-->

MANAJEMEN PASCA PANEN

Desinfeksi kandang wajib dilakukan untuk mengurangi jumlah bibit penyakit yang ada di dalam kandang. (Istimewa)

Ayam broiler merupakan sumber protein hewani alternatif yang banyak di konsumsi masyarakat dikala harga daging sapi masih belum terjangkau oleh kantong masyarakat. Sehingga peternakan ayam pedaging semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun seiring tingginya permintaan pasar akan daging ayam. Pemeliharaan ayam pedaging membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk mencapai hasil yang maksimal.

Diketahui bahwa dalam memelihara ayam broiler memiliki dua fase yang harus dilewati, yakni fase starter dan finisher. Periode starter ayam pedaging (umur 0-21 hari) merupakan masa pertumbuhan awal bagi ayam pedaging, untuk beradaptasi dengan lingkungan kandang yang baru. Sedangkan fase finisher adalah periode akhir dimana ayam siap di panen berkisar 5-7 minggu, diharapkan berat badan ayam tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Tentunya kali ini penulis akan menitikberatkan pada fase setelah finisher, atau fase ayam setalah dipanen.

Persiapan Kandang Setelah Panen
Masa persiapan kandang mempunyai andil besar terhadap keberhasilan pemeliharaan ayam. Kegagalan pada masa pemeliharaan akan mengakibatkan peningkatan ancaman serangan bibit penyakit.

Saat kondisi kandang kotor, konsentrasi atau tantangan agen penyakit dalam kandang meningkat. Kondisi ini akan memperlebar peluang ayam terinfeksi atau terserang penyakit. Begitu pula sebaliknya, saat kondisi kandang bersih dan telah didesinfeksi maka konsentrasi agen penyakit akan menurun, sehingga tantangan agen penyakit berkurang dan ayam aman dari infeksi atau serangan penyakit. 

Saat ayam diafkir atau dipanen, di dalam kandang akan tertinggal sisa-sisa pemeliharaan ayam, baik kotoran, debu maupun bulu. Tidak luput pula, sejumlah besar bibit penyakit yang terdapat pada periode sebelumnya akan tertinggal di kandang. Oleh karena itu, sangat penting menjaga kebersihan kandang walaupun kandang sudah kosong.

Biasanya, saat kandang kosong setelah panen, kotoran ayam menumpuk, sisa-sisa bulu ayam tertinggal di seluruh bagian kandang, serta terdapat debu-debu di setiap sudut kandang. Kondisi ini tentu menjadi media yang baik sebagai tempat persembunyian dan perkembangan bibit penyakit. 

Perlu dipahami bersama, saat kondisi kandang dan lingkungannya kotor, bibit penyakit akan bertahan lebih lama. Terlebih lagi ada bahan organik, seperti feses yang bisa menjadi media bibit penyakit untuk tetap hidup. 

Bibit penyakit dapat bertahan hidup di kandang dalam hitungan jam maupun hari, oleh karena itu perlu disadari pentingnya menjaga kebersihan kandang. Beberapa bibit penyakit yang dapat tertinggal dan bertahan hidup di dalam kandang diantaranya virus Gumboro, Koksidia, Mycoplasma, Salmonella, Avian Influenza (AI), Newcastle Disease (ND) dan lain sebagainya.

Treatment Kandang yang Kotor
Fokus keberhasilan manajemen pembersihan dan desinfeksi kandang ialah mengurangi jumlah bibit penyakit yang berada di dalam kandang. Mengurangi? Kenapa tidak dihilangkan (sterilisasi)?. Sterilisasi bukan istilah yang tepat digunakan untuk aktivitas tersebut, mengingat kondisi kandang yang tidak bisa terkendali secara penuh, misalnya saja aliran udara yang tidak bisa dikendalikan akan mengakibatkan bibit penyakit selalu ada di dalam kandang. Oleh karena itu, istilah yang digunakan dalam manajemen pembersihan kandang ialah sanitasi dan desinfeksi.

Adapun treatment/perlakuan yang bisa dilakukan pada kandang adalah:... (CR)


Selengkapnya baca di majalah Infovet edisi Mei 2019.

YUK HADIRI SEMINAR KESEHATAN UNGGAS PERSEMBAHAN ASOHI


Seminar Kesehatan Unggas bersama Prof. Drh. Charles Rangga T, M.Sc, Ph.D dan Dr. Drh. Nlp. Indi Dharmayanti, M.Si.

Di Menara 165 Jakarta, 22 Mei 2019, biaya Rp 500.000,-

Pendaftaran hubungi 0877 7829 6375 (Mariyam), 0818 0659 7525 (Aidah), 0811 1642 812 (Eka).

NOVOGEN LAYER CLASS, HADIRKAN STRAIN AYAM PETELUR FLEKSIBEL

Peserta Novogen Layer Class (Foto: Infovet/NDV)

Membahanakan slogan “The Most Flexible Layers”, Novogen hadir di Indonesia berbeda dengan lainnya. Melalui acara Novogen Layer Class yang digelar pada Selasa (26/2/2019) di IPB International Convention Center, Bogor, Novogen Indonesia ingin berbagi pengetahuan dan informasi terkini kepada peternak serta pelaku industri perunggasan.       

“Novogen terhitung baru 8 tahun di Indonesia, namun sudah sangat cepat dikenal oleh banyak kalangan insan perunggasan. Kami menawarkan strain ayam petelur yang paling fleksibel dengan kemampuan adaptasi dengan baik,” terang Country Manager Novogen Indonesia, Paulus Sukartono.

Dalam kata sambutannya, Paulus juga mengemukakan bahwa seleksi genetik hanya berdasarkan pada produktivitas dengan melupakan kemampuan beradaptasi, potensi genetik tersebut tidak bisa tampil. 

“Keungggulan strain Novogen, kami tawarkan yang akan memberikan solusi kepada peternak secara genetik sehingga ayam kami dengan satu strain satu varian dapat dipelihara di segala tempat. Bicara Novogen yang ada di Indonesia, Eropa, Amerika, Asia, Afrika semua sama hanya 1 varian,” urainya.

Paulus menambahkan, Novogen berkomitmen berupaya secara genetik menciptakan ayam yang kalem (tenang), tahan tekanan lingkungan, tahan sistem pemeliharaan, sekaligus memperlihatkan peningkatan nafsu makan yang lebih baik.

Acara Novogen Layer Class sesi pertama menghadirkan Nutritionist of Novogen France, Antoine Le Calve. Sepanjang acara berlangsung, Prof Dr Ir Budi Tangendjaja MS MApp Sc didaulat menjadi moderator.

Antoine dihadapan para peserta menjelaskan topik “Feed News 2019” secara lengkap dan akurat. Tahun 2019 saat ini, yang terjadi pada industri ayam petelur dikaitkan dengan adanya pelarangan penggunaan antibiotik di beberapa negara.

“Ada banyak desakan konsumen, perusahaan maupun restoran-restoran yang menginginkan produk atau makanan berbahan baku daging ayam bebas antibotik. Selain itu, di Eropa juga berkembang agar petani peternak meninggalkan sistem perkandangan dalam sangkar, jadi ayam diumbar atau free range,” urai Antoine.

Masa pemeliharaan ayam, dikatakan Antoine di Eropa juga terjadi perubahan, bahwa diperpanjang selama 80 hingga 95 minggu bahkan ada rekomendasi 100 minggu. Hasil-hasil memperlihatkan bahwa angka berat telur semakin besar, kerabang semakin membaik, serta perkiraan ekonomi yang lebih baik dari biaya produksi.

Nutrisi untuk hewan di Eropa juga telah berkembang dengan dimanfaatkannya insect meal sebagai sumber protein. Kendati FAO telah memperkenalkan insect meal ini, namun belum rujukan untuk dicampurkan ke dalam pakan ayam. Sementara, inset meal hanya digunakan untuk pakan ikan (aquaculture).

Lebih lanjut Antoine juga menekankan bahwa saat ini genetik ayam paling dicari adalah yang mudah beradaptasi dengan lingkungan, seperti beradaptasi ketika dipelihara baik itu di kandang (cage), colony cage, maupun diumbar. 

“Ayam yang mudah adaptasi dengan lingkungan berpengaruh pada mudahnya mengonsumsi pakan. Secara otomatis, ayam memiliki kesehatan prima karena saluran pencernaannya baik dalam menyerap nutrisi,” tukas Antoine.   

Daya Tetas 

Stephan Hemon, Hatchery Specialist of Novogen sebagai pemateri kedua mengungkapkan bahwa kunci kualitas DOC salah satunya pada faktor penetasan. “Selain parent stock, kualitas DOC ditentukan oleh daya tetas,” kata Stephan.

Teknologi memegang peranan penting dalam kemajuan di hatchery. Stephan memaparkan bahwa sebagian besar industri menganjurkan penggunaan mesin tetas Single-stage karena lebih mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Multi-stage.

Mesin tetas Single-stage memiliki keunggulan yakni biosekuriti dan sanitasi yang lebih baik. Lebih dari itu, ketepatan kontrol temperatur dan CO2 merupakan keuntungan besar di dalam hatchery di samping efisiensi tenaga kerja. Selain itu, mempengaruhi performa penetasan yang bagus.

Kilas Balik Novogen di Indonesia 

Topik “Kilas Balik Novogen di Indonesia” dipaparkan Public Relation Manager PT Wonokoyo Jaya Corporindo, Drh Heri Setiawan. Dalam presentasinya, Heri menerangkan dua perilaku ayam yakni giras (liar) dan kalem (tenang). 

“Ayam yang tenang diketahui cepat beradaptasi tahan terhadap stres, dan punya konsumsi pakan lebih baik,” katanya.

Hadir dengan strain ayam petelur unggul untuk daerah tropis, salah satu produk Novogen, Heri menyebutkan Novogen Brown mempunyai banyak keunggulan. Antara lain, berperilaku tenang (tidak kanibal), mudah dipelihara baik masa brooding kemudian pertumbuhan maupun produksi.
Novogen Brown juga mempunyai daya hidup yang tinggi, daya adaptasi terhadap panas serta kelembaban dan sistem pemeliharaan yang tinggi.

“Secara resmi, Novogen memasuki Indonesia pada tahun 2012 dengan menggandeng PT Wonokoyo sebagai partner dan distributor tunggal,” sambung Country Manager Novogen Indonesia menyusul presentasi di sesi keempat.

Novogen menawarkan alternatif baru dalam hal penyediaan bibit ayam petelur yang unggul. Perusahaan yang berhasil memasok bibit ayam di sejumlah negara besar ini telah memberikan bukti bahwa produk mereka memiliki banyak keunggulan-keunggulan.

Keunggulan produk Novogen lainnya yaitu telur yang dihasilkan mempunyai warna kerabang yang bagus serta kekuatan kerabang yang tinggi sehingga telur tidak mudah retak. Selain itu, strain ini mampu menghasilkan telur dengan banyak pilihan warna, mulai dari cokelat, putih dan kekuningan. Nilai FCR ayam Novogen juga rendah serta kemampuan menghasilkan telur per tahunnya lebih banyak. (Adv/NDV)

KEMENTAN: SELAMA RAMADAN STOK DAGING DAN TELUR AMAN

Kementan memastikan stok daging sapi, daging ayam dan telur aman selama Ramadan. (Dok. Ditjen PKH)

Selama bulan Ramadan 1440 H, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok daging sapi, daging ayam dan telur ayam ras dalam kondisi aman. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, menegaskan Kementan terus menjaga ketersediaan pasokan produk pangan asal hewan dalam menghadapi hari besar keagamaan dan nasional (HBKN).

“Berdasarkan data per minggu pada Mei ini, stok daging sapi sebanyak 65.410 ton, sedangkan kebutuhan ada diangka 59.047 ton, jadi masih ada surplus 6.363 ton yang kita miliki,” kata Ketut dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/5/2019). 

Sementara, lanjut dia, stok daging ayam yang tersedia sebanyak 277.910 ton dengan kebutuhan masyarakat di kisaran 274.382 ton (surplus 3.528 ton). Sedangkan untuk telur ayam ras tersedia 243.510 ton dan kebutuhannya 167.144 ton (surplus 76.366 ton). “Kami harapkan dengan ketersediaan stok yang cukup, harga semestinya stabil di pasaran dan konsumen tenang,” jelasnya. 

Selain menjaga harga di level konsumen stabil, Kementan juga menjamin peternak dengan harga yang bagus, sehingga masing-masing pihak nyaman dan menikmati hasil yang baik.

Ia juga menegaskan, Kementan terus melakukan operasi pasar dan memantau perkembangan stok daging dan telur di pasaran, selain memastikan pangan asal hewan memenuhi prinsip ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), dengan mengerahkan tim pengawas dari Kesmavet, dinas, BPMSPH, Kementerian Agama dan instansi lainnya.

Selain itu, Ketut juga mengimbau masyarakat mewaspadai dan tidak terpengaruh berita hoax mengenai pangan asal hewan. Seperti munculnya beberapa pemberitaan telur palsu dan ayam disuntik hormon di media sosial.

“Berita itu tidak benar, Kementan menjamin bahwa tidak ada telur palsu dan ayam yang disuntik hormon di Indonesia. Saya himbau pihak-pihak yang menyebarkan informasi tersebut untuk berhenti membuat resah,” ucap dia.

Ia berharap, masyarakat lebih bijak dalam menyikapi sebuah informasi. Kementan bersama instansi terkait rutin melakukan pengawasan terhadap produk pangan asal hewan agar produk tersebut ASUH bagi masyarakat.

Pihaknya akan menindaklanjuti laporan apabila terdapat produk hewan tidak sesuai kriteria ASUH dan melakukan penindakan bila ditemukan pelanggaran hukum. Kementan juga menyediakan informasi melalui media sosial dan website yang dapat dijadikan referensi masyarakat sebagai pengetahuan. (INF)

DINAS PETERNAKAN JATENG CEGAH PEREDARAN DAGING GELONGGONGAN

Ilustrasi daging sapi mentah (Foto: Pixabay)

“Praktik penggelonggongan sapi sebelum dipotong itu tidak sesuai dengan kesejahteraan hewan atau animal welfare,” ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Jateng, Lalu Muhammad Syafriadi di Semarang, Selasa (7/5/2019).

Lalu menambahkan, penggelonggongan juga melanggar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 yang diubah menjadi UU Nomor 41/2014 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Saat ini, menurut Lalu, Disnak Keswan Provinsi Jawa Tengah bersama pihak terkait mengintensifkan sosialisasi di masyarakat guna mencegah peredaran daging sapi gelonggongan yang tidak aman, sehat, utuh, dan halal.

"Ditengarai praktik penggelonggongan sapi sebelum dipotong masih banyak terjadi di Jateng, tapi angka pastinya saya belum dapat," kata Lalu.

Lebih lanjut Lalu menjelaskan, pada UU Peternakan dan Kesehatan Hewan disebutkan bahwa kesejahteraan hewan memiliki tiga aspek penting yakni pengetahuan, etika, serta hukum.

"Aspek-aspek tersebut tidak dipenuhi dalam praktik penggelonggongan sehingga jelas menipu konsumen dan menyiksa hewan lebih dulu," ujarnya.

Selain menipu masyarakat dari segi berat timbangan, daging gelonggongan yang mengandung banyak air juga lebih cepat terkontaminasi bakteri sehingga membahayakan kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.

Sebagai upaya pencegahan daging gelonggongan, jajaran Disnak Keswan di tingkat provinsi dan kabupaten /kota telah meminta petugas rumah pemotongan hewan (RPH) agar tidak menerima sapi yang diduga digelonggong air terlebih dulu.

Menurut Lalu, pelaku penggelonggongan terhadap sapi bisa ditindak sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

"Kami tidak bisa berdiri sendiri mengingat terbatasnya jumlah SDM dan pengawasnya, sehingga butuh peran aktif masyarakat. Sementara pemotongan sapi bisa dilakukan di rumah-rumah warga," tandasnya. (Sumber: antaranews.com)

KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP RESISTENSI ANTIMIKROBA PERLU DITINGKATKAN

Isu mengenai resistensi antimikroba hingga kini masih menjadi topik yang kerap kali dibicarakan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Faktanya penggunaan antimikroba baik di dunia kesehatan manusia dan hewan yang masih serampangan menimbulkan resistensi antimikroba. Berbagai ahli dari bermacam disiplin ilmu medis hadir dalam Seminar Studium Generale bertajuk Peningkatan Kesadaran tentang Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antimikroba di Jakarta (8/5) lalu. Acara tersebut diprakarsai oleh ASOHI, PB PDHI, Kementan, dan didukung oleh FAO serta USAID.

Ketua panitia yang juga merupakan pengurus ASOHI Drh Andi Widjanarko mengatakan bahwa resistensi antibiotik merupakan tanggung jawab dari semua disiplin ilmu medis. “ Mudah – mudahan terjadi kolaborasi yag baik dari semua lini medis, dokter, dokter hewan, serta ilmu lain yang berkaitan. Karena masa depan generasi selanjutnya juga dipertaruhkan sekarang,” tuturnya.

Para peserta dan pemateri berfoto bersama (Dok : CR)


Dalam seminar tersebut Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Dr Harry Parathon Sp.OG menyampaikan kekhwatirannya akan resistensi antimikroba. Bisa jatuh korban sekitar 10 juta jiwa pada tahun 2050 akibat resistensi antimikroba menurut studi WHO pada 2014, ini kan mengkhawatirkan sekali,” tutur Harry. Selain itu Harry juga menunjukkan beberapa contoh kasus resistensi antimikroba yang terjadi di Indonesia yang bahkan menyebabkan kematian.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diwakili oleh Kasubdit POH Drh Ni Made Ria Isriyanthi mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia melalui Kementan dan Kementerian terkait telah mengambil langkah strategis dengan adanya Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (RAN PRA) yang merupakan tidak lanjut dari Rencana Aksi Global. 

Selain itu sejak 2014 yang lalu Kementan telah melakukan kegiatan peningkatan kesadaran dan pemahaman terkait resistensi antimikroba pada berbagai kesempatan. Misalnya melalui kegiatan Pekan Kesadaran Antibiotik sedunia, seminar bagi mahasiswa kedokteran hewan di 11 universitas di Indonesia, seminar bagi peternak unggas melalui sarasehan, Expo dan pameran (Indolivestock, ILDEX dan Sulivec) dengan melibatkan sektor kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.

PB PDHI yang diwakili oleh Drh Tri Satya Putri Naipospos, menyampaikan bahwa dalam mengendalikan AMR harus digunakan pendekatan one health yang melibatkan multisektor dan semua aktor dari peternakan ke konsumen, dan dari fasilitas kesehatan ke lingkungan. Penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggung jawab juga harus dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam sektor peternakan, termasuk dokter hewan dan kesadaran tersebut harus ditularkan kepada seluruh lapisan masyarakat. 

"Ke depan mereka dapat menjadi agen perubahan dalam penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggung jawab di tingkat peternakan dan masyarakat veteriner untuk mengurangi risiko resistensi antimikroba di sektor peternakan dan kesehatan hewan" ujar wanita yang akrab disapa Ibu Tata tersebut.

Selain Kementan dan PB PDHI ASOHI juga tidak mau ketinggalan. Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari menekankan pentingnya peran dokter hewan sebagai petugas lapang dalam memastikan pemberian antibiotik yang tepat dan bijak. “Jangan hanya terpaku karena omzet, pemakaian antibiotik nanti jadi serampangan, harus ada tanggung jawab moralnya juga dong,” tuturnya. 

Ira juga menambahkan bahwa selama ini ASOHI selalu dan akan selalu mendukung serta menjadi partner Pemerintah dalam implementasi berbagai peraturan, seperti peraturan terkait pelarangan penggunaan antibiotik untuk imbuhan pakan, juga petunjuk teknis untuk medicated feed.

Menutup pertemuan tersebut Ketua Umum PB PDHI yang diwakili oleh Drh B. Suli Teruli Sitepu mengapresiasi semua pihak yang telah mensukseskan serta turut mengampanyekan isu resistensi AMR. Selain itu ia juga mengingatkan kembali akan landasan etika profesi dokter hewan terkait isu resistensi AMR. “Sebagai seorang dokter hewan, yang telah disumpah maka harus professional dalam setiap langkahnya, termasuk dalam bidang pengobatan. Saya setuju dengan Ibu Ketum ASOHI, bahwa jangan hanya terpacu karena keuntungan materil saja, tetapi etika dan tanggung jawab moral sebagai dokter hewan terabaikan,” tukasnya. (CR)

JANGAN TAKUT KONSUMSI DAGING AYAM

Daging ayam. (Istimewa)

((Masih saja ada oknum dokter yang menganjurkan pasiennya untuk tidak mengonsumsi daging ayam broiler. Jika dibiarkan, akan makin banyak masyarakat yang takut konsumsi protein hewani ini.))

Dalam perbincangan antara Infovet dan Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari, awal Maret lalu di Sekretariat ASOHI di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ada hal yang manarik untuk disimak. Ternyata, kekhawatiran sebagian masyarakat mengonsumsi daging ayam broiler karena takut mengandung kolesterol bukan saja disebabkan oleh informasi yang bersumber dari “katanya”.

Ketakutan sebagian masyarakat mengonsumsi daging ayam negeri juga ada yang disebabkan oleh anjuran para oknum dokter kepada pasiennya. Menurut Ketua Umum ASOHI ini, masih ada dokter yang menganjurkan pasiennya untuk tidak mengonsumsi ayam broiler, karena mengandung hormon, ayam disuntik obat tertentu dan info menakutkan lainnya.

“Anjuran macam ini jelas tidak tepat disampaikan ke pasien. Biasanya oknum dokter yang begini karena dia belum tahu bagaimana proses produksi ayam broiler yang sebenarnya,” ungkap Irawati. Karena itu, sangat disayangkan jika masih ada tenaga medis yang masih memberikan anjuran keliru kepada pasiennya, sementara dia sendiri tidak tahu persis proses produksinya.

Kekhawatiran sebagian masyarakat mengonsumsi daging ayam broiler bukanlah perkara baru. Fenomena ini sudah terjadi sejak lama. Ketidakmengertian dan mendapatkan informasi dari sumber yang keliru menjadi penyebab utama mereka tak mau mengonsumsi daging ayam broiler.

Beberapa informasi keliru yang hingga kini masih beradar di tengah masyarakat antara lain, ayam broiler cepat besar karena disuntik hormon, diberi obat-obatan khusus dan mengandung kolesterol tinggi. Yang lebih memprihatinkan, tak sedikit media online yang menyuguhkan berita tentang bahaya mengonsumsi ayam broiler, tanpa didasari literatur dan sumber yang jelas. Hanya mengutip sebagian informasi dari media asing, lalu diterjemahkan secara bebas.

Jika dilihat di media online, dalam rubrik kesehatan, seringkali tersaji berita yang menyebutkan banyak peternak ayam yang menggunakan zat kimia dan antibiotik dalam memelihara ayam broiler. Ada juga media online yang menyebutkan bahwa tidak semua orang cocok makan ayam broiler, karena cenderung rendah nutrisi. Di samping itu, ayam tersebut juga telah terpapar zat kimia yang bisa membahayakan tubuh. “Karenanya, Anda harus berhenti makan daging ayam itu, apalagi kalau diolah dengan cara digoreng,” begitu kutip salah satu media online mainstream di dalam negeri tanpa menyebutkan narasumber yang jelas.

Bagi masyarakat yang sudah paham dengan kandungan protein hewani pada daging ayam, berita macam ini akan dianggap angin lalu. Tapi bagaimana jika pembacanya tidak paham soal nustrisi protein hewani? Informasi macam ini sangat membingungkan, bahkan cenderung menyesatkan. Bisa-bisa pembaca jadi ragu atau malah berhenti sama sekali untuk mengonsumsi daging ayam.

Harus Dilawan
Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjahmada (UGM) Yogyakarta, Yuny Erwanto, berpendapat, ketakutan sebagian masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam broiler memang masih terjadi hingga sekarang. Penyebabnya, bisa karena mendapat informasi yang salah tentang cara beternak ayam negeri atau karena ada anjuran dari orang lain agar tak mengonsumsi daging ayam broiler.

Menurut ahli gizi ini, fenomena tersebut harus dilawan dengan menggencarkan kampanye konsumsi daging ayam dan telur. Kampanye ini menjadi sangat penting agar publik lebih paham tentang proses sebenarnya beternak ayam broiler, mulai dari awal hingga panen.

Banyak cara kampanye yang bisa dilakukan, misalnya dengan mengajak sarapan ayam dan telur bersama anak-anak sekolah, atau melalui demo atau lomba masak di kalangan ibu-ibu rumah tangga dengan bahan baku daging ayam broiler dan telur. Melalui demo atau lomba masak, dapat dijadikan ajang untuk menggugah masyarakat Indonesia untuk lebih gemar mengonsumi daging ayam.

Langkah ini penting mengingat tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Erwanto menyebut, saat ini konsumsi daging masyarakat Indonesia tak lebih dari 10 kg per kapita per tahun. Sedangkan Malaysia sudah sekitar 50 kg dan negara maju sekitar 100 kg per kapita per tahun. “Secara karakter, makanan yang lebih bercita rasa akan dihargai lebih tinggi, karena manusia membutuhkan lebih dibanding yang kurang bercita rasa,” ujar Erwanto. 

Faktor lain penyebab masih rendahnya konsumsi daging di dalam negeri, lanjut Erwanto, adalah faktor ketersediaan dan distribusi. Namun itu pengaruhnya kecil. Faktor ini hanya dialami di beberapa wilayah yang memiliki tingkat pendapatan tinggi, namun ketersediaan daging masih kurang, karena belum banyak peternakan di wilayah tersebut atau alasan perusahaan tidak ekonomis mendirikan usaha di tempat tersebut.

Erwanto kembali menjelaskan, informasi gizi terkait daging ayam sebenarnya sederhana saja. Daging ayam memiliki kandungan protein tinggi, asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia terpenuhi dan lengkap, serta mengandung mineral yang juga bermanfaat bagi tubuh.

“Mungkin salah satu faktor yang menyebabkan masih rendahnya konsumsi daging ayam adalah kekhawatiran kandungan antibiotik dan obat-obatan pada ayam broiler yang tinggi, padahal sebenarnya tidak separah yang dikhawatirkan,” ujarnya. Erwanto memberikan solusi, bagi masyarakat yang khawatir mengonsumsi daging ayam broiler dapat menggantinya dengan daging ayam kampung.

Kebutuhan Per Kapita
Tingginya kandungan gizi pada daging ayam semestinya menjadi rangsangan bagi masyarakat untuk lebih sering mengonsumsinya. Memang tak harus setiap hari, tapi setidaknya beberapa kali dalam sepekan dengan takaran yang memadai.

Erwanto menyarankan, konsumsi daging ayam dalam sepekan dapat diasumsikan, jika kebutuhan protein manusia setiap hari di rata-rata 60 gram dan sekitar 10 gram berasal dari daging ayam, maka dapat dihitung bahwa 10 gram itu berasal dari 50 gram daging ayam segar. Daging ayam segar kadar proteinnya mencapai 20%. Jadi dalam satu hari, minimal konsumsi daging ayam adalah 50 gram atau setara 350 gram setiap pekan atau sekitar 1,4 kg setiap bulan per kapita. Jika ini bisa diterapkan, maka setiap tahun minimal adalah 16,8 kg per kapita.

“Dengan asumsi tersebut, maka jika negara akan terus berkembang dan kesejahteraan terus meningkat, otomatis konsumsi meningkat dan dapat melebihi angka minimal tersebut seperti negara lain,” ungkapnya.

Jika konsumsi daging meningkat (termasuk daging ayam), maka keseimbangan gizi akan tercapai dan fisiologis tubuh akan lebih sehat. Dengan tubuh yang sehat, diharapkan produktivitas masyarakat juga meningkat dan akan berdampak pada peningkatan ekonomi. (Abdul Kholis)

H+3 RAMADAN HARGA AYAM NAIK, ANGIN SEGAR BAGI PETERNAK

Harga ayam kandang relatif membaik, membawa angin segar (Foto: Infovet/NDV) 

Memasuki H+3 Ramadan, harga daging ayam di pasaran dan di tingkat peternak berangsur naik. Memasuki Ramadan, harga daging ayam di pasaran dan di tingkat peternak berangsur naik. Hingga 7 Mei 2019 lalu, harga daging ayam mencapai Rp36-37 ribu per kg yang sebelumnya hanya sekitar Rp18-19 ribu per kg.

Kenaikan harga ayam di pasaran ini pun juga diikuti perbaikan harga di tingkat peternak. Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan kenaikan harga itu membawa angin segar lantaran harga ayam kandang relatif membaik sejak Februari-Maret 2019 lalu.

"Jadi menjelang puasa kemarin harga sempat naik di kandang posisi Rp20-21 ribu per kg," ucap Sugeng, Rabu (8/5/2019).

Sugeng mengatakan tren kenaikan ini menyebabkan harga ayam pada tingkat peternak dapat melampaui ketentuan yang pernah diatur dalam Permendag yaitu berada dalam kisaran Rp20 ribu per kg. Padahal sebelumnya nilainya hanya sekitar Rp18-19 ribu per kg.

"Harga ayam saat ini relatif stabil. Tapi tahun ini kenaikan tidak spektakuler. Hanya sesuai dengan Permendag saja yang harus di angka Rp20 ribu," ucap Sugeng. Kendati telah mengalami kenaikan, Sugeng mengaku belum cukup puas. Sebab, kenaikan ini tidak terjadi secara merata.

Menurut Sugeng, umumnya daerah yang kenaikan harga ayam pasaran dengan harga ayam di tingkat peternak cukup terbatas seperti di Jawa Barat. Wilayah seperti Jawa Tengah, kata Sugeng, justru masih berada pada kisaran Rp18-19 ribu. Harga tersebut sempat dikeluhkan peternak berbulan-bulan lalu karena di bawah biaya operasional.

Kekhawatiran Sugeng pun juga mencakup adanya tren harga ayam di pasaran yang menurun mulai terjadi per 8 Mei 2019. Saat ini harga berada pada kisaran Rp36.250 per kg.

Bila tren harga terus menurun, maka Sugeng memastikan masa-masa yang menguntungkan peternak ini hanya berlangsung pendek dan segera berakhir. Kenaikan harga ayam akan terjadi lagi pada Idul Fitri mendatang. (Sumber: https://tirto.id)


POTENSI GENETIK DOC DIPENGARUHI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BAIK

Kualitas DOC dilihat dari dua aspek yakni genetik dan fisik. (Foto: Hubbard)

Kualitas bibit Day Old Chick (DOC) dilihat dari dua aspek, yaitu genetik dan fisik. Genetik yang baik akan menghasilkan performa baik dengan memerhatikan manajemen. Meliputi manajemen pakan dan perkandangan, serta lingkungan berupa suhu, kelembaban dan pencahayaan yang baik.

DOC merupakan salah satu hal pokok yang sangat penting yang untuk diperhatikan. Kualitas DOC menjadi kunci efisiensi di bisnis unggas. Demikian penjelasan Country Manager Hubbard Indonesia, Ir Suryo Suryanta.

Perihal kualitas DOC yang sejak awal kondisinya kurang baik, akan menyebabkan tingginya biaya medikasi (biaya pengobatan terhadap ayam yang sakit dan vaksinasi), inefisiensi pakan, keterlambatan pertumbuhan dan berpengaruh pada performa ayam secara keseluruhan.

Sementara itu, kondisi lingkungan memengaruhi kualitas fisik DOC. Pengaruh suhu lingkungan tinggi pada ayam lebih banyak diperhatikan. Suhu lingkungan tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam.

Lebih lanjut dijelaskan, produktivitas ayam yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. 

Lingkungan yang nyaman bagi ayam diperkirakan berada pada kisaran suhu 18°-24° C dan kelembaban 60-70%. Ayam pada suhu lingkungan yang tinggi di atas 28° C sudah mengarah ke heat stress dan dapat menunjukkan penurunan produktivitas.

Salah satu gejala ketidaknyamanan ayam ketika heat stress adalah panting, bernapas melalui mulut. Situasi suhu lingkungan yang tinggi merupakan salah satu faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan, sehingga terjadi defisiensi zat-zat pakan.

Senada dengan Suryo, Technical Support West Jaya, Otte Wartaman, mengatakan potensi genetik dari suatu bibit DOC akan menghasilkan performa bagus jika didukung faktor lingkungan yang baik. 

Pencapaian performa broiler 100% memengaruhi biaya produksi yang rendah. Genetik 30% menunjang breed atau jenis bibit, FCR (konversi pakan), ADG (rata-rata PBB), livability (daya hidup), dan vigor (daya tahan).

Lingkungan, 70% memengaruhi seperti kondisi ventilasi, air, pakan, temperatur, kelembapan, penyinaran, kandang, kepadatan, vaksin, kesehatan, tenaga kerja dan transportasi DOC.

Kualitas DOC broiler yang bagus diantaranya berasal dari induk yang sehat, ukuran berat DOC minimal 37 gram, matanya cerah dan bercahaya tampak segar, lincah dan aktif, kaki kuning dan kokoh, tidak cacat fisik (kaki bengkok, mata buta, paruh silang), bulunya halus dan kering (tidak lengket), pusar tertutup dan halus dan tidak ada lekatan kotoran pada duburnya.

Faktor yang memengaruhi kualitas DOC lainnya adalah penanganan DOC dan tatalaksana brooding di farm, kemudian lingkungan kandang di farm, status kesehatan dan nutrisi induk (breeder), transportasi DOC, tatalaksana di penetasan (hatchery), kualitas telur tetas, penanganan dan penyimpanan.

DOC harus segera ditebar atau diturunkan ke dalam kandang dan tidak boleh disimpan di rumah atau toko, karena bisa menimbulkan kelemahan atau mengurangi kualitas DOC tersebut.

Hal yang harus diperhatikan saat DOC datang diantaranya, cek kondisi mobil pengangkut DOC yang meliputi segel, kondisi kipas, surat jalan dan cek sampel DOC 10%. Cek sampel meliputi jumlah DOC, jumlah DOC yang mati (selama perjalanan), serta kondisi umum (lincah, diam atau cacat).

Apabila dijumpai masalah-masalah tersebut, harus segera ditulis dengan surat jalan. Setelah DOC dicek harus segera disebar ke brooder masing-masing yang telah disiapkan.
Penerimaan DOC, harus ada komunikasi yang baik antara hatchery, marketing DOC dan farm (poultry shop/peternak).

Masalah yang dijumpai di farm biasanya antara lain Omphalitis (infeksi pusar), pertumbuhan lambat (slow growth), dehidrasi, kematian tinggi pada minggu pertama, gasping, kaki pincang dan reaksi vaksin yang berlebihan.

Acuan Kualitas Fisik
Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 42/Permentan/OT/140/3/2014 tentang Pengawasan Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak tertulis:

• Telur tetas bibit induk untuk tipe pedaging harus mempunyai bobot minimal 55 gram.
• Telur tetas bibit tetua tipe pedaging harus memiliki bobot minimal 50 gram untuk galur jantan dan 53 gram untuk galur betina.
• Pasal 22, tentang sanksi administratif

Permendag No. 58/2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen yang menyebutkan, "Bahwa harga broiler di farm Rp17.000-19.000 dengan harga jual ke konsumen Rp 32.000." ***

(Tulisan diolah kembali berdasarkan materi dari Hubbard dan West Jaya)

HANTER INTERNATIONAL SEMINAR 2019


BULOG CEGAH HARGA TELUR NAIK DI BULAN RAMADAN

Telur merupakan salah satu komoditas yang dicari dan konsumsinya naik saat Ramadan


Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menjelaskan salah satu komoditas yang nampaknya sulit dikendalikan harganya saat bulan Ramadan adalah telur. Telur pasalnya merupakan salah satu komoditas yang dicari dan konsumsinya naik saat Ramadan.

Meski harga sulit untuk dikendalikan, ia memastikan Bulog telah mengambil langkah antisipasi cegah kenaikan harga telur melonjak. Caranya dengan melakukan pemesanan ke peternak ayam petelur.

"Saya bilang kemungkinan mungkin telur. Tapi kita sudah berusaha, karena peternak ayam petelur sudah siap juga. Dan kita sudah kerjasama dengan para peternak telur ayam. Kita sudah membeli mereka," ujar Budi saat ditemui di Kementerian BUMN, Minggu (5/5/2019).

Budi menjelaskan dengan langkah pemesanan tersebut, setidaknya pemerintah sudah membeli pada harga saat ini. Namun, secara distribusi kata Budi akan dikeluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sampai menjelang Lebaran nanti.

"Saya minta harga produksi hari ini tapi nanti dikeluarkannya bertahap. Semacam sistem operasi pasar juga. Jadi kalau stok menipis kami operasi pasar," ujar Budi.

Dengan cara itu, Budi mengatakan bahwa harga telur ayam bisa dikendalikan. Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta (IPJ) telur ayam hari ini rata-rata dibanderol seharga Rp 26 ribu/kg di berbagai pasar se-DKI Jakarta.

Harga itu melonjak dari harga yang dibanderol pada 30 April 2019 sebesar Rp 24.574/kg. Sementara itu berdasarkan harga pasar di Pasar Induk Kramat Jati, harga telur ayam dipatok sebesar Rp 25.000/kg.

Selain harga telur, Budi memastikan bahwa untuk komoditas pangan lainnya akan tetap terkendali. Sebab, stok pangan seperti daging ayam, kerbau, sapi, jagung hingga beras dipastikannya aman di gudang pendingin Bulog untuk operasi pasar, sehingga tidak akan terjadi kenaikan harga yang sulit dikendalikan untuk komoditas-komoditas tersebut. (Sumber: republika.co.id)

IR SUAEDI SUNANTO: INDUSTRI OBAT HEWAN KIAN DINAMIS

Suaedi Sunanto (Foto: Infovet/NDV)

Memiliki kesempatan berjumpa dengan Chief Executive Officer (CEO) PT Nutricell Pacific, Ir Suaedi Sunanto, Infovet disambut dengan keramahan khas pria yang akrab disapa Edi ini. Seperti apa pandangan alumni Fakultas Peternakan IPB ini, perihal industri obat hewan di masa mendatang?

“Tantangan yang paling kelihatan pada industri obat hewan kain dinamis dan dinamika industri ini akan semakin besar dari hari ke hari,” kata Edi.

Mengambil contoh soal pelarangan Antibiotic Growth Promoter (AGP), lanjut Edi, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah begitu berdampak. “Kita tidak pernah menyangka soal pelarangan AGP ini benar-benar berdampak. Begitu dampaknya muncul, kita sendiri kebingungan apa yang harus kita lakukan. Tantangannya di situ,” ungkap pria berkacamata ini.

Selama pelaku usaha industri peternakan paham mengenai teknis dan aturannya, hal itu dinilai Edi justru sebagai peluang besar. “Saya ambil lagi contoh, mengapa pemerintah sempat menghalangi impor jagung? Kalau misalnya impor jagung itu benar-benar dilarang, apa yang dapat dilakukan industri? Dari situ kita bisa melihat kira-kira apa saja peluangnya,” ujar Edi.

Peluang tersebut, kata Edi, bukan hanya dari sisi industri seperti obat hewan, akan tetapi peluang itu juga terjadi di pabrik pakan. Indonesia memiliki pabrik pakan yang pasti inovatif serta paham betul bagaimana cara membuat pakan yang baik dan nilai nutrisi yang tepat.

“Bagaimanapun juga industri obat hewan ini akan lebih diatur, atau dengan kata lain aturan di industri obat hewan akan lebih ketat,” tambah dia.

Kendati perusahaan obat hewan semakin diperketat oleh kebijakan seperti pelarangan antibiotik, Edi melihatnya sebagai opportunity bagi pemain lokal untuk menemukan cara mengadopsi aturan baru lebih cepat.

“Sisi positioning kami dari Nutricell sebenarnya melihat ini sebagai peluang, artinya ingin membantu customer menghadapi situasi seperti ini dengan knowledge. Seperti knowledge tentang pengobatan, kesehatan hewan, termasuk juga pengetahuan mengenai peraturan pemerintah dan bagaimana penerapannya,” terang Edi.

Nutricell juga lengkap dengan adanya parameter, service dan tools yang membuat customer lebih mudah untuk mengakses maupun melihat secara langsung. Nantinya, customer sendiri dapat mengukur apakah produk Nutricell memang solusi dan betul-betul memberikan manfaat untuk mereka.

Menurut Edi, tidak ada satu produk atau satu molekul yang 100% dapat menggantikan fungsi AGP. Hal ini, imbuh Edi, pada akhirnya cara paling efektif menggantikan AGP adalah memperbaiki manajemen kandang seperti biosekuriti. Selain itu, melakukan analisa kira-kira substan atau produk apa yang bisa membantu meningkatkan performance di situasi seperti ini.

Bekerja dengan Enjoy

“Kerja di mana pun saya yakin sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk pekerjaan, maka kita harus nyaman. Artinya sangat menderita sekali kalau hidup kita dalam sehari 12 jam lebih, kita habiskan untuk pekerjaan, kita tidak enjoy dan menurut saya itu tidak boleh terjadi,” tegas ayah dua putra ini.

Edi memberi motivasi, bahwa sebagai manusia harus merasakan tempat bekerja sebagai tempat yang terbaik. Berangkat bekerja pun harus dalam kondisi senang, jangan terpaksa. Jika ada masalah, entah itu pribadi maupun masalah dengan atasan, perusahaan pun harus punya mekanisme agar karyawan dapat menyampaikan keluh-kesah secara baik.

“Kalau saya punya masalah dengan anak buah saya, perusahaan harus punya mekanisme bagaimana menyampaikannya. Kita buka komunikasi seluas-luasnya,” ujar Edi.

Lebih lanjut dijelaskan Edi, ketika berada dalam satu tim, sebagai pimpinan harus percaya 100% kepada anak buahnya. “Ketika saya percaya dengan tim, apapun yang dilakukan oleh tim saya akhirnya tidak begitu membebani saya. Apapun yang dilakukan tim, saya yakin dasarnya adalah positif. Dari situ akan menimbulkan kenyamanan saya dalam bekerja,” terangnya. (NDV)

*Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi 297 April 2019

KEMENTAN-BPS: SATU DATA UNTUK KOMODITAS PETERNAKAN

Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, saat berbicara pada acara SUTAS 2018 di Bogor. (Dok. Dirjen PKH)

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Ditjen PKH Kementan) dan Badan Pusat Statistik (BPS), menyepakati untuk  menggunakan Satu Data terkait komoditas peternakan.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, dalam acara Pertemuan Sosialisasi Hasil Survei Pertanian Antar Sensus 2018 (SUTAS 2018), Jumat (26/4/2019).

Ketut mengatakan, untuk mengambil kebijakan pembangunan peternakan dan Kesehatan hewan harus didukung dengan data yang baik, valid dan akurat. Dengan dasar data yang valid, maka kebijakan yang diambil akan on the track.

“BPS merupakan lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah untuk menanganani data, untuk itu kami selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan membangun semangat Satu Data untuk komoditas peternakan,” kata Ketut.

Ketut mengemukakan, data menjadi sangat penting dalam pengambilan kebijakan, sehingga Ditjen PKH concern untuk pencatatan data sektor peternakan, seperti pencatatan  kelahiran dan kebuntingan sapi dan kerbau serta kejadian penyakit, telah menggunakan aplikasi ISIKHNAS, sedangkan perunggasan, pihaknya tengah memperbaiki data dengan koordinasi bersama stakeholder terkait.

“Kegiatan SUTAS saya anggap menjadi momentum penting sebagai awal membangun kerjasama dan kolaborasi yang lebih baik lagi ke depan untuk  membangun semangat Satu Data,” tegasnya.

Sebab, lanjut Ketut, tantangan yang dihadapi sub sektor peternakan dan kesehatan hewan semakin berat, salah satunya soal pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Proyeksi penduduk oleh Bappenas, BPS dan UNFPA, penduduk Indonesia pada 2019 diperkirakan sebesar 266,91 juta jiwa dan pada 2024 diperkirakan mencapai 279,96 juta jiwa, atau mengalami peningkatan 0,98% per tahun selama periode lima tahun.

Selain itu, tantangan lain yang dalam upaya peningkatan produksi pangan asal ternak adalah ketersediaan lahan dan air, perubahan iklim serta perdagangan global. Tantangan dalam pembangunan peternakan tersebut perlu dipecahkan melalui proses program pembangunan yang komprehensif.

“Parameter hasil SUTAS 2018, dapat kita jadikan sebagai faktor koreksi terhadap hasil pengumpulan dan penghitungan data populasi yang kita lakukan selama ini melalui mekanisme kompilasi produk administratif,” ungkap Ketut.

Sementara, Plh. Deputi Bidang Statistik Produksi, BPS, Hermanto, menyampaikan data dan informasi yang disampaikan ke masyarakat harus valid dan akurat, jangan sampai muncul beberapa data yang berbeda antar instansi pemerintah, karena akan memancing kegaduhan. Karena itu, ia menyebut, presiden telah menugaskan BPS membuat Satu Data guna mewujudkan data yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi dan mudah diakses oleh pengguna.

“Apalagi kita sudah masuk dalam era revolusi 4.0 yang berbasis teknologi informasi dengan dinamika lapangan yang berjalan bersifat dinamis. Data yang dirilis oleh BPS didasarkan pada metodelogi yang sudah baku dan mengikuti kaidah Internasional,” ucapnya. (INF)

VENTILASI NYAMAN, PRODUKSI AMAN

Kepadatan kandang, perlu diperhatikan. (Istimewa)

((Udara merupakan salah satu elemen alam yang juga berpengaruh dalam budidaya unggas. Apabila sirkulasi udara dalam kandang baik, maka ayam akan mendapat kenyamanan.))

Mahluk hidup butuh bernafas agar tetap hidup, termasuk hewan ternak terutama ayam broiler. Wajib hukumnya dalam suatu kandang memiliki sirkulasi udara yang mumpuni dalam menunjang daya hidup dan performa penghuninya. Oleh karenanya, butuh trik tertentu agar tercipta sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, apalagi di Indonesia yang mayoritas kandang ayam berupa open house system (kandang terbuka).

Pahami Konstruksi Kandang
Mayoritas peternak Indonesia menganut “mazhab” kandang tiper terbuka, baik tipe kandang postal maupun panggung. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, Namun begitu, konstruksi kandang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan modal yang dimiliki. Prinsip pembuatan kandang adalah kuat/kokoh, murah dan dapat memberikan kenyamanan pada ayam. Kekuatan kandang harus diperhitungkan karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan pekerja kandang. Oleh karena itu, konstruksi kandang tidak boleh “sembrono” dan “setengah-setengah”.

Kandang harus kuat terhadap terpaan angin dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu, perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan murah, tetapi bukan “murahan”. Artinya, membangun kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan di daerah setempat tanpa mengurangi kekuatan kandang.

Boedi Poerwanto, praktisi perunggasan senior sekaligus General Manager Operation and Production Poultry Division Indofood, mengungkapkan, kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ayam harus memenuhi beberapa macam syarat. “Kandang itu rumah bagi ayam, jadi jika kita membangun rumah asal-asalan, lalu penghuninya tidak nyaman, maka kualitas hidupnya juga enggak nyaman. Nah maka itu harus diperhatikan cara membuatnya,” ujar Boedi kepada Infovet.

Menurut dia, dalam suatu konstruksi kandang ayam, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

1. Arah kandang membujur dari barat-timur agar kandang mendapatkan sinar matahari yang cukup, tetapi tidak langsung mengenai ayam. Posisi kandang yang membujur dari utara-selatan akan mengakibatkan cahaya matahari terlalu banyak masuk ke dalam kandang. Jika matahari terlalu banyak masuk ke dalam kandang, suhu kandang menjadi tinggi serta akan menyebabkan “kepadatan semu”. Kepadatan semu adalah kondisi ayam yang mengumpul di salah satu sisi kandang yang tidak terkena matahari langsung. Kondisi ini biasanya terjadi pagi dan sore hari ketika matahari masuk ke dalam kandang. Akibat dari kepadatan semu adalah suhu dan gas beracun di salah satu sisi kandang meningkat karena kepadatan menjadi tinggi dan distribusi tempat pakan dan minum menjadi tidak seimbang. Akibatnya, konsumsi pakan menjadi menurun dan tidak merata, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatan ayam.

2. Jarak antar kandang minimal satu lebar kandang (8 m) yang diukur dari bagian terluar kandang. Usahakan tidak ada tanaman atau pepohonan diantara kandang, karena dapat mengganggu sirkulasi udara.

3. Kandang panggung lebarnya maksimal 8 m. Untuk kandang postal, lebar kandang maksimal 7 m. Jika terhalang tebing, lebar kandang maksimal 6 m dengan jarak minimal kandang dari tebing 8 m. Usahakan tinggi tebing jangan melebihi... (CR)


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi April 2019.

MENJAGA KUALITAS AIR MINUM

Menjaga kualitas air minum sama dengan menjaga performa. (Istimewa)

Tidak bisa dipungkiri bahwa air adalah sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup termasuk ayam. Air menjadi salah satu titik kritis dalam suatu aspek pemeliharaan seperti halnya pakan. Oleh karenanya, dibutuhkan juga trik tertentu dalam menjaga kualitas dan kuantitas air minum.

Semua orang pasti setuju bahwa ungkapan air merupakan sumber kehidupan adalah benar. Bayangkan jika dalam sehari manusia tidak minum, tentu akan terjadi dampak buruk bagi kesehatan, hal yang sama juga berlaku pada ayam.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu, air juga berperan sebagai media pengangkut, baik mengangkut zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Oleh karenanya kualitas dan kuantitas air minum harus terjaga agar selalu baik. Lalu akan timbul pertanyaan, sebenarnya seberapa banyak ayam minum dalam sehari? Tabel 1 dan Tabel 2 di bawah ini merupakan konsumsi air minum ayam pada berbagai fase produksi.

Tabel 1. Kebutuhan Air Minum Ayam Per Hari (Liter/1000 ekor) pada Suhu 21°C

Umur (Minggu)
Kebutuhan Air Minum (Liter)
1
65
2
120
3
180
4
245
5
290
6
330
Sumber: Poultryhub.com 2017

Tabel 2. Kebutuhan Air Minum Layer (liter/1000 ekor) pada Suhu 21°C

Fase Produksi
Umur/Perkiraan Produksi
Kebutuhan Air Minum (Liter)
Pullet
4 Minggu
100
12 Minggu
160
18 Minggu
200
Laying
Produksi telur 50%
220
Produksi telur 80%
270
Sumber: Poultryhub.com 2017

Konsumsi air minum ayam dapat menjadi indikasi kesehatan bisa juga sebagai indikasi baik/buruknya manajemen pemeliharaan. Ketika konsumsi air minum turun, maka peternak harus segera mengevaluasi kemungkinan penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ayam sedang terinfeksi penyakit, kondisi lingkungan kandang terlalu dingin, jumlah dan distribusi tempat minum tidak merata, tempat minum kotor, kualitas air jelek terutama dari fisik air dan lain sebagainya... (CR)

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi April 2019.

SEMINAR NASIONAL & PELANTIKAN PENGURUS ASKESMAVETI PERIODE 2018-2022


Pelantikan Pengurus ASKESMAVETI Masa Bakti 2018-2022 oleh Ketum PB PDHI

Bertepatan dengan World Veterinary Day atau Hari Kedokteran Hewan se-Dunia yang jatuh setiap hari Sabtu terakhir di bulan April tiap tahunnya, Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI), melaksananakan Seminar Nasional & Pelantikan pengurusnya untuk periode masa bakti 2018-2022. Seminar Nasional dan Pelantikan tersebut dilangsungkan pada Sabtu 27 April 2019 yang lalu di Gedung Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH), Bogor. 

Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum PB PDHI, Drh Munawaroh. Dalam sambutannya setelah melantik pengurus ASKEMAVETI, ia berharap agar ASKESMAVETI juga mendukung program – program PB PDHI saat ini. “Sebagai salah satu Organisasi non-territorial, ASKESMAVETI juga memiliki peran penting, terutama dalam food hygiene, food safety, dan food security. Selain itu ASKESMAVETI juga banyak bersinggungan dengan isu – isu zoonosis yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Oleh karenanya peran dan eksistensi dokter hewan terutama sangat dibutuhkan disitu. Saya harap seminar ini berjalan dengan sukes, juga pengurus baru yang dilantik dapat menjalankan tugasnya dengan baik,” tutur Munawaroh.

Ketua Umum ASKESMAVETI Drh Sri Hartati dalam pidatonya menyatakan bahwa Kesmavet sebagai salah satu cabang ilmu dari kedokteran hewan berperan juga dalam menyehatkan masyarakat (manusia). “Kita harus ingat bahwa sejatinya tujuan akhir dari kesehatan hewan adalah kesehatan manusia. Selain itu, peranan dokter hewan dalam menjamin tersedianya pangan asal produk hewan yang safety dan secure juga tidak boleh dikesampingkan,” tutur Sri. Ia mengajak serta kepada khususnya anggota ASKEMAVETI dan umumnya kepada dokter hewan, untuk berkontribusi di masyarakat.

Selain pelantikan pengurus, diadakan pula seminar dengan dua pembicara yakni Drh Syamsul Ma’arif (Direktur Kesmavet Kementan), juga Drh Denny Widaya Lukman. Drh Denny Widaya Lukman dalam presentasinya berbicara banyak terkait Kesehatan Masyarakat Veteriner, ruang lingkup, dan aplikasinya. Sementara Drh Syamsul Ma’arif menjabarkan tentang tantangan yang dihadapi oleh para dokter hewan di masa depan khususnya bidang Kesmavet.(CR)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer