARI CORNWALL

Ayam cornish pada awalnya dibiakkan sebagai ayam buruan. Namun sifat liarnya tidak menurun ke keturunannya maka kemudian ayam ini menjadi jenis pedaging.

Ayam ini dinamai menurut tempat asalnya, Cornwall, Inggris. Semula mengalami kesulitan pasar, sampai ditemukan bahwa ayam cornish muda dapat dipanen lebih awal dengan daging yang rasanya enak.

  • Negara asal: Inggris
  • Manfaat: daging
  • Karakter: jinak, kurang ramah
  • Berat rata-rata: 8-10,5 pound
  • Umur panen: 4-9 minggu
  • Telur: 50-80 butir/tahun

Ayam cornish memberikan kontribusi terbesar bagi perkembangan industri broiler karena tubuh berotot dan bentuk karkasnya yang sangat baik.

Bulunya pendek dekat dengan tubuh dan kulitnya berwarna kuning. Matanya coklat kemerahan, kakinya berjari empat.

Meski bertelut tapi bukan jenis ayam petelur yang baik. Karakternya juga kurang ramah sehingga tidak cocok jadi hewan peliharaan.

Ayam Cornish cenderung berisik dan merupakan ayam energik yang selalu bergerak.

TROUW NUTRITION INDONESIA MEMILIKI SERTIFIKASI ISO 22000:2018

Via trouwnutrition.co.id

Trouw Nutrition Indonesia, manufaktur premiks dan perusahaan penyedia solusi nutrisi untuk industri ternak sejak tahun 2007, dengan bangga mengumumkan bahwa PT Trouw Nutrition Indonesia telah memiliki sertifikasi ISO 22000:2018 ‘Sistem Manajemen Keamanan Pangan / Pakan’ kategori D1 – Produksi Pakan Hewan yang dikeluarkan oleh SGS United Kingdom Ltd. Sertifikasi ini untuk aktivitas produksi dan pengemasan ulang produk premiks, aditif, dan suplemen pakan.

Untuk memiliki sertifikasi ISO 22000:2018, PT Trouw Nutrition Indonesia telah melewati proses audit dan evaluasi yang ketat. Dengan adanya sertifikasi yang berlaku dari 20 Februari 2021 – 17 Maret 2022 ini, menunjukkan bahwa sistem manajemen, proses manufaktur, jasa, dokumentasi, prosedur milik PT Trouw Nutrition Indonesia telah memenuhi persyaratan standar internasional dan jaminan kualitas.

Selain itu, PT Trouw Nutrition Indonesia juga telah berhasil menunjukkan bahwa seluruh proses operasi mampu mengendalikan food/feed safety hazard dan memiliki sumber daya untuk mengimplementasi, meningkatkan dan menjaga sistem manajemen keamanan pangan / pakan .

Wully Wahyuni selaku General Manager PT Trouw Nutrition Indonesia mengatakan, “Kesuksesan ini kami raih demi meningkatkan kualitas produk dan juga pelayanan kami, yang tidak mungkin tercapai tanpa adanya kerja sama yang kuat dari tim internal. Kami berharap dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas perusahaan juga meningkatkan kepercayaan serta kredibilitas dimata pelanggan.” (Rilis/INF)

AYAM COCHIN SI BESAR BERBULU INDAH

Ayam cochin bertubuh besar dan memiliki penampilan yang khas dan menyenangkan. Bulunya banyak, besar dan halus, termasuk bulu di kaki.

Ayam ini mencapai berat badan yang baik pada usia 15 sampai 16 minggu. Selain dipelihara untuk daging dan telur, juga untuk ayam show karena bulunya yang indah. Ayam cochin cenderung jinak dan ramah serta mudah beradaptasi dengan kandang.

  • Negara asal: China
  • Manfaat: Telur, daging, show
  • Karakter: Ramah, penurut
  • Berat: 8,5-12 pounds
  • Umur panen: 15-16 bulan
  • Telur: Coklat, ukuran sedang, sekitar 160 butir/tahun

Warna bulunya buff (oranye-kuning), hitam, biru, coklat, putih, dll. Betinanya mengerami telur dalam waktu yang singkat dan merupakan induk yang baik.

Cochin dulunya dikenal dengan nama Chinese Shanghai Fowl, berasal dari Cina lebih dari 150 tahun yang lalu. Dibawa ke Amerika Serikat dan Kepulauan Inggris pada tahun 1800-an. Segera, ayam ini jadi populer di Inggris.

Pada tahun 1853, majalah Punch mencatat seekor ayam cochin yang dijual seharga £2587 (sekitar £86000 atau $113000 dalam mata uang sekarang). Kemudian lebih banyak Cochin yang dibawa ke Inggris, dimana ras ayam ini diperbaiki dan dikembangkan setelah sebelumnya juga dikembangkan di Amerika Serikat.

PENTINGNYA KENDALIKAN MIKOTOKSIN PADA JAGUNG PAKAN

Webinar pentingnya pengendalian mikotoksin pada jagung pakan. (Foto: Dok. Infovet)

“Pentingnya Pengendalian Mikotoksin pada Jagung Pakan” menjadi bahasan dalam Webinar Suara Agrina yang dilaksanakan pada Rabu (31/3/2021).

Ahli Nutrisi Ternak dan Pakan, Prof Budi Tangendjaja, yang bertindak sebagai narasumber mengemukakan bahwa pemakaian jagung merupakan hal yang utama dalam pembuatan ransum pakan ternak, sehingga kuantitas dan kualitasnya harus sangat diperhatikan.

“Komposisi jagung dan penggantinya dalam ransum pakan ayam maupun babi sebanyak 40-60%. Kualitas jagung harus diperhatikan dari kadar air, berat jenisnya, hingga kandungan aflatoksin di dalamnya. Rusaknya jagung akan berpengaruh pada pakan ternak maupun pangan manusia, karena jagung yang jamuran akan turun nilai gizinya akibat digunakan untuk pertumbuhan jamur,” ujar Budi dalam paparannya.

Ia menjelaskan, ada beberapa tanda-tanda bahwa jagung terserang jamur. Diantaranya bau tidak enak, timbul panas karena metabolisme, jagung menjadi hitam/hijau, peningkatan kadar air selama penyimpanan dan jagung menggumpal.

“Perkembangan jamur bisa terjadi sejak penanaman jagung. Jangan harap jagung yang terkena jamur itu kadar airnya kecil, justru tinggi. Akibat jamur jadi berpengaruh terhadap nutrisi, diantaranya menurunkan kandungan vitamin, asam amino, energi, hingga munculnya mikotoksin,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, mikotoksin sendiri merupakan senyawa sekunder yang dihasilkan oleh jamur dan beracun bagi ternak. Munculnya mikotoksin tergantung dari stres jagung dan dipengaruhi oleh oksigen dan CO2, suhu, kadar air dan kandungan gizi/substrat.

Adapun beberapa mikotoksin yang banyak diteliti pada pakan ternak yakni aflatoksin, zaeralenone, fumonisin, T2 toksin, vomitoksin, DON, fusarochromanone dan okratoksin.

“Contohnya alfatoksin ini ketika racun tersebut termakan oleh ternak ayam, itu organ hati akan rusak dan mengakibatkan penurunan kekebalan tubuh, sehingga ayam jadi mudah terserang penyakit. Begitu juga terjadi kerusakan pada organ-organ lainnya,” terang dia.

Oleh karena itu, pengedalian jamur pada jagung menjadi hal utama dan harus dilakukan secara komprehensif mulai dari memilih bibit jagung dan sistem penanaman, panen, hingga pasca panen (penyimpanan, mitigasi mikotoksin, seleksi).

Good Agriculture Practice (GAP) mutlak dilakukan di Indonesia. Kemudian penggunaan teknologi pada saat panen, dryer jagung khususnya di musim hujan, penyimpanan gudang dengan pengapuran dinding untuk mengurangi jamur, maupun penyimpanan menggunakan karung (pakai pallet),” paparnya. Juga mitigasi ketika ada mikotoksin melalui cara fisik dengan pencucian, pengupasan kulit dan pemolesan jagung, kemudian pemisahan jagung, perlakuan heat treatment (autoclaving, roasting, microwave heating) dan lain sebagainya.

“Saya menyarankan setelah jagung dikeringkan langsung masukin silo biar awet dan lakukan pembersihan jagung ketika akan dibuat ransum. Kemudian untuk pengeringan jagung kalau mau lebih lama, kadar airnya harus di bawah 14%, itu kira-kira bisa sampai tiga bulan masa simpannya,” pungkasnya.

Webinar yang dihadiri sebanyak 100 orang peserta juga menghadirkan narasumber lain dari US Grains Council SEA & Oceania Region, Celeb Wurth, yang membahas mengenai produksi, teknologi, panen, pasca panen, penyimpanan, ekspor, program keamanan pakan di Amerika Serikat, hingga jagung sampai ke tangan konsumen. (RBS)

STOP INFORMASI BROILER SEBAGAI AYAM SUNTIKAN HORMON!

Olahan daging ayam yang kaya akan manfaat. (Foto: Istimewa)

Masih kuatnya mitos bahwa mengonsumsi telur ayam menyebabkan bisulan dan naiknya kolesterol, tampkanya menjadi tantangan tersendiri bagi para peternak ayam pedaging dan ayam petelur. Juga, menjadi tugas tak ringan bagi para dokter dan ahli gizi dalam mengedukasi masyarakat.

Membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi daging dan telur ayam untuk kesehatan tubuh bukan perkara gampang. Butuh kesabaran dan edukasi berkelanjutan agar pemahaman besarnya dalam sebutir telur bisa diterima.

Itulah salah satu poin penting dari Heartline 100.6 FM Talkshow secara online tentang kesehatan yang bertajuk “Mitos dan Fakta Tentang Ayam dan Telur”, Selasa (2/3/2021).

Talkshow ini menghadirkan dua narasumber, Drh Rakhmat Nuriyanto MBA (Ketua Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) dan dr Tirza Arif Santosa SpA (Praktisi Kesehatan Anak).

Harus diakui, pemahaman sebagian orang tentang besarnya manfaat protein hewani yang terkandung dalam telur dan daging ayam masih minim. Ditambah, banyaknya informasi yang tidak tepat tentang pengelolaan ternak ayam broiler, menjadi penyebab orang masih enggan mengonsumsi telur dan daging ayam.

Dari minimnya pemahaman kedua hal tersebut, lalu berkembang berbagai mitos yang menyebutkan, mengonsumsi telur ayam ras bisa terkena bisul, telur ayam mengandung kolesterol tinggi dan jangan mengonsumsi ayam broiler karena di suntik hormon.

“Mitos yang bergaung cukup kuat hingga sekarang ini di tengah masyarakat,” ujar Rakhmat.

Ada survei di Indonesia yang menyebutkan anak-anak kerap alergi terhadap makanan. Ternyata penyebab alergi terbesar yang terjadi pada anak adalah susu sapi dan produk-produk turunannya. Prosentasenya mencapai 76%. Sisanya, alergi disebabkan oleh makanan jenis lainnya seperti ikan, udang dan lainya, termasuk telur ayam. Artinya, secara prosentase alergi yang ditimbulkan oleh telur ayam pada anak-anak sangatlah kecil.

“Memang kadang yang dianggap penyebab utama alergi adalah telur. Itu karena belum adanya pemahaman yang baik di tengah masyarakat,” tambahnya.

Cara mensiasati untuk mengonsumsinya perlu dipisahkan antar kuning dan putih telurnya. Kuning telur paling sedikit penyebab alegri pada anak-anak. Jadi, sangat disarankan agar anak-anak mengonsumsi kuning telurnya lebih dulu, sebelum mengonsumsi putih telur.

“Dari hasil penelitian, konsumsi telur satu butir per hari tidak akan meningkatkan kolesterol jahat pada tubuh. Jadi, tidak ada masalah,” ungkapnya.

Edukasi ke Calon Dokter
Menurut Rakhmat, realita ketakutan masyarakat mengonsumsi telur ayam karena dianggap mengandung kolesterol tinggi sudah sejak lama terjadi. Hasil penelitian menyatakan, ternyata pengaruh kolesterol dalam darah tidak signifikan.

“Oleh karena itu, kami dari Pinsar Indonesia melakukan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan. Termasuk memberikan edukasi kepada anak-anak sekolah, melalui acara talkshow. Bahkan kami pernah mengedukasi di kampus-kampus fakultas kedokteran,” ucap Rakhmat.

Pada awalnya, ternyata banyak juga para calon dokter yang percaya dengan mitos-mitos negatif seputar telur dan daging ayam. Yang makin mengkhawatirkan, banyak di media massa, khususnya media massa yang segmen pembaca wanita, informasi mitos itu sering dibaca oleh kalangan ibu rumah tangga. Dari situ, informasi tentang mitos ini kemudian ditanamkan ke pada anak-anak mereka.

“Dari sinilah kami kemudian lakukan sosialisasi tentang Hari Ayam dan Telur Nasional setiap 15 Oktober,” ujarnya.

Penyebab Broiler Cepat Besar
Mitos-mitos yang beredar dan masih menguat di tengah masyarakat saat ini adalah soal konsumsi daging ayam broiler. Masih banyak orang yang menganggap bahwa ayam broiler adalah ayam suntikan hormon, sehingga berbahaya.

Menurut Rakhmat, anggapan ini harus diluruskan. Selama ini para pakar perunggasan meneliti cepat-besarnya ayam broiler itu ada beberapa faktor.

Pertama, bibit ayam broiler sudah disilangkan lalu diseleksi, kemudian disilangkan lagi, begitu seterusnya, hingga mendapatkan bibit ayam yang cepat tumbuh. Artinya, ayam broiler yang pertumbuhannya sangat cepat, itu tidak begitu saja.

“Nah, melalui teknologi persilangan tadi, didapatkan bibit ayam pedaging yang memiliki kecepatan pertumbuhan. Jadi, tidak benar kalau ayam broiler itu ayam suntikan hormon,” ujarnya.

Kedua, teknologi pakan yang terus berkembang. Para ahli berpikir bagaimana membuat formula dengan pakan yang sedikit, namun menghasilkan pertumbuhan ayam yang lebih cepat. Ketiga, teknologi pengobatannya. Kalau di tanaman itu pupuknya.

Keempat, teknik pemeliharaannya. Mulai dari urusan kebersihan kandang, pemberian pakan, obat jika sakit dan teknis lainnya yang mendukung cepatnya pertumbuhan berat badan ayam broiler.

“Empat faktor pendukung itulah yang menghasilkan ayam broiler bisa tumbuh dengan cepat, hanya dalam 35 hari sudah bisa menghasilkan berat ayam 1 kg lebih. Sama sekali tidak menggunakan hormon,” jelas Rakhmat.

Oleh sebab itu, sosialisasi tentang besarnya manfaat kandungan gizi pada telur dan daging ayam terus dilakukan. Stop segala informasi yang menyebutkan ayam broiler adalah ayam suntikan hormon.

Sementara Tirza Arif Santosa menambahkan, daging dan telur ayam memiliki kandungan asam amino yang sangat baik untuk daya tahan tubuh, tumbuh kembang anak-anak, bahkan untuk kesehatan orang dewasa. Kandungan protein yang terdapat pada telur dan daging ayam juga sangat baik untuk menggantikan sel-sel tubuh yang sudah rusak. Telur merupakan sumber protein yang paling murah dengan kandungan gizinya yang lengkap.

Selain protein, pada telur ayam juga tinggi asam lemak esensial, seperti omega tiga yang baik untuk jantung, pembuluh darah dan pertumbuhan otak bagi bayi dan anak-anak. Ada juga vitamin A, C dan K.

Kandungan gizi dalam telur ayam juga sangat bagus untuk kesehatan mata bagi anak maupun  orang lanjut usia, agar tidak mudah terkena katarak, bahkan bisa mencegah kebutaan pada orang lanjut usia.

“Intinya dalam sebutir telur sangat banyak manfaatnya bagi tubuh kita. Pemahaman-pemahaman ini yang mungkin masih belum banyak diketahui oleh masyarakat,” ujar praktisi kesehatan anak ini. (Abdul Kholis)

POLEMIK OVERSUPPLY PERUNGGASAN, BEGINI SOLUSINYA

Talkshow daring membahas mengenai kebijakan berbasis evidence dalam pengendalian oversupply perunggasan. (Foto: Dok. Infovet)

“Kebijakan Berbasis Evidence dalam Pengendalian Oversupply Perunggasan” menjadi bahasan dalam talkshow daring seri keempat yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) bersama Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (25/3/2021).

Disampaikan oleh Ketua Pataka, Ali Usman, oversupply pada industri perunggasan Indonesia sudah terjadi bertahun-tahun lalu. Hal ini tak terlepas dari adanya kebebasan pasar antar negara yang akhirnya berpengaruh pada industri di dalam negeri (persaingan usaha).

Kelebihan produksi yang terjadi tentunya mempengaruhi harga unggas hidup yang kerap naik-turun di tingkat peternakan rakyat (Rp 15.000-19.000), sementara HPP peternak berada diangka Rp 19.000-20.000, sehingga kerugian tak terelakan. Kondisi lain yang turut mempengaruhi adalah lemahnya daya beli masyarakat, konsumsi daging unggas yang masih rendah dan munculnya pandemi COVID-19 yang melanda seluruh negara.

Hal itu juga seperti disampaikan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Muladno. Ia menjelaskan bahwa kondisi penurunan harga live bird (LB) telah berlangsung selama dua tahun terakhir dan saat ini diperparah dengan pandemi COVID-19. Kemudian beberapa kondisi seperti harga daging unggas yang tetap tinggi dan penampungan LB ketika oversupply belum cukup memadai.

Ia pun menampilkan data yang dihimpun dari Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) per 1 Maret 2021, potensi produksi/kebutuhan 2021 sebanyak 3,4 miliar ekor (supply), sementara demand 2,9 miliar ekor dan diperkirakan ada surplus sebanyak 510 juta ekor.

 “Sehingga diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih komprehensif dan bias ke peternak rakyat untuk tegaknya keadilan dalam kegiatan ekonomi,” papar Muladno.

Hal senada juga disampaikan oleh Sahrul Bosang selaku pengamat perunggasan. Ia menyebut, diperlukannya pembangunan cold storage oleh para importir GPS yang dimaksudkan untuk keperluan bufferstock.

“Selain itu bagiamana caranya pemerintah juga bisa memutus rantai broker dan melakukan audit kepada PS farm untuk menekan overstock dan menstabilkan harga LB seperti yang terjadi pada harga karkasnya di pasaran,” ucap dia.

Untuk memperbaiki oversupply yang terjadi, beberapa solusi pun diberikan. Dintaranya oleh Muladno yang berencana membangun sinergi kolaborasi antara pemerintah, koperasi, akademisi dan perusahaan yang terkonsolidasi melalui pendekatan SPR.

“Integrasi horizontal sangat dibutuhkan. Karena filosofi SPR itu semua harus terikat dan saling berkaitan serta berkomitmen. Rencananya SPR pertama untuk komoditas ayam pedaging ini akan dibangun di Bogor, mudah-mudahan ini bisa menjadi role model,” ungkap Muladno yang juga anggota AIPI.

Solusi serupa juga disampaikan oleh praktisi perunggasan, Tri Hardiyanto, yang juga Founder Tri Group. Ia mengemukakan bahwa untuk penguatan peternak mandiri, dibutuhkan dorongan peternak untuk berhimpun membentuk mini integrasi. Maka diantara peternak mandiri kecil, menengah dan besar bisa bergabung dengan kesetaraan (partnership).

Lebih jauh dijelaskan, Tri juga berharap ada kemandirian bibit bagi peternak mandiri. “Usaha peternak mandiri semakin tergerus, perlu adanya kepastian atau kemandirian bibit bagi peternak mandiri dengan mini breeding farm, sehingga kami juga bisa berlayar bersama integrator,” pungkasnya.

Pendapat lain juga hadir dari salah satu pelaku usaha budi daya unggas, Pardjuni. Ia dengan tegas mengatakan untuk memperbaiki kondisi carut-marut perunggasan, budi daya ternak harus dikembalikan seutuhnya ke peternak rakyat.

“Kami sudah dua tahun terakhir ini rugi miliaran rupiah. Solusinya untuk memperbaiki permasalahan ini, budi daya ayam dikembalikan ke peternak rakyat, sudah masalah selesai,” tukasnya.

Talkshow yang dimulai pukul 14:00 WIB ini dihadiri lebih dari 100 orang dari berbagai kalangan bidang perunggasan. Dihadirkan pula narasumber Iqbal Alim dari Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. (RBS)

PULUHAN BABI MATI DI TIONGKOK, ASF KEMBALI MEREBAK?

Puluhan babi mati mengambang di Sungai Kuning, kota Ordos, Mongolia Dalam, China, pada Senin (22/3/2021).  Penyebabnya tak diketahui.


Puluhan babi mati secara misterius, mereka ditemukan mengambang di tepi sungai di Tiongkok Utara, menurut laporan media pemerintah pada Senin (22/3/2021). Penyelidikan pun dilakukan pihak berwenang, dan di media sosial setempat muncul beragam spekulasi tentang penyebabnya. Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan 26 bangkai babi ditemukan di sepanjang Sungai Kuning pekan lalu, di dekat kota Ordos, Mongolia Dalam.

Beberapa masih mengambang, dan warga desa setempat tidak tahu dari mana asalnya, kata laporan di situs web Banyuetan. Banyak netizen di Weibo (sejenis Twitter di Tiongkok) yang menuntut hukuman keras bagi pelaku. Warganet lainnya berspekulasi, babi-babi itu mungkin sakit, atau digelonggong dengan bahan kimia terlarang. Namun, pemerintah setempat pada Minggu (21/3/2021) menyampaikan, babi-babi yang mati sudah dibuang dengan aman. Departemen Pengendalian Penyakit Peternakan pun telah mengumpulkan sampel untuk menyelidiki kasus in

Kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi di Tiongkok pada 2013, ketika 16.000 babi mati ditarik keluar dari sungai Shanghai. Kantor berita AFP mewartakan, insiden itu menguak praktik kotor industri makanan di "Negeri Panda", dan memicu ketakutan masyarakat tentang keamanan pangan dan polusi. Babi-babi yang diyakini sakit itu dibuang ke sungai oleh para peternak

Tiongkok juga sempat memusnahkan 100 juta babi saat dilanda wabah demam babi Afrika, yang menyebabkan populasi hewan itu turun hampir setengahnya. Secara perlahan, populasi babi di sana kini kembali normal. Seorang peternak babi mengatakan kepada AFP pada puncak wabah, beberapa peternak yang terkena dampak diam-diam menjual atau membuang bangkai babi, alih-alih melaporkannya ke pemerintah. (INF)

BABY CHICK FEEDER

Dulu peternak broiler menggunakan tempat pakan yang seperti nampan, dikenal dengan nama feeding tray, untuk memberi makan anak ayam di masa brooding. Kini banyak peternak yang telah beralih ke baby chick feeder, yang merupakan pengembangan dari feeding tray. Sangat disarankan agar penggunaan feeding tray untuk anak ayam diganti dengan baby chick feeder (BCF).

BCF bagus digunakan pada fase brooding, yaitu anak ayam usia 1-15 hari. Karena jika menggunakan feeding tray ada beberapa kekurangan.

Pertama, pakan bisa tercecer karena anak ayam bisa menggaruk-garuk pakan. Hal ini terjadi karena anak ayam dengan mudah bisa memanjat masuk ke feeding tray. Kemudian mereka mengorek-ngorek pakan.

Kedua, karena anak ayam bisa masuk ke dalam feeding tray, sehingga pakan terinjak-injak dan anak ayam juga bisa buang kotoran di pakan. Jika kotoran menumpuk di pakan anak ayam tidak akan mau makan.

Konsekuensinya pakan harus dibersihkan dengan cara diayak, dibuang kotorannya, lalu diberikan lagi untuk anak ayam. Dalam proses pengayakan akan ada pakan yang terpaksa dibuang. Tentunya hal itu boros pakan, waktu dan tenaga.

Dengan memakai BCF anak ayam tidak bisa masuk ke tempat pakan. Anak ayam akan dengan sendirinya terkondisi, secara tertib makan di sekeliling tepian BCF saja. Pakan aman dari injakan dan kotoran anak ayam, sehingga pakan terjaga tetap bersih karenanya lebih irit juga tidak boros waktu dan tenaga.

Penggunaan BCF bisa meminimalisir pakan yang terbuang hingga beberapa puluh gram per ekor. Jika populasi ayam 5000 ekor dan pakan yang dihemat 20 gram per ekor, maka total pakan yang dihemat adalah 100 kilogram.

Ditambah lagi ABK bisa menggunakan waktu yang sebelumnya digunakan untuk membersihkan pakan, dipakai untuk melakukan pekerjaan lain.

Narasumber:

Mitra Alat Ternak

Jl Kubang Raya
Desa Kualu, Kec Siak Hulu
Kab Kampar, Riau 28293

Jl Rimpak Wetan No 3
Sindangasih, Kec Sindang Jaya
Tangerang, Banten 15560

Jl Kanfer Raya No 2A
Padangsari, Kec Banyumanik
Kota Semarang, Jawa Tengah 50267

UGM & PARTNERSHIP GELAR PELATIHAN MANAJEMEN PAKAN SAPI

Pelatihan manajemen pakan sapi kerja sama UGM dan Partnership. (Foto: Istimewa)

Sebuah pelatihan tentang manajemen pemberian pakan untuk sapi digelar pada 15-25 Maret 2021 dan diikuti oleh 25 peserta dari 108 pendaftar. Pelatihan yang diselenggarakan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Indonesia-Australia Red Meat Cattle Partnership tersebut bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan bidang industri sapi potong.

Agriculture Counsellor Kedutaan Australian Jakarta, George Hughes, mengatakan bahwa pelatihan tersebut dimaksudkan untuk membekali peserta dengan pemahaman lengkap mengenai praktik manajemen pakan dan pakan ternak bersamaan dengan kemampuan mengembangkan rasio biaya pakan rendah untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan.

“Juga diharapkan agar peserta saling belajar, berbagi ilmu dan pengalaman dengan para peserta pelatihan lainnya,” ujar Hughes.

Materi pelatihan meliputi supply chain bahan baku pakan, manajemen gudang pakan, formulasi pakan yang efisien, peran penting mineral dan vitamin, hijauan makanan ternak, manajemen pasture dan manajemen penyakit yang berkaitan dengan pakan. Pelatihan dilakukan secara online melalui pembelajaran asynchronous menggunakan platform eLOK UGM dan pembelajaran secara synchronous menggunakan zoom meeting.

Peserta dapat mengakses materi sebelum pembelajaran langsung (asynchronous), sehingga pembelajaran langsung dengan pemateri menggunakan studi kasus yang dibuat oleh pemateri untuk meningkatkan keaktifan peserta dalam diskusi dan menghubungkan studi kasus dengan materi yang telah didapatkan dalam pembelajaran asynchronous. Peserta juga mendapatkan online practice yang terdiri dari materi kontrol kualitas bahan baku pakan dan pembuatan formulasi pakan dengan Least Cost Ratio (LCR).

Metode pelatihan juga menggunakan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengembangkan model pembelajaran dari peserta ke peserta. Para peserta secara aktif berbagi pengetahuan dari pengalaman peternakan yang selama ini mereka jalankan. Setelah memperoleh materi pelatihan, para peserta akan membuat mini project terkait perencanaan manajemen pakan yang akan dilakukan pada perusahaan atau peternakan peserta. Proyek tersebut bertujuan agar peserta dapat menerapkan ilmu yang didapatkan selama pelatihan untuk menyelesaikan permasalahan manajemen pakan dan meningkatkan produktivitas ternak.

“Pelatihan manajemen pakan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peserta sehingga meningkatkan kompetensi untuk mendukung produktivitas peternakan atau perusahaan masing-masing. Selain itu, pelatihan ini dapat menambah jaringan antar peserta dan meningkatkan kolaborasi di masa sekarang atau mendatang,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Zaenal Bachruddin, yang juga koordinator progam pelatihan tersebut. (IN)

MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEDIAAN PROBIOTIK

Data Market sediaan probiotik di dunia. (Gambar: Istimewa)

Kini probiotik dan prebiotik bisa dibilang menjamur dan sudah banyak digunakan oleh peternak Indonesia. Rata-rata dari mereka mengharap “tuah” dari sediaan yang mereka gunakan, lalu bagaimanakah agar utilisasinya maksimal?

Probiotik dan prebiotik kini bukan barang asing bagi peternak Indonesia. Kini hampir di seluruh toko ternak, poultry shop, bahkan secara daring, sediaan tersebut dapat diakses oleh masyarakat tanpa terkecuali. Produsen sediaan tersebut pun baik dari dalam maupun luar negeri mulai menginvasi pasar Indonesia.

Kenali Cara Penggunaan
Probiotik dan prebiotik biasanya diberikan pada ternak melalui pakan dan air minum alias peroral. Pastinya perbedaan rute pemberian juga akan berbeda pula trik penanganannya. Misalnya saja pada pakan, selama ini dalam dunia peternakan terutama ayam, pakan diberikan dalam bentuk mash, crumble, maupun pellet. Artinya probiotik dan prebiotik ini harus ada di dalam pakan, akan sedikit merepotkan apabila pakan melewati proses pelleting dengan suhu tinggi, tentunya ini akan menjadi tidak efektif. Sebagaimana diketahui bersama bahwa proses pelleting pakan menggunakan suhu yang tinggi, meskipun waktunya singkat.

Suhu tinggi tentunya merupakan ancaman bagi bakteri, karena beberapa jenis bakteri rata-rata akan mati pada suhu tinggi. Tentunya jika harus melewati proses pelleting (suhu 80-90° C), setidaknya harus ada perlakuan khusus pada probiotik maupun prebiotik yang nantinya akan digunakan di dalam formulasi pakan tersebut.

Drh Agustin Indrawati, peneliti sekaligus staf pengajar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (FKH IPB), mengatakan bahwasanya hal ini pasti perlu diperhitungkan. Berdasarkan beberapa literatur yang ia baca, beberapa jenis bakteri asam laktat sangat peka dengan suhu tinggi.

“Betul, harus dipertimbangkan itu, jangan sampai menggunakan probiotik tetapi malah kehilangan bahan aktifnya, ya si bakteri baik itu. Soalnya suhu tinggi itu bakteri kurang suka, saya beri contoh misalnya kalau buat yoghurt, susu yang digunakan setelah dipanaskan itu kan harus ditunggu dulu sampai suhunya pas, kalau enggak kan bakteri starter si yoghurt itu juga mati kepanasan,” tutur Agustin.

Ia menyarankan apabila dirasa sulit menggunakan pakan dan harus melewati suhu pelleting, maka sediaan probiotik dan prebiotik harus… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021 (CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer