Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Protein Hewani | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

STAMINA KUAT DENGAN “KAPSUL” PROTEIN MINI

Anggapan bahwa telur puyuh mengandung kolesterol sangat tinggi kurang tepat. (Foto: Pixabay/RitaE)

Meski bentuknya mini, namun khasiat protein hewani ini luar biasa. Di saat harga daging dan telur ayam naik, telur puyuh bisa jadi alternatif.

Saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, sangat disarankan agar saat berbuka dan sahur mengonsumsi makanan bergizi tinggi. Kondisi tubuh yang sejak waktu fajar hingga magrib harus diisi dengan makanan yang tidak sekadar mengenyangkan. Namun butuh pasokan nutrisi yang cukup agar kembali bugar.

Umumnya di saat Ramadan hingga menjelang Lebaran, harga sembako termasuk daging dan telur ayam melonjak. Kaum ibu rumah tangga harus pintar-pintar mengelola keuangan agar gizi keluarganya tetap terpenuhi.

Jika harga telur dan daging ayam melonjak, telur puyuh bisa menjadi pilihan lain. Kandungan gizinya tak jauh beda dengan telur ayam. Jika dihitung secara ekonomi dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 1.000 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500.

“Itu artinya konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam. Harganya juga masih lebih murah,” ujar Slamet Wuryadi, pemilik CV Slamet Quail Farm, PT Pondok Puyuh Indonesia, Pondok Wirausaha CFE-SQF.

Bagi sebagian orang mengonsumsi telur puyuh tidak ada masalah dan nikmat-nikmat saja. Tetapi untuk sebagian lainnya, masih ada orang yang merasa khawatir mengonsumsinya. Mereka menganggap telur unggas mungil ini mengandung kolesterol tinggi.

Anggapan bahwa telur puyuh mengandung kolesterol sangat tinggi sudah cukup memasyarakat. Terutama bagi orang dewasa dan lansia, sangat menghindari konsumsi telur puyuh.

Menurut Slamet, anggapan semacam ini kurang tepat. “Ini yang harus diluruskan, masyarakat perlu diedukasi dengan baik bahwa kandungan kolesterol telur puyuh tidak seperti yang dikhawatirkan orang,” ungkapnya. 

Slamet yang merupakan peternak burung puyuh ini sudah pernah mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo. Ia sudah melakukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke beberapa lembaga riset gizi yang memiliki kredibilitas tingkat nasional, seperti Sucofindo, Laboratorium Penelitian dan Pengujian terpadu UGM, serta beberapa lembaga lainnya.

Pada 2018, ia mengajukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM. Hasil ujinya menunjukkan kandungan kolesterol telur puyuh hanya 252,75 mg/100 gr. Sedangkan kandungan lemak total hanya 30,30% bb.

Data Laboratorium
Muasal anggapan telur puyuh bahaya dikonsumsi karena kandungan kolesterol tinggi adalah karena propganda sebuah rumah sakit di luar negeri yang menyatakan telur puyuh dianggap mengandung tinggi kolesterol. Informasi ini kemudian menyebar melalui berbagai media massa.

Lantaran informasi ini, Slamet mengaku sedih dan kecewa dengan santernya berita dan stigma buruk mengenai gizi daging dan telur puyuh di masyarakat. Padahal menurutnya, baik daging maupun telur puyuh terbukti secara penelitian ilmiah juga sangat baik untuk kesehatan.

Tidak mudah memang untuk meyakinkan masyarakat yang sudah sejak lama menyerap informasi tentang “bahayanya” konsumsi telur puyuh. Sama halnya dengan sebagian informasi tentang anggapan serupa tentang konsumsi telur dan daging ayam.

Perlu edukasi yang baik dan berkelanjutan untuk meluruskan infomasi soal kandungan gizi telur puyuh kepada masyarakat agar tak sesat dalam urusan nutrisi. Slamet mengungkapkan, penelitian yang dilakukan Balitnak bahwa kandungan kolesterol puyuh hanya 213 miligram (mg) per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mili gram per 100 gram, dan BPPTP Ristek 318,4 miligram per 100 gram.

“Jadi kalau ada anggapan kolesterolnya tinggi, bahkan tidak boleh dikonsumsi itu salah besar. Karena kolesterolnya paling rendah dibanding telur unggas lainnya,” kata dia.

Di sisi lain, kandungan protein pada daging puyuh 22,13% dan lemak 0,47%. Sedangkan telur puyuh mencapai 10,5% dan lemak 4,9%. Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi.

Sementara itu, dari data laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB), ternyata telur puyuh mengandung protein sebesar 10,5%, sedangkan lemaknya hanya 4,9%. Begitupun dengan daging puyuh, kandungan protein sebesar 22,13%, sedangkan lemaknya hanya 0,45%.
Slamet mengungkapkan, selama ini masyarakat ditakut-takuti oleh data yang disajikan salah satu rumah sakit luar negeri yang ternyata hoaks. Sebab itu, mulai sekarang jangan lagi ragu atau takut untuk konsumsi telur puyuh.

Menjaga Tubuh Tetap Bugar
Di balik isu konsumsi telur puyuh, sebenarnya manfaat telur puyuh diperoleh dari kandungan proteinnya yang melimpah. Tak hanya itu, “kapsul” protein mini ini juga menyimpan nutrisi lain yang cukup lengkap, sehingga baik untuk kesehatan tubuh.

Slamet memastikan, telur puyuh mengandung kalori cukup rendah, yaitu hanya sekitar 15 kalori dalam tiap butirnya. Kandungan nutrisi di dalam telur puyuh juga cukup beragam, seperti protein, karbohidrat, lemak, folat, kolin, serta aneka vitamin dan mineral, sehingga manfaat telur puyuh bagi kesehatan begitu banyak.

Sebuah artikel kesehatan di situs kesehatan alodokter.com yang sudah ditinjau oleh dr Kevin Adrian menyebutkan ada banyak manfaat telur puyuh yang disimak.

Pertama, memperkuat daya tahan tubuh. Sama seperti telur ayam dan bebek, telur puyuh juga termasuk sumber protein hewani. Di dalam tubuh, protein berperan penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan imunitas tubuh yang kuat, tubuh akan lebih kebal terhadap infeksi virus dan bakteri, sehingga tidak akan mudah sakit.

Kedua, menambah energi. Di dalam sebutir telur puyuh mengandung sebanyak 15 kalori dan 1,2 gram protein. Dengan mengonsumsi sekitar 3-5 butir telur puyuh, tubuh akan memperoleh asupan energi tambahan. Dengan tenaga yang cukup, bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dan tidak mudah lelah.

Ketiga, mencukupi asupan nutrisi tubuh. Berkat kandungan nutrisinya yang lengkap, mengonsumsi beberapa butir telur puyuh bisa membantu menutrisi tubuh. Selain telur puyuh, juga perlu dilengkapi dengan nutrisi dari makanan sehat lain, seperti sayur, buah, daging, ikan, ayam, tahu, tempe, susu, dan biji-bijian.

Keempat, menguatkan tulang. Manfaat telur puyuh selanjutnya adalah menguatkan tulang. Manfaat ini berasal dari protein, vitamin D, kalsium, magnesium, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalamnya.

Kelima, meningkatkan kesehatan otak. Telur puyuh memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan otak, yaitu asam folat, kolin, dan lemak sehat. Tidak hanya itu saja, kandungan antioksidan di dalam telur ini juga mampu melindungi sel otak dari kerusakan akibat paparan radikal bebas.

Keenam, menjaga kesehatan jantung. Penelitian membuktikan bahwa lemak tak jenuh ganda, antioksidan, dan kalium yang terdapat di dalam telur puyuh dapat mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol agar tetap normal. Tentu saja kedua hal ini baik untuk menjaga kesehatan jantung.

Ketujuh, mencegah anemia. Kandungan zat besi dan vitamin B12 di dalam telur puyuh berperan penting untuk mendukung produksi sel darah merah dalam tubuh. Dengan manfaat tersebut, tubuh akan terhindar dari anemia atau kurang darah.

Kedelapan, mengurangi berat badan. Jika sedang berusaha menurunkan berat badan, bisa menambah telur puyuh ke dalam menu makan harian. Telur puyuh tergolong rendah kalori, tetapi mengandung protein dan lemak yang bisa membuat perut kenyang lebih lama, sehingga dapat mengurangi keinginan untuk ngemil makanan tidak sehat. Kandungan protein pada telur puyuh juga berperan meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga tubuh akan lebih banyak membakar kalori dan lemak. Namun, agar diet bisa berhasil, tidak bisa hanya mengandalkan telur puyuh, tetapi juga perlu rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi yang jumlah kalorinya tidak terlalu tinggi, seperti buah, sayur, kacang-kacangan, susu atau yoghurt rendah lemak, dan biji-bijian.

Itulah sejumlah manfaat luar biasa yang bisa diperoleh dari telur puyuh. Telur puyuh bisa dijadikan alternatif asupan gizi untuk menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dan bugar. Terlebih bagi anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.

Jika  saat ini telur dan daging ayam harganya sedang kurang “bersahabat”, maka beralih ke telur puyuh bisa menjadi pilihan bijak. Sama-sama telur, sama-sama protein hewani, dan sama-sama halal. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

SOSIALISASI GIZI KEPADA PENGIDAP PENYAKIT AUTOIMUN

Foto Bersama KABR 

Pada Sabtu 3 Juni 2023 yang lalu di Restoran BTS Bogor, PT Inovasi Pangan Global dengan Komunitas Autoimun Bogor Raya (KABR) mengadakan kegiatan sosialisasi pentingnya asupan gizi untuk penderita penyakit autoimun. 

Ketua KABR Retno Deasy Titisari dalam sambutannya mengatakan bahwa acara tersebut rutin dilaksanakan oleh komunitasnya minimal sekali dalam sebulan. Tema yang disajikan pun berbeda tiap pertemuan namun masih berkaitan dengan autoimun. Selain menjadi ajang silaturahmi, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk berbagi informasi, tips, cerita, dan berbagai unek - unek kepada sesama penderita autoimun. Kali ini tema yang dibahas adalah gizi.

Dalam kesempatan itu, turut mengundang PT Inovasi Pangan Global (IPG) yang bergerak di sektor hilirisasi produk pangan asal hewan. Dalam acara itu, manajemen PT IPG memberikan edukasi dan kampanye gizi kepada pasien autoimun.

Febroni Purba selaku CEO & Co Founder PT Inovasi Pangan Global menyatakan bahwa daging ayam kampung merupakan sumber protein yang baik untuk penderita autoimun. Hal tersebut karena mengandung cukup banyak protein, daging ayam kampung juga tidak menyebabkan alergi yang memicu kinerja sistem imun pada penderita autoimun. Selain itu, harganya juga lebih murah ketimbang sumber protein hewani lainnya. Fakta tersebut diperkuat oleh Dr Hermanto selaku dokter sub spesialis penyakit autoimun RSIA Hermina Bogor.

Lebih lanjut pria alumnus Fakultas Peternakan Universitas Andalas tersebut juga menyinggung bahwa sepatutnya masyarakat tidak perlu takut untuk mengonsumsi daging dan telur ayam terutama akan banyaknya berita bohong (hoax) yang beredar mengenai daging dan telur ayam. Terutama mengenai daging ayam yang mengandung hormon. 

Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan lomba karaoke, demo masak daging ayam kampung, serta pembagian door prize. PT IPG juga membagikan produknya kepada peserta yang hadir sebagai bentuk kepedulian mereka kepada penderita autoimun. 

PT IPG memiliki produk andalan dengan brand Ayam Kampung Andalas yang sudah berdiri sejak awal tahun 2020. Saat ini, fokus bisnis PT IPG adalah pemrosesan ayam kampung untuk menyasar konsumen yang mengingingkan pola hidup sehat. (CR).

AGAR TELUR ASIN TAK MUDAH BUSUK, INI TIPSNYA

Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa)

Bukan hanya cara menyimpannya, namun proses pengasinannya juga berpengaruh pada cepat busuk atau tidaknya telur asin. Bagaimana agar telur asin tak mudah busuk?

Pak Parjo mendadak bingung saat seorang ibu mendatangi warungnya dan komplain soal telur asin yang baru dibeli sehari lalu. Sepuluh butir telur asin yang dibeli ternyata busuk semua.

Sekilas, tampilan telur masih seperti “baik-baik” saja, putih bersih dan bagian kuningnya sedikit masir. Namun, keluar bau tak sedap dan cenderung lembek. Lelaki berusia 62 tahun ini pun segera mengganti dengan telur asin yang baru kepada ibu pembeli yang komplain itu.

Parjo kemudian membuang telur tersebut ke tempat sampah. Ia masih penasaran, telur yang baru ia jual sehari lalu kenapa bisa busuk. Padahal, telur-telur bebek itu baru empat hari lalu ia dapatkan dari distributornya.

Namun ia baru ingat, sejak datang telur-telur tersebut ia masukkan ke dalam kontainer plastik yang tertutup rapat. Selama tiga hari, ratusan telur asin matang itu disimpan di tempat tertutup, tanpa ada celah udara. “Jangan-jangan ini penyebabnya,” gumam Parjo.

Teringat di kontainer miliknya ada ratusan telur asin, ia buru-buru membuka kontainer dan memindahkan seluruh telur bebek itu ke tempat terbuka. Rasa penasaran masih terus menggelayut, apakah dagangannya itu masih layak dimakan atau tidak. Dari 10 butir yang ia pecahkan cangkangnya hanya tiga butir yang masih enak dimakan. Selebihnya keluar bau menyengat, tanda sudah busuk. “Ya salaam.. rugi bandar deh saya,” ujarnya sambil tepok jidat.

Bisa jadi, pengalaman Parjo juga pernah dialami banyak orang. Menyimpan telur asin matang dalam tempat tertutup rapat, lalu hanya dalam tiga atau empat hari sudah bau busuk.

Widodo, salah satu distributor telur asin di Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, memiliki tips menarik untuk masalah ini. Menurutnya, cara penyimpanan memang menjadi hal penting agar telur asin tetap enak dan tidak busuk. Salah satunya adalah memberi celah atau lubang tempat penyimpanan agar ada sirkulasi udara.

“Itu sebabnya para penjual telur asin di kawasan Pantura, Kota Brebes, rata-rata menggunakan besek (kemasan terbuat dari anyaman bambu) untuk membungkus telur. Besek ini masih memiliki celah-celah untuk sirkulasi udara sehingga telur asin di dalamnya masih mendapat udara masuk,” ujarnya kepada awak Infovet.

Proses Pengasinan
Awet tidaknya telur asin yang disimpan, bukan semata disebabkan wadah penyimpanan. Menurut Widodo, proses pengolahan pengasinan telur juga berpengaruh. Ada dua cara pengasinan yang lazim dilakukan para pengolah telur asin.

Pertama, proses murni tanpa menggunakan pengawet atau bahan kimia dalam pencucian telur bebek sebelum dibalur sekam bergaram. Proses pencucian telur bebek hanya dilakukan dengan menggunakan spons untuk menggosok cangkang dan disiram air. Telur asin yang melalui proses seperti ini akan jauh lebih awet ketimbang yang dicuci dengan menggunakan bahan campuran.

“Hanya saja telur keliatan kurang kinclong, masih terlihat ada bintik-bintik pada cangkangnya. Tapi itu sudah bersih. Hanya kurang menarik saja tampilannya,” kata Widodo.

Kedua, menggunakan biang cuka atau bahan lainnya dalam proses pencucian telur asin, sebelum dibalur dengan sekam bergaram. Dengan menggunakan biang cuka, telur keliatan lebih bersih dan mulus. Tampilan telur asin tidak kusam dan tanpa bintik-bintik. Hanya saja biang cuka akan menyebabkan kulit ari pada cangkang telur akan rusak. Maka itu, saat sudah matang telur asin jadi kurang tahan lama kalau disimpan.

“Jadi, kalau yang cara pencucian hanya dengan digosok spons dan disiram air, telur bisa awet sampai 10 hari jika disimpan di tempat terbuka. Sementara kalau pencucian yang menggunakan biang cuka, telur asin matang hanya bertahan lima sampai tujuh hari. Lebih dari itu bisa busuk,” jelasnya.

Penyimpanan telur di dalam kulkas juga berpengaruh pada tahan lama atau tidak. Kalau telur asin tanpa pengawet, tahan di suhu ruangan biasa 10 hari. Jika akan menyimpan di lemari pendingin bisa mencapai 2-3 minggu, maksimal satu bulan, begitu penjelasan Widodo yang sudah puluhan tahun membuka usaha telur asin.

Telur asin yang masih mentah punya waktu tahan yang sama dengan telur asin yang sudah direbus. Maksimal 10 hari di suhu ruangan dan maksimal satu bulan di dalam lemari es. “Masuk kulkas dicuci dulu dari abu asinnya itu bisa juga. Kalau butuh misal mau digoreng atau apa gitu baru keluarkan. Bisa tahan ya maksimal satu bulan,” ujarnya.

Namun perlu diketahui juga harus menyimpan telur asin dengan cara yang benar agar bisa bertahan selama itu. Apalagi jika telur asin yang dimiliki dibuat tanpa pengawet. Caranya adalah dengan menyimpan telur asin di dalam wadah tanpa ditutup. Telur asin sebaiknya disimpan di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Jika disimpan di suhu ruangan, simpan secara terbuka. Misalnya di dalam mangkuk atau keranjang terbuka. Hal serupa juga berlaku di dalam lemari es, jangan simpan telur asin di dalam wadah tertutup seperti kotak atau plastik.

“Jangan masuk ke kemasan plastik apalagi yang tertutup rapat. Nanti telur asin enggak bisa tahan lama karena lembap. Jadi lebih cepat basi. Makanya di kemasan itu ada lubang-lubang kecil. Itu sengaja untuk sirkulasi udara. Nanti kalau penyimpanan enggak benar ya rusak. Kuningnya bisa jadi hitam, semakin lama semakin hitam,” jelas Widodo.

Agar Telur Asin Masir
Salah satu telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. Disebut masir karena pada bagian kuning telur berbutir-butir seperti pasir atau berlapis berbutir-butir dan cenderung berminyak. Sangat nikmat jika disantap dengan nasi putih hangat.

Jika Anda termasuk penggemar telur asin, tak ada salahnya mencoba membuat sendiri di rumah. Selain lebih hemat, ukuran dan kualitas telur asin bisa diatur sesuai selera.

Menurut Widodo, cara membuat telur asin cukup mudah, hanya saja membutuhkan kesabaran dan teknik yang tepat agar tidak gagal. Jika berhasil bisa dikreasikan dengan berbagai macam masakan telur asin seperti saus telur asin, botok telur asin dan pepes tahu telur asin.

Syarat utama untuk membuat telur asin yang masir adalah kualitas telur bebeknya. Carilah telur bebek hasil dari umbaran di sawah. Telur hasil ternak bebek umbaran memiliki kualitas nomor wahid.

“Soalnya pakan yang dimakan bebek umbaran di sawah itu kandungan gizinya lebih lengkap dan alami. Dari keong sawah, ikan-ikan kecil dan jasad renik lainnya yang memiliki kandungan protein tinggi. Makanya telurnya juga bagus,” terang Widodo.

Jika ingin membuat sendiri di rumah, ketahui juga kesalahan saat membuat telur asin yang masir dan anti-gagal. Butuh kesabaran tersendiri, karena harus menunggu telur melalui proses pengasinan antara 14-15 hari. Ada beberapa cara dalam membuat telur asin.

Cara membuat telur asin yang pertama adalah dengan menggunakan abu gosok. Disarankan untuk menggunakan telur bebek yang sudah dibersihkan. Pastikan cangkang telur bebeknya bersih dari kotoran yang menempel.

Bahan untuk membuat telur asin adalah garam kasar dan abu gosok. Garam kasar dicampur dengan abu gosok, lalu dibalurkan ke telur. Pastikan baluran abunya menutupi semua cangkang telur agar matangnya sempurna. Jangan lupa masukkan ke plastik dan diamkan telur bebek yang sudah dibalut abu gosok selama 14-15 hari.

Cara kedua adalah membuat telur asin dengan air garam. Larutan garam nintinya dibuat untuk merendam telur bebek. Masukkan telur bebek ke dalam toples berisikan larutan garam, rendam selama 15 hari.

Setelah proses perendaman dengan abu gosok atau larutan garam, telur bebek disinari untuk mengecek kuning telur di dalamnya. Jika telur kelihatan warna kuningnya, berarti kondisinya baik. Sebaliknya, apabila kondisi kuning telur terlihat hitam atau gelap, bisa ditebak akan berkualitas buruk dan tak terpakai.

Agar telur asin yang dihasilkan masir, selian kualitas telurnya yang bagus, waktu pengasinan juga penting. Telur asin akan masir jika diasinkan selama minimal 14 hari atau dua minggu. Jika kurang dari waktu tersebut, menurut Widodo, hasilnya kurang bagus. (AK)

HARGA TELUR DI AS MELONJAK, KARENA AI ATAU PERMAINAN KARTEL?

Telur Ayam di AS, Harganya Meroket Lebih dari 100%

Kоmіѕі Pеrdаgаngаn Fеdеrаl (FTC) hаruѕ mеnyelidiki harga tеlur уаng melonjak hаrgа di perusahaan telur. Kеlоmроk реtеrnаkаn di AS berasumsi, kаrеnа orang Amеrіkа tеruѕ mеmbауаr lеbіh dаrі sebelumnya untuk bahan роkоk rumаh tаnggа. Oleh karenanya hal ini harus diselidiki.

Rеgulаtоr, petani, dan іnduѕtrі AS ѕеrіng berdebat dаlаm bеbеrара tahun terakhir tеntаng kеkuаtаn реruѕаhааn pertanian terkemuka untuk mеnеtарkаn hаrgа dan menaikkan ара yang dіbауаr konsumen untuk bahan mаkаnаn, ѕереrtі ketika harga dаgіng ѕарі mеrоkеt pada tаhun 2021.

Kеkhаwаtіrаn tеrbаru adalah tеlur, уаng hаrgаnуа nаіk 138% раdа Dеѕеmbеr dаrі tаhun sebelumnya, menjadi $4,25 реr luѕіn, mеnurut Biro Stаtіѕtіk Tеnаgа Kеrjа, dilansir dаrі Rеutеrѕ, Mіnggu 22 Jаnuаrі 2023.

Dераrtеmеn Pеrtаnіаn AS (USDA) mengatakan bahwa wаbаh flu burung ѕеbаgаі аlаѕаn tingginya harga.Tеtарі regulator аntі mоnороlі nеgаrа itu juga hаruѕ mеmеrіkѕа lаbа tertinggi dі perusahaan telur tеrаtаѕ, kata Fаrm Action pada hаrі Kаmіѕ melalui ѕurаt kераdа ketua FTC Lina Khаn.

Cаl-Mаіnе Fооdѕ (CALM.O) yang mеngеndаlіkаn 20% pasar tеlur есеrаn mеlароrkаn, реnjuаlаn triwulanan nаіk 110% dаn lаbа kоtоr nаіk lеbіh dari 600% dibandingkan triwulan yang ѕаmа pada tаhun fіѕkаl ѕеbеlumnуа, menurut pengajuan аkhіr Dеѕеmbеr dengan Sесurіtіеѕ аnd Exсhаngе Cоmmіѕѕіоn.

Secar data, prоdukѕі tеlur AS ѕеkіtаr menurun 5% lеbіh rendah раdа bulаn Oktоbеr dіbаndіngkаn tahun lalu, dаn реrѕеdіааn telur turun 29% pada bulan Desember dіbаndіngkаn dеngаn аwаl tahun.

Basel Musharbash, seorang pengacara di Farm Action mengatakan, Data USDA tеrbаru menunjukkan реnurunаn yang ѕіgnіfіkаn, tetapi mungkin tidak menjelaskan hаrgа tіnggі.

"Kami ingin FTC menggali dаn mеlіhаt apakah kоnѕumеn dicungkil harganya," kata Muѕhаrbаѕh.

Dаlаm ѕеbuаh pernyataan, Cal-Maine mеngаtаkаn bаhwа biaya рrоdukѕі уаng lеbіh tinggi, bersama dengan mewabahnya flu burung, menyebabkan  hаrgа melonjak lеbіh tinggi.

Amеrісаn Egg Bоаrd, ѕеbuаh kеlоmроk реmаѕаrаn telur, mengatakan dаlаm sebuah pernyataan, bаhwа hаrgа tеlur mеnсеrmіnkаn bеrbаgаі fаktоr dan harga grоѕіr tеlur mulаі turun.

Hampir 58 jutа ауаm dаn kalkun telah dibunuh оlеh flu burung аtаu untuk mеngеndаlіkаn реnуеbаrаn vіruѕ sejak аwаl tahun 2022. Menurut USDA, sеbаgіаn bеѕаr pada bulan Mаrеt dan Aрrіl, wаbаh terbesar ѕеbеlumnуа, раdа tаhun 2015, mеmbunuh 50,5 jutа burung. Sаhаm Cаl-Mаіnе telah jаtuh dаlаm bеbеrара minggu terakhir ѕеtеlаh nаіk hampir 50% tahun lalu. (INF)

PHALOSARI UNGGUL JAYA SIAP PENUHI PASOKAN KARKAS BEBEK NASIONAL

Ragam Produk Phalosari Unggul Jaya Dalam Gelaran ILDEX 2022
(Dokumentasi : Ridwan)

Sudah sejak lama Indonesia menjadi salah satu produsen daging unggas di kawasan Asia Tenggara. Meskipun begitu, daging yang dihasilkan masih didominasi oleh ayam broiler. Selain ayam broiler, orang Indonesia juga menggemari sajian berbahan dasar bebek. Namun untuk mendapatkan karkas bebek dengan kualitas yang baik, nampaknya para penjaja menu bebek masih mendapatkan kesulitan. 

PT Phalosari Unggul Jaya selaku pemain di bidang Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU) kini hadir dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Rumboko, National Sales & Marketing Manager PT Phalosari Unggul Jaya, kini para customer tidak usah khawatir akan ketersediaan stok karkas bebek. Hal ini dikarenakan perusahaannya siap menyediakan karkas yang berkualitas.

"Kami hadir ini di ILDEX sekaligus ingin menunjukkan bahwa kami ini eksis, untuk RPHU memang fasilitas kami masih didominasi untuk karkas ayam, tetapi kami sudah punya juga yang untuk karkas bebek tersendiri. Insya Allah ini juga akan terus ditingkatkan," kata dia kala ditemui di ILDEX 2022 (12/111) yang lalu.

Selain karkas Phalosari juga memiliki produk olahan berbasis ayam dan bebek seperti sosis, bakso, dan ayam bumbu yang juga dipamerkan dalam ILDEX 2022. Namun menurut Rumboko produk yang cukup digemari dalam pameran tersebut adalah karkas bebek.

"Sebagai info ini karkas bebek cukup laris penjualannya di pameran ini saja, tapi jangan khawatir kami dalam waktu dekat akan melakukan ekspansi ke seluruh Pulau Jawa. Customer kami juga bukan hanya pedagang kaki lima kok, beberapa retail dan supermarket berskala nasional juga sudah mendistribusikan produk kami, jadi customer nanti bisa beli di sana," kata Rumboko.

Permintaan karkas bebek sendiri menurut Rumboko cukup tinggi, misalnya saja di daerah Jawa Timur yang merupakan markas dari Phalosari. Hal ini menurut Rumboko dikarenakan masyarakat yang mulai bosan dengan olahan daging ayam dan mulai menggemari daging bebek. 

"Kita juga sekaligus perkenalkan bahwa daging bebek yang kami produksi berasal dari bebek hibrida, pemeliharaannya juga bagus, proses kami juga sudah terstandar, sertifikat halal, NKV, dan lainnya juga lengkap, jadi ya tidak usah khawatir. Intinya kami siap untuk terus tumbuh dan memenuhi permintaan dari seluruh Indonesia," tutup Rumboko. (CR)

CEGAH STUNTING, TINGKATKAN AWARNESS ORANG TUA KONSUMSI DAGING DAN TELUR AYAM PADA ANAK

Simbolis makan telur pada seminar stunting kerja sama BKKBN, Kowani dan ASOHI. (Foto: Dok. Infovet)

Stunting merupakan salah satu bagian dari Double Burden Malnutrition (DBM), mempunyai dampak yang sangat merugikan, baik dari sisi kesehatan maupun sisi produktivitas ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Prevalensi kasus stunting yang masih cukup tinggi pada 2022 sekitar 24,4% menjadi concern banyak pihak, mengingat target penurunan prevalensi kasus stunting pada 2024 mendatang adalah sebesar 14%.

Atas perhatian tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), bekerja sama menyelenggarakan Seminar Stunting "Meningkatkan Awarness Orang Tua untuk Mengonsumsi Daging Ayam dan Telur pada Anak", yang dilaksanakan di Hall Auditorium BKKBN, Selasa (8/11/2022).

"Kami sebagai asosiasi di bidang obat hewan ikut berkewajiban dalam memelihara dan menjaga kesehatan hewan, dimana itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hewan ternak agar protein hewani yang dihasilkan berkualitas sampai ke tangan konsumen," ujar Ketua ASOHI, Drh Irawati Fari dalam sambutannya.

Sebab, lanjut Ira, dengan mengonsumsi protein hewani yang berkualitas, khususnya telur dan daging ayam, memiliki manfaat yang sangat baik bagi tubuh maupun perkembangan anak.

"ASOHI sebagai mitra pemerintah terus berupaya mengampanyekan manfaat konsumsi ayam dan telur untuk mencegah dan menurunkan prevalensi kasus stunting. Karena kita ingin masyarakat dan anak-anak kita dapat tumbuh dengan sehat, cerdas, pintar, agar bisa menjadi penerus bangsa ini," ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BKKBN yang diwakili oleh Deputi Kepala Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof Drh M. Rizal Martua Damanik MRepSc PhD, bahwa konsumsi protein hewani salah satunya telur ayam sangat baik bagi tumbuh kembang pada anak.

Karena dalam satu butir telur terkandung 75 kalori, 7 gram protein kualitas tinggi, 5 gram lemak, kemudian 1,6  gram lemak jenuh, vitamin, mineral, carotenoids dan 30 mg DHA. Telur juga tinggi kolin yang dibutuhkan dalam pembelahan sel dan pertumbuhan.

"Tingginya kasus stunting salah satunya karena asupan gizi yang tidak adekuat. Oleh karena itu, melalui konsumsi telur ayam saja mampu mencegah stunting karena kandungan gizinya sangat baik dan juga penting untuk pertumbuhan sel otak pada anak," kata Prof Damanik.

Ia juga menambahkan, "Dalam literatur dijelaskan, dengan pemberian satu butir telur sehari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah stunting. Konsumsi telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi keluarga sehat, termasuk pada 1.000 hari pertama kehidupan karena itu merupakan masa-masa yang sangat krusial."

Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya kolaborasi antar stakeholder ini dapat memberikan dampak besar dan luas bagi masyarakat, khususnya pada percepatan penurunan stunting yang bertujuan menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, hingga meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

Pada kesempatan tersebut turut menghadiri pembicara diantaranya Ketua Kowani & Tenaga Ahli Set Wapres Dr Susianah Affandy MSi, Deputi Kepala Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Prof Damanik, serta Praktisi Kesehatan Anak dr Triza Arif Santosa SpA, yang masing-masing membahas mengenai bagaimana pentingnya memperhatikan pola hidup, konsumsi sumber zat gizi yang baik salah satunya telur dan daging ayam untuk mencegah dan menurunkan kasus stunting. (RBS)

TAKUT MAKAN TELUR DAN AYAM KARENA PAKAN PABRIKAN

Daging dan telur ayam sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. (Foto: Istimewa)

Pakan pabrikan untuk ternak unggas bersumber dari bahan yang sehat dan sudah melalui proses sangat ketat serta terjamin keamanannya. Aman bagi unggas, aman pula bagi orang yang mengonsumsi telur dan daging ayam.

Masih rendahnya konsumsi telur dan daging ayam di Indonesia memang terkendala banyak persoalan. Yang selama ini masih menjadi “hantu” bagi sebagian masyarakat dalam mengonsumsi daging dan telur ayam adalah berkembangnya berbagai mitos. Mulai dari mitos bakal bisulan pada anak-anak, hingga mitos ibu hamil hindari makan telur karena dikhawatirkan kulit bayinya akan belang-belang semacam panu saat lahir.

Ternyata, bukan hanya mitos-mitos yang terus berhembus saja yang menjadikan sebagian orang enggan makan telur dan daging ayam. Pemahaman tentang ayam pedaging (broiler) dipenuhi dengan pakan pabrikan yang mengandung obat-obatan juga banyak terdengar di tengah masyarakat.

Memang aroma pakan ayam pabrikan menyengat dan khas. Seperti ada aroma obat-obatan yang kurang nyaman saat tercium hidung. Aroma inilah yang dianggap sebagian orang, bahwa pakan mengandung obat-obatan. Artinya, daging ayam broiler dan telur yang dihasilkan juga dianggap mengandung obat-obatan.

Kalau tak ada edukasi yang baik dan tepat, bisa jadi isu ini makin membuat orang khawatir makan daging dan telur ayam. Orang yang semula sedikit mengonsumsi telur akan berhenti total makan produk asal unggas itu.

Lantas, seberapa aman sebenarnya pakan pabrikan yang diberikan kepada ayam, sehingga produk daging dan telurnya juga aman untuk dikonsumsi manusia?

“Pakan untuk ayam akhirnya jadi telur dan daging berasal dari bahan baku pakan yang aman untuk dikonsumsi. Semua bahan yang ada dicampur sehingga memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan ayam petelur maupun pedaging,” ujar Animal Protein Technical Consultant, U.S. Soybean Export Council, Yahya Munirudin, dalam webinar Healthy Family with Chicken Meat and Egg di Jakarta.

Menurut Yahya, secara umum bahan baku pakan ayam berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan tumbuhan. Untuk bahan pakan yang bersumber dari hewan antara lain tepung ikan, tepung tulang dan lainnya. Sedangkan untuk bahan pakan yang bersumber dari tumbuhan seperti kedelai, jagung, umbi-umbian, bekatul dan lainnya.

Sebagai pelengkap, pakan ayam juga ditambahkan vitamin dan zat pengawet pakan, yang semuanya aman. “Untuk menghasilkan kualitas pakan yang baik, bahan pakan diseleksi dengan ketat. Bahan baku yang mengalami kerusakan, misalnya jagung yang sudah berjamur, sudah pasti ditolak masuk ke pabrik pakan,” jelas Yahya.

Ketatnya seleksi bahan pakan untuk ayam menjadi jaminan keamanan bagi produk daging dan telur ayam yang akan dikonsumsi. Industri pakan ayam memiliki alat pendeteksi berteknologi tinggi untuk memastikan bahan pakan yang akan diolah memiliki kualitas yang baik atau sebaliknya.

Aman dari Obat-obatan
Menurut Yahya, dalam proses pengolahan, industri pakan juga melakukan perlakuan khusus terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pakan olahan. Sebagai contoh, sebelum diolah menjadi pakan jadi, kedelai dimatangkan terlebih dahulu, seperti melalui proses roasting. “Proses ini bertujuan untuk menonaktifkan zat antinutrisi yang ada pada kedelai,” ujarnya.

Dari sisi bahan pembuatan pakan sudah aman. Namun bagaimana dengan obat-obatan dalam proses pembuatan pakan? Pertanyaan ini juga masih menggelayut di benak sebagian masyarakat. Terjaminnya kualitas bahan pembuatan pakan ayam pabrikan, sebanding dengan harga produknya yang dianggap mahal oleh para peternak.

Dijelaskan Yahya, dari sisi proses pembuatan pakan, pabrikan tidak menggunakan obat-obatan sebagai bahan campuran. Tentang hal ini sudah diatur larangannya oleh pemerintah dalam penggunaan obat-obatan yang bisa berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsiya. Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan, sejak 1 Januari 2018, pemerintah melarang penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam pakan.

“Bahan pakan diawasi dengan ketat sebelum diproses menjadi pakan. Quality control pakan pada industri dilakukan sejak pemasukan bahan pakan sampai menjadi produk akhir pakan,” papar Yahya.

Untuk penggunaan obat-obatan hanya diberikan kepada ayam jika sakit. Tentu saja harus seusai aturan pakai. Maka pada kemasan obat biasanya disertakan peringatan “Harus dengan resep dokter hewan”.

“Untuk penggunaan obat-obatan pengawasannya sudah cukup ketat, jadi tidak bisa sembarangan. Dan setiap pabrik obat hewan pasti ada dokter hewannya, sebagai penanggung jawab produk obatnya,” ucap dia.

Nutrisi Hebat di Telur dan Daging Ayam
Menyimak dari proses dan sumber bahan pakan unggas di atas, dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi hasil akhir ternak unggas berupa daging dan telur ayam yang menggunakan pakan pabrikan tetap menyehatkan. Tak perlu khawatir tentang kandungan nutrisinya.

Sudah cukup banyak edukasi yang disampaikan melalui media maupun lewat beragam kegiatan offline tentang manfaat mengonsumsi telur dan daging ayam. Sudah saatnya masyarakat mengabaikan berbagai mitos buruk yang berkembang tentang sumber protein tersebut.

Perlu dipahami bahwa satu butir telur atau sepotong daging ayam, memiliki kandungan gizi luar biasa yang sangat dibutuhkan tubuh. Dalam lembaran informasi gizi yang diterbitkan U.S. Soybean Export Council, ada data yang menarik untuk disimak.

Satu porsi telur (100 g) memiliki kandungan vitamin D, memenuhi sekitar 10-60% dari nilai Recommended Dietary Allowances (RDA) negara-negara di Asia Tenggara. Sementara daging ayam juga kaya akan Vitamin D, dengan setiap 100 g dada ayam diperkirakan memiliki 0,29 g vitamin D.

Vitamin D mempromosikan pengaturan jumlah kalsium dan fosfat yang diserap tubuh dan mendukung perkembangan tulang yang sehat. Selain itu, vitamin D mendukung fungsi normal sistem kekebalan tubuh, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi. Oleh karena itu, individu didorong untuk mengeksplorasi kemungkinan peningkatan asupan vitamin D melalui konsumsi daging dan telur.

Sementara dalam 100 g dada ayam mengandung 13,3 mg vitamin B3 dan 0,6 mg vitamin B6. Di sisi lain, satu porsi telur (100 g) memiliki 0,01 mg vitamin B3 dan 0,2mg vitamin B6. Direkomendasikan Nilai Nutrient Intake (RNI) untuk vitamin B3 adalah 16 mg untuk sebagian besar negara Asia Tenggara, sedangkan nilai untuk vitamin B6 berkisar 1,2-1,7 mg. Oleh karena itu, kandungan vitamin B3 dan B6 yang tinggi terdapat pada telur dan daging (unggas) dapat dengan mudah memenuhi nilai RDA/RNI sebagian besar negara di kawasan ini.

Vitamin B3 berfungsi dalam berbagai sistem enzim intraseluler, termasuk yang terlibat dalam energi produksi. Sedangkan vitamin B6 memainkan peran penting dalam fungsi sekitar 100 enzim yang mengkatalisis reaksi kimia penting dalam tubuh manusia. Ini juga membantu dalam sintesis neurotransmiter dan penting dalam sintesis heme iron.

Lembaran informasi tersebut juga menyebutkan, vitamin B12 penting untuk sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), yang merupakan komponen inti sel, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia yang tepat. Vitamin B12 ditemukan secara alami dalam makanan yang berasal dari hewan.

Oleh karena itu, vegan mungkin perlu melengkapi diet mereka dengan vitamin ini atau mengonsumsi makanan yang diperkaya vitamin B12, atau makanan fermentasi yang merupakan sumber vitamin B12. Untuk non-vegan, individu didorong untuk memenuhi nilai RDA/RNI mereka (dari 1-4 g untuk negara regional) dari konsumsi sumber protein hewani seperti unggas (0,4 g/100 g) dan kuning telur (0,9 g/100 g).

Bagaimana dengan zat besi yang terkandung di dalam telur dan daging ayam? Zat besi adalah salah satu mineral kunci yang memainkan peran penting dalam kesehatan manusia. Kekurangan zat besi menyebabkan beberapa hambatan dalam fungsi normal tubuh. Secara khusus, kekurangan zat besi pada anak dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental.

Ada dua jenis besi, non-heme dan heme. Besi non-heme yang hadir terutama dalam sayuran silangan, kacang-kacangan dan produk susu, memiliki daya serap dan bioavailabilitas lebih rendah berkisar antara 2-20%.

Terlebih lagi, penyerapan zat besi non-heme dari sumber nabati berpotensi lebih lanjut terhambat jika produk makanan sendiri mengandung fitat. Di sisi lain, zat besi heme, yang ditemukan dalam produk daging, memiliki kadar yang jauh lebih tinggi bioavailabilitas dan penyerapan oleh tubuh manusia. (AK)

PERAN PROTEIN HEWANI WUJUDKAN GENERASI EMAS INDONESIA

Webinar peran protein hewani mewujudkan generasi emas Indonesia. (Foto: Infovet/Ridwan)

Senin (1/31/2022), Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Askesmaveti) bekerja sama dengan Agrina menyelenggarakan webinar “Peran Protein Hewani Mewujudkan Generasi Emas Indonesia.”

Untuk mewujudkan generasi emas penerus bangsa, Indonesia mendapat bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan baik. “Salah satunya melalui terpenuhinya protein hewani,” ujar Ketua Askesmaveti, Drh Sri Hartati MSi.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, Drh Syamsul Ma’arif MSi, bahwa segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewani secara langsung atau tidak memengaruhi kesehatan manusia.

Kendati demikian, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang salah paham dengan konsumsi pangan asal hewani ini. Masih banyak penyalahgunaan bahan berbahaya, praktik pemalsuan daging, penyebaran informasi yang tidak benar, penerapan higiene dan sanitasi yang belum memadai, rendahnya pemahaman dan lain sebagainya menjadi tantangan berat keamanan pangan di Indonesia.

Padahal melalui konsumsi protein hewani yang aman, sehat, utuh dan halal, dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Hal itu seperti disampaikan Ahli Gizi Ibu dan Anak FKM UI, Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH.

Ia menitikberatkan pada masalah stunting di Indonesia yang masih menjadi tantangan pengembangan SDM berkualitas. Dijelaskan, stunting akan menyebabkan kemampuan kognitif dan prestasi belajar rendah, tinggi tidak optimal, kualitas kerja tidak kompetitif.

“Kemudian kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit, berisiko tinggi munculnya PTM (diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah), serta berdampak pada produktivitas ekomoni rendah,” jelas Prof Sandra.

Hal yang sama juga disampaikan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof Drh M. Rizal M. Damanik Mrep Sc Phd, bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kondisi kekurangan gizi kronis. Data Survei Status Gizi Balita 2021, angka stunting nasional sebesar 24,20%.

Oleh karena itu, pada 1.000 pertama kehidupan yang merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak, penting untuk memberikan asupan gizi yang kuat, diantaranya zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral).

Asupan protein bisa didapat dari nabati (tahu, tempe, kacang) dan hewani (daging, susu, telur, ikan). “Protein hewani sangat penting karena memiliki asam amino esensial (AAE) yang lengkap dan banyak dibanding protein nabati. Pangan hewani juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam dan berkualitas yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh,” pungkasnya. (RBS)

DUH! KONSUMSI ROKOK & PULSA LANGKAHI BELANJA TELUR DAN DAGING AYAM

Angka belanja rokok yang jauh lebih tinggi dari belanja makanan bergizi dapat memicu terjadinya kemiskinan dalam keluarga. (Foto: Dok. Infovet)

Data BPS menyebutkan, komoditi kedua belanja rumah tangga di Indonesia adalah rokok  sebanyak 12.2% di kota dan 10.9% di desa. Sedangkan belanja telur ayam di peringkat ketiga sebesar 4.3% di kota dan 3.7% di desa.

Tak ada yang membantah bahwa rokok adalah salah satu candu yang mengancam kesehatan manusia. Bahkan, tak sedikit lembaga kesehatan yang merilis fakta-fakta berbahaya tentang merokok. Organisasi tingkat dunia seperti World Health Organization (WHO) sudah menyatakan bahwa rokok adalah penyebab utama kematian dan penyakit di dunia.

Di 2021 WHO merilis, tiga juta orang mengalami kematian dini setiap tahunnya terkait konsumsi tembakau yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, penyebab kematian utama di dunia. Di dalam negeri, Kementerian Kesehatan juga merilis tentang data yang didukung data dari WHO. Kematian tersebut termasuk 890.000 kematian para perokok pasif.

Meskipun sudah diketahui dan dipahami bahwa merokok merusak kesehatan, toh nyatanya konsumsi “bakar-bakaran di mulut” tetap berlangsung. Ini menjadi salah satu bukti bahwa rokok adalah candu yang nyata dan dilegalkan.

Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tetap bertengger di atas persentase 25% dari jumlah usia produktif. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, jumlah penduduk perokok umur 15 tahun ke atas 28,69%. Turun sedikit dibanding 2019 yang mencapai 29,03%.

Masih menyimak rilis BPS di 2020, laporan Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik 2020 menunjukkan bahwa konsumsi rokok menempati peringkat kedua dalam konsumsi rumah tangga di Indonesia pada Maret 2020. Data tersebut memperlihatkan komoditi utama belanja rumah tangga di Indonesia adalah beras sebanyak 20.2% di kota dan 25.3% di desa. Sedangkan rokok menempati peringkat kedua sebanyak 12.2% di kota dan 10.9% di desa.

Di peringkat ketiga ada telur ayam 4.3% di kota dan 3.7% di desa. Selanjutnya, daging ayam dengan angka 4.1% di kota dan 2.4% di desa. Peringkat kelima adalah mie instan dengan angka 2.3% di kota dan 2.1% di desa.

“Artinya kalau satu keluarga membelanjakan 100% uangnya, itu 12% untuk beli rokok. Beli telur dan daging hanya 4%, gimana mau satu keluarga sehat?” ujar Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA, Dra Lenny Nurhayanti Rosalin MSc dalam webinar Kemen PPPA beberapa waktu lalu.

“Jadi satu orang yang membeli rokok di keluarga berarti egois, karena dia lebih memilih untuk beli rokok dibanding beli makanan bergizi.”

Rokok dan Pulsa 
Melihat angka belanja rokok yang jauh lebih tinggi dari belanja makanan bergizi dapat memicu terjadinya kemiskinan dalam keluarga. “Ya sudah pasti, orang uangnya untuk beli rokok bukan untuk beli gizi. Nanti anaknya kurang gizi, udah kurang gizi nanti sekolahnya terganggu. Kalau sekolahnya terganggu akhirnya pendidikannya tidak maksimal. Kalau pendidikannya tidak maksimal, ya dia pasti jadi SDM yang kurang berkualitas,” ucap Lenny.

“Kalau dia bukan SDM yang berkualitas, siapa yang mau menerima dia sebagai pekerja, berarti dia tidak produktif. Sementara itu, dia membutuhkan makan, minum dan lain sebagainya tapi dia tidak bisa bekerja, akhirnya muncullah kemiskinan.”

Itulah rangkaian pemaparan yang disampaikan Lenny dalam webinar tersebut. Miris memang. Data yang dirilis BPS adalah data yang terjadi saat masyarakat sudah memasuki masa pandemi COVID-19. Masa yang semestinya orang mementingkan asupan gizi untuk memperoleh kekebalan tubuh yang maksimal. Namun yang terjadi malah sebaliknya, menambah asupan nikotin ke dalam tubuh.

“Rokok kretek filter menjadi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto. Persentase kontribusi rokok pada angka kemiskinan hanya kalah dari komponen makanan, dalam hal ini beras, yang berada di posisi pertama.

Persoalan konsumsi rokok mengalahkan konsumi telur dan daging ayam juga pernah terjadi pada pengeluaran untuk membeli pulsa handphone dengan konsumsi telur dan daging ayam, pada beberapa tahun sebelumnya.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas, BPS) 2016 menunjukkan, dalam enam tahun terakhir, biaya pengeluaran pulsa bulanan masyarakat Indonesia terus meningkat. Rata-ratanya mengalahkan jumlah pengeluaran pembelian buah dan daging (termasuk daging ayam).

Jumlah rata-rata pengeluaran pulsa secara nasional per bulan pada 2016 mencapai Rp 22.182/kapita. Sedangkan pengeluaran buah Rp 19.268 dan daging Rp 20.526/kapita. Meski begitu, nilai pengeluaran pembelian pulsa belum mengalahkan rata-rata pengeluaran bulanan untuk kebutuhan pokok seperti beras, sebanyak Rp 64.566.

Dengan selisih sedikit berbeda, biaya pengeluaran pulsa telepon bulanan ini lebih tinggi dari biaya rata-rata pengeluaran SPP bulanan anak sekolah yakni sebesar Rp 21.276/kapita pada 2016. Dengan pengeluaran sebesar itu, kini posisi pulsa dalam masyarakat Indonesia bukan lagi kebutuhan tersier, melainkan kebutuhan sekunder setelah terpenuhinya kebutuhan pokok.

Budaya Suka Ngobrol
Fenomena “konsumsi” pulsa handphone dan rokok jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging ayam mendapat perhatian dari para pakar gizi. Pakar gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yuny Erwanto PhD, menyebutkan, fenomena semacam ini sungguh miris. Kebutuhan asupan gizi dikalahkan kebutuhan pulsa hanya untuk gaya hidup.

“Dapat dibayangkan dengan Rp 20.000 bisa makan daging, berarti kalau diasumsikan sebagai daging ayam hanya sekitar 0,5 kg sebulan. Kalau diasumsikan dengan daging sapi malah prihatin lagi, hanya setara 200 gram/bulan/kapita,” ujar Erwanto.

Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM ini berpendapat, perputaran uang untuk biaya komunikasi, dalam hal ini pulsa, hanya akan berputar pada kurang dari 10 perusahaan besar saja. Sementara untuk konsumsi daging perputaran uangnya sangat luas, mulai dari petani jagung dan bahan pakan lain, peternak, perusahaan pakan ternak, perusahaan pembibitan, usaha restoran, usaha pemotongan hewan beserta jalur pasar yang mereka lewati melibatkan banyak pelaku usaha.

“Artinya kalau semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk daging akan mempunyai daya ungkit bagi usaha yang terlibat dan akan membuka lapangan kerja yang jauh lebih besar dibandingkan dengan uang yang berputar untuk biaya pulsa,” ungkapnya.

Erwanto tak sependapat dengan anggapan peningkatan daya beli pulsa masyarakat berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan. Sederhananya, masyarakat mau makan pulsa atau mau makan daging yang akan meningkatkan produktivitas? Jadi tidak ada hubungannya antara biaya pulsa yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan.

Ia berargumen, kalangan yang menggunakan telepon atau data internet dalam rentang yang panjang dan kadang tidak terkontrol dapat terjadi pada semua segmen ekonomi. Bahkan, sampai yang tidak punya duit sekalipun, bila ada kesempatan mereka kadang akan menggunakan pulsa dan data tanpa kendali. “Artinya pokok persoalan utama adalah pemahaman masyarakat dan budaya kita memang lebih suka ngobrol dan kurang produktif,” ucap dia.

Menurut pakar gizi ini, penyebab rendahnya konsumsi masyarakat terhadap daging ayam tidak sekadar karena faktor pengetahuan atau pemahaman. Kalau pengetahuan dan pemahaman lebih cenderung keseimbangan gizi yang sering tidak dipahami.

“Mungkin salah satu faktor yang menyebabkan masih rendahnya konsumsi daging ayam adalah kekhawatiran kandungan antibiotik dan obat-obatan pada ayam broiler yang tinggi, namun sebenarnya tidak separah yang dikhawatirkan,” pungkasnya. (AK)

KONSUMSI PROTEIN HEWANI DAN NABATI HINDARI ANCAMAN STUNTING

Webinar nasional asupan protein hewani dan nabati kurangi kasus stunting yang dipandu oleh Alfred Kompudu (kiri), bersama narasumber Muhammad Yani (kanan) dan Ali Khomsan (bawah). (Foto: Infovet/Ridwan)

Asupan pangan bergizi merupakan kebutuhan esensial bagi tiap individu, khususnya bagi ibu hamil dan balita. Kekurangan pangan bergizi dari protein hewani dan nabati menjadi salah satu penyebab tingginya kasus stunting.

“Balita yang stunting kecerdasannya akan kurang maksimal, dampak lainnya turut meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan. Situasi ini dapat memengaruhi pertumbuhan Indonesia,” ujar Ricky Bangsaratoe, selaku panitia penyelenggara Webinar Nasional “Gizi Seimbang Protein Hewani dan Nabati untuk Mengurangi Kasus Stunting di Indonesia”, Kamis (22/7/2021).

Saat ini prevalensi kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Dari data yang ada pada 2020, kasus stunting berada diangka 24,1% dan menjadikan Indonesia urutan ketiga kasus stunting tertinggi di Asia. Ini juga berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan masyarakat. Karena itu, upaya pemerintah hingga 2024 mendatang, menargetkan penurunan stunting 2,5% per tahun, sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang mengharapkan prevalensi stunting turun 14% pada 2024.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Agus Suprapto, yang hadir sebagai keynote speech, menyebut untuk mengupayakan penurunan kasus stunting yang termasuk kronis ini dibutuhkan intervensi secara spesifik, terpadu dan konsisten, salah satunya melalui konsumsi protein hewani dan nabati.

Hal senada juga disampaikan Guru Besar Pangan dan Gizi IPB, Prof Dr Ir Ali Khomsan, yang menjadi narasumber. Menurutnya, intervensi gizi harus memprioritaskan pada keluarga yang memiliki anak stunting, juga pada keluarga miskin. Adapun tiga hal yang dapat dilakukan yakni subsidi pangan, perbaikan sanitasi dan pengentasan kemiskinan.

“Dari penelitian saya, keluarga miskin memiliki balita stunting 40%, sedangkan keluarga tidak miskin jumlah balita stunting-nya hanya 14,3%. Oleh karena itu, pemberian telur setiap hari sebagai makanan tambahan dapat mengentaskan stunting pada anak hingga 47% dan kasus anak kurus turun 74%,” ungkap dia.

Kendati demikian, realitas yang terjadi kebanyakan masyarakat Indonesia lebih gemar membeli rokok ketimbang sumber pangan bergizi bagi keluarga. Data dari BPS 2020, menyebutkan konsumsi rokok per tahun mencapai 1.300 batang dengan nilai mencapai Rp 2 juta/tahun. Sementara konsumsi daging ayam 15 kg dengan nilai Rp 525 ribu/tahun dan konsumsi telur hanya 9,5 kg dengan nilai Rp 235 ribu/tahun.

Hal itu salah satunya menjadi pemantik strategi nasional penurunan percepatan stunting di Indonesia. Beberapa strategi itu disebutkan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Dr dr Muhammad Yani MKes PKK, diantaranya menurunkan prevalensi kasus stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

“Dampak stunting ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan dan gangguan metabolisme. Stunting juga menjadi penyakit penyebab kemiskinan, selain berpotensi menjadi ancaman bagi indeks pembangunan manusia di Indonesia,” pungkasnya. (RBS)

WEBINAR NASIONAL: GIZI AYAM DAN TELUR TINGKATKAN IMUNITAS DAN KESEHATAN TUBUH

Antusias peserta dalam Webinar Nasional Gizi Ayam dan Telur. (Foto: Infovet/Ridwan)

Selasa, 25 Mei 2021. “Gizi Ayam dan Telur untuk Meningkatkan Imunitas dan Kesehatan” menjadi tema yang diangkat dalam Webinar Nasional rangkaian kegiatan Edukasi Gizi Ayam dan Telur 2021 yang juga akan digelar di Bandung pada 29 Mei 2021.

Kegiatan webinar ini mendapat apresiasi penuh dari Ketua Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil, yang merupakan istri dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

“Saya sangat apresiasi sekali kepada penyelenggara dan semua pihak terkait dalam kegiatan ini. Saya harap ibu-ibu PKK terus membantu menyebarkan pentingnya konsumsi ayam dan telur bagi keluarga untuk meningkatkan konsumsi protein hewani,” kata Atalia dalam sambutannya. Daging dan telur ayam merupakan protein hewani paling murah dibanding protein hewani lainnya.

Kendati demikian, saat ini masih banyak isu-isu negatif mengenai ayam dan telur yang beredar di masyarakat. Seperti isu pemberian hormon pada daging broiler, kolesterol pada telur, penyebab bisul, hingga alergi yang membuat masyarakat takut. Ketidaktahuan informasi akan manfaat ayam dan telur membuat konsumsinya di Indonesia rendah dibanding negara ASEAN lainnya.

Hal itu seperti disampaikan Dewan Penasehat Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Rakhmat Nuriyanto MBA, yang menjadi narasumber. Ia menjelaskan, konsumsi telur di Indonesia baru 150 butir/kapita/tahun dan konsumsi daging ayam hanya 15 kg/kapita/tahun, sementara Malaysia sudah mencapai sekitar 300an butir/kapita/tahun dan daging ayam 33 kg/kapita/tahun.

“Produksi ayam dan telur itu tanpa penyuntikan hormon, tidak ada penelitian/rekomendasi penggunaan hormon pada ayam, pemerintah Indonesia juga melarang penggunaan hormon pertumbuhan. Ayam cepat besar itu karena dilakukan seleksi genetik, perbaikan teknologi pakan, pemeliharaan dan obat,” jelas Rakhmat.

Sementara untuk alergi, lanjut Rakhmat, hanya 1,5% orang dewasa dan 6% anak-anak alergi terhadap satu/berbagai bahan makanan. Untuk kejadian alergi pada telur memang ada, namun sedikit sekali, sementara alergi pada daging ayam sama sekali tidak ada.

“Beberapa isu-isu itulah yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Padahal kedua pangan hewani tersebut masih menjadi pedoman gizi seimbang di banyak negara. Negara-negara yang konsumsi protein hewaninya tinggi memiliki angka usia harapan hidup yang lebih baik,” ungkap dia.

Mengenai gizi ayam dan telur juga disampaikan oleh Praktisi Kesehatan Anak, dr Triza Arif Santosa SpA. Ia memaparkan zat gizi dan mikronutrien yang terkandung dalam ayam dan telur, diantaranya Lutein, Xantin pada telur (fungsi pengelihatan, mencegah katarak dan kebutaan), Kolin, asam lemak Omega 3 pada telur (fungsi kecerdasan, mencegah demensia), kandungan vitamin A, D dan E, kemudian vitamin B komplek, zat besi dan zink pada daging ayam, memiliki komponen bioaktif/peptida protein (pada unggas) diantaranya Karnosin, Anserin, L-Karnitin, sebagai antioksidan melawan radikal bebas dan anti-stres/kelelahan, serta mengandung selenium antioksidan.

“Kalau kita bicara ayam dan telur ini merupakan protein dengan asam amino lengkap dan paling murah dibanding protein hewani lainnya. Untuk ibu hamil dan menyusui sangat dianjurkan sekali guna menunjang kesehatan bayinya,” kata Triza.

Lebih lanjut dijelaskan, kandungan lemak dan protein dalam 100 gram daging ayam memiliki lemak total (14 gram), lemak jenuh (3,8 gram), protein (27 gram), sedangkan per 100 gram telur memiliki lemak total (11 gram), lemak jenuh (3,3 gram) dan protein (13 gram).

“Yang sering dikhawatirkan adalah kandungan lemaknya, penyebab kolesterol, padahal lemak ini kan ada yang baik dan buruk bagi tubuh. Jadi tak usah khawatir konsumsi daging dan telur ayam, kandungan lemak jenuhnya sedikit. Oleh karena itu, konsumsi dua butir telur sehari masih sangat dianjurkan,” ucap dia. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah proses pengolahan/pencampuran/pemasakan daging dan telur ayam agar kandungan lemaknya tidak meningkat dan proteinnya tetap tinggi.

Pembicara (dari atas kiri): Rakhmat Nuriyanto, Triza Arif Santosa dan Jafar Ismail. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kegiatan yang dihadiri sebanyak 500 orang peserta ini juga menghadirkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Ir H. Jafar Ismail MM, yang membahas mengenai penyediaan protein hewani asal unggas di Jawa Barat. (RBS)

ILC KE-13: PENTINGNYA MENJAGA KEAMANAN PANGAN PROTEIN HEWANI

ILC edisi 13 dengan tema “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani”. (Foto: Istimewa)

Di setiap mata rantai sistem pasok produk hasil ternak, masing-masing memiliki tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran produk hasil ternak yang mengakibatkannya menjadi berbahaya bagi kesehatan konsumen. Persyaratan akan produk pangan yang aman dikonsumsi inilah yang dikenal dengan istilah keamanan pangan.

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi13 yang mengangkat topik “Menjaga Keamanan Pangan Protein Hewani” pada Sabtu (31/10/2020) melalui aplikasi daring. ILC yang diselenggarakan ke-13 kalinya tersebut diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) dan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), bekerja sama dengan Majalah Poultry Indonesia.

Hadir sebagai narasumber utama pada ILC yang diikuti sekitar 200 peserta yakni Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), DIrektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syamsul Ma’arif, yang membahas seputar regulasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk penjaminan keamanan pangan protein hewani. Hadir pula Staf Pengajar pada Departemen Kesmavet FKH Universitas Airlangga, A.T. Soelih Estoepangestie, yang menyampaikan materi strategi menjaga keamanan pangan produk protein hewani sejak dari awal, serta narasumber dari kalangan praktisi, yakni Vice President Head of Marketing & Sales PT Ciomas Adisatwa, M. Zunaiydi, yang memaparkan pengalaman industri pengolahan produk hasil unggas dalam menjaga keamanan pangan.

Salah satu regulasi penting dalam upaya penjaminan keamanan pangan protein hewani adalah adanya Peratutan Menteri Pertanian No. 11/2020 tentang sertifikasi nomor kontrol veteriner unit usaha produk hewan. Syamsul menjelaskan, sertifikat NKV adalah bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi sebagai jaminan keamanan pangan produk hewan pada unit usaha produk hewan. NKV dalam bentuk sertifikat tersebut diberikan oleh pejabat otoritas veteriner provinsi.

Adapun jenis usaha peternakan dan olahannya yang wajib memiliki NKV yakni rumah pemotongan hewan, budi daya (unggas petelur dan sapi perah), distribusi (cold storage, kios daging, ritel, gudang kering, pengumpulan, pengemasan, pelabelan telur konsumsi, penampung susu), sarang burung walet (rumah, pencucian, pengumpulan dan pengolahan), pengolahan produn pangan asal ternak, serta pengolahan hewan non-pangan.

“Pengawasan keamanan dan mutu produk hewan dilakukan dengan pengujian mutu dan sertifikasi produk hewan, monitoring dan surveilan produk hewan, serta pengawasan keamanan produk hewan,” tutur Syamsul.

Keamanan pangan juga menjadi isu penting dalam menghindari penyebaran COVID-19, terutama dalam alur proses rantai pasok mulai dari peternak, rumah pemotongan, pabrik pengolah, pengemas, hingga ke distribusi dan konsumen. Oleh karena itu, penerapan keamanan pangan dalam setiap mata rantai sistem pasok pangan mutlak harus diintegrasikan dengan protokol penanganan COVID-19, seperti cuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker.

Sementara ditambahkan M. Zunaiydi, keamanan pangan harus dijaga sejak awal, mulai dari budi daya dengan menerapkan tata cara produksi ternak yang baik, sehingga dihasilkan produk yang sehat dan berkualitas.

“Dengan demikian proses selanjutnya, yakni proses pengolahan produk pun diharapkan dapat terjaga kualitas dan keamanan pangannya. Hal itu sejalan dengan seruan dari World Health Organization (WHO) yang mendeklarasikan bahwa keamanan pangan adalah kewajiban semua pihak. (IN)

RAYAKAN HPS KE-40, ILC BAHAS PROTEIN HEWANI YANG AMAN, HALAL DAN BERGIZI

ILC ke-12 bahas protein hewani yang aman, halal dan bergizi. (Foto: Istimewa)

Dalam menghasilkan generasi emas 2045 yang sehat, cerdas dan berdaya saing tinggi di tingkat global, sangat penting dalam menjamin ketersediaan pangan sumber protein hewani yang aman, halal dan bergizi.

Protein hewani juga berperan penting dalam pemberantasan stunting atau gagal tumbuh di Indonesia yang saat ini menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan lebih dari 20%. 

Hal itu menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia akibat kurangnya asupan protein hewani. Protein hewani merupakan makronutrien penting bagi tumbuh kembang anak. Beberapa fungsi protein hewani yang banyak terkandung asam amino esensial (tak tergantikan) yaitu membentuk jaringan baru dalam tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak atau mati, serta menyediakan asam amino yang diperlukan tubuh untuk membentuk enzim dan metabolisme. 

Hal itu dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) pada Sabtu (17/10/2020) dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Pinsar Indonesia, Pergizi Pangan Indonesia dan Majalah Poultry Indonesia, sekaligus menyambut perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-40.

ILC ke-12 kalinya tersebut menghadirkan narasumber penting, yakni Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha BPOM, Dra Dewi Prawitasari Apt MKes yang membahas tentang “Regulasi Seputar Produk Pangan Risiko Sedang pada Produk Hasil Ternak”, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof Dr Hardinsyah yang membahas “Strategi Menjaga Manfaat & Nilai Gizi produk Pangan Hasil Ternak”, Wakil Ketua Umum Pinsar Indonesia Ir H. Eddy Wahyudin MBA membahas “Kiat Peternak dalam Menghasilkan Produk Hasil Ternak yang Aman, Halal dan Bergizi”, serta Technical Manager PT Elanco Animal Health Indonesia Drh Agus Prastowo yang membawakan materi “Pengendalian Salmomella Sejak dari Budi Daya untuk Hasilkan Produk Unggas yang aman dan Sehat”.

Dalam menghasilkan produk protein hewani baik telur maupun daging ayam, pihak produsen sejak di tingkat kandang, transprotasi, rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) hingga penyimpanan dan pengiriman ke konsumen, harus senantiasa menerapkan prinsip keamanan pangan dan kehalalan. Apalagi produk hasil ternak merupakan bahan baku pangan yang mudah rusak (perishable), sehingga penanganannya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, agar dihasilkan produk olahan hasil ternak yang aman, halal dan terjaga status gizinya. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer