-->

GELIAT SENYAP BETA-GLUCAN


Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI)

Pada era pasca non-AGP (antibiotic growth promoter), disamping konsistensi implementasi konsep-konsep biosekuritas di lapangan, juga optimalisasi sistem imunitas ayam menjadi pilihan penting yang sangat favorit. Penelitian yang paling anyar di tingkat imunologi molekuler tampaknya sukses memenuhi harapan peternak dalam situasi yang sedang gonjang-ganjing tersebut. Penggunaan senyawa beta-glucan (BG) sebagai imunomodulator misalnya, adalah salah satu topik kunci yang didiskusikan dalam Intestinal Health Scientific Interested Group (IHSIG) Symposium ke-6 pada awal April silam di Roma. Penulis mencoba merangkai hasil-hasil penelitian terakhir terkait BG dari forum “bergengsi” tersebut.

Sistem Kekebalan Unggas
Disamping punya beberapa kesamaan, ternyata model-model dalam sistem imunitas mamalia tidaklah sepenuhnya dapat diekstrapolasikan dengan model-model sistem imunitas pada unggas. Ada perbedaan dalam hal gen dan molekul yang terlibat, sel dan organ yang terlibat serta mekanisme fungsionalnya. Pada ayam misalnya, ada perbedaan dalam seleksi Toll-like receptors (TLRs) pada permukaan sel fagosit, defensin, khemokin, antibodi dan beberapa molekul imunitas lainnya. Bangsa unggas tidak mempunyai eosinofil, namun fungsinya secara ekivalen diambil alih oleh heterofil yang serupa netrofil pada mamalia. Bangsa unggas juga tidak mempunyai limfonodus (kelenjar getah bening) seperti pada mamalia, tapi mempunyai Bursa Fabricius. Bursa Fabricius inilah yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan pendewasaan reseptor sel limfosit-B (B-cell receptor). Tak hanya itu jaringan limfonodus di mesentrium pada mamalia, pada unggas berupa GALT (gut-associated lymphoid tissue) dalam bentuk Meckel’s Diverticulum, Peyer Patches dan Ceca Tonsil dalam jaringan submukosa dinding usus. Perlu diketahui, mekanisme imunitas akibat perbedaan reseptor inilah selanjutnya tentu menimbulkan perbedaan secara mendasar dari respon imunologis dalam tataran molekuler.

Hampir sama seperti pada mamalia, sistem imunitas unggas terdiri dari dua komponen dasar yang saling berinteraksi satu sama lain, yaitu sistem pertahanan sel (innate immune system) dan sistem kekebalan (adaptive immune system). Sistem pertahanan sel ini secara mendasar merupakan gugus pertahanan terdepan (first line of defense) dalam sistem imunitas yang bertujuan untuk melawan pelbagai bentuk patogen (baik virus, bakteri, jamur atau parasit lainnya) dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetuskan reaksi spesifik pada sistem kekebalan (adaptive immune system). Cermati gambar 1.



Di dalam sistem pertahanan sel (innate immune system) termasuk juga barrier fisik dan kimiawi yang berfungsi untuk mencegah invasi patogen ke dalam jaringan tubuh induk semang. Barrier ini berupa sel-sel epidermis (kulit) atau mukosa (selaput lendir), sekreta dari sel-sel epidermis atau mukosa dan asam lambung (gastric juices).

Komponen innate immune system lainnya adalah sel-sel darah, khususnya dari sub-populasi butir darah putih (white blood cells) yang dapat bertindak menghancurkan struktur fisiko-kimiawi partikel/sel patogen. Sel-sel darah putih yang mempunyai kemampuan untuk memangsa dan menghancurkan patogen tersebut sering kali disebut juga sel-sel fagosit (phagocytic cells), misalnya makrofag (termasuk dendritic cells), heterofil (setara dengan netrofil pada mamalia), trombosit dan natural killer cells.

Umumnya, sel-sel fagosit yang beragam bentuknya ini diaktivasi oleh komponen penciri dari sel atau partikel patogen yang disebut Microbe-Associated Molecular Patterns (MAMPs) atau kadangkala disebut juga Pathogen-Associated Molecular Patterns (PAMPs) yang dapat dikenali oleh Toll-like Receptors (TLRs) yang berada pada permukaan sel-sel fagosit tersebut. Contoh dari suatu MAMP adalah lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada dinding sel bakteri Gram negatif dan asam lipoteikhoat (lipoteichoic acid) pada dinding sel kuman Gram positif.

Sistem kekebalan (adaptive immunity) jauh lebih kompleks dari sistem pertahanan sel (innate immunity), dibagi dalam dua bentuk yaitu kekebalan humoral atau kekebalan dengan perantaraan antibodi (humoral immunity) dan kekebalan dengan perantaraan sel (cell-mediated immunity). Kekebalan humoral melibatkan sel limfosit-B yang menghasilkan antibodi, sementara itu kekebalan dengan perantaraan sel melibatkan cytotoxic lymphocytes atau killer lymphocytes dan helper-T lymphocyte yang bertugas menyerang langsung patogen yang ada.

Sel Makrofag
Makrofag adalah sel fagosit yang besar dan memegang peranan yang krusial baik dalam innate immunity maupun adaptive immunity terhadap patogen yang menyerang induk semang (Qureshi, 2003). Makrofag sejatinya berasal dari sel-sel puncah (stem cells) dari sumsum tulang. Begitu matang dan bermigrasi ke dalam sistem peredaran darah, sel puncah tadi dikenal sebagai sel-sel monosit (monocytes) dan merupakan komponen populasi mayoritas dari sel-sel fagosit bagi unggas. Selanjutnya, monosit dapat berkembang menjadi makrofag dalam berbagai jaringan tubuh. Pada beberapa jaringan tubuh, makrofag pada unggas di kenal sebagai parabronchial macrophages (paru-paru), osteoblast (tulang), microglia cells (otak), kupffer cells (hati) dan hystiocytes (jaringan ikat). Dendritic cells merupakan tampilan lain dari makrofag yang umumnya ditemukan pada lapisan sub-mukosa dari jaringan-jaringan viseral, termasuk sepanjang saluran gastro-intestinal unggas.

Dalam suatu tipikal respon imunitas, sel makrofag mengenali komponen penciri spesifik (specific markers) pada permukaan sel ataupun partikel patogen yang dikenal sebagai MAMPs atau PAMPs seperti yang telah dijelaskan diatas. MAMPs atau PAMPs ini berikatan secara spesifik dengan reseptor tertentu pada permukaan sel fagosit (misalnya makrofag) yang dikenal sebagai Toll-like Receptors atau TLRs (Medzhitov et al, 1997). Bangsa unggas mempunyai 10 jenis TLRs dan 5 jenis diantaranya sama dengan pada mamalia (Temperley et al, 2008). Kunci TLRs pada ayam sebenarnya terletak pada TLR-2 yang dapat mengenali komponen peptidoglikan dari patogen, TLR-4 mengikat LPS yang umum pada bakteri Gram negatif, TLR-5 mengenali flagellin yang umum pada bakteria berflagella serta TLR-21 yang mengenali “unmethylated CpG DNA” yang umum ditemui pada bakteria (Keestra et al, 2010).

Bagian tertentu bakteria (yaitu MAMPs) yang berikatan dengan komponen tertentu (TLRs) yang terdapat pada permukaan sel makrofag, lalu ditelan (internalisasi) kedalam sitoplasma dan membentuk fagosom (phagosome). Sebuah makrofag dapat melakukan internalisasi satu atau beberapa bakteria sekaligus. Selanjutnya fagosom berdifusi (bersatu) dengan lisosom (lysosome) membentuk fago-lisosom (phago-lysosome). Di dalam fago-lisosom inilah struktur kimiawi bakteri yang telah diinternalisasi mengalami degradasi akibat kinerja enzim lisosim yang terdapat dalam lisosom. Tahap selanjutnya, makrofag mempresentasikan komponen peptida dari bakteria atau determinan antigenik lainnya pada permukaan selnya untuk menginduksi sel limfosit B atau T bagi adaptive immune response. Lihat gambar 2.



Makrofag pada ayam juga menghasilkan beberapa jenis sitokin (cytokines). Sitokin adalah protein terlarut yang memberikan sinyal-sinyal tertentu (signaling proteins) dalam proses pengaturan respon imunitas. Selain oleh makrofag, sebenarnya sitokin dapat diproduksi juga oleh beberapa tipe sel yang terlibat dalam proses respon imunitas. Namun, tetap saja makrofag yang sudah mengalami aktivasi oleh adanya MAMPs atau PAMPs dan menghasilkan sitokin tertentu merupakan tahapan inisiasi krusial baik untuk humoral immunity maupun cell-mediated immunity.

Sebagai contoh Interleukin (IL)-12 yang diproduksi oleh makrofag yang sudah lebih dulu diaktivasi pasti akan menstimulasi Helper T-lymphocytes tipe 1 (Th1). Selanjutnya, kondisi ini akan menginduksi produksi tambahan sitokin lainnya yang memegang peranan penting dalam cell-mediated immunity, yaitu  IL-1β, interferon (IFN)γ, IL-2 dan tumor necrosis factor (TNF)α.

Jika akibat aktivasi oleh MAMPs atau PAMPs makrofag memproduksi IL-4, maka protein sinyal ini akan menginduksi Helper T-lymphocytes tipe 2 (Th2) yang selanjutnya akan menghasilkan tambahan sitokin dalam bentuk IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13 yang terlibat dalam humoral immune response.



Konsep Imunomodulasi
Menurut kamus umum imunologi, ada beberapa penjelasan terkait dengan imunomodulasi, yaitu:
a) “Adjusting the immune response to a desired level”: menyesuaikan atau memodulasi respon imunitas suatu flok ayam ke level imunitas flok seperti yang diharapkan, yaitu dalam dimensi antibodi dengan titer yang tinggi, seragam dan berkesinambungan (persistensi).
b) “Priming the immune system”: tindakan memberikan gertakan atau stimulasi awal terhadap sistem imunitas suatu flok ayam supaya imunitas flok cepat terbentuk dan dengan titer antibodi yang protektif, seragam serta persisten.
c) “Switching the immune system to stand-by mode at reasonable energy cost”: memberikan gertakan dini (aktivasi awal) pada sistem imunitas sehingga beberapa sel yang bertanggungjawab pada sistem imunitas itu selalu dalam keadaan siaga untuk memberikan respon lanjut yang cepat dan dengan penggunaan nutrisi ataupun energi yang tidak boros (terkait biaya).

Di lapangan, untuk area yang tantangan patogennya cukup tinggi, dampak dari adanya imunomodulasi (positif) atau imunostimulan terhadap imunitas flok adalah pencapaian titer protektif yang relatif lebih cepat dan seragam serta dengan persistensi titer yang lebih stabil. Dilain pihak, dalam keadaan normal (tidak ada tantangan patogen), efek imunomodulasi dapat membuat komponen sel-sel innate immunity khususnya makrofag selalu dalam keadaan “siaga”, namun dengan penggunaan energi seminimal mungkin.

Mengenal Beta-Glucan
Beta-glucan adalah suatu prebiotik yang mempunyai rantai polimer dari molekul glukosa, mirip dengan pati (starch) dan selulosa. Dapat diproduksi oleh yeast, jamur tertentu (mushroom dan shitake), biji-bijian tertentu (oat atau barley), bakteria dan alga (atau ganggang). Beta-glucan juga ditemukan pada dinding sel mikroorganisme yang mempunyai potensi sebagai patogen (patobionts), misalnya bakteria dan yeast.



Pada penelitian imunologi molekuler, ternyata senyawa Beta-glucan dapat menginduksi innate immunity pada hewan ataupun manusia jika diberikan secara oral, kontak langsung via kulit dan atau diberikan via per-injeksi. Karena fakta inilah maka senyawa Beta-glucan termasuk dalam senyawa-senyawa aktif yang secara fisio-imunologis tergolong Pathogen Associated Molecular Patterns (PAMPs).

Ditinjau dari sumber dan struktur kimiawinya, maka senyawa Beta-glucan ada beberapa jenis yaitu:
a) Alga (terutama mikro-alga) dan bakteria terutama menghasilkan senyawa linier beta-1,3-glucan (β-1,3-glucan) yang homogen.
b) Yeast (terutama pada dinding selnya) memproduksi suatu senyawa linier beta-1,3-glucan dengan cabang-cabang yang panjang beta-1,6-glucan pada sisinya.
c) Jamur khususnya mushroom dan shitake memproduksi suatu senyawa linier beta-1,3-glucan dengan cabang-cabang yang pendek beta-1,6-glucan pada sisinya (sebagai skeleton). 
d) Biji-bijian khususnya oat atau barley mampu menghasilkan senyawa rantai linier beta-1,3-glucan dan beta-1,4-glucan secara bergantian.



Reseptor dari sel-sel imunitas seperti sel makrofag, sel dendritik dan helper-T cells (khususnya Dectin-1 pada permukaan selnya dan yang tergolong dalam kelompok Toll-like Receptors/TLRs) dapat mengikat secara spesifik segmen-segmen rantai beta-1,3-glucan, sedangkan beta-glucan dari biji-bijian walaupun tidak bisa mempengaruhi sistem imunitas namun dapat digunakan untuk kontrol kadar gula darah dan kolesterol. Oleh sebab itu, segmen-segmen rantai beta-1,3-glucan yang dihasilkan dari alga, yeast serta jamur tertentu dapat digunakan sebagai imunostimulan atau imunomodulator yang aman, karena berasal dari organisme hidup, bukan sintetik.



Pada alga dan jamur senyawa beta-glucan sebagai cadangan makanannya (energy deposit), sedangkan pada yeast merupakan komponen dinding selnya. 

Namun perlu dicatat, potensi beta-glucan sebagai suatu imunomodulator sangat tergantung dari sumbernya (asalnya), struktur kimiawinya, kemurniannya, dan proses pembuatan sediaan yang ada (Chen et al., 2009). Tegasnya, tidak semua sediaan beta-glucan mempunyai potensi yang sama sebagai imunomodulator.

Disamping itu, penggunaan beta-glucan sejak DOC juga memberikan beberapa dampak positif yaitu: perkembangan villi usus yang lebih banyak dan panjang, serta tingginya jumlah sel mangkok (Goblet cells) pada lapisan epitelium dinding usus (Shao et al., 2013). Beta-glucan juga meningkatkan efek dalam kemampuan sel fagosit untuk memangsa patogen (phagocytic activity dan phagocytic capability) yang lebih banyak (Guo et al., 2003).  

Demikian juga halnya jika beta-glucan diberikan sejak DOC, maka prevalensi kasus-kasus Salmonellosis yang disebabkan oleh Salmonella enteritidis pada ayam broiler sangat menurun secara signifikan (Lowry et at., 2005).

Penulis mendapatkan kesan bahwa secara “senyap” senyawa beta-glucan via mekanismenya sebagai suatu imunomodulator adalah pendekatan sisi lain yang menjanjikan dalam menghadang laju gerakan patogen di lapangan pasca non-AGP untuk mengkontaminasi produk akhir atau bahkan “merogoh” kocek para peternak. (toe)

JAPFA DAN CHAROEN POKPHAND DI PAVILIUN EKSPOR INDOLIVESTOCK 2019

Paviliun Livestock Export (Foto: NDV/Infovet)


Gelaran Indo Livestock yang berlangsung di Convex Grand City Surabaya, 3 hingga 5 Juli 2019 menyuguhkan paviliun Livestock Export. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) menjadi dua perusahaan yang turut berpartisipasi di paviliun tersebut.

Paviliun Ekspor menjadi etalase promosi bagi produk-produk peternakan yang telah diekspor ke berbagai negara. Pelaku usaha lain yang bergabung dalam paviliun ekspor tersebut diantaranya BBIB Singosari dan BIB Lembang yang telah melakukan ekspor semen beku ke Malaysia, Madagaskar, Kyrgyztan, dan Timor Leste, kemudian PT Santosa Agrindo yang telah melakukan ekspor daging wagyu dengan nama brand ‘Tokusen’ ke Myanmar.

Salah satu pelaku usaha dari Paviliun Ekspor yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Benyamin Limi selaku Regional Head Jawa Timur, membagi pengalamannya mengekspor perdana produk olahan ayam ke Jepang pada tahun 2018 bukanlah hal yang mudah.

Apalagi Jepang terkenal di dunia sangat ketat dalam seleksi makanan yang akan masuk ke negaranya. Lanjut dia, sejak tahun 2014, Jepang telah mengirimkan delegasinya dari Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (MAFF) untuk secara berkelanjutan melakukan penilaian kepada unit usaha pengolahan makanan CPIN. Hingga akhirnya April 2018 dilakukan ekspor perdana ke Jepang.

"Kalau produk kita sudah masuk ke Jepang, sudah pasti kita akan mudah masuk ke negara-negera lain," ujarnya. 

Ia menyebutkan kualitasnya yang tinggi serta penerapan sistem manajemen dan biosekuriti  harus sesuai dengan standar internasional. Menurut Benyamin Limi, selain melepas ekspor produk-produk olahan berbasis ayam, pihaknya juga mengekspor pakan ternak. (NDV)


PLATFORM AYOTERNAK SIAP BANTU PERMODALAN

 Peternak Belanda ketika mengunjungi Jawara Farm (Foto: Istimewa)


Alumni Universitas Padjajaran (Unpad), Muhammad Ali Akbar menggagas sebuah platform AyoTernak/ https://ayoternak.com/. Platform ini didasari konsep sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan bisnis di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.

“Kendala permodalan seringkali mengganjal pengembangan usaha peternakan kita,” ungkap lulusan Unpad 2011 tersebut.  

Platform yang dibuatnya ini adalah fintech investasi di bidang pangan (pertanian, perikanan, dan peternakan). Melalui platform ini, masyarakat dapat terfasilitasi untuk berinvestasi dengan return profit yang masuk akal dan keamanan yang terjamin serta membantu penyediaan modal bagi  peternak lokal.

“Dengan platform ini, memungkinkan masyarakat mampu membantu permodalan kepala peternak dengan skema bagi hasil. Jadi masyarakat bisa berinvestasi mulai dari Rp 50.000 per slot untuk program penggemukan domba, kambing dan sapi. Selanjutnya panen empat bulan sekali dan investor mendapatkan bagi hasilnya,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (8/7/2019).

AyoTernak mengumpulkan modal dari masyarakat kemudian diinvestasikan ke peternak atau petani dengan pola yang saling menguntungkan. “Goal-nya peternak mudah mendapatkan modal, kemudian masyarakat pun mendapatkan profit bagi hasil dan tentunya membantu peternak dalam hal penyediaan modal,” tambahnya.

Dalam program ini, AyoTernak bermitra dengan Jawara Farm, dikenal sebagai perusahaan ternak yang kredibel. Perusahaan yang dikelola Nur Agis Aulia, (Pelopor Peternak Muda Indonesia) selama 5 tahun terakhir amanah dalam mengelola dana yang diinvestasikan kepada mereka. Sisi lain, juga fokus dalam duplikasi dan regenerasi petani peternak muda di daerah Serang dan Banten.

Menurut Agis, investasi di bidang peternakan memiliki prospek yang sangat cerah. Mengutip data BPS, Agis menyatakan bahwa kebutuhan daging ternak terus meningkat. Sementara pasokan belum memenuhi kebutuhan. Terbukti di tahun 2018, daging lokal hanya dapat mencakup 60,9% kebutuhan nasional.

Bersama AyoTernak, masyarakat bisa memberi dampak positif secara makro dan mikro. “Secara makro masyarakat membantu pemenuhan kebutuhan daging nasional. Sementara secara mikro  juga berkontribusi pada pemerataan ekonomi di masyarakat,” tukasnya. (INF/NDV)

INDO LIVESTOCK 2019, POTRET KEMAJUAN INDUSTRI PETERNAKAN

Pemukulan gong oleh Dirjen PKH saat pembukaan Indo Livestock 2019. (Foto: Infovet/CR)

Kota Surabaya kembali ditunjuk menjadi tuan rumah penyelanggaraan
Indo Livestock 2019 Expo and Forum, 3-5 Juli 2019. Kegiatan yang sudah ke-14 kalinya ini digelar Grand City Convex, berbarengan dengan Indo Feed, Indo Diary, Indo Vet dan Indo Fisheries 2019.

PT Napindo Media Ashatama selaku penyelenggara menyebut, event ini merupakan ajang promosi dan alih teknologi bagi industri peternakan, sekaligus sebagai wadah memperkuat kapasitas industri peternakan lokal dengan cara membangun kerjasama dengan industri peternakan asing, serta berbagi informasi terkini mengenai tren dunia peternakan.

Sementara, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I ketut Diarmita, saat pembukaan Indo Livestock 2019, Rabu (3/7/2019), mengatakan, Indo Livestock 2019 merupakan acara besar yang memberi segudang manfaat. “Acara ini memberi peluang besar bagi kemajuan bidang peternakan dan kesehatan hewan,” kata Ketut.


Dirjen PKH saat meninjau salah satu booth peserta. (Foto: Infovet/CR)

Pasalnya dari data pemerintah, pertumbuhan sub sektor peternakan periode 2015-2018 cukup tinggi, yakni pertumbuhan produksi daging (17,6%); susu (8,5%); dan telur (17,5%) , serta ekspor meningkat (44,5%) per tahun. Akumulasi investasi usaha peternakan dalam negeri juga meningkat pada periode yang sama sebesar Rp 541,04 miliar, kemudian akumulasi PDB (Pendapatan Domestik Bruto) pada periode serupa meningkat Rp 18,2 triliun, dengan peningkatan 2017 ke 2018 sebesar 13,3% menjadi Rp 155,15 triliun.


Ketut menambahkan, “Indo Livestock juga memberikan solusi bagi dunia peternakan di Indonesia. Kami sangat apresiasi, semoga lebih kreatif dan inovatif lagi ke depannya untuk menjawab tantangan industri peternakan di Indonesia, serta mampu menarik minat masyarakat pada dunia peternakan.”

Selama tiga hari, kegiatan akbar itu dihadiri Dirjen PKH, Musdhalifah Machmud (Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian), Mayjend (purn) Bambang Budi Waluyo (HKTI), serta diikuti sekitar 250 peserta dari 25 negara dengan 6 paviliun negara, diantaranya Indonesia, Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, Eropa dan Amerika, dengan pengunjung mencapai 12.000 orang.

Acara semakin semarak dengan hadirnya booth khusus produk-produk ekspor, paviliun UMKM, KUR (Kredit Usaha Rakyat), seminar asosiasi, maupun seminar teknis dari perusahaan, sosialisasi SDTI (susu, daging, telur dan ikan) dan lain sebagainya yang menambah informasi dan edukasi bagi pengunjung.


Foto bersama asosiasi peternakan yang turut mendukung Indo Livestock. (Foto: Infovet/CR)

Jateng Terima Indo Livestock Services Award wilayah A


Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indo Livestock 2019 juga memberikan penghargaan Indo Livestock Services Award bertajuk “Adi Praja Satwa Sewaka” . Kali ini, untuk pertama kalinya penghargaan Indolivestock Services Award diberikan kepada Dinas Provinsi (Indo Livestock sebelumnya diberikan kepada Dinas Kabupaten dan UPT/Unit Pelaksana teknis). Penilian dilakukan oleh Dewan Juri independen dan bersertifikat dari Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI) bekerjasama dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan hewan. Tahapan penilaian meliputi penyebaran formulir award ke semua Dinas Provinsi, pengisian formulir, desk review, verifikasi lapangan dan penetapan pemenang.

Mengingat luas dan ragamnya wilayah Indonesia, wilayah penilian dibagi 3 kategori yaitu wilayah A, B dan C, berdasarkan aspek populasi animal unit, perkembangan industri dan aspek terkait lainnya.

Dari hasil penilaian selama  beberapa bulan, Dewan Juri menetapkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah sebagai pemenang pertama untuk Wilayah A. Berikut data pemenang selengkapnya.

Wilayah A:
Juara 1. Provinsi Jawa Tengah
Juara 2. Provinsi  Jawa Timur
Juara 3. Provinsi  Sumatera Barat

Wilayah B
Juara 1. Provinsi Bali
Juara 2. Provinsi  Sulawesi Selatan
Juara 3. Provinsi  Kalimantan Timur 

Wilayah C
Juara 1. Provinsi Kepulauan Riau
Juara 2. Provinsi  Gorontalo
Juara 3. Provinsi  Sulawesi Barat

Penerima penghargaan Indo Livestock Services Award 2019. (Foto: Infovet/CR)

Perwakilan YAPPI Dedy Kusmanagandi, yang merupakan tim penilai
Indo Livestock Sevices Award, menyatakan bahwa landasan penilaiaan berdasarkan pada aspek nomenklatur, regulasi bidang peternakan, kemandirian dalam menghasilkan devisa daerah lewat komoditi peternakan, realisasi Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) dan beberapa aspek lainnya. (RBS/Bams)

BUKU "MENGGALI BERLIAN" RESMI DILUNCURKAN DI INDOLIVESTOCK EXPO

Bambang Suharno (tengah) didampingi Rakhmat Nuriyanto menyerahkan buku ke Ketua FMPI Don P Utoyo
Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don P Utoyo mengapresiasi terbitnya buku Menggali Berlian Di kebun Sendiri karya Bambang Suharno. "Buku ini sangat penting untuk kita semua agar kita dapat berkarya dengan tekun dan ikhlas, berpikiran positif sehingga menghasilkan karya terbaik dan badan sehat", ujar Don yang saat ini usianya 76 tahun dan masih aktif di berbagai kegiatan asosiasi .

Don menyampaikan pandangan dalam acara seminar motivasi dan peluncuran buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri di Grand City Convex Surabaya di area berlangsungnya Indolivestock expo & Forum, Kamis, 4 Juli 2019. Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh perwakilan asosiasi antara lain GPPU, GOPAN, YAPPI, FMPI, ASOHI,  ADHPI, ISPI, PDHI, AINI, perwakilan perusahaan serta para pembaca setia karya Bambang Suharno dari berbagai kalangan

Dalam sesi tanya jawab Don menyampaikan sekilas perjalanan karirnya di Ditjen Peternakan yang sempat berkarya di beberapa provinsi hingga dipercaya menduduki jabatan eselon 2 yang beragam. .

"Saya di Ditjen Peternakan sudah pernah jadi Sekdit, Direktur Produksi, Direktur Bibit dan lain lain yang semuanya di eselon 2," ujarnya. Yang tak kalah pentingnya adalah setelah pensiun, dimana kita perlu tetap berkarya menyumbangkan pemikiran.

"Setelah pensiun, justru saya bisa jalan-jalan ke puluhan negara. Ini anugerah buat saya, saya sangat bersyukur. Jadi betul yang dipaparkan pak Bambang Suharno bahwa kita harus bekerja itu harus fokus, ihklas, banyak bersyukur, jangan mengeluh," tambahnya.

Selain Don, dalam acara ini juga tampil Pengurus GOPAN Setya Winarno  dan Syamsul (seorang peternak itik di Malang). Keduanya berkisah tentang karir dan bisnis masing-masing dengan berbagai liku-likunya yang sangat selaras dengan isi buku. Setya Winarno mengisahkan dirinya yang fokus di peternakan ayam, sedangkan Samsyul bercerita tentang beternak itik dengan belajar dari seminar-seminar di Indolivestock.

"Saya tekuni beternak itik, dan saya pernah coba beternak ayam ternyata sulit. Jadi saya terus menekuni itik," ujar Syamsul.

Acara Peluncuran

Beberapa peserta ikut foto bersama
Peluncuran buku diawali dengan sambutan Direksi PT Gallus Indonesia Utama oleh Drh Rakhmat Nuriyanto dan penyerahan buku secara simbolis dari penulis kepada Don P Utoyo sebagai perwakilan pembaca.

Dalam paparannya, Bambang Suharno menyampaikan bahwa di ruangan seminar ini sudah ada beberapa orang yang berhasil menggali berliannya masing masing. Antara lain Samsul Peternak Itik sukses terus menekuni usahanya yang tentunya melalui proses jatuh bangun, namun akhirnya bisa terus berkembang.

Dipaparkan juga kisah petani Afrika yang menjual tanah pertaniannya untuk mendapatkan berlian, namun gagal. Sementara yang membeli tanah petani itu justru mendapatkan berlian di lahan yang dibelinya dengan harga murah. Pelajaran dari kisah petani ini sangat penting untuk kita semua. Bambang juga menjelaskan metode praktis untuk memahami pola pikir sendiri dan orang lain dengan metode emergenetic (emergenetics.com).

Seminar dipandu oleh Anang Sam dari Infovet, disertai dengan beberapa games interaktif dengan peserta dengan topik keterlibatan, konsentrasi, semangat dan fokus cita-cita. Anang juga membacakan testimoni para tokoh tehadap isi buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri, antara lain dari motivator no 1 Indonesia Andrie Wongso, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan  Dr. Drh. I Ketut Diarmita, Prof. Abdul Basith dan sebagainya

Filsuf Plato pernah mengatakan, hati-hati dengan pikiranmu, karena apa yang kamu pikir itu bisa terjadi. Kekuatan pikiran mampu sebagai obat sekaligus bisa sebagai racun. Jika dilandasi dengan serakah, iri, benci, pikiran menjadi racun yang keji. Sebaliknya jika dilandasi dengan cinta, ia adalah obat yang paling manjur.

Buku karya Bambang Suharno ini memberikan pencerahan bagi kita untuk mengelola kekuatan pikiran dan tindakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu saya ucapan selamat untuk Pak Bambang Suharno," kata Anang membacakan endorsement dari Motivator No1. Indonesia Andrie Wongso yang dimuat di cover buku.


Materi seminar bisa diunduh dengan klik www.bit.ly/SEMINARMBKS



Buku Menggali Berlian di Kebun Sendiri bisa dibeli di klik  www.jurnalpeternakan.com atau  bukalapak
***


MENGATASI JEBAKAN KOMDITI DENGAN KOPERASI (EDITORIAL INFOVET)

Lebaran baru saja usia. Mestinya kegembiraan menyelimuti masyarakat. Namun tampaknya tidak bagi para peternak unggas khususnya peternak ayam broiler.  Lebaran kali ini mereka tidak menikmati “bonus” harga bagus sebagaimana tahun tahun silam.

Di Jawa Tengah dan DIY pasca lebaran, peternak menelan pil pahit berupa harga yang terjun bebas. Mereka membeli DOC dengan harga sekitar Rp. 5.000/ekor, setelah dipanen harga ayam broiler hidup yang mestinya minimal 18.000 untuk menutupi biaya produksi, tapi yang diterima hanya Rp.5000 /ekor. Banyak orang heran, kenapa pedagang tega membeli ayam hasil jerih payah peternak dengan harga segitu murahnya, sedangkan konsumen tetap membeli ayam dengan harga normal.

Tak pelak lagi kerisauan hingga rasa frustasi menyelimuti para peternak. Hutang mereka kian menumpuk, sementara harga tak kunjung naik. Peternak di Solo dan Jogja pada akhir Juni 2019 bahkan  melakukan aksi bagi-bagi ribuan ayam hidup ke masyarakat sebagai bentuk protes mereka kepada Pemerintah yang tak berhasil mengendalikan harga ayam sesuai harga acuan yang mereka tetapkan sendiri.

Pertanyaannya adalah, apakah betul terjadi oversupply? Kenapa harga di konsumen stabil tinggi? Berarti semua ayam terserap konsumen? Atau ada yang tidak sehat di struktur pasar ayam di negeri ini?  Sebenarnya apa masalahnya? Bagaimana solusinya?

Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bahan diskusi hangat para pelaku usaha perunggasan di berbagai group media sosial. Hampi semua orang mengaku sangat paham mengenai masalah ini. Sejumlah usulan dilontarkan ke pemerintah, mulai dari cutting DOC, afkir dini parent stock, aborsi telur tetas, pengawasan mutu bibit lebih ketat, melaksanakan aturan kewajiban RPHU untuk peternak skala tertentu dan sebagainya. Dan dalam posisi ini, pastinya pemerintah dalam posisi yang paling disalahkan.

Patut dicatat, gejolak harga sebenarnya bukan hal baru. Berdasarkan catatan Infovet, kasus ini sudah berulang kali terjadi, sejak ayam broiler mulai berkembang tahun 1980an di Indonesia. Awalnya, terjadi kelebihan pasokan alias over supply ayam di pasar.  Akibat kejadian ini, peternak mengurangi produksinya.  Breeder juga mengurangi produksi DOCnya. Karena pengurangan produksi,  harga ayam di peternak juga ikut naik. Lantas peternak kembali ramai-ramai beternak. sebagian malah menambah kapasitas kandang. Bahkan muncul investor baru yang melihat bisnis peternakan ayam broiler menggiurkan. Selanjutnya bisa ditebak, over supply kembali terjadi dan harga ayam pun jatuh lagi.

Inilah yang disebut commodity trap (jebakan komoditi) . Jika para produsen (peternak) menghasilkan barang yang sama dan berupa barang hidup, maka hukum supply demand akan terjadi dan akan mampu mengguncangkan usaha keseluruhan secara berulang-ulang. Jika total populasi semakin besar, gejolak juga semakin dahsyat.

Jadi solusi atas masalah itu, adalah peternak tidak menjual ayam hidup tapi berupa daging ayam yang bisa disimpan dalam waktu lama sesuai perkembangan pasar.  Mungkinkah?

Sangat mungkin apabila peternak dapat bersatu dalam lembaga berbentuk koperasi. Di negara maju, koperasi sudah bisa berkembang menjadi bisnis multinasional, yang kegiatannya adalah memasarkan produk peternakan. Anda kenal Campina? Es krim yang mendunia itu adalah karya dari sebuah koperasi peternak sapi.

Campina merupakan salah satu koperasi susu terbesar di Eropa yang dimiliki  sekitar 8.000 peternak sapi perah, yang di Belanda, Jerman dan Belgia. Produknya berupa  susu segar, yoghurt, mentega, keju, kue, es cream dan sebagainya, dipasarkan luas ke lebih dari 100 negara, termasuk di Indonesia.
Keberadaan Koperasi Campina terutama bertujuan untuk memberi nilai tambah pada susu yang dipasok oleh anggotanya. Koperasi melakukan hal ini dengan mengumpulkan susu dari peternak kemudian mengolahnya menjadi produk-produk yang memperkuat posisi pasarnya. Jadi peternak tidak takut kejadian over supply gara-gara menjual susu segar ke warga sekitar.

Mari kita bayangkan, jika peternak unggas bergabung dalam bentuk koperasi untuk melakukan investasi RPHU, mesin pengolahan hasil unggas dengan aneka produk, maka koperasi berada di garda terdepan untuk melayani konsumen. Koperasi ini berbeda dengan koperasi produksi peternakan unggas yang pernah berdiri di Jakarta tahun 1980an. Sebagaimana namanya, koperasi tersebut adalah koperasi produksi yang fokusnya bukan pada hilir melainkan pada hulu. Akibatnya koperasi ini makin lama makin kurang manfaatnya, dan akhirnya bubar dengan sendirinya.

Untuk mengatasi masalah gejolak harga akibat ketidak seimbangan supply demand, caranya adalah dengan meniadakan penjualan berbentuk ayam hidup ke pedagang. Peternak harus menjual ayam ke koperasi dengan harga yang wajar. Koperasi bertanggungjawab melakukan pemotongan ayam dan mengolah menjadi aneka makanan yang sesuai selera pasar. Konsumen tak lagi membeli ayam hidup atau ayam potong di pasar.

Direktur Indofood Sukses Makmur Franciscus Welirang dalam satu seminar beberapa tahun lalu sempat mengatakan, salah satu PR penting pelaku perunggasan adalah mengembangkan kulinologi unggas. Hasil olahan unggas masih tertinggal dibanding olahan susu dan gandum.

Dengan kegiatan hilirisasi oleh peternak melalui lembaga koperasi, maka gejolak harga dapat dikurangi. Konsumen juga akan diuntungkan karena harga di konsumen sangat memungkinkan akan seirama dengan harga di kandang. Bagaimana dengan program supply management yang sudah dilakukan pemerintah dengan menghitung kebutuhan DOC? Penghitungan kebutuhan ayam adalah upaya di hulu yang masih diperlukan. Melakukan kalkulasi pergerakan kebutuhan ayam, kerap meleset akibat adanya dinamika pasar. Hilirisasi justru menjadi sangat penting untuk melengkapi upaya di hulu tersebut.

Pertanyaannya, mampukah peternak bersatu mendirikan koperasi modern demi terciptanya iklim bisnis yang kondusif ? Semua terpulang pada peternak sendiri, apakah mau sedikit bersusah payah demi perbaikan iklim usaha atau memilih untuk “menikmati”  gejolak harga yang terus berulang.
(Bams)***

MEWASPADAI PENYAKIT PERNAPASAN

Penting untuk memerhatikan kepadatan kandang, karena dapat menjadi pemicu penyakit pernapasan. (Sumber: Istimewa)

Bernapas merupakan Salah satu ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Dalam dunia perunggasan, kebanyakan penyakit menyerang saluran pernapasan. Berhasil dalam mencegah dan menanggulangi penyakit pernapasan, selain meningkatkan kualitas hidup dari ternak unggas, tentunya juga menjadi kunci dalam menjaga produktivitas.

Kegiatan yang sehari-hari dilakukan oleh makhluk hidup secara sadar yakni bernapas. Sebagaimana diketahui, prinsip dari bernapas yakni melakukan pertukaran udara dari dalam tubuh. Bernapas bukan hanya kegiatan mengeluarkan karbondioksida dan mengirup oksigen, tetapi juga memiliki arti penting seperti membantu proses kekebalan primer dan memperlancar mekanisme pengaturan suhu tubuh. 

Pertahanan pada Saluran Pernapasan Unggas
Secara umum, saluran pernapasan unggas terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, paru-paru dan kantung udara. Saluran pernapasan bagian atas dimulai dari hidung, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Karena berhubungan langsung dengan dunia luar, di dalam rongga hidung dilengkapi dengan filter alami berupa silia/bulu getar yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel udara seperti debu bahkan mikroorganisme lainnya.

Begitu pula dengan trakea, sel-sel epitel yang ada pada trakea dilengkapi juga dengan bulu getar, namun tak bersilia. Sel-sel epitel tersebut akan menghasilkan mukus/lendir yang dapat menghancurkan berapa jenis mikroorganisme. Karena mukus tadi mengandung enzim proteolitik dan surfaktan. Yang tadi disebutkan oleh penulis di atas merupakan sistem pertahanan utama dalam saluran pernapasan unggas. Dapat dibayangkan apabila sistem pertahanan rusak akibat berbagai macam hal iritasi akibat kadar amonia yang tinggi, tentunya dapat memudahkan mikroorganisme patogen untuk masuk ke dalam saluran pernapasan ayam. Dari sinilah kemudian penyakit saluran pernapasan dimulai. 

Faktor Penyebab Penyakit Saluran Pernapasan
Siapakah yang paling sering disalahkan ketika terjadi wabah penyakit pernapasan di suatu peternakan? Pasti banyak orang akan menjawab... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2019.

UGM DESAK PEMERINTAH ATASI KEMELUT HARGA AYAM BROILER

Fakultas Peternakan UGM  (Foto: UGM)



Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Fakultas Kedokterah Hewan UGM mendesak pemerintah untuk segera mengatasi kemelut harga ayam broiler hidup atau live bird. “Kami menyerukan untuk dilakukan penyelamatan peternak dan pelaku industri peternakan ayam mandiri ini,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, kepada wartawan menanggapi anjloknya harga ayam broiler di kalangan peternak, Selasa (26/6/2019).

FKH UGM

Pemerintah diharapkan, imbuh Prof Ali Agus, agar menetapkan harga acuan atas dan harga acuan bawah baik untuk bibit, ayam hidup dan karkas.

Harga ayam broiler hidup atau live bird selama lebih dari dua pekan jatuh ke titik terendah yakni sebesar Rp 7.000-Rp 9.000. Sementara harga pokok produksi setiap kilogram mencapai Rp 16.000 hingga Rp 18.000 per kilogram (kg) sehingga banyak peternak yang mengalami kerugian besar, bahkan terancam bangkrut dan gulung tikar.

Kendati harga ayam hidup di tingkat peternak jatuh, namun harga di tingkat konsumen Rp 18.000 per kg untuk ayam hidup dan Rp 26.000 hingga 32.000 untuk karkas.

Kesenjangan harga di tingkat peternak dengan konsumen ini, menurut Ali Agus, perlu ditelusuri pemerintah dan pihak berwenang agar peternak mandiri tidak merasa dirugikan. “Setiap pelaku usaha harus memiliki ruang yang adil dalam memperoleh keuntungan usahanya,” katanya.

Selain menetapkan harga acuan, Prof Ali Agus juga meminta pemerintah melalui Kementerian dan Bulog bisa mengendalikan keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan daging ayam broiler di pasaran dengan mengurangi stok produksi bibit secara transparan.

“Soal kebutuhan dan ketersediaan ini harus dilakukan secara cermat dan sungguh-sungguh,” tegasnya.

Proporsi usaha di sektor budidaya juga ditingkatkan, sehingga memungkinkan pelaku usaha peternakan ayam mampu bertahan dan memperoleh kesejahteraan. “Meski jumlah peternak mandiri ini hanya 20 persen dari seluruh pelaku usaha, namun puluhan ribu keluarga dan pekerja akan terancam jika usaha mereka bangkrut,” lanjutnya.

Seperti yang dilakukan oleh pelaku usaha dari perusahaan besar di bidang usaha budidaya, pemerintah diminta untuk memfasilitasi para peternak dan pelaku usaha supaya memiliki usaha pemotongan bersama, gudang penyimpanan dan infrastruktur perkandangan yang lebih memadai.

“Perlu restrukturisasi kebijakan di bidang industri perunggasan agar lebih efisen, berkeadilan dan memberikan pemerataan akses berusaha lebih luas,” pungkasnya. (Humas UGM/INF)

HARGA AYAM RENDAH, PEMERINTAH INSTRUKSIKAN AFKIR PS

Peternakan broiler rakyat di kawasan Bogor. (Foto: Infovet/Ridwan)

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, resmi mengeluarkan Surat Edaran No. 6878/SE/TU.020/F/06/2019 mengenai afkir parent stock (PS) ayam ras broiler dan peningkatan kapasitas pemotongan live bird (LB), Rabu, 26 Juni 2019.

Dalam surat edaran yang diterima redaksi Infovet, Kamis (27/6), disampaikan kepada perusahaan pembibitan PS broiler untuk melakukan cutting dalam rangka mengatasi permasalahan supply-demand yang berdampak pada harga LB di farm gate yang merosot dan mengacu Pasal 4 sampai 7 Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi, serta pertimbangan rapat komisi ahli perunggasan pada 13 Juni 2019 dan pertemuan koordinasi perunggasan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada 14 Juni 2019, yang diikuti jajaran Ditjen PKH, tim analisis, tim asistensi, asosiasi perunggasan, Satgas Pangan dan peternak mandiri.

Kemudian pada rapat koordinasi perunggasan lanjutan yang dilaksanakan di Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan Bogor, 25 Juni 2019, yang juga dihadir tim analisis, tim asistensi, perwakilan asosiasi perunggasan, diputuskan langkah konkrit mengatasi permasalahan supply-demand sebagai berikut:

1. Mengacu Permentan No. 40/2011 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Ras yang Baik, seluruh pembibit PS ayam ras broiler untuk segera melaksanakan afkir PS ayam ras broiler yang berumur di atas 68 minggu (chick in sebelum tanggal 12 Maret 2018).

2. Periode afkir PS ayam ras broiler dilaksanakan selama dua minggu, dimulai sejak 26 Juni sampai 9 Juli 2019, diikuti pakta integritas antara pemerintah dengan perusahaan pembibit PS ayam ras broiler.

3. Pelaku usaha yang telah memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat (1) Permentan No. 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi, agar meningkatkan kapasitas pemotongan di rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) sampai 30% dari jumlah produksi LB ayam ras broiler internal.

4. Untuk efektivitas pelaksanaan afkir PS ayam ras broiler dimaksud akan dilakukan:
    a. Pengawasan pemotongan LB ayam ras broiler yang dilakukan dalam dua shift per hari sesuai kapasitas per jam di RPHU integrator di Pulau Jawa.
    b. Pengawasan penyimpanan produk karkas hasil pemotongan LB ayam ras broiler disimpan dalam cold storage sesuai jumlah pemotongan per hari setelah dikurangi distribusi.
    c. Evaluasi pelaksanaan afkit PS ayam ras broiler akan dilaksanakan satu minggu setelah 9 Juli 2019.
    d. Dalam hal hasil pelaksanaan evaluasi dimaksud harga LB ayam ras boiler di farm gate belum sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 96/2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Penjualan di Tingkat Konsumen, maka akan dilakukan afkir PS ayam ras broiler yang berumur 60 minggu serta dievaluasi setiap bulan.

Pemerintah berharap keputusan surat edaran pelaksanaan afkir PS broiler dan peningkatan kapasitas pemotongan dapat dilaksanakan dengan baik. (INF)

MARKAS BARU BIOMIN INDONESIA

Pemotongan tumpeng oleh Mark Olley (FOTO : CR)
Setelah sebelumnya berkantor di Wisma Mampang, kini Biomin memindahkan “markas”-nya ke Plaza SUA di Jalan Prof. Dr. Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan. Kantor baru Biomin tersebut diresmikan pada Rabu, 26 Juni 2019 yang lalu.. Dalam sambutannya Managing Director Biomin  Indonesia Rochmiyati Setiarsih berterimakasih kepada semua yang telah hadir memenuhi undangan dan berbagi kebahagiaan bersama mereka.

Lebih jauh wanita yang akrab disapa Ibu Yati tersebut menjelaskan sedikit sejarah mengenai perkembangan bisnis Biomin di Indonesia. “Dulu kita sempat berkantor di Pondok Gede, masih Ruko dan hanya kantor representative, terus kita bekerjasama dengan PT Romindo Primavetcom dan bisnis mulai berkembang dan pindah lagi ke Wisma Mampang, nah sekarang di Plaza SUA kantornya dua kali lebih luas dari yang di Mampang, buat saya, ini juga sebagai simbol bahwa bisnis kami di sini berkembang, Alhamdulillah,” pungkasnya.

Hadir pula dalam acara tersebut Mark Olley, Regional Director Biomin. Ia mengapresiasi hasil kerja tim Biomin di Indonesia dan berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu perkembangan bisnis Biomin di Indonesia. “Kami akan selalu berusaha yang terbaik di Negara manapun tempat kami berbisnis, seperti jargon kami pioneers, partners dan performers. Sebagai pelaku global di industri pakan dan makanan kami meninggalkan 'foodprints’ untuk dunia yang lebih baik,” tutur Mark. Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan kemudian ditutup dengan makan malam bersama. (CR)

EVALUASI PENYELAMATAN PERUNGGASAN NASIONAL

Rapat evaluasi dihadiri perwakilan peternak maupun pelaku usaha peternakan (Foto: Infovet)

Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia, menyelenggarakan Rapat Evaluasi Penyelamatan Perunggasan Nasional. Rapat tersebut diselenggarakan pada Selasa (25/6/2019) di Ballroom IPB International Convention Center, Bogor.

Hadir dalam rapat tersebut adalah para pimpinan perusahaan perbibitan maupun pakan, pelaku peternakan mandiri, dan asosiasi peternak unggas.

Latar belakang diadakannya rapat ini, seperti disebut dalam undangan yang diterima Infovet bertanggal 21 Juni 2019, adalah seminggu setelah berjalannya instruksi Menteri Pertanian untuk memperbaiki harga ayam hidup menuju harga referensi farm gate dinilai belum berhasil.

Disebutkan kondisi saat ini terasa sangat berat bagi pelaku perunggasan, sehingga patut dicari bersama jalan keluar untuk memperbaiki kondisi bisnis perunggasan.

Rapat yang mengagendakan evaluasi dan solusi penyelamatan perunggasan nasional ini, menghasilkan banyak buah pikir dari pesertanya.

Sugeng Wahyudi selaku Ketua Panitia menilai telah ada upaya perbaikan harga melalui koordinasi tunda jual untuk pabrikan besar. Pada 30 Mei-1 Juni jumlah DOC FS sudah jauh lebih sedikit, maka seharusnya harga hari ini dan esok sudah bisa naik. Dia juga mengungkapkan bahwa data dari pemerintah produksi DOC mencapai 68 juta, sedangkan kebutuhannya hanya 60 juta.

Sementara itu temuan di lapangan, menurut Tarto dari Satgas Pangan, kandang dan RPA full. Menurutnya, harga dipermainkan oleh broker. Akibatnya harga ayam di pasar di tingkat konsumen tidak berbanding lurus dengan harga ayam hidup di tingkat peternak yang terus menurun.

Tarto mengharapkan agar ada kesepekatan yang clear diantara pelaku bisnis perunggasan. Dia juga menyarankan agar kunci harga ditahan dan pemotongan DOC FS dilakukan secara proporsional.

Achmad Dawami, praktisi perunggasan yang dikenal juga sebagai Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) mengatakan harga adalah cerminan supply dan demand. Menurutnya, perlu untuk memotong mata rantai, tidak melalui trader, agar terlihat cerminan pasar yang sebenarnya.

“Tanggal 10 Juni GPPU diinstruksikan untuk menghitung over supply dan mengusulkan cutting. Jangka pendek melalui pemotongan DOC FS melalui evaluasi,” ungkapnya.

Dasar populasi DOC harus merujuk data pemerintah, potensi produksi 3,5 miliar DOC di tahun 2019. Target pemerintah di tahun 2020 adalah merujuk angka 13,5 kg/kapita/tahun dengan rata-rata berat badan ayam 1,6 kg/ekor.

Pada tanggal 13 Juni diputuskan tim ahli 30%, sementara usulan GPPU 20,8 % dalam bentuk anak ayam. Keputusan itu bagaimana pelaksanaannya? Sampai tanggal 24 Juni kejelasan cutting tidak ada kejelasan.

Sementara pelaku perunggasan lain menyatakan masalah ayam saat ini sudah diluar normal. Turunnya harga sudah dimulai menjelang Idul Fitri.

Pada rapat evaluasi ini dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

Harga referensi Live Bird, Rabu 26 Juni 2019 (Ring 1)
0,8 kg  – 1 kg   : Rp 20.000
1,1 kg – 1,2 kg : Rp 19.000
1,2 kg – 1,4 kg : Rp 18.000
1,4 kg – 1,6 kg : Rp 17.000
1,6 kg – 1,8 kg : Rp 14.500
1,8 kg – 2 kg   : Rp 13.500
2 UP                : Rp. 11.000

Catatan:
-Harga Nett
-Wilayah Purwakarta, Subang, Karawang (Purwasuka) selisih Rp 1.000 dengan ring 1
-Harga berlaku mulai tanggal 26 Juni 2019


MENJAGA SALURAN PERNAPASAN

Brooding sukses, pernapasan beres. (Istimewa)

Penyakit pada sistem pernapasan unggas bisa dibilang ngeri-ngeri sedap. Selain menunjukkan gejala klinis yang serupa dan kadang tidak spesifik, daya bunuhnya juga luar biasa. Jangan lupakan juga penyakit zoonotik seperti AI (Avian Influenza) yang juga menyerang sistem pernapasan.

Ayam modern memang banyak memiliki kelebihan, terutama dari segi performa produksi dan kecepatan pertumbuhan. Namun begitu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ayam modern cenderung lebih mudah stres yang berdampak pada turunnya performa, bahkan berujung kematian.

Bicara saluran pernapasan, sistem ini merupakan sistem terbuka yang berhubungan langsung dengan dunia luar layaknya saluran pencernaan. Jadi, sistem pernapasan juga merupakan pintu masuk bagi agen-agen penyakit dari luar tubuh ayam. 

Kenyamanan Ayam
Fokus dalam menanggulangi dan mencegah penyakit pada saluran pernapasan utamanya adalah menciptakan supply kualitas udara yang baik dan berkelanjutan. Oleh karenanya, beberapa titik kritis harus diperhatikan agar sistem ventilasi di kandang maksimal dan membuat ayam nyaman di dalamnya.

Hal pertama yang perlu diperhatikan yakni konstruksi kandang. Kandang yang apik dengan kualitas udara yang baik akan membuat penghuninya bernapas dengan nyaman. Di masa kini, bisa dibilang kandang closed house adalah sebuah keniscayaan, namun karena berbagai macam alasan, mayoritas peternak Indonesia masih mengadopsi “madzhab” kandang terbuka (open house) dengan tipe postal maupun panggung. 

Kedua tipe kandang terbuka tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun begitu konstruksi kandang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan modal yang dimiliki. Prinsip pembuatan kandang adalah kuat/kokoh, murah dan dapat memberikan kenyamanan pada ayam. Kekuatan kandang harus diperhitungkan dalam pembuatan kandang karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan pekerja kandang. Oleh karena itu, konstruksi kandang tidak boleh sembrono dan “setengah-setengah”.

Kandang harus kuat terhadap terpaan angin dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu, perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan murah, tetapi bukan murahan. Artinya, membangun kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat tanpa mengurangi kekuatan kandang.

Sales Representative PT Big Dutchman Indonesia, Arfiyan Sudarjat, mengatakan, memang perubahan iklim dan cuaca sekarang sangat ekstrem, apalagi di negara-negara tropis seperti Indonesia, keadaan ini akan menyebabkan ayam menjadi stres, karenanya closed house menjadi sebuah solusi dalam menjaga kualitas udara dalam kandang.

“Kenyataannya memang seperti itu, namun karena faktor biaya (utamanya) orang jadi enggan bikin closed house, padahal closed house adalah investasi yang menjanjikan dan dapat digunakan jangka panjang. Kalau murah atau mahalnya itu tergantung peternak mau yang sederhana atau yang kompleks,” kata Arfiyan.

Ia tidak menyalahkan mindset masyarakat dan peternak yang masih menganut sistem kandang terbuka, tetapi lebih menyarankan kepada mereka agar lebih ketat dalam manajemen pemeliharaan, utamanya biosekuriti, selain juga memperhatikan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Juni 2019.

FAO AJAK WARTAWAN DALAMI DUNIA PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Para peserta FAO Media Fellowship pada sesi foto bersama (Foto : CR)

Kementerian Pertanian,  Badan Pangan PBB (FAO) dan Kantor Berita Antara kerjasama menyelenggarakan FAO ECTAD EPT2 Media Fellowship Program 2019. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner kepada wartawan.

Sebelumnya kegiatan serupa dilaksanakan pada tahun 2018. Dimana sebanyak 25 wartawan terpilih untuk mengikuti Media Workshop berupa pembekalan materi dalam meliput isu-isu yang berkaitan dengan ancaman pandemik penyakit, Resistensi Antimikroba (AMR), Penyakit Infeksi Baru (PIB) dan Zoonosis guna mendukung produksi peternakan. Program ini merupakan bagian dari Proyek FAO EPT2 yang didanai oleh USAID

Pada tahun ini, kegiatan diikuti oleh 18 orang wartawan dari berbagai media cetak, elektronik dan online. Serupa seperti tahun sebelumnya peserta juga diwajibkan untuk membuat reportase dengan tema ancaman pandemik penyakit, Resistensi Antimikroba (AMR), Penyakit Infeksi Baru (PIB) dan Zoonosis yang kemudian akan diseleksi dan mendapatkan hadiah dari FAO.

Setelah proses seleksi oleh tiga dewan juri, delapan jurnalis berhasil lolos seleksi, mereka adalah Aditya Widya Putri (Tirto.id), Mentari Dwi Gayatri (Antaranews), Ivany Atina Arbi (The Jakarta Post), Cholillurrahman (Majalah Infovet), Dian Wahyu Kusuma (Lampost.co), Ferlynda Putri Sofyandari (Jawa Post), Siska Dewi Arini (TV ONe), dan Imam Setiawan (Metro TV). Sementara skor tertinggi yakni 800 poin diraih oleh Imam Setiawan (Metro TV).

Andie Wibianto, National Communications and EPT2 Partners Engagement Officer FAO-ECTAD menuturkan, penilaian pemenang tersebut berdasarkan ketentuan terhadap tema, orisinalitas, dan jurnalisme. Para pemenang berhak mendapatkan hadiah senilai Rp3 juta dan mendapatkan mentoring fellowship untuk mendukung kegiatan liputan (CR)

PETERNAK JAWA TENGAH KOMPAK BAGI-BAGI AYAM GRATIS

Aksi bagi-bagi ayam gratis di Semarang (Foto: Istimewa)


Hari ini, Rabu (26/6/2019) secara serentak, para peternak mandiri yang tergabung di dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) wilayah Jawa Tengah dan Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) menggelar aksi bagi-bagi ayam gratis.

Lebih dari 8.000 ekor ayam hidup akan dibagikan di lima tempat di Solo secara serentak. Sementaara, 5.000 ekor ayam dibagikan gratis ke masyarakat di empat titik pembagian ayam gratis yaitu di Stadion Kridosono, Balaikota Yogyakarta, Alun-alun Utara dan di depan Taman Pintar.

Aksi ini dilakukan para peternak sebagai bentuk protes kepada pemerintah menyusul anjloknya harga ayam broiler di pasaran.

Ketua Apayo, Hari Wibowo dihubungi Infovet, Selasa (25/6/2019) mengungkapkan aksi para peternak ayam broiler ini merupakan bentuk protes karena murahnya harga beli ayam dari pedagang. Harga beli yang murah itu menyebabkan para peternak merugi.

"Ini bentuk protes kami atas murahnya harga ayam. Kami sebagai peternak merugi. Daripada dijual murah lebih baik dibagikan gratis ke masyarakat," ujar Hari.

Hari menguraikan sejak September 2018 terjadi ketimpangan harga ayam. Hari menyampaikan harga ayam dipasaran saat ini mencapai Rp29.000/Kg hingga Rp30.000/Kg. Sedangkan pedagang membeli dari peternak hanya seharga Rp7.000/Kg hingga Rp8.000 /Kg.

Sementara di Solo, kegiatan bagi-bagi ayam dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Berdasarkan sumber yang Infovet peroleh dari PPN Solo, kegiatan akan digelar di halaman Kantor Kecamatan Banjarsari, Pendapa Kantor Kecamatan Jebres, halaman Kantor Kecamatan Laweyan, Pendapa Kantor Kecamatan Serengan dan di area bekas SD Negeri Baturono Pasar Kliwon.

Peternak di Kota Semarang juga memembagi-bagikan ayam di tujuh lokasi yang tersebar di Kota Semarang, mulai dari Kramas Jalan Mulawarman, Tembalang, hingga Pasar Pedurungan.

Disebutkan sebelumnya, harga ayam hidup saat ini di tingkat peternak hanya sekitar Rp8.000-Rp10.000/kg. Harga tersebut jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) yang mencapai Rp18.500/ kg.

Para peternak mandiri menilai pemerintah gagal melindungi keberlangsungan usaha mereka. Jumlah produksi yang berlebih serta anjloknya harga ayam menjadikan peternak mengalami kerugian selama berbulan-bulan. Dampaknya beberapa peternak harus menutup usahanya, sedangkan sisanya bertahan meski harus menambah hutang atau bahkan menjual aset untuk menutup biaya produksi. (NDV)


PENYAKIT PERNAPASAN TERKINI DAN SOLUSI TERBAIKNYA

Vaksinasi menjadi program penting untuk melindungi ayam dari kerugian akibat serangan penyakit pernapasan. (Sumber: Istimewa)

Penyakit pernapasan telah menjadi momok menakutkan bagi peternak baik broiler dan layer. Selain merugikan dari sisi penurunan performance produksi, penyakit ini juga kerap ditunggangi oleh infeksi sekunder yang lain sehingga menjadi kompleks dan sulit dikendalikan. Pada ayam broiler modern, penyakit ini kerap muncul di awal umur 15 hari ke atas, ditandai dengan kondisi nyekrek dan penurunan ADG (Average Daily Gain), serta kenaikan mortalitas. Lantas mengapa bangsa ayam seringkali terkena penyakit pernapasan?

Berikut penulis paparkan dari segi anatomis ayam sebagai berikut:
• Sistem pernapasan ini merupakan saluran tertutup yang ujungnya di kantung hawa dan yang menyebar di seluruh rongga tubuh, sehingga memudahkan penyebaran bibit penyakitnya ke seluruh organ tubuh penting lainnya.

• Kantung hawa sangat minim pembuluh darah, sehingga antibiotik akan sulit untuk mencapainya jika terjadi infeksi sekunder dan pengobatan sangat mustahil untuk menghilangkan 100% mikrobanya.

• Pada broiler modern, proporsi sistem pernapasan ini dari periode ke periode semakin mengecil dibandingkan berat tubuhnya akibat perkembangan genetik yang sangat progresif, dengan kata lain sistem kekebalan di sistem pernapasan bagian atas makin kecil proposinya.

Untuk mengendalikan kasus pernapasan ini, langkah yang paling penting adalah menjaga integritas sistem pernapasannya dari gangguan berbagai faktor utama pemicunya. Hal ini dapat tercapai jika mampu menjaga sistem mukosiliaris dari saluran pernapasan tersebut. Sistem ini merupakan gabungan dari silia sel epitel pernapasan dan mukus, yang dihasilkan oleh sel mukus yang terdapat di sel epitel trakhea. Sistem mukosialiaris ini menjadi benteng pertahanan pertama untuk kekebalan yang bersifat mekanis dan tidak spesifik yang selanjutnya berfungsi mencegah masuknya mikroba sekunder seperti E. Coli yang sangat merugikan.

Ada beberapa faktor pencetus utama yang sering dijumpai dan menyebabkan integritas sistem kekebalan mukosiliaris terganggu, antara lain kadar amonia dan debu yang berlebih, infeksi kuman mycoplasma terutama Mycoplasma Gallisepticum, infeksi virus Infectious Bronchitis dan reaksi pasca vaksin pernapasan seperti ND dan IB live.

Beberapa tips praktis yang bisa dilakukan di lapangan untuk meminimalkan gangguan integritas sistem mukosiliaris ini antara lain:

1. Manajemen litter
Amonia mampu merontokan silia sistem pernapasan, sedangkan konsentrasi debu yang berlebihan akan sangat mengganggu sistem mukosiliaris dalam menghalau mikroba sekunder. Kualitas dan ketebalan litter, manajemen ventilasi, serta kualitas feses akan menentukan...

Drh Sumarno
Senior Manager AHS, PT Sierad Produce Tbk


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2019.

SEMINAR SOAL PERKANDANGAN AGAR MENGUNTUNGKAN

Foto bersama usai diskusi perkandangan yang dilaksanakan di Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto: Istimewa)

Atap merupakan infrastuktur yang sangat penting dalam pembuatan kandang. Pemilihan bahan atap kandang juga tak sembarangan, mengingat akan bepengaruh pada kondisi ternak unggas yang dipelihara, baik untuk boiler maupun layer.

Hal tersebut seperti dikupas pada acara diskusi seminar teknis bertajuk “Meningkatkan Produktivitas Peternakan Ayam dengan Atap yang Kuat dan menguntungkan” yang dilaksanakan di Graha Resto Plaza Asia, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin, 24 Juni 2019.

Saat ini, jumlah kandang ayam di wilayah Priangan Timur seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Garut cukup banyak. “Hanya kandang- kandang tersebut sudah berumur sekitar 20-30 tahun dan umumnya menggunakan atap genteng dan rumbia. Untuk atap genteng kurang efisien karena harus menggunakan struktur tahanan yang kuat dan rawan bocor. Sedangkan rumbia, masa ketahanannya tidak lama dan mudah terbakar,” ujar Ajat Darajat,  tokoh perunggasan Priangan Timur, dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Senin (24/6/2019).

Pada kesempatan yang sama, salah satu praktisi perunggasan yang menjadi pembicara, Setya Winarno, menambahkan, model atap kandang yang digunakan peternak mandiri atau UMKM kebanyakan menggunakan bahan rumbia dan genteng. Karena itu harus ada alternatif penggunaan atap kandang yang lebih baik, seperti bahan fiber semen.

“Penggunaan atap rumbia memang sejuk, tapi sulit didapat dan tidak tahan lama. Sedangkan atap fiber semen kontruksinya mudah dan tahan lama. Pada intinya saat ini bahwa peternak UMKM terkait modernisasi perkandangan adalah sebuah keharusan,” kata Winarno.

Lebih jauh mengenai atap berbahan fiber semen disampaikan Chief of Marketing Officer PT Djabesmen, Pepy Alamsjah. Ia mengklaim, atap kandang sangat baik jika menggunakan fiber semen, sebab Indonesia merupakan negara tropis sehingga dibutuhkan konstruksi atap kandang yang kuat dan ekonomis.

“Atap fiber semen adalah bahan paling ekonomis untuk atap agar dapat bertahan selama 40-50 tahun. Atap produksi kami berdasarkan pengalaman peternak sangat cocok untuk kandang dan hasil produksi ternak tetap baik,” kata Pepy.

Pada diskusi tersebut juga dihadirkan pembicara lain yang merupakan Ahli Kesehatan Unggas dari TRI Group, Eko Prasetio, yang menyampaikan materi mengenai “Tingkatkan Performa Kandang Ayam Demi Meningkatkan Performa Ayam”. Diskusi pun berjalan cukup ramai dengan dihadiri sekitar 100 orang peternak yang terdiri dari peternak broiler, technical service obat hewan, peternak ayam pejantan dan layer di sekitar wilayah Priangan Timur. (INF)

SEMINAR MOTIVASI DAN LAUNCHING BUKU "MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI"




ARTIKEL POPULER MINGGU INI


Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer