-->

BEGINI KEADAAN RABIES TERKINI DI NTT

Petugas Melakukan Vaksinasi  Pada Anjing Milik Warga Untuk Mencegah Infeksi Rabies

Dalam rangka upaya mencegah dan mengendalikan rabies, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) lewat Kepala Dinas Kesehatan dan Kependudukan dan Catatan Sipil NTT, Ruth Laiskodat, bersama Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Yohana Lisapaly menggelar Konferensi Pers di Lantai 1 Aula Gubernur NTT, Jumat 23/06/2023.

Pasalnya, di NTT khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan telah merajalela dengan kasus rabies.

Pantauan Batastimor.com dalam konferensi pers itu, Kepala Dinas Kesehatan, Ruth Laiskodat, dalam arahannya mengatakan, Timor tengah Selatan (TTS) menjadi daerah, dengan jumlah kasus rabies terbanyak dengan 515 kasus. Dari 5.940 kasus rabies sebanyak 4.998 orang telah diberikan vaksin anti-rabies dan pasien meninggal sebanyak 10 orang.

“Pasien meninggal akibat gigitan anjing Rabies terbanyak di TTS dengan tiga orang, sedangkan di Ende ada dua, Manggarai dua, Sikka satu,”paparnya.

Lebih lanjut, Ruth Laiskodat mengatakan Rabies merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Maka itu (kata Ruth), penting juga bagi kita untuk mengenali ciri-ciri anjing yang terinfeksi rabies guna mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

Sehingga menurutnya, Anjing yang mengalami rabies seringkali menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok. Mereka dapat menjadi agresif, gelisah, atau justru menjadi sangat tenang dan kurang responsif terhadap lingkungan sekitar.

Dikatakan, penyebaran virus rabies saat ini tersebar di sejumlah kabupaten di NTT, di antaranya, Kabupaten Sikka, TTS, Ende, Lembata, Flores Timur dan Manggarai.

Untuk itu dirinya mengimbau masyarakat yang terkena gigitan rabies bisa segera mencuci luka akibat gigitan dengan deterjen selama 15 menit ditempat air mengalir.

“Karena sifat dari virus rabies ini berlemak, tentu dia bisa tereliminasi jika dicuci dengan deterjen. Setelahnya bisa langsung menuju fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan tindakan medis,” bebernya.

Ia juga meminta warga untuk mengikat semua anjing peliharaan guna mencegah terjadinya penularan penyakit rabies menyusul munculnya kasus gigitan anjing rabies di wilayah NTT.

Salah satu cara mencegah terjadinya penularan penyakit rabies menurutnya, adalah dengan mengikat anjing peliharaan sehingga anjing tidak berkeliaran.

Selain memastikan anjing peliharaan tidak berkeliaran, dia menyampaikan, warga mesti memvaksinasi anjing mereka agar tidak terinfeksi dan menularkan virus rabies

Guna mencegah penyakit rabies atau penyakit anjing, vaksinasi rutin harus dilakukan pada hewan peliharaan yang bisa menjadi perantara penularan virus rabies dengan mendatangi satuan layanan kesehatan.

Sementara, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Yohana Lisapaly mengatakan, pengadaan vaksin untuk menekan kasus rabies tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurutnya, 6.000 dosis vaksin sudah didistribusikan langsung ke TTS.

Ia mengaku, di Kabupaten Timor Tengah Selatan, terdapat 515 Korban gigitan anjing yang tercatat dan melaporkan, namun setelah dilakukan penelusuran ternyata tidak semuanya merupakan gigitan dari anjing yang terinfeksi rabies, saat ini telah dilakukan tindakan perawatan.

Ia menambahkan, jumlah populasi anjing di TTS mencapai 70 ribu ekor. Ia juga berharap seluruh hewan penular rabies (HPR) tersebut bisa dapat divaksin.

“Kami berharap (kasus rabies) tidak menyebar ke daerah yang lain. Kami sudah membentuk satuan tugas bahkan masing-masing daerah membangun posko rabies untuk penanganan dan pengendalian lintas sektor dari seluruh stakeholder,” jelasnya. (INF)

VAKSINASI MASSAL TEKAN RABIES DI TIMOR TENGAH SELATAN

Vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. (Foto: Istimewa)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan vaksinasi masal terhadap hewan anjing di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, pasca penetapan kejadian luar biasa wabah rabies.

Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan, Nuryani Zainuddin, melalui keterangan tertulisnya, Minggu (4/6/2023), mengatakan Kementan telah bergerak cepat memantau langsung pendataan di wilayah penyebaran virus rabies.

“Kami telah mengalokasikan 15 ribu dosis vaksin rabies untuk Provinsi NTT dan saat ini juga memberikan bantuan tambahan sebanyak 5 ribu dosis vaksin untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan,” kata Nuryani.

“Kamis hingga Sabtu kemarin berturut-turut kita laksanakan vaksinasi massal terhadap anjing-anjing di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan ini akan terus berlanjut hingga target vaksinasi tercapai.”

Nuryani membeberkan, Kementan telah menjalankan program pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, antara lain melalui vaksinasi di wilayah tertular atau wilayah bebas yang terancam, surveilans, pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR), manajemen populasi HPR, dan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka penanganan kasus gigitan yang terjadi.

Ia menyebutkan terdapat delapan provinsi bebas rabies, meliputi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan 25 provinsi lainnya di Indonesia menjadi endemik rabies.

Ia juga katakan Kementan telah mengirim tim pusat untuk pelaksanaan vaksinasi dan melakukan diseminasi informasi dan edukasi yang benar tentang rabies, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan semua pihak.

Sementara Bupati Timor Tengah Selatan, Egusem Pieter Tahun, mengatakan adanya bantuan vaksin dan kehadiran tim vaksinator secara langsung ke lokasi sangat membantu mempercepat pengendalian wabah rabies.

“Kondisi saat ini sudah 128 orang dengan lokasi penyebarannya  di 11 kecamatan, 37 desa, dan kami sudah ke sana sudah tertata dengan kesiapan tenaga medis dan petugas dari peternakan” ujar Egusem.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS, Dianar Ati, mengatakan vaksinasi massal rabies ini merupakan tonggak awal untuk terus dilakukannya vaksinasi terhadap seluruh hewan anjing yang ada di daerah ini.

“Mulai hari ini dan seterusnya vaksinasi harus selalu dilakukan, tadi bapak Bupati berpesan agar setiap hari harus melaporkan ke beliau seberapa banyak capaian pada hari tersebut,” kata Dianar.

“Saat ini sebanyak 2.500 dosis akan kami fokuskan di Kecamatan Kota Soe, kemudian kami juga mengarah ke kecamatan yang saat ini dikategorikan zona merah.” (INF)

ASF MASIH MENGHANTUI PETERNAKAN BABI DI NTT

Babi yang Mati di Provinsi NTT

Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur memberikan informasi bahwa 233 ekor babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023.

“Data yang kami terima sudah ada 233 ekor babi di wilayah NTT ini yang dilaporkan mati mendadak oleh para peternak babi,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar, melansir Antaranews.com, Senin, 23 Januari 2023.

Dikatakannya, hal ini berkaitan dengan perkembangan kasus mati mendadak sejumlah ternak babi di NTT yang dikhawatirkan akibat African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.

Melky menjelaskan bahwa 233 kasus itu tersebar di enam kabupaten kota di Nusa Tenggara Timur dan kasus terbanyak ada di kabupaten Kupang dengan kasus terbanyak.

Dia menyebutkan untuk babi yang mati di Kabupaten Kupang berdasarkan data terakhir jumlah babi yang mati mencapai 51 ekor. Sementara itu untuk kota Kupang ada 45 ekor, Flores Timur 33 ekor babi, kabupaten Sikka 41 ekor, kabupaten Ende 43 ekor dan Sumba Barat Daya 20 ekor.

“Ini data resmi yang masuk ke Dinas Peternakan Provinsi dari Dinas Kabupaten/Kota. Data di luar angka di atas, saya tidak bertanggungjawab,” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menyiapkan 39.200 liter disinfektan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah daerah yang membutuhkan untuk mencegah menyebarnya virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika tersebut.

Menurut dia, saat ini dari 22 kabupaten/kota di NTT potensi penyebaran virus ASF masih sangat tinggi. Hal ini karena sisa-sisa virus itu masih ada di sejumlah daerah itu. Sehubungan dengan itu, Dinas Peternakan NTT sudah mengimbau kepada Dinas Peternakan kabupaten Kota untuk meningkatkan pengawasan di wilayah kerja masing-masing.

“Sosialisasi ke masyarakat untuk lebih berhati-hati saat hendak memasukkan babi ke kandang dan babi dipastikan sehat,” tegas dia.

Kementan Ambil Langkah Cegah Virus ASF

Kementerian Pertanian akan melakukan gerakan pemetaan, mitigasi dan simulasi, terutama di daerah yang populasi babinya tinggi di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah masuknya virus african swine fever (ASF) yakni virus yang menyerang hewan babi ke Indonesia.

"Mitigasi lapangan dilakukan dengan mencegah masuknya sampah pesawat terutama dari negara-negara yang sudah tercemar virus ASF," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah saat menjadi pembicara utama pada Seminar ASF: The Emergence Preparedness for Indonesia di Kota Bogor, Sabtu, 21 Januari 2023 lalu. 

Menurut dia, potensi penyebaran virus ASF selain dari sampah pesawat, adalah dapat menempel pada manusia. Ketika manusia berdekatan dengan babi maka virusnya dapat terbawa.

"Virus ASF itu tidak menyerang manusia, tapi dapat menempel di tubuh manusia, dan pada saat manusia itu berada di dekat babi, virusnya dapat menyerang babi," katanya.

Ia juga menambahkan virus ASF bereaksi dengan cepat dan dapat mematikan babi di populasinya sampai 100 persen.

"Kondisi ini dapat merugikan peternak babi, sehingga harus segera diantisipasi," katanya (INF)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer