Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini probiotik | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEDIAAN PROBIOTIK

Probiotik dan prebiotik biasanya diberikan pada ternak melalui pakan dan air minum alias peroral. (Sumber: poultryworld.net)

Kini probiotik dan prebiotik bisa dibilang menjamur dan sudah banyak digunakan oleh peternak Indonesia. Rata-rata dari mereka mengharap “tuah” dari sediaan yang mereka gunakan, lalu bagaimanakah agar utilisasinya maksimal?

Probiotik dan prebiotik kini bukan barang asing bagi peternak Indonesia. Kini hampir di seluruh toko ternak, poultry shop, bahkan secara daring, sediaan tersebut dapat diakses oleh masyarakat tanpa terkecuali. Produsen sediaan tersebut pun dari dalam maupun luar negeri mulai menginvasi pasar Indonesia.

Kenali Cara Penggunaan
Probiotik dan prebiotik biasanya diberikan pada ternak melalui pakan dan air minum alias peroral. Pastinya perbedaan rute pemberian juga akan berbeda pula trik penanganannya. Misalnya saja pada pakan, selama ini dalam dunia peternakan terutama ayam, pakan diberikan dalam bentuk mash, crumble, maupun pellet. Artinya probiotik dan prebiotik ini harus ada di dalam pakan, akan sedikit merepotkan apabila pakan melewati proses pelleting dengan suhu tinggi, tentunya ini akan menjadi tidak efektif. Sebagaimana diketahui bersama bahwa proses pelleting pakan menggunakan suhu yang tinggi, meskipun waktunya singkat.

Suhu tinggi tentu merupakan ancaman bagi bakteri, karena beberapa jenis bakteri rata-rata akan mati pada suhu tinggi. Jika harus melewati proses pelleting (suhu 80-90° C), setidaknya harus ada perlakuan khusus pada probiotik maupun prebiotik yang nantinya akan digunakan di dalam formulasi pakan tersebut.

Drh Agustin Indrawati, peneliti sekaligus staf pengajar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, mengatakan bahwasanya hal ini pasti perlu diperhitungkan. Berdasarkan beberapa literatur yang ia baca, beberapa jenis bakteri asam laktat sangat peka dengan suhu tinggi.

“Betul harus dipertimbangkan, jangan sampai menggunakan probiotik tetapi malah kehilangan bahan aktifnya, ya si bakteri baik itu. Soalnya suhu tinggi itu bakteri kurang suka, saya beri contoh misalnya kalau buat yoghurt, susu yang digunakan setelah dipanaskan itu harus ditunggu dulu sampai suhunya pas, kalau enggak bakteri starter si yoghurt itu juga mati kepanasan,” tutur Agustin.

Ia menyarankan apabila dirasa sulit menggunakan pakan dan harus melewati suhu pelleting, maka sediaan probiotik dan prebiotik harus dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat melewati suhu pelleting tanpa banyak merusak bahan aktifnya.

Sementara, Prof Lenny Van Erp dari HAS University Belanda, mengatakan bahwa para produsen di Eropa rata-rata sudah memiliki teknologi untuk mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, adalah betul bahwa bakteri probiotik rentan terhadap suhu tinggi, namun dengan adanya perkembangan teknologi, semua hal bisa dilakukan.

“Ada beberapa produsen yang sudah melakukan kapsulasi pada bakteri probiotiknya, jadi bakteri akan dilapisi dengan pelindung (enkapsulasi) dari zat yang tahan suhu tinggi, sehingga bakteri di dalamnya dapat melewati suhu pelleting tanpa harus mati, sehingga khasiat bahan aktif masih ada. Begitupun dengan prebiotik, beberapa sediaan prebiotik banyak yang sudah dilakukan proses enkapsulasi," jelas Lenny.

Contoh lain yang Lenny utarakan yakni dengan menggunakan bakteri biakan yang sudah dibiasakan berada dalam kondisi suhu yang ekstrem. Layaknya mahluk hidup lain, materi inti (DNA) bakteri juga memiliki gen yang dapat menyesuaikan diri dengan tempat dia hidup. Sehingga bakteri probiotik yang dikembangkan dalam suhu tinggi, juga akan lebih resisten terhadap suhu tinggi.

Hal yang lebih sederhana diutarakan oleh Carlim, seorang yang bekerja di bidang peternakan unggas. Dirinya tidak menampik bahwa telah ada teknologi yang dapat membuat probiotik lebih tahan lama, tetapi biasanya harganya lebih mahal. Dirinya lebih memilih rute lain yakni dengan memberikan sediaan probiotik melalui air minum.

“Kalau pakan pabrikan betul itu pelleting harus lihai, kalau saya sih yang simpel aja, pakai dari air minum. Dulu waktu masih pegang broiler komersil, saya pakainya dari air minum, tinggal tuang, begitu saja. Yang penting sesuai dosis pemakaian,” kata Carlim.

Lalu apakah dengan memberikan probiotik melalui air minum sudah pasti manjur dan berkhasiat? Tentu tergantung. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas air minum. Ingat kualitas air minum layaknya kualitas pakan, wajib hukumnya untuk dijaga. Misalkan air minum berada dalam kondisi yang kotor atau mengandung cemaran mikroba patogen yang ternyata lebih banyak jumlahnya daripada probiotik, tentu akan tidak bermanfaat.

Kemudian apabila menggunakan terlalu banyak klorin di dalam air minum, ini juga akan bermasalah. Tujuan penggunaan klorin pada dasarnya adalah untuk mendisinfeksi air minum agar meminimalisir cemaran mikroba patogen. Layaknya mikroba pada umumnya, probiotik juga peka terhadap aktivitas klorin di dalam air. Jadi alih-alih berkhasiat, yang terjadi malah sebaliknya, tidak menghasilkan efek yang diharapkan. Oleh karena itu, penting sekali menyesuaikan program pemberian obat, vaksin, dan lainnya dengan pemberian probiotik.

Probiotik Bukan Obat
Banyak stakeholder yang juga berkecimpung di dunia peternakan kembali ingin mengingatkan bahwasanya probiotik dan prebiotik bukanlah obat. Jadi, peternak jangan “mendewakan” sediaan tersebut sebagai obat. Jadikan penggunaan ini sebagai terapi supportif untuk mendorong performa ternak ke arah yang lebih baik.

Selain itu, gunakanlah probiotik dan prebiotik yang sudah teregistrasi di Kementerian Pertanian dan sudah terbukti secara empiris memiliki khasiat. Pasalnya, banyak oknum yang tidak bertanggung jawab memproduksi, menjual, dan mendistribusikan produk dengan embel-embel probiotik dan pengganti AGP, namun setelah diuji produk tersebut tidak mengandung probiotik sama sekali. Bahkan alih-alih probiotik, beberapa produk malah mengandung antibiotik dengan konsentrasi cukup tinggi, sehingga berpotensi meninggalkan residu pada produk hasil ternak. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PROBIOTIK TERENKAPSULASI UNTUK BAHAN TAMBAHAN PAKAN AYAM PETELUR

Penggunaan probiotik menjadikan usaha peternakan ayam menjadi lebih ramah lingkungan dengan berkurangnya polusi bau dan lalat di kandang. (Foto: Istimewa)

Probiotik dapat menjadi salah satu pakan tambahan pengganti AGP yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan ayam petelur, meningkatkan efisiensi pakan, produksi telur, dan menurunkan kadar kolesterol telur serta kolesterol serum.

Pelarangan penggunaan antibiotic growth promotor (AGP) oleh pemerintah yang berlaku sejak Januari 2018 lalu, berdasar peraturan Kementerian Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang pelarangan penggunaan AGP sebagai aditif dalam pakan, memberi dampak nyata dalam praktik budi daya unggas, antara lain produktivitas yang berisiko menurun, biaya pengobatan dapat meningkat, peternak harus dibimbing untuk menggunakan antibiotik dengan benar, dan ongkos produksi menjadi meningkat.

Hal itu disebabkan AGP sesungguhnya memiliki peran vital dalam sistem budi daya ayam ras. Cara kerja AGP yang vital tersebut mampu menekan infeksi tingkat sedang, mengurangi produksi racun, mengurangi penggunaan nutrisi oleh bakteri, meningkatkan sintesis vitamin, menipiskan dinding usus sehingga penyerapan zat nutrisi menjadi lebih baik, mengurangi produksi amonia, serta mampu mengurangi stres kekebalan pada ayam.

Beberapa alternatif pengganti AGP yang saat ini bisa diaplikasikan yakni probiotik, asam organik, fitogenik, dan enzim. Alternatif pengganti AGP itu prinsip kerjanya menyerupai AGP yakni untuk membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan ayam, terutama dari ancaman tiga mikroorganisme utama yang berbahaya, yakni eimeria (koksidia) penyebab koksidiosis, Clostridium yang menyebabkan nekrotik enteritis, dan Escherichia coli penyebab kolibasilosis.

Salah satu alternatif AGP yang menonjol adalah probiotik, yang merupakan mikroorganisme hidup yang berpengaruh positif bagi ternak inangnya, sehingga dapat memperbaiki mutu pakan dan mendukung keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Probiotik tersebut bisa berupa mikroorganisme hidup sejenis, beberapa jenis, atau bahkan kombinasi dari mikroba bakteri, kapang atau khamir.

Aplikasi di Peternakan Ayam Petelur
Di industri ayam petelur, probiotik dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2023.

Ditulis oleh:
Andang S. Indartono,
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) 
IG: @and4ng
email: andang@ainionline.org

FUNGSI LAIN MINERAL SEBAGAI ANTIMIKROBA

Pemberian mineral pada ternak yang baru lahir atau masih muda banyak memberikan manfaat. (Foto: Dok. Infovet)

Antimikroba umumnya diperoleh dari jenis antibiotik baik yang digunakan untuk pengobatan (terapeutik) maupun dalam bentuk AGP (Antibiotic Growth Promoter) yang ditambahkan dalam pakan. Dengan dilarangnya pemakaian AGP, maka banyak alternatif yang diusulkan sebagai imbuhan pakan. Berbagai bahan dalam bentuk mikroba (probiotik), maupun ekstrak tanaman (fitogenik), bahkan enzim diklaim sebagai bahan alternatif.

Disamping itu, beberapa mineral juga diperkenalkan sebagai bahan yang mempunyai sifat antibakteri, meskipun pada mulanya mineral dibutuhkan untuk tubuh ternak karena fungsinya dalam metabolisme, pertumbuhan atau fungsi organ. Dalam dekade terakhir, beberapa jenis mineral yang diperoleh dari alam maupun dari hasil sintesis, banyak dikembangkan sebagai antibakteri yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP.

Bentuk dan Jenis Mineral
Berbagai bentuk dan jenis mineral dijual di pasaran dan digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tetapi juga digunakan sebagai fungsi lainnya.

Oksida dan Garam
Penggunaan mineral sebagai antimikroba sudah banyak diketahui cukup lama, misalnya pemakaian Cu (Cuprum/Copper/tembaga) dalam mencegah perkembangan mikroba. Beberapa pabrik pakan sudah lama menambahkan tembaga sulfat (CuSO4) ke dalam pakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan Cu sebagai sumber gizi. CuSO4.5H2O ditambahkan dalam jumlah 500 g/ton makanan atau 200 ppm Cu dalam pakan yang melebihi kebutuhan Cu untuk ayam sebesar 5-8 ppm.

Disamping Cu pada ayam, pemberian ZnO pada babi juga sudah lama dilakukan untuk mencegah babi menceret karena kontaminasi bakteri yang berpengaruh terhadap saluran pencernaan. Pemberian ZnO dalam pakan babi lepas sapih dapat mencapai 2.000-3.000 ppm untuk mencegah timbulnya anteritis akibat bakteri dan mempercepat pertumbuhan. Tetapi,  pada 2022, Uni Eropa mengeluarkan peraturan baru untuk melarang pemakaian ZnO dalam pakan babi karena pencemaran lingkungan dari kotoran babi yang banyak mengandung Zn.

Dengan perkembangan teknologi, bentuk pemberian Cu atau Zn tidak hanya dalam bentuk garam atau oksidanya, tetapi juga dimodifikasi untuk di”masuk”kan ke dalam monmorilonit atau salah satu bentuk zeolit untuk meningkatkan aktivitasnya. Penambahan mineral tersebut tidak hanya masing-masing, tetapi juga dikombinasikan keduanya ke dalam zeolit. Hasil pengujian secara in-vitro menunjukkan bahwa mineral dalam zeolit mampu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEDIAAN PROBIOTIK

Data Market sediaan probiotik di dunia. (Gambar: Istimewa)

Kini probiotik dan prebiotik bisa dibilang menjamur dan sudah banyak digunakan oleh peternak Indonesia. Rata-rata dari mereka mengharap “tuah” dari sediaan yang mereka gunakan, lalu bagaimanakah agar utilisasinya maksimal?

Probiotik dan prebiotik kini bukan barang asing bagi peternak Indonesia. Kini hampir di seluruh toko ternak, poultry shop, bahkan secara daring, sediaan tersebut dapat diakses oleh masyarakat tanpa terkecuali. Produsen sediaan tersebut pun baik dari dalam maupun luar negeri mulai menginvasi pasar Indonesia.

Kenali Cara Penggunaan
Probiotik dan prebiotik biasanya diberikan pada ternak melalui pakan dan air minum alias peroral. Pastinya perbedaan rute pemberian juga akan berbeda pula trik penanganannya. Misalnya saja pada pakan, selama ini dalam dunia peternakan terutama ayam, pakan diberikan dalam bentuk mash, crumble, maupun pellet. Artinya probiotik dan prebiotik ini harus ada di dalam pakan, akan sedikit merepotkan apabila pakan melewati proses pelleting dengan suhu tinggi, tentunya ini akan menjadi tidak efektif. Sebagaimana diketahui bersama bahwa proses pelleting pakan menggunakan suhu yang tinggi, meskipun waktunya singkat.

Suhu tinggi tentunya merupakan ancaman bagi bakteri, karena beberapa jenis bakteri rata-rata akan mati pada suhu tinggi. Tentunya jika harus melewati proses pelleting (suhu 80-90° C), setidaknya harus ada perlakuan khusus pada probiotik maupun prebiotik yang nantinya akan digunakan di dalam formulasi pakan tersebut.

Drh Agustin Indrawati, peneliti sekaligus staf pengajar mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (FKH IPB), mengatakan bahwasanya hal ini pasti perlu diperhitungkan. Berdasarkan beberapa literatur yang ia baca, beberapa jenis bakteri asam laktat sangat peka dengan suhu tinggi.

“Betul, harus dipertimbangkan itu, jangan sampai menggunakan probiotik tetapi malah kehilangan bahan aktifnya, ya si bakteri baik itu. Soalnya suhu tinggi itu bakteri kurang suka, saya beri contoh misalnya kalau buat yoghurt, susu yang digunakan setelah dipanaskan itu kan harus ditunggu dulu sampai suhunya pas, kalau enggak kan bakteri starter si yoghurt itu juga mati kepanasan,” tutur Agustin.

Ia menyarankan apabila dirasa sulit menggunakan pakan dan harus melewati suhu pelleting, maka sediaan probiotik dan prebiotik harus… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021 (CR)

MANFAAT APIK DARI MIKROBA BAIK

Berbagai jenis bakteri baik yang bermanfaat pada saluran pencernaan. (Sumber: Shutterstock)

Keputusan tentang pelarangan penggunaan antibiotik sebagai “growth promoter” (AGP) adalah keniscayaan, satu hal yang sulit ditawar. Kebijakan ini jelas mengundang banyak komentar dari berbagai kalangan dari masing-masing cara pandang. Pertanyaan mendasar yang bisa diajukan adalah tentang kemungkinan tindakan lain yang bisa dilakukan untuk penggantinya.

Penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik dikatakan banyak para ahli di bidang perunggasan maupun dokter hewan bisa menjadi alternatif yang baik pengganti antibiotik. Probiotik adalah istilah yang digunakan untuk mikroorganisme hidup yang dapat memberikan kesehatan pada organisme/inang. Probiotik seringkali direkomendasikan oleh dokter atau ahli nutrisi, setelah mengonsumsi antibiotik atau sebagai bagian dari pengobatan. Selain probiotik, muncul juga prebiotik dan sinbiotik yang juga sudah dikenal lama di Indonesia.

Menurut salah satu dewan pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), probiotik saat ini disebut sebagai mikroorganisme non-pathogenic yang hidup bersama manusia atau hewan di lingkungan dan probiotik sangat berbeda dengan antibiotik. Karena (pro)biotik untuk memperbaiki kehidupan mikroba dalam tubuh manusia atau hewan, sementara (anti)biotik adalah zat yang membunuh atau menghambat multifikasi dari mikroba.

Biasanya kebanyak orang mengetahui probiotik terdapat dalam kandungan susu yang melalui proses pengasaman. Dalam kandungan susu tersebut terdapat mikroba yang dapat memperbaiki flora atau mikroflora di saluran pencernaan (usus). Jika mikroflora dalam usus bersih, absorpsi (penyerapan) makanan menjadi efisien. Adapun mikroflora baik diantaranya Lactobaccilus, Bifidobacterium dan Bacteroides. Agar sehat, keberadaan mikroflora di dalam saluran pencernaan harus seimbang.

Setelah ditemukan probiotik yang mampu memelihara mikroba non-pathogenic, munculah prebiotik yang berfungsi untuk memperbaiki lingkungan agar mikroba tetap tumbuh subur. Salah satu contoh yang paling gampang bicara prebiotik adalah pada ikan. Biasanya sebelum mengisi kolam dengan air, terlebih dahulu pada dasar tanahnya ditaburkan ragi, hal itu berguna untuk memperbaiki kondisi lingkungan di dalam kolam dengan suburnya zooplankton dan vitoplankton yang menjadi makanan ikan.

Setelah berkembangnya kemajuan zaman, kemudian muncul sinbiotik yang merupakan kombinasi vitamin, mineral atau enzim terhadap probiotik dan prebiotiknya, sehingga meningkatkan daya tahan hidup bakteri tersebut. Pemberian mikroba-mikroba tersebut sangat baik manfaatnya untuk industri peternakan, karena akan memperbaiki sintesa dan absorpsi dari gizi yang diberikan kepada hewan ternak.

Karena manfaatnya yang baik bagi kesehatan hewan ternak, penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik semakin gencar dilakukan, apalagi setelah pelarangan AGP diberlakukan. Penggunaan ketiganya sebagai feed additive membuming di Indonesia.

Hal senada juga pernah disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Drh I Wayan Teguh Wibawan. Dalam tulisannya kepada Infovet, ia menyebutkan bahwa tindakan penggunaan probiotik, prebiotik dan lainnya perlu menjadi perhitungan peternak unggas saat ini, mengingat tantangan di lapangan yang semakin berat, apalagi di saat kondisi pandemi COVID-19 yang makin memperkeruh suasana bisnis perunggasan.

“Ujung dari penggunaan ini adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021. (INF)

KOMBINASI PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK AGAR PERFORMA APIK

Skema manfaat penggunaan probiotik dan prebiotik pada ternak. (Gambar: Istimewa)

Larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) di Indonesia sudah diberlakukan sejak 2018. Sejak saat itu pula seluruh insan yang berkecimpung di dunia peternakan Indonesia berlomba-lomba mencari alternatifnya, diantaranya adalah probiotik, prebiotik dan sibniotik.

Mungkin banyak yang sudah sangat familiar dengan minuman ringan berasa asam yang mengklaim dirinya sebagai minuman yang mengandung probiotik. Lalu kemudian populer pula minuman sehat yang berasal dari susu yang rasanya juga sedikit asam bernama yoghurt. Seiring berjalannya waktupun produk-produk serupa beredar di pasaran.

Lalu apa probiotik itu? Terminologi probiotik berasal dari bahasa Yunani. Kata “pro" artinya mempromosikan dan "biotik" artinya kehidupan. Probiotik muncul pada awal abad ke-20 dan diperkenalkan oleh Elie Metchnikoff, yang kemudian dikenal sebagai sosok “Bapak probiotik”.

Dari situ kemudian muncullah asosiasi perkumpulan para ahli probiotik yakni International Scientific Association for Probiotics and Prebiotics (ISAPP) pada 2013. Mereka kemudian mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang dalam jumlah memadai dapat memberikan manfaat bagi kesehatan pada tubuh host/inangnya. Lalu kemudian orang awam mendefinisikannya sebagai bakteri baik dan jahat.

Sedangkan prebiotik didefinisikan sebagai senyawa natural dalam makanan yang tidak dapat dicerna usus, berfungsi sebagai suplemen untuk mendorong pertumbuhan mikroorganisme baik dalam sistem pencernaan. Kombinasi dari probiotik dan prebiotik disebut sinbiotik (eubiotik).

Alternatif Pengganti AGP
Seperti yang sudah dijelaskan diawal, pelarangan penggunaan AGP dalam pakan ternak memicu para produsen pakan untuk mencari imbuhan pakan alternatif. Probiotik dan prebiotik merupakan satu diantaranya, mengapa? Hal ini dikarenakan probiotik dan prebiotik juga sudah lama digunakan dalam kehidupan manusia dan terbukti aman. Oleh karena itu, dengan analogi yang sama seharusnya juga dapat digunakan pada ternak.

Peneliti Nutrisi Pakan Ternak Balitnak Ciawi, Prof Arnold Sinurat, mengatakan bahwa sejatinya memang AGP perlu di-replace. Hal ini merujuk kepada perhatian dunia pada pangan asal hewan yang sehat dan bebas dari residu antibiotik.

“Memang inisiasinya dimulai dari Eropa sana, sejak lama mereka duluan yang melarang penggunaan AGP, baru kemudian Amerika, lalu Asia. Nah, karena AGP-nya sudah tidak dipakai, mau enggak mau pakai alternatif, salah satunya probiotik dan prebiotik,” tutur Arnold.

Ia menjelaskan bahwa pengunaan probiotik dan prebiotik pada ternak tujuan utamanya yakni menjaga keseimbangan dan kesehatan usus dan saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui bahwa di dalam usus dan saluran pencernaan banyak terdapat bakteri dan mikroflora usus lainnya. Tidak semua bakteri dan mikroflora bersifat baik dan menguntungkan, oleh karenanya menurut Arnold, jika mikroba yang merugikan dapat diminimalisir, maka keadaan usus dan saluran pencernaan akan sehat.

“Kita ambil contoh saja E. coli, itu kan flora normal pada usus, kalau dia memang sifatnya agak oportunis, kalau ada sedikit dia Cuma jadi bakteri pembusuk, kalau kebanyakan bisa jadi penyakit (Colibacillosis). Nah, makanya kalau keseimbangan mikroflora usus ini dapat dijaga, maka tentunya ternak akan sehat,” tuturnya.

Lebih lanjut Arnold menjelaskan bahwa tidak semua bakteri dapat digunakan sebagai probiotik, kebanyakan bakteri yang digunakan sebagai probiotik rata-rata adalah bakteri asam laktat (BAL).

“Sebagaimana yang kita ketahui bakteri lactobacillus, bifidobacteria dan bakteri asam laktat lainnya banyak digunakan dan terbukti dapat memberikan efek menguntungkan pada ternak, baik monogastrik, ruminansia dan unggas. Bahkan beberapa jenis kapang seperti Aspergillusoryzae  dan khamir (Sachharomyses sp.) juga digunakan dan memberikan efek menguntungkan,” jelas dia.

Segudang Manfaat Beragam Cara Kerja
Seperti yang sudah dijelaskan, nyatanya manfaat probiotik jauh lebih luas daripada itu. Karena probiotik sebagai living organism memiliki beberapa cara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021. (CR)

KOMBINASI APIK PROBIOTIK, PREBIOTIK, SINBIOTIK

Kenali manfaat dari penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik (Sumber: pixabay.com/WikiImages)

Kesehatan saluran pencernaan sangat berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produktivitas ayam, karena kondisi pencernaan akan mempengaruhi proses pencernaan pakan, penyerapan nutrisi dan kekebalan terhadap kasus penyakit.

Sistem pencernaan berawal dari paruh, mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus (duodenum, jejunum, ileum), sekum, usus besar, colon dan berakhir di kloaka. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan usus dan performanya pada unggas.

Kualitas pakan dan air memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan. Kontaminasi bakteri terhadap pakan dan/atau air dapat merusak saluran pencernaan, menyebabkan respon peradangan di dalam usus yang menuntut peningkatan energi yang digunakan bersamaan dengan penurunan waktu transit untuk proses pencernaan di usus, sehingga ketersediaan nutrisi berkurang.

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, ataupun mikroba. Proses mekanik terdiri dari penelanan makanan ke dalam mulut dan gerakan peristaltik alat pencernaan karena kontraksi otot usus.

Sementara proses enzimatis atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan sel-sel kelenjar dari bagian alat saluran pencernaan, berupa getah-getah pencernaan. Disamping itu, enzim dapat pula dihasilkan oleh mikroba usus yang dapat berasal dari ransum.

Keasaman bagian-bagian alat pencernaan mempunyai efek terhadap kehidupan mikroba pencernaan yang erat sekali hubungannya dengan produk enzim pencernaan maupun enzim produk mikroorganisme dari ransum. Faktor utama yang menentukan populasi mikroba adalah pH. Komponen ion H+ dapat bersifat membunuh bakteri patogen ditambah dengan suasana pH yang rendah.

Mikroflora yang menyokong kesehatan hewan terdiri dari berbagai macam spesies mikroorganisme seperti Lactobaccilus, Bifidobacterium dan Bacteroides yang sebagian besar merupakan mikroorganisme yang predominan. Kelompok lainnya yang merupakan bakteri patogen adalah Enterobactericeae, Enterococcus dan Clostridium. Dalam kesehatan saluran pencernaan ayam, rasio jumlah mikroorganisme pada kelompok bakteri tersebut adalah penting.

Faktor yang mempengaruhi kolonisasi mikroorganisme dapat dikelompokan menjadi: 
• Faktor yang berhubungan dengan inangnya, meliputi suhu tubuh, pH dan tingkat potensi oksidasi reduksi, asam lambung, enzim dan antibodi.
• Faktor yang berhubungan dengan interaksi mikroba, meliputi efek antagonistik, bakteriofag, bakteriosin.
• Makanan dan faktor lingkungan seperti fruktooligosakarida, manosa, laktosa dan karbohidrat lainnya dan/atau serat makanan serta faktor stres lingkungan.


Kriteria pencernaan yang sehat adalah…
Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264, JAKARTA
Telp: 021 8300300

APA ITU PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK

Penggunaan probiotik yang dikombinasikan dengan prebiotik pada pakan unggas merupakan salah satu pilihan tepat untuk mengendalikan kemungkinan kejadian AMR. (Sumber: alibaba.com)

Pemenrintah melalui Kementerian Pertanian menerbitkan peraturan pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP)/Antibiotik Pemacu Pertumbuhan, para ahli nutrisi dan kesehatan hewan serentak berusaha mencari penggantinya yang sepadan dengan AGP tersebut.

Berbagai sediaan alternatif disiapkan sebagai penggantinya dan beberapa produk seperti minyak sesnsial, ekstrak rempah tumbuhan, asam organik, probiotik dan prebiotik yang dipersiapkan sebagai alternatif pengganti antibiotik untuk kesehatan saluran cerna pada hewan peliharaan khususnya ayam.

Dari beberapa alternatif tersebut di atas, ternyata para ahli lebih cenderung menggunakan kombinasi probiotik dan prebiotik sebagai alternatif pengganti AGP untuk kesehatan saluran pencernaan ternak ayam.

Apa itu Probiotik?
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah cukup, dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Mikroorganisme yang dimaksud sebagian besar merupakan bakteri dari spesies Lactobacillus, Lactococcus, Bacillus, Bifidobacterium, Streptococcus, Yeast (Saccharomyces) atau kombinasi beberapa mikroorganisme tersebut (Bhupinder and Saloni, 2010). 

Cara kerja probiotik adalah bekerja secara antagonis terhadap bakteria patogen di dalam saluran cerna dengan cara memodifikasi pH, mengeluarkan sekresi yang berefek langsung untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen tersebut, seperti menghasilkan bakteriosin, asam organik, hidrogen peroksida, rantai pendek asam lemak, mengatur sistem imun induk semang, menormalkan mikrobiota dalam saluran cerna, mengurangi reaksi peradangan mukosa usus, menurunkan ekskresi amonia dan urea, meningkatkan penyerapan mineral dan secara umum dapat meningkatkan parameter performa dan keuntungan produksi (Vamanu and Vamanu, 2010; Ferreira et al., 2011).

Sedangkan Patterson dan Burkholder (2003), mengatakan bahwa penggunaan probiotik dalam pakan memperlihatkan peningkatan performa pertumbuhan, menurunkan tingkat kematian dan kesakitan, dimana itu semua secara umum akan berpengaruh kepada pertambahan keuntungan secara finansial.

Forlan (2005), berpendapat bahwa cara kerja probiotik bersifat competitive exclusion, dimana bakteri yang difungsikan sebagai probiotik (bakteri baik) bersaing menempati mukosa di saluran cerna dengan bakteri patogen (bakteri jahat), dimana jika bakteri baik terlebih dahulu menempati tempat/menempel di mukosa usus secara tidak langsung akan langsung memblokir proses menempelnya bakteri jahat pada mukosa usus.

Apa itu Prebiotik?
Tidak seperti probiotik, prebiotik bukanlah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2021. (AHD-MAS)

PROBIOTIK ASLI INDONESIA AMPUH GANTIKAN AGP

Ilustrasi. (Istimewa)

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang biasa berupa Bakteri Asam Laktat (BAL) yang dapat memberikan manfaat kesehatan pada inangnya. Umumnya pemberian probiotik dapat memperbaiki keseimbangan atau memulihkan flora usus. Pada unggas, probiotik bakteri asam laktat ternyata efektif untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP).

Sejak awal 2018 lalu, pemerintah telah secara resmi memberlakukan pelarangan penggunaan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan (AGP). Penggunaan alternatif pengganti AGP pun marak, mulai dari herbal, minyak esensial, asam organik, probiotik, prebiotik, maupun enzim. 

Kali ini pembahasan di fokuskan pada pemberian probiotik, yakni BAL yang diperoleh dari saluran pencernaan ayam kampung asli Indonesia yang sudah dewasa dan memiliki kesehatan yang baik. BAL diambil dari ayam yang dipelihara dengan sistem diumbar, serta pemberian pakan dan air minumnya tidak pernah terpapar antibiotik maupun bahan kimia, juga berbagai obat untuk ayam.

Guru Besar Laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) Yogyakarta, Prof Dr Ir Sri Harimurti, mengatakan, dari 100 lebih strain bakteri asam laktat yang ditemukan, terdapat tiga bakteri yang paling unggul digunakan sebagai probiotik pada unggas, yaitu Lactobacillus murinus-Ar3, Streptococcus thermophilus-Kp2 dan Pediococcus acidilactici-Kd6.

Ia telah meneliti ketiga strain bakteri tersebut secara mendalam selama lebih dari 10 tahun, baik sebagai kultur tunggal maupun sebagai kultur campuran.

Bakteri asam laktat tersebut terbukti mampu melekat (adherence) pada sel epitel usus ayam dan ketika diberikan dalam jumlah memadai yakni 107-109 CFU/ekor/hari, akan sangat bermanfaat terhadap respon imum ayam.

“Probiotik BAL asli Indonesia tersebut diisolasi dari saluran pencernaan ayam kampung asli Indonesia, yakni ayam Blorok, ayam Kapas dan ayam Cemani/Kedu Hitam,” kata Sri dalam sebuah seminar tentang peran peternakan dalam menghasilkan produk pangan yang sehat di Kampus Fapet UGM Yogyakarta, Senin (7/1). 

Ketiga bakteri asam laktat tersebut, lanjut dia, memiliki sejumlah keunggulan, antara lain dapat meningkatkan produktivitas unggas, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, meningkatkan imunitas dan memiliki karakterisitik ideal dan unggul sebagai probiotik BAL untuk unggas.

“Mikroen kapsulan probiotik ini kini sudah diproduksi berbasis standar kepentingan industri. Produktivitas dan stabilitasnya pun masih dapat ditingkatkan,” tukasnya. (IN)

TERNAK YANG SEHAT DIMULAI DARI USUS YANG SEHAT

Pemberian pakan pada ternak broiler. (Foto: Dok. Infovet)

Berdasarkan survei yang dilakukan Kementrian Pertanian bersama FAO Indonesia pada 2017 di beberapa wilayah sentra produksi unggas, penggunaan antimikroba pada sektor peternakan masih sangat tinggi. Dari hasil survei diketahui bahwa peternak menggunakan antibiotik pada unggas untuk pencegahan sebesar 81,4%, untuk pengobatan sebanyak 30,2% dan masih ada peternak yang menggunakan antibiotik untuk pemacu pertumbuhan (Antibiotic Growth Promoter/AGP) sebanyak 0,3%.

Maraknya penggunaan antibiotik di industri perunggasan ini disertai kekhawatiran timbulnya resistensi antibiotik (AMR) yang menjadi alasan pemerintah menetapkan larangan penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan. Peraturan tersebut disahkan dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 14/2017.

Setelah adanya penerapan peraturan tersebut, beberapa testimoni melaporkan bahwa pencabutan AGP mempengaruhi performa ayam broiler, antara lain pertambahan bobot berat badan, Feed Conversion Ratio (FCR), masa panen dan penurunan kualitas kesehatan ternak, terutama kesehatan saluran cerna. Demikian pula pada ayam layer terjadi penurunan produktivitas yaitu produksi, bobot dan penurunan sistem imun.

Dalam menyikapi permasalahan tersebut perlu dilakukan perbaikan dalam berbagai hal, seperti manajemen pemeliharaan kesehatan, manajemen pakan dan biosekuriti. Selain itu, untuk menggantikan peran AGP, bahan alternatif yang bisa digunakan sebagai imbuhan pakan antara lain adalah mineral, enzim, asam organik, probiotik, prebiotik dan minyak esensial.

Probiotik sebagai salah satu alternatif pengganti AGP merupakan mikroba atau bakteri hidup yang digunakan untuk membantu memperbaiki kesehatan, terutama sistem pencernaan dengan tujuan meningkatkan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan dan mengurangi mikroba patogen seperti Eschericia coli, Salmonella dan Clostridium.

Kelebihan lain dari probiotik adalah sebagai bioregulator mikroflora dalam usus dan menguatkan kekebalan alami tubuh, sebagai kompetitor tempat kolonisasi pada membran mukosa usus sehingga mikroorganisme patogen terhalang untuk menghuni saluran pencernaan (kompetisi nutrisi). Memproduksi senyawa tertentu untuk menyerang bakteri patogen seperti bakteriosin, asam organik dan hidrogen peroksida. Selain itu, probiotik dapat merangsang sistem imun dengan cara menciptakan kondisi usus yang fungsional dan menghambat perkembangan bakteri merugikan.

Sebagai pengganti AGP, probiotik dapat dibuat dari monokultur atau konsorsium beberapa mikroorganisme probiotik. Mikroorganisme yang biasa digunakan untuk probiotik dari golongan bakteri adalah strain Bifidobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Bacillus, Pediococcus dan Streptococcus, selain bakteri beberapa probiotik juga mengandung ragi dan jamur (Yirga H 2015, The Use of Probiotics in Animal Nutrition. J. Prob. Health 3 132).

Sedangkan prebiotik merupakan bahan makanan terhadap mikroba-mikroba yang menguntungkan dan menekan mikroba yang merugikan dalam pencernaan. Prebiotik tidak selalu merupakan mikroba hidup seperti halnya probiotik. Beberapa hasil fermentasi seperti yeast culture atau Aspergillus sp. dilaporkan dapat dipakai sebagai prebiotik. Prebiotik digunakan sebagai ramuan yang tidak dapat dicerna yang menghasilkan pengaruh menguntungkan terhadap inang dengan cara merangsang secara selektif pertumbuhan satu atau lebih sejumlah mikroba terbatas pada saluran pencernaan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan inang. Prebiotik juga memiliki kelebihan dalam membantu meningkatkan kinerja dari probiotik, sumber energi probiotik, serta meningkatkan sistem imun tubuh. 

Suatu bahan dapat diklasifikasikan sebagai prebiotik harus memiliki syarat, antara lain tidak terhidrolisis asam lambung dan tidak diserap usus, menginduksi efek luminal inang, serta hanya mempengaruhi pertumbuhan bakteri baik di dalam usus. Selain itu, prebiotik yang baik harus memiliki sifat tidak dapat dimanfaatkan oleh bakteri patogen sebagai sumber nutrisi. Contoh prebiotik adalah Inulin, Laktulosa, Frukto oligosakarida (FOS) dan Galakto oligosakarida yang ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan.

Sementara sinbiotik merupakan kombinasi antara probiotik dan prebiotik. Penambahan mikroorganisme hidup (probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan bakteri misalnya FOS dengan Bifidobacterium atau Lactitol dengan Lactobacillus. Kombinasi ini akan meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik karena substrat yang spesifik telah tersedia untuk fermentasi, sehingga tubuh mendapatkan manfaat yang lebih sempurna. Dipastikan bakteri tetap hidup bekerja dalam saluran pencernaan dan melekat dalam mukosa usus, karena terdapat substrat atau makanannya (prebiotik).

Bahan imbuhan pakan sebagai alternatif AGP akan terus dikembangkan seiring dengan kebutuhan industri peternakan di Indonesia. Bagi industri pakan ternak masih terbuka peluang bisnis cukup besar dengan menciptakan produk-produk zat aditif baru dengan nilai ekonomis tinggi. Sedangkan tantangan bagi peternak, bagaimana mempertahankan performa di era bebas AGP ini dengan pemanfaatan bermacam alternatif pemacu pertumbuhan bagi ternak. ***

Ditulis oleh divisi Veterinary Section
PT Meiji Indonesian Pharmaceutical Industries

DAUR ULANG SEKAM DENGAN PROBIOTIK, AYAM TETAP SEHAT DAN PRODUKTIF

Suasana pertemuan pengelola closed house dengan PT Agrikencana Perkasa di Magelang, Rabu (24/4). (Foto: Infovet/Untung)

Sebuah kajian empiris dan praksis telah berhasil dilakukan oleh Ir Andreas Gunapradangga selaku Director PT Agrikencana Perkasa dan timnya, dalam menghadapi persoalan sekam pada lantai kandang ayam dengan sistem tertutup/closed house.

Selama ini problematika ketersediaan sekam dan lingkungan nyaris selalu menimbulkan masalah krusial bagi para peternak ayam. Salah satunya adalah persaingan pemanfaatan sekam untuk usaha kegiatan lain (non-perunggasan), sehingga hal itu saat ini membuat persoalan yang sangat serius.

Adapun upaya yang efisien dan efektif dalam pemakaian sekam untuk lantai kandang ayam, diungkapkan oleh Andreas dan timnya, diperkuat dengan pengalaman peternak yang sudah menerapkannya. Yaitu diperlukan suatu bahan aktif yang mampu mengurai material organik di dalam sekam menjadi material organik bentuk lainnya yang sehat dan segar.

Menurut Senior Microbiology PT Agrikencana Perkasa, Dr Untung Mugiarto, bahan yang dimaksud adalah probiotik. Ia menjelaskan, bahwa probiotik merupakan makhluk hidup mikro yang jika digunakan dalam jumlah relatif sedikit dan terukur mampu membawa manfaat besar dan membawa banyak keuntungan.

“Ukuran/dosis dan jenis mikroorganisme menjadi hal yang sangat penting. Sebab, kandungan dari probiotik tersebut mempunyai korelasi dengan potensi yang diharapkan,” kata Untung pada pertemuan dengan peternak ayam di Magelang, Rabu (24/4/2019).

Sementara menurut Andreas, dihadapan peserta yang hadir, dijelaskan bahwa hanya sedikit probiotik yang beredar dengan kandungan mikroorganisme yang bermanfaat pada perunggasan. Produk miliknya jika dimanfaatkan dengan benar dan sesuai formula pada sekam terbukti dapat menguraikan amonia dan material organik lainnya, sehingga lingkungan kandang menjadi lebih bersih dan sehat.

Salah satu pengelola closed house yang sudah merasakannya, Asep Safruddin, Manager Farm PT QL Subang, mengungkapkan bahwa elemen penting yang menjadi hal penting sering dilupakan, contohnya kesehatan kandang secara mikro, yaitu olah sekam untuk menekan gas amonia dan asam sulfida.

Pengalaman Asep, daur ulang sekam dengan aplikasi probiotik pada kandang closed house, mampu dilakukan selama 13 kali periode pemeliharaan ayam. “Hal ini jelas membuat ongkos pengeluaran produksi semakin irit, serta yang lebih utama adalah ayam masih tetap produktif dan sehat,” ucapnya. (Iyo)

Tentang AGP (Antibiotic Growth Promoter) dan Antikoksidia


Tanggal 6 Mei 2017 lalu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menandatangani Permentan no 14/2017 tentang klasifikasi obat hewan. Dalam peraturan ini tercantum pelarangan antibiotika imbuhan pakan yang juga dikenal dengan AGP (Antibiotic Growth Promoter). Sebelum ditandatangani, Permentan ini sudah melalui proses panjang, termasuk di dalamnya public hearing yang dihadiri antara lain oleh dinas, pelaku usaha, asosisiasi terkait, dan lembaga terkait lainnya.

Untuk mengimplementasikan Permentan tersebut, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Drh Ketut Diarmita, MP membuat surat edaran mengenai tahapan pemberlakuan Permentan. Intinya, pelarangan AGP berlaku efektif sejak 1 januari 2018

Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD
Ketegasan pemerintah ini disambut positif  karena pelaku usaha memiliki kejelasan dan kepastian hukum perihal AGP, setelah sebelumnya cukup lama menunggu kejelasan arah kebijakan pemerintah Indonesia.  Direktur Kesehatan Hewan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, PhD dan Kasubdit Pengawasan Obat Hewan (POH) Drh Ni Made Ria Isriyanthi, PhD menjelaskan, reaksi positif atas keputusan ini, terlihat dari produk substitusi pengganti AGP yang telah banyak diregistrasi di Indonesia seperti, probiotik, prebiotik, bahan alam (herbal), jamu, enzim, dan lain-lain. 

Namun sebagaimana  biasa, setiap keputusan baru selalu ada yang puas dan yang tidak puas. Contoh dalam kasus ini adalah tentang aturan obat hewan golongan antikoksidia, yang hingga akhir 2017 lalu masih menjadi bahan diskusi yang hangat. 

Dalam bahasa sederhana bisa digambarkan sebagai berikut. Permentan no 14/2017 Bab I Pasal 1 ayat 14 menyebutkan,  antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara alami, semi sintetik maupun sintetik yang dalam jumlah kecil dapat menghambat atau membunuh bakteri.  Definisi ini mengandung makna  bahwa yang dimaksud antibiotika dalam Permentan ini adalah antibakteri.  Dengan kata lain kata kuncinya ialah senyawa yang menghambat atau membunuh bakteri.

Hal ini diperkuat dalam Lampiran III Permentan tersebut yang menyebutkan, kelompok obat hewan yang dilarang untuk dicampur dalam pakan sebagai imbuhan pakan untuk ternak produksi adalah antibiotika. Juga diperkuat di lampiran I tentang  Daftar Obat Keras, yang menyebutkan antiprotozoa (termasuk antikoksidia)  masuk dalam kategori sendiri yang terpisah dengan kategori antibiotika.

Drh Andi Wijanarko
“Karena di Permentan 14/2017 salah satu contoh antikoksidia golongan ionophore digolongkan antiprotozoa maka  logikanya  tidak diperlakukan sebagai antibiotika imbuhan pakan yang dilarang dan  hanya dipakai dosis terapi,” demikian Drh. Andi Wijanarko, salah satu pengurus ASOHI.

Menanggapi hal ini, Direktur Kesehatan Hewan menyatakan, jika dilihat lebih mendalam antikoksidia sendiri terdiri atas antikoksidia yang hanya membunuh protozoa (diclazuril, nicarbasin, amprolium, dan lain-lain) dan antikoksidia yang selain membunuh protozoa juga menghambat atau membunuh bakteri, seperti antikoksidia ionophore (contoh: maduromisin, salinomisin, narasin, dan lain-lain).

Efektivitas antikoksidia golongan ionophore selain membunuh protozoa juga menghambat atau membunuh bakteri sudah jelas termuat pada berbagai sumber rujukan farmakologi veteriner baik pada buku (Antimicrobial and Therapy in Veterinary Medicine Edisi ke-4 halaman 285-291) dan jurnal  ilmiah internasional.  Jadi jika dikembalikan pada pengertian antibiotika pada permentan, menurut Dirkeswan, antikoksidia golongan ionophore secara hukum memiliki irisan dengan AGP. Tentunya, jika antikoksidia golongan ionophore diberlakukan seperti antikoksidia kimia akan ada aspek hukum yang dilanggar. 

Perlu diketahui bahwa meskipun AGP dilarang,  antibiotika untuk terapi (pengobatan) tetap diperbolehkan.  Sehingga AGP jenis tertentu yang bisa dipakai sebagai terapi, bisa diregistrasi ulang ke Ditjen PKH sebagai obat hewan kategori farmasetik untuk terapi. Dirkeswan mengatakan, ini berlaku untuk antibiotika bukan antiprotozoa kimia (diclazuril, nicarbasin, amprolium, dan lain-lain).

Surat pemberitahuan Dirjen PKH no 03117/08/2017 menyebutkan , obat hewan yang mengandung antibiotika sebagai imbuhan pakan, diizinkan untuk melakukan perubahan indikasi dan didaftarkan kembali dengan indikasi  untuk tujuan terapi. Perubahan ini dikenal dengan perubahan dari F ke P , yaitu kode dalam nomor registrasi obat hewan, yang maksudnya dari  Feed Additive (F) menjadi Pharmaceutic (P).

Namun, pada surat pemberitahuan Dirjen ini disebutkan, obat hewan dengan indikasi  awal sebagai antikoksidia jika akan tetap diperdagangkan “diwajibkan” untuk mengajukan registrasi ulang dengan mengubah indikasi dari F ke P dengan sejumlah syarat.

Beberapa pelaku usaha peternakan  mengaku keberatan karena secara perundang-undangan maupun secara keilmuan hal itu kurang tepat. Di lain pihak proses perubahan juga akan memakan waktu, yang artinya selama proses perubahan ini berjalan, bisa terjadi kelangkaan produk antioksidia.

Terhadap kekhawatiran ini, Dirkeswan mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya program percepatan registrasi. Bahkan produk-produk yang mengikuti program percepatan ini  (AGP dan antikoksidia) SK perubahan indikasi dari F menjadi P akan dikeluarkan pada petengahan Januari 2018. Produk AGP dan antikoksidia yang mengikuti program percepatan perubahan indikasi dari F menjadi P telah diputuskan melalui rapat yang dihadiri oleh Dirkeswan,  Kasubdit POH, PPOH (Panitia Penilai Obat Hewan), KOH (Komisi Obat Hewan), dan peneliti-peneliti dari IPB.

Pertemuan dipimpin oleh Ketua PPOH Prof Dr Harmita, Apt dan Ketua KOH Prof Dr Drh Widya Asmara, MS), dihadiri oleh Dr Iskandarsyah, Apt MS (PPOH), Dr Drh Andriyanto, MSi (PPOH), Dr Drh Aulia Andi Mustika, MSi (PPOH), Dr Drh Surachmi Setyaningsih, MS (PPOH), Drh Novida, MSc (PPOH), Drh Khusni, MSi (PPOH), Drh Unang Patriatna, MSc (KOH), Dr Drh Min Rahminiwati, MS (KOH), dan Dr Drh Huda S Darrusman, MSi (KOH). Sementara itu, tim peneliti IPB yang turut hadir pada pertemuan tersebut diwakili oleh Prof Dr Drh Agus Setiyono, MS APVet, Dr Lina N Sutardi, SSi, Apt, MSi, dan Dedi Nuraripin, SKH.

  Pertemuan menyepakati bahwa semua AGP dan antikoksidia disetujui perubahan indikasinya dari F ke P, kecuali basitrasin dan virginiamisin sambil harus melengkapi uji toksisitas akut dan keamanan (safety) paling lambat Agustus 2018.

Sementara itu, sebuah ulasan di poultrysite.com menyebutkan, meskipun bisa diklasifikasikan sebagai antibiotika, ionophore tidak digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada unggas, melainkan sebagai antikoksidia. Oleh karena itu awal tahun 2017, ketika McDonald's  meminta pemasok ayam untuk menghapus antibiotika dalam pakan, raksasa makanan cepat saji itu membuat satu pengecualian, yaitu  kelompok  ionophore.

Di AS penggunaan ionophore dalam pakan tidak dilarang karena disebut sebagai not considered medically important to human medicine (tidak dianggap penting secara medis bagi pengobatan manusia ) oleh WHO. Maknanya adalah ionohpore tidak berkaitan dengan kasus resistensi antibiotika pada manusia, sebagaimana isu yang berkembang terhadap AGP.

Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan)  Drh Fajar Sumping Tjatur Rasa, PhD mengatakan, pihaknya selalu terbuka terhadap saran dan masukan dari berbagai pihak.  “Silakan sampaikan secara lengkap landasan ilmiah maupun dasar hukumnya,” ujarnya kepada Infovet.

Drh Irawati Fari
Beberapa pihak mengakui, saat ini pemerintah cukup komunikatif dan terbuka  terhadap masukan dari stakeholder. Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari juga menegaskan Dirkeswan  maupun Kasubdit POH bekerja bagus dan selalu menyerap aspirasi dari stakeholder termasuk dari ASOHI. 

Melihat tanggapan Dirkeswan yang positif, tampaknya  pelaku usaha perlu meneruskan dialog dengan pemerintah agar masalah apapun ditemukan solusi yang produktif bagi peternakan nasional. *** (Bams)

Artikel ini diambil dari Editorial Majalah Infovet edisi Januari 2018


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer