-->

KOLABORASI BPJPH DAN DITJEN PKH DALAM PERCEPATAN SERTIFIKASI PRODUK HALAL OLAHAN PETERNAKAN

Pangan Asal Hewan Harus Terjamin Kehalalannya
(Sumber : Istimewa)

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian berkoordinasi mempercepat sertifikasi halal Produk Olahan Peternakan.

Koordinasi itu dilaksanakan dalam audiensi Ditjen PKH di kantor BPJPH, Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (18/4/2024). Hadir dalam pertemuan Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Tri Melasari, serta sejumlah pejabat di lingkungan BPJPH dan Ditjen PKH.

“BPJPH menyambut baik pertemuan dengan Ditjen PKH untuk mengakomodir upaya-upaya kolaboratif bersama dalam mengakselerasi sertifikasi halal produk olahan hasil pertanian yang merupakan sektor penting ekosistem halal," ujar Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham.

Dia melihat koordinasi sangat penting karena mendorong terlaksananya sosialisasi, edukasi, literasi, hingga fasilitasi sertifikasi halal khususnya di sektor tersebut. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Tri Melasari mengatakan, sertifikasi halal dilakukan tidak hanya sebagai pemenuhan atas amanat regulasi, tapi juga sebagai upaya meningkatkan daya saing produk di pasaran.

"Sejumlah 2.457 UPH siap meningkatkan kualitas usahanya dengan melakukan sertifikasi halal dan meningkatkan daya saing produk di pasaran guna meningkatkan nilai realisasi ekspor produk halal,” kata Tri.

Sebagai tindak lanjut, BPJPH dan Ditjen PKH saat ini tengah menyiapkan webinar bagi 2.457 UPH. Tujuannya membantu seluruh UPH supaya siap melaksanakan sertifikasi halal produknya. Sebagai informasi, upaya kolaboratif akselerasi sertifikasi halal dalam rangka menyambut implementasi Wajib Halal Oktober 2024 juga terus dilakukan BPJPH Kemenag bersama sejumlah Kementerian/Lembaga yakni Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Saat ini, BPJPH bersama 6 stakeholder tengah melakukan revisi draf Perjanjian Kerja Sama. Salah satunya PKS antara BPJPH dan Ditjen PKH Kementan tentang Percepatan Sertifikasi Halal dan Pengawasan Produk Halal di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan. (INF)


MEMASUKKAN SISA MAKANAN DAN MAKANAN YANG DIPULIHKAN KE DALAM PAKAN UNGGAS

Pemborosan makanan mencerminkan hilangnya investasi ekonomi dan sumber daya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat penggabungan hingga sekitar 20% dikaitkan dengan dampak positif atau netral terhadap indikator kinerja pertumbuhan ayam pedaging.

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Christopher Simmons dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan di Universitas California, Davis, menguji kelayakan memasukkan sisa makanan pasca-konsumen ke dalam pakan unggas, yang saat ini merupakan protein hewani yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia.

Tinjauan tersebut mengamati komposisi nutrisi yang luas dari sisa makanan pasca-konsumen, pertimbangan toksikologi terkait dengan memasukkan sisa makanan ke dalam pakan unggas, pra-perawatan sisa makanan terkait dengan aplikasi pakan dan studi pemberian makan yang memasukkan sisa makanan ke dalam ransum pakan ternak.

Penelitian tersebut tampaknya menunjukkan bahwa sterilisasi melalui perlakuan panas cukup untuk mengendalikan kontaminasi mikroorganisme patogen pada makanan yang dipulihkan kembali. Kontaminan lain seperti mikotoksin, logam berat, mikroplastik, amina biogenik, dan faktor antinutrisi tidak selalu dapat dihilangkan dari pakan yang dipulihkan dan selanjutnya, infrastruktur untuk mensurvei tingkat kontaminasi pada makanan yang dipulihkan harus digunakan bersamaan dengan pengembangan teknologi untuk menghilangkan kontaminan ini dengan lebih baik.

Studi ini juga menunjukkan bahwa perlakuan awal, sehubungan dengan pengawasan terhadap sisa makanan dan sisa makanan yang masuk, dapat digunakan untuk menjamin keamanan memasukkan bahan tersebut ke dalam pakan unggas. (via Poultryworld)

WABAH FLU BURUNG TERBURUK YANG PERNAH TERJADI DI INGGRIS DINYATAKAN TELAH BERAKHIR

Sektor daging unggas di Inggris menyambut baik pengumuman bahwa Inggris telah mendeklarasikan kebebasan zonal dari flu burung yang sangat patogen di Inggris, sejalan dengan peraturan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH).

Saat ini di Inggris tidak terdapat wabah HPAI pada unggas atau burung yang ditangkap dan risiko HPAI H5 terhadap unggas di Inggris saat ini dianggap rendah.

Richard Griffiths, kepala eksekutif British Poultry Council, mengatakan dia senang dengan pengumuman tersebut, “Hal ini sudah lama terjadi. Kita sudah mengalami insiden flu burung selama dua setengah tahun dan sekarang kita bersyukur dan berhati-hati karena kita telah mendapatkan kebebasan negara yang akan memungkinkan kita untuk membangun kembali hubungan perdagangan kita.”

Griffiths mengatakan dampaknya terhadap anggota sangatlah signifikan, “Flu burung, ketika terjadi, akan menciptakan pembatasan pergerakan dalam suatu negara…dan berdampak pada perdagangan, sehingga selama bertahun-tahun penyakit ini telah merugikan industri sebesar puluhan bahkan ratusan juta poundsterling.”

Dia menambahkan, “Sekarang kita telah mendeklarasikan kebebasan negara, pemerintah kita dapat menemui mitra dagang kita dan berbicara dengan mereka tentang pencabutan pembatasan. Ketika flu burung terjadi, beberapa negara menerapkan larangan menyeluruh terhadap produk-produk dari Inggris, sementara negara-negara lain menerapkan larangan dari wilayah tertentu sehingga kita sekarang perlu bernegosiasi dengan negara-negara tersebut untuk mencabut pembatasan tersebut.” (via Poultryworld)

HUJAN YANG TERUS-MENERUS MENJADI KEKHAWATIRAN UTAMA PARA PETERNAK SAPI PERAH DI IRLANDIA

Cuaca buruk yang terus-menerus disertai hujan yang terus menerus selama berminggu-minggu menyebabkan masalah besar bagi peternak sapi perah di Irlandia. Pada awal April, 1 dari 10 peternak sapi perah kehabisan pakan.

Karena cuaca buruk yang terus menerus, ternak tidak bisa keluar ke rumput. Sementara itu, harga pakan meningkat, pasokan pakan ternak semakin berkurang, dan kekhawatiran mengenai pasokan untuk musim dingin mendatang semakin meningkat.

Pada bulan Februari, pengolah susu menerima 330,4 juta liter, turun 13,3% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu dan turun 10,1% dibandingkan Februari 2022. Penurunan ini mengikuti penurunan sebesar 22,3% di bulan Januari, bahkan 27,1% di bulan Desember dan 19,8% di bulan November, menurut angka dari Kantor Pusat Statistik di Dublin.

Menteri Pertanian, Charlie McConalogue, telah mengadakan sejumlah pertemuan darurat komite nasional pakan ternak untuk mencari solusi. “Saya sangat menyadari tekanan terhadap petani akibat kondisi cuaca buruk yang terus-menerus dan luar biasa,” katanya. McConalogue telah memerintahkan penghentian sementara inspeksi pertanian yang tidak secara khusus diperlukan untuk mendukung pembayaran. Ia juga meminta saran pertanian dan lembaga penelitian Teagasc untuk membangun sebuah sistem untuk mengkoordinasikan dukungan konsultasi guna membantu para petani memaksimalkan stok pakan ternak yang ada, dan memberikan dasar bagi mereka yang memiliki surplus untuk berinteraksi dengan mereka yang mengalami kesulitan.

Persediaan susu di sejumlah koperasi turun lebih dari 10%. Koperasi terbesar, Dairygold, dengan 7.000 anggota pemasok, mengatakan kepada majalah pertanian Agriland bahwa pasokan susu sepanjang tahun ini berkurang 9% dibandingkan tahun 2023. Arrabawn juga menyatakan bahwa pasokan susu kembali antara 8% dan 10% pada bulan Februari dibandingkan tahun 2023. Tirlan melaporkan hasil panen/sapi 10% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejauh ini, Tirlan belum mengomentari dampak terhadap pabrik keju besar baru yang sedang dibangunnya di Kilkenny bersama mitra Belanda Royal A-ware. (via Dairyglobal)

MENGUBAH KOTORAN UNGGAS MENJADI BIOGAS DAN PUPUK HAYATI

Green Poultry Farm adalah sebuah konsep dari Mozambik, yang khusus diciptakan untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang terkait dengan peternakan unggas. Inovasi tersebut baru-baru ini diberikan penghargaan Wege Prize, kompetisi tahunan yang “mendorong solusi-solusi yang game changing di masa depan dengan menginspirasi mahasiswa di seluruh dunia untuk berkolaborasi melintasi batas-batas institusi, disiplin ilmu, dan budaya untuk merancang ulang cara kerja perekonomian”.

Green Poultry Farm adalah sistem biodigester inovatif yang mengubah kotoran unggas menjadi biogas dan pupuk hayati melalui pencernaan anaerobik. Dengan mengubah biogas menjadi listrik dan panas, kebutuhan energi dalam produksi unggas dapat terpenuhi. Dengan itu, pupuk hayati digunakan untuk menanam pakan unggas.

Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya produksi unggas sebesar 30%, mengurangi ketergantungan pada listrik dalam jaringan selama produksi unggas, dan biaya produksi tanaman sebesar 22%, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor pupuk. Hal ini berkontribusi pada ekonomi sirkular, penangkapan karbon, dan membantu menciptakan lapangan kerja.

Solusi unik dari Green Poultry Farm mengurangi dampak lingkungan dari peternakan unggas melalui desain melingkar yang menjaga agar polutan tetap ada. Solusi ini membantu mengatasi batasan-batasan planet dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Secara umum, biogas yang dihasilkan dalam reaktor anaerobik umumnya terdiri dari sekitar 50-70% metana dan 30-50% karbon dioksida – 2 gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim, serta sejumlah kecil hidrogen sulfida, amonia, nitrogen oksida, dan uap air.

Agar dapat dianggap sebagai sumber bahan bakar yang layak, kandungan karbon dioksida dan hidrogen sulfida dalam biogas Green Poultry Farm perlu diminimalkan. Hal ini karena karbon dioksida bertindak sebagai pengencer dalam biogas, mengurangi konsentrasi metana dan menurunkan nilai kalor campuran biogas secara keseluruhan. Biasanya, kandungan karbon dioksida dan hidrogen sulfida diminimalkan dalam biogas melalui metode pemrosesan hilir yang mahal.

Pendekatan ekonomi Green Poultry Farm untuk menghilangkan karbon dioksida dan hidrogen sulfida dalam biogas menggunakan biochar, yaitu arang yang dihasilkan melalui proses termal tanpa oksigen, yang disebut pirolisis. Karena struktur berpori dan kimia permukaannya, biochar sangat efektif dalam menyerap dan menghilangkan karbon dioksida dan hidrogen sulfida, dengan solusi Green Poultry Farm menunjukkan bahwa biochar menyerap sejumlah besar karbon dioksida bersama dengan sejumlah kecil hidrogen sulfida dan uap air, secara efektif mengurangi keberadaan emisi gas rumah kaca.

Panel juri internasional Wege Prize memberikan penghargaan kepada Green Poultry Farm karena sistem ini menawarkan solusi nyata terhadap permasalahan global yang menantang mengenai sampah peternakan unggas dengan cara mendorong ekonomi sirkular yang regeneratif. Dengan mengubah kotoran unggas menjadi biogas, pupuk hayati, dan biochar, limbah dapat dikurangi dan keberlanjutan peternakan unggas ditingkatkan. Hal ini mendorong konsep dan prinsip ekonomi sirkular yang berupaya menghilangkan limbah dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dengan merancang sistem loop tertutup. Solusi ini menawarkan pendekatan yang terintegrasi dan dapat ditindaklanjuti dalam mengelola limbah unggas. (via Poultryworld)

MENGATUR PRODUKSI TELUR TETAP SUBUR

Ternak ayam petelur. (Foto: Dok. Infovet)

Pemerintah menargetkan penurunan angka kasus stunting pada 2024 menjadi 14%, sebuah angka yang sangat optimis untuk bisa tercapai. Langkah-langkah untuk menurunkannya sudah disiapkan dengan memberikan makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Jenis protein hewani yang sangat murah berasal dari unggas, salah satunya adalah telur, dimana mengonsumsi sebutir telur dalam sehari pada anak umur 6-24 bulan mampu menurunkan resiko stunting.

Program penurunan stunting akan sukses apabila kerja sama pemerintah dalam hal ini BKKBN dengan organisasi-organisasi yang berkecimpung di bidang perunggasan sering mengadakan acara sosialisasi program konsumsi telur minimal satu butir per hari. Sehingga kebutuhan secara nasional telur yang saat ini 5,9 juta ton per tahun akan semakin meningkat dan harga telur akan terjaga di atas BEP.

Melihat semangat pemerintah dalam mengatasi permasalahan stunting dengan sosialisasinya, maka peternak ayam pertelur bersemangat pula dalam mengatur agar produksi telurnya tetap subur. Subur di sini dalam artian tetap optimal sesuai standar guiden masing-masing strain yang saat ini dikisaran 470 butir jumlah produksi telur dari umur 18-100 minggu.

Di sini para peternak pasti sudah membuat strategi-strategi untuk menjaga dan meningkatkan produksi telur tetap subur, ditunjang dengan perkembangan genetik yang semakin baik. Penulis mencoba menyampaikan pengalaman di lapangan akan strategi-strategi yang dijalankan peternak dalam menjaga produksinya.

Strategi pertama dan utama bagi peternak adalah keseimbangan nutrisi yang tepat. Di tengah gejolak harga bahan baku pakan yang sulit di dapat dan harga yang mahal, maka perlu strategi dalam memformulasikan pakan agar efisien tetapi ada keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan.

Keseimbangan nutrisi sangat penting apalagi menghadapi tantangan potensi genetik yang semakin berkembang, dimana potensi genetik saat ini menggambarkan tingkat konsumsi semakin sedikit, berat organ cerna semakin turun, tetapi kapasitas produksi telur semakin meningkat. Intervensi nutrisi atau strategi nutrisi harus dilakukan menyesuaikan parameter kebutuhan sesuai standar masing-masing strain.

Keseimbang nutrisi di awali pada fase starter pada umur 0-8 minggu karena nutrisi pada fase ini sangat berperan dalam perkembangan sistem pencernaan, sistem kekebalan, dan sistem perototan. Sistem pencernaan pada awal ayam menetas merupakan transisi enterosit dari yolk sac ke pakan dan perkembangannya lebih cepat dari organ lain karena konsumsi pakan memacu perkembangan struktur dan beratnya. Pakan yang dikonsumsi juga sebagai “antigen” awal mengaktifkan kekebalan dan memacu respon terhadap patogen, serta untuk replikasi dan diferensiasi sel kekebalan, maka dibutuhkan keseimbangan nutrisi di awal pemeliharaan.

Target keseimbangan nutrisi di awal pemeliharaan ayam adalah memaksimalkan pertumbuhan, standar bobot badan tercapai, keseragaman (CV <5%), dan mortalitas minimal sebagai rangka dasar untuk membentuk ayam mencapai produksi telur optimal nantinya saat fase produksi.

Potensi permasalahan pada fase awal pemeliharaan antara lain... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024.

Ditulis oleh:
Drh Damar Kristijanto
Business Manager Feed Additive
PT Romindo Primavetcom
agus.damar@romindo.net
Jl. Dr Sahardjo, No. 264 Jakarta
HP: 081286449471

DICARI KORESPONDEN INFOVET DAERAH


Majalah Infovet, majalah ternama di bidang Kesehatan Hewan dan Peternakan, membuka kesempatan bagi individu yang berbakat dan bersemangat untuk bergabung sebagai koresponden daerah di beberapa wilayah strategis di Indonesia. Kami mencari koresponden untuk wilayah-wilayah berikut:

1. Jawa Timur (Surabaya-Malang-Blitar)

2. Jawa Tengah-DIY (Semarang-DIY-Purwokwerto)

3. Sumatera Utara (Medan)

4. Sulawesi Utara (Manado)

5. Sulawesi Selatan (Makassar)

6. Kalimantan (Banjarmasin)

Tanggung Jawab:
 Meliput berita dan informasi terkini seputar kesehatan hewan, peternakan, dan topik terkait lainnya di wilayah yang ditugaskan.

 Menulis artikel berkualitas lepas sesuai dengan standar rubrik Majalah Infovet.

 Mengumpulkan informasi dari sumber terpercaya dan melakukan wawancara dengan para ahli dan pemangku kepentingan terkait.

Persyaratan:
• Pengalaman menulis artikel ilmiah popular dan berita akan diutamakan.

• Keterampilan dalam peliputan dan penelusuran berita.

• Pendidikan minimal D3 Peternakan dan Kesehatan Hewan atau Mahasiswa semester akhir yang sedang menjalani program studi terkait, S1 sederajat, atau memiliki pengalaman kerja yang relevan.

• Dosen dan atau peneliti yang memiliki minat dalam bidang kesehatan hewan dan peternakan sangat kami harapkan.

• Bersedia untuk melakukan perjalanan dinas dan tugas peliputan sesuai kebutuhan.

Cara Melamar:
Kirimkan CV, portofolio penulisan (jika ada), dan surat lamaran Anda ke alamat email:
gallus@gallus.co.id; infovet02@gmail.com dengan subjek "Lamaran Koresponden Daerah - [Wilayah yang Dilamar]".

Lamaran diterima hingga 30 Mei 2024

Kami menantikan Anda untuk bergabung dalam tim kami dan berkontribusi dalam menyediakan informasi berkualitas kepada pembaca kami di seluruh Indonesia.


Drh Rakhmat Nuriyanto, MM
Dir. HRD Majalah Infovet

RUSIA MEMBANGGAKAN KEBERHASILANNYA DALAM MENGGANTIKAN IMPOR TELUR TETAS

Pada tahun 2023, peternak Rusia hanya mengimpor 300.000 juta telur tetas, kurang dari setengah dibandingkan tahun 2019-2020, kata Sergey Lakhtyukhov, direktur umum Persatuan Peternak Unggas Rusia, dalam konferensi industri di Ufa. Rusia terutama mengimpor telur tetas untuk pembiakan kalkun, kata Lakhtyukhov.

Pada tahun 2023, Turki adalah pemasok telur tetas terbesar ke Rusia, mengirimkan sekitar sepertiga dari total volume, menurut data Comtrade. Selama 9 bulan pertama tahun ini, memasok sekitar 5.000 ton telur tetas senilai US$21 juta. Dalam daftar pemasok terbesar, disusul Jerman yang menjual 2.800 ton telur ke pelanggan Rusia seharga US$23 juta.

Selain itu, peternakan Rusia mengimpor telur tetas senilai US$15 juta dari Inggris, US$10 juta dari Kanada, dan US$9 juta dari Hongaria, menurut Comtrade.

Lakhtyukov menyatakan bahwa kapasitas baru yang dibangun di industri unggas Rusia telah banyak membantu peternakan mengurangi ketergantungan mereka pada impor. Perusahaan unggas terbesar di negara ini telah mencapai swasembada penuh dalam penetasan telur.

Sebaliknya, bagi peternakan unggas dengan produksi tahunan kurang dari 30.000 ton, tidak masuk akal untuk berinvestasi dalam pembangunan tempat penetasan. Lakhtyukov mengatakan bahwa di Rusia, sebagian besar perusahaan sebesar itu membeli telur tetas dari pemasok Rusia dan asing. (via Poultryworld)

MEMPERSIAPKAN AYAM PETELUR TETAP PRIMA

Vaksinasi untuk mencegah penyakit. (Foto: Dok. Infovet)

Persiapan menjelang produksi dalam pemeliharaan ayam petelur harus dipersiapkan dengan tepat sehingga produksi telur yang dihasilkan akan optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum masuk masa produksi tersebut.

Selain genetik, nutrisi, dan faktor manajemen, lingkungan juga turut andil dalam memengaruhi performa dan produksi ternak. Performa dan produksi ternak, serta keuntungan finansial adalah aspek yang menjadi parameter kesuksesan dalam beternak. Untuk mencapai parameter keberhasilan tersebut, maka produksi telur yang dilihat dari kuantitas dan kualitasnya harus mampu dicapai dengan maksimal.

Penyakit Bikin Tambah Rumit
Selain faktor non-infeksius seperti yang disebutkan dalam artikel sebelumnya, faktor infeksius serta lingkungan juga akan sangat krusial untuk diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan.

Penyakit-penyakit infeksius tentu menjadi tantangan bagi peternak dalam membudidayakan ayam petelur, terlebih karena masa pemeliharannya yang panjang. Otomatis rintangan ini harus dapat dihadapi dengan kesiapsiagaan.

Menyoal penyakti infeksius pada ayam petelur, fokus utamanya adalah penyakit yang mampu merusak atau menganggu kinerja sistem reproduksi. Infeksi agen infeksius tersebut menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur.

Beberapa penyakit penyebab penurunan tersebut yakni newcastle disease (ND), avian influenza (AI), infectious bronchitis (IB), dan egg drop syndrome (EDS). Veterinary Service Manager Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar, menuturkan bahwa penurunan produksi telur akibat serangan virus IB bisa mencapai 70%. Hal tersebut berdasarkan data yang timnya kumpulkan selama beberapa tahun di seluruh Indonesia.

Selain IB, penyakit seperti EDS dapat menurunkan produksi telur sekitar 20-40% dan AI bisa mencapai 80%, sedangkan pada kasus ND produksi telur mengalami penurunan bervariasi mulai dari 7-60% (Medion, 2021).

Untuk serangan AI masih didominasi low pathogenic avian influenza (LPAI) yakni subtipe H9N2 yang cenderung menyerang sistem reproduksi dan pada serangan tunggal, hal tersebut disampaikan oleh Technical Education & Consultation Manager PT Medion, Drh Christina Lilis selaku.

“AI H9N2 ini tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi. Pada perkembangannya, virus AI memiliki dua mekanisme dalam mengganggu organ reproduksi ayam, yaitu pembendungan pembuluh darah di ovarium dan rusaknya permukaan ovarium pada saat budding exit atau keluarnya virus dari sel. Kedua mekanisme ini akan mengakibatkan penurunan bahkan menghentikan produksi telur,” tutur Lilis.

Ia melanjutkan, infeksi AI juga memengaruhi kualitas telur. Serangannya menyebabkan telur kehilangan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024. (CR)

TUNTUTAN PERUBAHAN KEBIJAKAN SEIRING MENURUNNYA KONSUMSI SUSU IRAN

Penurunan konsumsi produk susu sebesar 30% di Iran pada tahun 2023 dapat berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, lapor outlet berita lokal ISNA, mengutip analis lokal.

Pada tahun 2023, pemerintah Iran menghapuskan sistem di mana perusahaan peternakan berhak menukarkan mata uang dengan nilai preferensi untuk membeli bahan pakan. Reformasi tersebut, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan pada anggaran nasional yang terbatas, mengakibatkan harga eceran melonjak tinggi.

Kamar Dagang Teheran baru-baru ini melaporkan bahwa konsumsi susu anjlok sebesar 30% tahun lalu, mencapai level terendah dalam satu dekade, karena harga eceran produk utama tersebut melonjak sebesar 20-40%.

Lonjakan harga eceran tahun lalu merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan konsumsi, kata ISNA. Bagi banyak orang Iran, konsumsinya menurun di bawah tingkat kritis yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu peningkatan kasus osteoporosis di negara tersebut, publikasi tersebut memperingatkan.

Jalal Rahmani, wakil presiden kesehatan di Qazvin University of Medical Sciences, mengatakan bahwa tingkat konsumsi susu minimal yang direkomendasikan adalah 250 g per hari, sementara di Iran, angka tersebut sekarang hanya 104 g. (via Dairyglobal)

INGGRIS MELAPORKAN PENINGKATAN KASUS SALMONELLA DARI POLANDIA

Badan Standar Makanan Inggris (FSA) khawatir dengan peningkatan baru jumlah kasus Salmonella pada daging unggas, produk unggas, dan telur dari Polandia. FSA meragukan apakah langkah-langkah mitigasi risiko yang dilakukan Polandia cukup untuk mengendalikan kontaminasi.

FSA telah menulis surat kepada departemen Kesiapsiagaan Krisis Pangan, Hewan dan Tumbuhan di Direktorat Jenderal Kesehatan dan Keamanan Pangan Komisi Eropa untuk meminta pembaruan mengenai rencana yang dimiliki Komisi UE dan Polandia untuk menyelesaikan masalah ini dan menyelesaikan ancaman berkelanjutan terhadap kesehatan masyarakat Inggris. Surat tersebut dikirim pada bulan Desember namun baru-baru ini dipublikasikan setelah adanya permintaan Kebebasan Informasi.

“Anda pasti mengetahui bahwa wabah Salmonella enteritidis yang terkait dengan daging unggas, produk unggas, dan telur Polandia telah berlangsung di Inggris sejak tahun 2016. Sejak tahun 2019, Inggris telah mendeteksi 6 wabah signifikan, yang mengakibatkan sekitar 2.680 kasus pada manusia dan beberapa kematian. Kami telah menulis surat kepada Anda sebelumnya untuk meminta jaminan bahwa langkah-langkah mitigasi risiko yang sesuai diterapkan untuk mengendalikan masalah ini,” kata FSA. (via Poultryworld)

KONSUMSI SUSU DI RUSIA MENINGKAT

Lonjakan pendapatan penduduk Rusia telah membawa konsumsi susu di negara tersebut ke tingkat tertinggi sejak pertengahan tahun 1990an, menurut Soyuzmoloko, sebuah serikat perusahaan susu Rusia.

Organisasi tersebut mengatakan bahwa pada tahun 2023, konsumsi susu per kapita di negara tersebut berjumlah 249 kg, 3% di atas tingkat tahun sebelumnya sebesar 241 kg. Kecuali pada tahun 2022, konsumsi produk susu terus meningkat di negara ini sejak tahun 2018. Selain itu, Soyuzmoloko menunjukkan bahwa pertumbuhan tersebut terlihat secara menyeluruh – konsumsi setiap produk susu meningkat pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Juru bicara Magnit, retailer makanan Rusia, mengungkapkan pertumbuhan penjualan produk susu tahun lalu sekitar 6,5%. Berbicara kepada surat kabar Rusia Izvestia, sumber tersebut menambahkan bahwa segmen ini mengalami pertumbuhan dua digit pada paruh kedua tahun ini. Faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan keterjangkauan adalah karena pertumbuhan harga eceran yang moderat, sementara daya beli penduduk Rusia berada pada lintasan pertumbuhan yang tajam pada tahun 2023.

Artem Belov, direktur eksekutif Soyuzmoloko, memperkirakan pendapatan penduduk Rusia melonjak 5,4% tahun lalu, sementara rata-rata harga susu di pasaran hanya naik 0,5%. Kementerian Pertanian Rusia juga memberikan gambaran serupa. Selama tahun 2023, biaya produksi industri susu rata-rata hanya naik 1,67%, jauh lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi dalam negeri.

PARA ILMUWAN MENGEKSPLORASI MANFAAT ALGA UNTUK UNGGAS

Tinjauan mengenai pengintegrasian alga ke dalam makanan unggas menunjukkan jalan yang menjanjikan untuk meningkatkan nutrisi, meningkatkan upaya keberlanjutan dan berpotensi merangsang resistensi penyakit.

Penelitian yang dipublikasikan di Frontiers, dipimpin oleh para ilmuwan dari Texas A+M University di AS, mengamati esensi, keanekaragaman, komposisi kimia, dan manfaat nutrisi alga, menyoroti kemunculannya sebagai sumber nutrisi inovatif dan suplemen kesehatan untuk unggas.

Meningkatnya minat terhadap alga dalam nutrisi unggas berasal dari profil nutrisinya yang beragam, karena alga meningkatkan beragam protein, lipid, asam amino, vitamin, mineral dan antioksidan, sehingga menjadikan alga sebagai unsur pakan yang berharga.

Para ilmuwan mengatakan menggabungkan makroalga dan mikroalga dapat membantu meningkatkan kadar protein – Spirulina dan Chlorella menunjukkan tingkat protein hingga 50-70%, mengungguli sumber tradisional seperti bungkil kedelai. Sumber protein premium ini tidak hanya menyediakan asam amino penting untuk perkembangan otot dan kesehatan secara keseluruhan tetapi juga berfungsi sebagai cadangan asam lemak omega-3, seperti asam eicosapentaenoic (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), yang memberikan banyak manfaat kesehatan bagi unggas dan konsumen.

Alga juga memiliki sifat antioksidan yang dikaitkan dengan senyawa bioaktif seperti phycocyanin dan astaxanthin, yang mengurangi stres oksidatif dan meningkatkan respons kekebalan unggas, meningkatkan kesehatan yang kuat dan ketahanan terhadap penyakit. (via Poultryworld)

BISAKAH MAINE DI AS MEMBALIKKAN PENURUNAN PETERNAKAN SAPI PERAHNYA?

Maine bahkan tidak termasuk dalam 8 negara bagian AS yang paling banyak memproduksi susu, namun jika dilihat dari ukurannya, industri susu di negara bagian ini secara historis sangat kuat. Namun, tidak seperti negara-negara bagian teratas – California, Wisconsin, Texas, Idaho, New York, Michigan, Pennsylvania, Iowa dan Ohio – produksinya tidak stabil. Di Maine, angkanya menurun.

Sejak tahun 1999, jumlah peternakan sapi perah di Maine telah berkurang dari sekitar 700 menjadi 145. Pada saat yang sama, Dairy Global baru-baru ini menganalisis mengapa sektor peternakan sapi perah di negara bagian South Dakota, AS, berkembang pesat. Departemen Pertanian AS baru-baru ini melaporkan bahwa populasi sapi perah di South Dakota telah tumbuh 70,5% sejak tahun 2019.

South Dakota berfokus pada pertumbuhan industri susu, dan hal ini tidak disertai dengan tantangan yang dihadapi oleh peternak sapi perah di negara bagian lain. Hal ini mencakup peraturan kerja lembur, peraturan ketat tentang pupuk kandang dan limbah cair (terutama di California) dan meningkatnya kekurangan air.

Seperti yang dijelaskan di media lokal, permintaan produk susu di Maine sangat tinggi, namun biaya untuk menjalankan peternakan sapi perah terus meningkat sementara harga susu tidak. Selama pandemi ini, banyak lahan pertanian yang hilang karena biaya operasional yang lebih tinggi tanpa adanya peningkatan pendapatan pertanian.

Selain itu, pada tahun 2021, Danone/Horizon Organic mengakhiri kontrak dengan 14 peternakan di Maine (dan lebih banyak peternakan di negara bagian lain). Menanggapi hal ini, sebuah kelompok termasuk Maine Farmland Trust, Maine Department of Agriculture, Conservation and Forestry, University of Maine Cooperative Extension dan Maine Dairy Industry Association (MDIA) membentuk satuan tugas untuk membantu peternakan ini bertahan.

Pada tahun 2022, gubernur mendeklarasikan bulan Juni sebagai 'Bulan Susu Maine' setiap tahun untuk menarik perhatian pada produk susu. Hal ini merupakan bagian dari inisiatif untuk meningkatkan konsumsi produk susu buatan negara bagian, yang disebut 'Choose Maine Dairy'.

Kini, satuan tugas baru sedang mencari cara untuk membantu menjaga semua peternakan sapi perah yang tersisa di negara bagian tersebut tetap bertahan. Annie Watson, presiden MDIA, mengatakan para anggotanya akan melakukan analisis menyeluruh terhadap situasi tersebut dan memberikan solusi yang direkomendasikan pada akhir tahun ini.

PETERNAK UNGGAS AZERBAIJAN MERAMBAH EKSPOR

Peternak Azerbaijan berencana untuk meningkatkan operasi dan meluncurkan ekspor daging broiler ke negara -negara Timur Tengah dan Rusia, Myurvyat Hasanli, kepala Asosiasi Unggas Azerbaijan, mengatakan.

Hasanli mengatakan bahwa mendapatkan pijakan di pasar luar negeri mengharuskan Azerbaijan untuk membangun kapasitas produksi baru dan memodernisasi peternakan yang ada. Dia menambahkan bahwa kurangnya tanah adalah salah satu masalah utama yang menghambat pertumbuhan industri unggas.

"Saya ingin pemerintah mengizinkan pembangunan peternakan unggas di lahan pertanian yang ditemukan tidak cocok untuk menanam tanaman," kata Hasanli, menyatakan keyakinan bahwa ini akan membantu negara memperluas produksi unggas ke tingkat yang memungkinkan surplus ekspor.

Selama beberapa bulan terakhir, peternak Azerbaijan telah membuktikan keefektifannya dengan meluncurkan ekspor telur, kata Hasanli.

Sejak pemerintah Rusia memutuskan untuk mengizinkan impor telur bebas bea, Azerbaijan telah mengirimkan sekitar 60 juta telur ke tetangga utara. Selain menjual telur makanan kepada pelanggan Rusia, Hasanli mengindikasikan bahwa negara itu juga telah mulai mengekspor telur penetasan, menekankan bahwa mereka tidak pernah mengekspor produk ini sebelumnya. (via Poultryworld)

PT CAHAYA SAKTI KIMIA GELAR SEMINAR EDUKASI MIKOTOKSIN

Yuana Saputra, Teritory Manager Olmix Indonesia memaparkan materi seminar (Foto: Istimewa)


Mini seminar mengangkat topik “How to Eliminate Mycotoxin Challenge in Various Raw Materials" yang diselenggarakan PT Cahaya Sakti Kimia dan PT Olmix Indonesia Nutrition (Olmix), Maret lalu berlangsung sukses. Kegiatan digelar selama dua hari pada 18 Maret 2024 di Kayu Arum Resort, Salatiga dan 19 Maret 2024 di Hotel POP, Solo.

Ronald Paulus selaku Direktur PT Cahaya Sakti Kimia saat dihubungi Infovet melalui WhatsApp mengatakan latar belakang diadakannya seminar tersebut sebagai pengingat bahwa kondisi bahan baku pakan ternak utama yaitu jagung masih rentan terhadap kontaminasi, mikotoksin baik field mycotoxin maupun storage mycotoxin.

“Kegiatan ini juga sebagai salah satu wujud peran serta kami dalam mendukung kesehatan hewan di Indonesia dengan memberikan edukasi dan informasi kepada peternak dan feedmiller. Khususnya tentang mikotoksin, global tren mikotoksin, mycotoxin management and strategy, metode sampling yang benar untuk mendukung analisa mikotoksin, efikasi beberapa bahan toxin binder, serta teknologi dari Olmix Perancis di dalam MTX+ untuk mengikat semua jenis mikotoksin,” terang Ronald.

Acara dibuka dengan opening speech dari Endri Yoga Laksana selaku Technical Manager Olmix dan Yuana Saputra selaku Teritory Manager Olmix Indonesia.

Paparan materi berjudul “How to Eliminate Mycotoxin Challenge in Various Raw MaterialProduct Specialist Olmix untuk Asia, Mike Lin. Disusul dengan presentasi produk MTX+ , Solusi dari Olmix oleh Endri Yoga Laksana dan Yuana Saputra.

Toxin binder wide spectrum dari Olmix yaitu MTX+ dengan nanoteknologi interspaced montmorillonite yang telah dipatenkan dengan kemampuan mengikat segala jenis mikotoksin. Selain itu terdapat kandungan Yeast Cell walls, Diatomaceous earth, dan ekstrak alga untuk memaksimalkan kinerja dari toxin binder ini. Produk ini telah melewati uji invitro dynamics trial dengan efikasi tinggi terhadap FUM dan DON.

Foto betsama customer yang hadir dalam seminar (Foto: Istimewa)

Usai sesi tanya jawab, tim Olmix dan Aziz selaku Sales PT Cahaya Sakti Kimia area Jawa Tengah menyampaikan promo program dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan lucky draw. Seminar ini dihadiri customer yang diantaranya para peternak layer, babi, serta local feedmill. (NDV)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRODUKSI TELUR

Keseragaman bobot pullet harus terjaga sampai fase puncak produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Budi daya ayam petelur di Indonesia masih menjanjikan. Karena telur dinilai sebagai salah satu sumber protein hewani yang harganya terjangkau bagi masyarakat. Meskipun begitu, peternak kian dihadapkan tantangan dalam beternak ayam petelur, bagaimana agar tetap profit dan efisien?

Kenyataannya di lapangan masih banyak peternak ayam petelur yang mengeluhkan sulitnya mencapai standar performa ayam sesuai dengan guideline tiap strain-nya. Berbagai permasalahan yang biasa dikemukakan seperti produksi tidak mencapai puncak, produksi kurang persisten (cepat turun), kualitas dan berat telur di bawah standar sehingga mengakibatkan konversi ransum membengkak yang pada akhirnya mengganggu laju pendapatan.

Infovet mencoba menjabarkan beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan dalam beternak ayam petelur. Setidaknya ada beberapa faktor seperti genetik, nutrisi, manajemen pemeliharaan, serta lingkungan.

Memanfaatkan Potensi Genetik Secara Maksimal
Ayam petelur modern merupakan ayam dengan genetik yang terseleksi dengan berbagai teknik pemuliaan. Dimana tiap ras saling mengklaim memiliki potensi yang mampu menghasilkan telur dalam jumlah banyak (hen day tinggi) dengan intensitas waktu yang lama (persistensi produksi telur baik), serta memiliki tingkat konversi pakan yang baik. Hal tersebut disampaikan oleh Director PT ISA Indonesia, Henry Hendrix.

“Kini layer modern bisa berproduksi dengan baik hingga mencapai umur 100 minggu, dimana yang sebelumnya siklus produksi hanya sekitar 80 minggu,” tutur dia dalam sebuah seminar di BSD.

Meskipun telah didesain sedemikian rupa, ayam petelur modern memiliki beberapa sisi kekurangan. Salah satunya yaitu relatif sulit mencapai berat badan standar terutama ketika fase starter dan memasuki awal produksi hingga puncak.

Selain itu, ketertinggalan berat badan tersebut sulit dikompensasi saat fase pemeliharaan berikutnya. Ayam petelur modern saat ini juga lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ransum.

Hal ini disampaikan oleh Senior Specialist Poultry De Heus Indonesia, Jan Van De Brink, dalam suatu webinar. Menurutnya saat ini di lapangan yang sering terjadi adalah over maupun under weight pada pullet yang hendak memasuki fase produksi.

“Keseimbangan dan keseragaman bobot badan menjelang fase produksi ini sangatlah penting. Ini yang kerap banyak gagal terjadi di peternak, kalau tidak kelebihan, ya bobotnya kurang, dan ketika masuk fase produksi jadi kurang optimal,” kata Jan.

Ketika ayam sudah memiliki potensi unggul tetapi tidak didukung lingkungan yang memadai, maka hasilnya tidak akan maksimal. Manajemen yang baik tentu akan menghasilkan produksi telur yang baik atau meningkat. Begitupun sebaliknya, manajemen buruk maka hasilnya tidak akan bagus.

Lebih lanjut Jan mengatakan, pertumbuhan dan fase rearing pada ayam petelur seharusnya tidak selesai di umur 16 minggu, melainkan sampai umur 30 minggu. “Kita harus mempersiapkannya karena ini sangat krusial, kita ingin produk optimal pada saat ayam memulai bertelur hingga fase puncak,” tambahnya.

Sebab apabila ayam sudah mencapai umur 18 minggu, yang bisa diperbaiki… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024. (CR)

FLU BURUNG KEMBALI MENYERANG PRODUSEN TELUR AMERIKA

Produsen telur terbesar di AS, Cal-Maine Foods, kembali dilanda wabah flu burung. Salah satu fasilitas perusahaan di Parmer County, Texas, dinyatakan positif HPAI, mengakibatkan depopulasi sekitar 1,6 juta ayam petelur dan 337.000 pullet, atau sekitar 3,6% dari total ternak di Cal-Maine Foods.

Pada bulan Desember 2023, perusahaan tersebut melaporkan wabah flu burung di lokasi perusahaannya dan melaporkan bahwa fasilitasnya di Kansas dinyatakan positif mengidap HPAI, yang berdampak pada sekitar 684.000 ayam petelur, atau sekitar 1,6% dari total ternak perusahaan.

Produksi di fasilitas di Parmer Country, Texas, untuk sementara dihentikan karena perusahaan mengikuti protokol yang ditentukan oleh USDA. Cal-Maine Foods berupaya mengamankan produksi dari fasilitas lain untuk meminimalkan gangguan terhadap pelanggannya dan terus bekerja sama dengan pejabat pemerintah federal, negara bagian, dan lokal serta kelompok industri terfokus untuk memitigasi risiko wabah di masa depan dan mengelola respons secara efektif.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, risiko kesehatan manusia terhadap masyarakat AS akibat virus HPAI dianggap rendah. Selain itu, menurut USDA, HPAI tidak dapat ditularkan melalui telur yang ditangani dengan aman dan dimasak dengan benar. Tidak ada risiko yang diketahui terkait HPAI terkait dengan telur yang saat ini beredar di pasaran dan tidak ada telur yang ditarik kembali.

Divisi APHIS di USDA dan masing-masing negara bagian melacak dan melaporkan secara publik setiap insiden HPAI berdasarkan lokasi. Perusahaan akan memberikan informasi terkini dalam laporan triwulanan berikutnya untuk diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa dan tidak berharap untuk memberikan pembaruan sementara kecuali jika bersifat material. (via Poultryworld)

AS: FLU BURUNG LEBIH BANYAK TERJADI PADA SAPI, KINI MANUSIA JUGA TERTULAR

Jumlah peternakan sapi perah yang terinfeksi flu burung H5N1 di AS terus bertambah. Selain itu, kasus pertama pada manusia yang kemungkinan ditularkan melalui sapi juga telah dilaporkan.

Hal ini dilaporkan oleh Layanan Kesehatan Hewan AS dan Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, serta Layanan Inspeksi Kesehatan Hewan dan Tumbuhan (APHIS).

Di Texas, seorang karyawan peternakan sapi perah yang terinfeksi didiagnosis menderita infeksi flu burung pada akhir minggu lalu. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa virus yang ditemukan sangat mirip dengan jenis virus yang awalnya ditemukan pada sapi perah di Texas dan Kansas. Tampaknya sapi perah tersebut telah terinfeksi oleh unggas liar (yang mati). Tidak ditemukan perubahan besar (mutasi) pada virus tersebut. Meski demikian, ada kemungkinan manusia tertular virus melalui sapi yang terinfeksi.

Orang yang terinfeksi memiliki keluhan pada mata, yang sebelumnya juga dialami oleh orang yang terinfeksi virus flu burung. Ketika masyarakat di Belanda tertular virus H7N7 pada tahun 2003, mereka juga mengalami keluhan serupa. Saat itu, virus H7N7 terdeteksi pada 89 orang di Belanda, satu di antaranya meninggal. Lebih dari 450 orang mengalami keluhan mata yang mungkin disebabkan oleh virus flu burung.

APHIS melaporkan minggu ini bahwa flu burung yang sangat patogen telah terdeteksi di sebuah peternakan sapi perah di negara bagian New Mexico dan di 5 peternakan sapi perah di negara bagian Texas. Hal ini menjadikan jumlah total peternakan sapi perah yang terinfeksi sejak kasus pertama (25 Maret) menjadi 11 di 4 negara bagian berbeda (Michigan, Kansas, New Mexico, dan Texas). Investigasi terhadap lebih banyak infeksi di negara bagian Idaho masih berlangsung.

Di peternakan yang terinfeksi, sekitar 10% hewan menjadi sakit. Produksi menurun dan hewan-hewan tersebut mengalami gejala penyakit ringan. Susu dari hewan yang terinfeksi tampaknya lebih kental dari biasanya, mirip dengan kolostrum, menurut USDA. (via Poultryworld)

AYAM SEHAT PRODUKSI TIDAK GOYANG

Ayam memerlukan kandungan nutrisi seimbang yang menjadi salah satu faktor untuk mempertahankan produksi stabil dan tidak goyang. (Foto: Dok. Infovet)

Ayam sehat merupakan salah satu kunci keberhasilan peternak dalam menjaga produksi tetap stabil dan tidak goyang.

Menjaga ayam tetap sehat seperti halnya menjaga bayi yang sedang tumbuh membutuhkan tenaga dan energi yang ekstra. Untuk mencapai keberhasilan sesuai target yang diinginkan, yaitu ayam selalu dalam kondisi sehat dan menghasilkan untung bagi peternak tentu butuh effort yang lebih besar.

Ayam yang dibudidayakan saat ini merupakan ayam yang berasal dari proses domestikasi dalam waktu yang lama hingga menghasilkan ayam ras dengan potensi produksi telur tinggi seperti sekarang.

Generasi ayam ras ini dikenal dengan istilah final stock atau commercial stock atau modern commercial strain. Meski banyak keuntungan yang didapatkan dari ayam yang memiliki produksi telur tinggi, namun di sisi lain ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh peternak ayam modern ini. Di antaranya ayam modern lebih peka terhadap kondisi lingkungan seperti perubahan cuaca atau musim dan mudah mengalami stres. Hal ini tentunya dapat menyebabkan penurunan performa ataupun produktivitas.

Oleh sebab itu, beberapa faktor yang menjadi penyebab kesehatan ayam petelur yang terganggu akibat penurunan performa produktivitas dapat dipengaruhi oleh multifaktor yang sering kali terkait satu sama lain dan bersifat kompleks. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap kuantitas, ukuran, dan kualitas telur.

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesehatan ayam yaitu paparan penyakit infeksius yang kebanyakan disebabkan oleh virus, seperti egg drop syndrome (EDS), infectious bronchitis (IB), avian influenza (AI), dan newcastle disease (ND). Penyakit ini dapat menyebabkan drop produksi yang tajam.

Pada kasus penyakit infeksius di lapangan sering kali ditemukan kombinasi dari beberapa penyakit. Contohnya ditemukan kasus dengan gejala klinis dan patologi anatomi mengarah AI, namun setelah dilakukan uji laboratorium ditemukan positif AI dan ND. Hal ini dapat disebabkan karena masuknya penyakit ke dalam tubuh ayam, maka ayam dalam kondisi imun yang turun sehingga penyakit ikutan lainnya mudah untuk masuk.

Langkah yang efektif untuk menjaga kesehatan ayam agar mampu memberikan produktivitas optimal adalah dengan pencegahan menggunakan vaksin yang homolog sebagai berikut:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2024.

Ditulis oleh:
Syamsidar
Marketing Support, PT Sanbio Laboratories

KEMENTAN MINTA BULOG FOKUS SERAP DUA KOMODITI STRATEGIS

Jagung sebagai komoditi strategis nasional. (Foto: Dok. Infovet)

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, meminta Bulog memperkuat penyerapan dan distribusi hasil panen raya petani. Bulog diharapkan mampu membeli hasil panen dengan harga yang menguntungkan petani. Saat ini pihaknya tengah fokus pada pemenuhan pangan dalam negeri untuk menekan kebijakan impor. Dua di antara komoditas yang ditargetkan adalah padi dan jagung sebagai komoditi strategis nasional.

“Jangan sampai kita terlalu bersemangat pada impor daging kerbau tapi serap gabah dan jagung hasil panen raya petani malah tidak berdaya,” kata Mentan.

Hal tersebut menanggapi keluhan Direktur Utama Bulog soal tidak mendapatkan izin impor daging kerbau 2024. Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Dirkesmavet), Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Syamsul Ma’arif, mengatakan sesuai hasil Rakortas yang dikoordinasikan oleh Menko bidang Perekonomian pada 28 Maret 2024, telah diputuskan bahwa izin impor hanya diberikan pada PT Berdikari dan PT PPI.

“Rakortas pertama pada 13 Desember 2023 memutuskan impor daging kerbau hanya menyebutkan pelaksanaan oleh BUMN. Kemudian Rakortas kedua pada 28 Maret 2024 memutuskan penugasan impor daging kerbau kepada PT Berdikari dan PT PPI. Jadi begitu keputusan pemerintah selaku regulator,” tegas Syamsul melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa (2/4/2024).

Syamsul juga mengatakan bahwa sebenarnya saat ini beban Bulog cukup berat. Untuk menyerap hasil panen jagung dan gabah petani saja tidak sanggup, sehingga sebaiknya tidak menambah beban perusahaan.

“Importasi jutaan ton beras saat ini sepertinya belum maksimal. Begitu pula serap jagung masih macet. Sebaiknya fokus bisnisnya membantu petani dalam negeri. Toh impor daging kerbau dilakukan juga oleh BUMN,” tukasnya. (INF)

FLU BURUNG DI PERANCIS MENURUN

Departemen Pertanian di Perancis telah menaikkan tingkat risiko penyakit flu burung dari tingkat parah ke tingkat sedang dan melaporkan bahwa epidemi ini sejauh ini tidak terlalu parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya berkat kampanye vaksinasi unggas secara besar-besaran.

Hingga pertengahan Maret, pihak berwenang Perancis telah mencatat 10 kasus flu burung patogen tinggi sejak terdeteksi pertama kali pada 27 November 2023.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh keberhasilan vaksinasi pada bebek, yang pada epidemi sebelumnya terbukti sangat rentan terhadap flu burung, serta beberapa unggas lainnya. Hingga akhir bulan Februari, lebih dari 21,6 juta bebek telah divaksinasi, yang merupakan sepertiga dari total 64 juta bebek yang harus dirawat. Setiap hewan menerima 2 vaksinasi, yang pertama pada 10 hari dan yang kedua 18 hari kemudian. Total biaya kampanye diperkirakan sebesar €100 juta dimana 85% ditanggung oleh negara. (via Poultryworld)

PEMANTAUAN PANGAN JELANG LEBARAN, PEJABAT KEMENTAN: CUKUP DAN AMAN

Kementan bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan di pasar untuk memastikan ketersediaan pangan jelang Lebaran. (Foto: Istimewa)

Memasuki 10 hari menjelang Idul Fitri 1445 H, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Komisi IV DPR RI melakukan pemantauan untuk memastikan ketersediaan dan pasokan 12 bahan pangan pokok aman dan mencukupi.

Dalam keterangan resminya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersedian daging sapi, maupun daging dan telur ayam ras, karena pemerintah terus melakukan pemantauan di lapangan.

“Berdasarkan pemantauan ketersediaan telur ayam, daging ayam, dan daging sapi cukup tersedia dan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Idul Fitri,” kata Nasrullah saat melakukan pemantauan bersama di Pasar Cibinong dan Pasar Induk Kemang, Bogor, Jawa Barat, Senin (1/4/2024).

Ia menambahkan, menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), pemerintah berkomitmen mengintensifkan pemantauan pasokan dan meningkatkan kelancaran distribusi bahan pangan dari daerah sentra produksi ke daerah konsumen. Selain itu juga memberikan informasi tentang kepastian penyediaan pasokan dan sekaligus meningkatkan keamanan pangan untuk mencegah terjadinya peredaran bahan pangan yang tidak memenuhi kaidah keamanan pangan.

Ditemui di tempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan, mengatakan bahwa kondisi pangan di Bogor dipastikan dalam keadaan aman dan terkendali. “Kami ingin memastikan bahwa kebutuhan pangan jelang Lebaran itu tak terkendala apapun dan masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkannya,” katanya.

Sementara menurut Jamaludin, seorang penjual telur di Pasar Cibinong, menyampaikan bahwa pasokan telur ayam ke lapaknya sampai saat ini berjalan lancar, bahkan stok telur sampai lebaran dalam kondisi aman. “Untuk stok telur ayam masih aman sampai saat ini dan alhamdulillah pembeli terus berdatangan dan bertambah setiap harinya,” kata Jamaludin.

Selain itu, adapun untuk daging sapi juga disebutkan stoknya masih tercukupi. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuda, salah seorang penjual daging sapi. Daging yang ia peroleh berasal dari pemasok dari rumah pemotongan hewan (RPH) Cibinong.

Hal senada juga dikatakan oleh Hermawan, penjual daging ayam broiler yang menyampaikan penjualannya berjalan normal dengan pasokan yang lancar. “Pembeli mau beli ayam berapapun kami siap potong untuk kebutuhan menjelang Idul Fitri, insyaallah aman,” katanya.

Pemantauan bersama tersebut juga dilakukan pada usaha peternakan unggas Kandang Jabrik yang terletak di Desa Tonjong, Tajurhalang, Bogor. Peternakan yang memiliki lahan 5.000 m2 dengan populasi broiler mencapai 27.000 ekor tersebut menjadi salah satu sasaran pemantauan karena perannya dalam produksi unggas di wilayah tersebut. (INF)

CEVATALK EPISODE 7 : LESS IS MORE

Suasana Saat Cevatalk

PT Ceva Animal Health Indonesia kembali menyapa para customer mereka dengan menggelar sesi diskusi interaktif mereka yang bernama Ceva Talk melalui laman instagram resmi mereka, Senin 25 Maret 2023 yang lalu. Tema yang diusung kali ini Less is More. 

Dijelaskan Adhysta Prahaswari selaku Marketing Manager Ceva, bahwa maksud dari tema tersebut adalah manajemen vaksinasi pada ayam petelur.

"Ayam petelur masa hidupnya panjang, tentunya program vaksinnya juga banyak dan berulang - ulang, tentunya ini meningkatkan risiko kegagalan vaksin akibat stress. Jadi tema kali ini adalah bagaimana mengatur agar vaksinasi lebih efektif," tuturnya.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Dedi Nur Aripin selaku Veterinary Service Layer Specialist PT Ceva. Dalam paparannya, Dedi menjelaskan rutinitas dan fase kehidupan ayam petelur mulai dari DOC, pullet, awal produksi, puncak produksi, dan afkir.

Waktu pemeliharaan yang panjang tentunya membuat ayam petelur membutuhkan waktu timbuh kembang yang maksimal, dimana lingkungan yang baik dan minim stress dibutuhkan. Namun karena padatnya jadwal vaksinasi dapat menambah risiko stress yang dapat menurunkan imunitas tubuh.

"Ayam yang berada dalam keadaan sehat tetapi stress, tetap berisiko menaikkan angka kegagalan vaksin. Ini yang harus diminimalisir," tutur Dedi. 

Mengatur Jadwal vaksinasi ayam petelur kata Dedi bisa disesuaikan dengan kondisi terkini di kandang. Ia mengambil contoh salah satu produsen bibit ayam yang menekankan bahwa kunci keberhasilan produksi ayam petelur ada pada angka 5 16 300.

"5 Minggu pertama fase kehidupan merupakan fase dimana ayam harus memiliki bobot yang sesuai standar dengan kseragaman yang tinggi. Ini akan menjadi kunci apakah produksi bisa tepat atau telat," tutur Dedi. 

Ia menambahkan bahwa pada lima minggu pertama merupakan perkembangan organ pencernaan dan kekebalan. Sehingga akan menentukan awal mula produksi, puncak produksi, jumlah telur yang dihasilkan, bisa dibilang 5 minggu pertama adalah fase golden age bagi ayam petelur. 

Sedangkan pada umur 16 minggu merupakan fase perkembangan sistem hormon dan reproduksi ayam. Pada umur ini harus diusahakan bobot badan sesuai standar dan keseragamannya tinggi, jika tidak peternak harus siap produksi telurnya mundur. 

Dan pada tahapan terakhir yaitu 300, ini merupakan kunci ketiga, dimana harus diperhatikan tercapainya berat badan dari mulai produksi 5% sampai puncak produksi. Pada periode tersebut pertambahan berat badan harus mencapai 300 gram.

Dengan manajemen vaksinasi yang tepat, kata Dedi ayam dapat tumbuh secara maksimal sesuai target tanpa risiko stress yang tinggi. Ceva sangat berkomitmen akan hal ini, dimana dengan segala sumberdaya dan teknologi yang dimiliki terus berinovasi dengan berbagai macam program seperti vaksinasi in ovo, hatchery vaksin, dan sebagainya. 

"Jadi salah satu yang kami upayakan adalah ayam tidak terlalu sering terpapar stress akibat keseringan divaksin, dengan teknologi yang kami miliki kami yakin dapat memberi solusi manajemen vaksinasi terbaik agar produksi tetap optimal," tuturnya. 


BENARKAH TELUR DADAR BISA SEBABKAN KANKER DAN DIABETES?

Telur dadar. (Foto: Shutterstock)

Pendapat bahwa olahan telur dadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes yang tayang di podcast Kasisolusi membuat bingung pemirsanya. Ahli gizi dari IPB menyebut butuh pembuktian melalui uji klinis. Bagaimana sebenarnya?

Pertengahan Februari lalu, jagad media TikTok dihebohkan dengan pernyataan narasumber sebuah tayangan podcast yang menyebut telur dadar bisa sebabkan kanker dan diabetes. Dalam podcast Kasisolusi yang tayang pada Kamis (8/2/2024), Iwan Benny Purwowidodo, founder Konsep Karnus, mengatakan bahwa telur yang didadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes.

Dalam tayangan podcast tersebut, Iwan menjelaskan di dalam telur terdapat zat biotin dan avidin. Biotin dibutuhkan tubuh untuk mengubah asam lemak dari minyak dalam kuning telur. Jika putih dan kuning telur mentah dicampur, biotin akan diikat oleh avidin yang terdapat dalam putih telur. Ini menyebabkan biotin tidak dapat berfungsi, begitu ulasan narasumber dalam podcast ini.

Dalam kajian sains, biotin adalah vitamin B yang larut dalam air. Biotin yang juga dikenal sebagai vitamin B7, terlibat dalam produksi glukosa dan asam lemak sehingga penting bagi tubuh. Menurut artikel dalam Jurnal Encyclopedia of Cell Biology tahun 2023, kekurangan biotin dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi telur mentah (enam telur per hari) selama berbulan-bulan.

Ketika tubuh kekurangan biotin dan asam lemak masuk dalam darah, maka akan terjadi oksidasi parsial. Akibatnya, muncullah senyawa disebut malondialdehid, yang akan merampas elektron di DNA dan RNA, sehingga terjadi risiko kanker.

Kemudian, jika asam lemak macet akibat tubuh kekurangan biotin, kemudian berinteraksi oksigen dalam darah, penyumbatan dapat terjadi. Menurut Iwan, penyumbatan akan menutupi reseptor insulin, sehingga dapat menyebabkan diabetes.

Dengan demikian, Iwan berpendapat bahwa telur sebaiknya tidak diolah dengan cara didadar untuk mencegah risiko kanker dan diabetes, sebagaimana yang ia jelaskan.

Ulasan ini bukan hanya membuat orang yang menyimak tayangan tersebut jadi bingung, tapi juga bertanya-tanya apakah ini benar atau malah menyesatkan. Jika ini benar, bisa jadi orang akan beripikir ulang kalau mau mengonsumsi telur dadar. Tetapi jika ulasan dalam tayangan podcast ini hanya kajian teori saja, tanpa ada uji klinis yang akurat, maka para ahli nutrisi perlu angkat bicara.

Sebab, isu soal olahan makanan yang dinilai berbahaya melalui media sosial sangat rentan dijadikan referensi pembaca untuk dipercayai. Tak menutup kemungkinan kalau sampai viral dan diyakini kebenaran informasinya, bisa jadi orang akan berhenti total makan telur dadar yang sangat nikmat. Efek bisnisnya, para pemilik warteg dan warung padang akan berhenti menyediakan menu telur dadar gara-gara pembeli takut untuk mengonsumsinya.

Butuh Pembuktian
Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan, teori yang disampaikan narasumber dalam podcast tersebut masih merupakan kajian teoritis. Belum ada kajian klinis, apalagi epidemiologis yang membuktikan bahwa mereka yang mengonsumsi telur dadar rentan kanker dan penyakit lainnya.

“Untuk membuktikan hal tersebut benar atau tidak, maka narasumber sebaiknya menunjukkan uji pada hewan sebagai pra klinis dan melakukan survei epidemiologis pada orang-orang yang suka mendadar telur versus yang suka merebus telur. Ini pembuktian yang sangat panjang jalannya. Untuk sementara saya tetap ndadar telur,” ujarnya kepada Infovet.

Konsumsi telur ayam sangat dianjurkan untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, telur merupakan sumber protein dan kandungan gizi lainnya yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dalam perbicangan dengan Infovet sebelumnya, Ali Khomsan berpendapat mengonsumsi satu jenis menu secara terus menerus memang bisa membosankan. Karena itu, variasi dalam mengolah telur sangatlah penting. Salah satunya diolah dengan cara didadar. Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan ibu menyusui, asupan gizi protein hewani dari daging ayam dan telur sangat dibutuhkan.

“Kandungan asam amino yang ada di dalam telur dan daging ayam juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Namun demikian, proses pengolahan daging ayam yang baik adalah sampai sempurna matangnya,” ujar pakar gizi ini.

Menurutnya, konsumsi telur dan daging ayam bagi anak-anak sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu menyusui bayinya. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor.

Dihubungkan dengan Mitos
Hal senada juga disampaikan oleh dr Triza Arif Santosa, yang merupakan dokter spesialis anak terhadap tayangan podcast yang mengulas konsumsi telur dadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes. “Gak bener itu, Pak,” itulah komentar singkat yang diterima Infovet.

Dalam beberapa diskusi dengan Infovet sebelumnya, dokter spesialis anak yang rajin menjadi pembicara tetang gizi bagi anak ini, merasa prihatin dengan ulasan-ulasan seputar konsumsi telur dan daging ayam. Bahkan persoalan konsumsi telur kerap kali dihubung-hubungkan dengan mitos yang sumbernya tidak jelas.

Salah satu mitos yang sering terdengar di tengah masyarakat adalah munculnya bisul pada anak yang mengonsumsi telur. Menurut Triza, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, telur merupakan sumber nutrisi yang baik bagi anak-anak. Pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting.

Untuk memperkuat kajian ilmiah ini, dalam sebuah jurnal kesehatan penelitian dari Washington University, menyebutkan bayi-bayi mulai usia 6-9 bulan yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Dengan penjelasan detail dan ilmiah dari Triza ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang sangat minim kandungan gizinya. Namun faktanya, masih banyak orang tua yang justru memberikan kerupuk kepada anaknya yang masih balita sebagai lauk.

Masalah Putih dan Kuning Telur
Hal lain yang menjadi kontroversi adalah dalam tayangan podcast tersebut juga diulas bahwa memasak telur jangan dicampur antara putih dan kuningnya, karena ada dampak lain dalam hal kandungan gizi. Pendapat ini juga perlu dibuktikan melalui uji klinis.

Masih menurut Jurnal Encyclopedia of Cell Biology, putih telur mengandung protein yang disebut avidin. Avidin dapat berikatan sangat erat dengan biotin, meskipun tidak melalui ikatan kovalen. Avidin mengikat biotin yang dilepaskan selama pencernaan protein makanan sehingga mencegah penyerapannya. Namun, perlu diketahui bahwa avidin dapat hancur saat dimasak.

Panas selama proses memasak menyebabkan perubahan struktural pada avidin sehingga kurang efektif dalam mengikat biotin. Hal ini membuat biotin lebih mudah diserap tubuh. Karena itu, tidak masalah untuk mengonsumsi putih dan kuning telur yang sudah dimasak.

Dilihat dari narasi konten podcast di atas dan komentar para ahli gizi, tampaknya cara mengolah telur jadi menu yang nikmat kadang menjadi kontroversi. Ada yang menyebut mengolah telur dengan digoreng (dadar) akan menimbulkan penyakit tertentu. Ada juga yang berpendapat meskipun direbus tapi kalau diolah dengan santan juga dianggap kurang baik bagi kesehatan. Sementara untuk mengonsumsi telur agar terasa nikmat, setiap orang memiliki cara tersendiri.

Untuk menghindari kontroversi yang membingungkan masyarakat, ada baiknya para narasumber yang “ahli” di bidang nutrisi atau gizi bisa lebih berhati-hati dalam membuat ulasan. Bisa berdampak kemana-mana jika konten ulasan kesehatan yang belum teruji secara klinis sudah kadung dimuat dan viral di media sosial. Karena itu, bijaklah dalam membuat konten medsos. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer