-->

GEBRAKAN AFFAVETI: SINERGISME DOKTER HEWAN DAN APOTEKER DI BIDANG OBAT HEWAN

Seminar sinergisme dokter hewan dan apoteker di bidang obat hewan. (Foto: Dok. Infovet)

Diawali pelantikan pengurus AFFAVETI periode 2024-2029, seminar Gebrakan AFFAVETI "Sinergisme Dokter Hewan dan Apoteker di Bidang Obat Hewan" digelar di Gedung Start Up Center IPB Taman Kencana, Sabtu (24/8/2024).

Sesuai tema yang diangkat, Ketua AFFAVETI, Drh Ni Made Ria Isriyanthi, mengatakan bahwa sinergisme ini menjadi suatu ajang ilmiah untuk bisa berbagi pengetahuan terkait farmasi veteriner ke depan.

"Ini menjadi suatu ajang ilmiah bagaimana kita bisa sharing ke depannya antara dokter hewan dan apoteker," katanya.

Seminar yang dipandu oleh Wakil Ketua I AFFAVETI, Dr Drh Andriyanto MSi, menghadirkan pembicara di antaranya Dr Apt Nunung Yuniarti SF MSi (Fakultas Farmasi, Apotek Veteriner UGM), Drh M. Munawaroh (Ketua PDHI), dan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD.

"Dengan beragam isu yang ada seperti AMR, medicated feed, kemudian adanya cara pembuatan obat hewan yang baik, dan cara distribusi obat hewan yang baik, sehingga memunculkan peran sinergisme antara apoteker dan dokter hewan," ujar Nunung Yuniarti.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa apotek veteriner memiliki peran utama, yakni menjamin ketersediaan obat hewan, menjamin penggunaan obat hewan yang benar dan aman, menjamin distribusi obat hewan yang benar dan aman, serta menyediakan kebutuhan terapi veteriner meliputi pelayanan resep veteriner, alat kesehatan, dan sarana penunjang lainnya.

Pada kegiatan tersebut juga ditampilkan pleno pembukaan Prodi Farmasi Veteriner SKHB IPB yang disampaikan oleh Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, Dr Drh Amrozi, yang mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak di antaranya pemerintah, asosiasi, perusahaan, dan lain sebagainya. (RBS)

VISION : BAKTI SOSIAL ALA PDHI JABAR VI

PDHI Jabar VI Sukses Menggelar Bakti Sosial Bertajuk Vison
(Foto : CR)


Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke-79, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Jawa Barat VI yang meliputi Kota dan Kabupaten Sukabumi, serta Kabupaten Cianjur mengadakan acar bakti sosial bertajuk Vision (Veterinary Social Action). Acara tersebut digelar di Living Plaza Sukabumi pada Minggu 11 Agustus 2024 yang lalu. 

Ketua panitia Vision Drh Muhammad Supika dalam sambutannya menyatakan rasa syukurnya karena acara tersebut banyak mendapat dukungan dari masyarakat, komunitas, dan stakeholder di daerahnya sehingga dapat terlaksana dengan baik. Ia juga mengatakan bahwa acara ini digelar sebagai bentuk pengabdian dokter hewan Indonesia khususnya di area kerja PDHI Jabar VI.

"Sebagaimana semboyan PDHI, manusya mriga satwa sewaka, kami di dalam acara ini berusaha memberikan yang terbaik bagi lingkungan sekitar kami baik dalam urusan kesehatan hewan serta menjamin kualitas bahan pangan asal hewan. Tentunya semua itu adalah bentuk pengabdian kami dalam mewujudkan kesejahteraan manusia melalui dunia hewan," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, ketua PDHI Jabar VI yakni Drh Riki Barata dalam sambutannya juga menyatakan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam acara tersebut. Menurutnya ini bukan kali pertama PDHI Jabar VI melakukan kegiatan bakti sosial, dimana setiap tahun acara bakti sosial rutin mereka gelar.

"Kami alhamdulillah setiap tahun proaktif melakukan acara serupa, bentuknya pun berbeda. Pada saat Covid kemarin, kami membagikan 1000 masker kepada masyarakat, kemudian ada juga kegiatan bakti sosial lain yang berkaitan dengan profesi," kata dia.

Dirinya juga berharap agar PDHI Jabar VI dapat terus rutin melaksanakan kegiatan serupa meskipun dengan bentuk yang berbeda tiap tahunnya. Karena menurutnya kegiatan bakti sosial amat krusial selain sebagai ajang eksistensi dan silaturahmi, tetapi juga sebagai pengejawantahan kepedulian dokter hewan kepada masyarakat.

Mewakili PJ Walikota Sukabumi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Sukabumi Adrian Hariadi menyampaikan rasa banggan dan mengapresiasi kegiatan tersebut setinggi - tingginya. Adrian menyebut bahwa PDHI Jabar VI merupakan salah satu mitra strategis Pemerintah Kota Sukabumi yang kiprahnya selalu dinantikan.

"Kami mendukung penuh kegiatan ini, dan juga menyambut baik acara ini. Kebetulan acara seperti ini sudah kesekian kalinya oleh PDHI Jabar VI dan kalau saya melihat dari antusiasme warga, acara ini bisa dibilang sukses. Semoga PDHI Jabar VI tetap eksis dan berkontribusi bagi wilayah kerjanya dengan kegiatan - kegiatan yang positif," tutup Adrian.

Minum Susu dan Makan Telur Sebagai Bentuk Kampanye Gizi
(Foto : CR)


Kegiatan Bermanfaat Nan Edukatif 

Masyarakat Antusias Mendonorkan Darah
(Foto : CR)

Dalam acara Vision tersebut terdapat berbagai rangkaian kegiatan yang dilangsungkan oleh PDHI Jabar VI. Mulai dari senam pagi, pemeriksaan kesehatan hewan gratis, layanan USG gratis, vaksinasi rabies gratis, donor darah, kampanye gizi protein hewani, expo dan bazar, serta acara talk show mengenai nutrisi hewan peliharaan. 

Dalam acara talkshow narasumber yang dihadirkan pun bukan kaleng - kaleng. Bertindak sebagai narasumber yakni Drh Moh Zaenal Abidin Mursyid selaku Veterinary Development Manager dari MARS Pet Nutrition. Talkshow tersebut dimoeratori oleh Drh Wingke yang juga merupakan salah satu dokter hewan praktisi hewan kecil asal Kota Sukabumi.

Semakin Meriah Dengan Adanya Doorprize dan Hadiah
(Foto : CR)

Secara gamblang Drh Abid banyak menjelaskan kepada masyarakat yang hadir akan pentingnya pemberian nutrisi hewan kesayangan secara seimbang. Ditambahkan dengan berbagai tips merawat hewan kesayangan dari Drh Wingke yang semakin membuat acara talkshow semakin meriah. Berbagai pertanyaan dari pemilik hewan pun ditanyakan langsung, sehingga terjadi disuksi yang interaktif dan menarik. 

Pemeriksaan Kesehatan Hewan Gratis
(Foto : CR)

Berdasarkan data yang dihimpun oleh panitia, sekitar 150 ekor hewan kesayangan yang terdiri dari berbagai macam spesies mulai dari kucing, anjing, ayam, dan hewan lain telah diperiksakan oleh tim dokter hewan dalam acara Vision tersebut. 

Dari kegiatan donor darah, sebanyak lebih dari 70 orang yang hadir dalam acara tersebut datang mendonorkan darahnya. Sejatinya ada 100 orang yang mendaftarkan diri, namun karena alasan kesehatan, hanya 70 orang saja yang diperbolehkan mendonorkan darahnya pada hari itu. 

Acara kian meriah dengan dibagikannya doorprize kepada peserta yang hadir. Doorprize diberikan secara diundi bagi mereka yang beruntung dan juga melalui kuis interaktif yang diadakan oleh panitia. Semoga kegiatan serupa dapat dilangsungkan oleh PDHI di cabang lainnya sebagai bentuk kepedulian dan eksistensi dokter hewan Indonesia dalam membangun bangsa. (CR)


FAO DAN KEMENTAN UNDANG BARA GELAR WORKSHOP AMR

Foto Bersama Para Peserta dan Trainer

Resistensi antimikroba (AMR) tentunya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Isu tersebut bahkan merupakan salah satu topik yang dibahas oleh para pemimpin dunia pada KTT G-20 di bali beberapa waktu yang lalu.

Indonesia sendiri masih berjuang dalam mengendalikan resistensi antimikroba. Dengan tujuan studi banding sekaligus berbagi pengalaman, FAO ECTAD Indonesia bersama Kementan melaksanakan kegiatan workshop mengenai AMR bertemakan MPTF - BARA Traning and Workshop di Hotel Aston Priority, Jakarta Selatan (23/5) lalu. Pesertanya merupakan semua stakeholder baik pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang medis, akuakultur, dan pertanian yang bersinggungan dengan penggunan antimikroba. 

Kasubdit POH Drh Ni Made Ria Isriyanthi yang hadir mewakili Direktur Kesehatan Hewan dalam sambutannya menyatakan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung keberlangsungan acara tersebut. Ia menyebut bahwa pelatihan ini merupakan upaya dari pemerintah dalam mengendalikan resistensi antimikroba.

"Kita berkolaborasi dengan BARA dan FAO juga bukan tanpa alasan, di Bangladesh kampanye AMR ini sangat masif, dan kita bisa mengambil hal - hal positif dari mereka," tutur Ria.

BARA (Bangladesh AMR Response Alliance) sendiri merupakan organisasi independen yang terdiri dari bermacam profesi yang berhubungan dengan medis seprti dokter, dokter hewan dokter gigi, apoteker, dan semua pihak yang berkecimpung di sektor keamanan pangan, akuakultur, dan pertanian secara luas.

Hal tersebut disampaikan oleh Jahidul Hasan selaku fasilitator / trainer dalam acara tersebut Pria yang berprofesi sebagai apoteker tersebut juga merupakan salah satu anggota BARA. Ia mengatakan bahwa BARA terbentuk sejak tahun 2018 atas keresahan mengenai resistensi antimikroba yang terjadi di Bangladesh.

Di negaranya, Jahidul mengatakan bahwa penggunaan antimikroba di berbagai sektor dapat dibilang sangat serampangan. Bahkan ia menyebut bahwa seorang profesor di satu rumah sakit besar di Bangladesh sampai terkaget - kaget bahwa bakteri yang diisolat dari rumah sakit tempatnya bekerja merupakan superbug alias bakteri yang resisten terhadap berbagai macam jenis antibiotik.

"Ini tentu sangat meresahkan, oleh karena itu kami berinisiatif membangun BARA. semua sektor kami rangkul, dokter, dokter gigi, dokter hewan, bahkan dari sektor akuakultur dan pertanian juga boleh, kami tidak membatasi keanggotaan kami, siapapun yang merasa terpanggil akan masalah ini boleh menjadi anggota kami," tuturnya.

Kegiatan yang dilakukan BARA antara lain melakukan penyuluhan, pendampingan, konsultasi, dan pelatihan ke masyarakat, pelajar, mahasiswa, kalangan medis, bahkan petani, peternak, dan pembudidaya ikan. Mereka umumnya melaksanakan kegiatan dengan pendekatan yang persuasif dan menyenangkan sehingga masyarakat menerima kedatangan mereka.

"Kami memulai dari bawah, mengumpulkan data, melihat apa yang terjadi, dan melakukan action sesuai dengan permasalahan yang ada di lapangan. Pemerintah pun ikut andil dalam hal ini, karena kami tahu bahwa data adalah hal yang penting juga bagi mereka dalam mengambil keputusan," kata Jahidul.

Dari data yang terkumpul, BARA kemudian mengolahnya dan menjadikanya aplikasi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Dari situlah masyarakat dapat mengakses isu tentang AMR, teredukasi, dan lebih menyadari pentingnya isu tersebut.

Dalam kesempatan yang sama Drh Erianto Nugroho selaku perwakilan FAO ECTAD Indonesia mengatakan bahwa program ini sangat bagus dan esensial bagi Indonesia yang tengah berjuang menghadapi AMR. Ia menilai dari sini Indonesia bisa banyak belajar, membagi dan berbagi pengalaman terutama challenge di lapangan terkait pengendalian AMR.

"Bisa saja kita membuat semacam organisasi kaya BARA, orang yang ikut yang benar - benar independen. Tapi sebagus - bagusnya program yang dibuat kalau masyarakatnya tidak aware akan hal ini juga rasanya percuma, jadi fokus utamanya bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat dulu ya mungkin," tutur dia.

Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari dimulai dari 23-26 Mei 2023. Diharapkan dengan selesainya kegiatan ini kapasitas Indonesia dalam mengendalikan AMR semakin meningkat dan lebih baik. (CR)


KEMERIAHAN ACARA PERINGATAN HUT PDHI KE-70

Ketum PDHI membuka acara jalan santai

Tiap tahun di tanggal 9 Januari merupakan hari yang spesial bagi dokter hewan Indonesia. Pasalnya, pada tanggal tersebut diperingati sebagai hari lahir organisasi yang menaungi Dokter Hewan di Seluruh Indonesia yakni Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Kini organisasi yang dipimpin oleh Drh Muhammad Munawaroh tersebut genap berusia 70 tahun. Dalam rangka memperingati tujuh dekade PDHI, pengurus pusat PDHI mengadakan acara puncak peringatan hari lahirnya dengan menggelar acara bertajuk Vet and Family Fun Walk.

Acara tersebut digelar pada Minggu (29/1) yang lalu bertempat di Taman Marga Satwa Ragunan, Jakarta. Dengan Tema PDHI Bersinergi & Berkolaborasi untuk negeri acara tersebut digelar dengan meriah. Tidak kurang sekitar 1000 orang dokter hewan hadir bersama dengan keluarganya dalam acara jalan santai tersebut.

Eksis dan Produktif

Ketua Umum PB PDHI Drh Muhammad Munawaroh dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa acara ini digelar untuk menunjukkan esksistensi profesi dokter hewan di Indonesia. Selain itu ajang ini juga menjadi media silaturahmi para kolega dokter hewan dari seluruh Indonesia agar saling memperkuat jejaraing dan lebih dapat produktif dan berkontribusi untuk negeri.

"Kita di sini sesekali mengadakan acara jalan santai, sambil ngobrol, menikmati udara pagi yang segar, kan enak toh?. Kita berbaur bersama, menikmati kebersamaan, seru – seruan bareng. Pesertanya juga bukan cuma dokter hewan di Jabodetabek saja, dari daerah juga banyak yang menuju kesini bela-belain hadir, demi silaturahmi," tutur dia.

Ketua panitia acara tersebut Drh Ani Juwita Handayani dalam sambutannya mengatakan bahwa ia tidak menginginkan acara ini bukan hanya sekedar kongko – kongko dan bag – bagi doorprize saja. Namun acara ini harus dapat dimanfaatkan oleh para anggota untuk berkolaborasi dan bersinergi agar dapat memberi kontribusi bagi negeri, dimana negeri ini sedang banyak mengalami wabah penyakit hewan dan tantangan lain yang membutuhkan peran dokter hewan untuk mengambil perannya.

Tidak lupa Drh Ani menyatakan rasa terima kasihnya kepada para panitia, peserta, dan sponsor yang telah berpartisipasi atas terselenggaranya acara tersebut sehingga dapat dilaksanakan dengan meriah, gegap dan gempita.

Artis dan Presenter Irfan Hakim Menerima Penghargaan dari PDHI


Penghargaan Bagi Insan Inspiratif

Dalam acara tersebut, PDHI memberikan beberapa penghargaan kepada beberapa insan yang dinilai memiliki kontribusi positif di dunia kedokteran hewan Indonesia. Salah satu penerima penghargaan tersebut yakni pencipta Mars Dokter Hewan Drh. Jiyono Notokesumo (Alm). Penghargaan tersebut pun diwakili oleh putra Drh Jiyono yakni Drh R. Nurcahyo. Ia pun mengungkapkan terima kasih dan rasa bangganya kepada PDHI atas penghargaan yang diberikan.

"Terima kasih kepada PDHI atas penghargaan yang diberikan, semoga PDHI semakin eksis, semakin berkontribusi untuk Indonesia dan semakin jaya. Sangat membanggakan mendengar lagu ciptaan almarhum dinyanyikan oleh ribuan dokter hewan di sini," tuturnya.

Insan lain yang mendapatkan penghargaan yakni artis dan presenter kondang Irfan Hakim. Dirinya dirasa memberikan kontribusi positif sebagai public figur yang menjadi penggagas edukasi pecinta Hewan di Masyarakat. Irfan juga dinilai membuat profesi dokter hewan semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia melalui kanal Youtube-nya.

"Saya gimana enggak dekat dengan dokter hewan coba, anak saya memang cuma ada 5, tapi itu yang manusia. Yang hewan ada banyak ratusan, mulai dari unggas, mamalia, ikan, semuanya ada. Kalau mereka sakit kan saya harus ke dokter hewan, saya harus nanya kepada pakarnya. Makanya saya merasa harus dan wajib ke dokter hewan," tuturnya.

Irfan juga mengatakan bahwa secara khusus ia mempekerjakan beberapa dokter hewan untuk menjaga hewan peliharaannya tetap sehat dan dalam kondisi prima.

"Kalau satwa liar saya konsul ke drh Slamet Raharjo, untuk burung saya ke drh Peter Kombo, belum lagi drh yang stay di rumah. Pokoknya saya serahkan semua masalah kesehatan hewan ke tangan yang tepat, karena memang merekalah yang mengerti," ungkap Irfan.

Ia juga mengungkapkan rasa bangga dan terima kasih yang sebesarnya kepada PDHI yang telah memberikan penghargaan dan menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dokter hewan Indonesia. Selama ini Irfan juga mengaku puas dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter hewan Indonesia.

Selain penghargaan, peserta juga berkesempatan mendapatkan doorprize yang diundi oleh panitia. Hadiah yang diberikan mulai dari merchandise menarik, sepeda, dan bahkan alat elektronik branded. Selamat ulang tahun yang ke-70 PDHI, semoga dokter hewan Indonesia tetap eksis dan komap sehingga dapat bersinergi dan berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai masalah di bidang kesehatan hewan di Indonesia (CR).

PELANTIKAN PENGURUS PDHI 2022-2026 BERLANGSUNG MERIAH

Foto Bersama Pengurus PB PDHI Periode 2022-2026


Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) melaksanakan pelantikan kepengurusan periode 2022-2026 di Hotel Borobudur pada Sabtu (3/12) yang lalu. Sejak terpilih kembali pada kongres yang berlangsung di Makassar di bulan Oktober yang lalu, Ketum PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengambil langkah cepat agar PDHI dapat bekerja lebih maksimal.Mengusung tema “PDHI Menuju Organisasi Profsional, Transparan, dan Akuntabel”, diharapkan kepengurusan baru dapat bekerja dengan lebih maksimal dari yang sebelumnya. 

Drh Muhammad Munawaroh dalam sambutannya menjelaskan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang menanti organisasi di tahun - tahun kedepan. Mulai dari isu di penyakit hewan menular, resistensi antimikroba, peran profesi, hingga isu otoritas dan undang - undang kedokteran hewan dibahas oleh beliau. 

"Saya berharap kita dapat berkontribusi bagi profesi kita dan masyarakat. Kami juga berharap feedback dari para stakeholder lainnya dalam bentuk, saran, kritik, maupun ide yang membangun agar organisasi ini dapat menjadi semakin baik," tutur Munawaroh.

Ia juga meminta komitmen dari tiap pengurus dalam menjalankan organisasi, dimana para pengurus harus siap untuk di re-shuffle apabila kinerja dan kontribusinya dinilai belum maksimal untuk organisasi.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kesmavet Drh Syamsul Ma'arif yang mewakili Dirjen PKH mengatakan bahwa sekarang adalah saat yang tepat bagi dokter hewan Indonesia untuk menunjukkan eksistensi dan memberikan kontribusi bagi masyarakat.

"Kita diuji dengan penyakit hewan menular, serta isu lain yang merujuk pada one health. Oleh karena itu kita harus bisa lebih berkontribusi, bukan berarti kemarin - kemarin tidak ada kontribusinya," kata dia.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Prof Drh Wiku Adisasmito Guru Besar UI sekaligus juru bicara pemerintah dalam penanggulangan PMK. Beliau menyebut bahwa kinerja dokter hewan Indonesia sudah baik dalam penanganan PMK, sehingga hingga kini wabah PMK cukup terkendali.

Namun begitu, Wiku masih menyayangkan akan kurangnya SDM dokter hewan di berbagai daerah, terutama ketika dalam kondisi wabah yang kini melanda peternakan Indonesia. 

"Kami sempat diprotes, kenapa menggunakan TNI - Polri dalam vaksinasi PMK kemarin, padahal kami juga sudah mengajak para kolega untuk berkontrbusi. Namun nyatanya memang tidak ada sistem dimana dokter hewan dari berbagai daerah untuk migrasi membantu penanganan wabah. Jadi kita hanya memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah itu saja, mudah - mudahan nanti kita punya semacam peraturan yang bisa membuat itu terjadi, sehingga wabah ini segera berakhir," tutur Wiku.

Ia juga sedikit menyayangkan bahwa dokter hewan Indonesia masih dinilai mementingkan ego sektoral oleh sebagian kalangan, terutama pemerintah pusat. Oleh karenanya ia berharap di kepengurusan berikutnya, PDHI harus lebih "extrovert" lagi kepada jajaran pemerintah pusat agar tetap eksis.(CR)

SUSUNAN PENGURUS BESAR
PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA MASA BHAKTI 2022 – 2026
Pembina :
Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., Ph.D.
Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepsSc, Ph.D
Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc
Prof. drh. Bambang Purwantara, M.Sc.Ph.D
Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, Msi
Prof. drh. Aris Junaidi, PhD
Dr. drh. Teuku Sahir Sahali, MM, M.Ak
Dr. drh. Rohidin Mersyah, MMA
Penasihat :
drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil., PhD
drh. Lukas Agus Sudibyo
drh. Sujarwanto
drh. FX. Sudirman
drh. Makmun, M.Si
Dr. drh. Nuryani Zaenudin, M.Si
drh. Syamsul Ma’arif, M.Si
drh. Indra Exploitasia Semiawan, M.Si
drh. Enny Pudjiwati, MM
Ketua Umum : Dr. drh. Muhammad Munawaroh, MM
Ketua I : drh. Bonifasius Suli Teruli Sitepu
Ketua II : Dr. drh. Agustin Indrawati, M.Biomed
Ketua III : drh. Ady Sasmita CPBC., CPPC
Ketua IV : drh. Siti Komariah
Sekretaris Jenderal : drh. Andi Wijanarko
Wakil Sekretaris Jenderal I : drh. Sariyanti, M.Si
Wakil Sekretaris Jenderal II : drh. Sugiyono
Bendahara Umum : drh. Suhartono, MM., M.Vet., CAT., CSA
Wakil Bendahara I : drh. Ani Juwita Handayani
Wakil Bendahara II : drh. Mirjawal
Ketua I Bidang Organisasi dan Keanggotaan, Advokasi dan Perlindungan Hukum Bidang Organisasi dan Keanggotaan
Koordinator : drh. Bayu Sulistya
Anggota :
drh. Moch. Nova Raditya, M.Sc
drh. Ramzi CA
drh. Denni Kurnia
Bidang Advokasi dan Perlindungan Hukum
Koordinator : Kol. Kes. drh. Martha Mangapulina, SH, MH
Anggota :
drh. Bilqisthi Ari Putra, M.Si
drh. Kemaz Aditya Dewangga, SH., M.Kn
Ketua II Bidang Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Profesi, Kepemimpinan Veteriner Bidang Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Profesi
Koordinator : drh. Vivin Aulia Rahmi
Anggota :
drh. RR Susthira Astasari
Dr. drh. Ambar Retnowati, M.Si
Bidang Kepemimpinan Veteriner
Koordinator : Drh. Agung Budiyanto, MP., PhD
Anggota :
Dr. Med. Vet. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si
drh. Joko Daryono
Ketua III Bidang Usaha Dana dan Kesejahteraan Anggota, Pembinaan Cabang dan UPNT Bidang Usaha Dana dan Kesejahteraan Anggota
Koordinator : drh. Ismanto
Anggota :
drh. Erry Setyawan, MM., PCAH., MAHM
drh. Vici Imshar
Bidang Pembinaan Cabang dan UPNT
Koordinator : drh. Puput Ridjalu Widjaya
Anggota :
drh. Jeck Ruben Simatupang
drh. Vici Eko Handayani
drh. Eka Dewi Wulandari, LCPC
Ketua IV Bidang Antar Lembaga, Hubungan Masyarakat dan Hubungan Luar Negeri Bidang Antar Lembaga dan Hubungan Masyarakat
Koordinator : drh. Shinta Rizanti Binol
Anggota :
drh. Dwiana Hayati
drh. Eko Prasetio
Bidang Hubungan Luar Negeri
Koordinator : Dr. drh. Sophia Setyawati, MP
Anggota :
drh. Loisa, M.Si
drh. Wywy Goulda March

PELATIHAN PJTOH ANGKATAN XXIII SUKSES DIGELAR VIRTUAL

Pelatihan PJTOH angkatan XXIII dibuka oleh Dirkeswan Dr Drh Nuryani Zainudin MSi, Rabu (23/3). (Foto: Dok. ASOHI)


JAKARTA, 23-24 Maret 2022. Melalui fasilitas zoom meeting, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali melaksanakan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH) angkatan XXIII mengingat situasi pandemi COVID-19 yang belum usai.

Drh Forlin Tinora selaku Ketua Panitia dalam laporannya menyampaikan, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan, ASOHI bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Hewan secara berkesinambungan melaksanakan Pelatihan PJTOH Bersertifikat dimana saat ini sudah mencapai angkatan XXIII.

Adapun materi pelatihan PJTOH secara garis besar tidak berubah, meliputi tiga bagian yaitu materi tentang perundang-undangan, materi kajian teknis (biologik, farmasetik feed additive, feed supplement, obat alami) dan materi tentang pemahaman organisasi dan etika profesi.

“Untuk ini kami menghadirkan pihak-pihak yang kompeten untuk menjadi narasumber yaitu Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Pakan, BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan), Komisi Obat Hewan (KOH), Tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik), PB PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia), Pusat Karantina Hewan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil), Ketua Umum ASOHI, beserta Ketua Bidang Peredaran Obat Hewan-ASOHI,” jelas Forlin.

Ia menambahkan, hingga tahun ini minat dokter hewan dan apoteker untuk mengikuti acara pelatihan PJTOH masih cukup tinggi. Peserta angkatan XXIII mencapai 100 orang dari perusahaan obat hewan dan pakan dari berbagai daerah. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran perusahaan dan para penanggungjawab teknis obat hewan/calon penanggungjawab teknis obat hewan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, dalam sambutannya menjelaskan tugas dari PJTOH. “Yakni memberikan informasi peraturan perundangan bidang obat hewan; memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis obat hewan yang akan diproduksi/diimpor; menolak produksi, penyediaan, peredaran dan repacking obat hewan ilegal; serta menolak peredaran dan repacking obat hewan yang belum mendapat nomor pendaftaran.”

Sementara PJTOH di pabrik pakan, ia menambahkan, memiliki tugas penting menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak dan menyetujui penggunaan bahan baku obat hewan jadi yang dicampur dalam pakan yang memenuhi syarat mutu atau menolak apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan di bidang obat hewan.

“Selain pelatihan PJTOH tingkat dasar ini, ASOHI merencanakan akan menyelenggarakan Pelatihan PJTOH Tingkat Lanjutan (advance). Pelatihan PJTOH tingkat lanjutan akan membahas topik-topik yang lebih mendalam, sehingga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tingkat dasar ini akan terus berkembang dan bermanfaat sesuai perkembangan zaman,” tukasnya.

Pada hari pertama pelatihan, pembicara pertama diisi oleh Direktur Kesehatan Hewan, Dr Drh Nuryani Zainuddin MSi, yang menyampaikan paparan berjudul Sistem Kesehatan Hewan Nasional. Kemudian dilanjutkan paparan dari Koordinator Substansi Pengawasan Obat Hewan, Drh Ni Made Ria Isriyanthi PhD, yang menyampaikan update seputar peraturan terbaru terkait obat hewan.

Pelatihan PJTOH Angkatan XXIII sangat dirasakan manfaatnya oleh peserta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, khususnya dalam menjalankan tugas sebagai penanggung jawab teknis obat hewan. (WK)

MUNAJAT CINTA IKA FKH IPB

Munas IKA FKH IPB 


Sabtu 12 Maret 2022 Ikatan Keluarga Alumni FKH IPB menggelar Musyawarah Nasional secara luring di Kampus FKH IPB Darmaga dan daring melalui Zoom Meeting. Tema yang diusung yakni munajat Cinta yang merupakan akronim dari Munas IKA dan Jalan - Jalan Civitas Akademika dimana selain Munas peserta yang ikut secara daring akan diajak melakukan tur virtual ke kampus FKH IPB dan melihat perkembangannya sekarang.

