-->

TATA LAKSANA PERALATAN DAN AKTIVITAS BROODING AYAM PEDAGING

Perisode brooding merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ayam. (Foto: Dok. Infovet)

Periode brooding merupakan masa paling kritis dalam siklus kehidupan ayam, baik ayam bibit (breeder), petelur (layer), maupun pedaging (broiler). Karena DOC (day old chick) mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru sejak menetas.

Periode ini juga merupakan masa proses pembentukan kekebalan tubuh dan masa awal pertumbuhan semua organ tubuh. Masa brooding pada ayam ialah periode pemeliharaan dari DOC (chick-in) hingga umur 14 hari (atau hingga pemanas/brooder tidak digunakan).

Baik tidaknya performa ayam di masa selanjutnya sering kali ditentukan dari bagaimana pemeliharaan di masa brooding. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peternak ialah kesalahan manajemen pada periode ini dan akibatnya sulit dipulihkan kembali, berdampak negatif terhadap performa periode pemeliharaan berikutnya (grower/finisher).

Persiapan sebelum Chick-in
Berikut peralatan dan aktivitas yang perlu dilakukan pada masa brooding, antara lain:

• Biosekuriti ketat. Biosekuriti adalah kunci menekan penularan berbagai penyakit dari ayam periode sebelumnya, dimana untuk mewujudkannya dapat melakukan tindakan/perlakuan selama pre chick-in yang dimulai dari tahap persiapan kandang yang optimal seperti pengangkatan kotoran ayam, penyikatan hingga ke sela-sela kandang, perbaikan kerusakan kandang dan disinfeksi kandang. Disinfeksi tempat minum dan pakan sebelum digunakan kembali dan masa istirahat kandang yang cukup sebelum chick-in (minimal 14 hari setelah disinfeksi).

• Persiapan dan perlengkapan kandang. Pemilihan bahan litter (sekam padi/jerami/serutan kayu halus/kertas), penyediaan tempat pakan (feeder chick/nampan), tempat minum DOC dan indukan pemanas gas. Sekam padi bahan yang umum dipakai sebagai litter dan ditabur di lantai dengan ketebalan 8-12 cm. Sebelum masuk kandang, sekam padi perlu dikeringkan dan difumigasi dulu atau disemprot dengan disinfektan agar mematikan kuman penyakit mungkin ada. Usahakan agar jumlah peralatan sesuai standar kebutuhan DOC agar tidak terjadi persaingan antar DOC, baik dalam hal pakan, air minum, dan ruang gerak. 
Adapun kebutuhan peralatan dan perlengkapan periode brooding per 1.000 DOC, bersumber dari Manajemen Brooding Medion (2010), di antaranya chick guard (1.000 ekor, diameter 4-5 meter, satu buah), kemudian indukan pemanas gas (1.000 ekor, satu buah), tempat pakan/nampan/feeder chick (50-63 ekor, sebanyak 16-20 buah), tempat minum (satu galon, untuk kapasitas 80-120 ekor, sebanyak 10-12 buah), dan lampu pijar (75 watt, sebanyak satu buah).

• Menyalakan alat pemanas. Alat pemanas sebaiknya dinyalakan satu hari sebelum DOC tiba, dengan tujuan agar suhu di sekitar lingkungan sudah hangat dan merata. Suhu yang diperlukan untuk DOC bisa diukur dengan menggunakan termometer yang diletakkan 5 cm di atas permukaan sekam di pinggir chick guard. Melansir dari Sukses Beternak Ayam Broiler (2006), kebutuhan suhu pada masa brooding yakni: umur DOC 0-3 hari (32-35° C), 4-7 hari (29-34° C), 8-14 hari (27-31° C), dan 15-21 hari (25-27° C).

• Menyiapkan tempat minum. Tempat minum diisi air gula merah/aren dengan takaran 50-60 gram gula aren/liter air untuk 6-8 jam pertama, dengan tujuan agar DOC memperoleh energi baru setelah transportasi dari penetasan menuju peternakan.

Chick-in
• Penimbangan dan penghitungan DOC. Saat chick-in, pertama kali lakukan penimbangan (timbang DOC bersama-sama boksnya lalu dikurangi berat boks kosong) dan penghitungan jumlah DOC. Sambil memindahkan DOC ke chick guard, lakukan penyeleksian DOC dengan mengisolasi yang lesu, bulu kusam, kerdil, dan mata keruh, karena akan menurunkan uniformity dan menjadi sumber penyakit.

• Pemberian Pakan. Pada 3-4 jam setelah semua DOC minum, baru berikan pakan starter (kandungan protein 19-21%) sedikit demi sedikit dengan cara ditabur, karena daya tampung tembolok yang terbatas dan terjaga kesegaran pakan akan memacu nafsu makan DOC agar tetap tinggi dan lebih sering mengontrol DOC. Berikut disajikan frekuensi pemberian pakan pada tabel berikut:

Frekuensi Pemberian Pakan Masa Brooding

Umur (Hari)

Frekuensi Pemberian

Pakan (kali)

Waktu Pemberian (Jam)

1-3

9

6

8

10

12

14

16

19

21

23

4-6

8

6

8

10

12

14

16

19

21

-

7-10

7

7

10

13

15

17

19

21

-

-

11-14

5

7

10

13

16

19

-

-

-

-

Sumber: Manajemen Brooding (2010).


• Pemberian air minum. Setelah 6-8 jam pertama dan air minum mengandung gula aren habis, isi tempat minum dengan air biasa plus vitamin elektrolit agar perkembangan tubuh DOC lebih optimal.

• Kontrol kondisi tembolok DOC. Lakukan pemeriksaan konsumsi ransum dan air minum 2-3 jam setelah pemberian pakan pertama, dengan cara meraba tembolok dari sampel DOC. Bila 75% dari sampel ternyata temboloknya terasa kenyal dan lunak, berarti konsumsi pakan dan air minum cukup. Kemudian pengontrolan diulang 24 jam kemudian dan diharapkan 95% tembolok terasa kenyal dan lunak. Bila tembolok terasa keras, kemungkinan DOC banyak memakan sekam dan air minum.

• Kontrol kondisi sekam. Pada 1-3 jam setelah chick-in, lakukan pengontrolan suhu sekam/litter apakah sudah nyaman atau belum. Salah satu teknik mendeteksinya ialah dengan memperhatikan kondisi kaki DOC, dimana bila litter terlalu panas maka kaki akan tampak kemerahan dan pecah-pecah di bagian kuku dan telapaknya, juga DOC yang mengalami hal ini biasanya akan berkumpul menjauh dari brooder. Sebaliknya bila litter terlalu dingin maka kaki DOC teraba dingin, yang dampaknya konsumsi pakan menurun karena DOC cenderung diam meringkuk mendekati brooder.

• Kontrol chick guard. Chick guard diperlebar setelah tiga hari pertama untuk menambah luas lantai, dimana pelebaran ini harus diulang setiap dua hari sekali sekitar 0,3-0,5 m. Setiap pelebaran harus diimbangi dengan penambahan tempat pakan dan tempat minum. Floor space yang diperlukan untuk ayam broiler selama tiga minggu pertama sekitar 10-11 m2, tergantung strain ayam.

• Melakukan seleksi dan grading. Seleksi dilakukan secara rutin setiap hari sejak minggu pertama, dengan tujuan memisahkan DOC yang kerdil, kaki kering, omphalitis dan abnormal (kaki pincang, paruh bengkok, tubuh lemas) dari anak ayam yang masih sehat dan normal. DOC afkir harus segera dimusnahkan dan dicatat pada form sebagai penyusutan. Sedangkan grading adalah aktivitas pengelompokan ayam menjadi beberapa kelompok dengan standar berat badan yang ada. DOC yang kecil diisolasi tersendiri lalu diberikan perlakuan (treatment) khusus  agar mampu mengejar ketertinggalan berat badannya dengan cara sesering mungkin membangunkan DOC untuk makan, pemberian pemanas lebih lama, pemberian vitamin elektrolit dan mengurangi perbandingan tempat makan/tempat minum dengan populasi ayam. Grading dilakukan sejak ayam berumur 17-22 hari.

• Mengatur sirkulasi udara kandang. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk kandang terbuka (open house), yang dilakukan 2-3 hari masa brooding (tergantung pada kondisi udara di dalam kandang). Mengatur sirkulasi udara yaitu dengan cara membuka layar/tirai dari bagian atas ke bawah (minggu kesatu 1/3 bagian, minggu kedua 2/3 bagian dan minggu ketiga semuanya). Namun bila malam hari, saat hujan turun atau ada hembusan angin, layar bagian bawah tetap ditutup hingga ayam berumur empat minggu, dalam arti pertumbuhan bulu sudah sempurna menutupi seluruh tubuh.

• Mengganti tempat pakan dan tempat minum. Nampan (feeder chick) mulai diganti dengan tempat pakan tabung kapasitas 5 kg secara bertahap, yaitu 25% sejak DOC berumur 5-10 hari. Selanjutnya pada hari ke-15 diganti sebanyak 50% dan pada hari ke-18 sampai 21 diganti 100%. Demikian pula untuk tempat minum.

• Membuat laporan (recording). Pencacatan laporan pada masa brooding bertujuan untuk mengetahui perkembangan ayam menyangkut pertambahan berat badan mingguan, tingkat kesragaman (uniformity), tingkat konsumsi pakan (feed intake) dan perkembangan kesehatan. Laporan memuat jumlah ayam yang mati/afkir, jumlah dan cara pemberian pakan, obat, vaksin, berat badan mingguan dan tingkat keseragaman. Data perkembangan berat badan mingguan dan konsumsi pakan kemudian digambarkan dalam grafik standar berat badan dan konsumsi pakan mingguan. ***


Ditulis oleh:
Ir Sjamsirul Alam
Koresponden Infovet daerah Bandung
Praktisi perunggasan

BAGAIMANA MENENTUKAN UMUR PANEN AYAM BROILER?

umur panen ayam broiler

Umur panen ayam broiler yang terbaik tergantung pada beberapa faktor. Tidak ada patokan tunggal yang berlaku untuk semua peternakan broiler. Setiap peternak bisa berbeda pada umur berapa ayam mereka dipanen.

Berikut di antaranya beberapa hal yang dipertimbangkan untuk menentukan umur panen ayam broiler.

Menyesuaikan Selera Konsumen

Ayam dipanen setelah mencapai bobot yang diinginkan atau disukai oleh target pasar. Misalnya pasar rumah tangga lebih menyukai ayam broiler yang tidak terlalu besar, antara 1-1,3 kg misalnya.

Atau target pasarnya adalah industri daging ayam olahan untuk diproses menjadi sosis, nugget, bakso, dan lainnya. Biasanya mereka menyukai ukuran ayam yang lebih besar, maka ayam dipanen ketika bobotnya misalnya sudah mencapai 2-2,5 kg.

Kalau target pasarnya restoran atau rumah makan pun berbeda permintaannya. Contoh warung sate menyukai ayam berkuran besar, sedangkan warung ayam bakar taliwang yang dijual per ekor membutuhkan ayam yang ukurannya lebih kecil.

Dipanen Saat Harga Tinggi

Harga jual daging ayam cukup fluktuatif. Jika harga sedang rendah peternak bisa menunda panen, namun perlu perhitungan yang cermat agar tidak malah rugi. Jika harga sedang tinggi, misalnya di bulan ramadan dan lebaran, peternak bisa mempercepat panennya agar profitnya lebih besar.

Tergantung Program Kemitraan

Ada banyak peternak yang menjalin kerjasama kemitraan dengan perusahaan. Biasanya perusahaan menentukan kapan ayam broiler sebaiknya dipanen. Mungkin ada yang menentukan dari bobot badan, atau dari umur misalnya harus dipanen saat umur 32-35 hari dimana dianggap sebagai umur optimal bagi produktivitas ayam broiler. Maka peternak akan memanen ayamnya sesuai kesepakatan dengan perusahaan.

Serangan Penyakit

Ayam broiler juga bisa dipanen lebih awal ketika peternakan terserang penyakit, agar tidak boros biaya pengobatan, pakan, serta mencegah penurunan bobot badan dan kematian yang tinggi. Karenanya ayam yang masih sehat bisa secepatnya dipanen untuk menekan kerugian.

Kesimpulan yang bisa kami berikan idealnya peternak menentukan umur panen ayam broiler dengan pertimbangan yang matang. Sehingga tetap bisa mendapatkan laba yang layak, modal bisa diputar kembali, dan biaya operasional tidak membengkak.

MANAJEMEN BROODING UNTUK TEKAN RISIKO NE

Menjaga kesehatan saluran pencernaan bukan perkara mudah, sebab terdapat sejumlah penyakit yang senantiasa mengancam. (Foto: Istimewa)

Masa brooding menjadi fase yang sangat krusial dan menjadi penentu keberhasilan dalam pemeliharaan broiler. Hal ini cukup beralasan karena pada masa ini terjadi proses perbanyakan sel (hiperplasia) dan perkembangan sel (hipertropi) yang sangat cepat pada organ penting anak ayam.

Di sisi lain pada masa brooding, sistem termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) anak ayam belum berkembang sempurna, sehingga tugas peternak adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan sesuai kebutuhan anak ayam.

Head of Unit Madiun BroilerX, Drh Nanang Seno Utomo, mengatakan bahwa manajemen brooding menjadi penentu keberhasilan performa broiler. Terdapat lima titik kritis yang harus benar-benar diperhatikan peternak, di antaranya manajemen pakan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan, dan air minum.

“Terkait pakan saya sarankan untuk menggunakan pakan starter berbentuk fine crumble. Dengan ukuran kecil akan lebih memudahkan anak ayam berkenalan dengan pakan. Pemberian pakan harus diberikan dengan segera setelah DOC datang, secara cukup baik tempat, jumlah, dan kualitasnya,” ujar Nanang saat menjadi narasumber dalam acara webinar Indonesia Livestock Club (ILC) edisi Ke-31, beberapa waktu lalu yang bertajuk “Manajemen Brooding untuk Menekan Risiko Penyakit Necrotic Enteritis”.

Ia menambahkan, “Dengan segera mengonsumsi pakan, usus ayam bisa segera tergetak dan reseptor usus segera mengenal pakan, sehingga vili-vili dapat tumbuh maksimal dan saluran pencernaan bisa berkembang dengan baik.”

Mengenai manajemen pakan, Nanang melihat bahwa penting untuk mengatur tata letak jalur pakan dan minum agar mudah dijangkau ayam. Penempatan tempat pakan/feeder tube harus sedikit lebih rendah dari tembolok ayam jika ayam berdiri tegak. Kemudian untuk memberi stimulasi ayam agar makan, maka pakan harus tetap tersedia dan terus ditambah (top dress). Hal ini bertujuan agar pakan yang tersedia tetap segar. Selanjutnya dalam 6-8 jam, sekitar 95% DOC harus sudah makan dan minum. Hal ini bisa dilihat dengan mengecek tembolok, minimal 1% dari populasi yang tersebar di berbagai titik kandang.

“Titik kritis selanjutnya adalah manajemen temperatur. Hal yang wajib dipahami adalah suhu internal anak ayam harus dipertahankan pada 40,4-40,6° C. Apabila di bawah 40° C akan terlalu dingin dan apabila melebihi 41° C maka akan panting. Lantas bagaimana manajemen temperatur? Jadi sebelum memasukkan DOC, kita harus melakukan pre-heating pemanas radian dengan target suhu lantai antara 32-35° C . Suhu lantai yang tidak tercapai akan membuat anak ayam tidak nyaman, feed intake turun dan kurangnya aktivitas,” jelasnya.

Kemudian, suhu rektal anak ayam harus dicek dengan standar rentang suhu antara… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023. (INF)

MENJAGA AGAR PENYAKIT TIDAK KEMBALI

Biosekuriti harus selalu diterapkan secara ketat. (Foto: Istimewa)

Jika bicara prediksi tentunya tidak akan 100% akurat. Semua masih tergantung pada Tuhan Yang Maha Esa yang. Namun begitu, tidak ada salahnya memperkirakan dan sedikit “meramal” apa yang akan terjadi di tahun depan sembari mengambil ancang-ancang agar lebih siap.

Jangan Lengah dengan Penyakit Residivis
Tony Unandar selaku konsultan perunggasan melihat selama ini penyakit unggas yang terjadi di lapangan masih itu-itu saja, berbeda musim memang penyakitnya juga berbeda, tetapi penyakit yang muncul tetap sama.

“Kalau bisa dibilang kita masih berkutat dengan yang lama dan monoton begitu-begitu saja dan faktor yang sangat genting untuk diperbaiki adalah pola pemeliharaan dari peternak kita,” kata Tony.

Jikalau tidak ada upaya perbaikan dalam hal ini sesegera mungkin, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang akan terjadi, tetapi tingkat keparahannya maupun jenis penyakit baru akan bertambah di masa depan.

“Saya beri contoh yang simpel, pernah lihat panen di kandang semuanya langsung diangkut? Enggak kan? Jangankan di peternakan kecil, yang besar juga ada yang begitu. Padahal bagusnya all in all out. Lalu kira-kira berapa persen peternakan di Indonesia ini yang biosekuritinya baik? Mayoritas jelek atau baik? Saya tanya begitu saja kita langsung tersenyum kecut,” ucap Tony kepada Infovet.

Tony juga berujar bahwa sebaik-baiknya obat baru yang ditemukan, sebaik-baiknya riset di bidang penyakit hewan, dan secanggih-canggihnya teknologi berkembang, bila tidak dibarengi dengan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

PRODUKSI AYAM IRAN MENINGKAT, HARGA MELONJAK

Produksi unggas Iran kembali pulih setelah gejolak tahun lalu, ketika angka produksi anjlok akibat krisis di pasar pakan.

Peternak unggas Iran mengirimkan 191,939 ton unggas ke rumah potong hewan pada bulan November 2023, naik hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Pusat Statistik Iran.

Sementara itu, konsumsi daging merah merosot. Berdasarkan perhitungan Pusat Statistik, pada November 2023, produksi daging sapi dan daging sapi muda hanya berjumlah 19.423 ton, turun 52% dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada akhir tahun 2023, harga rata-rata unggas di Iran hampir mencapai 100.000 toman (US$2,8) per kg, lapor outlet berita lokal Mehr, mengutip statistik resmi. Angka ini merupakan peningkatan substansial dibandingkan dengan 73.000 toman (US$1,7) per kg ayam yang dilaporkan pada pertengahan tahun ini, kata publikasi tersebut. (Via Poultryworld)

KEKURANGAN SUSU MENTAH DI UKRAINA MENYEBABKAN HARGA MELAMBUNG TINGGI

Penurunan produksi susu mentah yang terus-menerus mendorong harga di Ukraina ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut para pelaku pasar.

Selama paruh kedua tahun 2023, harga susu mentah di Ukraina melonjak sebesar 36%, melebihi harga beberapa negara Eropa, menurut perkiraan Persatuan Perusahaan Susu Ukraina.

“Saya tidak dapat mengingat kenaikan tajam harga susu mentah pada tahun-tahun sebelumnya,” Leonid Tulush, kepala departemen analitis di Persatuan Perusahaan Susu Ukraina, mengatakan kepada publikasi lokal Telegraph.

Pada bulan Juli 2023, harga rata-rata susu mentah di tingkat peternak mencapai €33 per 100 kg. Pada bulan November, harga mencapai €42 per 100 kg, perkiraannya.

Harga susu mentah di Ukraina setara dengan 60% harga rata-rata di Eropa pada awal tahun. Pada bulan April angka ini mencapai 70%, pada bulan Agustus 80%, pada bulan Oktober 90% dan pada bulan November-Desember 95%. Kini, harga susu mentah di Ukraina telah mencapai tingkat yang sama dengan harga di negara-negara Eropa lainnya.

“Di Ukraina, harga susu sudah 3,77% lebih mahal dibandingkan di Swedia, 3,38% lebih mahal dibandingkan di Slovakia, dan 10,77% lebih mahal dibandingkan di Latvia, dan hampir mencapai harga rata-rata di Lituania dan Irlandia,” kata Georgy Kuhaileshvili, analis di asosiasi produsen susu Ukraina. (Via Dairyglobal)

MENYONGSONG KONGRES ISPI KE-13 DI LAMPUNG


Pengurus Besar Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) bersama dengan Pengurus Wilayah ISPI Lampung akan menggelar Kongres XIII di Hotel Emersia, Bandar Lampung, 19-21 Januari 2024. Selain akan memilih Ketua Umum dan pengurus PB ISPI periode 2024-2028, kegiatan akan dirangkai dengan seminar nasional bertajuk “Membumikan Profesi Insinyur Peternakan Menuju Indonesia Emas 2045”.

Melalui siaran resminya, Senin (15/1/2024), Ketua Pelaksana Kegiatan, Aris Susanto SPt, mengatakan Kongres ISPI XIII merupakan kedaulatan tertinggi dalam organisasi ISPI di tingkat Nasional. “Lampung diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi tuan rumah kegiatan ini,” ujar Aris.

Menurutnya, Kongres XIII diadakan untuk menilai pertanggungjawaban pengurus PB ISPI dalam menjalankan amanah yang diberikan pada kongres sebelumnya. Lalu menyusun program kerja kepengurusan dan memilih Ketua Umum dan pengurus PB ISPI untuk periode berikutnya.

“Atas dasar ini maka PB ISPI bersama dengan PW ISPI Lampung akan melaksanakan Kongres XIII sebagai bentuk dinamika organisasi dan proses pengaderan organisasi,” kata Aris yang juga Ketua PW ISPI Lampung.

Sementara itu, Ketua Umum PB ISPI, Ir Didiek Purwanto IPU, menuturkan dalam perjalanan pembangunan peternakan nasional menuju Indonesia emas 2045, ISPI dengan insinyur keprofesiannya terpanggil untuk berperan aktif berkontribusi mempercepat penyediaan protein hewani asal hewan. Hal ini merupakan kontribusi nyata profesi insinyur peternakan dalam pembangunan nasional. Untuk itu, pada Kongres XIII ISPI di Lampung juga akan digelar seminar nasional.

Seminar yang akan dilaksanakan pada Jumat (19/1/2024), rencananya dihadiri oleh Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Peternakan Indonesia, Dr Rahmat Hidayat SPt MSi, yang akan membawakan materi “Kompetensi Lulusan Fapet dengan Kebutuhan Dunia Usaha”. Kemudian Ketua BK Keinsinyuran, Prof Dr Ir Ali Agus DEA DAA IPU ASEAN Eng, dengan materi “Pengakuan Profesi Keinsinyuran Peternakan Dalam Dunia Kerja”. Lalu Ketua Tim Perubahan UU PKH-PB ISPI, Prof Ir Budi Guntoro SPt MSc PhD IPU ASEAN Eng, yang membawakan materi “Substansi Rancangan Perubahan UU No. 18/2009 Jo UU No. 41/20 tentang PKH”.

Seperti diketahui, ISPI berfungsi sebagai wadah dan bentuk kerja sama para insinyur peternakan dan sarjana peternakan dengan berbagai pihak di Indonesia untuk memajukan, mengembangkan, dan mengamalkan ilmunya dalam pembangunan nasional. ISPI juga berusaha membantu, menggiatkan, serta meningkatkan usaha masing-masing anggota dalam rangka tanggung jawab bersama dalam pembangunan nasional, serta mengadakan hubungan dan kerja sama dengan badan-badan lain, baik di dalam maupun di luar negeri yang menyangkut masalah pembangunan peternakan.

Saat ini jumlah sarjana peternakan yang lulus dari 22 fakultas dan jurusan peternakan di seluruh Indonesia diperkirakan sebanyak 13.593 orang S1 yang di antaranya melanjutkan sampai lulus berjenjang S2 sebanyak 896 orang, dan berjenjang S3 sebanyak 156 orang. Jumlah insinyur peternakan dengan peringkat IPP, IPM, dan IPU juga terus bertambah. (INF)

CURIGA AYAM STRES? BEGINI INDIKATORNYA

Faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres. (Foto: Dok. Infovet)

Layaknya manusia, hewan ternak khususnya ayam juga dapat mengalami stres. Bahkan beberapa pakar menyatakan bahwa ayam ras kekinian, meskipun memiliki performa produksi yang tinggi, juga memiliki kecenderungan lebih mudah stres.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, dunia pembibitan ayam ras pun ikut berkembang. Bayangkan pada 1970-1980-an, ayam broiler mencapai bobot badan 1 kg setelah melalui sekitar 70-80 hari pemeliharaan. Namun kini, ayam broiler dapat mencapai bobot yang sama bahkan lebih hanya dalam kurun waktu 30 hari.

Namun begitu diakui bahwasanya tendensi ayam broiler kekinian terhadap cekaman dan stres cenderung tinggi. Kondisi stres merupakan hal penting yang harus diketahui oleh dokter hewan, hal ini karena stres dapat melemahkan sistem imun ayam dan akan berimbas panjang ke depannya. Oleh karena itu, faktor performa produksi dan pertumbuhan ayam akan sangat baik jika ayam merasa nyaman dan terhindar dari stres.

Sebagaimana diketahui bersama, banyak sekali faktor penyebab stres, antara lain fisiologis, nutrisi, lingkungan, suhu dan iklim, sosial, fisik, serta tekanan psikologis. Secara teknis, hormon kortikosteron dilepaskan oleh kelenjar adrenal ketika ayam menghadapi stres.

Hal ini sebenarnya membantu ayam mengatasi stres, tetapi pada saat yang sama menyebabkan efek yang tanpa disadari mempengaruhi tubuh ayam. Setiap kali ayam berada dalam kondisi stres, ada pelepasan glukosa yang cepat ke dalam darah yang mengakibatkan penipisan glikogen atau cadangan gula yang tersimpan di hati dan otot, kemudian terjadi peningkatan pernapasan, perubahan sistem hormon yang menyebabkan perubahan kimia seperti perubahan tingkat pH di usus yang pada gilirannya mengganggu keseimbangan mikroflora di usus, sehingga menyediakan lingkungan yang cocok untuk beberapa jenis mikroba yang berpotensi mengakibatkan penyakit.

Peningkatan hormon stres juga mendorong pembentukan dan peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas bereaksi dengan oksigen sehingga suplai oksigen dalam tubuh terganggu, tentunya ini sangat merugikan. Walau banyak yang mengetahui hal ini, namun masih tak sedikit yang kebingungan bagaimana mengidentifikasi stres berdasarkan kondisi fisik ayam.

Mengenali Tanda Stres
Secara umum kondisi visual yang terjadi pada ayam stres yakni terjadi perubahan pada bulu sayap dan bentuk kotoran. Sangat penting bagi peternak dan dokter hewan untuk dapat mengenali tanda stres dalam mengevaluasi tata cara pemeliharaan apakah sudah cukup nyaman bagi ayam.

Mengapa perubahan bulu bisa dijadikan indikator kondisi ayam sedang mengalami stres?

• Pertumbuhan bulu berlangsung sangat cepat dan mudah dilihat (bulu sayap).

• Komponen bulu sebagian besar adalah protein (β-keratin).

• Perubahan fisik bulu yang abnormal menggambarkan alokasi nutrisi protein dalam keadaan tertentu (kondisi stres). Tentunya stres akan menimbulkan “cost” nutrien tertentu. Dalam hal ini alokasi protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan bulu akan dialokasikan untuk hal lain seperti sistem imun ayam, terlebih bila saat muncul cekaman/stres.

Karakteristik bulu sayap pada ayam yang normal sehat tanpa mengalami stres akan terlihat rapih dengan struktur bulu yang utuh, tanpa kerusakan, bersifat kedap air dan tidak pecah. Setiap kali ayam yang mengalami kondisi stres berat, akan terlihat “stress marking” pada bulu (terutama di bagian vane). Stress marking berawal dari ujung bulu, hal ini akan bersifat permanen dan membekas selama beberapa waktu sesuai umur ayam.

Jika ayam hanya mengalami satu kondisi stres, maka hanya akan muncul satu stress marking, begitupun jika ayam mengalami beberapa kali kondisi stres, maka stress marking yang muncul juga lebih dari satu alias multiple. Penilaian signifikansi stress marking dilakukan dengan metode sampling kira-kira 10-20 ekor ayam. Jika dari sampel tadi ditemui 50% atau lebih stress marking, maka dapat disimpulkan kondisi stres signifikan terjadi.

Namun jika kurang dari 50%, maka dapat dikatakan kondisi stres masih dapat ditoleransi. Meskipun dibutuhkan perbaikan dalam hal teknis manajemen pemeliharaan, seperti membuat suhu dan menjadi lebih stabil sesuai standar dan perbaikan densitas kandang. Yang lebih baik adalah jika tidak ditemukan sama sekali stress marking, maka dapat dikatakan manajemen pemeliharaan yang diterapkan sudah baik dan benar.

Berkaca pada kenyataan di lapangan, secara umum biasanya ada saja individu ayam yang bereaksi terhadap kondisi tertentu, dimana sebagaian ayam lainnya tidak meresponnya sebagai kondisi cekaman/stres. Sehingga acuan jumlah sampel dalam mengidentifikasi hadirnya cekaman stres sangat penting diperhatikan.

Sebagai pertimbangan, stress marking yang muncul diumur 7-10 hari menunjukan manajemen brooding yang belum baik dan harus diperbaiki pada periode selanjutnya. Jika ayam tidak menunjukan stress marking diumur tersebut, maka manajemen brooding yang diaplikasikan sudah baik.

Bentuk Fisik Stress Marking, Seperti Apa?
Di bawah ini sedikit penulis jabarkan bentuk fisik bulu pada ayam yang mengalami stres alias stress marking:

• Jika stress marking berbentuk garis zona kosong akibat struktur hooklet, “barbule” dan “barb” tidak tumbuh sempurna. Hal ini masuk pada kondisi stres derajat sedang. Jika hanya terlihat garis zona kosong tipis atau samar, berarti ayam telah mengalami stres ringan. Sedangkan jika terlihat garis zona kosong lebar, berarti ayam telah mengalami kondisi stres sedang.

• Pada stress marking berbentuk segitiga kosong seperti dipotong pada bagian vane, bentukan ini dapat dikatakan bahwa ayam berada dalam kondisi stres derajat berat.

• Sedangkan jika stress marking berbentuk pecah-pecah layaknya serpihan, dimana antar struktur barbules tidak membentuk ikatan dengan barbules lainnya, artinya ayam mengalami stres yang disertai problem kesehatan atau kondisi sakit.

(A) Ayam mengalami kondisi stres karena masalah kesehatan/penyakit. (B) Ayam berada dalam kondisi stres berat (terdapat bulu-bulu yang patah). (C) Ayam mengalami stres pada minggu pertama akibat kegagalan manajemen brooding.

Deteksi Dini = Bermanfaat
Dengan melakukan identifikasi dini stres melalui bulu, peternak dapat melakukan evaluasi program pelaksanaan pemeliharaan ayam dikandangnya. Jika ditemukan banyak stress marking pada bulu, berarti ada hal yang harus segera dikoreksi agar pertumbuhan ayam tidak mengalami gangguan.

Sekali lagi penulis ingatkan bahwa penyebab stres di kandang harus diketahui oleh peternak, anak kandang, dan dokter hewan penanggung jawab kandang. Jika dapat mengidentifikasinya, maka dapat menantisipasi langkah selanjutnya. Begitupun sebaliknya, ketidakpahaman tentang kondisi stres yang terjadi akan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada ayam.

Jangan lupa pula melakukan monitoring secara terus-menerus dan senantiasa mengevaluasi tata laksana pemeliharaan demi menjamin keberhasilan dalam usaha ternak ayam. ***

Oleh: Drh Jumintarto Oyiem, Praktisi Perunggasan
Dirangkum oleh: Drh Cholillurahman (Redaksi Majalah Infovet)

MODEL BISNIS EGG HUB IEF DI AFRIKA SUB-SAHARA

Pengembangan model bisnis berkelanjutan yang kuat dan tervalidasi bagi peternak telur profesional skala kecil yang layak secara komersial di Afrika Sub-Sahara, merupakan strategi utama bagi CEO baru International Egg Foundation, Cassy Price.

Banyak negara di kawasan ini yang rata-rata konsumsi per kapita tahunannya berkisar antara 12-50 butir telur meskipun permintaan konsumen meningkat karena sumber proteinnya yang tinggi. Namun, saat ini, produksi dan akses terhadap telur terutama berpusat di wilayah kelas menengah perkotaan, sehingga sebagian besar penduduk di luar wilayah tersebut tidak mendapatkan akses terhadap telur yang aman dan terjangkau.

Price mengatakan IEF telah mengembangkan model pusat bisnis yang akan menarik dan pada awalnya mendukung peternak komersial skala kecil dalam produksi telur, meningkatkan akses terhadap telur dan meningkatkan nutrisi. Pendanaan untuk pendirian hub pertama saat ini sedang dicari melalui organisasi pendanaan hibah. (Via Poultryworld)

RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA

Ayam mengalami gangguan akibat serangan penyakit. (Foto: Istimewa)

Banyak masalah yang merintangi budi daya perunggasan, mulai dari cost pakan hingga kesehatan hewan. Penyakit merupakan salah satu makanan sehari-hari yang tentu dihadapi oleh peternak unggas. Pasalnya ketika penyakit menyerang, akan dibutuhkan cost tambahan dalam biaya produksi.

Baik penyakit yang sifatnya infeksius maupun non-infeksius semuanya bisa jadi biang keladi kerugian bagi peternak. Menarik untuk dicermati ragam penyakit yang menghampiri di tahun ini dan bagaimana prediksinya ke depan.

Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.

Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.

“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.

Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.

Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

MUSIM DINGIN YANG BRUTAL DI MONGOLIA MENGANCAM TERNAK DAN PAKANNYA

12 juta ternak menghadapi situasi berbahaya ketika Mongolia mengalami salah satu musim dingin terberat dalam beberapa dekade terakhir.

Seperti dilansir pemerintah Mongolia, pada bulan Desember, 90% negaranya tertutup salju dengan kedalaman mencapai 38 cm. Jumlah ini sangat tinggi di negara ini, di mana jutaan keluarga nomaden secara historis bergantung pada padang rumput untuk memberi makan ternak mereka selama musim dingin.

Di 41 kabupaten, peternak sudah kehabisan pakan. Di 48 kabupaten lainnya, situasinya hampir kritis, lapor badan manajemen darurat nasional.

Kekurangan pakan diyakini merupakan yang terburuk di kota Bulgan, di bagian utara negara itu. Selama beberapa minggu terakhir, wilayah tersebut menerima salju hampir 20 kali lebih banyak dibandingkan rata-rata, sehingga menutupi hampir seluruh padang rumput dan mengancam 3,6 juta ekor sapi.

Jika kondisi cuaca tidak membaik, kerugian akan mencapai 12 juta ekor, Kementerian Pertanian, Pangan dan Industri Ringan memperingatkan. Kawanan Mongolia terdiri dari 69,1 juta ekor sapi, domba, dan kambing.

Pada akhir tahun lalu, hampir 1 juta ekor hewan di seluruh negeri mati karena kelaparan, sehingga menimbulkan kerugian hampir US$100 juta bagi para peternak. Pers lokal melaporkan bahwa hal ini merupakan pukulan berat bagi sebagian masyarakat yang menjalani gaya hidup nomaden, yang mencari uang hanya dengan beternak.

Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Mongolia baru-baru ini melarang ekspor pakan, dan kebijakan tersebut akan berlaku hingga akhir tahun 2024. Namun, hal ini tidak akan membantu para petani dalam jangka pendek. Ekspor pakan Mongolia terutama terbatas pada perdagangan kecil lintas batas.

Namun langkah ini menunjukkan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan perjuangan yang panjang. Perkiraan terbaru memperkirakan bahwa cuaca tidak normal dapat berlanjut selama musim dingin dan sebagian musim semi 2024, kata badan manajemen darurat. Selain hujan salju lebat, negara ini juga bersiap menghadapi suhu yang sangat rendah, hingga -40°C.

Rusia dan Tiongkok telah memberikan pakan bantuan ke Mongolia, namun jumlah tersebut tidak akan membuat perbedaan besar, menurut pers setempat. (Via Dairyglobal)

POTRET PENYAKIT UNGGAS KINI DAN NANTI

Ternak ayam broiler. (Foto: Istimewa)

Selama 2023, banyak informasi dari para dokter hewan lapangan PT Romindo (Veterinary Representative) di seluruh Indonesia, yang melaporkan bahwa kasus penyakit ND (newcastle disease), IBD (infectious bursal disease), SHS (swollen head syndrome), CRD, NE, coryza, NE, kolera, dan kolibasilosis kejadiannya selalu tinggi setiap bulan. Selain itu, penyakit yang dipicu oleh mikotoksikosis dan kondisi heat stress juga dilaporkan tinggi dan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.

Sebelum lebih jauh membahas penyakit-penyakit di atas, akan dijelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan imunosupresi pada ayam, karena faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan terjadinya penyakit-penyakit pada ayam.

Kasus penyakit ayam umumnya terdiri atas penyakit primer dan sekunder, meskipun tidak menutup kemungkinan kasus yang terjadi merupakan gabungan dari beberapa penyakit primer dan sekunder yang menyebabkan penyakit komplikasi/kompleks. Penyakit primer yang dimaksud di sini adalah penyakit yang disebabkan karena jumlah tantangan agen penyakit yang tidak dapat diatasi oleh sistem pertahanan tubuh ayam, sedangkan penyakit sekunder yang dimaksudkan di sini adalah penyakit yang disebabkan melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam (imunosupresi), sehingga memudahkan terjadinya infeksi agen penyakit lain.

Imunosupresi merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka agen-agen penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi bagian tubuh sehingga timbul gangguan pertumbuhan dan produksi. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh ayam antara lain rusaknya organ limfoid primer ataupun sekunder karena infeksi virus dan mikotoksin, rusaknya organ limfoid sekunder karena infeksi bakterial, stres yang memengaruhi fungsi organ limfoid primer, serta efek nutrisi dan manajemen yang dapat memengaruhi organ limfoid primer maupun sekunder. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan sistem pertahanan tubuh, organ limfoid penghasil sistem kekebalan tubuh harus dijaga.

Terjadinya kondisi imunosupresi disebabkan kerusakan dan terjadinya gangguan fungsi organ limfoid, baik organ limfoid primer maupun sekunder. Penyakit yang merusak struktur dan fungsi organ limfoid primer di antaranya mikotoksikosis, gumboro, mareks, infeksi reovirus, infeksi chicken anemia, dan infeksi ALVJ. Sedangkan penyakit yang dapat merusak struktur dan fungsi organ limfoid sekunder adalah… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

TEPUNG PINUS DISARANKAN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TAMBAHAN PAKAN KAROTEN

Sekelompok peneliti dari Altai Krai, Rusia, telah membuktikan efektivitas tepung pinus dalam memberi makan sapi, angsa, dan ayam. Para ilmuwan bersikeras bahwa tepung pinus dapat menjadi sumber vitamin pakan yang berharga dalam makanan hewani.

“Tepung pinus kaya akan karoten dan gula. Ini mengandung unsur makro dan mikro seperti kalsium, fosfor, besi, tembaga, dan mangan,” kata ilmuwan tersebut dalam catatan penelitiannya, menekankan bahwa ini dapat berfungsi sebagai pengganti bahan tambahan pakan impor yang mengandung karoten.

Tepung pinus memiliki mekanisme kerja yang komprehensif dalam tubuh hewan, yaitu antioksidan, hematopoietik, imunostimulan, antimikroba, dan antiinflamasi, klaim para peneliti. Juga dapat digunakan sebagai stimulan pertumbuhan, meningkatkan produktivitas hewan dan unggas sekaligus mengurangi biaya pakan per unit produksi.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa memasukkan tepung pinus ke dalam makanan sapi 20 hari sebelum melahirkan dan dalam waktu 20 hari setelah melahirkan, tidak berdampak pada komplikasi pasca melahirkan, dan berkontribusi terhadap peningkatan rata-rata produksi susu harian sebesar 7,7%., yang menjamin produksi tambahan 335 kg susu dari kelompok eksperimen.

Selain itu, dimasukkannya tepung pinus ke dalam pakan sapi jantan Simmental sebanyak 0,5 kg/ekor per hari memberikan efek positif terhadap kualitas sperma dan jumlah darahnya. Para peneliti mencatat peningkatan jumlah ejakulasi sebesar 7,4%, volume ejakulasi sebesar 4,2%, aktivitas sperma sebesar 6,7%, dan konsentrasi sperma sebesar 7,9%.

Penggunaan tepung pinus dalam pakan ayam Plymouth rock menghasilkan penurunan angka kematian sebesar 6% dan menyebabkan peningkatan pengumpulan telur kotor sebesar 4,19%.

Dalam pakan angsa Lindovskaya, persilangan lokal, tepung pinus berkontribusi terhadap penurunan angka kematian sebesar 12,0% dibandingkan dengan kelompok kontrol dan meningkatkan pengumpulan kotor telur tetas, produksi telur, dan persentase telur yang menetas. (Via Allaboutfeed)

EKSPOR UNGGAS AMERIKA KE ASIA TENGAH BERADA DALAM BAHAYA

Rusia mempertimbangkan untuk melarang transit unggas AS melalui wilayahnya, dengan alasan kekhawatiran akan flu burung yang sangat patogen. Langkah ini akan merugikan ekspor daging broiler Amerika ke Asia Tengah.

Pengawas hewan Rusia Rosselhoznadzor sedang mempertimbangkan untuk melarang transit unggas Amerika melalui negara tersebut, lapor outlet berita Rusia Ria Novosti, mengutip sumber yang dekat dengan masalah tersebut. Tindakan ini dibenarkan karena adanya kebutuhan untuk melindungi Rusia dan Kazakhstan dari flu burung, karena para pejabat Rusia melihat situasi kedokteran hewan di AS “tidak stabil”.

Pada tahun 2015, Rusia menghentikan transit unggas AS selama beberapa bulan. Sumber tersebut belum merinci jangka waktu pembatasan baru tersebut, hanya menekankan bahwa para pejabat kedokteran hewan Rusia menganggap dinamika penyebaran flu burung di dunia merupakan hal yang menyusahkan.

Larangan transit Rusia dapat melemahkan ekspor unggas Amerika ke Asia Tengah. Di Kazakhstan, dimana impor dari AS secara historis memainkan peran penting, para peternak unggas mendukung gagasan tersebut. (Via Poultryworld)

OPTIMALISASI SBM SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN

Optimalsasi SBM untuk pakan ternak. (Sumber: neighborwebsj.com)

Pakan merupakan komponen penting dengan cost tertinggi dalam usaha budi daya peternakan termasuk unggas. Hampir 70% komposisi biaya dalam beternak berasal dari pakan, oleh karena itu sangat penting untuk menekan cost pakan agar budi daya lebih efisien.

Namun begitu tidak mudah rasanya mengefisienkan harga pakan. Terlebih banyak keluhan dari para produsen pakan terkait kenaikan harga beberapa jenis bahan baku pakan misalnya Soybean Meal (SBM) yang umum digunakan dalam formulasi pakan di Indonesia. Belakangan diketahui bahwa harga SBM di lapangan mengalami kenaikan.

Memaksimalkan Utilisasi Protein
Prof Komang G. Wiryawan, staf pengajar Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB University, mengingatkan akan pentingnya efisiensi dalam suatu formulasi ransum. Menurutnya, pemilihan bahan baku yang digunakan dalam ransum harus mengandung nutrisi yang seimbang dengan nilai energi metabolisme yang cukup untuk ternak pada tiap fasenya. Energi ini dihasilkan oleh berbagai macam komponen, mulai dari protein, karbohidrat, lemak, dan lain sebagainya.

Pada ransum unggas yang lazim digunakan sebagai sumber energi biasanya jagung, sedangkan fungsi SBM yakni sebagai sumber protein (asam amino). Namun begitu, protein yang terkandung dalam SBM jika tidak termanfaatkan dengan baik oleh ternak, akan menghasilkan gas yang berbahaya, karena SBM banyak mengandung Non-Starch Polisacharide (NSP) yang tersisa, senyawa itu akan dicerna bakteri, jika bakterinya bersifat patogen maka akan mengancam kesehatan saluran pencernaan ternak.

“Jadi kuncinya bagaimana kita memaksimalkan utilisasi protein yang ada dari bahan baku. Tepung ikan, SBM, itu sumber protein, memang pemakaiannya tidak sebesar jagung, tapi jika tidak tepat penggunaannya bisa menyebabkan masalah juga. Terlalu banyak tidak baik, begitupun jika terlalu sedikit,” tutur Komang.

Biasanya lanjut dia, di dalam suatu bahan baku pakan ada hal yang menghambat utilisasi zat dari bahan baku tersebut. Seperti yang disebutkan di atas, NSP merupakan gugusan karbohidrat yang membuat utilisasi protein dalam SBM kurang maksimal. NSP tidak dapat dicerna secara maksimal oleh unggas, oleh karenanya dibutuhkan alat bantu yang dapat memecahnya agar sumber nutrisi dari NSP dapat dicerna.

“Kita tahu bahwa biasanya digunakan enzim untuk memecah struktur kimia yang rumit. Kita sudah tentu mengenal atau minimal mendengar nama-nama enzim seperti xylanase, protease, beta-mannanase, dan lainnya. Nah, fungsinya diantaranya yaitu memecah struktur yang tidak tercerna menjadi bermanfaat bagi ternak,” jelasnya.

Penggunaan Enzim untuk Maksimalkan Nutrisi Pakan
Campur tangan teknologi sudah bukan barang baru dalam dunia formulasi pakan, terutama dalam mengefisienkan suatu ransum. Seperti yang tadi dijelaskan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan nilai nutrisi dari bahan baku adalah penggunaan enzim. Dalam pakan ternak, penggunaan enzim sebenarnya sudah dilakukan sejak lama.

Enzim merupakan senyawa yang berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah keseimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi.

Hal inilah yang digadang-gadang bahwa enzim bisa menjadi salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan ternak, sehingga manusia yang mengonsumsi hasil ternak, maupun lingkungan aman.

Meskipun di dalam tubuh makhluk hidup enzim dapat diproduksi sendiri (endogenous) sesuai kebutuhan, penambahan enzim dalam formulasi pakan kini sudah menjadi suatu hal yang lazim dilakukan para produsen pakan. Enzim di dalam formulasi pakan memiliki beberapa fungsi, menurut Bedford dan Partridge (2011) di antaranya:

• Memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat dalam campuran pakan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogenous, sehingga dapat mengganggu pencernaan ternak, contoh tanin, saponin dan lain-lain.

• Meningkatkan ketersediaan pati, protein dan garam mineral yang terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna.

• Merombak ikatan kimia khusus dalam bahan baku pakan yang biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan ternak itu sendiri.

• Sebagai suplemen tambahan dari enzim yang diproduksi oleh ternak muda, dimana sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogenous kemungkinan belum mencukupi.

Utilisasi SBM dengan Enzim
Hal tersebut juga diamini oleh Technical Director dari Industrial Tecnica Pecuaria, S.A (ITPSA) Spanyol, Dr Josep Mascarell. Menurutnya, berdasarkan hasil riset oleh para ahli, asam amino yang terkandung dalam SBM lebih seimbang dan beberapa di antaranya tidak dapat ditemukan dalam tanaman lain.

Selain itu, Josep menilai bahwa utilisasi dari SBM dalam sebuah formulasi pakan belum termaksimalkan dengan baik. Terlebih lagi di masa sekarang ini, dimana efisiensi adalah sebuah keharusan dan peternak dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dalam budi daya.

“Tantangan di masa kini semakin kompleks, produsen pakan harus berlomba-lomba dalam menciptakan pakan yang murah, efisien, tetapi juga berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan kustomisasi yang tepat dalam formulasi untuk melakukannya,” tutur Josep.

Di kawasan Asia mayoritas formulasi pakan ternak didominasi oleh jagung, tepung gandum, dan SBM sebagai bahan baku utama. Dalam SBM ternyata terdapat kandungan zat anti-nutrisi berupa α-galaktosidase (αGOS). Zat tersebut dapat menyebabkan timbunan gas dalam perut, penurunan absorpsi nutrien, peradangan pada usus dan rasa tidak nyaman pada ternak.

Hal ini tentunya akan membuat ternak stres dan menyebabkan turunnya sistem imun. Energi dari pakan yang seharusnya dapat dimaksimalkan untuk performa dan pertumbuhan justru terbuang untuk menyusun sistem imun yang menurun. Oleh karenanya, dibutuhkan substrat yang dapat menguraikan α-galaktosidase untuk memaksimalkan utilisasi energi dari SBM.

Menurut Josep, di masa kini penggunaan enzim dalam formulasi pakan adalah sebuah keniscayaan. Penambahan enzim eksogen dapat membantu meningkatkan kualitas pakan, meningkatkan kecernaan nutrien (NSP, protein dan lemak), memaksimalkan utilisasi energi pakan dan yang pasti mengurangi biaya alias efisiensi formulasi.

ITPSA telah melakukan riset selama 20 tahun lebih dalam hal ini. Setelah melalui serangkaian riset dihasilkanlah produk enzim serbaguna yang dapat membantu memaksimalkan formulasi pakan terutama yang berbasis jagung, tepung gandum dan SBM.

Berdasarkan hasil trial, formulasi ransum dengan komposisi utama jagung, SBM dan tepung gandum akan lebih termaksimalkan utilisasi proteinnya dengan menambahkan kombinasi enzim α-galaktosidase dan xylanase. Hasilnya pada ternak terlihat pada tabel berikut:

Kenaikan Kecernaan (Broiler) dengan Penggunaan Enzim α-galaktosidase dan Xylanase

Kenaikan Kecernaan (Babi) dengan Penggunaan Enzim α-galaktosidase dan Xylanase

Josep juga mengatakan bahwa enzim yang diberikan harus aman untuk ternak dan manusia, serta harus dapat digunakan dan dikombinasikan dengan berbagai jenis feed additive lainnya.

Dengan menambahkan enzim α-galaktosidase dan xylanase dalam formulasi pakan, tentunya akan dihasilkan performa ternak yang baik, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dan tentunya akan lebih menguntungkan dan efisien dalam penggunaan bahan baku. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

INDONESIA TERIMA BANTUAN VAKSIN LSD TAHAP KEDUA

Nuryani Zainuddin (kiri) saat penyerahan bantuan vaksin LSD tahap dua melalui Dane Roberts. (Foto: Istimewa)

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menerima bantuan vaksin lumpy skin disease (LSD) tahap kedua sebanyak 500.000 dosis dari Australia.

Vaksin tersebut diberikan secara resmi kepada Kementan dalam kegiatan serah terima pada Senin (8/1/2024), di Gudang cold chain  PT Kiat Ananda, untuk disimpan sebelum didistribusikan. Simbolis penyerahan bantuan vaksin dilakukan oleh Dane Roberts (Konselor Pertanian Australia), kepada Nuryani Zainuddin (Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan).

Pada kesempatan tersebut Nuryani mengatakan, kemitraan antara Indonesia dan Australia sangatlah penting untuk terus berkolaborasi dalam melawan penyakit LSD yang telah terkonfirmasi di 17 provinsi di Indonesia.

Penyerahan vaksin ini merupakan bagian keseluruhan donasi 1 juta dosis vaksin LSD yang telah disepakati di 2023, yang diberikan oleh Departemen Pertanian, Perikanan, dan Perhutanan Australia untuk membantu Indonesia dalam menangani LSD.

Sebelumnya, tahap pertama vaksin LSD sebanyak 500.000 dosis telah didonasikan pada Mei 2023 dan telah terdistribusi ke beberapa provinsi tertular.

“Dengan tambahan donasi 500 ribu dosis vaksin LSD, tahun ini vaksinasi akan dilakukan lebih intensif utamanya di provinsi-provinsi sentra ternak seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung," ujar Nuryani, melalui siaran resminya, Rabu (10/1/2024).

Ia menambahkan bahwa harus dilakukan percepatan vaksinasi LSD dengan menyasar populasi rentan di provinsi baru tertular, ternak yang belum mendapatkan vaksin, dan untuk vaksinasi ulang tahunan di daerah tertular.

Menurutnya, dukungan dari Australia akan sangat membantu memperkuat kemampuan untuk mengendalikan dan mencegah perluasan penyebaran LSD di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Australia atas pendekatan proaktif dan dukungan akan pentingnya kesehatan hewan dalam mempromosikan pertanian berkelanjutan, serta ketahanan pangan bagi masyarakat di Indonesia," ucapnya.

Sementara, Dane Roberts turut menyampaikan komitmen kerja sama antara Indonesia dan Australia dalam penanganan LSD sudah ada sejak awal wabah.

“Kami memiliki hubungan kerja yang sangat erat dengan Indonesia dalam menyediakan dukungan upaya pengendalian penyakit hewan darurat, dan kami akan terus melanjutkan keterlibatan kami dalam memberikan dukungan teknis dan berbagai program lainnya," kata Dane. (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer