PDHI GELAR PELATIHAN PENANGGUNG JAWAB TEKNIS PRODUK HEWAN
URGENSI SERTIFIKASI NKV PADA BUDIDAYA UNGGAS PETELUR
![]() |
Suasana Webinar |
Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI), Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (ASKESMAVETI), dan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian RI melaksanakan Webinar bertajuk Obrolan Ringan Kesmavet (ORKES) pada Sabtu (9/12) melalui daring Zoom Meeting.
Tema yang diangkat dalam webinar pada hari itu yakni Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada usaha budidaya unggas petelur. Lebih dari 50 peserta mengikuti acara tersebut. Hadir sebagai narasumber yakni Drh Siwi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor), Drh Sri Hartati (ASKESMAVETI), Drh Yosi (PT Alfindo), dan Drh Diah Nurhayati (Direktorat Kesmavet Kementan RI).
Tujuannya yakni sebagai sosialisasi mengenai sertifikat NKV pada unit budidaya unggas petelur baik bagi dokter hewan yang terjun langsung di lapangan, peternak, bahkan dinas - dinas yang menaungi fungsi - fungsi peternakan di tiap kota, kabupaten, dan provinsi.
Dalam sambutannya Ketum ADHPI Drh Dalmi Triyono mengatakan bahwa NKV masih menjadi kegelisahan bagi peternak dan dokter hewan yang berkecimpung di peternakan unggas petelur. Hal tersebut menurut dia lantaran masih banyak hal yang ambigu dan belum dapat dipahami sepenuhnya terkait sertifikasi NKV di tingkat peternak dan bahkan dokter hewan yang bergerak di perunggasan.
"Atas kekhawatiran ini kami berkoordinasi dengan ASKESMAVETI, lalu kami coba mengedukasi anggota PDHI dan peternak terkait ini melalui acara ORKES ini. Semoga acara ini menambah pemahaman kita semua terkait NKV," tutur dia.
Pada kesempatan yang sama Ketum ASKESMAVETI Drh Renova Ida Siahaan menyambut baik acara ini. Menurutnya, seritfikasi NKV yang telah digalakkan kepemilikannya oleh pemerintah sejak 13 tahun yang lalu nyatanya masih sulit diimplementasikan di lapangan.
"Mungkin baru sebagian kecil saja unit usaha budidaya unggas petelur yang memilikinya, bahkan yang kami ketahui baru 10% saja di seluruh Indonesia. Saya berharap dari pertemuan ini dokter hewan di lapangan yang bergelut di peternakan unggas petelur juga bisa jadi promoter dan mitra agar peternak mau memiliki sertifikat NKV," kata Renova.
Alur pendaftaran Sertifikasi NKV diperesntasikan oleh Drh Diah Nurhayati. Dirinya secara rinci menjelaskan terkait background, esensi, dan perincian dokumen dan persyaratan lain yang digunakan untuk mendaftarkan sertifikasi NKV. Selain unsur administratif, ia juga menjelaskan aspek teknis terkait sarana dan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh unit usaha yang hendak mendaftarkan sertifikat NKV.
Selanjutnya terkait pendaftaran sertifikat NKV melalui aplikasi SISKAS NKV yang terintegrasi OSS dijelaskan oleh Andika Wahyu. Ia mengatakan bahwa aplikasi tersebut dibuat untuk mempermudah pemohon dalam mendaftarkan dan memantau status sertifikat NKV-nya. Selain itu aplikasi juga akan memudahkan petugas dinas terkait untuk melakukan pengecekan, verifikasi, dan pengesahan terkait audit dan penerbitan NKV.
Update mengenai aspek teknis dan administrasi juga disampaikan oleh Drh Siswiyani dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor. Beberapa aspek teknis dan administratif tadi dilakukan untuk mempermudah peternak dalam mengurus sertifikat NKV dan mengaplikasikan persyaratannya di farm.
Yang menarik yakni ketika Drh Yosi dari PT Alfindo mempresentasikan materinya. Ia secara gamblang membeberkan pengalamannya mengurus sertifikat NKV, melaksanakan persyaratannya, serta benefit yang didapat dari diperolehnya sertifikat NKV.
Berbagai tanggapan dari peserta yang hadir juga mewarnai acara tersebut. Misalnya seperti aspek pendampingan dan penanggung jawab teknis NKV di farm, nasib peternak mikro yang kemungkinan merasa diberatkan dengan persyaratan, lama antrean dan waktu pengurusan, kurangnya tenaga auditor dari pemerintah, dan lain sebagainya. Rencananya ADHPI dan ASKESMAVETI akan kembali berkoordinasi melalui event serupa maupun kegiatan berbeda lainnya (CR).
PENGURUS ASKESMAVETI 2023-2026 RESMI DILANTIK
![]() |
Foto Bersama Pengurus Askesmaveti 2023-2026 |
Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) melangsungkan pelantikan pengurusnya untuk periode 2023-2026 di Laboratorium Kesmavet Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta (11/3) yang lalu.
Acara tersebut juga didahului oleh prosesi serah terima jabatan dari Ketum Askesmaveti sebelumya Drh Sri Hartati kepada Drh Renova Ida Siahaan yang disaksikan oleh Ketum PDHI Drh Muhammad Munawaroh.
Dalam Sambutannya Drh Munawaroh mengapresiasi atas dilaksanakannya acara pelantikan tersebut. Beliau juga mengingatkan peran dokter hewan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia.
"Dokter hewan Indonesia khususnya Askesmaveti harus bisa menjamin keamanaan dan ketahanan pangan asal hewani untuk masyarakat. Terlebih lagi negeri ini tengah menghadapi masalah berupa tingginya prevalensi stunting. Kita harus dapat bekerja sama bersama pemerintah dalam mengatasi persoalan ini," tutur Munawaroh.
Selain itu dalam rangka menjamin keamanan pangan asal hewan, pemerintah telah mewajibkan kepemilikan Nomor Kontrol Veteriner bagi produk pangan asal hewan. Munawaroh juga berharap agar Askesmaveti dapat mengedukasi para pelaku usaha agar memiliki NKV demi terjaminnya keamanan pangan asal hewan.
Dalam kesempatan yang sama Ketum Askemaveti Drh Renova Ida Siahaan turut menyapaikan program kerja Askemaveti. Ia ingin agar lebih adaptif, inovatif, dan kreatif dalam era transformasi digital serta dapat berperan sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan Kesmavet melalui peningkatan pemahaman masyrarakat akan pentingnya keamanan pangan dan promosi sumber protein hewani dalam penanganan stunting.
Di masa kepengurusannya ini, Renova juga hendak membuka ruang seluas-luasnya untuk berkolaborasi dengan setiap pemangku kepentingan dalam membangun Kesmavet.
“Ilmu Kesmavet akan tetap ada selama kita hidup, oleh karena itu sangat penting adanya pembangunan Kesmavet yang berkelanjutan” tuturnya. (CR)
Susunan Kepengurusan Askesmaveti Periode 2023 – 2026
Dewan Penasihat :
Prof. Dr. med. vet. drh. Mirnawati B. Sudarwanto
Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU.M.Sc
drh. Bachtiar Moerad
Dewan Pembina :
Dr. drh. Muhammad Munawaroh, MM
Dr. med. vet. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si
Direktur Kesmavet, Ditjen PKH
Dewan Pengurus
Ketua : drh. Renova Ida Siahaan, M.Si
Wakil Ketua : drh. Widarto, MP
Sekretaris : Dr. drh. Herwin Pisestyani, M.Si
Sekretaris I : drh. Agus Jaelani, M.Si
Sekretaris II : drh. Rani Erlina
Bendahara I : drh. Sri Hartati, M.Si
Bendahara II : drh. Ade Kusmiawati, M.Si
Bidang – bidang
Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Koordinator : drh. Ira Firgorita
Anggota :
drh. Anik Winanningrum
drh. Shinta Dewi
drh. Febi Ekasari Widiyanti
drh. Rudy Alfian Noor Manihuruk
Bidang Peningkatan Kompetensi
Koordinator : Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, MP
Anggota :
drh. Dwi Windiana, M.Si
drh. Novia Priyana
drh. Sri Mukartini, M.AppSc
drh. A.T. Soelih Estoepangestie
Dr. med. vet. drh. Hadri Latif, M.Si
drh. Mira Fatmawati, M.Si
drh. Thia Gaffiana
Bidang Humas dan Kerjasama
Koordinator : drh. Fitri Nursanti, M.Sc, MM
Anggota :
drh. Heni Widiastuti
drh. Duma Sari Margaretha Harianja, M.Si
drh. Risky Aprilian
drh. Eka Handayani, M.Si
drh. Doddy Darmawan
drh. Fathendra Taufiq Hidayat
drh. Ratu Dinda Putri Desyana
drh. Demas Dambo
Bidang Advokasi Kesmavet dan Kesrawan
Koordinator : drh. Tjahjani Widiastuti
Anggota :
drh. Endang Ekowati
drh. Imron Suandy, M.VPH
drh. Arianto Nugroho
drh. Vitasari Safitri, M.Si
Koordinator Wilayah
Sumatera 1 : drh. M. Kamil, MP
Sumatera 2 : drh. Noviani
Jawa : drh. Indriantari
Kalimantan 1 : drh. Siti Saniatun Sa’adah, M.Si
Kalimantan 2 : Dr. drh. Rosmelati Situmeang, M.Kes
Sulawesi 1 : drh. Nurlina Saking, M.Kes
Sulawesi 2 : drh. Isnaniah Bagenda
Bali : Dr. drh. Ketut Gede Nata Kesuma, M.MA
Nusa Tenggara : Dr. drh. Novalino HG Kallau, M.S
PERAN PROTEIN HEWANI WUJUDKAN GENERASI EMAS INDONESIA
Untuk mewujudkan generasi emas penerus bangsa, Indonesia mendapat bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan baik. “Salah satunya melalui terpenuhinya protein hewani,” ujar Ketua Askesmaveti, Drh Sri Hartati MSi.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, Drh Syamsul Ma’arif MSi, bahwa segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewani secara langsung atau tidak memengaruhi kesehatan manusia.
Kendati demikian, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang salah paham dengan konsumsi pangan asal hewani ini. Masih banyak penyalahgunaan bahan berbahaya, praktik pemalsuan daging, penyebaran informasi yang tidak benar, penerapan higiene dan sanitasi yang belum memadai, rendahnya pemahaman dan lain sebagainya menjadi tantangan berat keamanan pangan di Indonesia.
Padahal melalui konsumsi protein hewani yang aman, sehat, utuh dan halal, dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Hal itu seperti disampaikan Ahli Gizi Ibu dan Anak FKM UI, Prof Dr drg Sandra Fikawati MPH.
Ia menitikberatkan pada masalah stunting di Indonesia yang masih menjadi tantangan pengembangan SDM berkualitas. Dijelaskan, stunting akan menyebabkan kemampuan kognitif dan prestasi belajar rendah, tinggi tidak optimal, kualitas kerja tidak kompetitif.
“Kemudian kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit, berisiko tinggi munculnya PTM (diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah), serta berdampak pada produktivitas ekomoni rendah,” jelas Prof Sandra.
Hal yang sama juga disampaikan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof Drh M. Rizal M. Damanik Mrep Sc Phd, bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kondisi kekurangan gizi kronis. Data Survei Status Gizi Balita 2021, angka stunting nasional sebesar 24,20%.
Oleh karena itu, pada 1.000 pertama kehidupan yang merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak, penting untuk memberikan asupan gizi yang kuat, diantaranya zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral).
Asupan protein bisa didapat dari nabati (tahu, tempe, kacang) dan hewani (daging, susu, telur, ikan). “Protein hewani sangat penting karena memiliki asam amino esensial (AAE) yang lengkap dan banyak dibanding protein nabati. Pangan hewani juga memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam dan berkualitas yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh,” pungkasnya. (RBS)
UPAYA KEMENTAN MENANGKAL HOAX TELUR PALSU
![]() |
Drh Pujiono mengklarifikasi hoax telur palsu di Kediri |
Beberapa waktu yang lalu media sosial kembali dihebohkan oleh isu telur palsu yang ditemukan oleh seorang wanita di kota Kediri. Dalam sebuah video yang beredar, tampak sejumlah telur ayam dalam kondisi terpecah yang isinya tampak kental menyerupai jel. Namun setelah dilakukan uji laboratorium, telur tersebut ternyata asli dan emak-emak tersebut meminta maaf.
Menanggapi isu ini Kementerian Pertanian cq Ditjen Peternakan dan Keswan menggelar talk show bertajuk "Kesmavet Talk : Hati - Hati telur palsu". Acara tersebut diselenggarakan secara live streaming melalui daring instagram dan facebook ditjen peternakan dan kesehatan hewan pada Kamis (20/5) yang lalu.
Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB University sekaligus Anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian Dr Drh Denny Widaya Lukman dan perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri Drh Pujiono.
Dalam paparannya, Dr Denny menjelaskan segala aspek mengenai telur. Dari proses pembentukan telur, cara memperlakukan dan menyimpan telur, hingga cara memilih telur yang baik dan layak makan dijelaskan secara mendetail dengan bahasa yang mudah dimengerti.
"Isu telur palsu ini sudah berkali-kali muncul seperti isu daging ayam yang mengandung hormon, saya tegaskan sekali lagi, tidak akan ada yang namanya telur palsu secanggih apapun teknologi yang manusia miliki," tutur Denny.
Denny menghimbau kepada para konsumen agar lebih rajin membaca dan memilih berita agar tidak mudah termakan isu hoax, terlebih lagi menyebarkan isu tersebut ke media sosial. Karena tentunya hal ini juga akan merugikan sektor peternakan akibat ketakutan makan telur palsu yang sebenarnya adalah hoax.
Drh Pujiono selaku perwakilan pemerintah daerah kemudian menjelaskan kronologi peristiwa beredarnya video tersebut di berbagai laman media sosial. Menurutnya itu hanya kesalahpahaman dan salah handling telur saja.
Telur tersebut dimasukkan ke dalam kulkas bagian bawah, bukan freezer. Setelah lima hari dipecahkan oleh si Ibu tetapi tidak bisa. Selain itu cangkangnya sulit dipecahkan, putih dan kuningnya mencair dan bercampur menjadi satu. Tidak seperti telur pada umumnya. Bahkan dari dalam telur keluar cairan bening yang kemudian mengeras seperti lem. Kulit ari yang berada di dalam cangkang juga kenyal saat ditarik," tutur Pujiono.
"Setelah diperiksa di laboratorium oleh tim kami, 10 butir sampel telur tersebut bukanlah telur palsu melainkan membeku karena suhu yang terlalu dingin, nah ini kan berarti salah handling dan salah paham tapi tidak dilakukan klarifikasi alias tabayyun," tambah Pujiono.
Pujiono kemudian menghimbau agar kaum ibu - ibu tidak terburu - buru untuk langsung membuat postingan seperti itu dan menyebarkannya. Karena selain dapat menyebabkan keresahan, sang pembuat dan penyebar juga dapat dipidanakan karena menyebarkan hoax.
"Ini merupakan cambuk juga bagi kami agar lebih dekat dan mengedukasi masayarakat lebih luas. Saya harap isu ini tidak lagi terulang, pemerintah sedang gencar meningkatkan konsumsi telur, karena isu ini program tadi dapat terhambat, bahkan membuat peternak dan pedagang telur rugi," tukas Pujiono.
Senada dengan Pujiono, Denny juga menghimbau kepada kaum ibu - ibu agar lebih cerdas, banyak membaca, menggali informasi, dan kritis dalam menghadapi isu - isu terkait hal tersebut. Ia juga mengajak kepada seluruh stakeholder di dunia peternakan agar senantiasa dan tidak bosan mengedukasi masyarakat agar tidak mudah termakan hoax.
Kemenkominfo bahkan beberapa waktu yang lalu pernah merilis bahwa hoax beredarnya telur palsu ini menempati peringkat ke-6 dari beberapa hoax yang meresahkan masyarakat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. (CR)
SEMINAR NASIONAL & PELANTIKAN PENGURUS ASKESMAVETI PERIODE 2018-2022
Begini Penatalaksanaan Hewan Kurban yang Baik dan Benar
![]() |
Pembicara (dari kiri): Ira Firgorita, Supratikno, Hadri Latif, Drh Deni Noviana (moderator) dan H. Romli. (Foto: Ridwan) |
Memasuki Hari Raya Idul Adha 1439 H yang jatuh pada 22 Agustus 2018, Asosiasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Indonesia (Askesmaveti) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jabar II dan IKA FKH IPB, melaksanakan seminar nasional bertajuk “Penatalaksanaan Hewan Kurban yang Baik dan Benar”.
Menurut Ketua Askesmaveti, Fitri Nursanti Poernomo, kegiatan ini diadakan untuk memberi pemahaman dan pengertian kepada masyarakat mengenai penanganan hewan kurban yang baik dan benar. “Semoga acara ini bermanfaat dan berkah bagi kita semua,” ujarnya di Gedung Bimtek BPMSPH, Bogor, Kamis (16/8).
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner (Dirkesmavet), Kementerian Pertanian, Syamsul Maarif, yang turut hadir sebagai keynote speech, mengemukakan, ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kurban, yakni kesehatan hewan kurban, proses penyembelihan hewan kurban agar halal dan distribusi hewan kurban.
“Sebab pemotongan hewan kurban ini tidak boleh main-main. Semua masyarakat ikut terlibat. Diharapkan pemotongan hewan kurban bisa dilaksanakan sesuai aturan dan syariat islam, serta memenuhi unsur Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH),” kata dia.
![]() |
Dirkesmavet, Syamsul Maarif, menjadi keynote speech dihadapan peserta, didampingi Ketua Askesmaveti, Fitri Nursanti Poernomo. (Foto: Ridwan) |
Agar pemotongan memenuhi aturan tersebut, H. Romli Eko Wahyudi, Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kabupaten Bogor, yang menjadi pembicara, memaparkan tahapan penyembelihan kurban yang baik dan benar. Mulai dari waktu penyembelihan (10, 11, 12 dan 13 bulan dzulhijjah), jenis hewan kurban (unta, domba/kambing, sapi, kerbau dan sejenisnya), umur mencukupi, musinnah dari kambing usia satu tahun (masuk tahun kedua), musinnah sapi dua tahun (masuk tahun ketiga) dan unta genap lima tahun (masuk tahun keenam). Kemudian hewan kurban yang disembelih atas nama Allah dan terpotongnya tiga saluran (nafas, makanan dan darah).
“Tata caranya penyembelihan dengan membaca Bismillahi Allahu Akbar, salawat kepada nabi, hewan kurban menghadap kiblat dan membaca takbir,” jelas Romli.
Ia menambahkan, bagi juru penyembelih kurban diwajibkan kepada Muslim yang taat, baligh, memiliki pengetahuan Islam, sehat jasmani dan rohani, serta bebas dari luka atau penyakit yang bisa mencemari produk (daging kurban).
Selain itu, lanjut dia, perlakuan kepada hewan kurban sebelum disembelih juga penting untuk diperhatikan. Kerap kali di lapangan, Romli masih menemukan perlakuan terhadap hewan kurban yang asal, seperti pakan dan minum seadanya, tidak diberikan tempat berteduh, tempat penyembelihan yang terlalu terbuka dan lain sebagainya.
Untuk menghindari hal itu, Drh Supratikno, Dosen Anatomi Fisiologi Kedokteran IPB, menjelaskan, pentingnya perlakuan antemortem sebelum hewan disembelih. Hal ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan dan kesehatan, serta menghindari pemotongan ternak betina produktif.
Pemeriksaan tersebut, kata dia, tetap berpedoman pada prinsip kesejahteraan hewan. “Hewan kurban ditempatkan pada penampungan minimal yang memiliki atap, disediakan tempat pakan dan minum, menjelang penyembelihan dipuasakan selama 12 jam untuk menghindari isi perut yang berlebihan,” kata Supratikno yang juga Anggota Halal Science Center IPB.
Lebih lanjut ia memaparkan, alat penyembelihan yang digunakan harus benar-benar tajam untuk menghindari tersiksanya hewan kurban saat disembelih. “Pisaunya harus tajam dan ukurannya mencukupi, dilakukan dengan satu kali sembelih atau dua kali dengan pisau tetap menempel pada leher kurban,” jelas dia.
Dengan terpenuhinya seluruh penanganan dan proses penyembelihan sesuai aturan, kata Supratikno yang juga Asesor Juru Sembelih Halal ini, akan memberikan terjaminnya status kehalalan produk dan jaminan terhadap kualitas daging yang dihasilkan.
Pada kesempatan tersebut, juga menghadirkan narasumber lain, yakni Drh Ira Firgorita dari Direktorat Kesmavet dan Dr Drh Hadri Latif, Dosen Kesmavet FKH IPB. Seminar dihadiri oleh 97 peserta yang terdiri dari 46 dokter hewan. (RBS)
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Ayam abang adalah ayam ras petelur yang sudah memasuki masa “pensiun” bertelur. (Foto: Dok. Infovet) Ayam abang menjadi salah satu bisnis “s...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Hijauan kering dan jerami kering Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipan...
-
Dari sekian banyak jenis ayam pedaging, berikut adalah 6 dari jenis-jenis ayam pedaging yang populer di Indonesia. Artinya cukup banyak dite...
-
Dalam dunia peternakan bebek, proses penetasan telur menjadi salah satu kunci utama keberhasilan produksi Day Old Duck (DOD). Terdapat dua c...