Dalam sambutannya Ketua Umum IKA FKH IPB periode 2016 - 2021 Drh Fitri Nursanti dalam sambutannya mengutarakan permintaan maafnya kepada para hadirin perihal Munas yang diundur karena pandemi Covid-19.

"Seharusnya Munas dilangsungkan pada tahun 2020 namun diundur sampai 2022, saya mohon maaf karena ini juga bukan keinginan kami dan segala keterbatasannya," tutur Fitri.

Ia juga berterima kasih kepada para pengurus IKA FKH IPB yang telah bekerja maksimal dalam menjalankan program - program yang telah disusun. Dirinya berharap Ketua Umum IKA selanjutnya dapat terus memajukan IKA dan terus mengharumkan nama almamater di kancah nasional.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut yakni Ketua Umum Himpunan Alumni IPB Walneg S. Jas. Ia mengapresiasi IKA FKH IPB sebagai salah satu organisasi alumni yang sangat aktif melaksanakan kegiatannya dan peduli pada adik - adik kelasnya.

"Saya dapat laporan kalau IKA FKH IPB memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan nilainya fantastis sampai lebih dari 1 milyar rupiah, ini sangat luar biasa, saya bangga dan salut kepada IKA FKH IPB. Semoga IKA FKH IPB terus bisa berkontribusi dalam kegiatan apapun termasuk kegiatan sosial," tuturnya.

Dekan FKH IPB Prof Drh Deni Noviana yang juga memberikan sambutan lebih lanjut juga memaparkan perkembangan kampus kekinian. Selain pembangunan beberapa infrastruktur baru, Deni juga mengatakan bahwa nantinya FKH IPB akan berubah nama menjadi Sekolah Kedokteran Hewan Bogor (SKHB). 

"Ini telah direncanakan sejak 2007, namun baru bisa dieksekusi sekarang. Hal ini pun telah lama digodog oleh rektorat secara matang. Kedepannya diharapkan akan menjadi lebih berkualtias dan kompetitif tanpa merubah kurikulum," kata dia.

Dalam acara Munas yang berlangsung terpilihlah Drh Gunadi Setiadarma sebagai Ketua Umum IKA FKH IPB yang baru. Semoga Ketua Umum IKA FKH IPB baru yang terpilih dapat menjalankan amanat tersebut dan semakin mengharumkan nama IKA di semua lini. 

MUKERNAS PDHI : FOKUSKAN UU KEDOKTERAN HEWAN

MUKERNAS PDHI : Menuju Organisasi Yang Lebih Profesional


Sabtu (4/12) yang lalu bertempat di Grand Whiz Hotel Poins Square Jakarta Selatan, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) melangsungkan Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) dengan tema  “Menuju Organisasi dengan Manajemen Profesional”. Selain digelar secara luring, acara tersebut juga digelar secara daring melalui aplikasi Zoom meeting.

Ketua Umum PB PDHI Drh Muhammad Munawaroh dalam sambutannya berterima kasih dan mengapresiasi para sponsor dan PDHI cabang yang telah menyuskeskan keberlangsungan acara tersebut. Menurutnya, kini PDHI semakin profesional dan semakin dipercaya oleh para stakeholder oleh karena itu meskipun bukan beroirentasi pada profit PDHI harus semakin solid dan profesional.

"Laporan keuangan kita surplus dan MUKERNAS kali ini kita akan membahas AD/ART agar lembaga ini semakin profesional kedepannya. Ini penting, karena dengan adanya AD/ART yang disusun rapi, kedepannya siapapun yang meneruskan tongkat estafer kepemimpinan organisasi ini punya pegangan akan dibawa kemana organisasi ini," tutur Munawaroh.

Selain itu disampaikan juga olehnya, bahwa MUKERNAS kali ini juga akan membahas dan memfokuskan pada UU Kedokteran hewan dan mendengarkan visi dan misi dari berbagai PDHI cabang. 

Munawaroh mengatakan bahwa nantinya UU kedokteran hewan akan memfokuskan pada perlindungan pada profesi dokter hewan dan juga akan banyak membahas terkait hewan piara alias pet and companion animal.

"Selama ini UU Peternakan yang kita miliki sudah cukup baik, namun masih hanya berfokus pada dokter hewan yang ada di Kementan, nah disitu juga banyak fokus pada hewan ternak. Sementara dalam UU Kedokteran Hewan yang baru ini, kita bukan hanya banyak membahas itu, kita juga akan membahas hewan dalam arti keseluruhan hewan dan dokter hewan yang juga bekerja di luar Kementan," tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini perkembangan terakhir dari draft UU tersebut sudah sampai ke telinga DPR dan sudah ditanggapi. Ia sendiri menargetkan minimal pada tahun 2025 nanti UU Kedokteran tersebut sudah dapat diterbitkan.

"Kita punya wakil di salah satu komisi di DPR yang juga dokter hewan, mudah - mudahan ini bisa cepat rampung. Bila perlu nantinya harus banyak juga dokter hewan menghuni gedung DPR untuk memperjuangkan aspirasi dokter hewan Indonesia," tutupnya. (CR)


GURU BESAR FKH UGM MERAIH PENGHARGAAN BESTARI AWARD



Prof. Michael (tengah) bersama perwakilan PDHI dan Tim Qilu Pharmaceutical 

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof. Dr. Drh Michael Haryadi Wibowo M.P. dinobatkan sebagai peraih penghargaan Bestari Award oleh PDHI bersama Qilu Pharmaceutical pada Sabtu (27/11) yang lalu.

Kepada Infovet ketika ditemui di Grha Dokter Hewan Indonesia yang berlokasi di jalan JOE Jakarta Selatan, Prof. Michael mengutarakan rasa syukur dan terima kasihnya atas penghargaan tersebut.

"Ini merupakan suatu hal yang istimewa dan luar biasa bagi saya, terima kasih untuk berbagai pihak yang telah memberikan support, terutama PDHI dan Qilu Pharmaceutical atas kepercayaannya kepada saya. Mudah - mudahan ini menjadi penambah motivasi saya dalam berkarya dan terus memajukan negeri ini dari sektor kesehatan hewan," tuturnya.

Prof. Michael dinilai layak mendapatkan penghargaan tersebut atas prestasi, inovasi, kreasi, dan kontribusinya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. Hal tersebut diutarakan oleh Dr. Heriyanti O. Utoro MA, Corporate Public Relation Qilu Pharmaceutical dalam kesempatan yang sama.

"Kami Qilu Pharmaceutical peduli akan perkembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan dan nutrisi hewan, penghargaan ini tentunya merupakan pengejawantahan hal tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Michael atas kontribusinya di bidang kesehatan hewan," kata wanita yang akrab disapa Ibu Oyen tersebut.

Ia melanjutkan bahwa Bestari Award juga memiliki filosofi tersendiri dimana makna dari kata Bestari yakni merujuk pada seseorang yang memiliki pengetahuan luas, berpendidikan baik, memilki budi pekerti yang luhur serta memiliki prakarsa, gagasan orisinal, inovatif, dan tentunya profesional. 

"Biasanya ungkapan bestari disandingkan dengan kalimat bijak bestari, yang memiliki makna cerdas dan bijaksana. Bestari ini bagi kita juga merupakan akronim yakni belajar, beramal seperti semangat matahari, dan kata Bestari pun sudah dibakukan dalam KBBI," tuturnya. 

Heryati juga menuturkan bahwasanya Bestari award nanti juga akan dianugerahkan kepada orang dari bidang lain seperti agribisnis, nutrisi ternak, bahkan bidang kebudayaan yang dinilai memiliki kriteria seperti di atas. 

Ketua Umum PB PDHI Dr. Drh Muhammad Munawaroh MM. memberikan sedikit testimonialnya terkait terpilihnya Prof. Michael sebagai peraih Bestari Award.

"Beliau merupakan salah satu orang yang berkontribusi dalam mitigasi wabah AI di Indonesia pada tahun 2003, yang sekarang sudah banyak lahir vaksin AI dari hasil mitigasi beliau. Selain itu beliau juga yang proaktif dalam meneliti bahkan menemukan beberapa penyakit unggas lainnya di tanah air seperti IB Varian, IBH, dan lainnya. Jangan juga dilupakan peran beliau dalam membantu peternak dan kontribusi beliau di dunia pendidikan, tentunya ini merupakan suatu hal yang luar biasa dan layak diapresiasi," kata Munawaroh.

Webinar Koksidiosis

Koksidiosis merupakan salah satu momok bagi peternak lantaran dapat menyebabkan hambatan dalam pencapaian performa ayam maksimal. Hingga kini koksidiosis menjadi momok menakutkan bagi peternak ayam baik broiler, layer, bahkan untuk level indukan (PS dan GPS).

Atas dasar tersebut Qilu Pharmaceutical bersama PDHI menyelenggarakan webinar dengan tema "Strategi Pengendalian Koksidiosis dan Efektivitas Antikoksidia" di hari yang sama melalui daring zoom meeting. Tercatat lebih dari 800 orang menghadiri webinar tersebut.

Bertindak sebagai keynote speaker dalam webinar tersebut yakni Dr Drh Muhammad Munawaroh MM. Pembicara yang dihadirkan pun merupakan konsultan dan juga guru besar FKH UGM yankni Prof. Charles Rangga Tabbu dan Prof. Gao Xing dari pihak Qilu Pharmaceutical Group. Webinar berdurasi lebih dari dua jam tersebut dimoderatori oleh praktisi perunggasan Drh Eko Prasetyo.

Prof. Charles memaparkan presentasinya sebanyak dua kali, dimana pada presentasi pertama beliau menjelaskan mengenai strategi pengendalian koksidiosis dan dalam presentasi kedua beliau memaparkan mengenai efektivitas sediaan antikoksidia dan aplikasinya. Sementara Prof. Gao Xing dalam presentasinya membawakan presentasi terkait pendekatan praktis dalam mengendalikan koksidia di peternakan broiler. 

Prof. Charles Rangga Tabbu memberikan materi webinar

Qilu Pharmaceutical merupakan perwakilan Qilu Pharmaceutical group di Indonesia yang merupakan salah satu produsen berbagai jenis produk Animal Health & Agricultural Solution terbesar di dunia. Dengan teknologi yang canggih dan muktahir, Qilu Pharmaceutical menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang menguasai 50% market share Pharmaceutical dunia untuk produk Salinomycin, Monensin, Maduramicin, Ceftiofur, Apramycin, Tylosin, Tilmicosin, Neomycin dan lain-lain.

Selain itu, untuk produk Biopestisidanya juga menguasai 60% market share dunia seperti Abamectin dan Spinosad.

Dengan hadirnya Qilu Pharmaceutical di Indonesia, diharapkan dapat turut menyumbang peran dalam membangun dunia peternakan dan agrikultural Indonesia yang lebih baik. (CR)



TRAINING OF TRAINER GANGGUAN REPRODUKSI DAN SECTIO CAESARIA

Foto bersama usai praktik sectio caesaria di Rembang dengan bimbingan dari Drh Heru Rachmadi. (Foto: Infovet/Heru)

Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, mengadakan Training of Trainer (TOT) bagi dokter hewan puskeswan seluruh Indonesia yang dilaksanakan di Bogor, Rembang dan Semarang, dalam rangka pengembangan kompetensi petugas medik reproduksi dalam pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi dan sectio caesaria pada sapi.

Pelatihan bertujuan menyeragamkan kemampuan teknis dokter hewan di daerah sehingga dalam penanganan gangguan reproduksi dan sectio caesaria yang mumpuni dan merata.

Pelaksanaan TOT di Bogor (14-19 September 2021), Rembang (27 September-1 Oktober 2021) dan Semarang (18-22 Oktober 2021) yang diikuti 59 dokter hewan dari Jawa Barat, Banten, Sumatra Utara, Lampung, Jawa Timur, Yogyakarta, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sumatra Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Bali, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara. Kegiatan tahap berikutnya akan dilaksanakan pada November mendatang di Malang.

Adapun materi yang diajarkan di TOT merupakan hasil penyusunan modul yang telah dilaksanakan di Yogyakarta Juni 2021 lalu. Modul yang tersusun sebanyak 11 berisi teori lengkap dilanjutkan dengan praktik dipandu oleh narasumber dan instruktur berkompeten dan berpengalaman di bidang reproduksi, diantaranya Drh R. Kurnia Achjadi MS (FKH IPB), Drh Agung Budiyanto MP PhD dan Dr Drh Surya Agus Prihatno (FKH UGM), Dr Drh Langgeng Priyatno MSi (Universitas Brawijaya), Drh Considus Tophianong MSc (Universitas Nusa Cendana), Drh Deddy Fachrudin (Malang). Sementara untuk sectio caesaria menghadirkan Drh Fathul Bahri (KPSBU Lembang) dan Drh Heru Rachmadi (Lombok, NTB).

“Diharapkan setelah mengikuti kegiatan TOT ini para peserta dapat memanfaatkan, mempraktikkan dan membagikan ilmunya kepada dokter hewan lain guna membangun peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia menjadi lebih baik,” kata Heru. (Heru Rachmadi/Infovet NTB)

PDHI LAMPUNG SELENGGARAKAN WEBINAR COVID-19 PADA HEWAN DAN PRODUKNYA

Webinar PDHI Lampung 


Jum'at 13 Agustus 2021 PDHI Lampung mengadakan webinar via daring zoom meeting bertajuk "Covid-19 Pada Hewan dan Produk Hewan, Perlukah Dikhawatirkan?". Webinar tersebut dihadiri lebih dari 400 peserta dari Sabang sampai Merauke. 

Ketua Umum PDHI Lampung Drh Nanang Purus Subendro mengatakan bahwasanya isu tentang Covid-19 kian merebak luas bahkan beberapa waktu belakangan beberapa jenis hewan diduga terinfeksi Covid-19 seperti harimau di Kebun Binatang Ragunan yang menyita perhatian publik. Oleh karena itu Nanang mengingatkan betapa pentingnya isu ini untuk dibahas oleh dokter hewan agar dapat mengedukasi masyarakat lebih jauh.

Narasumber pertama yang menyajikan materi yakni Drh Harimurti Nuradji peneliti Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Dalam presentasinya beliau banyak memaparkan tentang seluk beluk Coronavirus baik pada hewan dan manusia. Dirinya juga banyak menjelaskan mengenai kemungkinan Covid-19 dapat menginfeksi hewan dari manusia karena kesamaan reseptor virus Covid-19 dengan beberapa hewan domestik dan hewan liar.

"Sebagaimana kita ketahui bahwa reseptor Covid-19 adalah ACE-2 (Angiotensin Converting Enzyme 2) yang dimiliki oleh beberapa jenis hewan seperto kucing, mink , dan beberapa hewan lainnya. Oleh karena itu jika ada kemiripan mungkin hal tersebut terjadi," tukas Harimurti.

Ia juga memaparkan bahwasanya institusinya (BBALITVET Bogor) telah melakukan screening dan surveilans Covid-19 pada hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, terutama yang pemiliknya merupakan penyintas Covid-19. Dari hasil pemeriksaan tersebut belum ditemukan adanya kucing dan anjing yang terinfeksi oleh Covid-19. Terakhir ia berpesan kepada pemilik hewan dan dokter hewan di seluruh Indonesia agar masyarakat jangan sampai takut memelihara hewan karena belum ada bukti secara ilmiah Covid-19 dapat menular dari hewan ke manusia.

Tak kalah penting, narasumber kedua Drh Dyah Ayu Widiasih Kepala Departemen Kesmavet FKH UGM. Ia banyak memaparkan mengenai cemaran Covid-19 pada produk hewan seperti daging sapi, ikan, dan bahkan produk olahan.

"Sudah beberapa kali ekspor ikan RI ditolak oleh Tiongkok karena tercemar oleh Covid-19, tentunya ini merugikan negara. Tiongkok juga pernah menolak impor daging ayam dari Brasil karena juga tercemar oleh Covid-19. Makanya ini penting agar devisa suatu negara tidak berkurang," tutur Dyah.

Dyah mengutarakan bahwa kemungkinan tercemarnya produk - produk tadi disebabkan oleh pekerja dalam rantai produksi yang kemungkinan positif Covid-19 baik bergejala maupun tidak. Oleh karenanya sangat penting menerapkan SOP kesehatan pekerja yang baik dikala pandemi sedang berlangsung.

Namun begitu, Dyah juga menyatakan bahwa menurut hasil investigasi WHO, FAO, dan OIE belum ada kasus Covid-19 yang diakibatkan karena mengonsumsi produk yang tercermar oleh Covid-19, jadi masyarakat dihimbau untuk tidak takut mengonsumsi produk asal hewan, terlebih lagi sumber protein hewani sangat penting dalam membentuk sistem imun yang baik.(CR)

ASOHI KEMBALI LAKSANAKAN PPJTOH, PELATIHAN WAJIB BAGI DOKTER HEWAN

Pelatihan PJTOH angkatan XXI diikuti sekitar 120 orang peserta. (Foto: Dok. ASOHI)

Melalui daring Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PPJTOH) angkatan XXI, pada 17-18 Maret 2021. Pelatihan ini merupakan sesuatu yang wajib diikuti bagi para dokter hewan, terutama yang bekerja di perusahaan obat hewan, pabrik pakan, pet shop, poultry shop, maupun medis veteriner di peternakan. 

Dihadapan sekitar 120 orang peserta, Ketua Umum ASOHI, Drh Irawati Fari, menyampaikan bagaimana tugas PJTOH pada perusahaan obat hewan dan pakan telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan No. 01/kpts/SM.610/F/01/05 tahun 2005.

Adapun tugas dari PJTOH, lanjut Ira, diantaranya memberikan informasi tentang peraturan perundangan bidang obat hewan kepada pimpinan perusahaan, memberikan saran dan pertimbangan teknis mengenai jenis sediaan obat hewan yang akan diproduksi/diimpor.

“Kemudian juga menolak produksi, penyediaan, peredaran dan repacking obat hewan ilegal, serta menolak peredaran obat hewan yang belum mendapatkan nomor pendaftaran,” kata Ira dalam sambutannya. Sebab, dokter hewan merupakan garda terdepan terkait obat hewan dan penggunaannya di lapangan.

Sedangkan untuk di pabrik pakan, PJTOH juga memiliki tugas menolak penggunaan bahan baku atau obat hewan jadi yang dilarang dicampur dalam pakan ternak dan menyetujui penggunan bahan baku atau obat hewan jadi dalam pakan yang memenuhi syarat mutu.

“Mengingat pentingnya tugas dan tanggung jawab PJTOH, maka ASOHI hampir setiap tahun mengadakan pelatihan ini. Kali ini kita laksanakan secara online mengingat masih suasana pandemi COVID-19,” ungkapnya. 

Nantinya ke depan selain pelatihan PJTOH tingkat dasar yang dilakukan sekarang ini, kata Ira, pihaknya berencana mengadakan pelatihan PJTOH tingkat lanjutan (advance). 

“Pelatihan PJTOH lanjutan ini akan membahas topik-topik yang lebih mendalam, sehingga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tingkat dasar akan terus berkembang dan bermanfaat sesuai perkembangan zaman. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan tahun ini,” pungkas Ira.

Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari ini turut mengundang banyak pihak yang terkait di dalamnya, diantaranya Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa (Direktur Kesehatan Hewan), Drh Ni Made Ria Isriyanthi (Kasubdit Pengawasan Obat Hewan), Prof Budi Tangendjaja (peneliti Balitnak), Drh Widarto (Koordinator PPNS Ditjen PKH), Rizqi Nur Ramadhon (Biro Hukum Kementan), Drh M. Munawaroh (Ketua Umum PB PDHI), Prof Widya Asmara (Ketua Komisi Obat Hewan), kemudian perwakilan Direktorat Pakan Ternak, Karantina, tim CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) dan BBPMSOH (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan). (RBS)

“HUT PDHI KE-68” MENGUPAS MAKNA SIMBOL DOKTER HEWAN INDONESIA

M. Chairul Arifin
Kado ulang tahun Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) tahun ini sangat berkesan sekali, yaitu bersamaan dengan peresmian Grha Dokter Hewan suatu tempat aktivitas dokter hewan Indonesia direncanakan, disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi.

Sebenarnya impian memiliki Grha Dokter Hewan ini sudah sejak lama, yaitu sejak 2005 dengan dibentuknya Pantya Persiapan Pembangunan Gedung Veterinary Center yg diketuai oleh  Drh A. Bolly A. Prabantara yang pembentukannya dilakukan dengan akte notaris dan disahkan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia tanggal 9 Maret 2006 dengan nama PT Sentra Veta Bhakti Mulia. Modal dasar saat itu Rp 500 juta dan dari para pendiri perorangan maupun saham dari para keluarga dokter hewan yang dihimpun melalui Yayasan Hemera Zoa sebesar Rp 125 juta.

Selanjutnya tanah seluas 800 m² di daerah Tajur Bogor yang berasal dari hibah Drs Mas'hud Wisnusaputra direncanakan menjadi gedung Veterinary Centre tersebut. Pada 26 Januari 2009, dirancang untuk acara penyerahan tanah wakaf dari Drs Mas'hud di Jl. Raya Tajur 170 Bogor kepada Yayasan Hemera Zoa yang sedianya bertindak atas nama organisasi. Tetapi kemudian Drs Mas'hud Wisnusaputra dipanggil Allah SWT pada 20 November 2008. Drs Mas'hud telah wafat mendahuluinya dan penyerahan tanah wakafnya tidak dapat terlaksana. Pada zaman tersebut PB PDHI baru menyelesaikan Kongres ke-15 yang memilih Drh Wiwiek Bagja selaku Ketua Umum masa bakti 2006-2010.

Estafet kepemimpinan PB PDHI yang terus terjadi hingga pada kepemimpinan Drh M. Munawaroh MM saat ini barulah terwujud rumah dokter hewan Indonesia di hari ulang tahun PDHI ke-68, pada 9 Januari 2021, sekaligus diresmikannya Grha Dokter Hewan dilengkapi motto dokter hewan yang terkenal “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang berarti Mengabdi Kemanusiaan Melalui Dunia Hewan.

Simbol Dokter Hewan Indonesia
Kalaulah Grha Dokter Hewan ini dianggap simbol eksistensi dan pengembangan organisasi profesi agar dapat lebih terfokus menghadapi tantangan global, regional dan nasional, serta memanfaatkan peluang dan menghindari hambatan dalam mengembangkan organisasi, maka ada lagi simbol yang jadi kebanggaan para dokter hewan Indonesia, yaitu yang berupa logo menarik yang menggambarkan lambang tentang kedokteran hewan.

Tentu setiap dokter hewan di Indonesia akan bangga menyematkan lambang tersebut pada setiap kesempatan untuk menunjukkan profesinya. Tetapi tahukah para dokter hewan bahwa lambang tersebut sebenarnya dari hasil kongres ke-6 yang diselenggarakan di Kota Pahlawan Surabaya, 22 September 1973. Jadi lambang tersebut telah berumur 48 tahun. Pada kesempatan kongres tersebut telah ditetapkan selain simbol/lambang tetapi juga tentang perbaikan sumpah dan kode etik dokter hewan.

Akan halnya simbol dokter hewan yang digambarkan sebagai “Aesculapius” yaitu sebagai (ular yang melingkar di tongkat) merupakan simbol universal para dokter manusia, dokter hewan, dokter gigi dan apoteker. Ular digambarkan untuk pengobatan, karena obat itu sebenarnya mirip dengan bisa ular yang beracun sehingga obat selain memiliki efek kuratif juga memiliki efek samping.

Dalam simbol PDHI, tongkat berarti eksistensi instrumen dokter hewan sebagai ahli dalam aspek preventif, kuratif, promotif dan rehabilatatif, serta ularnya melingkar pada tongkat yang bermahkota tiga. Mahkota pertama melambangkan pendidikan dokter hewan yang saat ini dihasilkan oleh 11 Fakultas Kedokteran Hewan. Mahkota kedua berarti dokter hewan dan organisasi profesinya dan mahkota ketiga menggambarkan dokter hewan yang selalu berkiprah di masyarakat sesuai dengan standar kompetensi yang dimilikinya.

Huruf “V” melambangkan kata Veteriner dengan latar belakang warna ungu yang merupakan simbol dari perguruan tinggi kedokteran hewan dunia atau dapat diartikan keagungan dan keluhuran profesi dokter hewan. Dokter hewan adalah profesi yang berpijak pada dua kaki. Kaki pertama berpijak pada aspek terkait produksi dan reproduksi (warna hijau) sedangkan kaki yang lain berhubungan dengan aspek kesehatan dan kesejahteraan (warna merah). Melalui dunia hewan, dokter hewan berkiprah untuk kesejahteraan umat manusia (Manusya Mriga Satwa Sewaka).

Tetapi semua simbol ini hendaknya dapat terealisasi. Saat ini profesi dokter hewan benar-benar diuji ketahanan kompetensinya di zaman pandemi COVID-19 yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Semua lini kekuatan dokter hewan dikerahkan, baik itu dokter hewan sebagai aparatur pemerintah, di kemiliteran dan sipil dosen, peneliti, dokter hewan swasta, hingga para praktisi. Karena sejatinya profesi ini tidak dapat diremehkan dan justru berperan sentral dalam setiap kejadian wabah penyakit menular. Selamat HUT PDHI ke-68. ***

Oleh: M. Chairul Arifin (Dari berbagai sumber)
Pegawai Kementan (1979-2006)
Staf Perencanaan (1983-2005)
Tenaga Ahli PSDS (2005-2009)

MEMANFAATKAN HERBAL SEBAGAI TERAPI MEDIS PADA HEWAN

Indonesia memiliki potensi herbal yang dapat dimanfaatkan dalam terapi medis veteriner


Di masa kini tren gaya hidup manusia semakin berubah, termasuk dalam hal kesehatan. Manusia di masa kini banyak mengonsumsi obat - obatan herbal dan jejamuan dalam menunjang kesehatannya. Pada kenyataannya sediaan herbal juga dapat digunakan sebagai terapi dalam kesehatan hewan.

Hal ini dibahas secara mendalap pada webinar Dr. B The Vet show pada Minggu (29/11) melalui daring Zoom Meeting. Bertindak sebagai narasumber dalam webinar tersebut adalah Drh Slamet Raharjo, praktisi dokter hewan sekaligus peneliti dan staff pengajar dari FKH UGM. 

Menurut beliau, Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity memiliki potensi yang besar karena keanekaragaman tanaman obatnya. 

"Ada ratusan bahkan ribuan jenis tanaman obat yang tersedia di negara ini dan banyak belum termanfaatkan dengan maksimal dalam hal ini pada sektor medis veteriner," tutur Slamet.

Pria kelahiran Kebumen tersebut kemudian menjelaskan beberapa penelitiannya yang bisa dibilang sederhana tapi mind blowing. Seperti misalnya ketika ia meneliti tentang potensi daun sambiloto pada luka iris pada beberapa jenis hewan seperti domba dan anjing.

"Ini berawal dari pengalaman pribadi saya, ketika mengalami kecelakaan, saya mencoba pada diri saya. Lalu berpikir bahwa seharusnya pada hewan juga memiliki efek yang sama, dan saya mencobanya, ternyata bisa," tutur dia.

Selain daun binahong, Slamet juga menyebut beberapa jenis tumbuhan obat lain yang telah banyak digunakan sebagai obat pada hewan. Misalnya kunyit dan meniran yang dikombinasikan sebagai imunomodulator pada ayam petelur yang telah terbukti dapat meningkatkan ketahanan tubuh aya terhadap serangan AI.

Namun begitu Slamet juga menjelaskan hal - hal yang harus diperhatikan terkait penggunaan herbal sebagai media terapi pada hewan. Menurut dia, herbal digunakan sebagai terapi suportif, untuk itu penggunaan herbal akan lebih baik jika dikombinasikan dengan sediaan konvensional. 

Ia juga mengingatkan agar para dokter hewan untuk memahami jenis herbal yang digunakan serta spesies pasien yang akan diterapi dengan herbal, karena hal ini juga berkaitan dengan efek fisiologis dari pasien tersebut. Cara pemberian sediaan herbal juga harus diperhatikan, karena terkait dengan jenis herbal dan spesies yang diobati tadi.

Terakhir ia juga mengingatkan bahwa agar sediaan herbal memiliki khasiat obat, volume, konsentrasi, dan aplikasinya harus tepat dan digunakan sesuai kaidah medis.

"Jika volume kurang tidak berefek, jika berlebih bisa jadi toksik, oleh karena itu harus tepat. Lebih penting lagi, gunakan herbal yang memang sudah diteliti memiliki efek dan khasiat, jadi jangan serampangan juga menggunakan tumbuhan yang belum pernag diteliti di laboratorium," pungkasnya.

Dr. B The Vetshow sendiri merupakan sebuah media edukasi dan diskusi bagi para dokter hewan dari berbagai sektor yang digagas oleh Drh Ridzki Muhammad Firdaus Binol, seorang alumnus FKH IPB. Webinar tersebut merupakan seri ke-2 dari acara Dr. B The Vetshow. Untuk webinar, podcast , dan acara lainnya, lebih lengkap dapat dilihat pada instagram @Dr.b_thevetshow. (CR)


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer