-->

MENINGKATKAN FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR AYAM KAMPUNG

Indukan dan pejantan dalam kandang koloni. (Foto: Dok. Masadhy)

Ingin beternak ayam kampung secara kontinu tanpa takut kehabisan stok DOC? Membibitkan ayam kampung secara mandiri adalah solusi. Peternak pemula wajib tahu beberapa kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya tetas telur ayam kampung.

Bagi peternak ayam kampung yang ingin mendapatkan penghasilan rutin setiap minggu atau setiap bulan, rotasi budi daya adalah solusi tepat. Dengan melakukan hal tersebut, peternak bisa menghitung berapa ekor ayam yang harus dipelihara agar bisa dipanen dengan rutin.

Masalahnya, tak jarang peternak kesulitan mendapat DOC sesuai waktu yang dijadwalkan dan sesuai jumlah yang diinginkan. Salah satunya disebabkan pembibit yang kehabisan stok karena permintaan DOC sedang banyak. Padahal, sesuai jadwal rutin DOC harus sudah masuk kandang pada saat itu.

Masalah lain adalah syarat jumlah pembelian DOC. Bisa jadi pembibit mensyaratkan jumlah minimal yang harus dibeli, padahal kapasitas kandang atau lahan yang dimiliki terbatas. Faktor jumlah pembelian juga sering kali memengaruhi harga. Pembelian DOC dalam jumlah lebih banyak akan memperoleh harga lebih murah dibanding jumlah yang lebih sedikit.

Beberapa masalah tersebut kadang bisa membuat pusing peternak, apalagi peternak ayam kampung skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas. Peternak tentu ingin tetap memulai dan melanjutkan usaha sesuai kapasitas yang dimiliki sesuai program yang telah direncanakan.

Ada pula cara yang dilakukan untuk mendapatkan DOC dengan harga lebih murah, yaitu membeli telur fertil. Selanjutnya, telur tersebut ditetaskan sendiri dengan mesin tetas. Namun, permasalahan yang muncul tak jauh berbeda, yaitu waktu ketersediaan dan jumlah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, melakukan pembibitan mandiri bisa dijadikan solusi. Peternak bisa menghitung jumlah indukan betina maupun pejantan untuk menghasilkan DOC sesuai kebutuhan. Dengan pembibitan mandiri, peternak tak perlu khawatir waktu ketersediaan, kesesuaian jumlah dengan kebutuhan, dan biaya untuk pengadaan DOC. Dengan kata lain, keberlanjutan usaha beternak berjalan mandiri dan tidak bergantung pihak lain.

Cara ini pula yang dilakukan Mastur Adhy Sudrajat, peternak ayam kampung dari Desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. Berawal dari usaha pembesaran ayam kampung, pria yang biasa dipanggil Masadhy ini memutuskan melakukan pembibitan sendiri. Berberapa tahun melakukan pembibitan mandiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (RA)

PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA : FAO & KEMENTAN TEGASKAN PENTINGNYA STANDAR PANGAN UNTUK MITIGASI AMR

Menteri Pertanian bersama FAO mengajak masyarakat mengonsumi produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) dalam peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia 2023.
(Sumber : FAO 2023)

Dalam rangka memperingati Hari Keamanan Pangan Sedunia, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi produk pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

Puncak peringatan Hari Keamanan Pangan Dunia atau World Food Safety Day (WFSD) 2023 yang dilaksanakan di Gedung Auditorium Kementerian Pertanian pada Kamis (8/6) sangat meriah.  Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, serta Kementerian/Lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

Pada kesempatan tersebut Mentan SYL menyampaikan, peringatan ini menjadi momentum dalam meningkatkan peran bersama untuk kita menjaga keamanan pangan.  “Pangan memiliki peran fundamental dalam keberlangsungan kehidupan manusia dan pangan yang aman merupakan hak setiap orang,” kata Mentan SYL. Sehingga menurutnya, segala upaya dalam memastikan pangan yang aman mutlak diperlukan.  

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menyampaikan, salah satu upaya pemerintah untuk menjamin keamanan pangan bagi masyarakat adalah melalui sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV), yang merupakan salah satu bentuk jaminan keamanan pangan untuk produk asal hewan. “Adanya standar memberikan panduan penanganan makanan yang higienis bagi peternak, termasuk batas residu pestisida dan obat hewan, untuk mengurangi risiko resistensi antimikroba (AMR),” jelasnya.

Sebagai informasi, sejak tahun 2006, Indonesia bekerjasama dengan FAO dan USAID, serta pemangku kepentingan terkait untuk memperkuat sistem pengawasan keamanan pangan dengan memastikan keamanan produk ternak di Indonesia, serta secara efektif mengendalikan ancaman AMR melalui anjuran penerapan biosekuriti 3-zona dan kebersihan-sanitasi di peternakan.

Sementara itu, Yohanes Baptista Satya Sananugraha, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Penduduk, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan  menjelaskan pangan yang aman, sehat dan bergizi sangat diperlukan dalam setiap tahapan siklus hidup, mulai sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. “Salah satu bahan pangan yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak dalam upaya pencegahan stunting adalah protein hewani,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menyoroti pentingnya keamanan pangan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rajendra menyatakan, “Dengan menegakkan standar keamanan pangan yang tinggi, kita dapat menyelamatkan nyawa dan memastikan rantai pasokan pangan yang lebih aman.”

 

Lebih lanjut, Rajendra menegaskan bahwa pangan yang tidak aman juga dapat dihasilkan dari kontaminasi organisme AMR yang berpotensi menimbulkan ‘silent pandemic’ atau pandemi senyap. Untuk itu  penggunaan antimikroba secara bijak dan bertanggung jawab pada semua sektor harus terus digencarkan. “Mari berkomitmen untuk menjunjung tinggi standar keamanan pangan dan bekerja secara kolaboratif untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (INF)

AYAM KUKUAK BALENGGEK DI PENAS PECAHKAN REKOR

Penampilan ayam Kukuak Balenggek pada kegiatan PENAS ke XVI di Padang. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong pengembangan pelestarian ayam Kukuak Balenggek sebagai salah satu plasma nutfah lokal, selain untuk menunjang peningkatan produksi ternak sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

“Ayam Kukuak Balenggek di PENAS telah memecahkan bukan hanya rekor nasional, tapi rekor dunia,” kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, saat penyerahan piagam penghargaan Rekor Dunia MURI pada kegiatan PENAS ke XVI di Padang, Minggu (11/6/2023).

Menurut Nasrullah, ayam Kukuak Balenggek adalah ayam lokal Indonesia yang berpotensi sebagai ayam hias. “Saat ini kita harus bangga karena Indonesia memiliki plasma nutfah lokal dan melalui pemecahan rekor MURI ini kita perkenalkan ayam tersebut sebagai ayam lokal yang hanya ada di Sumatra Barat dan tidak ada di dunia maupun di wilayah lain di Indonesia. Untuk itu kita harus menjaga dan melestarikan plasma nutfah ini,” ucapnya.

Ia juga menegaskan, untuk mencegah kemungkinan pengambilan secara ilegal rumpun  terbentuk di suatu wilayah, pemerintah telah memberikan perlindungan hukum. “Pengaturan ini dilakukan untuk menjamin adanya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya genetik hewan,” jelasnya.

Diharapkan ayam Kukuak Balenggek segera dapat didaftarkan ke FAO sebagai plasma nutfah Indonesia, sehingga daerah lain atau negara lain tidak akan dapat mengklaim plasma nutfah ini karena sudah secara internasional diakui dan tercatat di website FAO.

Pada kesempatan tersebut, perwakilan MURI menyampaikan bahwa ayam Kukuak Balenggek sukses memecahkan rekor dunia dengan kategori Superlatif. Ia sebutkan, tercatat penampilan sekitar 939 ekor ayam dan ini merupakan jumlah terbanyak, terbesar, dan perdana yang diadakan di Sumatra Barat.

Menurut Direktur Marketing MURI, Awan Rahargo, ayam Kukuak Balenggek mempunyai keseragaman fisik dan komposisi genetik. Selain itu, ayam ini juga mempunyai kemampuan yang cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan.

“Hari ini menjadi sangat meriah dengan penampilan ayam Kukuak Balenggek terbanyak di dunia dan menjadi sebuah harapan tim Rekor MURI dalam memperkenalkan plasma nutfah lokal mendunia, sehingga ini menjadi lestari bahkan dapat menjadi daya tarik pariwisata. Ini sejatinya esensi pemecahan rekor,” katanya. (INF)

CEGAH KOLIBASILOSIS SEBELUM MERUGI

Omphalitis pada DOC, salah satu indikasi infeksi coli. (Foto: Istimewa)

Sebagai penyakit dengan tingkat kejadian paling sering kedua, pastinya peternak tidak boleh kecolongan lagi. Pasalnya, kerugian yang ditimbulkan juga bukan main-main, selain itu terdapat potensi lain yang mungkin dapat menimbulkan petaka bagi manusia di kemudian hari.

Menular Terus, Terus Menular
Kebanyakan E. coli hidup di lingkungan kandang melalui kontaminasi feses. Permulaan infeksi dari bakteri ini mungkin juga terjadi di hatchery, dari infeksi atau telur yang terkontaminasi. Meskipun begitu, infeksi sistemik biasanya membutuhkan bantuan lingkungan atau predisposisi lainnya.

Kolibasilosis kebanyakan terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah, lembap dan kotor, bukan dari ayam ke ayam seperti yang selama ini sering diduga peternak. Berdasarkan penelitian Mc Mullin (2004), disebutkan bahwa kolibasilosis terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusar, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.

Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga menjadi faktor predisposisi infeksi E. coli. Selain itu, timbulnya kolibasilosis juga tidak lepas dari sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresif.

Untuk faktor manajemen, peternak sudah sering mendapat penyuluhan, pelatihan dan lain sebagainya, namun sayang tidak adanya perubahan manajemen ke arah yang lebih baik dalam suatu peternakan menjadi kesan bahwa terjadi “pembiaran” akan infeksi dari bakteri E. coli.

Lingkup Infeksi yang Luas
Tidak hanya antibiotik yang memiliki lingkup luas, bakteri E. coli ternyata juga dapat menyebabkan infeksi dengan lingkup yang luas secara lokal maupun sistemik, bukan hanya pada saluran pernapasan dan saluran pencernaan saja. Bentuk infeksi sistemik E. coli biasa disebut... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

PERCONTOHAN CLOSED LOOP KAMBING/DOMBA DAN ITIK DI PENAS KE XVI

Percontohan closed loop kambing/domba dan itik. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian memanfaatkan ajang PENAS Petani Nelayan XVI di Padang untuk menunjukkan secara langsung contoh closed loop kambing/domba dan itik kepada pengunjung.

Closed loop adalah suatu pendekatan pola peternakan terpadu dari hulu ke hilir untuk mendorong perkembangan agribisnis berkelanjutan, meningkatkan skala ekonomi, dan pendapatan petani, serta mampu meningkatkan produktivitas ternak.

“Ini contoh yang bagus untuk peternakan yang berorientasi agribisnis,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat meninjau lokasi percontohan closed loop peternakan kambing/domba dan itik di Area PENAS XVI Lapangan Udara Sutan Sjahrir Kota Padang, Sabtu (10/6/2023).

“Saya harap ini bisa diterapkan di berbagai daerah dengan menggandeng perbankan dan swasta untuk pengembangannya,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Mentan SYL mengatakan bahwa peternak tidak perlu khawatir jika ingin mengembangkan ternaknya. Menurutnya, pihaknya saat ini telah menggandeng perbankan untuk memfasilitasi peternakan rakyat yang melakukan usaha pembibitan dan budi daya.

“Para peternak dapat ikut memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai upaya untuk penguatan akses pembiayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam rangka meningkatkan kualitas bibit, akselerasi peningkatan populasi untuk meningkatkan produktivitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi daging nasional. Silahkan gunakan KUR untuk mengembangkan usaha,” katanya.

Sementara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, Nasrullah menyebut pola closed loop merupakan salah satu langkah dalam adaptasi dan mitigasi risiko terhadap perubahan iklim dan antisipasi krisis pangan global.

“Ciri dari closed loop yang pertama adalah penerapan pengembangan peternakan dari hulu hingga hilir. Kemudian ciri kedua adalah berskala usaha dan yang ketiga harus efisien,” jelas Nasrullah.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Agung Suganda, juga menyatakan bahwa ajang PENAS sangat bermanfaat untuk para petani dan peternak karena ada berbagai informasi yang dapat diakses dengan lebih mudah.

Para pengunjung, kata dia, dapat melihat berbagai teknologi peternakan terbaru termasuk teknologi kandang ramah lingkungan, teknologi dan varian olahan pakan ternak, teknologi kesehatan hewan, teknologi pengolahan kotoran hewan, dan lain-lain.

“Di lokasi close loop kami juga menyelenggarakan berbagai demo, seperti demo inseminasi buatan, demo pembuatan pakan, demo pembuatan pupuk organik, dan lainnya. Peternak juga dapat berkonsultasi dan mengikuti bimtek singkat dengan trainer terlatih,” kata Agung.

Ia juga menjelaskan bahwa bahan-bahan dan teknologi yang digunakan dalam percontohan closed loop ini adalah bahan-bahan yang mudah didapat masyarakat dengan harga relatif terjangkau, tetapi dengan kualitas cukup bagus. (INF)

REFLEKSI KRITIS: KOLI SANG OPORTUNIS

Prevalensi dan kemungkinan transmisi atau penyebaran E. coli patogen yang ekstra-intestinal pada ayam modern cukup tinggi. E. coli dari kelompok inilah yang pada ayam disebut APEC dan sering menyebabkan problem kolibasilosis dalam berbagai bentuk peradangan berupa air-sacculitis, sinusitis, rhinitis, laryngitis, tracheitis, conjunctivitis, cellulitis, pleuritis, pneumonia, peritonitis, ovaritis, oviditis, salpingitis, synovitis, omphalitis, koli granuloma sampai septisemia.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Kasus kolibasilosis pada peternakan ayam modern ibarat “naza” alias bahan adiktif, sering ketagihan atau mengulang. Intim dengan ayam broiler, karib dengan ayam petelur, bahkan juga akrab dengan ayam bibit. Apakah benar ayam modern lebih peka terhadap kuman koli? Atau apakah teknik pemeliharaan ayam yang semakin efisien secara tidak sengaja telah membuat kuman koli menemukan “surga”nya?

Di tengah hingar-bingarnya tekanan implementasi konsep one world one health dan kekhawatiran terhadap AMR (Antimicrobial Resistance), tulisan singkat yang berisi pengalaman seorang praktisi lapangan dan dilengkapi dengan sejumlah info dari jurnal ilmiah terkini menjadi sumber inspirasi yang adekuat untuk dicermati.

Mengenal Escherichia Coli
Peribahasa Latin kuno, “Inter faeces urinumque homo est natus” (artinya: manusia dilahirkan di antara feses dan urin), mengandung makna akan adanya suatu kesadaran awal terkait kesamaan mikroflora komensal antara ibu dan anak. Ketika Theodor Escherich (1885) berusaha mencari hubungan antara mikroflora feses bayi dengan kasus-kasus infeksi enterik, beliau menemukan Bacterium coli commune sebagai patogen pada usus bayi dan ibunya (Metchnikoff, 1907). Belakangan, sebagai tanda penghargaan baginya, mikroba tersebut diberi nama Escherichia coli (E. coli).

Sejak penemuan Escherich tersebut, secara alamiah peranan kuman koli selalu menjadi perdebatan, apakah sebagai mikroba patogen atau mikroba komensal pada manusia dan hewan. Baru pada 1947, saat Kauffmann menemukan klasifikasi kuman koli berdasarkan uji serologis, maka ekologi dan taksonomi kuman koli menjadi lebih jelas. Crichton dan Old (1992) memberikan sumbangan tambahan pada klasifikasi tersebut ditinjau dari aspek “resistotyping”, pola kepekaan kuman koli terhadap preparat antibiotika.

Hari ini, klasifikasi keragaman strain E. coli dalam perbedaan serotipe berdasarkan tiga jenis antigen yang ditemukan pada sel bakteri E. coli itu sendiri yaitu:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (toe)

MENGENAL RPA DAN FUNGSI PERALATANNYA

Mesin pencabut bulu/plucker (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Rumah Pemotongan Ayam (RPA) dibutuhkan oleh pelaku-pelaku usaha yang memerlukan produk ayam dengan kualitas baik, higienis dan siap diolah. Daging ayam yang berkualitas dan memiliki tingkat higienis tinggi umumnya berasal dari RPA modern yang melakukan prosedur pemotongan secara benar.

RPA harus memiliki standar pengecekan quality control yang ketat serta menggunakan mesin canggih untuk menunjang kualitas. Dalam sebuah RPA terdapat beberapa mesin dan peralatan yang membuat RPA bisa berfungsi dengan baik sesuai tujuannya.

“Secara garis besar cara kerja mesin RPA adalah mengolah ayam hidup menjadi ayam siap pakai atau siap diolah menjadi makanan. Baik dalam bentuk parting atau bagian-bagian dan juga dalam bentuk ayam beku atau frozen,” jelas Entang Rukmana dari Mulia Abadi Sarana, perusahaan yang menjual, merakit dan memasang RPA, saat berbincang dengan Infovet.

Untuk mengolah ayam hidup menjadi ayam yang siap digunakan, RPA menggunakan bermacam peralatan dengan fungsi yang saling menunjang satu sama lain.

Peralatan Hanging, Killing, Defeathering

Hanging, killing dan defeathering adalah suatu proses saat ayam hidup digantung, kemudian dipingsankan lalu disembelih sesuai syariat Islam, setelah itu dibersihkan dari bulunya. Berikut mesin-mesin yang digunakan.

Grafiti conveyor berfungsi untuk memindahkan kotak ayam hidup dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan mudah.

Peniris darah (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Kemudian pentiris darah yang digunakan untuk menampung dan mentiriskan darah ayam yang berceceran dari proses sembelih. Setelah disembelih ayam dimasukkan dalam scalder yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan air pada suhu tertentu dan dilakukan pencelupan ayam untuk memudahkan proses pencabutan bulu.

Adapun pencabut bulu (plucker) adalah mesin yang digunakan untuk mencabut bulu kasar maupun bulu halus pada ayam. Plucker finisher berfungsi sama seperti plucker, tetapi bedanya bertujuan untuk membersihkan bulu yang masih tersisa di plucker sehingga bulu ayam benar-benar bersih dan tidak ada yang menempel.

Pemotong kepala dan leher digunakan untuk memisahkan antara kepala dan leher ayam dengan bagian badannya. Selain itu, terdapat juga pemotong kaki digunakan untuk memotong dan memisahkan antara kaki dengan badan ayam.

Sementara pembersih sackle adalah alat yang digunakan untuk membersihkan penggantung ayam (sackle) dari sisa-sisa kotoran bulu halus dan lainnya. Penyaring limbah bulu adalah mesin untuk memisahkan bulu yang telah bercampur dengan air (menyaring limbah bulu), sehingga saluran limbah tidak tersumbat oleh bulu.

Perebusan/scalder (Foto: Mulia Abadi Sarana)

Peralatan Eviscerating

Eviscerating adalah proses mengeluarkan organ dalam ayam seperti hati, ampela, empedu, usus dan jantung dengan cara membuat sayatan kecil pada kloaka ke arah tulang dada.

Eviscerating conveyor adalah rangkaian lintasan rel yang digunakan untuk menggantung ayam untuk proses eviserasi (mengeluarkan jeroan ayam). Sebelum proses eviserasi ayam ditampung dan digantung pada meja rehanging.

Proses eviserasi sendiri dilakukan di atas meja eviscerating. Setelah selesai proses eviserasi ayam dibersihkan menggunakan alat prewashing shower sehingga sisa kotoran dan darah bisa bersih maksimal.

Kemudian karkas ayam secara otomatis diturunkan ke chilling room menggunakan mesin carcass unloader.

Alat-alat Chilling Room

Chilling room adalah ruangan yang digunakan untuk mendinginkan ayam yang telah diproses dengan suhu tertentu bertujuan untuk mengawetkan sehingga ayam tidak mudah membusuk. Chilling room juga dilengkapi dengan alat-alat tersendiri.

Diantaranya screw chiller washer yang berfungsi membersihkan karkas ayam dari sisa-sisa kotoran setelah proses eviserasi. Kemudian setelah ayam bersih didinginkan dalam screw chiller cooler menggunakan air dingin maupun es.

Proses dilanjutkan menggunakan rotary drum untuk meminimalkan kandungan air (mentiriskan karkas) setelah proses di mesin screw chiller washer. Sehingga karkas yang nantinya dimasukkan ke dalam mesin pendingin tidak banyak mengandung air yang dapat memicu tumbuhnya mikroba.

Adapun meja pentiris yang berfungsi untuk menampung sekaligus mentiriskan air yang ada pada karkas. Sedangkan karkas gril adalah papan yang digunakan untuk mentiriskan karkas, bentuk permukaan atasnya berlubang-lubang, dimana lubang bergaris sejajar berguna untuk memudahkan proses pentirisan.

Alat Pelengkap RPA

RPA juga bisa dilengkapi peralatan tambahan tergantung pada produk yang hendak dihasilkan. Misalnya ingin menghasilkan karkas utuh, parting, fillet, ayam yang sudah dimarinasi dengan bumbu dan lain sebagainya.

Berikut beberapa contoh peralatan pelengkap RPA yakni meja grader, adalah meja yang digunakan untuk memisahkan karkas sesuai dengan bobotnya dengan cara ditimbang. Meja pemisah jeroan digunakan untuk memisahkan jeroan ayam per bagian-bagian seperti hati, ampela, usus dan jantung.

Kemudian meja packing digunakan untuk mengemas karkas yang sudah siap, untuk memudahkan bisa dengan bantuan alat corong packing. Meja boneless digunakan untuk memisahkan atau menghilangkan tulang pada ayam sehingga menghasilkan ayam boneless atau lebih dikenal dengan sebutan ayam fillet.

Meja dan mesin parting digunakan untuk memotong ayam, sehingga dihasilkan bagian-bagian ayam dalam potongan yang lebih kecil. Bak thawing digunakan untuk merendam dan mencairkan karkas yang telah dibekukan.

Mesin marinasi digunakan untuk mencampur bumbu dan ayam secara otomatis. Dilengkapi dengan sistem vakum, sehingga bumbu akan meresap dan merata di seluruh bagian. Mesin marinasi ini cocok untuk industri yang menjual produk ayam siap masak, ataupun untuk restoran yang ingin menjaga standar kualitas dan rasa masakannya.

Pembersih kaki/kulit juga terdapat untuk digunakan dalam membersihkan kaki ayam dari kulit dan kotoran lainnya.

Mini RPA

Untuk memenuhi kebutuhan industri rumahan yang lahannya terbatas atau industri yang baru mulai dengan modal minim, serta untuk pembelajaran dan praktikum di sekolah maupun universitas, Mulia Abadi Sarana juga menyediakan pembuatan mini RPA.

“Mini RPA ini memiliki kapasitas memotong 250-500 ekor per jam, sedangkan RPA biasa memiliki kapasitas 1000-4000 ekor per jam,” kata Entang Rukmana. “Kami menggunakan bahan stainless karena tidak berkarat sehingga aman untuk produk makanan.”

Menurut Entang, tata letak rangkaian peralatan RPA maupun mini RPA bisa disesuaikan dengan denah dari tempat yang ingin dipasang mesin RPA, selama ruangannya masih memungkinkan.

Entang juga berbagi tips merawat alat-alat RPA berdasarkan pengalaman perusahaannya berkecimpung di dunia RPA sejak 2015. “Selalu dibersihkan setelah pemakaian, serta dicek secara berkala baik kelistrikan maupun mesin dari bagian-bagian alat RPA itu sendiri. Sehingga akan diketahui mesin atau alat mana yang perlu diservis atau diganti akibat pemakaian,” tandasnya. (NDV)

KOLIBASILOSIS: RESIDIVIS, EKSIS DAN OPORTUNIS

Temuan umum patologi anatomis pada kolibasilosis: (A) Pericarditis, (B) Airsacculitis dan (C) Perihepatitis. (Foto: Istimewa)

Kolibasilosis, semua peternak ayam terutama broiler sudah pasti pernah merasakan kerugian yang diakibatkannya. Walau kini sudah banyak peternak yang well educated, namun masih ada saja yang kecolongan dan berulang.

Kendati banyak yang tahu mengenai penyakit ini, namun misteri mengapa ketika kasus kolibasilosis dapat terus “membunuh” peternak secara berulang memang tak pernah bisa diungkap.

Apalagi ketika harga ayam sedang mentok di level terbawah seperti beberapa waktu belakangan, keberadaan penyakit pasti akan menambah derita peternak, terutama peternak kecil mandiri.

“Teman Hidup” Semua Makhluk Hidup
Bakteri Escherichia coli atau lazim disebut E. coli, merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan makhluk hidup bahkan ketika suatu makhluk tersebut lahir, termasuk manusia (Kohl, 2018). Bakteri tersebut juga normal terdapat banyak di lingkungan peternakan ayam.

Beberapa peneliti mengategorikan bakteri ini sebagai bakteri komensal yang tergolong pembusuk, dimana dia dapat membantu proses pencernaan di saluran cerna. Meskipun kebanyakan di antaranya non-patogen, beberapa menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada berbagai makhluk hidup termasuk ayam.

Berdasarkan klasifikasi terbaru menurut uji serologis yang dilakukan berbagai ilmuwan, simpelnya E. coli dibagi menjadi E. coli yang patogen dan non-patogen. Anben et al. (2001), mengelompokkan E. coli yang bersfiat patogen sesuai gejala klinis yang ditimbulkan antara lain penyebab diare dan septisemia sebagai Avian Pathogenic Escherichia Coli (APEC). Galur ini merupakan galur yang berhubungan dengan karakteristik penyakit ketika terjadi infeksi penyakit oleh E. coli maka penyakit tersebut dinamakan kolibasilosis.

Bakteri E. coli juga dapat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (CR)

HARI KEAMANAN PANGAN SEDUNIA 2023 : STANDARISASI PANGAN MENYELAMATKAN NYAWA

Memastikan Kemanan Pangan Yang Dikonsumsi adalah Suatu Keniscayaan

Memastikan keamanan pangan kita menjadi hal yang penting dalam dunia yang terus berubah dengan cepat. Dengan pertumbuhan populasi, urbanisasi, perluasan lahan pemukiman, dan perubahan iklim, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menekankan pentingnya standar pangan untuk melindungi kesehatan masyarakat. 

Menyambut Hari Keamanan Pangan Dunia yang dirayakan besok pada tanggal 7 Juni, FAO mendesak para pembuat kebijakan, praktisi, dan investor untuk memberi prioritas pada produksi dan konsumsi pangan yang aman dan berkelanjutan demi kehidupan yang sehat.  

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menyoroti pentingnya keamanan pangan dengan mengatakan, "Dengan menjaga standar keamanan pangan yang tinggi, kita dapat menyelamatkan nyawa dan memastikan rantai pasokan pangan yang lebih aman." 

Tema Hari Keamanan Pangan Dunia tahun ini, "Standarisasi pangan menyelamatkan nyawa," bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang peran kritis standarisasi pangan dalam melindungi konsumen dan mempromosikan perdagangan pangan yang adil. 

 "Mempromosikan keselamatan pangan membuat perbedaan. Melalui upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk sektor swasta, kita melihat peningkatan kesadaran tentang keamanan pangan, yang sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," tambah Aryal. 

Angka statistik yang mengkhawatirkan mengungkapkan bahwa satu dari sepuluh orang di dunia jatuh sakit akibat makanan terkontaminasi setiap tahun. Hal ini terjadi di setiap negara. Lebih dari 200 penyakit terkait dengan konsumsi makanan yang terkontaminasi. "Kita harus bekerja sama untuk melindungi populasi rentan, terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, yang menjadi korban dari kontaminasi makanan ini," tekan Aryal terkait fakta bahwa anak-anak adalah salah satu yang pertama kali terkena penyakit akibat kontaminasi makanan. 

Peran Indonesia dalam Komisi Codex Alimentarius 

Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam kerja Komisi Codex Alimentarius, badan pengatur standar pangan internasional yang didirikan oleh FAO dan WHO. Pemerintah Indonesia mengakui pentingnya menyelaraskan standar keamanan pangan nasional dengan standar internasional Codex untuk memastikan perdagangan yang adil dan memberikan perlindungan kesehatan bagi warganya. 

Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai penanggung jawab untuk Codex di Indonesia memainkan peran penting dalam melaksanakan dan mempromosikan standar Codex. Sebagai penanggung jawab, BSN turut mengoordinasikan Komite Nasional Codex yang terdiri dari perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah, asosiasi bisnis, organisasi konsumen, dan institusi ilmiah, serta meninjau, mengadopsi, dan mengusulkan revisi atau standar baru jika diperlukan. Tujuan dari Standarisasi adalah memastikan standar keamanan pangan nasional Indonesia sejalan dengan standar Codex internasional, untuk menjamin pangan yang aman dan berkualitas tinggi bagi konsumen. 

FAO bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia dan mitra lainnya untuk memperkuat sistem pengendalian keamanan pangan di negara ini. Melalui bantuan teknis, pembangunan kapasitas, dan panduan kebijakan, FAO bertujuan untuk meningkatkan praktik dan standar keamanan pangan di seluruh rantai nilai pangan. Kemitraan FAO dengan Indonesia dan negara-negara lainnya sangat penting untuk mempromosikan keamanan pangan dan menjamin kesehatan masyarakat. 

"Siapapun anda atau apa yang anda lakukan, anda memainkan peran penting dalam memastikan pangan aman untuk dikonsumsi. Mari berkomitmen untuk menjunjung tinggi standar keamanan pangan dan bekerja secara kolaboratif untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," tambah Aryal. 

FAO mengimbau individu, bisnis, dan pemerintah untuk menyadari tanggung jawab mereka dalam memastikan keamanan pangan. (INF)

OVOSTAR UNION MENIKMATI EKSPOR YANG KUAT MESKIPUN PRODUKSI MENURUN

Produsen telur utama Ukraina, Ovostar Union, mengalami pertumbuhan hampir 4 kali lipat dalam ekspor telur cangkang pada kuartal pertama tahun 2023, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan di Bursa Efek Warsawa.

Penjualan ekspor telur cangkang mencapai 105 juta dibandingkan dengan hanya 27 juta pada kuartal pertama tahun 2022. Pasar luar negeri menyumbang 44% dari penjualan perusahaan dibandingkan 11% pada tahun sebelumnya.

Pada akhir kuartal pertama tahun 2023, total ternak perusahaan sama dengan 7,12 juta ekor ayam, termasuk 6,38 juta ekor ayam petelur, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2022 ketika Ovostar Union memelihara 7,26 juta ekor ayam dan 6,80 juta ayam petelur.

Dengan latar belakang tersebut, perusahaan memproduksi 362 juta telur, turun 2% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor yang kuat mendorong penjualan keseluruhan hingga 241 juta telur dibandingkan 232 juta pada kuartal pertama tahun 2022.

Selain itu, rata-rata harga telur pada triwulan I 2023 meningkat 56% menjadi US$0,139 per telur. Di segmen telur olahan, tidak terlihat perubahan besar. Volume telur yang diproses pada kuartal pertama 2023 tetap sama dengan tahun sebelumnya sebesar 92 juta unit.

Perusahaan menghasilkan 406 ton produk telur kering dan 3.073 ton produk telur cair, dibandingkan dengan masing-masing 561 ton dan 2.131 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. (via Poultryworld)

BRASIL MENGKONFIRMASI KASUS PERTAMA FLU BURUNG

Kementerian Pertanian dan Peternakan Brasil (Mapa) telah mengkonfirmasi kasus pertama flu burung di Brasil. Dua burung liar yang terinfeksi virus flu burung yang sangat patogen (HPAI) diidentifikasi di pantai negara bagian Espírito Santo.

Pada tanggal 10 Mei, Dinas Veteriner Resmi mulai menyelidiki dugaan kasus flu burung setelah pemberitahuan dari Lembaga Penelitian dan Rehabilitasi Hewan Laut Cariacica di wilayah yang sama. Dua burung laut dari spesies Thalasseus acuflavidus terletak di kotamadya Marataízes dan satu lagi di distrik Jardim Camburi.

Sampel biologis dikumpulkan oleh SVO dan dikirim ke Laboratorium Federal Pertahanan Pertanian São Paulo (LFDA-SP), unit referensi Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), yang mengonfirmasi subtipe H5N1.

Ini adalah kasus HPAI pertama yang terdaftar di Brasil setelah kejadian di hampir semua negara tetangga dan pandemi besar virus di seluruh dunia. WOAH telah diberitahu.

Patut ditekankan bahwa pendeteksian virus avian influenza pada burung liar ini tidak mempengaruhi kondisi Brazil sebagai negara bebas flu burung. Ini hanya akan terjadi jika penyakit tersebut dikonfirmasi di peternakan komersial. Dengan demikian, negara anggota WOAH lainnya tidak akan memberlakukan larangan perdagangan internasional produk unggas Brasil. Hipotesis terjadinya flu burung di peternakan komersial di Brasil dapat menyebabkan terhambatnya ekspor ayam dan telur hingga 20 negara. (via Poultryworld)

PETERNAKAN TELUR MODEL BEBAS KANDANG DAN PUSAT PELATIHAN AKAN DIBANGUN DI CHINA

Shanxi Agricultural University, bersama dengan Global Food Partners, telah mengumumkan bahwa mereka akan membangun pusat pelatihan dan peternakan model tanpa kandang pertama di China.

Sementara permintaan telur tanpa kandang meningkat di China, banyak produsen telur telah menyatakan kebutuhan akan lebih banyak pelatihan dan dukungan teknis untuk beralih ke atau mengoptimalkan sistem produksi tanpa kandang mereka. Yang pertama dari jenisnya di China, Shanxi Agricultural University dan Global Food Partners mengatakan, bahwa pusat baru ini akan memberikan pelatihan yang dibutuhkan produsen untuk memastikan keberlanjutan, termasuk praktik kesejahteraan yang baik dan keunggulan bisnis yang kompetitif.

Pusat pelatihan dan peternakan bertujuan untuk memberikan pelatihan praktis dalam praktik terbaik dalam manajemen bebas kandang, menawarkan pusat penelitian dan pengembangan dan melayani petani, auditor, dokter hewan, dan pemangku kepentingan industri lainnya di seluruh wilayah. (via Poultryworld)

PETERNAK POLANDIA MEMINTA PENGETATAN IMPOR UNGGAS UKRAINA

Sekelompok organisasi peternakan Polandia membunyikan alarm atas impor daging dan telur broiler murah yang luar biasa dari Ukraina.

Kamar Pertanian Wielkopolska, misalnya, memperkirakan bahwa pasar unggas Polandia dibanjiri oleh ayam Ukraina dengan cara yang sama seperti dibanjiri biji-bijian, memperkirakan bahwa petani Ukraina menikmati biaya produksi 25% lebih rendah daripada produsen unggas Polandia. Para analis menilai bahwa petani Polandia saat ini membayar PLN 5,2 (US$1,24) untuk menghasilkan 1 kg daging broiler. Sementara itu, harga grosir baru-baru ini merosot dari PLN 6,2 (US$1,48) menjadi PLN 5,6 ($1,34) per kg.

Wielkopolska menghitung bahwa tingkat harga grosir saat ini hampir tidak memungkinkan peternak untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa peternak mencoba menurunkan biaya produksi dengan membeli biji-bijian dan input lain untuk campuran pakan sendiri. Namun, para analis memperingatkan pendekatan seperti itu berisiko menurunkan kinerja produksi.

Pada 10 Mei, Wielkopolska mengirim surat ke Kementerian Pertanian meminta untuk mengangkat masalah ini ke Komisi Eropa untuk melindungi pasar unggas Polandia. (via Poultryworld)

72ND IVSA SYMPOSIUM 2024: IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA SIAP MENJADI TUAN RUMAH KEGIATAN INTERNASIONAL

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) sedang mempersiapkan penyelenggaraan acara tahunan organisasi mahasiswa kedokteran hewan dunia atau yang dikenal dengan International Veterinary Students Association (IVSA) di Bali pada 18-26 Januari 2024 mendatang di Jimbaran (Bali), dengan mengangkat tema utama “Vets for Global One Health Security”. Acara diselenggarakan setiap tahun di negara yang berbeda, IVSA Indonesia (IMAKAHI) mendapatkan kesempatan beserta amanah untuk menjadi tuan rumah untuk acara IVSA Symposium tahun depan yang akan dihadiri oleh 150 delegasi mahasiswa kedokteran hewan dari seluruh penjuru dunia.

IVSA Symposium memiliki agenda utama berupa General Assembly sebagai wadah mahasiswa kedokteran hewan internasional untuk membahas rencana strategis ke depan serta musyawrah terkait pemilihan president IVSA Global untuk periode berikutnya. Selain itu, IVSA Symposium akan dimeriahkan dengan acara keilmuan berupa kuliah, workshop berkaitan dengan seputar keilmuan kedokteran hewan, serta acara kultural berupa kunjungan tempat-tempat wisata di Bali. Rangkaian acara 72nd IVSA Symposium yang bertemakan “Vets for Global One Health Security” dilatarbelakangi oleh ancaman kesehatan global yang dewasa ini kembali meningkat, emerging dan re-emerging disease perlu ditangani dengan kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi dari sektor - sektor yang berbeda termasuk sektor kesehatan hewan yang mana mahasiswa kedokteran hewan perlu memiliki keterlibatan aktif di dalamnya.

Dalam melaksanakan peran sebagai penyelenggara 72nd IVSA Symposium di tahun 2024, IMAKAHI telah mempersiapkan acara dengan matang dan melakukan koordinasi kepada pihak-pihak terkait. “Dalam kegiatan ini yang akan diikuti oleh para mahasiswa kedokteran hewan sedunia, merupakan ajang silaturahmi dan ajang sharing informasi berkaitan dengan ilmu ilmu kedokteran hewan, saya yakin kegiatan ini akan mendapatkan sambutan yang sangat baik dari FKH - FKH di dunia untuk mengirimkan delegasinya, Semoga pertemuan ini dapat menghasilkan kesepakatan kesepakatan untuk menunjang pendidikan kedokteran hewan dan berjalan lancar,” ujar Dr drh Muhammad Munawaroh, MM selaku Ketua PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) yang mendukung penuh pelaksanaan 72nd IVSA Symposium: Indonesia mendatang.

Kepanitiaan 72nd IVSA Symposium: Indonesia membuka kerjasama sponsorhip dengan segala keuntungan yang akan diperoleh kepada instansi maupun lembaga di Indonesia untuk turut berpartisipasi mensukseskan acara tahun mahasiwa kedokteran hewan internasional.Panitia membuka enam kategori kerjasama sponsorship, seluruh kategori akan menerima paparan promosional baik secara nasional maupun internasional yang ditawarkan melalui media fisik dan digital.

Saluran komunikasi penyelenggara:

  • Email: 72ndivsasymposium@gmail.com
  • Instagram: @72ndivsasymposium.indonesia
  • Contact person:
    • Elis (Ketua Panitia) +62 85777624469
    • Arfin (Sponsor) +62 8787709055


PENJUAL UNGGAS VIETNAM MENGHADAPI PERSAINGAN KETAT DARI IMPOR

Konsumsi ayam lokal di Vietnam telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi penandatanganan perjanjian perdagangan bebas dan penyelundupan unggas yang terus berlanjut telah menyebabkan persaingan sengit di pasar lokal.

Peternak unggas lokal menghadapi kenaikan biaya. Secara lokal, harga dedak meningkat 6 kali lipat hanya dalam waktu 6 bulan. Faktor lain yang berdampak pada produsen lokal adalah berkurangnya dana lahan untuk peternakan di dalam negeri. UU Peternakan 2018 mengatur bahwa produksi ternak tidak lagi diizinkan di dalam kota. Dan, karena kenaikan harga rumah baru-baru ini, banyak rumah tangga memilih untuk menjual tanah mereka atau berhenti beternak untuk mendapatkan keuntungan.

Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam telah mengeluarkan pesan yang bertujuan untuk mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan unggas ke negara itu untuk mencegah risiko infeksi penyakit. Kementerian mendesak provinsi dan kota untuk memperkuat inspeksi, pengawasan, dan kontrol, terutama di titik-titik perbatasan, dengan menyebutkan secara khusus provinsi perbatasan selatan. (via Poultryworld)

AKTIVITAS MANUSIA DISOROT DALAM PENYEBARAN FLU BURUNG DI SELURUH EROPA

Penelitian telah menunjukkan bahwa kasus baru flu burung seringkali disebabkan oleh aktivitas manusia dan bukan infeksi langsung dari unggas liar.

Orang membawa virus ke tempat dengan sepatu, pakaian, mesin, pakan ternak, dan tempat tidur yang terkontaminasi, menurut hasil penelitian pan-Eropa selama 5 tahun.

Profesor Thomas Mettenleiter, kepala Friedrich Loeffler Institute for Animal Research, Jerman, baru saja menyelesaikan koordinasi proyek DELTA-FLU yang didanai Uni Eropa, yang ditetapkan untuk menentukan faktor virus utama, terkait inang, dan lingkungan flu burung. Prakarsa tersebut, yang berakhir akhir tahun lalu, mempertemukan para ahli dari Belgia, Jerman, Italia, Belanda, Swedia, Inggris, AS, dan Hong Kong.

Mettenleiter berkata, “Influenza unggas yang sangat patogen telah menjadi penyakit hewan utama selama beberapa waktu, tetapi ini terutama terjadi selama 5 tahun terakhir.”

Sebelumnya, burung migran dari Asia menyebarkan virus ke unggas peliharaan dalam pola musiman, dengan periode risiko rendah di musim panas. Infeksi kini telah berubah dari wabah sporadis yang langka menjadi situasi risiko berkelanjutan. Seringkali ini menyebabkan unggas domestik dimusnahkan. Dan ketika flu burung terdeteksi di suatu daerah, baik pada burung liar atau di tempat komersial, unggas yang biasanya berkeliaran dengan bebas sekarang secara rutin diperintahkan untuk dikarantina di kandang.

“Tetapi penelitian kami telah menunjukkan bahwa seringkali aktivitas manusia dan bukan infeksi langsung dari burung liar yang menyebabkan serangan baru virus tersebut,” kata Mettenleiter.

Proyek penelitian DELTA-FLU juga mengungkap susunan galur flu burung yang ada di benua itu. Dengan menggunakan teknik pengurutan seluruh genom, para peneliti membuat penemuan mengejutkan bahwa flu burung di Eropa adalah “swarm incursion” – dengan kata lain, ada banyak varian yang beredar (lebih dari 15 di Eropa). (via Poultryworld)

THAILAND MENGIRIMKAN BATCH PERTAMA TELUR CAIR BEKU YANG DIPASTEURISASI KE JEPANG

Charoen Pokphand Foods (CP Foods) telah menjadi perusahaan Thailand pertama yang mengekspor telur utuh cair pasteurisasi beku ke Jepang.

Sebuah upacara diadakan untuk meluncurkan pengiriman pertama dari pabrik pengolahan telur Ban Na di provinsi Nakhon Nayok. Pabrik pengolahan telur bersertifikat standar internasional ini memproduksi telur cair dan telur rebus dengan kapasitas produksi 2 juta telur per hari. Telur dikirim ke pabrik pengolahan makanan untuk produksi makanan siap saji dengan merek CP.

CP Foods mengatakan bahwa telur utuh cair yang dipasteurisasi dibuat dari telur yang bersumber dari ayam yang dipelihara dengan standar kesejahteraan hewan dan keamanan hayati. Telur cair dipasteurisasi dan dikemas dalam fasilitas yang dikontrol suhu untuk mempertahankan status nutrisinya dan memperpanjang umur simpannya melebihi telur segar.

Menurut Wanthanee Chamnarnshettakarn, CP Foods, dedikasi perusahaan terhadap kualitas dan keberlanjutan produk telah mendapatkan kepercayaan dari konsumen Thailand dan Jepang. Dia menambahkan bahwa pencapaian ini menandai tonggak penting bagi industri peternakan Thailand, karena telur pasteurisasi cair CP Foods kini telah diakui oleh Jepang, salah satu pasar paling cerdas di dunia. (via Poultryworld)

SOSIALISASI GIZI KEPADA PENGIDAP PENYAKIT AUTOIMUN

Foto Bersama KABR 

Pada Sabtu 3 Juni 2023 yang lalu di Restoran BTS Bogor, PT Inovasi Pangan Global dengan Komunitas Autoimun Bogor Raya (KABR) mengadakan kegiatan sosialisasi pentingnya asupan gizi untuk penderita penyakit autoimun. 

Ketua KABR Retno Deasy Titisari dalam sambutannya mengatakan bahwa acara tersebut rutin dilaksanakan oleh komunitasnya minimal sekali dalam sebulan. Tema yang disajikan pun berbeda tiap pertemuan namun masih berkaitan dengan autoimun. Selain menjadi ajang silaturahmi, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk berbagi informasi, tips, cerita, dan berbagai unek - unek kepada sesama penderita autoimun. Kali ini tema yang dibahas adalah gizi.

Dalam kesempatan itu, turut mengundang PT Inovasi Pangan Global (IPG) yang bergerak di sektor hilirisasi produk pangan asal hewan. Dalam acara itu, manajemen PT IPG memberikan edukasi dan kampanye gizi kepada pasien autoimun.

Febroni Purba selaku CEO & Co Founder PT Inovasi Pangan Global menyatakan bahwa daging ayam kampung merupakan sumber protein yang baik untuk penderita autoimun. Hal tersebut karena mengandung cukup banyak protein, daging ayam kampung juga tidak menyebabkan alergi yang memicu kinerja sistem imun pada penderita autoimun. Selain itu, harganya juga lebih murah ketimbang sumber protein hewani lainnya. Fakta tersebut diperkuat oleh Dr Hermanto selaku dokter sub spesialis penyakit autoimun RSIA Hermina Bogor.

Lebih lanjut pria alumnus Fakultas Peternakan Universitas Andalas tersebut juga menyinggung bahwa sepatutnya masyarakat tidak perlu takut untuk mengonsumsi daging dan telur ayam terutama akan banyaknya berita bohong (hoax) yang beredar mengenai daging dan telur ayam. Terutama mengenai daging ayam yang mengandung hormon. 

Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan lomba karaoke, demo masak daging ayam kampung, serta pembagian door prize. PT IPG juga membagikan produknya kepada peserta yang hadir sebagai bentuk kepedulian mereka kepada penderita autoimun. 

PT IPG memiliki produk andalan dengan brand Ayam Kampung Andalas yang sudah berdiri sejak awal tahun 2020. Saat ini, fokus bisnis PT IPG adalah pemrosesan ayam kampung untuk menyasar konsumen yang mengingingkan pola hidup sehat. (CR).

VAKSINASI MASSAL TEKAN RABIES DI TIMOR TENGAH SELATAN

Vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan vaksinasi masal terhadap hewan anjing di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, pasca penetapan kejadian luar biasa wabah rabies.

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, Nuryani Zainuddin, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/6/2023), mengatakan Kementan telah bergerak cepat memantau langsung pendataan di wilayah penyebaran virus rabies.

“Kami telah mengalokasikan 15 ribu dosis vaksin rabies untuk Provinsi NTT dan saat ini juga memberikan bantuan tambahan sebanyak 5 ribu dosis vaksin untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Nuryani.

“Kamis hingga Sabtu kemarin berturut-turut kita laksanakan vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan ini akan terus berlanjut hingga target vaksinasi tercapai.”

Nuryani membeberkan, Kementan telah menjalankan program pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, antara lain melalui vaksinasi di wilayah tertular atau wilayah bebas yang terancam, surveilans, pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR), manajemen populasi HPR, dan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka penanganan kasus gigitan yang terjadi.

Ia menyebutkan terdapat delapan provinsi bebas rabies, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 25 provinsi lainnya di Indonesia menjadi endemik rabies.

Ia juga katakan Kementan telah mengirim tim pusat untuk pelaksanaan vaksinasi dan melakukan diseminasi informasi dan edukasi yang benar tentang rabies, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan semua pihak.

Sementara Bupati Timor Tengah Selatan, Egusem Pieter Tahun, mengatakan adanya bantuan vaksin dan kehadiran tim vaksinator secara langsung ke lokasi sangat membantu mempercepat pengendalian wabah rabies.

“Kondisi saat ini sudah 128 orang dengan lokasi penyebarannya  di 11 kecamatan, 37 desa, dan kami sudah ke sana sudah tertata dengan kesiapan tenaga medis dan petugas dari peternakan” ujar Egusem.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Dianar Ati, mengatakan vaksinasi massal rabies ini merupakan tonggak awal untuk terus dilakukannya vaksinasi terhadap seluruh hewan anjing yang ada di daerah ini.

“Mulai hari ini dan seterusnya vaksinasi harus selalu dilakukan, tadi bapak Bupati berpesan agar setiap hari harus melaporkan ke beliau seberapa banyak capaian pada hari tersebut,” kata Dianar.

“Saat ini sebanyak 2.500 dosis akan kami fokuskan di Kecamatan Kota Soe, kemudian kami juga mengarah ke kecamatan yang saat ini dikategorikan zona merah.” (INF)

E. COLI YANG SENANTIASA MENGINFEKSI AYAM

Bakteri E. coli (Sumber: schippers.ca)

Eschericia coli (E. coli) menjadi salah satu agen penyakit paling sering menginfeksi ayam, yang keberadaannya senantiasa ada di dalam kandang. Bakteri ini bisa dengan mudah ditemukan di litter, feses, debu kandang, air minum maupun pakan.

Di dalam saluran pencernaan ayam pun juga ditemukan E. coli dan keberadaannya juga memberikan manfaat bagi kesehatan saluran pencernaan (usus). Hanya saja saat kondisi ayam tidak nyaman, mengalami stres, gangguan nutrisi maupun ada infeksi lainnya, maka bakteri ini bisa bersifat patogen.

Kenali Karakteristik E. coli
E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada saat dipanaskan dengan suhu 60° C selama 30 menit, sensitif terhadap disinfektan dan akan terhambat pada saat pH < 4,5. Berdasarkan karakteristiknya maka pembersihan dan disinfeksi kandang yang optimal (terutama pembersihan feses) sudah mampu untuk menurunkan populasi bakteri E. coli.

Tidak semua E. coli bersifat patogen (menyebabkan ayam sakit), hanya Avian Pathogenic Eschericia Coli (APEC) yang bisa merugikan kesehatan ayam. Ada empat APEC yang paling sering menyebabkan ayam sakit, yaitu serotipe dengan antigen somatic (O) 1, 2, 35 dan 78 (https://extension.psu.edu).

Rupa-rupa Bentuk Serangan E. coli
Serangan E. coli bisa berbentuk… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023.

Ditulis oleh:
Hindro Setyawan SPt
Technical Support-Research and Development
PT Mensana Aneka Satwa

SEKTOR UNGGAS GHANA MENERIMA INVESTASI BESAR-BESARAN

Ditujukan untuk mengubah industri dan memposisikannya untuk mengekang impor baru-baru ini, pemerintah Ghana akan menginvestasikan sekitar US$541 juta untuk meningkatkan industri perunggasan.

Direktur utama di Kementerian Pangan dan Pertanian negara itu, Robert Ankobia, mengatakan kepada bahwa investasi tersebut selangkah lebih dekat untuk mencapai swasembada produk daging unggas.

Investasi tersebut bertujuan untuk memperluas produksi dalam negeri dari 50.000 mt per tahun saat ini menjadi 450.000 ton yang diperkirakan, dan untuk meningkatkan nilai sektor unggas domestik dari US$62 juta menjadi US$562 juta.

Rincian investasi adalah sebagai berikut:

  • US$20 juta untuk program bantuan teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
  • US$69 juta untuk perluasan dan peningkatan pabrik pakan.
  • US$438 juta untuk meningkatkan akses pembiayaan dan dukungan pembagian biaya untuk investasi swasta di tempat penetasan dan perluasan produksi.
  • US$14,8 juta bertujuan untuk mendorong perluasan pengolahan UKM di bidang pemotongan dan pengemasan.

Dengan fokus pada ketahanan pangan, Ankobia mencatat bahwa rencana yang telah ditetapkan untuk meningkatkan sektor perunggasan lokal merupakan bagian dari salah satu tujuan negara untuk mencapai swasembada dan transformasi pangan pertanian. (via Poultryworld)

FLU BURUNG DI AMERIKA SELATAN

Negara-negara di Amerika Selatan melaporkan keberadaan virus flu burung, kecuali Brasil, Paraguay, Guyana, dan Suriname. Dengan demikian, Peru, Kolombia, Ekuador, Chili, Bolivia, Argentina, Venezuela, dan Uruguay telah mengonfirmasi kasus.

Di Argentina, penyakit tersebut membunuh 200.000 unggas di sebuah peternakan di wilayah Rio Negro dan baru-baru ini membunuh 20.000 unggas di unit komersial di Mar del Plata. Sejak kasus pertama terdeteksi pada burung liar pada akhir Februari, lebih dari 30 wabah telah dilaporkan. Di Río Negro, ada 10 kandang dengan masing-masing 20.000 unggas, dan tidak ada hewan yang selamat. Informasi tersebut juga dikonfirmasi oleh National Service of Health and Agrofood Quality (Senasa).

Di Uruguay, Kementerian Peternakan, Pertanian dan Perikanan (MGAP) mendaftarkan lebih dari 70 kasus baru flu burung di seluruh negeri setelah kasus pertama penyakit di Tacuarembó pada bulan Februari.

Brasil menyelidiki 17 kasus yang dicurigai, tetapi tidak ada yang dikonfirmasi sebagai virus flu burung H5N5 yang sangat patogen atau varian lain dari penyakit tersebut. (via Poultryworld)

DIKELILINGI WABAH FLU BURUNG, BRASIL MENINGKATKAN EKSPOR UNGGAS

Brasil meningkatkan ekspor unggas sebesar 10,6% dalam volume dan 24,5% dalam pendapatan selama 2 bulan pertama tahun 2023, meskipun negara tetangganya melaporkan ratusan wabah flu burung.

Menurut Asosiasi Protein Hewan Brasil (ABPA), negara tersebut mengekspor total 800.100 ton antara Januari dan Februari, menghasilkan US$1,593 miliar. Selama waktu yang sama tahun lalu, Brasil mengirimkan 723.700 ton dengan nilai pembayaran US$1,280 miliar.

Tujuan utama ekspor Brasil adalah China, yang mengimpor 111.700 ton dalam 2 bulan pertama tahun ini, volume 23,2% lebih tinggi dari yang tercatat pada periode yang sama tahun 2022 (90.600 ton).

Kembali ke posisi kedua, Arab Saudi mengimpor 62.400 ton tahun ini (+71,9%), diikuti oleh Afrika Selatan dengan 61.700 ton (+9,6%), Uni Emirat Arab dengan 61.200 ton (-28,5%), Jepang dengan 60.700 ton (+ 10%) dan Uni Eropa dengan 40.100 ton (+15,8%).

“Permintaan internasional untuk produk Brasil terus meningkat, dengan perubahan sesekali diimbangi dengan peningkatan pembelian dari negara pengimpor lainnya,” kata presiden ABPA, Ricardo Santin.

Menurutnya, China dan Uni Eropa melanjutkan peran utama mereka dalam pengapalan daging ayam dari Brasil, menunjukkan tren perilaku pembelian yang akan berlanjut sepanjang tahun 2023. (via Poultryworld)

MENEPIS SERANGAN KOLIBASILOSIS

Pericarditis dan Perihepatitis (kiri). Ovarium normal dan ovarium “membubur” (kanan).

Tingkat kejadian penyakit Kolibasilosis pada peternakan ayam menunjukkan angka kejadian paling tinggi selain penyakit bakterial lain seperti CRD dan Kolera, atau dibanding penyakit viral lainnya seperti ND dan IBD. Dominannya kejadian kolibasilosis pada peternakan ayam komersial, baik layer maupun broiler banyak dikaitkan dengan managemen operasional peternakan yang kurang memadai.

E. coli ditemukan pada saluran pencernaan unggas dan mamalia, disebarkan secara luas lewat fesesnya. Unggas secara terus-menerus mengeluarkan lewat fesesnya mengontaminasi air, debu di dalam dan sekitar kandang, serta lingkungan peternakan. Unggas yang resisten dari infeksi dapat menekan keganasan yang ditimbulkannya. Organ target E. coli pada seperti saluran intestinal, nasal passage (saluran nasal), airsacc dan organ reproduksi merupakan sumber laten dari infeksi kuman E. coli.

Kuman E. coli juga dapat diisolasi dari telur ayam yang sehat. Dimana keberadaannya pada telur atau kerabang berhubungan dengan organ reproduksi yang mengalami infeksi seperti;  infeksi pada ovarium, infeksi pada oviduct sekalipun infeksi yang ada sifatnya sangat ringan. Anak ayam yang menetas dapat mengalami infeksi laten dan hanya karena faktor stres dan beberapa lesi yang ada dapat menjadi faktor pemicu terjadinya infeksi.

Di lapangan, kejadian penyakit ini walaupun pada ayam dewasa, baik breeder maupun layer jarang menimbulkan angka kematian tinggi, tetapi kerugian ekonomis yang ditimbulkan cukup parah. Disamping peternak dituntut mengalokasikan biaya untuk pencegahan dan pengobatan, peternak juga banyak mengalami kerugian dari menurunnya kuantitas dan kualitas produksi telur yang dihasilkan. Pada ayam petelur muda, baik ayam remaja breeder, layer dan broiler, seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa kelompok ayam ini punya kepekaan lebih tinggi terhadap E. coli dan potensi merusak organ vital hingga menyebabkan kematian.

Pada ayam breeder dewasa karena kuman E. coli menyerang organ reproduksi, disamping menyebabkan penurunan kuantitas produksi telur, dampak paling merugikan adalah rendahnya daya tetas telur. Banyak telur yang tidak berhasil menetas karena embrio mengalami infeksi dan mati. Bila berhasil menetas, karena ada infeksi bersifat laten pada anak ayam tersebut, kepekaan akan infeksi penyakit lain menjadi sangat tinggi, sehingga berdampak pada kematian awal yang tinggi pula.

Sumber penularan terbesar sebagai penyebab terjadinya re-infeksi dari kasus kolibasilosis pada ayam yang sudah mengalami kesembuhan, selain dari litter, peralatan dan lingkungan sekitar kandang, disinyalir yang paling potensial adalah air minum. Hampir 60-70% kejadian kolibasilosis di peternakan dilaporkan karena kualitas air minum pada ayam mengandung konsentrasi kuman E. coli cukup tinggi. Hal ini menyebabkan upaya pengobatan tidak pernah tuntas, apalagi jika air yang diberikan tidak dilakukan klorinasi sebelumnya, sehingga kejadian infeksi  selalu berulang. Dampak dari infeksi berulang menyebabkan produksi telur tidak pernah stabil, pertumbuhan terhambat dan tidak merata, ayam lebih peka terhadap infeksi penyakit lain dan biaya pengobatan melonjak.

Tanda Klinis dan Lesi yang Ditimbulkan
Ada banyak bentuk sindrom yang disebabkan infeksi E. coli, dimana pembagian ini dikaitkan dengan organ yang mengalami infeksi dan kuman tersebut berhasil diisolasi dari organ yang terinfeksi tersebut. Tanda klinis yang dikaitkan dengan organ terinfeksi di antaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

PERGERAKAN LSD, KEWASPADAAN JELANG IDUL KURBAN

Klinis pedet limosin yang terinfeksi LSD. (Foto: Istimewa)

Virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang merupakan genus Capripoxvirus, satu keluarga dari Poxviridae. Pertama kali muncul di Afrika pada 1928. Merebak di Zambia pada 1929, mejalar ke berbagai negara di Afrika hingga menyeberang ke utara ke area Mediterania. Lalu lintas penggembalaan, perdagangan ternak ruminansia untuk mencukupi keperluan ternak potong menyebabkan penyakit ini menyeberang lintas perbatasan negara, antar benua.

Penyakit bergerak ke timur memasuki Asia Selatan. India, Nepal, Bhutan Sri Langka kemasukan dan kedatangan virus LSD, termasuk China. Penyakit pada akhirnya masuk ke Asia Tenggara. Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam dan semenanjung Malaysia kemasukan juga turut diserangnya. Manifestasi klinis muncul pada ternak sapi di negara-negara tetangga dekat Indonesia ini. Pergerakan lalu lintas antar negara di Asia Selatan ke Asia Tenggara dan antar negara di negara-negara utara Indonesia sulit dikontrol, melintas batas negara dengan mudahnya. Ancaman di utara Indonesia pada akhirnya masuk juga ke Indonesia, LSD ditemukan telah menginfeksi sapi di Sumatra, kemudian menyeberang ke Pulau Jawa, masuk ke Kalimantan Tengah dengan izin sapi potong.

Potensi Penyebaran Dalam Pulau
Sapi potong lintas pulau diizinkan masuk dengan kondisi sehat dan memang untuk dipotong. Pada kenyataannnya sapi datang dengan kapal akan dibagi dan disetok ke beberapa kandang penampungan milik pedagang yang patungan modal mendatangkan ternak dari pulau produsen ternak sapi ke pulau lain konsumen sapi. Menjelang Idul Kurban, sapi bisa distok 2-3 bulan, untuk dipelihara dan digemukkan, sebagian dipotong di rumah potong pribadi yang dekat dengan kandang penampungan, sebagian juga dikirimkan lintas kabupaten bahkan lintas provinsi.

Tidak dipungkiri, klinis LSD akan tampak diantara sapi jantan yang datang di kandang. Subklinis dari daerah asal atau klinis tersisip diantara sapi pejantan yang sehat. Akibatnya klinis LSD akan ada diantara sapi yang berada di tempat penampungan. Potong segera sapi demikian dengan pengawasan adalah langkah yang tepat memotong siklus penularan dan penyebaran virus. Melakukan disinfeksi tempat pemotongan dan membakar kulit terinfeksi termasuk kelenjar pertahanan sapi.

Klinis Penyakit
Penyakit LSD ada yang menyebut “penyakit lato-lato”, sesuai saat kemunculan dan penyebaranya bersamaan dengan musimnya anak-anak bermain lato-lato. Muncul benjolan bulat-bulat pada kulit sapi hingga sebesar bulatan plastik mainan lato-lato. Masyarakat juga menamai “penyakit benjol-benjol kulit”.

Sapi terinfeksi virus LSD akan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023.

Ditulis oleh:
Drh Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer