-->

DAFTAR SEGERA! SEMINAR NASIONAL OUTLOOK BISNIS PETERNAKAN 2026 – ASOHI


Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) akan kembali menyelenggarakan agenda tahunannya
Seminar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2026 bertajuk “Sinergi Membangun Ketahanan & Keamanan Pangan Berbasis Peternakan yang Maju Berkelanjutan.”

Seminar akan dilaksanakan pada:
Hari         : Selasa, 16 Desember 2025
Pukul : 08:00-15:00 WIB
Lokasi : Menara 165 Cilandak Jakarta Selatan
Pendaftaran : Rp 750.000/peserta

Menghadirkan narasumber:
Ketua Umum GPPU
Ketua Umum GPMT
Ketua Umum PINSAR INDONESIA
Ketua Umum PPSKI
Ketua Umum ASOHI
• Dua narasumber tamu: Nailul Huda & Dr Drh Denny Widaya Lukman
• Moderator: ASOHI

DAFTARKAN SEGERA!

Link pendaftaran https://bit.ly/SBP_2026
Aidah : 0818-0659-7525
No. Rek         : 126.0098041451 Bank Mandiri Cab. Pasar Minggu Pejaten a.n ASOHI  
Kirim bukti transfer : asohipusat@gmail.com

MANAJEMEN BROODING: FONDASI AWAL MENUJU PERFORMA MAKSIMAL

Minggu pertama pemeliharaan adalah fondasi kehidupan yang akan menentukan performa panen. (Foto: Dok. Infovet)

Bayangkan apabila sedang membangun sebuah gedung pencakar langit. Semua arsitek tahu, fondasi adalah kunci. Jika fondasi kuat, bangunan akan berdiri kokoh. Namun jika rapuh, gedung semewah apapun akan mudah retak. Demikian juga pada fase brooding, memiliki filosofi yang sama, yakni 14 hari pertama adalah fondasi kehidupan yang akan menentukan performa panen.

Sayangnya, fase ini sering dianggap sekadar rutinitas. Padahal, kesalahan kecil di minggu pertama bisa membuat ayam kehilangan potensi bobot hingga ratusan gram per ekor di akhir pemeliharaan. Di tengah persaingan ketat dan fluktuasi harga, kesuksesan brooding menjadi senjata utama untuk meraih keuntungan.

Tantangan Nyata di Lapangan
Peternak modern dihadapkan pada dua medan perang, tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal mencakup semua hal yang bisa dikendalikan di farm, mulai dari kualitas pakan, pengaturan suhu, kelembapan, ventilasi, kualitas air, hingga standar pemeliharaan sesuai strain ayam.

Sementara tantangan eksternal datang dari luar, seperti harga ayam hidup yang naik-turun, kebijakan pemerintah, kelangkaan bahan baku, bahkan isu sosial seperti bau dan limbah.
Kuncinya adalah mengoptimalkan apa yang bisa dikendalikan. Jika manajemen brooding rapi sejak awal, ayam akan memiliki daya tahan lebih baik untuk menghadapi tekanan eksternal.

24 Jam Emas: Persiapan Sebelum DOC Masuk
Salah satu kesalahan paling umum di lapangan adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025.

Ditulis oleh:
Henri E. Prasetyo drh MVet
Praktisi perunggasan, Nutritionist PT DMC

MAKSIMALKAN FASE BROODING, PENENTU KEBERHASILAN PEMELIHARAAN

Brooding merupakan masa-masa kritis bagi awal kehidupan ayam, karena itu dibutuhkan perhatian ekstra. (Foto: Istimewa)

Ada satu fase yang sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan dalam manajemen budi daya broiler, yakni brooding. Meskipun sangat penting, kegagalan pada fase ini masih sering dialami peternak karena menjalankannya dengan setengah hati.

Setelah menetas, anak ayam usia sehari/DOC (day old chick) harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Saat ini, broiler modern dengan segala keunggulan genetiknya merupakan sebuah mesin biologis atau bisa dibilang monster. Betapa tidak, dalam sebulan broiler dapat melipat gandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya dapat termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan perhatian khusus selama masa brooding. Masa brooding mutlak dibutuhkan DOC. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang, sampai mereka mencapai umur serta bobot tertentu dan tidak memerlukan pemanas lagi. Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lainnya. Standarnya berada di kisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk sistem closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian lebih. Seperti yang diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa DOC pada fase ini bobotnya ditargetkan naik sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misal bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

Brooding ini fase yang terjadi adalah perbanyakan sel tubuh (hiperplasia), oleh karena itu jika kita gagal dalam fase perbanyakan sel, terutama sel-sel pembentuk otot, maka nanti pertumbuhannya akan terganggu,” tutur Lilis.

Terkait FCR (feed convertion ratio) dan tingkat kematian, Lilis mengatakan bahwa seharusnya FCR pada fase brooding berkisar antara 0,85 dengan feed intake sekitar 150 gram, dan tingkat kematian 1%. Untuk mencapai standar segitu kita harus memenuhi kebutuhan dasar brooding yang baik,” pungkasnya. Kebutuhan yang dimaksud yakni pakan, air minum, suhu dan cahaya, serta kualitas udara yang baik, untuk menyukseskan program brooding.

Pakan dan Air Minum Cukup dan Sesuai
Sesaat setelah menetas DOC masih membawa sisa kuning telur yang berfungsi sebagai cadangan energi. Pada fase awal biasanya DOC tidak akan langsung makan, tetapi baru akan “belajar makan”.

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Sumiati, mengatakan bahwa di lapangan biasanya ketika DOC baru chick-in peternak hanya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025. (CR)

ADM ANIMAL NUTRITION INDONESIA RESMIKAN PENGIRIMAN PERDANA TXB 99 TOXIN BINDER KE THAILAND

Pengguntingan pita melepas keberangkatan ekspor ADM TXB 99 ke Thailand. (Foto-foto: Dok. ADM dan Infovet)

PT ADM Animal Nutrition Indonesia menembus pasar global dengan mengekspor ADM TXB 99, produk dengan kemampuan daya ikat terhadap mikotoksin mencapai 99% ke Thailand. Total sebanyak 100 ton produk toxin binder ini dikemas dalam dua container diberangkatkan dari ADM Animal Nutrition Indonesia, Pasuruan Plant, Selasa (25/11/2025).

Seremoni pelepasan ekspor perdana ini dihadiri perwakilan dari Badan Karantina Indonesia, Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan Jawa Timur, Kementerian Pertanian (Kementan), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, serta para customer/relasi.

Wully Wahyuni

Country General Manager ADM Animal Nutrition Indonesia, Wully Wahyuni, menyampaikan, “Acara ini lebih dari sekadar seremonial, namun juga deklarasi bahwa Indonesia mampu bersaing di tingkat global. Tim ADM Animal Nutrition Indonesia berkomitmen untuk memperkuat kehadiran kami di kawasan Asia-Pasifik.”

Wully menambahkan bahwa ekspor perdana ini merupakan momentum besar, karena Thailand merupakan pasar yang sangat selektif dengan standar kualitas dan kepatuhan yang ketat. “Memasuki pasar ini menunjukkan kekuatan produk serta tim kami,” ujarnya.

Produk ADM TXB 99 sebelumnya telah melewati uji di Trilogy (laboratorium eksternal di US) untuk quality assessment serta safety and performance test, diproduksi di fasilitas ADM yang telah tersertifikasi CPOHB, FSSC 22000, dan FAMI-QS, serta telah terdaftar di Kementerian Pertanian.

Balai Karantina Indonesia menempelkan stiker quarantine checked di kontainer.

“Pada awal November, ADM mengirimkan 50 ton ke Thailand, disusul pesanan kedua sebanyak 50 ton, sehingga total mencapai 100 ton hanya dalam satu bulan. Kami juga telah menerima permintaan untuk mengekspor hingga 450 ton pada Maret 2026,” jelas Wully. Saat ini tim ADM juga tengah menjajaki peluang di berbagai pasar tambahan, termasuk India, Australia, dan Filipina.

Sriyanto

Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia, Drh Sriyanto MSi PhD, menyampaikan apresiasi atas tercapainya ekspor perdana produk ADM. “Ekspor ini membuktikan bahwa obat hewan khususnya premix mampu menembus pasar internasional. Karantina akan terus mendukung melalui akselerasi layanan sertifikasi, pengawasan, serta jaminan produk yang diekspor untuk memenuhi persyaratan negara tujuan,” ujar Sriyanto.

Arief Wicaksono

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Pengawasan Obat Hewan, Kementan, Drh Arif Wicaksono MSi, mengatakan, “Dalam meningkatkan devisa ekspor, peran pemerintah banyak merubah regulasi-regulasi salah satunya adalah mempermudah proses registrasi obat hewan yang di dalamnya terdapat premix, khususnya untuk ekspor.”

Selain itu, Kementan melakukan pendampingan bagi para pelaku usaha obat hewan untuk mempromosikan produk unggulan yang dapat diusung di dalam pertemuan dengan para duta besar kenegaraan.

“Kami sebanyak mungkin mendorong produk lokal khususnya obat hewan untuk ekspor baik dengan mempercepat proses registrasi dan pemenuhan dokumen persyaratan. Dalam kegiatan perdagangan, setiap negara membutuhkan Surat Keterangan Asal (SKA) atau biasa disebut Certificate of Origin (COO) dari pemerintah setempat. Pasti kita buatkan sepanjang produk itu bisa dijual ke negara lain,” terang Arief.

Terkait regulasi teknis negara tujuan ekspor terutama keamanan dari kontaminasi, lanjut Arief, sifatnya living document atau berubah mengikuti perkembangan global. “Dalam hal ini Thailand mengadopsi dari Uni Eropa. Kita pun tentunya mempersiapkan diri juga membuat standar tinggi untuk kemudian mengharmonisasi persyaratan negara pengimpor,” imbuhnya.

Acara pelepasan ekspor perdana ADM ini dimeriahkan penampilan tarian Nusantara, marching band orchestra, serta kegiatan plant tour yang dipandu oleh Plant Manager ADM Animal Nutrition Indonesia-Pasuruan, Sidik Priyono.

Daya Ikat yang Unggul

Salah satu varian toxin binder ADM ini memiliki keunggulan di antaranya diproduksi dengan raw material yakni clay mineral dengan kualitas premium.

Yan Andria

“Kami menyeleksi ketat raw material dari beberapa sourcing, bahan dasar kami adalah bahan tambang clay mineral kemudian kami lakukan serangkaian tes dan dihasilkan bentonite dengan kemampuan mengikat toksin jauh lebih premium,” ungkap Technical Operation Manager-APAC, Yan Andria.

Yan menambahkan, berdasarkan hasil tes laboratorium rekanan ADM di US, daya ikat produk ADM TXB 99 terhadap mikotoksin mencapai hampir 100%.

Jika dibandingkan dengan produk sejenis, toxin binder ADM juga mempunyai keistimewaan adsorption dan desorption atau daya ikat dan daya lepas setelah mengikat atau binding efficiency merujuk pada angka 99%. (NDV)

KETUA ASOHI 2025-2029 HADIRI PELEPASAN EKSPOR PERDANA ADM

Ketua Umum ASOHI, Akhmad Harris Priyadi (berbaju biru) saat ditemui awak media. (Foto: Istimewa)

Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) terpilih periode 2025-2029, Drh Akhmad Harris Priyadi menjadi salah satu tamu undangan acara pelepasan ekspor perdana PT ADM Animal Nutrition Indonesia di Pasuruan, Selasa (25/11/2025).

Ditemui awak media, Harris mengemukakan bahwa kiprah ekspor ADM sangat berarti bagi industri obat hewan. Dia memandang, produk toxin binder merupakan produk strategis yang mendukung sustainability dan strategi antimicrobial resistance (AMR) dengan cara mencegah kontaminasi mikotoksin pada pakan ternak, sehingga mengurangi kebutuhan antibiotik.

“Kita ketahui aflatoxin bisa melemahkan daya tubuh, sehingga pengobatan antiobiotik yang seharusnya selesai 3-5 hari bisa extend. Apabila bisa mikotoksin itu di-eliminer, pengobatan tidak disertai penyakit lainnya, merupakan dampak lanjutan adanya mikotoksin,” papar Harris.

Pencegahan dengan penggunaan toxin binder secara tidak langsung dapat mengoptimalkan proses pencernaan dan metabolisme nutrien tetap berlangsung optimal. Nutrien yang tercukupi dan metabolisme yang optimal akan meningkatkan produktivitas ternak.

“Penggunaan toxin binder dalam pakan berperan penting dalam pemeliharaan ternak, dampaknya sangat besar,” tandas Harris.

Berbicara tentang sustainability, sekarang ini industri peternakan tengah dihadapkan dengan situasi kelangkaan dan para pelaku usaha mengalami keterbatasan dalam memilih bahan baku pakan.

Menurut Harris, terdapat level bahan baku yang masih dapat digunakan atau tidak dibuang, apabila diproteksi dengan baik. Caranya dengan memberikan toxin binder berkualiatas yang bekerja secara baik serta dengan dosis tepat, sehingga bahan baku atau produk yang tadinya kurang layak bisa digunakan sesuai dengan risikonya.

“Karena saat ini kita banyak melakukan kompromi, setelah adanya terjadi kelangkaan bahan baku,” ujarnya.

Lebih lanjut, Harris mengatakan bahwa Thailand merupakan sebuah negara dengan mindset global dan sudah sejajar dengan negara Eropa di bidang peternakan.

“Pencapaian ADM dengan mengeskpor produknya ke Thailand ini sebuah breakthru dan kita semua harus support. Semoga menjadi pemantik bagi para anggota ASOHI khususnya untuk kemudian bisa sharing pengalaman sebagai eksportir,” pungkasnya. (NDV)

LANTIK PENGURUS NASIONAL, AHI KUKUHKAN VISI CIPTAKAN SAPI HOLSTEIN ADAPTIF UNTUK PETERNAK

Foto bersama dalam acara Pelantikan Pengurus Pleno Nasional AHI periode 2025-2029. (Foto: Istimewa)

Asosiasi Holstein Indonesia (AHI) resmi menyelenggarakan Pelantikan Pengurus Pleno Nasional AHI periode 2025-2029, di Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat, Bandung, Jumat (28/11/2025).

Dalam sambutannya, Ketua Umum AHI, Dr Ir Rochadi Tawaf MS, menegaskan bahwa momen ini merupakan amanat penting dari AD/ART AHI. Ia menekankan bahwa AHI adalah satu-satunya organisasi peternakan sapi yang bergerak spesifik di bidang perbibitan (breeders association) di Indonesia.

“Tuntutan yang diemban organisasi ini amatlah berat. Pasalnya, AHI tidak hanya menjadi tolok ukur (benchmark) perkembangan persusuan, namun juga merupakan kepanjangan tangan kegiatan perbibitan sapi yang selama ini dilakukan oleh pemerintah. Seperti halnya pembentukan bibit dasar dan bibit sebar di Unit Pelaksana Teknis (UPT) milik pemerintah,” ujarnya.

Harapan utama yang dibebankan kepada AHI adalah mengawal sapi-sapi unggul hasil seleksi, progeny, dan sertifikasi, sehingga memberikan dampak nyata terhadap peningkatan produksi dan produktivitas sapi perah secara nasional.

Cita-cita luhur AHI yang dirumuskan dalam kongres nasional adalah membentuk “Sapi Holstein Indonesia, yang adaptif dengan ekosistem dan budaya masyarakat, untuk kesejahteraan peternak.”

Dalam upaya mengaktualisasikan cita-cita tersebut, AHI telah memperkuat jejaring internasional. Langkah strategis ini dilakukan dengan kehadirannya pada World Dairy Expo di Medison Wisconsin bulan lalu, pertemuan dengan Asosiasi Holstein USA dan Asosiasi Animal Breeder USA untuk menjajaki kerja sama, serta menjalin kolaborasi riset pengembangan sapi Holstein di Indonesia dengan International Livestock Research Institute (ILRI) melalui proyek Asia-Africa Dairy Genetic Gain (AADGG Project).

Dukungan Pemerintah Daerah dan Fokus Kesejahteraan
Kepala DKPP Jawa Barat, menyatakan bahwa komitmen pemerintah mendukung penuh kegiatan AHI. Dalam kesempatan ini, disoroti tiga pilar penting yang harus menjadi fokus kerja sama sinergis antara pemerintah, perguruan tinggi, dan asosiasi, yaitu pengembangan pedet; memastikan ketersediaan pakan yang memadai, murah, dan berkualitas; serta optimalisasi pemanfaatan kotoran ternak (kohe) sebagai sumber pendapatan masyarakat peternak.

Pemerintah Jawa Barat berharap AHI dapat membantu meningkatkan produksi susu dan penyelesaian masalah limbah sapi perah yang mencemari sungai di Jawa Barat.

FGD Strategis: Sertifikasi dan Kemandirian Genetik
Rangkaian acara dilanjutkan dengan focus group discussion (FGD) yang membahas “Strategi Implementasi Sertifikasi Sapi Holstein Indonesia.” Topik ini dianggap sebagai langkah strategi awal bagi AHI untuk mengawal peningkatan produksi dan produktivitas sapi perah.

Sertifikasi ini menurut AHI dipandang esensial untuk membangun database nasional, meningkatkan mutu genetik melalui verifikasi kualitas (estimated breeding value/EBV), dan mempercepat proses terbentuknya bibit sapi Holstein Indonesia yang unggul.

Model pengembangan sapi perah (Delmansarah) di Jawa Barat, akan dijadikan objek kerja sama antar stakeholder peternakan sapi perah seperti koperasi (GKSI), perusahaan peternakan (mega/medium dairy farm), AHI (asosiasi breeders), dan perguruan tinggi (Unpad dan IPB) dalam membangun persusuan nasional.

AHI menyadari bahwa tercapainya target nasional ini memerlukan kepengurusan nasional yang tangguh, berkomitmen, dan berkemampuan tinggi untuk mengeliminasi kendala sektor persusuan saat ini.

“Pengukuhan pengurus ini diharapkan menjadi motivasi kuat bagi seluruh jajaran AHI untuk menjadikan asosiasi sebagai tolok ukur perkembangan persusuan nasional. AHI berkomitmen penuh untuk melaksanakan program kerjanya demi mendukung upaya pemerintah menciptakan iklim yang kondusif serta membangun persusuan nasional yang berkelanjutan,” tukas Rochadi. (INF)

JAPFA DISTRIBUSIKAN BANTUAN TELUR DAN SUSU UNTUK WARGA SUMBAR

Bantuan diserahkan oleh Andre selaku perwakilan dari Japfa dan diterima langsung oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah (Foto: Istimewa)

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk mendistribusikan bantuan untuk masyarakat terdampak bencana hidrometeorologi di Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (3/12/2025). Bantuan diserahkan oleh Andre selaku perwakilan dari Japfa dan diterima langsung oleh Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, di Kompleks Kantor Gubernur Sumbar.

Bantuan tersebut terdiri dari 30 ribu butir telur, 50 dus susu, 100 karung beras kemasan 10 kilogram, serta 20 dus air mineral kemasan 330 ml.

Seluruh bantuan selanjutnya disalurkan ke Posko Bencana Alam Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, untuk segera didistribusikan ke kabupaten/kota terdampak.

Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menyampaikan apresiasi atas kepedulian PT Japfa Comfeed pada masa sulit bagi masyarakat Sumbar. Dia menegaskan, dukungan dari dunia usaha sangat membantu pemerintah dalam percepatan penanganan dampak bencana.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Sumbar, Ir Sukarli SPt MSi IPU mengapresiasi kontribusi perusahaan yang bergerak di bidang produksi pangan tersebut.

Menurutnya, bantuan berupa telur sangat relevan untuk kebutuhan gizi masyarakat terdampak, terutama anak-anak dan lansia di lokasi pengungsian.

“Telur adalah sumber protein hewani yang mudah dibagikan dan cepat dimanfaatkan masyarakat. Kami menyampaikan apresiasi kepada Japfa yang selalu responsif ketika Sumbar menghadapi situasi darurat. Ini menunjukkan komitmen kuat perusahaan dalam mendukung ketahanan pangan daerah,” kata Sukarli.

Lanjut dia, koordinasi antara Disnakkeswan, Dinas Sosial dan berbagai pihak donatur akan terus diperkuat untuk memastikan bantuan tepat sasaran serta merata di wilayah yang mengalami kerusakan paling parah. 

Kepala Bidang Bina Usaha Disnakkeswan Sumbar, Ir Nirmala SPt MSi yang dihubungi redaksi Infovet menambahkan informasi diantaranya pada Jumat, 28 November lalu ribuan ekor bangkai ayam di peternakan kawasan Sunua, Padang Pariaman tengah dievakuasi.

Ditambahkannya, terdapat peternakan ayam kemitraan perusahaan juga turut terdampak banjir dan telah diupayakan untuk pengiriman sarana produksi peternakan (Sapronak), termasuk pakan. (INF)

GERAKAN SERENTAK PELAYANAN IB DI JAWA TIMUR

Foto bersama dalam kegiatan Gerakan Serentak Pelayanan IB di Jember, Jawa Timur. (Foto: Infovet/Heru)

Senin (24/11/2025), bertempat di City Forest Jember telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Serentak Pelayanan Inseminasi Buatan (IB) 2025 bersama Gubernur Jawa Timur yang dihadiri sebanyak 850 orang dari seluruh kabupaten dan kota yang membidangi fungsi peternakan di Jawa Timur.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Dr Ir Indyah Aryani MM, mengungkapkan bahwa kegiatan ini dalam mendukung peningkatan populasi sapi di Jawa Timur. Kegiatan ini menampilkan pelayanan IB serentak diwakili 38 kabupaten/kota.

“Ini sebagai puncak kegiatan IB serentak di Provinsi Jawa Timur yang dicatatkan pada rekor MURI. Jawa Timur memiliki 1.417 petugas IB, 750 petugas pemeriksa kebuntingan, 95 dokter hewan, 1.500 paramedik veteriner, 94 pengawas bibit ternak, dan 58 pengawas mutu pakan, serta 95 pengawas obat hewan,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Dr Khofifah Indar Parawansa, dalam pidatonya menyampaikan bahwa kegiatan ini juga untuk memberikan apresiasi, motivasi, dan semangat kepada stakeholder bidang peternakan dalam rangka meningkatkan populasi sapi pasca wabah PMK yang telah dilakukan IB selama 2024 telah menghasilkan kelahiran pedet sebanyak 1,1 juta ekor.

“Capaian tersebut menjadi yang tertinggi secara nasional dan menjadi pendorong peningkatan populasi dan produksi ternak selaras dengan hal tersebut. Di 2025 (Januari-November), Jawa Timur telah melaksanakan IB pada sapi sebanyak 1.019.397 ekor dan telah tercatat di MURI sebagai IB terbanyak dalam kurun waktu satu tahun,” ujarnya.

Kendatin demikian, ia juga terus mengimbau agar peternak tetap waspada terhadap PMK dengan melakukan vaksinasi, biosekuriti, kebersihan kendang, hingga lalu lintas ternak yang terpantau dan terkendali.

“Sebagai lumbungan pangan terutama potensi sektor pertanian, peternakan, perikanan darat dan perikanan laut, posisi Jawa Timur sangat strategis untuk mendukung produksi pangan dalam negeri,” ungkapnya.

Sektor peternakan sebagai sepertiga pangan sumber protein memiliki potensi yang luar biasa. Tahun 2024 Jawa timur berdasarkan data BPS memiliki capaian populasi ternak di antaranya sapi potong 3,11 juta ekor (26% terhadap populasi nasional 11,75 juta ekor), sapi perah 292,26 ribu ekor (60% terhadap populasi nasional 485,82 ribu ekor), kambing 5,03 juta ekor (32% terhadap populasi nasional 15,71 juta ekor), ayam ras pedaging 418,73 juta ekor (13% terhadap nasional sebanyak 3,15 miliar ekor), ayam ras petelur 131,85 juta ekor (32% terhadap nasional 414,76 juta ekor).

Kemudian dari sisi produksi daging sapi 121,387 ton (20% terhadap produksi nasional 597,754 ton), susu 746,712 ton (58% terhadap produksi nasional 808,352 ton), dan telur 2,02 juta ton (32% terhadap produksi nasional 6,34 juta ton).

Khofifah juga menegaskan akan terus berupaya meningkatkan populasi dan produktivitas sapi potong dan sapi perah melalui beberapa intervensi, antara lain penerapan teknologi IB dan transfer embrio untuk peningkatan kualitas genetik dan mengoptimalkan reproduksi ternak; pelaksanaan vaksinasi untuk pengendalian penyakit; serta peningkatan SDM melalui bimbingan teknis untuk menumbuhkan peternak milenial.

Selain itu, dalam kegiatan tersebut ia turut menyerahkan penghargaan kepada petugas IB, dokter hewan, dan kelompok berprestasi untuk dinas dengan kinerja optimalisasi reproduksi terbaik tahun 2025 diberikan kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tulungagung. (HR)

MEMPERSIAPKAN FASE BROODING YANG EFEKTIF

DOC membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sebelum berbicara masalah perawatan anak ayam usia minggu pertama, langkah awalnya adalah sebaiknya tentukan dahulu ayam apa yang akan dipelihara.

Saat ini banyak pilihan strain ayam yang bisa dipilih berdasarkan pencapaian performa genetik sebagai acuannya. Bisa dilihat dalam tabel beberapa data genetik yang sudah terpublikasi untuk ayam pedaging (broiler) maupun petelur komersil (layer).

Apabila ingin lebih mengenal potensi genetik dari masing-masing strain, sebaiknya minta manual guide dari penjual. Setelah mengerti dan memahami tentang ayam yang akan dipelihara dan bagaimana cara memeliharanya dengan baik, agar sesuai harapan sebagian besar potensi genetiknya bisa keluar, maka satu tahap secara pemahaman teori sudah terlewati.

Jadilah ahli dalam seni merawat anak ayam, pelajari cara mempersiapkan brooder (induk buatan), merawat anak ayam yang baru datang, mengontrol suhu, memantau perilaku, dan mendapatkan tips penting untuk menjaga kesehatan ayam  di minggu-minggu awal.

Menerima atau mendapatkan anak ayam baru adalah momen yang menggembirakan bagi setiap peternak. Anak ayam umur sehari/DOC (day old chick) membutuhkan perawatan khusus dalam beberapa minggu pertama untuk membantu mereka tumbuh menjadi ayam yang sehat.

Brooder untuk Anak Ayam 
Brooder merujuk pada menjaga anak ayam tetap hangat, aman, dan nyaman selama tahap awal kehidupan mereka. Peternak dapat memberikan awal kehidupan terbaik bagi DOC dengan menyiapkan lingkungan yang optimal dan dengan kehati-hatian memenuhi kebutuhannya.

Dengan mengikuti teknik pemeliharaan ayam yang tepat, maka tingkat kematian DOC akan lebih rendah, pertumbuhan yang lebih cepat, dan transisi yang lebih lancar menuju kedewasaan ayam.

Ada dua jenis pemeliharaan anak ayam, yaitu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025.

Ditulis oleh:
Drh Arief Hidayat
Praktisi perunggasan

KONDISI AWAL, PERFORMA, DAN KAPASITAS ADAPTASI

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima. (Foto: Infovet/Ridwan)

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Pemeliharaan awal ayam modern, khususnya pada dua minggu pertama merupakan fase investasi biologis yang krusial (golden period). Masa brooding tidak hanya sekadar adaptasi awal DOC pada kondisi dan situasi yang ada, tetapi juga merupakan blue print genetik ayam modern untuk pertumbuhan dan fungsi semua sistem tubuh, peletup ekspresi potensi genetik atas metabolisme tubuh, dan bahkan menentukan perilaku ayam pada usia lanjut terutama dalam konteks kapasitas adaptasi. Ibarat kebijaksanaan kuno, awal yang baik akan memberikan hasil yang baik, maka kearifan ini juga berlaku pada aktivitas pemeliharaan ayam modern.

Kesalahan pada penanganan awal telah terbukti mengakibatkan penampilan ayam selanjutnya menjadi tidak prima alias kurang “tokcer” pada pertumbuhannya. Jadi, merawat kehidupan awal (early life) ayam modern ibarat merancang kualitas kondisi kehidupan selanjutnya (lifetime programming) yang lebih prima.

Fase Awal Kehidupan
Penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan selama lebih dari dua dekade telah membuktikan bahwa ada hubungan erat dan signifikan antara kondisi awal kehidupan ayam modern dengan penampilan akhirnya (total performance) dan kapasitas adaptasi pada usia selanjutnya.

Keberhasilan merawat atau membentuk awal kehidupan ayam yang optimal juga menentukan pembentukan tiga buah fondasi penting bagi kehidupan ayam selanjutnya, yaitu fondasi fisiologis, imunologis, dan laju metabolisme tubuh yang sangat memengaruhi pertumbuhan muskuloskeletal di kemudian hari.

Fondasi Fisiologis
Kondisi kehidupan awal ayam modern meletakan dasar pertumbuhan organ (secara anatomis dan fisiologis) dan sistem tubuh yang berkualitas, pembentukan mikrobiota saluran cerna yang sehat, serta perkembangan sistem termoregulasi dan metabolisme energi yang optimum.

Sebagai contoh, pada usia tujuh hari pertama panjang usus ayam meningkat kurang lebih 4-5 kali lipat dibandingkan panjang usus DOC waktu tiba di farm komersil. Jumlah dan tinggi villus juga berkembang pesat yang secara bertahap akan mencapai rasio optimum antara ketinggian villus (villus height) dan kedalaman kripta (crypt depth) di atas enam kali. Pertumbuhan awal usus yang optimum jelas sangat menentukan kualitas proses pencernaan dan absorpsi unsur-unsur nutrisi dari lumen usus yang selanjutnya jelas akan menentukan efisiensi pakan (FCR).

Pemberian pakan sedini mungkin segera setelah menetas selain untuk menggertak penyerapan sisa kuning telur secara optimum, juga akan mempercepat maturasi sel-sel enterosit (yang sangat penting untuk absorpsi nutrisi dan fungsi barier) serta pembentukan mikrobiota yang sehat.

Ayam muda (terutama umur satu minggu ke bawah) belum bisa mengatur suhu tubuh secara sempurna. Dengan pemberian pakan sedini mungkin pasca menetas jelas akan memberikan kesempatan bagi ayam untuk menghasilkan energi panas sendiri via metabolisme tubuh. Dengan demikian, ketergantungan pada sumber panas eksternal (heater) tidak terlalu tinggi.

Kesalahan dalam tata laksana suhu indukan buatan (terlalu dingin atau panas) terbukti... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2025. (toe)

IRAK MENGHADAPI KRISIS PERTANIAN DAN PETERNAKAN TERBURUK DALAM SEJARAH MODERN

Irak saat ini sedang bergulat dengan salah satu krisis pertanian dan peternakan terparah dalam sejarah modernnya. Situasinya sangat memprihatinkan, dengan kematian massal ternak yang disebabkan oleh kelangkaan air yang semakin parah, terutama terkait dengan berkurangnya aliran air di Sungai Tigris dan Efrat, sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar lokal Al Araby.

Ribuan hewan telah mati karena kekurangan pakan dan padang rumput yang mengering. Stok ikan di peternakan komersial di wilayah selatan menurun hingga 60% dan lahan pertanian menyusut hingga 50%, menurut berbagai perkiraan.

Kementerian Sumber Daya Air Irak mengindikasikan bahwa aliran air dari negara-negara hulu telah turun jauh di bawah tingkat normalnya, yang menyebabkan rawa-rawa di wilayah Dhi Qar, Muthanna, dan Basra hampir sepenuhnya mengering. Lahan yang luas telah berubah menjadi lahan tandus, mengakibatkan kematian kerbau, ikan, dan unggas dalam jumlah besar.

Kematian massal ternak telah memicu krisis sosial yang parah di Muthanna, Dhi Qar, dan Maysan, di mana banyak peternak kehilangan mata pencaharian. Pengungsian massal dari pedesaan ke kota saat ini sedang berlangsung karena orang-orang mencari sumber pendapatan alternatif.

Komite Pertanian, Air, dan Rawa Parlemen Irak mengonfirmasi bahwa negara tersebut sedang mengalami beberapa krisis industri peternakan terburuk, dan juga menyalahkan kelangkaan air. Kementerian memperingatkan bahwa musim pertanian saat ini berisiko kolaps karena situasi ini.

Ibtisam al-Hilali, seorang anggota komite, memperkirakan bahwa di beberapa wilayah, para peternak telah kehilangan hingga 70% ternak mereka.

Menurut Karim Al-Hilou, harga susu dan daging melonjak 25-40% di seluruh negeri akibat krisis tersebut. Namun, belum ada data yang dapat diandalkan untuk menilai dampak kelangkaan air terhadap produksi ternak di Irak.

Kelangkaan air yang terjadi selama 2 tahun terakhir juga menyebabkan penurunan substansial dalam produksi pakan di Irak, kata Walid Mohammed Razouqi, direktur jenderal Departemen Peternakan di Kementerian Pertanian. Ia sependapat dengan pejabat Irak lainnya, dengan mengatakan bahwa ini adalah krisis industri peternakan terburuk dalam beberapa dekade.

Pada saat yang sama, Razouqi mengatakan, Kementerian sedang mengambil langkah-langkah untuk merevitalisasi beberapa padang rumput dan meningkatkan produksi pakan lokal untuk mengatasi tantangan tersebut. Ia juga berjanji bahwa pemerintah akan mensubsidi biaya pembelian pakan bagi peternak dan memberikan bantuan tertentu kepada pabrik pakan.

BANJIR SUMATERA, PETERNAK AYAM MERUGI RATUSAN JUTA

Ribuan ekor ayam mati terendam banjir di Sunua, Padang Pariaman

Bencana banjir yang melanda Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) baru-baru ini tak hanya membuat lumpuh aktivitas warga dan dirasakan masyarakat, tapi juga membawa dampak yang memilukan bagi para peternak.  

Redaksi Infovet, Senin (1/12/2025) menerima pesan WhatsApp dari Sukarli, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumbar, dilaporkan perkembangan subsektor peternakan yang terdampak banjir, khususnya ayam broiler dan ayam petelur.

Diantaranya kandang closed house kapasitas 10.000 ekor di Gunung Nago Padang hanyut, kerugian capai ratusan juta. Peternakan ayam populasi 45.000 ekor di Lubuk Minturun, salah satu kelurahan di kecamatan Koto Tangah, Padang juga terdampak.

Begitu juga kondisi ayam dan kandang di Simpang Lintas Lubuk Alung Padang Pariaman dengan kapasitas 8.000 ekor terendam banjir. Peternakan ayam di Kecamatan Kayu Tanam, Palembayan, Sunua Padang Pariaman pun hanyut diterjang banjir. (NDV)


PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA SERAHKAN BANTUAN UNTUK SUMATERA BARAT


 Bantuan dari PT CPI berupa telur, mie dan air mineral. (Foto: Istimewa)

Bantuan kemanusiaan dari PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk tiba di Posko Tanggap Bencana Sumatera Barat (Sumbar), Senin (1/12/2025) untuk diteruskan ke masyarakat terdampak bencana alam.

Proses penyerahan bantuan dilakukan oleh Syahruddin didampingi Usman selaku perwakilan dari CPI kepada Gubernur Sumbar, Mahyedi Ansharullah. CPI juga telah membagikan bantuan sembako kepada 44 KK terdampak di sekitar pabrik CPI, di Padang Pariaman. 

CPI juga menyalurkan bantuan kepada 11 ASN dan tenaga outsourcing DPKH Sumbar yang terdampak banjir. Bantuan berupa telur 16.500 butir, mie instan 168 dus, dan air mineral 86 dus. 

“Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban warga yang terdampak banjir dan mempercepat proses pemulihan,” kata Syahruddin.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumbar, Sukarli mengatakan bantuan ini selanjutnya akan disalurkan ke sejumlah titik yang membutuhkan pasokan logistik, terutama daerah yang mengalami kerusakan cukup parah. (NDV)


ASOHI PERIODE 2025-2029 RESMI DILANTIK, SIAP DUKUNG PENGAWASAN OBAT HEWAN YANG LEBIH BAIK

Foto bersama pengurus ASOHI periode 2025-2029, bersama jajaran pemerintah. (Foto-foto: Infovet/Ridwan)

Prosesi pelantikan pengurus ASOHI Pusat periode masa bakti 2025-2029, dilaksanakan pada senin (1/12/2025), di Hall D Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta.

Acara diawali dengan prosesi serah terima kepengurusan Ketua Badan Pengawas (BPA) ASOHI periode 2025-2029 dari Gani Harijanto kepada Drh Gowinda Sibit, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029 sekaligus pembacaan Pakta Integritas yang dipimpin oleh Ketua Umum (Ketum) ASOHI 2025-2029, Drh Akhmad Harris Priyadi.

Pembacaan Pakta Integritas dipimpin oleh Ketum ASOHI.

Usai seremonial, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Drh Hendra Wibawa, mewakili Dirjen PKH, menyampaikan apresiasi atas terlaksananya pelantikan pengurusan ASOHI yang baru.

"Selamat atas pelantikannya, semoga menjadi organisasi yang lebih baik dan terus menjadi mitra pemerintah dalam mendukung program-program strategis," kata Hendra dalam sambutannya.

Lebih lanjut disampaikan, upaya kolaborasi dan kerja sama ini untuk menggalang visi dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan menjadi lebih baik. "Karena bisnis obat hewan ini merupakan pilar utama dalam menjaga kesehatan ternak, sekaligus lingkungan dan masyarakat," ucapnya.

Foto bersama dalam acara pelantikan pengurus ASOHI periode 2025-2029. 

Ia juga berharap, ASOHI dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam membantu membangun sektor obat hewan di Tanah Air.

"Kebijakan yang adil hadir melalui dialog, oleh karena itu ASOHI kita libatkan dalam berbagai kesempatan untuk ikut berkontribusi mendukung regulasi dalam meningkatkan industri obat hewan maupun menjawab isu-isu strategis salah satunya isu AMR yang saat ini menjadi perhatian global," harapnya.

Serah terima jabatan Ketua BPA yang baru.

Harapan senada juga disampaikan oleh Ketua BPA, Gowinda Sibit, yang menyampaikan bahwa kepengurusan ASOHI yang baru bisa mendukung industri obat hewan yang dinamis, sekaligus mendorong anggota untuk memenuhi ketentuan regulasi dari pemerintah terkait CPOHB, registrasi, distribusi, dan lain sebagainya, serta terus bersinergi bersama pemerintah.

"Ini demi keberlanjutan industri obat hewan yang lebih baik, semoga ketua ASOHI yang baru bisa mengemban tugas mulia ini dan mendapat ridho dalam memajukan industri obat hewan," katanya.

Seremonial penyerahan bendera kepada Ketum ASOHI baru.

Dukung Pengawasan Obat Hewan
Ketum ASOHI, Harris Priyadi, dalam paparannya menyatakan kesiapannya dalam mendukung peningkatan industri, salah satunya melalui pengawasan obat hewan di Indonesia. "Kalau dari peraturan yang ada kita ikut terlibat dalam pengawasan obat hewan di tiap perusahaan," ujarnya.

Selain itu, dari dalam organisasi pihaknya juga terus melakukan konsolidasi dan pembinaan terhadap anggotanya dalam hal pengawasan, di antaranya menyoal permasalahan produk-produk yang tidak/belum teregistrasi, terkait penyimpanan dan peredaran obat hewan yang tidak CDOHB, pemakaian produk obat hewan tidak sesuai label atau produk yang sudah dilarang, kemudian penggunaan obat hewan yang berisiko (resistansi dan residu obat), serta penyimpanan dan peredaran obat keras, maupun penggunaan obat manusia untuk hewan. (RBS)

Susunan Pengurus ASOHI Pusat Periode 2025-2029:
Ketua Umum: Drh Akhmad Harris Priyadi
Wakil Ketua Umum: Drh Almasdi Rahman
Sekretaris Jenderal: Rivo Ayudi Kurnia SPt
Bendahara Umum: Sigit Purwadi
Ketua Bidang Organisasi: Drh Almasdi Rahman
Ketua Bidang Antar Lembaga: Drh Sri Murwati
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri: Drh Khalida Noor
Ketua Bidang Peredaran: Drh Andi Wijanarko

Susunan Badan Pengawas ASOHI Periode 2025-2029:
Ketua: Drh Gowinda Sibit
Sekretaris: Ir Bambang Suharno
Anggota:
Gani Harijanto
Drh Fadjar Sumping Tjaturrasa PhD
Drh Irawati Fari
Drh Rakhmat Nuriyanto MBA
Peter Yan

KEMENTAN DISTRIBUSIKAN BANTUAN OBAT HEWAN UNTUK PETERNAK TERDAMPAK BENCANA SUMBAR

Kepala Disnakkeswan Sumbar, Sukarli menerima bantuan obat hewan dari pemerintah pusat untuk peternak terdampak banjir dan galodo. (Foto: Istimewa)

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat (Disnakkeswan Sumbar) menerima 5.631 paket obat-obatan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Bantuan obat-obatan untuk ternak tahap pertama, yang diserahkan langsung oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto pada Minggu, 30 November 2025. Wakil Gubernur Sumbar Vasko Ruseimy turut menyaksikan penyerahan tersebut.

Kepala Disnakkeswan Sumbar, Sukarli, mengatakan stok obat darurat sangat dibutuhkan karena banyak ternak warga mengalami luka, stres, hingga hilang akibat bencana. Sukarli menuturkan distribusi bantuan diprioritaskan ke daerah dengan dampak paling berat.

“Bencana tidak hanya menghancurkan rumah warga, tetapi juga menyerang sumber penghidupan mereka. Banyak ternak yang terluka, terinfeksi, atau terpapar lingkungan tidak higienis. Bantuan dari Ditjen PKH ini sangat membantu proses penyelamatan dan pemulihan ternak masyarakat,” ujar Sukarli dalam keterangan resminya.

Hingga Minggu (30/11/2025), tercatat 5.230 ekor ternak terdampak banjir bandang dan galodo di Sumatera Barat. 

Data tersebut mencakup ternak sapi, kerbau, kambing, domba, hingga unggas. Bantuan obat diberikan untuk menekan angka kematian, mencegah penyebaran penyakit, dan mempercepat pemulihan ternak.

Dia menyebut laporan kerugian masuk dari delapan kabupaten/kota meliputi 37 kecamatan dan 103 nagari/desa/kelurahan.

Sapi tercatat paling terdampak dengan 159 ekor mati, 10 sakit atau terluka, dan 17 terlantar akibat kandang terendam banjir. Pada unggas, terdapat 2.150 ekor mati dan 200 ekor hilang.

Ternak kerbau tercatat dua ekor mati dari 32 ekor terdampak. Sementara kambing dan domba mengalami 13 ekor mati dari total 187 ekor terdampak. Kondisi ini memengaruhi aktivitas puluhan peternak di berbagai wilayah.

Sukarli mengimbau peternak menjaga kebersihan kandang serta memastikan pakan dan air bersih tersedia. Bantuan 5.631 paket obat diharapkan dapat mempercepat pemulihan ternak yang terdampak dan membantu peternak kembali beraktivitas.

Bantuan obat-obatan untuk ternak diserahkan langsung oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto.

Bantuan obat yang disalurkan mencakup antibiotik, analgesik, antihistamin, vitamin injeksi, disinfektan cair, spray luka, hingga obat cacing, dengan jumlah mencapai ribuan botol dan unit. Balai Veteriner Bukittinggi juga mengirim obat tambahan serta ribuan spuit dan jarum suntik untuk mempercepat penanganan di lapangan.

Tim dokter hewan Kementan bersama tim medis Disnakkeswan Sumbar kini bergerak ke sejumlah titik terdampak—Agam, Tanah Datar, dan Limapuluh Kota—untuk pemeriksaan kesehatan, penanganan luka, dan pendataan kebutuhan lanjutan.

Wakil Gubernur Vasko Ruseimy menyampaikan apresiasinya atas gerak cepat Kementan. Dia menilai bantuan tersebut penting untuk menjangkau peternak yang kehilangan sumber ekonomi akibat bencana.

Sementara itu, Titiek Soeharto menyinggung pentingnya memastikan pemulihan menyentuh semua aspek kehidupan warga, termasuk ternak yang menjadi penopang ekonomi keluarga.

“Pemulihan ini bukan hanya soal bangunan, tapi juga tentang mengembalikan kehidupan warga,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, menegaskan bahwa Kementan akan terus memperkuat dukungan untuk subsektor peternakan di wilayah terdampak.

“Fokus kami adalah memastikan ternak yang selamat tetap sehat dan dapat kembali produktif. Penanganan kesehatan hewan menjadi bagian penting dari pemulihan, karena ternak adalah sumber ekonomi keluarga. Kami akan menambah bantuan sesuai kebutuhan lapangan,” ujar Agung setelah mendampingi Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, melakukan konferensi pers di Jakarta (28/11/2025).

Kementan memastikan tambahan bantuan akan disalurkan setelah evaluasi kebutuhan medis ternak di lokasi-lokasi terdampak selesai dilakukan. (INF)

PRODUKSI TELUR BELGIA TERANCAM MENURUN DI TENGAH PENGHAPUSAN KANDANG

Belgia tidak akan lagi swasembada dalam produksi telur. Penghapusan kandang akibat peraturan kesejahteraan hewan yang lebih ketat, akan menyebabkan penurunan kapasitas produksi yang lebih signifikan.

Transisi ke sistem alternatif hampir mustahil karena semakin ketatnya persyaratan hukum terkait iklim dan lingkungan, organisasi sektoral Landsbond Pluimvee memperingatkan.

“Pasokan menurun drastis sementara permintaan telur meningkat dari tahun ke tahun,” kata organisasi tersebut. “Konsumen lebih sering memilih telur sebagai alternatif daging. Kekhawatiran sebelumnya tentang kolesterol sebagian besar telah hilang dan peningkatan jumlah penganut fleksitarian memperkuat tren ini.”

Landsbond Pluimvee juga memperingatkan risiko persaingan tidak sehat dari negara-negara seperti Ukraina dan Brasil. “Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah konsumen menginginkan produk dasar seperti telur semakin banyak berasal dari luar negeri, di mana kesejahteraan hewan, lingkungan, dan penggunaan antibiotik tidak ditanggapi dengan serius.”

Serikat produsen Belgia yakin harga telur hampir mencapai puncaknya. Saat ini, telur ayam cokelat seberat 62,5 g dihargai 18,46 sen euro, hampir 300% lebih tinggi daripada 5 tahun lalu.

“Tren kenaikan menjelang Natal sudah biasa, tetapi tren tahun ini lebih kuat karena wabah flu burung di seluruh dunia. Kita mungkin hampir mencapai puncaknya, tetapi kita tidak akan pernah melihat kembalinya harga rendah seperti sebelumnya. Namun, telur masih merupakan sumber protein yang terjangkau. Harga telur setara dengan €3,20 per kg, sementara ayam dalam jumlah yang sama, daging termurah, harganya €9,70 per kg,” kata Landsbond Pluimvee.

Menurut organisasi tersebut, konsumen seringkali lebih menyukai telur daripada daging, dan penting bagi para pembuat kebijakan untuk menanggapi sinyal dari sektor ini dengan serius.

INOVASI DAN DIGITALISASI KUNCI DAYA SAING INDUSTRI PETERNAKAN

Peserta Seminar dalam PLI Forum 2025. (Foto: Infovet-DS)

Jakarta, 28 November 2025 – Seminar bertajuk “Inovasi dan Digitalisasi untuk Daya Saing Industri Peternakan Indonesia” yang digelar dalam rangkaian Poultry & Livestock Innovation (PLI) Forum 2025 di JIEXPO Kemayoran berhasil menghadirkan pembahasan menarik seputar arah dan strategi pengembangan sektor peternakan nasional.

Acara yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga 11.30 WIB ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli dari institusi dan organisasi terkemuka, yakni Dr. Dipl.-Ing. Mulyadi Sinung Harjono, M.T., dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dedi Setiadi dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), serta Ir. H Sugeng Wahyudi, Sekretaris Jenderal Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN).

Sesi tanya jawab menjadi momen paling menyita perhatian ketika drh Rakhmat Nuriyanto mengangkat pentingnya pengembangan obat herbal yang hingga kini masih minim di Indonesia. Ia menekankan perlunya peran BRIN dalam melakukan riset mendalam, pengembangan, serta menjalin kerja sama dengan industri terkait agar inovasi herbal bisa lebih berkembang. Menanggapi hal tersebut, Dr. Sinung menegaskan bahwa pengembangan obat herbal memang memerlukan waktu sekitar dua hingga tiga tahun. Meski industri kerap merasa prosesnya panjang, banyak hasil riset BRIN yang lain sudah sukses ditindaklanjuti menjadi produk yang siap masuk pasar.

Ir Bambang Suharno (di Podium) moderator dalam Seminar PLI Forum 2025. Dari ki-ka: Ir Sugeng Wahyudi, DR Sinung Harjono dan Dedi Setiadi (Foto: Infovet-DS)

Topik perubahan iklim dan mitigasi gas rumah kaca juga tak luput dari pembahasan. Dedi Setiadi memaparkan konsep “jual beli karbon” yang kini tengah diteliti sebagai solusi pemanfaatan limbah ternak. Ia menjelaskan setiap ekor sapi dapat menghasilkan 8–12 kg gas metana yang jika diolah menjadi energi bio gas, dapat menjadi sumber energi alternatif. “Rumah saya sudah sepenuhnya menggunakan bio gas yang berasal dari kotoran sapi,” ujar Dedi, memberi contoh nyata pemanfaatan limbah ternak untuk energi bersih.

Sebagai moderator, Ir. Bambang Suharno-Direktur Gallus sekaligus Pimpinan Redaksi Infovet—menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga riset seperti BRIN dan stakeholder industri. Ia mendorong adanya forum khusus untuk menindaklanjuti sinergi agar banyak inovasi dapat lebih cepat diaplikasikan dan berdampak pada perkembangan industri.

Sementara itu, Sugeng Wahyudi yang mewakili GOPAN, menggarisbawahi pesatnya perkembangan industri peternakan ayam broiler/pedaging selama 25 tahun terakhir. Menurutnya, kemajuan ini tidak lepas dari hasil riset, penerapan teknologi dan digitalisasi inovatif yang menyentuh seluruh mata rantai, dari hulu hingga hilir aspek produksi unggas khususnya ayam pedaging.

Seminar dalam PLI Forum 2025 yang mencerahkan ini menjadi salah satu wahana penting bagi sektor peternakan Indonesia yang akan terus dinantikan pelaku industri dalam menggali inovasi, memacu digitalisasi, serta memperkuat daya saing, khususnya dalam menghadapi tantangan pasar dan isu lingkungan global. Acara terselenggara atas kerjasama PT Songolas Event dan PT Gallus Indonesia Utama (GALLUS) dengan Majalah Infovet sebagai Official Media Partner sekaligus mitra penyelenggara dan event ini sepenuhnya dihelat gratis, memberi kesempatan luas bagi pelaku industri dan akademisi untuk terus ikut berkontribusi pada kemajuan peternakan nasional.*(DS)

UNI EROPA MENGIZINKAN IMPOR UNGGAS BRASIL PASCAWABAH FLU BURUNG

Uni Eropa kembali mengizinkan impor daging ayam dari Brasil, mencabut penangguhan selama 4 bulan yang dimulai setelah kasus pertama flu burung di negara itu terdeteksi pada Mei 2025. Kini, Brasil mengincar izin serupa dari Tiongkok.

Keputusan ini diresmikan dalam Jurnal Resmi Uni Eropa dan diumumkan oleh Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Pasokan Pangan Brasil (Mapa).

Dari Januari hingga Mei, sebelum penangguhan, Brasil mengirimkan 125.300 ton ayam ke Uni Eropa, menurut Asosiasi Protein Hewani Brasil (ABPA). Volume ini 20,8% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2024, menghasilkan pendapatan sebesar US$386,3 juta, meningkat 38% dibandingkan tahun sebelumnya. “Sudah ada komitmen dari Uni Eropa dengan Menteri Carlos Fávaro, tetapi sekarang pengakuannya resmi. Perusahaan-perusahaan telah diberi izin untuk memproduksi untuk Eropa,” kata Ricardo Santin, Presiden ABPA.

Brasil menyatakan diri bebas dari flu burung pada 18 Juni setelah menyelesaikan masa bebas sanitasi – masa wajib di mana fasilitas dibiarkan kosong untuk pembersihan dan disinfeksi. Pengakuan Eropa menyusul kurang dari sebulan kemudian, pada 4 September.

Mapa melaporkan bahwa ekspor akan dilanjutkan secara bertahap. Seluruh wilayah Brasil, kecuali Rio Grande do Sul, telah diizinkan untuk mengekspor produk yang diproduksi mulai 18 September dan seterusnya.

Negara bagian tersebut, tempat wabah pertama terjadi di Montenegro, dapat melanjutkan pengiriman pada 2 Oktober, kecuali untuk peternakan yang terletak di dekat episentrum wabah. Di tempat-tempat ini, dalam radius 10 kilometer, ekspor dijadwalkan akan dimulai kembali pada 16 Oktober.

BANTUAN BAGI PETERNAK TERDAMPAK ERUPSI GUNUNG SEMERU

Petugas membantu membawa ternak milik warga. (Foto: Istimewa)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) sigap menanggulangi dampak erupsi Gunung Semeru terhadap peternak di Kabupaten Lumajang.

Rapat koordinasi penanganan bencana berlangsung pada Rabu, 26 November 2025, melibatkan berbagai unit di antaranya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Lumajang, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang.

Sebagai tindak lanjut permohonan bantuan, Kementan menyalurkan pakan sebanyak 14 ton berupa hijauan segar (rumput dan legum), silase, serta complete feed secara bertahap melalui UPT Ditjen PKH. Bantuan pakan disalurkan mulai akhir November hingga awal Desember oleh BBIB Singosari, BBPTUHPT Baturraden, dan Balai Embrio Ternak Cipelang.

Selain pakan, disalurkan juga bantuan obat-obatan, vitamin, disinfektan, dan alat pelindung diri untuk petugas lapangan yang disediakan Direktorat Kesehatan Hewan, BBVET Wates, dan Pusvetma.

"Kami memastikan penanganan hewan yang terdampak bencana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kesejahteraan hewan dan mengutamakan keselamatan bagi petugas di lapangan untuk mencegah dampak lebih lanjut," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, I Ketut Wirata, di kantornya, Rabu (26/11/2025).

Kementan juga menyiapkan kandang penampungan sementara yang dikelola Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) untuk membantu ternak terdampak.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Lumajang, Endra Novianto, mengungkapkan, "Kerja sama lintas sektor ini sangat penting untuk pemulihan cepat peternakan dari dampak erupsi. Kami mengapresiasi respons cepat Kementan dalam menyediakan kebutuhan esensial bagi peternak." (INF)

PENURUNAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI SEKTOR UNGGAS INGGRIS TERUS BERLANJUT

British Poultry Council melaporkan penurunan penggunaan antibiotik total sebesar 83% sejak 2012, dengan menyatakan bahwa penurunan tersebut didasari oleh 'prinsip desain'.

Merilis Laporan Pengelolaan Antibiotik 2025, yang menyoroti kepemimpinan berkelanjutan sektor ini dalam penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab, British Poultry Council menyatakan bahwa penggunaan antibiotik yang aman telah diprioritaskan oleh industri daging unggas sejak 2011.

Sektor ini merupakan yang pertama secara sukarela mengembangkan strategi untuk penggunaan yang bertanggung jawab dan tetap berada di bawah target spesifik spesies yang disetujui pemerintah, yaitu Penggunaan Obat yang Bertanggung Jawab (RUMA).

Kolaborasi yang berkelanjutan dan komunikasi terbuka di seluruh sektor tetap menjadi kunci keberhasilan. Berbagi data di seluruh rantai pasok telah menghasilkan:

  • Penurunan penggunaan antibiotik total sebesar 83,22% sejak 2012
  • Penurunan penggunaan Antibiotik Kritis sebesar 99,34% sejak 2012
  • Nol penggunaan antibiotik pencegahan

Angka-angka untuk tahun lalu sangat mengesankan. Sektor daging unggas memiliki target industri sebesar 25mg/pcu dan angka tahun ini adalah 11,33mg/pcu, turun dari 13,54mg/pcu pada tahun 2023. Angka ini merupakan yang terendah kedua di sektor ini sejak skema dimulai pada tahun 2014. Angka terendah yang tercatat adalah pada tahun 2017 sebesar 9,85mg/pcu.

Penurunan ini cukup mengesankan mengingat jumlah antibiotik yang digunakan pada unggas mencapai 48,75mg/pcu pada awal inisiatif (2014).

BERSAMA LAWAN RABIES TANPA ADA YANG TERTINGGAL

Vaksinasi rabies. (Foto: Istimewa)

Kampanye Rabies Inklusif di SLB-B Tunas Kasih 2 Kota Bogor
Rabies masih menjadi ancaman nyata di Indonesia. Penyakit zoonosis ini hamper selalu berakibat fatal bila gejala klinis sudah muncul. Namun, kabar baiknya rabies bisa dicegah. Vaksinasi hewan penular rabies, edukasi masyarakat, dan penerapan perilaku yang tepat adalah kunci pencegahannya.

Sayangnya, tidak semua kelompok masyarakat mendapat akses informasi yang sama. Salah satunya adalah anak-anak penyandang disabilitas, khususnya tuna rungu.

Berangkat dari keprihatinan inilah, Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) Kementerian Pertanian bersama mitra menggelar Kampanye Rabies Inklusif di Sekolah Luar Biasa (SLB)-B Tunas Kasih 2 Kota Bogor pada September kemarin, mengusung tema “Bersama Lawan Rabies, Tanpa Ada yang Tertinggal.” Kegiatan ini dirancang agar pesan pencegahan rabies bisa sampai juga kepada anak-anak tuna rungu, kelompok yang kerap luput dari sasaran kampanye kesehatan.

Edukasi dengan Cara yang Ramah Disabilitas
Kegiatan berlangsung interaktif sejak pagi hingga siang. Setelah sambutan dari berbagai pihak, siswa-siswi SLB-B Tunas Kasih 2 diajak mengenal rabies melalui presentasi sederhana yang disertai bahasa isyarat, pemutaran video edukasi, serta ice breaking berupa kuis berhadiah. Guru dan orang tua turut dilibatkan, sehingga edukasi tidak berhenti di sekolah, tetapi berlanjut hingga ke rumah.

Yang menarik, sebelum dan sesudah sesi edukasi, anak-anak diberikan pre dan post-test. Hasilnya cukup mengejutkan. Dari 45 siswa, awalnya hanya sembilan anak yang memperoleh nilai 100. Namun setelah kampanye, jumlah tersebut melonjak menjadi 34 anak. Artinya, lebih dari 50% siswa menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan.

Foto bersama siswa/siswi SLB Tunas Kasih 2 Bogor. (Foto: Dok. Penulis)

Kolaborasi Multipihak
Kampanye ini juga menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor. Hadir dalam kegiatan ini Direktur Kesmavet Kementan secara daring, Kepala BBPMSOH, perwakilan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor, Ketua Umum ASOHI, serta mitra strategis dari KONEKSI. Kolaborasi seperti ini membuktikan bahwa pengendalian rabies tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan butuh sinergi semua pihak, termasuk sekolah dan komunitas disabilitas.

Menyentuh Hati, Membuka Mata
Bagi tim pelaksana, salah satu momen paling berkesan adalah ketika seorang siswa dengan penuh semangat menggunakan bahasa isyarat untuk menjelaskan kembali bagaimana cara mencegah rabies. Sederhana, tapi bermakna, pesan kampanye benar-benar terserap. Di sinilah letak pentingnya pendekatan inklusif, pesan kesehatan bisa diterima, dipahami, dan diterapkan oleh semua kalangan.

Kegiatan ini hanyalah langkah awal. Harapannya, model kampanye rabies inklusif dapat direplikasi di sekolah luar biasa lain, terutama di wilayah endemik rabies. Karena melawan rabies berarti melindungi semua tanpa ada yang tertinggal. ***

Ditulis oleh:
Muhammad Zahid
Analis Kebijakan - Kementerian Pertanian

ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer