-->

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PENGURUS DKM SE-INDONESIA DALAM PENYELENGGARAAN IDUL ADHA 1444 H

Idul Adha merupakan sebuah momen yang identik dengan peyembelihan hewan kurban. Tentu tidaklah cukup untuk sekedar memastikan hewan ternak telah tersembelih dan terdistribusikan. Namun perlu kita pastikan bahwa hewan dalam keadaan sehat sebelum tersembelih terutama di tengah wabah penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Peste de Petits Ruminant (PPR). Serta hewan telah menjalani proses yang halal dan toyyib pada saat disembelih hingga memastikan bahwa daging yang diterima masyarakat merupakan daging aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). 

Berdasarkan hal tersebut dalam rangka Idul Adha 1444 H, Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) serta Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Intitut Pertanian Bogor (SKHB IPB), The Halal Science Center (HSC) of IPB University, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempersembahkan Webinar Kurban Seri II dengan mengusung tema “Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengurus DKM Se-Indonesia dalam Penyelenggaraan Idul Adha 1444 H” pada Sabtu (17/6) secara daring.

Wakil Ketua Askesmaveti, drh Widarto, MP dalam sambutannya menyadari bahwa pelaksanaan kurban saat ini masih sering ditemukan penanganan yang tidak maksimal. Sebagai contoh penentuan syarat hewan kurban, penanganan hewan sebelum disembelih, penyembelihan dan pemotongan hewan kurban, sarana dan prasarana tempat pemotongan hewan kurban, sampai dengan praktek higienisasi dan dan sanitasi daging kurban yang kita lakukan selama ini harus diperbaiki.  Di samping itu, dalam kurun waktu 4 tahun ke belakang ini, pelaksanaan kurban harus dilaksanakan dengan ekstra berhati-hati dengan protokol kesehatan yang tepat. Mengingat munculnya berbagai wabah penyakit mulai dari Covid-19, kemudian terjadinya outbreak penyebaran penyakit PMK dan LSD, juga sekarang ditambahnya waspada PPR.

Sejalan dengan Widarto, drh Dyah Ayu Oktavianie AP, M Biotech, selaku Dekan FKH UB turut menyampaikan kewaspadaannya terhadap wabah penyakit-penyakit menular. Sehingga dengan adanya perkembangan situasi dan kondisi saat ini, peran dokter hewan dirasa perlu untuk membagikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat secara umum terkait hal-hal yang perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dalam penyeleggaraan kurban. Harapannya para panitia atau pengurus DKM ini sudah sedikit banyak memahami syariat penyemblihan hewan kurban, namun melalui kegiatan ini dapat memperluas pemahaman hingga dapat terlaksananya kurban secara aman, halal, dan toyyib, yang nantinya akan meningkatkan kualitas ibadah kurban masyarakat. 

Koordinator Substansi Zoonosis, Direktorat Kesmavet, drh Tjahjani Widiastuti yang mewakili drh Syamsul Ma’arif, MSi selaku Direkur Kesmavet mengungkapkan bahwa pada dasarnya, pemotongan hewan kurban telah diatur oleh pemerintah melalui UU No 18 Tahun 2009 jo UU No 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada Pasal 61 disampaikan bahwa pemotongan hewan yang dagingnya didistribusikan kepada masyarakat harus dilakukan di RPH. Namun dalam hal ini ada pengecualian yaitu untuk hari besar keagamaan, upacara adat, dan pemotongan darurat. Hal tersebut diturunkan dalam PP No 95 Tahun 2012 tentang Kesmavet dan Kesejahteraan Hewan dimana pada Pasal 11 dan 12 disampaikan bahwa untuk kabupaten dan kota yang belum memiliki RPH atau memiliki tapi kapasitas RPH kurang memadai, maka diperbolehkan untuk memotong diluar RPH. Perementan 114 Tahun 2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban juga diatur bagaimana persyaratan hewan kurban, penangan hewan kurban sebelum dipotong, bagaimana penyembelihan dan penanganannya, serta pembinaan dan pengawasannya. 

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 2022, terdapat 6.579 titik penjualan hewan. Jumlah tersebut terhitung separuh dari tahun 2021 karena kejadian PMK akibat adanya restriksi lalu lintas. Lokasi pemotongan hewan kurban di luar titik penjualan ada 33.685 titik dimana 774 titik dilakukan di masjid. Sedangkan jumlah hewan yang dipotong sekitar 1.712.000 ekor, tentu meningkat dari tahun 2021 yakni sekitar 1.600.000 ekor. Kalau tidak dilakukan mitigasi risiko penyebaran penyakit, maka sangat cepat menyebarkan penyakit ke wilayah yang dekat dengan tempat pemotongan tersebut.

Tjahjani menyebutkan pemerintah akan menerjunkan tenaga medik dan paramedik veteriner melalui menghimbau organisasi profesi baik PDPBHI untuk menggerakkan PDHI di seluruh Indonesia dan paramedik veteriner, juga seluruh mahasiswa di 11 FKH Indonesia untuk berperan aktif dalam pemantauan pelaksanaan hewan kurban di Indonesia. Ia menghimbau agar lokasi penyembelihan didaftarkan terlebih dahulu kepada otoritas yang berwenang untuk menjembatani apabila ditemukan adanya suatu penyakit sehingga ada petugas yang dikirimkan ke tempat-tempat tersebut.

Menyampaikan materinya terkait “Fatwa MUI Terkait Pemotongan Hewan Kurban di Tengah Situasi PMK dan LSD”, Prof Dr H M Asrorun Ni’am Sholeh, MA yang merupakan Ketua Fatwa MUI mengutarakan bahwa hewan yang dipersyaratkan untuk menjadi hewan kurban adalah hewan yang sehat, tidak cacat, tidak sangat kurus, tidak dalam keadaan sakit, dan cukup umur. Syarat-syarat tersebut menentukan keabsahan hewan yang akan dikurbankan. Setelah MUI memahami terkait penyakit LSD pada sapi dan kerbau, juga PPR pada kambing dan domba, tidak semua hewan sakit tidak diperkenankan jika gejalanya masih ringan dan tidak mempengaruhi kualitas daging. Sehingga penting untuk memastikan kondisi hewan yang akan digunakan sebagai kurban cukup umur, sehat fisik, dan telah memperoleh hasil pemeriksaan kesehatan.

Sebagai pemateri kedua, drh Widi Nugroho, PhD, Dosen Kesmavet FKH UB mengangkat tema bertajuk “Penerapan Higienitas dan Sanitasi di RPH dan Tempat Pemotongan Hewan Kurban dalam Kondisi PMK dan LSD”. Bicara tentang sanitasi area kurban meliputi sanitasi di kandang istirahat, tempat pemotongan, tempat pengolahan karkas dan jeroan merah, tempat pengolahan jeroan hijau, serta tempat pengemasan karkas dan jeroan. Sederhananya, tindakan sanitasi ada 2 yaitu penyediaan air bersih yang tidak terkontaminasi kotoran dan pengolahan limbah padat dan cair seperti kotoran dan urin hewan, darah, isi rumen, juga remahan potongan tulang, lemak, dan daging. Jika memerlukan dekontaminasi maka dilakukan pembakaran terlebih dahulu baru dibuang. 

Selain membuang limbah, juga harus menjaga kebersihan mulai dari kandang istirahat hingga tempat pemotongan, pengolahan karkas dan jeroan, serta pengemasan. Higienitas harus dilakukan pada personal dengan menjaga kebersihan badan dan tangan, higienitas pada peralatan, dan juga higienitas pada produk dengan menggunakan pengemasan yang bersih. Dalam keadaan PMK dan LSD selama kurban, maka sapi yang digunakan adalah sapi yang telah divaksin PMK dan LSD, kemudian diperlukan pemeriksaan pada waktu membeli, pengiriman dilakukan 2 hari sebelum sembelih, menolak sapi ketika datang dalam keadaan bergejala berat.

Selanjutnya, memasuki pembicara ketiga dengan materi berjudul “Pemotongan Hewan Kurban Sesuai Kesejahteraan Hewan dan Syariat Islam”, Dr drh Supatikno, MSi, PAVet, HSC IPB menyampaikan bahwa ada 3 kunci utama dalam penyembelihan. Yang pertama adalah mempersiapkan lingkungan mulai dari lokasi penurunan ternak, tempat penyembelihan, tempat pengolahan limbah, mempersiapkan penggantungan karkas, dan tempat penanganan karkas dan daging. Yang kedua ialah pembagian tugas dari petugas perbedahan dan penyembelihan yang kompeten, juga perbanyak orang yang menangani jeroan dan penggantungan karakas. Yang ketiga adalah peralatan mulai seperti pisau sembelihan, peralatan untuk handling hewan, dan kait penggantung daging. 

Ia juga menyebutkan adanya 5 prinsip dalam kesejahteraan hewan yang berlaku pada hewan sembelihan, pertama bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit. Kemudian bebas dari rasa takut dan tertekan, bebas untuk mengekspresikan perilaku alaminya. Adapun teknik sembelih halal di antaranya kecepatan, ayunan dan tekanan pisau tergantung pada keterampilan penyembelih dan pisau yang digunakan. Penyembelihan harus dilakukan dengan cepat, sekali ayun dan memotong 6 saluran yaitu trakhea, esofagus, vena jugularis, dan arteri carotis comunis kanan dan kiri. Penyembelihan dilakuka tepat di bawah dagu pada tulang leher C1 – C3 untuk menguragi penyumbatan pembuluh darah. Darah harus keluar cepat, deras, dan tuntas.  

drh Ira Firgorita, Koordinator Substansi Perlindungan Hewan, Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen PKH menggarisbawahi, pada prinsipnya hewan-hewan kurban yang akan dipotong harus dipastikan tidak membahayakan kesehatan dari hewan itu sendiri juga tidak membahayakan kualitas dan keamanan daging kurban untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu, peran dari para kompeten secara teknis menjadi sangat penting.

Menutup kegiatan, drh Renova Ida Siahaan, MSi, Ketua Askesmaveti menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua mitra atau kolaborator atas dukungan dan kerjasama dalam penyelenggaran webinar ini. Secara khusus, ia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia webinar yang sudah bekerja keras menyiapkan dan menyelenggarakan webinar ini sehingga dapat terselenggara dengan baik.

Ia mengutarakan bahwa pada prinsipnya, pemotongan hewan kurban yang dilakukan di luar RPH harus dapat dipastikan penyelenggaraan pemotongan hewan kurban terlaksana dengan baik dan benar di lapangan pada saat hari raya Idul Adha. Semua sarana dan prasarana harus disiapkan mulai dari sekarang. Harapannya, ada peningkatan atau perbaikan dalam proses penyelenggaraan pemotongan hewan kurban dari tahun ke tahun yang tentunya juga sebagai bagian dalam mendukung terciptanya keamanan pangan di Indonesia. (Rilis)

WEBINAR LALU LINTAS TERNAK KURBAN SAAT MEREBAKNYA PENYAKIT HEWAN

Webinar yang diselenggarkan oleh PPSKI berkolaborasi dengan CBC Indonesia soal update PMK dan LSD, bagaimana lalu lintas ternak menuju kurban. (Foto: Dok. Infovet)

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) masih menjadi momok bagi peternak ruminansia, apalagi menjelang Hari Raya Iduladha yang seharusnya menjadi momen menguntungkan bagi peternak. Lalu lintas ternak antar daerah pun menjadi urgensi untuk menekan penyebaran penyakit.

Seperti dibahas dalam webinar yang diselenggarkan oleh Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) berkolaborasi dengan CBC Indonesia soal “Update PMK dan LSD, Bagaimana Lalu Lintas Ternak Menuju Kurban” yang dilaksanakan pada Sabtu (17/6/2023).

Ketua PPSKI, Nanang Purus Subendro, pada kesempatan tersebut mengatakan, menjelang Iduladha selama dua tahun belakangan peternak dirundung problematika yang membuat peternak merugi, mulai dari pandemi COVID-19 (penerapan PPKM), hingga kemunculan penyakit LSD dan PMK.

“Kerugian peternak diperkirakan tergerus sekitar 25% dari modal yang dimiliki akibat adanya PMK, jadi banyak peternak yang tadinya sudah deal untuk menjual sapi tetapi batal karena sapinya terkena penyakit. PMK membuat musibah yang sangat luar biasa,” ujar Nanang.

Kondisi makin berat bagi peternak kala penyakit LSD juga ikut membayangi. Kata Nanang, langkah pemerintah dalam menangani LSD tidak segegap-gempita seperti penanganan PMK.

“Peternak pun masih kesulitan karena keterbatasan vaksinasi LSD, sementara untuk vaksinasi PMK memang banyak. Menjelang idul kurban ini menjadi harapan peternak, semoga melalui diskusi ini kita semua mendapat pencerahan,” ucap Nanang.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Makmun Junaidin, mewakili Dirjen PKH, menjelaskan kriteria hewan kurban di tengah mewabahnya penyakit.

Dipaparkan Makmun, menurut Fatwa MUI No. 34/2023 tentang pelaksanaan kurban saat maraknya wabah LSD dan antisipasi penyakit Peste des Petits Ruminants (PPR), hewan kurban dengan gejala klinis LSD ringan (benjolan belum menyebar keseluruh tubuh), tidak berpengaruh pada kerusakan daging hukumnya sah dijadikan hewan kurban.

“Pada kasus LSD ringan seperti benjolannya hanya sedikit, satu atau dua benjolan belum menyebar ke seluruh tubuh, masih sah menjadi hewan kurban,” ujar Makmun.

Untuk syarat lalu lintas ternak kurban bebas LSD juga dijelaskan Makmun, yakni bila hewan telah divaksin tidak menunjukan gejala klinis LSD dibuktikan dengan SKKH dan telah divaksin minimal 21 hari sebelum dilalulintaskan. Sementara jika hewan tidak divaksin, tidak menunjukan gejala klinis LSD dibuktikan dengan SKKH, dilakukan isolasi selama 28 hari sebelum dilalulintaskan, dan dilakukan uji laboratorium dengan metode PCR secara pooling maksimal lima sampel dengan hasil negatif.

Selain itu, pemerintah juga mengatur hewan kurban dengan gejala mirip PPR melalui fatwa yang sama, kambing dan domba dengan gejala klinis sub-akut (demam dengan suhu tubuh 39-40° C), hewan tidak menunjukan gejala klinis parah, dan sembuh dalam waktu 10-14 hari, hukumnya juga sah dijadikan hewan kurban.

“Dalam kondisi seperti ini untuk menekan penyebaran penyakit dan padatnya lalu lintas ternak kurban, solusi lain yakni para pekurban tidak harus berkurban di tempatnya, bisa di tempat lain. Misal pekurbannya di Jakarta, kurbannya di wilayah lain ini bisa dilakukan dan bisa disaksikan nanti secara daring. Sudah banyak lembaga-lembaga yang menawarkan hal tersebut,” pungkas Makmun.

Adapun pada kegiatan tersebut menghadirkan narasumber di antaranya Indyah Aryani (Kepala Dinas Jawa Timur), Rismiati (Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta), dan Yudi Arif (CEO Baqara Muda Perkasa). (RBS)

PERMINTAAN AYAM DAN TELUR TERUS MENINGKAT DI KANADA

Produksi daging dan telur unggas meningkat di Kanada pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kenaikan harga pakan biji-bijian dan wabah flu burung meningkatkan biaya produksi.

Total penjualan unggas di Kanada meningkat pada tahun 2022 sebesar 14% dari tahun 2021 menjadi CAN$4,2 miliar (US$3,1 miliar) dengan peternak unggas di negara tersebut memproduksi 1,5 miliar kilogram ayam, kalkun, dan ayam rebus. Produksi telur meningkat sebesar 2,2% dari 847,9 juta lusin telur pada tahun 2021 menjadi 866,5 juta lusin pada tahun 2022.

Tahun lalu, produksi ayam meningkat 2,8% dari 2021. Secara total, peternak unggas menghasilkan 1,37 miliar kilogram ayam, yang merupakan 90,1% dari total produksi unggas di Kanada.

Namun, karena pembatasan impor unggas hidup, produk unggas, dan produk sampingan sebagai tanggapan atas wabah flu burung, pada tahun 2022, impor unggas hidup ke Kanada menurun 21% dari tahun 2021 menjadi 8,6 juta kilogram.

Ontario menyumbang lebih dari sepertiga (478,4 juta kg) ayam yang diproduksi di Kanada, sementara Quebec menyumbang lebih dari seperempat (358,5 juta kg).

Pada tahun 2022, penjualan telur meningkat sebesar 14,9% dari tahun 2021 menjadi CAN$2,1 miliar (US$1,56 miliar). Menarik untuk dicatat bahwa pada tahun 2022, harga telur rata-rata bulanan di tingkat peternakan berkisar antara 186,2 sen hingga 216,4 sen per lusin, sedangkan pada tahun 2021, harga rata-rata berkisar antara 167,7 sen hingga 186,4 sen per lusin. (via Poultryworld)

MENINGKATNYA PERMINTAAN BIOFUEL LEMAK HEWANI

Menggunakan lemak hewani dari unggas, babi, dan sapi sebagai bahan bakar transportasi menimbulkan kekhawatiran bagi para ilmuwan iklim.

Lemak hewani yang dihasilkan dari unggas, babi, dan sapi telah digunakan selama bertahun-tahun dalam makanan hewan dan di sektor oleokimia untuk sabun dan kosmetik. Namun, penggunaannya sebagai bahan bakar transportasi, yang saat ini sebagian besar digunakan pada mobil dan truk, menimbulkan kekhawatiran bagi para ilmuwan iklim.

Hal ini terjadi terutama karena perusahaan penerbangan baru-baru ini membuat kesepakatan dengan pemasok untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF), yang seringkali mengandung lemak hewani.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Cerulogy untuk kelompok kampanye transportasi bersih, Transport and Environment, menemukan bahwa pasokan lemak hewani dalam biodiesel telah meningkat empat puluh kali lipat sejak tahun 2006. Permintaan lemak hewani dalam biofuel diproyeksikan menjadi tiga kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2021. Bahan baku ini diharapkan menjadi bahan yang paling banyak digunakan dalam SAF setelah minyak goreng bekas, dengan pemasok bahan bakar berinvestasi besar-besaran dalam pengolahan lemak hewan untuk biodiesel dan bahan bakar lainnya.

Matt Finch, juru bicara Transport and Environment, mengatakan bahwa jumlah hewan yang disembelih tidak cukup untuk memenuhi permintaan maskapai akan lemak hewani yang terus meningkat.

Baik pemerintah Inggris dan UE sangat ingin membuat penerbangan lebih ramah lingkungan, menerapkan mandat yang mengharuskan maskapai penerbangan menggunakan lebih banyak SAF. Untuk UE akan menjadi 6%, sedangkan Inggris meminta 10%. Inggris kemungkinan akan membatasi penggunaan lemak berkualitas lebih baik dalam bahan bakar, sementara di Eropa, penggunaan bahan jenis ini akan diberi insentif karena pengurangan gas rumah kaca yang dicapai dengan lemak ini lebih tinggi. (via Poultryworld)

CAS DIANGGAP TIDAK SESUAI UNTUK UNGGAS HALAL

Dewan Fatwa Australia telah menyimpulkan bahwa praktik pemingsanan CAS (controlled atmospheric stunning), dalam bentuknya saat ini, tidak sesuai untuk konsumsi halal berdasarkan hukum Islam dan prinsip penyembelihan halal.

Pemingsanan, secara umum, tidak dianjurkan di bawah penyembelihan halal. Fatwa sebelumnya dikeluarkan untuk memungkinkan pemingsanan jika dianggap perlu oleh standar peraturan. Putusan ini menguraikan kondisi khusus dalam proses pemingsanan yang memungkinkannya layak untuk dikonsumsi halal di bawah prinsip Islam tentang penyembelihan halal. Australian National Imams Council (ANIC) telah meminta penilaian untuk dilakukan pada pra-pemingsanan unggas dengan menggunakan CAS.

Setelah penilaian oleh 2 dokter hewan di pabrik unggas besar yang telah mengadopsi pemingsanan CAS sebelum penyembelihan, sebuah laporan sesuai dengan ruang lingkup yang ditetapkan disampaikan kepada Dewan Fatwa untuk penilaian dan keputusan. Seorang ahli jantung yang berkualifikasi membantu ANIC dalam memahami dan menginterpretasikan tanda-tanda vital dan hasil EKG yang dilakukan.

Dewan Fatwa Australia menyatakan bahwa hewan tersebut dianggap mati sebelum disembelih dan, oleh karena itu, “Metode ini tidak dapat diterima atau disertifikasi sebagai halal untuk dikonsumsi”. Dewan menambahkan bahwa sertifikasi halal dari fasilitas pemingsanan CAS tidak valid sampai penilaian yang memadai dan prosesnya dilakukan sejalan dengan ruang lingkup yang sama termasuk tanda-tanda vital dan laporan EKG dengan interpretasi ahli, yang disampaikan kepada Dewan Fatwa Australia untuk penilaian.

ANIC mencatat, “Sayangnya, CAS di Australia dipraktikkan secara luas oleh beberapa merek terbesar di industri ini. Meskipun mungkin diberi label halal, metode ini tidak memenuhi persyaratan minimum yang harus dipertimbangkan untuk konsumsi halal dan harus dihindari dan segera dicabut sertifikasinya.” (via Poultryworld)

PENGOLAH DAGING RUSIA MENYERUKAN PEMBATASAN EKSPOR DAGING BROILER

Persatuan Pengolah Daging Nasional Rusia telah meminta kementerian pertanian untuk membatasi ekspor unggas untuk memerangi salah satu kenaikan harga terkuat yang pernah terjadi di pasar domestik dalam hampir satu dekade.

Pengolah daging ingin pihak berwenang mempertimbangkan untuk mengenakan bea keluar pada daging ayam pedaging atau menetapkan kuota ekspor. Pada Mei 2023, harga grosir daging broiler di pasar Rusia mencapai 175-185 rubel (US$2,19 – US$2,31) per kg, naik 30% dibandingkan tahun sebelumnya.

Harga terus naik meskipun industri perunggasan Rusia memperluas kapasitas produksi. Tahun ini, produksi diharapkan mencapai 5,38 juta ton, dibandingkan 5,3 juta ton pada 2022. Ekspor juga meningkat, tahun lalu mencapai 339.700 ton – angka tertinggi yang tercatat. Semua perkiraan melihat penjualan tahun ini ke pelanggan asing semakin meningkat.

Di sisi lain, daging unggas di Rusia tetap menjadi sumber protein termurah. Keju dan daging tetap lebih mahal, yang sangat penting saat ini ketika rata-rata konsumen di negara tersebut mengurangi anggaran makanan mereka. Selama bertahun-tahun, harga unggas di Rusia tumbuh lebih lambat daripada inflasi di Rusia. (via Poultryworld)

SOSIALISASI & BIMTEK PELAKSANAAN KURBAN DI TENGAH WABAH

Sosialisasi dan bimtek pelaksanaan kurban di tengah kewaspadaan penyakit hewan yang dilaksanakan secara hybrid di Kantor Kementan. (Foto: Dok. Infovet)

Menjelang pelaksanaan Hari Raya Iduladha, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), melaksanakan sosialisasi dan bimbingan teknis (bimtek) pelaksanaan kurban di tengah kewaspadaan wabah penyakit hewan.

Kegiatan dilakukan secara hybrid pada Rabu (14/6/2023), dihadiri sekitar 1.000 orang dari medik dan paramedik selaku tim pemantau hewan kurban, para Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) selaku pelaksana kegiatan pemotongan hewan kurban di luar RPH-R. Adapun narasumber pada sosialisasi dan bimtek di antaranya Drh Denny Widaya Lukman dan Drh Vetnizah Juniantito dari IPB University.

“Kegiatan sosialisasi dan bimtek kami laksanakan mengingat pelaksanaan kurban tahun ini kita dihadapkan dengan munculnya penyakit hewan baru, yaitu Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi dan kewaspadaan akan munculnya Peste des Petits Ruminant (PPR) pada kambing dan domba”, kata Dirjen PKH Kementan, Nasrullah, dalam keterangan resminya, Jumat (16/6/2023).

Ia menjelaskan, kegiatan ini sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), terutama untuk menyikapi munculnya LSD di beberapa daerah. “Bapak Mentan mengarahkan agar pemerintah memberi bimbingan yang dapat memberikan ketenangan jiwa pada masyarakat. Kegiatan ini juga sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pencegahan penyebaran penyakit. Pencegahan harus dimulai dari kegiatan penjualan hewan kurban hingga pelaksanaan pemotongan kurban, baik di rumah pemotongan hewan ruminansia (RPH-R) maupun di luar RPH.”

Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang saat ini telah menerbitkan Fatwa MUI No. 34/2023 tentang Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban Saat Merebaknya Penyakit LSD dan Antisipasi Penyakit PPR pada Hewan Kurban. Upaya ini, kata dia, dilakukan agar penyediaan hewan kurban memenuhi syariat Islam dan memenuhi kesehatan hewan.

Selain itu, Kementan juga menerjunkan tenaga medik dan paramedik veteriner untuk melakukan pemantauan pelaksanaan kurban di lapangan. “Kami imbau kepada seluruh dinas yang menangani fungsi PKH, organisasi profesi, serta fakultas kedokteran hewan di Indonesia ikut berpartisipasi aktif memantau pelaksanaan kurban di lapangan,” imbuhnya.

Sementara, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma’arif, saat kegiatan sosialisasi dan bimtek mengharapkan kegiatan ini dapat memberi tambahan pengetahuan dalam menangani hewan maupun produk hewan saat pelaksanaan kurban.

“Dengan bimtek kita harapkan pelaksanaan pemotongan hewan kurban memenuhi standar higiene, sanitasi, dan daging yang dihasilkan memenuhi standar Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH),” ujar Syamsul.

Ia juga menerangkan bahwa seluruh proses pemotongan hewan kurban tidak boleh dilakukan sembarangan. “Mulai dari penyembelihan sampai proses penyediaan daging harus dilakukan dengan benar, karena dalam ibadah kurban tidak hanya mengacu pada aspek halal saja, tetapi juga harus tayib,” tukasnya. (INF)

GRUP PERUSAHAAN UNGGAS TERBESAR DI AFRIKA SELATAN MEMPERINGATKAN TENTANG KERAWANAN PANGAN

Grup perusahaan unggas terbesar di Afrika Selatan, Astral Foods, telah mengeluarkan peringatan tentang memburuknya infrastruktur air dan pemadaman listrik yang memengaruhi negara tersebut, termasuk sektor unggas. Kelompok tersebut mengatakan bahwa tantangan tersebut menempatkan negara pada risiko ketergantungan pada impor pangan, menekankan pentingnya profitabilitas di sektor pangan untuk memastikan produksi pangan yang berkelanjutan bagi negara.

Astral Foods melaporkan penurunan laba yang signifikan pada paruh pertama dengan kekhawatiran meluas ke ketahanan pangan, ketegangan sosial, dan potensi ketidakstabilan politik dan ketidakpastian kebijakan menjelang pemilu 2024.

Statistics SA menyoroti kekurangan pangan dan kelaparan yang signifikan yang dialami oleh rumah tangga di Afrika Selatan dengan 2,1 juta rumah tangga (11,6%) mengalami kelaparan pada tahun 2021.

Situasi akan diperburuk dengan kenaikan harga pangan yang cepat yang disebabkan oleh gangguan rantai pasokan. Kurangnya dana yang cukup untuk membeli cukup makanan dan terbatasnya akses ke bahan makanan pokok disebut sebagai alasan utama kerawanan pangan.

Meskipun telur tetap menjadi salah satu sumber protein hewani yang paling terjangkau, harganya semakin mahal bagi peternak untuk diproduksi. Asosiasi Unggas Afrika Selatan melaporkan bahwa mulai 1 April 2023, kenaikan tarif Eskom (perusahaan listrik nasional) sebesar 18,5% dimulai, menambah tekanan lebih besar bagi produsen telur. Diperkirakan biaya variabel produksi telur yang meliputi listrik, bahan bakar dan pakan meningkat dari sebelumnya sekitar 70% menjadi mendekati 80%.

Biaya ini, ditambah dengan pasokan listrik yang tidak menentu yang menyebabkan pemadaman listrik setiap hari, telah memaksa banyak produsen telur dan beberapa stasiun pengepakan untuk keluar dari industri, menyebabkan ketidakpastian produk dan harga lebih lanjut. (via Poultryworld)

HUNGARIA MEMBERIKAN DISKON WAJIB PADA UNGGAS

Mulai 1 Juni, perdana menteri Hungaria, Viktor Orban, telah memberlakukan pemotongan harga wajib pada 20 bahan makanan pokok, termasuk unggas, dalam sebuah langkah yang disebut untuk mengatasi inflasi makanan di negara itu.

Berdasarkan rencana tersebut, pengecer makanan besar wajib menawarkan diskon mingguan untuk makanan pokok minimal 10%, dibandingkan dengan harga terendah yang ditawarkan dalam 30 hari sebelumnya.

Ini bukan langkah pertama dalam mengatur harga pangan. Pada Januari 2022, pemerintah Hungaria memberlakukan pembatasan harga pada berbagai jenis makanan, termasuk dada ayam. Pihak berwenang berulang kali memperpanjang kebijakan tersebut dengan menambahkan produk baru ke dalam daftar, terakhir kali pada April 2022.

Langkah tersebut sekarang dirancang untuk berlangsung hingga 30 Juni, meskipun ada keyakinan di antara para pelaku pasar bahwa pembatasan harga pangan akan berlanjut pada paruh kedua tahun ini.

Pengenalan diskon wajib datang sebagai kejutan bagi pengecer makanan yang sekarang menilai dampak keuangan dari tindakan itu, Gyorgy Vamos, kepala Asosiasi Perdagangan Nasional Hongaria, mengatakan. Ia menambahkan bahwa sudah jelas bahwa langkah tersebut akan menghasilkan kerugian besar bagi bisnis.

Aliansi perdagangan Hongaria OKSZ, pada gilirannya, mengatakan bahwa diskon wajib akan memaksa pengecer untuk merevisi rantai pasokan mereka dan kemungkinan meningkatkan impor. Beberapa pelaku pasar mengatakan bahwa aturan baru dapat meningkatkan pangsa produk dengan kualitas lebih rendah dan lebih murah.

Pemerintah Hongaria semakin menggunakan pengendalian harga di pasar makanan, meskipun ada tanda-tanda bahwa hal itu tidak berhasil. Pada bulan Desember 2022, gubernur bank sentral Hungaria, Gyorgy Matolcsy, menyuarakan keprihatinan bahwa alih-alih membatasi inflasi makanan, pembatasan harga justru mempercepatnya, karena bahan makanan mengkompensasi kerugian mereka pada makanan pokok dengan menaikkan harga produk lain.

Pejabat pemerintah menyatakan bahwa kebijakan pengendalian pangan terbukti efektif. Namun, data statistik resmi tidak mendukung klaim tersebut. Harga makanan meningkat di negara tersebut pada bulan Maret sebesar 42,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, membuat konsumen lebih sensitif terhadap harga dan berdampak besar pada penjualan, yang turun sebesar 10,3%. (via Poultryworld)

MENINGKATKAN FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG

Indukan dan pejantan dalam kandang koloni. (Foto: Dok. Masadhy)

Ingin beternak ayam kampung secara kontinu tanpa takut kehabisan stok DOC? Membibitkan ayam kampung secara mandiri adalah solusi. Peternak pemula wajib tahu beberapa kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya tetas telur ayam kampung.

Bagi peternak ayam kampung yang ingin mendapatkan penghasilan rutin setiap minggu atau setiap bulan, rotasi budi daya adalah solusi tepat. Dengan melakukan hal tersebut, peternak bisa menghitung berapa ekor ayam yang harus dipelihara agar bisa dipanen dengan rutin.

Masalahnya, tak jarang peternak kesulitan mendapat DOC sesuai waktu yang dijadwalkan dan sesuai jumlah yang diinginkan. Salah satunya disebabkan pembibit yang kehabisan stok karena permintaan DOC sedang banyak. Padahal, sesuai jadwal rutin DOC harus sudah masuk kandang pada saat itu.

Masalah lain adalah syarat jumlah pembelian DOC. Bisa jadi pembibit mensyaratkan jumlah minimal yang harus dibeli, padahal kapasitas kandang atau lahan yang dimiliki terbatas. Faktor jumlah pembelian juga sering kali memengaruhi harga. Pembelian DOC dalam jumlah lebih banyak akan memperoleh harga lebih murah dibanding jumlah yang lebih sedikit.

Beberapa masalah tersebut kadang bisa membuat pusing peternak, apalagi peternak ayam kampung skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas. Peternak tentu ingin tetap memulai dan melanjutkan usaha sesuai kapasitas yang dimiliki sesuai program yang telah direncanakan.

Ada pula cara yang dilakukan untuk mendapatkan DOC dengan harga lebih murah, yaitu membeli telur fertil. Selanjutnya, telur tersebut ditetaskan sendiri dengan mesin tetas. Namun, permasalahan yang muncul tak jauh berbeda, yaitu waktu ketersediaan dan jumlah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, melakukan pembibitan mandiri bisa dijadikan solusi. Peternak bisa menghitung jumlah indukan betina maupun pejantan untuk menghasilkan DOC sesuai kebutuhan. Dengan pembibitan mandiri, peternak tak perlu khawatir waktu ketersediaan, kesesuaian jumlah dengan kebutuhan, dan biaya untuk pengadaan DOC. Dengan kata lain, keberlanjutan usaha beternak berjalan mandiri dan tidak bergantung pihak lain.

Cara ini pula yang dilakukan Mastur Adhy Sudrajat, peternak ayam kampung dari Desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. Berawal dari usaha pembesaran ayam kampung, pria yang biasa dipanggil Masadhy ini memutuskan melakukan pembibitan sendiri. Berberapa tahun melakukan pembibitan mandiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (RA)

PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA : FAO & KEMENTAN TEGASKAN PENTINGNYA STANDAR PANGAN UNTUK MITIGASI AMR

Menteri Pertanian bersama FAO mengajak masyarakat mengonsumi produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) dalam peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia 2023.
(Sumber : FAO 2023)

Dalam rangka memperingati Hari Keamanan Pangan Sedunia, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

Puncak peringatan Hari Keamanan Pangan Dunia atau World Food Safety Day (WFSD) 2023 yang dilaksanakan di Gedung Auditorium Kementerian Pertanian pada Kamis (8/6) sangat meriah.  Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, serta Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

Pada kesempatan tersebut Mentan SYL menyampaikan, peringatan ini menjadi momentum dalam meningkatkan peran bersama untuk kita menjaga keamanan pangan.  “Pangan memiliki peran fundamental dalam keberlangsungan kehidupan manusia dan pangan yang aman merupakan hak setiap orang,” kata Mentan SYL. Sehingga menurutnya, segala upaya dalam memastikan pangan yang aman mutlak diperlukan.  

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menyampaikan, salah satu upaya pemerintah untuk menjamin keamanan pangan bagi masyarakat adalah melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV), yang merupakan salah satu bentuk jaminan keamanan pangan untuk produk asal hewan. “Adanya standar memberikan panduan penanganan makanan yang higienis bagi peternak, termasuk batas residu pestisida dan obat hewan, untuk mengurangi risiko resistensi antimikroba (AMR),” jelasnya.

Sebagai informasi, sejak tahun 2006, Indonesia bekerjasama dengan FAO dan USAID, serta pemangku kepentingan terkait untuk memperkuat sistem pengawasan keamanan pangan dengan memastikan keamanan produk ternak di Indonesia, serta secara efektif mengendalikan ancaman AMR melalui anjuran penerapan biosekuriti 3-zona dan kebersihan-sanitasi di peternakan.

Sementara itu, Yohanes Baptista Satya Sananugraha, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Penduduk, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan  menjelaskan pangan yang aman, sehat dan bergizi sangat diperlukan dalam setiap tahapan siklus hidup, mulai sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. “Salah satu bahan pangan yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak dalam upaya pencegahan stunting adalah protein hewani,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menyoroti pentingnya keamanan pangan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rajendra menyatakan, “Dengan menegakkan standar keamanan pangan yang tinggi, kita dapat menyelamatkan nyawa dan memastikan rantai pasokan pangan yang lebih aman.”

 

Lebih lanjut, Rajendra menegaskan bahwa pangan yang tidak aman juga dapat dihasilkan dari kontaminasi organisme AMR yang berpotensi menimbulkan ‘silent pandemic’ atau pandemi senyap. Untuk itu  penggunaan antimikroba secara bijak dan bertanggung jawab pada semua sektor harus terus digencarkan. “Mari berkomitmen untuk menjunjung tinggi standar keamanan pangan dan bekerja secara kolaboratif untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (INF)

AYAM KUKUAK BALENGGEK DI PENAS PECAHKAN REKOR

Penampilan ayam Kukuak Balenggek pada kegiatan PENAS ke XVI di Padang. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pengembangan pelestarian ayam Kukuak Balenggek sebagai salah satu plasma nutfah lokal, selain untuk menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

“Ayam Kukuak Balenggek di PENAS telah memecahkan bukan hanya rekor nasional, tapi rekor dunia,” kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, saat penyerahan piagam penghargaan Rekor Dunia MURI pada kegiatan PENAS ke XVI di Padang, Minggu (11/6/2023).

Menurut Nasrullah, ayam Kukuak Balenggek adalah ayam lokal Indonesia yang berpotensi sebagai ayam hias. “Saat ini kita harus bangga karena Indonesia memiliki plasma nutfah lokal dan melalui pemecahan rekor MURI ini kita perkenalkan ayam tersebut sebagai ayam lokal yang hanya ada di Sumatra Barat dan tidak ada di dunia maupun di wilayah lain di Indonesia. Untuk itu kita harus menjaga dan melestarikan plasma nutfah ini,” ucapnya.

Ia juga menegaskan, untuk mencegah kemungkinan pengambilan secara ilegal rumpun  terbentuk di suatu wilayah, pemerintah telah memberikan perlindungan hukum. “Pengaturan ini dilakukan untuk menjamin adanya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya genetik hewan,” jelasnya.

Diharapkan ayam Kukuak Balenggek segera dapat didaftarkan ke FAO sebagai plasma nutfah Indonesia, sehingga daerah lain atau negara lain tidak akan dapat mengklaim plasma nutfah ini karena sudah secara internasional diakui dan tercatat di website FAO.

Pada kesempatan tersebut, perwakilan MURI menyampaikan bahwa ayam Kukuak Balenggek sukses memecahkan rekor dunia dengan kategori Superlatif. Ia sebutkan, tercatat penampilan sekitar 939 ekor ayam dan ini merupakan jumlah terbanyak, terbesar, dan perdana yang diadakan di Sumatra Barat.

Menurut Direktur Marketing MURI, Awan Rahargo, ayam Kukuak Balenggek mempunyai keseragaman fisik dan komposisi genetik. Selain itu, ayam ini juga mempunyai kemampuan yang cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan.

“Hari ini menjadi sangat meriah dengan penampilan ayam Kukuak Balenggek terbanyak di dunia dan menjadi sebuah harapan tim Rekor MURI dalam memperkenalkan plasma nutfah lokal mendunia, sehingga ini menjadi lestari bahkan dapat menjadi daya tarik pariwisata. Ini sejatinya esensi pemecahan rekor,” katanya. (INF)

CEGAH KOLIBASILOSIS SEBELUM MERUGI

Omphalitis pada DOC, salah satu indikasi infeksi coli. (Foto: Istimewa)

Sebagai penyakit dengan tingkat kejadian paling sering kedua, pastinya peternak tidak boleh kecolongan lagi. Pasalnya, kerugian yang ditimbulkan juga bukan main-main, selain itu terdapat potensi lain yang mungkin dapat menimbulkan petaka bagi manusia di kemudian hari.

Menular Terus, Terus Menular
Kebanyakan E. coli hidup di lingkungan kandang melalui kontaminasi feses. Permulaan infeksi dari bakteri ini mungkin juga terjadi di hatchery, dari infeksi atau telur yang terkontaminasi. Meskipun begitu, infeksi sistemik biasanya membutuhkan bantuan lingkungan atau predisposisi lainnya.

Kolibasilosis kebanyakan terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah, lembap dan kotor, bukan dari ayam ke ayam seperti yang selama ini sering diduga peternak. Berdasarkan penelitian Mc Mullin (2004), disebutkan bahwa kolibasilosis terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusar, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.

Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga menjadi faktor predisposisi infeksi E. coli. Selain itu, timbulnya kolibasilosis juga tidak lepas dari sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresif.

Untuk faktor manajemen, peternak sudah sering mendapat penyuluhan, pelatihan dan lain sebagainya, namun sayang tidak adanya perubahan manajemen ke arah yang lebih baik dalam suatu peternakan menjadi kesan bahwa terjadi “pembiaran” akan infeksi dari bakteri E. coli.

Lingkup Infeksi yang Luas
Tidak hanya antibiotik yang memiliki lingkup luas, bakteri E. coli ternyata juga dapat menyebabkan infeksi dengan lingkup yang luas secara lokal maupun sistemik, bukan hanya pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan saja. Bentuk infeksi sistemik E. coli biasa disebut... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

PERCONTOHAN CLOSED LOOP KAMBING/DOMBA DAN ITIK DI PENAS KE XVI

Percontohan closed loop kambing/domba dan itik. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian memanfaatkan ajang PENAS Petani Nelayan XVI di Padang untuk menunjukkan secara langsung contoh closed loop kambing/domba dan itik kepada pengunjung.

Closed loop adalah suatu pendekatan pola peternakan terpadu dari hulu ke hilir untuk mendorong perkembangan agribisnis berkelanjutan, meningkatkan skala ekonomi, dan pendapatan petani, serta mampu meningkatkan produktivitas ternak.

“Ini contoh yang bagus untuk peternakan yang berorientasi agribisnis,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat meninjau lokasi percontohan closed loop peternakan kambing/domba dan itik di Area PENAS XVI Lapangan Udara Sutan Sjahrir Kota Padang, Sabtu (10/6/2023).

“Saya harap ini bisa diterapkan di berbagai daerah dengan menggandeng perbankan dan swasta untuk pengembangannya,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Mentan SYL mengatakan bahwa peternak tidak perlu khawatir jika ingin mengembangkan ternaknya. Menurutnya, pihaknya saat ini telah menggandeng perbankan untuk memfasilitasi peternakan rakyat yang melakukan usaha pembibitan dan budi daya.

“Para peternak dapat ikut memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai upaya untuk penguatan akses pembiayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam rangka meningkatkan kualitas bibit, akselerasi peningkatan populasi untuk meningkatkan produktivitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi daging nasional. Silahkan gunakan KUR untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, Nasrullah menyebut pola closed loop merupakan salah satu langkah dalam adaptasi dan mitigasi risiko terhadap perubahan iklim dan antisipasi krisis pangan global.

“Ciri dari closed loop yang pertama adalah penerapan pengembangan peternakan dari hulu hingga hilir. Kemudian ciri kedua adalah berskala usaha dan yang ketiga harus efisien,” jelas Nasrullah.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Agung Suganda, juga menyatakan bahwa ajang PENAS sangat bermanfaat untuk para petani dan peternak karena ada berbagai informasi yang dapat diakses dengan lebih mudah.

Para pengunjung, kata dia, dapat melihat berbagai teknologi peternakan terbaru termasuk teknologi kandang ramah lingkungan, teknologi dan varian olahan pakan ternak, teknologi kesehatan hewan, teknologi pengolahan kotoran hewan, dan lain-lain.

“Di lokasi close loop kami juga menyelenggarakan berbagai demo, seperti demo inseminasi buatan, demo pembuatan pakan, demo pembuatan pupuk organik, dan lainnya. Peternak juga dapat berkonsultasi dan mengikuti bimtek singkat dengan trainer terlatih,” kata Agung.

Ia juga menjelaskan bahwa bahan-bahan dan teknologi yang digunakan dalam percontohan closed loop ini adalah bahan-bahan yang mudah didapat masyarakat dengan harga relatif terjangkau, tetapi dengan kualitas cukup bagus. (INF)

REFLEKSI KRITIS: KOLI SANG OPORTUNIS

Prevalensi dan kemungkinan transmisi atau penyebaran E. coli patogen yang ekstra-intestinal pada ayam modern cukup tinggi. E. coli dari kelompok inilah yang pada ayam disebut APEC dan sering menyebabkan problem kolibasilosis dalam berbagai bentuk peradangan berupa air-sacculitis, sinusitis, rhinitis, laryngitis, tracheitis, conjunctivitis, cellulitis, pleuritis, pneumonia, peritonitis, ovaritis, oviditis, salpingitis, synovitis, omphalitis, koli granuloma sampai septisemia.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Kasus kolibasilosis pada peternakan ayam modern ibarat “naza” alias bahan adiktif, sering ketagihan atau mengulang. Intim dengan ayam broiler, karib dengan ayam petelur, bahkan juga akrab dengan ayam bibit. Apakah benar ayam modern lebih peka terhadap kuman koli? Atau apakah teknik pemeliharaan ayam yang semakin efisien secara tidak sengaja telah membuat kuman koli menemukan “surga”nya?

Di tengah hingar-bingarnya tekanan implementasi konsep one world one health dan kekhawatiran terhadap AMR (Antimicrobial Resistance), tulisan singkat yang berisi pengalaman seorang praktisi lapangan dan dilengkapi dengan sejumlah info dari jurnal ilmiah terkini menjadi sumber inspirasi yang adekuat untuk dicermati.

Mengenal Escherichia Coli
Peribahasa Latin kuno, “Inter faeces urinumque homo est natus” (artinya: manusia dilahirkan di antara feses dan urin), mengandung makna akan adanya suatu kesadaran awal terkait kesamaan mikroflora komensal antara ibu dan anak. Ketika Theodor Escherich (1885) berusaha mencari hubungan antara mikroflora feses bayi dengan kasus-kasus infeksi enterik, beliau menemukan Bacterium coli commune sebagai patogen pada usus bayi dan ibunya (Metchnikoff, 1907). Belakangan, sebagai tanda penghargaan baginya, mikroba tersebut diberi nama Escherichia coli (E. coli).

Sejak penemuan Escherich tersebut, secara alamiah peranan kuman koli selalu menjadi perdebatan, apakah sebagai mikroba patogen atau mikroba komensal pada manusia dan hewan. Baru pada 1947, saat Kauffmann menemukan klasifikasi kuman koli berdasarkan uji serologis, maka ekologi dan taksonomi kuman koli menjadi lebih jelas. Crichton dan Old (1992) memberikan sumbangan tambahan pada klasifikasi tersebut ditinjau dari aspek “resistotyping”, pola kepekaan kuman koli terhadap preparat antibiotika.

Hari ini, klasifikasi keragaman strain E. coli dalam perbedaan serotipe berdasarkan tiga jenis antigen yang ditemukan pada sel bakteri E. coli itu sendiri yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (toe)

MENGENAL RPA DAN FUNGSI PERALATANNYA

Mesin pencabut bulu/plucker (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Rumah Pemotongan Ayam (RPA) dibutuhkan oleh pelaku-pelaku usaha yang memerlukan produk ayam dengan kualitas baik, higienis dan siap diolah. Daging ayam yang berkualitas dan memiliki tingkat higienis tinggi umumnya berasal dari RPA modern yang melakukan prosedur pemotongan secara benar.

RPA harus memiliki standar pengecekan quality control yang ketat serta menggunakan mesin canggih untuk menunjang kualitas. Dalam sebuah RPA terdapat beberapa mesin dan peralatan yang membuat RPA bisa berfungsi dengan baik sesuai tujuannya.

“Secara garis besar cara kerja mesin RPA adalah mengolah ayam hidup menjadi ayam siap pakai atau siap diolah menjadi makanan. Baik dalam bentuk parting atau bagian-bagian dan juga dalam bentuk ayam beku atau frozen,” jelas Entang Rukmana dari Mulia Abadi Sarana, perusahaan yang menjual, merakit dan memasang RPA, saat berbincang dengan Infovet.

Untuk mengolah ayam hidup menjadi ayam yang siap digunakan, RPA menggunakan bermacam peralatan dengan fungsi yang saling menunjang satu sama lain.

Peralatan Hanging, Killing, Defeathering

Hanging, killing dan defeathering adalah suatu proses saat ayam hidup digantung, kemudian dipingsankan lalu disembelih sesuai syariat Islam, setelah itu dibersihkan dari bulunya. Berikut mesin-mesin yang digunakan.

Grafiti conveyor berfungsi untuk memindahkan kotak ayam hidup dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan mudah.

Peniris darah (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Kemudian pentiris darah yang digunakan untuk menampung dan mentiriskan darah ayam yang berceceran dari proses sembelih. Setelah disembelih ayam dimasukkan dalam scalder yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan air pada suhu tertentu dan dilakukan pencelupan ayam untuk memudahkan proses pencabutan bulu.

Adapun pencabut bulu (plucker) adalah mesin yang digunakan untuk mencabut bulu kasar maupun bulu halus pada ayam. Plucker finisher berfungsi sama seperti plucker, tetapi bedanya bertujuan untuk membersihkan bulu yang masih tersisa di plucker sehingga bulu ayam benar-benar bersih dan tidak ada yang menempel.

Pemotong kepala dan leher digunakan untuk memisahkan antara kepala dan leher ayam dengan bagian badannya. Selain itu, terdapat juga pemotong kaki digunakan untuk memotong dan memisahkan antara kaki dengan badan ayam.

Sementara pembersih sackle adalah alat yang digunakan untuk membersihkan penggantung ayam (sackle) dari sisa-sisa kotoran bulu halus dan lainnya. Penyaring limbah bulu adalah mesin untuk memisahkan bulu yang telah bercampur dengan air (menyaring limbah bulu), sehingga saluran limbah tidak tersumbat oleh bulu.

Perebusan/scalder (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Peralatan Eviscerating

Eviscerating adalah proses mengeluarkan organ dalam ayam seperti hati, ampela, empedu, usus dan jantung dengan cara membuat sayatan kecil pada kloaka ke arah tulang dada.

Eviscerating conveyor adalah rangkaian lintasan rel yang digunakan untuk menggantung ayam untuk proses eviserasi (mengeluarkan jeroan ayam). Sebelum proses eviserasi ayam ditampung dan digantung pada meja rehanging.

Proses eviserasi sendiri dilakukan di atas meja eviscerating. Setelah selesai proses eviserasi ayam dibersihkan menggunakan alat prewashing shower sehingga sisa kotoran dan darah bisa bersih maksimal.

Kemudian karkas ayam secara otomatis diturunkan ke chilling room menggunakan mesin carcass unloader.

Alat-alat Chilling Room

Chilling room adalah ruangan yang digunakan untuk mendinginkan ayam yang telah diproses dengan suhu tertentu bertujuan untuk mengawetkan sehingga ayam tidak mudah membusuk. Chilling room juga dilengkapi dengan alat-alat tersendiri.

Diantaranya screw chiller washer yang berfungsi membersihkan karkas ayam dari sisa-sisa kotoran setelah proses eviserasi. Kemudian setelah ayam bersih didinginkan dalam screw chiller cooler menggunakan air dingin maupun es.

Proses dilanjutkan menggunakan rotary drum untuk meminimalkan kandungan air (mentiriskan karkas) setelah proses di mesin screw chiller washer. Sehingga karkas yang nantinya dimasukkan ke dalam mesin pendingin tidak banyak mengandung air yang dapat memicu tumbuhnya mikroba.

Adapun meja pentiris yang berfungsi untuk menampung sekaligus mentiriskan air yang ada pada karkas. Sedangkan karkas gril adalah papan yang digunakan untuk mentiriskan karkas, bentuk permukaan atasnya berlubang-lubang, dimana lubang bergaris sejajar berguna untuk memudahkan proses pentirisan.

Alat Pelengkap RPA

RPA juga bisa dilengkapi peralatan tambahan tergantung pada produk yang hendak dihasilkan. Misalnya ingin menghasilkan karkas utuh, parting, fillet, ayam yang sudah dimarinasi dengan bumbu dan lain sebagainya.

Berikut beberapa contoh peralatan pelengkap RPA yakni meja grader, adalah meja yang digunakan untuk memisahkan karkas sesuai dengan bobotnya dengan cara ditimbang. Meja pemisah jeroan digunakan untuk memisahkan jeroan ayam per bagian-bagian seperti hati, ampela, usus dan jantung.

Kemudian meja packing digunakan untuk mengemas karkas yang sudah siap, untuk memudahkan bisa dengan bantuan alat corong packing. Meja boneless digunakan untuk memisahkan atau menghilangkan tulang pada ayam sehingga menghasilkan ayam boneless atau lebih dikenal dengan sebutan ayam fillet.

Meja dan mesin parting digunakan untuk memotong ayam, sehingga dihasilkan bagian-bagian ayam dalam potongan yang lebih kecil. Bak thawing digunakan untuk merendam dan mencairkan karkas yang telah dibekukan.

Mesin marinasi digunakan untuk mencampur bumbu dan ayam secara otomatis. Dilengkapi dengan sistem vakum, sehingga bumbu akan meresap dan merata di seluruh bagian. Mesin marinasi ini cocok untuk industri yang menjual produk ayam siap masak, ataupun untuk restoran yang ingin menjaga standar kualitas dan rasa masakannya.

Pembersih kaki/kulit juga terdapat untuk digunakan dalam membersihkan kaki ayam dari kulit dan kotoran lainnya.

Mini RPA

Untuk memenuhi kebutuhan industri rumahan yang lahannya terbatas atau industri yang baru mulai dengan modal minim, serta untuk pembelajaran dan praktikum di sekolah maupun universitas, Mulia Abadi Sarana juga menyediakan pembuatan mini RPA.

“Mini RPA ini memiliki kapasitas memotong 250-500 ekor per jam, sedangkan RPA biasa memiliki kapasitas 1000-4000 ekor per jam,” kata Entang Rukmana. “Kami menggunakan bahan stainless karena tidak berkarat sehingga aman untuk produk makanan.”

Menurut Entang, tata letak rangkaian peralatan RPA maupun mini RPA bisa disesuaikan dengan denah dari tempat yang ingin dipasang mesin RPA, selama ruangannya masih memungkinkan.

Entang juga berbagi tips merawat alat-alat RPA berdasarkan pengalaman perusahaannya berkecimpung di dunia RPA sejak 2015. “Selalu dibersihkan setelah pemakaian, serta dicek secara berkala baik kelistrikan maupun mesin dari bagian-bagian alat RPA itu sendiri. Sehingga akan diketahui mesin atau alat mana yang perlu diservis atau diganti akibat pemakaian,” tandasnya. (NDV)

KOLIBASILOSIS: RESIDIVIS, EKSIS DAN OPORTUNIS

Temuan umum patologi anatomis pada kolibasilosis: (A) Pericarditis, (B) Airsacculitis dan (C) Perihepatitis. (Foto: Istimewa)

Kolibasilosis, semua peternak ayam terutama broiler sudah pasti pernah merasakan kerugian yang diakibatkannya. Walau kini sudah banyak peternak yang well educated, namun masih ada saja yang kecolongan dan berulang.

Kendati banyak yang tahu mengenai penyakit ini, namun misteri mengapa ketika kasus kolibasilosis dapat terus “membunuh” peternak secara berulang memang tak pernah bisa diungkap.

Apalagi ketika harga ayam sedang mentok di level terbawah seperti beberapa waktu belakangan, keberadaan penyakit pasti akan menambah derita peternak, terutama peternak kecil mandiri.

“Teman Hidup” Semua Makhluk Hidup
Bakteri Escherichia coli atau lazim disebut E. coli, merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan makhluk hidup bahkan ketika suatu makhluk tersebut lahir, termasuk manusia (Kohl, 2018). Bakteri tersebut juga normal terdapat banyak di lingkungan peternakan ayam.

Beberapa peneliti mengategorikan bakteri ini sebagai bakteri komensal yang tergolong pembusuk, dimana dia dapat membantu proses pencernaan di saluran cerna. Meskipun kebanyakan di antaranya non-patogen, beberapa menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada berbagai makhluk hidup termasuk ayam.

Berdasarkan klasifikasi terbaru menurut uji serologis yang dilakukan berbagai ilmuwan, simpelnya E. coli dibagi menjadi E. coli yang patogen dan non-patogen. Anben et al. (2001), mengelompokkan E. coli yang bersfiat patogen sesuai gejala klinis yang ditimbulkan antara lain penyebab diare dan septisemia sebagai Avian Pathogenic Escherichia Coli (APEC). Galur ini merupakan galur yang berhubungan dengan karakteristik penyakit ketika terjadi infeksi penyakit oleh E. coli maka penyakit tersebut dinamakan kolibasilosis.

Bakteri E. coli juga dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

HARI KEAMANAN PANGAN SEDUNIA 2023 : STANDARISASI PANGAN MENYELAMATKAN NYAWA

Memastikan Kemanan Pangan Yang Dikonsumsi adalah Suatu Keniscayaan

Memastikan keamanan pangan kita menjadi hal yang penting dalam dunia yang terus berubah dengan cepat. Dengan pertumbuhan populasi, urbanisasi, perluasan lahan pemukiman, dan perubahan iklim, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menekankan pentingnya standar pangan untuk melindungi kesehatan masyarakat. 

Menyambut Hari Keamanan Pangan Dunia yang dirayakan besok pada tanggal 7 Juni, FAO mendesak para pembuat kebijakan, praktisi, dan investor untuk memberi prioritas pada produksi dan konsumsi pangan yang aman dan berkelanjutan demi kehidupan yang sehat.  

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menyoroti pentingnya keamanan pangan dengan mengatakan, "Dengan menjaga standar keamanan pangan yang tinggi, kita dapat menyelamatkan nyawa dan memastikan rantai pasokan pangan yang lebih aman." 

Tema Hari Keamanan Pangan Dunia tahun ini, "Standarisasi pangan menyelamatkan nyawa," bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang peran kritis standarisasi pangan dalam melindungi konsumen dan mempromosikan perdagangan pangan yang adil. 

 "Mempromosikan keselamatan pangan membuat perbedaan. Melalui upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk sektor swasta, kita melihat peningkatan kesadaran tentang keamanan pangan, yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," tambah Aryal. 

Angka statistik yang mengkhawatirkan mengungkapkan bahwa satu dari sepuluh orang di dunia jatuh sakit akibat makanan terkontaminasi setiap tahun. Hal ini terjadi di setiap negara. Lebih dari 200 penyakit terkait dengan konsumsi makanan yang terkontaminasi. "Kita harus bekerja sama untuk melindungi populasi rentan, terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, yang menjadi korban dari kontaminasi makanan ini," tekan Aryal terkait fakta bahwa anak-anak adalah salah satu yang pertama kali terkena penyakit akibat kontaminasi makanan. 

Peran Indonesia dalam Komisi Codex Alimentarius 

Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam kerja Komisi Codex Alimentarius, badan pengatur standar pangan internasional yang didirikan oleh FAO dan WHO. Pemerintah Indonesia mengakui pentingnya menyelaraskan standar keamanan pangan nasional dengan standar internasional Codex untuk memastikan perdagangan yang adil dan memberikan perlindungan kesehatan bagi warganya. 

Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai penanggung jawab untuk Codex di Indonesia memainkan peran penting dalam melaksanakan dan mempromosikan standar Codex. Sebagai penanggung jawab, BSN turut mengoordinasikan Komite Nasional Codex yang terdiri dari perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, organisasi konsumen, dan institusi ilmiah, serta meninjau, mengadopsi, dan mengusulkan revisi atau standar baru jika diperlukan. Tujuan dari Standarisasi adalah memastikan standar keamanan pangan nasional Indonesia sejalan dengan standar Codex internasional, untuk menjamin pangan yang aman dan berkualitas tinggi bagi konsumen. 

FAO bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia dan mitra lainnya untuk memperkuat sistem pengendalian keamanan pangan di negara ini. Melalui bantuan teknis, pembangunan kapasitas, dan panduan kebijakan, FAO bertujuan untuk meningkatkan praktik dan standar keamanan pangan di seluruh rantai nilai pangan. Kemitraan FAO dengan Indonesia dan negara-negara lainnya sangat penting untuk mempromosikan keamanan pangan dan menjamin kesehatan masyarakat. 

"Siapapun anda atau apa yang anda lakukan, anda memainkan peran penting dalam memastikan pangan aman untuk dikonsumsi. Mari berkomitmen untuk menjunjung tinggi standar keamanan pangan dan bekerja secara kolaboratif untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," tambah Aryal. 

FAO mengimbau individu, bisnis, dan pemerintah untuk menyadari tanggung jawab mereka dalam memastikan keamanan pangan. (INF)

OVOSTAR UNION MENIKMATI EKSPOR YANG KUAT MESKIPUN PRODUKSI MENURUN

Produsen telur utama Ukraina, Ovostar Union, mengalami pertumbuhan hampir 4 kali lipat dalam ekspor telur cangkang pada kuartal pertama tahun 2023, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan di Bursa Efek Warsawa.

Penjualan ekspor telur cangkang mencapai 105 juta dibandingkan dengan hanya 27 juta pada kuartal pertama tahun 2022. Pasar luar negeri menyumbang 44% dari penjualan perusahaan dibandingkan 11% pada tahun sebelumnya.

Pada akhir kuartal pertama tahun 2023, total ternak perusahaan sama dengan 7,12 juta ekor ayam, termasuk 6,38 juta ekor ayam petelur, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022 ketika Ovostar Union memelihara 7,26 juta ekor ayam dan 6,80 juta ayam petelur.

Dengan latar belakang tersebut, perusahaan memproduksi 362 juta telur, turun 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor yang kuat mendorong penjualan keseluruhan hingga 241 juta telur dibandingkan 232 juta pada kuartal pertama tahun 2022.

Selain itu, rata-rata harga telur pada triwulan I 2023 meningkat 56% menjadi US$0,139 per telur. Di segmen telur olahan, tidak terlihat perubahan besar. Volume telur yang diproses pada kuartal pertama 2023 tetap sama dengan tahun sebelumnya sebesar 92 juta unit.

Perusahaan menghasilkan 406 ton produk telur kering dan 3.073 ton produk telur cair, dibandingkan dengan masing-masing 561 ton dan 2.131 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. (via Poultryworld)

BRASIL MENGKONFIRMASI KASUS PERTAMA FLU BURUNG

Kementerian Pertanian dan Peternakan Brasil (Mapa) telah mengkonfirmasi kasus pertama flu burung di Brasil. Dua burung liar yang terinfeksi virus flu burung yang sangat patogen (HPAI) diidentifikasi di pantai negara bagian Espírito Santo.

Pada tanggal 10 Mei, Dinas Veteriner Resmi mulai menyelidiki dugaan kasus flu burung setelah pemberitahuan dari Lembaga Penelitian dan Rehabilitasi Hewan Laut Cariacica di wilayah yang sama. Dua burung laut dari spesies Thalasseus acuflavidus terletak di kotamadya Marataízes dan satu lagi di distrik Jardim Camburi.

Sampel biologis dikumpulkan oleh SVO dan dikirim ke Laboratorium Federal Pertahanan Pertanian São Paulo (LFDA-SP), unit referensi Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), yang mengonfirmasi subtipe H5N1.

Ini adalah kasus HPAI pertama yang terdaftar di Brasil setelah kejadian di hampir semua negara tetangga dan pandemi besar virus di seluruh dunia. WOAH telah diberitahu.

Patut ditekankan bahwa pendeteksian virus avian influenza pada burung liar ini tidak mempengaruhi kondisi Brazil sebagai negara bebas flu burung. Ini hanya akan terjadi jika penyakit tersebut dikonfirmasi di peternakan komersial. Dengan demikian, negara anggota WOAH lainnya tidak akan memberlakukan larangan perdagangan internasional produk unggas Brasil. Hipotesis terjadinya flu burung di peternakan komersial di Brasil dapat menyebabkan terhambatnya ekspor ayam dan telur hingga 20 negara. (via Poultryworld)

PETERNAKAN TELUR MODEL BEBAS KANDANG DAN PUSAT PELATIHAN AKAN DIBANGUN DI CHINA

Shanxi Agricultural University, bersama dengan Global Food Partners, telah mengumumkan bahwa mereka akan membangun pusat pelatihan dan peternakan model tanpa kandang pertama di China.

Sementara permintaan telur tanpa kandang meningkat di China, banyak produsen telur telah menyatakan kebutuhan akan lebih banyak pelatihan dan dukungan teknis untuk beralih ke atau mengoptimalkan sistem produksi tanpa kandang mereka. Yang pertama dari jenisnya di China, Shanxi Agricultural University dan Global Food Partners mengatakan, bahwa pusat baru ini akan memberikan pelatihan yang dibutuhkan produsen untuk memastikan keberlanjutan, termasuk praktik kesejahteraan yang baik dan keunggulan bisnis yang kompetitif.

Pusat pelatihan dan peternakan bertujuan untuk memberikan pelatihan praktis dalam praktik terbaik dalam manajemen bebas kandang, menawarkan pusat penelitian dan pengembangan dan melayani petani, auditor, dokter hewan, dan pemangku kepentingan industri lainnya di seluruh wilayah. (via Poultryworld)

PETERNAK POLANDIA MEMINTA PENGETATAN IMPOR UNGGAS UKRAINA

Sekelompok organisasi peternakan Polandia membunyikan alarm atas impor daging dan telur broiler murah yang luar biasa dari Ukraina.

Kamar Pertanian Wielkopolska, misalnya, memperkirakan bahwa pasar unggas Polandia dibanjiri oleh ayam Ukraina dengan cara yang sama seperti dibanjiri biji-bijian, memperkirakan bahwa petani Ukraina menikmati biaya produksi 25% lebih rendah daripada produsen unggas Polandia. Para analis menilai bahwa petani Polandia saat ini membayar PLN 5,2 (US$1,24) untuk menghasilkan 1 kg daging broiler. Sementara itu, harga grosir baru-baru ini merosot dari PLN 6,2 (US$1,48) menjadi PLN 5,6 ($1,34) per kg.

Wielkopolska menghitung bahwa tingkat harga grosir saat ini hampir tidak memungkinkan peternak untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa peternak mencoba menurunkan biaya produksi dengan membeli biji-bijian dan input lain untuk campuran pakan sendiri. Namun, para analis memperingatkan pendekatan seperti itu berisiko menurunkan kinerja produksi.

Pada 10 Mei, Wielkopolska mengirim surat ke Kementerian Pertanian meminta untuk mengangkat masalah ini ke Komisi Eropa untuk melindungi pasar unggas Polandia. (via Poultryworld)

72ND IVSA SYMPOSIUM 2024: IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA SIAP MENJADI TUAN RUMAH KEGIATAN INTERNASIONAL

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) sedang mempersiapkan penyelenggaraan acara tahunan organisasi mahasiswa kedokteran hewan dunia atau yang dikenal dengan International Veterinary Students Association (IVSA) di Bali pada 18-26 Januari 2024 mendatang di Jimbaran (Bali), dengan mengangkat tema utama “Vets for Global One Health Security”. Acara diselenggarakan setiap tahun di negara yang berbeda, IVSA Indonesia (IMAKAHI) mendapatkan kesempatan beserta amanah untuk menjadi tuan rumah untuk acara IVSA Symposium tahun depan yang akan dihadiri oleh 150 delegasi mahasiswa kedokteran hewan dari seluruh penjuru dunia.

IVSA Symposium memiliki agenda utama berupa General Assembly sebagai wadah mahasiswa kedokteran hewan internasional untuk membahas rencana strategis ke depan serta musyawrah terkait pemilihan president IVSA Global untuk periode berikutnya. Selain itu, IVSA Symposium akan dimeriahkan dengan acara keilmuan berupa kuliah, workshop berkaitan dengan seputar keilmuan kedokteran hewan, serta acara kultural berupa kunjungan tempat-tempat wisata di Bali. Rangkaian acara 72nd IVSA Symposium yang bertemakan “Vets for Global One Health Security” dilatarbelakangi oleh ancaman kesehatan global yang dewasa ini kembali meningkat, emerging dan re-emerging disease perlu ditangani dengan kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi dari sektor - sektor yang berbeda termasuk sektor kesehatan hewan yang mana mahasiswa kedokteran hewan perlu memiliki keterlibatan aktif di dalamnya.

Dalam melaksanakan peran sebagai penyelenggara 72nd IVSA Symposium di tahun 2024, IMAKAHI telah mempersiapkan acara dengan matang dan melakukan koordinasi kepada pihak-pihak terkait. “Dalam kegiatan ini yang akan diikuti oleh para mahasiswa kedokteran hewan sedunia, merupakan ajang silaturahmi dan ajang sharing informasi berkaitan dengan ilmu ilmu kedokteran hewan, saya yakin kegiatan ini akan mendapatkan sambutan yang sangat baik dari FKH - FKH di dunia untuk mengirimkan delegasinya, Semoga pertemuan ini dapat menghasilkan kesepakatan kesepakatan untuk menunjang pendidikan kedokteran hewan dan berjalan lancar,” ujar Dr drh Muhammad Munawaroh, MM selaku Ketua PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) yang mendukung penuh pelaksanaan 72nd IVSA Symposium: Indonesia mendatang.

Kepanitiaan 72nd IVSA Symposium: Indonesia membuka kerjasama sponsorhip dengan segala keuntungan yang akan diperoleh kepada instansi maupun lembaga di Indonesia untuk turut berpartisipasi mensukseskan acara tahun mahasiwa kedokteran hewan internasional.Panitia membuka enam kategori kerjasama sponsorship, seluruh kategori akan menerima paparan promosional baik secara nasional maupun internasional yang ditawarkan melalui media fisik dan digital.

Saluran komunikasi penyelenggara:

  • Email: 72ndivsasymposium@gmail.com
  • Instagram: @72ndivsasymposium.indonesia
  • Contact person:
    • Elis (Ketua Panitia) +62 85777624469
    • Arfin (Sponsor) +62 8787709055


PENJUAL UNGGAS VIETNAM MENGHADAPI PERSAINGAN KETAT DARI IMPOR

Konsumsi ayam lokal di Vietnam telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi penandatanganan perjanjian perdagangan bebas dan penyelundupan unggas yang terus berlanjut telah menyebabkan persaingan sengit di pasar lokal.

Peternak unggas lokal menghadapi kenaikan biaya. Secara lokal, harga dedak meningkat 6 kali lipat hanya dalam waktu 6 bulan. Faktor lain yang berdampak pada produsen lokal adalah berkurangnya dana lahan untuk peternakan di dalam negeri. UU Peternakan 2018 mengatur bahwa produksi ternak tidak lagi diizinkan di dalam kota. Dan, karena kenaikan harga rumah baru-baru ini, banyak rumah tangga memilih untuk menjual tanah mereka atau berhenti beternak untuk mendapatkan keuntungan.

Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam telah mengeluarkan pesan yang bertujuan untuk mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan unggas ke negara itu untuk mencegah risiko infeksi penyakit. Kementerian mendesak provinsi dan kota untuk memperkuat inspeksi, pengawasan, dan kontrol, terutama di titik-titik perbatasan, dengan menyebutkan secara khusus provinsi perbatasan selatan. (via Poultryworld)

AKTIVITAS MANUSIA DISOROT DALAM PENYEBARAN FLU BURUNG DI SELURUH EROPA

Penelitian telah menunjukkan bahwa kasus baru flu burung seringkali disebabkan oleh aktivitas manusia dan bukan infeksi langsung dari unggas liar.

Orang membawa virus ke tempat dengan sepatu, pakaian, mesin, pakan ternak, dan tempat tidur yang terkontaminasi, menurut hasil penelitian pan-Eropa selama 5 tahun.

Profesor Thomas Mettenleiter, kepala Friedrich Loeffler Institute for Animal Research, Jerman, baru saja menyelesaikan koordinasi proyek DELTA-FLU yang didanai Uni Eropa, yang ditetapkan untuk menentukan faktor virus utama, terkait inang, dan lingkungan flu burung. Prakarsa tersebut, yang berakhir akhir tahun lalu, mempertemukan para ahli dari Belgia, Jerman, Italia, Belanda, Swedia, Inggris, AS, dan Hong Kong.

Mettenleiter berkata, “Influenza unggas yang sangat patogen telah menjadi penyakit hewan utama selama beberapa waktu, tetapi ini terutama terjadi selama 5 tahun terakhir.”

Sebelumnya, burung migran dari Asia menyebarkan virus ke unggas peliharaan dalam pola musiman, dengan periode risiko rendah di musim panas. Infeksi kini telah berubah dari wabah sporadis yang langka menjadi situasi risiko berkelanjutan. Seringkali ini menyebabkan unggas domestik dimusnahkan. Dan ketika flu burung terdeteksi di suatu daerah, baik pada burung liar atau di tempat komersial, unggas yang biasanya berkeliaran dengan bebas sekarang secara rutin diperintahkan untuk dikarantina di kandang.

“Tetapi penelitian kami telah menunjukkan bahwa seringkali aktivitas manusia dan bukan infeksi langsung dari burung liar yang menyebabkan serangan baru virus tersebut,” kata Mettenleiter.

Proyek penelitian DELTA-FLU juga mengungkap susunan galur flu burung yang ada di benua itu. Dengan menggunakan teknik pengurutan seluruh genom, para peneliti membuat penemuan mengejutkan bahwa flu burung di Eropa adalah “swarm incursion” – dengan kata lain, ada banyak varian yang beredar (lebih dari 15 di Eropa). (via Poultryworld)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer