-->

MENGENAL DAMPAK PREGNANCY TOXAEMIA PADA DOMBA DAN KAMBING

Induk bunting harus mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh serta untuk menjamin perkembangan janin. (Foto: Dok. Joko)

Peternakan kambing memiliki peran penting dalam perekonomian peternak Indonesia untuk diambil daging, susu, dan breeding. Kendala penyakit dan kematian kambing-domba semakin hari semakin menunjukan tanda dan gejala bervariasi, yang terkadang belum ditemukan secara pasti penyebabnya.

Kondisi ini menimbulkan dampak kerugian ekonomi terhadap usaha peternakan di masyarakat. Kematian misterius ini banyak terjadi pada semua fase, yaitu fase cempe, fase bunting, fase laktasi, ataupun fase produksi daging.

Penyakit-penyakit misterius diduga terkait dengan agen infeksius, penyakit metabolik, penyakit yang muncul akibat perubahan kondisi lingkungan dan perubahan pakan yang ekstrem, hingga keseimbangan energi yang negatif. Semua faktor tersebut harus diamati dan didalami dengan cermat agar kejadiannya tidak selalu berulang setiap musim.

Kebuntingan merupakan harapan dan investasi pada peternakan. Induk bunting harus mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh serta untuk menjamin perkembangan janin. Kebutuhan asupan bahan kering harus diperhatikan mengingat selain untuk kebutuhan hidup utama induk, kebutuhan untuk laktasi hingga kebutuhan untuk perkembangan janin single, double, hingga triple, dan seterusnya.

Dukungan nutrisi sangat penting selama masa kebuntingan untuk menjaga kebuntingan yang sehat. Pada akhir kebuntingan, kebutuhan energi domba betina yang mengandung anak kembar dan kembar tiga masing-masing meningkat sebesar 180% dan 240%. Kesehatan induk dan janin bergantung pada asupan vitamin dan mineral yang cukup.

Asupan bahan kering untuk indukan bervariasi antara 4-6%/kg berat badan induk. Kebutuhan energi dihitung dari berat badan induk ditambah dengan asumsi berat badan cempe ketika lahir, umur kebuntingan, serta jumlah cempe yang akan dilahirkan pada periode kebuntingan tersebut.

Sebagai contoh induk dengan berat 50 kg yang diperiksa dengan ultrasonografi (USG) memiliki tiga ekor cempe yang akan dilahirkan, dengan prediksi kelahiran 3 kg, maka mulai usia kebuntingan 91-100 hari hingga kelahiran membutuhkan energi tambahan 0.6-7.6 kg/induk/hari. Tambahan energi pada umur kebuntingan, berat, dan jumlah cempe yang dilahirkan tersaji dalam tabel berikut: Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2024.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet daerah Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

MEMILIH SUKSES: NABUNG CEMPE ATAU MEMULAI DARI 10 INDUKAN

Usaha peternakan kambing. (Foto: Istimewa)

Ladang usaha di bidang peternakan dari dulu hingga ke depan masih tetap menjanjikan keuntungan. Selama orang masih mau konsumsi daging dan telur, usaha peternakan akan tetap ada. Asal mau bekerja keras, ulet, dan pantang menyerah, usaha sektor ini bisa dijadikan ladang rezeki yang berlimpah.

Bagi yang masih takut membuka usaha ternak ayam petelur atau pedaging broiler, karena harga sering jatuh-bangun, maka usaha ternak kambing dan domba bisa jadi pilihan.

Untuk pemula, banyak peternak yang sudah berhasil menyarankan memulainya dari ternak penggemukan. Menjadi breeder atau penyedia bibit sebaiknya dilakukan pada tahap berikutnya, karena banyak seluk-beluk dan risiko yang menghadang.

Di media sosial saat ini muncul tren istilah “Nabung Cempe”, artinya menabung anak kambing. Di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, sudah banyak masyarakat yang menjalani nabung cempe. Dengan memelihara anak kambing umur sekitar lima bulan, lalu dijual kembali setelah ternak berumur satu tahun, hasilnya cukup besar. Dengan modal 10 ekor cempe harga Rp 500 ribu/ekor, dalam waktu tiga tahun bisa jadi jutawan. Bagaimana bisa?

“Hitungan sederhananya begini. Modal saya Rp 5 juta untuk 10 ekor cempe, cari harga cempe yang rata-rata Rp 500 ribu. Dibesarkan selama enam bulan, bisa dijual Rp 1 juta per ekor dan hasilnya Rp 10 juta. Uang ini saya belikan lagi 20 ekor cempe, setelah enam bulan bisa dijual semua Rp 20 juta. Begitu seterusnya, asal uangnya terus diputar dan jangan diambil dulu, insyaallah hasilnya besar,” ujar Mardani, warga Banyuwangi yang kini sudah membuktikan nabung cempe, kepada Infovet.

Sekilas terlihat sepele, namun hitungan nabung cempe ini sangat masuk akal. Tentu saja untuk bisa mencapai hasil ratusan juta, peternak harus memiliki lahan yang cukup untuk kebutuhan kandang dan ladang rumput. Akan lebih baik jika di sekitar lokasi kandang banyak tersedia rumput liar.

Menurut Mardani, di kotanya nabung cempe sudah mulai banyak dijalani. Butuh kesabaran, keuletan, dan kerja keras untuk bisa nabung cempe yang sukses. Kedisiplinan untuk tidak menggunakan uang hasil penjualan kambing juga harus ditanamkan, agar perputaran uang tidak terganggu.

“Makanya ini akan berhasil kalau dijadikan usaha sampingan dulu. Kita harus punya penghasilan utama, biar nabung cempenya berhasil. Hambatan yang paling berat biasanya peternak tidak bisa mengelola uang, karena ada kebutuhan uang lalu dipakai,” tambahnya.

Mulai dari 10 Ekor
Untuk menjadi peternak kambing yang berhasil, tidak harus dengan modal besar. Asal ada niat untuk sukses, memulia dari 10 ekor kambing pun bisa menjadi peternak besar. Dengan memulai dari jumlah sedikit, jika terjadi kegagalan tidak akan terasa berat menanggung kerugiannya.

Secara bertahap, sembari mempelajari seluk-beluk kesehatan dan teknik beternak yang baik, maka proses berkembangnya bisa menjanjikan. Seperti yang dilakoni oleh Sudarmaji, warga Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta. Pria yang dikenal ulet dan pekerja keras ini tergolong sukses menjadi peternak kambing dan domba.

Ia memulai usaha ternaknya dari 10 ekor kambing pada 2017 silam. Kini jumlah kambing dan domba di el Farm miliknya sudah mencapai ratusan ekor. Jiwa kreatif pria yang akrab disapa Gojis ini terus mencuat, ketika peternakan miliknya sudah berkembang dan dikenal, ia menjadikan eL Farm bukan sekadar peternakan biasa, tapi juga sebagai wahana wisata edukasi.

Ada yang unik dari perjalanan usaha ternak yang ditekuni Gojis. Meski latar belakangnya ilmu teknik sipil, ia tertarik dengan dunia peternakan. Lingkungan sekitar kampungnya menginspirasi pria alumnus FNT Jurusaan Teknik Sipil UGM angkatan 1992 ini.

Ia baru memulai bisnisnya beternak kambing secara serius beberapa tahun lalu. Dengan perjuangannya yang gigih dan pantang menyerah, usahanya berbuah manis. “Intinya, beternak kambing itu harus ulet dan pantang menyerah, karena banyak seluk-beluk yang harus dipelajari,” ujarnya.

Prinsip Hidup Mandiri
Sebenarnya dunia Gojis tidak jauh dari dunia konstruksi. Sejak di bangku kuliah ia sangat menyukai ilmu yang dipelajarinya. Bahkan begitu diwisuda pada 1996, ia langsung merantau ke Jakarta dan diterima bekerja di Grup Ciputra.

Pada 2012, ia memutuskan balik ke kampung halaman, karena sejak awal merantau ia sudah merencanakan sebelum usia 40 tahun sudah harus balik dan hidup mandiri. Untuk menyambung hidupnya ia memulai usaha kontraktor kecil-kecilan, dengan modal tabungannya selama bekerja di Jakarta.

Beberapa tahun kemudian Gojis mulai terlibat dengan kelompok warga di desanya yang beternak kambing. Lama-lama ia sendiri ingin juga memelihara kambing secara serius, namun kendalanya saat itu ia belum punya kandang sendiri.

“Waktu itu saya juga berpikir mengenai kebutuhan pakan basah berupa rumput segar yang tidak gampang diperoleh di sini,” katanya.

Gojis kemudian sering main dan banyak belajar kepada para peternak kambing di seputaran Yogyakarta. Kesimpulannya, memelihara kambing itu tidak sulit. Ia juga jadi tahu ada solusi pakan kering untuk substitusi pakan basah yang susah diperoleh, yaitu kangkung kering bisa dibeli dari wilayah Jawa Timur dan kulit kacang ijo kering dari Grobogan.

Setelah ilmunya dirasa cukup, pada Oktober 2017 pembangunan tahap pertama kandang dimulai, di lahan 1.000 m2 milik kakak Gojis tepat di depan rumahnya yang disewanya.

“Kapasitas kandang sebenarnya cukup untuk 100 kambing, tapi karena modal terbatas saya isi 10 kambing dulu,” kenangnya.

Sejak awal Gojis memang ingin beternak kambing secara non-konvensional, sehingga kandangnya dibikin modern. Listriknya menggunakan tenaga surya. Instalasinya menggunakan 8 panel dan 6 accu, menghasilkan daya listrik 1.500 watt yang mampu mencukupi kebutuhan listrik sehari-sehari. Suatu terobosan yang sangat menghemat pengeluaran biaya operasional kandang.

Pelan-pelan Gojis mengembangkan usaha peternakannya yang diberi nama eL Farm. Dari hanya 10 kambing berkembang menjadi ratusan. Dengan kandang yang tak mampu lagi menampung jumlah kambing yang ada, perluasan kandang dilakukan secara vertikal atau dibuat bertingkat.

“Nah, karena tetap tidak mencukupi juga, saya menyewa tanah saudara seluas 400 meter persegi. Lokasinya tidak jauh dari tempat kandang pertama ke arah utara. Sekarang ada dua lokasi peternakan dengan kandang kapasitas 600 kambing dan berisi sekitar 400-an kambing dewasa dan anakan,” ungkapnya.

Dari 400-an kambing yang dimiliki Gojis tersebut terdiri dari bermacam jenis. Untuk jenis kambing ada Jawa Randu, PE (Peranakan Etawa), dan Sapera (persilangan antara kambing Saanen dan PE). Ada juga jenis domba Garut dan Merino.

Menurut Gojis, merawat kambing itu gampang termasuk merawat kesehatannya. Ia dan anak buahnya mampu menyuntik sendiri untuk mengobati cacing, anti-parasit, dan kadang-kadang antibiotik. Untuk faktor kendalanya nyaris tidak ada, kecuali untuk pengadaan anakan kambing yang sementara ini belum mencukupi dan harus mendatangkan dari daerah Jawa Barat.

Breeding & Milking 
Bisnis Gojis lewat eL Farm saat ini meliputi penggemukan kambing untuk diambil dagingnya. Pelanggannya yang rutin adalah rumah jagal dan warung-warung sate. Kalau yang sifatnya insidentil konsumen membeli kambingnya untuk akikah dan kurban.

Selain usaha penggemukan, peternak ini juga melakukan breeding dan milking. Untuk pembibitan ia menjual cempe atau anakan kambing, sedangkan untuk milking adalah menjual susu kambing yang sudah diperah. Ada juga produk sampingan yang sanggup mendulang pundi-pundi uang, yaitu menjual limbah kotoran kambing yang diolah jadi pupuk kandang.

Lelaki ini termsuk peternak cerdas, suka berpikir out of the box. Melihat kondisi kandangnya yang bagus dan bersih, serta lingkungannya dikelilingi pertanian yang subur, ia menemukan ide baru yang inovatif. Ia membuka wisata edukasi untuk anak-anak PAUD dan SD.

Anak-anak kecil tersebut diajari pengenalan pertanian dan peternakan, seperti bagaimana memberi makan ternak, memberi susu untuk bayi kambing, melihat pemerahan susu, serta pencukuran bulu domba dan lainnya. Ternyata banyak lembaga pendidikan yang tertarik untuk membawa anak didiknya ke peternakan eL Farm.

Peternak ini tampaknya memiliki hati mulia. Ia mengaku ilmu yang didapatnya saat awal memulai usahanya dulu prosesnya nyaris tanpa mengeluarkan biaya. Karena itu setelah suksespun ia juga murah hati untuk berbagi ilmu.

“Kalau ada yang ingin belajar beternak kambing dengan senang hati saya dan tim siap berbagi ilmu dan pengalaman,” pungkasnya.

Peternak ini berpesan, untuk siapapun yang ingin memulai usaha ternak, jangan takut untuk memulai dan jangan takut gagal. Kuncinya ada pada mau bekerja keras, tekun, dan pantang menyerah. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

AWAS! PENYAKIT-PENYAKIT STRATEGIS PADA KAMBING

Septic arthritis pada cempe (kiri). Diduga caprine arthritis encephalitis (tengah dan kanan). (Foto: Infovet/Joko)

Peternakan kambing menjadi salah satu usaha menarik untuk digeluti sebagai profesi peternak. Perkembangbiakan kambing yang cepat menjadi salah satu alasannya, dengan waktu kebuntingan hanya lima bulan dengan jumlah anak rata-rata perkelahiran (litter size) 1,5-2 ekor.

Dalam dunia peternakan dikenal istilah keberhasilan perfoma produksi ditentukan oleh 30% genetik dan 70% lingkungan (manajemen pemeliharaan, nutrisi, penyakit, perkandangan, marketing, dan lainya). Genetik menjadi hal yang sangat menentukan, karena dengan 30% tersebut peranannya sangat dominan. Genetik yang bagus di-support dengan lingkungan yang baik akan menghasilkan perfoma optimal. Sebaliknya, sebaik apapun manajemen pemeliharaan (lingkungan) tanpa genetik yang baik tidak akan menghasilkan produksi maksimal.

Dahulu beternak kambing hanya dengan genetik yang ada, yaitu genetik potong (kambing Kacang dan Jawarandu) dan genetik perah (Etawa atau Peranakan Etawa). Saat ini mulai ada upaya-upaya peningkatan kualitas genetik kambing dengan melakukan persilangan dengan genetik bagus, juga importasi kambing yang memiliki genetik potong (kambing Boer) dan genetik perah (Saanen, Togenburgh, Alpine, Anglo Nubian).

Kendati demikian, bayang-bayang penyakit menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap perfoma produksi peternakan kambing. Pengetahuan tentang jenis penyakit, pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit mutlak harus diketahui oleh peternak kambing. Penyakit kambing yang disebabkan oleh virus meliputi ORF (ecthyma contagiosa, peste des petits ruminants (PPR), pox, penyakit mulut dan kuku (PMK), dan caprine arthritis encephalitis/CAE). Sementara penyakit bakterial meliputi antraks, brucellosis, contagious caprine pleuro pneumonia (CCPP), mastitis, foot rot, dermathopillosis, dan listeriosis.

Adapun penyakit yang disebabkan oleh jamur di antaranya kandisiasis, kriptokokosis, ring worm, dan aspergilosis. Sedangkan serangan parasit meliputi endoparasit (berbagai cacing di saluran pencernaan), ektoparasit (scabies, caplak, tungau, kutu), dan parasit darah. Selain itu, penyakit karena protozoa (riketsia) meliputi babesiosis, koksisdiosis, theileriosis, kriptosporidiasis, anaplasmosis, dan heartwater disease. Penyakit metabolik dan gangguan nutrisi meliputi milk fever, ketosis, enterotoksemia, defisiensi kalsium, defisiensi copper, serta defisiensi vitamin B1.

Isu-isu terkini terkait penyakit pada kambing setidaknya ada lima gejala klinis yang paling banyak ditemukan. Gejala klinis tersebut meliputi kelumpuhan (gangguan alat gerak), gejala gangguan saraf/kejang, peradangan sendi, kematian mendadak, dan laporan kematian cempe. Gangguan alat gerak dan kelumpuhan merupakan dampak PMK dan PPR yang sempat ramai dibicarakan, serta yang belum banyak teridentifikasi adalah kekurangan tembaga (copper).

Sementara gejala saraf disebabkan beberapa penyakit juga belum banyak dilakukan peneguhan diagnosis laboratorium yaitu Listeria monocytogenes, CAE, heartwater disease, defisiensi vitamin A, dan trypanosomiasis. Penyakit saraf yang ditandai dengan kepala memutar satu arah biasanya disebut circling disease, yang disebabkan karena konsumsi silase yang terkontaminasi tanah yang mengandung bakteri Listeria monocytogene. Penanganan yang bisa dilakukan dengan mencegah proses silase yang langsung bersentuhan dangan tanan, serta memberikan treatment penisilin, ampisilin, atau streptomisin. Gejala radang sendi dan kematian mendadak, serta kematian cempe akan dibahas secara detail.

Keradangan pada Sendi Diduga CAE atau Septic Arthritis
Keradangan pada sendi kaki merupakan penyebab rasa sakit dan mempersulit kambing atau cempe mengakses pakan dan minum. Dua penyakit menciri pada radang persendian ini adalah CAE dan septic artrhtitis.

Septic artrhtitis atau penyakit sendi adalah infeksi pada satu atau lebih sendi yang biasanya disebabkan oleh penularan bakteri secara hematogen (penularan melalui sirkulasi darah) ke struktur sinovial cempe. Penyakit sendi ini disebabkan infeksi bakteri non-spesifik yang berasal dari… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2024.

Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet daerah Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

PERSILANGAN BOER-JAWARANDU JADI PILIHAN PETERNAK DI LAMPUNG

Peranakan Etawa di Lampung Barat (kiri), kambing Boer di Lampung Tengah (kanan). (Foto: Istimewa)

Sungguh beruntung petani dan peternak di Provinsi Lampung “Surganya Pangan dan Pakan”. Provinsi Lampung memiliki slogan “Sang Bumi Ruwa Jurai“, memiliki potensi sumber daya alam untuk pengembangan agrobisnis yang luar biasa didukung sumber daya manusia berkualitas. Sektor pertanian berkembang pesat dengan berbagi komoditi unggulan didukung sarana prasarana produksi, struktur dan infrastruktur, serta tingginya produktivitas lahan.

Varietas pertanian pangan dan perkebunan yang berkembang untuk pasar industri memberikan peluang sektor peternakan mendapatkan sumber bahan baku pakan ternak. Tanaman padi menghasilkan dedak, bekatul dan jerami padi. Produksi singkong untuk tapioka ataupun bioetanol menghasilkan onggok, daun dan kulit singkong. Bahan baku pakan lainya berupa bungkil sawit, jagung giling, molase, kulit kopi, bungkil kelapa, kulit pisang, dan kulit nanas.

Ketersediaan pakan ternak melimpah ini dimanfaatkan salah satunya untuk peternakan kambing. Kondisi saat ini, peternakan kambing di Lampung berkembang pesat dengan dukungan pakan dan jaminan pemasaran. Sentra peternakan kambing tersebar luas di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat. Peternakan kambing juga menggeliat di Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Pesawaran, Pring Sewu, dan Kota Metro. Pemasaran kambing cenderung lebih stabil karena tidak terpengaruh dengan kebijakan impor ataupun pengaruh nilai rupiah terhadap dolar. Hal lain yang membuat semangat beternak kambing karena syariat (tuntunan agama), yang juga banyak terserap untuk acara keagamaan (kurban dan akikah).

Peternakan kambing di Lampung memiliki karakteristik berdasarkan lokasi, cuaca, dan ketersediaan pakan. Di Tanggamus Lampung Barat, breed kambing yang banyak dikembangkan adalah ras besar meliputi peranakan Etawa, Boer-Etawa, dan kambing Saburai. Kambing di dataran tinggi ini dipelihara dengan kandang panggung, diberikan pakan rumput dari daun singkong, daun nangka, kaliandra, dan sisa pertanian.

Berbeda dengan dataran rendah yang cenderung  panas, kambing dipelihara dengan kandang panggung, diberikan pakan rumput fermentasi atau silase. Sumber serat didapatkan dari silase daun singkong yang memiliki protein kasar lebih dari 25%, silase kulit singkong, dengan atau tanpa tambahan pakan penguat berupa konsentrat, atau onggok pres dari pabrik tapioka.

Sementara kambing Jawarandu merupakan kambing dengan ciri tubuh lebih kecil dari kambing Etawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 40 kg, sedangkan betinanya dapat mencapai bobot 40 kg. Kambing jantan ataupun betina memiliki tanduk, telinga lebar terbuka, panjang, dan terkulai. Di Lampung, populasi besar kambing Jawarandu tersebar di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan dengan warna tubuh dominasi cokelat atau krem. 

Berbeda dengan kambing Boer yang tubuhnya lebar, panjang, dalam, berbulu putih, atau berbulu merah (red Boer), berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Persilangan pejantan Boer dengan betina Jawarandu diharapkan mendapatkan keunggulan genetik dari kambing Boer sebagai kambing potong.

Peternak kambing di Lampung memilki tujuan tertentu dalam mengembangkan usahanya. Peternak penggemukan memilih kambing jantan dari breed Jawarandu, Boer-Jawarandu, PE, PE cross (PX), atau sebagian kambing Kacang. Pangsa pasar penggemukan kambing disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Penggemukan kambing Kacang disediakan untuk masyarakat yang memiliki acara akikah. Sedangkan kambing Jawarandu dan Boer-Jawarandu biasanya dipelihara 10-12 bulan, disediakan untuk mencukupi kebutuhan kurban untuk pangsa pasar Sumatra dan Jabodetabek. Breed tersebut dipilih karena proporsi daging yang lebih banyak. Seperti diketahui bahwa kambing Boer memiliki karakteristik fisik sangat bagus dengan proporsi otot dan daging yang sangat tebal dan padat, adaptasi pakan sangat baik sehingga menjadi pilihan favorit untuk penggemukan.

Sedangkan penggemukan dengan ras PE atau PX juga dipelihara 10-12 bulan untuk tujuan kurban dengan pangsa pasar large breed, dengan harga lebih dari Rp 5 juta/ekor. Beberapa peternak mengais keberuntungan pemeliharaan kambing PE ras Kaligesing ataupun ras Senduro untuk prestise dan kontes.

Breeding Kambing Menjanjikan
Kambing memiliki siklus birahi 18-21 hari dan lama kebuntingan lima bulan. Kambing dara mengalami masa pubertas mulai umur 10-11 bulan dengan awal perkawinan rata-rata pada umur 12 bulan. Indukan akan kembali menujukkan birahi 1-2 bulan setelah melahirkan, sehingga jarak antar kelahiran (kidding interval) tujuh bulan atau paling lambat beranak tiga kali dalam dua tahun.

Peternak breeding kambing persilangan Boer-Jawarandu di Lampung sebagian besar menggunakan sistem kawin alami di kandang panggung. Pada perkawinan di kandang koloni, satu pejantan biasanya dicampurkan dengan 10-15 betina dalam kurun waktu 45 hari (dua siklus).

Perkawinan alami model lainya adalah deteksi birahi intensif betina Jawarandu di kandang koloni atau kandang individu dan mengawinkannya dengan pejantan Boer di tempat restrain perkawinan atau dicampurkan jantan betina dalam satu malam. Berikut fisiologis reproduksi kambing:

Umur Pubertas

Rata-rata 10 bulan (8-11 bulan)

Siklus birahi

18-21 hari

Lama kebuntingan

150 hari (144-155)

Birahi setelah melahirkan

1-2 bulan

Fase istirahat reproduksi

15 hari

Kidding interval

7-8 bulan

Litter size (jumlah anak pada saat melahirkan)

1,5 (1-3) Dara biasanya melahirkan satu ekor cempe Laktasi berikutnya 2-3 ekor cempe

(Sumber: Istimewa)


Ketersediaan pejantan Boer murni (full blood) di Lampung hingga saat ini masih sangat terbatas, tidak seperti peternakan di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena full blood bersertifikat memiliki harga fantastis. Pejantan umur dua tahun full blood dengan perfoma tubuh dan reproduksi baik dihargai lebih dari Rp 20 juta/ekor.

Perkawinan jantan Boer murni dengan betina Jawarandu menghasilkan keturunan pertama (F1) dengan materi genetik 50% Boer dan 50% Jawarandu. Pemuliaan genetik menuju murni dibutuhkan perkawinan hingga 4-5 keturunan dengan selalu menggunakan pejantan Boer murni untuk mendapatkan keunggulan genetiknya. Pada fase perkawinan F1-F2-F3-F4 dan seterusnya, kelahiran anak jantan di F1 dan F2 sebagian besar masih digunakan untuk komoditi pembesaran, produksi daging atau potong. Jantan F3-F4 sudah mulai diseleksi dan digunakan untuk pejantan persilangan dengan betina Jawarandu. Betina F1 akan dikawinkan dengan Boer FB (bukan bapaknya), begitu juga dengan F2, F3, dan F4.

Kambing betina F1 (Boer-Jawarandu) memiliki nilai tersendiri untuk melanjutkan pemuliaan genetik, begitu juga dengan betina F2, F3, dan selanjutnya. Tidaklah heran jika kambing betina F1 lepas sapih sudah memiliki harga pasaran lebih dari Rp 1,5 juta. Harga pasaran betina F2, F3, dan seterusnya sudah pasti lebih tinggi lagi.

Kambing jantan F1 dengan genetik 50% Boer, belum terlalu memiliki potensi nilai yang cukup tinggi. Momen setelah kurban dengan kondisi bakalan jumlahnya terbatas, harga F1 menjadi naik secara signifikan, diburu para peternak yang akan mengisi kembali kandang penggemukanya.

Dari tahun ke tahun kondisi tersebut terus berulang, sehingga menjadi peluang emas bagi breeding kambing. Jantan F2, F3, dan seterusnya sudah pasti memiliki nilai lebih tinggi. Sebagian peternak di Lampung memanfaatkan jantan F2 dan F3 untuk pejantan, hal ini disebabkan masih terbatasnya F4, F5, ataupun full blood.

Geliat peternakan kambing di Lampung saat ini menjadi berkah bagi petani dan peternak. Dukungan pakan dan pasar menjadi energi luar biasa untuk berkembang. Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan ikut andil dan turun tangan. Peternak kambing di Lampung masih mengalami keterbatasan jumlah pejantan Boer karena harga mahal. Dukungan pemerintah untuk membantu permasalahan ini dengan menyediakan anggaran bantuan kambing pejantan Boer untuk sentra-sentra breeding kambing. Sekaligus mengaktifkan peran balai inseminasi daerah atau nasional untuk memproduksi semen beku kambing Boer, mensosialisasikan inseminasi buatan agar tercipta genetik kambing unggul secara massal dengan waktu lebih cepat dan ekonomis. Sebab potensi peternakan kambing masih sangat luas, serta mampu menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan masyarakat pedesaan. ***


Ditulis oleh:
Drh Joko Susilo MSc
Wartawan Infovet daerah Lampung
Mahasiswa Doktoral Sain Veteriner UGM

SISTEM GADUH BERHASIL SALURKAN 600 EKOR KAMBING KE PETERNAK

Ashe (Kanan), Kala Mengunjungi Peternak Yang Mendapat Bantuan Kambing
(Foto : Radartarakan)


Geliat peternakan Kambing Boer dan persilangan (cross boer) di Kabupaten Bulungan semakin masif. Bulungan Mandiri Farm (BMF) menjadi percontohan peternakan kambing pedaging di Kalimantan Utara.

Kambing Boer adalah salah satu ras kambing yang populer untuk produksi daging. Ras ini berasal dari Afrika Selatan dan dikenal memiliki kualitas daging yang tinggi serta dapat menghasilkan keuntungan yang menggiurkan bagi para peternak.

Di Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, jenis kambing ini telah dikembangkan oleh Chieto Karno alias Ashe melalui peternakan Bulungan Mandiri Farm (BMF) yang didirikan sejak tahun 2021 silam di Jalan Poros Tanjung Selor-Tana Kuning Desa Apung, Kecamatan Tanjung Selor.

Bahkan peternakan ini telah dikunjungi langsung Menteri Pertanian pada saat itu Syahrul Yasin Limpo pada tahun 2021. Dalam kunjungan tersebut Mentan juga memanen Cempe Kambing Boer usia 4 bulan.

Kini, peternakan kambing boer tidak hanya di BMF tapi sudah masif ke peternak yang ada di Kabupaten Bulungan, dan Kaltara pada umumnya. Pengembangbiakan kambing boer yang ada di Kaltara ini semuanya berawal dari BMF yang selama ini telah membantu para peternak kambing melalui mekanisme bagi hasil atau sistem gaduh.

Dimana kambing jantan dan betina BMF dititipkan ke peternak. Hasil anakan kambing akan dibagi antara BMF dan peternak. Misalnya, kambing yang dititip melahirkan dua anak maka satu milik peternak satu untuk BMF.

“Hingga saat ini mitra BMF untuk pengembangbiakan kambing boer sudah mencapai sekitar 77 mitra yang ada di tujuh desa di Bulungan, dan sudah ada sekitar 600 ekor kambing yang diserahkan (bantu) peternak,” sebut Cheito Karno.

Hingga saat ini, kata pria yang akrab disapa Ashe, BMF masih membuka diri untuk peternak yang ingin bermitra. Asalkan kandang dan pakan sudah siap.

“Kalau sudah ada kandang, sudah ada rumput pakchong dan indogofera baru kami berikan kambingnya minimal lima ekor maksimal 10 ekor, sesuai dengan kebutuhan lah,” kata Owner BMF. (INF)

DISPARITAS HARGA TINGGI, PEMBELI LANGSUNG BELI HEWAN KURBAN DARI PETERNAK

Peternak Kambing Memberi Pakan Kambingnya
(Foto : Istimewa)

Harga hewan kurban jenis kambing menjelang Hari Raya Idul Adha di peternakan dengan pedagang memiliki selisih harga yang cukup lumayan. Kondisi tersebut mendorong warga masyarakat memilih untuk membeli langsung di peternakan.

Peternak kambing milik Ratim di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah dalam satu minggu terakhir didatangi para calon pembeli. Mereka mencari kambing untuk kurban dan kebutuhan sedekah bumi atau apitan salah satunya Sikin.

"Saya beli dua ekor kambing di peternak karena kambingnya bagus dan terawat serta pakan terjamin dan terjaga. Jika beli di pasar saya ndak tahu kesehatan serta pakannya bagaimana. Saya sudah menjadi langganan, harganya juga masih terjangkau," kata Sikin.

Alasan Sikin membeli di peternakan, selain karena harganya terjangkau dan tidak terlalu mahal. Menurutnya, bentuk dan jenis hewan pun tak terlalu besar untuk kebutuhan daging maksimal saat di potong.Selain itu,  warga memilih membeli hewan kurban ke kepeternakan karena kesehatannya terjamin dan bobot daging juga standar. Biaya perawatan di tanggung peternak dan  diantar menjelelang hari raya kurban.

"Kalau harga kambing kurban tahun ini naiknya rata-rata 100 ribu. Alhamdulilah banyak masyarakat yang mulai berdatangan baik yang membeli untuk acara sedekah bumi dan juga untuk kurban. Saya kasih bonus perawatan untuk pembeli dan saya antar pada hari H lebaran," ungkap Sikin pemilik peternakan hewan jenis kambing di Desa Kracak Ajibarang itu.

Seminggu terakhir, Ratim mengakui peternak sudah menjual lebih dari 20 ekor kambing yang rata-rata pembelinya berasal dari sekitar wilayah Banyumas. Kenaikan harga kambing rata-rata Rp 100 ribu per ekor dari tahun sebelumnya Rp 2,5 juta naik menjadi Rp 2,6 juta dengan usia kambing 1,5 tahun.

Sebagai upaya mencegah masuknya berbagai penyakit pada kambingnya, Ratim memeriksakan kesehatan ternaknya secara intensif. "Pakan teratur, kesehatan ternak terjamin serta daging dipastikan enak dan tidak susut,"pungkas Ratim. (INF)


APLIKASI IB UNTUK TINGKATKAN POPULASI DAN MUTU GENETIK TERNAK KAMBING DI SULBAR

Anak Kambing Hasil Aplikasi IB di Sulbar
(Sumber : Istimewa)


Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menerapkan teknologi Inseminasi Buatan (IB) dalam rangka meningkatkan populasi dan mutu genetik dari ternak kambing. 

Teknologi IB atau kawin suntik adalah suatu cara memasukkan semen beku atau sperma ternak jantan, yang telah diproses terlebih dahulu kedalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Adapun keuntungan teknologi IB, diantaranya dapat menghemat biaya pemeliharaan ternak pejantan (tidak perlu punya ternak jantan), meningkatkan perbaikan mutu genetik, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, dan mencegah terjadinya kawin sedarah.

Kepala Dinas TPHP Sulbar, Syamsul Ma’rif menjelaskan, masih banyak peternak di Sulbar yang belum memiliki pengetahuan terkait teknologi IB. Selain itu, sosialisasi kepada peternak kambing juga dinilai masih kurang. 

“Padahal potensi peternakan kambing di Sulbar cukup besar, populasi ternak kambing kita tahun 2023 sebanyak 202.564 ekor. Dan untuk dua tahun terakhir tercatat telah dilakukan pengiriman ternak kambing sebanyak 16.374 ekor,” terang Syamsul Ma’rif, Jumat 16 februari 2024.

Ia menambahkan, melihat besarnya potensi dalam peningkatan populasi dan produktivitas ternak kambing, maka perlu upaya dalam peningkatan reproduksi dengan manajemen perkawinan yaitu salah satunya dengan teknologi IB.

“Peningkatan populasi dan produktifitas ternak kambing perlu diupayakan dalam rangka percepatan swasembada daging dalam memenuhi kebutuhan protein hewani dan hal ini telah menjadi salah satu inovasi yang dicanangkan oleh Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam menindaklanjuti arahan langsung Pj. Gubernur Sulbar,” tuturnya.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas TPHP Sulbar, Nur Kadar mengatakan, optimalisasi reproduksi melalui inseminasi buatan pada ternak kambing merupakan tindak lanjut dari arahan langsung Pj. Gubernur Sulbar Prof. Zudan Arif Fakrulloh, yang memerintahkan Pejabat Administrator untuk menghasikan satu inovasi.

“Inovasi ini juga menjadi bentuk kepedulian pemerintah terkait kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat," ucapnya. Disampaikan, sampai saat ini kegiatan inseminasi buatan pada ternak kambing sudah mulai diminati peternak dan sudah ada beberapa kebuntingan dan kelahiran di Polman dan Majene (INF)



MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR PADA KAMBING

Kedatangan kambing baru perlu diamati setiap hari untuk melihat ada atau tidaknya penyakit menular. (Foto: Dok. Sulaxono)

Kambing merupakan ternak yang banyak dikembangkan di dunia, karena hewan tersebut mudah dikembangbiakan, pemeliharaannya gampang, mudah dijual, dan cita rasa dagingnya banyak digemari.

Di Indonesia, berbagai ras kambing pun telah dikembangkan, di antaranya kambing Kacang, Etawa, Peranakan Etawa, Jawa Randu, Kaligesing, Boer, Boerawa, Saanen, dan kambing lainnya. Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan populasi kambing terbesar mencakup lebih dari 3,5 juta ekor kambing, disusul Lampung yang menduduki urutan ketiga. Total populasi kambing di Indonesia pada 2019 mencapai 18.975.955 ekor, sedikit mengalami penurunan dibanding 2015 yang mencapai 19.012.794 ekor (Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2019).

Ternak kambing diperlukan masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti kurban, akikah, maupun keperluan hajatan, hingga kuliner. Beberapa jenis kambing juga dikembangkan untuk produksi susunya. Lalu lintas antar pulau dalam rangka pengembangan dan pemenuhan kebutuhan saat hari raya besar hampir terjadi setiap tahun. Masyarakat bergairah beternak kambing karena harga jualnya naik dan juga terbukanya peluang ekspor.

Dalam budi daya kambing, masalah penyakit sering kali terabaikan. Sebagai ternak ruminansia, kambing juga bisa berperan menularkan berbagai penyakit ke manusia, seperti penyakit antraks, brucellosis, toxoplasmosis, dan scabies. Tingkat kejadian penyakit menular zoonosis ini tiap daerah berbada-beda, tergantung pada manajemen budi daya, komitmen  pengendalian penyakit, dan manajemen bioskuriti.

Apalagi menjelang hari besar keagamaan seperti Iduladha atau untuk kebutuhan akikah, pergerakan kambing yang dilalulintaskan antar pulau, provinsi, maupun antar kota/kabupaten, meningkat drastis. Dalam masa perjalanan jauh, kambing bisa mengalami kelelahan transportasi, stres, dan memunculkan penyakit menular. Pada awalnya di daerah asal, kambing tidak menampakan gejala klinis penyakit menular, namun karena kelelahan, stres, belum beradaptasi, dan perubahan manajemen pemeliharaan, penyakit menular secara klinis bisa muncul di tempat baru setelah beberapa hari, seperti penyakit... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023.

Ditulis oleh:
Ratna Loventa Sulaxono, Medik Veteriner Ahli Pertama
& Sulaxono Hadi, Medik Veteriner Ahli Madya

PERCONTOHAN CLOSED LOOP KAMBING/DOMBA DAN ITIK DI PENAS KE XVI

Percontohan closed loop kambing/domba dan itik. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian memanfaatkan ajang PENAS Petani Nelayan XVI di Padang untuk menunjukkan secara langsung contoh closed loop kambing/domba dan itik kepada pengunjung.

Closed loop adalah suatu pendekatan pola peternakan terpadu dari hulu ke hilir untuk mendorong perkembangan agribisnis berkelanjutan, meningkatkan skala ekonomi, dan pendapatan petani, serta mampu meningkatkan produktivitas ternak.

“Ini contoh yang bagus untuk peternakan yang berorientasi agribisnis,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat meninjau lokasi percontohan closed loop peternakan kambing/domba dan itik di Area PENAS XVI Lapangan Udara Sutan Sjahrir Kota Padang, Sabtu (10/6/2023).

“Saya harap ini bisa diterapkan di berbagai daerah dengan menggandeng perbankan dan swasta untuk pengembangannya,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Mentan SYL mengatakan bahwa peternak tidak perlu khawatir jika ingin mengembangkan ternaknya. Menurutnya, pihaknya saat ini telah menggandeng perbankan untuk memfasilitasi peternakan rakyat yang melakukan usaha pembibitan dan budi daya.

“Para peternak dapat ikut memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai upaya untuk penguatan akses pembiayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam rangka meningkatkan kualitas bibit, akselerasi peningkatan populasi untuk meningkatkan produktivitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi daging nasional. Silahkan gunakan KUR untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, Nasrullah menyebut pola closed loop merupakan salah satu langkah dalam adaptasi dan mitigasi risiko terhadap perubahan iklim dan antisipasi krisis pangan global.

“Ciri dari closed loop yang pertama adalah penerapan pengembangan peternakan dari hulu hingga hilir. Kemudian ciri kedua adalah berskala usaha dan yang ketiga harus efisien,” jelas Nasrullah.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Agung Suganda, juga menyatakan bahwa ajang PENAS sangat bermanfaat untuk para petani dan peternak karena ada berbagai informasi yang dapat diakses dengan lebih mudah.

Para pengunjung, kata dia, dapat melihat berbagai teknologi peternakan terbaru termasuk teknologi kandang ramah lingkungan, teknologi dan varian olahan pakan ternak, teknologi kesehatan hewan, teknologi pengolahan kotoran hewan, dan lain-lain.

“Di lokasi close loop kami juga menyelenggarakan berbagai demo, seperti demo inseminasi buatan, demo pembuatan pakan, demo pembuatan pupuk organik, dan lainnya. Peternak juga dapat berkonsultasi dan mengikuti bimtek singkat dengan trainer terlatih,” kata Agung.

Ia juga menjelaskan bahwa bahan-bahan dan teknologi yang digunakan dalam percontohan closed loop ini adalah bahan-bahan yang mudah didapat masyarakat dengan harga relatif terjangkau, tetapi dengan kualitas cukup bagus. (INF)

YBM PLN UID SULSELRABAR RESMIKAN PETERNAKAN KAMBING DI KABUPATEN GOWA


PLN UID Sulselrabar melalui Yayasan Baitul Maal Resmikan Peternakan Kambing

Sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat telah meresmikan bantuan program Kelompok Usaha Cahaya Ternak Kambing "Pammanjengan Ri Boritta" di Desa Bonto Kassi, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.

Bantuan Program Kelompok Usaha Cahaya Ternak Kambing "Pammanjengan Ri Boritta" merupakan program pemberdayaan ekonomi berbasis kelompok.

Dimana usaha produktif yang dijalankan adalah pengembangbiakan sebanyak 15 kambing, yang terdiri dari 10 ekor kambing jenis Peranakan Etawa (PE) dan 5 ekor jenis Kambing Donggala.

“Dengan memberikan pelatihan pembuatan kandang serta pendampingan dalam menjalankan program ini bertujuan untuk pengembangbiakan kambing hingga beranak dan bertambah jumlahnya. Ketika sudah cukup umur, kambing hasil pengembangbiakan tersebut akan dijual sehingga masyarakat desa bisa mendapatkan manfaat” ujar Roesmin, Senior Manager Keuangan, Komunikasi dan Umum PLN UID Sulselrabar.

Diharapkan dengan adanya program ini dapat dapat meningkatkan penghasilan dan perekonomian masyarakat dari peternakan kambing.

“Semoga dengan adanya program ini, bisa menghasilkan produk ternak banyak sehingga perekonomian desa ini bisa meningkat” harapnya. (INF)




PEMERINTAH SIAPKAN UANG GANTI RUGI UNTUK KORBAN PMK, SEGINI NOMINALNYA

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto

Peternak korban wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK akan mendapatkan bantuan Rp10 juta jika ternak mereka mati. Uang bantuan itu diberikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).Hal itu dikatakan Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto usai melaksanakan vaksinasi PMK di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu.

"Peternak yang ternaknya mati terkena PMK kita berikan bantuan maksimal Rp10 juta," kata dia.

Dalam kunjungan kerja di NTB, Kepala BNPB melakukan vaksinasi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah dalam rangka meningkatkan kekebalan tubuh ternak.

"Vaksin PMK telah kita siapkan untuk NTB sebanyak 1,4 juta dosis," katanya.

Sementara itu Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Makmun mengatakan kementan langsung turun ke masyarakat untuk memastikan langkah yang telah dilakukan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam penanganan kasus PMK di daerah.

Ia berharap para peternak mendukung vaksinasi PMK dengan melaporkan ternak yang sehat untuk bisa diberikan vaksin. Petugas diharapkan bahu membahu dalam mencegah penyebaran wabah PMK yang dapat merugikan masyarakat.

"Vaksin ini untuk meningkatkan antibodi ternak," katanya.

Untuk bantuan ternak yang mati terkena PMK itu akan diberikan sesuai dengan rekomendasi daerah. Artinya masyarakat tidak bisa mengklaim sendiri untuk mendapatkan bantuan Rp10 juta tersebut.

"Peternak yang direkomendasikan oleh dinas di daerah itu yang akan diberikan bantuan. Jangan sampai ternak yang dipotong itu diklaim oleh pedagang," katanya. (INF)

DISKUSI INTERAKTIF MEWASPADAI PMK

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) alias Foot and Mouth Disease (FMD) yang melanda Indonesia baru - baru ini sukses membuat panik masyarakat Indonesia khususnya peternak. Pasalnya sudah 32 tahun terakhir Indonesia bebas PMK, dan kini penyakit tersebut kian merajalela kembali.

Sebagai bentuk edukasi dan upaya dalam meredam kepanikan dan membangkitkan kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebar luasan PMK, Satwa Media Group melakukan diskusi interaktif bertajuk "Waspada PMK dan Cara Pengendaliannya" yang disiarkan secara live melalui kanal Youtube Satwa Media dan Zoom Meeting pada Rabu (18/5).

Hadir sebagai narasumber yakni Ir Rochadi Tawaf selaku Anggota Dewan Pakar PB ISPI dan Drh Andi Wijanarko selaku Ketua 2 ASOHI. Dalam pemaparannya Rochadi sedikit menjabarkan terkait sejarah PMK di Indonesia. 

Ia menyebut bahwa PMK dapat kembali masuk ke Indonesia salah satunya dikarenakan kesalahan kebijakan dari pemerintah yang membolehkan masuknya hewan maupun produk peternakan dari zona di negara yang belum bebas PMK.Ia juga menyebutkan bahwa lemahnya pengawasan dari Indonesia semakin meningkatkan risiko PMK bisa masuk ke Indonesia.

"Meskipun belum ada kajian ilmiah yang bilang bahwa PMK yang sekarang masuk dari India dan Brazil, tapi kan setidaknya ini sudah kita wanti - wanti sejak dulu. Kita awalnya menganut country based, tujuannya ya itu supaya PMK enggak masuk, nah sekarang yang kita khawatirkan terjadi," tutur Rochadi.

Dalam kajian yang telah ia lakukan jauh hari sebelumnya Rochadi menyebut bahwa estimasi kerugian ekonomi di sektor peternakan akibat PMK dapat mencapai 9,6 Triliun Rupiah, itupun hanya dari segi stamping out saja.

"Kita berkaca pada Inggris, di tahun 2011, mereka kena PMK dan lalu menyebar dalam 14 hari, Pemerintah di sana langsung ambil tindakan stamping out, lalu mereka ganti rugi ke peternaknya. Nah dari sisi itu saja kita estimasi kerugian sampai 9,6 T. Dan yang menanggung itu semua ya peternak, karena di sini tidak ada dalam UU pemberian kompensasi dari pemerintah," tutur dia.

Drh Andi Wijanarko memberikan pendapatnya dalam diskusi

Selain itu Rochadi juga menyebut bahwa kerugian dari sektor lain misalnya pariwisata, sektor perdagangan, dan lain sebagainya yang mungkin akan menambah nominal kerugian Indonesia akibat PMK.

Sementara itu Drh Andi Wijanarko menyebutkan bahwa saat ini pemerintah telah memanggil 4 anggota ASOHI yang memiliki produk vaksin PMK. Dimana dengan azas kedaruratan vaksin akan diimpor untuk digunakan dalam program vaksinasi oleh pemerintah.

"Ini pun masih dikaji, nanti siapa yang vaksinnya paling homolog. Vaksin PMK tidak seperti ND yang bisa memberikan cross immunity, jadi kalau tingkat homologinya rendah, ya percuma. Oleh karena itu dalam beberapa hari kedepan mungkin sudah ada produknya dan dijual terbatas hanya untuk program pemerintah," tutur Andi.

Dalam mencegah penyebaran PMK, selain vaksinasi Andi menyebut bahwa peternak dapat melakukan aplikasi biosekuriti yang ketat di peternakan. Selain itu layaknya Covid-19, karena penyebarannya yang cepat, ternak hendaknya tidak diumbar atau digembalakan, tetapi tetap di dalam kandang. 

Masyarakat juga dihimbau untuk tidak takut dalam mengonsumsi daging sapi, kambing, maupun kerbau, karena PMK bukan merupakan penyakit yang menular ke manusia alias zoonosis. Namun beberapa organ yang mengalami kerusakan akibat PMK, hendaknya jangan dikonsumsi. (CR)

MENGHINDARI TERJADINYA INFEKSI SCRAPIE

Gejala klinis Scrapie, kerontokan bulu, kegatalan, gangguan syaraf, kelemahan kaki belakang, keluar air liur berlebih. (Foto: Istimewa)

Scrapie merupakan penyakit neurodegeratif, fatal pada domba dan kambing menular melalui cairan foetus dari domba/kambing terinfeksi ke populasi. Masa inkubasi bervariasi, umumnya terjadi dalam kurun waktu setahun. Lamanya masa inkubasi tergantung pada berbagai faktor, genetik induk semang dan agen penyebab. Penyakit ini masih eksotis bagi Indonesia, belum pernah ditemukan dan terlaporkan kejadiannya pada sentra peternakan domba dan kambing di Indonesia.

Ada dua bentuk scrapie, atipikal dan klasikal. Scrapie atipikal secara klinis, patologi, biokimia dan epidemiologi berbeda dengan scrapie klasik. Scrapie atipikal tidak kontagius, degeneratif terjadi secara spontan dan banyak terjadi pada domba berusia tua. Scrapie atipikal pertama kali terlaporkan pada 1998 di Norwegia, juga ditemukan di Amerika Utara, Kanada, Kepulauan Falknad,  Australia dan New Zealand. Scrapie atipikal tidak termasuk penyakit wajib lapor OIE.

Importasi domba dan kambing serta produknya hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Importasi dilakukan dari negara, bagian negara, zona atau kompartemen peternakan yang telah bebas scrapie. Untuk bisa dinyatakan bebas scrapie, negara/bagian negara/zona harus terlaporkan tidak ada kejadian scrapie paling kurang 25 tahun (Artkel 14.8.3 OIE, 2011). Beberapa bahan impor yang perlu diperhatikan diantaranya ternak domba dan kambing hidup, daging, kulit, gelatin, kolagen, wool dan minyak domba/kambing. Importasi dilakukan sesuai ketentuan yang diatur OIE.

Scrapie sudah diketahui keberadaannya di Inggris dan berbagai negara Eropa pada 250 tahun lalu dan menyebar ke berbagai negara. Penyakit juga menyerang ras domba pedaging berkepala hitam dan hasil silangannya. Kerugian ekonomi muncul karena domba dan kambing yang terserang harus dimusnahkan.

Etiologi
Protein khusus yang disebut dengan Prion (PrP), yang menyebabkan protein sel berubah bentuk, terdegradasi, berakumulasi dan menghancurkan sel. Akumulasi pada sel-sel neuron otak menyebabkan kerusakan pada sel neuron otak dan menimbulkan gejala syaraf. Prion penyebab memiliki sifat yang tahan panas dan tahan terhadap proses sterilsasi.

Neuron otak kambing yang dipenuhi dengan akumulasi protein Prion dengan warna kemerahan. (Schneider, 2020).

Gejala Klinis
Masa inkubasi penyakit yang lama menyebabkan munculnya gejala klinis juga lama setelah periode infeksi. Domba dan kambing dapat bertahap… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2022.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi (Medik Veteriner Ahli Madya) dan
Ratna Loventa Sulaxono (Medik Veteriner Ahil Pertama)

WARGA MUSLIM SINGAPURA PERCAYAKAN HEWAN QURBANNYA KEPADA INDONESIA



Drh Adil Harahap (baju putih), menyerahkan hewan qurban secara simbolis

Qurban merupakan sebuah kegiatan besar dalam agama Islam yang rutin dilakukan setiap tahun. Setiap tanggal 10 Dzulhijjah pada perhitungan tahun Hijriyah, umat muslim merayakan Hari Raya Idul Adha dan melakukan penyembelihan hewan qurban seperti sapi, kambing, dan domba. 

Tak ubahnya umat muslim di Indonesia, umat muslim di Singapura juga merayakan Hari Raya Idul Adha dengan suka cita. Beberapa warga muslim yang tinggal di Singapura melaksanakan ibadah qurban di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Mereka mempercayakan pelaksanaan hewan qurban di Asahan kepada Dokadil Institute. Program Kolaborasi Qurban Asahan dan Singapura ini merupakan hasil kerjasama dari program Community Share yang digagas oleh Dokadil Institute dengan program qurban yang dicetus oleh Aliyah Rizq Farm di Singapura pada (20/7) di Kisaran.

"Ini adalah pertama kalinya di Asahan merayakan Hari Raya Idul Adha dan melakukan penyembelihan hewan qurban yang berasal dari saudara-saudara muslim kita di Singapura. Ada 114 ekor domba dan 2 ekor kambing yang kita sembelih di Desa Tanah Rakyat, Kecamatan Pulo Bandring, Asahan pada Idul Adha tahun ini. Dari 116 ekor tersebut, ada 99 ekor yang disembelih dengan tujuan qurban dan ada 17 ekor, yang disembelih dengan tujuan aqiqah,"ungkap drh Adil Harahap yang merupakan Pimpinan Dokadil Institute. 

"Sebelum disembelih, kita memastikan langsung bahwa hewan qurban tersebut berada dalam keadaan sehat, tidak mengalami kecacatan, dan tidak menunjukkan gejala penyakit menular. Hal ini sebagai upaya dalam menciptakan daging yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH)," tambah dokter hewan yang juga pengamat perkembangan domba dan kambing di Sumatera Utara tersebut. 

Pada proses pelaksanaannya, penyembelihan hewan qurban dilakukan dengan sangat mempertimbangkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak, mencegah kerumunan, dan membatasi kontak langsung satu sama lain. Hal ini merupakan upaya bersama agar pelaksanaan penyembelihan berjalan dengan lancar dan membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi. 

Daging qurban nantinya dibagikan kepada masyarakat sekitar Kabupaten Asahan melalui perwakilan-perwakilan yang sudah ditunjuk terlebih dahulu. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam mencegah terjadinya kerumunan. Beberapa pihak yang membantu pendistribusian daging hewan qurban antara lain pengurus mesjid di Desa Tanah Rakyat dan masyarakat desa sekitarnya, Puskesmas Simpang Empat, Polsek Simpang Empat, dan beberapa rekan-rekan peternak domba dan kambing. 

"Ucapan terima kasih kepada saudara-saudara muslim kita yang dikoordinasi oleh Aliyah Rizk Farm di Singapura yang sudah melaksanakan ibadah qurbannya di Asahan, Sumatera Utara. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat kepada masyarakat Asahan dan menjadi pahala bagi saudara-saudara kita yang melaksanakan ibadah qurban," tutup drh. Adil Harahap (CR)

LEBIH PAHAM MANAJEMEN KESEHATAN & REPRODUKSI KAMBING DAN DOMBA

Menambah wawasan dan ilmu di bidang kambing dan domba melalui webinar


Sabtu (10/7) Program Studi Di luar Kampus (PSDKU) Unpad mengadakan webinar mengenai manajemen ternak domba dan kambing yang bertajuk "Meningkatkan Efektivitas Reproduksi dan Manajemen Kesehatan Domba dan Kambing" Via daring Zoom meeting. Sebanyak lebih dari 200 peserta hadir menyaksikan webinar tersebut.

Waskita Julian selaku ketua panitia acara tersebut mengatakan bahwa digelarnya webinar tersebut bertujuan untuk menambah edukasi dan wawasan peserta baik peternak, mahasiswa, calon peternak, dan petugas lapangan di bidang kambing dan domba. Dirinya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung jalannya acara tersebut.

Narasumber pertama dalam acara tersebut yakni Ir Kundrat Hidajat staff pengajar Fakultas Peternakan Unpad. Dalam presentasinya Kundrat membahas lebih dalam mengenai manajemen reproduksi pada kambing dan domba. Secara detail Kundrat menjabarkan hal - hal penting dan beberapa titik kritis pada reproduksi kambing dan domba termasuk penyakit reproduksinya.

"Reproduksi ini penting untuk diketahui dan dimanage, yang ingin saya garisbawahi terutama adalah terkait recording. Peternak kita didominasi oleh peternak - peternak berskala kecil, sehingga jarang melakukan recording yang apik, padahal dari recording kita bisa banyak mengetahui seluk - beluk peternakan kita," tutur Kundrat.

Kundrat juga menekankan bahwa sejatinya Indonesia diberkahi dengan iklim tropis sehingga kambing dan domba dapat berkembang biak di setiap musim. Oleh karenanya seharusnya Indonesia dapat menjadi negara penghasil kambing dan domba dibanding negara - negara 4 musim. 

Presenter kedua yakni Drh Dwi Cipto Budinuryanto yang juga staff pengajar di program studi Kedokteran Hewan Unpad. Dalam presentasinya ia banyak mengulas manajemen pemeliharaan serta penyakit - penyakit penting pada kambing dan domba yang sering ditemui di Indonesia.

"Penyakit pada domba dan kambing mirip - mirip, ada yang infeksius dan non-infeksius. Intinya kita harus benar - benar mencegahnya dengan mengaplikasikan biosekuriti di peternakan kita," tutur Dwi.

Hal tersebut bukanlah tanpa sebab, Dwi merasa bahwa para peternak kambing dan domba di Indonesia terutama yang berskala kecil kurang memperhatikan aspek biosekuriti. Entah karena memang tidak mengerti atau enggan mengaplikasikannya di farm karena kendala budget.

Sebagai penutup, para narasumber kembali menghimbau utamanya kepada para peternak bahwa beternak haruslah serius. Karena hewan ternak adalah bentuk investasi, yang apabila dirawat dengan sepenuh hati dengan manajemen terbaik, hasil yang mereka berikan pada pemiliknya juga akan baik, pun sebaliknya. (CR)


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer