-->

MENTERI SAJA SARAPAN TELUR REBUS, KENAPA KITA TIDAK?

Sarapan dengan telur setiap hari meningkatkan kesehatan. (Foto: Istimewa)

Dalam sebulan terakhir, telur ayam makin popular. Penyebabnya, konsumsi telur rebus dikampanyekan oleh orang nomor satu di Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin atau yang akrab disapa “Pak BGS” di kalangan pelaku bisnis industri farmasi.

Viral di lini media sosial, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengajak masyarakat Indonesia untuk memulai kebiasaan sarapan sehat dengan dua butir telur rebus setiap pagi. Menu sederhana ini lebih bermanfaat dibandingkan pilihan sarapan populer yang tinggi gula dan kalori.

Tentu saja ini anjuran yang sangat bagus. Bisa menjawab semua isu negatif seputar telur ayam yang dilakukan oleh sebagian orang yang sejatinya tidak paham dengan kelebihan konsumsi telur. Yang memprihatinkan, justru informasi menyesatkan ini disampaikan oleh oknum dokter.

“Kalau pertama kali makan atau sarapan jangan yang manis-manis seperti sereal, nasi uduk, atau lontong. Itu bikin gula kita langsung akan naik. Kita butuh makanan sehat, contohnya protein seperti telur,” kata BGS dalam unggahan di akun Instagram resminya @bgsadikin, Rabu (17/9/2025).

Video singkat ini “berselancar” ke beranda semua lini media sosial, sehingga cukup efektif untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya konsumsi telur. Dalam video tersebut, BGS bukan hanya bicara tetapi juga memakan dua butir telur rebus. Gaya eduksi BGS memang cukup unik dan beda dengan menteri lainnya.

Menurut BGS, satu butir telur rebus mengandung sekitar 6 gram protein dan 60 kalori. Dua telur bisa memberikan 12 gram protein dan energi sekitar 120 kalori. Selain sehat, harganya juga terjangkau. “Satu telur ini cuma Rp 2.500, jadi kalau dua telur hanya Rp5.000," ujarnya dalam video tersebut.

Ia menekankan pentingnya mencukupi kebutuhan protein harian, yang idealnya sekitar 0,8 gram per kilogram berat badan. Dengan berat badan 72 kilogram, ia menyebut dirinya membutuhkan 57,6 gram protein per hari. Konsumsi dua telur di pagi hari bisa menutup sebagian kebutuhan tersebut.

Setelah berpuasa 8-10 jam saat tidur malam, tubuh sebaiknya diberi asupan yang tidak memicu lonjakan gula darah (glucose spike). Itulah sebabnya ia menyarankan untuk memulai hari dengan protein atau sayuran, bukan makanan manis. “Sudah praktis buatnya, tinggal celup 5-7 menit, murah lagi. Cukup awali sarapan dengan dua butir telur rebus tanpa tambahan saus tinggi kalori,” kata dia.

Menkes berharap masyarakat bisa lebih sadar terhadap pilihan makanan sehari-hari. “Yuk, mulai hidup sehat dari sekarang. Dimulai dari kesadaran akan makanan yang kamu santap,” tutupnya pada keterangan Instagram ketika ia menyantap dua butir telur.

Anjuran Menteri Kesehatan ini sekaligus menjawab banyaknya keraguan para pra lansia dan lansia untuk mengonsumsi telur. Hingga sekarang, masih banyak orang usia di atas 50 tahun merasa khawatir makan telur, terutama bagian kuningnya. Ada yang beranggapan makan kuning telur berbahaya bagi kesehatan karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Orang yang setuju dengan anggapan ini, biasanya hanya konsumsi putih telurnya saja. Bagian kuningnya disisihkan.

Kebiasaan menyisihkan kuning telur dan hanya memakan bagian putihnya saja saat makan juga dilakukan oleh Subono. Sejak dulu, pensiunan TNI AL ini juga gemar mengonsumsi telur ayam. Namun setelah pensiun dari dinas kemiliteran, pria berumur mendekati 70 tahun ini hanya konsumsi bagian putih telurnya saja.

“Telur itu sumber protein yang bagus. Dari dulu saya suka makan, terutama telur rebus, paling suka. Tapi sekarang cuma makan putihnya saja, biar aman. Takut kolesterol,” ucapnya kepada Infovet.

Kekhawatiran tersebut memang bisa dimaklumi. Di usianya yang makin tua, kadang rasa takut konsumsi telur muncul. Meskipun sebelumnya sudah bertahun-tahun makan telur dan tak ada masalah dengan penyakit yang dikhawatirkan. Namun sejatinya, tak perlu ada rasa khawatir yang berlebihan. Bagimanapun banyak lansia yang konsumsi telur tetap aman-aman saja, yang penting tidak berlebihan.

Anjuran Presiden Prabowo
Konsumsi telur rebus ternyata bukan hanya “dipromosikan” oleh Menkes BGS, tetapi juga oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Dalam keterangan resminya, Dadan menyebut Presiden menginginkan telur untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya boleh dimasak dengan dua cara, yakni digoreng ceplok (telur mata sapi) atau direbus (telur bulat).

“Jadi telur itu, beliau hanya boleh dua (cara) dimasak telur itu. Satu diceplok, satu lagi telur bulat,” tutur Dadan.

Ia juga menyebutkan, Prabowo tidak ingin telur dalam program MBG dimasak dengan cara diorek-orek atau didadar. “Jadi beliau sangat tidak ingin telur itu diorek-orek atau didadar. Karena kalau didadar kan untuk tujuh orang bisa dengan lima telur, untuk 10 orang bisa lima telur. Nah, kalau diceplok dengan dibulat, itu sudah pasti kelihatan telurnya,” ujarnya.

Sebagian orang tua murid mengapresiasi permintaan Presiden Prabowo. Pemberian telur ceplok atau rebus bisa mencegah terjadinya kecurangan di pemilik catering Program MBG. Satu anak harus dapat satu butir telur, bukan dibagi jadi beberapa bagian.

Winarti, orang tua murid di Depok berpendapat, setuju dengan yang sampaikan Presiden. “Saya perhatikan Pak Presiden jeli untuk urusan telur. Kalau didadar kan misalnya 7 butir, bisa dibagi buat 10 porsi. Tapi kalau direbus atau ceplok bisa cateringnya tidak bisa bohong,” ujarnya kepada Infovet.

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Ruslan Sumadi, orang tua murid yang juga tinggal di Depok. Bahkan menurutnya, kalau lauk telur rebus atau ceplok, tidak mungkin anak keracunan. “Mungkin lauk lainnya yang jadi penyebab banyaknya kasus keracunan MBG,” katanya.

Ruslan dan Winarti sama-sama memiliki anak yang sekolah SMP di Depok. Mendengar berita banyaknya kasus keracunan MBG, mereka merasa khawatir. Padahal, saat makan di rumah, keduanya mengaku sering memberikan lauk telur.

“Kalau pagi kan paling praktis bikin telur ceplok atau dadar buat sarapan anak sebelum sekolah. Buat makan malam, kadang anak juga minta dibuatkan telur ceplok,” kata Winarti.

Harga di Bawah Kerupuk
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof Dr Ir Ali Khomsan, menyebut konsumsi telur ayam sangat dianjurkan untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, telur merupakan sumber protein dan kandungan gizi lainnya yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dalam perbicangan dengan Infovet sebelumnya, Ali Khomsan berpendapat mengonsumsi satu jenis menu secara terus-menerus memang bisa membosankan. Karena itu, variasi dalam mengolah telur sangatlah penting. Salah satunya diolah dadar atau olahan lain berbahan telur.

Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan ibu menyusui, asupan gizi protein hewani dari daging ayam dan telur sangat dibutuhkan. “Kandungan asam amino yang ada di dalam telur dan daging ayam juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh,” ujar pakar gizi ini.

Menurutnya, konsumsi telur dan daging ayam bagi anak-anak sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor.

Bisa jadi, untuk sebagian kalangan masyarakat masih menganggap harga telur mahal. Selain itu, membeli telur tidak bisa satuan lazimnya membeli lauk lain, semisal gorengan. Namun demikian, jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang kandungan gizinya sangat minim. ***

Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

MEMPERINGATI HARI SUSU NUSANTARA, DPN SAMPAIKAN BEBERAPA USULAN

Hari Susu Nusantara diperingati setiap 1 Juni. (Foto: Istimewa)

Memperingati Hari Susu Nusantara pada 1 Juni 2025, Dewan Persusuan Nasional (DPN) melihat bahwa tujuan peringatan tersebut adalah untuk memacu perkembangan dan pertumbuan persusuan nasional berbasis peternakan sapi perah rakyat tampaknya masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Ketua Umum DPN, Teguh Boediyana, dalam keterangan resminya pada peringatan tersebut, menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang menyebabkan minimnya perkembangan dan pertumbuhan industri susu lokal.

Pertama, usaha peternakan sapi perah rakyat masih ditopang oleh usaha peternakan yang  tipologi usahanya sebagai sambilan. “Dalam arti, usahanya belum menjadi sebagai sumber pendapatan utama dari peternak,” sebutnya.

Kedua, usaha peternakan sapi perah rakyat sampai saat ini hanya mampu memenuhi kurang dari 20% dari kebutuhan susu nasional.

Ketiga, saat ini industri pengolahan susu dan juga usaha peternakan skala besar makin tumbuh dan berkembang sangat pesat. “Bahkan dapat dikatakan bahwa industri pengolahan susu mendominasi dan menguasai sektor persusuan nasional dan ketergantungan peternakan sapi perah rakyat pada industri pengolahan susu semakin besar,” imbuhnya.

Melihat kenyataan tersebut, pihaknya pun menyampaikan beberapa usulan kepada pemerintah, yakni meneguhkan komitmen untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah rakyat, sehingga dapat menjadi cabang utama dari para peternak dan menjadi basis kehidupan ekonomi mereka.

“Kemudian segera merealisasikan terbitnya Peraturan Presiden tentang persusuan nasional untuk menciptakan keseimbangan antara industri pengolahan susu dengan peternakan sapi perah rakyat yang berazaskan keadilan dan pemerataan kesempatan berusaha,” harapnya.

Adapun usulan lain yaitu meminta Presiden Prabowo Subianto segera merealisasikan janji politiknya untuk pembagian susu gratis bagi anak-anak sekolah yang nantinya dapat menjadi basis usaha peternakan sapi perah rakyat dan mengurangi ketergantungan pemasaran susu segar ke industri pengolahan susu. Program ini dapat menjadi pelengkap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini sudah berjalan.

Serta segera merealisasikan rencana impor 1,5 juta sapi perah untuk penambahan populasi dan peningkatan skala pemilikan sapi perah oleh peternak rakyat yang saat ini hanya memiliki sapi rata rata 2-4 ekor. (INF)

SEBANYAK 50 EKOR SAPI PERAH IMPOR TIBA DI TANAH AIR

Sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia yang tiba di Indonesia. (Foto: Istimewa)

Sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia tiba di Indonesia, menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan dan diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu yang digaungkan pemerintah.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Agung Suganda, menegaskan bahwa kedatangan sapi perah bunting ini merupakan bagian dari rencana blueprint Kementerian Pertanian untuk mendorong peran investor dalam meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan.

“Kedatangan sapi perah bunting ini merupakan wujud komitmen nyata sektor swasta untuk berperan dalam percepatan investasi di Indonesia. Kami mengapresiasi PT Juang Jaya Abdi Alam yang telah memulai investasi strategis ini,” kata Agung saat menyaksikan kedatangan sapi perah di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Ia menambahkan, impor akan dilakukan secara bertahap dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi investor lain untuk turut berkontribusi dalam pembangunan subsektor peternakan.

Sapi perah dalam keadaan bunting antara 3 hingga 7 bulan ini rencananya akan ditempatkan di Lampung untuk mendukung penyediaan susu di provinsi tersebut. “Harapannya selain menghasilkan pedet, sapi-sapi ini juga akan mulai memproduksi susu untuk kebutuhan lokal pada pertengahan tahun depan,” ucap Agung.

Selain sapi perah bunting, pada kesempatan yang sama juga didatangkan 600 ekor bibit domba dan kambing perah, yang terdiri dari 400 ekor domba Droper dan 200 ekor kambing perah jenis Saanen. Bibit ternak ini milik PT Samana Agri Yasa dan rencananya akan dikirim ke instalasi karantina di Cilacap, Jawa Tengah.

Kedatangan sapi perah bunting, domba, dan kambing perah ini merupakan langkah dalam mempercepat investasi sapi perah nasional, sekaligus mendukung program MBG. (INF)

PROGRAM MBG MENJADI SOROTAN DALAM SEMINAR ASOHI

Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan yang diselenggarakan ASOHI. (Foto-foto: Dok. Infovet)

“Program MBG (Makan Bergizi Gratis): Angin Segar Bagi Industri Peternakan?” menjadi tema dalam Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan yang diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Rabu (20/11/2024), di Hotel Avenzel Cibubur.

"Dengan dana yang cukup besar dalam program MBG tersebut sekitar 71 triliun rupiah, tentu protein hewani yang dibutuhkan juga banyak. Saya rasa harapannya ini benar-benar menjadi angin segar bagi pelaku usaha, bukan hanya sekadar angin sepoi-sepoi saja terus lewat. Ini bisa meningkatkan bisnis peternakan kita," ujar Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari.

Dengan meningkatkannya bisnis peternakan, lanjut Ira, tentu akan membawa dampak positif bagi bisnis obat hewan di Indonesia. Pasalnya, di tahun ini bisnis obat hewan mengalami kelesuan.

"Kalau industri peternakan membaik, tentu akan berdampak ke bisnis kita (obat hewan). Tahun ini bisnis cukup lesu, bisa bertahan saja sudah alhamdulilah. Semoga di 2025 ada titik cerah, diharapkan dengan program MBG bisnis peternakan semakin membaik yang tentunya akan berimbas kepada bisnis obat hewan," ucapnya.

Program MBG merupakan sebuah inisiatif yang bertujuan untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi kepada kelompok yang membutuhkan, dengan fokus pada anak-anak atau kelompok rentan lainnya. Dalam program ini, makanan yang disediakan mengikuti standar gizi yang ditetapkan, di antaranya kebutuhan protein, vitamin, mineral, dan energi yang mencukupi.

Program MBG ditujukan untuk pelajar di sekolah-sekolah atau anak-anak dalam komunitas yang mungkin tidak memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi. Dengan menyediakan makanan yang sehat dan bergizi secara gratis, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kelompok yang dilayani, serta membantu menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak bangsa

Dalam acara seminar tersebut, turut menghadirkan beragam pembicara andal di bidangnya, salah satunya pembicara tamu Dr Ir Tigor Pangaribuan MBA (Deputi Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional/BGN) dan para pemimpin asosiasi peternakan, di antaranya Ir Achmad Dawami (Ketua GPPU), Drh Desianto Budi Utomo (Ketua GPMT), Hidayatur Rohman SE MM (perwakilan Pinsar Indonesia), Ir Nuryanto SPt MBA (perwakilan HPDKI), Drh Nanang P. Subendro (Ketua PPSKI), Dr Sauland Sinaga (Ketua AMI), dan Drh Irawati Fari (Ketua ASOHI) yang masing-masing memberikan gambaran bisnis peternakan tahun ini dan prediksinya di tahun depan, serta dampak bagi industri peternakan dari hadirnya program MBG.

Para peserta seminar ASOHI.

Seminar juga dihadiri oleh para peternak/pengusaha peternakan, perusahaan pakan, pembibitan, obat hewan dan peralatan ternak, pelaku bisnis bahan baku pakan dan obat hewan, kalangan peneliti, akademisi peternakan dan kesehatan hewan, aparat pemerintah lingkup peternakan, pengurus asosiasi, konsultan, atase pertanian/perdagangan, hingga investor dan peminat bisnis peternakan.

“Diharapkan seminar ini menjadi referensi penting bagi kalangan pelaku usaha peternakan dalam menyusun rencana dan melakukan evaluasi bisnis. Selain itu, pemerintah juga bisa menerima berbagai masukan dari seminar ini sebagai salah satu referensi kebijakan di bidang peternakan,” kata Ketua Panitia, Rivo Ayudi Kurnia SPt. (RBS)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer